efektivitas penanganan perilaku agresif pada …
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS PENANGANAN PERILAKU AGRESIF PADA ANAK DI TK
AISYIYAH MAMAJANG KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan Penelitian pada
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
AINUN ISLAMIYAH
10545 11032 16
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2020
ii
iii
iv
v
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Semua butuh proses,
karena disetiap proses ada pembelajaran.
-Ainun Islamiyah- (2020)
Nasib tak bisa diduga,
Takdir tak bisa dirubah,
Tapi doa bisa merubah segalanya.
-Adyar Z- (2021)
Sebuah mimpi tidak menjadi kenyataan lewat sihir,
Tapi dengan keringat, tekad, dan kerja keras.
-Wimar Adhitya- (2021)
Dengan segala kerendahan hati
Kupersembahkan karya sedehana ini untuk kedua orang tuaku tercinta Ayahanda
Tahir Supu dan Ibunda Hj. Nasriyah, Saudara-saudari ku Adyar Zadly, Andi
Siti Nur Aliyah Mappaladeng dan Anugrah, serta keluarga besarku.
Yang senantiasa mendoakan dan mengiringi setiap langkahku yang tiada hentinya
memberikan semangat demi kesuksesanku.
vii
ABSTRAK
AINUN ISLAMIYAH. 2021. Efektivitas Penanganan Perilaku Agresif Anak di
TK Aisiyah Mamajang kota Makassar. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Dr. Hj Hidayah Quraisy, M.Pd dan
Pembimbing II Hj Musfirah, S.Ag.,M.Pd
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
gambaran efektivitas penanganan perilaku agresif anak di TK Aisyiyah Mamajang
kota Makassar. Jenis penelitian ini yang digunaakn adalah penelitian kualitatif
deskripstif dengan metode atau pendekatan study kasus yang dilakukan di TK
Aisyiyah Mamajang kota Makassar. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara,
observasi, dan dokumntasi. Teknik keabsahan data yang digunakan ada tiga
tahapan yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas penanganan perilaku
anak agresif di TK Aisyiyah Mamajang kota Makassar menunjukkan bahwa
melalui penanganan yang diberikan berupa dua tindakan yaitu kuratif dan
preventif. Adapun perbedaan penanganan yang diterapkan guru kelas dan guru
pendamping pada anak yang berperilaku agresif yaitu (1) Guru kelas Guru, tidak
memberikan anak hukuman apabila melakukan kesalahan. Guru hanya
memberikan nasehat kepada anak, mengajarkan anak untuk merasakan pesaan
orang lain, mengajarkan anak untuk meminta maaf apabila telah melakukan
kesalahan. (2) Guru pendamping, memberikan hukuman apabila anak tidak mau
mendengar teguran dari guru, seperti guru mengeluarkan suara keras ketika
memanggil anak dan apabila anak sudah ditegur beberapa kali maka guru
mengansingkan anak agar tidak menganggu teman yang lain.
Kata Kunci: Efektivitas, Penanganan Perilaku Anak Agresif
viii
KATA PENGANTAR
Allah maha penyayang dan pengasih, demikian kata untuk mewakili atas
segala karunia dan nikmat-nya. Jiwa ini takkan pernah bertahmid atas anugrah
pada detik waktu, denyut jantung ,gerak langkah serta rasa dan rasio pada-Mu,
Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari berkahmu.
Setiap orang dalam berkarya dan selalu mencari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan ini terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan
bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan
bagai pelangi terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.
Demikian juga tulisan ini kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi
kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis
kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat penting dalam perampungan tulisan
ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang
tua Tahir Supu dan Hj. Nasriyah yang telah berjuang, berdo”a mengasuh,
membesarkan mendidik, dan membiayai penulisan dalam proses pencarian ilmu.
Demikian pula penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya
memberikan motovasi dan selalu menemaniku dengan candanya, kepada Dr. Hj.
Hidayah Quraisy, M.Pd dan Hj. Musfirah, M.Ag.,M.Pd. pembimbing, I dan
pembimbing ,II yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak
awal penyusunan skripsi ini.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muahammadiyah
Makassar. Bapak Erwin Akib, M.Pd.,Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan Bapak Tasrif
Akib,S.Pd.,M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini serta seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidkan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali
penulis dengan serangkaian ilmu pengatahuan yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada
Kepala Sekolah, guru, staf TK Aisyiyah Mamajang Kota Makassar di sekolah
tersebut yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuangku Suriani Fikri
dan Ika Aulia Azhara, sahabat-sahabatku serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Angkatan 2016 atas segala
kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi
pelangi dalam hidupku.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan
tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak
akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi
manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.
Makassar, November 2021
Ainun Islamiyah
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ......................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II TINJUAN PUSTAKA .............................................................................. 8
A. Kajian Teori ......................................................................................... 8
B. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 9
C. Kerangka Pikir ................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 32
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 32
B. Lokasi dan subjek penelitian ............................................................. 33
12
C.Fokus Penelitian .................................................................................. 33
D. Prosedur Penelitian/Studi Kasus ........................................................ 33
E. Instrumen Penelitian .......................................................................... 34
F. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................. 35
G. Tehnik Keabsahan Data ..................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 39
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 39
1. Profil Sekolah ................................................................................. 39
2. Visi dan Misi TK Aisyiyah Mamajang Kota Makassar ................. 40
3. Data Guru dan Anak ....................................................................... 41
4. Sarana dan Prasarana ...................................................................... 42
B. Pembahasan .......................................................................................... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 83
A. Kesimpulan .......................................................................................... 83
B. Saran ..................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
13
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Guru di TK Aisyiyah Mamajang .................................................. 41
Tabel 4.2 Data Anak di TK Aisyiyah Mamajang .................................................. 42
Tabel 4.3 Sarana di TK Aisyiyah Mamajang ......................................................... 42
Tabel 4.4 Prasarana di TK Aisyiyah Mamajang .................................................... 43
Tabel 4.5 Data Subjek Penelitian ........................................................................... 45
Tabel 4.6 Bentuk perilaku agresif AK .................................................................. 49
Tabel 7. Penanganan Guru Tk ................................................................................ 59
Tabel 4.8 Bentuk perilaku agresif AK ................................................................... 66
Tabel 4.9 Penangan Guru di TK Aisyiyah Mamajang ........................................... 76
14
DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambar Bagan Kerangka Pikir.................................................... 32
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pengembangan PAUD di Taman Kanak-kanak harus dapat
menanamkan dan menumbuhkan pembinaan perilaku dan sikap yang dilakukan
melalui pembiasaan yang baik. Hal ini menjadi dasar dalam pembentukan pribadi
anak sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung oleh masyarakat, tumbuh menjadi
pribadi yang matang dan mandiri, melatih anak untuk hidup bersih, sehat serta
penanaman kebiasaan disiplin hidup sehari-hari. Para ahli psikologi
perkembangan menyebut masa usia dini sebagai masa emas atau golden age, dari
aspek pendidikan, stimulasi dini sangat diperlukan guna memberikan rangsangan
terhadap seluruh aspek perkembangan anak, yang mencakup penanaman nilai-
nilai dasar (agama, sosio emosional dan budi pekerti), pembentukan sikap
(disiplin dan kemandirian), dan pengembangan kemampuan dasar yaitu bahasa,
motorik, kognitif, dan seni.
Perkembangan sosial dan emosional merupakan dua aspek yang berlainan,
namun dalam kenyataannya satu sama lain saling mempengaruhi. Perkembangan
sosial sangat erat hubungannya dengan perkembangan emosional, Peran orang tua
dan guru di sekolah dalam mengembangkan perilaku sosial dan emosional anak
adalah ditempuh dengan menanamkan sejak dini pentingnya pembinaan perilaku
dan sikap yang dapat dilakukan melalui pembiasaan yang baik. Anak yang
kurang teman pada masa usia dini.
16
Menurut Schaffer (1996) (Patilima, 2015:106) terkait dengan berbagai
masalah, antara lain emosional, keterampilan sosialnya buruk, kurang pandai
bersosialisasi, dan menyesuaikan diri di sekolah. Selain itu ada kemungkinan anak
akan terlihat agresif. Karena keterampilan sosialnya buruk, maka ia akan
mengalami kesulitan dalam berteman, dan kecil kemungkinan memiliki
kesempatan belajar mengenai keterampilan sosial yang lebih baik dari teman-
temannya.
Aviles, Anderson, dan Davila (Hari, 2018:196) Menyatakan bahwa
“Perkembangan sosial dan emosional pada masa kanak-kanak akhir dipengaruhi
oleh lingkungan rumah, masyarakat, dan sekolah”. Maka dari itu kita sebagai
orang tua atau pendidik harus memberi contoh nyata atau keteladanan yang baik
pada anak didik.
Pergaulan sosial anak yang berada pada usia Taman Kanak-Kanak
semakin meluas, sehingga mempengaruhi perkembangan sosialnya. Anak sudah
mulai melepaskan diri dari lingkungan keluarga, karena mereka sudah banyak
mengenal orang lain, baik dengan orang yang lebih dewasa maupun dengan teman
sebayanya. Meluasnya lingkungan sosial ini menyebabkan anak mendapat
pengaruh dari luar lingkungan orang tua, khususnya dengan teman sebaya, baik di
sekolah maupun di tempat lain. Anak sudah mulai terlibat dalam permainan
kelompok, anak juga menjadi anggota kelompok dan berinteraksi dengan anggota
lain. Pada saat anak mulai bermain dengan anak lain, kadang-kadang anak hanya
berlaku sebagai penonton saja, dengan pengalaman melihat anak-anak lain
bergaul, anak juga dapat belajar bagaimana cara bergaul atau bersosialisasi.
17
Salah satu potensi yang harus dikembangkan pada anak adalah
perkembangan sosial-emosional. Perkembangan sosial adalah kemampuan yang
didapat anak untuk berperilaku sesuai tuntutan sosial (Muh. Nur Mustakim, 2005:
264). Perkembangan sosial-emosional adalah kemampuan dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain, terbiasa bersikap sopan santun, menjalankan aturan
yang berlaku, disiplin dalam kesehariannya, dan menunjukkan emosi yang wajar
(Rosmalia Dewi, 2005: 18).
Kemampuan sosial-emosional yang dimiliki anak umur 4-6 di antaranya
adalah tenggang rasa terhadap orang lain, mudah bergaul dan berinteraksi
dengan orang lain, dapat berimajinasi, dapat berkomunikasi dengan orang
yang sudah dikenalnya, aktif bergaul dengan teman-teman, mengikuti aturan
permainan, meniru kegiatan orang dewasa, mematuhi peraturan yang ada,
mulai mengenal konsep benar dan salah, mulai dapat mengendalikan emosi,
serta menunjukkan reaksi emosi yang wajar karena marah, senang, sakit,
dan takut (Rosmalia Dewi, 2005: 34-35)
Hurlock (1978: 231) menjelaskan bahwa ”pengendalian emosi sangat
penting untuk dilakukan jika kita menginginkan anak berkembang secara normal.
Selain menghindari penolakan sosial hal ini dikarenakan apabila ekspresi emosi
ini tidak ditangani secara dini maka ke depan akan lebih sulit untuk
menghilangkannya”. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hurlock (1978:
231) bahwa semakin dini anak-anak belajar untuk mengendalikan emosi pada diri
mereka, akan semakin mudah untuk mereka mengendalikan emosi.
Akan tetapi tidak semua anak dapat mencapai taraf perkembangan sesuai
umurnya. Rosmalia Dewi (2005: 109) menerangkan tingkah laku agresif adalah
salah satu bentuk perilaku anak yang mengalami kesulitan dalam perkembangan
sosial-emosionalnya. Rosmalia Dewi (2005: 109) juga menjelaskan bahwa
18
tingkah laku agresif adalah suatu tingkah laku menyerang baik yang dilakukan
secara lisan atau verbal maupun melakukan suatu ancaman sebagai pernyataan
adanya rasa permusuhan. Rita Eka Izzaty (2005: 105) juga menjelaskan
pengertian tingkah laku agresif ini dengan suatu tindakan yang disengaja oleh
pelaku agar tercapai tujuan yang diinginkan baik membela diri atau membuat
lawan tidak berdaya.
Pada anak TK tidak jarang tingkah laku agresif muncul pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung. Tingkah laku agresif ini dapat mengganggu kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Misalnya memukul teman, mendorong,
berkelahi, merusak hasil kerja ataupun alat permainan teman, dan membuang
barang milik teman. Tingkah laku agresif yang jika dibiarkan terus menerus akan
membuat anak mengalami penolakan dari teman-temannya bahkan orang dewasa
(Rusda Koto Sutadi & Sri Maryati Deliana, 1996: 31-32).
Rita Eka Izzaty (2005: 116) menjelaskan bahwa tingkah laku agresif harus
segera ditangani dan mendapatkan perhatian baik dari orang tua maupun
pendidiknya, karena jika dibiarkan mempunyai peluang besar menjadi sebuah
perilaku yang menetap. Selain itu di lingkungan sekolah, anak cenderung
ditakutidan dijauhi temannya yang berakibat menimbulkan suatu masalah baru
bagi anak karena terisolir. Tingkah laku ini jika dibiarkan begitu saja, pada saat
remaja akan menjadi juvenile delinquency yaitu tingkah laku khas kenakalan
remaja.
19
Dalam kehidupan sehari-hari istilah agresif sering digunakan oleh
masyarakat. Istilah tersebut kebanyakan dimaknai orang sebagai hal yang bersifat
negatif, dan bahkan mengandung akibat ataupun kerugian bagi orang lain atau
dirinya. Agresif sebagai segala perilaku yang ditujukan untuk membahayakan
orang lain. Agresif dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu : hostile
aggression, semua tindakan yang tujuan utamanya adalah membahayakan atau
melukai korban nya, dan instrumental aggression, semua tindakan dalam bentuk
agresif dan kemungkinan dapat membahayakan orang lain tetapi motivasi yang
mendasari tingkah laku tersebut bukanlah alasan yang bersifat agresif.
Berdasarkan fakta dilapangan yaitu terjadinya perilaku agresif yang
ditampakkan pada anak didik saat proses pembelajaran ataupun bermain terjadi
secara spontan yang menandakan bahwa perilaku agresif pada anak didik sangat
dominan. Terdapat beberapa anak didik yang memiliki perilaku agresif seperti
mencubit temannya, suka mengganggu dan sampai pada perkelahian. Kekerasan
dalam kehidupan nyata dan dalam media merupakan pengaruh konstan dalam
kehidupan anak. Jenis dan level dari program kartun hingga tema dewasa
mempengaruhi cara pandang generasi anak ini terhadap dunia dan cara mereka
berinteraksi dengan sesama.
Berdasarkan hasil observasi awal pada bulan September 2020 di TK
Aisyiyah Mamajang Kota Makassar terdapat 2 anak yang berperilaku agresif.
Keduanya adalah anak kelas B2, Keduanya sering memukul, menendang,
mendorong, mengejek dan bahkan sampai berkelahi dengan temannya. Biasanya
kedua anak tersebut melakukan tindakan agresif kepada temannya disebabkan hal
20
sepele, seperti meminta makanan kepada temannya jika tidak diberikan, dan
temannya pun dipukul oleh mereka sampai menangis. Peneliti memilih untuk
meneliti tentang sifat agresif pada anak karena agresif merupakan salah satu
bentuk permasalahan emosi pada anak yang sering muncul. Mengidentifikasi sifat
agresif dalam bentuk tindakan fisik lebih mudah karena semua tindakan verbal
maupun non verbal yang bertujuan untuk menyakiti orang lain dapat diamati
secara langsung. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam
terhadap anak yang menunjukkan perilaku tersebut dengan cara peneliti
melakukan wawancara terhadap guru dan orang tua anak. maka dari itu peneliti
tertarik mengangkat judul “Efektivitas Penanganan Perilaku Agresif Pada
Anak di TK Anak Aisyiyah Mamajang Kota Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Efektivitas penanganan perilaku agresif pada
anak di TK Aisyiyah Mamajang Kota Makassar‟‟?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Efektivitas penanganan perilaku agresif pada anak di TK Aisyiyah
Mamajang Kota Makassar?
D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini, diharapkan agar hasilnya dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
21
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengalaman serta
menambah wawasan dalam pengembangan pada anak usia dini melalui
Efektivitas penanganan perilaku anak agresif.
2. Bagi Guru, peneliti ini dapat berguna sebagai penambah wawasan bagi
guru untuk lebih memahami tentang Efektivitas penanganan perilaku
agresif anak usia dini.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan dan sumbangan
pemikiran bagi para akademis pengembangan ilmu pada pendidikan anak
usia dini.
22
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang
erat kaitannya dengan masalah yang diteliti maka peneliti mengambil rujukan dari
penelitian lain yang hampir sama di antaranya sebagai berikut:
1. Penelitian oleh Yahdinil Firda Nadhirah (2017), berjudul “Perilaku Agresif pada
Anak Usia Dini‟‟.
2. Penelitian oleh Atang Setiawan (2010), berjudul “Penanganan Perilaku Agresif
pada Anak‟‟
3. Penelitian oleh Nurul Barokah (2013), berjudul “Penanganan anak Agresif pada
anak kelompok B TK Taqiyya Kartasura.
Beberapa penelitian terdahulu di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti, antara lain.
Tabel 2.1. Hasil penelitian yang relevan.
No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Perilaku agresif
pada anak usia
dini
Masing-masing
membahas
tentang perilaku
agresif anak
Menjelaskan perilaku
agresif, sedangkan
peneliti lebih
menekankan pada
penanganan
23
2 Penanganan
Perilaku Agresif
pada Anak
Masing-masing
membahas
tentang perilaku
agresif anak
Lokasi dan subjek
penelitian
3 Penanganan anak
Agresif pada anak
kelompok B TK
Taqiyya Kartasura
Masing-masing
membahas
tentang perilaku
agresif anak
Lokasi dan subjek
penelitian
Berdasarkan uraian dari beberapa penelitian sebelumnya terdapat
perbedaan dari segi objek penelitian dan lokasi penelitian. Objek pada penelitian
ini yaitu Efektivitas penanganan perilaku anak agresif dan lokasi pada penelitian
ini yaitu pada TK Aisyiyah Mamajang Kota Makassar.
B. Tinjauan Pustaka
1. Perilaku Agresif
a. Pengertian Perilaku Agresif
Pengertian perilaku menurut Skinner seorang ahli psikologi (Susanto,
2014) mengemukakan bahwa “Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui
proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespon. Dalam kehidupan sehari-hari istilah agresif sering digunakan oleh
masyarakat. Istilah agresif dimaknai oleh kebanyakan orang sebagai hal yang
24
bersifat negatif, dan bahkan mengandung akibat atau pun kerugian bagi orang lain
atau dirinya.
Agresif adalah istilah umum yang dikaitkan dengan adanya perasaan-
perasaan marah atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik dengan
tindakan kekerasan secara fisik, verbal, maupun menggunakan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang mengancam atau merendahkan. Tindakan pada umumnya
merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Agresif (aggression) Perilaku menyerang balik secara fisik (non verbal)
maupun kata-kata (verbal). Agresif merupakan bentuk reaksi terhadap rasa
frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhinya kebutuhan atau keinginannya).
Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang, seperti mencubit, menggigit,
menendang, dan sebagainya. Sebaliknya, orang tua berusaha mereduksi
mengurangi perilaku agresif anak dengan cara mengalihkan perhatian atau
keinginan anak. Jika orangtua menghukum anak yang agresif, agresivitas anak
akan semakin meningkat.
Bentuk agresif anak taman kanak-kanak ada beberapa macam. Pertama,
bentuk verbal, misalnya dengan mengeluarkan kata-kata “kotor” yang mungkin
anak tidak mengerti artinya namun hanya meniru saja. Kedua, juga bisa dalam
bentuk tindakan fisik. Misalnya menggigit, menendang, mencubit. Semua perilaku
ini dimaksudkan untuk menyakiti fisik atau badan.
Perilaku Agresif adalah segala bentuk perilaku yang disengaja untuk
menyakiti atau melukai makhluk hidup yang mempunyai motivasi untuk
menghindarinya. Sesuatu dikatakan agresivitas ketika ada niat untuk menyakiti
25
orang lain, seperti memukul, menampar, menendang, dan lainnya. Namun, jika
tidak ada niatan untuk menyakiti atau mencelakakan orang lain, maka hal itu biasa
dianggap bukan agresivitas, misalnya kecelakaan lalu lintas.
Tindakan agresif sering dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: hostile
aggression, semua tindakan yang tujuan utamanya adalah membahayakan atau
melukai korban nya, dan instrumental aggression, semua tindakan dalam bentuk
agresif dan kemungkinan dapat membahayakan orang lain tetapi motivasi yang
mendasari tingkah laku tersebut bukanlah alasan yang bersifat agresif. Kedua tipe
agresif tersebut dibedakan atas niat pelaku agresivitas.
Stewart dan Koch (Susanto,2015:112) mengemukakan bahwa :
Agresif merupakan tingkah laku maladaptif. Tingkah laku ini pada dasarnya
merupakan tingkah laku yang bermaksud melukai, menyakiti, atau
merugikan orang lain. Herbert berpandangan bahwa “tingkah laku agresif
merupakan suatu bentuk tingkah laku yang tidak dapat diterima secara
sosial, yang dapat menyebabkan luka fisik, rupa psikis pada orang lain atau
berupa merusak suatu benda”.
Hurlock (1978: 263) mengartikan agresi sebagai suatu tindakan nyata atau
ancaman permusuhan yang biasanya tidak ditimbulkan oleh orang lain.
Penyerangan fisik atau lisan terhadap pihak lain merupakan ekspresi sikap agresif
mereka. Biasanya sikap ini ditujukan kepada anak yang lebih kecil.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Conard (1998 : 594) menunjukkan
bahwa “ada hubungan yang positif antara perilaku agresif/impulsive dengan masa
lalu sosial seseorang seperti pernah ditangkap, pernah dihukum/dikeluarkan, dan
bentuk hukuman non-pengadilan”. Sasaran perilaku agresif ini adalah pendidik
atau teman, serta sasaran fisik : bangunan dan sasaran fisik sekolah. Sasaran lain
26
misalnya mengganggu proses belajar di kelas, mengganggu kegiatan bersama,
atau mengganggu acara. Dampak agresif berupa kerusakan secara fisik. Berbeda
dengan agresivitas orang dewasa, dampak fisik agresivitas yang dilakukan anak
taman kanak-kanak pada umumnya tidak permanen. Dampak lain yang
ditimbulkan adalah pada aspek psikologis dan sosial yang tampaknya lebih
menonjol. Agresivitas salah satu anak taman kanak-kanak mungkin menimbulkan
perasaan takut pada anak-anak yang lain.
Rosmalia Dewi (2005: 109) mengartikan “agresif adalah suatu tingkah
laku menyerang baik yang dilakukan secara lisan atau verbal maupun melakukan
suatu ancaman yang digunakan sebagai pernyataan adanya rasa permusuhan.
Tingkah laku ini dapat mengakibatkan kerugian atau melukai orang lain. Kerugian
yang ini dapat berupa kerugian psikologis maupun kerugian fisik”.
Rita Eka Izzaty (2005: 105) menyatakan “tingkah laku sebagai tindakan
yang disengaja oleh pelaku untuk mencapai tujuan yang diinginkan baik membela
diri atau membuat lawan tidak berdaya. Bentuk tingkah laku agresif pada anak TK
adalah verbal dan fisik”. Rita Eka Izzaty (2005: 116) “menekankan bahwa
tingkah laku agresif harus mendapat perhatian dan segera ditangani agar tidak
menjadi perilaku yang menetap. Pelaku tingkah laku agresif juga cenderung
ditakuti dan dijauhi temannya yang berakibat menimbulkan masalah baru bagi
anak. Tingkah laku agresif jika tidak ditangani akan menjadi juvenile delinquency
yaitu tingkah laku khas kenakalan remaja”.
