efektivitas ekstrak daun suren (toona sureni) dan daun

33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN ( Toona sureni ) DAN DAUN TITHONIA ( Tithonia diversifolia ) DALAM PENGENDALIAN HAMA BUAH KAKAO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Agronomi Oleh : WIDHY WAISANJANI H0106113 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: vanminh

Post on 14-Jan-2017

240 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN ( Toona sureni ) DAN DAUN

TITHONIA ( Tithonia diversifolia ) DALAM PENGENDALIAN HAMA

BUAH KAKAO

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh :

WIDHY WAISANJANI

H0106113

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN ( Toona sureni ) DAN DAUN

TITHONIA ( Tithonia diversifolia ) DALAM PENGENDALIAN HAMA

BUAH KAKAO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

WIDHY WAISANJANI

H 0106113

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 19 Juli 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Maidatun Kamila H, MP

NIP. 196807221997022001

Anggota I

Dr. Ir. Subagiya, MP

NIP. 196102271988031004

Anggota II

Dr. Samanhudi, SP, MSi

NIP. 196806101995031003

Surakarta, 19 Juli 2011

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 19560225 198601 1 003

Page 3: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas

Ekstrak Daun Suren ( Toona sureni ) Dan Daun Tithonia ( Tithonia

diversifolia ) Dalam Pengendalian Hama Buah Kakao”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat

berjalan baik dan lancar karena adanya bimbingan, bantuan, dan pengarahan

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis bermaksud

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

2. Ir. Wartoyo, SP., MS selaku Ketua Jurusan Agronomi FP UNS

3. Ir. Maidatun Kamila Himawati, MP selaku Pembimbing Akademik dan

Dosen Pembimbing Utama

4. Dr. Ir. Subagiya, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping

5. Dr. Samanhudi, SP., MS selaku Dosen Pembahas

6. Ir. Retno Wijayanti, MSi selaku Dosen yang telah banyak membimbing

7. Kedua orang tua dan adik tercinta atas doa dan motivasinya

8. Teman-teman Agronomi 2006 dan The Zora’s

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini

Walaupun disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Tetapi

diharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

Page 4: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii

RINGKASAN ................................................................................................. ix

SUMMARY .................................................................................................... x

I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

A. Kakao ................................................................................................... 4

B. Hama Buah Kakao ............................................................................... 5

1. Conopomorpha cramerella ............................................................... 5

2. Helopeltis sp ...................................................................................... 7

C. Suren ..................................................................................................... 8

D. Tithonia ................................................................................................. 9

III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 10

A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 10

B. Bahan dan Alat ................................................................................... 10

C. Cara Kerja Penelitian ......................................................................... 10

1. Rancangan Penelitian .................................................................... 10

2. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 11

3. Variabel Pengamatan .................................................................... 13

4. Analisis Data ................................................................................. 14

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ................................. 15

A. Kondisi Lahan .................................................................................... 15

B. Kerusakan Akibat Serangan Helopeltis .............................................. 15

Page 5: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

C. Pengaruh Ekstrak Suren Terhadap Perkembangan Helopeltis……. 18

D. Pengaruh Ekstrak Tithonia Terhadap Perkembangan Helopeltis 20

E. Persentase Kerusakan Buah Kakao Pada Saat Panen……………. 21

F. Kerusakan Biji Buah Kakao Saat Panen………………………….. 22

G. Penggerek Buah Kakao…………………………………………….. 23

H. KESIMPULANDAN SARAN……………………………………… 26

I. Kesimpulan …………………………………………………………. 26

J. Saran………………………………………………………………… 26

K. DAFTAR PUSTAKA………………………………………............. 27

LAMPIRAN

Page 6: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Rata-rata Kerusakan Biji pada Buah Kakao Saat Panen dengan

Pemberian Ekstrak Daun Suren………………………………………. 23

2. Rata-rata Kerusakan Biji pada Buah Kakao Saat Panen dengan

Pemberian ekstrak Daun Tithonia……………………………………. 24

Page 7: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Tanaman Suren ……………………………………………………….. 8

2. Tanaman Tithonia……………………………………………………... 9

3. Kondisi Lahan Kakao………………………………………………..... 15

4. Nimfa Helopeltis antonii……………………………………………… 16

5. Imago Helopeltis antonii………………………...................................... 16

6. Gejala Kerusakan akibat serangan Helopeltis antonii………………… 17

7. Perkembangan Tingkat Serangan Helopeltis pada Buah Kakao

dengan Pemberian Ekstrak Daun Suren……………………………….. 18

8. Perkembangan Tingkat Serangan Helopeltis pada Buah Kakao

dengan Pemberian Ekstrak Daun Tithonia…………………………… 20

Page 8: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas

perkebunan yang perkembangannya sangat pesat. Potensi pengembangan

kakao di Indonesia cukup besar, baik sumber daya yang dimiliki, teknologi

yang dikuasai maupun peluang pasar dalam dan luiar negeri yang akan terus

berkembang pada masa yang akan datang. Kakao merupakan salah satu

komoditas ekspor Indonesia yang penting, karena Indonesia merupakan negara

penghasil kakao terbesar ke dua di dunia setelah Pantai Gading (Wardoyo dan

soekirman, 1987).

Hama utama pada tanaman kakao adalah Helopeltis sp dan Penggerek

buah kakao atau yang nama latinnya Conopomorpha cramerella Snellen. Di

beberapa daerah sentra tanaman kakao, biji yang dihasilkan rusak karena

serangan PBK dapat mencapai 80%. Artinya dari 1 kg hasil panen hanya 2 ons

kakao yang bisa diambil hasilnya. Bisa dibayangkan bila produksi sekitar 100

ton, tentu saja yang bisa didapatkan hanya 20 ton saja. Sebuah kerugian yang

sangat besar. Hasil survei Pusat Pengembangan Bersama Kakao yang

dilakukan di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa sekitar 100.000 ha daerah

sentra produksi kakao mengalami serangan PBK yang serius. Keadaan

demikian juga dialami di Sulawesi Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa

serangan hama PBK benar-benar sangat merugikan dan perlu segera diambil

tindakan (Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian, 2005).

