Download - Tugas kajian kurikulum
NAMA : REZA EDIYA AGDIARISTA
NIM : 125200377
KELAS : 2J
TUGAS UTS KAJIAN KURIKULUM
1. Secara etimologi menurut Wiles dan Bondi (1989) istilah kurikulum pertama kali
ditemukan di Skotlandia pada awal tahun 1820, dan istilah tersebut secara modern
pertama kali digunakan di Amerika Serikat satu abad kemudian. Istilah kurikulum
berasal dari bahasa latin yaitu “currerre” berupa kata kerja (to run) yang berarti lari.
Di dalam kamus Webster kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani “curicula” yang
memiliki beberapa arti dari kurikulum diantaranya: (1) Tempat perlombaan, jarak
yang harus ditempuh pelari kereta lomba; (2) Suatu jalan untuk pedati atau
perlombaan; (3) Perlombaan yang dimulai dari start dan diakhiri dengan finish. Dari
beberapa arti secara etimologi di atas, kurikulum yang terakhir identik dengan proses
pembelajaran, sehingga atas dasar tersebut istilah kurikulum diterapkan dalam
pendidikan. (Sumber : John Wiles & A. Djaja Jauri, Curriculum Development A
Guide To Practice, (Ohio : Merryl Publishing Company, 1989), halaman 5)
Dalam arti sempit, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disajikan guru
kepada siswa untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat. Dalam arti luas, kurikulum
adalah semua pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan murid dibawah bimbingan dan
tanggungjawab sekolah atau guru. (Sumber : John Wiles & A. Djaja Jauri,
Curriculum Development A Guide To Practice, (Ohio : Merryl Publishing
Company, 1989), halaman 5)
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I pasal 1
disebutkan bahwa: ”Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara
kegiatan belajar mengajar”. (Sumber : Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003.
Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbara. 2008, halaman 62)
Menurut Hilda Taba (1962), kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu
yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain
mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk
peserta didik selama di sekolah. (Sumber : Hida Taba. Curriculum Development
Theory and Practice. New York : Harcourt, Brace & World, Inc. 1962)
Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning
for Better Teaching on Learning (1956), menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut”
The curriculum is the sum totals of schools efforts to influence learning, whether in
the class room, on the play ground, or out of school”. Jadi segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah, atau di
luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan
ekstrakurikuler. (Sumber : J. Galen Saylor dan William M. Alexander.
Curriculum Planning for Better Teaching on Learning. 1956)
John D. Mc. Neil mengklarifikasikan teori kurikulum atas : soft curriculum, yaitu
kurikulum yang mendasar pada filsafat, agama, dan seni, dan hard curriculum, yaitu
kurikulum yang mendasar pada pendekatan rasional dan data lapangan. (Sumber :
John D. Mc. Neil. Curriculum A Comprehensive Introduction. London : Foresman
/ Littlelem Brown Higher Education. 1989)
Menurut (Ronald. C. Doll, 1974, Hal 22) The commonly accepted definition of the
curriculum has changed from content of course of study and list of subject and
courses to all the experience which are offered to learnes unders the auspises or
direction of the school. Menurut (Johnson, 1967, hal 130) Kurikulum….a structured
series of itended learning out comes. Menurut (Beauchamp, 1968, hal 6) A curriculum
is a written document which may contain many ingredients, but basically it is the
plant for education of pupils during their enrollment in given school. Beauchamp
lebih memberikan tekanan behwa kurikulum adalah siatu rencana pendidikan atau
pengajaran. Menurut Caswel dan Chambell dalam buku mereka yang terkenal
Curriculum Development (1935), kurikulum….to be composed of all experience
children have a under the guidance of teacher. Zais menjelaskan bahwa kurikulum
bukan hanya merupakan rencana tertulis begi pengajaran, melainkan sesuatu yang
fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur
lingnkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Menurut Robert S. Zais
(1976, hal 3), kurikulum sebagai bidang studi mencakup :1. The range of subject
matters with which it is concerned (the substantive structure), and 2. The procedures
of inkiuri and practice it follows (the syntactical structure). Menurut George A.
Beaucham (1976 hal 58-59), kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu teori
yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana
pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari
sistem persekolahan. (Sumber : Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata.
Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya,
Bandung. 2005. halaman 4, 5, 6)
2. Menurut saya , landasan pengembangan kurikulum adalah struktur pondasi yang
digunakan untuk membangun sebuah kurikulum pendidikan agar kurikulum tersebut
dapat dilaksanakan guna mencapai tujuan pendidikan. Beberapa landasannya antara
lain :
Landasan Pengembangan Secara Filosofis
Landasan filosofis pancasila yang dianut oleh Negara kita dengan prinsip
demokratis, mengandung makna bahwa peserta didik diberi kebebasan untuk
berkembang dan mampu berfikir intelegen dikehidupan masyarakat, melakukan
aktivitas yang dapat memberikan manfaat terhadap hasil akhir dan menekankan
nilai-nilai manusiawi dan kultural dalam pendidikan.
Landasan Pengembangan Secara Psikologis
Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar. Dengan demikian ada
hubungan yang erat antara kurikulum dengan psikologi belajar dan psikologi
anak. Para ahli pengembangan kurikulum selalu menjadikan anak sebagai salah
satu pokok pemikiran, agar anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah
pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma dan dapat
menguasai sejumlah keterampilan. Persoalan yang penting ialah bagaimana anak
itu belajar, dalam keadaan yang bagaimana pelajaran itu memberi hasil yang
sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan
cara yang efektif terhadap suatu proses yang pelik dan komplek tersebut, maka
timbullah berbagai teori belajar.
Landasan Pengembangan Secara Sosial Budaya.
Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat heterogen di tiap daerah dan
masyarakatnya. Oleh sebab itu, masyarakat merupakan suatu faktor yang begitu
penting dalam penggembangan kurikulum sehingga aspek sosiologis dijadikan
salah satu asas. Dalam hal ini pun kita harus menjaga, agar asas ini jangan
terlampau mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada
masyarakat atau “ society centered curriculum “. Di Indonesia belum tertuju
kearah itu, tetapi perhatian terhadap perkembangan kebudayaan yang ada di
masyarakat sudah diwujudkan dalam bentuk kurikulum muatan lokal di tiap
daerah. Dengan dijadikannya sosiologis sebagai landasan pengembangan
kurikulum, maka peserta didik nantinya diharapkan mampu bekerja sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Landasan Pengembangan Kurikulum Dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Landasan ini berkenaan dengan perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta seni. Salah satu ciri dari masyarakat adalah selalu berkembang. Masyarakat
yang berkembang karena dipengaruhi perkembangan ilmu dan tekhnologi, yang
memiliki pengaruh yang cukup kuat pada pengembangan kurikulum, terutama
teknologi industri, transportasi, komunikasi, telekomunikasi dan elektronik yang
menyebabkan masyarakat berkembang sangat cepat menuju masyarakat terbuka,
masyarakat informasi dan global. Perubahan ini akan mempengaruhi
perkembangan setiap individu warga masyarakat, mempengaruhi pengetahuan,
kebiasaan bahkan pola-pola hidup mereka. Dengan IPTEK sebagai landasan,
peserta didik diharapkan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi dan kesenian sesuai dengan sistem nilai, kemanusiawian dan budaya
bangsa.
(Sumber : Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, Konsep dan Implementasi kurikulum 2004. hlm 56-63)
Selain itu, Kurikulum mempunyai fungsi dan peran dalam pelaksanaan pendidikan di
Indonesia. Berikut adalah fungsi kurikulum dalam pelaksanaan pendidikan di
Indonesia :
Fungsi Dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan
Kurikulum dituntut untuk dilaksanakan secara sistematis guna mencapai tujuan
pendidikan di Indonesia.
Fungsi Bagi Pendidik Atau Guru
Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman belajar
para anak didik dan sebagai pedoman dalam mengadakan evaluasi terhadap
perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang
diberikan.
Fungsi Bagi Kepala Sekolah
Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yakni memperbaiki situasi
belajar. Sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise dalam menciptakan
situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih baik. Sebagai
pedoman dalam melaksanakan supervisi dalam memberikan bantuan kepasa guru
atau pendidik agar dapat memperbaiki situasi mengajar. Sebagai seorang
administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman untuk mengembangkan
kurikulum pada masa mendatang. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi
atas kemajuan belajar mengajar. (Soeopo dan Soemanto, 1993: 19).
Fungsi Bagi Orang Tua
Sebagai bentuk adanya partisipasi orang tua dalam membantu usaha sekolah
dalam memajukan putra-putrinya. Usaha-usaha tersebut dapat berupa materi atau
berupa sebuah pemikiran dalam penyusunan kurikulum yang akan dilaksanakan
sekolah tersebut.
