eksplorasi 1
DESCRIPTION
merupakan tugas dari matakuliah wireless or mobile computingTRANSCRIPT
Wireless or Mobile Computing“tugas eksplorasi”
Oleh
DESI NILAWATI
1102636
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
FDM dan TDM
1. Frequency Division Multiplexing (FDM)
FDM adalah teknik menggabungkan banyak saluran input menjadi sebuah saluran output
berdasarkan frekuensi. Jadi total bandwith dari keseluruhan saluran dibagi menjadi sub-sub
saluran oleh frekuensi. Prinsip dari FDM adalah pembagian bandwidth saluran transmisi
atas sejumlah kanal (dengan lebar pita frekuensi yang sama atau berbeda) dimana masing-
masing kanal dialokasikan ke pasangan entitas yang berkomunikasi.
Contoh Penggunaan FDM
Contoh dari penggunaan FDM ada pada jaringan telepon analog dan jaringan satelit analog.
Selain itu ide dasar FDM digunakan dalam teknologi saluran pelanggan digital yang
dikenal dengan modem ADSL (Asymetric Digital Subcriber Loop ).
Kelebihan & Kekurangan FDM
Kelebihan:
FDM tidak sensitif terhadap perambatan /perkembangan keterlambatan. Tehnik persamaan
saluran (channel equalization) yang diperlukan untuk sistem FDM tidak sekompleks seperti
yang digunakan pada sistem TDM.
Kekurangan:
Adanya kebutuhan untuk memfilter bandpass, yang harganya relatif mahal dan rumit untuk
dibangun (penggunaan filter tersebut biasanya digunakan dalam transmitter dan receiver).
Penguat tenaga (power amplifier) di transmitter yang digunakan memiliki karakteristik
nonlinear (penguat linear lebih komplek untuk dibuat), dan amplifikasi nonlinear mengarah
kepada pembuatan komponen spektral out-of-band yang dapat mengganggu saluran FDM
yang lain.
2. Time Division Multiplexing (TDM)
TDM yaitu Terminal/channel pemakaian bersama-sama kabel yang cepat dengan setiap
channel membutuhkan waktu tertentu secara bergiliran (round-robin time-slicing). TDM
menerapkan prinsip penggiliran waktu pemakaian saluran transmisi dengan
mengalokasikan satu slot waktu (time slot) bagi setiap pemakai saluran (user). Artinya
bandwidth yang ada dipisahkan menjadi channel-channel kecil (baseband) berdasarkan
waktunya.
Salah satu permasalahan utama dari TDM ini adalah bandwidth yang dialokasikan ke
sejumlah koneksi hanya dialokasikan ke koneksi tersebut, baik yang sedang digunakan
maupun tidak. Jadi kita tetap membayar untuk kapasitas yang tidak digunakan, hal ini
mengakibatkan TDM cukup mahal.
TDM dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Sysnchronous Time Division Multiplexing (STDM)
Hubungan antara sisi pengirim dan sisi penerima dalam komunikasi data yang menerapkan
teknik Synchronous TDM.
2. Asynchronous Time Division Multiplexing (ATDM)
Untuk mengoptimalkan penggunaan saluran dengan cara menghindari adanya slot waktu
yang kosong akibat tidak adanya data (atau tidak aktif-nya pengguna) pada saat sampling
setiap input line, maka pada Asynchronous TDM proses sampling hanya dilakukan untuk
input line yang aktif saja.
Disebut synchronous karena time slot-nya di alokasikan ke sumber-sumber tertentu dimana
time slot untuk tiap sumber ditransmisikan.
Pada ATDM, memanfaatkan fakta bahwa tidak semua terminal mengirim data setiap saat.
Fungsi utama dari ATDM adalah untuk mengoptimalkan penggunaan saluran dengan cara
menghindari adanya channel yang kosong akibat tidak adanya data ( atau tidak aktif-nya
pengguna). Konsekuensi dari hal tersebut adalah perlunya menambahkan informasi
kepemilikan data pada setiap slot waktu berupa identitas pengguna atau identitas input line
yang bersangkutan.
Keuntungan system TDM :
1. System TDM tidak memerlukan filter-filter yang mahal,dan jumlah filter yang
digunakan lebih sedikit. Karena itu harga peralatan terminal system ini lebih murah.
2. Kabel yang mempunyai spesifikasi rendah, misalnya kabel yang digunakan untuk
frekuensi pembicara (VF) masih dapat digunakan untuk sistem TDM, karena
regeneratife repeating dapat menghilangkan pengaruh buruk dari noise, kecacatan
dan crasstalk.
3. Perubahan level (level fluctuation) kanal hanya dipengaruhi oleh karakteristik
peralatan terminal itu sendiri dan tidak tergantung sama sekali dari perubahan
saluran. Oleh karena itu net-loss circuit yang diberikan oleh sistem ini rendah
Kekurangan system TDM :
1. Pemborosan bandwidth
2. User telah memiliki slot waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Multipath distortion.
Pertama kali jaringan sellular bergerak menggunakan teknologi Akses dengan FDMA,
yaitu dengan memanfaatkan penggunaan spektrum frekuensi. Dimana setiap user memakai
satu bundle frekuensi tertentu, kendalanya adalah pada saat user semakin banyak sementara
resource bandwith frekuensi terbatas.
Di tambah adanya operator yang semakin banyak menyebabkan resource frekuensi menjadi
terbatas dan mahal karena di bagi bagi. Pada saat erah GSM di Tahun 90 an, di gunakan
metode akses dengan TDMA dimana satu set frekuensi bisa di pakai untuk beberapa user
sehingga dapat menghebat resource frekuensi yg ada. Tidak selang lama beberapa operator
mengenalkan teknologi yang lain pada sekitar tahun 95 an yaitu CDMA one (atau IS 95),
dimana akses jamaknya menggunakan frekuensi yang sama dengan setiap user di bedakan
berdasarkan Code.
Berikut Perbedaan di antara FDMA, TDMA dan CDMA :
FDMA (Frekuency Division Multiple access)
FDMA adalah sistem multiple access yang menempatkan seorang pelanggan pada sebuah
kanal berbentuk pita frekuensi (frequency band) komunikasi. Jika satu pita frekuensi
dianggap sebagai satu jalan, maka FDMA merupakan teknik “satu pelanggan, satu jalan”.
