ekstrak kasar daun kemangi (ocimum sp.) sebagai … · dikutip dari karya yang diterbitkan maupun...
TRANSCRIPT
EKSTRAK KASAR DAUN KEMANGI (Ocimum sp.) SEBAGAI
BAHAN ANESTESI IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma
macropomum) DALAM TRANSPORTASI SISTEM KERING
AKHMAD IRFAN AFANDI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Ekstrak Kasar
Daun Kemangi (Ocimum sp.) sebagai Bahan Anestesi Ikan Bawal Air Tawar
(Colossoma macropomum) dalam Transportasi Sistem Kering.” adalah karya saya
sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah dicantumkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2016
Akhmad Irfan Afandi
NIM C34120020
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
AKHMAD IRFAN AFANDI. Ekstrak Kasar Daun Kemangi (Ocimum sp.)
sebagai Bahan Anestesi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dalam
Transportasi Sistem Kering. Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan MALA
NURILMALA
Ikan dalam bentuk hidup diyakini lebih sehat dan terhindar dari bahan
pengawet, misalkan formalin. Transportasi ikan hidup perlu didukung oleh
teknologi yang tepat, ekonomis, efektif, dan efisien. Pemingsanan merupakan
metode yang banyak digunakan dalam transportasi sistem kering. Daun kemangi
dapat dijadikan bahan anestesi karena mengandung komponen aktif, yaitu
eugenol, linalool, dan terpeniol. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
konsentrasi optimum ekstrak kasar daun kemangi dan pengaruhnya pada tingkat
kelangsungan hidup ikan bawal air tawar. Konsentrasi ekstrak yang digunakan
3%, 5%, 7%, dan 9%. Konsentrasi terbaik yang didapat yaitu 5% dengan waktu
pingsan 134 detik dan waktu sadar 29 detik. Kadar glukosa darah ikan mengalami
peningkatan setelah dilakukan simulasi transportasi. Kelangsungan hidup ikan
bawal air tawar tertinggi saat disimulasikan, yaitu sebesar 100% untuk perlakuan
dan 93% untuk kontrol dalam waktu simulasi selama 180 menit.
Kata kunci : anestesi, eugenol, ikan bawal, Ocimum sp.
ABSTRACT
AKHMAD IRFAN AFANDI. Extract of (Ocimum sp.) Leaves as Material
Anesthetic Tambaqui (Colossoma macropomum) in Dry System Transportation.
Supervised by RUDDY SUWANDI and MALA NURILMALA
Fish in live form is believed to be healthy and free from preservatives
substances, such as formaldehyde. Live fish transportation should be supported by
proper technology that is economical, effective, and efficient. Fainting is a method
widely used in the dry system transportation. Leaves of Ocimum sp. can be used
as anesthetic because it contains active components, namely eugenol, linalool, and
terpeniol. This study aimed to determine the optimum concentration of Ocimum
sp. leaves and its effect on the survival rate of tambaqui. The extract concentration
which used were 3%, 5%, 7% and 9%. The result indicated that best concentration
of Ocimum sp. leaves is 5% with a time of unconscious as long as 134 seconds
and the time conscious 29 seconds. Fish blood glucose levels increased after
simulated transporting. The highest survival rate of tambaqui was 100% (treated
sample) and 93% (control sample) after 180 minutes simulation proses.
Keywords: anesthetic, eugenol, Ocimum sp., tambaqui
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
EKSTRAK KASAR DAUN KEMANGI (Ocimum sp.) SEBAGAI
BAHAN ANESTESI IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma
macropomum) DALAM TRANSPORTASI SISTEM KERING
AKHMAD IRFAN AFANDI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayahNya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Ekstrak Kasar Daun
Kemangi (Ocimum sp.) sebagai Bahan Anestesi Ikan Bawal Air Tawar
(Colossoma macropomum) dalam Transportasi Sistem Kering” ini dapat
diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelsaikan studi di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
1 Dr Ir Ruddy Suwandi MS MPhil dan Dr Mala Nurilmala SPi MSi selaku dosen
pembimbing, atas segala bimbingan, motivasi dan pengarahan yang telah
diberikan kepada penulis selama penelitian.
2 Prof Dr Ir Nurjanah MS selaku penguji dan Dr Ir Agoes M. Jacoeb Dipl Biol
selaku anggota komisi pendidikan atas segala saran dan arahan yang diberikan
kepada penulis.
3 Prof Dr Ir Joko Santoso MSi selaku Ketua Departemen Tekonolgi Hasil
Perairan.
4 Dr Ir Iriani Setyaningsih MS selaku Ketua Komisi Pendidikan Departemen
Teknologi Hasil Perairan.
5 Seluruh dosen dan staf Departemen Teknologi Hasil Perairan, terimakasih atas
bimbingan, arahan, kerja sama, dan ilmu pengetahuan yang diberikan.
6 Kedua orang tua (Sentot Krisnanto dan Erna Wahyu), adik (Akhmad Sandy
Maulana), dan kerabat dekat (Agustiani Purwaningsih) yang telah mendukung,
mendoakan, memotivasi, dan memfasilitasi penulis dalam menjalankan
penelitian.
7 Kakakku (Akhmad Zainul Arifin) yang telah memberikan dukungan berupa
moril dan materil serta motivasi kepada penulis.
8 Kak Nadia, Kak Hanum, Bagus, Fajar Alam, Saryanto, Herwan, Fajar
Syahreza, Galih, dan seluruh keluarga besar mahasiswa THP 49 yang telah
banyak membantu, memberikan dukungan, semangat, kritik dan saran kepada
penulis.