Fungsi Bagi Anak Yang Dididik
Kurikulum sebagai organisasi belajar merupakan suatu persiapan bagi anak didik
sehingga anak didik dapat diharapkan mendapat sejumlah pengalaman baru dan
dapat dikembangkan kelak dikemudian hari dikehidupannya yang akan
mendatang.
Fungsi Bagi Sekolah Tingkat Di Atasnya
Fungsi kurikulum dalam hal ini dibagi menjadi 2, yaitu : pemeliharaan
keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga baru.
Fungsi Bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan Sekolah
Masyarakat dan pemakai lulusan sekolah ini juga ikut ambil bagian dari
kurikulum, yaitu : sebagai pengawas / pengontrol jalannya kurikulum dan sebagai
penyumbang pemikiran berupa kritik / saran dari kurikulum yang berlaku.
Selain fungsi di atas, kurikulum juga memilik fungsi lain yang memiliki pendekatan
berbeda dengan sebelumnya. Fungsi kurikulum menurut Alexander Inglis dalam
bukunya Principle of Secondary Education (1981) (Hamalik,1990:9) :
Fungsi Penyesuaian
Anak didik hidup dalam suatu lingkungan, sehingga anak didik dituntut untuk
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan tersebut. Lingkungan senantiasa
berubah, tidak statis, bersifat dinamis, karena itu anak didik diharapkan mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi seperti itu.
Fungsi Integrasi
Dalam hal ini, orientasi dan fungsi kurikulum adalah mendidik anak agar
mempunyai pribadi yang integral. Mengingat anak didik merupakan bagian
integral dari masyarakat, pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan
sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
Fungsi Diferensiasi
Pada prinsipnya, potensi yang dimiliki anak didik itu memang berbeda-beda, dan
peran pendidikanlah untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada itu secara
wajar, sehingga anak didik dapat hidup dalam masyarakat yang senantiasa
beraneka-ragam namun satu tujuan pembangunan tersebut. Berkaitan dengan
deverensiasi pada anak didik tersebut, Nabi Saw bersabda: Kami para Nabi
diperintahkan untuk menempatkan manusia sesuai dengan potensi akalnya (H.R.
Abu Bakar bin Asy-Syakir). Barangkali dapat diinterpretasikan bahwa pendidikan
dan kurikulum harus diorientasikan kepada pengembangan potensi yang berbeda-
beda dari anak didik, sehingga perlakuan terhadap mereka sepatutnya
mempertimbangkan perbedaan kemampuan dan potensi masing-masing.
Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan anak didik agar mampu melanjutkan studi
lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh. Apakah anak didik
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi atau persiapan untuk belajar di dalam
masyarakat. Seandainya dia tidak mungkin melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi (Hamalik, 1990:11). Bersiap untuk belajar lebih lanjut tersebut
sangat diperlukan, mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua apa
yang diperlukan anak didik, termasuk dalam pemenuhan minat mereka.
Fungsi Pemilihan
Dalam pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa fungsi kurikulum adalah
diferensiasi yakni memberikan layanan kepada anak didik sesuai dengan bakat,
minat, dan perbedaan-perbedaan pada dirinya. Kurikulum harus bersifat fleksibel,
artinya menyediakan berbagai pilihan program pendidikan yang dapat
dipelajarinya.
Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostik adalah agar siswa dapat melakukan evaluasi kepada dirinya dan
menyadari semua kelemahan dan kekuatan diri sehingga dapat memperbaiki dan
mengembangkannya sesuai dengan kemampuannya yang ada, yang pada akhirnya
dapat berkembang secara maksimal dalam masyarakat. Hal ini relevan dengan
fungsi pendidikan Islam, yakni menanamkan nilai-nilai insani dan nilai-nilai Ilahi
pada peserta didik. Menurut Noeng Muhadjir, nilai budaya termasuk insani,
sedangkan nilai agama termasuk nilai Ilahi. Relasi antara kedua nilai tersebut
menjadi linier-koheren, yang ada hubungan hierarkis dan etis yang menjadi
rujukan dan pemandu semua nilai
Peran kurikulum dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut :
Peranan Konservatif
Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai
warisan masa lalu kepada generasi muda yakni siswa. Siswa perlu memahami dan
menyadari norma-norma dan pandangan hidup masyarakatnya, sehingga ketika
mereka kembali ke masyarakat, mereka dapat menjunjung tinggi dan berperilaku
sesuai dengan norma-norma tersebut.