Pada saat pelanggan A sedang menggunakan jalan itu, maka pelanggan lain tidak dapat
menggunakan sebelum pelanggan A selesai. Jadi, kalau dalam waktu yang bersamaan ada
100 pelanggan yang ingin berkomunikasi dengan rekannya, maka sudah tentu diperlukan
100 pita frekuensi. Kalau setiap pita memerlukan lebar 30 Kilo Hertz (kHz) dan frekuensi
yang digunakan berawal dari 890 Mega Hertz (MHz), maka:
• Pita frekuensi kanal 1 mulai dari 890 MHz hingga 890,030 Mhz
• Pita frekuensi kanal 2 mulai dari 890,030 MHz hingga 890,060 MHz
• Pita frekuensi kanal 3 mulai dari 890,060 MHz hingga 890,090 MHz. dan seterusnya
Sedangkan lebar total seluruh pita yang digunakan adalah:
100 x 30.000 Hz = 3.000.000 Hz = 3 MHz.
Artinya, jika frekuensi yang digunakan mempunyai batas bawah 890 MHz, maka batas
atasnya adalah 893 MHz.
Akan tetapi, frekuensi yang tersedia untuk komunikasi bergerak dibatasi oleh peraturan
yang ada karena frekuensi-frekuensi lain pasti digunakan untuk jatah keperluan yang lain
pula. Sementara jatah frekuensi yang ada pun harus dibagi antarpenyelenggara telepon
seluler. Karena itu, untuk memperbanyak kapasitas dengan jumlah kanal yang terbatas,
digunakan trik-trik tertentu sesuai dengan strategi si penyelenggara.
Metoda akses dengan FDMA bisa di analogikan dengan satu user memakai satu frekuensi
dengan bandwith tertentu. User lainya menggunakan frekuensi yang lain dan seterusnya.
Gambar 6 (FDMA)
Contoh analogi, Misal Suatu operator mempunyai Bandwith Frekuensi 5Mhz dengan
dengan pemakain 30khz per user, maka dengan 5Mhz bandwith tsb dapat di pakai :
N user = Jumlah Bandwith / Bandwith 1 user = 5Mhz/30khz = 166 user
Maka Bisa di katakan dengan Bandwith 5 Mhz, operator tsb sanggup melayani 166 user
dalam satu area tsb. Perhitungan tsb belum memasukan frekuensi guarband yaitu frekuensi
di antara user 1 dengan yang lainya. Karena tanpa guarband akan terjadi
interferency/gesekan antar satu frekuensi dengan frekuensi terdekatnya. Berikut
Gambaranya :
Gambar 7(Guardband)
Maka Jika dengan Guarband, misal Guardband = 10khz, maka satu user = 30 khz +
Guardband = 30 + 10 =40 khz. Maka hitungan baru:
N user = 5 Mhz/ 40khz = 125 user.
TDMA (Time Division Multiple Access)
Berbeda dengan FDMA yang memberikan satu pita frekuensi untuk dipakai satu pelanggan,
TDMA memberikan satu pita frekuensi untuk dipakai beberapa pelanggan. Jadi kanal-kanal
komunikasi dirupakan dalam bentuk slot-slot waktu. Slot waktu adalah berapa lama
seorang pelanggan mendapat giliran untuk memakai pita frekuensi.Satu slot waktu
digunakan oleh satu pelanggan. Slot-slot waktu ini dibingkai dalam satu periode yang
disebut satu frame. Jadi misalkan ada 10 pelanggan yang masing-masing adalah A, B, C, D,
E, F, G, H, I, dan J, maka dalam satu frame terdapat 10 slot waktu yang merupakan giliran
tiap pelanggan untuk menggunakan pita frekuensi yang sama.
Proses komunikasi multi-access dilakukan dengan menjalankan frame berulang- ulang
sehingga akan muncul urutan giliran pemakaian saluran seperti: A-B-C-D-E-F-G-H-I-J-A-
B-C-D- E-F-G-H-I-J-A-B-C-dan seterusnya. Tentu saja harus ada pembatasan jumlah
pelanggan yang menggunakan satu pita frekuensi ini. Jika tidak dibatasi, periode frame
akan terlalu panjang dan akibatnya timbul komunikasi terputus-putus yang mengganggu
pembicaraan. Karena sifatnya yang tidak kontinyu (tidak terjadi pemakaian pita frekuensi
terus menerus oleh satu pelanggan dalam satu periode pembicaraan),maka teknik TDMA
hanya dapat mengakomodasi data digital. Sehingga sinyal analog yang akan dikirim, harus
diubah menjadi format digital dahulu.
Sesuai namanya teknik TDMA memakai pewaktuan untuk melayani user nya. Bisa di
katakan satu set frekuensi bisa di pakai bersama beberapa user dengan pembagian waktu
dalam orde ms. Karena orde pewaktuanya sangat cepat (ms), sehingga seolah olah satu set
frekuensi bisa melayani lebih dari 1 user dalam waktu bersamaan.
Gambar 8 (TDMA)
Ambil Contoh teknik TDMA yg di pakai operator GSM, dimana satu set frekuensi adalah
200khz dan dapat di gunakan oleh 8 user atau 8 time slot. Dimana satu set frekuensi tsb di
gilir ke 8 user tsb dalam orde ms, sehingga seolah olah frekuensi tersebut bisa melayani 8
user simultan.
Kenapa satu set nya memakai 200khz? Kenapa tidak memakai 30khz saja seperti contoh di
FDMA?
Jawabanya cukup kompleks. Di buat mudah saja karena untuk standarisai semua vendor.
Bisa saja memakai 30khz atau lainya, tetapi dengan 200khz berarti bandwith lebih besar
sehingga kualitas akan lebih bagus. Sekarang hitung2 an efesiensi bilah di bandingkan
dengan FDMA :
Analoginya sama, mempunya 5Mhz bandwith dengan 1 set frekuensi =200khz, maka ada N
set frekuensi :
N Set Frekuensi = Jumlah Bandwith / 1 set Frekuensi = 5Mhz/200khz = 25 Set frekuensi
1 set Frekuensi bisa untuk 8 user, maka Jumlah User = 25 x 8 = 200 use
Maka Perbandinganya adalah :
FDMA = 125 user, TDMA = 200user maka efisiensi yg bisa di dapat setelah memakai
TDMA sekitar 62% atau bisa di katakan dengan TDMA bisa mendapatkan kapasitas 60%
lebih banyak dari FDMA.
