eksistensi monumen mandala sebagai karya seni rupa …

95
i EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA TIGA DIMENSI DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mengikuti Ujian Skripsi Pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: ST. HARDIANTI. T 10541 0792 14 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019/2020

Upload: others

Post on 31-Dec-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

i

EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA

SENI RUPA TIGA DIMENSI DI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mengikuti Ujian

Skripsi

Pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

ST. HARDIANTI. T

10541 0792 14

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019/2020

Page 2: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …
Page 3: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …
Page 4: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …
Page 5: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …
Page 6: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

iv

ABSTRAK

ST.HARDIANTI.T. 2020. Eksistensi Monumen Mandala sebagai Karya Seni

Rupa Tiga Dimensi di Kota Makassar. Program Studi Pendidikan Seni Rupa S1.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makasaar.

(Dibimbing oleh Andi Baetal Muqaddas dan Meisar Ashari).

Penelitian ini bertujuan: (i)Untuk mengukur eksistensi Monumen

Mandala sebagai karya seni rupa tiga dimensi di Kota Makassar (ii) Untuk

mengetahui bentuk dan fungsi Monumen Mandala sebagai karya seni rupa di Kota

Makassar. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Dengan objek penelitian ini adalah Monumen Mandala, Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan wawancara. Adapun teknik

analisis data yang digunakan yaitu Teknik penelitian kepustakaan dan penelitian

lapangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (i) Eksistensi Monumen

Mandala sebagai karya seni rupa tiga dimensi dari segi bentuk bangunan tidak

mengalami perubahan bentuk ataupun tema, Monumen Mandala masih

mempertahankan filosofi sejarah perjuangan yang tersirat di dalamnya sehingga

eksistensinya sebagai Monumen Pembebasan Irian Barat masih dipertahankannya,

akan teteapi dilihat dari banyaknya permasalahan yang muncul salah satunya

akibat sarana dan prasarana yang kurang memenuhi standar sehingga

menyebabkan menurunnya eksistensi Monumen Mandala di mata masyarakat. (ii)

Monumen Mandala memiliki ketiga aspek dalam Fungsi seni, yaitu memiliki

fungsi personal, fungsi sosial dan fungsi fisik di dalam sebuah karya seni rupa tiga

dimensi.

Kata Kunci: Eksistensi, Bentuk, Fungsi, Monumen Mandala

Page 7: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Innamal a’malu binniyat (…)”

Artinya, Sesungguhnya amal itu tergantung niat (…)

(Sabda Rasulullah SAW)

“Tidak penting seberapa lambat kita menggapai garis finish,

selagi kita tidak berhenti ditengah-tengah arena. Maka tentukan

pilihanmu dengan tanpa penyesalan” (penulis)

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai

kesanggupannya”

(QS Al Baqarah 286)

Kupersembahkan Dharma Baktiku kepada Kedua orang tuaku

tercinta Bapak Tahir dan Mama Juliana terkasih yang dengan susah

payah telah membesarkan, mendidik, membiyai dan selalu mendoakan

keberhasilan dan menginginkanku menjadi Manusia yang baik. Serta

untuk adik-adikku tersayang Ardi, Agung dan seuruh keluargaku

tercinta.

Terima Kasih juga kepada Sahabat- sahabatku Ayu, Sinar, Ego, Fatul, Ardi,

Kak Rep,Kak Amin, Kak Mail , dan teman-teman seperjuangan Pterodactyl

2014, maaf semuanya yang tidak sempat disebutkan namanya. Terima

kasih telah ikhlas menemani, memotivasi dan mendoakan serta memberi

dukungan moralnya. Tak lupa pula kepada para dosen dan terkuhus kepada

dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi arahan sehingga

dapat mewujudkan harapan dalam menggapai gelar sarjana.

Page 8: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

vi

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul

“Eksistensi Monumen Mandala sebagai Karya Seni Rupa Tiga Dimensi di

Kota Makassar” Shalawat dan salam tidak lupa dikirimkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW yang telah menunjukkan cahaya bagi umatnya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperolah gelar sarjana

pada program Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan berbagai pihak, skipsi ini

tidak dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada kedua orangtua Ayahhanda Muh.Tahir Tampa, Ibunda Yuliana Tefu, dan

saudara-saudaraku Muhammad Ardiansyah Tahir dan Muhammad Agung

Permana Tahir. Yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, mendoakan dan

membiayai penulis selama pencarian ilmu. Serta seluruh keluarga yang senantiasa

menemani dan memberikan semangat kepada penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan uluran tangan

berbagai pihak. Untuk itu penulis yaitu bersyukur dan mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. H. Rahman Rahin, SE,.MM. Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Page 9: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

vii

2. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., P.hd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. A. Baetal Mukaddas, M.Sn. Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa

Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. A. Baetal Mukaddas, M.Sn. sebagai pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi yang sangat berharga bagi penulis.

5. Meisar Ashari S.Pd., M.Sn. sebagai pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi yang sangat berharga bagi penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

membekali penulis dengan berbagai pengetahuan selama kuliah sampai

penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 Pendidikan Seni Rupa, Saudara-

saudara HMJ Pendidikan Seni Rupa (HIMASERA).

Akhirnya hanya skripsi ini yang dapat penulis persembahkan sekiranya

dapat memberi sepercik kenangan yang berarti, dan bermanfaat bagi kita semua.

Semoga Allah SWT memberikan pettunjuk kepada kita semua sebagai hamba-

Nya.

Billahifiisabililhaq Fastabiqul Khaerat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar 2020

Penulis

Page 10: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ................................................................................................................. i

SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... ii

SURAT PERJANJIAN .......................................................................................... iii

ABSTRAK .............................................................................................................. iv

MOTO ..................................................................................................................... v

PRAKATA .............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................4

C. Tujuan Penelitian..............................................................................5

D. Manfaat Penelitian............................................................................5

E. Estimasi Penulisan............................................................................6

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ........................8

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................8

B. Kerangka Pikir .................................................................................30

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................32

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian .............................................32

B. Variabel dan Desain Penelitian ........................................................33

Page 11: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

ix

C. Defenisi Operasional Variabel .........................................................34

D. Objek Penelitian ...............................................................................34

E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 40

A. Hasil Penelitian .................................................................................. 40

B. Pembahasa .......................................................................................... 57

BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 74

A. Kesimpulan ........................................................................................ 74

B. Saran ................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76

LAMPIRAN ............................................................................................... 78

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................

Page 12: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Format Observasi ……..…….…….…….…….…….…….……. 79

2. Format Wawancara……..…….…….…….…….…….…….…. 80

3. Dokumentasi……..…….…….…….…….…….…….…………. 82

4. Persuratan 51

Page 13: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

11

Daftar Gambar

Gambar Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir …………………………………………… 31

Gambar 2. Dena Lokasi Penelitian …………………………………... 33

Gambar 3. Desain Penelitian………………………………………….. 34

Gambar 4. Ketidak Seimbangan Ruang Pandang Dengan Badan Monumen.43

Gambar 5. Kondisi Diorama………………………………………….. 44

Gambar 6. Bentuk Ruang…………………………………………….. 45

Gambar 7. Kondisi Ruang……………………………………………. 45

Gambar 8. Material Rusak……………………………………………. 45

Gambar 9. Contoh Kegiatan Di Pekarangan Monumen Mandala……. 48

Gambar 10. Monumen Mandala Tampak Luar………………………. 49

Gambar 11. Foto Skema Struktur Monumen Mandala……………….. 50

Gambar 12. Puncak Monumen Mandala……………………………… 51

Gambar 13. Pelataran Atas / Ruang Pandang………………………… 51

Gambar 14. Badan Monumen ………………………………………… 52

Gambar 15. Pelataran Bawah…………………………………………. 52

Gambar 16. Tiang Puncak…………………………………………….. 53

Gambar 17. Relief Lidah Api (Puncak Monumen) …………………… 54

Gambar 18. Relief Lidah Api (Badan Monumen) ……………………. 54

Gambar 19. Relief Bambu Runcing…………………………………… 55

Gambar 20. Relief Sejarah Mandala (Eksterior) ……………………… 55

Gambar 21. Tabel Fungsi Monumen Mandala………………………… 70

Page 14: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara di asia tenggara yang dilintasi garis

khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia, serta antara

samudra Pasifik dan samudra Hindia (wikipedia bahasa Indonesia). Indonesia

adalah negara kepulauan terbesar didunia dengan banyak provinsi yang

memiliki ibuKotanya massing-masing dimana disetiap ibu Kotanya terdapat

berbagai bangunan saksi sejarah yang melatar belakangi terbentuknya Kota-

Kota disetiap provinsi di Indonesia.

Sejarah yang terjadi di Indonesia tidak terlepas dari unsur seni rupa

yang mendukung proses dalam kehidupan manusia, hal ini dapat dilihat dari

perkembangan seni rupa mulai sejak zaman purbakala hingga era modern, seni

rupa dapat dikatakan sebagai sejarah yang tua dalam batas-batas tertentu,

karena itu seni rupa telah ada sejak manusia mengenal peradaban. Dapat

dilihat dari karya-karya yang ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti yang

terlihat dihampir semua gua yang ada di Indonesia, memiliki ornamen, atau

lukisan sederhana yang disampaikan oleh manusia terdahulu sebagai bukti

bahwa seni rupa ada sejak dulu hingga sekarang. Inilah yang harus di jaga dan

dipertahankan di era modern seperti sekarang ini. Saat ini seni rupa telah

menjadi media untuk menampilkan apa yang sebenarnya terjadi di

masyarakat. Dengan menggunakan kekuatan dari masyarakat, ini mampu

mendororng terciptanya gerakan perubahan untuk memanfaatkan kesempatan

Page 15: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

2

dalam mengembangkan budaya yang telah dipertahankan sejak dulu.

Disamping itu, seni rupa juga telah menjadi indikator kebugaran intelektual

seseorang dalam hal ini banyak yang menganggap bahwa kualitas seni

dipengaruhi oleh kemampuan otak manusia. Kemampuan artistik dan

kreativitas dianggap merupakan salah satu karakteristik evaluasi yang suporior

dan tidak banyak dimiliki oleh makhluk hidup.

Namun semakin berkembangnya zaman telah mengikis sedikit demi

sedikit kebudayaan yang merupakan identitas bangsa Indonesia. Hampir

seluruh masyarakat di Indonesia lupa bahkan tidak mengenal keberadaan

budaya di daerahnya, hal ini kurang lebih disebabkan oleh pengaruh budaya

asing terutama budaya Barat yang tanpa kita sadari didukung dengan

tekhnologi yang semakin canggih di era modern ini membuat masyarakat

Indonesia lebih tertarik pada budaya luar karena rasa penasarannya yang

cukup tinggi, pengaruh ini dapat kita lihat pada perilaku dan gaya hidup

masyarakat yang seperti orang-orang Barat atau sering disebut kebarat-baratan

pengertian itu sebenarnya sudah merujuk pada istilah westernisasi. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, westernis adalah berkiblat ke Barat,

berhaluan ke Barat atau terkena pengaruh Barat. Sedangkan westernisasi

adalah pemujaan terhadap Barat yang berlebih-lebihan (Departemen

Pendidikan Nasional: 2008: 1561). Hal ini sangatlah berdampak negatif pada

budaya bangsa Indonesia. Westernisasi haruslah diwaspadai oleh setiap warga

Indonesia, karena dampak negatifnya bisa menghilangkan rasa nasionalisme

terhadap identitas kebudayaan bangsa Indonesia .

Page 16: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

3

Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia patut mengapresiasi

budaya lokal dan melestarikannya, ada banyak peninggalan-peninggalan

nenek moyang kita yang sampai sekarang ini masih dilestarikan dan patut kita

jaga, seperti bangunan-bangunan saksi sejarah yang masih ada hingga

sekarang ini. Contohnya monumen-monumen yang ada di Indonesia yang

dikenal merupakan salah satu negara yang memiliki monuman yang memiliki

fungsi yaitu sebagai peringatan peristiwa bersejarah, salah satu diantaranya

yang paling terkenal di Indonesia yaitu monumen Nasional atau biasa dikenal

dengan sebutan Monas (Monumen Nasional) yang terletak di Kota Jakarta dan

memiliki fungsi selain sebagai peringatan peristiwa bersejarah juga

difungsikan sebagai tempat historial, sarana rekreatif dan juga sosialisai.

Menggali lebih dalam khususnya di Kota Makassar juga tidak

ketinggalan dari keberadaaan suatu monumen di pusat Kota Makassar,

tepatnya di Jl. Jendral Sudirman. Keaslian suatu bangunan yang masih kental

dengan nuansa seni rupa, patut kita ketahui lebih mendalam, dijaga dan

dilestarikan sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat lokal maupun

budayawan asing hingga kedunia luar

Monumen Mandala dengan ciri khasnya yang terlihat berbentuk segi

tiga dan segi enam memiliki bentuk dan fungsi. Bentuk dan fungsi tersebut

merupakan suatu yang dapat mewakili atau menyatakan sesuatu yang dapat

merangsang cara pandang dan pola fikir yang lebih luas dalam diri

pembacanya untuk memahami dan memperkaya pengetahuan tentang kajian

Monumen Mandala, inilah yang menarik untuk diteiliti. Karena sangat penting

Page 17: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

4

untuk diketahui khusunya sebagai salah satu sumber informasi tentang

bangunan saksi sejarah khususnya pada Monumen Mandala Kota Makassar.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis

berkeinginan untuk meneliti “Eksistensi Monumen Mandala Kota Makassar”.

Penulisan ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui bentuk dan

fungsi Monumen Mandala Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis

merumuskan masalah yang akan diteliti dengan jelas dan sistematis agar

tujuan dapat tercapai sesuai yang diharapkan, maka dapat dirumuskan dengan

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana eksistensi Monumen Mandala sebagai karya seni rupa tiga

dimensi di Kota Makassar.