Dari berbagai perumusan agresif yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan bahwa tingkah laku agresi merupakan tingkah laku pelampiasan dari
27
perasaan frustasi untuk mengatasi perlawanan dengan kuat atau menghukum
orang lain, yang ditujukan untuk melukai pihak lain secara fisik maupun
psikologis pada orang lain yang dapat dilakukan secara fisik maupun verbal.
b. Kecenderungan Munculnya Perilaku Agresif
Agresif merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang, tidak sesuai
(maladaptive) atau tidak seimbang (in-congruence), yang terbentuk tidak dengan
sendirinya. Agresif muncul sebagai akibat dari adanya stimulus khusus yang
tergugah yang dapat menimbulkan rasa frustasi, biasanya dikaitkan dengan rasa
tidak enak yang kuat (anger), rasa gusar (range). Perasaan frustasi pada dasarnya
dapat dilihat sejak anak dilahirkan (bayi) sebagai akibat dari situasi-situasi
tertentu. Perasaan frustasi yang biasanya dikaitkan dengan perasaan tidak enak
yang kuat akan memberikan reaksi-reaksi yang sederhana sifatnya pada tahap-
tahap awal perkembangan.
Pada tahap awal perkembangan anak usia dini sebenarnya banyak hal yang
dapat membuat ia merasa tidak enak, karena pada masa ini anak memiliki
ketergantungan emosional yang besar dengan lingkungannya. Freud menyatakan
bahwa pada tahap awal perkembangan anak secara emosional ia sangat
bergantung pada orang lain terutama ibunya. (Hall & Lindzey, 1985: 52) (Ahmad
Susanto, 2015: 116) . Hal ini dipertegas oleh Erikson bahwa pada awal
perkembangan kehidupan anak (trust vs mistrust) secara kodrati anak sangat
membutuhkan perlindungan, penerimaan, kedekatan dan kasih sayang, di samping
pemeliharaan keberuntungan pada orang lain tersebut disebabkan oleh adanya
perasaan inferior. Oleh karenanya, bila anak merasa bahwa ia menerima situasi-
28
situasi tertentu yang mengenakan di lingkungannya, seperti perlakuan orang tua
yang melindungi, memberi kasih sayang, menerima kelembutan maka akan
merasa aman, tenteram, dan percaya kepada lingkungan. Sebaliknya bila orang tua
memperlakukan anak secara kasar, tidak memperdulikan, menolak, mengacuhkan,
akibatnya anak selalu cemas, tidak percaya kepada lingkungan dan frustasi.
Reaksi dari perasaan yang tidak mengenakan tersebut akan ditunjukkan dalam
perilaku-perilaku yang sederhana, seperti ledakan kemarahan (temper tantrums),
menangis, mengguling-guling badan di lantai, bahkan akan menyerang atau
menggigit. Reaksi semacam ini akan dimunculkan anak secara berulang-ulang
setiap anak menghadapi ketidak-enakan. Menurut pandangan aliran behavioristik,
pengulangan kembali reaksi-reaksi yang sederhana tersebut semakin diperkuat
anak, manakala ia mendapat perhatian atau bahkan dukungan dari orang tua atau
lingkungannya yang membuat anak semakin tentram dan berani. Dalam kondisi
tersebut sebaiknya orang tua segera mencegah untuk tidak menjadikan anak
semakin berani atau semakin parah. Dengan teguran yang halus dan penuh
pengertian, anak diberi pemahaman agar tidak terlanjur menjadi lebih agresif.
Menurut Konardt (1984: 59) (Ahmad Susanto, 2015: 117) sebenarnya
reaksi-reaksi tersebut merupakan hasil belajar conditioning. Lebih lanjut Kornadt
menyatakan bahwa efek dari perasaan tidak enak yang kuat ini dapat dilihat
sebagai bentuk pertama yang sederhana dari tingkah laku agresif yang timbul
masih bersifat sederhana dan tujuan untuk melukai berjumlah berkembang, tetapi
sudah ada terlihat elemen-elemen agresif yang spesifik.
29
Pada saat usia anak semakin bertambah, tepatnya saat komponen-
komponen kognitif mulai bekerja, anak mulai membentuk sistem kepercayaan
yang menjadi dasar relasi antara anak dan lingkungannya. Sekali anak mengalami
sesuatu sebagai hal yang bersifat ramah dan aman maka hal itu akan dipercayai.
Sebaliknya bila anak merasa lingkungan tidak ramah dan permusuhan, maka hal
itu menjadi sesuatu yang tidak dipercayai. Pada kondisi seperti ini anak mulai
memperhatikan orang lain dahulu dan bersiap dengan suatu mekanisme
pertahanan diri. Perasaan inilah menurutnya akan menjadi penting sebagai dasar
interpretasi terhadap kejadian-kejadian seperti frustasi.
Lebih lanjut, Kornadt (1984: 60) (Ahmad Susanto, 2015: 118)
menyatakan bahwa untuk mengembangkan suatu dorongan agresif yang
sebenarnya, perlu adanya langkah-langkah khusus tentang pengembagan kognitif,
yaitu kemampuan umum untuk mengerti kejadian-kejadian sebagai efek dari
tindakan-tindakannya sendiri dan untuk mengantisipasi serta mengarahkannya.
Berdasarkan kemampuan kognitif inilah sebenarnya anak mengetahui bagaimana
mengganggu orang lain sebagai akibat dari perilaku agresifnya.
Sebagai langkah untuk mengantisipasi kondisi ini, pertimbangan moral
akan menjadi sangat penting, karena berdasarkan pengetahuan dan pengertian
tersebut seorang anak (agresor) akan membuat keputusan yang melibatkan
evaluasi moral. Tentunya keputusan tersebut hasilnya tidak selalu menghasilkan
bahwa agresif itu kurang baik atau jelek, tetapi agresif dapat dilihat sebagai suatu
pengimbang, akibat frustasi dan rasa tidak aman. Meskipun keseimbangan yang
terjadi bersifat semu, sebagaimana dikatakan Sikun Pribadi (1981:161), (Ahmad
30
Susanto, 2015: 118) bahwa sebenarnya agresif merupakan reaksi dari rasa frustasi
yang bertujuan untuk mereduksi ketegangan yang disebabkan rasa tidak enak.
Dengan bertindak agresif, agresor merasa lelah menyelesaikan masalah, namun
sebenarnya yang terjadi adalah penyaluran semu dari kecemasan. Jadi sebenarnya
hanyalah usaha seorang (agresor) dalam menghambat rasa frustasinya.
Apabila dilihat dari karakteristiknya, agresif ini hampir mirip dengan sikap
bermusuhan. Menurut Buss (1961: 61), (Ahmad Susanto, 2015: 118) sikap
bermusuhan melibatkan evaluasi yang negatif terhadap orang-orang dan kejadian-
kejadian, dan mungkin diartikan ketika serangan diperkuat oleh luka (injury) dari
pada oleh pencapaian penguatan dari luar diri. Sikap permusuhan lebih berkaitan
dengan agresif yang diperkuat akibat luka. Dalam pandangan Bandura (1973:61),
(Ahmad Susanto, 2015: 118) agresif yang diperkuat akibat luka ini disebut dengan
istilah hostile aggression,yaitu suatu tingkah laku yang diperkuat oleh
konsekuensi akibat luka.
Sikap permusuhan terdiri dari interpretasi terdahulu terhadap serangan
yang pernah dialami oleh seseorang, juga rasa ditolak serta merasa kehilangan.
Dengan kata lain, sikap bermusuhan adalah hasil dari hukuman. Adapun
keagresifan dapat muncul spontan jika ada penghalang yang menimbulkan
perasaan tidak enak atau terancam sehingga yang bersangkutan akan berusaha
melawan penghalang dengan cara bertindak agresif.
Sikap permusuhan adalah konsekuensi dari hukuman dan menimbulkan
suatu keinginan untuk melukai orang lain. sikap bermusuhan dan keagresifan
31
merupakan bentuk tingkah laku yang agresif, yang melibatkan rangsangan untuk
merusak.
Berkowitz et al. (Wiwid Kurniawati, 2010: 6) mengelompokkan
agresivitas dalam tiga jenis yaitu:
a. Agresif fisik yaitu perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang
secara fisik seperti memukul dan menendang.
b. Agresif verbal yaitu perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti
seseorang sebagai umpatan atau bahkan ancaman seperti memaki dan
mengancam
c. Agresif pasif yaitu perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang
tidak secara fisik dan verbal misal menolak bicara, bungkam, dan tidak
peduli.
Rimm (2003: 156) mengungkapkan bahwa tidak ada tingkah laku pada
anak yang bisa dilepaskan begitu saja. Tingkah laku agresif harus ditangani agar
tidak berdampak negatif pada diri anak maupun lingkungan Dalam hal ini peneliti
sependapat dengan Rimm di mana tingkah laku agresif pada anak tidak boleh
dibiarkan begitu saja karena adanya dampak yang negatif.
c. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif
Perilaku agresif memiliki karakteristik dan bentuk yang beragam dari
rentangan yang ringan hingga yang berat dan biasanya dapat ditunjukan melalui
bentuk-bentuk seperti bahasa kasar, sering bertengkar dengan teman sebaya,
memaki atau mengejek. Adapun secara nonverbal dapat diwujudkan dalam bentuk
32
seperti menentang perintah, mencakar, menggigit, merusak mainan, memukul,
menempeleng, dan mendominasi.
Menurut Murray dan Bellak dalam Sukaji (1982), (Ahmad Susanto, 2015:
114) “agresif yang terjadi pada individu memiliki berbagai bentuk, yaitu: (1).
Keagresifan emosional verbal meliputi perasaan marah dan membenci orang lain.
Meskipun pernyataan itu tidak dinyatakan dalam bentuk kata-kata, seperti
mengutuk, mengkritik, menghina, memperingatkan, dan menertawakan. (2)
Keagresifan fisik sosial, meliputi perbuatan berkelahi atau membunuh dalam
membela diri atau membela orang yang dicintai, membalas dendam terhadap
terhadap penghinaan atau suatu ketidakadilan, serta menghukum orang yang
melakukan tidak tercela. (3) Keagresifan fisik asosial, meliputi kegiatan
mendorong, menyerang, melukai atau membunuh orang lain dengan cara melawan
hukum. (4) Keagresifitas destruktif, meliputi tindakan menyerang atau membunuh
binatang, memecah, menghancurkan, membakar atau merusak sesuatu, melukai
atau menyakiti diri sendiri, sampai melakukan bunuh diri”.
Narramore (1968: 63), (Ahmad Susanto, 2015: 114) “agresif ditandai
dengan ciri-ciri argumentative dan tidak kooperatif, tidak patuh, suka
mengganggu kegiatan, suka berkelahi, tidak suka ketenangan, suka menarik diri,
dan tidak toleran”. Derlega & Janda (1997: 165), ( Ahmad Susanto, 2015: 114)
“mengemukakan bahwa agresif memiliki dua karakteristik, yaitu (1) agresif yang
memberikan reward, seperti menonjolkan diri, dan (2) agresif yang dapat melukai
orang lain (to injure)”. Adapun Levine & Seligmann (1967: 22), (Ahmad Susanto,
2015: 114) menyatakan bahwa agresif memiliki ciri positif dan
33
negatif. Selanjutnya Erich Fromm, salah seorang pengikut Freud (neo-Freudin)
mengelompokkan agresif atas dua kelompok , yaitu benign aggression dan
malignant aggression. Benign aggression merupakan bentuk perilaku anak/orang
yang tidak mengakibatkan penderitaan atau menyakiti anak/orang lain. Adapun
malignant aggression merupakan bentuk perilaku atau tindakan yang
dimaksudkan untuk melukai orang lain. Tindakan semacam ini dinamakan
tindakan menyimpang.
Adapun Schneiders (1995: 336), (Ahmad Susanto, 2015: 115)
“menyatakan bahwa perilaku agresif bias bersifat verbal dan nonverbal. Dari
kedua sifat ini ia mengelompokkan perilaku agresif atau sembilan bentuk, yaitu
sebagai berikut: (1) suka menonjolkan atau membenarkan diri (self-assertion) (2)
suka menuntut meskipun bukan miliknya (possession) (3) suka mengganggu
(teasing) (4) suka mendominasi (dominance) (5) menggertak (bullying) (6)
permusuhan terbuka (open hostily) (7) berlaku kejam dan suka merusak (violence
and destruction) (8) menaruh rasa dendam (revenge) dan bertindak secara brutal
dan melampiaskan kemarahan secara sadis (brutality and sadistic fury)”.
Sears, et. al. (1991: 4-5), (Ahmad Susanto, 2015: 115) “mengelompokkan
perilaku agresif atas dasar timbangan nilai-nilai sosial yang dianut masyarakat,
yang dapat berbentuk verbal dan nonverbal. Agresif ini dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok yaitu sebagai berikut: (1) agresif antisosial (2) agresif prososial dan
(3) agresif yang disetujui (sanctioned aggression). Pertama, Agresif anti-sosial
merupakan tindakan seseorang dengan maksud melukai orang lain baik secara
fisik maupun nonfisik yang menurut norma sosial bertentangan, missal perilaku
34
anak usia dini yang suka menggigit temannya, merebut, dan merusak mainan
teman, menyerang teman yang lebih dewasa. Kedua, agresif prososial merupakan
tindakan agresif yang sebenarnya diatur oleh norma sosial, misalnya seorang
polisi yang secara tegas menembak mati pelaku perampokan karena perampok
tersebut dengan keji membunuh korbannya. Ketiga, agresif yang disetujui
(sanctioned aggression) merupakan tindakan agresif yang tidak diterima oleh
norma sosial, tetapi masih berada dalam batas yang wajar. Tindakan tersebut tidak
melanggar moral yang telah diterima. Misalnya jika kita melukai perampok
karena diri.
Berkaitan dengan keadaan anak agresif, berikut adalah ciri-ciri anak
agresif pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pertama, aspek kognitif anak
agresif, meliputi: (1) susahnya menangkap, menalar, berpikir apa yang diterima
oleh pengamatan indranya; (2) kurang inisiatif untuk menguraikan ide-ide yang
paling sederhana; (3) kosakata atau perbendaharaan bahasa sangat minim; (4)
konsentrasi terpecah/susah konsentrasi; (5) susah mengulang cerita; (6) susah
menghafal lagu; (7) susah mengelompokkan benda berdasarkan warna,
ukuran,dan bentuk; (8) tidak mampu mengurutkan satu materi gambar yang
diacak. Kedua, aspek afektif anak agresif, meliputi: (1) susah bekerja sama
dengan teman; (2) sering membangkang jika keinginannya tidak disuruh; (3)
berlaku cuek kepada siapa pun dan tidak pernah menuruti perintah; (4) mudah
menangis; (5) maunya menang sendiri. Ketiga, aspek psikomotor anak agresif,
meliputi: (1) tidak mengenal lelah selalu bergerak; (2) gerakan kurang
35
terkoordinir; (3) kesulitan menjiplak atau mewarnai gambar; (4) susah membuat
bentuk bentuk lingkaran, segitiga, dan segi empat.
d. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Agresif
Menurut Davidoff ( Rita Eka Izzaty, 2005: 157-158 ) memaparkan faktor
yang penyebab munculnya tingkah laku agresif pada anak yaitu:
1). Faktor-faktor biologis
a) Gen. Hal ini berkaitan di mana gen diyakini mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi.
b) Sistem Otak. Sistem otak memang tidak terlibat dalam agresi akan tetapi
dapat memperlambat atau memperkuat sirkuit neural yang mengendalikan
agresi.
c) Kimia darah. Kimia darah yang khususnya hormon kelamin yang ditemukan
pada faktor keturunan juga dapat mempengaruhi perilaku agresi.
2). Faktor Lingkungan
a) Kemiskinan. Daya nalar anak yang belum berkembang dengan optimal dan
dihadapkan dengan situasi krisis bagi pertahanan hidup dianggap sebagai
faktor anak mudah memunculkan tingkah laku agresif.
b) Anonimitas. Jika seseorang merasa sendiri maka ia cenderung berperilaku
sendiri-sendiri, tidak merasa terikat dengan norma-norma masyarakat, dan
berdampak kurang mempunyai rasa simpati pada orang lain.
36
c) Suhu udara yang panas. Suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki
dampak terhadap peningkatan agresivitas.
d) Meniru. Di sini meniru dianggap sebagai faktor yang dapat memicu anak
memunculkan tingkah laku agresif. Dengan menyaksikan perkelahian dan
pembunuhan meskipun sedikit akan menimbulkan rangsangan dan
memungkinkan untuk meniru model tersebut.
Menurut Rosmalia Dewi (2005:111) penyebab perilaku agresif yaitu “pola
asuh yang keliru, reaksi emosi terhadap frustasi, tingkah laku agresif, dan
sebelumnya”. Adapun penjelasan dari masing-masing penyebab perilaku
agresif yaitu:
1) Pola asuh yang keliru
Menurut hasil penelitian ternyata tingkah laku agresif pada anak-anak
merupakan hasil belajar yang berasal dari peniruan (imitation). Anak yang
memperoleh perilaku kasar, keras dari keluarga cenderung akan menunjukkan
perilaku yang kasar, keras ketika ia bermain dengan teman-temannya.
Pada keluarga yang otoriter, orang tua menentukan semua hal yang
berkenaan pergaulan anak-anaknya. Anak tidak diberi kesempatan untuk
menyatakan pikiran dan kemauannya, anak tidak diperbolehkan bergaul
dengan anak lain yang tidak disukai oleh orang tua. Pola asuh yang seperti ini
menimbulkan rasa jengkel pada anak. Kejengkelan anak dilampiaskan dengan
cara melawan atau menentang orang tua. Jika kebiasaan ini terbentuk selama
anak di rumah, besar kemungkinan akan tumbuh perilaku agresif pada anak.
37
Pola asuh yang memanjakan juga dapat berpengaruh terhadap timbulnya
perilaku agresif. Orang tua yang selalu mengizinkan atau membenarkan
permintaan anak. Misalnya, bila anak merampas permainan anak lainnya
dilindungi dan dimaafkan karena alasan ia masih anak-anak. Perilaku anak
yang menyakiti temannya juga dilindungi dan dimaafkan dengan alasan si
anak berkeinginan untuk memperoleh alat permainannya. Pola asuh seperti ini
seolah-olah membenarkan perilaku anak yang salah. Perilaku anak menyakiti
temannya sejak kecil menjadi benih timbulnya perilaku agresif.
2) Reaksi Emosi Terhadap Frustasi
Munculnya perilaku agresif pada anak sebagai akibat dari banyaknya
larangan yang dibuat guru atau orang tua. Sementara itu anak usia pra sekolah
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang hal yang ada disekitarnya, anak
mencoba memanjat pohon, bermain di luar, bermain menggunakan pisau, dan
sebagainya.
Kecemasan yang ada di pihak guru dan orang tua melihat anak memanjat,
berlari, bermain pisau akibatnya dibuatlah sejumlah larangan pada anak. Bagi
anak yang sedang berkembang aktivitas ini merupakan kebutuhan oleh karena
itu anak akan melakukan dengan cara-cara yang dapat dilakukannya. Salah
satu bentuknya anak tampil dengan perilaku agresif berupa tindakan
penyerangan atau menyakiti orang lain sebagai reaksi emosinya.
3) Tingkah laku agresif sebelumnya
Tingkah laku agresif yang pernah dilakukan anak mendapat penguatan
dari keluarga atau guru. Misalnya, perilaku anak memukul atau menendang
38
teman di sekolah ditakuti oleh guru, anak lain di kondisi untuk tetap
mengikuti keinginannya. Jika cara terus dilakukan guru, anak akan
mengulangi cara-cara ini untuk mendapatkan keinginannya.
1) Lingkungan dan Faktor Keturunan (Gen)
Penelitian terhadap anak kembar dan anak adopsi menunjukkan adanya
pengaruh lingkungan secara umum (keluarga), pengaruh lingkungan secara
khusus (unik), dan pengaruh genetic ringan. Nilai indeks pada anak kembar untuk
perilaku kenakalan remaja adalah 87% untuk kembar monozigotik dan 72% untuk
kembar dizigotik. Penelitian adopsi menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir
dari orang tua yang anti-sosial lebih rawan untuk terpengaruh oleh kondisi
keluarga yang tidak mendukung. Pengaruh genetik tampaknya lebih besar kepada
tindakan kriminal di usia dewasa dibandingkan gangguan perilaku dan kenakalan
anak-anak.
1) Gaya Pengasuhan Orang Tua
Lima aspek gaya pengasuhan orang tua kepada anaknya yang sudah sering
terbukti mengakibatkan masalah perilaku anti-sosial berjangka panjang
kepada anaknya adalah: a) pengawasan yang buruk, b) disiplin keras dan
tidak konsisten, c) hubungan parental yang tidak harmonis, d) penolakan sang
anak, dan e) rendahnya keterlibatan orang tua dalam kegiatan sang anak.
2) Pola interaksi Orang Tua-Anak
Studi menggunakan metode observasi langsung di rumah menemukan
bahwa banyak dari perilaku agresif anak-anak yang dipengaruhi oleh perilaku
orang tua terhadap anaknya. Kebanyakan anak-anak yang menunjukkan
39
perilaku anti-sosial ternyata tidak mendapat pendidikan yang memadai dari
orang tuanya tentang perilaku yang sopan. Pihak orang tua terlihat tidak
peduli dan tidak berupaya menangani perilaku anaknya dengan baik.
3) Pengaruh Parental terhadap Emosi dan Perilaku Anak
Akar masalah juga dapat kita lacak sejak usia bayi. Banyak dari anak-anak
kecil yang memperlihatkan gangguan perilaku ternyata memiliki pola
kedekatan yang tidak normal, menunjukkan rasa takut, marah, dan stress
ketika bertemu kembali dengan orang tuanya setelah terpisah dalam waktu
yang tidak terlalu lama. Hal ini biasanya disebabkan oleh parenting yang
menakutkan anak, pengabaian, dan parenting yang tidak konsisten. Rasa
stress yang dialami sang ibu akibat hubungan yang kurang baik dengan orang
tuanya juga akan berpengaruh kepada sang bayi yang dikandungnya.
4) Masalah dengan Teman di Sekolah
Di sekolah, anak-anak seperti ini sulit mengembangkan skill sosial dan
seringkali mengganggu anak lain dan menjadi agresif. Hal ini selanjutnya
akan mengakibatkan sang anak ditolak oleh rekan sebayanya sehingga akan
berkumpul dengan anak-anak anti-sosial yang lain.
5) Pengaruh Karakteristik Anak
Pengaruh timbal balik antara karakteristik anak dan lingkungan adalah hal
yang kompleks. Ketika usia bertambah, lingkungan akan mengalami
pengaruh dari perilaku dan pilihan-pilihan yang diambil sang anak. Dalam
perjalanan hidupnya, akan ada beberapa peristiwa penting yang akan
menentukan alur hidup sang anak selanjutnya. Ini bukan hanya soal level
40
anti-sosial yang ditunjukkan seorang anak, tapi lebih kepada pengaruh
perilaku sang anak terhadap lingkungan yang kemudian membentuk
lingkungan sosial yang akan dijalankan di masa selanjutnya. Beberapa contoh
karakter anak yang berpotensi menciptakan masalah bagi anak adalah
hiperaktif, perilaku eksplosif, kepekaan sosial yang rendah, dan suka mencari
perhatian.
Dari kajian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan anak memunculkan tingkah laku agresif harus mendapatkan
perhatian agar tingkah laku agresif tidak muncul atau berkurang frekuensinya.