Ini baru dari satu sisi perbandingan dan masih ada lainya.
CDMA (Code Division Multiple Access)
Teknik CDMA adalah temuan yang lebih baru dibandingkan dengan FDMA dan TDMA.
Teknik CDMA berawal pada tahun 1949 ketika Claude Shannon dan Robert Pierce (yang
banyak jasanya untuk kemajuan teknologi telekomunikasi saat ini) menyampaikan ide dasar
CDMA. Teknik ini merupakan temuan yang brilian karena kanal yang satu dengan lainnya
tidak dibedakan dari frekuensi/FDMA atau waktu/TDMA yang secara awam lebih mudah
dipahami, melainkan dengan perbedaan kode. Jadi pada CDMA, seluruh pelanggan
menggunakan frekuensi yang sama pada waktu yang sama.
CDMA (juga disebut DSSS/ direct sequence spread spectrum) merupakan salah satu dari
dua jenis teknik murni spread spectrum multiple access (SSMA). Jenis lainnya dikenal
sebagai FHMA (frequency hopping spread spectrum). Kedua jenis ini tergolong SSMA
karena sinyalnya tersebar (spread) pada spektrum pita frekuensi yang lebar. Pada CDMA,
penyebaran sinyal diperoleh akibat proses perkalian data input (yang mempunyai waktu
perubahan lambat) dengan kode PN (yang mempunyai waktu perubahan cepat). Walaupun
pita frekuensinya lebar, tegangan sinyal yang dihasilkan sangat kecil, menyerupai noise
(bising) yang selalu menyertai gelombang radio. Sehingga apabila dimonitor oleh penerima
lain, sinyal yang dipancarkan oleh pengirim berbasis CDMA hanya berupa noise (seolah-
olah menunjukkan ketiadaan sinyal pancar) yang tidak mengganggu sinyal lain. Sifat
CDMA yang lain adalah kemampuannya untuk tahan terhadap jamming (penutupan oleh
sinyal yang lebih kuat) pada pita frekuensi sempit. Hal ini terjadi karena jamming pada pita
frekuensi sempit itu tidak akan mengganggu sinyal-sinyal CDMA yang tersebar di pita
frekuensi lain.
Walaupun begitu jika diterapkan pada telepon seluler, CDMA mempunyai masalah yang
disebut near-far problem. Masalah ini terjadi akibat pemakaian pita frekuensi yang sama
pada waktu yang sama. Akibatnya, pelanggan yang paling dekat dengan base station (BTS)
akan mendominasi BTS karena sinyalnya diterima (oleh BTS) paling besar dibandingkan
dengan pelanggan lain yang jaraknya lebih jauh. Bagi pelayanan yang baik, hal itu tidak
diharapkan. Untuk mengatasinya dipakailah teknik power control. Teknik ini menyebabkan
BTS memerintahkan ponsel pelanggan untuk mengurangi daya pancar (secara otomatis)
ketika sinyalnya diterima paling besar. Sehingga seluruh pelanggan di areal cakupan BTS
akan diterima dengan besar sinyal yang sama. CDMA dapat dikombinasikan dengan teknik
lain untuk menjadi teknik hibrid semacam: FCDMA yang merupakan kombinasi dari
FDMA dan CDMA, TCDMA yang merupakan kombinasi dari TDMA dan CDMA. Juga
ada DS-FHMA yang merupakan kombinasi dari CDMA/DSSS dengan FHMA.
Di teknik CDMA semua user di layani oleh frekuensi yang sama dengan teknik pengcodean
untuk memisahkan user satu dengan lainya.
Banyak pertanyaan kenapa bisa memakai frekuensi yang sama untuk semua user? Jawaban
di permudahnya adalah bahwa jika ada pemakain frekuensi yang sama maka akan saling
menginterferensi, tetapi di CDMA memakai bandwith yang besar sehingga bisa menekan
level interferensinya. Semakin besar bandwith yg di pakai, semakin kebal terhadap
interferensi. Sehingga di sistem CDMA, perhitungan kapasitasnya berdasarkan level
interferensinya. Jadi ada level tertentu sampai user ke sekian, sampai batas toleransi
interferensi akan tercapai batas maximalnya.
Gambar 9 (CDMA)
CDMA sendiri di kembangkan oleh beberapa developer, yang sekarang di kenal ada 2 :
1. CDMA 2000
Di kembangkan oleh kerangka 3gpp2 dan di kenal dengan nama CDMA. Memakai
bandwith frekuensi 1.25Mhz. evolusi yg setara 3G nya adalah EVDO
2. WCDMA
Di kembangkan oleh 3GPP dan di kenal sebagai UMTS, atau banyak yg
menyebutnya 3G, HSDPA dan kawan kawanya. Merupakan evolusi dari GSM
untuk generasi ke tiganya. Memakai bandwith yang lebih besar dari CDMA 2000.
Metode Transmisi Nirkabel
Adalah metode – metode yang digunakan wireless dalam mentransmisikan sinyal yang
dipancarkan. Metode transmisi nirkabel dibagi menjadi 3 :
1. Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)
Juga dikenal sebagai Direct Sequence Code Division Multiple Access (DS-CDMA),
DSSS adalah salah satu dari pendekatan modulasi spread spectrum untuk pengiriman
data digital kecepatan tinggi melalui radio. Umumnya peralata n IEEE 802.11b
menggunakan DSSS untuk memancarkan data-nya yang memberikan kecepatan sekitar
11Mbps. Setiap stasiun yang memancar akan mengkonsumsi bandwidth sekitar 22MHz.
Setiap arus informasi yang akan di kirim akan di bagi menjadi potongan kecil-kecil dan
setiap potongan akan menduduki channel yang ada dalam spectrum pancaran. Pada saat
dikirim, seluruh data akan digabungkan dengan sebuah data berurut kecepatan tinggi
(yang dikenal sebagai chipping code) yang akan mendefinisikan perbandingan spreading
dari data. Pesawat pemancar dan penerima harus di sinkronisasi dengan kode spreading
yang sama. Dua sambungan komunikasi dengan kode spreading yang berbeda dapat
menggunakan frekuensi yang sama dan tidak saling mengganggu. Oleh karena itu,
dalam sebuah channel dapat di tampung beberapa sambungan dengan kode spreading
yang berbeda. Chipping code akan menolong dalam pertahanan terhadap interferensi dan
juga merecover data menjadi data aslinya kembali jika terjadi kerusakan pada saat
dikirim.
o Kebanyakan Wlan menggunakan ini
o DSSS digunakan hampir semua 802.11b wlan radio
2. Freuency Hopping Spread Spectrum(FHSS)
Juga dikenal sebagai Frequency Hopping Code Division Multiple Access (FH-CDMA),
radio FHSS akan memancar dan melompat / hopping pada frekuensi tertentu
berdasarkan sebuah algoritma tertentu, yang dapat random atau direncanakan.
