draft budidaya tanaman kentang

18
BUDIDAYA TANAMAN KENTANG Disusun Oleh: Gilang Prasetya (12023) Sarjono (12247) Novi Anjarwati (12266) Hervy M. (12291) Dianah K. (12388) Purnomo Dwi A. (12417) Trias Seprianto (12462) Sarah (12500) Jadid (12558) Adwitya Handriawan (12597) Neni Kholimah (12619) BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

Upload: gilangprasetya

Post on 26-Nov-2015

128 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

tata cara budidaya kentang

TRANSCRIPT

  • BUDIDAYA TANAMAN KENTANG

    Disusun Oleh:

    Gilang Prasetya (12023)

    Sarjono (12247)

    Novi Anjarwati (12266)

    Hervy M. (12291)

    Dianah K. (12388)

    Purnomo Dwi A. (12417)

    Trias Seprianto (12462)

    Sarah (12500)

    Jadid (12558)

    Adwitya Handriawan (12597)

    Neni Kholimah (12619)

    BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2013

  • I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kentang (Solanum tuberosum) merupakan salah satu komoditas yang paling penting di

    dunia. Umbi kentang merupakan umbi-umbian yang paling banyak dibudidayakan di dunia.

    Kentang telah diproduksi di banyak negara di dunia dan menjadi bahan konsumsi bagi sebagian

    besar populasi manusia di dunia. Selain untuk pangan, kentang juga dikembangkan sebagai

    bahan baku industri terutama sebagai makanan ringan. Di Indonesia, kentang menjadi salah satu

    komoditas yang memperoleh prioritas utama untuk dikembangkan. Banyak petani di dataran

    tinggi yang memilih kentang sebagai komoditas untuk dibudidayakan, misalnya di daerah Dieng

    dan Banjarnegara. Hal ini dikarenakan kandungan nutrisi kentang yang kaya akan karbohidrat

    menjadikan kentang sebagai salah satu pangan alternatif dalam pelaksanaan program

    diversifikasi pangan. Selain itu, kentang juga memiliki kandungan protein dan vitamin B yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas pangan lain seperti singkong dan ubi jalar, serta

    kandungan vitamin C yang sebanding dengan setengah kebutuhan optimumnya dalam sehari.

    Salah satu faktor pembatas budidaya kentang adalah teknik budidaya yang kurang

    dikuasai oleh petani. Untuk memperoleh produksi kentang yang tinggi sehingga kebutuhan akan

    kentang dapat terpenuhi, diperlukan teknik budidaya yang baik.

    B. Tujuan

    Mengetahui teknik budidaya kentang yang baik sehingga dapat diperoleh produksi yang

    tinggi dan manajemen usaha tani yang efektif.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    Kentang merupakan salah satu pangan utama dunia setelah padi, gandum, dan jagung

    Disamping itu, kentang termasuk salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai

    perdagangan domestik dan potensi ekspor yang cukup baik (Wattimena, 2000). Kentang berasal

    dari wilayah Pegunungan Andes di Peru dan Bolivia, tetapi tanaman kentang yang masuk ke

    Indonesia adalah kentang yang berasal dari Amerika Utara (Setiadi, 1993).

    Tanaman kentang merupakan salah satu tanaman yang melalui perbanyakan secara

    vegetatif dengan menggunakan umbi akar. Secara morfologi, umbi adalah batang pendek, tebal

    dan berdaging dengan daun yang berubah menjadi kerak atau belang, berdampingan dengan

    tunas samping (aksilar) yang biasa dikenal sebagai mata. Proses pembuahan umbi ditandai

    dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari rizoma/stolon dan diikuti pembesaran hingga

    rizoma tersebut membengkak. Bentuk umbi tanaman kentang beragam , ada yang memanjang,

    kotak, bulat, atau pipih dengan warna kuning muda atau putih (Rubatzky, 1995).

