drying box pelet pakan ikan untuk usaha kecil menengah
DESCRIPTION
membuat pakan ikan sendiri murahTRANSCRIPT
*Alamat korespondensi : Telp. 10260-411478, fax. 411239
E-mail : [email protected]
F10-1
Drying Box Pelet Pakan Ikan untuk Usaha Kecil Menengah
Halomoan P. Siregar*Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna – LIPI
Jl. Ks. Tubun 5 Subang 41213, Telp. (0260) 411478, Fax. 411239
Abstract
IRRI type drying box was designed and constructed for drying/aeration fish pellets of Lele Dumbo with the
drying capacity of 500 kg. Performance of the drying box evaluated which is functioned as aeration process of
pellets from temperature condition out of pelletizing machine about 82 – 88 0C to be aerated to ambient
condition of 28 – 34 0C and 60 – 80 % humidity. Drying box consists of a box where fish pellet put in it and the
bottom of perforated floor and under the box there is a pressure plenum supplied by the blower. Pressured air
penetrate the pellet layer up to surface layer and out to the ambient. In this paper will be forward the design
analysis and economic aspect of drying box be fungtioned as aeration of pellets, and compared to the sun
aeration process. The result shown that for aeration process of 500 kg pellets, it took time about 3 hours, whilewith sundrying 6 hours. Drying box is a simple device and can be made by SMI of fish feed and its cost is cheap
relatively not more than Rp. 4 million. Besides that, in the rainy season and the uncertainty climate condition,
this device is beneficial to SMI.
Keywords : fish pellet,drying box, SMI
Pendahuluan
Di pantai utara Jawa Barat budidaya lele dumbo
semakin bergeliat seiring dengan permintaan pasar
dan konsumsi ikan lele yang semakin tinggi. Industri
pembuat pakan ikan lele skala kecil pedesaan belum
banyak dijumpai karena masih terbatasnya
kemampuan baik di bidang peralatan maupun teknik
produksinya. Kendala proses produksi usaha kecil
menengah yang telah diamati antara lain pada
peralatan proses pencetak pelet dan pengering.
Khususnya pada proses pengeringan/aerasi pelet
biasanya dijemur dibawah sinar matahari sehingga
hasilnya tidak baik secara kualitas maupun visual.
Harga pakan pelet ikan buatan pabrik cukup mahal
dirasakan oleh para petani budidaya ikan, khususnya
budidaya ikan lele dumbo yang banyak diusahakan
oleh para petani. Akan tetapi pengusahaan budidaya
ikan lele ini oleh para petani ikan cukup terkendala
karena apabila menggunakan pakan ikan pabrik maka
keuntungan usaha tidak memadai dalam arti tidak
mencukupi kehidupan keluarga para petani. Hampir
70 % biaya produksi ikan lele hanya untuk pengadaan
pakan saja. Oleh karena itu diperlukan alternatif
pakan ikan yang relatif harganya lebih murah, tetapi
secara kualitas paling tidak masih dapat diandalkan
walau masih dibawah kualitas pelet pabrik, sehingga
dapat memberi keuntungan lebih bagi petani ikan.
Bahan baku pelet sebenarnya yang utama seperti ikan
rucah relatif masih dapat diperoleh di sentra-sentra
pelelangan ikan dengan harga relatif murah juga.
Sedangkan industri pembuat pakan ikan lele skala
kecil pedesaan belum banyak dijumpai karena masih
terbatasnya kemampuan baik di bidang peralatan
maupun teknik produksinya. Teknologi proses
pembuatan pelet pakan ikan sampai saat ini masih
didominasi oleh industri besar. Teknologi peralatan
yang digunakan antara lain mesin penepung,
pencampur, pencetak (pelletizer) dan pengering.
Untuk usaha skala usaha kecil menengah (UKM)
sebagian peralatan mesin tersebut dapat diperoleh di
pasaran. Khususnya pada proses pengeringan dan
pengangin-anginan pelet biasanya dijemur dibawah
sinar matahari dan apabila proses ini tidak memadai,
maka akan terjadi penjamuran pelet, sehingga
kualitas menjadi buruk.
