enkoder dan dekoder sandi blok linear (7,4) berbasis … · 2018. 6. 20. · enkoder dan dekoder...

134
ENKODER DAN DEKODER SANDI BLOK LINEAR (7,4) BERBASIS RANGKAIAN DIGITAL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Disusun oleh: EKO HENDRI YETNO NIM : 005114098 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i

Upload: others

Post on 01-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ENKODER DAN DEKODER SANDI BLOK LINEAR (7,4) BERBASIS RANGKAIAN

    DIGITAL

    TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

    Memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro

    Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma

    Disusun oleh: EKO HENDRI YETNO

    NIM : 005114098

    PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2007 i

  • ENCODER AND DECODER OF LINEAR BLOCK (7,4) CODE BASED ON DIGITAL

    CIRCUITS

    FINAL PROJECT

    Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree

    in Electrical Engineering Study Program

    By :

    EKO HENDRI YETNO

    NIM : 005114098

    ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

    ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT

    ENGINEERING FACULTY

    SANATA DHARMA UNIVERSITY

    YOGYAKARTA

    2007

    ii

  • iii

  • iv

  • v

    Pernyataan Keaslian Karya

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis

    ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

    disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, Juli 2007

    Penulis

    Eko Hendri Yetno

  • HALAMAN PERSEMBAHAN

    ....Ku Persembahkan Karya Ilmiah ini untuk penebusku dan 

    penyelamatku Tuhan Yesus Kristus yang memberi anugerah 

    yang tak ternilai dengan apapun  di dunia ini. 

    ....Untuk Kedua orang tua kandungku dan kedua orang tua angkatku 

    yang telah membesarkanku dengan kasih sayangnya dan 

    selalu mendoakan dan memberi semangat di dalam hidupku. 

    ....Untuk kedua adikku terimakasih atas doa dan dukungannya 

    sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. 

    ....Untuk nenekku yang sungguh mengasihiku 

    ....Untuk seseorang yang menjadi inspirasiku yang mewarnai 

    hidupku dengan sejuta tawa dan kebahagian..  

    vi

  • HALAMAN MOTTO

    Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi

    orang bodoh menghina hikmat dan didikan.

    (Amsal 1:7 )

    Sesederhana apapun di kehidupan kita baik senang,

    sedih, tertawa, menangis dan apapun itu juga, datangnya

    dari Allah atas dasar kasih karuniaNya dan kerelaanNya

    oleh karena itu kita harus senantiasa bersyukur di

    dalam kehidupan kita dan bermazmur di dalam namaNya.

    Takut gagal menghalangi kita untuk Mencoba Meraih

    sukses, takut kalah menghalangi kita untuk mencoba

    meraih kemenangan, takut apa kata orang menghalangi

    kita untuk melangkah dengan berani, takut dicemooh

    menghalangi kita untuk menyatakan iman kita kepada

    Tuhan, diatas segalanya, ketakutan itu mencekik

    pengharapan. ( Rich Devos)

    All Beginning is difficult but Every Cloud has a silver

    lining. Semua Permulaan adalah sulit tetapi di dalam

    kesedihan/kesesakan selalu ada pengharapan akan

    kebahagiaan.

    vii

  • viii

    INTI SARI

    Sandi Blok linear (7,4) merupakan sandi pendeteksi dan koreksi kesalahan berbasis blok, yang menyadikan vektor pesan sepanjang 4 bit menjadi sebuah vektor sandi 7 bit dengan 3 bit adalah bit paritasnya. Sandi blok linear (7,4 ) mampu mendeteksi kesalahan lebih dari satu bit kesalahan tetapi hanya mampu mengoreksi 1 bit data kesalahan.

    Sandi blok linear dibagi menjadi 4 bagian besar utama yaitu rangkaian penyandi ( Encoder ), Pembuat galat, rangkaian deteksi ( Sindrom ) dan rangkaian koreksi. Empat bit vektor pesan di masukkan ke dalam rangkaian penyandi secara seri melalui saklar dan selanjutnya diproses pada rangkaian penyandi sehingga menghasilkan 3 bit paritas. Hasil dari proses oleh rangkaian penyandi membentuk vektor sandi yang terdiri dari 7 bit data yang selanjutnya dikirimkan ke rangkaian sindrom melalui sebuah rangkaian pembuat galat. Bila kita menginginkan bahwa vektor sandi yang dikirimkan diberi galat, maka pemberian galat dilakukan pada rangkain pembuat galat. Rangkaian sindrom akan mendeteksi vektor sandi yang diterima, apakah ada galat atau tidak ada galat dan selanjutnya dikoreksi pada rangkaian pengkoreksi. Hasil dari rancangan ini di tampilkan dengan LED.

    Kata Kunci : Sandi Blok Linear (7,4), Rangkian Digital.

  • ix

    ABSTRACT

    Linear block (7.4) code is a block-based error detecting and correcting code which encodes 4 (four) bit messages to be 7 (seven ) bit codes with 3 (three) bit parity. The linear block (7,4) code is able to detect more than one bit error but just one bit error datum.

    The linear block (7,4) code consists of four main parts, that are : Encoder circuit, error generator circuit, error detector circuit or syndrome circuit and error corection. First the four bit message vector are put into the encoder circuit serially through an switch, then those codes processed by the encoder circuit produce three bit parity. The result of this procces forms a code vector consisting of seven bit data. The data will be sent to the syndrome circuit through the error generator circuit. If we want the code vector sent is given any error, it should be done in the error generator circuit. The syndrome circuit will detect the code vector received whether there is any error or not. At last the code will be corrected in the error corection circuit. The result of design is showed by LED.

    Key Words : Linear Block (7,4) Code, Digital Circuit.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh

    karena kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan Tugas

    Akhir yang berjudul “Enkoder Dan Dekoder Sandi Blok Linear (7,4) Berbasis

    Digital”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar Sarjana pada jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sanatha

    Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunannya, banyak pihak yang telah membantu

    dan memberikan dukungan pada penulis, oleh karena itu, penulis ingin

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu Ir. Th. Prima Ari Setyani, M.T. sebagai pembimbing yang membagikan

    semua ilmu-ilmu elektronika dan pengalaman yang dimilikinya dalam

    membantu proses penyusunan tugas akhir ini.

    2. Segenap karyawan / karyawati Universitas Sanata Dharma.

    3. Bapak, Ibu, dan Eyang Puti yang tidak pernah berhenti memberikan doa,

    semangat dan dukungannya.

    4. Adik-adikku : Sugianto dan Annisa yang tidak pernah berhenti memberikan

    doa, semangat dan dukungannya.

    5. Keluarga besar pelayanan Para Navigator Regu B Yogyakarta, yang

    memberikan dukungan dan doanya.

    6. Kel. Abu Prawoto dan Mas Nug terimakasih sekali karena terus mendukungku

    tidak hanya di dalam doa tetapi sering mentraktirku dan sebagai sahabat

    terbaikku di dalam susah maupun senang dan juga mengajarkan tentang

    makna hidup yang sesungguhnya.

    7. Untuk Saudara-saudaraku di negeri sebrang : Mas Andre di banjarmasin, Mas

    marcel dan Mas udut di Mataram Dan teman-teman AL Malang 2006 Uci Lisa

    dan Bu Dovi di Ambon , Cak luhu dan Mb Santi di Surabaya, Bang Nara dan

    Mb Ris di Yogyakarta, Mas Hananto, Mb Tyas dan Mb Nana Di Semarang,

    Mas Yudha di purwokerto dan juga Mb Martina di bandung. Terimakasih atas

    segala dukungannya baik di dalam doa maupun sms-sms yang menguatkan

  • xi

    saya. Bahwa Ia yang memulai maka Ia akan meneruskan dan semua atas dasar

    kasih karunia dan kerelaanNya..

    8. Sobat-sobat seperjuangan di Prodi Teknik Elektro 2000. Ony, Nanto, Irwan,

    Ignas, Kim, Zendy, Marsel Boli, Eny, Onsha, Pak leo, Aan, Agung Greg dan

    untuk semuanya yang tidak dapat disebutkan satu per satu..

    9. Untuk Felik makasih atas bantuan pemikirannya untuk menyelesaikan alat TA

    ini.

    Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa dalam

    perancanggan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya karena

    keterbatasan kemampuan serta pengetahuan dari penulis. Oleh karena itu,

    saran dan kritik yang membangun dari semua pembaca sangat penulis

    harapkan.

    Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan berguna bagi

    yang membutuhkan.