Hama pengisap buah Helopeltis antonii merupakan salah satu kendala

utama budidaya kakao di Indonesia. Hama ini menimbulkan kerusakan

dengan cara menusuk dan mengisap cairan buah maupun tunas-tunas muda.

Serangan pada buah muda umumnya menyebabkan matinya buah tersebut.

Sedangkan serangan pada buah berumur sedang mengakibatkan pertumbuhan

buah yang abnormal. Akibatnya daya hasil dan mutu kakao menurun

(Atmadja, 2003).

1

Page 9: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Hasil pengamatan di beberapa sentra produksi kakao menunjukkan,

bahwa cara pengendalian yang dilakukan oleh petani adalah dengan

menggunakan insektisida sintetik dengan frekuensi dan dosis yang umumnya

berlebihan (Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian, 2005). Selain

tidak efisien dari segi usaha tani, cara ini juga dapat berpengaruh negatif bagi

keberadaan musuh alami hama dan sangat membahayakan lingkungan.

Adanya berbagai dampak negatif tersebut, menyebabkan insektisida

nabati kembali mendapat perhatian untuk menggantikan insektisida sintetik.

Hal ini disebabkan karena insektisida nabati relative aman, murah, mudah

diapklikasikan neh di tingkat petani, tidak mencemari lingkungan dan efek

residunya relatif pendek (Oka,1994 cit Herminanto et al.,2004). Pemilihan

tumbuhan sebagai bahan insektisida nabati didasarkan pada khasiatnya

sebagai insektisida dan kemudahan dalam memperolehnya (Syahputra, 2001).

Suren (Toona sureni) merupakan salah satu jenis tanaman yang

mempunyai peluang untuk digunakan sebagai insektisida nabati. Masyarakat

memanfaatkan kayu suren untuk membuat almari, mebel, interior ruangan,

panel dekoratif, kerajinan tangan, alat musik, kotak cerutu, finir, peti kemas

dan konstruksi. Beberapa bagian pohon seperti kulit dan akar sering digunakan

untuk ramuan obat yaitu diare. Kulit dan buahnya digunakan untuk minyak

atsiri, sedangkan daunnya dapat digunakan sebagai insektisida nabati, karena

mengandung zat aktif piretrinnya mampu merusak system saraf hama

(Djam’an, 2002).

Selain suren, tanaman lain yang dapat digunakan sebagai bahan

insektisida nabati yaitu tanaman Tithonia ( Tithonia diversifolia), tanaman ini

biasanya tumbuh liar di lereng-lereng lahan, di parit dan sepanjang saluran air.

Larutan tithonia bekerja secara langsung, bertindak sebagai pencegah atau

pengobat tanaman yang terserang hama penyakit. Tanaman yang disemprot

larutan ini menyebabkan hama menjauh dari tanaman karena rasa pahit atau

bau yang ditimbulkan (Mahfud, 1992).

Page 10: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

B. Perumusan Masalah

Rumusan dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh ekstrak daun suren (Toona sureni) terhadap hama

buah kakao.

2. Bagaimana pengaruh ekstrak daun tithonia (Tithonia diversifolia)

terhadap hama buah kakao.

3. Berapa konhsentrasi ekstrak daun suren dan daun tithonia yang efektif

dalam mengendalikan hama buah kakao.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Mengetahui konsentrasi ekstrak daun suren (Toona sureni) dan

Tithonia (Tithonia diversifolia) yang efektif dalam mengendalikan

hama buah kakao.

2. Mengetahui pengaruh ekstrak daun suren (Toona sureni) dan Tithonia

(Tithonia diversifolia) terrhadap tingkat kerusakan buah kakao akibat

serangan hama buah kakao.

Page 11: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kakao

Sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyte

Anak Divisi : Dicotyledoneae

Kelas : Angiospermae

Anak Kelas : Dilypetalae

Bangsa : Malvales

Suku : Sterculiaceae

Jenis :Theobroma cacao

(Direktorat Perlindungan Pertanian, 2002).

Kakao (Theobroma cacao) adalah tanaman bawah hutan yang berasal

dari hutan hujan tropika Amerika Selatan. Pembungaan terpicu sebagai

tanggapan terhadap perubahan musim. Di Papua Nugini (PNG), kakao hibrida

mulai berbunga sekitar 30 bulan setelah tanam, sedangkan tanaman klonal

hanya 15–24 bulan. Produksi puncak tercapai pada saat pohon mencapai umur

4–5 tahun, dan dapat bertahan selama 20 tahun atau lebih jika pengelolaannya

baik (Kojam et al., 2009).

Sejak mulai terbentuk sampai saat dipanen, buah kakao memerlukan

waktu 150-170 hari. Pada dataran rendah, ketinggian tempat sampai 300 m dpl,

buah coklat menjadi masak setelah umur sekitar 5 bulan, sedangkan di dataran

tinggi dengan ketinggian 500 m dpl buah menjadi masak setelah sekitar lima

setengah sampai 6 bulan (Humpries,1983 cit Tjasadiharjo, 1981).

Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan bagi masyarakat

Indonesia. Secara nasional propinsi Sulawesi Tenggara termasuk sentra

pertanaman kakao di Indonesia. Di daerah ini pertanaman kakao mengalami

perkembangan yang pesat dari segi pertambahan areal tanam. Sampai pada

tahun 1999, luas pertanaman kakao di Sulawesi Tenggara telah mencapai

109.516,70 ha, dengan produksi 71.491, 48 ton. Akibatnya diduga telah

terbentuk jalur kakao (cacao belt) yaitu pertanaman kakao yang sambung

Page 12: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menyambung pada hamparan yang sangat luas. Hal ini mengandung resiko

kerugian oleh hama dan penyakit karena pemencaran yang cepat dari tempat

awal serangan (Wardoyo dan Soekirman, 1987).

Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal

tahun 1980-an. Pada tahun 2002, areal perkebunan kakao Indonesia tercatat

seluas 914.051 ha dimana sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan

selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta.

Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak

dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan

Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh

perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah. (Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian, 2005).

B. Hama buah kakao

1. Conopomorpha cramerella

Menurut Kalshoven (1981) Penggerek Buah Kakao

(Conopomorpha cramerella) sebelumnya dikenal dengan nama Acrocercops

cramerella. Conomorpha cramerella tergolong dalam

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Gracillaridae

Genus : Conopomorpha

Spesies : Conopomorpha cramerella

Telur PBK berbentuk lonjong, permukaaan atas cembung dan

permukaan bawahnya rata yang menempel di permukaan kulit buah. Telur

berwarna kekuningan dengan garis-garis berwarna kemerahan mengelilingi

tepi dan bagian atasnya. Telur yang tidak subur berwarna keputihan. Rerata

jumlah telur yang diletakkan setiap kupu-kupu betina adalah 21 butir/hari

(Pardede et al., 1995).

Page 13: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Pada waktu telur menetas, larva muda di dalam kulit telur

menggigit kulit telur bagaian bawah kemudian langsung masuk ke dalam

epidermis kulit buah kakao. Jadi larva tidak keluar dari kulit telur ke udara

terbuka. Sifat ini menyebabkan sulitnya larva C. cramerella dikendalikan

dengan insektisida. Lebar kepala larva yang baru terbentuk sekitar 0,1 mm

dan panjang badannya sekitar 0,8m (Pardede et al., 1995).

Conopomorpha cramerella atau yang dikenal di Indonesia sebagai

Penggerek Buah Kakao (PBK) merupakan salah satu hama utama tanaman

kakao yang paling merusak. Serangan PBK menimbulkan kerugian ekonomi

sangat besar bagi petani karena (1) Kuantitas hasil panen dapat menurun

sampai 80%, (2) Kualitas hasil panen menurun akibat menurunnya mutu

fisik biji, meningkatnya kandungan sampah dan kandungan kulit ari, serta

menurunnya rendemen dan berat jenis biji kakao, (3) Biaya panen

meningkat karena biji-biji yang lengket sangat sulit dipanen

(Direktorat Perlindungan dan Pengembangan Pertanian, 2002).

Pemangkasan juga bermanfaat untuk mengendalikan PBK. Melalui

pemangkasan kita mengurangi atau membuang cabang, ranting, dan

daundaun yang tidak berguna sehingga penggunaan zat makanan lebih

efektif, dan tanaman kakao akan semakin baik pertumbuhannya, bukan

hanya dalam hal tajuk tetapi juga dalam pertumbuhan buah. Selain itu,

pemangkasan akan memberikan banyak penetrasi sinar matahari, serta

gerakan angin yang bebas sehingga akan mengurangi serangan PBK

(Direktorat Perlindungan Pertanian dan Pengembangan Pertanian, 2002).

Page 14: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Helopeltis sp

Klasifikasi hama Helopeltis sp adalah

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Hemiptera

Famili : Miridea

Genus : Helopeltis

Spesies : Helopeltis sp (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2002).

Telur berwarna putih berbentuk lonjong. Diletakkan pada tangkai

buah, jaringan kulit buah, tangkai daun muda, atau ranting. Nimfa

mempunyai 5 instar. Dewasa mampu bertelur hingga 200 butir. Waktu

makannya pagi dan sore. Kehidupannya juga terpengaruh cahaya, sehingga

bila terlalu panas, nimfa muda akan pergi ke pupus dan dewasanya kesela-

sela daun yang berada di sebelah dalam (Pusat Penelitian Perkebunan,

1994).

Pada tanaman kakao periode nimfa berkisar antara 11-13 hari.

Lama pergantian kulit pertama, kedua, ketiga, dan keempat adalah 2-3 hari

. Instar pertama berwarna bening kemudian berubah menjadi coklat, untuk

instar kedua tubuh berwarna coklat muda, antena coklat tua dan tonjolan

pada toraks mulai terlihat. Nimfa instar ketiga tubuhnya berwarna coklat

muda, antena coklat tua, tonjolan terlihat jelas dan bakal sayap mulai

terlihat. Nimfa instar keempat dan kelima ciri morfologinya sama

(Wardoyo, 1983).

Serangan Helopeltis sp bersifat menusuk dan menghisap pada buah

pentil dan pucuk-pucuk muda. Gejala serangan pada buah pentil didapati

bintik hitam yang mengakibatkan pentil mati dan gugur. Pada buah dewasa

serangan Helopeltis sp tidak menimbulkan kerugian berarti

(Siregar et al., 1998).

Gejala serangan yaitu terdapat bercak cekung warna coklat

kehitaman berukuran 3-4 mm. Bercak itu diakibatkan oleh cairan ludah

Page 15: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

serangga yang dikeluarkan sewaktu menghisap cairan buah kakao.

Kerusakan akan menjadi semakin besar jika terjadi infeksi jamur pada bekas

tusukan, beberapa jamur yang diidentifikasi dapat menginfeksi yaitu

Fusarium solani, Aspergilus sp dan Glomella cingulata (Sunanto, 1994).

Pengendalian Helopeltis pada tanaman kakao dapat dilakukan

dengan cara pemangkasan. Pemangkasan dilakukan dengan membuang

tunas air yang tumbuh disekitar cabang-cabang utama. Tunas air akan

mengganggu pertumbuhan tanaman karena dapat menjadi pesaing dalam

mengambil unsur hara dan air. Karena Helpeltis antonii meletakkan telurnya

pada jaringan yang lunak, termasuk tunas air maka pembuangan tunas air

secara teratur setiap 2 minggu akan mengurangi populasi karena telur yang

terdapat pada tunas air akan ikut terbuang (Direktorat Perlindungan

Pertanian, 2002).