    Menurut Setiadi (2009), tanaman kentang diklasifikasikan ke dalam :

    Divisio : Spermatophyta

    Subdivisio : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledoneae

    Ordo : Solanales

    Familia : Solanaceae

    Genus : Solanum

    Spesies : Solanum tuberosum L.

    Di Indonesia pada umumnya kentang dibudidayakan di dataran tinggi, hal ini menjadi

    kendala dalam menjaga kelestarian alam. Pengusahaan kentang di dataran tinggi terus menerus

    dapat merusak lingkungan, terutama terjadinya erosi dan menurunkan produktivitas tanah. Oleh

    karena itu langkah perluasan penanaman kentang di dataran medium merupakan salah satu

  • langkah alternatif yang dapat diupayakan. Khususnya di lahan sawah tadah hujan untuk

    membantu peningkatan pendapatan petani di daerah tersebut (Subhan, 1998).

    Kendala peningkatan produksi kentang di Indonesia diantaranya yaitu : (1) rendahnya

    kualitas dan kuantitas bibit kentang, yang merupakan perhatian utama dalam usaha peningkatan

    produksi kentang di Indonesia, (2) teknik budidaya yang masih konvensional, (3) faktor

    topografi, dimana daerah dengan ketinggian tempat dan temperatur yang sesuai untuk

    pertanamankentang di Indonesia sangat terbatas, (4) daerah tropis Indonesia merupakan tempat

    yang optimum untuk perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman kentang (Kuntjoro, 2000).

  • III. TANAMAN KENTANG

    A. Pengertian

    Kentang merupakan tanaman dikotil, termasuk dalam Kingdom Plantae, divisi

    Magnoliophyta dengan kelas Magnoliopsida, termasuk dalam ordo Solanes dan family

    Solanaceae dengan genus Solanum dengan nama spesies Solanum tuberosum. Kentang di

    Indonesia ditanam di daerah dataran tinggi lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman

    kentang yang dihasilkan secara aseksual dari umbi akan memiliki akar serabut dengan

    percabangan halus, agak dangkal dan akar adventif yang berserat menyebar, sedangkan tanaman

    kentang yang tumbuh dari biji akan membentuk akar tunggang ramping dengan akar lateral yang

    banyak.

    B. Syarat Tumbuh

    Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi atau daerah

    pegunungan dengan ketinggian 1000-3000 m diatas permukaan laut (dpl). Ketinggian tempat

    yang ideal berkisar antara 1000-1300 m dpl dan untuk dataran medium pada ketinggian 300-700

    m dpl (Samadi, 1997).

    a. Iklim

    Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah (dingin) dengan

    suhu rata-rata harian antara 15-20 oC. Kelembaban udara 80-90 %, cukup mendapat sinar

    matahari (moderat) dan curah hujan 200-300 mm per bulan atau rata-rata 1000 mm selama

    pertumbuhan (Rukmana, 1997). Suhu tanah optimum untuk pembentukan umbi yang normal

    berkisar antara 15-18 oC. Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang

    dari 10oC dan lebih dari 30

    oC (Samadi, 1997).

    b.Tanah

    Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan

    organik, bersolum dalam, aerasi dan drainasenya baik dengan reaksi tanah (pH) 5-6,5. Jenis

    tanah yang paling baik adalah Andosol dengan ciri-ciri solum tanah agak tebal antara 1-2 m,

    berwarna hitam atau kelabu sampai coklat tua, bertekstur debu atau lempung berdebu sampai

    lempung dan bertekstur remah. Jenis tanah andosol memiliki kandungan unsur hara sedang

    sampai tinggi, produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai netral

    (Rukmana, 1997).

  • Di daerah yang berangin kencang harus dilakukan pemberian air pengairan yang cukup

    dan sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin kencang yang berkelanjutan

    berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman dan

    penularan bibit penyakit ke tanaman dan ke areal pertanaman yang lain.