    Yogyakarta, 25 Juli 2007

    Penulis

  • xii

    D A F T A R I S I Hal

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v

    HALAMAM PERSEMBAHAN........................................................................ vi

    HALAMAN MOTTO........................................................................................ vii

    INTISARI .......................................................................................................... viii

    ABSTRACT ......................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xviii

    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Judul ................................................................................................ 1

    1.2. Latar belakang ................................................................................. 1

    1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 2

    1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 2

    1.5. Perumusan Masalah ........................................................................ 2

    1.6. Batasan Masalah ............................................................................. 3

    1.7. Metodologi Penelitian ..................................................................... 3

    BAB II DASAR TEORI 2.1. Sandi Blok Linear ........................................................................... 5

    2.1.1 Enkoder ............................................................................. 5

    2.1.2 Matrik Generator ............................................................... 6

    2.1.3 Rangkaian Pembuat galat .................................................. 8

    2.1.4 Rangkaian Sindrom ........................................................... 8

    2.1.5 Rangkaian Koreksi ............................................................ 9

    2.2. Gerbang Logika ............................................................................... 10

  • xiii

    2.3. Delay Flip-flop ( D-FF) ................................................................... 11

    2.4. JK Flip-flop ..................................................................................... 11

    2.5. IC Pengunci ..................................................................................... 12

    2.6. Register Geser ( SIPO ) ................................................................... 13

    2.7. Pencacah Modulo 14 ....................................................................... 14

    2.8. Pembanding / Comparator ............................................................... 16

    2.9. Penyandi BCD Ke Tujuh Segmen .................................................. 17

    2.10. Tujuh Segmen ............................................................................... 19

    2.11. Saklar ........................................................................................... 20

    2.12. LED ( Light Emiting Diode) ......................................................... 21

    2.13. Penambah Penuh ( Full Adder ) .................................................... 22

    BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Saklar .............................................................................................. 25

    3.2. Rangkaian Enkoder ......................................................................... 25

    3.2.1 Perancangan Matrik Generator ......................................... 25

    3.2.2. Register ............................................................................ 31

    3.2.3 Switch ................................................................................ 32

    3.2.3.1 Switch 1.............................................................. 32

    3.2.3.2 Switch 2 ............................................................. 33

    3.2.3.3 Switch 3 .............................................................. 34

    3.3. Rangkaian Pembuat Galat ............................................................... 35

    3.4. Rangkaian Sindrom ......................................................................... 36

    3.5. Rangkaian Koreksi .......................................................................... 41

    3.6. Counter / Pencacah Modulo 14 ....................................................... 45

    3.7. Pembanding / Comparator .............................................................. 46

    3.7.1. Pembanding / Comparator 1 ............................................ 47

    3.7.2. Pembanding / Comparator 2 ............................................ 48

    3.7.3. Pembanding / Comparator 3 ............................................ 49

    3.7.4. Pembanding / Comparator 4 ............................................ 50

    3.8. Penjunlah Penuh / Full Adder ......................................................... 51

    3.9. IC Pengunci ..................................................................................... 52

  • xiv

    3.10. Tampilan Keluaran Enkoder, Simulasi galat dan dekoder ............ 53

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Rangkaian Enkoder ............................................................. 55

    4.1. Analisa Rangkaian Sindrom ……………………………………… 56

    4.1.1. Analisa Rangkaian Sindrom Dengan Data Tanpa Galat ………… 56

    4.1.2. Analisa Rangkaian Sindrom Dengan Data Galat 1 Bit ………… 57

    4.1.3. Analisa Rangkaian Sindrom Dengan Data Galat lebih 1 Bit …… 58

    4.2. Analisa Pada Rangkain Koreksi 59

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan …………………………………………………….. 61

    5.2. Saran ................................................................................................ 61

    DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

    LAMPIRAN.......................................................................................................

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 2-1. Tabel Polinomial Primitif ..................................………… 6

    Tabel 2-2. Tabel Kebenaran Gerbang Logika Dasar ………............. 10

    Tabel 2-3. Tabel Kebenaran D Flip-flop ………………………..…. 11

    Tabel 2-4. Tabel Kebenaran JK Flip-flop …….…………................. 12

    Tabel 2-5. Tabel Kebenaran IC Pengunci …………………………. 13

    Tabel 2-6. Tabel Pencacah Modulo-14 .............………………......... 15

    Tabel 2-7. Tabel Kebenaran Pembanding / Comparator ...……........ 16

    Tabel 2-8. Tabel Jalur tujuh Segmen .………………………......…… 18

    Tabel 2-9. Tabel Kebenaran Penambah Penuh .......……….............. 23

    Tabel 3.1 Tabel Keluaran Enkoder................................................... 29

    Tabel 3-2. Tabel Kebenaran Switch 1 ............................................... 32

    Tabel 3-3. Tabel Peta Karnaugh Switch 1 …………….………........ 33

    Tabel 3-4. Tabel Kebenaran Switch 2 ........………..........………..... 33

    Tabel 3-5. Tabel Peta Karnaugh Switch 2 ..……........……….......... 34

    Tabel 3-6. Tabel Kebenaran Switch 3 ……………………............... 34

    Tabel 3-7. Tabel Peta Karnaugh Switch 3 ……………...………..... 35

    Tabel 3-8. Tabel Pola Sindrom .............…………........………......... 41

    Tabel 4-1. Tabel Keluaran Enkoder ................................................... 55

    Tabel 4-2. Tabel Hasil Sindrom Tanpa Galat ................................... 56

    Tabel 4-3. Tabel Hasil Sindrom Dengan Galat 1 bit ......................... 57

    Tabel 4-4. Tabel Hasil Sindrom Dengan Galat 1 bit ......................... 57

    Tabel 4.5. Tabel Hasil Sindrom Dengan Galat lebih dari 1 ............... 58

    Tabel 4-6. Tabel Rangkaian koreksi dengan galat 1 bit .................... 59

    Tabel 4-7. Tabel Rangkaian koreksi dengan galat 1 bit ................... 60

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR Hal

    Gambar 2-1. Gambar Diagram Blok sandi Blok Linear ………..…… 5

    Gambar 2-2. Gambar Simbol D-FF …………………..….................. 11

    Gambar 2-3. Gambar JK-FF ......................................………….…… 12

    Gambar 2-4. Gambar IC Pengunci 74LS75 ...…………………..…… 13

    Gambar 2-5. Gambar Register geser SIPO …………………………… 14

    Gambar 2-6. Gambar Pencacah Sinkrom Modulo-14 ...........…..…… 15

    Gambar 2-7. Gambar Rangkaian Pembanding …………………....... 16

    Gambar 2-8. Gambar IC 74LS85 ....................................……............ 17

    Gambar 2-9. Gambar Untai Penampil Tujuh Segmen ......…….......... 19

    Gambar 2-10. Gambar Saklar Toggle ……………………………...... 20

    Gambar 2-11. Gambar Foto Saklar Toggle ......……….……….......... 20

    Gambar 2-12. Gambar simbol LED .……………………....……….... 21

    Gambar 2-13. Gambar Rangkaian LED ....…………….………......... 22

    Gambar 2-14. Gambar Rangkaian Full Adder ..………….....………. 22

    Gambar 2-15. Gambar IC 74LS83 .……………………....………...... 23

    Gambar 3-1. Gambar Blok Diagram Enkoder Dan Dekoder Sandi

    Blok Linear (7,4) ........................................................ 24

    Gambar 3-2. Gambar Saklar Toggle 3 kaki ………………….......... 27

    Gambar 3-3. Gambar Blok Diagram Enkoder sandi Blok linear

    (7,4) ……………………..………................................. 28

    Gambar 3-4. Gambar Perancangan Enkoder Sandi Blok Linear

    (7,4) ................................................................................ 30

    Gambar 3-5. Gambar SIPO IC 74LS165 ……………...………....... 31

    Gambar 3-6. Gambar D-FF IC 74LS74 ……….…………………..… 31

    Gambar 3-7. Gambar Rangkain Switch 1 .....……………..…........... 32

    Gambar 3-8. Gambar Rangkaian Switch 2 ...……………..…........... 33

    Gambar 3-9. Gambar Rangkaian Switch 3 ……………………..…… 34

    Gambar 3-10. Gambar Perancangan Rangkaian pembuat Galat ......... 35

  • xvii

    Gambar 3-11. Gambar Blok Diagram Rangkaian Sindrom Sandi

    Blok Linear (7,4) ......................................................... 37

    Gambar 3-12. Gambar Perancangan Rangkaian Sindrom Sandi Blok

    Linear (7,4) ……………………................................... 40

    Gambar 3-13. Gambar Rangkaian Koreksi ………………………….. 42

    Gambar 3-14. Gambar Perancangan Counter Modulo 14 …….......... 45

    Gambar 3-15. Gambar Keluaran Simulasi Counter Modulo 14 ..........

    Gambar 3-16. Gambar Perancangan Pembanding 1 ............................

    Gambar 3-17. Gambar Keluaran Simulasi Pembanding 1 ...................

    Gambar 3-18. Gambar Perancangan Pembanding 2 ............................

    Gambar 3-19. Gambar Keluaran Simulasi Pembanding 2 ...................

    Gambar 3-20. Gambar Perancangan Pembanding 3 ............................

    Gambar 3-21. Gambar Keluaran Simulasi Pembanding 3 ...................

    Gambar 3-20. Gambar Perancangan Pembanding 4 ............................

    Gambar 3-21. Gambar Keluaran Simulasi Pembanding 4 ...................

