documentdt

22
BAB I PENDAHULUAN Berbagai system klasifikasi yang dipergunakan di dalam psikiatri kembali kepada Hypocrates yang memperkenalkan “hysteria” dan “mania” sebgai bentuk penyakit mental pada abad kelima sebe;um masehi. Sejak saat itu masing-masing era telah memperkenalkan klasifikasi psikiatriknya sendiri-sendiri. Klasifikasi amerika pertama kali diperkenalkan oleh American Psychological Association, yang selanjutya bernama American Psychiatric Association.1 Ditahun 1952 American Psychiatric Association’s Committee on nomenclature and statistic menerbitkan edisi pertama Diagnosis and statistical Manual of Mental Health(DSM-I). sejak saat itu telah diterbitkan empat edisi : DSM-II(1968), DSM III(1980), DSM III- R(1987), dan DSM IV(1994).1 Di Indonesia, menggunakan PPDGJ-III, yang menggunakan kode numeric pada PPDGJ II yang berubah menjadi alfanumerik pada PPDGJ III.1

Upload: raisa-ariestha

Post on 22-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Berbagai system klasifikasi yang dipergunakan di dalam psikiatri kembali kepada Hypocrates yang memperkenalkan hysteria dan mania sebgai bentuk penyakit mental pada abad kelima sebe;um masehi. Sejak saat itu masing-masing era telah memperkenalkan klasifikasi psikiatriknya sendiri-sendiri. Klasifikasi amerika pertama kali diperkenalkan oleh American Psychological Association, yang selanjutya bernama American Psychiatric Association.1 Ditahun 1952 American Psychiatric Associations Committee on nomenclature and statistic menerbitkan edisi pertama Diagnosis and statistical Manual of Mental Health(DSM-I). sejak saat itu telah diterbitkan empat edisi : DSM-II(1968), DSM III(1980), DSM III-R(1987), dan DSM IV(1994).1 Di Indonesia, menggunakan PPDGJ-III, yang menggunakan kode numeric pada PPDGJ II yang berubah menjadi alfanumerik pada PPDGJ III.1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 ICD Dalam tahun 1853 kongres statistic international meminta dr.William Farr, ahli statistic pada Register General Office di London, dan dr.Marc dEspine dari Geneva untuk menyususn suatu daftra nama yang seragam tentang penyebab kematian yang dapat digunakan disemua Negara. Dalam tahun 1990 mulai dikembangkan daftar penyebab penyakit dan pada tahun 1946, WHO merevisi keenam international list of cause of death dan membentuk suatu daftar internasional tentang penyebab penyakit dan terbentuklah ICD 6. Klasifikasi diagnosis gangguan jiwa makin berkembang pada ICD 7 dengan dimasukan nya 26 kategori tiga digit dalam seksi V: gangguan mental psikoneurotik, dan kepribadian.2Revisi kesepuluh INtenational Statistical Classification of Disease and Related Health Problems(ICD 10) yang dikembangkan oleh WHO, telah dikembangkan pada tahun 1992, tetapi kemungkinan tidak akan digunakan di Amerika sampai akhir 1990 an. Mereka mempersiapkan ICD-10 dan DSM-IV telah bekerja sama dengan erat dalam usaha mereka, yang banyak member pengaruh saling menguntungkan. ICD-10 terdiri dari system pengkodean resmi, dokumen, istrumen, dan riset lainya yang terkait. Kode dan istilah yang terdapat di DSM-IV sepenuhnya sesuai di ICD-9CM dan ICD-10. Naskah klinis dan riset dari ICD-10 telah ditinjau kembali sepenuhnya oleh kelumpok kerja DSM-IV. Naskah versi ICD-10 Diagnostic Criteria DSM-III, DSM-IIIR, dan DSM-IV yang diusulkan dalam percobaan lapangan DSM-IV.1