    C. Persiapan Bahan Tanam

    Dalam mempersiapkan bibit perlu dilaksanakan pemeliharaan terhadap bibit sebelum

    dilaksanakan penanaman, dalam hal ini dilakuan seleksi untuk membuang yang rusak atau sakit

    secara visual atau terlihat oleh mata telanjang sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas

    baik dan dapat berproduksi tinggi serta memberikan keuntungan yang besar.

    Menurut Rukmana (1997), bibit kentang bermutu harus memenuhi syarat sebagai berikut

    a. Bibit bebas hama dan penyakit

    b. Bibit tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni)

    c. Ukuran umbi 30-45 gram berdiameter 35-45 mm (bibit kelas I) dan 45-60 gram

    berdiameter 45-55 (bibit kelas II) atau umbi belah dengan berat minimal 30 gram.

    d. Umbi bibit tidak cacat dan kulitnya kuat.

    Ciri umbi bibit yang siap tanam adalah telah melampaui masa istirahat atau masa

    dormansi selama 4 bulan sampai 6 bulan dan telah bertunas sekitar 2 cm. Penanaman

    umbi bibit yang masih dalam masa dormanis atau belum bertunas pertumbuhannya akan

    lambat dan produktivitasnya rendah. Umbi bibit yang disimpan terlalu lama sampai

    pertumbuhan tunasnya panjang-panjang harus dilakukan perompesan lebih dulu yang

    dikerjakan sebulan sebelum tanam. Tanpa perompesan, tanaman akan tumbuh lemah.

    D. Persiapan lahan

    Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah karena hama atau

    penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi anaerob (Samadi, 1997). Kegiatan

    persiapan lahan tanaman kentang hingga siap tanam dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap

    awal dari kegiatan tersebut adalah perencanaan yang meliputi penentuan arah bedengan,

    terutama pada lahan berbukit, pembuatan selokan, pemeliharaan tanaman dan pemupukan.

    Tahap berikutnya ialah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau pencangkulan

    sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian diistirahatkan selama 1 sampai 2 mingu.

  • Pengolahan tanah dapat diulangi sekali lagi hingga tanah benar-benar gembur sambil meratakan

    tanah dengan garu atau cangkul untuk memecah bongkahan tanah berukuran besar.

    Dua minggu setelah pembajakan tanah dan penggemburan, dilakukan pembuatan

    bedengan dan selokan untuk irigasi atau pengairan. Bedengan dibuat membujur searah Timur-

    Barat, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Bedengan

    berukuran lebar 70-100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang merupakan lebar selokan

    adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Kedalaman selokan sama

    dengan tinggi bedengan (30 cm). Selanjutnya di sekeliling petak-petak bedengan dibuat selokan

    untuk pembuangan air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm (Samadi, 1997).

    Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan. Pupuk dasar

    yang terdiri dari pupuk organik dan anorganik diberikan sebelum tanam. Pupuk organik

    diberikan pada permukaan bedengan kira-kira satu minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk

    organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan dicampurkan dengan tanah bedengan

    sampai kedalaman 20 cm ketika penggemburan tanah yang terakhir dan dengan diberikan pada

    lubang tanam. Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 300

    kg sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan pemberian pupuk organik (Samadi, 1997).

    Kebutuhan pupuk organik mencapai 20-30 ton per hektar.

    E. Penanaman

    Penanaman tanaman kentang perlu dipersiapkan dengan baik, terutama untuk jarak tanam

    dan waktu tanam. Penentuan jarak dan waktu tanam yang tepat akan memaksimalkan

    produktivitas tanaman ini. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai jarak dan waktu tanam :

    a. Jarak tanam

    Jarak tanam pada penanaman kentang sangat bervariasi tergantung varietasnya. Pada

    varietas Granola umumnya ditanam dengan jarak tanam 30 x 70 cm dan kedalaman lubang

    tanam 810 cm. Khusus di dataran menengah, jarak tanam 5030 cm untuk sistem bedengan atau

    6070 cm x 30 cm untuk sistem guludan.Penanaman bibit kentang yang paling sederhana yaitu

    dengan cara umbi bibit diletakkan dalam alur tepat di tengahtengah dengan posisi tunas

    menghadap keatas dan jarak antara umbi bibit dalam alur adalah 2530 cm(Rukmana, 1997).