9 Saeful Bahri SSi selaku Laboran yang banyak memberikan motivasi,
wejangan, kritik dan saran selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih
memiliki kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Mei 2016
Akhmad Irfan Afandi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Perumusan Masalah .................................................................................. 2
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 3
METODE PENELITIAN ................................................................................. 3
Waktu dan Tempat .................................................................................... 3
Bahan dan Alat .......................................................................................... 3
Prosedur Penelitian ................................................................................... 3
Penelitian Pendahuluan ........................................................................ 4
Penelitian Utama .................................................................................. 5
Prosedur Analisis ...................................................................................... 7
Analisis Glukosa Darah ........................................................................ 7
Analisis Data ........................................................................................ 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 8
Penelitian Pendahuluan ............................................................................. 8
Penentuan Pengaruh Konsentrasi Terbaik Ekstrak Daun Kemangi
terhadap Ikan Bawal ............................................................................. 8
Pengamatan Tingkah Laku Ikan Selama Proses Pemingsanan ............ 9
Uji Kelulushidupan Ikan Bawal Air Tawar pada Suhu 15ºC ............... 10
Penelitian Utama ....................................................................................... 11
Kadar Glukosa Darah Ikan Bawal Air Tawar ...................................... 11
Simulasi Transportasi ........................................................................... 12
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 14
Kesimpulan ............................................................................................... 14
Saran ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14
LAMPIRAN ..................................................................................................... 15
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 20
DAFTAR TABEL
1 Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan bawal ................. 10
2 Kadar glukosa darah ikan bawal air tawar................................................... 11
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir prosedur penentuan konsentrasi terbaik ................................. 5
2 Diagram alir prosedur penentuan kelulushidupan ikan bawal pada
suhu 15ºC ..................................................................................................... 6
3 Diagram alir prosedur simulasi transportasi ................................................ 7
4 Pengaruh pemberian ekstrak kasar daun kemangi dengan konsentrasi
berbeda terhadap waktu pingsan ( ) dan sadar ( ) ............................... 8
5 Tingkat kelulushidupan (survival rate) ikan bawal air tawar pada suhu
15ºC ............................................................................................................. 11
6 Tingkat kelulushidupan ikan bawal air tawar pada kontrol ( ) dan
perlakuan ( ) saat simulasi transportasi.................................................. 13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi kegiatan penelitian................................................................. 19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permintaan komoditas ikan hidup menurut Wijayanti et al. (2011)
terutama untuk ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, meningkat pesat di
pasar domestik maupun di pasar internasional. Salah satu jenis ikan yang memiliki
nilai ekonomis tinggi dan harus diperhatikan dalam teknologi transportasinya,
yaitu ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). Ikan bawal menurut Utami
et al. (2012) merupakan ikan yang memiliki keunggulan, yakni tahan terhadap
penyakit. Keunggulan yang lain yaitu, memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dan
dapat menjadi ikan konsumsi maupun ikan hias. Ikan bawal air tawar ini memiliki
rasa daging yang enak dan gurih. Ikan ini tidak terlalu sulit untuk dibudidayakan
karena termasuk ikan omnivora. Keistimewaan tersebut membuat para petani ikan
membudidayakannya dan menjadi peluang usaha yang menjanjikan karena
permintaan konsumen setiap tahunnya terus meningkat.
Ikan dalam bentuk hidup diyakini lebih sehat dan terhindar dari bahan
pengawet, misalkan penggunaan formalin yang saat ini sedang marak terjadi pada
produk-produk hasil perikanan. Harga ikan hidup jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan harga ikan yang sudah mati. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai peluang
pasar yang menjanjikan.
Peluang pasar yang cukup menjanjikan tersebut perlu mendapat dukungan
teknologi penanganan transportasi ikan hidup yang ekonomis, efektif, dan efisien.
Penanganan dalam sistem transportasi menurut Abid et al. (2014) sangat
diperlukan untuk menjaga tingkat kelangsungan hidup ikan sampai tempat tujuan.
Stres dan aktivitas fisik selama proses transportasi ikan dapat menyebabkan
menurunnya kualitas produk. Akibat yang dapat ditimbulkan dari hal tersebut,
yaitu berdampak pada nilai ekonomis hasil produksi budidaya ikan.
Salah satu teknologi transportasi ikan hidup menurut Abid et al. (2014)
adalah sistem kering yakni tanpa menggunakan media air sebagai media
pengangkutan. Pada sistem ini, ikan dibuat dalam kondisi pingsan (anestesi)
sehingga mampu mencapai tingkat kelangsungan hidup yang tinggi di luar media
air. Anestesi ikan merupakan suatu tindakan yang membuat kondisi tubuh ikan
kehilangan rasa karena aktivitas respirasi dan metabolisme rendah, sehingga ikan
mengalami perubahan fisiologis dari keadaan sadar menjadi pingsan. Penggunaan
bahan anestesi yang diberikan pada biota umumnya bekerja melalui impuls syaraf
dengan menghambat pengiriman ion natrium melalui saluran ion natrium selektif
pada membran syaraf sehingga menurunkan tingkat metabolisme. Salah satu
tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan anestesi, yaitu daun kemangi
(Ocimum sp.).
Kemangi menurut Idrus et al. (2013) adalah tanaman kecil yang daunnya
biasa dimakan sebagai sayur mentah (lalapan), mudah didapat, dan memiliki
2
harga yang murah. Pemanfaatan daun kemangi yang telah dilakukan, yaitu
sebagai substitusi aroma pada pembuatan sabun herbal antioksidan (Idrus et al.
2013), uji potensi minyak atsiri daun kemangi sebagai insektisida nabati terhadap
lalat buah (Rahayu 2014), dan efek minyak atsiri daun kemangi sebagai
antidepresan pada mencit ditinjau dari immobility time pada tail suspension test
(Insani 2010). Manfaat lain dari daun kemangi, yaitu dapat digunakan sebagai
obat untuk menyembuhkan beberapa penyakit, diantaranya sakit kepala, batuk,
diare, dan gagal ginjal karena di dalam daun kemangi terkandung komponen
bahan aktif.
Komponen yang terkandung di dalam daun kemangi menurut Hendrawati
(2009), yaitu tanin, flavonoid, steroid/triterpenoid, minyak atsiri, asam
heksauronat, pentosa, silosa, asam metil homoanisat, molludistin, serta asam
ursolat. Komponen utama yang terkandung di dalam minyak atsiri daun kemangi,
yaitu eugenol. Menurut Sumahiradewi (2014), eugenol dalam jumlah besar
mempunyai sifat sebagai stimulan, anestesi lokal, karminatif, antimetik,
antiseptik, dan antipasmedik. Penggunaan bahan anestesi menurut Husen dan
Sharma (2014) akan mengurangi tingkat metabolisme, kebutuhan oksigen,
mengurangi aktivitas umum, meningkatkan kemudahan penanganan, dan
mengurangi respon stres yang akan terjadi pada ikan. Pemilihan obat bius harus
mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain khasiat, biaya, dan kemudahan
penggunaan, serta toksisitas untuk ikan, manusia dan lingkungan. Anestesi
penting dilakukan untuk meminimalkan stres dan kerusakan fisik selama proses
transportasi. Sejauh ini belum ada penelitian mengenai pemanfaatan eugenol dari
daun kemangi untuk dijadikan bahan anestesi alami pada transportasi biota
perairan khususnya ikan bawal air tawar, sehingga penelitian ini perlu dilakukan.
