i
TIM PENYUSUN
Pengarah : Ir. Alidia, MM
Penanggung Jawab : Taryono, M.Si
Editor : Yanuar Henry Pribadi, Msi
Devi Febrianty, ST
Anggota Penyusun : Kusairi, SSi
Tonny Satria Wijaya Kusuma, Skom
Yuningsih, ST
Sugiyanti, S.Si
Selvy Yolanda, SST
Mutiara Halida, S.Tr
Ratri Widyastuti, S.Tr
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas Berkat dan Rahmat – Nya kami dapat
menyusun laporan Analisis Musim Hujan 2017/2018 dan laporan Prakiraan Musim Kemarau
2018 di wilayah Provinsi Banten dan DKI Jakarta.
Analisis Musim Hujan 2017/2018 disusun berdasarkan keadaan yang terjadi pada
periode berlangsung sedangkan Prakiraan Musim Kemarau 2018 dibuat berdasarkan
analisis prakiraan yang dilakukan oleh Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan dengan
mempertimbangkan hasil prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak,
khususnya Instansi pengelola Pos Hujan Kerjasama di wilayah Provinsi Banten dan
DKI Jakarta yang telah membantu dalam penyusunan publikasi ini.
Kami menyadari masih ada kekurangan dari publikasi ini mengingat data yang kami
terima sangat terbatas, khususnya dari pos kerjasama, karena itu saran dan kritik yang
membangun diharapkan untuk penyempurnaan publikasi ini.
Semoga bermanfaat.
TANGERANG SELATAN, MARET 2018
KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI TANGERANG SELATAN
Ir. ALIDIA, MM NIP. 196004031989031001
iii
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN ---------------------------------------------------------------------------------------------------- II DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------------------------------------- IV 1. PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------------------------------------- 1
1.1. Latar Belakang ------------------------------------------------------------------------------------------ 1 1.2. Tujuan ----------------------------------------------------------------------------------------------------- 1
2. TINJAUAN UMUM --------------------------------------------------------------------------------------------- 2
2.1. Pemutakhiran Zona Musim di Wilayah Provinsi Banten dan DKI Jakarta -------------- 2 2.2. Curah Hujan --------------------------------------------------------------------------------------------- 3
3. PEMBAHASAN ------------------------------------------------------------------------------------------------- 5
3.1. Analisis Musim Hujan 2017/2018 ------------------------------------------------------------------ 5 3.2. Kondisi Suhu Udara pada saat Musim Kemarau 2017 -------------------------------------- 7
3.2.1. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Kemayoran ---------------------------------------- 7 3.2.2. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Cengkareng --------------------------------------- 7 3.2.3. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Serang---------------------------------------------- 8 3.2.4. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Curug ----------------------------------------------- 9 3.2.5. Suhu Udara Stasiun Maritim Tanjung Priok ------------------------------------------ 9 3.2.6. Suhu Udara Stasiun Geofisika Tangerang ------------------------------------------- 10
3.3. Iklim Mikro Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan pada saat Musim Kemarau 2017 ------------------------------------------------------------------------------------------------------- 11 3.3.1. Suhu Udara ----------------------------------------------------------------------------------- 11 3.3.2. Curah Hujan ---------------------------------------------------------------------------------- 11 3.3.3. Kelembaban Udara ------------------------------------------------------------------------- 12 3.3.4. Lama Penyinaran Matahari --------------------------------------------------------------- 13 3.3.5. Windrose--------------------------------------------------------------------------------------- 13
3.4. Prakiraan Musim Kemarau 2018 ------------------------------------------------------------------ 14 3.4.1. Kondisi Dinamika Atmosfer --------------------------------------------------------------- 14 3.4.2. Prediksi Dinamika Atmosfer -------------------------------------------------------------- 16 3.4.3. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018 ------------------------------------------------ 18 3.4.4. Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2018 ---------------------------- 19 3.4.5. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2018 ---------------------------------------- 20 3.4.6. Prakiraan Curah Hujan di Luar Zona Musim (Non ZOM) Wilayah Banten
dan DKI Jakarta ---------------------------------------------------------------------------- 22 4. PENUTUP ------------------------------------------------------------------------------------------------------ 23
4.1. Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------------------------- 23 4.2. Saran ----------------------------------------------------------------------------------------------------- 23
i
iii
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, yaitu terletak di daerah tropis,
diantara Benua Asia dan Australia, dan diapit oleh dua Samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Selain itu, Indonesia juga dilalui garis katulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak selat dan teluk, sehigga menyebabkan wilayah Indonesia memiliki sistem iklim/cuaca yang unik.