    Gambar 3-24. Gambar Perancangan Full Adder .....…..……….......... 48

    Gambar 3-25. Gambar Perancangan IC Pengunci ………….……….. 49

    Gambar 3-26. Gambar Tampilan Keluaran Enkoder .……………….. 49

    Gambar 3-27. Gambar Tampilan Keluaran Simulasi Galat ................ 50

    Gambar 3-28. Gambar Tampilan Keluaran Dekoder .......................... 50

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Rangkaian Enkoder Sandi Blok Linear (7,4)

    Lampiran 2 Rangkaian Galat Sandi Blok Linear (7,4)

    Lampiran 3 Rangkain Sindrom Sandi Blok Linear (7,4)

    Lampiran 4 Rangkaian Dekoder Sandi Blok Linear (7,4)

    Lampiran 5 Data sheet

    74LS04

    74LS08

    74LS10

    74LS11

    74LS32

    74LS47

    74LS74

    74LS75

    74LS76

    74LS83

    74LS85

    74LS86

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Judul

    Enkoder Dan Dekoder Galat Menggunakan Sandi Blok Linear ( 7,4) Berbasis

    Digital

    1.2. Latar Belakang

    Kemajuan teknologi komunikasi yang sangat pesat menyebabkan manusia

    tidak lagi dibatasi oleh jarak. Untuk berkomunikasi, manusia menggunakan alat

    bantu, diantaranya telephone, faximile, hand phone dan lain sebagainya. Semua

    sistem ini melakukan proses transmisi data guna menyampaikan informasi. Data

    yang dikirim oleh pengirim diharapkan sama dengan data yang diterima oleh

    penerima.

    Di dalam pengiriman data biasanya tidak lepas akan terjadinya error yang

    disebabkan oleh banyak faktor. Terjadinya kesalahan ini tergantung pada media

    transmisi yang sangat peka terhadap derau dan interferensi sehingga perlu dicari

    suatu sandi yang dapat mendeteksi dan mengoreksi kesalahan tersebut sehingga

    data yang dikirim dapat diterima secara benar dan sesuai.

    Untuk menyelesaikan masalah tersebut telah banyak diciptakan sandi oleh

    para ilmuwan, diantaranya adalah sandi blok linear. Menurut urutan terstruktur,

    sandi blok linear termasuk dalam kategori penyandian blok (block coding). Di

    1

  • 2

    dalam sandi blok linear, bit paritas dirancang untuk deteksi dan koreksi galat.

    Penulis menggunakan sistem digital di dalam pembuatan alat simulator karena

    dengan sistem digital akan memudahkan di dalam manipulasi data dan dengan

    tujuan datanya lebih teliti karena mengunakan logika 0 dan 1.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Karya tulis ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan suatu

    alat yang digunakan sebagai simulator sistem penyandi, deteksi (sindrom) dan

    juga koreksi galat 1 bit pada sandi Blok linear (7,4) yang berbasis digital.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Dengan dilaksanakannya penelitian ini maka diharapkan dapat

    memberikan pengetahuan mengenai prinsip dasar dari pengkodean dengan

    menggunakan sandi blok linear. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

    sebagai dasar pengembangan implementasi sandi Blok Linear.

    1.5. Perumusan Masalah

    Di dalam perancangan enkoder dan dekoder Sandi Blok liniear ada beberapa

    masalah yang harus di uraikan antara lain :

    1. Menentukan bit sandi, bit data dan bit paritasnya pada rangkaian

    enkodernya

    2. Menentukan media apa yang digunakan di dalam penyimpanan datanya.

    3. Menentukan cara membuat simulasi galatnya.

  • 3

    4. Menentukan berapa bit kesalahan yang dapat dikoreksi pada rangkaian

    koreksi atau dekodernya.

    5. Menentukan rangkaian atau basis apa yang digunakan di dalam

    perancangannya rangkaian enkoder dan dekoder sandi blok linear (7,4).

    1.6. Batasan Masalah

    Alat yang akan dibuat dibatasi :

    1. Sebuah rangkaian penyandi blok Linear (7,4).

    2. Sebuah rangkaian pembangkit galat 7 bit.

    3. Sebuah rangkaian deteksi galat (sindrom) 3 bit.

    4. Sebuah rangkaian koreksi galat 1 bit.

    1.7. Metodologi Penelitian

    Untuk dapat merencanakan dan membuat peralatan sistem ini, diperlukan

    langkah-langkah sebagai berikut :

    1. Mencari dan mempelajari literatur tentang permasalahan yang ada.

    2. Perancangan peralatan menggunakan teori yang di dapat dari berbagai

    literatur yang ada untuk mendapatkan karakteristik yang sesuai dengan

    spesifikasi yang ditentukan.

    3. Pembuatan peralatan untuk setiap bagian sistem sesuai dengan fungsi

    masing-masing dan diuji kesesuaiannya dengan hasil yang diharapkan.

    Bagian tersebut selanjutnya disusun sebagai kesatuan yang utuh.

    4. Mecari data dalam penyusuan laporan.

  • 4

    5. Menyusun Laporan.

    1.7. Sistematika Penulisan

    Penulisan laporan penelitian tugas akhir ini disusun dengan menggunakan

    sistematika sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN berisi judul, latar belakang masalah, tujuan, manfaat,

    batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

    BAB II DASAR TEORI ; berisi dasar-dasar teori yang digunakan dalam

    pembuatan rangkaian digital pendeteksi dan koreksi galat menggunakan

    sandi blok linear (7,4) dan penjelasan masing-masingnya.

    BAB III PERANCANGAN ; berisi tentang penjelasan perancangan perangkat

    keras rangkaian digital pendeteksi dan koreksi galat menggunakan sandi

    blok linear (7,4) yang meliputi spesifikasi sistem dan cara kerja

    rangkaian.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ; berisi analisis dan pembahasan

    mengenai hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ; berisi kesimpulan hasil penelitian yang

    telah dilakukan dan saran yang berisi ide-ide untuk perbaikan atau

    pengembangan terhadap penelitian yang telah dilakukan.

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • BAB II

    DASAR TEORI

    2.1. Sandi Blok Linear

    Sandi Blok Linear adalah salah satu jenis sandi uji paritas yang

    mempunyai notasi (n, k). Penyandi mengubah blok k digit pesan (vektor pesan)

    menjadi blok yang lebih panjang dengan n digit kata sandi (vektor sandi).

    2.1.1. Enkoder

    Enkoder adalah penyandian suatu data atau pesan untuk dikirimkan ke

    tujuan dengan ditambahkan bit-bit data atau informasinya sebagai bit paritas

    kesalahan dengan maksud data atau informasinya diterima oleh penerima lebih

    handal. Untuk Enkoder pada sandi blok linier mempunyai vektor pesan ( k ) dan

    di tambah bit-bit paritas (m) dan menjadi vektor sandi ( n ). Paritas di dapatkan

    dari perkalian vektor pesan dengan matrik generator yang dibangkitkan dengan

    polinomial pembangkit g(x). Untuk menentukan g(x) yang dipakai dengan

    mengunakan tabel polinomial primitif.

    blok pesan blok sandi

    k-bit n = k + m Penyandi

    Gambar 2.1 Gambar Blok Sandi Blok Linier

    5

  • 6

    Untuk mendapatkan Vektor sandi ditentukan dengan rumus :

    V = u . G.............................................................................. (2.1)

    Dengan :

    V = vektor sandi

    U = Vektor pesan

    G = Matrik generator.

    Tabel 2.1 Tabel Polinomial Primitif m g(X) m g(X)

    3 1 + X + X3 14 1 + X + X6 + X10 + X14

    4 1 + X + X4 15 1 + X + X15

    5 1 + X2 + X5 16 1 + X + X3 + X12 + X16

    6 1 + X + X6 17 1 + X3 + X17

    7 1 + X3 + X7 18 1 + X7 + X18

    8 1 + X2 + X3 + X4 + X8 19 1 + X + X2 + X5 + X19

    9 1 + X4 + X9 20 1 + X3 + X20

    10 1 + X3 + X10 21 1 + X2 + X21

    11 1 + X2 + X11 22 1 + X + X22

    12 1 + X + X4 + X6 + X12 23 1 + X5 + X23

    13 1 + X + X3 + X4 + X13 24 1 + X + X2 + X7 + X24

    2.1.2. Matrik Generator

    Pada perancangan sandi blok ini dibahas bagaimana membuat matrik

    generator dengan bentuk yang sesuai dengan kualitas penyandian yang

    diinginkan. Dalam pembuatan matrik generator untuk mendapatkan sandi blok

    dengan format sistematis diperlukan polinomial pembangkit, polinomial yang

    dipilih adalah polinomial yang mempunyai pangkat tertinggi sama dengan

    panjang bit periksa.

  • 7

    Untuk membuat matrik generator G dan matrik periksa paritas H yang

    digunakan pada sandi blok linear dengan Hamming, dilakukan langkah sebagai

    berikut :

    1. Memilih polinomial primitif sesuai dengan panjang bit periksa

    ( P = bit paritas).

    2. Membuat G dari polinomial primitif.

    Dengan polinomial pembangkit, matrik generator dengan bentuk sistematis

    dapat dibuat dengan mudah. Jika Xn-k+1 dibagi dengan polinomial pembangkit

    g(X), dengan i = 0, 1, 2, … , 3 maka diperoleh :

    X7-4+1 = ai (X) g(X) + Pi (X)........................................................ (2.2)

    Dengan Pi (X) adalah sisa dalam bentuk :

    Pi (X) = Pi0 + Pi1X + … + Pi,n-k-1X3 ............................................ (2.3)

    Dari koefisien tersebut dibentuk matrik k x n sebagai berikut :

    ⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

    ⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅

    ⋅⋅⋅⋅⋅⋅

    ⋅⋅⋅⋅⋅⋅

    =

    100

    010001

    3,33130

    3,11110

    3,00100

    PPP

    PPPPPP

    G

    matrik ini merupakan matrik generator dalam bentuk sistematis.

    Atau G = [ P | Ik ]........................................................................................ (2.4)

    Dengan :

  • 8

    G = Matrik Generator

    P = Paritas yang dibangkitkan dari polinomial pembangkit.