C. Suren

Sistematika tanaman suren ( Toona sureni )adalah sebagai berikut:

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Sapindales

Suku : Meliaceae

Marga : Toona

Jenis : Toona sureni (Danu, 2007).

Gambar 1 Tanaman Suren

Page 16: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Pohon berukuran sedang sampai besar, dapat mencapai tinggi 40-60 m

dengan tinggi bebas cabang hingga 25 m. Diameter dapat mencapai 100 cm,

bahkan di pegunungan dapat mencapai hingga 300 cm. Kulit batang terlihat

pecah-pecah dan seolah tumpang tindih, berwarna coklat keputihan, pucat

hingga keabu abuan, dan mengeluarkan aroma apabila dipotong (Danu, 2007).

Daun suren, sering digunakan sebagai pestisida nabati dan merupakan

bahan alam yang potensial dikembangkan menjadi antikanker ovarium. Hasil

analisis fitokimia simplisia daun suren menunjukkan adanya senyawa golongan

flavonoid, tanin dan steroid/triterpenoid. Serbuk simplisia diekstraksi secara

maserasi dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol (Sesilia, et al., 2006).

Zat aktif piretrinnya mampu merusak sistem saraf hama. Zat tersebut

bekerja sangat cepat (rapid in action) dan menimbulkan gejala kelumpuhan

yang mematikan. Semprotan air perasan suren bisa menjadi alternatif dalam

mengusir wereng. Menurut literatur, suren kaya akan kandungan surenon,

surenin, dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan,

insektisida, dan antifeedant (penghambat daya makan) terhadap larva serangga.

Bahan ini juga terbukti sebagai repellant (pengusir) nyamuk (Dede, 2008).

D. Tithonia

Sistematika tanaman tithonia dalam Herbarium Bandungense (2009)

adalah :

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Bangsa : Asterales

Suku : Asteraceae

Marga : Tithonia

Jenis : Tithonia diversifolia

Page 17: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Gambar 2 Tanaman Tithonia

Tithonia diversifolia dikenal sebagai bunga matahari Meksiko dan di

Afrika barat dikenal sebagai tanaman hias dengan bunga berwarna

kuning.Tithonia termasuk famili Asteraceae gulma tanaman yang dapat

tumbuh tinggi mencapai 2,5 meter dan dapat beradaptasi pada berbagai jenis

tanah.Berdasarkan pengamatan di Nigeria, tanaman ini tersebar secara luas dan

tumbuh di sepanjang tepi sungai dan dilahan pertanian yang dibudidayakan

(Olabode et al., 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga T. diversifolia yang berasal

dari dataran tinggi lebih baik dibandingkan daun dataran tinggi dan dataran

rendah. Pengujian insektisida melalui metode celup dan lebih tinggi mortalitas

larva dibanding metode kontak. T. diversifolia selain sebagai insektisida juga

bersifat penghambat makan. Kandungan kimia daun, kulit batang dan akar

Tithonia diversifolia mengandung saponin, polifenol dan flavonoida

( Arneti et al., 2006).

Page 18: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian lapangan dilakukan di areal pertanaman kakao milik warga

Desa Wakah, Kacamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur dan

Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dimulai bulan September 2010 sampai

Desember 2010.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun suren

(T. sureni), dan daun tithonia ( T. diversifolia).

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hand sprayer, lup,

pinset, blender, gunting, gelas ukur, kertas label

C. Cara Kerja Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap

(RAKL) dengan dua faktor perlakuan dengan 5 ulangan sebagai berikut :

a. Faktor pertama yaitu macam insektisida nabati, yaitu

M0 : Daun Suren

M1 : Daun Tithonia

b. Faktor kedua yaitu konsentrasi insektisida nabati, yaitu :

K0 : Kontrol (0%).

K1 : 15 gr daun/ lt air (1,5%).

K2 : 30 gr daun/ lt air (3%).

K3 : 45 gr daun/ lt air (4,5%).

K4 : 60 gr daun/ lt air (6%).

Sehingga diperoleh perlakuan:

M0K0: Kontrol.

Page 19: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

M0K1: Ekstrak daun suren konsentrasi 1,5%.

M0K2: Ekstrak daun suren konsentrasi 3%.

M0K3: Ekstrak daun suren konsentrasi 4,5%.

M0K4: Ekstrak daun suren konsentrasi 6%.

M1K0: Kontrol

M1K1: Ekstrak daun tithonia konsentrasi 1,5%.

M1K2: Ekstrak daun tithonia konsentrasi 3%.

M1K3: Ekstrak daun tithonia konsentrasi 4,5%

M1K4: Ekstrak daun tithonia konsentrasi 6%.

Masing-masing perlakuan di ulang sebanyak 5 kali.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pemilihan buah kakao

Buah dipilih dari pohon kakao yang varietasnya sama. Setiap

perlakuan diusahakan bisa dilakukan pada satu pohon dan pengulangan

setiap perlakuan pada pohon yang lain. Buah kakao yang digunakan

sebagai bahan uji adalah buah kakao yang panjangnya 10 cm- 15 cm

dan buah tersebut tidak menunjukkan adanya kerusakan atau kerusakan

akibat serangan hama buah kakao maksimal 10 %.

b. Persiapan bahan insektisida nabati

Cara pembuatan ekstrak daun suren dan tithonia adalah :

1. Menyiapkan bahan ekstrak yaitu daun suren dan tithonia. Sebelum

di timbang daun suren dikeringanginkan terlebih dahulu,

sedangkan tithonia ditimbang dalam keadaan segar.

2. Untuk mendapatkan konsentrasi larutan 6%, bahan ekstrak di

timbang 60 gr di iris kecil-kecil kemudian di blender dengan

menambahkan air sebanyak 1 L.

3. Bahan ekstrak dihancurkan dengan blender sampai halus.

4. Hasilnya dituang dalam wadah dan disimpan selama 1 hari (24

jam).