    Menurut Soewito (1989) jarak tanam tanaman kentang yang baik yaitu 3040cm.

  • b. Waktu tanam

    Waktu tanam sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman.Waktu tanam yang

    paling baik di daerah dataran tinggi yaitupada kondisi cerah. Sedangkan di dataran menengah,

    waktu tanam yang paling baik ketika musim kemarau agar pada saat pembentukan umbi kentang

    keadaan suhu malam hari paling rendah. Menurut Samadi (1997), penanaman bibit kentang yang

    paling baik dilakukan pada pagi atau sore hari. Penanaman pada siang hari dapat menyebabkan

    kelayuan sehingga tanaman terhambat pertumbuhannya, bahkan tanaman menjadimati.

    F. Pemeliharaan

    Pemeliharaan pada budidaya tanaman kentang meliputi penyulaman, penyiangan,

    pemupukan, pengairan, dan perlindungan hama penyakit. Pemeliharaan ini sangat perlu

    dilakukan karena akan berpengaruh terhadap hasil produksi. Pemeliharaan yang kurang

    sempurna menyebabkan produktivitas tanaman rendah. Berikut adalah penjelasan singkat

    mengenai kegiatan-kegiatan pemeliharaan dalam budidaya tanaman kentang :

    a. Penyulaman

    Waktu atau periode penyulaman maksimum 15 hari setelah tanam. Bibit yang tumbuh

    abnormal atau mati harus segera diganti atau disulam dengan bibit yang baru.Cara penyulaman

    dengan mengambil bibit yang mati, kemudian meletakkan umbi bibit yang baru dan

    menimbunnya sedalam kurang lebih 7,5 cm. Penyulaman lebih baik dilakukan pagi atau sore

    hari (Rukmana, 1997). Hal tersebut bertujuan agar bibit baru yang ditanam tidak layu.Bibit yang

    digunakan untuk penyulaman merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan

    dengan bibit produksi.

    b. Penyiangan

    Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat pertumbuhan rumput dengan

    memperhitungkan bila selesai kegiatan ini akan dilanjutkan dengan pembumbunan.

    Pembumbunan bertujuan untuk memberi kesempatan agar stolon dan umbi berkembang dengan

    baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah umbi kentang yang terbentuk terkena sinar

    matahari dan mencegah serangan hama penggerek umbi (Phithorimaea opercuella). Cara

    pembumbunan adalah menimbun bagian pangkal tanaman dengan tanahsehingga terbentuk

  • guludanguludan (Rukmana, 1997). Ketebalan pembumbunan pertama kira kira 10 cm,

    pembumbunan kedua jugakira-kira 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan mencapai kira

    kira20 cm.

    Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang berumur 1 bulan. Cara menyiangi

    adalah mencabuti atau membersihkan rumput dengan alat bantu tangan atau kored. Penyiangan

    dilakukan secara berhatihati agar tidak merusak perakaran tanaman kentang. Penyiangan

    sebaiknya dilakukan pada daerah kirakira 15 cm di sekitar tanaman (Rukmana, 1997).

    Penyiangan dilakukan secara kontinyu dan sebaiknya pada saat 23 hari sebelum/bersamaan

    pemupukan susulan dan penggemburan. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali selama

    masa penanaman. Penyiangan harus dilakukan pada fase kritis yaitu vegetatif awal

    danpembentukan umbi.

    c. Pemupukan

    Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan. Pupuk dasar

    terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik yang diberikan sebelum tanam. Pupuk organik

    diberikan pada permukaan bedengan kirakira satu minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk

    organikdapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan dicampurkan dengan tanah bedengan

    sampai kedalaman 20 cm ketika penggemburan tanah terakhirdan dengan diberikan pada lubang

    tanam. Pupuk anorganik yang berupaTSP diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 300 kg

    sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan pemberian pupuk organik (Samadi, 1997).

