emas

11
1 PEMISAHAN DAN KARAKTERISASI EMAS DARI BATUAN ALAM DENGAN METODE NATRIUM BISULFIT Dwi Mei Susiyadi 1 , I Wayan Dasna 1 dan Endang Budiasih 1 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Email: [email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan emas pada batuan alam menggunakan metode natrium bisulfit yang ramah lingkungan. Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu, penetapan kondisi optimum metode natrium bisulfit menggunakan larutan standar emas dan penerapan metode natrium bisulfit pada batuan alam yang berada di salah satu wilayah Jawa Timur. Karakterisasi emas yang dihasilkan dianalisis dengan XRF dan EDX. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi minimum larutan emas yang dapat dipisahkan dengan metode natrium bisulfit adalah 400 ppm. Metode natrium bisulfit dapat memisahkan emas dari batuan alam Jawa Timur dan menghasilkan rendemen sebesar 1,020 % serta memiliki kemurnian sebesar 88,12%. Kata kunci: emas, batuan alam, natrium bisulfit. ABSTRACT: The research purpose to separate gold from stone found at East Java with sodium bisulfite method.The research involve of two steps: determination of optimum condition of sodium bisulfite method using gold standard solution, application of sodium bisulfite method to separate gold from natural stone. Characterization of gold that separated using XRF and EDX. The result shows that minimum concentration gold standard solution which can be separated with sodium bisulfite method is 400 ppm. Sodium bisulfite method can separate gold from natural stone East Java and produce 1,020 % yield, the gold have 88,12% purity. Key words: natural stones, gold, sodium bisulfite PENDAHULUAN Emas ditemukan di bumi dalam bentuk logam yang terdapat di dalam retakan- retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral. Kelimpahan relatif emas didalam kerak bumi diperkirakan sebesar 0,004 g/ton, termasuk sekitar 0,001 g/ton terdapat didalam perairan laut . Emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan bijih emas. Metode isolasi emas yang saat ini banyak digunakan untuk eksploitasi emas skala industri adalah metode sianida dan metode amalgamasi (Steele dkk, 2000). Metode sianida memiliki keunggulan antara lain proses ekstraksi yang sederhana dan memiliki kemurnian emas 80% (Supriyadijaja, 2009). Metode sianida juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain proses berjalan sangat lambat dan menggunakan natrium sianida yang sangat beracun. Sianida merupakan racun pembunuh yang paling ampuh untuk semua jenis makhluk hidup. Sianida bisa larut dalam air, sedimen dan biota laut, akibatnya terjadi kontaminasi pada biota laut, sehingga dikhawatirkan keanekaragaman hayati mengalami kepunahan (Mukaddis, 2008). Penelitian Lutvi

Upload: dewi-hanisa

Post on 16-Jan-2016

66 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Emas

TRANSCRIPT

Page 1: Emas

1

PEMISAHAN DAN KARAKTERISASI EMAS DARI BATUAN ALAM

DENGAN METODE NATRIUM BISULFIT

Dwi Mei Susiyadi1, I Wayan Dasna

1 dan Endang Budiasih

1

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Email: [email protected]

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan emas pada batuan alam

menggunakan metode natrium bisulfit yang ramah lingkungan. Penelitian terdiri

dari dua tahap, yaitu, penetapan kondisi optimum metode natrium bisulfit

menggunakan larutan standar emas dan penerapan metode natrium bisulfit pada

batuan alam yang berada di salah satu wilayah Jawa Timur. Karakterisasi emas

yang dihasilkan dianalisis dengan XRF dan EDX. Hasil penelitian menunjukkan

konsentrasi minimum larutan emas yang dapat dipisahkan dengan metode natrium

bisulfit adalah 400 ppm. Metode natrium bisulfit dapat memisahkan emas dari

batuan alam Jawa Timur dan menghasilkan rendemen sebesar 1,020 % serta

memiliki kemurnian sebesar 88,12%.

Kata kunci: emas, batuan alam, natrium bisulfit.

ABSTRACT: The research purpose to separate gold from stone found at East Java

with sodium bisulfite method.The research involve of two steps: determination of

optimum condition of sodium bisulfite method using gold standard solution,

application of sodium bisulfite method to separate gold from natural stone.