Keberadaan wilayah Indonesia sebagaimana tersebut, kondisi iklimnya akan
dipengaruhi oleh fenomena global seperti El Nino, La Nina, Dipole Mode, dan Madden Julian Oscillation (MJO). Selain itu dipengaruhi juga oleh fenomena regional, seperti
sirkulasi monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter
Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan, serta
kondisi Suhu Muka Laut di sekitar wilayah Indonesia.
Sementara kondisi topografi wilayah Indonesia yang bergunung, berlembah, serta
banyak pantai, merupakan fenomena lokal yang menambah beragamnya kondisi iklim di
wilayah Indonesia, baik menurut ruang (wilayah) maupun waktu. Secara klimatologis,
wilayah Provinsi Banten dan DKI Jakarta terdapat 11 pola iklim, dimana 10 pola merupakan Zona Musim (ZOM) yaitu mempunyai perbedaan yang jelas antara periode musim hujan
dan periode musim kemarau (pola Monsun), sedangkan 1 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya memiliki ciri mempunyai 2 kali puncak
hujan dalam setahun (pola Ekuatorial), sepanjang tahun curah hujannya tinggi atau rendah,
dan waktu terjadinya musim hujan dan musim kemarau kebalikan dengan daerah ZOM
(pola Lokal).
1.2. Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk:
1. Menginformasikan pola unsur-unsur iklim di wilayah Provinsi Banten dan DKI Jakarta
2. Menganalisis musim hujan yang terjadi pada periode 2017/2018
3. Menginformasikan kondisi iklim mikro Area Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan
dan beberapa stasiun lain pada periode musim kemarau 2017
4. Memprakirakan awal musim kemarau 2018 di wilayah Provinsi Banten dan DKI
Jakarta
2
2. TINJAUAN UMUM
2.1. Pemutakhiran Zona Musim di Wilayah Provinsi Banten dan DKI Jakarta
Luas suatu wilayah Zona Musim (ZOM) tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah
administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa
kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM.
Sesuai dengan ketentuan WMO mengenai Standar Normal 30 Tahun, maka
berakhirnya tahun 2010 merubah nilai rata-rata curah hujan bulanan sebelumnya. Yaitu
periode tahun 1981-2010. Data normal curah hujan inilah yang digunakan dalam
pemutakhiran Zona Musim yang baru.
Metode analisis data yang diterapkan dalam pemutakhiran ZOM ini adalah metode
analisis cluster, yaitu mengelompokkan suatu objek/data yang memiliki kesamaan sifat tanpa
menghilangkan struktur alami dari objek/data sehingga kelompok-kelompok yang dihasilkan
memiliki makna, seperti pola atau klasifikasi.
Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun (1981-2010), maka Provinsi Banten
dan DKI Jakarta terdiri atas 10 ZOM.