Pemancar harus beroperasi dalam sinkronisasi dengan penerima yang akan di tune pada
frekuensi pemancar setiap kali berubah frekuensi.Sistem dengan FHSS biasanya lebih
lambat dari DSSS. Konsekuensinya, mengkonsumsi bandwidth lebih sedikit, sekitar satu
(1) MHz atau lebih kecil. Akibatnya, kecepatan FHSS lebih rendah dari DSSS.
Pengalaman di lapangan menunjukan bahwa biasanya FHSS dapat survive lebih baik
untuk komunikasi atau untuk jaringan yang sangat padat.
o Lebih kurang dari DSSS
o Transmisi FHSS jump/loncat diantara beberapa frekuensi
3. Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)
Teknik mudulasi untuk komunikasi wireless broadband dimasa yang akan datang karena
tahan melawan frekuensi selective fading dan interferensi narrowband dan efisien
menghadapi multi-path delay spread. Untuk mencapai hal tersebut, OFDM membagi
aliran data high-rate mejadi aliran rate yang lebih rendah, yang kemudian dikirimkan
secara bersama pada beberapa sub-carrier. OFDM dapat dianggap baik sebagai metode
multiplexing maupun metode modulasi.OFDM menggunakan sub-carrier yang banyak
untuk mengirimkan aliran data low rate secara parallel.Penerima OFDM menghitung
nilai spektrum pada titik maksimum dari masing-masing subcarrier, hal ini dapat
memulihkan setiap sub-carrier tanpa interferensi ICI dari sub-carrier lainnya
o Digunakan 802.11a dan 802.11g
o Mentransmisikan data menggukanan multiple gelombang penerima
o Masing – masing gelombang membawa bagian dari pesan.
FHSS atau DSSS dengan mudah menembus dinding, memberikan jarak yang lebih luas,
kurang tahan untuk interferensi atau gangguan sedangkan OFDM memberikan data rate
tinggi dengan bandwidth kecil, daya tahan terhadap interferensi dan channel tidak overlap
Standar :
802.11 a Dibuat pada tahun 1999, menggunakan frekuensi 5.0GHz, speed 54 Mbps.
Menggunakan OFDM, tidak dapat berjalan dengan standar 802.11b, jarak
kurang lebih 50 m.
802.11 b Dikembangkan tahun 1999(release sama dengan 802.11a). Tidak compatible
dengan 802.11a, menggunakan frekuensi 2.4GHz, speed 11 Mbps, standar
pertama untuk Wifi-Aliance, WEP, menggunakan DSSS, jarak 100m
802.11 g Dikembangkan tahun 2003, frekuensi 2.4GHz, speed 54Mbps, jarak 50m,
menggunakan OFDM.
802.11 n Dikemangkan November 2003, speed 200-500Mbps, jarak 50m, frekuensi
2.4/5.0 GHz
802.11 i WPA2, menggunakan AES, 48 bit, dibuat tahun 2004
802.11 e QOS (Quality of service)
802.11 f Roaming dan interoperabilitas multivendor
802.11 h Eropa menggunakan frekuensi 5.0 GHz
802.1x Bukan bagian dari 802.11. Standar tetap digunakan untuk otentifikasi.
EAP(ExtensideAuthentification Protocol), EAP-TLS(Transport Layer
Security), EAP-TLSS(Tunneling transport layer security)
Antena Semi Directional : Antena Panel atau Yagi
Karakteristik : Line of Site, Fresnel Zone(Zona bulat panjang), EIRP(Effective Isotropic
Radiated Power)
Attenuation adalah melemahnya sinyal karena jarak.
Untuk itu diperlukan Boosters, Extender untuk memperluas jarak sinyal, ESS(Extended
Service Set)
802.11 i :
EAP – TLS
Sekuriti yang kuat, tetapi memerlukan certificate client, memerlukan PKI(Public key
infrastructure) yang ada
EAP – TTLS
Tidak membutuhkan certificate client, menggunakan TLS record untuk tunnel client
PEAP(Protected Extensible Authentification Protocol) = TTLS
LEAP(Lightweight Extensible Authentification Protocol) = Cisco WLan lama
EAP – MD5
Versi lama, tidak digunakan secara luas
Wireless Networking : SHF(Range 3-30 GHz)
RF Power = Watts 1 W = 1 amp @ 1 volt
Db = Ukuran kekuatan 1 mW = 0dB, 10 mW = 10dB, 1W = 30dB
dBm = Desibel Miliwatt (3 dan 10) logaritma
1 mW = 0 dBm 1 mW = 0 dBm
10 mW = 10 dBm 2 mW = 3 dBm
100 mW = 10 dBm 4 mW = 6 dBm
1 W = 30 dBm 8 mW = 9 dBm
Bluetooth menggunakan FHSS, 2.4 GHz, 79 Frekuensi 8 Node
Device Class Strength Range 1 Master
Class 1 100 mW 100 m 1 Slave
Class 2 2.5 mW 10 m
Class 3 1 mW 1 m
RFID
Passive Tidak punya power internal, menerima sinyal dari central station,
memakai signal untuk membalas pesan, jarak terbatas
Active Punya internal Battery, menyimpan informasi
Zigbee
Spesial didesign untuk automation, control, monitoring, IEEE 802.15.4,
menggunakan DSSS, digunakan untuk PAN(Personal Area Network)
Zigbee Alliance, mendukung sampai 65.536, tidak compatible dengan
Bluetooth / 802.11, alat dapat berjalan dengan baterai AA / AAA,
gelombang radio tidak perlu berhadap – hadapan
o War Driving : Kegiatan mencari wireless yang tidak aman
o War Chalking : Menandai Access Point yang tidak aman dengan kapur
o Penetration Testing Methodology
OSSTMM, NIST SP 800-42, TRAWC, OCTAVE
o War Linux(Wireless Pen Testing), NST, BackTrack
Tools seperti Net Stumbler, Cain & Abel, Nessus, Nmap, Kismet, Dsniff, Ethereal /
Wireshark
SPREAD SPECTRUM
I. PENDAHULUAN
Spread spectrum adalah sebuah metode komunikasi dimana semua sinyal
komunikasi disebar di seluruh spektrum frekuensi yang tersedia. Pada awalnya
dikembangkan untuk kepentingan militer dan intelejen. Ide dasarnya adalah untuk
menyebarkan sinyal informasi melalui bandwidth yang lebih luas untuk mencegah
dilakukannya pencegatan informasi dan gangguan-gangguan lainnya. Istilah spread
spectrum digunakan karena pada sistem ini sinyal yang ditransmisikan memiliki bandwidth
yang jauh lebih lebar dari bandwidth sinyal informasi (mencapai ribuan kali). Proses
penebaran bandwidth sinyal informasi ini disebut spreading. Spread spectrum jenis pertama
yang dikembangkan dikenal dengan nama frequency hopping atau lompatan frekuensi.