Characterization of gold that separated using XRF and EDX. The result shows that

minimum concentration gold standard solution which can be separated with

sodium bisulfite method is 400 ppm. Sodium bisulfite method can separate gold

from natural stone East Java and produce 1,020 % yield, the gold have 88,12%

purity.

Key words: natural stones, gold, sodium bisulfite

PENDAHULUAN

Emas ditemukan di bumi dalam bentuk logam yang terdapat di dalam retakan-

retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral. Kelimpahan relatif emas didalam

kerak bumi diperkirakan sebesar 0,004 g/ton, termasuk sekitar 0,001 g/ton terdapat

didalam perairan laut .

Emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan bijih emas. Metode

isolasi emas yang saat ini banyak digunakan untuk eksploitasi emas skala industri

adalah metode sianida dan metode amalgamasi (Steele dkk, 2000). Metode sianida

memiliki keunggulan antara lain proses ekstraksi yang sederhana dan memiliki

kemurnian emas 80% (Supriyadijaja, 2009). Metode sianida juga memiliki beberapa

kelemahan, antara lain proses berjalan sangat lambat dan menggunakan natrium

sianida yang sangat beracun. Sianida merupakan racun pembunuh yang paling ampuh

untuk semua jenis makhluk hidup. Sianida bisa larut dalam air, sedimen dan biota

laut, akibatnya terjadi kontaminasi pada biota laut, sehingga dikhawatirkan

keanekaragaman hayati mengalami kepunahan (Mukaddis, 2008). Penelitian Lutvi

Page 2: Emas

2

(2009) menyatakan bahwa kegiatan pengolahan emas dengan metode amalgamasi dan

proses sianidasi memberikan dampak negatif terhadap kualitas air dan sedimen

disekitar lokasi pengolahannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk

menciptakan metode pemisahan emas alternatif yang ramah lingkungan..

Penelitian tentang pemisahan emas menggunakan pelarut air raja pada waste

printed circuit board (WPCB) telah dilakukan Park (2008) yang memiliki persen

massa emas 93 %. Penelitian tentang natrium bisulfit juga dilakukan oleh Pitoi dkk

(2008) yang menyatakan bahwa natrium bisulfit dapat menurunkan sianida bebas

yang berasal dari proses pengolahan emas menggunakan proses sianidasi.

Penambahan natrium bisulfit dengan katalis Cu pada limbah proses sianidasi dapat

menurunkan kadar sianida bebas pada limbah tersebut.

Kegunaan natrium bisulfit yang lain adalah sebagai metode alternatif

pemisahan emas dengan sampel batuan alam. Prinsip metode ini adalah pengendapan.

Natrium bisulfit diperoleh dari pelarutan natrium metabisulfit dengan air. Bijih emas

dilarutkan dengan air raja sehingga dihasilkan senyawa kompleks tetrakloroaurat

(III). Cara mendapatkan emas murni dari larutan emas yaitu dengan cara mereduksi

larutan emas tersebut dengan natrium bisulfit. Pemilihan natrium bisulfit disebabkan

harganya yang terjangkau. Alasan yang paling penting menggunakan natrium bisulfit

yaitu tidak adanya zat berbahaya yang dihasilkan saat mereduksi emas dari senyawa

kompleks tetrakloroaurat (III).

Batuan yang berasal dari salah satu wilayah di Jawa Timur (selanjutnya

disebut batuan alam Jawa Timur) diindikasikan mengandung emas. Studi awal

melalui uji XRF menunjukkan persentase emas dalam batuan alam Jawa Timur

sebesar 6,12%. Kandungan emas dalam sampel batuan alam Jawa Timur relatif lebih

besar dibandingkan unsur-unsur lain seperti tembaga, besi dan silika. Kalsium

memiliki kandungan yang paling besar yaitu 88 %, Silika 1,2%, belerang 0,06 % besi

1,41 % sisanya yaitu Mn, In, Eu dan Cu. Metode natrium bisulfit dicoba untuk

memisahkan emas pada batuan alam Jawa Timur tersebut.