Gambar 1. Pembagian Wilayah ZOM Provinsi Banten dan DKI Jakarta
3
Tabel 1. Cakupan Wilayah ZOM Provinsi Banten dan DKI Jakarta
ZOM Wilayah
55 Kab Pandeglang dan Kab Lebak bagian barat
56 Kab Pandeglang bagian utara dan Kab Serang bagian barat daya
57 Kab Serang bagian selatan, Kab Pandeglang bagian timur laut dan Kab Lebak
bagian utara
58
Kota Cilegon, Kota Serang, Kab Serang bagian timur, Kab Tangerang bagian
tengah dan Kota Tangerang, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan
bagian utara, Jakarta Timur bagian barat
59 Kab Serang bagian timur laut dan Kab Tangerang bagian utara
60 Jakarta Utara, Jakarta Timur bagian utara, Jakarta Barat bagian utara
61
Jakarta Timur bagian selatan, Jakarta Selatan bagian selatan, Kota Tangerang
Selatan, Kab Tangerang bagian selatan, Kab Serang bagian tenggara,
Kab Lebak bagian timur laut
62 Kab Lebak bagian tengah
63 Kab Lebak bagian selatan
67 Kab Lebak bagian Tenggara (Wilayah ZOM Provinsi Jawa Barat)
2.2. Curah Hujan
Hujan merupakan gejala atau fenomena cuaca yang dipandang sebagai variabel tak
bebas karena terbentuk dari proses berbagai unsur. Curah hujan (mm) merupakan
ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak
meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu
meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau
tertampung air sebanyak satu liter. Jumlah curah hujan dalam satu dasarian (rentang waktu
selama 10 hari) lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya
ditetapkan sebagai permulaan musim hujan. Sedangkan perbandingan antara jumlah
curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu
periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun
periode 1981-2010) disebut sebagai sifat hujan.
4
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :
a. Sifat Hujan Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya.
b. Sifat Hujan Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya.
c. Sifat Hujan Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya.
Gambar 2. Grafik Normal Hujan di Wilayah Provinsi Banten dan DKI Jakarta
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :
a. Sifat Hujan Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya.
b. Sifat Hujan Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya.
c. Sifat Hujan Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya.
Gambar 2. Grafik Normal Hujan di Wilayah Provinsi Banten dan DKI Jakarta
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :
a. Sifat Hujan Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya.
b. Sifat Hujan Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya.
c. Sifat Hujan Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya.
Gambar 2. Grafik Normal Hujan di Wilayah Provinsi Banten dan DKI Jakarta
5
3. PEMBAHASAN
3.1. Analisis Musim Hujan 2017/2018
Hasil Analisis Musim Hujan 2017/2018 di wilayah Banten dan DKI Jakarta
menunjukkan bahwa Awal Musim Hujan periode 2017/2018 di wilayah ini terjadi pada
dasarian III September sampai dengan dasarian II Januari. Jika dibandingkan dengan
Normal Awal Musim Hujan, maka Musim Hujan 2017/2018 di wilayah Provinsi Banten dan
DKI Jakarta Maju antara 2 – 3 dasarian dan Mundur 2 - 5 dasarian.
Gambar 3. Distribusi Awal Musim Hujan 2017/2018
6
Tabel 2. Analisis Musim Hujan 2017/2018
ZOM NORMAL FAKTAPERBANDINGAN
TERHADAP NORMAL
SELISIH
55 OKT 2 SEP 3 MAJU -2
56 OKT 2 NOV 2 MUNDUR +3
57 OKT 1 NOV 3 MUNDUR +5
58 DES 2 NOV 2 MAJU -3
59 DES 2 JAN 2 MUNDUR +3
60 DES 1 JAN 2 MUNDUR +4
61 OKT 3 SEP 3 MAJU -3
62 SEP 1 SEP 3 MUNDUR +2
63 SEP 3 OKT 3 MUNDUR +3
Keterangan : Selisih merupakan perbedaan periode dasarian dari nilai normal dengan faktanya Sumber : Staklim Tangerang Selatan
Gambar 3. Distribusi Awal Musim Hujan 2017/2018
7
3.2. Kondisi Suhu Udara pada saat Musim Kemarau 2017
Suhu udara mempunyai variabilitas yang kecil jika dibandingkan dengan curah hujan.
Berikut ini disajikan kondisi suhu udara pada Musim Kemarau 2017 yang dapat dijadikan
sebagai acuan pada Musim Kemarau 2018.
3.2.1. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Kemayoran
Gambar 5. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Meteorologi Kemayoran Periode April – September 2017
Suhu udara rata-rata selama Musim Kemarau periode 2017 tertinggi terjadi pada bulan
September 2017 di Stasiun Meteorologi Kemayoran yaitu 30.5oC dan terendah juga terjadi
pada bulan September 2017 sebesar 25.6oC. Sedangkan suhu maksimum absolut mencapai
35.2oC terjadi pada bulan Juni 2017 dan suhu minimum absolut terjadi pada bulan Juni, Juli,
Agustus dan September 2017 sebesar 24.0oC.