Selain memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya tingkah laku
agresif, juga harus mengetahui penanganan yang harus diberikan jika anak sudah
menampilkan perilaku ini karena tidak ada kata terlambat untuk menuju ke arah
yang lebih baik. Perilaku agresif memang sudah ada sejak bayi. Perilaku agresif
ini dalam pelaksanaannya akan berkembang dan berubah sesuai dengan
pertambahan usia anak. Pada awalnya perilaku agresif berbentuk fisik seperti
menendang, mencakar, memukul, mengancam dan mendorong, dan berbicara
kotor.
e. Cara Menangani Anak Berperilaku Agresif
Rimm (2003: 158) “menjelaskan cara-cara pencegahan yang dapat kita
lakukan dengan cara menjauhkan tindakan kekerasan yang dapat dicontoh oleh
anak, memberi batasan, membangun tim yang kuat, mengajarkan anak
mengungkapkan kemarahan secara verbal, memberikan konsekuensi yang harus
41
diterima anak jika melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain, mengajarkan
sikap-sikap menghargai orang lain juga harus kita lakukan, membacakan cerita
mengenai sikap baik, dan memuji mereka saat melakukan perbuatan baik”.
Ummu Haya Nida (2009: 170-174) memberikan cara dalam menangani
tingkah laku agresif pada anak melalui:
a. Tindakan preventif
1) Orang tua jangan selalu memenuhi tuntutan atau keinginan anak. Orang tua
hendaknya tidak selalu menuruti semua keinginan anak, buatlah aturan-aturan
yang bertujuan mendisiplinkan anak tanpa membuat mereka merasa tertekan
bahkan tidak dapat mengembangkan diri.
2) Batasi dan kontrol anak dalam menonton televisi. Hal ini dikarenakan tayangan
yang ditampilkan banyak yang mengandung unsur kekerasan yang dapat
memicu munculnya tingkah laku agresif pada anak.
3) Orang tua atau orang sekitar selalu menunjukkan perilaku yang baik.
Berkenaan dengan sifat anak mudah meniru, sudah sepatutnya menunjukkan
perilaku yang baik saat marah maupun sedih untuk menjadi contoh yang baik
bagi anak.
4) Ciptakan suasana menyenangkan dalam rumah. Hal ini menyebabkan anak
akan cenderung berlaku ramah terhadap dirinya dan orang lain.
5) Dalam menghadapi suatu masalah yang berkaitan dengan kenakalan anak
hadapilah dengan tenang dan tidak emosional. Ajak anak untuk berbicara dari
hati ke hati.
42
6) Latihan fisik. Hal ini bertujuan agar anak dapat menyalurkan ketegangan dan
energi yang ada pada anak seperti menari, renang, serta melukis.
b. Tindakan Kuratif
1) Memberikan pujian atau hadiah ketika anak menunjukkan perilaku tidak
menyakiti orang lain maupun tidak membentak saat bermain.
2) Mengajak anak untuk ikut merasakan perasaan orang lain untuk membangun
kepekaan sosial terhadap orang lain.
3) Tidak memberikan hukuman fisik.
4) Memberikan nasihat kepada anak bahwa perilaku yang mereka munculkan
menyakiti orang lain.
5) Membuat anak sibuk dengan memberikan aktivitas yang sesuai dengan minat
dan bakat anak.
6) Mengajarkan kepada anak untuk mengendalikan emosi dengan memberikan
contoh yang nyata.
7) Memahami perasaan anak dengan berdialog ketika anak sudah merasa tenang
untuk menyelesaikan masalah.
8) Membiasakan anak untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah
dilakukannya.
Menurut Mashar, (2015: 89) Menjelaskan penanganan agresivitas sejak
dini, maka orang tua dan pendidik perlu memperhatikan beberapa perlakuan awal
bagi anak dengan perilaku agresif sebagai berikut:
43
1. Mengajarkan pada semua anak tentang keterampilan untuk berhubungan
dengan orang lain.
2. Menciptakan lingkungan sekolah yang menekan tingkat frustasi atau tekanan
pada anak, sehingga lebih memberi keleluasaan anak dalam beraktivitas
selama proses pembelajaran, misalnya dengan penerapan pembelajaran aktif .
3. Anak yang berperilaku agresif dapat diatasi dengan menerapkan peraturan
yang disertai dengan pemberian penguat atau positive reinforcement dan
negative reinforcement.
4. Orang tua dan pendidik dapat pula menerapkan teknik penghapusan (
extinction) atau pengabaian, yaitu dengan mengabaikan perilaku agresif anak
dan tidak menunjukkan perhatian saat anak berperilaku agresif.
5. Anak diajarkan untuk lebih mengembangkan kecerdasan emosinya, dengan
melatih anak untuk mampu mengenali emosi, mengelola emosi, berempati,
mengembangkan hubungan baik dengan teman, dan motivasi diri, ini semua
dapat diawali dengan relaksasi diri.
C. Kerangka Pikir
Perilaku agresif tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena dapat
mempengaruhi perilaku sosial anak dan mendorong perkembangan perilaku yang
kurang baik. Antara lain anak jadi sulit untuk menaati aturan yang ada, sering
mengganggu teman, sering memukul atau mencubit temannya, dan lain-lain
sebagainya. Tentunya hal ini akan menghambat dirinya dalam menjalin hubungan
44
sosial dengan orang lain. Karena itulah anak perlu dibantu untuk mengatasi
perilaku agresifnya.
Anak usia Taman Kanak-Kanak pada dasarnya sebagai makhluk sosial yang
memerlukan kehadiran orang lain dalam kehidupannya serta memiliki keinginan
yang kuat untuk dapat diterima oleh kelompoknya dan dapat bergabung dengan
teman sebaya nya. Agar dapat bersosialisasi dan dapat diterima oleh kelompoknya
tersebut anak harus memiliki sejumlah keterampilan atau perilaku sosial yang
membuat anak aktif berpartisipasi dalam berbagai aktivitas bersama temannya.
Salah satu sarana menstimulasi perilaku anak mengembangkan perilaku
sosialnnya adalah dengan menggunakan permainan atau mainan. Pada saat bermain,
anak berinteraksi dengan anak lain. Interaksi tersebut mengajarkan anak cara
merespon, memberi dan menerima, menolak atau setuju dengan ide dan perilaku
anak yang lain.
Permainan bagi anak-anak dapat mempelajari banyak hal, Mereka belajar
untuk bersosialisasi dan memahami aturan sosial yang ada melalui permainan
bersama-sama dengan teman-teman. Berbagai aspek emosi terlihat ketika bermain,
seperti kegembiraan, kekecewaan, kesabaran, ketahanan dalam berkompetisi, dan
lain-lain. Bermain setidak-tidaknya mendorong perkembangan berbagai aspek
meliputi perkembangan fisik, intelektual, sosial dan emosional. Dalam penelitian ini
menekankan bahwa pentingnya Efektivitas Penanganan Perilaku Agresif pada anak
usia dini di TK Aisyiyah Mamajang Kota Makassar.
45
Diharapkan dengan adanya pelaksanaan penanganan perilaku agresif di
sekolah, dapat berperan bagi perkembangan perilaku sosial anak terutama pada
anak yang mengalami gangguan sosial seperti perilaku agresif. Deskripsi tersebut
menjadi esensial bagi penulis untuk merancang model penanganan untuk perilaku
anak yang agresif pada anak usia dini di TK Aisyiyah Mamajang Kota Makassar
dalam wujud penelitian. Adapun kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan
di bawah ini.
46
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
TK Aisyiyah Mamajang
Kota Makassar
Perilaku agresif yang dimunculkan
anak kelompok B2
1. Agresif Verbal (kata-
kata), seperti :
- Mengeluarkan kata
kata kotor.
- Membantah
- Mengejek
- Mengancam
- Menggoda
- Menyoraki
2. Agresif Non Vebal
(fisik), seperti :
- Memukul
- Mencubit
- Mengigit
- Menendang
- Mendorong
Menangani tingkah laku anak agresif
dibagi menjadi 2 tindakan, yaitu:
A. Tindakan preventif
1. Orang tua dan guru jangan selalu
memenuhi tuntutan atau keinginan
anak
2. Batasi dan kontrol anak dalam
menonton TV dan HP
3. Orang tua dan guru selalu
menunjukkan perilaku baik
4. Ciptakan suasana yang
menyenangkan
5. Dalam menghadapi suatu masalah
yang berkaitan dengan kenakalan
anak hadapi dengan tenang dan
tidak emosi
6. Latihan fisik. seperti menari,
melukis dll
B. Tindakan Kuratif
1. Mengajak anak untuk ikut
merasakan perasaan orang lain
2. Tidak memberikan hukuman fisik
3. Memberikan nasehat kepada anak
bahwa perilaku yang mereka
munculkan menyakiti orang lain
4. Membuat anak sibuk dengan
memberikan aktivitas yang sesuai
minat dan bakat anak
5. Mengajarkan anak mengendalikan
emosi dengan memberikan contoh
nyata
6. Memahami perasaan anak dengan
berdialog
7. Membiasakan anak untuk meminta
maaf
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian yang
digunakan yaitu penelitian kualitatif melalui pendekatan studi kasus (case study).
Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu objek tertentu yang
mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua
pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini dikumpulkan dari
berbagai sumber (Nawawi,2003: 1).
Penelitian studi kasus akan kurang kedalamannya bila mana hanya
dipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum
memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut. Sebaliknya studi kasus akan
kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh gambaran
umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu
dipelajari secara intensif dan mendalam. Studi kasus yang baik harus dilakukan
secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki.
Walaupun demikian, data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang
diteliti, tetapi, juga dapat diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan
mengenal kasus tersebut dengan baik. Dengan kata lain, data dalam studi kasus
dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang akan
diteliti (Nawawi, 2003: 2).
48
Jenis penelitian kualitatif yang dipilih oleh peneliti sesuai dengan masalah
yang akan diteliti, yang mana masalah tersebut masih cenderung belum
jelas, bahkan gelap, kompleks dan dinamis. Oleh karena itu masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif, dan akan berkembang atau
berganti setelah peneliti berada di lapangan.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilaksanakan di TK Aisyiyah Mamajang Kota
Makassar, sedangkan yang menjadi Subjek adalah guru kelas, guru pendamping,
orang tua anak sebagai subyek penelitian yang membantu dalam pengumpulan
data dan 2 anak dari kelompok B2 di TK Aisyiyah Mamajang Kota Makassar dan
pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada 09 November 2020.
C. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian dalam Penelitian Kualitatif berkaitan erat dengan
rumusan masalah, dan rumusan masalah dalam penelitian dijadikan acuan dalam
menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini, fokus penelitian dapat berkembang
atau berubah sesuai perkembangan masalah penelitian di lapangan.
Fokus penelitian mengandung penjelasan mengenai apa yang menjadi
pusat perhatian serta kelak dibahas secara mendalam dan tuntas untuk mengetahui
secara mendalam mengenai Efektivitas Penanganan Perilaku Agresif pada Anak
TK Aisyiyah Mamajang Kota Makassar.
D. Prosedur Penelitian/ Studi Kasus
Penelitian kualitatif didesain secara longgar, tidak ketat sehingga dalam
pelaksanaan penelitian berpeluang mengalami perubahan dari apa yang telah
49
direncanakan. Hal itu dapat terjadi bila perencanaan ternyata tidak sesuai dengan
apa yang dijumpai di lapangan. Meskipun demikian, kerja penelitian mestilah
merancang langkah-langkah kegiatan penelitian.
Menurut Sugiyono (Imam G 2013: 107)
Terdapat tiga tahap utama dalam penelitian kualitatif yaitu: 1. Tahap deskripsi
atau tahap orientasi, di tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat,
didengar, dan dirasakan, kemudian peneliti baru mendata sepintas tentang
informasi yang diperoleh. 2. Tahap reduksi, tahap ini peneliti mereduksi
segala informasi yang diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada
masalah tertentu. 3. Tahap seleksi, pada tahap ini peneliti menguraikan fokus
yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara
mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang di konstruksi
berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan, hipotesis, bahkan
teori baru.
Secara spesifik, ketiga tahap di atas dapat dijabarkan dalam tujuan langkah
penelitian kualitatif , yaitu identifikasi masalah, pembatasan masalah, penetapan
fokus masalah, pelaksanaan penelitian, pengolahan dan pemaknaan data,
pemunculan teori, dan pelaporan hasil penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
“di validasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek
penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi
adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap
50
metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. Adapun instrumen penelitian yang
digunakan yaitu berupa pedoman wawancara dan lembar observasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk mendapatkan data yang
sesuai dan dapat menunjang keberhasilan peneliti ini, maka peneliti menggunakan
metode sebagai berikut.
1. Pengamatan (observasi)
Observasi kegiatan ini ditujukan kepada anak didik dan pendidik yang
melihat secara langsung anak yang berperilaku agresif kepada temannya, dan
bagaimana Efektivitas Penanganan pada Anak Berperilaku Agresif di TK
Aisyiyah Mamajang Kota Makassar, yang terdiri dari guru kelas dan anak
didik. Untuk pendidik bertujuan mengamati dan memantau setiap
perkembangan dan perilaku yang meliputi; reaksi anak didik saat melakukan
perilaku agresif terhadap temannya yang terlihat dari sikap. Dan mengamati
secara langsung perilaku agresif ketika sedang proses belajar mengajar
berlangsung serta mengamati penanganan yang diberikan terhadap perilaku
anak agresif.
51
2. Wawancara yang mendalam
Wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan antara
pewawancara dengan yang diwawancarai. Bahkan keduanya dapat dilakukan
bersamaan, dimana wawancara dapat digunakan untuk menggali lebih dalam
lagi data yang didapat dari observasi.
Wawancara digunakan peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang anak, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu, dan sebagainya. Dengan
kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan membantu peneliti
untuk mengetahui, menemukan dan memperoleh data secara langsung tentang
Efektivitas Penanganan Perilaku Agresif pada Anak di TK Aisyiyah
Mamajang Kota Makassar.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada dua orang guru (guru
kelas dan guru pendamping), dua orang wali anak (orang tua AZ dan Orang
tua AK). Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan pedoman wawancara.
Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh keterangan yang rinci dan
menyeluruh. Seperti bentuk perilaku agresif yang dilakukan subjek, faktor
penyebab perilaku agresif, penanganan perilaku agresif, dan sebagainya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebagai suatu catatan tertulis atau gambar yang
tersimpan tentang sesuatu yang sudah terjadi. Dokumen merupakan fakta dan
data hasil observasi dan wawancara yang tersimpan dalam berbagai bahan
52
yang berbentuk dokumentasi. Dokumen tak terbatas pada ruang dan waktu
sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang
pernah terjadi untuk penguat data observasi dan wawancara dalam memeriksa
keabsahan data, membuat interpretasi dan penarikan kesimpulan.
Dokumentasi dalam penelitian ini didukung dengan dokumen berupa
pelaksanaan pembelajaran di kelas, foto-foto, serta data yang relevan dengan
penelitian. Dalam hal ini peneliti membuat dokumentasi berupa catatan-
catatan sebagai pelengkap dan meminjam arsip dari TK Aisyiyah Mamajang
Kota Makassar, diantaranya: Latar belakang paud, data peserta didik, sarana
dan prasarana.
G. Teknik Keabsahan Data
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat
triangulasi sumber, triangulasi pengumpulan data, dan triangulasi waktu.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu guru
kelas, guru pendamping dan orang tua.
2. Triangulasi Teknik/Metode
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data
diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi.
53
3. Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber
masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid
sehingga lebih kredibel. Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekkan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam
waktu/situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda,
maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kapasitas
datanya (Sugiyono, 2007: 127).
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan observasi yang dilakukan
pada saat penelitian di TK Aisyiyah Mamajang yaitu dimulai pada saat
melakukan observasi bahwa untuk mendapatkan data yang diperoleh dengan
cara memberikan sejumlah pertanyaan yang telah tersusun dengan butir – butir
pertanyaan sesuai dengan permasalahan yang ada. Jawaban yang diberikan
terhadap sejumlah pertanyaan yang ada. Jawaban yang diberikan terhadap
sejumlah pertanyaan diajukan dicatat dan dipertanyakan yang tidak
mendapatkan jawaban dikembangkan dengan sejumlah pertanyaan lain
sehingga pertanyaan dalam format wawancara dapat terjawab, hingga akhir
pengumpulan data pada tanggal 12 Desember 2020. Hasil observasi yang
menggunakan lembar penilaian observasi yang telah disediakan untuk melihat
indikator pada anak yang memiliki perilaku agresif.
1. Profil Sekolah
TK Aisyiyah Ranting Mamajang di awal tahun 1950 an merupakan salah
satu ranting dari Aisyiyah Cabang Makassar berlokasi di jalan Tupai No. 35
Makassar, RT/RW 01/03, Desa/Kelurahan Mamajang dalam, Kecamatan
Mamajang, Kabupaten/Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun
status sekolah yaitu TK Aisyiyah ter Akreditasi pada Tahun 2017(PAUD-
TK/7371/0020/07/2017) Nama Yayasan yaitu TK Aisyiyah Bustanul Athfal
Mamajang berdiri pada tahun 1955, Jumlah Ruangan Belajar yaitu 7 Ruangan.
55
Walaupun masih berstatus ranting tetapi semangat para pengurusnya untuk
membuka amal usaha pendidikan begitu besar. Setelah pengajian terbentuk dan
berjalan dengan baik, oleh pengurus bersepakat membentuk pendidikan untuk
anak-anak. Mengingat di kecamatan Mamajang belum ada lembaga pendidikan
untuk anak-anak sebelum jenjang pendidikan sekolah dasar (SD). Taman
kanak-kanak Aisyiyah Mamajang dibina oleh : 1 (satu) orang Kepala Taman
Kanak-Kanak ,15 ( lima belas) orang tenaga guru, 1 (satu) orang tenaga
administrasi ,1 (satu) orang tenaga keamanan
2. Visi dan Misi TK Aisyiyah Mamajang Kota Makassar
a. Visi :
“Menjadi lembaga pendidikan anak usia dini yang berkualitas untuk
membentuk anak yang cerdas, kreatif, dan berkarakter”.
b. Misi :
1) Menciptakan lingkungan pendidikan yang islami, aman, nyaman, serta
suasana belajar yang menyenangkan
2) Melaksanakan norma-norma agama menjadi pembiasaan sehari-hari.
3) Mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam kegiatan pembelajaran.
4) Menjalin hubungan yang harmonis dengan orang tua, anak didik dan
masyarakat.
5) Mengembangkan sikap hormat terhadap orang tua dan guru, sayang sesama
teman, serta cinta tanah air.
6) Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif dan
menyenangkan.
7) Mengikut sertakan anak dalam berbagai lomba dan kegiatan.
56
1. Data Guru dan Anak
a. Guru
Tabel 4.1 Data Guru di TK Aisyiyah Mamajang
No Nama Jabatan Alamat
1. Siti Aminah, S.Pd Kepala
Sekolah
Jl. A. Mangerangi No.58a
2. Nurbiati, S.Pd Guru
Perumnas Antang
3. Ida Asniar, S.Pd Guru
BTN Minasa Upa
4. Sitti B, S.Pd Guru BTN Toddopuli
5. Rosliana, S.Pd Guru BTN Je‟ne Cinnong Blok A
No.2
6. Ir. Andryani Akib, M.Pd Guru Jl. Vet-Sel I.r 3 No. 26
7. Ina Sutina Abidin, S.Pd Guru Jl. Inspeksi Kanal Selatan 2 No.
82E
8. Ita Rostia Ichsan, S.Pd Guru BTN. AURA Blok K2/No.5
9. Suhaenah Ismail, S.Pd Guru Jl. Pramuka Limbung
10. Salma Rachim, S.Pd Guru
BTN Makkio Baji Antang
No.13
11. Hasnia, S.Pd Guru Jl. Komp Pengadilan F110
Panaikang
12. Murtini, S.Pd Guru BTN AURA Blok M No.19
13. Rifka Irfainy Guru BTN Hartaco Indah
14. Nurnisa, S.Pd Guru
Jl. Anuang
15. Mega Mutiara Lestari,
S.Pd
Guru Jl. Candrawasih Ir.29 No. 42
16. Masliana, S.Pd Guru Jl. Onta Lama II No.7
17. Insyaniah Abidin, S.Pd Guru Jl. Landak Baru Kanal Selatan II
No.80
57
Jumlah anak di TK Aisyiyah Mamajang Kota Makassar dari tahun ke
tahun :
Tabel 4.2 Data Anak di TK Aisyiyah Mamajang
No Tahun Ajaran Anak Yang
Mendaftar
Usia 4-5 Usia 5-6
1. 2013-2014 170 anak 60 anak 110 anak
2. 2014-2015 145 anak 35 anak 110 anak
3. 2015-2016 146 anak 19 anak 127 anak
4. 2016-2017 173 anak 54 anak 119 anak
5. 2017-2018 134 anak 60 anak 122 anak
6. 2018-2019 140 anak 30 anak 157 anak
7. 2019-2020 194 anak 32 anak 162Anak
2. Sarana dan Prasarana
a. Data Sarana
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama penelitian yaitu pada bulan
november sampai desember tahun 2020 terlihat bahwa kondisi bangunan dan
sarana di TK Aisyiyah Mamajang kota makassar yaitu :
Tabel 4.3 Sarana di TK Aisyiyah Mamajang
No Jenis Sarana Letak Jumlah Status
1 Lemari Setiap ruangan 10 Baik
2 Tempat Sampah Setiap ruangan 10 Baik
3 Jam Dinding Setiap ruangan 10 Baik
4 Rak buku Setiap ruangan 12 Baik
5 Meja Kerja / sirkulasi Ruangan Kantor KepSek 2 Baik
6 Kursi Pimpinan Ruangan Kantor KepSek 1 Baik
7 Meja Pimpinan Ruangan Kantor KepSek 1 Baik
8 Kursi dan Meja Tamu Ruangan Kantor KepSek 8 Baik
9 Meja Siswa Setiap kelas 20 Baik
58
10 Kipas angina Setiap ruangan 16 Baik
11 AC Setiap ruangan 13 Baik
12 Kursi Pertemuan Kantor 60 Baik
13 Papan Tulis Setiap kelas 8 Baik
14 Tiang Bendera Kantor 1 Baik
15 Meja TU Ruang Tata Usaha 2 Baik
16 Kursi TU Ruang Tata Usaha 2 Baik
17 Lemari Ruang Tata Usaha 2 Baik
18 Komputer TU Ruang Tata Usaha 4 Baik
19 Printer Ruang Tata Usaha 3 Baik
20 Mesin foto copy Ruang Tata Usaha 1 Baik
21 Tempat tidur Ruang TPA 5 Baik
22 Pengeras Suara Kantor 2 Baik
23 Bell sekolah Kantor 1 Baik
24 Simbol Kenegaraan Setiap Ruangan 10 Baik
25 Tempat cuci tangan Toilet 6 Baik
26 Drumband Kantor 2 Baik
27 Dispenser Setiap ruangan 10 Baik
b. Data Prasarana
Tabel 4.4 Prasarana di TK Aisyiyah Mamajang
No. Nama
Prasarana
Jumlah
Status
Kepemilikan
1. Ruangan kantor Kepsek 1 unit Milik
2. Ruang guru 1 unit Milik
3. Kelas KB 1 unit Milik
4. Kelas Sentra Main Peran 1 unit Milik
5. Kelas Sentra Ibadah 1 unit Milik
6. Kelas Sentra Pembangunan 1 unit Milik
59
7. Kelas Sentra Seni 1 unit Milik
8. Kelas Sentra Persiapan 1 unit Milik
9. Kelas Sentra Sains Bahan
Alam
1 unit Milik
10. Ruang Tata Usaha 1 unit Milik
11. Ruangan Aula dan ruangan
ibadah
1 unit Milik
12. WC Guru 1 unit Milik
13. WC Anak laki-laki 2 unit Milik
14. WC Siswa Perempuan 2 unit Milik
A. Deskripsi Perilaku Anak Agresif di TK Aisyiyah Mamajang
Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan observasi yang dilakukan
pada saat penelitian di TK Aisyiyah Mamajang Kota Makassar yaitu dimulai
pada saat melakukan observasi bahwa untuk mendapatkan data yang diperoleh
dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan yang telah tersusun dengan butir
– butir pertanyaan sesuai dengan permasalahan yang ada. Jawaban yang
diberikan terhadap sejumlah pertanyaan diajukan dicatat dan dipertanyakan
yang tidak mendapatkan jawaban dikembangkan dengan sejumlah pertanyaan
lain sehingga pertanyaan dalam format wawancara dapat terjawab. Hasil
observasi yang menggunakan lembar penilaian observasi yang telah disediakan
untuk melihat indikator pada anak yang memiliki perilaku agresif.