    Ik = Matrik identitas

    2.1.3. Rangkaian Pembuat Galat

    Pengiriman data dari penyandi dilakukan secara serial, oleh karena itu

    diperlukan rangkaian pembuat galat. Rangkaian ini berfungsi untuk merubah data

    yang dikirim dari penyandi, pada rangkaian ini data yang diterima ditampilkan

    dengan menggunakan LED, dan galat diaktifkan dengan menghubungkannya

    dengan keluaran Q , Setelah data diproses pada rangkaian pembuat galat, maka

    data yang ke rangkaian deteksi kemudian ditampilkan melalui LED.

    2.1.4. Rangkaian Sindrom

    Setelah data (vektor sandi) dikirim pada rangkaian pembuat galat dari

    enkoder, dengan melihat bit data dan bit paritas yang ada maka akan dibangkitkan

    suatu kode (sindrom) yang akan menunjukkan ada suatu kesalahan data atau tidak

    adanya kesalahan dari data yang dikirim.. Selanjutnya dengan melihat sindrom

    yang ada galat akan diperbaiki oleh rangkaian pengoreksi.

    Jika r = r1,r2,….,rn adalah vektor galat yang diterima,yang merupakan hasil

    dari pengiriman V = V1,V2,….,Vk, V = vektor sandi. Maka r dapat ditulis sebagai

    berikut :

    r = v + e ....……………………………………….……...... (2.5)

  • 9

    dengan e = pola error yang terjadi pada kanal yaitu e = e1,e2,…,ek. Untuk

    pengujian sindrom ini didapat dari persamaan :

    S = rHT…....…………………………………………............. (2.6)

    Sindrom adalah hasil uji paritas yang dilakukan pada vektor galat untuk

    menentukan apakah vektor galat merupakan anggota himpunan kata sandi yang

    benar. Jika vektor galat adalah anggota himpunan kata sandi, maka sindrom akan

    sama dengan 0. Dan jika r mengandung galat yang dapat terdeteksi, maka sindrom

    mempunyai elemen bernilai tidak nol yang dapat menandai adanya pola galat

    tertentu.

    Substitusi persamaan (2.5) dan (2.6), menghasilkan sindrom yang dapat

    dituliskan sebagai berikut :

    S = (V + e)HT

    =VHT + eHT ………………………………………........ (2.7)

    karena VHT = 0 untuk semua himpunan kata sandi, maka :

    S = eHT .....…………………………………………........... (2.8)

    2.1.5. Dekoder

    Rangkaian Koreksi (dekoder) adalah suatu rangkaian yang digunakan untuk

    mengkoreksi suatu kesalahan yang didapat dari pengiriman data yang disebabkan

    oleh beberapa faktor seperti resource ataupun mediumnya. Data yang mengalami

    error ini pada rangkaian sindrom di dapatkan pola error untuk mendeteksi ada atau

    tidak adanya error. Sehingga didapat rumus sebagai berikut :

  • 10

    C = r + e ........................................................................................... (2.9)

    dengan :

    C = Rangkaian koreksi

    r = vektor galat

    e = Pola error

    2.2. Gerbang Logika

    Gerbang Logika (logic gate) merupakan dasar pembentuk sistem digital.

    Gerbang logika beroperasi dengan bilangan biner. Oleh karena itu gerbang

    tersebut disebut gerbang logika biner. Tegangan yang digunakan dalam gerbang

    logika adalah tinggi (high) atau rendah (low). Dalam hal ini tegangan tinggi

    berarti biner 1 sedangkan tegangan rendah berarti biner 0. Harus kita ingat bahwa

    gerbang logika merupakan rangkaian elektronika. Rangkaian ini hanya tanggap

    (respon) terhadap tegangan tinggi (yang disebut satuan) atau tegangan rendah

    (tegangan tanah) yang disebut nol.

    Semua sistem digital disusun hanya menggunakan tiga gerbang logika

    dasar. Gerbang-gerbang dasar ini disebut gerbang AND, gerbang OR dan gerbang

    NOT.

    Tabel 2.2 Tabel Kebenaran Gerbang Logika Dasar

    INPUT OUTPUT

    A B OR AND NOR NAND XOR NOT A NOT B0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1

    1 1 1 1 0 0 0 0 0

  • 11

    2.3. Delay Flip-flop ( D-FF )

    D flip flop hanya mempunyai satu masukan data (D) dan satu masukan

    detak (CLK). Keluaran dari tabel Q dan Q . D flip flop sering disebut flip flop

    tunda. Kata “tunda” menggambarkan apa yang terjadi pada data, atau informasi

    pada masukan D. Data (0 atau 1) pada masukan D di tunda 1 pulsa detak dari

    pemasukan sampai keluaran . Gambar 2.2 merupakan simbol dari D-FF

    dengan clock pinggiran positif.

    Q

    Tabel 2.3 Tabel Kebenaran D Flip-flop

    Clock D Q

    0 0

    1 1

    CK

    D

    Q

    Q

    Gambar 2.2 Gambar Simbol D Flip-flop

    2. 4. JK Flip Flop

    JK flip-flop mempunyai tiga masukan yaitu dua masukan untuk data biner

    dan satu masukan clock yang befungsi untuk memindahkan data dari masukan ke

    keluaran serta satu keluaran normal (Q) dan keluaran komplementer (Q ). Gambar

    2.3 menunjukkan gambar JK flip flop. JK flip flop akan bekerja dengan clock

    pinggiran negatif yaitu clock yang aktif pada transisi dari posisi rendah (0) ke

    posisi tinggi (1).

  • 12

    clock

    masukan Keluaran (Q)

    Keluaran ( Q )

    Q

    K Qmasukan CLK

    J

    Gambar 2.3 Gambar JK Flip-flop.

    Tabel 2.4 Tabel Kebenaran Untuk JK Flip-flop.

    Masukan Keluaran Mode operasi Clock J K Q Q

    Tetap 0 0 Tidak berubah

    Reset 0 1 0 1

    Set 1 0 1 0

    Togel

    1 1 Keadaan berlawanan

    2.5. IC Pengunci

    Istilah IC pengunci berhubungan dengan peralatan penyimpanan digital.

    Flip-flop D merupakan contoh yang tepat dari peralatan yang digunakan untuk

    mengancing data. Namun demikian, flip-flop jenis lain juga digunakan untuk

    fungsi pengancing. Dari tabel 2.5 apabila kita ingin mengunci data yang kita

    inginkan dengan cara enablenya di nolkan atau pada logika rendah (low) Gambar

    dan tabel kebenaran yang disederhanakan untuk kancing IC 7475 diperlihatkan

    Pada gambar 2.4 dan tabel 2.5 dibawah ini.

  • 13

    Tabel 2.5 Tabel Kebenaran IC Pengunci

    Masukan Keluaran Mode operasi

    E D Q Q 1 0 0 1

    Data Terbuka 1 1 1 0

    Data terkancing 0 x Tidak Berubah

    D0 Q0D1 0QD2 1Q

    D3 1Q

    2Q

    . 2Q

    3Q

    3Q

    E0-1 E2-3

    4 Bit Latch

    (74LS75)

    1 = Data dibuka 0 = kancing dibuka

    Masukan data untuk kancing D0 ,D1,D2 dan D3

    Normal dan keluaran komplementer untuk kancing D2 dan D3

    Normal dan keluaran komplementer untuk kancing D0 dan D1

    Gambar 2.4 Gambar IC Pengunci 74LS75

    2.6. Register Geser Serial In, Paralel Out (SIPO).

    Register geser SIPO diperlihatkan pada gambar 2.5 dengan data MSB

    dimasukkan terlebih dahulu. Saat pulsa clock pertama tiba, flip flop A akan terisi

    data MSB dan keluarannya QA. Ketika pulsa clock kedua tiba, flip flop B akan

    terisi data flip flop A dan flip flop A akan terisi oleh data masukan berikutnya dan

    kelurannya QB. Ketika pulsa clock ketiga tiba, flip flop C akan terisi oleh data flip

    flop B dan flip flop B akan terisi oleh data flip flop A dan flip flop A akan terisi

    oleh data masukan berikutnya dan keluarannya QC. Dan ketika pulsa clock

  • 14

    keempat tiba, flip flop D akan terisi data pada flip flop C, flip flop C akan terisi

    data flip flop B, flip flop B akan terisi data flip flop A dan flip flop A akan terisi

    data masukan berikutnya dan keluarannya QD. Jadi jika data input 4 bit, maka

    pulsa clock yang dibutuhkan adalah 4 kali. Sedangkan clear berfungsi untuk

    mengenolkan (me-reset) data pada setiap flip flop. Clear akan bekerja jika

    berlogika 1.

    D CLK

    Q

    CL

    D

    CLK

    Q

    CL

    D

    CLK

    Q

    CL

    D CLK

    Q

    CL

    Data input

    QA QB QC

    Clok

    QD

    Clear

    Gambar 2.5 Gambar Register Geser SIPO 4-bit.