3.2.2. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Cengkareng
Pada Musim Kemarau periode 2017, suhu udara rata-rata tertinggi di Stasiun Meteorologi
Cengkareng terjadi pada bulan Agustus dan September 2017 yaitu 29.8oC dan terendah
pada bulan September 2017 yaitu 25.4oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut
sebesar 34.7oC terjadi pada September 2017, dan suhu udara minimum absolut sebesar
21.2oC terjadi pada bulan Agustus 2017.
8
Gambar 6. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Meteorologi Cengkareng Periode April – September 2017
3.2.3. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Serang
Gambar 7. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Meteorologi Serang Periode April – September 2017
Suhu udara rata-rata tertinggi di Stasiun Meteorologi Serang pada Musim Kemarau periode
2017, terjadi pada bulan Mei 2017 yaitu 29.1oC dan terendah pada bulan September 2017
9
yaitu 25.1oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut sebesar 35.2oC terjadi pada bulan
September 2017 dan suhu udara minimum absolut sebesar 21.3oC juga terjadi pada bulan
September 2017.
3.2.4. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Curug
Gambar 8. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Meteorologi Curug Periode April – September 2017
Pada Musim Kemarau periode 2017 di Stasiun Meteorologi Curug, suhu udara rata-rata
tertinggi terjadi pada bulan Mei 2017 yaitu 28.6oC dan terendah pada bulan September 2017
yaitu 24.5oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut sebesar 35.6oC terjadi pada bulan
September 2017 dan suhu udara minimum absolut sebesar 20.3oC terjadi pada bulan
Agustus 2017.
3.2.5. Suhu Udara Stasiun Maritim Tanjung Priok
Suhu udara rata-rata pada Musim Kemarau periode 2017 di Stasiun Maritim Tanjung Priok
tertinggi pada bulan Mei 2017 sebesar 31.0oC dan terendah pada bulan September 2017
sebesar 25.6oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut terjadi pada bulan April, Mei, Juli
dan Agustus 2017 sebesar 34.4oC dan suhu minimum absolut terjadi pada bulan Mei 2017
sebesar 21.1oC.
10
Gambar 9. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Maritim Tanjung Priok Periode April – September 2017
3.2.6. Suhu Udara Stasiun Geofisika Tangerang
Gambar 10. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Geofisika Tangerang Periode April – September 2017
Pada Musim Kemarau periode 2017, suhu udara rata-rata tertinggi di Stasiun Geofisika
Tangerang terjadi pada bulan Juni 2017 yaitu 29.6oC dan terendah pada bulan September
11
2017 yaitu 25.1oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut sebesar 35.2oC terjadi pada
bulan Agustus dan September 2017 dan suhu udara minimum absolut sebesar 20.4oC terjadi
pada bulan April 2017.
3.3. Iklim Mikro Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan pada saat Musim Kemarau 2017
Penyajian kondisi iklim mikro Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan pada Musim
Kemarau 2017 dimaksudkan untuk memberikan gambaran kondisi Musim Kemarau 2018.
3.3.1. Suhu Udara
Gambar 11. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Geofisika Tangerang Periode April – September 2017
Suhu udara rata-rata pada Musim Kemarau 2017 mencapai nilai tertinggi pada bulan Mei
2017 sebesar 29.8oC dan nilai terendah pada bulan September 2017 sebesar 24.9oC.
Sedangkan suhu maksimum absolut tercatat sebesar 36.0oC terjadi pada bulan September
2017 dan suhu minimum absolut tercatat sebesar 22.0oC terjadi pada bulan Juli 2017.
3.3.2. Curah Hujan
Akumulasi curah hujan yang terjadi pada Musim Kemarau 2017 tercatat sebesar 941.7 mm.
Curah hujan terbesar sebesar 64.0 mm terjadi pada bulan September 2017 dan terendah
12
sebesar 0 mm terjadi hampir disetiap bulan periode tersebut, yaitu pada April – September
2017. Curah hujan 0 mm paling sering terjadi pada bulan Agustus 2017.
Gambar 12. Grafik Curah Hujan Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan Periode April – September 2017
3.3.3. Kelembaban Udara
Gambar 13. Grafik Kelembaban Udara Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan
Periode April – September 2017
Kelembaban udara rata-rata selama Musim Kemarau 2017 sebesar 77%. Kelembaban
maksimum rata-rata terukur pada bulan Mei 2017 sebesar 94%. Sedangkan nilai
kelembaban minimum rata-rata terukur pada bulan Agustus 2017 sebesar 60%.