Perumusan Masalah
Kebutuhan ikan segar hidup setiap tahunnya mengalami peningkatan dan
memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang sudah mati,
sehingga suatu metode transportasi ikan hidup sangat dibutuhkan. Metode
transportasi ikan hidup pada umumnya transportasi sistem basah dan ada pula
yang menggunakan transportasi sistem kering, namun masih jarang dilakukan.
Transportasi sistem kering yang digunakan adalah pemingsanan dengan suhu
rendah maupun dengan bahan anestesi. Bahan anestesi terbagi menjadi dua, yaitu
bahan anestesi alami dan bahan anestesi sintetik yang terbuat dari bahan-bahan
kimia. Saat ini, bahan anestesi alami masih sangat sedikit. Tanaman yang
berpotensi sebagai bahan anestesi yaitu kemangi, sehingga perlu penelitian lebih
lanjut mengenai keefektifan daun kemangi (Ocimum sp.) untuk dijadikan bahan
anestesi biota perairan, dalam hal ini khusus untuk ikan bawal air tawar.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi optimum ekstrak
kasar daun kemangi (Ocimum sp.) dan pengaruhnya pada tingkat kelangsungan
hidup ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum).
3
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada
mahasiswa, pembudidaya ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum), dan
masyarakat pada umumnya tentang efektivitas pemberian ekstrak kasar daun
kemangi sebagai bahan anestesi dalam transportasi sistem kering ikan pada bawal
air tawar.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini, yaitu penulisan usulan penelitian,
penentuan metode uji, penyiapan bahan baku, preparasi bahan baku, penentuan
konsentrasi, pemingsanan, simulasi transportasi, pembugaran, pengukuran
glukosa darah, pengolahan data, dan penulisan laporan.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 - Februari 2016.
Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Karakteristik dan Penanganan
Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bawal air tawar
yang diperoleh dari empang Mang Empay yang terletak di daerah Ciampea
dengan bobot 150 hingga 190 g per ekor. Bahan anestesi yang digunakan, yaitu
daun kemangi yang diperoleh dari Pasar Merdeka, Bogor. Bahan lain yang
digunakan saat penelitian, yaitu air, es batu, kain blacu, dan serbuk gergaji.
Alat-alat yang digunakan terdiri dari alat tulis, gunting, penggaris, gelas
ukur, blender (Sanex MX-T2GN), toples ukuran 10 L, timbangan (Tanita KD-
160), glukometer (Gluco-DR AGM 2100), kotak styrofoam berukuran 38 x 25 x
15 cm3, akuarium berukuran 50 x 35 x 30 cm
3, termometer, aerator, plastik es, tali
plastik berwarna, simulator, laptop dan stopwatch.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 tahap, yaitu penelitian
pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan terdiri dari preparasi
bahan utama, yaitu daun kemangi, pengujian konsentrasi terbaik dari daun
kemangi, dan pengujian kelangsungan hidup ikan bawal pada suhu 15oC.
Perlakuan suhu tersebut diperoleh dari hasil penelitian Hanum (2014) yang
4
menunjukkan survival rate 100% hingga menit ke-120. Perlakuan suhu ini
bertujuan untuk mendapatkan temperatur terbaik pada kelangsungan hidup ikan
bawal dalam keadaan pingsan.
Penelitian utama meliputi uji kadar glukosa darah saat sebelum dan
sesudah dilakukan simulasi transportasi dan perhitungan survival rate setelah
dilakukan simulasi transportasi. Masing-masing tahapan pada penelitian utama ini
dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberi bahan anestesi. Simulasi
transportasi menggunakan alat simulasi transportasi.
Penelitian Pendahuluan
Preparasi sampel dan ekstraksi daun kemangi
Daun kemangi yang digunakan yaitu seluruh daun yang dalam kondisi
segar. Daun yang digunakan terdiri dari lamina dan tangkai daun. Daun kemangi
dibersihkan dari kotoran. Daun kemudian ditimbang sebanyak 120, 200, 280, dan
360 g, selanjutnya kemangi yang telah ditimbang masing-masing diblender
dengan pelarut air. Air yang digunakan pada proses pemblenderan, yaitu sebanyak
500 mL yang diambil dari 4 L air yang akan digunakan. Lalu larutan diperas
dengan kain belacu ke dalam wadah. Konsentrasi didapat dari perhitungan hasil
bagi antara bobot kemangi (120, 200, 280, dan 360 g) dengan jumlah air yang
digunakan (4 L) yang dikalikan 100%. Masing-masing konsentrasi diaplikasikan pada
5 ekor ikan dan dilakukan tiga kali ulangan. Ekstrak kasar daun kemangi diperoleh
dengan konsentrasi 3%, 5%, 7%, dan 9% (b/v) dan selanjutnya dilakukan
pengujian konsentrasi terbaik pada pemingsanan ikan bawal. Besar konsentrasi
didapatkan berdasarkan percobaan-percobaan yang dilakukan sebelum
dilakukannya penelitian pendahuluan.
Penentuan pengaruh konsentrasi terbaik
Penentuan pengaruh konsentrasi terbaik ekstrak kasar daun kemangi
menggunakan ikan bawal air tawar yang masing-masing pada setiap perlakuan
sebanyak 5 ekor dengan bobot per ekor 150-190 g. Ikan diaklimatisasi selama 30
menit dalam akuarium dengan air bersuhu 28ºC supaya dapat beradaptasi dengan
lingkungan yang baru, kemudian ikan ditimbang terlebih dahulu dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam wadah yang telah berisi larutan ekstrak kasar daun kemangi
dengan konsentrasi yang telah ditentukan, yaitu 3%, 5%, 7%, dan 9% untuk
dilakukan pemingsanan. Waktu pingsan diukur dari saat ikan dimasukkan ke
dalam wadah sampai mencapai kondisi pingsan. Ikan yang telah pingsan
dibugarkan kembali (recovery) pada wadah yang berisi air tanpa ekstrak kasar
daun kemangi dengan bantuan aerator. Waktu recovery diukur dari saat ikan yang
telah pingsan dimasukkan ke dalam wadah berisi air tanpa campuran ekstrak kasar
daun kemangi hingga mencapai kondisi sadar. Masing-masing perlakuan diulang
tiga kali. Diagram alir prosedur penentuan konsentrasi terbaik dicantumkan pada
Gambar 1.