    2.7. Pencacah Modulo 14

    Dalam elektronika digital, pencacah merupakan rangkaian yang sangat

    penting yang berguna sebagai logika pengurut. Pencacah digital mempunyai

    karakteristik yang penting yaitu:

    1. Modulus pencacah atau jumlah hitungan maksimum.

    2. Menghitung ke atas atau ke bawah.

    3. Operasi asinkron atau sinkron.

    Pencacah digital hanya akan mencacah atau menghitung dalam kode biner

    Perhitungan jumlah maksimum dari pencacah disebut modulus. Modulus dari

  • 15

    suatu pencacah adalah jumlah hitungan yang dilaluinya.Tabel 2.6 dan gambar 2.6

    di bawaah ini adalah contoh pencacah modulo-14

    Tabel 2.6 Tabel Pencacah modulus-14.

    Keluaran Cacahan D C B A

    0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 0 3 0 0 1 1 4 0 1 0 0 5 0 1 0 1 6 0 1 1 0 7 0 1 1 1 8 1 0 0 0 9 1 0 0 1 10 1 0 1 0 11 1 0 1 1 12 1 1 0 0 13 1 1 0 1

    U3

    AND2

    U17476

    J1CLK1PRN1CLRN1K1

    Q1

    QN1

    J2CLK2PRN2CLRN2K2

    Q2

    QN2

    U27476

    J1CLK1PRN1CLRN1K1

    Q1

    QN1

    J2CLK2PRN2CLRN2K2

    Q2

    QN2

    U4

    NAND3

    U5

    AND2

    QB

    QCQA

    JK

    PresetClock

    QD

    Gambar 2.6 Gambar Pencacah Sinkron Modulo 14

  • 16

    2.8. Pembanding / Comparator

    Pembanding atau komparator adalah rangkaian yang membandingkan

    besaran masukan dengan suatu taraf referensi (atau dengan masukan lain) dan

    menghasilkan suatu perubahan keadaan di keluaran bila salah satu masukan

    melampaui yang lain. Jenis pembanding ada dua, yaitu pembanding analog dan

    pembanding digital. Yang akan dibahas disini adalah pembanding digital.

    Pembanding digital adalah rangkaian logika yang dipakai untuk

    menentukan jika ada dua bilangan biner yang sama atau yang mempunyai besaran

    yang lebih besar. Diasumsikan data yang dibandingkan adalah bit tunggal maka

    dari Tabel 2.7 dibawah dapat dibandingkan masukan dari A dengan masukan

    dari B.

    Tabel 2.7 Tabel Kebenaran Pembanding

    A B

    C A>B

    D A

  • 17

    Contoh IC yang dapat membandingkan hingga 4 bit adalah 74LS85 yang ditunjukkan

    pada Gambar 2.8. Pembanding yang besarnya 4-bit ini memberikan tiga keputusan

    (Output) terhadap dua kata 4-bit (Input) yang dibandingkan yaitu AB atau A=B.

    Gambar rangkaian dari IC 74LS85 ini dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

    74LS85

    101213159

    11141234

    765

    A0A1A2A3B0B1B2B3ABi

    ABo

    Gambar 2.8 Gambar IC 74LS85

    2.9. Penyandi BCD ke Tujuh Segmen

    Sebelum segmen dinyalakan, keluaran sistem digital harus diubah ke

    dalam isyarat yang sesuai untuk menyalakan tampilan. Masukan dari sistem

    digital biasanya dalam bentuk sandi biner (BCD) harus diubah menjadi isyarat

    tujuh jalur untuk menyalakan masing-masing segmen. Perubahan ini dilakukan

    oleh penyandi BCD ke tujuh segmen. Sebagai contoh, jika karakter 2 akan

    ditampilkan maka jalur keluaran a, b, d, e, g akan di-SET berlogika satu untuk

    menghidupkan LED yang sesuai dengan segmen a, b, d, e, g. Jalur yang lain tetap

    berlogika nol. Tabel 2.8 di bawah menunjukkan jalur-jalur yang harus diaktifkan

    untuk membentuk karakter yang dimaksud.

  • 18

    Tabel 2.8 Tabel Jalur Tujuh Segmen Yang Aktif

    Masukan BCD

    Q3 Q2 Q1 Q0 Segmen yang diaktifkan Tampilan

    0 0 0 0 a,b,c,d,e,f

    0 0 0 1 b,c

    0 0 1 0 a,b,d,e,g

    0 0 1 1 a,b,c,d,g

    0 1 0 0 b,c,f,g

    0 1 0 1 a,c,d,f,g

    0 1 1 0 a,c,d,e,f,g

    0 1 1 1 a,b,c

    1 0 0 0 a,b,c,d,e,f,g

    1 0 0 1 a,b,c,d,f,g

  • 19

    2.10. Tujuh Segmen

    Pada dasarnya penampil tujuh segmen terdiri dari tujuh buah LED (Light

    Emmitting Diode). Menurut cara pemberian tegangan maka suatu tujuh segmen

    terdiri dari dua macam, yaitu common anoda dan common katoda. Perbedaan

    antara keduannya hanya terletak pada penyambungan antara LED yang terdapat

    pada segmen yang satu dengan yang lain. Pada common anoda, anoda dari ketujuh

    LED terhubung menjadi satu (Gambar a) pada gambar 2.9 sedangkan pada

    common katoda, katoda dari ketujuh LED yang terhubung menjadi satu (Gambar

    b) pada gambar 2.9.

    Common

    a

    bg

    e c d

    f

    Common

    a

    bg

    ec

    d

    f

    b) Common Kanoda a) Common Anoda

    Gambar 2.9 Untai Penampil Tujuh Segmen (Seven Segment )

  • 20

    2.11. Saklar Saklar merupakan perangkat yang digunakan untuk mendefinisikan suatu

    masukan sebagai pemberian galat. Pada saklar apabila tombol dibiarkan off yaitu

    saat posisi tombol saklar menuju ke bawah, maka nilainya adalah 0. Jika tombol

    on yaitu saat tombol saklar menuju ke atas, maka terhubung ke tegangan masukan

    yaitu 5 V dan bisa dikatakan bahwa saklar berlogika 1.

    321

    ( b ) 1 2 3

    ( a )

    Gambar 2.10 Gambar Saklar Toggle

    Saklar pada Gambar 2.10 (a) menunjukkan bahwa saklar akan on jika kaki 3 dan

    kaki 2 terhubung. Dan Gambar 2.10 (b) menunjukkan bahwa saklar akan on jika

    kaki 2 dan kaki 1 terhubung. Untuk gambar foto asli saklarnya dapat dilihat dari

    gambar 2.11 seperti gambar dibawah ini.

    Gambar 2.11 Gambar Foto Saklar Toggle

  • 21

    2.12. LED (Light Emiting Diode)

    LED (Light Emitting Dioda) merupakan dioda yang dapat mengeluarkan

    emisi cahaya. LED merupakan produk temuan lain setelah dioda. Strukturnya juga

    sama dengan dioda. Untuk mendapatkan emisi cahaya pada semikonduktor,

    doping yang dipakai adalah galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang

    berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula. Simbol LED ditunjukan

    pada Gambar 2.11 di bawah ini.

    Gambar 2.12 Simbol LED

    LED sering dipakai sebagai indikator yang masing-masing warna bisa

    memiliki arti yang berbeda. Menyala, padam dan berkedip juga bisa berarti lain.

    LED dalam bentuk susunan (array) bisa menjadi display yang besar. Dikenal juga

    LED dalam bentuk tujuh segmen atau ada juga yang 14 segmen. Biasanya

    digunakan untuk menampilkan angka numerik dan alphabet. Kecerahan LED

    tergantung dari arusnya. Dalam hal ini arus LED diberikan oleh :

    s

    ledcc

    RVVI −=

    .................................................................................(2.10)

  • 22

    LED

    R

    VCC

    s ledI

    Gambar 2.13 Rangkaian LED

    2.13. Penambah Penuh (Full Adder)

    Untuk menambahkan bilangan-bilangan biner dibutuhkan suatu rangkaian

    yang dapat mengangani 3 angka sekaligus. Dengan menghubungkan dua buah

    penambah paro serta sebuah gerbang OR, diperoleh penambah penuh (Full

    Adder). Gambar dibawah menunjukkan rangkaian digital untuk penambah penuh

    (FA). Kotak-kotak yang bertanda HA merupakan penambah paro.

    HA

    HAA

    Bawaan B

    Jumlah

    C

    Gambar 2.14 Rangkaian Digital Penambah Penuh (Full Adder)

  • 23

    Tabel 2.9 Tabel Kebenaran Penambah Penuh (Full Adder).

    A B C Bawaan Jumlah

    0 0 0 0 0

    0 0 1 0 1

    0 1 0 0 1

    0 1 1 1 0

    1 0 0 0 1

    1 0 1 1 0

    1 1 0 1 0

    1 1 1 1 1

    74LS83/LCC

    2

    1317

    5

    9

    12

    1419

    74

    1815

    83

    E2

    E4E3

    E1

    C0

    C4

    B4B3

    A1A2A3A4

    B1B2

    Gambar 2.15 IC 74LS83 Penambah Penuh (FA)

  • BAB III

    PERANCANGAN

    Pada Tugas Akhir ini penulis mencoba merancang Rangkaian enkoder,

    Rangkaian sindrom dan Dekoder galat 1 bit pada Sandi Blok Linear (7,4).

    Metode ini menggunakan bit - bit paritas yang dibangkitkan dari polinomial

    pembangkit guna mendeteksi dan mengkoreksi galat pada bit data yang diterima.