METODOLOGI

Penelitian merupakan penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan dalam dua

tahap yaitu 1) penetapan kondisi optimum metode natrium bisulfit pada larutan

standar emas, 2) penerapan metode natrium bisulfit pada batuan alam Jawa Timur.

Karakterisasi emas yang dihasilkan dianalisis dengan XRF dan EDX.

1. Penetapan Kondisi Optimum Metode Natrium Bisulfit pada Larutan Standar

Emas

Penetapan kondisi optimum metode natrium bisulfit menggunakan larutan

standar emas meliputi pembuatan larutan standar emas menggunakan emas murni, uji

konsentrasi minimum metode natrium bisulfit dan pemisahan emas pada larutan

standar menggunakan metode sianida dan metode natrium bisulfit

Page 3: Emas

3

a. Pembuatan Larutan Standar Emas Menggunakan Emas Murni

Sebanyak 1,04 gram emas murni (99%) ditambah dengan 80 mL larutan air

raja dan diaduk menggunakan pengaduk magnet hingga homogen. Konsentrasi

larutan setelah penambahan air raja yaitu 13000 ppm

b. Uji Konsentrasi Minimum Larutan Standar Emas yang Masih Bisa

Mengendapkan Emas dengan Metode Natrium Bisulfit

Larutan standar emas 13000 ppm diencerkan pada konsentrasi berturut-turut

1000 ppm, 900 ppm, 800 ppm, 700 ppm hingga 100 ppm. Masing-masing konsentrasi

ditambah 5 mL larutan natrium bisulfit 1M dan dibuat grafik pengamatan untuk

konsentrasi minimal larutan standar emas yang masih bisa mengendapkan emas pada

saat penambahan larutan natrium bisulfit.

c. Pemisahan Emas dari Larutan Standar Emas dengan Metode Sianida

Larutan standar emas diambil 5 mL dan ditambah larutan NaOH 2 M sampai

pH 11. Setelah itu ditambah dengan larutan NaCN 1% 15 mL, ditutup dengan

aluminium foil dan diaduk dengan pengaduk magnet selama 24 jam. Hasil dari

pengadukan tersebut ditambah 0,5 gram seng foil. Seng foil diambil dengan cara

didekantasi dan dibakar dengan alat pembakar. Emas yang terbentuk dicuci dengan

asam nitrat kemudian dikeringkan dan ditimbang dengan timbangan analitik. Setelah

ditimbang, dianilisis dengan EDX.

d. Pemisahan Emas dari Larutan Standar Emas dengan Metode Natrium

Bisulfit

Sebanyak 5 mL larutan standar emas ditambah dengan 5 mL larutan NaHSO3

1 M. Endapan yang terbentuk diambil dengan cara didekantasi dan dilakukan

pencucian dua kali menggunakan aquades dan larutan HCl 32%. Hasil dari pencucian

endapan dipanaskan sampai filtrat menguap, lalu ditimbang endapan kering yang

tersisa. Diulangi langkah sebelumnya sampai tahap penimbangan Setelah itu dibakar

dengan suhu 1100 °C. Emas yang terbentuk ditimbang dan dianalisis dengan EDX.

2. Penerapan Metode Natrium Bisulfit pada Batuan Alam Jawa Timur

Sebanyak 6,0081 gram dihaluskan dengan mortar hingga 75 mesh. Hasil penghalusan

batuan alam dibakar pada suhu 1000 °C . Pasir hasil pembakaran ditambah dengan 10

mL larutan HCl 32% dan diaduk selama 2 jam dengan pengaduk magnet. Hasil dari

pengadukan disaring dengan kertas saring. Residu pada proses penyaringan

ditambahkan 20 mL air raja dan diaduk selama 3 jam dengan pengaduk magnet

kemudian didekantasi. Filtrat diuji kualitatif dengan SnCl2 untuk memastikan ada

emas yang terkandung dalam filtrat. Filtrat ditambah 5 mL larutan NaHSO3 1 M.

Endapan yang terbentuk dicuci dua kali menggunakan HCl 32% dan aquades

kemudian diuapkan. Endapan ditimbang dan dibakar dengan alat pembakar. emas

yang terbentuk ditimbang dengan neraca analitik. Kemudian dianalisis dengan EDX.