Pengujian kelangsungan hidup ikan bawal pada suhu 15ºC (Hanum 2014)
Suhu perlakuan yang digunakan didasarkan pada hasil penelitian Hanum
(2014) mengenai pemingsanan ikan bawal dengan ekstrak umbi teki
menggunakan suhu 15ºC sebagai suhu terbaik yang memiliki kelangsungan hidup
100% pada waktu pingsan menit ke-120. Tujuan dari pengujian kelangsungan
5
hidup ikan pada suhu 15ºC adalah untuk menentukan waktu pingsan ikan yang
efektif untuk mendapatkan survival rate yang maksimal. Ikan dipingsankan
dengan konsentrasi daun terbaik yang didapat dari penentuan pengaruh
konsentrasi terbaik, lalu dibungkus dengan kain blacu basah dan diletakkan di
dalam styrofoam bersuhu 15ºC yang telah diisi bahan pengisi serbuk gergaji dan
es yang berukuran 38 x 25 x 15 cm3. Perhitungan waktu sadar dilakukan pada
menit ke- 60, 120, 180, dan 210. Pembugaran dilakukan dalam air bersuhu 28ºC
yang diberi udara dari aerator. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
Diagram alir prosedur penentuan kelangsungan hidup ikan bawal pada suhu 15ºC
dicantumkan pada Gambar 2.
Gambar 1 Diagram alir prosedur penentuan konsentrasi terbaik, ( ) Awal dan
akhir proses, ( ) Proses
Penelitian Utama
Simulasi transportasi
Penelitian pada tahap simulasi transportasi memiliki tujuan untuk
menentukan pengaruh ekstrak kasar daun kemangi terbaik pada uji transportasi
sistem kering terhadap tingkat kelangsungan hidup bawal air tawar jika
Daun Kemangi
Pencucian
Penimbangan (120, 200, 280, dan 360 g)
Pemblenderan dengan pelarut air 500 mL
Pemerasan dengan kain belacu ke dalam wadah
Ekstrak kasar daun kemangi
(3%, 5%, 7%, dan 9%) (b/v)
Pemingsanan dengan konsentrasi (3%, 5%, 7%, dan 9%)
Ikan bawal
Konsentrasi terbaik
(berdasarkan waktu pingsan dan sadar)
Aklimatisasi 30 menit
dengan suhu air 28°C
Data
6
ditransportasikan dengan lama waktu tertentu menggunakan simulator. Simulator
transportasi yang digunakan ini menghasilkan riak air setinggi 2 cm. Simulator
transportasi merupakan alat yang memberikan getaran menyerupai kendaraan
yang berasal dari motor penggerak. Wadah yang digunakan untuk uji simulasi ini,
yaitu kotak styrofoam yang berukuran 38 x 25 x 15 cm3, dan toples dengan ukuran
6 L. Media pengisi yang digunakan, yaitu serbuk gergaji. Serbuk gergaji kering
sebelum digunakan dicuci terlebih dahulu sampai bau getah kayu hilang, setelah
itu ditiriskan lalu direndam pada air bersuhu 15ºC sesuai dengan suhu pingsan
ikan bawal.
Ikan dalam kondisi sadar diaklimatisasi selama 30 menit untuk
penyesuaian lingkungan barunya, lalu ditimbang dan diukur glukosa darah awal.
Selanjutnya ikan dipingsankan dalam air yang telah diberi ekstrak kasar daun
kemangi dengan konsentrasi terbaik yang didapat dari penelitian pendahuluan.
Ikan yang telah pingsan dibungkus dengan kain blacu basah dan setelah itu
diletakkan pada kotak styrofoam bersuhu 15oC yang telah diberi bahan pengisi
berupa serbuk gergaji yang telah dicuci dan bersuhu 15oC dan diberi es 1.500 g
serta termometer untuk mengontrol suhunya. Pengamatan dilakukan selama waktu
terbaik yang didapat pada penelitian pendahuluan, yaitu 60, 120, 180, dan 210
menit. Setiap kali waktu pembugaran, dilakukan pengukuran glukosa darah akhir.
Hal tersebut dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dan jumlah ikan yang
digunakan setiap ulangan sebanyak 5 ekor. Diagram alir prosedur simulasi
transportasi dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2 Diagram alir prosedur penentuan kelangsungan hidup ikan bawal pada
suhu 15ºC, ( ) Awal dan akhir proses, ( ) Proses
Pengujian tingkat kelangsunagn hidup ikan pada
suhu 15ºC di dalam styrofoam dengan media
pengisi pada waktu pingsan 60, 120, 180, dan 210
menit(berdasarkan survival rate)
Serbuk gergaji kering
Pencucian
Perendaman dalam air + es hingga suhu
mencapai suhu 15ºC
Ikan Bawal
Pemingsanan dengan
konsentrasi terbaik
Pembungkusan dengan
kain blacu basah Penirisan
Peletakan dalam styrofoam yang telah
berisi es dan bersuhu 15ºC
Data
Aklimatisasi 30 menit
dengan suhu air 28°C
Penirisan
7
Gambar 3 Diagram alir prosedur simulasi transportasi, ( ) Awal dan akhir
proses, ( ) Proses
Prosedur Analisis
Analisis glukosa darah (GlucoDr AGM 2100)
Uji glukosa darah pada penelitian ini menggunakan alat GlucoDr AGM
2100 yang merupakan alat portabel dan dapat digunakan untuk mengukur kadar
gula darah. Hasil dapat diketahui dalam waktu 11 detik. Tes strip dimasukkan ke
port tes, lalu ditempelkan pada darah yang diuji. Sampel darah minimal yang
dibutuhkan untuk mengukur kadar gula darah yaitu sebanyak 4 μL. Hasil tes
Ikan bawal
Pemingsanan dengan konsentrasi 5%
ekstrak kasar daun kemangi
Pembungkusan ikan dengan kain blacu
Pengukuran glukosa darah awal
Pengisian kotak styrofoam dengan serbuk gergaji serta ikan
selama 180 dan 210 menit
Simulasi transportasi
Pembugaran dengan air bersuhu
28oC dengan aerasi
Pengukuran survival rate (SR) dan glukosa darah akhir
Perlakuan terbaik
Aklimatisasi 30 menit dengan
suhu air 28°C
Serbuk gergaji
Pencucian
Penirisan
Perendaman dalam air + es
hingga suhu mencapai suhu 15ºC
Penirisan
8
kemudian ditampilkan pada layar LCD secara otomatis, meter GlucoDr akan
menampilkan hasil kadar gula darah dalam rentang 30 – 600 mg/dL.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu analisis data secara
deskriptif. Data yang diperoleh diolah menggunakan Microsoft Excel 2010.