    Data masukan 4 bit dan data paritas 3 bit yang membentuk data sandi sebanyak 7

    bit. Perancangan hardware Sandi Blok Linear ini terdiri dari 4 bagian inti

    rangkaian yaitu Rangkaian Enkoder, Rangkaian Pembuat Galat, Rangkaian

    Sindrom dan Rangkaian Dekoder seperti gambar blok diagram dibawah ini :

    Rangk. Pembuat

    galat

    7 LED

    7 bitSaklar sbg input

    7 bit serial

    ENKODER

    4 bit data 3 bit paritas

    Data input

    Pembangkit paritas

    7 LED

    4 bit serial

    Clock

    ENKODER

    Rangk. Sindrom

    3 LED

    Dekoder 1 bit galat

    7 LED

    3 bit

    7 bit

    DEKODER SIMULASI GALAT

    Gambar 3.1 Gambar Blok Diagram Enkoder Dan Dekoder Sandi Blok Linear ( 7,4 )

    24

  • 25

    3.1 Saklar

    Di dalam perancangan ini saklar digunakan untuk inputan baik data, Clock

    maupun reset. Saklar yang digunakan memiliki 3 kaki, kaki yang tengah sebagai

    output dan sedangkan kaki yang lain digunakan inputan ( + 5 V ) dan ground ( 0

    V ).

    21

    3Vcc

    GndOutput

    Gambar 3.2 Gambar Saklar Toggle Dengan 3 Kaki.

    3.2. Rangkaian Enkoder

    Di dalam perancangan rangkaian enkoder memerlukan beberapa rangkaian-

    rangkaian dan komponen-komponen diantaranya adalah : Rangkaian pembentuk

    paritas yang didapat dari matrik generator, Register, Komparator/ pembanding ,

    D-latch/ IC Pengunci , Switch dan Suatu Penampil (led) atau seven segmen.

    3.2.1 Perancangan Matrik Generator

    Pada perancangan sandi blok ini dibahas bagaimana membuat matrik

    generator dengan bentuk yang sesuai dengan kualitas penyandian yang

    diinginkan. Dalam pembuatan matrik generator untuk mendapatkan sandi blok

    dengan format sistematis diperlukan polinomial pembangkit, polinomial yang

    dipilih adalah polinomial yang mempunyai pangkat tertinggi sama dengan

    panjang bit periksa.

  • 26

    Untuk membuat matriks generator G dan matriks periksa paritas H yang

    digunakan pada sandi blok linear dengan Hamming, dilakukan langkah sebagai

    berikut :

    1. Memilih polinomial primitif sesuai dengan panjang bit periksa

    ( P = bit paritas).

    2. Membuat G dari polinomial primitif.

    Dengan polinomial pembangkit, matriks generator dengan bentuk sistematis

    dapat dibuat dengan mudah. Jika Xn-k+1 dibagi dengan polinomial pembangkit

    g(X), dengan i = 0, 1, 2, … , 3 maka diperoleh :

    X7-4+1 = ai (X) g(X) + Pi (X)

    Dengan bi (X) adalah sisa dalam bentuk :

    Pi (X) = Pi0 + Pi1X + … + Pi,n-k-1X3

    Dari koefisien tersebut dibentuk matriks k x n sebagai berikut :

    ⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

    ⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅⋅

    ⋅⋅⋅⋅⋅⋅

    ⋅⋅⋅⋅⋅⋅

    =

    100

    010001

    3,33130

    3,11110

    3,00100

    PPP

    PPPPPP

    G

    matriks ini merupakan matriks generator dalam bentuk sistematis.

    Sebagai perhitungan dalam perancangan sandi blok linear (7,4) dengan m

    = 3 (sama dengan panjang bit periksa) yang diperoleh dari n-k, maka polinomial

    pembangkit dapat ditentukan dari polinomial primitif pada tabel 2.1.

  • 27

    Maka polinomial pembangkit yang digunakan adalah g(X) = 1 + X + X3 . Jika X3

    X4, X5, dan X6 dibagi dengan g(X), akan diperoleh :

    X3 = 1 g(X) + (1 +X )

    X4 = X g(X) + ( X + X2 )

    X5 = X2 + 1 g(X) + ( 1+X + X2 )

    X6 = X3 + X g(X) + ( 1 + X2 )

    Jika P adalah sisa ditambah dengan variabel yang dibagi, maka :

    P0 (X) = 1 + X

    P1 (X) = X + X2

    P2 (X) = 1+X +X2

    P3 (X) = 1 + X2

    Koefisien polinomial P di atas diambil sebagai baris-baris dari matrik G,

    sehingga :

    ⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢

    =

    1 0 0 0 1010 1 0 0 1 1 1

    0100 1 1 00 0 0 1 0 1 1

    G

    Untuk mencari nilai vektor sandi ( V ) = u . G ....................................(3.1 )

    yang nantinya akan digunakan dalam masukan data dapat dinyatakan sebagai

    berikut :

  • 28

    V = ( U0,U1, U2, U3) . sehingga di dapat rumus sbb:

    ⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢

    1 0 0 0 1010 1 0 0 1 1 1

    0100 1 1 00 0 0 1 0 1 1

    V6 = U3

    V5 = U2

    V4 = U1

    V3 = U0

    V2 = U1 + U2 + U3

    V1 = U0 + U1 + U2

    V0 = U0 + U2 + U3

    Di bawah ini adalah dua contoh penyelesaiannya untuk mendapatkan

    vektor pesannya, misalkan vektor pesannya U adalah 0011 dan 0111.

    Untuk soal yang pertama :

    U = 0011

    V = U . G

    V = ( 0 0 1 1 ) .

    ⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢

    1 0 0 0 1010 1 0 0 1 1 1

    0100 1 1 00 0 0 1 0 1 1

    V = 010 0011

    Dari contoh diatas didapatkan vektor sandinya adalah 010 0011 dengan

    paritasnya adalah 010.

  • 29

    Untuk soal yang kedua :

    U = 0111

    V = U. G

    V = ( 0 1 1 1 ) .

    ⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢

    1 0 0 0 1010 1 0 0 1 1 1

    0100 1 1 00 0 0 1 0 1 1

    V = 001 0111

    Dari contoh di atas didapatkan vektor sandinya adalah 001 0111 sehingga

    didapatkan vektor paritasnya adalah 001. Keluaran enkoder selengkapnya

    ada pada tabel 3.1 seperti tabel di bawah ini.

    Tabel 3.1 Tabel Keluaran Enkoder

    No Pesan Vektor sandi

    1 0000 000 0000 2 0001 101 0001 3 0010 111 0010 4 0011 010 0011 5 0100 011 0100 6 0101 110 0101 7 0110 100 0110 8 0111 001 0111 9 1000 110 1000 10 1001 011 1001 11 1010 001 1010 12 1011 100 1011 13 1100 101 1100 14 1101 000 1101 15 1110 010 1110 16 1111 111 1111

  • 30

    Implementasi dari persamaan 3.1 dapat dijadikan suatu perancangan

    rangkaian Enkoder seperti gambar 3.3 seperti di bawah ini. Input u

    Rangkaian pembuat paritasnya

    u3u2u1u0

    + ++

    Switch

    Ke Rangkaian Pembuat galat

    v0 v1 v2

    Register Pesan

    Register Paritas

    Gambar 3.3 Gambar Blok Diagram Enkoder Blok Linear ( 7,4 )

    Untuk rangkaian ini membutuhkan gerbang XOR pada IC 74LS86 dengan jumlah

    input 2 dan output 1 untuk penjumlahan yang akan menghasilkan vektor

    paritasnya. Untuk registernya mengunakan D-FF pada IC 74LS74, pada register

    pertama D-FF di bentuk menjadi register SIPO dan pada register yang kedua di

    bentuk menjadi register PISO. Untuk cara kerja dari enkoder ini adalah

    memasukkan 4 data inputan melalui saklar data yang dimasukkan melalui register

    yang pertama dan juga dikirim pada switch 1. Paritas didapatkan dari

    penjumlahan pada gerbang X-OR. Untuk kombinasinya di dapatkan dari

    perhitungan pada persamaan 3.1. setelah clock ke-4 vektor paritasnya dan vektor

    datanya atau vektor sandinya sudah dapat ditampilkan melalui led sebagai

    keluaran. Pengiriman vektor paritas dimanipulasi menjadi pengiriman yang serial

    dari keluarnya yang pararel sehingga diperlukan switch untuk memilih data mana

  • 31

    yang didahulukan. Untuk memanipulasi pengiriman ini diperlukan switch 2 dan

    switch 3. Untuk perancangan Enkoder dapat dilihat pada gambar 3.4 seperti di

    bawah ini :

    QD

    CP

    CD

    QD

    CP

    CD

    QD

    CP

    CD

    QD

    CP

    CD

    21

    3

    21

    3

    21

    3

    QD

    CP

    CD

    QD

    CP

    CD

    QD

    CP

    CD

    KOMPARATOR 2

    KOMPARATOR 3

    KOMPARATOR 1

    DATA

    CLOCK

    CLEAR

    Output (R.galat)

    u0

    u1 u3u2

    P0 P1 P2

    Gambar 3.4 Gambar Perancangan Enkoder Sandi Blok Linear (7,4)

    3.2.2. Register

    Register digunakan sebagai penyimpanan sementara. Di dalam perancangan

    enkoder membutuhkan 4 bit register untuk vektor pesan dan 3 bit untuk vektor

    paritas. Di dalam perancangan pada vektor pesan register yang digunakan adalah

    SIPO ( serial input pararel output ) mengunakan IC 74LS164 Pada Gambar 3.5

    atau mengunakan D-FF pada IC 74lS74 seperti gambar 3.6.