2. Bagaimana bentuk dan fungsi Monumen Mandala sebagai karya seni rupa

tiga dimensi di Kota Makassar.

Page 18: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

5

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah diatas maka penulisan ini bertujuan

memperoleh data dan informasi yang aktual dan benar diantaranya sebagai

berikut:

1. Untuk mendeskripsikan eksistensi Monumen Mandala sebagai karya seni

rupa tiga dimensi di Kota Makassar.

2. Untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi Monumen Mandala sebagai

karya seni rupa tiga dimensi di Kota Makassar.

D. Manfaat penulisan

Melalui penulisan ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan

apresiasi kita terhadap eksistensi Monumen Mandala sebagai karya seni rupa

tiga dimensi di Kota Makassar antara lain :

1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan yang

berharga untuk kelangsungan eksistensi bentuk Monumen Mandala

sebagai karya seni rupa tiga dimensi di Kota Makassar, sehingga

Monumen Mandala di masa depan dapat lebih baik dan lebih berkembang.

2. Dapat mengetahui bentuk dan struktur Monumen Mandala sebagai karya

seni rupa tiga dimensi di Kota Makassar.

3. Dapat mengetahui bentuk dan fungsi dari Monumen Mandala sebagai

karya seni rupa tiga dimensi di Kota Makassar.

4. Mahasiswa, diharapkan dapat menjadi bahan referensi pustaka pada

program studi pendidikan seni rupa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 19: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

6

E. Sistemata Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Manfaat Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

B. Kerangka Pikir

BAB III METODE PENULISAN

A. Jenis Dan Lokasi Penulisan

B. Variabel Dan Desain Penulisan

C. Definisi Operasional Variabel

D. Subjek

E. Teknik Pegumpulan Data

F. Teknik Analisis Data

G. Instrumen

H. Jadwal Penulisan

BAB IV HASIL PENULISAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penulisan

B. Pembahasan

Page 20: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

7

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 21: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Pada dasarnya kajian pustaka dilakukan untuk mengetahui sasaran

penulisan secara teoritis,dan pada bagian ini akan diuraikan landasan teoritis

yang dapat menjadi kerangka acuan dalam melakukan penulisan. Landasan

yang dimaksud ialah teori yang merupakan kajian kepustakaan dari berbagai

literature yang relevan dengan masalah yang akan diteliti oleh penulis.

1. Penulisan Yang Relevan

Beberapa penulisan yang relevan dengan penulisan ini adalah :

a. Hasil penulisan Fatahuddin, 2018. “Makna Simbolik Tugu Perbatasan

Gowa- Makassar di Hertasning Baru”. Skripsi. Jurusan Seni Rupa.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah

Makassar. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui Makna

Simbolik Gapura Perbatasan Gowa- Makassarr di Hertasning Baru.

Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Penulisan ini dapat memberikan gambaran yang jelas,

benar, dan lengkap, tentang “Makna Simbolik Gapura Pebatasan

Gowa- Makassar di Hertasning Baru”. Metode yang digunakan dalam

penulisan ini adalah survey dengan melakukan pengamatan secara

langsung. Penganalisian data dilakukan dengan cara yaitu hasil

observasi, wawancara, dokumentasi (foto) dikumpulkan lalu diadakan

kategorisasi data dan interpretasi data dengan merangkum data-data

Page 22: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

9

yang dianggap penting, kemudian disusun menjadi bagian-bagian

untuk diperiksa kebenarannya dan selanjutnya diadakan penafsiran

data. selanjutnya yang menjadi sampel dalam penulisan ini adalah

beberapa hasil foto gapura perbatasan Gowa- Makassar di Hertasning

Baru. Berdasarkan hasil penulisan tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk

visual gapura perbatasan kabupaten Gowa- Makassar, dititik beratkan

terhadap bentuk badik yang merupakan ciri khas senjata tradisional

masyarakat Gowa.

b. Hasil penulisan Muhammad Aksan, 2013 yang berjudul “ kajian

bentuk Asi Mbojo ( Istana Bima) di Kabupaten Bima Nusa Tenggara

Barat”. Skripsi. Penelitan ini bertujuan untuk menelusuri dan

mendeskripsikan arsitektur Asi Mbojo (Istana Bima) serta

mendeskripsikan struktur Rumah Asi Mbojo menurut filosofi para

leluhur tempo dulu. Jenis penulisan ini bersifat kualitatif. Oleh karena

itu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yaitu

difokuskan pada objek secara utuh, dengan melibatkan manusia

sebagai alat pengumpul data secara induktif. Setelah dilakukan

penulisan dan pengelolahan data, hasil penulisan ini menunjukkan

bentuk arsitektur Asi Mbojo Istana Bima adalah bangunan bergaya

Eropa. Mulai dibangun pada tahun 1927 yang dirancang oleh seorang

arsitektur putra Indonesia kelahiran Ambon Obzichter Rehatta.

Bangunan permanen berlantai dua yang merupakan panduan arsitektur

asli Bima dan Belanda tersebut diselesaikan dengan tempo tiga tahun,

dan resmi menjadi Istana Kesultanan Bima pada tahun 1929.

Page 23: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

10

Pembangunan Istana dilakukan secara gotong royong oleh rakyat-

rakyat dibawah pimpinan bumi Jero sebagai kepala bagian

pembangunan dan pertukangan sedangkan sumber pembiayaan berasal

dari anggaran belanja kesultanan dan uang pribadi sultan. Asi Mbojo

sebenarnya berbentuk persegi panjang dengan pintu utama menghadap

ke barat. Bangunan terbagi menjadi 3 bagian, dimana bagian utama

yaitu (2 lantai) diapit oleh 2 bagian lainnya sebagai pintu masuk

utama. Seluruh bagian teras menggunakan konstruksi beton dengan

ornamen jendela kaca dibagian atas pilar. Tempat tinggal sultan

bersama keluarganya, rumah tempat tinggal bangsawan, pusat

pemerintahan, pusat penyiaran agama islam, pusat pengembangan

kesenian dan kebudayaan dan pusat keadilan. Adapun proses

penerapan bangunan disesuaikan dengan makna simbolis dan filsafat

masyarakat setempat bagi masyarakat Bima. Istana Bima merupakan

kebutuhan paling pokok dalam kehidupan, keluarga, pemerintahan,

peradilan, budaya dan seni. Dalam filsafat masyarakat Bima lama

bahwa orang yang baik itu adalah yang berasal dari keturunan yang

baik, harus mempunyai istri yang berbudi mulia, rumah kuat dan

indah, senjata pusaka yang sakti dan kuda tunggang yang lincah.

Perbedaan antara kedua penulisan yang di atas dengan penulisan kali ini

terletak pada objek penulisan, sedikit perbedaan pada tujuan penulisan.

Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatahuddin memiliki

perbedaan yakni terletak pada objek yang diteliti dan ada beberapa perbedaan

Page 24: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

11

pada tujuan yang ingin dicapai yaitu objek berupa tugu perbatasan Gowa-

Makassar dijalan hertasning baru dengan tujuan adalah untuk mengetahui

makna simbolik gapura perbatasan Gowa- Makassarr di hertasning baru.

Sedangkan yang dilakukan oleh Muhammad Aksan memiliki perbedaan yang

terletak pada objek dan sedikit perbedaan pada tujuan penelitian. Objek yang

diteliti yakni Istana Bima (Asi Mbojo) di Jabupaten Bima Nusa Tenggara

Barat dengan tujuan untuk menelusuri dan mendeskripsikan arsitektur Asi

Mbojo serta mendeskripsikan struktur Rumah Asi Mbojo menurut filosofi para

leluhur tempo dulu.

Adapun yang akan dilakukani oleh penulis yaitu pada objek Monumen

Mandala Kota Makassar dengan tujuan untuk mendeskripsikan eksistensi yang

terkait dengan bentuk dan fungsi Monumen Mandala sebagai karya seni rupa

tiga dimensi di Kota Makassar.

Persamaan antara kedua penelitian di atas dengan penelitian kali ini

terletak pada fungsi bangunan, jenis dan pendekatan yang digunakan yaitu

fungsi bangunan yang merupakan bangunan peninggalan sejarah dengan jenis

yang bersifat deskriptif dengan model pendekatan kualitatif yaitu difokuskan

pada objek secara utuh, dengan melibatkan manusia sebagai alat pengumpul

data secara induktif. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah

survey dengan melakukan pengamatan secara langsung. Penganalisian data

dilakukan dengan cara yaitu hasil observasi, wawancara, dokumentasi (foto)

dikumpulkan lalu diadakan kategorisasi data dan interpretasi data dengan

merangkum data-data yang dianggap penting, kemudian disusun menjadi

Page 25: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

12

bagian-bagian untuk diperiksa kebenarannya dan selanjutnya diadakan

penafsiran data. selanjutnya yang menjadi sampel dalam penulisan.

2. Eksistensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), eksistensi adalah

keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan.

Dalam kamus filsafat, Bagus (2005:183) eksistensi

Secara etimologi eksistensi/ eksistensialisme berasal dari bahasa inggris

yaitu excitence, dari bahasa latin existere yang berarti muncu, ada,

timbul, memilih keberadaan aktual. Dari kata ex berarti keluar dan

sistere ysng bersrti muncul atau timbul. Beberapa pengertian secara

terminologi, yaitu pertama, apa yang ada, kedua, apa yang memiliki

aktualitas (ada), dan ketiga adalah segala sesuatu (apa saja) yang di

dalam menekankan bawa sesuatu itu ada, (Bagus,2005:183).

Sedangkan menurut Abidin (2007:16) pengertian eksistensi adalah

suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai

dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya

keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksitensi tidak bersifat

kaku dan berhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami

perkembangan atau sebaliknya kemunduran tergantung pada

kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya (Abidin

2007:16).

Sedangakan menurut Kirkegaard dalam Hardiman (2007:251) eksitensi

adalah “suatu keputusan yang berani diambil oleh manusia untuk menentukan

hidupnya, dan menerima konsekuensi yang telah manusia ambil. Jika manusia

tidak berani untuk melakukan maka manusia tidak bereksistensi dengan

sebenarnya”.

Para pengamat eksistensialisme tidak mempersoalkan tentang esensia

dari segala yang ada. Karena memang sudah ada. Tak pernah ada persoalan.

Page 26: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

13

Tetapi bagaimana sesuatu ada berada dan untuk apa berada, Maksum (2008:

364). Konsep ada dalam dunia juga diperkenalkan oleh Heidegger untuk

memahami segala keberadaan manusia. Bahwa manusai hidup dan

mengungkap akan keberadaannya dengan meng-ada di dunia, Hadiwijiono

(2019:364).

Ada- dalam yang digunakan oleh Heidegger, Maksum (2008:218-220)

ialah mengandung arti yang dinamis, yakni mengacu pada hadirnya

subjek yang selalu berproses. Begitu juga dunia yang dihadirkan oleh

Heidegger merupakan dunia yang dinamis, hadir dan menampakkan

diri, bukan dunia tertutup, terbatas dan membatasi manusia. Jadi, “ada”

dalam dunia tidak menunjuk pada beradanya manusia didalam dunia

seperti beradanya karung atau baju dalam almari, melainkan mewujud

dalam realitas dasar bahwa manusai hidup dan mengungkapkan

keberadaannya di dunia sambil merancang, mengelola, atau

membangun dunianya, Maksum (2008: 218-220).

Persoalan tentang “berada” ini hanya dapat dijawab melalui ontologi

dalam artian; jika persoalan ini dihubungkan dengan manusia dan dicari

artinya dalam hubungan tersebut. Satu-satunya “berada”, yang dapat

dimengerti sebagai “berada” adalah “beradanya” manusia. Perbedaan antara

“berada”(sein) dan “yang berada”(seinende). Istilah “yang berada” (seinende)

hanya berlaku bagi benda-benda, yang bukan manusia, jika di pandang pada

dirinya sendiri, terpisah dari yang lain, hanya berdiri sendiri, Hadiwijiono

(1980:150).

Benda-benda hanya sekedar ada hanya terletak begitu saja di depan

orang, tanpa ada hubungannya dengan orang tersebut. Benda-benda

akan berarti jika ada hubungannya dengan manusia, jika manusia

meenggunakan dan memeliharanya, maka dengan itu benda-benda

baru memiliki arti dalam hubungan itu. Sedangkan manusia juga

berdiri sendiri, namun ia berada di tempat di antara dunia sekitarnya.

Manusia tidak termasuk dalam istilah “yang berada”, tetapi ia “berada”

Page 27: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

14

keberadaan manusai inilah yang disebut oleh Heidegger sebagai

desain. Manusia bertanggung jawab untuk meng-ada-kan dirinya,

sehingga istilah “berada” dapat diartikan mengambil atau menempati

tempat. Sehingga manusia harus keluar dari dirinya sendiri dan berada

di antara atau ditengah-tengah segala “yang berada” untuk mencapai

eksistensinya, Hadiwijiono (1980:150).

Sedangakan menurut Kirkegaard eksistensi adalah suatu keputusan yang

berani diambil oleh manusia untuk menentukan hidupnya, dan menerima

konsekuensi yang telah manusia ambil. Jika manusia tidak berani untuk

melakukan maka manusia tidak bereksistensi dengan sebenarnya.

a. Fungsi eksistensi

Melihat melalui pendekatan dan sudut pandang eksistensi manusia

menggunakan konsep-konsep eksistensialistik sebagai model suatu

pemikiaran. Dari sudut fungsi ini, eksistensialisme dibedakan menjadi dua,

Eksistensialisme metodis dan eksistensialisme ideologis.

Menurut Choiril Warsito (2003: 103) Eksitensialisme terbagi atas

dua yaitu:

Eksistensialisme metodis adalah bentuk pemikiran yang

menggunakan konsep-konsep dasar eksistensialisme manusia,

seperti; pengalaman personal, sejarah situasi individu, kebebasan,

sebagai alat atau sarana untuk membahas tema-tema khusus dalam

kehidupan manusia. Sedangkan eksistensialisme ideologi

merupakan suatu bentuk pemikiran eksistensialisme yang

menempatkan kategori-kategori atau konsep dasar eksistensialisme

manusia sebagai satu-satunya ukuran yang sahih dalam membahas

setiap problema hidup dan kehidupan manusia pada umumnya.