Jawaban – jawaban yang terkumpul dan hasil observasi kemudian dianalisis
berdasarkan analisis deskriptif kualitatif dan disimpulkan dengan metode studi
kasus. Penganalisasian ini dilakukan terhadap butir – butir pertanyaan untuk
masing – masing orang tua dan guru kelas dan hasil dari lembar observasi yang
60
diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis, secara deskriptif dan sistematis,
kemudian data tersebut dideskripsikan serta ditafsirkan untuk diambil
kesimpulan dan jawabannya terhadap pertanyaan penelitian. Berikut hasil
wawancara peneliti pada saat observasi yang dilakukan di kelas B2 yaitu pada
tema binatang dan subtema mengenal hewan udara usia anak yaitu 5-6 tahun di
dalam kelas yang memiliki perilaku agresif berjumlah 2 orang anak.
Subjek dalam penelitian ini adalah anak yang berperilaku agresif. Subjek
terdiri dari dua orang anak yang berjenis kelamin laki-laki. Identitas dan
karakteristik subjek dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.5 Data Subjek Penelitian
No Inisial Jenis kelamin Tempat dan tanggal lahir Umur Asal
1 AZ Laki-laki Makassar,03 Desember 2014 6 tahun Makassar
2 AK Laki-laki Makassar,17 Juli 2014 6 tahun Makassar
Pada penelitian ini subjek yang diteliti oleh peneliti adalah anak kelas B2 yang
berinisial AZ dan AK sebagai subjek karena peneliti ingin mengetahui secara
mendalam mengenai perilaku agresif yang dimiliki subjek yang diteliti yaitu,
bentuk-bentuk perilaku agresif, faktor penyebab perilaku agresif dan penanganan
perilaku agresif. Setiap masing-masing subjek memiliki penyebab, bentuk, dan
penanganan yang berbeda-beda, tapi bisa dikatakan sama kalau memang diantara
subjek memiliki kesamaan diantara hal tersebut.
Berdasarkan observasi di TK Aisyiyah Mamajang pada hari senin tanggal 09
November 2020, didukung dengan hasil wawancara bersama ibu Nurnisa, S.Pd
61
dan ibu Nurbiati S.Pd dan orang tua tentang bagaimana perilaku agresif yang
dilakukan oleh anak, mengatakan bahwa:
1. Subjek I
a. Bentuk perilaku agresif yang dimunculkan subjek I : AZ
Subjek I berinisial AZ berumur 6th berjenis kelamin laki-laki. Lahir di
makassar, pada tanggal 03 Desember 2014, alamat Jl. Veteran Selatan No.8
RT/RW 002/005 Kelurahan Maricaya Selatan mamajang kota Makassar. Subjek
merupakan anak tunggal, AZ memiliki postur tubuh yang agak kurus tetapi bersih.
Berdasarkan pengamatan pada tanggal 09-13 November 2020 peneliti
mendapati subjek AZ berperilaku agresif verbal maupun non verbal di sekolah
pada saat proses proses pembelajaran berlangsung. Dimana terlihat subjek
membantah guru pada saat guru menjelaskan. Di dalam proses pengamatan
perilaku agresif yang biasa dilakukan pada AZ dapat dilihat pada proses
pembelajaran yaitu berbentuk verbal dan non verbal, diantaranya yaitu :
Menyoraki temannya pada saat pelajaran sedang berlangsung dikarenakan
temannya ditanya oleh ibu guru dengan menunjuk salah satu gambar yang ada di
majalah paud namun temannya itu salah menyebutkan pada saat menjawab
gambar tersebut. Dan AZ pun mengejek dengan menggunakan kata-kata yang
merendahkan dan kurang baik. kemudian, memukul kepala temannya
menggunakan pensil yang dianggap kurang pandai pada saat mengerjakan maze
sehingga temannya menjadi malu dan akhirnya menangis. Subjek juga sering
62
menganggu temannya baik dalam proses pembelajaran berlangsung ataupun diluar
jam pelajaran.
Masih berdasarkan pengamatan yang sama pada tanggal 16-20 November,
subjek juga menunjukkan perilaku membantah guru pada saat diberikan tugas
dengan berkata “ Edd ibu guru nah suruh meski sede mewarnai, selalu na suruh
suruh” dan mengejek temannya yang lambat mengerjakan tugas yang diberikan
guru dengan berkata “ sallona (lambatnya) menulis ini tolo-tolo” dan pada saat
istirahat berlangsung terlihat subjek menendang temannya secara spontan.
Berdasarkan pengamatan tersebut pada tanggal 23-27 November, terlihat
subjek membantah guru pada saat guru menegur subjek untuk mengembalikan
peralatan yang sudah digunakan pada saat selesai menggambar. Subjek juga
terlihat memukul lengan temannya pada saat waktu makan sedang berlangsung
disebabkan temannya tidak ingin berbagi makanan. Masih berdasarkan dengan
pengamatan, subjek juga menganggu temannya yang sedang mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru.
Pada hasil pengamatan tanggal 30 November-3 Desember, terlihat subjek
kembali membantah guru pada saat disuruh untuk berbaris di depan kelas.
Dikarenakan subjek tidak mau bergabung dengan temannya yang sedang berbaris.
dan pada saat proses pembelajaran berlangsung terlihat subjek juga mengganggu
temannya yang sedang menulis dengan mengajak temannya bercerita.
Masih dengan hasil pengamatan, terlihat subjek kembali membantah guru
pada saat guru ingin memberikan tugas dikarenakan subjek mengganggu
temannya dan tidak mau duduk tenang.
63
Berdasarkan pengamatan tersebut, dapat peneliti ketahui bahwa subjek AZ
memunculkan perilaku agresif verbal dan non verbal dengan mengejek temannya
dengan kata-kata yang merendahkan dan kurang baik. Dimana temannya ditanya
oleh guru dengan menunjuk salah satu gambar yang ada di majalah paud dan
temannya salah menyebutkan gambar tersebut, menunjukkan perilaku yang
membantah guru, memukul kepala temannya yang dianggap kurang pandai,
mengejek temannya yang lambat mengerjakan tugas. Perilaku subjek dengan
mengejek dan membantah membuat temannya merasa direndahkan dan menjauhi
subjek seketika setelah terjadi perilaku tersebut.
Perilaku subjek yang memukul dan mengejek temannya dengan kata-kata
yang kurang baik didukung dengan hasil wawancara bersama guru kelas, beliau
mengatakan bahwa:
“kalau dilihat dari perilakunya AZ itu biasa dia menunjukkan keduanya
baik itu verbal maupun nonverbal dek, misalnya pada saat diberikan tugas
mewarnai atau tugas apapun itu AZ itu cepat sekali merespon tapi respon
nya itu kurang baik, terkadang dia bilang „mewarnai mi sede edd capek ku
mi‟ dan sifat membantah nya itu kekeh sekali kalau ditegur pasti dia
menegur balik juga dan untuk bentuk non verbal nya pada saat proses
pembelajaran berlangsung biasa pada saat AZ mengerjakan tugas dia
selalu berkeliaran, kadang temannya mewarnai dia lewat langsung dipukul
kepala nya menggunakan pensil dan apapun yang di pegang nya dan biasa
juga dia mencubit, dan lebih parahnya lagi nanti menangis temanya baru
dia duduk ke tempatnya seolah tidak melakukan sesuatu”. (wawancara guru
kelas pada tanggal 04 Desember 2020)
Berdasarkan hasil wawancara bersama guru pendamping, mengatakan
bahwa:
“menurut saya bentuk perilaku yang biasa dilakukan AZ itu dia suka
mengganggu temannya dan juga usil tidak mau tenang, suka juga
membantah dan untuk tugas yang diberikan itu terkadang dia mau
mengerjakan dan kadang juga tidak mau. tapi kalau mood nya itu lagi baik
biasa dia kerjakan dek, ituji suka sekali ganggu temannya entah itu
64
temannya dicubit, dipukul kepalanya, ditendang kaki nya.. intinya itu dia
tidak mau duduk tenang dek ada saja dilakukan yang mengundang untuk
diperhatikan oleh guru”(wawancara pada tanggal 06 Desember 2020)
Menurut informasi dari guru kelas dan guru pendamping, AZ merupakan anak
yang aktif, dan dilihat dari pembelajaran nya bisa dikatakan anak ini mampu
menangkap dan memahami apa yang guru jelaskan tetapi mempunyai perilaku
yang kurang baik. Subjek AZ dapat dikatakan sebagai anak yang suka
membantah dan susah diperingatkan.
Selain itu orang tua AZ juga mengatakan bahwa:
“Kalau di rumah AZ itu anaknya agak sedikit keras dek, dan kalau minta
sesuatu itu harus dituruti sekarang kalau tidak kita turuti dia biasa
ngambek, marah atau bahkan sampai menangis dek dan biasa dia buang
barang-barang yang ada di sekitarnya”. (wawancara pada tanggal 09
Desember 2020)
Berdasarkan informasi diatas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
subjek melakukan perilaku agresif verbal maupun non verbal di sekolah dan di
rumah. Adapun perilaku subjek lakukan yaitu:
Tabel 4.6 Bentuk perilaku agresif AK
Bentuk perilaku verbal Bentuk perilaku non verbal
1. Menyoraki .
2. Membantah
3. Mengejek
4. Berkata yang tidak sopan
5. Mengganggu teman saat sedang
belajar
1. Memukul
2. Mendorong
3. Menendang
4. Mencubit
5. Berkelahi
65
a. Faktor Penyebab Perilaku Agresif Subjek I
Peneliti menggali informasi yang menyebabkan subjek berperilaku agresif
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini berdasarkan wawancara kepada
guru dan orang tua AZ serta observasi perilaku subjek baik itu di sekolah
maupun di rumah. AZ merupakan anak yang aktif, hasil wawancara dengan
orang tuanya mengatakan:
“Kalau AZ itu anaknya aktif dari sejak kecil dek, anaknya memang tidak
suka diam, selalu ingin melakukan sesuatu”(wawancara orang tua pada tgl
09 Desember 2020)
“Mungkin karena sejak kecil itu sering ditinggal karena saya sama ayahnya
kan kerja dan di rumah itu neneknya yang jaga dek, biasa kalau saya
pulang dari kerja AZ selalu kasi liat belanja nya kayak mainan atau
makanan dia sering sekali dimanjakan sama neneknya apa yang dia
inginkan selalu dituruti, Kalau dirumah anaknya itu agak sedikit keras dek,
dan kalau minta sesuatu itu harus dituruti sekarang kalau tidak kita turuti
dia bisa ngambek, marah atau bahkan sampai menangis dek dan biasa dia
buang barang-barang yang ada di sekitarnya biasa juga sampai dia pukul
neneknya atau saya kalau sudah marah ”.(wawancara orang tua AZ, pada
tgl 09 Desember 2020)
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa faktor penyebab perilaku agresif pada anak disebabkan
karena faktor biologis atau bawaan sejak lahir sampai dengan usia anak yang
sekarang.
Pernyataan kedua dari hasil wawancara dengan orang tua Ananda AZ
menunjukkan lingkungan turut berpengaruh dalam perkembangan perilaku
Ananda AZ. Hal ini disebabkan karena karakter anak yang mudah meniru dan
mencontoh apa yang pernah dilihatnya. Sikap nenek AZ yang selalu
memanjakan AZ juga turut berpengaruh dalam membentuk karakter anak yang
berperilaku agresif. Faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam
66
perkembangan perilaku anak. Baik itu di lingkungan keluarga maupun
lingkungan tempat tinggal. Sebagai guru dan orang tua, harus berhati-hati
dalam hal tindakan maupun ucapan karena biasanya anak akan mudah meniru
apa yang mereka lihat. Karena anak belum mampu membedakan mana yang
harus ditiru dan mana yang tidak boleh ditiru. Hal itu disebabkan karena anak
belum mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Peneliti melanjutkan wawancara ke guru kelas dan guru pendamping untuk
memperoleh informasi tentang penyebab perilaku anak agresif Ananda AZ.
“Menurut saya, penyebabnya itu bisa bermacam-macam adek, misalnya
karena ketika di rumah anak kurang perhatian dari orangtua, bisa juga dari
faktor lingkungan, faktor bawaan, karena anak terlalu dimanja atau bisa
juga karena pengaruh teknologi misalnya televisi dan handphone karena
anak anak sekarang itu gampang sekali meniru apa yang dilihat, misalnya
video di youtube”(wawancara guru kelas pada tanggal 04 Desember 2020)
Guru kelas dan guru pendamping sependapat bahwa faktor yang
menyebabkan anak berperilaku agresif yaitu faktor pembawaan sejak anak
masih kecil dan faktor lingkungannya.
b. Penanganan Guru Terhadap Perilaku Agresif Subjek I
Guru dalam proses belajar mengajar memiliki strategi atau metode tertentu
dalam menangani beberapa masalah yang terjadi ketika proses belajar
mengajar berlangsung. Diantaranya ada dua tindakan yang digunakan oleh
guru dalam menangani anak yang berperilaku agresif yaitu tindakan preventif
dan tindakan kuratif. Dalam tindakan ini tidak diberikan kepada anak begitu
saja, melainkan guru harus melihat bagaimana perilaku agresif yang
dimunculkan oleh anak sehingga dalam penerapan tindakan preventif maupun
67
tindakan kuratif dapat digunakan dengan tepat. Dalam hal ini guru hendaknya
memiliki keterampilan dalam hal mendekati anak salah satunya adalah
dengan menggunakan pendekatan individu. Dengan demikian permasalahan
yang diberikan dengan anak didik dapat terselesaikan dengan baik.
Pendekatan individu dilakukan karena setiap anak yang satu dengan anak
yang lainnya memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda, sehingga dalam
penerapannya guru harus memberikan pengawasan dan perhatian yang
berbeda antara anak yang satu dengan anak yang lain. Sebab guru harus
mampu melakukan pendekatan individual ketika proses belajar mengajar
berlangsung sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik, akan
tetapi apabila pendekatan individual tidak tercapai maka hasil atau tujuan dari
penanganan masalah tersebut tidak akan berjalan maksimal.
Pada kasus perilaku anak agresif ini terjadi ketika dalam proses belajar
mengajar, adapun cara penanganan nya dengan menggunakan pendekatan
individu seperti anak diberikan nasehat agar tidak menyoraki temannya
dengan menggunakan kata-kata yang kurang baik, menasehati anak agar tidak
memukul temannya lagi sambil di pegang tangannya dengan lembut sambil
diberikan nasehat dan anak diajak ngobrol agar kita sebagai guru mengetahui
apa yang anak rasakan.
Berdasarkan wawancara pada guru dan orang tua Subjek I mengenai
penanganan yang diberikan apabila anak perilaku agresif Ananda AZ adalah:
a) Guru memberikan nasehat pada anak bahwa apa yang mereka
lakukan itu dapat menyakiti orang lain.
68
“Misalnya, AZ jangan dipukul temannya nak…kalau AZ dipukul kira-kira
bagaimana, sakit apa tidak nak? AZ menjawab “sakit ibu guru” nah.. itu
kita tahu ji nak, kalau dipukul itu sakit, makanya AZ jangan memukul
temannya lagi ya nak….nanti temannya sakit. Kalau temannya sakit kan
kasihan.... jadi jangan kita ulang lagi nak ya” (wawancara guru kelas pada
tgl 04 Desember 2020)
“Biasanya yang saya lakukan itu adalah mendekati anak terlebih dahulu
kemudian saya nasehati, bahwa perilaku agresif yang dilakukan itu bisa
merugikan diri sendiri dan juga orang lain“ (wawancara guru pendamping,
pada tgl 06 Desember)
“Bisa yang guru lakukan itu menegur dulu kemudian anak di nasehati dek
bahwa perbuatan nya itu tidak baik atau menyakiti orang lain”(wawancara
orang tua AZ, pada tgl 09 November 2020)
Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tindakan yang
digunakan oleh guru dalam menangani perilaku anak agresif yaitu tindakan
kuratif, yaitu dengan cara memberikan nasehat kepada anak bahwa perilaku
yang mereka munculkan itu menyakiti orang lain.
Apabila anak agresif mau mengikuti perintah guru berarti perlahan-lahan
komunikasi anak dengan guru sudah mulai terjadi sehingga guru tinggal
melanjutkan lagi dengan memberikan pertanyaan atau permainan yang
membuat anak yang memiliki perilaku yang agresif itu tertarik sehingga
melupakan aktivitasnya yang merugikan orang lain. Selain itu, dalam
menangani anak yang berperilaku agresif guru juga bisa memberikan kepada
anak berupa pujian atau hadiah yang menarik berupa bintang dalam bentuk
kertas kepada anak sehingga anak tersebut mau menuruti apa yang
diperintahkan oleh guru. Seperti yang diungkapkan oleh guru, yaitu:
“Kalau anak yang memiliki perilaku agresif itukan biasanya cenderung
tidak mau diam dan tidak bisa tenang.. nah misalnya ketika anak yang
berperilaku agresif itu mau duduk dan mau memperhatikan guru pada saat
menjelaskan maka saya berikan anak pujian misalnya dengan memberi
69
ucapan.. Waahh pintar nya anaknya ibu guru atau saya bilang.. bagus..
sambil memberi acungan jempol”(wawancara guru kelas, pada tgl 04
Desember 2020)
„Misalnya, ketika anak agresif sudah mau mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru dengan baik atau pada hari itu anak tidak lagi
memukul, membantah dan mengganggu atau menyakiti temannya... maka
saya berikan hadiah berupa bintang yang terbuat dari kertas lalu diberikan
pada anak” (wawancara guru pendamping pada tgl 06 Desember 2020)
Orang tua AZ , juga mengatakan:
“Biasa kalau anak-anak mau mendengar guru nya itu biasa dia diberikan
pujian di hadapan teman-temannya, seperti diberikan acungan jempol dan
bintang” (wawancara orang tua AZ pada tgl 09 Desember 2020)
Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru memberikan
kepada anak berupa pujian dengan mengatakan “ waah pintarnya anaknya ibu
guru(sambil mengelus kepala anak” atau hadiah berupa bintang yang terbuat
dari kertas.
b) Guru membiasakan anak untuk meminta maaf apabila anak
melakukan kesalahan.
“Misalnya, temannya yang tadi itu di cubit sampai tangannya itu
membekas.. kita panggil itu anak yang melakukan kesalahan dan juga anak
yang dicubit tadi untuk meminta maaf pada temannya.. kalau dia masih
tidak mau minta maaf.. biasa saya tanya kalau kita tidak minta maaf nanti
temannya tidak nah anjak meki berteman”(wawancara guru kelas, pada tgl
04 Desember 2020)
“Apabila anak melakukan kesalahan baik itu ke temannya maupun ke guru,
kita selalu ajarkan anak untuk meminta maaf walaupun itu masalah yang
ringan.. supaya anak ingat apabila dia melakukan kesalahan dia akan
segera meminta maaf”(wawancara guru pendamping, pada tgl 06
Desember 2020)
Orang tua AZ, mengatakan bahwa:
“Yang biasa saya lihat itu kalau anak melakukan kesalahan guru itu
memberikan penjelasan tentang perbuatan yang dilakukan dan setelah anak
70
paham apa yang mereka lakukan barulah minta maaf”(wawancara orang
tua AZ, pada tgl 09 Desember 2020)
Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru mengajarkan
anak cara meminta maaf apabila anak melakukan suatu kesalahan, baik itu
kesalahan yang ringan maupun kesalah yang fatal.
c) Penanganan yang dilakukan apabila menghadapi masalah yang
ditimbulkan oleh anak.
“Misalnya anak mengganggu temannya yang sedang bermain atau
melempar mainan sampai rusak.. kita dekati itu anak tanya baik-baik
kenapaki begitu nak?..kita harus memahami perasaan nya anak dengan
mengajak dia bercerita.. intinya jangan emosi hadapi anak, kita harus
sabar, yang nama nya juga anak-anak yahh belum bisa dia kontrol emosi
nya.(wawancara guru kelas, pada tgl 04 Desember 2020)
“Kalau saya itu dek, apabila anak melakukan suatu kesalahan terus sudah
di nasehati berulang kali tapi dia tidak dengar, maka saya panggil nama
anak dengan yang suara keras dan saya tunjukkan ekspresi marah ke
anak.”(wawancara guru pendamping, pada tgl 06 Desember 2020)
“Pertama itu ku batasi bermain hp dek apalagi kalau dia melakukan
kesalahan saya tidak berikan hp, saya ajarkan juga untuk meminta maaf
apabila telah melakukan kesalahan,kalau hukuman fisik itu saya tidak
berikan dek palingan saya cuman mendiamkan saja.. jadi dia itu sudah tahu
kalau saya marah pasti mendiamkannya. (wawancara orang tua AZ)
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam
menghadapi sesuatu masalah yang dilakukan oleh anak yang berperilaku
agresif guru memberikan penanganan yang berbeda dimana guru kelas
menghadapi dengan tenang, sabar dan tidak emosi sedangkan guru
pendamping memanggil nama anak dengan suara keras apabila anak tidak mau
mendengar apa yang dikatakan oleh guru.
d) Hukuman yang diberikan pada anak.
“Misalnya, anak memukul temannya terus kita juga pukul dia.. menurut
saya itu bukan solusi yang baik untuk menangani perilaku agresif nya..
71
karena apabila kita memberikan hukuman fisik kepada anak otomatis anak
itu merasa dia benci atau bisa berpengaruh ke psikis nya.(wawancara guru
kelas, pada tgl 04 Desember 2020)
“Kalau hukuman fisik saya tidak terapkan dek.. hal pertama itu berikan
nasehat misalnya jangan menendang temannya kalau sedang bermain..
kalau kita di tendang mauki.. saya kembalikan kepada anak bahwa apa
yang dia lakukan itu menyakiti temannya.. tapi kalau sudah berulang kali
saya nasehati tapi dia tidak dengar biasa saya marahi dek ”(wawancara
guru pendamping, pada tgl 06 Desember 2020)
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru tidak
memberikan hukuman yang berbentuk fisik kepada anak, karena akan
menimbulkan pengaruh yang buruk dan apabila guru terapkan hukuman
tersebut maka akan berdampak pada psikis anak tersebut.
e) Untuk mengalihkan perhatian anak maka guru memberikan
aktivitas sesuai yang dia inginkan, agar anak beralih perhatiannya
dan sibuk dengan aktivitas yang diberikan.
“Misalnya begini dek, ini anak lari-lari di dalam kelas, teriak-teriak
sehingga mengganggu temannya yang sedang fokus mengerjakan tugas..
dan kita sudah tegur berulang kali tapi ini anak tidak ada sama sekali
tanda-tanda untuk diam.. nah disini saya alihkan perhatiannya dengan
memberikan dia kegiatan yang dia sukai, seperti menyusun
balok.(wawancara guru kelas,pada tgl 04 Desember 2020)
“Contohnya, ini anak tidak diam dia selalu berkeliaran mengganggu
temannya, disini kita bisa alihkan perhatian anak yang tadi fokus ganggu
temannya dengan kita memberikan anak aktivitas lain yang sesuai dengan
kemampuan anak, misalnya dia ingin menggambar atau
mewarnai”(wawancara guru pendamping, pada tanggal 06 Desember
2020)
f) Guru bekerja sama dengan orang tua dalam menangani perilaku
agresif.
