Download - TUGAS MATRA LAUT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini, terutama di daerah perkotaan, kemujuan dibidang industri dan
peningkatan jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun mengakibatkan
peningkatan polusi udara.
Demikian pula kebiasaaan tinggal di ruangan ber AC yang disertai dengan
berbagai macam asap rokok, akan membuat udara pernafasan semakin tercemar.
“Suka atau tidak suka” udara pernafasan yang kita hirup adalah udara pernafasan
yang sangat tidak sehat, baik ketika kita berada di dalam maupun di luar ruangan.
Menurut data WHO, Indonesia merupakan negara berpolusi tertinggi ketiga di
dunia setelah Mexico dan Thailand. Sehingga, saat in ipenyakit paru dan saluran
pernafasan di Indonesia sudah menjadi pembunuh utama (Jakarta Post) setelah
penyakit jantung pada tahun 1997.
Oksigen mutlak dibutuhkan setiap saat selama manusia hidup, sehingga terapi
oksigen (HBO) bukan hanya dibutuhkan saat mengalami sesak nafas saja, tapi juga
pada saat ‘tanpa keluhan kesehatan’. Pemberian oksigen yang cukup akan
memperkecil angka kesakitan dan kematian akibat berbagai penyakit.
Hyperbaric Oxygen therapy (HBO) adalah terapi dengan memberikan oksigen
100% saat bernafas pada tekanan lebih dari satu atmosfir melalui media ruang udara
bertekanan tinggi (RUBT). Terapi ini juga merupakan satu-satunya metode terapi
oksigen yang paling ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah pula
karena didukung oleh bukti-bukti dari hasil penelitian, serta selama proses terapi
selalu dipantau oleh dokter ahli hiperbarik.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami manfaat terapi oksigen hiperbarik
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Diharapkan mahasiswa mampu memahami tujuan terapi oksigen
1.2.2.2 Diharapkan mahasiswa mampu memahami indikasi terapi oksigen
1.2.2.3 Diharapkan mahasiswa mampu memahami kontra indikasi terapi
oksigen
1
1.2.2.4 Diharapkan mahasiswa mampu memahami metode pemberian
terapi oksigen
1.2.2.5 Diharapkan mahasiswa mampu memahami system pemberian
terapi oksigen
1.2.2.6 Diharapkan mahasiswa mampu memahami resiko terapi oksigen
1.3 Metode Penulisan
1.3.1 Metode Penulisan.
Didalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode deskripsi.
1.3.2 Tekhnik Penulisan.
1.3.2.1 Metode Observasi
Yaitu bentuknya langsung yang diajukan pada narasumber terhadap
permasalahan yang akan di bahas
1.3.2.2 Metode Perpustakaan
Yaitu diambil dari buku :
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan Makalah Asuhan Keperawatan ini terdiri dari 3 bab,
yang mana dari perbab dan isi dalam bab tersebut diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab yang memberikan gambaran awal dari Makalah Asuhan
Keperawatan yang berisikan: latar belakang, tujuan, metode penulisan,
sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Teori-teori tentang tugas keluarga dalam tahap perkembangan yang
meliputi : Definisi, tujuan, indikasi, konta indikasi, metode, system
pemberian dan resiko terapi oksigen.
BAB III : PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Terapi oksigen hiperbarik adalah terapi menggunakan oksigen murni sebagai
media nafas yang diberikan di dalam ruang udara bertekanan tinggi (hyperbaric
chamber), semula terapi ini dikhususkan untuk penyelam yang mengalami kelainan
atau penyakit akibat penyelaman. Tapi kemudian dikembangkan untuk terapi
penyakit klinis serta dapat meningkatkan kebugaran.