13
3.3.4. Lama Penyinaran Matahari
Gambar 14. Grafik Lama Penyinaran Matahari Pada Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan
Periode April – September 2017
Nilai maksimum lama penyinaran matahari pada Musim Kemarau 2017 sebesar 100%,
terjadi pada bulan September 2017. Sedangkan nilai minimum sebesar 0%, terjadi pada
bulan Juni, Juli dan September 2017.
3.3.5. Windrose
Gambar 15. Windrose Pada Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan
Periode April – September 2017
14
3.4. Prakiraan Musim Kemarau 2018 Hal-hal yang disampaikan dalam dinamika atmosfer adalah, meliputi analisis serta
prakiraan terhadap perkembangan El Nino/La Nina, Dipole Mode dan Suhu Permukaan Laut
di Indonesia.
3.4.1. Kondisi Dinamika Atmosfer
1. Perkembangan El Nino/La Nina
El Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena global dari sistem
interaksi lautan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu permukaan laut
di wilayah Ekuator Pasifik Tengah dimana jika anomali suhu permukaan laut di
daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya) maka disebut El Nino, namun
jika anomali suhu permukaan laut Negatif disebut La Nina.
Sementara itu dampak pengaruh El Nino di Indonesia, sangat tergantung dengan
kondisi perairan wilayah Indonesia. El Nino yang berpengaruh terhadap pengurangan
curah hujan secara drastis, baru akan terjadi bila kondisi suhu perairan Indonesia
cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup hangat, El Nino
tidak menyebabkan berkurangnya curah hujan secara signifikan di Indonesia.
Disamping itu, mengingat luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh wilayah Indonesia
dipengaruhi oleh El Nino. Sedangkan La Nina secara umum menyebabkan curah
hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan menghangatnya suhu
permukaan laut di perairan Indonesia. Seperti halnya El Nino, dampak La Nina tidak
berpengaruh ke seluruh wilayah Indonesia.
Sejak bulan September tahun 2017, kondisi di Ekuator Pasifik Tengah (region
Nino3.4) berada pada kondisi yang cenderung dingin, kondisi ini diprediksi terus
berlanjut hingga Mei 2018 kemudian meluruh menuju Netral pada Juni-Juli 2018.
Pada akhir Februari 2018 indeks Nino3.4 berada pada kondisi La Nina Lemah
dengan indeksnya bernilai -0.87.
2. Analisis kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD)
Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi laut–atmosfer di
Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali
suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat
Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole
Mode Index (DMI).
15
Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di Indonesia
bagian barat. Sedangkan nilai DMI negatif, berdampak terhadap meningkatnya curah
hujan di Indonesia bagian barat.
Nilai Dipole Mode Index (DMI) dalam 3 bulan terakhir adalah : -0.38 (Desember
2017); -0.33 (Januari 2018) dan +0.53 (Februari 2018).
3. Kondisi Suhu Permukaan Laut (SST) perairan di Indonesia
Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan
sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan
erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia. Jika
suhu permukaan laut dingin berpotensi sedikitnya kandungan uap air di atmosfer,
ebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi menimbulkan banyaknya uap
air di atmosfer.
Hingga akhir Februari 2018, kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia,
pada umumnya berada pada kondisi netral dengan anomali suhu berkisar -
1°C s/d +1°C. Daerah dengan suhu permukaan laut relatif lebih hangat berada
di perairan utara Sulawesi dan sekitar kepulauan Maluku yang anomali suhu
permukaan lautnya mencapai +1°C .
Gambar 16. Kondisi Anomali Suhu Muka Laut Dasarian I Maret 2017 Sumber : NCDC NOAA
Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di Indonesia
bagian barat. Sedangkan nilai DMI negatif, berdampak terhadap meningkatnya curah
hujan di Indonesia bagian barat.