Peranan Kreatif
Peran kreatif kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat
membantu siswa untuk dapat mengembangakan setiap potensi yang dimilikinya
agar dapat berperan aktif dalam kehidupan social masyarakat yang senantiasa
bergerak maju secara dinamis. Kurikulum harus berperan kreatif, sebab manakala
kurikulum tidak mengandung unsur-unsur baru maka pendidikan selamanya akan
tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di sekolah pada akhirnya akan kurang
bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan sosial
masyarakat.
Peranan Kritis dan Evaluatif
Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab kadang-
kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan tuntutan
perkembangan masyarakat, demikian juga adakalanya nilai dan budaya baru yang
mana yang harus dimiliki anak didik. Dalam rangka inilah peran kritis dan
evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikulum harus berperan dalam menyeleksi dan
mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak
didik.
(Sumber : Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed. Pengemnbangan Kurikulum: Teori
dan Praktek. Yogyakarta. Ar Ruzz. 2007. halaman: 227-242)
3. Kurikulum sebagai sebuah sistem adalah adanya keterkaitan yang saling
berkesinambungan antara seperangkat komponen (tujuan, isi, proses belajar mengajar
dan lain-lain) guna untuk menunjang tujuan dari kurikulum tersebut. Beberapa ahli
mengemukakan bahwa untuk pengembangan kurikulum perlu diperhatikan
komponen-komponen kurikulum, menurut Nasution, komponen kurikulum antara
lain: 1) tujuan, 2) bahan pelajaran, 3) proses belajar mengajar, dan 4) penilaian.
(Sumber : S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VII,
2006. Halaman: 18)
Sedangkan menurut Hamalik, pengembangan kurikulum yang dilakukan hendaknya
mencakup: 1) tujuan kurikulum , 2) materi kurikulum, 3) metode kurikulum, 4)
organisasi kurikulum, dan 5) evaluasi kurikulum.
(Sumber : Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Halaman: 24)
Dalam pengembangannya, kurikulum juga mencakup azaz-azaz kurikulum, antara
lain:
a. Azaz filosofis yaitu azaz yang berkenaan dengan tujuan pendidikan.
b. Azaz psikologis yaitu azaz yang memperhitungkan factor anak dalam kurikulum
yang menyangkut 2 aspek yaitu psikologi anak, perkembangan anak; serta
psikologi belajar, bagaimana proses belajar anak.
c. Azaz sosiologis, yaitu azaz mengenai keadaan masyarakat, perkembangan dan
perubahan, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan
lain-lain.
d. Azaz organisatoris yaitu azaz yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi
bahan pelajaran yang disajikan.
(Sumber : S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VII,
2006.)
Jika dilihat dari sudut guru sebagai pengembang kurikulum dikenal jenis-jenis
kurikulum sebagai berikut:
Open curriculum (kurikulum terbuka), artinya kurikulum itu adalah guru. Guru
memiliki kebebasan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan keinginan
dan kemampuannya.
Close curriculum (kurikulum tertutup), artinya kurikulum sudah ditentukan
secara pasti mulai tujuan,materi, metode dan evaluasinya, sehingga guru tinggal
melaksanakan apa adanya.
Guide curriculum (kurikulum terbimbing), artinya kurikulum setengah terbuka,
setengah tertutup. Rambu-rambu pengajar telah ditentukan dalam kurikulum,
akan tetapi guru masih diberi kemungkinan untuk mengembangkan lebih lanjut
dalam kelas.
Menurut Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis kurikulum ada 3, yaitu :
Separated subject curriculum, yaitu semua bahan pelajaran terpisah. Artinya
segala bahan pelajaran yang disajikan dalam subject/mata pelajaran yang
terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain
Corelated curriculum, yaitu tiap-tiap mata pelajaran mempunyai hubungan. Pada
kurikulum ini terdapat korelasi secara insidental, hubungan yang lebih erat, satu
pokok bahasan dilihat dari berbagai sudut mata pelajaran dan mata-mata pelajaran
yang difusikan/disatukan, dengan menghilang-kan batas-masing-masing.
Integrated curriculum, yaitu beberapa mata pelajaran dipadukan. Dalam
integrated curiculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan sehingga
diharapkan akan membentuk anak-anak menjadi pribadi yang terintegrated.