2.2 Tujuan Terapi Oksigen
Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki
hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2
lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%. Besarnya fraksi oksigen inspirasi
yang didapat unit paru sesuai dengan volume oksigen yang diberikan pada pasien
dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 2
Alat Aliran (L/menit) Fi O2 (fraksi oksigen inspirasi)
Kanula nasal 1
2
3
4
5
6
0,24
0,28
0,32
0,36
0,40
0,44
Masker oksigen 5-6
6-7
7-8
0,40
0,50
0,60
3
Masker dengan
kantong reservoir
6
7
8
9
10
0,60
0,70
0,80
≥0,80
≥0,80
Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat
terbatas pada hipoksia stagnan. Anemik dan histotoksik, karena yang dapat dicapai
melalui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut di dalam darah
arteri. Hal ini juiga berlaku bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah
vena yang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pada bentuk hipoksia hipoksik
lainnya, pemberian O2 sangat bermanfaat. Namun perlu diingat, bahwa pada
penderita gagal paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat sedemikian
tingginya sampai menekan dan bukan merangsang pernafasan.3
Walau tergolong jenis terapi dan teknologi kesehatan mutakhir, tetapi dengan
menggunakan oksigen murni yang mulai marak sekarang, sebenarnya sudah
ditemukan sejak hampir 400 tahun yang lalu, namun berbgai benturan yang dihadapi
membuat dunia kesehatan terkesan kurang mengakui teknik ini. Di Indonesia sendiri
terapi oksigen murni dengan mempergunakan ruang hiperbarik mulai dikenal sejak
tahun enam puluhan. Namun penggunaannya masih terbatas bagi kalangan penyelam
AL yang mengalami penyakit dekompensasi yang terjadi akibat penurunan tekanan
yang terlampau cepat dari bawah keatas permukaan air. Gejala-gejalanya antara lain
adalah nyeri diseluruh tubuh, pusing dan kehilangan orientasi.1
2.3 Indikasi Terapi Oksigen
Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat
terbatas pada hipoksia stagnan, anemik dan histologik.karena yang dapat dicapai
melelui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut didalam darah
arteri. Hal ini berlaku juga bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah
venayang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pad abentuk hipoksia hipoksik
lainnya, pemberian O2 sangat bermanfaat namun perlu diingat, bahwa penderita
4
dengan gagal paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat sedemikian tingginya
sampai menekan dan bukan merangsang pernafasan. Sebagian penderita ini tetap
bernafas karena adanya rangsang kemoreseptor karotis dan aorta padapusat
pernafasan. Apabila pemicuan oleh hipokisia dihilangkan melalui pemberian O2,
pernafasan dapat berhenti. Selama apnea, PO2 darah arteri menurun, namun
pernafasan mungkin tidak akan timbul kembali, karena peningkatan PCO2 akan lebih
mendepresi pusat pernafasan. Oleh sebab itu, pemberian O2 pada keadaan ini dapat
berakibat fatal.3
Dalam perkembangannya barulah terapi oksigen ini dipakai untuk mengatasi
penyakit-penyakit seperti luka pada penderita diabetes hingga stroke. Tetapi yang
membuatnya menanjakpopuler sekarang ternyata adalah dengan meningkatnya
kebutuhan orang akan hal kecantikan dan kebugaran. Secra perlahan kalangan awam
mulai mengenal hal ini hingga baru sekarang teknik terapi ini dikenal orang sebagai
terapi modern dalam dunia kesehatan.sekarang banyak yang menggunakan terapi ini
untuk mencegah penuaan,menambah kecantikan dan kebugaran juga mencegah
terjadinya kebotakan, dimana melalui sebuah survei mencatat alasan yang cukup
tinggi pada pengguna terapi ini.
Begitupun belum banyak pusat pusat kesehatan yang menyediakan fasilitas ini
karena biayanya yang masih relatif mahal dan terapinya yang harus dilakukan secara
berkala. Sementara di Amerika, Eropa dan Jepang pemakaiannya ternyata sudah
begitu meluas sampai pusat-pusat kebugaran. Sebuah laporan malah menyebutkan
adanya tempat yang dinamakan Oxy Bar dimana pengunjung dapat menghirup
oksigen murni dengan berbagai pilihan yang beragam.1
Pemanfaatan terapi hiprebarik oksigen ini mengambil suatu pelajaran dari
kecelakaan penyelaman dan segala penyakit yang ditimbulkannya. Sebetulnya,
bahaya atau penyakit yang dialami oleh penyelam juga dirasakan sama oleh pekerja
di ruang adara bertekanan tinggi. Saat turun, dapat terjadi barotrauma yang terjadi
pada telinga, gigi lubang, paru-paru dan lainnya.