Nilai Dipole Mode Index (DMI) dalam 3 bulan terakhir adalah : -0.38 (Desember
2017); -0.33 (Januari 2018) dan +0.53 (Februari 2018).
3. Kondisi Suhu Permukaan Laut (SST) perairan di Indonesia
Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan
sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan
erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia. Jika
suhu permukaan laut dingin berpotensi sedikitnya kandungan uap air di atmosfer,
ebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi menimbulkan banyaknya uap
air di atmosfer.
Hingga akhir Februari 2018, kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia,
pada umumnya berada pada kondisi netral dengan anomali suhu berkisar -
1°C s/d +1°C. Daerah dengan suhu permukaan laut relatif lebih hangat berada
di perairan utara Sulawesi dan sekitar kepulauan Maluku yang anomali suhu
permukaan lautnya mencapai +1°C .
Gambar 16. Kondisi Anomali Suhu Muka Laut Dasarian I Maret 2017 Sumber : NCDC NOAA
16
3.4.2. Prediksi Dinamika Atmosfer 1. Prediksi El Nino/La Nina
Beberapa prediksi menunjukkan bahwa kondisi La Nina Lemah akan meluruh
pada pertengahan tahun 2018. Aktivitas El Nino/La Nina diindikasikan berdasarkan
nilai Indeks Nino34. Hasil prediksi dari beberapa institusi seperti NCEP (USA),
POAMA (Australia), serta BMKG menunjukkan bahwa prediksi bulan Maret 2018
sampai pertengahan tahun 2018 kondisi ENSO La Nina Lemah sedangkan mulai
pertengahan tahun 2018 diprediksi kondisi ENSO Normal. Dalam kaitan ini memberikan indikasi bahwa awal Musim Kemarau 2018 di
Wilayah Indonesia tidak signifikan terpengaruh kondisi El Nino seiring meluruhnya
ke kondisi Netral.
Gambar 17. Prediksi Elnino oleh 4 Institusi Internasional dan BMKG Sumber : www.bmkg.go.id
17
2. Prediksi Dipole Mode Prediksi Dipole Mode Indeks (DMI) pada bulan Maret hingga Juli 2018 berkisar
pada nilai -0.20 s/d +0.38. Nilai ini berada pada kondisi normal.
Dengan demikian, mengindikasikan bahwa pada Musim Kemarau 2018, uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia dalam kondisi Normal.
Gambar 18. Prediksi DMI oleh 1 Institusi Internasional dan BMKG Sumber : www.bmkg.go.id
18
3. Prediksi Suhu Permukaan Laut (SST) di Indonesia
Gambar 19. Prediksi Suhu Muka Laut sampai bulan September 2017 Sumber : NCEP USA
Suhu permukaan laut di Indonesia selama Musim Kemarau 2018 diprakirakan
sebagai berikut :
1) Umumnya wilayah perairan Indonesia diprakirakan akan hangat hingga Juli 2018
dengan anomali suhu berkisar 0.5°C s/d +2°C.
2) Wilayah perairan Indonesia lainnya seperti Sumatera bagian utara diprakirakan
akan cenderung normal dengan anomaly suhu permukaan laut berkisar antara -
0.5oC s/d 0.5°C. 3.4.3. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018 Berdasarkan dari kondisi analisis dinamika atmosfer secara global dan regional di atas,
maka Musim Kemarau 2018 untuk wilayah Banten dan DKI Jakarta diprediksikan sebagai
berikut :
1) Awal Musim Kemarau di Provinsi Banten dan DKI akan sama dan mundur
dibandingkan dengan normalnya, diprakirakan akan jatuh pada sekitar periode
Pertengahan April sampai dengan Akhir Juni 2018.
2) Sifat hujan Musim Kemarau untuk wilayah Banten dan DKI Jakarta diprakirakan
akan berada pada kisaran Normal (N), tetapi ada wilayah yang sifat hujannya Atas
Normal (AN) dan Bawah Normal (BN).