5. Ekstrak tersebut di saring dan larutannya digunakan sebagai bahan

uji insektisida nabati. Untuk aplikasi ditambah sabun cair dengan

Page 20: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

volume 1 ml/L dan untuk control air ditambah sabun cair dengan

volume yang sama.

c. Pengujian di Lapang

1. Aplikasi ekstrak daun suren dan tithonia dengan cara disemprotkan

pada buah dengan hand sprayer. Penyemprotan dimulai dari

kontrol dan dilanjutkan pada konsentrasi terendah dan seterusnya.

2. Sebelum penyemprotan, dilakukan pengamatan terhadap kondisi

buah kakao, kondisi yang diamati adalah:

a. Panjang buah kakao

b. Ada tidaknya telur PBK, prapupa, pupa, lubang tempat masuk

larva ( berupa titik/ bintik hitam yang dalam), imago PBK.

Apabila ada dicatat jumlahnya.

c. Ada tidaknya nimfa/ imago Helopeltis dan gejala kerusakan

yang merupakan bekas tusukan berupa bercak cekung warna

coklat kehitaman berukuran 3 mm- 4 mm.

3. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari ( 07.00 WIB) dan

dilakukan satu minggu sekali sampai satu minggu menjelang

panen.

d. Panen

Mengamati presentase kerusakan biji pada tanaman kakao yang telah di

panen.

3. Variabel Pengamatan

a. Penggerek Buah Kakao

· Gejala Kerusakan

Menghitung jumlah lubang masuk larva penggerek,

dilakukan pada setiap pengamatan

· Jumlah Telur, Prapupa, dan Pupa

Menghitung jumlah telur, prapupa, dan pupa pada saat

pengamatan.

Page 21: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

· Tingkat kerusakan biji kakao yang dilakukan saat panen.

Penghitungan persentase kerusakan biji dengan cara

membandingkan jumlah biji buah kakao yang saling melekat

dan berwarna hitam dengan jumlah biji seluruhnya.

b. Helopeltis

· Persentase kerusakan

Penghitungan presentase kerusakan dilakukan pada setiap

pengamatan.

Kriteria kerusakan: Persentase kerusakan akibat serangan

Helopeltis dihitung dengan cara membandingkan luas

permukaan buah kakao yang menunjukan gejala serangan

dengan luas permukaan buah kakao.

Nilai skoring :

Kerusakan 1% - 25% skor 1

Kerusakan 26% - 50% skor 2

Kerusakan 51% - 75% skor 3

Kerusakan 76% - 100% skor 4

· Jumlah nimfa atau imago yang ditemukan pada setiap

pengamatan.

Pada penelitian ini keberadaan hama lain akan dicatat sebagai

data tambahan.

4. Analisis Data

Data akan dianalisis dengan uji F 5% dan apabila ada beda nyata akan

dilanjutkan dengan uji DMRT 5%.

Page 22: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum

Lahan yang digunakan untuk penelitian yaitu areal pekarangan milik

warga Desa Wakah, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur

( Gambar 3 ). Ketinggian tempat yaitu 570 sampai 625 m dpl. Pada areal milik

warga ini rata-rata umur tanaman kakao yaitu 8 tahun. Sebagian besar jenis

tanaman yang ditanam di areal ini yaitu kakao jenis criolo, dengan ciri yaitu

memiliki alur buah yang dalam, kulit buah tebal tetapi lunak dan

permukaannya kasar. Jarak tanam antar pohon yaitu 3x3 m, tiap 100 m2

terdapat 10 pohon. Tajuk tanaman di areal ini sangat rapat karena jarang sekali

dilakukan pemangkasan. Akibat jarangnya dilakukan pemangkasan maka tunas

air yang tumbuh semakin banyak. Tumbuhnya tunas air ini dapat mengganggu

pertumbuhan tanaman karena akan terjadi persaingan dalam penganbilan zat

hara. Helopeltis meletakkan telurnya pada jaringan yang lunak termasuk tunas

air, pembuangan tunas air ini akan mengurangi populasi helopelthis karena

telur yang berada di tunas air akan ikut terbuang. Karena tidak adanya

pemangkasan tunas air pada areal pekarangan milik warga ini maka banyak

tunas air yang tumbuh dan dapat memicu meningkatnya jumlah Helopeltis.

Gambar 3 Kondisi Lahan Kakao

15

Page 23: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

B. Kerusakan akibat serangan Helopeltis

Helopeltis sp termasuk dalam ordo Hemiptera, famili Miridae.

Serangga ini bertubuh kecil ramping dengan tanda spesifik yaitu adanya

tonjolan yang berbentuk jarum pada mesoskutelum. Helopeltis merupakan

genus yang memiliki banyak spesies. Di Indonesia spesies yang banyak

merusak tanaman kakao yaitu Helopeltis antonii (Admaja, 2003)

Gambar 4 Nimfa Helopeltis antonii

Gambar 5 Imago Helopeltis antonii

Pada penelitian ini spesies Helopeltis yang ditemukan yaitu Helopeltis

antonii yang mempunyai ciri-ciri : bewarna coklat kehitaman, pada bagian

toraks terdapat tonjolan seperti jarum pentul yang menghadap ke atas atau

tegak lurus, antenanya 4 ruas dan panjangnya dua kali panjang tubuhnya

(Admaja, 2003).

Selain tidak adanya pemangkasan yang rutin, sanitasi yang rendah di

areal pekarangan juga mengakibatkan kelembaban yang tinggi sehingga dapat

memicu perkembangan Helopeltis. Halopeltis tumbuh optimal pada lahan yang

memiliki kelembaban tinggi.

Helopeltis antonii termasuk hama penting yang apabila menyerang buah

Page 24: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

kakao tua tidak terlalu merugikan, tetapi sebaliknya serangan pada buah muda

akan menimbulkan kerugian. Selain kakao,hama ini juga memakan banyak

tanaman lain, diantaranya: teh, jambu biji, jambu mete, lamtoro, apokat,

mangga, dadap, ubijalar, dll. Buah muda yang terserang mengering lalu rontok,

tetapi jika tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan

bentuk. Serangan pada buah tua, tampak penuh bercak-bercak cekung

berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengeras dan retak (Gambar 6)

(Direktorat Perlindungan dan Pengembangan Pertanian, 2002).