Analisis tersebut mempertimbangkan hasil nilai rata-rata dan standar deviasi yang
didapat untuk melihat pengaruh dari setiap perlakuan yang digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan
Ikan bawal air tawar yang digunakan dalam penelitian ini dalam keadaan
sehat. Hal ini ditandai dengan posisi ikan bawal air tawar dalam media air yang tegak,
kokoh, aktif, agresif, dan responsif. Bobot ikan bawal air tawar yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu antara 150-190 gram.
Penentuan Pengaruh Konsentrasi Terbaik Ekstrak Kasar Daun Kemangi
terhadap Ikan Bawal
Konsentrasi yang digunakan pada tahap ini, yaitu 3%, 5%, 7%, dan 9%.
Konsentrasi merupakan banyaknya zat terlarut yang ada didalam zat pelarut. Waktu
pingsan diukur mulai dari detik ke-0 hingga ikan pingsan. Waktu sadar dihitung
mulai dari ikan dimasukkan ke dalam air hingga ikan sadar. Hasil pengamatan
disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Pengaruh pemberian ekstrak kasar daun kemangi dengan konsentrasi
berbeda terhadap waktu pingsan ( ) dan sadar ( )
Metode anestesi menurut Akbari et al. (2010) telah banyak digunakan
dalam proses transportasi karena dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
5% 7% 9%
Wa
ktu
(d
etik
)
Konsentrasi (b/v)
151
126
90
121
59
26
9
pada saat transportasi. Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
ekstrak daun kemangi maka waktu pingsan semakin cepat dan waktu sadar
semakin lama. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya kandungan bahan aktif
yang terkandung di dalamnya. Hanum (2014) menyatakan bahwa semakin besar
konsentrasi ekstrak umbi teki yang diberikan, menyebabkan waktu pingsan
semakin cepat dan waktu sadar yang dibutuhkan semakin lama. Bahan anasteti
yang memilki sifat mudah larut dalam air menurut Imran (2012), memiliki proses
difusi zat anasteti yang sangat cepat dalam aliran darah melalui insang. Masuknya
cairan anastetik ke dalam sistem darah akan disebarkan ke seluruh tubuh termasuk
otak dan jaringan lain.
Ikan yang dipingsankan dengan konsentrasi dua atau tiga kali lebih besar
dari konsentrasi sebelumnya belum tentu memiliki waktu pingsan dua atau tiga
kali lebih cepat dari konsentrasi sebelumnya dan belum tentu memiliki waktu
sadar dua atau tiga kalinya dari konsentrasi sebelumnya. Hal ini didukung dengan
hasil penelitian Imran (2012) yang menggunakan minyak cengkeh, dimana
semakin tinggi konsentrasi minyak cengkeh akan menyebabkan semakin
lambatnya daya impuls asetilkolin sehingga menyebabkan turunnya kinerja organ
respirasi ikan zebra. Musim, kadar lemak, ukuran tubuh, aktivitas, ikan yang
sehat, umur, dan jenis kelamin merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi
kecepatan induksi bahan anestesi dan proses pemulihannya. Konsentrasi minyak
cengkeh yang semakin tinggi, menghasilkan waktu sadar menjadi lebih lama
karena adanya efek hermotik dari zat anestetik minyak cengkeh tersebut.
Ketidakmampuan toleransi metabolisme dari ikan zebra menyebabkan pengaruh
disfungsi atau penurunan fungsi kerja di dalam tubuhnya. Penurunan fungsi kerja
organ menyebabkan gangguan pada proses metabolisme dan laju respirasi di
dalam tubuh. Hal inilah yang diduga menyebabkan ikan bawal air tawar
membutuhkan waktu yang lebih lama agar pingsan pada kisaran konsentrasi
antara 5% hingga 9% dan memiliki rentang waktu sadar yang cukup lama pada
konsentrasi 9% dari konsentrasi yang lainnya.
Anestesi ideal yaitu anestesi yang mampu memingsankan ikan kurang dari
3 menit dan menyadarkannya kembali kurang lebih 5 menit (Pramono 2002).
Konsentrasi 3% tidak menyebabkan ikan pingsan berdasarkan pengamatan selama
satu jam. Perbedaan konsentrasi ekstrak daun kemangi memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap waktu pingsan dan waktu sadar ikan, kecuali pada
perlakuan konsentrasi 5% dan 7% ekstrak daun kemangi memberikan pengaruh
yang tidak berbeda nyata terhadap waktu sadar ikan. Penggunaan bahan anestesi
pada ikan menurut Downs dan Cheng (2013) dapat mengurangi tingkat stres yang
terjadi pada ikan. Penggunaan bahan anestesi yang berlebih berdasarkan
penelitian Indiana (2014), akan menyebabkan kerusakan pada beberapa organ
(insang, syaraf, ginjal, dan otak), stres berkepanjangan, cenderung menjadi racun,
dan mengakibatkan kematian pada ikan.