Ketika didasar, dapat mengalami keracunan udara pernafasan seperti keracunan
oksigen, nitrogen, karbonmonoksida, maupun karbondioksida. Sedang saat naik,
dapat terjadi penyakit dekompresi, serta barotrauma.
Karenanya banyak penyakit yang dapat di terapi dengan hiperbarik ini seperti
penyakit dekompresi, emboli udara, aktinomikosis,anemia, insufisiensi arteri perifer
akut, infeksi bakteri, keracunan CO, keracunan sianida, gas gangren, cangkokan
5
kulit, infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan an-aerob, osteoradionekrosis,
radionekrosis jaringan lunak, sistisis akibat radiasi, ekstraksi gigi pada rahang yang
diobati dengan radiasi, mukomikosis, osteomielitis, ujung amputasi yang tidak
sembuh, luka diabetik, inhalasi asap, serta luka bakar.5
Terapi dengan oksigen murni mempunyai efek yang baik bagi aliran darah da
kelangsungan hidup jaringan yang terkena gangguan kekurangan oksigen.
Penggunaan terapi oksigen bertekanan tinggi ini kian meningkat dalam klinis. Pada
jaringan disekitar yang terdapat luka, biasanya terjadi hambatan kelancaran aliran
oksigen. Padahal oksigen itu penting dan merupakan salah satu faktor penentu dalam
proses penyembuhan luka, biasanya terjadi hambatankelancaran aliran oksigen.
Padahal oksigen itu penting dan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses
penyembuhan luka, sekaligus menangkal terjadinya infeksi. Kemampuan
menghambat terjadi infeksi dengan terapi oksigen bertekanan tinggi ini punya ciri
dan kelebihan tersendiri dibanding dengan pemakaian antibiotika.5
Beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum melakukan terapi oksigen yaitu
diagnosis yang tepat, pengobatan optimal dan indikasi terapi oksigen ini akan dapat
memperbaiki keadaan hipoksemia dan perbaikan klinik. Kriteria pemberian terapi
oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini.2
1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus)
Diberikan apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:
PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%
PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale,
polisitemia (hematokrit >56%)
2. Pemberian secara berselang
Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:
Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%
Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai komplikasi
seperti hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.
Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen perlu
dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu tidaknya terapi
oksigen jangka panjang.
6
2.4 Kontra Indikasi Terapi Oksigen
Kasus-kasus yang tak diperkenankan menggunakan terapi ini antara lain adalah
orang dengan kelainan paru-paru karena bisa mengakibatkan pecahnya paru-paru
dalam ruangan bertekanan tinggi, orang dengan riwayat operasi paru, infeksi saluran
nafas atas, cedera paru, tumor ganas, orang yang mengidap penyakit-penyakit
menular lain dan mengidap gaustrophobia (rasa takut berada dalam ruangan
tertutup). Karena itu, biasanya pasien diminta menyediakan data pemeriksaan darah
lengkap dan hasil foto rontgen paru minimal 6 bulan berselang sebelum memulai
terapi oksigen hiperbarik ini. Jadi bila ingin mencoba terapi oksigen mutakhir dengan
cara menghirup oksigen murni dalam ruangan hiperbarik ini tentu saja tak ada
salahnya, tetapi jangan lupa untuk memenuhi persyaratan dan prosedurnya serta satu
hal yang paling penting yaitu harus terlebih dahulu dimulai dengan berkonsultasi
pada ahlinya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.1
Berapa lama biasa terapi ini dilakukan? Berbeda dengan kasus-kasus
penyelamanyang membutuhkan waktu hingga lima jam, dari survey didapat data
kira-kira sekitar satu jam untuk tujuan kebugaran dan kecantikan dan bisa lebih lama
sedikit untuk penyakit-penyakit yang lebih serius. Terapi oksigen hiperbarik ini
dilakukan secara berkala mulai dari enam sampai sepuluh kali berturut-turut selama
satu jam tergantung pada tempat penyedia fasilitasnya.