Gambar 6 Gejala kerusakan akibat serangan Helopeltis antonii

Page 25: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

C. Pengaruh Ekstrak Suren Terhadap Tingkat Serangan Helopeltis

Gejala kerusakan akibat serangan hama Helopeltis pada buah kakao

ditandai dengan adanya bercak cekung yang berwarna coklat kehitaman

berukuran 3-4 mm (Sunanto, 1994). Tingkat serangan Helopeltis dari minggu 1

sampai minggu ke 11 setelah perlakuan dapat dilihat pada gambar 7.

Keterangan: M0K0: Kontrol. M0K1: Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 1,5 % M0K2: Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 3 % M0K3: Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 4,5 % M0K4: pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 6% Gambar 7 Perkembangan tingkat serangan Helopelthis pada buah kakao

dengan pemberian ekstrak daun suren.

Pada Gambar 7 menunjukan bahwa pemberian ekstrak daun suren

menghambat serangan Helopelthis. Pada kontrol terlihat serangan hama

Helopelthis meningkat nyata tiap minggunya. Pada minggu ke 3 terjadi

peningkatan kerusakan pada semua perlakuan. Pada pemberian ekstrak daun

suren dengan konsentrasi 1,5 % mengalami peningkatan serangan pada minggu

ke 3, persentase kerusakan rata-rata mencapai 1,4 % Pada pemberian ekstrak

daun suren dengan konsentrasi 3 % mengalami peningkatan kerusakan buah

kakao pada minggu ke 3, persentase kerusakan rata-rata mencapai 1%. Pada

pemberian ekstrak daun suren dengan konsentrasi 4,5 %, kerusakan mengalami

peningkatan pada minggu ke 3 yaitu sebesar 1,8 %. Pada pemberian ekstrak

Page 26: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

daun suren dengan konsentrasi 6% juga terjadi peningkatan persentase

kerusakan rata-rata sebesar 0,4% pada minggu ke 3.

Pada minggu ke 8 sampai minggu ke 11, tidak terjadi peningkatan

kerusakan pada perlakuan pemberian ekstrak daun suren dengan konsentrasi

1,45%, 3%, 4,5% dan 6%, sedangkan pada kontrol masih terjadi peningkatan

kerusakan. Pada pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 1,5%, besarnya

persentase kerusakan yaitu 3,2%. Pada pemberian ekstrak daun suren

konsentrasi 3% kerusakan mencapai 5%, pada pemberian ekstrak daun suren

4,5% dan 6% masing-masing persentase kerusakan mencapai 6% dan 3,4%.

Menurut Dede (2008) suren kaya akan kandungan surenon, surenin, dan

surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida, dan

antifeedant (penghambat daya makan) terhadap larva serangga. Senyawa

antifeedant adalah senyawa-senyawa yang jika dirasakan oleh serangga akan

menyebabkan penghentian aktifitas makan secara sementara atau permanen

tergantung pada potensi senyawa tersebut (Dadang, 1999).

Pada gambar terlihat bahwa semua perlakuan mengalami peningkatan

kerusakan pada minggu ke 3. Peningkatan kerusakan yang terjadi sangat kecil

sekali dibanding dengan peningkatan kerusakan pada kontrol. Pada minggu ke

8 sampai minggu ke 11 juga tidak terjadi peningkatan presentase kerusakan

akibat Helopelthis, hal ini berarti bahwa pemberian ekstrak daun suren pada

berbagai konsentrasi perlakuan efektif menghambat peningkatan serangan

Helopelthis. Diduga karena ekstrak daun suren yang mengandung senyawa

antifeedant maka menyebabkan penghambatan daya makan Helopelthis

sehingga kerusakan akibat hama ini dapat dihambat. Selain itu populasi

Helopeltis juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan buah. Pada

minggu 1 dan ke 2 tidak ada kerusakan pada buah kakao, hal ini karena tidak

ditemukannya Helopeltis pada buah kakao, sedangkan pada minggu ke 3

sampai minggu ke 8 cenderung mengalami peningkatan kerusakan, hal ini

karena ditemukannya Helopeltis pada beberapa buah kakao dan jumlah

Helopeltis yang ditemukan sangat sedikit. Karena jumlah populasi yang

ditemukan hanya sedikit dan bekerjanya efek dari ekstrak daun suren ini

Page 27: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

sehingga pada minggu ke 8 sampai ke 11 tidak terjadi peningkatan kerusakan.

Pada penelitian ini serangan Helopeltis termasuk rendah, faktor yang

menyebabkan rendahnya serangan yaitu adanya musuh alami yang berupa

semut hitam selain itu juga karena curah hujan yang tinggi.

D. Pengaruh Ekstrak Tithonia Terhadap Tingkat Serangan Helopeltis

Tanaman Tithonia biasanya tumbuh liar di lereng-lereng lahan, di parit

dan sepanjang saluran air. Larutan tithonia bekerja secara langsung, bertindak

sebagai pencegah atau pengobat tanaman yang terserang hama. Tanaman yang

di semprot larutan ini menyebabkan hama menjauih dari tanaman karena rasa

pahit atau bau yang ditimbulkan (Mahfud, 1992). Pada gambar 8 menunjukkan

tingkat serangan dari minggu 1 sampai minggu ke 11 setelah perlakuan.

Keterangan: M1K0: Kontrol. M1K1: Pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 1,5%. M1K2: Pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 3% M1K3: Pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 4,5% M1K4: pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 6% Gambar 8 Perkembangan tingkat serangan Helopelthis pada buah kakao

dengan pemberian ekstrak daun tithonia.