    Kebutuhan pupuk organik mencapai 2030 ton per hektar. Pemupukan susulan dilakukan pada

    saat tanam yaitu menggunakan kombinasi pupuk sebagai berikut :

    1. Pupuk Makro (sekitar 3 5 minggu) :

    Urea/ZA: 100 kg/ha, SP36: 80 kg/ha, KCl: 100 kg/ha.Pupuk makro diberikan jarak 10

    cm dari batang tanaman.

    2. Pupuk hayati MiG6 PLUS :

    Pada umur 3 minggu dan 6 minggu setelah tanam masingmasing 2 liter per hektar.

    Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan menyebar pupuk itu di sekeliling tanaman pada

    jarak 10 cm dari batang tanaman dengan dosis sekitar 1020 g per tanaman atau diberikan pada

  • barisan diantara tanaman kurang lebih 2025 cm kemudian segera menimbunnyadengan tanah

    sambil membumbun.

    d. Pengairan

    Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai bagi tanaman.

    Pengairan harus kontinyu sekali seminggu atau tiap hari,tergantung cuaca dan ketersediaan air.

    Waktu pengairan yang paling baikadalah pagi hari atau sore hari saat udara dan penguapan tidak

    terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak terlalu terik. Cara pengairan adalah dengan

    digenangi hingga tanah basah, kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana,

    1997). Pengairan juga dapat dilakukan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor, power

    sprayer atau dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 1520 menit).

    e. Pemberantasan hama dan penyakit

    Beberapa hama yang menyerang tanaman kentang ialah:

    1. Ulat grayak (Spodoptera litura)

    Gejala : ulat menyerang daun hingga habis daunnya

    Pengendalian : memangkas daun yang telah ditempeli telur; sanitasi lingkungan

    2. Kutu daun (Aphis Sp)

    Gejala : kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat

    menularkan virus

    Pengendalian : memotong dan membakar daun yang terinfeksi

    3. Orongorong (Gryllotalpa Sp)

    Gejala : menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda.

    Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri

    :

  • 4. Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)

    Gejala : daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang berwarna

    kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang

    bila dibelah, terlihat lubanglubang karena sebagian umbi telah

    dimakan.

    :

    5. Hama trip ( Thrips tabaci )

    Gejala : pada daun terdapat bercakbercak berwarna putih, berubah menjadi

    abuabu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujungujung daun

    yang masih muda

    Pengendalian : memangkas bagian daun yang terserang

    Adapun penyakit-penyakit yang menyerang tanaman kentang ialah:

    1. Penyakit busuk daun

    Penyebab : jamur Phytopthora infestans

    Gejala : timbul bercakbercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah

    hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian

    tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun

    membusuk/mati

    Pengendalian : sanitasi kebun

    2. Penyakit layu bakteri

    Penyebab : bakteri Pseudomonas solanacearum

    Gejala : beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun

    bagian bawah menguning

    Pengendalian : sanitasi kebun, pergiliran tanaman

    pencegahan : menggunaan pupuk hayati MiG6PLUS sebelum tanam.

  • 3. Penyakit busuk umbi

    Penyebab : jamur Colleotrichum coccodes

    Gejala : daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian

    tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercakbercak berwarna

    coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk

    Pengendalian : pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik.

    Pencegahan : menggunaan pupuk hayati MiG6PLUS sebelum tanam dan saat

    pemeliharaan

    4. Penyakit fusarium

    Penyebab : jamur Fusarium sp.

    Gejala : busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga

    menyerang kentang di gudang penyimpanan.Infeksi masuk melalui

    lukaluka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis

    Pengendalian : menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran.