“Biasa kalau sekolah adakan rapat guru memberitahukan kepada orang tua
bahwa jangan terlalu memanjakan anak seperti menuruti semua
keinginannya karena akan berdampak pada anak kedepannya karena
apabila tidak dituruti anak akan marah. Begitupun jika anak berada di
lingkungan sekolah dia menginginkan main yang di pegang sama temannya
dan apabila tidak diberikan maka anak akan menunjukkan perilaku
72
marah/agresif. Dia akan membawa sifat manja nya itu ke dalam lingkungan
sekolah karena anak akan beranggapan apapun yang dia minta pasti
dituruti. Jadi dalam penanganan/tindakan yang diberikan kita harus
bekerja sama dengan orang tua”(wawancara guru kelas pada tgl 04
Desember 2020)
“Dalam penanganan ini orang tua juga sangat berperang penting dek,
karena apabila anak berada dirumah dan keinginannya itu selalu dipenuhi
akan berdampak dimanapun anak itu berada,, baik itu di lingkungan
sekolahnya maupun diluar.. karena saat itu yang ada di dalam pikiran anak,
kalau saya menginginkan sesuatu pasti terpenuhi. Itumi yang akan
memunculkan perilaku yang agresif apabila keinginannya tidak terpenuhi”
(wawancara guru pendamping pada tgl 06 Desember 2020)
“Kalau saya dek tidak terlalu memanjakan AZ, kalau anaknya berbuat
salah saya marahi, misalnya hari ini dilarang main hp. Tapi kalau sama
neneknya dia tidak pernah dimarahi selalu dibela dan apa yang dia minta
pasti dikasih”(wawancara orang tua pada tgl 09 Desember 2020)
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa apabila
guru menemukan anak didiknya berkeliaran dengan mengganggu temannya, maka
guru memberikan aktivitas kepada anak tersebut sesuai dengan kemampuannya..
maka dari itu anak yang tadi nya fokus mengganggu temannya akan
beralih perhatian nya dengan kegiatan yang diberikan oleh guru.
Penerapan hukuman dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak biasanya
dilakukan oleh guru apabila terdapat anak yang memiliki perilaku agresif, baik
dalam bentuk perilaku agresi verbal maupun tindakan. Dalam penanganannya
guru dituntut untuk bisa mengkondisikan anak tersebut agar suasana belajar
mengajar didalam kelas dapat berjalan lancar dan tertib, sehingga materi yang
diajarkan oleh guru bisa diterima oleh semua anak. Maka dari itu ketika guru
menemukan sebuah kasus di dalam kelas ada beberapa anak yang memiliki
perilaku agresif dalam bentuk tindakan maupun ucapan seperti suka mengganggu
73
temannya, membuat gaduh, ramai maka guru mengatasi perilaku anak tersebut
dengan memberikan hukuman kepada anak.
Adapun hukuman yang diberikan adalah dengan cara memanggil anak dengan
singkat, jelas dan tegas, anak diasingkan, atau menunjukkan ekspresi marah
kepada anak, hal itu menandakan bahwa guru tidak menyetujui dengan apa yang
dilakukan oleh anak. Seperti yang diungkapkan oleh guru yaitu:
“Kalau untuk hukuman fisik saya tidak berikan, saya juga tidak marahi,
saya itu palingan cuman mendiamkan saja. Misalnya anak melakukan
kesalahan seperti anak memukul temannya terus kita juga pukul dia..
menurut saya itu bukan solusi yang baik untuk menangani perilaku agresif
nya.. karena apabila kita memberikan hukuman fisik kepada anak otomatis
anak itu merasa dia benci atau bisa berpengaruh ke psikis nya.(wawancara
guru kelas, pada tgl 04 Desember 2020)
“Kalau saya itu dek, apabila anak melakukan suatu kesalahan terus sudah
di nasehati berulang kali tapi dia tidak dengar, maka saya panggil nama
anak dengan yang suara keras dan saya tunjukkan ekspresi marah ke
anak”(wawancara guru pendamping, pada tgl 06 Desember 2020)
Senada dengan keterangan di atas, orangtua subjek juga mengatakan hal yang
sama seperti di bawah ini:
“Kalau sudah merasa agak jengkel biasanya guru mendiamkannya
saja.”(wawancara orang tua AZ pada tgl 09 Desember 2020).
“Biasanya guru memberi hukuman misalnya anak diasingkan, agar tidak
mengganggu temannya yang fokus belajar” (wawancara orang tua AK
pada tgl 08 Deseember 2020)
Berdasarkan keterangan dari guru dan orang tua tersebut, ketika ada anak
agresif yang memukul atau berkelahi dengan temannya maka yang dilakukan oleh
guru kelas dan guru pendamping itu berbeda. Ada dengan cara mendiamkan
seperti yang dilakukan oleh guru kelas sedangkan guru pendamping dalam
menghadapi anak agresif dengan cara mengasingkan anak agar tidak mengganggu
74
temannya yang fokus belajar. Sedangkan ketika anak agresi tersebut tidak mau
mendengarkan nasehat guru dan masih saja berperilaku agresi maka guru
memberikan hukuman kepada anak misalnya memanggil nama anak dengan suara
keras, singkat dan jelas, menunjukkan ekspresi marah kepada anak.
Tabel. Penanganan guru terhadap perilaku anak agresif, berikut tabel yang
dimaksud:
Tabel 4.7 Penanganan Guru di TK Aisyiyah Mamajang
Penanganan guru kelas Penanganan guru pendamping
Guru tidak memberikan anak hukuman
apabila melakukan kesalahan. Guru hanya
memberikan nasehat kepada anak,
mengajarkan anak untuk merasakan
perasaan orang lain, mengajarkan anak
untuk meminta maaf apabila telah
melakukan kesalahan. Guru juga bekerja
sama dengan orang tua dalam memantau
anak pada saat dirumah.
Guru memberikan hukuman
apabila anak tidak mau
mendengar teguran dari guru,
seperti guru mengeluarkan suara
keras ketika memanggil anak juga
menunjukkan ekspresi marah
ketika melihat anak dan apabila
anak sudah ditegur beberapa kali
maka guru mengansingkan anak
agar tidak menganggu teman yang
lain.
75
1. Subjek II
a. Bentuk Perilaku Agresif yang dimunculkan Subjek II ; AK
Subjek II berinisial AK berumur 6th berjenis kelamin laki-laki. Lahir di
Makassar, pada tanggal 17 Juli 2014, alamat rumah Jl. Dg Tata 1 Komp.Pondok
lestari Blok E1/13, Kelurahan/Kecamatan Bontoduri/Tamalate kota Makassar.
Subjek merupakan anak pertama dari dua bersaudara, AK memiliki postur tubuh
yang bagus dan rapih.
Berdasarkan hasil pengamatan pada hari senin tanggal 09-13 November
2020 peneliti mendapati AK sedang mengganggu temannya yang sedang shalat
dhuha dengan menendang kaki temannya dan temannya pun membalas kemudian
AK dan temannya berkelahi. Tidak lama kemudian guru menghampiri anak yang
sedang berkelahi dengan mengatakan “ kalau tidak mauki berhenti berkelahi nanti
ibu guru hukum” adapun hukuman yang diberikan oleh guru adalah AK dan
temannya itu dipisahkan ditempat yang berbeda, dan setelah teman-temannya
selesai melaksanakan shalat dhuha, guru menghampiri AK dan temannya..
kemudian guru memberikan kesempatan untuk anak mengungkapkan masalahnya,
(anak yg ditendang) mengatakan “AK duluan yang ganggu ka ibu guru baru na
tendang kaki ku“ dan subjek pun juga menjawab dengan mengatakan “ kau itu nu
ambil tempat ta, bukan tempatmu itu tapi tempatku”
Setelah anak selesai mengungkapkan masalah masing-masing. Guru kemudian
memberikan nasehat kepada anak dengan mengatakan “ apakah ibu guru pernah
ajarkan ki nak kalau temannya lagi shalat boleh tidak kita ganggu? tidak
pernahkan? AK juga nak kalau kita sudah melihat teman ta shalat tidak usah kita
76
ganggu.. kalau temannya diganggu nanti AK berdosa karena lagi mengganggu
orang yang sedang shalat.. Allah tidak suka kalau hamba nya itu bermain-main
saat shalat, dan ibu guru jugakan sudah ajarkan bagaimana adab-adab saat shalat,
jadi Allah itu marah kalau mengganggu orang yang sedang melaksanakan shalat.
Dan kita juga nak(anak yg ditendang) ”kalau ibu guru sudah atur tempatnya tidak
usah pindah-pindah lagi ke tempatnya teman ta, karna sudah ada tempatnya yang
masing-masing”.. Ayo minta maaf sama temannya.. jadi ibu guru tidak mau lagi
liat anak-anaknya ibu guru itu seperti tadi mengganggu temannya saat shalat dan
kalau ibu guru sudah atur tempatnya tidak usah pindah-pindah tetap di tempatnya
dan bukan pada waktu shalat saja nah, pada saat anak-anak juga belajar ibu guru
tidak mau lihat ada yang memukul, mencubit atau mengejek temannya, jadi harus
janji sama ibu guru dan kalau ibu guru lihat ada yang seperti itu berarti dia tidak
sayang sama ibu gurunya karena dia melanggar janjinya”.
Berdasarkan pengamatan pada 16-20 November 2020 peneliti mendapati
subjek memukul temannya yang ada disamping nya dikarenakan teman subjek
menegur nya pada saat sedang berteriak. Subjek juga sering mengejek dan
melontarkan kata-kata yang kurang baik pada saat berbicara dengan temannya.
Dan membantah guru pada saat subjek ditegur dengan mengatakan “kenapa kah
kalau cerita ka”
Hasil pengamatan pada tanggal 23-27 November 2020, peneliti mendapati
subjek menyoraki temanya yang memakai baju yang menurutnya lucu dan subjek
pun mengejek dan menertawakan temannya. Peneliti juga mendapati subjek
memukul temannya yang tidak sengaja menyenggol lengannya. Dan pada saat
77
sedang antri untuk mencuci tangan terlihat subjek mendorong temannya dari
belakang sehingga temannya pun terjatuh.
Hasil pengamtan pada tanggal 30 November-3 Desember 2020, peneliti
mendapati subjek berkata tidak sopan pada teman ketika ingin mengambil mainan
yang dipegang oleh temannya dengan mengatakan “weh jelek... mainan ku itu
yang nu pegang” masih dengan pengamatan yang sama subjek terlihat subjek
juga mendorong temannya ketika hendak keluar kelas, dan temannya pun
mendorong balik subjek sehingga mengakibatkan perkelahian.
Peneliti juga mendapati subjek kembali membantah guru pada saat guru
memberikan penjelasan pada anak tentang manfaat makanan sehat untuk tubuh.
Dengan mengatakan “biar tidak makan ka begitu sehat ja juga”
Subjek berperilaku agresif verbal dan non verbal di sekolah dan dirumah
melalui wawancara yang dilakukan peneliti beberapa informasi guru memberikan
pandangan terhadap subjek yaitu:
“AK dari umur 3 bulan itu sudah aktif dek sampai sekarang. Kalau di
rumah Anaknya tidak mau diam ada saja yang dia lakukan. Biasa kalau lagi
main sama adeknya terus saya tegur biasa dia marah-marah dan kadang
sampai dia memukul adiknya saking marahnya” (wawancara orang tua AK
pada tgl 08 Desember 2020)
“Dulu itu AK waktu awal-awalnya tidak ada yang dia tahu, bahkan
memegang pensil saja dia gemetaran apalagi sampai menulis dek. Dan
alhamdulillah sekarang sudah mulai ada perubahan dibandingkan dulu
tidak ada sama sekali dia tahu. Anaknya dulu itu pendiam dan lama
kelamaan sifat agresifnya itu muncul „saya juga sampai heran dek‟ awal
pertama saya lihat dia munculkan pada saat saya menegur AK namun
respon nya itu kurang baik “kenapa kalau berdiri ka” dengan menunjukkan
ekspresi marah. Apapun itu dek kalau dia ditegur pasti ada saja responnya
yang menurut saya tidak baik dan sekarang juga biasa dia lakukan yang
mengundang untuk diperhatikan seperti berteriak di dalam kelas atau diluar
kelas” (wawancara guru kelas pada tgl 04 Desember 2020)
78
“Pertama saya perhatikan itu, saya beranggapan begini “ini anak pendiam
nya, kenapa saya bilang pendiam karena saya melihat dia duduk tenang dan
sabar sekali.. diajak cerita juga dia tidak mau ngomong.. dan lama
kelamaan saya dekati, awal saya dekati tidak ada respon dan mungkin dia
sudah bosan saya dekati terus perlahan lahan dia mau bicara dek, nah..
disini juga saya mulai tahu ternyata AK itu anaknya paling tidak suka kalau
ditegur dek.. misalnya pada saat jam makan saya lihat AK minum berdiri
dan saya tegur dia langsung menunjukkan ekspresi marah.. Awalnya begitu
dia, tapi sekarang alhamdulillah sudah ada perubahan dek awalnya yang
tidak tahu menulis sekarang sudah bisa dan juga sekarang kalau kita kasih
tahu sudah mulai mau menerima, tapi sifat dasarnya itu masih biasa
dimunculkan.. sifat dasarnya itu seperti pada saat di tegur dia langsung
marah.(wawancara guru pendamping pada tgl 06 Desember 2020)
Berdasarkan penuturan kedua guru kelas dan guru pendamping, yaitu Apabila
ditegur subjek langsung menunjukkan ekspresi marah, menunjukkan perilaku
yang mengundang untuk diperhatikan oleh guru.
Berdasarkan informasi dari guru dan orang tua AK mengenai perilaku agresif
yang dilakukan di sekolah dan di rumah. Hasil observasi dan wawancara
menunjukkan bahwa subjek berperilaku agresif di sekolah maupun di rumah, baik
perilaku bentuk verbal atau bentuk perilaku non verbal. Adapun bentuk perilaku
AK menurut guru yaitu:
“Kalau saya lihat dari perilaku nya dia itu biasa menunjukkan kedua nya
dek baik itu melalui ucapan dan perbuatan. kalau lagi di dalam kelas biasa
dia teriak-teriak panggil teman yang agak jauh dari tempat duduknya, jadi
teman yang ada tepat di samping AK menegur itu dia pukul atau menarik
baju temannya. AK anaknya itu tidak mau kalau di tegur, suka cari
perhatian seperti tadi suka teriak-teriak, biasa lari-lari di dalam ruangan,
biasa dia duduk di atas meja juga pada saat temannya lagi mengerjakan
tugas. (wawancara guru kelas, pada tgl 04 Desember 2020)
“Kalau secara verbal, AK sering mencari perhatian ke guru dengan
berteriak atau berbicara yang kurang baik, mengejek temannya dengan
nama yang tidak baik. Agar dia diperhatikan oleh guru”(wawancara guru
pendamping, 06 Desember 2020)
79
Saat subjek menunjukkan perilaku agresif kepada guru, peneliti menemukan
subjek berperilaku agresif secara verbal dan non verbal dengan berkata tidak
sopan terhadap guru. Subjek membantah guru dengan mengatakan “kenapa kah
kalau cerita ka”
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa AK berkata tidak
sopan/membantah guru pada saat sedang menjelaskan dan kemudian guru
menegur AK untuk tidak bercerita karena sedang dalam proses kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
Perilaku tersebut juga peneliti temukan saat AK ditegur oleh guru sedang
menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan oleh anak didik namun penjelasan
guru terhenti seketika akibat AK juga bercerita. Maka dari itu guru menegur AK
“ kenapaki tidak mau berhenti cerita kah, mauki gantian sama ibu guru cerita
diatas” dan AK membantah guru dengan mengatakan “kenapa kah kalau cerita
ka, kita juga kenapa marah marah”
Peneliti menyimpulkan bahwa subjek AK membantah guru yang menegurnya
disebabkan AK bercerita pada saat guru menjelaskan didepan dan guru pun
menegur AK dan subjek di tegur menjadi marah.
Pada hasil pengamatan, Peneliti mendapati AK menyoraki temannya yang
memakai baju yang menurutnya lucu dan AK pun mengejek dan menertawakan
temannya dengan mengatakan “jelekna bajuna, baju perempuan napake mau jadi
perempuan” setelah itu AK menertawakan temannya, sehingga temannya menjadi
malu.
80
Selain perilaku agresif bentuk verbal, subjek juga melakukan perilaku agresif
non verbal, yaitu:
“Kalau untuk perilaku non verbalnya itu biasa kalau temannya lewat dan
mungkin tidak sengaja menyenggol lengannya, AK langsung memukul
temannya tersebut yang berada tepat di samping nya. Saya biasa pernah
bilang “ kalau sering mengganggu atau memukul temannya nanti ibu guru
kasi sendiri saja duduk”(wawancara guru kelas, tgl 04 Desember 2020)
“Anaknya memang usil dek, bukan hanya dengan teman sebangku nya biasa
dipukul atau diganggu, biasa temannya yang lain juga di usilin.. sampai-
sampai ada temannya yang menangis.. makanya kita tidak pernah kasih
berdekatan AK dan AZ karena kedua anak ini biasa dia berdebat bahkan itu
hari sampai berkelahi... tapi kalau temannya yang diganggu itu anaknya
berani kayak AZ biasa dia balas juga misalnya tadi itu kalau AK memukul..
dia pukul balik. Tapi kalau temannya itu pendiam kodong itumi biasa yang
menangis” (wawancara guru pendamping, pada tgl 06 Desember 2020)
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru kelas dan guru pendamping,
peneliti menemukan subjek berperilaku agresif seperti memukul temannya yang
tidak sengaja menyenggol lengannya pada saat ingin lewat di samping AK dan
biasa juga sampai terjadi perkelahian antara AK dan AZ.
Guru menjelaskan kepada peneliti bahwa subjek pernah terlibat perkelahian
dengan AZ.
“Pernah dek, bahkan awal-awal masuk sekolah itu biasa berkelahi.. biasa
masalah sepele dia biasa sampai berkelahi juga karena satu yang suka usil
dan yang satunya lagi pemarah/sensitif. (wawancara guru kelas, pada tgl
04 Desember 2020)
“Dulu itu sering sekali berkelahi, sampai-sampai saya sama ibu itu pusing..
karena bisa dibilang hampir setiap hari „saya pernah berpikiran ingin
pindahkan di kelas sebelah saking tidak bisanya mi dinasehati terus
menerus” saya sudah berpikiran seperti itu dulu dek.. tapi lama kelamaan
Alhamdulillah sudah ada sedikit demi sedikit perubahan karena sudah
jarang lagi berkelahi.. walaupun sekarang masih biasa terlibat perkelahian
tapi tidak seperti dulu yang tiap hari. Kami menggunakan banyak cara dek
dan kalau untuk itu kita hampir setiap hari anak kita nasehati bahkan
bukan hanya anak yang memiliki perilaku agresif saja tapi anak yang lain
juga”. (wawancara guru pendamping, pada tgl 06 Desember 2020)
81
“Dulu itu dek, kalau saya tidak awasi dia sama adiknya biasa berkelahi
gara-gara hal kecil saja tapi sekarang sudah mulai mengerti karena saya
selalu menasehati „tidak boleh berkelahi sama adek nak.. kasihan adeknya
karena masih kecil, AK kan sudah besar sudah sekolah juga jadi harus bantu
ibu jaga adik bukan ajak berkelahi adek ‟ perlahan lahan dia sudah mulai
paham dek dan sekarang sudah jarang berkelahi sama adiknya.. sebenarnya
anaknya dulu itu penurut dek tapi karena dia lebih sering main diluar sama
anak tetangga yang usia nya itu usia SD, dibanding bermain sama adeknya di
rumah.. mungkin karena adeknya perempuan jadi mainnya itu tidak seru
katanya” (wawancara orang tua AK, pada tgl 08 Desember 2020)
Berdasarkan informasi diatas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
subjek melakukan perilaku agresif verbal dan non verbal di sekolah dan di rumah.
Adapun bentuk perilaku verbal yang subjek lakukan yaitu: mencari perhatian ke
guru, berkata tidak sopan dan membantah, menyoraki, mengejek teman.
Bentuk perilaku non verbal yang dilakukan AK di sekolah maupun di rumah
adalah memukul teman yang menyenggol nya, usil mengganggu teman nya,
mendorong, menendang, bahkan sampai berkelahi.
Tabel 4.8 Bentuk perilaku agresif AK
Bentuk perilaku verbal Bentuk perilaku non verbal
1. Mencari perhatian dengan
menggunakan kata yang tidak baik.
2. Membantah
3. Mengejek
4. Berkata yang tidak sopan
5. Menyoraki
6. Menggoda teman saat sedang belajar
1. Memukul
2. Mendorong
3. Menendang
4. Mencubit
5. Berkelahi
82
b. Faktor penyebab anak berperilaku agresif
Peneliti menggali informasi yang menyebabkan subjek berperilaku agresif
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini berdasarkan wawancara kepada
guru dan orang tua Ananda AK serta observasi perilaku subjek baik itu di sekolah
maupun di rumah. Ananda AK merupakan anak yang aktif sejak umur 3 bulan,
hasil wawancara dengan orang tuanya mengatakan:
“Kalau AK sudah aktif sejak umur 3 bulan lebih dek, anaknya itu tidak mau
diam ditambah lagi sekarang umurnya sudah 6 tahun anaknya semakin
aktif” (wawancara orang tua AK, pada tgl 08 Desember 2020)
“Penyebab nya itu mungkin karena dia suka bermain dengan anak yang
usia nya sudah SD dan juga memiliki perilaku yang kurang baik dek, dulu
sebelum dia kenal dengan anak-anak di luar rumah AK itu kalau saya
nasehati di mau dengar dek.. anaknya juga jarang marah, apalagi sampai
memukul adiknya.. walaupun sih memang anaknya itu sangat
aktif”.(wawancara orang tua AK, pada tgl 08 Desember 2020)
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa faktor penyebab perilaku agresif pada anak yaitu terjadi
sejak anak masih kecil sudah terlihat sangat aktif dan tidak mau diam. Bahkan
ketika masih usia 3 bulan pun sudah tampak kalau anak tersebut sangat aktif
sampai dengan usia nya sekarang.
Berdasarkan hasil wawancara bersama guru kelas, mengatakan bahwa:
“Menurut saya, penyebab nya itu bisa bermacam-macam dek, misalnya
karena ketika di rumah anak kurang diperhatikan sama orang tua, bisa juga
dari faktor lingkungan sekitar nya, faktor bawaan karena mungkin anak
terlalu dimanja apapun yang dia minta selalu dituruti keinginan nya atau
bisa juga pengaruh teknologi” (wawancara guru kelas tgl 04 Desember
2020)
83
Selain hal tersebut diatas guru pendamping juga mengatakan bahwa:
“Kalau menurut saya bisa jadi faktor bawaan sejak kecil, kurang perhatian
atau di lingkungan sekitarnya itu anak biasa melihat hal-hal yang kurang
baik.. entah itu ucapan,maupun perbuatan karena daya tangkap anak itu
cepat sekali, jadi apa yang mereka lihat pasti dia tiru. (wawancara guru
pendamping, pada tgl 06 Desember 2020)
Guru kelas dan guru pendamping sependapat bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan AK berperilaku agresif yaitu dari faktor lingkungan dan
pembawaan sejak kecil.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa faktor penyebab perilaku agresif pada anak yaitu terjadi
sejak anak masih kecil sudah terlihat sangat aktif dan tidak mau diam. Bahkan
ketika masih usia 3 bulan pun sudah tampak kalau anak tersebut sangat aktif
sampai dengan usia nya sekarang.