Jenis eksitensialisme ini berusaha mengabsolutkan seluruh

kategori-kategori eksistensi manusia sebagai satu-satunya

kebenaran Namun yang mendukung dalam semua teori pada

pernyataan sebelumnya mengenai eksistensi yang menggunakan

Page 28: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

15

konsep-konsep eksistensialistik sebagai model suatu pemikiaran

ialah fungsi Eksistensialisme metodis.

3. Pengertian Bentuk

Bentuk dalam pengertian seni rupa menurut Djelanti (dalam Ashari,

2016:44) adalah

Titik. Titik tidak memiliki ukuran ataupun dimensi, titik sendiri

belum memiliki arti tertentu. Kumpulan dari beberapa titik akan

mempunyai arti dengan menempatkan titik-titik itu secara tertentu.

Kalau titik kumpul dekat sekali dalam suatu lintasan, mereka akan

bersama-sama menjadi bentuk garis. Penerapan garis bersama bisa

menjadi bentuk garis. Beberapa bidang bersama bisa menjadi

bentuk ruang, titik, garis, bidang dan ruang adalah bentuk-bentuk

yang mendasar bagi seni rupa.

Ashari(2016:50) memperjelas bahwa, bentuk mengendalikan dan

mengarahkan persepsi penanggap, memandu perhatiannya dengan

cara tertentu, sehingga karya akan menjadi jelas, dapat dipahami

dan menyatu. Bentuk menata elemen dari karya sehingga memberi

tekanan dan menghidupkan sensorik dan nilai ekspresi.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Dharsono (2004) bahwa kategori bentuk

dalam mendukung karya seni ada dua macam, yang pertama adalah bentuk

visual (Visual form), dan bentuk khusus (Special form) yaitu:

Bentuk Visual ( Visual form) yaitu bentuk fisik dari sebuah karya

seni atau kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni tersebut.

Selanjutnya adalah bentuk khusus (special form), yaitu bentuk

yang tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara nilai-

nilai yang dipancarkan oleh fenomena bentuk fisik terhadap

tanggapan kesadaran emosionalnya.

Ada tiga jenis bentuk menurut buku dwimatra dalam ( Faisal dan Andi

Baetal M, 2013: 60-65) yakni :

a. Alam seperti manusia, hewan, tumbuhan dan benda.

Page 29: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

16

b. Bentuk abstraktif : adalah Bentuk Figuratif yang digayakan atau diubah

bentuknya. Contohnya wayang kulit/golek, topeng, dekorasi batik dan

sebagainya.

c. Bentuk abstrak : adalah bentuk yang menyimpang dari wujud benda-benda

atau makhluk yang ada di alam.Diantaranya adalah bentuk geometris

seperti balok, tabung, piramid, kerucut dan bola. Jika melihat bentuk karya

abstrak kita belum tentu bisa mengenali bentuk dari benda atau makhluk

apa yang dimaksud oleh perupa. Karya abstrak merupakan hasil eksplorasi

lebih lanjut dari bentuk yang biasa kita lihat, sehingga nilai idenya lebih

tinggi. Adapununsur bentuk dalam seni rupa diartikan sebagai wujud yang

terdapat didalam.

Adapun Penyusunan bentuk-bentuk dalam ruang yaitu berdasarkan bentuk

bidang dasar yang mem-bentuknya maka benda-benda tiga dimensi dapat

dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Yang bersisi bidang lurus/datar adalah Benda-benda yang dibangun oleh

bidang lurus atau datar antara lain: balok, kubus, dan limas

b. Yang berisi bidang bengkok/lengkung adalah Benda-benda yang dibangun

oleh bidang lengkung atau bengkok antara lain: bola dan parabola.

c. Yang bersisi bidang lurus dan bidang lengkung adalah silinder dan

kerucut.

Page 30: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

17

4. Pengertian Seni Rupa

Kata “seni” umum digunakan sebagai pedananan kata inggris yaitu art.

Akan tetapi penggunaan kata tersebut secara pasti belum ada keterangan yang

dapat memastikan kapan dimulainya, namun diyakini berasal dari bahasa

melayu, yang berarti “kecil”. Saat itu untuk membedakan bahasa melayu

tinggi dan bahasa melayu rendah pada zaman kolonial. Menurut Jacob

Sumardjo (dalam Ashari 2016: 29) dalam sebuah majalah “pujangga biru”

tertanggal 10 april 1935, dalam sebuah esai tulisan R.D, yakin “pergerakan 80,

telah dipakai kata seni dalam pengertian yang seperti yang sekarang kita

pakai, yaitu art.

Dalam esai tersebut termuat kata kata sebagai berikut:

“Seni menjadi „de aller-indivividueelete expresie van der

individueelete emotie’ (kelahiran yang sekhusus-khususnya dari

perasaan yang sekhusus-khususnya). Seni tidak mempedulikan

kesusilaan (ethics) lagi, tidak ingin memberi petuah. L‟art pour

L‟art, seni untuk seni. Ukurannya kedapatan dalam dirinya

sendiri”.

Istilah seni jika merujuk pada pernyataan sebelumnya diatas adalah

dunia medium antara materialism dunia dan kerohaniaan yang kekal.

Seni adalah sesuatu yang memuat hal-hal yang transedental, sesuatu

yang kita kenal sebelumnya, dan kini kita kenal lewat karya seorang seniman.

Seni dan ilmu seni adalah dua konstruk yang harus diebedakan

eksistensinya. Yang menyoal tentang penghayatan, sedangkan ilmu seni

adalah soal memahami atau pemahaman.

Page 31: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

18

Tidak ada yang dapat memastikan kapan seni mulai dikenal manusia.

Namun, jejak-jejak peninggalan manusia dari masa lampau menunjukkan

bahwa seni tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia,

(Ashari 2016: 29).

Menurut Ensiklopedeia Indonesia dalam (Margono dan Abdul Aziz, 2010:3)

bahwa:

Seni adalah penciptaan segala hal atau benda yang karena karena

keindahan bentuknya orang senang melihat atau mendengarnya.

Namun tidak semua keindahan (estetika) itu selalu bernilai seni

(artistik), karena kenyataannya tidak semua yang indah itu bernilai

seni. Banyak keindahan-keindahan yang tidak termasuk dalam

karya seni.

Menurut Margono dan Abdul Aziz (2010:3) bahwa:

Keindahan seni yang diciptakan manusia, keindahan di luar ciptaan

manusia tidak termasuk keindahan yang bernilai seni, misalnya

keindahan pantai di Bali, keindahan Gunung Bromo, dan

keindahan seekor burung merak, jadi seni merupakan ciptaan

manusia yang memiliki keindahan. Bermacam jenis seni, antara

lain seni tari, seni musik, seni teater, dan seni rupa. Seni rupa

adalah hasil karya seni ciptaan manusia, baik berbentuk dua

dimensi maupun berbentuk tiga dimensi yang mengandung atau

memiliki nilai keindahan yang diwujudkan dalam bentuk rupa.

a. Seni rupa berdasarkan Fungsinya

Dalam buku Mari belajar seni rupa (Margono dan Abdul Aziz,

2010:4) menguraikan seni rupa yang ditinjau dari segi fungsi dibagi

menjadi dua kelompok sebagai berikut:

1) Seni rupa murni (fine art),

Yaitu karya seni yang hanya untuk dinikmati nilai

keindahannya saja. Karya seni ini bertujuan untuk memenuhi

Page 32: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

19

kebutuhan batiniah. Seni rupa murni banyak ditemui pada

cabang seni grafika, seni lukis, seni patung.

2) Seni rupa terapan (applied art),

Yaitu seni rupa yang memiliki nilai dan kegunaan

(fungsional) sekaligus memiliki nilai seni. Karya seni ini

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis atau memenuhi

kebutuhan sehari-hari secara materi, misalnya furniture, tekstil,

dan keramik.

Hal yang sama juga ditegaskan dalam buku kritik seni, Ashari (2016:40)

bahwa sebuah karya seni, khususnya seni rupa membutuhkan nilai, baik dari

sisi intensi maupun konteksnya. Untuk itu secara teoritis dibagi menjadi dua

fungsi utama dalam kebutuhan manusia atau dalam kehidupan masayrakat,

yaitu:

1) seni murni (fine art).

Menurut Noryan Bahari (dalam Ashari, 2016:40)

diciptakan untuk mengkomunikasikan niali-nilai estetis

daripada karya seni itu sendiri. Seni murni juga disebutjuga

sebagai seni ekspresif atau seni estetis, yang fungsi utamanya

mengkomunikasikan pengalaman estetis pencipta pada

penikmat seni agar mereka memperoleh pengalaman yang sama

dengan pengalaman ciptaannya dengan mengabaikan fungsi

ekonomi dan kegunaan fungsi lainnya yang dapat

menginterfensi terciptanya sebuah karya seni contohnya seni

patung yang mempunyai masalah yang sama halnya dengan

seni lukis. Seni patung juga bagian dari seni murni, sejauh tidak

melibatkan diri pada pertimbangan untuk kebutuhan terapan.

Karena sifatnya, maka seni patung merupakan ungkapan

pengalaman estetik yang diwujudkan dalam tiga diemnsi (tiga

matra).

Page 33: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

20

2) seni terapan (applied art)

Sesuai dengan namanya terapan yang berarti seni terap,

merupakan karya seni rupa yang kelahirannya bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan praktis atau memenuhi kebutuhan sehari-

hari secara materil. Produk karyanya selalu mempertimbangkan

keadaan pasar dan estetis, sebab orientasinya lebih mengarah

pada produk benda pakai masyarakat banyak. Aspek komersil

menjadi cirri utama dari seni rupa terapan.

b. Seni rupa berdasarkan bentuk/ dimensinya

Menurut Margono dan Abdul Aziz (2010:4) seni rupa berdasarkan

bentuk/ dimensinya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1) Dua dimensi (dwimatra),

Yaitu bentuk karya seni rupa yang mempunyai ukuran

panjang dan lebar yang hanya bisa dilihat dari satu arah.

Misalnya, wayang kulit, tenun dan batik.

2) Tiga dimensi (trimatra),

Yaitu bentuk seni rupa yang dapat dilihat dari segala arah

dan memiliki volume (ruang). Misalnya, rumah adat, senjata

tradisional, seperti rencong dan pedang, serta patung.

5. Tiga Dimensi

Menurut Faisal dan Andi Baetal Mukaddas (2013:58) bahwa pandangan

dasar tiga dimensi seperti kubus dapat dipandang dari tiga arah atau terkenal

dengan nama The There Basic Views yaitu Pandangan atas (a plane views),

Pandangan depan (a front views), dan Pandangan samping (a side views).

Ada beberapa penyususnan tiga dimensi dalam bidang menurut Faisal dan

Andi Baetal Mukaddas,(2013:62) sperti berikut:

1. Penjajaran = spatialtension

2. Sisi berhubungan = face in contact

Page 34: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

21

3. Satu rusuk berhubunga = edge in contact

4. Tumpukan = overlapping

5. Kait = interlocking

6. Bertusukan = interpenetration

“Yang dimaksud bidang dalam hal ini adalah ia memiliki panjang dan

lebar tetapi tidak memiliki kedalaman/tebal ia juga dikelilingi oleh garis-garis.

Ia mempertegas batas luar sebuah isi atau volume” (Faisal dan Andi Baetal

Mukaddas, 2013:59).

Sedangkan menurut Margono dan Abdul Aziz (2010:4). Tiga dimensi

(trimatra), merupakan bentuk seni rupa yang dapat dilihat dari segala arah dan

memiliki volume (ruang). Misalnya, rumah adat, senjata tradisional, seperti

rencong dan pedang, serta patung.

Bentuk tiga dimensi terdiri atas 3 jenis, yaitu sebgai berikut:

1. benda kubistis adalah benda-benda yang bentuknya menyerupai bangunan

kubus (balok). Misalnya, meja, kursi, lemari, bak sampah, kotak pensil,

kulkas, dan sebagainya.

2. Benda silinder adalah benda-benda yang bentuknya menyerupai silinder

(elips). Misalnya, botol, gelas, piring, mangkuk, teko, dan sebagainya.

3. Benda yang memiliki bentuk bebas adalah benda-benda yang bentuknya

tidak beraturan. Misalnya, buah-buahan, pepohonan, batu-batuan, dan

benda-benda alam lainya.

Page 35: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

22

6. Pengertian Karya

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), karya adalah pekerjaan,

hasil perbuatan, ciptaan (terutama hasil karangan). Hasil ciptaan yang bukan

saduran, salinan ,atau terjemahan, tiruan. Ciptaan yang dapat menimbulkan

rasa indah bagi orang yang melihat, mendengar, atau merasakan.

Menurut De Witt H. Paker (dalam Ashari 2016: 36) bahwa:

Karya seni adalah sarana kehidupan estetik, maka dengan karya seni,

kemampuan dan pengalaman estetik menjadi bertambah kental dan

menjadi milik bersama sebagian dari nafas dan jiwa masyarakat.

Demikian juga tiap karya seni menjadi pangkal eksperimen baru yang

menyebabkan ungkapan seni dari kehidupan ketaraf semakin tinggi.

Jelas bahwa suatu konsep yang lengkap tentang kesenian yang harus

meliputi keawetan dan komunikasi ungkapan.

Menurut filsafat bahasa (linguistik), karya seni pada dasarnya bersifat

fisik. Makna „karya seni‟ dapat dipakai secara berbeda, namun berujuk pada

kata yang sama yaitu:

a. karya seni sebagai objek seperti batu, patung, lukisan, sastra, musik dan

sebagainya.

b. ada distingsi antara „fisik‟ dan „perwujudan‟ (manifestasinya), tetapi bukan

merupakan distingsi antara dua objek yang berbeda.