Page 4: Emas

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Uji Konsentrasi Minimum Larutan Standar Emas yang Masih Bisa

Mengendapkan Emas dengan Metode Natrium Bisulfit

Uji konsentrasi minimal larutan standar emas dengan metode natrium bisulfit

dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1 Uji Konsentrasi Minimal Larutan Standar Emas yang Masih Bisa

Mengendapkan Emas dengan Metode Natrium Bisulfit

Uji konsentrasi minimal larutan standar bertujuan untuk mengetahui kondisi

konsentrasi minimum pada larutan standar emas yang dapat mengendapkan emas

pada metode natrium bisulfit. Hasil yang diperoleh menunjukkan pada konsentrasi

100 ppm sampai 300 ppm natrium bisulfit tidak dapat mengendapkan larutan standar

emas sedangkan pada konsentrasi 400 ppm sampai 1000 ppm natrium bisulfit dapat

mengendapkan larutan standar emas. Konsentrasi minimal larutan emas yang dapat

dipisahkan dengan metode natrium bisulfit adalah 400 ppm.

Kondisi optimum metode natrium bisulfit yaitu pada konsentrasi larutan emas di atas

400 ppm dan tidak bisa digunakan untuk pemisahan emas bila konsentrasinya di

bawah 400 ppm.

2. Pemisahan Emas dari Larutan Standar Emas dengan Metode Sianida dan

Metode Natrium Bisulfit

Pemisahan emas dari larutan standar emas dengan metode sianida dan metode

natrium bisulfit bertujuan untuk membandingkan keefektifan kedua metode dalam

pemisahan emas dari larutan standar emas. Tahapan penelitian dan pengamatan

pemisahan emas dari larutan standar emas dengan metode sianida dan metode

natrium bisulfit dapat dilihat pada Tabel 4.1.

100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

Tidak ada

endapan Ada endapan

(ppm)

Page 5: Emas

5

Tabel 1 Tahapan Penelitian dan Pengamatan Pemisahan Emas dari Larutan Standar Emas

dengan Metode Sianida dan natrium Bisulfit

Tahapan Penelitian Pengamatan

1. Metode Sianidasi

a) 5mL larutan standar emas ditambah NaOH

2 M sampai pH 11.

b) Ditambahkan natrium sianida 1% 15 mL

dan diaduk 24 jam

c) Ditambahkan 0,5 gram seng foil dan

didekantasi

d) Seng foil dibakar.

e) Emas yang terbentuk dicuci dengan HNO3

2 M.

f) Ditimbang emas yang terbentuk.

*2. Metode Natrium Bisulfit

a) 5 mL larutan standar emas ditambah 5 mL

NaHSO3 1 M. (dilakukan secara duplo)

b) Endapan dicuci dengan HCl 32% dan

diuapkan

c) Endapan dicuci dengan aquades dan

diuapkan

d) Ditimbang endapan kering

e) Endapan kering dibakar dengan alat

pembakar

f) Emas yang terbentuk ditimbang

a) Terbentuk larutan tidak berwarna.

b) Terbentuk larutan tidak berwarna.

c) Seng foil menjadi hitam

d) Terbentuk butiran emas

e) Pengotor larut dalam HNO3

f) Massa yang diperoleh 0,0334 g

a) Terbentuk endapan hitam.

b) Endapan menjadi coklat muda.

c) Endapan oranye tua

d) Massa endapan kering 0,0589 g (1),

0,0569 g (2), rata-rata 0,0579 g

e) Terbentuk butiran emas

f) Massa emas 0,0534 gram

*Prosedur 2(a-d) dilakukan secara duplo

Emas yang diperoleh dari metode sianida sebesar 0,0334 g, yang berasal dari

5 mL hasil pelarutan emas murni seberat 1,04 g dengan 80 mL air raja. Rendemen

emas dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:

�� ��

� ��×

�,� �

�,� � X 100% = 51,38%

Hasil emas yang diperoleh dari metode natrium bisulfit sebesar 0,0534 g, yang

berasal dari 5 mL hasil pelarutan emas murni seberat 1,04 g dengan 80 mL air raja.