Kontra indikasi terapi hiperbarik terutama pada penderita pneumothorak yang
belum dirawat, kecuali bila sebelum pemberian oksigen hiperbarik dikerjakan
tindakan bedah untuk mengatasi pneumothorak tersebut, dan juga bagi yang sedang
hamil. Karena tekanan partial oksigen yang tinggi berhubungan dengan penutupan
patent ductus arteriosus bersifat bahaya bagi kehamilan dan janin yang dikandung.
Namun demikian, ada juga penelitian yang menunjukkan hasil, komplikasi seperti itu
tidak terjadi.
Penggunaan terapi oksigen hiperbarik sangat luas. Meskipun demikian
penggunaannya relatif masih kecil dibanding jumlah penduduk Indonesiayang
sedemikian besar.
2.5 Metode
7
Oksigen diberikan dengan kanula nasal 2 (dua) liter permenit dapat
meningkatkan fraksi oksigen inspirasi dari 21% menjadi 27%, pendapat lain
menyatakan bahwa oksigen dapat diberikan 2-4 liter per-menit. Metode ini kurang
efisien sebab hanya oksigen yang mengalirpada awal inspirasi saja yang sampai di
alveoli dan ikut proses pertukaran gas. Penggunaan kateter transtrakeal merupakan
salah satu carauntuk mengatasi kurang efisiennya metode pemberian oksigen dengan
kanula nasal. Keuntungan kateter transtrakeal adalah mengurangi volume ruang rugi
anatomik, karena oksigen yang diberikan dosis kecil dan langsung melalui trakea,
mengurangi iritasi nasal, telinga dan fasial serta mencegah bergesernya alat tersebut
pada saat tidur. Komplikasi yang dapat terjadi dengan cara pemberian seperti ini
adalah emfisema subkutis, bronkospasme, batuk paroksismal, dislokasi kateter,
infeksi di lubang trakea tempat masuknya kateter transtrakeal dan mucous ball yang
bisa mengakibatkan keadaan menjadi fatal.
Terapi oksigen dengan ruang hiperbarik dilakukan dalam ruangan yang terbuat
dari baja dengan tekanan udara dibuat berkisar antara2-3 atm. Dalam tekanan yang
lebih tinggi ini perjalanan oksigen ternyata akan menjadi lebih lancar termasuk bagi
oarang yang mengalami penyempitan pembuluh darah. Oksigen murni yang
dihirupnya akan tetap lancar memasuki pembuluh darah menuju sel karena tekanan
tinggi akan oksigen larut dalam cairan tubuh sehingga dapat sampai kesetiap jaringan
tubuh dengan cepat. Dengan mekanisme ini maka semua jaringan sel dalam tubuh
akan mendapat oksigen secara maksimal sehingga metabolisme tubuh pun akan
berlangsung lebih baik.
Penggantian jaringan yang rusak termasuk penyembuhan luka pun akan
berlangsung lebih cepat. Beberapa penelitian malah menyebutkan keadaan ini juga
dapat membunuh berbagai macam bakteri penyebab penyakityang ada didalam
tubuh. Dengan metabolisme maksimal makaproses penuaan pun akan dapat dihanbat
sehingga orang akan kelihatan tetap cantik dan bugar. Sebuah survey konsumen di
Amerika mencatat berbagai problem kesehatan yang melatarbelakangi pemilihan
terapi ini seperti diabetes, stroke, anemia berat, hingga cedera atau luka seperti
cedera olah raga, luka bakar dan sebagainya. Rata-rata ruangan hiperbarik yang ada
sekarang bisa menampung beberapa pasien sekaligus.