Untuk karya seni rupa, pada khususnya adalah sebuah artefak, teks dan

membenda, maka karya seni rupa yang diciptakan mulai dari masa lampau

hingga saaat ini jumlahnya sangat banyak dan masih dapat kita nikmati.

Banyaknya peninggalan artefak yang dibuat manusia sejak awal

perkambangannya hingga saat ini dapat menjadi sumber penulisan, sebab

karya seni rupa lahir dari seorang seniman yang kreatif dan cerdas. Seniman

Page 36: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

23

selalu berusaha meningkatkan sensibilitas dan persepsinya berdsarkan

dinamika kehidupan masyarakat keselera ektetik yang lebih dalam, bukan

selerah yang mengarah pada kedangkalan seni (Ashari 2016: 36).

7. Pengertian Fungsi

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, fungsi merupakan kegunaan

suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan.

Adapun menurut para ahli, definisi fungsi yaitu menurut The Liang Gien

dalam Nining Haslinda zainal (skripsi:” Analisis Kesesuaian Tugas Pokok

Dan Fungsi Dengan Kompetensi, 2008).

Fungsi merupakan sifatnya pelaksanaan ataupun pertimbangan lainnya.

Definisi tersebut memiliki persepsi yang sama dengan definisi fungsi

menurut sutarto dalam Nining Haslinda Zainal (2008:22) yaitu fungsi

adalah rincian tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain

untuk dilakukan oleh seorang pegawai tertentu yang masing-masing

berdasarkan sekelompok aktivitas sejenis menurut sifat atau

pelaksanaannya.

Sedangkan pengertian singkat dari definisi fungsi menurut Moekijat dalam

Nining Haslinda Zainal (2008:22), yaitu fungsi adalah sebagai suatu aspek

khusus dari suatu tugas tertentu.

Adapun sebuah gagasan teori dari Edmund Burke Feldmand, mengenai

seni dan beberapa pemikiran seni Feldmand, dituangkan dalam bentuk karya

tulisnya seperti: Varieties of visual experience, thingking about art, the artist,

dan compotition art yang banyak di ikuti oleh pemikir seni untuk menjabarkan

eksistensi karya. Feldmand juga membahas mengenai Fungsi seni dalam

bukunya yang berjudul Art as Image and Media. Konsepsi yang menjadi

Page 37: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

24

pokok permasalahan dalam buku tersebut adalah menyangkut tiga fungsi seni,

yaitu: (1) Fungsi personal (Personal Function of art), (2) Fungsi social (The

Social Function of Art) dan (3) fungsi Fisik (the physical Function of art).

Ketiga jenis fungsi seni berikut dijelaskan sebagai berikut:

a. Fungsi Personal (personal Functions)

Gambar Visual ditulis dengan didahului bahasa sebagai alat

komunikasi. Akan tetapi, seni melampaui komunikasi informasi,

tetapi juga mengungkapkan seluruh dimensi kepribadian manusia,

atau psikologis, keadaan tertentu. Seni adalah lebih dari simbol

standar dan tanda-tanda yang digunakan karena pembentukan

unsur-unsur, seperti: garis, warna, tekstur, pengirim subliminal

makna luar informasi dasar. Keberadaan unsur-unsur ini

memberikan maksud dan makna kepada seniman dan penikmat.

b. fungsi social (social function)

seni melakukan fungsi sosial jika: (1) Mempengaruhi kelompok

manusia, (2) Hal yang dibuat untuk dapat dilihat dan dan

digunakan dalam situasi umum, (3) ini menggambarkan aspek-

aspek kehidupan bersama oleh semua sebagai lawan jenis

pengalaman pribadi. Eksistensi tersebut menunjukkan bagaimana

manusia sebagai mahluk sosial dan sebagai mahluk yang

mempunyai tanggung jawab atas dirinya, ia terikat pula oleh

lingkungan sosialnya. Semua karya seni yang berkaitan

dengannya akan juga berfungsi sosial, karena karya seni

diciptakan untuk penghayat.

c. Fungsi fisik ( Physical function)

Seni dalam ikatan “fungsi fisik” merujuk pada benda-benda yang

dibuat untuk digunakan sebagai wadah. Sebagai sebuah contoh,

misalnya: pada desainer industri, mereka menciptakan benda

industri, yang dibuat dan dijual untuk konsumen. Seni saling

berhubungan dan bertanggung jawab terhadap cakupan wilayah

atau lingkungan, baik tampilannya dan cara kerjanya. Selanjutnya

Page 38: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

25

disini seni berarti lebih daripada menghiasi atau memperindah

pada pengertian dasarnya.

Secara teorotis ketiga konsep fungsi seni tersebut dapat menjadi acuan untuk

menganalisis eksistensi karya seni secara fundamental. Sebab berbicara karya

seni tentu akan membicarakan tentang penilaian, untuk itu perlu adanya

pemahaman yang esensial mengenai fungsi seni yang representative dan

menyeluruh, Ashari (2016: 31).

9. Pengertian Monumen

Menurut kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI, 2008:298), monumen

merupakan tempat atau bangunan yang mempunyai nilai sejarah yang penting

dan karena itu dipelihara dan dilindungi. Monumen-monumen tersebut

memiliki banyak bentuk dan cirinya tersendiri, sesuai dengan dasar filsafat

dan tujuan pendiriannya yang berfungsi sebagai tanda suatu tempat, peristiwa

sejarah, atau orang yang terkait dengan tempat monumen berada.

a. Bangunan monumen terbagi dalam dua jenis, yaitu:

1) Bangunan Monumen Tunggal Bangunan monumen tunggal, yaitu

monumen yang dicapai dengan memencilkan suatu objek atas

objek-objek yang lain. Kesan monumen terjadi atas kesan vertikal.

Monumen tersebut terjadi bila antara objek dan ruang tidak saling

mengalami perembesan dan penembusan ruang. Selain itu

monumen menjadi semakin unik dan semakin tinggi kualitasnya

apabila terdapat keseimbangan antar 42 objek dan ruang. Tetapi

apabila ada objek lain yang mengganggu “ruang bayangan”

monumen, maka keseimbangan tersebut juga akan terganggu dan

nilai monumennya akan turun drastis. Monumen jenis ini

mempunyai ciri-ciri sederhana, bersih dan polos, tanpa perembesan

atau penembusan.

Page 39: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

26

2) Bangunan Monumen Kompleks Bangunan monumen kompleks

yaitu, bangunan monumental yang terjadi dari suatu desain

bangunan-bangunan yang dikelompokkan membentuk cluster.

Apabila ada dua objek misalnya X dan Y berdiri membentuk

cluster. Maka diantara X dan Y terjadi daya mengeruang yang

saling timbal balik, memberi nilai ruang terkait diantara ruang X

dan Y. Bangunan monumen ini mempunyai ciri ciri kompleks,

permainan tegas dan jelas, merembes dan menembus dan

menyangkut nilai-nilai kemanusiaan.

b. Tujuan Monumen

Tujuan Monumen menurut Agastya (2018:64) adalah sebagai

upaya manusia untuk mengabadikan bukti peristiwa sejarah, menurut

tujuannya monumen dibuat dengan kesengajaan memang unutk

sebuah peninggalan, agar generasi yang akan datang tetap mengenang

suatu peristiwa sejarah.

c. Fungsi monumen

Fungsi Monumen menurut Agastya (2018:64) adalah sebagai tanda

suatu tempat, peristiwa sejarah, atau orang yang terkait dengan tempat

monumen berada.

d. Contoh monumen

Adapun beberapa contoh monumen yang dibedakan berdasarkan

tujuan dan fungsinya:

1) Monumen Nasional (monas) memiliki tujuan dan fungsi sebagai

berikut:

Monument nasional yang terletak di jakarta yang merupakan

ikon popule di Indonesia. Berdiri megah setinggi 132 meter

Monumen ini berbentuk seperti tugu yang di puncaknya

terdapat sebuah lidah api yang terbuat dari lembaran emas

Page 40: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

27

yang beratnya hampir mencapai 50kg. Dilantai dasarnya

terdapat Museum Sejarah Nasional, yang menampilkan

diorama-diorama tentang sejarah Indonesia., Bangunan ini

berlokasi di Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.

Monumen ini didirikan bertujuan untuk mengenang

perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut

kemerdekaan dari kolonial Hindia Belanda. Monumen ini

memiliki fungsi untuk mengenang perjuangan bangsa

Indonesia merebut kemerdekaan.

Gambar 2.1. Monumen Nasional Kota Jakarta

Sumber : https://www.boombastis.com/monumen-unik-Indonesia

2). Monumen jalesveva jayamahe memiliki tujuan dan fungsi sebagai

berikut:

Monumen Jalesveva Jayamahe berada di dermaga Ujung

Madura, Surabaya. Monumen ini dibangun pada tahun 1993

oleh Pemimpin Kepala Staf TNI Angakatan Laut Maritim

Indonesia dan Laksamana TNI Muhammad Arifin.

Perancangnya sendiri adalah I Nyoman Nuarta. Monumen ini

Page 41: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

28

berfungsi sebagai mercusuar bagi kapal-kapal yang berlayar di

laut sekitar.

Gambar 2.2. Monumen jalesveva jayamahe.

Sumber : https://www.boombastis.com/monumen-unik-Indonesia

3). Monumen panca benua atau groundzero bali memiiki tujuan dan fungsi

sebagai berikut:

Monumen Ground Zero atau Monumen Panca Benua terletak di

Legian, Kuta, Bali. Monumen yang selesai dibangun tahun

2003 ini digagas oleh Nyoman Rudana. Monumen ini dibuat

bertujuan untuk mengenang para korban bom Bali yang terjadi

pada tahun 2002 lalu dan sekarang Setiap tahunnya monumen

tersebut banyak difungsikan turis dari anggota keluarga bom

Bali datang untuk berdo‟a dan mengenang tragedi

mengenaskan ini.

Page 42: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

29

Gambar 2.3. Monumen panca benua atau groundzero Bali

Sumber : https://www.boombastis.com/monumen-unik-Indonesia

10. Latar Historis Monumen Mandala di Kota Makassar

Dalam jurnal Wasilah yang berjudul “Redesain Monumen Mandala di

Kota Makassar Dengan Pendekatan Bangunan Pintar”

Sejarah singkat monumen pembebasan Irian Barat atau lebih dikenal

sebagai Monumen Mandala adalah pengingat atas keberhasilan

Indonesia merebut kembali (pembebasan) wilayah Irian Barat –

sekarang papua- yang bergolak pada 1962 ke pengakuan ibu pertiwi.

Ketika itu Indonesia masih dipimpin presiden pertama RI, Soekarno.

Meskipun Indonesia telah memproklamatirkan kemerdekaan hampir

20 tahun, namun belanda masih menguasai wilayah Irian Barat.

Sejarah mencatat, perundingan yang dilakukan pemerintah Indonesia

dengan pihak Belanda untuk membebaskan irian barat ketika itu

semuanya kandas dan berakhir sia-sia tanpa hasil. Akhrinya,

pemerintah menggunakan kekuatan militer. Presiden Soekarno Pada

Desember 1961 yang mencetuskan tiga komando rakyat atau Trikora.

Seokarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara

yogyakarta, dan mengangkat Mayor jenderal soeharto sebagai

panglima serta komando mandala. Tugas komando ini adalah

merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer

untuk menggabungkan papua bagian Barat dengan Indonesia.Guna

Page 43: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

30

melancarkan operasi militer ini Indonesia membeli berbagai macam

peralatan militer dari Uni Sovietdan 1 buah Kapal penjelajah kelas

Sverdlov (yang diberi nama sesuai dengan wilayah traget operasi, yaitu

KRI Irian). Dari jenis pesawat pengebom, terdapat 22 unit pesawat

pembom ringan Ilyushin Il-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16,

dan 12 pesawat TU-16 versi maritim yang dilengkapi dengan

persenjataan peluru kendali anti kapal (rudal) air to surface jenis AS-1

Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat

angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis

Antonov An-12B buatan Uni Soviet dan 10 pesawat angkut berat jenis

C-130 Hercules buatan Amerika Serikat.Semua potensi nasional kala

itu dimobilisasi. Mulai pusat hingga daerah, bersiap-siap melakukan

langkah militer untuk merebut Irian Barat. Inilah mengapa Monumen

Mandala dibangun diKota makassar, karena perjuangan dimulai diKota

makassar dan disinlah bermarkas pasukan pembebasan Irian Barat

B. Kerangka Pikir

Dengan melihat beberapa konsep di atas yang telah diuraikan pada

tinjauan pustaka, maka dapatlah dibuatkan kerangka atau skema yang

dijadikan sebagai kerangka pikir sebagai berikut.

Bagian antara satu dengan yang lain dan dapat digambarkan sebagai

berikut:

Page 44: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

31

Gambar 2.4. Skema kerangka pikir.

Sejarah

Monumen Mandala

Hasil Penulisan

Bentuk dan fungsi

Eksistensi

Page 45: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

32

BAB III

METODE PENULISAN

A. Jenis dan Lokasi Penulisan

1. Jenis Penulisan

Jenis penulisan ini termasuk metode “deskriptif kualitatif”, yang

artinya metode penulisan yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme

yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

yang mana penulis berperan sebagai instrumen kunci. (Sugiyono, 2008 :

15). Dalam arti lain deskriptif kualitatif ialah berusaha mengungkapkan

sesuatu atau memberi gambaran secara objektif sesuatu dengan kenyataan

sesungguhnya mengenai Monumen Mandala Kota Makassar.

2. Lokasi Penulisan

Penulisan ini akan dilaksanakan di Jalan jendral Sudirman, Baru,

Ujung Pandang Kota Makassar, Sulawesi Selatan yang sekaligus menjadi

tempat berdirinya Monumen Mandala.