Rendemen emas dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:

�� ��

� ��×

�,�� �

�,� � X 100% = 82,15%

Hasil karakterisasi dengan EDX secara kualitatif menghasilkan kurva

hubungan antara konsentrasi komponen dengan energi dari emas hasil pemisahan.

Spektrum energi hasil pemisahan emas pada larutan standar emas menggunakan

metode natrium bisulfit dan metode sianida dapat dilihat berturut-turut pada

Gambar 2 dan 3

= Rendemen

emas

Rendemen

emas =

Page 6: Emas

6

Gambar 2 Spektrum Energi Hasil Pemisahan Emas pada Larutan Standar

Emas Metode Natrium Bisulfit

Gambar 3 Spektrum Energi Hasil Pemisahan Emas dari Larutan

Standar Emas dengan Metode Sianida

Berdasarkan kurva tersebut, diketahui jenis unsur-unsur yang terkandung

emas hasil pemisahan pada larutan standar menggunakan metode sianida dan natrium

bisulfit. Unsur-unsur yang terkandung dalam emas dengan metode sianida adalah Au,

Ag dan C, sedangkan Unsur-unsur yang terkandung dalam emas dengan metode

natrium bisulfit adalah Au, C, O, Cl. Secara kuantitatif hasil karakterisasi melalui

EDX terhadap pemisahan emas menggunakan larutan standar emas, menghasilkan

persen massa unsur emas 78% pada metode sianidasi dan 83% pada metode natrium

bisulfit. Dalam penelitian ini yang digunakan hanya data persen massa (%Wt).

Perbandingan unsur-unsur pemisahan emas dengan metode sianida dan metode

natrium bisulfit dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 7: Emas

7

Tabel 2. Perbandingan unsur-unsur pemisahan emas dengan metode sianida dan metode

natrium bisulfit dapat dilihat pada

Berdasarkan analisis EDX, metode natrium bisulfit menghasilkan emas dengan

kemurnian 83%, lebih tinggi dari kemurnian emas yang dihasilkan metode sianida,

yaitu 78%.

Keefektifan metode natrium bisulfit dan metode sianida dapat dilihat pada

rendemen dan kemurnian emas yang dihasilkan dari larutan standar emas. Metode

natrium bisulfit lebih efektif dibandingkan metode sianida karena memiliki rendemen

dan kemurnian yang lebih tinggi daripada metode sianida.

3. Penerapan Metode Pengendapan Emas Menggunakan Natrium Bisulfit Pada

Batuan Alam Jawa Timur

Tahapan penelitian dan pengamatan penerapan metode natrium bisulfit pada

sampel batuan alam Jawa Timur disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Tahapan Penelitian dan Pengamatan Penerapan Metode Natrium Bisulfit pada

Batuan Alam Jawa Timur

Tahapan Penelitian Pengamatan

1. Batu Jawa Timur 6,0081 g

a) Dihaluskan dengan mortar

b) Dibakar pada suhu 1000 °C

c) Ditambah 10 mL larutan HCl 32% dan

diaduk selama 2 jam

d) Didekantasi

e) Residu hasil dekantasi ditambah 20 mL air

raja dan diaduk selama 3 jam lalu

didekantasi

f) Ditambah 5 mL NaHSO3 1 M dan dibiarkan

sampai terendap sempurna lalu didekantasi

g) Endapan dicuci dengan HCl 32% kemudian

diuapkan dan dicuci ulang dengan aquades

kemudian diuapkan

h) Endapan kering ditimbang

i) Endapan kering dibakar dengan alat

pembakar

j) Emas yang terbentuk ditimbang

a) Batuan menjadi serbuk.

b) Serbuk merah kecoklatan

c) Terbentuk filtrat dan residu

d) Filtrat berwarna oranye dan endapan

berwarna coklat kemerahan

e) Terbentuk residu dan filtrat. Filtrat dan

endapan berwarna kuning

Massa residu sebesar 5,2 g

f) Terbentuk endapan hitam dan filtrat

tidak berwarna.