    Gambar 3.5 Gambar SIPO Pada IC 74LS165

  • 32

    34

    62

    89D

    CLK

    PRECLR

    QQ

    18

    16

    1419

    1312D

    CLK

    PRECLR

    QQ

    Gambar 3.6 Gambar D-FF Pada IC 74LS74

    3.2.3. Switch

    Di dalam perancangan terdapat 3 switch yaitu switch1 untuk pemilihan data

    atau paritas yang didahulukan didalam pengiriman ke rangkaian pembuat galat

    dan 2 switch yang lain untuk pemilihan vektor paritas. Pembuatan swicth

    dirancang dengan mengunakan metode SOP dengan disederhanakan mengunakan

    peta karnaugh.

    3.2.3.1. Switch 1 ( Pemilih Untuk Pengiriman )

    Switch 1 digunakan untuk pemilihan data input atau data paritas yang

    didahulukan didalam pengiriman ke rangkaian pembuat galat.

    Tabel 3.2 Tabel Kebenaran Switch 1

    Data ( D ) paritas ( P ) Kendali ( K ) Output

    0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

  • 33

    Tabel 3.3 Tabel Peta Karnaugh Untuk Switch1

    K K

    PD 0 0

    PD 0 1

    1 1 DP

    PD 1 0

    Dari peta karnaugh diatas di dapat D K + PK yang dapat diimplementasikan

    di dalam suatu rangkaian digital seperti gambar 3.7 seperti gambar dibawah ini :

    P

    D Output ( Input Rangkain Pembuat Galat )

    K

    Gambar 3.7 Gambar Rangkaian Switch 1

    3.2.3.2. Switch 2

    Switch 2 digunakan untuk pemilihan data antara paritas pada P0 dan P1. pada

    switch ini dirancang apabila komparator keadaan 1 maka yang didahulukan adalah

    P1 untuk dikirimkan pada register berikutnya.

    Tabel 3.4 Tabel Kebenaran Switch 2

    P0 P1 Kendali ( K ) Output

    0 0 0 00 0 1 00 1 0 00 1 1 11 0 0 11 0 1 01 1 0 1

    1 1 1 1

  • 34

    Tabel 3.5 Tabel Kebenaran Switch 2

    K K

    0 0 10 PP

    10 PP 1 0

    10PP 1 1

    10PP 0 1

    Dari peta karnaugh di atas dapat diimplementasikan untuk pembuatan

    gambar rangkaian seperti gambar 3.8:

    Sw2 = P0 K + P1K

    P1

    P0

    Sw2

    K

    Gambar 3.8 Gambar Rangkaian Switch 2

    3.2.3.3. Switch 3

    Switch 3 digunakan untuk pemilihan data antara paritas pada SW2 dan P2.

    pada switch ini dirancang apabila komparator keadaan 1 maka yang didahulukan

    adalah U2 untuk dikirimkan pada Switch 1. Tabel 3.6 Tabel Kebenaran Switch 3

    SW2 U2 Kendali ( K ) Output

    0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1

    1 1 1 1

  • 35

    Tabel 3.7 Tabel Peta Karnaugh Untuk Switch 3

    K K

    22 PSW 0 0

    22 PSW 1 0

    22PSW 1 1

    22PSW 0 1

    Dari tabel peta karnaugh di atas dapat diimplementasikan untuk pembuatan

    gambar rangkaian seperti gambar 3.9.

    SW3 = SW2 K + P2K

    P2

    Sw2

    Sw3

    K

    Gambar 3.9 Gambar Rangkaian Switch 3

    3.3. Rangkaian Pembuat Galat

    Pengiriman data dari penyandi dilakukan secara serial, oleh karena itu

    diperlukan rangkaian pembuat galat. Rangkaian ini berfungsi untuk merubah data

    yang dikirim dari penyandi, pada rangkaian ini data yang diterima ditampilkan

    dengan menggunakan LED, dan galat diaktifkan dengan menghubungkannya

    dengan keluaran Q , Setelah data diproses pada rangkaian pembuat galat, maka

    data yang ke rangkaian deteksi kemudian ditampilkan melalui LED.

    Galat yang terjadi akan dibangkitkan melalui saklar. Ada 7 saklar,

    kemudian setelah galat dibangkitkan dengan data yang telah diberi galat akan

  • 36

    ditampilkan pada LED yang sama ke rangkaian deteksi. Rangakaian pembuat

    galat dibuat setelah sandi keluar dari penyandi, hanya saja salah satu dari keluaran

    flip flop yang digunakan adalah keluaran Q yang dihubungkan oleh switch (Sw).

    Switch ini harus dikembalikan lagi pada keluaran Q setelah mendapatkan clock.

    Kondisi ini untuk menjaga agar bit yang berikutnya tidak terkena galat. Keluaran

    Q ini yang kemudian digunakan sebagai galat. Gambar rangkain pembuat galat

    dapat dilihat pada gambar 3.10. Untuk rangkaian pembuat atau penyimulasi galat

    di tampilkan pada clock ke-14 dengan tampilan keluarannya adalah led.

    D

    CP

    Q

    QCD

    D

    CP

    Q

    QCD

    D

    CP

    Q

    QCD

    D

    CP

    Q

    QCD

    D

    CP

    Q

    QCD

    D

    CP

    Q

    QCD

    D

    CP

    Q

    QCD

    21

    32

    1

    32

    1

    32

    1

    32

    1

    32

    1

    32

    1

    3

    Output(ke R.Sindrom)

    Input (Dari Enkoder)

    Clear

    Clock

    Gambar 3.10 Gambar Perancangan Rangkaian Pembuat Galat

    3.4. Rangkaian Sindrom

    Rangkaian sindrom didapat dari perkalian dari matrik HT dan Rangkaian

    error yaitu :

    S = r . HT ................................................................................................(3.2)

    dengan :

    S = Sindrom

    r = Bit- bit error

    HT = matrik H transpos

    Matrik H di dapat dari :

    H = [ In-k . PT ] .........................................................................................(3.3)

  • 37

    Dengan :

    In-k = Matrik identitas

    P = Transpos bit paritas

    H = maka : ⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢

    0111 0011110 0101011 100

    HT =

    ⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

    101111011110001010100

    S = ( r0,r1,r2,r3,r4,r5,r6 ) .

    ⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

    101111011110001010100

    S0 = r0 + r3 + r5 + r6

    S1 = r1 + r3 + r4 + r5

    S2 = r2+ r4 + r5 + r6

    Sehingga dari pola S0, S1 dan S2 dapat diimplementasikan dengan sebuah

    rangkaian seperti gambar 3.11.

  • 38

    r

    + + +

    r0 r1 r2 r3 r4 r5 r6

    s2s1s0

    Gambar 3.11 Gambar Blok Diagram Rangkaian Sindrom Pada Blok Linear (7,4 )

    Dari persamaan 3.2 bisa kita buktikan dengan soal-soal dibawah ini. Untuk

    semua soal diketahui V = 001 0111, kita buat untuk bit-bit errornya ( r ) menjadi

    101 0111, 011 0111, 010 1111 dan 101 0110. Sehingga penyelesaiannya sebagai

    berikut :

    Untuk r = 101 0111

    S = r . HT

    Maka S = ( 1 0 1 0 1 1 1 ) .

    ⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

    101111011110001010100

    S = 100

    maka didapatkan sindromnya adalah 100, bila kita lihat dari tabel pola

    sindromnya sehingga dapat dideteksi ada suatu kesalahan pada bit pertama.

    Untuk r = 011 0111

  • 39

    S = r . HT

    Maka S = ( 0 1 1 0 1 1 1 ) .

    ⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

    101111011110001010100

    S = 010

    maka didapatkan sindromnya adalah 010, bila kita lihat dari tabel pola

    sindromnya sehingga dapat dideteksi ada suatu kesalahan pada bit ke-dua.

    Untuk soal pertama dan kedua bit-bit errornya hanya mempunyai satu bit

    error. Untuk soal yang ke-tiga dan ke-empat memiliki bit error lebih dari satu bit

    errornya.

    Untuk soal ke-tiga dengan :

    r = 010 0111

    S = r . HT

    Maka S = ( 0 1 0 0 1 1 1 ) .

    ⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

    101111011110001010100

    S = 0 1 1

  • 40

    Sehingga didapatkan sindromnya adalah 011, bila kita lihat dari tabel pola

    sindromnya maka dideteksi ada suatu kesalahan pada bit ke-lima. Apabila kita

    bandingkan antara V = 001 0111 dengan r = 010 0111, bit error tidak terletak pada

    bit ke-lima melainkan pada bit ke-dua dan ke-tiga.

    Soal ke-empat dengan :

    r = 101 0110

    S = r . HT

    Maka S = ( 1 0 1 0 1 1 0 ) .

    ⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

    ⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

    101111011110001010100

    S = 001

    Sehingga didapatkan sindromnya adalah 001, bila kita lihat dari tabel pola

    sindrom maka dapat di deteksi ada suatu kesalahan pada bit ketiga. Apabila kita

    bandingkan dengan vektor sandinya V = 001 0111 dengan r = 101 0110, bit yang

    error tidak terletak di bit yang ke-tiga melainkan terletak pada bit pertama dan ke-

    tujuh.