3. Prediksi Suhu Permukaan Laut (SST) di Indonesia
Gambar 19. Prediksi Suhu Muka Laut sampai bulan September 2017 Sumber : NCEP USA
Suhu permukaan laut di Indonesia selama Musim Kemarau 2018 diprakirakan
sebagai berikut :
1) Umumnya wilayah perairan Indonesia diprakirakan akan hangat hingga Juli 2018
dengan anomali suhu berkisar 0.5°C s/d +2°C.
2) Wilayah perairan Indonesia lainnya seperti Sumatera bagian utara diprakirakan
akan cenderung normal dengan anomaly suhu permukaan laut berkisar antara -
0.5oC s/d 0.5°C. 3.4.3. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018 Berdasarkan dari kondisi analisis dinamika atmosfer secara global dan regional di atas,
maka Musim Kemarau 2018 untuk wilayah Banten dan DKI Jakarta diprediksikan sebagai
berikut :
1) Awal Musim Kemarau di Provinsi Banten dan DKI akan sama dan mundur
dibandingkan dengan normalnya, diprakirakan akan jatuh pada sekitar periode
Pertengahan April sampai dengan Akhir Juni 2018.
2) Sifat hujan Musim Kemarau untuk wilayah Banten dan DKI Jakarta diprakirakan
akan berada pada kisaran Normal (N), tetapi ada wilayah yang sifat hujannya Atas
Normal (AN) dan Bawah Normal (BN).
3. Prediksi Suhu Permukaan Laut (SST) di Indonesia
Gambar 19. Prediksi Suhu Muka Laut sampai bulan September 2017 Sumber : NCEP USA
Suhu permukaan laut di Indonesia selama Musim Kemarau 2018 diprakirakan
sebagai berikut :
1) Umumnya wilayah perairan Indonesia diprakirakan akan hangat hingga Juli 2018
dengan anomali suhu berkisar 0.5°C s/d +2°C.
2) Wilayah perairan Indonesia lainnya seperti Sumatera bagian utara diprakirakan
akan cenderung normal dengan anomaly suhu permukaan laut berkisar antara -
0.5oC s/d 0.5°C. 3.4.3. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018 Berdasarkan dari kondisi analisis dinamika atmosfer secara global dan regional di atas,
maka Musim Kemarau 2018 untuk wilayah Banten dan DKI Jakarta diprediksikan sebagai
berikut :
1) Awal Musim Kemarau di Provinsi Banten dan DKI akan sama dan mundur
dibandingkan dengan normalnya, diprakirakan akan jatuh pada sekitar periode
Pertengahan April sampai dengan Akhir Juni 2018.
2) Sifat hujan Musim Kemarau untuk wilayah Banten dan DKI Jakarta diprakirakan
akan berada pada kisaran Normal (N), tetapi ada wilayah yang sifat hujannya Atas
Normal (AN) dan Bawah Normal (BN).
19
Cakupan wilayah berdasarkan jatuhnya Awal Musim Kemarau 2018 adalah sebagai berikut:
Awal musim kemarau APR I - APR III : Zona Musim 59
Awal musim kemarau APR II - MEI I : Zona Musim 60
Awal musim kemarau APR III - MEI II : Zona Musim 58
Awal musim kemarau MEI III - JUN II : Zona Musim 61
Awal musim kemarau JUN I - JUN III : Zona Musim 55 dan 56
Awal musim kemarau JUN II - JUL I : Zona Musim 57, 62 dan 63
3.4.4. Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2018
Jika dibandingkan dengan normal Awal Musim Kemarau, maka Awal Musim Kemarau 2018
di wilayah Banten dan DKI Jakarta umumnya Mundur dari Normalnya.
Cakupan wilayah berdasarkan perbandingan terhadap Normal Awal Musim Kemarau
dengan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018 adalah sebagai berikut :
- Sama dengan normalnya : Zona Musim 61 dan 62
- Mundur dari normalnya : Zona Musim 55, 56, 57, 58, 59, 60 dan 63
Gambar 20. Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
20
3.4.5. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2018
Sifat hujan Musim Kemarau 2018 Wilayah Provinsi Banten dan DKI Jakarta pada umumnya
Normal (N). Namun ada wilayah yang prakiraan sifat hujan Musim Kemarau 2018 adalah
Atas Normal (AN) dan Bawah Normal (BN).