g) Endapan berwarna coklat muda

h) Massa endapan 0,0655 g

i) Terbentuk butiran emas

j) Massa emas 0,0613 g

Unsur Metode Natrium Bisulfit

Wt(%) At(%)

Au

Cl

C

O

83.21

00.89

09.70

06.20

25.72

01.52

49.17

23.58

Unsur Metode sianida

Wt(%) At(%)

Au

Ag

C

78.36

16.63

05.00

41.07

15.92

43.01

Page 8: Emas

Analisis pendahuluan dengan XRF batuan alam yang diperoleh dari suatu

wilayah di Jawa Timur memiliki kandungan emas

unsur dalam batuan alam Jawa Timur pada analisis XRF

Tabel 4 Kandungan Unsur-

Compound Au

Conc unit

(%)

6.10

Compound Eu

Conc unit

(%)

0.3

Kandungan unsur yang paling dominan adalah Ca yaitu 88,28

ada unsur-unsur lain seperti Fe, S, Cu yang dapat menggaggu ketika dilakukan

ekstraksi dengan air raja. Air raja dapat melarutkan semua senyawa yang terdapat

dalam pasir tersebut termasuk emas. Kandungan yang ada di pasir bukan dalam

bentuk unsur melainkan dalam bentuk senyawa.Senyawa yang terkandung dalam

batuan tersebut adalah senyawa sulfida, oleh karena itu perlu dilakukan pemekatan

atau penghilangan kandungan senyawa yang dominan untuk meningkatkan

kandungan emasnya (Wijayanti, 2012).

pada batuan alam Jawa Timur dapat di

Massa Au dalam batuan = %Au dalam batuan x massa batuan

Konsentrasi Au dalam batuan =

Metode natrium bisulfit dapat memisahkan emas pada konsentrasi minimum

sebesar 400 ppm sehingga emas dalam batuan alam Jawa Timur dapat dipisahkan

dengan metode natrium bisulfit.

Batuan alam Jawa

senyawa kompleks tetrakloroaurat (III). Natrium bisulfit berfungsi untuk mereduksi

emas dari senyawa kompleks tetrakloroaurat (III) seperti pada persamaan reaksi

berikut:

3NaHSO3 (aq) + 2HAuCl

3NaHSO

Massa emas yang diperoleh dari batuan alam Jawa Timur sebesar 0,0613

gram. Rendemen emas dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:

Rendemen

emas =

Analisis pendahuluan dengan XRF batuan alam yang diperoleh dari suatu

wilayah di Jawa Timur memiliki kandungan emas sebesar 6,10%. Kandungan unsur

unsur dalam batuan alam Jawa Timur pada analisis XRF bisa dilihat pada Tabel 4.

-unsur dalam Batuan Alam Jawa Timur pada Analisis XRF

Si S In Ca

1.2 0.06 1.7 88.28

Ti Fe Cu Mn

0.065 1.41 0.42 0.82

Kandungan unsur yang paling dominan adalah Ca yaitu 88,28 % dan masih

unsur lain seperti Fe, S, Cu yang dapat menggaggu ketika dilakukan

ekstraksi dengan air raja. Air raja dapat melarutkan semua senyawa yang terdapat

dalam pasir tersebut termasuk emas. Kandungan yang ada di pasir bukan dalam

sur melainkan dalam bentuk senyawa.Senyawa yang terkandung dalam

batuan tersebut adalah senyawa sulfida, oleh karena itu perlu dilakukan pemekatan

atau penghilangan kandungan senyawa yang dominan untuk meningkatkan

kandungan emasnya (Wijayanti, 2012). Berdasarkan analisis XRF, Konsentrasi emas

pada batuan alam Jawa Timur dapat dihitung dengan cara:

Massa Au dalam batuan = %Au dalam batuan x massa batuan

= 6,10% x 6,0081 g

= 0,36 g

= 360 mg

Konsentrasi Au dalam batuan = ����� �� ����� ������

� ���! �"# #�$�=

%� ��

�,�& � = 18000

Metode natrium bisulfit dapat memisahkan emas pada konsentrasi minimum

sebesar 400 ppm sehingga emas dalam batuan alam Jawa Timur dapat dipisahkan

dengan metode natrium bisulfit.