Peneliti melanjutkan wawancara ke guru kelas dan guru pendamping untuk
memperoleh informasi tentang penyebab perilaku agresif Ananda AK.
“Kalau menurut saya penyebabnya bisa bermacam-macam misalnya itu
tadi karena kurang perhatian dari orang tuanya, dan faktor lingkungan di
sekitarnya” (wawancara guru kelas, pada tgl 04 Desember 2020)
“Seperti itu tadi yang saya katakan bermacam-macam, dari faktor bawaan,
faktor lingkungan, atau pengaruh teknologi juga”(wawancara guru
pendamping, pada tgl 06 Desember 2020)
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam
perkembangan perilaku anak kedepannya. Baik lingkungan keluarga maupun
lingkungan tempat tinggalnya. Sebagai orang tua, harus berhati-hati dalam hal
tindakan maupun ucapan karena biasanya anak akan mudah meniru. Mereka
84
belum bisa membedakan mana yang harus ditiru dan mana yang tidak boleh ditiru.
Hal itu disebabkan karena anak belum mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk, mereka hanya meniru apa yang pernah dilihatnya.
c. Penanganan Perilaku Agresif Subjek II
Guru dalam proses belajar mengajar memiliki strategi atau metode tertentu
dalam menangani beberapa masalah yang terjadi ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Diantaranya ada dua tindakan yang digunakan oleh guru dalam
menangani anak yang berperilaku agresif yaitu tindakan preventif dan tindakan
kuratif. Dalam tindakan ini tidak diberikan kepada anak begitu saja, melainkan
guru harus melihat bagaimana perilaku agresif yang dimunculkan oleh anak
sehingga dalam penerapan tindakan preventif maupun tindakan kuratif dapat
digunakan dengan tepat. Dalam hal ini guru hendaknya memiliki keterampilan
dalam hal mendekati anak salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan
individu. Dengan demikian permasalahan yang diberikan dengan anak didik dapat
terselesaikan dengan baik.
Pendekatan individu dilakukan karena setiap anak yang satu dengan anak
yang lainnya memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda, sehingga dalam
penerapannya guru harus memberikan pengawasan dan perhatian yang berbeda
antara anak yang satu dengan anak yang lain. Sebab guru harus mampu
melakukan pendekatan individual ketika proses belajar mengajar berlangsung
sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik, akan tetapi apabila
pendekatan individual tidak tercapai maka hasil atau tujuan dari penanganan
masalah tersebut tidak akan berjalan maksimal.
85
Pada kasus perilaku anak agresif ini terjadi ketika dalam proses belajar
mengajar, adapun cara penanganan nya dengan menggunakan pendekatan
individu seperti anak diberikan nasehat agar tidak menyoraki temannya dengan
menggunakan kata-kata yang kurang baik, menasehati anak agar tidak memukul
temannya lagi sambil di pegang tangannya dengan lembut sambil diberikan
nasehat dan anak diajak ngobrol agar kita sebagai guru mengetahui apa yang anak
rasakan.
Berdasarkan wawancara bersama guru dan orang tua, mengenai
penanganan yang diberikan apabila anak berperilaku agresif, mengatakan bahwa:
a) Guru memberikan nasehat pada anak bahwa apa yang mereka
lakukan itu dapat menyakiti orang lain.
“Misalnya, AK jangan dipukul temannya nak…kalau AK dipukul kira-kira
bagaimana, sakit apa tidak nak? AK menjawab “sakit ibu guru” nah.. itu
kita tahu ji nak, kalau dipukul itu sakit, makanya AK jangan memukul
temannya lagi ya nak….nanti temannya sakit. Kalau temannya sakit kan
kasihan.... jadi jangan kita ulangi lagi nak ya” (wawancara guru kelas pada
tgl 04 Desember 2020)
“Biasanya yang saya lakukan itu adalah mendekati anak terlebih dahulu
kemudian saya nasehati, bahwa perilaku agresif yang dilakukan itu bisa
merugikan diri sendiri dan juga orang lain“ (wawancara guru pendamping,
pada tgl 06 Desember)
“Bisa yang guru lakukan itu menegur dulu kemudian anak di nasehati dek
bahwa perbuatan nya itu tidak baik atau menyakiti orang lain”(wawancara
orang tua AK, pada tgl 08 Desember 2020)
Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tindakan yang
digunakan oleh guru dalam menangani perilaku anak agresif yaitu tindakan
kuratif, yaitu dengan cara memberikan nasehat kepada anak bahwa perilaku yang
mereka munculkan itu menyakiti orang lain
86
Apabila anak agresif mau mengikuti perintah guru berarti perlahan-lahan
komunikasi anak dengan guru sudah mulai terjadi sehingga guru tinggal
melanjutkan lagi dengan memberikan pertanyaan atau permainan yang membuat
anak yang memiliki perilaku yang agresif itu tertarik sehingga melupakan
aktivitasnya yang merugikan orang lain. Selain itu, dalam menangani anak yang
berperilaku agresif guru juga bisa memberikan kepada anak berupa pujian
atau hadiah yang menarik berupa bintang dalam bentuk kertas kepada anak
sehingga anak tersebut mau menuruti apa yang diperintahkan oleh guru. Seperti
yang diungkapkan oleh guru, yaitu:
“Kalau anak yang memiliki perilaku agresif itukan biasanya cenderung
tidak mau diam dan tidak bisa tenang.. nah misalnya ketika anak yang
berperilaku agresif itu mau duduk dan mau memperhatikan guru pada saat
menjelaskan maka saya berikan anak pujian misalnya dengan memberi
ucapan.. Waahh pintar nya anaknya ibu guru atau saya bilang.. bagus..
sambil memberi acungan jempol”(wawancara guru kelas, pada tgl 04
Desember 2020)
„Misalnya hari ini AZ dan AK sudah mau mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru dengan baik, jadi besok-besok harus rajin kerja
tugasnya supaya dapat nilai yang bagus atau pada hari itu anak tidak lagi
memukul, membantah dan mengganggu atau menyakiti temannya... maka
saya berikan pujian, hadiah berupa bintang yang terbuat dari kertas lalu
diberikan pada anak” (wawancara guru pendamping pada tgl 06 Desember
2020)
Orang tua AK juga mengatakan:
“Biasa kalau anak-anak mau mendengar guru nya itu biasa dia diberikan
pujian di hadapan teman-temannya, seperti diberikan tepuk tangan,
acungan jempol dan bintang” (wawancara orang tua AK pada tgl 08
Desember 2020)
Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru memberikan
kepada anak berupa pujian dengan mengatakan “ waah pintarnya anaknya ibu
87
guru(sambil mengelus kepala anak” atau hadiah berupa bintang yang terbuat dari
kertas.
b) Guru membiasakan anak untuk meminta maaf apabila anak
melakukan kesalahan.
“Misalnya, temannya yang tadi itu di cubit sampai tangannya itu
membekas.. kita panggil itu anak yang melakukan kesalahan dan juga anak
yang dicubit tadi untuk meminta maaf pada temannya.. kalau dia masih
tidak mau minta maaf.. biasa saya tanya kalau kita tidak minta maaf nanti
temannya tidak nah anjak meki berteman”(wawancara guru kelas, pada tgl
04 Desember 2020)
“Apabila anak melakukan kesalahan baik itu ke temannya maupun ke guru,
kita selalu ajarkan anak untuk meminta maaf walaupun itu masalah yang
ringan.. supaya anak ingat apabila dia melakukan kesalahan dia akan
segera meminta maaf”(wawancara guru pendamping, pada tgl 06
Desember 2020)
Orang tua AK, mengatakan bahwa:
“Yang biasa saya lihat itu kalau anak melakukan kesalahan guru itu
memberikan penjelasan tentang perbuatan yang dilakukan dan setelah anak
paham apa yang mereka lakukan barulah minta maaf”(wawancara orang
tua AK, pada tgl 08 Desember 2020)
Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru mengajarkan
anak cara meminta maaf apabila anak melakukan suatu kesalahan, baik itu
kesalahan yang ringan maupun kesalah yang fatal.
c) Penanganan yang dilakukan guru apabila menghadapi masalah
yang ditimbulkan oleh anak
“Misalnya anak mengganggu temannya yang sedang bermain atau
melempar mainan sampai rusak.. kita dekati itu anak tanya baik-baik
kenapaki begitu nak?..kita harus memahami perasaan nya anak dengan
mengajak dia bercerita.. intinya jangan emosi hadapi anak, kita harus
sabar, yang nama nya juga anak-anak yahh belum bisa dia kontrol emosi
nya.(wawancara guru kelas, pada tgl 04 Desember 2020)
“Kalau saya itu dek, apabila anak melakukan suatu kesalahan terus sudah
di nasehati berulang kali tapi dia tidak dengar, maka saya panggil nama
88
anak dengan yang suara keras dan saya tunjukkan ekspresi marah ke
anak.”(wawancara guru pendamping, pada tgl 06 Desember 2020)
“pertama itu saya berikan nasehat dek, bahwa apa yang dilakukan itu tidak
baik, dan saya juga membatasi bermain hp, saya ajarkan juga untuk
mengendalikan emosi nya dengan memberikan contoh bahwa kalau selaluki
marah-marah bertemanki itu sama setan.. mauki tidak berteman sama
setan”(wawancara orang tua AK)
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam
menghadapi sesuatu masalah yang dilakukan oleh anak yang berperilaku agresif
guru memberikan penanganan yang berbeda dimana guru kelas
menghadapi dengan tenang, sabar dan tidak emosi sedangkan guru pendamping
memanggil nama anak dengan suara keras apabila anak tidak mau mendengar apa
yang dikatakan oleh guru.
d) Hukuman yang diberikan pada anak
“Misalnya, anak memukul temannya terus kita juga pukul dia.. menurut
saya itu bukan solusi yang baik untuk menangani perilaku agresif nya..
karena apabila kita memberikan hukuman fisik kepada anak otomatis anak
itu merasa dia benci atau bisa berpengaruh ke psikis nya.(wawancara guru
kelas, pada tgl 04 Desember 2020)
“Kalau hukuman fisik saya tidak terapkan dek.. hal pertama itu berikan
nasehat misalnya jangan menendang temannya kalau sedang bermain..
kalau kita di tendang mauki.. saya kembalikan kepada anak bahwa apa
yang dia lakukan itu menyakiti temannya.. tapi kalau sudah berulang kali
saya nasehati tapi dia tidak dengar biasa saya marahi dek ”(wawancara
guru pendamping, pada tgl 06 Desember 2020)
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru tidak
memberikan hukuman yang berbentuk fisik kepada anak, karena akan
menimbulkan pengaruh yang buruk dan apabila guru terapkan hukuman tersebut
maka akan berdampak pada psikis anak tersebut.
89
e) Guru memberikan anak aktivitas sesuai yang dia inginkan, agar
anak beralih perhatiannya dan sibuk dengan aktivitas yang
diberikan.
“Misalnya begini dek, ini anak lari-lari di dalam kelas, teriak-teriak
sehingga mengganggu temannya yang sedang fokus mengerjakan tugas..
dan kita sudah tegur berulang kali tapi ini anak tidak ada sama sekali
tanda-tanda untuk diam.. nah disini saya alihkan perhatiannya dengan
memberikan dia kegiatan yang dia sukai, seperti menyusun
balok.(wawancara guru kelas,pada tgl 04 Desember 2020)
“Contohnya, ini anak tidak diam dia selalu berkeliaran mengganggu
temannya, disini kita bisa alihkan perhatian anak yang tadi fokus ganggu
temannya dengan kita memberikan anak aktivitas lain yang sesuai dengan
kemampuan anak, misalnya dia ingin menggambar atau
mewarnai”(wawancara guru pendamping, pada tanggal 08 Desember
2020)
f) Orang tua juga jangan selalu memenuhi tuntutan atau keinginan
anak
“Biasa kalau sekolah adakan rapat guru memberitahukan kepada orang tua
bahwa jangan terlalu memanjakan anak seperti menuruti semua
keinginannya karena akan berdampak pada anak kedepannya karena
apabila tidak dituruti anak akan marah. Begitupun jika anak berada di
lingkungan sekolah dia menginginkan main yang di pegang sama temannya
dan apabila tidak diberikan maka anak akan menunjukkan perilaku
marah/agresif. Dia akan membawa sifat manja nya itu ke dalam lingkungan
sekolah karena anak akan beranggapan apapun yang dia minta pasti
dituruti. Jadi dalam penanganan/tindakan yang diberikan kita harus
bekerja sama dengan orang tua”(wawancara guru kelas pada tgl 04
Desember 2020)
“Dalam penanganan ini orang tua juga sangat berperang penting dek,
karena apabila anak berada dirumah dan keinginannya itu selalu dipenuhi
akan berdampak dimanapun anak itu berada,, baik itu di lingkungan
sekolahnya maupun diluar.. karena saat itu yang ada di dalam pikiran anak,
kalau saya menginginkan sesuatu pasti terpenuhi. Itumi yang akan
memunculkan perilaku yang agresif apabila keinginannya tidak terpenuhi”
(wawancara guru pendamping pada tgl 06 Desember 2020)
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa apabila
guru menemukan anak didiknya berkeliaran dengan mengganggu temannya, maka
90
guru memberikan aktivitas kepada anak tersebut sesuai dengan kemampuannya..
maka dari itu anak yang tadi nya fokus mengganggu temannya akan
beralih perhatian nya dengan kegiatan yang diberikan oleh guru.
Penerapan hukuman dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak biasanya
dilakukan oleh guru apabila terdapat anak yang memiliki perilaku agresi, baik
dalam bentuk perilaku agresi verbal maupun tindakan. Dalam penanganannya
guru dituntut untuk bisa mengkondisikan anak tersebut agar suasana belajar
mengajar didalam kelas dapat berjalan lancar dan tertib, sehingga materi yang
diajarkan oleh guru bisa diterima oleh semua anak. Maka dari itu ketika guru
menemukan sebuah kasus di dalam kelas ada beberapa anak yang memiliki
perilaku agresi dalam bentuk tindakan maupun ucapan seperti suka mengganggu
temannya, membuat gaduh, ramai maka guru mengatasi perilaku anak tersebut
dengan memberikan hukuman kepada anak.
Adapun hukuman yang diberikan adalah dengan cara memanggil anak
dengan singkat, jelas dan tegas, anak diasingkan, atau menunjukkan ekspresi
marah kepada anak, hal itu menandakan bahwa guru tidak menyetujui dengan apa
yang dilakukan oleh anak. Seperti yang diungkapkan oleh guru yaitu:
“Kalau untuk hukuman fisik saya tidak berikan, saya juga tidak marahi,
saya itu palingan cuman mendiamkan saja. Misalnya anak melakukan
kesalahan seperti anak memukul temannya terus kita juga pukul dia..
menurut saya itu bukan solusi yang baik untuk menangani perilaku agresif
nya.. karena apabila kita memberikan hukuman fisik kepada anak otomatis
anak itu merasa dia benci atau bisa berpengaruh ke psikis nya.(wawancara
guru kelas, pada tgl 04 Desember 2020)
91
“Kalau saya itu dek, apabila anak melakukan suatu kesalahan terus sudah
di nasehati berulang kali tapi dia tidak dengar, maka saya panggil nama
anak dengan yang suara keras dan saya tunjukkan ekspresi marah ke anak
dan kalau sudah tidak mau ditegur biasa saya asingkan”(wawancara guru
pendamping, pada tgl 06 Desember 2020)
Senada dengan keterangan di atas, orangtua subjek juga mengatakan hal yang
sama seperti di bawah ini:
“Biasanya guru memberi hukuman misalnya anak diasingkan, agar tidak
mengganggu temannya yang fokus belajar” (wawancara orang tua AK
pada tgl 08 Desember 2020).
“Kalau sudah merasa agak jengkel biasanya guru mendiamkannya
saja.”(wawancara orang tua AZ pada tgl 09 Desember 2020).
Berdasarkan keterangan dari guru dan orang tua tersebut, ketika ada anak
agresif yang memukul atau berkelahi dengan temannya maka yang dilakukan oleh
guru kelas dan guru pendamping itu berbeda. Ada dengan cara mendiamkan
seperti yang dilakukan oleh guru kelas sedangkan guru pendamping dalam
menghadapi anak agresif dengan cara mengasingkan anak agar tidak mengganggu
temannya yang fokus belajar. Sedangkan ketika anak agresi tersebut tidak mau
mendengarkan nasehat guru dan masih saja berperilaku agresi maka guru
memberikan hukuman kepada anak misalnya memanggil nama anak dengan suara
keras, singkat dan jelas, menunjukkan ekspresi marah kepada anak.
Tabel. Penanganan guru terhadap perilaku anak agresif, berikut tabel yang
dimaksud:
92
Tabel 4.9 Penangan Guru di TK Aisyiyah Mamajang
Penanganan guru kelas Penanganan guru pendamping
Guru tidak memberikan anak hukuman
apabila melakukan kesalahan. Guru
hanya memberikan nasehat kepada
anak, mengajarkan anak untuk
merasakan pesaan orang lain,
mengajarkan anak untuk meminta maaf
apabila telah melakukan kesalahan.
Guru juga bekerja sama dalam
memantau anak pada saat dirumah.
Guru memberikan hukuman apabila
anak tidak mau mendengar teguran
dari guru, seperti guru mengeluarkan
suara keras ketika memanggil anak
juga menunjukkan ekspresi marah
ketika melihat anak dan apabila anak
sudah ditegur beberapa kali maka
guru mengansingkan anak agar tidak
menganggu teman yang lain.
C. Pembahasan
Perilaku agresif sering terjadi pada anak usia dini. Hal ini disebabkan
karena kebiasaan atau karakter anak yang masih suka meniru atau memperagakan
apa yang pernah dilihatnya, sehingga anak melakukan tindakan yang seharusnya
tidak boleh dilakukan, karena anak belum mengetahui mana yang salah dan mana
yang benar. Berdasarkan wawancara dengan guru, ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung dimana anak yang memiliki perilaku agresif sering
mengganggu/usil kepada temannya,memukul hingga menangis dan bahkan
sampai berkelahi. Perilaku agresif ini bersifat verbal dan non verbal/fisik,
sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Stewart dan Koch (Susanto,2015:112)
Agresif merupakan tingkah laku maladaptif. Tingkah laku ini pada dasarnya
93
merupakan tingkah laku yang bermaksud melukai, menyakiti, atau merugikan
orang lain.
Murray dan Bellak dalam Sukaji (1982) menambahkan bahwa perilaku
agresif yang terjadi pada individu memiliki berbagai bentuk, yaitu (1) keagresifan
emosional verbal meliputi perasaan orang lain. seperti mengutuk, mengkritik,
menghina dan menertawakan. (2) keagresifan fisik sosial/asosial, meliputi
perbuatan berkelahi, mendorong, menyerang. Sedangkan Narramore (1968:63)
agresif ditandai dengan ciri-ciri argumentative dan tidak kooperatif, tidak patuh,
suka mengganggu kegiatan, suka berkelahi, tidak suka ketenangan, suka menarik
diri dan tidak toleran.
Munculnya penyebab perilaku agresif di lingkungan sekolah maka guru dan
orang tua harus mengetahui faktor penyebab anak melakukan perilaku agresif baik
itu perilaku agresif bentuk verbal maupun dalam bentuk non verbal, sebagaimana
teori yang dikemukakan oleh Davidoff (Rita Eka Izzaty,2005: 157-158) Penyebab
munculnya perilaku agresif yaitu faktor biologis, faktor lingkungan dianggap
sebagai faktor yang dapat memicu anak memunculkan tingkah laku agresif.
Seperti menyaksikan perkelahian dan permusuhan meskipun sedikit akan
menimbulkan rangsangan dan memungkinkan untuk meniru model tersebut.
Sedangkan menurut Dewi (2005:111) penyebab perilaku agresif yaitu (1) pola
asuh yang keliru, seperti anak tidak diberi kesempatan untuk menyatakan pikiran
dan kemauannya, anak tidak diperbolehkan bergaul dengan anak lain yang tidak
disukai orang tua. Pola asuh seperti ini menimbulkan rasa jengkel pada anak.
Kejengkelan anak dilampiaskan dengan cara melawan atau menentang orang tua.
94
Jika kebiasaan ini terbentuk selama anak dirumah, besar kemungkinan akan
tumbuh perilaku agresif pada anak.
Pola asuh yang memanjakan juga dapat berpengaruh terhadap timbulnya
perilaku agresif. Misalnya, bila anak merampas mainan temannya dilindungi dan
dimaafkan karena alasan ia masih anak-anak. Perilaku anak yang menyakiti
temannya juga dan dimaafkan dengan alasan di anak berkeinginan untuk
memperoleh alat permainannya. Pola asuh seperti ini seolah-olah membenarkan
perilaku yang salah sehingga menjadi benih timbulnya perilaku agresif. (2) reaksi
emosi terhadap frustasi, munculnya perilaku agresif pada anak sebagai akibat dari
banyaknya larangan yang dibuat guru atau orangtua. (3) tingkah laku agresif
sebelumya, tingkah laku agresif yang pernah dilakukan anak mendapat dukungan
penguatan dari keluarga atau guru. Misalnya, perilaku anak menendang teman di
sekolah ditakuti oleh guru, anak lain di kondisi untuk tetap mengikuti
keinginannya.(4) lingkungan dan faktor keturunan.(5) gaya pengasuhan orang
tua.(6) pola interaksi orang tua dan anak. (7) pengaruh parental terhadap emosi
dan perilaku anak.(8) masalah dengan teman di sekolah.
Apabila perilaku agresif muncul di lingkungan taman kanak-kanak maka guru
memberikan penanganan terhadap anak yang berperilaku agresif dan tindakan
yang diberikan guru harus benar-benar sesuai dengan perilaku apa yang
dimunculkan anak. Sebab ketika tindakan yang guru berikan itu tidak melihat
anak, maka anak akan mengalami trauma dan akan berpengaruh pada psikis nya
atau anak akan takut pada guru sehingga dikhawatirkan anak tidak ingin lagi ke
95
sekolah. Dalam hal ini pemberian penanganan/tindakan seperti tindakan preventif
maupun tindakan kuratif.
Sebagaimana teori yang dipaparkan oleh Ummu Haya Nida (2009: 170-174)
memberikan cara dalam menangani tingkah laku agresif pada anak melalui:
Tindakan preventif, a) orang tua jangan selalu memenuhi tuntutan atau keinginan
anak. b) batasi dan kontrol anak dalam menonton televisi. hal ini dikarenakan
tayangan yang ditampilkan banyak yang mengandung unsur kekerasan yang dapat
memicu munculnya tingkah laku agresif pada anak. c) orang tua atau orang sekitar
selalu menunjukkan perilaku yang tidak baik. Berkenaan dengan sifat anak yang
mudah meniru, sudah sepatutnya kita menunjukkan perilaku yang baik. d)
ciptakan suasana menyenangkan dalam rumah. e) dalam menghadapi suatu
masalah yang berkaitan dengan kenakalan anak hadapilah dengan tenang dan
tidak emosi. f) latihan fisik seperti menari,renang, serta melukis hal ini bertujuan
agar anak dapat menyalurkan ketegangan anak. Tindakan kuratif, a) memberikan
pujian atau hadiah ketika anak menunjukkan perilaku tidak menyakiti orang lain.
b) mengajak anak untuk ikut merasakan perasaan orang lain untuk membangun
kepekaan sosial terhadap orang lain. c) tidak memberikan hukuman fisik. d)
memberikan nasehat kepada anak bahwa perilaku yang mereka munculkan
menyakiti orang lain. e) membuat anak sibuk dengan memberikan aktivitas yang
sesuai dengan minat dan bakat anak. f) mengajarkan kepada anak untuk
mengendalikan emosi dengan memberikan contoh yang nyata. g) memahami
perasaan anak dengan berdialog ketika anak sudah merasa tenang untuk
96
menyelesaikan masalah. h) membiasakan anak untuk meminta maaf atas
kesalahan yang telah dilakukannya.