(Sumber : S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VII,
2006.)
Adapun peranan kurikulum dan contoh-contohnya adalah sebagai berikut:
1. Peranan Konservatif adalah menekankan bahwa kurikulum itu bisa dijadikan
sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai budaya masa lalu yang masih relevan
dengan masa kini kepada generasi muda.
Contoh : Guru membimbing dan mengajarkan kepada anak tentang nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku di masyarakat sebagai pencerminan watak dan
karakter Bangsa Indonesia sejak dahulu.
2. Peranan Kreatif adalah menekankan bahwa kurikulum harus selalu mengikuti
perkembangan jaman, harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai
dengan perkembangan yang terjadi sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada
masa sekarang dan masa yang akan datang.
Contoh : Guru juga harus dapat kreatif dalam proses belajar mengajar dan harus
mengikuti perkembangan jaman agar siswa dapat mendapatkan pengalaman dan
pengetahuan baru dalam kehidupannya sesuai tren sekarang tetapi tetap masih
dalam norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
3. Peranan Kritis dan Evaluatif adalah peranan ini di latar belakangi oleh adanya
budaya masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan sehingga pewarisan
nilai-nilai budaya kepada peserta didik harus disesuaikan dengan perkembangan
yang terjadi pada masa sekarang.
Contoh : Guru juga dituntut untuk mengajarkan kepada siswa untuk menilai dan
memilih nilai dan budaya yang baru yang akan diwariskan tetapi tetap mengikuti
perkembangan jaman dan tidak harus meninggalkan nilai dan budaya yang sudah
berlaku sejak dahulu.
(Sumber : Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed, Pengemnbangan Kurikulum: Teori
dan Praktek, Yogyakarta, Ar Ruzz, 2007, halaman: 239-242)
4. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum didalam bukunya Abdullah Idi ada 7
prinsip, antara lain :
1. Prinsip Relevansi (Kesesuaian)
Kesesuaian antara lulusan suatu sekolah dengan tuntunan hidup yang ada pada
masyarakat. Masalah relevansi ini dapat dilihat dari berbagai segi, misal :
relevansi pendidikan dengan lingkungan siswa atau masyarakat, relevansi
pendidikan dengan tuntutan pekerjaan, relevansi pendidikan dengan ilmu
pengetahuan, dan relevansi perkembangan hidup sekarang dengan yang akan
datang.
2. Prinsip Efektifitas
Sejauh mana pengembangan kurikulum yang dicapai sesuai dengan keinginan
yang ditentukan. Efektifitas dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu : efektifitas mengajar
pendidikan dan efektifitas belajar anak didik.
3. Prinsip Efisiensi
Segala usaha, biaya, waktu, dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan
program pengajaran tersebut sangat optimal dan hasilnya bisa seoptimal mungkin,
tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar.
4. Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan)
Adanya saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis program pendidikan, dan
bidang studi.
5. Prinsip Fleksibilitas (Keluwesan)
Tidak kaku dan ada semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan gerak
untuk bertindak. Kebebasan untuk siswa yaitu untuk memilih program yang
disenangi. Sedangkan untuk guru yaitu kebebasan untuk mengembangkan
program-program pengajarannya sendiri tetapi tetap berpedoman pada ketentuan
yang digariskan oleh kurikulum.
6. Prinsip Berorientasi pada Tujuan
Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang
bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum merupakan
penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan
tertentu. Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan,
sikap dan nilai. Yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta
didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang
terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
7. Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum
Prinsip ini bermaksud bahwa harus ada pengembangan kurikulum secara bertahap
dan terus menerus yaitu dengan cara memperbaiki, menetapkan, dan
mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah berjalan setelah ada
pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya.
(Sumber : Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.Ed, Pengemnbangan Kurikulum: Teori
dan Praktek, Yogyakarta, Ar Ruzz, 2007, halaman: 179-183)
Selain 7 prinsip diatas, menurut Hamalik ada tambahan prinsip lagi, yaitu :
1. Prinsip Keseimbangan
Keseimbangan secara proporsional dan fungsional, antara berbagai program dan
subprogram, antara semua mata pelajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang
ingin dikembangkan.
2. Prinsip Keterpaduan
Melibatkan semua pihak, baik ditingkat sekolah maupun intersektoral.
Keterpaduan juga dalam proses pembelajaran, baik interaksi antar siswa dan guru,
maupun teori dan praktek.