Dalam tulisan ini akan dipaparkan analisis desain
dan pengujian serta aspek ekonominya apabila
dibandingkan dengan proses aerasi/pengeringan
penjemuran. Dalam proses pembuatan pelet, bahan-
bahan tepung seperti tepung bungkil, jagung dan lain
sebagainya dicampur dan diadon dengan ingredientsbaik dalam bentuk tepung maupun cairan lainnya
seperti minyak ikan dan zat anti oksidan sampai
merata, kemudian baru dimasukkan ke dalam mesin
pelletizer. Produk pelet yang keluar dari mesin
pelletizer biasanya masih dalam kondisi panas kurang
lebih 82 - 880C (Melcion, 2011) dan tidak bisa
langsung dikemas ke dalam karung, sehingga
diperlukan proses aerasi/pengeringan untuk
penurunan temperatur hingga kurang lebih mencapai
temperatur ambient 28 – 340C. Produk pelet yang
baru keluar dari mesin pelletizer dimasukkan ke
dalam box pengering dengan ketebalan lapisan pelet
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” ISSN 1693 – 4393
Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia
Yogyakarta, 22 Februari 2011
F10-2
tertentu dan udara segar dari lingkungan dimasukkan
ke dalam plenum chamber oleh mesin blower.
Landasan Teori
Dasar perhitungan desain cooler box adalah
proses pendinginan atau penurunan panas massa pelet
pakan ikan dengan mengalirkan udara ambien ke
dalam ruang plenum box (gambar 1) sebagai ruang
udara tekan, sedang diatasnya terdapat screen bedwadah dimana pelet diserakkan dengan lapisan
setinggi tertentu dan udara tekan akan menembus
lapisan pelet. Oleh karena itu udara tekan dengan
temperatur lebih rendah dari pada pelet, akan
membawa sebagian kandungan panas pelet keluar
kembali ke udara lingkungan dan sekaligus juga
dapat menurunkan kadar air pelet apabila kadar air
awal masih diatas kadar air kesetimbangan. Kadar air
awal pelet tergantung proses pencampuran awal
bahan adonan pelet, dalam hal ini sistem proses
pelletizing adalah sistem proses kering, dimana
pencampuran adonan bahan-bahan dan proses
pelletizing tidak menggunakan air dan steam,
kalaupun ada campuran cairan minyak ikan dan anti
oksidan relatif sedikit.
Pada gambar 1, kesetimbangan energi proses
antara aliran udara dan pelet selama proses
pendinginan/aerasi adalah sebagai berikut,
pakhirawalpBT TTcmQ )( ! (1)
Gambar 1. Skema aliran udara dalam drying box
Geometri box,
v
VAB
! (2)
B
B
A
Vd ! dan
B
BB
mV
! (3)
Pressure drop atau air resistance ∆p terhadap
aliran udara melalui lapisan pelet, akan tergantung
dari jenis dan ukuran bahan yang akan di-
aerasi/dikeringkan, specific air resistance dan
kecepatan aliran.
2
2vwdp a!
!" (4)
Power dari blower dibutuhkan P,
"
pVP
"!
(5)
Lama proses aerasi/cooling, tA
TUAq
Qt
t
tA "!! (6)
Metodologi
Sistem peralatan aerasi/cooling pakan pelet ikan
dengan drying box seperti pada gambar 2,
!
"
#
$
%
$
Gambar 2. Skema sistem aerasi /cooler batch
drying box
Keterangan gambar 1:
1. Blower sebagai ventilator
2. Ruang box bertekanan (plenum box)
3. Dasar plat berlobang tempat bahan pakan
pelet dikeringkan/didinginkan (sieve bottom)
4. Dinding box bahan pakan pelet
5. Pintu keluaran bahan pakan pelet (shutter)
Tabel 1. Data dan estimasi parameter desain
Parameter Besaran
Diameter pelet 2 mm
Air resistance 60 x 1000 m-1
Kecepatan udara ekonomis 0,1 – 0,4 m/det
Temperatur awal pelet 82 – 88 0C
Temperatur ambien 28 – 34 0C
Humidity udara ambien 60 – 70 %
Kadar air awal pelet < 10 %
Bulk density material pelet 500 – 525 g/l
Specific heat pelet 0,612 kJ/0Ckg
Equilibrium Moisture Concentration (EMC)
Setelah pelet di-aerasi (mengalami proses
cooling hingga temperatur ambien), maka segera
harus dikemas pada kantong kedap udara untuk
disimpan agar tidak mengalami proses respirasi
kandungan uap air udara. Apabila dibiarkan terbuka
ke udara ambien, maka kadar air pelet akan sesuai
Gambar 3. Hubungan moisture content pelet dan relative
hunidity udara (www.marplex.com.au, 2011).
udara
%, relative
humidity
EMC, %
F10-3
dengan kondisi equilibrium moisture content udara
ambien.