Versi yang terbaru adalah direct squence spread spectrum. Kedua teknik ini dipergunakan
dalam berbagai produk jaringan nirkabel. Selain itu juga untuk berbagai aplikasi lainnya,
seperti telepon nirkabelt (cordless telephone). Sebuah sistem spread-spectrum harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Sinyal yang dikirimkan menduduki bandwidth yang jauh lebih lebar daripada
bandwidth minimum yang diperlukan untuk mengirimkan sinyal informasi
2. Pada pengirim terjadi proses spreading yang menebarkan sinyal informasi dengan
bantuan sinyal kode yang bersifat independen terhadap informasi
3. Pada penerima terjadi proses despreading yang melibatkan korelasi antara sinyal
yang diterima dan replika sinyal kode yang dibangkitkan sendiri oleh suatu
generator lokal.
Dalam komunikasi spread spectrum semakin lebar bandwidth akan semakin tahan
terhadap jamming dan akan semakin terjamin tingkat kerahasiaannya. Disamping itu akan
semakin banyak kanal yang bisa dipakai. Seperti yang di terangkan oleh Shanon , salah
seorang ahli statistik telekomunikasi, dalam ilmu komunikasi dinyatakan bahwa kapasitas
kanal akan sebanding dengan bandwidth transmisi dan logaritmik dari S/N-nya. Jadi agar
sistem komunikasi dapat bekerja dengan kapasitas kanal yang tetap pada level daya noise
yang tinggi (S/N yang rendah), dapat dilakukan dengan jalan memperbesar bandwidth
transmisi W. Disamping itu Shannon juga mengemukakan bahwa sebuah kanal dapat
mentransmisikan informasi dengan probabilitas salah yang kecil apabila terhadap infromasi
tersebut dilakukan pengkodean yang tepat dan rate infromasi yang tidak melebihi kapasitas
kanal meskipun kanal tersebut memuat interferensi acak.
II. Konsep dari Sistem Spread Spectrum
Gambar 1, Diagram Sistem Spread Spectrum
Gambar diatas menyajikan gambaran tentang karakteristik kunci beberapa sistem
spektum penyebaran. Input dimasukkan ke dalam suatau channel enkoder yang
menghasilkan sebuah sinyal analog dengan bandwidth sempit relatif di seputar beberapa
frekuensi pusat. Sinyal ini kemudian dimodulasikan menggunakan deretan digit-digit tidak
beraturan yang disebut pseudorandom sequence. Efek dari modulasi ini adalah untuk
meningkatkan secara signifikan bandwith (yang menyebarkan spektrum) sinyal yang
ditransmisikan. Pada ujung penerima, deretan digit yang sama di gunakan untuk
mendemodulasikan sinyal spektrum penyebaran. Terakhir sinyal dimasukkan ke dalam
sebuah channel dekoder untuk melindungi data.
III Keuntungan
Imunitas dari berbagai noise dan multipath distortion
o Termasuk gangguan (Jamming)
Dapat mengacak sinyal
o Hanya receiver yang mengetahui pengacakan kode dapat mendapat kembali
sinyal
Beberapa user dapat mengunakan bandwidth yang lebih besar dengan sedikit
interferency
o Telepon seluler
o Code division multiplexing (CDM)
o Code division multiple access (CDMA)
IV. Jumlah Pseudorandom
Komentar mengenai jumlah pseudorandom adalah ordenya. Jumlah ini didapat
melalui suatu algoritma menggunakan beberapa nilai awal yang disebut seed. Algoritma
tersebut dapat ditentukan dan karenanya menghasilkan deretan bilangan yang tidak acak
secara statistik. Bagaimanapun juga, bila algoritmanya baik, deretan yang dihasilkan akan
melalui beberapa ujian yang memeriksa kecakapannya. Jumlah – jumlah semacam itu
ditunjukkan sebagai pseudorandom number. Poin terpenting dari hal ini adalah walaupun
mengetahui tentang algoritma dan seed, sangatlah sulit untuk memprediksikan deretan
tersebut. Oleh sebab itu, hanya receiver, yang membagi informasi ini dengan sebuah
transmitterlah yang mampu mengkodekan sinyal dengan sukses.
V. Sifat – Sifat Random
Apakah sifat sinyal pseudo random akan mampu mewakili suatu sinyal yang benar
– benar random? Ada 3 sifat dasar untuk mengetahui apakah sekuen biner dapat memenuhi
kriteria random.
Balanced property
o Kondisi balance (seimbang) untuk sekuen biner yang bagus mensyaratkan
jumlah bit 1 dan jumlah bit 0 yang muncul sama. Beda yang diijinkan
maksimum adalah 1 digit.
Run Property
o Suatu run didefinasikan sebagai suatu sekuen tipe single pada bit – bit
(binary digit). Kemunculan digit yang berlawanan dalam suatu sekuen akan
memenuhi run yang baru. Panjang run adalah jumlah digit – digit didalam
run. Pada suatu periode yang tersusun dari 1 dan 0, diketahui bahwa 0.5 run
masing – masing tipe 1, sepanjang sekitar 1/4 panjang 2, dan 1/8 pada
panjang 3,dst.