Pengamatan Tingkah Laku Ikan Selama Proses Pemingsanan
Pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan selama proses
pemingsanan dimulai dari detik ke-0 sampai ikan tidak sadar (pingsan). Lamanya
waktu yang dibutuhkan oleh ikan yang diuji hingga mencapai tahap pingsan
berbeda-beda. Deret perlakuan dengan konsentrasi 5%, 7%, dan 9% ekstrak daun
10
kemangi. Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan tiap-tiap
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kemangi
memberikan pengaruh terhadap fisiologis ikan bawal air tawar. Pengamatan
dilakukan pada lamanya waktu yang dibutuhkan oleh ikan yang diuji hingga
mencapai tahap pingsan. Konsentrasi daun kemangi 9% memberikan pengaruh
fisiologis yang lebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi 5% dan 7%. Hal ini
disebabkan oleh tinggi rendahnya kandungan bahan aktif yang terkandung di
dalamnya.
Tabel 1 Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan bawal
Waktu (detik) Konsentrasi
5% 7% 9%
0-30 Normal Normal Normal, meronta
30-60 Normal Meronta Kehilangan
keseimbangan, buka
tutup insang
melambat
60-90 Meronta,
kehilangan
keseimbangan,
Kehilangan
keseimbangan, buka
tutup insang
melambat, pingsan
ringan
Buka tutup insang
melambat, pingsan
ringan
90-120 Buka tutup insang
melambat, pingsan
ringan
Pingsan (119)* Pingsan (106)*
120-150 Pingsan (134)*
*rata-rata waktu pingsan ikan
Uji Kelangsungan Hidup Ikan Bawal Air Tawar pada Suhu 15°C
Pemingsanan ikan pada tahap ini dilakukan menggunakan konsentrasi
terbaik, yaitu 5%, suhu yang digunakan 15°C, dan waktu pengamatan yang
digunakan adalah 60, 120, 180, dan 210 menit. Ikan yang telah dipingsankan
dibungkus dengan kain blacu dan diletakkan ke dalam styrofoam dengan suhu
15°C yang telah berisi es batu dan bahan pengisi. Tujuan dari hal tersebut, yaitu
untuk mendapatkan waktu pingsan terbaik ikan dalam kondisi pingsan. Tingkat
kelangsungan hidup ikan bawal air tawar disajikan pada Gambar 5.
Survival rate 100% didapat pada waktu pingsan 60, 120, dan 180 menit,
sedangkan pada waktu pingsan 210 menit didapatkan survival rate sebesar 93%.
Kematian hewan uji pada menit ke-210 dapat terjadi karena ketidakmampuan ikan
bawal dalam menoleransi suhu rendah dengan waktu yang lama. Suhu rendah
dapat menyebabkan ikan bawal tersebut menjadi stres bahkan memicu terjadinya
kematian karena suhu yang tidak sesuai dengan lingkungan hidupnya. Survival
rate merupakan hasil persentase jumlah total ikan yang hidup pada akhir
penelitian dengan jumlah total ikan pada awal penelitian. Faktor-faktor yang
11
mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan menurut Pratiwi (2015), yaitu
spesies, umur, ukuran ikan, jenis kelamin, kondisi tubuh, status kesehatan, dan
ketahanan relatif ikan, serta faktor lingkungan, yaitu suhu dan pH.
Gambar 5 Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) ikan bawal air tawar pada
suhu 15°C
Penelitian Utama
Penelitian utama meliputi pengukuran kadar glukosa darah dan simulasi
transportasi dengan menggunakan perlakuan konsentrasi terbaik ekstrak kasar
daun kemangi 5% dan suhu yang digunakan 15ºC, sedangkan pada kontrol ikan
tidak diberi ekstrak daun kemangi. Waktu yang digunakan adalah 180 dan 210
menit. Pengukuran glukosa darah dilakukan sebelum dan setelah ikan
dipingsankan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan.
Kadar Glukosa Darah Ikan Bawal Kadar glukosa darah merupakan salah satu parameter yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat stres pada ikan. Pengujian glukosa darah
dilakukan pada saat ikan dalam keadaan sadar. Pengujian dilakukan sebanyak tiga
kali ulangan setiap perlakuan dengan jumlah hewan uji sebanyak 5 ekor. Waktu
yang digunakan pada perlakuan ini yaitu 180 dan 210 menit. Hasil analisis
glukosa darah ikan bawal air tawar disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kadar glukosa darah ikan bawal
Nilai Glukosa Darah ( mg/dL)
Waktu
Pingsan
(menit)
Kontrol Perlakuan
Sebelum Sesudah Selisih Sebelum Sesudah Selisih
180 200,73±13,20 265,27±11,44 64,54 173,73±9,35 232,60±4,81 58,87
210 104±7,79 183,27±8,73 79,26 131,87±9,75 197,73±5,39 65,87
Kadar glukosa darah berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa selisih
kenaikan glukosa darah setelah dipingsankan selama 180 dan 210 menit pada
88%
90%
92%
94%
96%
98%
100%
102%
60' 120' 180' 210'
Su
rviv
al
Ra
te (
SR
)
Waktu (Menit)
100 % 100 % 100 %
93 %
12
perlakuan pemingsanan dengan anestesi memberikan selisih yang lebih rendah
dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberi anestesi. Selisih kadar glukosa
darah yang didapat pada kontrol secara berurutan, yaitu 64,54 mg/dL dan 79,26
mg/dL dan pada perlakuan didapatkan selisih kadar glukosa darah secara
berurutan, yaitu 58,87 mg/dL dan 65,87 mg/dL. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak kasar daun kemangi sebagai bahan anestesi mampu menekan laju
metabolisme ikan bawal air tawar, sehingga dapat mengurangi tingkat stres pada
ikan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Neiffer dan Stamper (2009) yang
menyatakan bahwa pemberian bahan anestesi akan menghasilkan tingkat stres
yang lebih rendah dibandingkan dengan tanpa pemberian anestesi pada saat proses
transportasi. Data menunjukan bahwa kadar glukosa ikan mengalami peningkatan
setelah dilakukan simulasi transportasi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
Pratiwi (2015), yang menunjukan bahwa kadar glukosa ikan bawal air tawar
setelah ditransportasikan mengalami peningkatan dibandingkan dengan ikan yang
belum ditransportasikan.