Batuan alam Jawa Timur yang dilarutkan dengan air raja menghasilkan

senyawa kompleks tetrakloroaurat (III). Natrium bisulfit berfungsi untuk mereduksi

emas dari senyawa kompleks tetrakloroaurat (III) seperti pada persamaan reaksi

) + 2HAuCl4 (aq) + 3H2O (l)

3NaHSO4 (aq) + 8 HCl (aq) + 2Au (s) (Alicia, 2012)

Massa emas yang diperoleh dari batuan alam Jawa Timur sebesar 0,0613

emas dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:

8

Analisis pendahuluan dengan XRF batuan alam yang diperoleh dari suatu

Kandungan unsur-

dilihat pada Tabel 4.

ada Analisis XRF

88.28

% dan masih

unsur lain seperti Fe, S, Cu yang dapat menggaggu ketika dilakukan

ekstraksi dengan air raja. Air raja dapat melarutkan semua senyawa yang terdapat

dalam pasir tersebut termasuk emas. Kandungan yang ada di pasir bukan dalam

sur melainkan dalam bentuk senyawa.Senyawa yang terkandung dalam

batuan tersebut adalah senyawa sulfida, oleh karena itu perlu dilakukan pemekatan

atau penghilangan kandungan senyawa yang dominan untuk meningkatkan

asarkan analisis XRF, Konsentrasi emas

18000 ppm

Metode natrium bisulfit dapat memisahkan emas pada konsentrasi minimum

sebesar 400 ppm sehingga emas dalam batuan alam Jawa Timur dapat dipisahkan

Timur yang dilarutkan dengan air raja menghasilkan

senyawa kompleks tetrakloroaurat (III). Natrium bisulfit berfungsi untuk mereduksi

emas dari senyawa kompleks tetrakloroaurat (III) seperti pada persamaan reaksi

(Alicia, 2012)

Massa emas yang diperoleh dari batuan alam Jawa Timur sebesar 0,0613

emas dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:

Page 9: Emas

9

Rendemen yang diperoleh 1,020 % mengalami penurunan dari persen massa

awal yang dianalisis menggunakan XRF, yaitu 6,12%. Penurunan ini disebabkan luas

permukaan batuan yang telah dihaluskan kurang luas, hanya 75 mesh, sehingga

proses ekstraksi dengan air raja tidak optimal. Selain itu proses pembakaran pada

krusibel menyebabkan emas banyak yang menempel pada krusibel tersebut. Proses

pemekatan yang tidak optimal juga menyebabkan sedikitnya rendemen emas yang

diperoleh.

Berdasarkan analisis EDX, kemurnian emas hasil pemisahan pada batuan alam Jawa

Timur adalah 88,12%. Perbandingan Unsur-unsur metode natrium bisulfit pada

batuan alam Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perbandingan Unsur-unsur Metode Natrium Bisulfit pada Batuan Alam

Jawa Timur

Kemurnian emas tidak jauh berbeda dengan kemurnian emas pada pemisahan

larutan standar karena konsentrasi emas pada batuan alam tinggi, yaitu sebesar 18000

ppm. Konsentrasi 18000 ppm melebihi konsentrasi minimum pada metode natrium

bisulfit, yaitu sebesar 400 ppm.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Metode natrium bisulfit lebih efektif dibandingkan dengan metode sianida. Hal ini

dapat dibuktikan dari nilai massa emas yang diperoleh, rendemen emas yang

dihasilkan dan kemurnian emas pada metode natrium bisulfit lebih tinggi daripada

metode sianida.Rendemen emas yang diperoleh dari metode natrium bisulfit

sebesar 82,15% sedangkan pada metode sianida menghasilkan rendemen sebesar

51,38%. Emas yang diperoleh pada metode natrium bisulfit memiliki kemurnian

sebesar 83,21% lebih tinggi daripada metode sianida yang memiliki kemurnian

78,36%. Metode natrium bisulfit dapat digunakan pada konsentrasi larutan emas

lebih dari 400 ppm.