Correlation Property
o Jika suatu periode pada sekuen dibandingkan secara term by term dengan
suatu siklus yang digeser terhadap dirinya sendiri, akan didapat periode
dimana sinyal itu akan memiliki perulangan. Pada dua sinyal dengan periode
yang sama, to s/d tn, maka keduanya benar-benar mirip. Kondisi ini dalam
bentuk ternormalisasi memiliki nilai korelasi 1. Untuk suatu kondisi dimana
bentuk sinyal pertama bertolak belakang dengan sinyal kedua, maka
dinyatakan memiliki korelasi –1. Gambaran korelasi dua sinyal secara
sederhana seperti Gambar berikut ini. Gambar a dan b memiliki korelasi 1,
sedangkan gambar a dengan c memiliki korelasi –1.
Gambar 2, Sifat-sifat sinyal random
VI. Jenis Spread Spectrum
A. Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS)
Gambar 3, Penggunaan channel pada FHSS
Dalam skema Frequency Hopping Spread Spectrum, sinyal disiarkan sepanjang
rangkaian frekuensi radio yang kelihatannya acak, melompat dari frekuensi ke frekuensi
pada titik pisah (split-socond intervals). Sebuah receiver, melompat di antara frekuensi
secara sinkron dengan transmitter, lalu menangkap pesan. Sehingga orang-orang yang
berusaha mendengarkan secara diam diam hanya akana mendengar bunyi titik titik yang
tidak jelas. Upaya untuk mengganggu sinyal hanya akan berhasil dengan cara menghantam
sedikit bit-nya.
Gambar 4, Sistem Frequency Hopping Spread Spectrum pada Transmitter
Untuk transmisi data biner dimasukkan ke dalam sebuah modulator dengan
menggunakan beberapa skema pengkodean digital-ke-analog, semacam Frequency-shift
keying(FSK) atau Binary Phase-Shift Keying(BPSK). Sinyal yang dihasilkan dipusatkan
disekitar beberapa frekuensi dasar. Sumber jumlah pseudorandom menyajikan apa yang
dilampirkan dalam indeks didalam tabel frekuensi. Pada masing masing interval yang
berurutan, dipilih sebuah frekuensi baru dari tabel. Frekuensi ini kemudian dimodulasikan
melalui sinyal yang dihasilkan dari modulator awal agar menghasilkan sinyal yang baru
dengan bentuk yang sama namun sekarang dipusatkan di tengah tengah frekuensi yang
dipilih dari tabel.
Gambar 5, Sistem Frequency Hopping Spread Spectrum pada Receiver
Sedangkan pada penerima, sinyal spektrum penyebaran didemodulasikan
menggunakan sejumlah frekuensi yang sama yang didapatkan dari tabel kemudian
didemoduasikan agar menghasilkan data output. Sebagai contoh, bila FSK digunakan,
modulator memilih salah satu dari dua frekuensi, katakanlah f0 atau f1, berkaitan dengan
transmisi biner 1 atau biner 0.Sinyal FSK biner yang dihasilkan diartikan ke dalam
frekuensi melalui suatu jumlah yang ditentukan melalui urutan output dari generator
sumber pseudorandom. Sehingga, bila frekuensi yang dipilih pada waktu I adalah f1 maka
sinyal pada waktu I adalah baik fi + fo maupun fi + f1.
Sinyal ditransfer secara bergantian dengan menggunakan 1MHz atau lebih dalam
rentang sebuah pita frekuensi tertentu yang tetap. Prinsip dari metoda frequency hopping
adalah menggunakan pita yang sempit yang bergantian dalam memancarkan sinyal radio.
Secara periodik antara 20 sampai dengan 400ms (milidetik) sinyal berpindah dari channel
frekuensi satu ke channel frekuensi lainnya. Pita 2.4GHz dibagi-bagi ke dalam beberapa
sub bagian yang disebut channel/kanal. Salah satu standar pembagian channel ini adalah
sistem ETSI (European Telecommunication Standard Institute) dengan membagi channel,
dimulai dengan channel 1 pada frekuensi 2.412MHz, channel 2 pada frekuensi 2.417MHz,
channel 3 pada frekuensi 2.422MHz dan seterusnya setiap 5MHz bertambah sampai
channel 13.
Dengan teknologi DSSS maka untuk satu perangkat akan bekerja menggunakan 4
channel (menghabiskan 20MHz, tepatnya 17MHz). Dalam implementasinya secara normal
pada lokasi dan arah yang sama hanya 3 dari 13 kanal DSSS yang bisa dipakai. Parameter
lain yang memungkinkan penggunaan lebih dari 3 channel ini adalah penggunaan antena
(directional antenna) dan polarisasi antena itu sendiri (horisontal/vertikal).
Slow and Fast FHSS
Frekwensi bergeser tiap-tiap Tc Detik
Durasi dari signal element adalah Ts detik
Ts³Slow FHSS memiliki Tc
Fast FHSS memiliki Tc < Ts
Biasanya fast FHSS memberikan improved performance dalam noise (or jamming)
Slow Frequency Hop Spread Spectrum menggunakan MFSK (M=4, k=2)
Fast Frequency Hop Spread Spectrum menggunakan MFSK (M=4, k=2)
B. Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)
Direct Sequence Spread Spectrum dipilih karena adanya kemudahan dalam
mengacak data yang akan dispreading. Dalam DSSS spreading hanya menggunakan sebuah
generator noise yang periodik yang di sebut Pseudo Noise Generator. Kode yang digunakan
pada sistem spread spectrum memiliki sifat acak tetapi periodik sehingga disebut sinyal
acak semu (pseudo random). Kode tersebut bersifat sebagai noise tapi deterministik
sehingga disebut juga noise semu (pseudo noise). Pembangkit sinyal kode ini disebut
Pseudo Random Generator (PRG) atau pseudo noise generator (PNG). PRG inilah yang
akan melebarkan dan sekaligus mengacak sinyal data yang akan dikirimkan. Dalam skema
ini, masing masing bit pada sinyal yang asli ditampilkan oleh bit- bit multipel pada sinyal
yang ditransmisikan, yang disebut kode tipis(chipping). Kode tipis yang menyebarkan
secara langsung sepanjang band frekuensi yang lebih luas sebanding dengan jumlah bit
yang dipergunakan. Oleh karena itu, kode tipis 10-bit menyebarkan sinyal sepanjang band
frekuensi yang 10 kali lebih besar dibandingkan kode tipis 1-bit.