2.2 DSM-IV Diagnostic and Statistical Manual of Mental Helath Disorder edisi keempat(DSM-IV), diterbitkan ditahun 1994, adalah klasifikasi gangguan jiwa yang terakhir dam paling baru, DSM-IV digunakan oleh professional kesehatan mental diseluruh dunia.1 Edisi keempat berhubungan dengan revisi kesepuluh World Health Organizations International Classification of Disease and Related Health Problem (ICD-10), yang dikembangkan tahun 1992. System diagnostic di Amerika serikat harus mengacu pada ICD untuk memastikan laporan yang seragam dalams tatistik kesehatan nasinal dan onternasional.12.3 PPDGJ I, II, dan III Indonesia sebagai anggota WHO menerima juga ICD-8 yang belum mempunyai glosari sebelum tahun 1974. Negara-anggita diberi kebebasan untuk mengembangkan glosari nasional tentang seksi gangguan jiwa, tetapi tetal menggunakan klasifikasi dan kodekisasi ICD-8.2 Sebagai hasil dari seminar nasional, terbentuknya suatu panitia dengan anggota para psikiater Indonesia dari direktorat kesehatan jiwa dan fakultas kedokteran pemerintah. Tujuannya untuk mengembangkan glosari itu lebih lanjut. Rapat ini dibentuk dari panitia Penyusun Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa.2 PPDGJ-I menggunakan ICD-8 sebagai panduan. PPDGJ-I menggunakan kodifikasi serta glosari diagnostic yang telah ada, yaitu Diagnostic and Statistical Manual of Mental Helath.2 Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi II, disusun pada tahun 1983 dengan menggunakan ICD-9 dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Helath edisi ke III(DSM-III).

2.3.1 PPDGJ-III Setelah WHO mengeluarkan ICD-10 pada tahun 1992, maka persiapan untuk merevisi PPDGJ-II dilakukan oleh Direktorat Jendral Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI. Pada tanggal 27-februari-1993 diadakan workshop to review ICD-10 dan pelatihan diagnosis sesuai PPDG-III.2 PPDGJ-II menggunakan kode numeric (290-319), PPDGJ-III menggunakan alphanumeric, satu huruf dan dua angka(F.00-F.99). dengan demikian ada 100 kategori diagnostic , dibandingkan 30 kategori pada PPDGJ-II. Untuk spesifikasi yang lebih terperinci digunakan karakter empat dan lima.2 Urutan hierarki blok diagnosis (berdasarkan luasnya tanda dan gejala, dimana urutan hierarki lebih tinggi memiliki tanda dan gejala yang semakin luas): 1. F00-09 dan F10-19 2. F20-29 3. F30-39 4. F40-49 5. F50-59 6. F60-69 7. F70-79 8. F80-89 9. F90-98 10. Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis (kode Z)Klasifikasi Gangguan JiwaF.00-F,09. Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik Gangguan mental organic = gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatik = pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak.Gambaran utama: * Gangguan fungsi kongnitif * Gangguan sensorium kesadaran, perhatian * Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi pikir (waham), mood dan emosiF.l0-F.19 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif LainnyaF.20-F.29 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudianF.30-F.39 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif]) Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu

F.40-F.48 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait StresF.50-F.59 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor FisikF.60-F.69 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.F.70-F.79 Retardasi Mental Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lain. Hendaya perilaku adaptif selalu ada.F.80-F.89 Gangguan Perkembangan PsikologisGambaran umum * Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak * Adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis susunan saraf pusat * Berlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruji termasuk bahasa, ketrampilan visuo-spasial, koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usiaF.90-F.99 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja2.4 Diagnosis MultiaksialTujuan dari diagnosis multiaksial adalah sebagai berikut:1. Mencakup informasi yang komprehensif (gangguan jiwa, kondisi medikumum, masalah psikososial dan lingkungan, taraf fungsi pasien secara global),sehingga dapat membantu dalam perencanaan terapi holistik dan meramalkanprognosis (outcome)2. Format yang mudah dan sistematik sehingga dapat membantu dalam : menata dan mengkomunikasikan informasi klinis mengetahui kompleksitas situasi klinis menggambarkan heterogenitas individual dengan diagnosis klinis yang sama.3Memacu penggunaan model bio-psiko-sosial dalam klinis, pendidikan danpenelitian.