Page 46: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

33

Gambar 3.1. Dena lokasi penulisan

Sumber: https://www.google.com/maps/place/Monumen+Mandala

B. Variabel dan Desain Penulisan

1. Variabel Penulisan

Variabel (Setyosari, 2010 : 108) adalah segala sesuatu yang menjadi objek

pengamatan dalam penulisan. Penulisan ini dilakukan guna memperoleh data

tentang bagaimana eksistensi dalam hal ini terkait bentuk dan fungsi

Monumen Mandala Kota Makassar adalah sebagai berikut:

a. Eksistensi Monumen Mandala sebagai karya seni rupa tiga dimensi di

Kota Makassar.

b. Bentuk dan fungsi Monumen Mandala Kota Makassar.

Page 47: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

34

2. Desain Penulisan

Desain penulisan (Setyosari, 2010: 148) merupakan rencana atau

struktur yang disusun sedemikian rupa sehingga penulis dapat memperoleh

jawaban atas permasalahan-permasalahan penulisan.

Desain penulisan ini digambarkan dalam bentuk skema sebagai

berikut:

Gambar 3.2. Skema Desain Penulisan.

C. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas ruang lingkup variabel, penulis mengemukakan

definisi sebagai acuan didalam mengumpulkan data. Definisi yang dimaksud

sebagai berikut:

1. Eksistensi bentuk Monumen Mandala sebagai karya seni rupa tiga dimensi

di Kota Makassar merupakan hal pokok dalam penulisan ini. Yang

dimaksud disini adalah pendekatan eksistensi manusia menggunakan

konsep-konsep dasar metodis dan ideologis seperti; pengalaman personal,

Monumen Mandala Kota

Makassar Analisis

data Penyajian

data Eksistensi Monumen Mandala

sebagai karya seni rupa tiga

dimensi di Kota Makassar Deskripsi

data

Kesimpul

an

Page 48: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

35

sejarah situasi individu, kebebasan, sebagai alat atau sarana untuk

membahas tema-tema khusus dalam kehidupan manusia (subjek) dan

sebagai satu-satunya ukuran yang sahih dalam membahas setiap problema

hidup dan kehidupan manusia pada umunya.

2. bentuk dan fungsi Monumen Mandala Kota Makassar dalam penulisan ini

dimaksudkan untuk menganalisis bentuk dan fungsi yang terdapat pada

Monemen Mandala itu sendiri, dimana bentuk yang mendukung karya seni

ada dua, yaitu bentuk visual dan bentuk khusus. Sedangkan fungsi dari

Monumen Mandala yang dimaksudkan menggunakan fungsi seni yaitu

konsep fungsi personal, fungsi sosial, dan fungsi fisik.

Secara teorotis ketiga kedua pendekatan tersebut dapat dijadikan

sebuah acuan untuk mendukung analisis terhadap eksistensi Monumen

Mandala secara fundamental.

D. Subjek dan Objek Penulisan

Subjek penulisan adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda,

ataupun lembaga organisasi, Yang menjadi subjek penulisan adalah

budayawan atau seseorang yang mengetahui Monumen Mandala Kota

Makassar. Objek penulisan adalah sasaran atau permasalahan yang akan

diteliti, adapun objek dari penulisan ini adalah eksistensi dalam hal ini terkait

bentuk dan fungsi yang terdapat pada Monumen Mandala Kota Makassar.

Page 49: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

36

E. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penulisan mengenai eksistensi Monumen Mandala sebagai karya seni rupa tiga

dimensi di Kota Makassar. Penulisn ini adalah penulisan lapangan yang

dilakukan di Monumen Mandala Kota Makassar untuk memperoleh data yang

diperluakan ditempuh langkah-langkah penulisan lapangan. Adapun teknik

pengumpulan data yang di gunakan dalam penulisan ini adalah sebagai

berikut:

1. Observasi

Diantara berbagai metode penulisan dalam bidang seni, metode observasi

tampaknya merupakan metode yang penting dan harus mendapat perhatian

selayaknya. Observasi menggunakan gambaran sistematis mengenai peristiwa,

tingkah laku, benda atau karya yang dihasilkan dan peralatan yang digunakan.

Penggunaan metode observasi secara tepat yang sesuai dengan persyaratan

yang digunakan dalam teknik-tekniknya, baik digunakan secara sendiri

maupun bersama-sama dengan metode lainnya dalam suatu kegiatan lapangan,

akan sangat bermanfaat untuk memperoleh data tepat, akurat, dan dapat

dipertanggung jawabkan.

Rohidi (2011:181) juga menyatakan bahwa metode observasi adalah suatu

metode yang digunakan untuk mengamati sesuatu, seseorang, suatu

lingkungan, atau situasi secara tajam dan mencatatnya secara akurat dalam

beberapa cara. Metode observasi dalam penulisan seni dilakukan untuk

memperoleh data tentang karya seni dalam suatu kegiatan dan situasi yang

Page 50: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

37

relevan dengan masalah penulisan dalam penulisan seni, kegiatan observasi

akan mengungkapkan gambaran sistematis mengenai peristiwa kesenian,

tingkah laku (kreasi dan apresiasi) dan berbagai perangkatnya (medium dan

teknik) pada tempat penulisan (studio galeri, ruang pamer, komunitas) dan

dipilih untuk diteliti.

2. Wawancara

Wawancara dibagi menjadi beberapa bentuk dalam melakukan

komunikasi lisan yaitu bentuk terstruktur, semi terstruktur, dan tidak

terstruktur (Sugiyono,2009:233). Penulisan ini menggunakan jenis wawancara

tidak terstruktur, artinya pedoman wawancara yang digunakan berupa garis

besar permasalahan yang digunakan. Sedangkan menurut Rohidi (2011: 208),

Wawancara adalah suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi

tentang kejadian yang oleh penulis tidak dapat diamati secara langsung, baik

karena tindakan atau peristiwa yang terjadi dimasa lampau atau karena

penulis tidak diperbolehkan hadir ditempat kejadian itu. Namun demikian,

wawancara hanya akan berhasil jika orang atau tokoh yang diwawancarai

bersedia dan dapat menuturkan dengan kata-kata tentang cara berlaku yang

telah menjadi kebiasaan tentang kepercayaan dan nilai-nilai yang dijunjung

oleh masyarakat dalam hal ini berkaitan dengan praktek-praktek berkesenian,

dimana tokoh yang bersangkutan menjadi bagian dari padanya.

Page 51: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

38

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dapat pula dikatakan sebagai “pemberian atau

pengumpulan bukti-bukti dan keterangan seperti gambar-gambar dan

sebagainya”. (Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 211).

Teknik ini dilakukan untuk memperkuat data-data sebelumnya, teknik

dokumentasi dibutuhkan sebagai alat pengumpul data yang bersifat

dokumenter. Sumber informasi dari dokumenter pada dasarnya segala bentuk

sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi baik resmi maupun

tidak, baik diterbitkan maupun tidak.

F. Teknik Analisis Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penulisan mengenai bentuk dan fungsi Monumen Mandala Kota Makassar

yaitu :

1. Data hasil observasi, Interview atau wawancara dan dokumentasi

dikumpulkan dan diperiksa kembali.

2. Menganalisis permasalahan yang ada serta menyusun kembali untuk

dikaji lebih lanjut.

3. Mengadakan kategorisasi data dan membuat kriterianya baik data yang

diperoleh melalui observasi, wawancara, maupun hasil dokumentasi.

4. Teknik analisis data adalah non statistik atau analisis kualitatif karena

data yang terkumpul merupakan data kualitatif.

5. Memaparkan kajian tersebut kedalam uraian secara deskripsi.

Page 52: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

39

BAB IV

HASIL PENULISAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penulisan

Penyajian hasil penulisan dimaksudkan untuk menguraikan secara objektif

hasil penulisan melalui observasi secara langsung yang digunakan dalam

penulisan ini guna mengidentifikasi “Eksistensi Monumen Mandala sebagai Karya

Seni Rupa Tiga Dimensi di Kota Makassar” yang diuraikan dengan analisis

deskriptif.

Berdasarkan hasil penulisan yang dilakukan di Monumen Mandala Penulis

akan menguraikan hasil penulisan yang didapatkan dari berbagai sumber data.

Penulisan yang dikerjakan berdasarkan teori-teori yang dijadikan sebagai rujukan

dalam merancang hingga dilakukan sintesa penulisan secara bertahap sesuai

dengan metode penulisan melalui riset dan analisis. di bab ini disajikan

pembahasan penulisan, mulai dari proses awal penulisan hingga proses akhir

sebagai berikut data yang diperoleh oleh penulis :

Monumen Mandala pada dasarnya adalah salah satu bangunan dikota

Makassar yang berlokasi dijalan Jendral sudirman merupakan kenangan dari

segala daya dan upaya seluruh rakyat Indonesia bangkit melawan penjajahan. Dan

sebagai tanda bakti kepada mereka yang telah berjuang untuk Indonesia, maka

Monumen Mandala ini dijaga Eksistensinya sebagai Objek wisata di Kota

Makassar.

Page 53: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

40

Bangunan yang megah dan menjulang tinggi ini melekat sejumlah makna

di dalamnya berupa simbol, bentuk yang bermaknakan himpunan semangat dan

tekad patriotisme para pejuang mengusir penjajah dan mempertahankan

kemerdekaan bangsanya. Hal ini yang merupakan suatu pembeda antara bangunan

Monumen Mandala dengan bangunan atau monumen lainnya yang ada di Kota

Makassar.

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 18 September 2019 dengan Bapak

Mappaturung selaku Pengelolah Monumen Mandala (sejak tahun 2000) di Kota

Makassar, bahwa :

Monumen Mandala merupakan salah satu bukti perlawanan rakyat daerah

Sulawesi Selatan dalam menentang keinginan Nederlansche Indesche Civil

Administratie (NICA) yang membonceng tentara sekutu untuk mengukuhkan

kembali kekuasaannya di Indonesia pada umumnya, dan Sulawesi Selatan

khususnya, selain itu monumen ini juga merupakan salah satu bukti perjuagan

rakyat Indonesia bagian Timur untuk mempertahankan kedaukatan Republik

Indonesia dalam bingkai Negara kesatuan.

Monumen Mandala dibangun di Kota Makassar dan berdiri di atas lahan

seluas kurang lebih 1 Ha, pembangunan dimulai pada tahun 1994 yang diprakarsai

oleh H.A.Zaenal Basri Palaguna, Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, dan

peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 11 januari 1994 oleh Soesilo

Soedirman, Mentri Koordinator Politik dan Keamanan (Mentri Koordinator

Politik dan Keamanan (Menkopolkam)) saat itu yang kemudian diresmikan oleh

Presiden Republik Indonesai H.M.Soeharto pada tanggal 19 Desember 1995 guna

Page 54: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

41

mengenang sejarah pembebasan Irian Barat pada tahun 1962. Pembangunan

Monumen Mandala menggunakan dana APBD Sulsel tahun 1994 senilai Rp75

miliar.

Untuk menentukan keeksistensian Monumen Mandala, penulis

menggunakan konsep-konsep dasar eksistensialisme manusia, seperti pengalaman

personal, sejarah situasi individu, kebebasan, sebagai alat atau sarana untuk

membahas tema-tema khusus dalam kehidupan manusia hal ini dijelaskan dalam

teori Soren Kierkegaard

1. Eksistensi Monumen Mandala sebagai Karya Seni Rupa Tiga Dimensi di

Kota Makassar

a. Pengalaman personal

Menurut pengalaman personal penulis terlebih dahulu meninjau

dari segi struktur bentuk bangunan mulai dari eksterior hingga interior

yang mendukung proses eksistensi, dimana pada area eksterior bangunan

Monumen Mandala memiliki bentuk yang mirip dengan Monumen

Nasioan (Monas) yang terletak di ibu kota Jakarta. Monumen Mandala

berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 1 Ha, memiliki tinggi 75 Meter

yang terdiri dari empat lantai. Bila diperhatikan dari luar, Monumen

Mandala terdiri dari elemen bentuk yang memiliki makna dan fungsi di

tiap bentuknya yang selaras dengan sejarah keberhasilan Indonesia

merebut kembali Irian Barat. Adapun pada area interior terdapat kesatuan

Elemen-elemen yang juga tidak luput dari tinjauan penulis, dimana

didalam Monumen Mandala terdapat banyak elemen guna mendukung

Page 55: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

42

keeksistensian Monumen Mandala, mulai dari tiang puncat Moumen

Mandala Hingga pelataran bawah Monumen. Disamping itu penulis juga

meninjau elemen yang terdapat di dalam monumen seperti pintu, lantai,

dinding, tangga, lift dan yang menjadi pusat perhatian ialah banyaknya

Diorama, dan beberapa relief yang menggambarkan sejarah dimasa

penjajahan. Namun hasil yang didapatkan kurang memuaskan dalam

mendukung eksistensinya. Pasalnya ada beberapa kendala yang membuat

proses eksistensi Monumen Mandala menjadi kurang maksimal seperti

pada gambar berikut:

1). Ketidak seimbangan pada ruang pandang dengan badan Monumen

Gambar 4.1 ketidak seimbangan ruang pandang dan badan Monumen

Mandala

Sumber: https://dolandolen.com/listing/monumen-mandala/

Page 56: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

43

2). Kondisi Diorama (interior Monumen Mandala)

Gambar 4.2 Keadann Diorama di Monumen Mandala

Sumber: St.Hardianti 16 November 2019

3). Bentuk ruangan

Gambar 4.3 bentuk ruangan interior yang melingkar

Sumber: St.Hardianti 16 November 2019

Page 57: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

44

4). Kondisi ruangan

Gambar 4.4 Kondisi ruangan yang kurang memenuhi standar sirkulasi

Sumber: St.Hardianti 16 November 2019

5). Material rusak tidak tahan lama

Gambar 4.5 kerusakan akibat serangan rayap

Sumber: St.Hardianti 16 November 2019

Page 58: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

45

b. Sejarah situasi Individu

Selain pengalaman personal, penulis juga perlu memperhatikan

aspek sejarah situasi individu untuk menentukan keeksistensian suatu

objek penulisan yang diteliti. Yang dimaksud dalam hal ini ialah sejarah

situasi yang terjadi di Monumen Mandala. Dari sejarah didirikannya

hingga sebab Monumen Mandala harus dilestarikan. Selain Monumen

Mandala dikenal sebagai Museum yang menyediakan sarana rekreasi

maupun edukasi. Monumen Mandala juga kerap digunakan sebagai tempat

penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ibukota, kegiatan seni hingga konser

musik yang menjadikan bangunan Monumen Mandala sebagai latarnya

yang menimbulkan kesan aestetik, seperti yang terlihat pada gambar

dibawah ini.