Pengujian
Pengujian dilakukan dengan cara sederhana
dengan pengamatan temperatur pelet pada permukaan
saja dan pada beberapa titik menggunakan
termometer alkohol. Pengujian dilakukan pada
kelembaban udara 70 %. Sedangkan kelembaban atau
kadar air pelet tidak diukur, karena proses pelletizing
adalah proses kering dimana adonan campuran pelet
tidak menggunakan campurab air atau uap, sehingga
kadar air pelet masih dibawah 10 % (masih dalam
batas yang di-izinkan untuk penyimpanan).
Kemudian pengamatan meteran kWh yang digunakan
selama proses aerasi.
Evaluasi Ekonomi
Evaluasi ekonomi dilakukan berdasarkan
keuntungan yang diperoleh dari pencapaian
performansi teknik operasi peralatan drying box.
Indikator feasibility dari drying box ditunjukkan
dengan metode sederhana yaitu metode payback
period. Drying box di-evaluasi berdasarkan biaya
operasi dikeluarkan (energi listrik) per kg pelet yang
dikeringkan/di-aerasi. Total biaya investasi dryingbox selama umur operasi peralatan dihitung termasuk
biaya awal, depresiasi, operasi, pemeliharaan dan
suku bunga.
Energi yang dibutuhkan dalam proses aerasi
dihitung selama jumlah hari efektif per tahun, dalam
hal ini dihitung 200 hari. Energi listrik yang
digunakan terutama untuk penggerak blower.
Hasil dan Pembahasan
Hasil perhitungan dengan masukan data yang
diberikan, maka performansi dihasilkan drying box
ditunjukkan spesifikasi pada table 1 dan hasil
konstruksi pada gambar 4,
Tabel 1. Spesifikasi drying box cooler
Parameter Besaran
Kapasitas 500 kg/batch
Dimensi box 1500 x 2000 x 600 mm
Dimensi box bahan 1500 x 2000 x 330 mm
Blower Motor listrik, 150 Watt.
Lama proses cooling ± 3 jam
Lapisan pelet 30 – 35 cm
Kapasitas udara 1000 m3/jam
Tekanan udara blower 100 N//m2
Air resistance 60 x 1000 m -1
Hasil pengamatan proses menunjukkan bahwa
dari sisi waktu yang dibutuhkan untuk proses aerasi
pelet dengan menggunakan drying box kurang lebih 3
jam, sedangkan lama proses penjemuran memakan
waktu 6 jam pada intensitas matahari sedang. Dengan
demikian lama proses aerasi drying box setengah dari
waktu proses penjemuran matahari. Selain kualitas
pelet hasil aerasi drying box lebih baik, maka
pekerjaan operator juga akan lebih ringan apabila
menggunakan drying box. Apabila menggunakan
penjemuran matahari di udara terbuka, maka minimal
membutuhkan 35 – 45 m2
luasan halaman
penjemuran (gambar 5), tambahan lagi
terkontaminasi kotoran-kotoran serta dengan cuaca
yang tidak selalu konstan intensitasnya akan
memperburuk kualitas pelet.
Gambar 4. Konstruksi drying box
Gambar 5. Proses penjemuran pelet di udara terbuka.
Pengamatan proses aerasi pelet pada kondisi
udara ambien dengan kelembaban 70 %. Apabila
kondisi udara dengan kelembaban lebih dari 70 %,
misalnya 80 - 90 %, maka kadar air pelet akan
cenderung bertambah naik, sehingga perlu
pertimbangan untuk menggunakan burner atau
kompor untuk meningkatkan temperatur udara aerasi
masuk ke dalam plenum chamber pada batas tertentu
untuk menjaga tingkat kadar air pelet yang
diperbolehkan. Juga apabila proses pelletizing
menggunakan proses basah (menggunakan steam),
maka penggunaan burner diperlukan pada sisi
pemasukan udara.