Sedangkan menurut (Mashar,2015: 89) yaitu, 1) mengajarkan pada semua
anak tentang keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain. 2) menciptakan
lingkungan sekolah yang menekan tingkat frustasi atau tekanan pada anak
misalnya dengan penerapan pembelajaran aktif. 3) anak yang berperilaku agresif
dapat diatasi dengan menerapkan peraturan yang disertai dengan pemberian
penguat atau positive reinforcement dan negative reinforcement. 4) orang tua dan
pendidik dapat pula menerapkan teknik penghapusan atau pengabaian, yaitu
dengan mengabaikan perilaku agresif anak dan tidak menunjukkan perhatian saat
anak berperilaku agresif. 5) anak diajarkan untuk lebih mengembangkan
kecerdasan emosinya, dengan melatih anak untuk mampu mengenali emosi,
mengelola emosi, berempati, mengembangkan hubungan baik dengan teman, dan
motivasi diri, ini semua diawali dengan relaksasi diri.
Berdasarkan wawancara kepada guru, faktor penyebab terjadi nya perilaku
agresif dalam penelitian ini adalah: (1) Kurangnya perhatian pada anak dan
pengawasan dari orang tua, sehingga ketika anak berada diluar lingkungan
keluarga maka anak mencari perhatian kepada orang lain. hal ini disebabkan
orang tua terlalu sibuk bekerja. Dirumah anak hanya bersama dengan neneknya
saja. (2) Pengaruh lingkungan, dalam hal ini apabila disekitar lingkungan tempat
tinggal anak terdapat anak yang memiliki perilaku yang kurang baik, maka anak
akan meniru apa yang dilihatnya. Hal ini disebabkan karena karakter anak yang
mudah meniru dan mencontoh apa yang pernah mereka lihat. (3) Anak sering
97
dimanjakan, anak yang sering dimanjakan oleh orang tua atau neneknya biasanya
ketika ingin meminta sesuatu selalu ingin dituruti/jarang dimarahi dan apabila
keinginannya tidak terpenuhi maka anak akan menunjukkan kemarahannya. Hal
ini juga berdampak ketika anak sedang berada di lingkungan sekolah yang
cenderung bersikap seenaknya sendiri dan susah diatur atau di nasehati.
Dalam menangani perilaku agresif yang dilakukan guru di TK Aisyiyah
Mamajang adalah dengan cara guru menggunakan tindakan individu kepada anak
terlebih dahulu, yaitu dengan cara anak dinasehati agar tidak lagi memukul atau
mencubit temannya sambil tangannya di pegang, mengelus kepala anak dan
memegang punggung nya dan serta mengajak anak berdialog setelah itu guru
menjelaskan kepada anak bahwa apa yang mereka lakukan itu dapat merugikan
dirinya dan juga merugikan orang lain. Misalnya, anak akan ditakuti dan dijauhi
oleh teman-temannya.
Sebagaimana teori yang dipaparkan oleh Ummu Haya Nida (2009: 170-174)
yaitu, Tindakan kuratif yang diberikan guru kepada anak agresif ketika dia mau
berhenti melakukan perilaku agresifnya misalnya, pada hari itu anak tidak
membuat kegaduhan, berhenti bertengkar, tidak mengganggu temannya, tidak
berlarian di dalam kelas atau ketika anak yang berperilaku agresif mau duduk
diam dengan tenang pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Maka
tindakan ini dapat diberikan kepada anak dengan memberikan pujian misalnya
mengucapkan kata “Wahh,, pintarnya anaknya ibu guru” sambil memberikan
acungan jempol atau bisa juga anak diberikan hadiah berupa bintang yang terbuat
dari kertas.
98
Adapun tindakan preventif yang diberikan guru kelas dan guru pendamping
itu berbeda pada saat memberikan penanganan kepada anak yang berperilaku
agresif , yaitu apabila anak menyakiti atau menganggu temannya, maka guru kelas
memberikan tindakan preventif dalam menghadapi suatu masalah yang berkaitan
dengan perilaku anak, guru tersebut menghadapi dengan tenang dan tidak emosi,
tidak selalu memenuhi tuntutan anak dan apabila sudah berulang kali anak
diberikan teguran dan tidak mendengar maka guru akan mendiamkannya.
Sedangkan penanganan yang diberikan pada guru pendamping adalah, apabila
anak memunculkan perilaku agresif dan anak tersebut sudah beberapa kali
diberikan teguran tapi tidak mendengar maka guru akan memperlihatkan ekspresi
marah dan memanggil nama anak dengan suara yang agak keras dan guru juga
tidak selalu memenuhi keinginan anak.
99
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Tindakan Preventif yang diberikan guru
Penanganan yang dilakukan guru kelas dan guru pendamping apabila
menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh anak yang berperilaku agresif guru
memberikan penanganan yang berbeda dimana guru kelas menghadapi dengan
tenang, sabar dan tidak emosi dan guru juga bekerja sama dengan pihak orang tua
mengenai penanganan agresif agar tidak terlalu memanjakan atau menuruti semua
keinginan anak karena akan berdampak pada anak untuk kedepannya Sedangkan
penanganan yang diberikan guru pendamping yaitu apabila anak sudah dinasehati
dan ditegur beberapa kali dan anak tidak mau mendengar teguran dari guru, maka
guru akan memanggil nama anak dengan suara yang keras dan menunjukkan
ekspresi marah pada anak, dan mengasingkan anak.
2. Tindakan Preventif yang diberikan orang tua
Tindakan yang diberikan orang tua AZ yaitu memberikan batasan pada anak
untuk tidak sering bermain HP. Sedangkan tindakan yang diberikan orang tua AK
yaitu tidak memenuhi semua keinginan anak dan juga membatasi anak pada saat
bermain HP.
100
3. Tindakan Kuratif yang diberikan guru
Guru memberikan nasehat pada anak apabila melakukan sesuatu yang menyakiti
dan merugikan orang lain, apabila anak melakukan kesalahan maka guru
membiasakan anak untuk meminta maaf, tidak memberikan hukuman pada anak,
guru memberikan aktivitas agar anak beralih perhatiannya.
4. Tindakan kuratif yang diberikan orang tua
Menasehati anak apabila melakukan kesalahan, mengajarkan anak untuk
mengendalikan emosi, memahami perasaan anak dengan mengajak bercerita,
mengajarkan anak untuk meminta maaf apabila melakukan kesalahan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian ini, maka saran dikemukakan
sebagai berikut:
1. Bagi guru, dalam pemberian penanganan/tindakan, baik itu tindakan
preventif maupun tindakan kuratif kepada anak diharapkan guru
menerapkannya dengan baik agar perilaku agresif anak dapat ditangani
dengan baik. Selain itu, guru diharapkan lebih telaten dalam menghadapi
anak yang berperilaku agresif..
2. Bagi orang tua, diharapkan bagi para orang tua untuk senantiasa mengawasi
dan memberikan nasehat kepada anaknya agar tidak bergaul/bermain
dengan sembarang teman. Selain itu para orang tua juga diharapkan tidak
memanjakan anak-anaknya karena akan berdampak kepada anak untuk
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Atang Setiawan, 2010. Penanganan Perilaku Agresif pada Anak.
Dewi, Rosmalia. 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Fadlilah, Muhammad dan Khorida, Lilif Mualifatu. 2016. Pendidikan Karakter
Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Teori dan Praktek. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Hurlock, E. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1. Terjemahan oleh Tjandrasa, M &
Zarkasih, M. Jakarta.: Erlangga
Kulsum, Umi & Jauhar Mohammad. 2014. Pengantar Psikologi Sosial. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher
Mashar, Riana. 2015. Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Muh. Nur Mustakim. (2005). Peranan Cerita dalam Pembentukan Perkembangan Anak
TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan
Tinggi.
Morrison, George S. 2012. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Jakarta: PT Indeks.
Nawawi, H. Hadari. 1983. Metode Penelitian Deskriptif. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Nadhirah, Yahdinil, Firda. 2017. Perilaku Agresi Pada Anak Usia Dini. Jurnal.
Nurul Barokah, 2013. Penanganan Anak Agresif.
Patilima, Hamid. 2015. Resiliensi Anak Usia Dini. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Rusda Koto Sutadi & Sri Maryati Deliana. (1996). Permasalahan Anak Taman
Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Rimm, S. (2003). Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah.
(Alih bahasa: Lina Jusuf). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Izzaty Rita Eka. (2005). Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
Susanto, Ahmad. 2015. Bimbingan & Konseling di Taman kanak-kanak. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Soetjiningsih, Cristiana Hari. 2018. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-kanak Akhir. Depok: Prenadamedia Group.
Susanto, Ahmad. 2014. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Susanto. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan Edisi Ketiga.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ummu Haya Nida. (2009). “2T Tips & Trik” Melejitkan Talenta sang Buah Hati.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Kurniawati Wiwid. (2010). Mengurangi Agresivitas Anak Usia Dini dengan
Metode Time-out. Tesis. (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: UGM.
Nadhirah,Yahdinil Firda, 2017. Perilaku Agresif Pada Anak Usia Dini.
Zubaedi. 2017. Strategi Taktis Pendidikan Karakter (Untuk PAUD dan Sekolah).
Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Conard Rey, Emanuel, Raymond. 1998. Aggressive and impulsive behavior in
military psychiatric inpatients. (Online), 3 (www. ProQuest.com, Diakses
2 Februari 2016)
LAMPIRAN
KISI-KISI INSTRUMEN OBSERVASI EFEKTIVITAS
PENANGANAN PERILAKU ANAK
AGRESIF DI TK AISYIYAH MAMAJANG KOTA MAKASSAR
1. Lembar Observasi
Aspek yang diamati dalam penelitian ini tingkah laku agresif yang
dimunculkan oleh anak selama proses pembelajaran berlangsung didalam
kelas maupun di luar kelas.
Tabel 1. Berikut kisi-kisi pedoman observasi tingkah laku agresif anak:
No Aspek Indikator Penanganan
1 Agresif
Verbal (kata-
kata)
1. Mengancam Mengancam temannya agar
temannya itu takut
A. Tindakan preventif.
1. Orang tua jangan
selalu memenuhi
tuntutan atau
keinginan anak.
2. Batasi dan kontrol
anak dalam
menonton televisi.
3. Orang tua atau
orang sekitar selalu
menunjukkan
perilaku baik.
4. Ciptakan suasana
menyenangkan
dalam rumah
5. Dalam menghadapi
suatu masalah yang
berkaitan dengan
kenakalan anak
hadapi dengan
tenang dan tidak
2. Menggoda Menganggu temannya yang
sedang belajar
3. Mengejek Mengejek temannya dengan
kata-kata yang
kejam/mengumpat
4. Menyoraki Menyoraki temannya
dengan kata merendahkan
5. Menghasut Mempengaruhi orang lain
untuk
mengucilkan/membenci
temannya
emosiponal.
6. Latihan fisik.
seperti
menari,melukis dll.
B. Tindakan kuratif.
1. Mengajak anak
untuk ikut
merasakan perasaan
orang lain untuk
membangun
kepekaan sosial
nya.
2. Tidak membrikan
hukuman fisik.
3. Memberikan
nasihat kepada anak
bahwa perilaku
yang mereka
munculkan
menyakiti orang
lain.
4. Membuat anak
sibuk dengan
memberikan
aktivitas yang
sesuai dengan minat
dan bakat anak.
5. Mengajarkan anak
mengendalikan
emosi dengan
memberikan contoh
nyata.
6. Memehami
perasaan anak
dengan berdialog.
7. Membiasakan anak
untuk meminta
maaf.
6. Membantah Menolak perintah guru
ataupun temannya apabila
dimintai pertolongan
2 Agresif Non
Verbal (fisik)
1. Mendorong Mendorong temannya
dengan tujuan membuatnya
terjatuh/tersakiti
2. Menendang Menendang temannya
dengan kaki
3. Memukul Bentuk penyerangan fisik
terhadap anggota badan
orang lain
4. Mengigit Melukai temannya dengan
mengigit/menggunakan alat
penjepit lainnya
5. Mencubit Melukai temannya
mengunakan dua jari sampai
temannya merasakan sakit
Instrumen Wawancara Guru Kelas
1. Narasumber : Guru Kelas
2. Pendidikan terakhir : S1 PAUD
3. Waktu : 10:00- 10:33
4. Tanggal Wawancara : 04 Desember 2020
5. Lokasi Wawancara : Panti Asuhan
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Apakah ibu mengetahui apa itu perilaku agresif?
2 Bagaimana bentuk perilaku agresif yang sering
dilakukan subjek?
3 Faktor apa sajakah yang menyebabkan anak
berperilaku agresif ?
4 Apa saja yang biasa diucapkan anak agresif
pada saat membantah/tidak mematuhi perintah
ibu?
5 Bagaimana tanggapan ibu jika anak berperilaku
agresif baik itu secara verbal maupun non
verbal?
6 Apakah kondisi tertentu saja anak berperilaku
agresif atau dalam setiap kondisi?
7 Bagaimana tanggapan ibu jika anak
mengadukan masalah setelah dilukai oleh
subjek ?
.
8 Bagaimana perilaku anak agresif ketika
diberikan kegiatan atau tugas oleh ibu?
9 Apa yang ibu lakukan ketika anak yang
berperilaku agresif itu mau duduk diam dan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh ibu ?
10 Siapa yang membantu ibu dalam menangani
anak yang berperilaku agresif?
11 Penanganan seperti apa yang ibu terapkan pada
anak yang berperilaku agresif?
Instrumen Wawancara Guru Pendamping
1. Narasumber : Guru Pendamping
2. Pendidikan Terakhir : S1 PAUD
3. Waktu : 11:00- 11:30
4. Tanggal Wawancara : 06 Desember 2020
5. Lokasi Wawancara : Panti Asuhan
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Apakah ibu mengetahui apa itu
perilaku agresif?
2 Bagaimana bentuk perilaku agresif
yang sering dilakukan subjek?
3 Faktor apa sajakah yang
menyebabkan anak berperilaku
agresif ?
.
4 Apa saja yang biasa diucapkan anak
agresif pada saat membantah/tidak
mematuhi perintah ibu?
5 Bagaimana tanggapan ibu jika anak
berperilaku agresif baik itu secara
verbal maupun non verbal?
6 Apakah kondisi tertentu saja anak
berperilaku agresif atau dalam setiap
kondisi?
7 Bagaimana tanggapan ibu jika anak
mengadukan masalah setelah dilukai
oleh subjek ?
8 Bagaimana perilaku anak agresif
ketika diberikan kegiatan atau tugas
oleh ibu?
9
Apa yang ibu lakukan ketika anak
yang berperilaku agresif itu mau
duduk diam dan mengerjakan tugas
yang diberikan oleh ibu ?
10 Apakah subjek pernah terlibat
perkelahian?
11
Siapa yang membantu ibu dalam
menangani anak yang berperilaku
agresif?
1
2
Penanganan seperti apa yang ibu
terapkan pada anak yang berperilaku
agresif?
Hasil Wawancara Guru Kelas
1. Narasumber : Guru Kelas
2. Pendidikan Terakhir : S1 PAUD
3. Waktu : 10:00 – 10:33
4. Tanggal Wawancara : 04 Desember 2020
5. Lokasi Wawancara : Panti Asuhan
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Apakah ibu mengetahui apa itu
perilaku agresif?
Iya tau dek, perilaku agresif itu perilaku yang
bandel dan tidak mau diam, ada saja yang
dilakukan seperti menganggu, memukul,
mencubit dan selalu membuat masalah yang
mengundang perhatian.
2 Bagaimana bentuk perilaku agresif
yang sering dilakukan subjek?
kalau dilihat dari perilaku nya itu biasa dia
menunjukkan keduanya baik itu verbal maupun
non verbal karena pada saat diberikan tugas
anaknya itu cepat sekali merespon tapi respon
nya itu kurang, terkadang dia bilang „mewarnai
mi sede edd capek ta mi‟ dan sifat membantah
nya itu kekeh sekali dek kalau di tegur itu pasti
menegur balik dan untuk non verbal nya pada
saat proses pembelajaran juga biasa pada saat
anaknya itu tidak mau duduk diam selalu
berkeliaran, kadang temannya mewarnai dia
lewat langsung dipukul kepala nya
menggunakan pensil dan apapun yang
dipegang nya dan biasa juga dia mencubit, dan
lebih parahnya lagi nanti menangis temannya
baru dia duduk ke tempatnya seolah tidak
melakukan sesuatu.
3 Faktor apa sajakah yang menyebabkan
anak berperilaku agresif ?
Menurut saya penyebabnya itu bisa bermacam-
macam dek, misalnya ketika dirumah anak
kurang perhatian dari orangtuaa, bisa juga dari
faktor lingkungannya, faktor bawaan juga,
karena mungkin anak terlalu dimanja atau biasa
juga karena pengaruh teknologi misalnya
televisi dan hp karena anak-anak sekarang itu
cepat sekali meniru apa yang dilihat, misalnya
video di youtube.
4 Apa saja yang biasa diucapkan anak
agresif pada saat membantah/tidak
mematuhi perintah ibu?
Misalnya pada saat saya menjelaskan tugas dan
saya menyuruh subjek untuk kembali ke tempat
duduk masing-masing dan subjek biasa
membantah dengan mengatakan “ tidak mauja
pindah ke tempatku ibu guru, mauka duduk
disini
5 Bagaimana tanggapan ibu jika anak
berperilaku agresif baik itu secara
verbal maupun non verbal?
Misalnya anak membantah pertama itu saya
panggil kemudian saya ajak duduk disamping
saya, terus bertanya pada teman-temannya yang
lain dengan mengatakan „bagus tidak kalau ada
yang ibu gurunya katakan terus anaknya ibu
guru itu membantah, itu perbuatan dosa atau
tidak‟ anak mengatakan dosa ibu guru.. nah
kalau dosa mau tidak kita membantah ibu guru
lagi dan yang suka membantah ibu gurunya
berarti dia tidak sayang sama ibu gurunya. Saya
berikan anak nasehat dan kalau pun sudah
kelawatan baru saya mendiamkan nya.. karena
kalau diperhatikan dia semakin menjadi jadi.
Kalau untuk non verbal nya biasa kalau
temannya lewat kodong dan biasa tidak sengaja
itu anak menyenggol, biasa itu langsung nah
pukul temannya.. saya biasa pernah bilang
“kalau sering menganggu dan memukul
temannya nanti ibu guru suruh duduk sendiri”
6 Apakah kondisi tertentu saja anak
berperilaku agresif atau dalam setiap
kondisi?
Perilaku agresif AZ dan AK dia tidak
munculkan setiap hari dek ada waktu tertentu
perilaku nya itu muncul.. ituji iya kah anaknya
tidak mau diam dan suka sekali cerita.
7 Bagaimana tanggapan ibu jika anak
mengadukan masalah setelah dilukai
oleh subjek ?
Biasa nya saya tanya dulu, kenapa temannya
dilukai nak? Misalnya.. nah ambilki peraut ku
bu guru jadi saya pukul tangan nya sampai
merah,, terus saya nasehati bahwa apa yang
dilakukan terhadap temannya itu tidak baik dan
saya nasehati juga pada anak yang sudah
dilukai dengan mengatakan „ lain kali kalau
mauki pinjam peraut nya teman ta nak, tanyaki
dulu bilang bisa tidak saya pinjam peraut nya‟
pasti nah pinjamkan ki kalau kita tanyaki..
janganki langsung ambilki nak nanti temannya
marah dan biasa juga saya ajarkan anak untuk
meminta maaf apabila melakukan kesalahan.
8 Bagaimana perilaku anak agresif
ketika diberikan kegiatan atau tugas
oleh ibu?
Tergantung dari mood nya dek, kadang dia mau
mengerjakan dan kadang juga tidak mau, AZ
itu kalau diberikan tugas dia cepat pahami
misalnya diberikan tugas maze atau mewarnai
dia kerja dan biasa juga tidak , dan suka sekali
cerita sama temannya atau berpindah tempat..
intinya anaknya tidak suka tinggal diam, tapi
itu bagusnya dia biasa jadi ceritanya selesai
juga tugasnya.. dan biasa juga cerita saja terus
tugasnya diabaikan begitupun dengan AK
sama-sama dia walaupun tidak se cerewet AZ
9
10
Apa yang ibu lakukan ketika anak
yang berperilaku agresif itu mau
duduk diam dan mengerjakan tugas
yang diberikan oleh ibu ?
Apakah subjek pernah terlibat
perkelahian?
Misalnya ketika anak yang berperilaku agresif
itu mau duduk dan mau memperhatikan guru
pada saat menjelaskan maka saya berikan anak
pujian misalnya dengan memberi ucapan..
Waahh pintar nya anaknya ibu guru atau saya
bilang.. bagus.. sambil memberi acungan
jempol”
Pernah dek, bahkan awal-awal masuk sekolah
itu sering berkelahi,, biasa masalah sepele ji
sampai berkelahi. Bagaimana tidak berkelahi
kalau AZ usil dan yang satunya lagi
pemarah/sensitif. Baku dapat mi.
11 Siapa yang membantu ibu dalam
menangani anak yang berperilaku
agresif?
Saya dibantu sama guru pendamping dek
12 Penanganan seperti apa yang ibu
terapkan pada anak yang berperilaku
agresif?
1. Saya berikan nasehat pada anak.
Misalnya, AZ jangan dipukul temannya
nak…kalau AZ dipukul kira-kira
bagaimana, sakit apa tidak nak? AZ
menjawab “sakit ibu guru” nah.. itu kita
tahu ji nak, kalau dipukul itu sakit,
makanya AZ jangan memukul
temannya lagi ya nak….nanti temannya
sakit. Kalau temannya sakit kan
kasihan.. jadi jangan kita ulangi lagi nak
ya.
2. Saya berikan anak pujian apabila mau
mendengar.
Kalau anak yang memiliki perilaku
agresif itukan biasanya cenderung tidak
mau diam dan tidak bisa tenang.. nah
misalnya ketika anak yang berperilaku
agresif itu mau duduk dan mau
memperhatikan guru pada saat
menjelaskan maka saya berikan anak
pujian miasalnya dengan memberi
ucapan.. Waahh pintar nya anaknya ibu
guru atau saya bilang.. bagus.. sambil
memberi acungan jempol.
3. Biasakan dia untuk meminta maaf
setelah melakukan kesalahan.
Misalnya, temannya yang tadi itu di
cubit sampai tangannya itu membekas..
kita panggil itu anak yang melakukan
kesalahan dan juga anak yang di cubit
tadi untuk meminta maaf pada
temannya.. kalau dia masih tidak mau
minta maaf.. biasa saya tanya kalau kita
tidak minta maaf nanti temannya tidak
nah anjak meki berteman.
4. Tidak ikut emosi apabila anak
melakukan kesalahan.
Misalnya anak menganggu temannya
yang sedang bermain atau melempar
mainan sampai rusak.. kita dekati itu
anak tanya baik-baik kenapaki begitu
nak?..kita harus memahami perasaan
nya anak dengan mengajak dia
bercerita.. intinya jangan emosi hadapi
anak, kita harus sabar, yang nama nya
juga anak-anak yahh belum bisa dia
kontrol emosi nya.
5. Saya tidak memberikan hukuman pada
anak.
Misalnya, anak memukul temannya
terus kita juga pukul dia.. menurut saya
itu bukan solusi yang baik untuk
menangani perilaku agresif nya.. karna
apabila kita memberikan hukuman fisik
kepada anak otomatis anak itu merasa
dia benci atau bisa berpengaruh ke
psikis nya.