    5. Penyakit bercak kering (Early Blight)

    Penyebab : jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan

    berkembang di daerah kering

    Gejala : daun berbercak kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas

    ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan,

    kering, berkerut dan keras

    Pengendalian : pergiliran tanaman

    6. Penyakit karena virus

    Penyebab : (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung;

    (2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3)

    Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4)

    Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M

  • (PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS)

    menyebabkan mosaik lemas

    Gejala : tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecilkecil/tidak

    menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan mati

    Pengendalian : tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan

    pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas virus,

    membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit,

    mengendalikan vektor dengan pestisida dan melakukan pergiliran

    tanaman.

    Pengendalian hama dan penyakit sebaiknya dilakukan sesuaijadwal, pertama yaitu melakukan

    pengamatan di lahan untukmenentukan hama penyakit yang menyerang dan

    menentukaninsektisida dan fungisida yang akan digunakan.Bila tanaman terkena virus dan tidak

    bisa diobati, makatanaman harus dicabut agar tidak menular ke tanaman yang lain.

  • IV. PANEN KENTANG

    A. Proses

    Tanaman kentang dipanen pada umur 90- 160 hari setelah tanam (HST) dan hasilnya

    beragam tergantung kultivar, wilayah produksi, dan kondisi pemasaran. Ada berbagai macam

    cara memanen kentang mulai dari yang paling sederhana sampai modern. Panen kentang yang

    sederhana dengan menggali umbi dengan tangan dan menempatkannya dalam wadah kecil.

    Panen kentang yang modern menggunakan peralatan untuk memisahkan umbi dari tanah dan

    menempatkannya dalam wadah pengumpul atau truk. Mekanisme dapat mengurangi kebutuhan

    tenaga kerja dan digunakan pada skala produksi yang besar.

    Ciri-ciri tanaman kentang yang sudah layak untuk dipanen adalah daun-daunnya telah

    menguning atau mongering, batang berubah warna dari hijau menjadi kekuning-kuningan, dan

    kulit umbi tidak mudah lecet. Panen dilakukan dengan cara membongkar guludan atau bedengan,

    kemudian mengangkat umbi-umbi kentang ke permukaan tanah. Umbi dibiarkan beberapa saat

    agar terkena sinar matahari, kemudian dikumpulkan dan diangkut ke tempat penampungan hasil.

    Potensi hasil varietas unggul yang ditanam di dataran medium berkisar 18 ton 40 ton per

    hektar, tergantung pada varietas yang ditanam.

    Tanaman yang akan dipanen dengan menggunakan mesin, pada bagian atasnya harus

    dihancurkan dengan mesin pemotong tajuk atau dengan bahan kimia pengering daun. Kegiatan

    ini dilakukan saat satu atau dua minggu sebelum panen. Penghancuran daun cenderung

    memperkuat jaringan peridermis umbi yang belum matang sehingga meningkatkan ketahanannya

    terhadap kemungkinan kerusakan sebelum panen.

    Kentang yang dipanen ketika masih muda mempunyai kulit yang tipis, mudah sobek,

    kandungan airnya tinggi dan kandungan tepungnya rendah. Sebaliknya, kentang yang dianen

    setelah cukup tua mempunyai kulit tebal, tidak mudah sobek, kandungan tepungnya tinggi dan

    tahan lama bila disimpan.

    B. Pasca Panen (Pemeliharaan)

    Penanganan pascapanen umbi kentang di tempat penampungan hasil meliputi aktivitas-

    aktivitas sebagai berikut: (Rukmana, 2012)

    1. Melakukan seleksi dan sortasi umbi, yaitu memisahkan umbi yang rusak dari umbi

    yang sehat (normal).

  • 2. Membersihkan umbi yang terpilih dari kotoran atau tanah.

    3. Menghilangkan panas laten dengan cara menghamparkan kentang dengan 4-5 lapisan,

    sebelum dikemas atau dijual.