3. Prinsip Mutu
Berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti
pelaksanaan pembelajaran yang bermutu, sedangkan mutu pendidikan
berorientasi pada hasil pendidikan yang berkualitas.
Contoh kongkritnya penerapan prinsip dalam pengembangan kurikulum :
Keberlangsungan proses pembelajaran di sekolah itu tidak lepas dari kehidupan sosial
di masyarakat. Dari kehidupan sosial itu, yang paling berpengaruhi adalah di
lingkungan keluarga karena disitulah dapat terbentuk watak dan karakter seseorang
untuk hidup di lingkungan masyarakat. Kedua proses pembelajaran di sekolah
maupun di masyarakat itu saling terkait dan saling berkesinambungan tapi tetap
berpedoman pada kurikulum. Proses pembelajaran di masyarakat cenderung bersifat
bebas untuk memiliki apa yang disenangi tetapi tetap diarahkan ke arah yang berguna.
Sedangkan pembelajaran di sekolah bersumber dari dinamika yang terjadi di
masyarakat dan berorientasi pada tujuan pendidikan yang ada di Indonesia. Dari
berbagai sumber yang berkembang di tengah-tengah masyarakat maupun
perkembangan ilmu pemgetahuan dan teknologi yang menjadi prinsip pengembangan
kurikulum yaitu relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efisiensi dan efektifitas.
(Sumber : Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Halaman: 32)
Pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi
dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang
sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik, ada berbagai macam
pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum yaitu:
Pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran
Mula-mula pelaksanan dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum itu
berdasarkan materi. Inti dari proses belajar mengajar ialah ditentukan oleh
pemilihan materi. Pendekatan ini diterapkan di Indonesia dalam kurikulum
sebelum kurikulum 1975.
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan
Pendekatan ini menempatkan rumusan atau penempatan tujuan yang hendak
dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar.
Pendekatan dengan pola organisasi bahan.
Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan: subject matter curicululm,
correlated curriculum, dan integrated curriculum.
(Sumber : Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum
Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. 2005)
5. Landasan pengembangan kurikulum antara lain :
Landasan Pengembangan Secara Filosofis
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran
filsafat untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Pandangan-pandangan
filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan terutama dalam menentukan arah
dan tujuan pendidikan. Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu
bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan perorangan akan sangat
mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Contoh implikasinya : Pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila. Jadi,
kurikulum yang berlaku harusnya sesuai dan berpedoman pada Pancasila.
Landasan Pengembangan Secara Psikologis
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang bersumber
dari psikologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada
dua jenis psikologi yang harus menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan dan
psikologi belajar. Psikologi perkembangan mempelajari proses dan karakteristik
perkembangan peserta didik sebagai subjek pendidikan, sedangkan psikologi
belajar mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar. Ada tiga
jenis teori belajar yang mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan
kurikulum, yaitu teori belajar kognitif, behavioristik, dan humanistik.
Contoh implikasinya : Guru dituntut dapat mengarahkan proses pembelajaran
pada siswa ke arah yang baik dan sesuai dengan perkembangan diri siswa agar
siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Landasan Pengembangan Secara Sosial Budaya.
Kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi
landasan dan tiitk tolak dalam melaksanakan pendidikan, karena kita merupakan
bagian dari masyarakat, mendapat pendididkan dalam lingkungan masyarakat dan
diharapkan mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Pengembangan
kurikulum pun harus mampu mempersiapkan individu agar menjadi warga
masyarakat yang diharapkan.
Contoh implikasinya : Didalam kurikulum, sudah ditetapkan adanya muatan lokal
yang sesuai budaya daerah masing-masing atau misal di Jawa Tengah, adanya
pelajaran Bahasa Jawa dan di daerah lain sesuai budaya masing-masing daerah.
Landasan Pengembangan Kurikulum Dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan individu menghadapi masa depan.
Dengan semakin kompleksnya permasalahan di masa sekarang, maka
berimplikasi juga pada pengembangan kurikulum yang didalamnya mencakup
pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi, media pembelajaran
dan penggunaan sistem evaluasi. Pengembangan kurikulum membutuhkan
sumbangan dari berbagai kajian ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware
maupun software sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan
diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Contoh implikasinya : Adanya pelajaran TIK pada sekolah agar dapat mengikuti
perkembangan IPTEK jaman sekarang dan yang akan datang.
(Sumber : Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum
Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. 2005)