Gambar 4.6 Contoh Kegiatan yang diadakan di pekarangan Monumen

Sumber: https://gosulsel.com/2016/09/25/pasar-seni-makassar-2016/

Page 59: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

46

c. Kebebasan

Aspek kebebasan juga disebut dalam teori Soren Kierkegaard

sebagai ukuran untuk membahas eksistensi. Dimana Monumen Mandala

bebas mengalami perubahan atas dirinya sendiri, bebas mempertahankan

eksistensinya, meningkatkan eksistensinya atau malah sebaliknya. Apapun

yang terjadi kemudian adalah sebuah konsekuensi.

d. Sebagai alat atau sarana untuk membahas tema-tema khusus dalam

kehidupan manusia

aspek terakhir yang dimaksudkan yaitu untuk mencapai sebuah

eksistensi Monumen Mandala telah memenuhi aspek ini yaitu sebagai Alat

atau sarana yang membahas tentang tema-tema khusus dalam kehidupan

manusia yang telah kita ketahui bahwa Monumen Mandala dibuat untuk

mengenang perjuangan rakyat Indonesia khususnya masyarakat Sulawesi.

Kemudian Monumen Mandala dijadikan sebagai Museum saksi kebenaran

sebuah sejarah yang menjadi sarana edukasi, rekreatif, ekonomi, social dan

budaya.

2. Bentuk dan fungsi Monumen Mandala sebagai Karya Seni Rupa Tiga

Dimensi di Kota Makassar.

a. Bentuk Monumen Mandala

Dalam menganalisis bentuk Monumen Mandala, ada dua macam

kategori bentuk dalam mendukung karya seni yaitu bentuk visual (visual

Page 60: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

47

form), dan bentuk khusus (special form). Adapun yang dimaksud dalam

dua macam kategori bentuk tersebut ialah:

1) Bentuk Visual (visual form) yaitu bentuk fisik dari sebuh karya seni

atau kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni rupa. Monumen

Mandala memiliki bentuk segitiga sama sisi, dan jika diperhatikan dari

atas, Monumen Mandala memiliki bentuk segi enam yang merupakan

perpaduan bentuk segitiga dan segi enam dan dikelilingi oleh kolam

disekelilingnya, kemudian dihiasi oleh relief api yang membara serta

relief bambu sebanyak 27 buah , jika kita mendongakkan kepala ke-

atas, akan terlihat harde atau penangkal petir yang dibuat seakan-akan

mencapai langit.

Gambar 4.7 Monumen Mandala berbentuk segi enam jika dilihat dari

sisi atas bangunan

Sumaber: https//www.google/makassar.tribunnews.com/2019/02/17

/tribunwiki-ini-sejarah-monumen-mandala-doi-kota-makassar

Page 61: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

48

Gambar 4.8 Monumen Mandala Tampak luar.

Sumber: St.Hardianti 16 November 2019

Jika melihat pada bentuk fisik, bagunan Monumen Mandala

memiliki struktur yang sekilas hampir mirip dengan Monumen

Nasional (Monas), hal tersebut dapat kita perhatikan pada struktur

bangunan Monumen Mandala sebagai berikut:

Page 62: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

49

Gambar 4.9 Foto Skema struktur Monumen Mandala

Sumber: St.Hardianti 16 November 2019

Page 63: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

50

Pada skema diatas dapat dilihat bahwa struktur Monumen

Mandala terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

a) Puncak

Gambar 4.10. Puncak Monumen Mandala.

Sumber: St.Hardianti 16 November 2019

b) Pelataran atas / Ruang Pandang

Gambar 4.11 Pelataran Atas Monumen Mandala

Sumber: St.Hardianti 16 November 2019

Page 64: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

51

c) Badan Monumen

Gambar 4.12 Badan Monumen Mandala

Sumber: St.Hardianti 16 November 2019

d) Pelataran bawah.

Gambar 4.13 Pelataran Bawah Monumen Mandala

Sumber: St.Hardianti 16 November 2019

Page 65: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

52

2) Bentuk Khusus (special form), yaitu bentuk yang tercipta karena adanya

hubungan timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh fenomena

bentuk fisik terhadap tanggapan kesadaran emosionalnya. yang

dimaksud disini ialah karakteristik dan nilai-nilai yang sarat akan makna

simbol yang terkandung dalam bentuk fisik sehingga membangun

komunikasi secara visual yang dapat menjalin hubungan timbal balik

yaitu hubungan antara karya dengan manusia. Contoh yang terdapat pada

bentuk fisik Monumen Mandala yang memiliki bentuk khusus yaitu:

a) Tiang puncak

Gambar 4.14 Tiang puncak Monumen Mandala

Sumber : https://dolandolen.com/listing/monumen-mandala

Page 66: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

53

b) Relief lidah api (puncak monumen)

Gambar 4.15 Bentuk Lidah Api pada bagian puncak Monumen Mandala

Sumber: https://www.flickr.com/photos

c) Relief Lidah Api (Badan Monumen)

Gambar 4.16 Relief Lidah Api

Sumber: St.Hardianti 16 November 2019

Page 67: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

54

d) Relief Bambu runcing

Gambar 4.17 Relief Bambu runcing

Sumber : St.Hardianti 16 November 2019

e) Relief ilustrasi Sejarah Mandala

Gambar 4.18 Relief Ilustrasi sejarah di sekeliling pelataran monumen

Sumber: St.Hardianti 16 November 2019

Page 68: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

55

b. Fungsi Monumen Mandala

Untuk menganalisis fungsi pada Monumen Mandala penulis

menggunakan tiga aspek yang dimiliki dalam teori fungsi dalam seni rupa,

yaitu fungsi personal, fungsi social dan fungsi fisik. Ketiga fungsi Yang

dimaksud ialah:

1) Fungsi Personal (personal function) ialah Gambar visual ditulis dengan

didahului bahasa sebagai alat komunikasi. Akan tetapi, seni melampaui

komunikasi informasi, tetapi juga mengungkapkan seluruh dimensi

kepribadian manusia, atau psikologis, keadaan tertentu. Seni adalah

lebih dari simbol standar dan tanda-tanda yang digunakan karena

pembentukan unsur-unsur, seperti: garis, warna, tekstur, pengirim

subliminal makna luar informasi dasar. Keberadaan unsur-unsur ini

memberikan maksud dan makna kepada seniman dan penikmat.

2) Fungsi sosial (social function) ialah seni melakukan fungsi sosial jika:

(1) Mempengaruhi kelompok manusia, (2) Hal yang dibuat untuk

dapat dilihat dan dan digunakan dalam situasi umum, (3) ini

menggambarkan aspek-aspek kehidupan bersama oleh semua sebagai

lawan jenis pengalaman pribadi. Eksistensi tersebut menunjukkan

bagaimana manusia sebagai mahluk sosial dan sebagai mahluk yang

mempunyai tanggung jawab atas dirinya, ia terikat pula oleh

lingkungan sosialnya. Semua karya seni yang berkaitan dengannya

akan juga berfungsi sosial, karena karya seni diciptakan untuk

penghayat.

Page 69: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

56

3) Fungsi Fisik (Physical function) yaitu Seni dalam ikatan “fungsi fisik”

merujuk pada benda-benda yang dibuat untuk digunakan sebagai

wadah. Selanjutnya disini seni berarti lebih daripada menghiasi atau

memperindah pada pengertian dasarnya yang bersifat prafon yaitu

lebih ditekankan pada elemen estetik atau unsur hias pada suatu objek

yang menjadi wadah.

B. Pembahasan

Monumen Mandala dibangun di Kota Makassar dan berdiri di atas

lahan seluas kurang lebih 1 Ha, pembangunan dimulai pada tahun 1994 yang

diprakarsai oleh H.A.Zaenal Basri Palaguna, Gubernur Provinsi Sulawesi

Selatan, dan peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 11 januari 1994

oleh Soesilo Soedirman, Mentri Koordinator Politik dan Keamanan (Mentri

Koordinator Politik dan Keamanan (Menkopolkam)) saat itu yang kemudian

diresmikan oleh Presiden Republik Indonesai H.M.Soeharto pada tanggal 19

Desember 1995 guna mengenang sejarah pembebasan Irian Barat pada tahun

1962. Pembangunan Monumen Mandala menggunakan dana APBD Sulsel

tahun 1994 senilai Rp75 miliar.

1. Eksistensi Monumen Mandala sebagai Karya Seni Rupa Tiga Dimensi di

Kota Makassar

Dalam menganalisis Eksistensi sebagai karya seni rupa tiga dimensi di

kota Makassar, digunakan pendekatan eksistensi manusia dengan konsep-

konsep dasar metodis dan ideologis sebagai berikut:

Page 70: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

57

a. Pengalaman personal

Eksistensi Monumen Mandala dilihat dari segi bentuk dan struktur

bangunan. Berdasarkan analisis pengalaman personal, Monumen Mandala

tidak melakukan perubahan bentuk mulai dari bangunan bagian eksterior

hingga bagian interior. Sama seperti bentuk aslinya, Monumen Mandala

juga masih mempertahankan karakteristik kepribadiannya yang sangat

kental dengan unsur sejarah perjuangan rakyat Indonesia khususnya

disulawesi dalam merebut Irian Barat kepangkuan ibu pertiwi. Namun

karena banyaknya permasalahan sehingga berpengaruh terhadap proses

eksistensi Monumen Mandala yang disebabkan oleh faktor sarana dan

prasarana yang kurang maksimal yang dianggap kurang memenuhi

kebutuhan masyarakat baik dari segi fisik bangunan (interior dan eksterior)

serta non fisik. Adapun permasalahan yang dimaksud contohnya seperti:

1) Setelah diamati pada eksterior Monumen Mandala, bagian puncak

Monuman khususnya pada bagian ruang pandang, adanya ketidak

seimbangan antara Ruang pandang dengan badan monumen. Dimana

pada bagian ruang pandang berbentuk segi enam sedangkan pada

bagian badan monumen berbentuk segi tiga. Hal tersebut membuat

view atau pemandangan pada Monumen Mandala terlihat kurang

menarik. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1.

2) kemudian diamati pada area interior Monumen Mandala, terdapat

sebuah Diorama yang merupakan sarana yang menyajikan informasi

khusunya dalam sejarah Monumen Mandala. Namun tampaknya tidal

Page 71: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

58

lagi berfungsi seperti sedia kala karena mengalami kerusakan. Hal

tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2.

3) Penataan diorama yang rata-rata berukuran panjang 1 meter dan lebar

2 meter dan miniature yang di tata lebih masuk kedalam ruangan

sehingga membuat jalur apresiasi menjadi sempit dan juga hal tersebut

yang membatasi pandangan untuk mengamati diorama, sehingga

pengunjung harus mengantri, menunggu pengunjung yang lain selesai

melakukan apresiasinya, karena satu buah diorama hanya mampu

dilihat maksimal hingga tiga orang pengunjung saja.

4) Tidak terpenuhinya standar sirkulasi suatu bangunan membuat tidak

terciptanya kenyamanan pengunjung. Contohnya pada lantai dua,

sirkulasi udara yang kurang karena tidak terdapat pentilasi udara di

lantai dua serta cahaya buatan yang minim karena titik jatuh cahaya

lampu yang tidak terfokuskan pada diorama sehingga beberapa

diorama tidak mendapatkan cahaya yang cukup sehingga menciptakan

suasana ruangan yang gelap, sesak, dan terkesan mistis. Hal tersebut

dapat dilihat pada gambar 4.4.