    4. Mengemas umbi, dapat dilakukan dengan menggunakan kurung plastic (waring).

    Pada saat melakukan sortasi dan seleksi, umbi-umbi terpilih diklasifikasikan berdasarkan

    ukuran mutu sebagai berikut:

    1. Umbi konsumsi : > 80 g

    2. Umbi kelas A : > 60 g 80 g

    3. Umbi kelas B : > 45 g 60 g

    4. Umbi kelas C : > 30 g 45 g

    5. Umbi ares : 20 g 30 g

    Untuk bahan baku French fries, mutu umbi diklasifikasikan sebagai berikut:

    1. Mutu Super : > 400 g

    2. Mutu A : > 250 g 400 g

    3. Mutu B : > 100 g 250 g

    Penanganan pasca panen bertujuan agar mutu sayuran tetap baik seperti pada saat

    dipanen. Pasca panen dimulai sejak komoditas dipisahkan dari tanaman (dipanen) dan berakhir

    bila komoditas tersebut dikonsumsi. Kegiatan pasca panen kentang meliputi: pencucian,

    pemilihan (sortasi), pengkelasan (grading), pengemasan, dan penyimpanan.

    a. Pencucian

    Umbi kentang yang telah dipanen, dibersihkan dengan cara memasukannya kedalam bak

    air. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran, residu pestisida, dan sumber- sumber

    kontaminasi. Biasanya ditambhakan suatu bahan kimia yaitu klorin ke dalam air pencucian yang

    bertujuan untuk mengendalikan mikroorganisme. Klorin efektif bila larutan dijaga pada pH

    netral. Perlakuan klorin dengan konsentrasi 100- 150 ppm dapt membantu mengendalikan

    patogen selama proses lebih lanjut. Setelah itu, bahan dikeringkan dengan cara meniriskan dan

    memberikan udara.

    b. Penyortiran dan Pengkelasan

    Penyortiran merupakan kegiatan memilih umbi kentang yang secara fisik dan fisiologis

    mempunyai kondisi yang baik. Umbi kentang yang baik memiliki ciri yaitu bentuk bulat atau

  • oval, warna kulit kentang tergantung varietas misalnya varietas Granola berwarna kuning, umbi

    kentang yang jelek memiliki ciri yaitu bentuk tidak beraturan, warna kulit hijau, dan ada bercak-

    bercak hitam akibat serangan hama dan penyakit. Kriteria penyortiran berdaarkan warna, bentuk,

    berat, kerusakan mekanis dan busuk, serta derajat kematangan. Pengkelasan dilakukan dengan

    mengelompokkan umbi kentang yang baik ke dalam beberapa kelas berdasarkan ukuran umbi.

    c. Pengemasan

    Pengemasan adalah memasukkan dan menyusun hasil panen ke dalam suatu wadah atau

    tempat yang cocok dan baik sehingga komoditi tersebut terlindungi dari kerusakan mekanis,

    fisiologis, kimiawi, dan biologis. Pengemasan bertujuan untuk melindungi hasil terhadap

    kerusakan, mengurangi kehilangan air, dan mempermudah dalam hal pengangkutan dan

    perhitungan. Kemasan yang baik memiliki syarat- syarat yaitu, tidak toksik, dapat menjamin

    sanitasi dan syarat- syarat kesehatan, serta ukuran, bentuk, dan berat harus sesuai dengan bahan

    yang akan dikemas.

    d. Penyimpanan

    Tujuan utama penyimpanan adalah mengendalikan laju transpirasi, respirasi, infeksi

    penyakit, dan mempertahankan produk dalam bentuk yang paling berguna bagi konsumen.

    selama 10 hari atau lebih untuk meningkatkan pembentukan peridermis dan penyembuhan luka

    akibat panen. Setelah penyembuhan, suhu penyimpanan diturunkan, besarnya penurunan suhu

    bergantung pada lamanya penyimpanan. Penyimpanan adalah upaya untuk memperpanjang

    ketersediaan produk sehingga membantu memenuhi kebutuhan pemasaran, distribusi, dan

    penggunaan. Penyimpanan yang baik seharusnya dirancang untuk mencegah menurunnya

    kelembaban, terjadinya pembusukan, dan perkecambahan dini, serta menghilangkan panas akibat

    respirasi. Selama penyimpanan, cahaya dihalangi untuk menghindari terbentuknya klorofil pada

    kulit umbi yang dapat menyebabkan penghijauan umbi sehingga terbentuk glikoalkaloid atau

    solanin yang beracun dan menyebabkan rasa pahit.