Satu teknik dengan spektrum penyebaran deretan langsung adalah dengan
mengkombinasikan stream informasi digital dengan bit stream pseudorandom
menggunakan OR-eksklusif contoh pada gambar 6.
Gambar 6.Contoh Direct Sequence Spread Spectrum
Patut dicatat bahwa bit informasi dari satu membalikan bit-bit pseudorandom dalam
kombinasi tersebut, sementara bit informasi 0 menyebabkan bit-bit pseudorandom
ditransmisikan tanpa mengalami inversi. Kombinasi bit stream memiliki data rate yang
sama dengan deretan pseudorandom yang asli, sehingga memiliki bandwidth yang lebih
lebar dibandingkan dengan stream informasi. Pada contoh ini, bit stream lebih besar 4 kali
lipat rate informasi.
Gambar 7a.Direct Sequence Spread Spectrum pada Transmitter
Gambar 7b.Direct Sequence Spread Spectrum pada Receiver
Gambar 7 menunjukkan implementasi deretan langsung yang khusus. Dalam hal ini,
stream informasi dan stream pseudorandom bahkan dikonversi ke sinyal-sinyal analog lalu
dikombinasikan, bukannya menunjukkan OR-eksklusif dari dua stream dan kemudian
memodulasikannya. Penyebaran spektrum dapat dicapai melalui teknik deretan langsung
yang ditentukan dengan mudah. Sebagai contoh, anggap saja sinyal informasi memiliki
lebar bit sebesar tb yang ekuivalen terhadap rate data = 1/tb. Dalam hal ini, bandwidth
sinyal tergantung pada teknik pengkodean, kira-kira 2/tb. Hampir sama dengan itu,
bandwidth sinyal pseudorandom asalah 2/Tc dimana Tc adalah lebar bit pseudorandom
input. Bandwidth sinyal yang dikombinasikan kira-kira sebesar jumlah dari 2 bandwidth
tersebut. Jumlah penyebaran yang dicapai adalah hasil langsung dari rate data
pseudorandom. Semakin besar data rate pseudorandom input, semakin besar jumlah
penyebarannya.
Contoh Direct Sequence Spread Spectrum Menggunakan BPSK
Gambar 8, Contoh DSSS menggunakan BPSK
Approximate spectrum sinyal DSSS
Gambar 9, Approximate spectrum sinyal DSSS
Modulasi dan Demodulasi
Modulasi adalah proses perubahan suatu gelombang periodik sehingga menjadikan suatu
sinyal mampu membawa suatu informasi. Dengan proses modulasi, suatu informasi
(biasanya berfrekeunsi rendah) bisa dimasukkan ke dalam suatu gelombang pembawa,
biasanya berupa gelombang sinus berfrekuensi tinggi. Terdapat tiga parameter kunci pada
suatu gelombang sinusiuodal yaitu : amplitudo, fase dan frekuensi. Ketiga parameter
tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan sinyal informasi (berfrekuensi rendah) untuk
membentuk sinyal yang termodulasi.
1. Modulasi AM
Modulasi amplitudo merupakan proses modulasi yang mengubah amplitudo sinyal
pembawa sesuai dengan sinyal pemodulasinya.
Ada beberapa jenis modulasi amplitudo, yaitu:
• AM Double Side Band-Suppresed Carrier (AM-DSB-SC)
• AM Double Side Band-Full Carrier (AM-DSB-FC)
• AM Single Side Band (AM-SSB)
• AM Independent Side Band (AM-ISB)
• AM Vestigial Side Band (AM-VSB)
AM merupakan proses modulasi dimana amplitudo gelombang pernbawa berubah-ubah
sesuai dengan perubahan amplitudo sinyal informasi. Dimana dalam sistem modulasi
amplitudo ini sinyal suara ditumpangkan pada frekuensi pembawa yang berupa gelombang
radio.
Pada modulasi amplitudo (AM) getaran suara kita akan menumpang pada carrier yang
berujud perubahan amplitudo dari gelombang pambawa tadi seirama dengan gelombang
suara kita.
Gelombang elektromagnetik diterima oleh antena kemudian oleh tuning circuit gelombang
yang diperlukan akan dipisahkan atau diseleksi dari gelombang-gelombang lainnya yang
tidak diperlukan. TC merupakan suatu rangkaian filter yang frekwensi resonansinya sama
dengan frekwensi yang diterima. Karena gelombang yang diterima ini besarnya hanya
beberapa mV saja, maka perlu diperkuat oleh Radio Frequency Amplifier, yang tujuannya
selain memperkuat juga meredam gelombang-gelombang lainnya yang datangnya dari
pemancar lain yang masih tercampur dalam gelombang tadi. Kemudian gelombang yang
masih termodulasi ini oleh Detector di demodulasikan, yaitu dipisahkan antara gelombang
yang memodulasikan yaitu informasi yang dikirim dengan gelombang yang dimodulasikan
yaitu gelombang pembawa. Setelah gelombang mempunyai frekwensi sebesar audio
kemudian diperkuat dengan Audio Frequency Amplifier, yang disalurkan ke Loudspeaker
untuk dirubah menjadi gelombang akustik.
Pada sistem ini banyak timbul gangguan-gangguan tidak stabil, sehinnga outputnya juga
terdistorsi. Sebagai perbaikan dari sistem ini adalah jenis superheterodyne receiver.
Amplifier kemudian dicampur dengan suatu frekwensi fo di dalam suatu Mixer, maka akan
didapatkan superposisi dari fr dengan fo (oleh karena itu disebut superheterodyne).
Hasilnya adalah gelombang dengan frekwensi baru yaitu fr + fo dan fr – fo disamping fr itu
sendiri. Gelombang dengan frekwensi fr – fo ini disebut intermediate frekwensi. Pada IF
akan mendapatkan suatu gelombang yang lebih stabil, yang merupakan modulated wave
dengan frekwensi pembawa yang lebih kecil dari fr.
2. Modulasi FM
Modulasi frekuensi adalah teknik modulasi dimana kerapatan frekuensi sinyal pembawa
berubah-ubah sebanding dengan besarnya amplitudo sinyal informasi. Modulasi frekuensi
(FM), gelombang suara kita akan menumpang pada gelombang pembawa dan
mengubah¬ubah frekuensi gelombang pembawa seirama dengan getaran audio kita.