5) Desain ruangan yang melingkar sehingga menciptakan banyaknya

ruang-ruang mati atau ruangan yang tidak digunakan. Salah satunya

dilihat di sekitar tangga dan sekat antara diorama yang satu dan yang

lainnya yang menimbulkan kesan sempit Hal tersebut dapat dilihat

pada gambar 4.3

Page 72: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

59

6) Kurang dimaksimalkannya perawatan bangunan yang mengakibatkan

banyaknya kerusakan pada diorama dan miniatur karena faktor

material yang tidak tahan terhadap serangan serangga disamping

kerusakan lain seperti retak dan bocor juga serangan rayap yang

menjangkau miniature di dinding monumen. Hal tersebut dapat dilihat

pada gambar 4.5

Jika melihat dari banyaknya faktor permasalahan diatas, dapat di ambil

kesimpulan bahwa proses eksistensi dari Monumen Mandala mengalami

hambatan bahkan membuat eksistensinya menjadi penurunan. banyak

masalah yang memicu menurunnya eksistensi Monumen Mandala dimata

masyarakat khususnya dikota Makassar itu sendiri membuatnya kurang

memenuhi kebutuhan masyarakat, baik secara fisik (desain Bangunan)

maupun non fisik, sehingga kegiatan edukasi, rekreatif, ekonomi, sosial

dan budaya yang seharusnya trercipta kini mulai trisolir.

b. Sejarah situasi Individu

Disini penulis hanya membandingkan keadaan Monumen Mandala

dulu dan sekarang, dimana dulu Monumen Mandala merupakan land mark

kota Makassar yang sering dijadikan tempat wisata serta museum sejarah

yang mengedukasi baik itu pendidikan dalam sejarah maupun seni. Namun

pada realita sekarang ini, Monumen Mandala secara naturalis atau

perlahan-lahan mulai hilang keberadaannya, Monumen Mandala tidak lagi

mempertahankan eksistensi dan keaktualisasiannya, Hal tersebut terjadi

karena kurangnya perhatian pemerintah setempat serta minimnya system

Page 73: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

60

perawatan dan pengawasan bangunan kemudian menjadikan Monumen

Mandala yang dulunya merupakan icon/land mark ibukota layaknya

Monumen Nasional (MONAS) di ibukota Jakarta, kini Monumen Mandala

hanya menjadi aksesoris atau pajangan belaka. Padahal dulu eksistensinya

sangat di akui dikota Makassar. Salah satu yang sangat terlihat ialah

berkurangnya jumblah pengunjung yang masuk kedalam Monumen

Mandala. Banyak yang dating berkujung hanya di sekitar atau

dipekarangan Monumen Mandala dengan tujuan hanya untuk sekedar

berfoto dengan latar belakang bangunan Monumen. Bahkan karena

pekarangan Monumen Mandala yang luas dan tempatnya yang strategis

sehingga membuat Monumen Mandala sering dijadikan tempat

melaksanakan kegiatan seni, bahkan konser music hingga event-event

Ibukota itu sendiri yang terlihat pada gambar 4.6.

c. Kebebasan

Dalam teori Soren Kierkegaard sebagai ukuran untuk membahas

eksistensi. Dimana Monumen Mandala bebas mengalami perubahan atas

dirinya sendiri, bebas mempertahankan eksistensinya, meningkatkan

eksistensinya atau malah sebaliknya.. Telah dibahas sebelumnya bahwa

Monumen Mandala masih mempertahankan bentuknya yang mengusung

tema sejarah perjuangan dalam merebut kembali Irian Barat. Akan tetapi

karena banyaknya permasalahan yang terjadi sehingga Monumen Mandala

perlahan-lahan kehilangan identitas kepribadiannya dalam masyarakat

yang telah dilembagakan dalam tatanan social budaya. Maka dari itu

Page 74: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

61

kesimpulan yang diperoleh penulis dengan merujuk pada teori

Kierkegaard bahwa Monumen Mandala telah bebas mengalami perubahan

atas dirinya sendiri namun tidak mempertahankan eksistensinya dan proses

yang terjadi cenderung menurun dari tahun-tahun sebelumnya sehingga

konsekuensi yang di dapatkan ialah menurunnya citra Monumen Mandala

sebagai icon/ landmark di kota Makassar.

d. Sebagai alat atau sarana untuk membahas tema-tema khusus dalam

kehidupan manusia.

Pada aspek ini, Monumen Mandala masih mempertahankan tema-

tema khusus dalam kehidupan manusia yang melekat sebagai pengingat

bahwa Monumen Mandala merupakan salah satu bukti perlawanan rakyat

daerah Sulawesi Selatan dalam merebut kembali Irian Barat. Hal tersebut

dapat dilihat dari bentuk Monumen Mandala yang masih mempertahankan

cirikhas yang sarat akan makna perjuangan.

2. Bentuk dan fungsi Monumen Mandala sebagai Karya Seni Rupa Tiga

Dimensi di Kota Makassar.

a. Bentuk Monumen Mandala

Untuk menganalisis bentuk Monumen Mandala, ada dua macam

kategori bentuk yang digunakan dalam mendukung karya seni yaitu

bentuk visual (visual form), dan bentuk khusus (special form).

1) Bentuk visual (visual form)

Monumen Mandala berada di jalan Jendral Sudirman. Lokasi yang

sangat strategis karena berada di jantung kota dan jika diperhatikan

Page 75: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

62

sisi sebelah utara persis berdampingan dengan bangunan Pengadilan

Negeri, Sebelah Timur berhadapan dengan RS. Plamonia, Sebelah

Selatan berdampingan dengan Balai Prajurit / Bangunan Manunggal,

dan Sebelah Barat berdekatan dengan bangunan hunian dan

pendidikan (sekolah, rumah tinggal, dan rumah makan).

Pada bentuk Visual atau bentuk fisik yang dapat dilihat pada skema

Monumen Mandala yang terdapat pada gambar 4.9. Monumen

Mandala memiliki beberapa bagian struktur bangunan yaitu:

a) Puncak Monumen Mandala terdiri dari beberapa bagian

- Tiang puncak (4 meter) merupakan harde yang berfungsi

sebagai penangkal petir

- Lidah api (4,45 Meter) berwarna kuning keemasan

- Cinein dua susun

Dapat dilihat pada gambar 4.10.

b) Pelataran atas Monumen Mandala berada dibawah cinenin dan

terletak diketinggian 61 meter dari permukaan tanah. Pelataran

atas ini merupakan ruang pandang yang berbentuk segi enam

dengan ukuran tinggi 6.45 meter, Dengan menggunakan material

yang dilapisi oleh kaca tebal untuk mendukung fungsinya sebagai

ruang pandang yang biasa digunakan pengunjung untuk melihat

view yang berada disekitar Monumen dengan jarak pandang dari

atas. Pengunjung dapat menggunakan lift untuk akses naik hingga

keruang pandang. Dapat dilihat pada gambar 4.11.

Page 76: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

63

c) Badan Monumen Mandala terletak di antara pelataran bawah dan

batas ruang pandang dengan ukuran tinggi -+ 60 meter. Dan jika

dilihat dari segi eksterior bentuk badan Monumen Mandala

memiliki bentuk segi tiga sama sisi. kemudian pada eksterior

Monumen melekat relief lidah api di setiap sisi Monumen yang

berwarna keemasan, kemudian pada bagian interior terdapat ruang

hampa didalalam Monumen dan jalur lift hingga ke ruang

pandang. Dapat dilihat pada gambar 4.12.

d) Pelataran bawah dengan tinggi 11,35 meter terletak paling bawah

terdiri dari beberapa bagian yaitu:

- Pada bagian eksterior terdapat Relief bamboo runcing yang

melekat di setiap sisi Monumen yang berada persis dibawah

relief lidah api yang juga berwarna kuning keemasan namun

warnanya sedikit lebih terang dibandingkan lidah api.

Kemudian terdapat bangunan yang berbentuk rumah yang

berada di sisi kiri dan kanan setiap pintu masuk bangunan

Monumen Mandala yang secara keseluruhan berjumblah

enam.

- Pada bagian interior terdapat tiga lantai, Lantai satu (3, 95

meter) yang digunakan sebagai museum yang didalamnya

terdapat banyak elemen seperti tiga (3) buah pintu, dua belas

(12) Diorama, tiga (3) buah relief dan tiga (3) buah reflika

pakaian perjuangan abad XVII yang secara keseluruhan

Page 77: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

64

mengusung tema yang sama dengan kedua belas diorma serta

ketiga relief.

- Lantai dua terdapat dua belas (12) diorama, tiga (3) relief yang

menceritakan perjuangan rakyat di sulawesi dalam pembebasan

Irian Barat.

- Lantai tiga terdapat Diorama patung panglima, peta irian Barat,

diorama pakaian operasi mandala dan beberapa foto

dokumentasi Monumen Mandala tempo dulu.

- Terdapat relief ilustrasi sejarah pembebasan irian barat dengan

warna hitam yang mengelilingi bagian luar pelataran Monumen

Mandala yang gambaran secara keseluruhan dari relief yang

mebelilingi monumen dapat dilihat secara terperinci dan jelas

pada diorama-diorama yang ada pada lantai satu hingga lantai

tiga.

- Tidak jauh dari relief, terdapat beberapa anak tangga dan kolam

yang berada di sekeliling bangunan Monumen Mandala.

Dapat dilihat pada gambar 4.13

2) Bentuk khusus (special form)

Yang dimaksud disini ialah karakteristik dan nilai-nilai yang

sarat akan makna simbol yang terkandung dalam bentuk fisik

sehingga membangun komunikasi secara visual yang dapat menjalin

hubungan timbal balik yaitu hubungan antara karya dengan manusia.

Page 78: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

65

Contoh yang terdapat pada bentuk fisik Monumen Mandala yang

memiliki bentuk khusus yaitu:

a) Monumen Mandala dibuat dengan bentuk segitiga sama sisi

yang memiliki makna sebagai TRIKORA (Tiga Komando

Rakyat),

b) Tiang Puncak satu buah melambangkan bulan januari, bulan

pembentukan Komando Mandala berdasarkan Keppres No. 1,

tahun 1962 (2 januari 1962). Gambarnya dapat dilihat pada

halaman gambar 4.14

c) Relief lidah api dibagian bawah melambangkan semangat

TRIKORA. Gambarnya dapat dilihat pada halaman (gambar

4.15).

d) Cinein dua susun teletak dibawah Relief lidah api dibagian

puncak Monumen yang melambangkan tanggal pembentukan

Komando Mandala berdasarkan Keppres No. 1, tahun 1962 (2

januari 1962).

e) Ketinggian Monumen Mandala mencapai 62 meter hingga

keruang pandang yang dimaknai sebagai manifestasi/

perwujudan sebagai tahun kembalinya irian barat kepangkuan

ibu pertiwi (1962).

f) Relief lidah api dibagian atas memiliki makna sebagai lambang

semangat yang tidak pernah padam, gambarnya dapat dilihat

pada gambar 4.16.

Page 79: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

66

g) Terdapat dua puluh tujuh (27) buah relief bambu runcing

(Sembilan (9) buah disetiap sisi Monumen) yang dilambangkan

sebagai alat yang digunakan dalam perjuangan kemerdekaan,

Gambarnya dapat dilihat pada halaman gambar 4.17.

h) Kolam yang ada disekeliling bangunan Monumen merupakan

makna simbol kejernihan berfikir yang bmutlak dimiiki dalam

setiap perjuangan baik itu pada tekad dan tujuan Rakyat

Indonesia,

i) Relief disekeliling bangunan Monumen Mandala yang jika

diperhatikan ada banyak bentuk wajah, yang menurut informan,

itu merupakan beberapa bentuk wajah dari pahlawan-pahlawan

di Sulawesi yang ikut berjuang dikala itu, dan juga terdapat

beberapa tokoh masyarakat dari berbagai daerah disulawesi

yang memiliki cerita dibalik perlawanan melawan penjajah

dikala itu. Para tokoh yang terdapat dalam relief tersebut

merupakan simbol atau gambaran yang terdapat pada tiap-tiap

DIORAMA yang terdapat didalam Monumen Mandala.

Dimana diorama tersebut menggambarkan perjalanan sejarah

perjuangan masyarakat Sulawesi dalam menentang penjajahan

belanda dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945

j) bagunan bagian depan dianggap sebagai bentuk / model markas

komando mandala

Page 80: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

67

Monumen Mandala dibangun bukan hanya berdasarakan nilai

kegunaannya namun juga memiliki makna filosofi sejarah perjuangan

didalamnya. Telah diketahahui bahwa Monumen Mandala merupakan

bukti perjuangan khususnya Indonesia timur dalam pembebasan irian barat

yang pastinya unsur makna yang melekat pada bentuk dan simbol yang

bermaknakan himpunan semangat dan tekad patriotisme para pejuang

dalam melawan penjajahan dan mempertahankan kemerdekaan bangsanya

yang yang merupakan penjabaran dari bentuk khusus pada Monumen

Mandala.

b. Fungsi Monumen Mandala

1) Fungsi Personal (personal function)

Fungsi Personal ialah Gambar Visual ditulis dengan didahului

bahasa sebagai alat komunikasi. Akan tetapi, seni melampaui komunikasi

informasi, tetapi juga mengungkapkan seluruh dimensi kepribadian

manusia, atau psikologis, keadaan tertentu. Seni adalah lebih dari simbol

standar dan tanda-tanda yang digunakan karena pembentukan unsur-unsur,

seperti: garis, warna, tekstur, pengirim subliminal makna luar informasi

dasar. Keberadaan unsur-unsur ini memberikan maksud dan makna kepada

seniman dan penikmat. Yang dimaksud dalam fungsi Personal ini adalah

simbol dan tanda-tanda yang melekat pada Monumen Mandala sebagai

wujud seni rupa tiga dimensi dengan megungkapkan kepribadiannya

seabagai alat komunikasi sekaligus sebagai suatu kepercayaan yang

mengusung tema-tema sejarah dimasa lampau.

Page 81: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

68

2) Fungsi sosial (social function)

Fungsi sosial ialah seni melakukan fungsi sosial jika: (1)

Mempengaruhi kelompok manusia, (2) Hal yang dibuat untuk dapat dilihat

dan digunakan dalam situasi umum, (3) ini menggambarkan aspek-aspek

kehidupan bersama oleh semua sebagai lawan jenis pengalaman pribadi.

Eksistensi tersebut menunjukkan bagaimana manusia sebagai mahluk

sosial dan sebagai mahluk yang mempunyai tanggung jawab atas dirinya,

ia terikat pula oleh lingkungan sosial dengan mempertimbangkan derajat

sosialnya. Semua karya seni yang berkaitan dengannya akan juga

berfungsi sosial, karena karya seni diciptakan untuk penghayat. Jadi dalam

hal ini yang dimaksud fungsi sosial ialah melihat dari interaksi yang

ditimbulkan antara bangunan Monumen Mandala dengan lingkungan

sekitar dengan adanya derajat sosial yang dimiliki sebuah bangunan

kemudian menjadikannya sebanding atau lebih dari bangunan yang

lainnya.

3) Fungsi Fisik (Physical function)

Funsgi fisik yaitu Seni dalam ikatan “fungsi fisik” merujuk pada

benda-benda yang dibuat untuk digunakan sebagai wadah. Selanjutnya

disini seni berarti lebih daripada menghiasi atau memperindah pada

pengertian dasarnya yang bersifat prafon yaitu lebih ditekankan pada

elemen estetik atau unsur hias pada suatu objek yang menjadi wadah.