Darah pada ikan sangat penting, karena menurut Hanum (2014) darah
berhubungan dengan sistem pengangkutan yang berfungsi untuk keperluan
metabolisme tubuh. Pemberian bahan anestesi pada ikan akan mempengaruhi laju
sistem pengangkutan yaitu terjadinya peningkatan kadar glukosa darah yang
disebabkan oleh stres akibat perlakuan yang diberikan. Hal serupa diungkapkan
oleh Li et al. (2009), yang menyatakan bahwa peningkatan kadar glukosa darah
merupakan efek sekunder dari stres yang terjadi. Ikan dalam kondisi stres akan
membutuhkan energi yang besar untuk mempertahankan hidupnya. Ikan yang
memiliki bobot lebih besar akan mengalami tingkat stres yang lebih tinggi ketika
mengalami stres dibandingkan dengan ikan yang memiliki bobot lebih kecil
karena energi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya lebih besar pula.
Simulasi Transportasi
Pengujian simulasi transportasi ini bertujuan untuk menentukan seberapa
besar tingkat kelangsungan hidup ikan bawal jika ditransportasikan dengan lama
waktu tertentu dalam kondisi pingsan menggunakan ekstrak kasar daun kemangi
dengan konsentrasi 5% dan suhu 15ºC. Lama waktu yang diujikan yaitu 180 dan
210 menit. Waktu ini dipilih karena pada lama waktu pemingsanan ikan bawal air
tawar menit ke-180 memiliki tingkat kelangsungan hidup yang masih tinggi yaitu
100%, dan lama waktu 210 menit juga dipilih untuk dilakukan pengujian simulasi
karena tingkat kelangsungan hidup ikan bawal masih cukup tinggi, yaitu sebesar
93%. Media yang digunakan yaitu serbuk gergaji. Hasil pengamatan tingkat
kelangsungan hidup ikan bawal air tawar yang disimulasikan dalam media serbuk
gergaji disajikan pada Gambar 6.
Media pengisi yang digunakan, yaitu serbuk gergaji. Keunggulan dari
serbuk gergaji antara lain adalah mampu mempertahankan suhu rendah selama 9
jam tanpa bantuan es dan tanpa beban di dalamnya serta memiliki daya serap air
yang sangat tinggi karena serbuk gergaji memiliki pori-pori yang besar
dibandingkan dengan media pengisi yang lain, misalnya kertas dan sekam padi
(Junianto 2003). Keunggulan lain dari serbuk gergaji, yaitu mudah didapat dan
harganya murah.
13
Gambar 6 Tingkat kelangsungan hidup ikan bawal air tawar pada kontrol ( )
dan perlakuan ( ) saat simulasi transportasi
Simulator transportasi yang digunakan memiliki kecepatan rotasi sebesar
2850 RPM dan menghasilkan riak air dalam toples setinggi 2 cm. Tingkat
kelangsungan hidup ikan bawal air tawar dalam simulasi transportasi kering jika
dilihat pada Gambar 6 menunjukkan terjadinya penurunan seiring dengan
lamanya waktu simulasi yang diberikan baik pada kontrol maupun perlakuan,
namun pada diagram batang menunjukkan penurunan yang lebih tinggi terdapat
pada kontrol. Hasil yang didapat berdasarkan waktu pengamatan 180 menit pada
perlakuan maupun kontrol didapatkan hasil secara berurutan sebesar sebesar
100% dan 93%, sedangkan pada waktu pengamatan 210 menit sebesar 93% dan
67%. Hasil tersebut disebabkan adanya perlakuan, ikan berada dalam kondisi
pingsan dan ditempatkan pada kotak styrofoam yang diberi media dengan suhu
pingsan ikan bawal sehingga ikan lebih tenang dan tidak mengalami stres yang
tinggi sehingga tingkat kelangsungan hidup ikan bawal lebih tinggi. Hal ini
menunjukan bahwa semakin lama ikan bawal ditransportasikan maka tingkat
kelangsungan hidup akan semakin mengalami penurunan. Hal tersebut dapat
terjadi akibat dari peningkatan suhu yang terjadi di dalam kemasan. Simulasi
transportasi menggunakan suhu 15ºC, setelah proses tersebut terjadi kenaikan
suhu yang tidak begitu besar, yaitu menjadi 16ºC sehingga tingkat kelangsungan
hidup ikan bawal air tawar pada waktu pengamatan 180 menit masih lebih tinggi
(100%) dari hasil penelitian Pratiwi (2015) yang memiliki tingkat kelangsungan
hidup 80% pada kondisi perlakuan. Percobaan simulasi transportasi pada waktu
pengamatan 240 menit telah dilakukan untuk perlakuan 5% dan menghasilkan
angka survival rate sebesar 73%.
Suhu pada media menurut Pratiwi (2015) akan semakin meningkat seiring
dengan lamanya waktu penyimpanan. Suhu media pengisi pada saat transportasi
ikan harus disesuaikan dengan suhu pemingsanan ikan bawal karena suhu
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam transportasi sistem kering
sehingga suhu harus di pertahankan hingga akhir transportasi. Suhu media untuk
transportasi ikan sistem kering menurut Andasuryani (2003) berkisar atau sama
dengan suhu pembiusnya.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
180' 210'
Surv
ival
rat
e (
SR)
Waktu Pemingsanan (menit)
93 % 100 %
93 %
67 %
14
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Konsentrasi terbaik ekstrak kasar daun kemangi yaitu 5% dengan waktu
pingsan 134 detik dan waktu sadar 29 detik. Kelangsungan hidup ikan bawal air
tawar tertinggi dengan menggunakan konsentrasi 5% saat disimulasikan, yaitu
sebesar 100% untuk perlakuan dan 93% untuk kontrol dalam waktu simulasi
selama 180 menit.
Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan anestesi bunga,
daun kemangi dengan penggolongan bagian daun, baik yang dikeringkan atau
direbus terlebih dahulu untuk melihat tingkat keefektifan yang terbaik. Penelitian
selanjutnya perlu juga dilakukan pengoptimalan metode ekstraksi, misalnya
penghancuran sampel menggunakan mortar, transportasi secara langsung, dan
penggunaan ikan bawal yang diberokan dengan umur yang berbeda untuk
mendapatkan data yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Abid MS, Masithah ED, Prayogo. 2014. Potensi senyawa metabolit sekunder
infusum daun durian (Durio zibethinus) terhadap kelulushidupan ikan nila
(Oreochromis niloticus) pada transportasi ikan hidup sistem kering. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan 6 (1): 93-101.