Awalnya, terapi oksigen hiperbarik (OHB) biasa digunakan sebagai terapi bagi
penyelam untuk menormalkan gas-gas dalam tubuhnya. Biasanya, penyelam
dimasukkan kedalam Hyperbaric Chamber atau Ruang Udara Bertekanan Tinggi
8
(RUBT) lalu diberi oksigen murni (100 persen) dengan cara dihirup melalui hidung
dengan menggunakan masker. Peserta bisa duduk atau berbaring didalamnya. Pada
prinsipnya, dalam terapi hiperbarik ini, penderita atau peserta menghisap oksigen
dalam ruangan bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Tekanan yang
diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa. Sedangkan oksigen murni yang
terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Hiperbarik ini mempunyai
manfaat yang cukup banyak. Menurut Dr Muhammad Akbar, Sp.S, ketua bagian
saraf Unhas/RS Wahidin Sudirohusodo, terapi hiperbarik sangat baik untuk
menormalkan jaringan hipoksia (kekurangan oksigen) dan anoksia (tidak ada
oksigen), dan meningkatkan kemampuan lekosit membunuh kuman. Tak hanya itu,
terapi oksigen itu juga dapat meningkatkan neovaskularisasi (jaringan darah) dan
proliferasi (pertambahan sel baru yang menggantikan sel mati) serta mengobati
penyakit dekompresi. Belakangan, para ilmuwan menemukan bahwa terapi oksigen
tersebut juga baik bagi penderita diabetes mellitus (DM) maupun stroke. Bahkan,
dikota-kota besar di luar negri maupun di Jakarta dan di Surabaya, penggunaan terapi
oksigen ini berkembang pesat. Terapi oksigen hiperbarik mulai dikenal sebagai terapi
yang dapat membuat tubuh sehat dan bugar, bahkan menjadi salah satu jurus ampuh
untuk tampil awet muda dengan cara paling aman.
Prinsip dasar terapi hiperbarik, penderita menghisap oksigen dalam ruangan
bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Dengan tekanan yang
diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa, dan oksigen murni yang
terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Sehingga total oksigen mampu
terkonsumsi dalam terapi hiperbarik oksigen ini, 15 kali lebih banyak,dibanding
bernafas dalam keadaan biasa.
Pelaksanaan pengobatan dengan oksigen hiperbarik dapat dikerjakan di dalam
kamar tunggal (monoplace chamber) atau kamar ganda (multiplace chamber). Kamar
udara bertekanan tinggi ganda dapat digunakan oleh banyak orang, maximum 10
orang.di sini penderita dapat didampingi oleh perawat atau dokter yang
ikutmengalami tekanan bersama dengan penderita. Dalam kamar udara bertekanan
tinggi ganda ini penderita menghisap oksigen 100% melalui masker.
Kamar udara bertekanan tinggi ganda ini cocok digunakan untuk penderita
yang karena keadaannya perlu seorang pendamping, atau bilamana akan dilakukan
tindakan bedah atau yang akan menjalani tindakan lainnya.
9
Dengan terapi oksigen murni, tak perlu waktu yang begitu panjang, paling
hanya satu jam. Meski demikian, dengan mekanisme sel yang mudah dipercepat
menjadi tua, dan yang tua dengan cepat diganti yang muda, metabolisme sel tubuh
menjadi sempurna kembali dalam waktu yang relatif singkat.
2.6 Sistem Pemberian Oksigen
Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3 macam:
1. Oksigen dimampatkan bertekanan tinggi
Oksigen disimpan dalam tabung metal bertekanan tinggi, aliran udara dapat
diatur dengan alat regulator. Macam-macam tabungnya adalah tabung H (244
cuff), tabung E (22 cuff), tabung D (13 cuff). Keuntungannya adalah murah
harganya, tersedia cukup banyak dan dapat disimpan lama. Kerugiannya adalah
berat, kurang praktis dalam pengisian dan mudah meledak.