Page 28: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Pada gambar 8 menunjukan bahwa penggunaan ekstrak daun tithonia

dengan konsentrasi 4,5% dan 6% mampu menghambat serangan Helopeltis

pada buah kakao, sedangkan pada pemberian ekstrak tithonia dengan

konsentrasi 1,5% dan 3% menunjukkan peningkatan kerusakan yang tinggi

dibanding dengan kontrol. Pada kontrol serangan cenderung rendah karena

ditemukan semut hitam pada beberapa buah kakao. Pada pemberian ekstrak

daun tithonia 4,5% dan 6% terjadi peningkatan kerusakan yang sangat kecil

pada minggu ke 3, besarnya kerusakan masing-masing yaitu 1% dan 0,8% dan

pada minggu ke 3 sampai minggu ke 11 peningkatan kerusakannya sangat

kecil.

Pemberian ekstrak tithonia dengan konsentrasi 4,5% dan 6% efektif

dalam menghambat kerusakan buah kakao akibat Helopelthis, hal ini diduga

karena kandungan senyawa pada konsentrasi tersebut membuat hama tidak

menyukai makanannya karena rasa yang pahit dan bau yang menyengat dari

ekstrak daun tithonia selain itu tithonia juga mengandung senyawa falvonoid

yang bersifat mengusir hama. Menurut Dadang (1999) serangga mampu

mengenali senyawa kimia pada makanannya walaupun dalam jumlah yang

kecil, sehingga serangga menolak makan. Hal ini diduga karena serangga

memiliki indera perasa dan pencium sehingga serangga tidak menyukai

makanannya misal bau menyengat dan rasa yang pahit.

Pemberian ekstrak daun tithonia pada konsentrasi 1,5% mengalani

peningkatan persentase rata-rata kerusakan buah pada minggu ke 3 yaitu

sebesar 3,6% dan persentase kerusakannya semakin meningkat tiap minggunya

sampai minggu ke 9. Pada minggu ke 9 sampai minggu ke 11 rata-rata

persentase kerusakan tidak meningkat, besarnya yaitu 14,6 %. Pemberian

ekstrak daun tithonia pada konsentrasi 3% juga mengalami peningkatan

kerusakan yang tinggi pada minggu ke 3, persentase rata-rata sebesar 5%.

Persentase kerusakan meningkat setiap minggunya sampai minggu ke 9. Pada

minggu ke 9 sampai minggu ke 11 tidak mengalami peningkatan kerusakan

pada buah, besar persentase rata-rata yaitu 22,25%. Terlihat bahwa ada

pemberian ektrak daun tithonia dengan konsentrasi 1,5% dan 3%

Page 29: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

menunjukkan peningkatan serangan yang tinggi dibanding dengan kontrol. Hal

ini berarti ekstrak daun tithonia konsentrasi 1,5% dan 3% kurang efektif dalam

menghambat peningkatan kerusakan buah akibat Helopelthis, diduga karena

senyawa kimia yang terdapat pada konsentrasi tersebut sangat rendah sehingga

tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas serangga dalam memakan. Selain

itu insektisida nabati mempunyai sifat mudah menguap dan juga mudah hilang

karena tercuci oleh air hujan.

E. Persentase kerusakan buah kakao pada saat panen

Serangan Helopelthis bersifat menusuk dan menghisap pada buah pentil

dan pucuk pucuk muda. Buah muda yang terserang mengering lalu rontok,

tetapi jika tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan

bentuk. Serangan pada buah tua, tampak penuh bercak-bercak cekung

berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengeras dan retak. (Siregar et al., 1998).

Dari hasil analisis ragam ( Lampiran 4) terlihat bahwa pemberian macam

insektisida nabati dan konsentrasi masing-masing perlakuan menunjukkan

tidak berbeda nyata terhadap kerusakan buah kakao pada saat panen.

Kerusakan buah kakao pada saat panen sebagian besar mengalami peningkatan

kerusakan. Kerusakan buah kakao pada saat panen meningkat dibanding

kerusakan buah pada minggu ke 11 setelah perlakuan, diduga karena satu

minggu sebelum panen pemberian insektisida nabati dihentikan sehingga

tingkat serangan Helopeltis meningkat karena insektisida yang disemprotkan

pada buah kakao efeknya tidak bertahan lama dan mudah menguap sehingga

tingkat toksiksitasnya rendah, selain itu terjadinya hujan setelah penyemprotan

juga dapat menyebabkan insektisida nabati yang di semprotkan pada buah

kakao hilang terbawa air hujan.

Menurut Sastroutomo (1992), semua senyawa pestisida adalah beracun,

meskipun tingkat keracunannya berbeda dari satu jenis ke jenis lainnya. Secara

umum masuknya pestisida melalui mulut jauh lebih toksik dibanding

masuknya pestisida melalui pernapasan, sedangkan yang melalui pernapasan

lebih toksik daripada yang melalui kulit, diduga karena insektisida nabati yang

Page 30: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

disemprotkan pada buah kakao untuk mengendalikan Helopeltis masuk lewat

kulit sehingga tingkat toksisitasnya rendah

F. Kerusakan biji buah kakao saat panen

Kerusakan biji buah kakao akibat serangan Helopeltis dapat dilihat ketika

buah kakao sudah dibelah, ketika buah kakao yang menunjukkan gejala

serangan Helopeltis dibelah maka akan terlihat biji berwarna kecoklatan.

Tabel 1 Rata-rata kerusakan biji pada buah kakao saat panen dengan pemberian ekstrak daun suren

Perlakuan Ulangan Rata-rata

(%) 1 2 3 4 5

M0K0 3 0 3 - 0 1,5

M0K1 0 30 - 10 0 10

M0K2 15 - 0 3 0 4,5

M0K3 3 - 0 0 10 3,25

M0K4 10 - 20 0 3 8,25

Keterangan: (-) : Kerusakan biji bukan karena serangan Helopeltis antonii M0K0: Kontrol M0K1: Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 1,5% M0K2: Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 3% M0K3: Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 4,5% M0K4: pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 6%

Persentase kerusakan biji rata-rata pada pemberian ekstrak daun suren

konsentrasi 4,5% paling rendah diantara pemberian ekstrak daun suren pada

konsentrasi yang lain, persentase rata-ratanya yaitu 3,25%, sedangkan

persentase rata-rata kerusakan biji yang tertinggi yaitu pada pemberian ekstrak

daun suren dengan konsentrasi 1,5%, yaitu mencapai 10%.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa pemberian ekstrak daun suren pada

konsentrasi 1,5% , 3%, 4,5% dan 6% menunjukkan kerusakan biji yang lebih

besar dibanding dengan kontrol.