Akbari S, Khoshnod MJ, Rajaian H, Afsharnasab M. 2010. The use of eugenol as
an anesthetic in transportation of with indian shrimp (Fenneropenaeus
indicus) post larvae. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences.
10: 423-429.
Andasuryani. 2003. Pengendalian suhu dan pengukuran oksigen peti kemas
transportasi sistem kering udang dan ikan dengan kendali fuzzy [tesis].
Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Downs DE, Cheng YW. 2013. Length–length and width–length conversion of
longnose skate and big skate off the pacific coast: implications for the
choice of alternative measurement units in fisheries stock assessment.
North American Journal of Fisheries Management. 33: 887–893.
Hanum K. 2014. Penggunaan ekstrak umbi teki (Cyperus rotundus L.) sebagai
bahan anestesi ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) [skripsi].
Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor.
15
Hendrawati ARE 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum
sancitum Linn.) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode Brine
shrimp lethality test [skripsi]. Semarang (ID): Fakultas Kedokteran.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Husen MA, Sharma S. 2014. Efficacy of anesthetics for reducing stress in fish
during aquaculture practices a review. Journal of Science, Engineering,
and Technology. 10 (1) :104-123.
Idrus M A, Harismah K, Sriyanto A. 2013. Pemanfaatan kemangi (Ocimum
sanctum) sebagai substitusi aroma pada pembuatan sabun herbal
antioksidan. Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT): 13-17.
Imran. 2012. Daya anestesi minyak cengkeh terhadap waktu induksi dan waktu
pulih ikan zebra blacktail (Dascyllus melanurus) [skripsi]. Makasar (ID):
Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanudin.
Indiana M. 2014. Efektivitas ekstrak kasar umbi teki (Cyperus rotundus L.)
sebagai bahan anestesi ikan mas (Cyprinus carpio) [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Insani RRL. 2010. Efek minyak atsiri daun kemangi (Ocimum basilicum) sebagai
antidepresan pada mencit BALB/C ditinjau dari immobility time pada tail
suspension test [skripsi]. Semarang (ID): Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro.
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Li P, Brian R, Delbert M, Gatlin, Todd S, Ruguang C, Rebecca L. 2009. Effect of
handling and transport on cortisol response and nutrient mobilization of
golden shiner, Notemigonus crysoleucas. Journal of the World
Aquaculture Society 40(6):803-809.
Neiffer DL, Stamper MA. 2009. Fish sedation, anesthesia, analgesia, and
euthanasia: considerations, methods, and types of drugs. ILAR Journal. 50
(4): 343-360.
Pramono V. 2002. Penggunaan ekstrak Caulerpa racemosa sebagai bahan
pembius pada pra transportasi ikan nila (Oreochromis niloticus) hidup
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor
Pratiwi VH. 2015. Efektivitas ekstrak kasar daun pala sebagai bahan anestesi pada
simulasi transportasi ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum)
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Rahayu R. 2014. Uji potensi minyak atsiri daun kemangi (Ocimum basilicum L.)
sebagai insektisida nabati terhadap lalat buah (Bactrocera carambolae)
[skripsi]. Yogyakarta (ID): Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Sunan
Kalijaga.
Sumahiradewi L G. 2014. Pengaruh konsentrasi minyak cengkeh (Eugenia
aromatica) terhadap kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis sp.) pada
proses transportasi. Media Bina Ilmiah 8 (1): 1-4.
16
Utami IK, Haetami K, Rosidah. 2012. Pengaruh penggunaan tepung daun turi
hasil fermentasi dalam pakan buatan terhadap pertumbuhan benih bawal
air tawar (Colossoma macropomum cuvier). Jurnal Perikanan dan
Kelautan 3 (4): 191-199.
Wijayanti I, Tapotubun EJ, Salim A, Nuer’aenah N, Litaay C, Putri RMS, Kaya
AOW, Suwandi R. 2011. Pengaruh temperatur terhadap kondisi anastesi
pada bawal tawar Colossoma macropomum dan lobster tawar Cherax
quadricarinatus. Prosiding seminar nasional pengembangan pulau-pulau
kecil : 67-76.
17
LAMPIRAN
18
19
Lampiran 1 Dokumentasi kegiatan penelitian
Hewan uji (ikan bawal) Daun kemangi Pencucian daun kemangi
Pemblenderan daun Pemerasan daun Gluco DR (AGM
Peletakan ikan dalam wadah Styrofoam Simulator
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Tuban, Jawa Timur, tanggal 14 Januari 1994
dan tinggal selama 6 tahun di daerah tersebut yang kemudian berdomisili di
Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara yang bernama Akhmad Zainul Arifin dan Akhmad Sandy Maulana
dari pasangan Sentot Krisnanto dan Erna Wahyu. Pendidikan formal yang
ditempuh oleh penulis diantaranya yaitu TK Bustanul Atfal Tuban, SDS Pelita
Atsiri Permai Kabupaten Bogor, SMP Dharma Pertiwi Kota Depok, dan SMAN 1
Tajurhalang, Kabupaten Bogor. Penulis masuk di Perguruan Tinggi Negeri
Institut Pertanian Bogor melalui jalur SMPTN jalur undangan di Departemen
Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif menjadi anggota di
Himpunan Profesi Mahasiswa Teknologi Hasil Perairan (HIMASILKAN) sebagai
wakil ketua periode 2013-2014 dan bidang INFOKOM periode 2014-2015,
menjadi panitia OMBAK bidang komisi disiplin pada masa perkenalan fakultas
FPIK tahun 2014. Penulis pernah melakukan kegiatan praktik lapangan di UKM.
Al- Fadh, Boyolali, Jawa Tengah mengenai “Perencanaan Hazard Analysis
Critical Control Points (HACCP) pada Produk Abon Ikan di Usaha Kecil
Menengah (UKM) Al-Fadh, Boyolali-Jawa Tengah” yang dibimbing oleh Dra
Ella Salamah MSi. Penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Ekstrak Kasar Daun Kemangi (Ocimum canum) sebagai Bahan
Anestesi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) dalam Transportasi
Sistem Kering” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dibawah
bimbingan Dr Ir Ruddy Suwandi, MS. MPhil dan Dr Mala Nurilmala, SPi, MSi .