Gambar 22. Peta Prakiraan Sifat Musim Kemarau 2018
Propinsi Banten dan DKI Jakarta
Gambar 21. Peta Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2018 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
21
Tabel 3. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2018 Wilayah Banten dan DKI Jakarta
NO ZOM Daerah / Kabupaten Awal Musim Kemarau Antara
Perbandingan Thd Rata- rata
(Dasarian)Sifat Hujan
1 2 3 4 5
55 Pandeglang dan Lebak bagian barat JUN I - JUN III MUNDUR (+1) N
56 Pandeglang bagian utara, Serang bagian barat daya JUN I - JUN III MUNDUR (+2) N
57 Serang bagian selatan, Pandeglang bagian timur laut, Lebak bagian utara JUN II - JUL I MUNDUR (+2) N
58
Kota Cilegon, Kota Serang, Serang bagian timur, Tangerang bagian tengah, Kota Tangerang, Jakarta Pusat dan Barat, Jakarta Selatan bagian utara, Jakarta Timur bagian barat
APR III - MEI II MUNDUR (+2) AN
59 Serang bagian timur laut, Tangerang bagian utara APR I - APR III MUNDUR (+3) N
60Jakarta Utara, Jakarta Timur/Jakarta Barat bagian utara, Bekasi/Karawang utara bagian barat
APR II - MEI I MUNDUR (+3) AN
61
Jakarta Timur/Jakarta Selatan bagian selatan, Kota Tangerang/Kab Tangerang bagian selatan, Serang bagian tenggara, Lebak, Depok, Bogor bagian Utara dan timur laut
MEI III - JUN II SAMA N
62 Lebak bagian tengah JUN II - JUL I SAMA N
63 Lebak bagian selatan JUN II - JUL I MUNDUR (+1) BN
22
3.4.6. Prakiraan Curah Hujan di Luar Zona Musim (Non ZOM) Wilayah Banten dan DKI Jakarta
Wilayah Non ZOM adalah wilayah yang umumnya memiliki ciri terjadi 2 kali puncak
hujan dalam setahun (pola Ekuatorial) atau mengalami curah hujan tinggi/rendah sepanjang
tahun, atau daerah yang mengalami kejadian musim hujan dan musim kemarau kebalikan
dengan daerah Zona Musim (ZOM) pada umumnya. Berdasarkan hasil analisis serta
pertimbangan kondisi fisis dan dinamika atmosfer, prakiraan curah hujan periode
April - September 2018 pada daerah Non ZOM adalah sebagai berikut :
Curah hujan kumulatif selama periode April - September 2018
Di daerah Non ZOM 26 umumnya berkisar antara 1501-2000 milimeter.
Sifat hujan pada daerah Non ZOM wilayah Banten diprakirakan adalah Normal. Sifat
hujan yang dimaksud adalah jumlah hujan kumulatif periode April - September 2018
dibandingkan dengan rata-ratanya pada masing-masing daerah dalam periode yang
sama.
23
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Awal Musim Hujan 2017/2018 di wilayah Provinsi Banten dan DKI Jakarta Maju
antara 2 – 3 dasarian dan Mundur 2 – 5 dasarian.
Awal Musim Kemarau 2018 di sebagian besar wilayah Provinsi Banten dan DKI
Jakarta diprakirakan akan terjadi sekitar periode bulan April – Juni 2018.
Jika dibandingkan terhadap normal/rata-ratanya, maka Awal Musim Kemarau 2018
diprakirakan Sama dan Mundur dari normalnya.
Sifat Hujan selama Musim Kemarau 2018 di wilayah Provinsi Banten dan DKI Jakarta
pada umumnya diprakirakan Normal (N).
4.2. Saran
Ketersediaan data dari masing-masing pos hujan sangat diperlukan untuk ketepatan
dan keakuratan prakiraan.
Kerjasama antara instansi-instansi terkait (PEMDA, PEMKOT, PEMPROV) serta
masyarakat sangat dibutuhkan untuk menyebarluaskan informasi-informasi cuaca
dan iklim.
Kritik dan saran dari pembaca kami harapkan untuk peningkatan kualitas informasi
iklim ini.