2. Oksigen cair
Oksigen cair tidak bertekanan tinggi dan dapat disimpan dalam tempat tertentu,
dilengkapi dengan alat HCF4 untuk mengubah oksigen cair menjadi gas
sehingga dapat dihirup. Tempat pennyimpanan tersebut dinamakan dewar yang
dapat menyimpan O2 cair pada suhu -273oF. Umumnya dewar berisi 100 pound
oksigen yang dapat habis dalam satu minggu bila dipakai terus-menerus
dengan aliran 2 liter permenit.
3. Oksigen konsentrat
Sistem oksigen konsentrat didapat dengan mengekstraksikan udara luar
menggunakan metode molekuler sieve. Oksigen diekstraksi sehingga dapat
diberikan kepada pasien dan nitrogen dibuang kembali ke udara luar.
2.7 Resiko Terapi Oksigen
Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi
bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari.
Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang
merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom
yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas
karbondioksida dan atelektasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga
pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan
10
kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi,
menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk.
Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2,
selanjutnya mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan
pemadatan jaringan paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi
ini adalah retinopti prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan
jaringan vaskuler opak pada matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan
berat. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya
iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa
pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik)
dapat menghasilkan peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia,
sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya.
Tak hanya untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan., oksigen juga sangat
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Tipe-tipe kekurangan oksigen dalam tubuh
terbagi dua:
a. Hipoksemia yaitu suatu keadaan dimana terjadipenurunan konsentrasi oksigen
dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal,
SaO2 95%
11
b. Hipoksia yaitu kekurangan oksigen ditingkat jaringan
c. Gagal nafas yaitu suatu keadaan kritis dimana kebutuhan oksigen darah dan
sistem organ tidak tercukupi
Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki
hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2
lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%.
Indikasi Terapi Oksigen Kontra Indikasi Terapi
Oksigen
Resiko terapi oksigen
a. Diabetes
b. Stroke
c. Terapi untuk
kecantikan dan
kebugaran
d. Penyakit dekompresi
e. Emboli udara
f. Aktinomikosis
g. Anemia
h. Insufisiensi arteri
perifer akut
i. Infeksi Bakteri
j. Keracunan CO
k. Keracunan sianida
l. Gas ganren
m. Cangkokan kulit
n. Infeksi jaringan
lunak
o. Osteomielitis
p. Ekstraksi gigi
a. Kelainan paru
b. Riwayat operasi paru
c. Infeksi saluran nafas
atas
d. Cedera paru
e. Tumor ganas
f. Penyakit menular
g. Pengidap
gaustrophobia
h. Kehamilan
i. Pneumothorax
a. Keracunan oksigen
b. Retensi CO2
c. Atelektasis
d. Disstress substernal
e. Kongesti hidung
f. Nyeri tenggorokan
g. Batuk
h. Retinipati prematuritas
i. Kedutan otot
j. Rasa pening
k. Kejang
l. Bunyi berdering dalam
m. Telinga
n. Koma
3.2 Saran
3.2.1 Diharapkan mahasiswa hendaknya benar-benar memahami konsep dasar
penyakit flu hongkong, sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
komprehensif pada klien.
12
3.2.2 Untuk pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan
dengan makalah ini, sehingga mempermudah mahasiswa dalam pembuatan
makalah yang lebih baik, sehingga dapat dijadikan acuan bagi peserta didik
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. Meditasi Dzikir. Stress and Health Solution. Web .15 january 2011.
www.MedDzik.org
Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005
Ganong, F. William. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. jakarta: EGC. 2003
Latief, A. Said. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intesif.
Jakarta. 2002
13
Anonymous. Hiperbari Terapi Oksigen Murni Tekanan Tinggi. Web 11 15 january 2011.
www.pikiranrakyat.com
Anonymous. Sehat dan Bugar dengan Terapi Oksigen. Web. 15 january 2011.
www.fajar.co.id
14