2. Rendemen yang diperoleh dari pemisahan emas batuan Alam Jawa Timur dengan

metode natrium bisulfit sebesar 1,020 %.

Unsur Metode Natrium Bisulfit

Wt(%) At(%)

Au

Ca

Cl

O

88.12

04.84

01.30

05.74

46.42

12.54

03.81

37.23

Page 10: Emas

10

Saran

Luas permukaan batuan yang telah dihaluskan seharusnya berukuran 200mesh

atau lebih untuk memaksimalkan pelarutan emas ketika penambahan air raja. Proses

pembakaran harus dilakukan pada wadah yang tahan pada suhu tinggi untuk

memaksimalkan emas yang didapat pada proses pembakaran. Proses pemekatan

dilakukan lebih dari sekali supaya senyawa-senyawa lain, selain emas dapat

dihilangkan. Metode natrium bisulfit dapat digunakan pada konsentrasi larutan emas

lebih dari 400 ppm.

DAFTAR PUSTAKA

Alicia. 2012. What is exactly chemical process and why gold drops. Gold Refining

Forum (online), (http://goldrefiningforum.com).diakses 10 Juni 2013.

Deschenes. G. 1998. Leaching of Gold from Chalcopyrite Concentrate by Thiourea.

Hydrometalurgy, 20: 180 – 202.

Housecroft, C. E & Sharpe, A. G. 2005. Inorganic Chemistry 2nd

ed. England:

Ashford Colour Press Ltd., Gosport.

Lutvi M. & Damayanti R. 2009. Karakterisasi Merkuri dalam Sedimen dan Air

Pada Pengolahan Tailing Amalgamasi di Kegiatan Pertambangan Emas

Rakyat Secara Sianidasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Mineral: Prosiding Pertambangan.

Kasongo, K. 2008. Enhanced Leaching of Gold and Silver from A Zinc Refinery

Residue in Cyanide Media: Effect of Alkaline Pre-treatment of Jarosite

Minerals. South Africa: Tshwan University Of Technology.

Kurnia, A. 2011. Peningkatan Kualitas Bijih Emas Kadar Rendah dengan Metode

Hidrometallurgi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

Park, Y. J & Fray, D. J. 2008. Recovery of High Purity Precious Metals from Printed

Circuit Boards. Journal of Hazardous Materials. 164: 1152-1158.

Pitoy, M. M., Wuntu, A. D., & Koleangan, H. S. J. 2008. Detoksifikasi Sianida pa

Tailing Tambang Emas dengan Natrium Metabisulfit (Na2S2O5) dan

Hidrogen Peroksida (H2O2). Manado: UNSRAT Manado

Rusli, A. M. 2009. Pengembangan Metode Ekstraksi Emas terhadap Batuan

Berkadar Emas Rendah. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Simanjuntak, FN. 2010. Penentuan Kandungan Bijih Emas dari Batuan

Penambangan Masyarakat Desa Beuteung-Aceh dengan Metode Sianidasi

dan Pemurnian secara Elaktrolisis. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Steele, I. M., L. J., Gaspar, J. C., McMahon, G., Marquez, M. A. & Vasconcellos,

M. A. Z. 2000. Comparative Analysis of Sulfides for Gold using SXRF and

SIMS. The Canadian Mineralogist, 38: 1 – 10.

Supriyadijaja, A & Widodo. 2009. Studi Penggunaan H2O2 pada Pelarutan Bijih

Emas Sukabumi Selatan dengan Larutan Sianida. Sukabumi selatan: LIPI.

Svehla, G. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro.

Jakarta : PT Kalman Media Pusaka.

Ucar. G. 2009. Kinetics of spahlerite dissolution by sodium chlorate in hydrochloric

acid. Hydrometallurgy, 96: 39-43.

Page 11: Emas

11

Wijayanti, F. A. 2012. Peningkatan Kandungan Emas Dari batuan Mineral Melalui

Penghilangan Unsur-unsur Mayor. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: jurusan

Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

Zipperian, D. dan Raghavan. 1998. Gold and Silver Extraction by Ammoniacal

Thiosulfate Leaching from Rhyolite Ore. Hydrometallurgy, 20: 203 – 300.