Berikut nama bahan-bahan dan peralatan yang
diperlukan (tabel 2) :
Tabel 2. Bahan drying box cooler
Nama Item Bahan Jumlah
Perforated floor Ø2,0 mm; 1,5 mm 2 lbr
Besi siku 5 x 50 mm 8 btg
Besi siku 4 x 40 mm 8 btg
Blower 0,15 kW 1 unit
Papan teak block 4 lbr
Baut mur/ring, M10 x 300 mm 2 dus
Lem silikon 2 tube
Hal ini dapat dengan mudah dipasang pada sisi
bagian depan blower.
F10-4
0
20
40
60
80
100
0waktu, jam
tem
pera
tur,
C
pengamatan simulasi
Gambar 5. Hubungan temperatur proses aerasi dan
waktu , pada kondisi simulasi dan pengamatan.
Pada kurva penurunan temperatur proses aerasi
pelet (gambar 5) diatas, terdapat perbedaan
temperatur kurang lebih 100C antara simulasi dan
pengamatan, hal ini karena terdapat selang waktu dari
proses pengeluaran dari mesin pelletizing dalam
kondisi tercurah ke penampungan sementara, baru
kemudian dibawa ke drying box.
Tabel 3. Payback period analysis
Nama Item Bahan Jumlah, Rp
Biaya investasi awal + labor 4.000.000
Bunga 12 % 600.000
Salvage value (10 %) 500.000
Depresiasi 450.000
Pemeliharaan (3 % dari initial cost) 150.000
Saving per day 3.000
Saving per years untuk 200 hari kerja 600.000
Payback period (Yrs) 3,5
Evaluasi Aspek Ekonomi
Biaya operasi dibutuhkan kurang lebih
menggunakan listrik untuk menggerakkan blower
selama 3 jam lebih ditambah penerangan dan lain
sebagainya tidak lebih dari 2 kWh. Apabila biaya
listrik per kWh adalah Rp. 1500,-, maka biaya energi
listrik per hari adalah Rp. 3000.-. Maka perhitungan
payback period adalah 3,5 tahun (tabel 3).
Kesimpulan
Drying box untuk proses aerasi cocok digunakan
oleh UKM pembuat pelet pedesaan, khususnya
di daerah Pantura Subang maupun di tempat
lainnya, dimana banyak terdapat petani budidaya
ikan lele Dumbo.
Kualitas hasil aereasi/pengeringan pelet lebih
baik apabila dibandingkan dengan hasil
penjemuran di udara terbuka.
Drying box merupakan alat proses yang
sederhana dan dapat dibuat sendiri oleh UKM
pembuat pelet dengan harga relatif murah tidak
lebih dari Rp. 4 juta, dengan periode
pengembalian modal 3,5 tahun dan masih
memadai.
Daftar Notasi
mB = massa pelet (kg)
cp = panas jenis pelet (J/kg.K)
ca = panas jenis udara (J/kg.K)
Tawal = temperatur awal (0C)
Takhir = temperatur akhir (0C)
d = ketebalan lapisan pelet (m)
AB = luasan bed (m2)
v = kecepatan udara melalui lapisan bed, (m/det)
δB = density dari bulk material pellet, (kg/m3)
w = specific air resistance pellet, (1000 m-1
)
V = kapasitas blower, (m3/jam)
VB = volume per batch ,(m3)
ρa = density udara, (kg/m3)
V = kapasitas blower, (m3/jam)
p" = perbedaan tekanan udara dibutuhkan, (Pa)
" = efisiensi blower, -
QT = heat transfer total, kJ
qT = heat transfer per unit massa padat, kJ/kg
tA = aeration time, hour
U = overall coefficient, kJ/m2-h-0C
A = heat transfer area, m2
T" = temperature difference,0C
subscript p, a = masing-masing pelet dan udara
Daftar Pustaka
Arbeittsgemeinschft fur Entwicklungsplanung (AE),
.........., Device for Food Drying (State of
Technology Report on Intermediate Solutions for
Rural Application), Deutsches Zentrum fur
Entwicklungs-technologien – GATE.
Mc. Cabe W.L., Smith J.C., Harriot P., 1993, Unit
Operations of Chemical Engineering, 5th
ed., Mc
Graw Hill, Singapore.
Melcion, 2011, Fish Feed Processing and
Technology, www.gcmachines.com, 31 Januari
2011.
………, 2011, How Proper Drying is Achieved,
www.marplex.com, 25 Januari 2011.
Sengar S.H., Khandetod Y.P., Mohod G., 2009, Low
Cost Solar Dryer for Fish, African Journal of
Environmental Science and Technology, Vol. 3
(9), pp. 265-271.
3