    Kondisi penyimpanan yang paling ideal adalah ruangan yang dilengkapi pengaturan

    kelembaban dan suhu yang tepat. Dalam berbagai tipe penyimpanan berskala besar yang modern,

    kentang disimpan pada tumpukan yang besar atau didalam ruangan. Tumpukan tersebut bila

    terlalu besar dapat mengganggu ventilasi dan menyebabkan rusaknya umbi yang berada di

    lapisan bawah tumpukan. Sebagian besar produsen memiliki ruang penyimpanan bersuhu rendah

    untuk memperpanjang umur simpan dan menyediakan pasokan kentang secara terus menerus.

  • Selama penyimpanan terdapat berbagai gangguan, sebagian besar gangguan disebabkan

    oleh penanganan fisik yang keras dimulai pada saat panen hingga penyimpanan. Penyakit timbul

    biasanya disebabkan oleh adanya infeksi umbi sebelum disimpan. Dalam mengendalikan hama

    dan penyakit biasanya dilakukan sanitasi penyimpanan.

    e. Pengangkutan

    Kentang yang telah siap dipasarkan, diangkut menggunakan alat angkut seperti truk.

    Tujuan pengangkutan adalah untuk memudahkan kentang yang telah siap dijual sampai ke

    tangan konsumen. Masalah yang sering timbul pada proses pengangkutan adalah: waktu, jarak

    yang terlalu jauh, jalan yang rusak, dan kondisi alat angkut yang kurang baik. Pengangkutan

    yang tepat dapat menjadikan waktu dan tenaga kerja lebih efisien. Menurut Pahan (2006)

    kecepatan pengangkutan dipengaruhi faktor manusia, cuaca, jalan, dan alat angkut.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen yaitu:

    1. Jenis produk pertanian atau varietas

    2. Pemilihan jenis produk atau varietas yang dikembangkan belum sepenuhnya

    dikaitkan dengan spesifikasi produk pertanian yang diminta oleh pasar.

    3. Sortasi dan grading

    Kegiatan sortasi dan grading masih jarang dilakukan.

    4. Volume produksi

    Volume produksi belum sepenuhnya dikaitkan dengan volume permintaan pasar sehingga

    sering terjadi kelebihan produksi yang dapat berakibat pada penurunan harga jual

    produk.

    5. Jenis kemasan

    Penggunaan kemasan yang belum memenuhi syarat kemasan yang baik. Hanya sebagian

    kecil yang telah menggunakan kemasan yang memenuhi syarat.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2013. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang.

    . Diakses

    tanggal 12 November 2013.

    Kuntjoro, A. S. 2000. Produksi Umbi Mini Kentang G0 Bebas Virus melalui Perbanyakan

    Planlet secara Kultur Jaringan di PT. Intidaya Agrolestari (Inagro) Bogor Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Hal 62.

    Pertumbuhan dan Hasil Kentang di Dataran Medium. Jurnal Hortikultura. 8 (1): 983-987.

    Rubatzky, Vincent E dan Mas Yamaguchi. 1995. Dunia Sayuran 1: Prinsip, Produksi dan Gizi

    Edisi Kedua. Penerbit ITB:Bandung.

    Rukmana, R. 1997. Kentang budidaya dan pasca panen. Kanisius: Yogyakarta.

    Samadi, B. 1997. Usahatani Kentang. Kanisius:Yogyakarta.

    Setiadi dan Surya Fitri Nurulhuda. 1993. Kentang: Varietas dan Pembudidayaan. Penebar

    Swadaya: Jakarta.

    Setiadi. 2009. Budidaya Kentang. Penebar Swadaya: Jakarta.

    Soewito M. 1989. Manfaat dan Khasiat Flora. Stella Mars: Jakarta.