Rasanya bisa juga dikatakan bahwa pada AM, gelombang audio menumpang secara
transversal sedangkan pada FM audio kita menumpang secara longitudinal. Transversal
ialah getarannya tegak lurus dengan arah perambatan sedang longitudinal ialah getarannya
sama dengan arah perambatannya.
Perangkat transceiver yang banyak terdapat di pasaran dan yang kita pergunakan sekarang
ini menggunakan dua macam modulasi tersebut. Kebanyakan pesawat HF SSB
menggunakan modulasi AM dan pesawat-¬pesawat VHF dan UHF yang ada di pasaran,
menggunakan modulasi FM.
Pada beberapa jenis pesawat HF (SSB) misalnya TS¬430 disediakan fasilitas tambahan
dengan modulasi FM, sedangkan pasawat VHF misalnya Kenwood TR¬9130 tersedia
mode SSB (pada mode SSB, jenis modulasi yang digunakan adalah AM.
Dibandingkan dengan radio penerima siaran untuk AM, maka radio penerima siaran untuk
FM mempunyai tambahan komponen yaitu limiter dan pemakaian discriminator frekuensi
sebagai ganti dari discriminator amplitudo limiter untuk membatasi perubahan tegangan
yang timbul oleh bermacam-macam hal misalnya interface dan internal receiver noise.
Selain itu perbedaan-perbedaan yang lain adalah jumlah IF amplifier pada FM biasanya
lebih banyak karena signalnya disini lebih lebar dibandingkan AM.
3. Demodulator FM
Definisi demodulasi adalah proses suatu sinyal modulasi yang dibentuk kembali seperti
aslinya dari suatu gelombang pembawa (carrier wave) yang termodulasi oleh rangkaian.
Definisi demodulator adalah rangkaian yang penerima komunikasi (radio, televisi, dan
radar) yang berfungsi memisahkan informasi asli dari gelombang campuran (yaitu
gelombang isyarat pembawa yang termodulasi. Demodulator sering juga disebut dengan
detector. Misalnya dalam system modulasi amplitude (AM) dikenal jenis-jenis detector
linier, detector kuadrat, dan detector Kristal.
Dalam system modulasi frekuensi (FM) diterapkan rangkaian demodulator yang disebut
diskriminator. Sesudah isyarat informasi dipisahkan dari gelombang campuran, maka
isyarat informasi itu dikuatkan dan ditampilkan sebagai bunyi atau tanda-tanda lain
(misalnya bayangan seperti dalam televisi).
- Demodulasi sinyal FM memerlukan sebuah sistem yang akan menghasilkan output yang
proporsional terhadap deviasi frekuensi sesaat dari inputnya.
- Salah satu sistem yang dapat mengakomodasi syarat diatas adalah Frequency
Discriminator
- Jenis demodulator FM yang lain adalah :
• Slope Detector
• Round Travis Detector
• Quadrature Detector
• Ratio detector, dan lain-lain
Prinsip kerjanya:
Disini suatu demodulator frekuensi mendeteksi sinyal informasi dari sinyal FM dengan
operasi yang berlawanan dengan cara kerja modulator FM. Disini kita menggunakan suatu
slope Demodulator Balance discriminator untuk proses modulasi. Secara umum setiap
demodulator FM berfungsi mengkonversi setiap perubahan frekuensi menjadi tegangan
dengan distorsi seminimal mungkin. Untuk itu, setiap demodulator/diskriminator/detektor
FM, secara teori, harus memiliki karakteristik kerja yang linier antara tegangan dengan
frekuensi.
4. Modulator PSK
Teknik modulasi Phase Shift Keying (PSK) merupakan modulasi yang menyatakan sinyal
digital 1 sebagai suatu nilai tegangan tertentu dengan beda fasa tertentu pula (misalkan
tegangan 1 volt dengan beda fasa 0 derajat), dan sinyal digital 0 sebagai suatu nilai
tegangan tertentu (yang sama dengan nilai tegangan sinyal PSK bernilai 1, misalnya 1 volt)
dengan beda fasa yang berbeda (misalnya beda fasa 180 derajat). Yang merupakan dari
teknik modulasi digital linear adalah :
a. BPSK
BPSK yaitu Binary Phase Shift Keying merupakan Teknik modulasi dimana fase dari
sinyal carrier di ubah-ubah diantara 2 nilai yang sesuai dengan 2 sinyal yang mewakili
biner 1 dan 0 dengan beda fase keduanya sebesar 180°. Pada Gambar 5 terlihat prinsip
kerja modulator BPSK.
b. DPSK
DPSK yaitu Differential Phase Shift Keying, hampir serupa dengan teknik modulasi BPSK.
Hanya saja dalam DPSK, runtun biner mk pertama-tama dikodekan secara diferensial
(dihasilkan dk) kemudian dimodulasi menggunakan modulator BPSK. Pada Gambar 10.
dapat dilihat bagaimana cara kerja dari teknik modulasi DPSK :
c. QPSK
QPSK yaitu Quadrature Phase Shift Keying, dimana teknik modulasi yang memiliki empat
titik pada diagram konstelasi. Dalam teknik modulasi QPSK dapat mengkodekan 2 bit per
simbol/ setiap simbol dapat mewakili dua bit sekaligus. Berikut langkah-langkah penentuan
sinyal modulasi QPSK :
- Bit pertama digunakan untuk memodulasi BPSK carier in-phase A cos (2pfct)
- Bit kedua digunakan untuk memodulasi BPSK carrier quadrature A sin (2pfct)
- Kedua tegangan sinyal BPSK in-phase dan quadrature dijumlahkan untuk membentuk
sinyal QPSK
- Perubahan simbol terjadi setiap pemrosesan dua-bit. Symbol Interval = 2 x Bit Interval
DAFTAR PUSTAKA
http://e-xample2.blogspot.com/2013/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://catatanengineer.blogspot.com/2012/07/fdma-vs-tdma-vs-cdma.html
http://siskom.lab.ittelkom.ac.id/2013/04/mengenal-perbedaan-fdma-tdma-dan-cdma/
http://yudhakurniawan.wordpress.com/2010/12/24/pengenalan-wireless-networking/#more-
88
http://tewe.wordpress.com/2008/05/29/spread-spectrum/
http://sekaranindya.wordpress.com/2011/11/28/modulasi-dan-demodulasi/