6. Mengalihkan perhatian anak dengan
cara memberikan aktivitas yang lain.
Misalnya begini dek, ini anak lari-lari
didalam kelas, teriak-teriak sehingga
menganggu temannya yang sedang
fokus mengerjakan tugas.. dan kita
sudah tegur berulang kali tapi ini anak
tidak ada sama sekali tanda-tanda untuk
diam.. nah disini saya alihkan
perhatiannya dengan memberikan dia
kegiatan yang dia sukai, seperti
menyusun balok.
7. Bekerja sama dengan orang tuanya
“Biasa kalau sekolah adakan rapat guru
memberitahukan kepada orang tua
bahwa jangan terlalu memanjakan anak
seperti menuruti semua keinginannya
karna akan berdampak pada anak
kedepannya karena apabila tidak dituruti
anak akan marah. Begitupun jika anak
berada di lingkungan sekolah dia
menginginkan main yang di pegang
sama temannya dan apabila tidak
diberikan maka anak akan menunjukkan
perilaku marah/agresif. Dia akan
membawa sifat manja nya itu kedalam
lingkungan sekolah karena anak akan
beranggapan apapun yang dia minta
pasti dituruti. Jadi dalam
penanganan/tindakan yang diberikan
kita harus bekerja sama dengan orang
tua.
Hasil Wawancara Guru Pendamping
1. Narasumber : Guru Pendamping
2. Pendidikan terakhir : S1 PAUD
3. Waktu : 11:00 – 11:30
4. Tanggal Wawancara : 06 Desember 2020
5. Lokasi Wawancara : Panti Asuhan
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Apakah ibu mengetahui apa itu
perilaku agresif?
Menurut saya, anak yang memiliki
perilaku agresif yaitu anak yang
tidak mau diam, sangat aktif, suka
mengganggu, menyakiti, dll
2 Bagaimana bentuk perilaku agresif
yang sering dilakukan subjek?
Kalau secara verbal, sering
mencari perhatian ke guru
dengan berteriak atau berbicara
yang kurang baik, mengejek
temannya dengan nama yang
tidak baik. Agar dia
diperhatikan oleh guru.
Anaknya memang usil dek,
bukan hanya dengan teman
sebangku nya biasa dipukul
atau diganggu, biasa temannya
yang lain juga di usilin..
sampai-sampai ada temannya
yang menangis.. makanya kita
tidak pernah kasi berdekatan
AK dan AZ karena kedua anak
ini biasa dia berdebat bahkan
itu hari sampai berkelahi... tapi
kalau temannya yang di
ganggu itu anaknya berani
kayak AZ biasa dia balas juga
misalnya tadi itu kalau AK
memukul.. dia pukul balik.
Tapi kalau temannya itu
pendiam kodong itumi biasa
yang menangis
3 Faktor apa sajakah yang
menyebabkan anak berperilaku
agresif ?
Menurut saya penyebabnya
bermacam-macam ya dek, bisa
jadi faktor bawaan sejak kecil,
kurang perhatian atau di
lingkungan sekitarnya itu anak
biasa melihat hal-hal yang
kurang baik.. entah itu
ucapan,ataupun perbuatan
karena daya tangkap anak itu
cepat sekali, jadi apa yang
mereka lihat pasti dia tiru. dan
juga ada teori yang pernah saya
baca mengatakan bahwa anak
dilahirkan dalam keadaan
kosong itu ibaratakan seperti
kertas putih bersih, pengalaman
dan lingkungannya lah yang
akan mepengaruhi dan membuat
anak tersebut berkembang. jadi
jangan kita perlihatkan ke anak
hal hal yang tidak baik,
misalnya kita membentak
otomatis anak itu anak meniru
apa yang kita lakukan, perlu
kehatian hatian saja dek.
4 Apa saja yang biasa diucapkan
anak agresif pada saat
membantah/tidak mematuhi
perintah ibu?
Banyak dek, biasa kalau disuruh
duduk ada saja balasan nya
misalnya nda mauja duduk bu
guru, biarma disini deh.
5 Bagaimana tanggapan ibu jika anak
berperilaku agresif baik itu secara
verbal maupun non verbal?
Misalnya dia menunjukkan
sikap membantah atau
mengejek.. kita nasehati itu anak
bahwa apa yang dilakukan itu
tidak baik.. terus ditanya „kalau
kita membantah guru/orang tua
kita bisa berdosa, jadi tidak
bolehki membantah apa yang
diucapkan sama ibu guru karena
itu juga demi kebaikan nya
anak-anak.. bisa juga
mengatakan mau tidak jadi anak
yang nakal seperti yang di
pinggir jalan itu? Dan anak
menjawab.. tidak mau bu guru..
nah maka dari itu jangan suka
membantah apa yang ibu
gurunya bilang.
6 Apakah kondisi tertentu saja anak Waktu tertentu saja dek.
berperilaku agresif atau dalam
setiap kondisi?
7 Bagaimana tanggapan ibu jika anak
mengadukan masalah setelah
dilukai oleh subjek ?
Pertama itu saya panggil anak
yang dilukai, terus kita tanya,,
diapakan ki tadi nak? Dan anak
menjawab „na lukai tanganku bu
guru berdarah ki‟ dan saya
panggil juga anak yang agresif
yang sudah lukai temannya „
mau tidak ibu lukai juga
tangannya sampai berdarah‟
saya biasa ancam dia dan saya
nasehati anak bahwa apa yang
dia lakukan itu merugikan orang
lain.
8 Bagaimana perilaku anak agresif
ketika diberikan kegiatan atau tugas
oleh ibu?
Pada saat diberikan tugas biasa
dikerjakan dan biasa juga tidak
mau, tidak menetu dia.. biasa
sementara temannya
mengerjakan tugas dia ajak
cerita, yang tadinya temannya
fokus kerja tugas lalu dia datang
ajak cerita sehingga temannya
terlambat mi kerja tugas gara-
gara diajak terus cerita.
9 Apa yang ibu lakukan ketika anak
yang berperilaku agresif itu mau
duduk diam dan mengerjakan tugas
yang diberikan oleh ibu ?
Misalnya hari ini AZ dan AK
sudah mau mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru dengan
baik, jadi besok-besok harus
rajin kerja tugasnya supaya
dapat nilai yang bagus atau pada
hari itu anak tidak lagi
memukul, membantah dan
menganggu atau menyakiti
temannya... maka saya berikan
pujian, hadiah berupa bintang
yang terbuat dari kertas lalu
diberikan pada anak.
10
Apakah subjek pernah terlibat
perkelahian?
Dulu itu sering sekali berkelahi,
sampai-sampai saya sama ibu itu
pusing.. karena bisa dibilang
hampir setiap hari „saya pernah
berpikiran ingin pindahkan
dikelas sebelah saking tidak
bisanya mi di nasehati terus
menerus.. saya berfikiran seperti
itu dulu dek.. dan Alhamdulillah
lama kelamaan sedikit demi
sedikit ada perubahan karena
sudah jarangmi berkelahi..
walaupun sekarang masih biasa
terlibat perkelahian tapi tidak
seperti dulu yang tiap hari. Kami
menggunakan banyak cara dek
dan kalau untuk nasehat itu
hampir tiap hari dinasehati
bahkan bukan hanya anak
berperilaku agresif saja tapi
anak yang lain juga.
11
Siapa yang membantu ibu dalam
menangani anak yang berperilaku
agresif?
Biasa dibantu oleh guru kelas,
kan perkelas itu ada 2 guru nya
dek.
12 Penanganan seperti apa yang ibu
terapakan pada anak berperilaku
agreisf?
1. Diberikan nasehat
Biasanya yang saya
lakukan itu adalah
mendekati anak terlebih
dahulu kemudian saya
nasehati, bahwa perilaku
agresif yang dilakukan
itu bisa merugikan diri
sendiri dan juga orang
lain.
2. Diberikan pujian atau
hadiah
Misalnya, ketika anak
agresif sudah mau
mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru
dengan baik atau pada
hari itu anak tidak lagi
memukul, membantah
dan menganggu atau
menyakiti temannya...
maka saya berikan
hadiah berupa bintang
yang terbuat dari kertas
lalu diberikan pada anak.
3. Membiasakan anak
untuk minta maaf
Apabila anak melakukan
kesalahan baik itu ke
temannya maupun ke
guru, kita selalu ajarkan
anak untuk meminta
maaf walaupun itu
masalah yang ringan..
supaya anak ingat
apabila dia melakukan
kesalahan dia akan
segera meminta maaf.
4. Cara menghadapi
masalah yang anak
lakukan
Kalau saya itu dek,
apabila anak melakukan
suatu kesalahan terus
sudah di nasehati
berulang kali tapi dia
tidak dengar, maka saya
panggil nama anak
dengan yang suara keras
dan saya tunjukkan
eksperesi marah ke anak
dan kalau tiak mau
berhenti biasa saya
asingkan dek.
5. Kalau hukuman fisik
saya tidak terapkan dek..
hal pertama itu berikan
nasehat misalnya jangan
menedang temannya
kalau sedang bermain..
kalau kita di tendang
mauki.. saya kembalikan
kepada anak bahwa apa
yang dia lakukan itu
menyakiti temannya..
tapi kalau sudah
berulang kali saya
nasehati tapi dia tidak
dengar biasa saya marahi
dek.
6. Mengalihkan perhatian
anak dengan
memberikan aktivitas
yang disukai Contohnya,
ini anak tidak diam dia
selalu berkeliaran
menganggu temannya,
disini kita bisa alihkan
perhatian anak yang tadi
fokus ganggu temannya
dengan kita memberikan
anak aktivitas lain yang
sesuai dengan
kemampuan anak,
misalnya dia ingin
menggambar atau
mewarnai.
7. Dalam penanganan ini
orang tua juga sangat
berperang penting dek,
karena apabila anak
berada dirumah dan
keinginannya itu selalu
di penuhi akan
berdampak dimana pun
anak itu berada,, baik itu
di lingkungan
sekolahnya maupun
diluar.. karena saat itu
yang ada di dalam
fikiran anak, kalau saya
menginginkan sesuatu
pasti terpenuhi. Itumi
yang akan memunculkan
perilaku yang agresif
apabila keinginannya
tidak terpenuhi.
Instrumen Wawancara Orang Tua AZ
Nama : Rahmania
Hari/tgl : 09/12/2020
Waktu : 09.00- 09.30 WITA
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Maaf ibu, boleh tahu nama ibu
siapa?
2 Nama anak ibu siapa?
3 Apakah AZ kalau ke sekolah tidak
pernah kita tunggui ibu?
4 Apakah setiap hari ibu mengantar
AZ ke sekolah?
5 Apa ibu suka memanjakan AZ ?
6 Apa ibu sudah memberitahu kepada
neneknya untuk tidak memanjakan
AZ?
7 Kalau di rumah AZ main dengan
siapa ibu ?
8 Bagaimana sikap AZ ketika berada
di rumah ibu?
9 Menurut ibu apa yang menjadi
penyebab nya?
10 Bagaimana perilaku AZ ketika
berada di sekolah?
11 Bagaimana perilaku AZ ketika
mengikuti KBM ibu?
12 Bagaimana tanggapan ibu
mendengar itu?
13 Menurut pengamatan ibu,
bagaimana cara guru dalam
menangani anak yang berperilaku
agresif atau anak yang tidak mau
diam ketika KBM berlangsung?
Instrumen Wawancara Orang Tua AK
Nama : Iin Indriani
Hari/tgl : 08/12/2020
Waktu : 08.00- 08.30 WITA
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Maaf ibu, boleh tahu nama ibu
siapa?
2 Nama anak ibu siapa?
3 Kalau ke sekolah Ak masih kita
tunggui atau tidak ibu?
4 AK itu anak yang keberapa ibu?
5 Kalau di rumah AK bermainnya
sama siapa ibu ?
6 Kenapa AK bermainnya dengan
anak SD ibu, apakah di lingkungan
tempat tinggal ibu tidak ada anak
seusia AK?
7 Bagaimana pengamatan ibu tentang
perilaku anak SD tersebut?
8 Apakah AK meniru perbuatan
mereka ibu?
9 Apakah ibu tidak melarang AK
untuk tidak bergaul dengan
tersebut?
10 Apakah ibu pernah membicarakan
hal ini kepada orang tua anak
tersebut?
11 Kalau dirumah perilaku AK
bagaimana ibu?
12 Menurut ibu apa penyebab nya ?
.
13
Sebelumnya bagaimana perilaku
AK ibu?
14
Bagaimana perilaku AK ketika
berada di sekolah ibu?
15 Jika ibu melihat atau mendapat
informasi dari guru kelas/guru
pendamping, Apa yang ibu lakukan?
Hasil Wawancara Dengan Orang Tua AZ
Nama : Rahmania
Hari/tgl : 09/12/2020
Waktu : 09.00- 09.30 WITA
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Maaf ibu, boleh tahu nama ibu
siapa?
Ibu Rahma.
2 Nama anak ibu siapa?
AZ.
3 Apakah AZ kalau ke sekolah
tidak pernah kita tunggui ibu?
Dulu waktu awal-awal masuk sekolah itu
saya tunggui dek, dan sekarang sudah
tidak ditunggui mi.
4 Apakah setiap hari ibu
mengantar AZ ke sekolah?
Kadang-kadang dek, biasa dia mau saya
antar ke sekolahnya sebelum saya
berangkat kerja tapi kadang juga tidak
mau, biasanya yang sering antar itu
neneknya.
5 Apa ibu suka memanjakan AZ ?
Kalau saya dek tidak terlalu manjakan
dia, misalnya kalau anaknya berbuat
salah tetap saya marahi atau saya kasih
hukuman, misalnya hari ini dilarang main
hp. Tapi kalau sama neneknya AZ tidak
pernah dimarahi selalu dibela, maklum
karena cucu satu satu jadi selalu
dimanjakan.
6 Apa ibu sudah memberitahu
kepada neneknya untuk tidak
memanjakan AZ?
Biasaji saya kasi tahu dek untuk tidak
terlalu manjakan cucunya.. mungkin juga
karena terlalu sayang mi makanya
dituruti semua kemauannya.
7 Kalau di rumah AZ main
dengan siapa ibu ?
Biasa main sama anak tetangga dek.
8 Bagaimana sikap AZ ketika
berada di rumah ibu?
Kalau di rumah anaknya agak sedikit
keras, dan kalau minta sesuatu itu harus
dituruti sekarang kalau tidak kita turuti
mi apa yang na maui bisa ngambek,
marah bahkan sampai menangis dek dan
biasa barang-barang yang ada didekatnya
itu dilempar.
9 Menurut ibu apa yang menjadi
penyebab nya?
Mungkin karena sejak kecil itu sering
ditinggal karena saya sama ayahnya kan
kerja dan dirumah itu neneknya yang jaga
dan selalu juga dimanjakan, apa yang dia
mau selalu dituruti.
10 Bagaimana perilaku AZ ketika
berada di sekolah?
Kata gurunya itu AZ kalau main biasa
milih-milih teman dek, katanya kayak
buat kelompok misalnya kelompok robot
jadi yang menurutnya teman yang tidak
cocok tidak dikasi masukmi.
11 Bagaimana perilaku AZ ketika
mengikuti KBM ibu?
Kalau kata gurunya, ketika proses belajar
berlangsung anaknya tidak mau duduk
diam ada saja yang dia lakukan, entah itu
ganggu temannya, lari-lari dan kalau
sudah bosanmi biasa dia bermain sendiri.
12 Bagaimana tanggapan ibu
mendengar itu?
Padahal AZ sudah saya nasehati setiap
hari dek, supaya kalau di sekolah dia
tidak ulangi lagi perbuatannya,, biasa
saya bilang ke dia „kalau tidak mauki
nurut sama ibu guru ta nak, siapa mi mau
ajarki? Katanya mauki jadi anak pintar‟..
kalau anak pintar itu harus nurut apa yang
ibu guru sama orang tua nya bilang nak.
13
Menurut pengamatan ibu,
bagaimana cara guru dalam
menangani anak yang
berperilaku agresif atau anak
yang tidak mau diam ketika
KBM berlangsung?
Biasanya guru menegur dulu kemudian
anak dinasehati dek, dan ketika anak
sudah mau mendengar apa yang gurunya
bilang.. biasanya guru itu memberikan
pujian pada anak, diberi acungan jempol
atau diberikan hadiah berupa bintang
yang terbuat dari kertas. Dan kalau
anaknya tidak mau mendengar biasa guru
mendiamkan nya atau diasingkan dek
disuruh duduk sendiri.
14
Menurut pengamatan ibu apa
yang dilakukan oleh guru
apabila anak agresif mau duduk
diam dan mengerjakan
tugasnya?
Biasa kalau anak-anak mau mendengar
gurunya itu biasa dia diberikan pujian
dihadapan teman-temannya, seperti
diberikan acungan jempol, diberikan
tepuk tangan dan diberikan bintang.
15
Apa yang guru lakukan bila
anak yang berperilaku agresif
melakukan kesalahan?
Yang biasa saya lihat itu kalau anak
melakukan kesalahan guru memberikan
penjelasan tentang perbuatan yang
dilakukan dan setelah anak paham apa
yang mereka lakukan barulah guru
menyuruh anak meminta maaf, dan juga
kalau sudah jengkel biasanya guru
mendiamkan anak.
Hasil Wawancara Orang Tua AK
Nama : Iin Indriani
Hari/tgl : 08/12/2020
Waktu : 08.00- 08.30 WITA
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1 Maaf ibu, boleh tahu nama ibu
siapa?
Ibu Ani
2 Nama anak ibu siapa?
Namanya AK
3 Kalau ke sekolah Ak masih kita
tunggui atau tidak ibu?
Tidak dek, paling cuma antar sama jemput
saja.
4 AK itu anak yang keberapa
ibu?
AK anak saya yang pertama dek, dia
punya adek cewek umur 2th 3bulan.
5 Kalau di rumah AK
bermainnya sama siapa ibu ?
Biasa kalau pulang dari sekolah dia suka
main sama anak tentangga yang usia di
atasnya seperti usia SD, dia lebih sering
main diluar dibanding sama adeknya
dirumah.. mungkin karena adeknya
perempuan jadi jarang main sama-sama.
6 Kenapa AK bermainnya
dengan anak SD ibu, apakah di
lingkungan tempat tinggal ibu
tidak ada anak seusia AK?
Kalau anak seusianya itu adaji dek, tapi
itumi kebanyakan anak cewek disekitaran
rumah dan begitumi anaknya tidak mau
main kalau sama anak cewek, dia lebih
suka main dengan anak cowok terus anak-
anak cowok disini rata-rata usia SD mi.
7 Bagaimana pengamatan ibu
tentang perilaku anak SD
tersebut?
Kalau saya perhatikan itu macam-macam
perilaku nya dek, ada yang anaknya
pendiam, ada juga yang nakal.. itumi biasa
yang nakal selalu pukul/jitak kepalanya
temannya, biasa saling meneriaki,
berbicara kurang sopan dan serimg sekali
bombe-bombe (tidak diajak cerita) kadang
juga sampai berkelahi dek.
8 Apakah AK meniru perbuatan
mereka ibu?
Kadang-kadang, nama nya juga anak kecil
dek dia belum bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk.
Sebenarnya saya sebagai orang tua juga
khawatir dek.
9 Apakah ibu tidak melarang AK
untuk tidak bergaul dengan
tersebut?
Pastimi saya larang dek malahan sudah
sering saya larang, begitumi kalau
dilarang langsungki marah biasa sampai
menangis mau keluar bermain sama
temannya.
10 Apakah ibu pernah
membicarakan hal ini kepada
orang tua anak tersebut?
Iya pernah dek, dan apaji dia bilang
„namanya juga anak-anak bu apa saja yang
dilihat pasti ditiru‟. Katanya seringji juga
anaknya ditegur kalau sudah
mengeluarkan kata-kata yang tidak baik.
Tapi begitumi biasa kalau anak-anak kita
tegur dia kayak acuh dan tidak peduli.
11 Kalau dirumah perilaku AK
bagaimana ibu?
AK dari umur 3 bulan itu sudah mulai
aktif dek sampai sekarang. Kalau dirumah
itu anaknya tidak mau diam dek ada saja
yang dilakukan. Biasa berkelahi sama
adeknya terus kalau saya tegur biasa dia
marah-marah dan kadang sampai adeknya
dipukul. Semenjak dia selalu main dengan
anak SD itu suka sekali marah dan kalau
marah mi biasa dilempar mainannya atau
apapun yang dia pegang. Dan sekarang
itu kalau saya tidak awasi sama adeknya
biasa berkelahi gara-gara hal kecil saja
dan saya biasa bilang ‟tidak bolehki
berkelahi sama adek nak,, kasihan
adeknya karena masih kecil, katanya AK
sayang sama adek kalau selaluki berkelahi
sama adek nanti adeknya diambil sama
kakak dian (sepupu subjek)‟ dan perlahan
dia sudah mulai paham dek dan sekarang
sudah jarang berkelahi sama adeknya,
Walaupun masih sering marah.
12 Menurut ibu apa penyebab nya
?
Penyebabnya itu karena itu tadi dek dia
suka main dengan anak-anak yang usia
nya sudah SD dan juga memiliki perilaku
yang kurang baik.
13
Sebelumnya bagaimana
perilaku AK ibu?
Dulu sebelum dia kenal dengan anak-anak
diluar rumah anaknya itu penurut dek
kalau saya nasehati dia mau dengar,
anaknya juga jarang marah, apalagi
sampai pukul adeknya.. walaupun
memang dia itu anaknya aktif.
14
Bagaimana perilaku AK ketika
berada di sekolah ibu?
Kalau di sekolah seperti biasa dia bergaul
ji dengan temannya, hanya saja kalau
temannya mungkin lagi iseng menyenggol
biasa dia balas dengan memukul temannya
bahwa sampai di tendang kodong. Kalau
perbuatan nya itu sudah kelewatan dek,
saya biasa ditelfon sama guru kelas/guru
pendamping nya atau kalau saya
berhalangan hadir dia kirim foto AK
dengan anak yang di pukul tadi.
15 Jika ibu melihat atau mendapat
informasi dari guru kelas/guru
pendamping, Apa yang ibu
lakukan?
Biasa nya saya langsung marahi AK dek.
DOKUMENTASI
Perilaku anak agresif ketika memukul temannya
Perilaku anak agresif ketika menindih temannya
Menarik rambut temannya
Mencubit temannya
Menendang temannya
Menganggu temannya
Memukul kepala temannya
Mendorong dan menindih temannya
Berkelahi dengan temannya
Anak agresif yang menganggu temannya ketika sedang belajar
Anak agresif berkelahi dengan temannya
Ketika temannya menangis
Guru menasehati setelah anak melakukan perilaku agresif
Ketika anak agresif diasingkan oleh guru
Ket. Wawancara guru kelas
Ket. Wawancara guru pendamping
Ket. Mengurus persuratan dengan kepala sekolah
Ket. Wawancara orang tua AK
Ket. Wawancara orang tua AZ
RIWAYAT HIDUP
AINUN ISLAMIYAH, Lahir di Barru pada tanggal 09
April 1998. Penulis Penulis adalah anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan tahir supu dan dan hj nasriyah.
Penulis memulai pendidikan TK PGRI Lawallu 2009,
kemudian penulis memulai pendidikan SD inpres lawallu
pada tahun 2010, kemudian pada tahun yang sama pula penulis memulai
pendidikan menegah pertama di SMP 2 Barru dan tamat pada tahun 2013,
selanjutnya pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SMA 2 Barru.
Penulis menyelesaikan pendidikan menegah atas pada tahub 2016 dan ditahun
yang sama memulai pendidikan di bangku perguruan tinggi tepatnya di
Universitas Muhammadiyah Makassar, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini.