ekosistem intertidalblog.ub.ac.id/ahmadbeni02/files/2014/01/ekosistem-intertidal.pdf · a) melekat...
TRANSCRIPT
EKOSISTEM INTERTIDAL
MULYANTO
FPIK – UB
KARAKTERISTIK
• Kawasan sempit (antara pasang tertinggi
– surut terendah).
• Variasi factor lingkungan besar.
• Keanekaragaman hayati tinggi.
KOMPONEN ABIOTIK
1. PASANG SURUT
1) pasut DIURNAL satu
pasang naik dan satu
pasang turun
2) pasut SEMIDIURNAL
dua pasang naik dan
dua pasang turun
3) pasut CAMPURAN
campuran diurnal dan
semidiurnal
1. PASANG SURUT
Pengaruh kombinasi pasang surut - waktu
• Perbedaan lamanya waktu kering dan terendam air,
mempengaruhi organisme (1) menghadapi suhu letal /
kehilangan air, (2) kesempatan mencari makan, (3)
penyebaran.
• Di daerah tropik, surut terjadi pada waktu hari gelap
(malam hari, dini hari, petang hari), maka flora fauna
menghadapi suhu yang lebih rendah dan kehilangan
lebih sedikit air, akibatnya keragaman organisme lebih
tinggi dibandingkan di daerah dimana pasang-turun
terjadi pada siang hari.
• Keteraturan pasang surut menimbulkan irama tertentu
dalam kegiatan organisme pantai, misalnya pemijahan
dan mencari makan.
2. OMBAK
• secara mekanik menghancurkan & menghanyutkan materi.
• memperluas batas zona pasang surut.
• mencampur & mengaduk gas atmosfer ke dalam laut, menyebabkan oksigen terlarut naik.
• mengaduk substrat.
3. SALINITAS
• waktu surut jika turun hujan maka salinitas turun drastis.
• Di genangan air, jika hujan turun salinitas turun, jika penguapan tinggi salinitas naik.
4. SUHU
• Kisaran lebar, jika
batas lethal
organisme terlampaui
dapat menyebabkan
kematian.
• Kenaikan suhu
menyebabkan
organisme banyak
kehilangan
kandungan air.
IKAN INTERTIDAL
• ukuran kecil, pipih
dan memanjang
(Blenniidae,
Gobiidae) atau
gepeng (Cottidae,
Gobiesocidae),
memungkinkan
tinggal di lubang,
saluran, celah,
lekukan untuk
berlindung dari
kekeringan dan
gerakan ombak.
• Ikan Intertidal yang Dominan :
Famili Blenniidae (A), Gobiidae
(B), Gobiesocidae (C) dan
Cottidae (D) (Nybakken, 1988)
• Ikan yang beradaptasi,
hidup di luar air adalah
ikan belodok
(Periophthalmus).
ADAPTASI ORGANISME
1. DAYA TAHAN THD KEHILANGAN AIR
1) Toleransi tinggi dengan sistem jaringan, ketika
air surut tubuh menyusut dan kering, ketika air
pasang tubuh menyerap air.
Contohnya alga Porphyra, Fucus, Enteromorpha
mempunyai toleransi kehilangan air sampai 60 –
90%, chiton 75%, limpet 30 – 70%.
1. DAYA TAHAN THD KEHILANGAN AIR
2) Berpindah untuk mencari microhabitat yang lebih
baik, misalnya kepiting
3) Teritip dan kerang (Mytilus edulis) menutup rapat
cangkang, limpet (Armaea, Collisella dan Patella)
menempel rapat pada batu, siput (Littorina)
mempunyai opercula yang menutup rapat celah
cangkang, anemone (Actinia) dan hydroid (Clava
squamata) menghasilkan lendir (mucus),
organisme infauna mengubur diri.
1. DAYA TAHAN THD KEHILANGAN AIR
4) Organ pernafasan dimasukkan dalam rongga
perlindungan untuk mencegah kekeringan,
contohnya pada moluska insangnya terdapat
dalam rongga mantel yang dilindungi cangkang,
teritip bernafas dengan jaringan mantelnya.
5) Tekanan salinitas, hewan intertidal tidak
mempunyai mekanisme untuk mengontrol kadar
garam cairan tubuhnya (osmokonformer).
Adaptasinya adalah dengan menutup diri rapat –
rapat.
2. PEMELIHARAAN KESEIMBANGAN PANAS
1) Pengurangan panas yang didapat dari
lingkungan
cara : memperbesar ukuran tubuh relatif, berarti
perbandingan antara luas permukaan dengan
volume tubuh menjadi lebih kecil, sehingga luas
daerah tubuh yang mengalami peningkatan
suhu menjadi lebih kecil.
Tubuh yang lebih besar memerlukan waktu
yang lebih lama untuk bertambah panas
dibandingkan dengan tubuh yang lebih kecil.
Contoh : gastropoda Littorina littorea dan
Olivella biplicata.
2. PEMELIHARAAN KESEIMBANGAN PANAS
2) Meningkatkan kehilangan panas dari tubuh
a) Memperluas dan memperbanyak ukiran
cangkang untuk memudahkan hilangnya panas,
contoh Tectarius muricata dan Nodolittorina
tuberculata.
b) Warna terang (warna gelap memperbesar
absorpsi panas), contoh siput Nerita peleronta
(Karibia) dan Littorina unifasciata (Selandia
Baru).
c) Penguapan air.
2. PEMELIHARAAN KESEIMBANGAN PANAS
2) Meningkatkan kehilangan panas dari tubuh
Untuk memudahkan keseimbangan ini,
organisme intertidal
• Mempunyai persediaan air dalam rongga mantel
(teritip dan limpet).
• Mampu mempertahankan kekeringan.
• Mempunyai kemampuan untuk mengurangi laju
kehilangan air dari jaringan.
3. TEKANAN MEKANIK
1) Untuk mempertahankan posisi menghadapi
gerakan ombak dan pasang surut, dengan cara :
a) Melekat kuat pada substrat, contoh teritip, tiram,
dan cacing polikaeta Serpulida.
b) Membentuk benang bisal / bysus yang dapat
menambat dengan kuat, dapat putus dan dibuat
kembali, contoh Mytilus edulis.
c) Kaki kuat dan besar dilekatkan pada substrat,
contoh limpet dan chiton.
d) Mempertebal cangkang dan mengurangi ukiran
tubuh yang mudah pecah jika terkena ombak.
4. TINGKAH LAKU
1) Cara Makan, hewan intertidal aktif makan ketika air
pasang dan tubuhnya terendam air.
2) Organisme intertidal hidup menetap dan melekat, dalam
penyebarannya menghasilkan telur dan larva yang
terapung bebas sebagai plankton.
3) Daur perkembangbiakan seirama dengan munculnya
arus pasang surut tertentu, misalnya pada waktu pasang
purnama. Contonya Mytilus edulis gonadnya dewasa
pada waktu pasang purnama dan pemijahan
berlangsung pada waktu pasang perbani, Littorina
neritoides telurnya diletakkan pada saat pasang
purnama.
PANTAI BERBATU
ZONASI
1) Tepi supralitoral (teratas), batas bawahnya merupakan
batas atas untuk teritip, melebar ke atas untuk siput
Littorina, bersama lumut hitam (Verrucaria). Zona ini
dapat dicapai oleh air pasang purnama yang sangat
tinggi, tetapi umumnya dicapai oleh deburan ombak
saja.
2) Midlitoral (bagian tengah), zona terluas, batas atas
bertepatan dengan batas teratas teritip, batas bawah
ditempati oleh kelp yang besar (Laminaria) dan yang
dominan adalah teritip.
3) Tepi infralitoral, membentang dari surut terendah sampai
batas teratas dari kelp besar, dihuni oleh organisme
yang dapat bertahan dari keterbatasan keterbukaan
terhadap udara.
PENYEBAB ZONASI
1) Faktor fisik. Zona terbentuk akibat fenomena pasang
surut, oleh karena itu mencerrminkan perbedaan toleransi
organisme terhadap peningkatan keterbukaan terhadap
udara dan hasilnya adalah sentuhan sinar matahari,
kekeringan dan suhu yang ekstrem.
• Sinar matahari, khususnya gelombang ultraviolet, di laut
dengan cepat diserap oleh air sehingga hewan laut
terlindungi dari pengaruh gelombang ini, tetai di kawasan
pasang surut dapat membahayakan organisme.
• Topografi lebih beragam karena adanya celah – celah,
kemiringan yang menghadap ke arah yang berbeda,
kondisi kelembaban berbeda, ada empang atau
genangan pasang.
PENYEBAB ZONASI
1) Faktor biologi, melalui (1) persaingan ruang yang
intensif, (2) pemangsaan yang mencegah adanya
monopoli sumber dan pembentukan kelompok,
(3) grazing (herbivore) yang dominan adalah
limpet (Patella vulhata, Acmaea, Collisella), bulu
babi dan siput (Littorina littorea).
PENYEBAB ZONASI
Zonasi di intertidal disebabkan oleh interaksi faktor
– faktor fisik dan biologi. Larva 2 jenis teritip
Chthamalus stellatus dan Balanus balanoides
menempati daerah yang luas. Faktor fisik
terutama kekeringan, menjadi batas kehidupan B.
balanoides di atas tinggi air rata-rata pada
pasang perbani. Persaingan antara B. balanoides
dan C. stellatus di dalam zona antara pasang
surut rata – rata dan tinggi air rata –rata pada
pasang perbani yang kemudian menghilangkan
C. stellatus (Gambar).
PENYEBAB ZONASI
Zonasi akibat Interaksi Faktor Fisik dan Biologi
(Nybakken, 1988)
PANTAI BERPASIR
KONDISI LINGKUNGAN
1) Gerakan ombak dan pengaruh yang
menyertainya pada ukuran partikel. Kepentingan
ukuran partikel bagi kelimpahan dan penyebaran
organisme adalah pengaruhnya terhadap retensi
air dan kesesuaiannya untuk digali. Pasir yang
halus, melalui gaya kapilernya, cenderung
menampung air lebih banyak di atas tingkat
pasang surut dalam celahnya setelah air surut
dan lebih mudah digali, sehingga dapat menjadi
tempat berlindung yang baik bagi hewan pada
waktu kekeringan. Pasir yang kasar dan kerikil
cepat mengalirkan air ketika surut dan lebih sulit
digali.
KONDISI LINGKUNGAN
2) Pergerakan substrat. Partikel pasir dan kerikil
tidak cukup besar untuk tetap stabil jika ada
ombak. Akibatnya setiap ada ombak datang
partikel substrat akan terangkut, teraduk dan
terdeposit kembali. Oleh karena itu partikel –
partikel bergerak dan dipisah – pisahkan secara
teratur. Akibatnya hanya sedikit organisme besar
yang mempunyai kemampuan untuk menetap
secara permanen di permukaan, menyebabkan
pantai kelihatan tandus.
KONDISI LINGKUNGAN
• Pasir merupakan penyangga yang baik bagi
perubahan suhu dan salinitas yang besar, ini
akibat dari sifat pasir sebagai penyekat dan
adanya air yang tertahan di dalamnya.
• Pasir berwarna kusam, tidak tembus sinar dan
memantulkan atau menyerap sinar di lapisan
permukaan. Keterbukaan terhadap sinar
matahari dan kekeringan bukan masalah karena
pasir dapat menahan air, sehingga tetap lembab.
KONDISI LINGKUNGAN
3) Kandungan oksigen, di permukaan bukan
merupakan faktor pembatas karena turbulensi
ombak, di dalam substrat dapat menjadi faktor
pembatas. Sedimen yang halus mempunyai
pertukaran air yang lambat dan dapat
mengurangi persediaan oksigen, sebaliknya
sedimen kasar mempunyai laju pertukaran air
yang cepat dan persediaan oksigen lebih
terjamin.
ZONASI
1) Bagian paling atas (= tepi supralitoral) di daerah
iklim sedang dihuni oleh krustacea amfipoda
talitrid (pelompat pantai), di daerah tropis dihuni
oleh kepiting hantu yang bergerak cepat
(Oxypode). Kedua hewan ini merupakan
penggali dan pemakan bangkai.
2) Bagian litoral yang luas dihuni isopoda family
Cirolanidae dan kepiting pasir.
3) Bagian paling bawah (infralitoral) dihuni kerang
surf, dolar pasir, cacing polichaeta, krustacea,
siput karnivora besar (Natica, Polinices).
ZONASI
Zonasi Pantai Berpasir (Nybakken, 1988)
KOMPONEN BIOTIK
2) Makrofita tidak ada dan diatom terbatas hanya di
permukaan, oleh kerena itu produktifitas primer
sangat kecil.
3)Karnivora di bawah permukaan pasir antara lain
polichaeta Nepthys dan Glycera, siput bulan
family Naticidae.
KOMPONEN BIOTIK
1) Hewan pantai kebanyakan pemakan bahan
tersuspensi dan detritus, tergantung dari
fitoplankton dan detritus yang terbawa oleh
ombak / gelombang, atau memakan hewan lain.
Hewan pemakan bahan tersuspensi antara lain
kerang pisau cukur (Siliqua, Ensis), kerang surf
(Tivela, Spisula) dan kerang coquinas (Donax).
Hewan pemakan detritus antara lain kepiting
pasir (Emerita analoga, Blepharipoda
occidentalis), gastropoda (Olivella columellaris).
Polichaeta mencerna pasir dan menyerap
partikel organik, dolar pasir memakan detritus
dan deposit.
KOMPONEN BIOTIK
2) Makrofita tidak ada dan diatom terbatas hanya di
permukaan, oleh kerena itu produktifitas primer
sangat kecil.
3) Karnivora di bawah permukaan pasir antara lain
polichaeta Nepthys dan Glycera, siput bulan
family Naticidae.
ADAPTASI ORGANISME
Adaptasi terhadap substrat yang tidak stabil
1) Menggali substrat sampai mencapai kedalaman
yang tidak dapat lagi dipengaruhi oleh
gelombang yang lewat, dan sebagian hewan
melengkapi diri dengan cangkang yang berat.
Contoh kerang besar Tivela stultorum, kerang
Pismo.
2) Menggali dengan cepat, segera setelah
gelombang memindahkannya dari substrat.
Contoh cacing anelida, kerang kecil Donax,
kerang pisau cukur Siliqua, krustasea, kepiting
pasir family Hippidae.
ADAPTASI ORGANISME
3) Cangkang moluska yang licin untuk mengurangi
resistensi ketika mengubur diri dalam pasir, atau
duri ekinodermata pantai seperti dolar pasir (sand
dolar) yang tereduksi untuk memudahkan
mengukur diri dalam pasir.
• Dolar pasir kecil (Dendraster excentricus)
mengakumulasi senyawa besi dalam daerah
khusus di saluran pencernaannya, yang
berfungsi sebagai ‘ikat pinggang besi’ untuk
menahannya tetap berada di bawah ketika
gelombang datang.
ADAPTASI ORGANISME
4) Untuk mencegah penyumbatan permukaan alat
pernafasan oleh pasir yang tersuspensi, (1)
saluran masuk pernafasan pada kerang pantai
dilengkapi penyaring (sekat) yang mencegah
pasir masuk, tetapi air tetap masuk, (2) antenna
kepiting pasir saling melekat membentuk tabung
ke permukaan sebagai saluran air masuk ke
ruang insang. Antena dilengkapi rambut – rambut
untuk mencegah masuknya pasir.
RANTAI MAKANAN
Rantai makanan di pantai berpasir bersumber
dari dua produsen, yaitu plankton dan debris
1) Plankton dimangsa oleh kepiting pasir pemakan
detritus (Blepharipoda occidentalis, Emerita
analoga), kerang surf (Tivela stultorum), kerang
coquinas (Donax) dan gastropoda (Olivella
columellaris). Olivella dimangsa ikan, Tivela
dimangsa jelarang laut dan siput karnivora
(Polinices), Donax dimangsa Polinices,
selanjutnya Polinices dimangsa jelarang laut dan
ikan.
RANTAI MAKANAN
2) Debris dikonsumsi oleh amfipoda, polichaeta
Nepthys, kepiting pasir (Blepharipoda
occidentalis, Emerita analoga) dan
Thoracophelia. Amfipoda dimangsa burung,
Blepharipoda dimangsa Nepthys yang kemudian
dimangsa burung dan ikan, Emerita dimangsa
Thoracophelia, kemudian Thoracophelia dan
Emerita dimangsa ikan.
Jaring Makanan di Pantai Berpasir (Nybakken, 1988)
PANTAI BERLUMPUR
FAKTOR FISIK
Ukuran partikel sangat halus dan sudut dasar
sedimen datar, menyebabkan air dalam sedimen
tidak mengalir keluar dan tertahan dalam
substrat. Lamanya waktu penyimpanan air dan
amat jarangnya perganitan air interstitial dengan
air laut dan bakteri internal yang tinggi, biasanya
menghasilkan menurunnya kadar oksigen di
dalam sedimen yang terletak hanya beberapa
sentimeter di bawah permukaan. Kondisi
anaerobik ini tersebar merata di dalam sedimen
dan merupakan salah satu sifat (ciri) yang
penting dari pantai berlumpur.
ADAPTASI ORGANISME
1) Kemampuan menggali substrat dan membentuk
saluran yang permanen dalam substrat.
2) Untuk hidup dalam kondisi anaerobik atau harus
membuat jalan yang dapat mengalirkan air dari
pernukaan yang mengandung oksigen.
TIPE ORGANISME
1) Di atas permukaan lumpur tumbuh diatom
dengan melimpah, alga merah (Glacilaria), alga
hijau (Ulva dan Enteromorpha), di daerah surut
terendah terdapat rumput laut Zostera.
2) Di lapisan dalam terdapat bakteri kemosintetik
atau bakteri sulfur mendapatkan energi dari
hasil oksidasi beberapa senyawa sulfur yang
tereduksi, seperti sulfide (H2S). Organisme ini
merupakan produsen primer bahan organik
yang analog dengan tumbuhan hijau.
3) Makrofauna antara lain cacing polichaeta,
bivalva, krustacea.
STRUKTUR TROPIK
1) Polichaeta pemakan deposit yaitu Arenicola dan
Capitella, makan dengan cara menggali substrat,
mencerna dan menyerap bahan organik (bakteri),
dan mengeluarkan bahan yang tidak dicerna
melalui anus.
2) Bivalva pemakan deposit adalah tiram Macoma
dan Scrobicularia, mempunyai sifon yang bekerja
seperti alat menghisap debu, menyerap partikel
bahan organik dan membawanya ke arah tiram
untuk dicerna.
STRUKTUR TROPIK
• Pemakan suspensi hidup di sedimen yang lebih
kasar.
• Karnivora pada saat pasang adalah ikan, pada
saat air surut burung.
• Predator cacing polichaeta Glycera, siput bulan
(Polinices, Natica) dan kepiting.
RANTAI MAKANAN
• Rantai makanan di pantai berlumpur bersumber
dari dua macam produsen yaitu detritus dan
diatom dengan puncaknya polichaeta Nereis
diversicolor dan ikan
• Detritus dikonsumsi oleh bakteri, kemudian
berturut-turut kopepoda, Turbelaria, Nereis dan
ikan.
• Bakteri dimakan oleh cacing nematode
(herbivore), juga oleh pemakan deposit.
Nematode dan pemakan deposit dimangsa oleh
Nereis, yang kemudian dimangsa oleh karnivora
dan predator siput bulan, ikan dan burung..
RANTAI MAKANAN
• Diatom dimangsa oleh protozoa, bakteri,
kopepoda, ostracoda, nematoda, korofium,
oligochaeta dan hidrobia. Organisme-organisme
ini kemudian dimangsa oleh Nereis diversicolor,
selanjutnya oleh ikan dan burung.
Jaring Makanan di Pantai Berlumpur (Nybakken, 1988)
REFERENSI
1. McConnaughey, B.H and R. Zottoli. 1983.
Pengantar Biologi Laut. The C.V. Mosby
Company. London.
2. Nybakker, J.W. 1988. Biologi Laut. Suatu
Pendekatan EKologis. PT. Gramedia. Jakarta.
3. Odum, E.P. 1996. Dasar Dasar Ekologi. Edisi ke-
3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.