Seperti halnya pada Monumen Mandala selain memiliki unsur hias pada

beberapa elemennya juga berfungsi sebagai wadah.

Page 82: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

69

Dalam menganalisis fungsi yang terdapat pada Monumen Mandala,

penulis menggunaan tiga jenis fungsi berdasarkan seni yaitu Fungsi personal

(personal function), fungsi social (social function) dan fungsi fisik (physical

function) yang di uraikan pada tabel sebagai berikut :

Struktur

Bentuk Elemen

Fungsi

Personal Sosial Fisik

Puncak

Monumen

Tiang puncak

Relief lidah api

cinein

Ruang Pandang

Badan

Monumen

Relief lidah api

Dinding

Monumen(eksterior)

Relief bambu

runcing

Pelataran

bawah

Kolam

Tangga (eksterior)

Relief (eksterior)

Pintu

Diorama

Relief (interior)

Tangga (interior)

Lift

Tabel 4.1 Fungsi Monumen Mandala

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, fungsi pada Monumen

Mandala yaitu:

Page 83: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

70

a) Fungsi personal

Beberapa elemen bentuk pada Monumen Mandala yang memiliki fungsi

personal ialah ketika bentuk tersebut memiliki keterkaitan dengan simbol

atau tanda-tanda sebagai wujud seni rupa tiga dimensi yang

mengungkapkan kepribadian Monumen Mandala sebagai alat komunikasi

sekaligus sebagai suatu kepercayaan yang mengusung tema-tema sejarah

dimasa lampau. Adapaun elemen-elemen pada Monumen Mandala yang

memiliki fungsi personal antara lain:

- Tiang/hard (puncak Monumen)

- Relif lidah api (puncak Monumen)

- Cinein

- Relief lidah api (badan Monumen)

- Relief bambu runcing

- Kolam

- Relief ilustrasi tokoh-tokoh sejarah dan sejarah singkat

pembebasan Irian Barat (eketerior)

- Relief (interior).

Beberapa elemen tersebut dikelompokkan kedalam fungsi Personal

karena seperti kita ketahui pada tiang puncak, cinein, relief lidah api dan

relief bambu runcing serta kolam memiliki simbol yang melekat makna

sejarah pembebasan irian barat didalamnya. Sama halnya dengan ruang

pandang, dan beberapa relief dibagian interior serta relief dibagian

eksterior juga dikelompokkan kedalam fungsi personal karena elemen-

Page 84: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

71

elemen tersebut dapat mengungkapkan kepribadian Monumen Mandala

dan sebagai alat komunikasi.

b) Fungsi sosial

Terdapat beberapa elemen pada Monumen Mandala yang menjadi

fungsi sosial seperti :

- tiang puncak

- relief lidah api

- ruang pandang

- relief bambu runcing

- kolam

- tangga

- diorama

- lift.

beberapa elemen tersebut dikelompokkan kedalam fungsi sosial

karena berdasarkan analisis fungsi sosial beberapa elemen dapat meberi

pengaruh terhadap sekelompok manusia yang dimana pada elemen

tersebut dapat dilihat dan digunakan dalam situasi umum serta menjadikan

Monumen Mandala memiliki derajat yang membandingkannya dengan

bangunan atau Monumen yang lain.

Page 85: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

72

c) Fungsi Fisik

Setelah mengamati tabel diatas, beberapa elemen bentuk pada

Monumen Mandala dapat disebut sebagai fungsi fisik seperti:

- Relief lidah api

- Ruang pandang

- Dinding monument (eksterior)

- Relief bambu runcing

- Kolam

- Tangga

- Pintu

- Diorama

yang bersifat prafon dimana elemen-elemen pada bangunan

tersebut tidak hanya menjadi wadah namun juga menekankan unsur hias

yang memikat perhatian dan menguggah perasaan indah.

Page 86: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah diuraikan hasil penulisan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Eksistensi Monumen Mandala jika dilihat dari bentuk khususnya, Monumen

Mandala masih mempertahankan unsur filosofi sejarah perjuangan yang

tersirat didalamnya karena pada bentuk visual/ bentuk fisik Monumen

Mandala tidak mengalami prubahan atau tidak mengubah bentuknya pada tiap

elemen-elemen struktur bangunannya. Namun karena banyaknya

permasalahan yang muncul menjadi faktor kuat penyebab menurunnya

eksistensi Monumen Mandala karena dianggap kurang memenuhi kebutuhan

masyarakat baik dari segi fisik serta non fisik hal tersebut dibuktikan dari

pengalaman personal penulis dengan hasil wawancara secara langsung.

2. Monumen Mandala memiliki bentuk visual atau bentuk fisik yang hampir

mirip seperti Monumen Nasional yang berada dikota Jakarta. Namun jika

dipertimbangkan dari segi fungsi, Monumen Mandala memiliki kepribadian

bangunan dengan karateristiknya tersendiri dengan makna yang bernuansa

filosofis sejarah perjuangan, dimana nilai sejarah perjuangan ditanamkan pada

citra Monumen Mandala dan ada juga makna budaya yang merupakan ciri

khas kebudayaan disulawesi selatan khusunya dikota Makassar. Hal ini dapat

dilihat pada bentuk khusus, yakni simbol-simbol yang dapat kita saksikan dari

beberapa bentuk elemen eksterior serta interior Monumen Mandala.

Page 87: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

74

B. Saran

1. Usaha untuk memunculkan Eksistensi Monumen Mandala yang

belakangan ini mulai dilupakan dengan hadirnya arus globalisasi yang

mengikis nilai-nilai sejarah serta budaya didalamnya.

2. Mengembalikan citra Monumen Mandala yang tidak hanya sebagai icon/

land mark ibukota, sekaligus sebagai museum disamping sebagai tempat

wisata juga memberikan sarana yang mengedukasi setiap pengunjung yang

dating untuk berkunjung.

3. Untuk mencegah terjadinya kehilangan identitas kepribadian dalam

masyarakat yang telah dilembagakan dalam tatanan sosial budaya, setiap

elemen pada bangunan Monumen Mandala hendaklah selalu dipelihara

sepanjang masa apalagi Monumen Mandala dinaungi oleh lembaga

kebudayaan di Kota Makassar yang bertanggung jawab sepenuhnya atas

Monuemen Mandala. Karena bangunan Monumen Mandala ini kelak akan

diteliti kembali pada semua bagian bangunan beserta ragam hiasnnya.

Dalam perkembangan moderenisasi melalui teknologi dan mekanisme

yang terus mendesak budaya tradisional, sehingga untuk menhindari

kepunahan budaya tradisional perlu dijaga, dipelihara dan dihayati.

4. Kepada penulis selanjutnya agar dapat mengkaji lebih dalam dan lebih

luas lagi tentang makna yang terkandung pada betuk Monumen Mandala.

Page 88: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

75

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2007. Ananlisis eksistensi. Jakarta: PT. Raja Grafino Persad.

Anonim. 2015. Pengertian Makna, (Online), (https://id,wikipedia.org/wiki/Makna,

diakses tanggal 8 Maret 2017).

Agastya . 2018. Sejarah dan pembelajarannya.Jurnal,(Online)

(http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id. Diakses 23 Januari 2019)

Ashari, Meisar. 2017. Kritik Seni. Makassar: Media Qita.

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka

Cipta.

Bajang. 2013. Makna Kata Dan Jenis Jenis Makna Kata, (Online),

(:http://Ruangbacabajang.Blogspot.co.id, diakses Tanggal 12 Maret 2017)

.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa. Edisi Keempat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Djajasudarma dan T.Fatimah. 1999. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna.

Bandung: PT. Rafika Aditama

Fisal,Muh dan Andi Baetal Mukaddas. 2013. Dwimatra.Makassar.

Fauzi,Harry D,2017.Seni Budaya untuk siswa SMP/MTS kelasVII.Bandung:

Yrama Widya.

Hardiman, Budi. F.2007. Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia.

Harum, Hadiwijiono.1980.Sari Sejarah Filsafat. Yogyakarta: kanisius.

Leech,Geofffrey.1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia

Page 89: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

76

Bagus,Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Maksum,Ali. 2008. Pengantar Filsafat. Jakarta:Ar-Ruzz Media.

Margono, Tri, Edy dan Abdul Aziz. 2010. Mari Belajar Seni Rupa untuk SMP-

MTS. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasioanl.

Pateda,Mansoer.2001.Semantik Leksikal.Jakarta :Rineka Cipta

Rohidi, R. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:UI. Press.

Rohidi, Tjetjep, Rohindi. 2011. Metodologi Penulisan.Semarang: Cipta Prima

Nusantara

Samsuri, 1990. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Setyosari, Punaji, 2010. Metode Penulisan Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta.

Sudaryat,Yayat.2009.Makna Dalam Wacana. Bandung: CV Yrama Widya

Sugiyono. 2014. Metode penulisan pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunardi,St. 2002. Semiotika Negativa. Yogyakarta:Kanal

Syamsuri. Sukri. A, dkk., 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: FKIP

UNISMUH Makassar.

Wasilah. 2016. Redesain Monumen Mandala di Kota Makassar Dengan

Pendekatan Bangunan Pintar.Skripsi tidak diterbitkan.Makassar.UIN

Alauddin.

Zainal, Nining, Haslinda. 2008. Analisis Kesesuaian Tugas Pokok Dan Fungsi

Dengan Kompetensi. Skripsi tidak diterbitkan.

http//scholar.google.com/paham.ketuhanan.modern.LoekisnoChoirilWarsito.

Surabaya:Elkaf,2002

Page 90: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

77

Page 91: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

78

LAMPIRAN I : FORMAT OBSERVASI

1. Mengidentifikasi secara langsung dengan objektif dan subjektif bangunan

Monumen Mandala sebagai karya seni rupa tiga dimensi

2. Memahami sejarah Monumen Mandala

3. Mengamati konsep dan struktur bangunan Monumen Mandala

4. Menganalisa eksistensi Monumen Mandala secara fisik maupun non fisik.

Page 92: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

79

LAMPIRAN II : FORMAT WAWANCARA

A. DAFTAR INFORMAN PENULISAN

Informan 1

Nama Lengkap : Mappaturung

Jenis Kelamin/ usia : laki-laki / 47thn

Pendidikan :

Pekerjaan : Pengelola Monumen Mandala

Informan 2

Nama Lengkap : Hermiati Nasda

Jenis Kelamin/ usia : Perempuan / 29thn

Pendidikan : SI Psikologi

Pekerjaan : PNS

Informan 3

Nama Lengkap : Alif

Jenis Kelamin/ usia : Laki-Laki

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Mahasiswa Seni Rupa UNM

Informan 3

Nama Lengkap : Fadliah Ramdhani

Jenis Kelamin/ usia : Perempuan / 25thn

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Pegawai Telkom

Page 93: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

80

B. ITEM WAWANCARA

Wawancara dan observasi dilakukan dalam rangka mengumpulkan

data dalam penulisan yang berjudul “Eksistensi Monumen Mandala

sebagai Karya Seni Rupa Tiga Dimensi di Kota Makassar”. Adapun

wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada pengelolah Monumen

Mandala dan pengunjung Monumen adalah sebagai berikut:

Internal (Pengelola Monumen Mandala)

1. Bagaimana latar belakang Monumen Mandala

2. Bagaimana sejarah Monumen Mandala?

3. Bagaimana bentuk dan struktur bangunan Monumen Mandala?

4. Apa makna dari bentuk Monumen Mandala?

5. Bagaimana progres yang terjadi di Monumen Mandala dari dulu

hingga sekarang?

Khalayak (Pengunjung Monumen Mandala)

2. Sejauh mana pengetahuan anda tentang Monumen Mandala?

3. Seberapa sering anda berkunjung serta apa tujuan anda melakukan

kunjungan di Monumen Mandala?

4. Bagaimana penilaian anda mengenaik eksistensi/keberadaan

Monumen Mandala sekarang ini?. Berikan kritik dan saran !

Page 94: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

81

LAMPIRAN III DOKUMENTASI

Wawancara penulis bersama Narasumber Bapak Mappaturung

(Pengelola Monumen Mandala)

Page 95: EKSISTENSI MONUMEN MANDALA SEBAGAI KARYA SENI RUPA …

RIWAYAT HIDUP

ST.Hardianti.Tahir, kerap di sapa Tutut. Lahir di Sinjai

SulawesiSelatan pada tanggal 31 Oktober 1996. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan

Bapak Muh.Tahir Tampa dan Ibu Juliana Tefu. dan kedua

saudaranya bernama Muh. Ardiansyah Tahir dan Muhammad

Agung Permana Tahir. Penulis menamatkan pendidikan di SD.Islamiyah Bontoala

Makassar pada tahun 2005, pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di

SMPN 2 Sinjai dan tamat pada tahun 2008, kemudian melanjutkan pendidikan

kembali di Kota Sinjai, yaitu di SMAN 2 Sinjai Utara dan tamat pada tahun 2014.

Di tahu yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas

Muhammadiyah Makassar fakultas keguruan dan ilmu pendidikan pada program

studi pendidikan seni rupa dan tercatat sebagai angkatan 2014. Penulis juga aktif

di organisasi Himpunan Mahasiswa Seni Rupa (HIMASERA) selama dua periode,

pada periode 2015/2016 tercatat sebagai anggota Sumber Daya Mahasiswa dan

pada periode 2016/2017 resmi tercatat sebagai sekertaris Bidang Bakat dan Minat.

Berkat Rahmat, hidayah dan lindungan Allah SWT, serta iringan Do’a kedua

orang tua serta saudara juga berkat bimbingan para dosen dan dukungan dari

seior, junior dan teman-teman seperjuangan, sehingga dalam mengikuti

pendidikan diperguruan tinggi berhasil menyusun sebuah skripsi yang berjudul

“Eksistensi Monumen Mandala sebagai Karya Seni Rupa Tiga Dimendi di

Kota Makassar”.