Pada perlakuan M0K2 ( Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 3%)

ulangan ke 3 terdapat nimfa sebanyak 7 spesimen pada minggu ke 2 dan 1

nimfa pada minggu ke 5, sedangkan pada perlakuan M0K4 (Pemberian ekstrak

daun suren konsentrasi 6%) ulangan ke 3, ditemukan 1 nimfa pada minggu ke 4

Page 31: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

dan 3 nimfa pada minggu ke 5. Diduga karena populasi Helopeltis pada buah

kakao ditemukan pada saat buah masih muda yaitu pada minggu ke 2,

walaupun populasi yang ditemukan sedikit tapi serangan pada buah kakao yang

masih muda menimbulkan kerusakan yang berarti, karena serangan yang terus

menerus akan menyebabkan buah kakao berwarna hitam dan mengeras

sehingga biji ikut rusak.

Dari hasil penelitian terdapat buah kakao yang busuk pada saat panen,

diduga ini akibat terkontaminasinya buah dari buah lain yang terserang

penyakit busuk buah yang disebabkan oleh jamur Phytoptora palmivora.

Menurut Direktorat Perlindungan Perkebunan (2002), penyebaran penyakit

dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab terutama pada musim hujan.

Penyakit ini akan berkembang dengan cepat pada daerah yang mempunyai

curah hujan tinggi, kelembaban udara dan tanah yang tinggi terutama pada

pertanaman kakao dengan tajuk rapat.

Tabel 2 Rata-rata kerusakan biji pada buah kakao saat panen dengan pemberian ekstrak daun tithonia

Perlakuan Ulangan Rata-rata

(%) 1 2 3 4 5

M1K0 - 0 0 0 0 0

M1K1 0 100 0 0 0 20

M1K2 - 100 0 0 0 25

M1K3 - 0 0 0 0 0

M1K4 0 0 0 - 0 0

Keterangan: (-) : Kerusakan biji bukan karena serangan Helopelthis antonii M1K0: Kontrol M1K1: Pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 1,5% M1K2: Pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 3%. M1K3: Pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 4,5%. M1K4: pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 6% .

Pada tabel terlihat bahwa pada pemberian ekstrak daun tithonia

konsentrasi 4,5% dan 6% tidak terdapat kerusakan biji pada buah kakao, hal

ini diduga karena persentase kerusakan pada buah kakao akibar serangan

Helopelthis rendah, sehingga tidak menimbulkan kerusakan biji pada buah

Page 32: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

kakao yang terserang Helopelthis. Pada pemberian ekstrak daun tithonia

dengan konsentrasi 4,5% dan 6% terlihat bahwa perkembangan tingkat

serangan Helopeltis rendah, populasi Helopeltis yang ditemukan pada buah

kakao dengan perlakuan tersebut yaitu ketika buah sudah besar dan hampir

masak, serangan Helopeltis pada buah yang sudah besar tidak menimbulkan

kerugian yang berarti, sebaliknya pada pemberian ekstrak daun tithonia dengan

konsentrasi 1,5% dan 3% kerusakan biji pada saat panen lebih tinggi dibanding

kontrol. Hal ini karena pada kontrol ditemukan semut hitam yang merupakan

musuh alami dari Helopeltis sehingga kerusakan buah saat panen rendah dan

kerusakan biji pada saat panen juga rendah.

G. Penggerek Buah Kakao

Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) sejenis ngengat yang

meletakkan telur pada permukaan buah kakao, Hama kakao ini sangat

merugikan. Serangannya dapat merusak hampir semua hasil. Penggerek Buah

Kakao dapat menyerang buah sekecil 3 cm, tetapi umumnya lebih menyukai

yang berukuran sekitar 8 cm. Ulatnya merusak dengan cara menggerek buah,

memakan kulit buah, daging buah dan saluran ke biji. Buah yang terserang

akan lebih awal menjadi berwarna kuning, dan jika digoyang tidak berbunyi.

Biasanya lebih berat daripada yang sehat. Biji-bijinya saling melekat, berwarna

kehitaman serta ukuran biji lebih kecil (Direktorat Perlindungan Perkebunan,

2002).

Pada penelitian ini tidak ditemukan gejala serangan dan juga spesimen

pada buah kakao. Hal ini diduga karena Penggerek Buah Kakao seringkali

muncul pada saat musim kemarau sedangkan pelaksanaan penelitian pada saat

musim penghujan. Pada musim penghujan jarang sekali ditemukan Penggerek

buah kakao karena telur PBK yang diletakkan di alur-alur buah banyak yang

terbawa oleh air hujan sehingga mengurangi populasi PBK.

Page 33: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni) DAN DAUN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemberian ekstrak daun suren dan ekstrak daun tithonia tidak berpengaruh

nyata terhadap tingkat kerusakan buah kakao akibat serangan Helopeltis

antonii pada saat panen.

2. Pemberian ekstrak daun suren konsentrasi 1,5% dapat menghambat tingkat

serangan Helopeltis dan pemberian ekstrak daun tithonia konsentrasi 4,5%

juga dapat menghambat tingkat serangan Helopeltis tiap minggunya.

3. Tingkat serangan Helopeltis rendah sehingga kerusakan pada biji buah

kakao saat panen juga rendah.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai tingkat konsentrasi ekstrak daun suren dan daun tithonia

yang diberikan, selain itu juga perlu dilakukan lebih lanjut mengenai rentang

waktu pemberian insektisida nabati.