Diagnosis multiaksial terdiri dari lima aksis, yaitu:Aksis I: - Gangguan Klinis- Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis

Aksis II: - Ciri atau Gangguan Kepribadian - Retardasi mental(bisa tidak ada satupun)Aksis III: Kondisi Medik Umum(yaitu gangguan fisik yang berhubungan dengan gangguan mental)

Aksis IV: Masalah Psikososial dan Lingkungan(biasanya selama setahun sebelumnya, tetapi tidak selalu demikian,seperti tidak punya pekerjaan, perceraian, masalah keuangan,korban penelantaran anak dan lainnya)

AksisV:Penilaian Fungsi Secara Global ( GAF, Global Assesment of Fungsional Scale )Yang merupakan pengukuran, khususnya, fungsi umum saat ini,tetapi pada saat fungsi tertinggi selama satu tahun sebelumnya(kisaran skala 1 sampai 100), dan yang digunakan dalam merencanakan penatalaksanaan serta meramalkan hasil.

Aksis IF00-F09: Ganggguan Mental Organik (termasuk Gangguan MentalSimtomatik)

F10-F19 : Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat Psikoaktif F20-F29: Skizofrenia, Gangguan Skizotipal, dan Gangguan Waham

F30-F39: Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif)

F40-F48: Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan TerkaitStressF50-F59: Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Psikologisdan Faktor Fisik

F62-F68: Perubahan Kepribadian Non-organik, Gangguan Kebiasaan atauImpuls, Gangguan Identittas Jenis Kelamin, Gangguan PreferensiSeksual, Gangguan yang Berhubungan dengan Perkembangan danOrientasi Seksual

F80-F89:Gangguan Perkembangan Psikologis

F90-F98: Gangguan Perilaku dan Emosional, onset biasanya pada masa Kanak dan Remaja

F99: Gangguan Jiwa YTT (Yang Tidak Tergolongkan, unspecified )KONDISI LAIN YANG MENJADI FOKUS PERHATIAN KLINIS:

F54:Faktor Psikologis dan Tingkah Laku yang Berhubungan denganGangguan atau Penyakit YDK (Yang Di-Klasifikasi di tempat lain, classified elsewhere )

G21:Parkinsonisme Sekunder

G21.0 Sindrom neuroleptika maligna

G21.1Parkinsonisme sekunder akibat neuroleptika

G24:Distonia

G24.0Distonia akut akibat neuroleptika

G24.8Tardive dyskinesia akibat neuroleptika

G25:Gangguan ekstrapiramidal dan pergerakan lainnya

G25.1Tremor akibat obat

G25.9Gangguan pergerakan akibat obat

Z63.7:Masalah dalam hubungan yang berkaitan dengan gangguan jiwa ataukondisi medik umum

Z63.8:Masalah hubungan orang tua-anak

Z63.0: Masalah hubungan dengan pasangan ( partner)

F93.3:Masalah dalam hubungan antar saudara (sibling)

Z63.9:Masalah dalam hubungan yang lain

T74:Masalah berkaitan dengan abuse atau neglect

T74.0 Neglect of child

T74.1 Physical abuse of child or adult

T74.2 Sexual abuse of child or adult

Z91.1: Ketidakpatuhan terhadap pengobatanZ76.5:Berpura-pura sakit dengan motivasi yang jelas (malingering)

Z72.8:Masalah berkaitan dengan gaya hidup (perilaku antisosial)R41.8:Penurunan fungsi kongnitif berkaitan dengan usia

Z63.4:Kehilangan dan kematian anggota keluarga (bereavement )

Z55.8:Masalah berkaitan dengan pendidikan dan melek huruf

Z56.7:Masalah berkaitan dengan pekerjaan dan pengangguran

Z71.8 :Konseling tentang masalah agama dan kepercayaan

F93.8:Masalah identitas pada anak dan remaja

Z60.3:Kesulitan akutrurasiZ60.0:Masalah penyesuaian pada masa transisi siklus kehidupan

Z 03.2: Tidak ada diagnosis aksis IR 69: Diagnosis aksis I tertunda

Aksis II

F60:GANGGUAN KEPRIBADIAN KHAS

F60.0: Gangguan Kepribadian Paranoid

F60.1: Gangguan Kepribadian Skizoid

F60.2: Gangguan Kepribadian Disosial

F60.3: Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil

F60.4: Gangguan Kepribadian Histrionik

F60.5: Gangguan Kepribadian Anankastik

F60.6: Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar)

F60.7: Gangguan Kepribadian Dependen

F60.8: Gangguan Kepribadian Khas Lainnya

F60.9: Gangguan Kepribadian YTT

F61: GANGGUAN KEPRIBADIAN CAMPURAN DAN LAINNYA

F61.0: Gangguan Kepribadian Campuran

F61.1: Perubahan Kepribadian yang Bermasalah Gambaran Kepribadian Maladaptif (uraikan)Mekanisme Defensi Maladaptif (uraikan)

F70-F79: Retardasi Mental

Z 03.2: Tidak ada diagnosis aksis II R 46.8: Diagnosis aksis II tertunda

Aksis III

A00-B99:Penyakit infeksi dan parasit tertentuC00-D48:NeoplasmaE00-G90:Penyakit endokrin, nutrisi, dan metabolik G00-G99:Penyakit susunan saraf H00-H59:Penyakit mata dan adneksaH60-H95:Penyakit telinga dan proses mastoidI00-I99:Penyakit sistem sirkulasiJ00-J99:Penyakit sistem pernapasanK00-K93:Penyakit sistem pencernaanL00-L99:Penyakit kulit dan jaringan subkutanM00-M99:Penyakit sistem muskuloskletal dan jaringan ikatN00-N99:Penyakit sistem genitourinariaO00-O99:Kehamilan, kelahiran anak dan masa nifasQ00-Q99:Malformasi kongenital, deformasi, kelainan cranialR00-R99:Gejala, tanda dan temuan klinis laboratorium abnormalS00-T98:Cedera, keracunan, dan akibat kausa eksternalV01-Y98:Kausa eksternal dari morbiditas dan mortalitasZ00-Z99:Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan pelayanankesehatanAksis IV Masalah dengan primary support group (keluarga) Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial Masalah pendidikan Masalah pekerjaan Masalah perumahan Masalah ekonomi Masalah akses ke pelayanan kesehatan Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal Masalah psikososial dan lingkungan lainAksis V

GLOBAL ASSESMENT OF FUNCTIONING (GAF) SCALE 100-91:Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak tertanggulangi.90-81: Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalahharian yang biasa.80-71: Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaaan, sekolah, dll.70-61: Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,secara umum masih baik.60-51: Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.50-41:Gejala berat (serious), disabilitas berat.40-31: Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,disabilitas berat dalam beberapa fungsi.30-21: Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang.20-11: Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalamkomunikasi dan merawat/mengurus diri.10-01:Seperti di atas, persisten dan lebih serius.0: Informasi tidak adekuat.

Contoh pencatatan diagnosis multiaksial :Aksis I:F38.0 Gangguan Afektif Tunggal (Depresi) disebabkan hipotiroidAksis II:Z03.2 Tidak ada diagnosisGambaran kepribadian histrionikAksis III:E02.0 HipotiroidAksis IV:Ancaman kehilangan pekerjaanAksis V:GAF = 45 (pada saat masuk RS)GAF = 65 (pada saat pemulangan)

BAB IIIKESIMPULAN

Suatu klasifikasi gangguan jiwa dan glosarinya penting karena memudahkan komunikasi dan pengajaran serta membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut. Diagnosis multiaksial memberikan Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan terapi dan meramalkan outcome, format mudah dan sistematik sehingga membantu menata dan mengkomunikasikan informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis, dan menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis yang sama, Penggunaan model bio-psiko-sosia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A. 2010. Kplan-Sadock Sinopsis Psikiatri. Bi na Rupa Aksara Press. Jakarta2. Maramis, W.F. 2005.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan.Airlangga University Press : Surabaya

3. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan; 1993.