    Untuk rangkain sindrom ditampilkan pada clock ke-14 dengan tampilan

    keluaran adalah led.

  • 41

    Tabel 3.8 Tabel Pola Sindrom

    Error pada bit Pola Error Sindrom

    1 100 0000 100 2 010 0000 010 3 001 0000 001 4 000 1000 110 5 000 0100 011 6 000 0010 111 7 000 0001 101

    Untuk perancangan pada rangkaian sindrom dapat dilihat pada gambar 3.12

    seperti pada gambar di bawah ini. D

    CP

    Q

    QCD

    D

    CP

    Q

    QCD

    D

    CP

    Q

    QCD

    D

    CP

    Q

    QCD

    D

    CP

    Q

    QCD

    D

    CP

    Q

    QCD

    D

    CP

    Q

    QCD

    S2S0

    S1

    Clock

    Clear

    Input(Dari pembuat galat)

    r0 r1 r2 r3 r4 r5 r6

    Gambar 3.12 Gambar Perancangan Rangkaian Sindrom Pada Blok Linear (7,4)

    3.5. Rangkaian Koreksi

    Rangkaian Koreksi adalah suatu rangkaian yang digunakan untuk

    mengkoreksi suatu kesalahan yang didapat dari suatu rangkaian sindrom.

    Rangkaian koreksi didapat dari :

    C = r + e ...............................................................................................(3.4)

  • 42

    dimana :

    C = Rangkaian koreksi.

    r = Rangkaian galat.

    e = Pola Error.

    Dengan demikian perhitungannya maka masing-masing C adalah :

    C0 = r0 + e0

    )( 2100 SSSr ••+= C1 = r1 + e1

    )( 2101 SSSr ••+=

    C2 = r2 + e2

    )( 2102 SSSr ••+=

    C3 = r3 + e3

    )( 2103 SSSr ••+=

    C4 = r4 + e4

    )( 2104 SSSr ••+=

    C5 = r5 + e5

    )( 2105 SSSr ••+=

    C6 = r6 + e6

    )( 2106 SSSr ••+=

    Implementasi persamaan 3.4 adalah gambar perancangan rangkaian koreksi

    atau dekoder seperti gambar 3.13 dibawah ini :

  • 43

    S0 S1 S2

    r0 r1 r2 r3 r4 r6r5

    C0 C1 C2 C3 C4 C5 C6

    Gambar 3.13 Gambar Rangkaian Koreksi Pada Sandi Blok Linear (7,4)

    Untuk contoh penyelesaian pada rangkaian dekoder atau rangkaian koreksi

    ini melanjutkan untuk contoh soal dari rangkain sindrom. Bila rangkaian koreksi

    atau dekoder C = r + e maka :

    Soal pertama jika:

    V = 001 0111

    r = 101 0111

    S = 100 jika lihat tabel pola sindrom maka nilai e = 100 0000

    Maka C = r + e

    C = 101 0111 + 100 000

    C = 001 0111

    Untuk soal yang ke-dua jika :

    V = 001 0111

    r = 011 0111

    S = 010 jika lihat tabel pola sindrom maka nilai e = 010 0000

  • 44

    C = r + e

    C = 011 0111 + 010 0000

    C = 001 0111

    Untuk soal pertama dan kedua bit-bit error dapat dikoreksi karena dengan

    dibuktikan nilai V dan nilai C adalah sama yaitu 001 0111 sehingga vektor sandi

    bila terdapat error satu bit maka vektor sandi tersebut dapat dikoreksi.

    Untuk soal ke-tiga jika :

    V = 001 0111

    r = 010 0111

    S = 011 jika lihat tabel pola sindrom maka nilai e = 000 0100

    C = r + e

    C = 010 0111 + 000 0100

    C = 010 0011

    Untuk soal ke-empat jika :

    V = 001 0111

    r = 101 0110

    S = 001 jika lihat tabel pola sindrom nilai e = 001 0000

    C = r + e

    C = 101 0110 + 001 0000

    C = 100 0110

    Bila kita membandingkan antara nilai V dan nilai C untuk soal ke-tiga dan

    ke-empat tidak sama. Untuk V soal ketiga = 001 0111 sedangkan untuk nilai

    C = 010 0011. Untuk soal ke-empat nilai V = 001 0111 sedangkan untuk

  • 45

    nilai C = 100 0110. Bila kita lihat dari perbandingan itu dapat kita ambil

    kesimpulan bahwa untuk vektor sandi yang mendapat error lebih dari satu

    bit dapat dideteksi galatnya tetapi tidak dapat untuk dikoreksi.

    3.6. Counter/ Pencacah Modulo 14

    Dalam perancangan ini counter yang dibutuhkan adalah modulo 14.

    Penentuan modulo ini berdasarkan atas jumlah clock yang dibutuhkan dalam

    proses penyandian. Counter dibuat dengan J K flip flop pada IC 74LS76 yang

    menggunakan metode umpan balik menggunakan gerbang NAND. Cacahan

    normal setelah 1101 adalah 1110. Agar 1110 terlompati menjadi 0000 maka

    keluaran dari flip flop D, flip flop C dan flip flop B diumpan balik menggunakan

    gerbang NAND. Keluaran dari gerbang NAND akan terhubung dengan clear pada

    masing- masing flip flop. Dengan demikian setelah clock ke – 15 tiba semua flip

    flop akan direset. Untuk menampilkan keluaran dari counter tersebut

    menggunakan seven segment. Karena keluaran dari counter merupakan bilangan

    biner maka diubah terlebih dahulu kedalam bentuk BCD, dan sebagai dekoder

    menggunakan IC 74LS47. untuk gambar perancangan dapat dilihat pada Gambar

    3.14 .

  • 46

    U3

    AND2

    U17476

    J1CLK1PRN1CLRN1K1

    Q1

    QN1

    J2CLK2PRN2CLRN2K2

    Q2

    QN2

    U27476

    J1CLK1PRN1CLRN1K1

    Q1

    QN1

    J2CLK2PRN2CLRN2K2

    Q2

    QN2

    U4

    NAND3

    U5

    AND2

    QB

    QCQA

    JK

    Pre

    setClock

    QD

    Gambar 3.14 Gambar Perancangan Counter Atau Pencacah Sinkron Modulo 14

    0ns 1000ns 2000ns 3000ns

    schematic

    Context

    clock

    Signal

    'U'

    Value

    schematic

    Context

    jk

    Signal

    'U'

    Value

    schematic

    Context

    preset

    Signal

    'U'

    Value

    schematic

    Context

    Outputre

    Signal

    X

    Value

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 0 1

    Gambar 3.15 Gambar Keluaran Simulasi Pencacah Sinkron Modulo 14

    3.7. Pembanding / Comparator

    Perancangan komparator atau pembanding digunakan untuk

    membandingkan dua inputan. Komparator di dalam perancanangan enkoder dan

    dekoder sandi blok linear (7,4) ini dibagi menjadi 4 pembanding / komparator

    yaitu:

  • 47

    3.7.1. Pembanding / (Comparator) 1

    Pembanding 1 digunakan untuk sebagai masukan pada IC pengunci pada

    enkoder. komparator ini di set dengan A>B, dimana A diset 3 sehingga pada clok

    ke-1 sampai ke-4 keluaran pada komparator akan bernilai 1 karena pencacah

    dimulai dari nol. sebelum clock ke-5 akan bernilai nol sehingga pada IC pengunci

    akan mengunci data terakhir pada clok ke-4. gambar komparator 1 seperti gambar

    3.16 dibawah ini.

    0ns 500ns 1000ns 1500ns 2000ns 2500ns 3000

    schematic

    Context

    clock

    Signal

    '1'

    Value

    schematic

    Context

    jk

    Signal

    '1'

    Value

    schematic

    Context

    preset

    Signal

    '1'

    Value

    schematic

    Context

    vcc

    Signal

    '1'

    Value

    schematic

    Context

    gnd

    Signal

    '0'

    Value

    schematic

    Context

    Outputre

    Signal

    0

    Value

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 0

    schematic

    Context

    outcomp

    Signal

    '1'

    Value

    QA

    QC

    Clock

    QB

    JK

    Preset QD

    OutComp

    Vcc

    Gnd

    U6

    NAND3

    U17476

    J1CLK1PRN1CLRN1K1

    Q1

    QN1

    J2CLK2PRN2CLRN2K2

    Q2

    QN2

    U4

    AND2

    U5

    AND2

    U27476

    J1CLK1PRN1CLRN1K1

    Q1

    QN1

    J2CLK2PRN2CLRN2K2

    Q2

    QN2

    U37485

    A0A1A2A3B0B1B2B3ALBIAEBIAGBI

    ALBOAEBOAGBO

    Gambar 3.16 Gambar Perancangan Simulasi Pembanding / Komparator 1

    Gambar 3.17 Gambar Keluaran Simulasi Pembanding / Komparator 1

  • 48

    3.7.2. Pembanding (Comparator) 2

    Pembanding 2 digunakan untuk sebagai selektor pada switch 1. komparator

    ini di set dengan A>B, dimana A diset 3 sehingga pada clok ke-1 sampai ke-4

    keluaran pada komparator akan bernilai 1 karena pencacah dimulai dari nol.

    Karena pada switch 1 digunakan untuk memilih data pesan yang didahulukan

    daripada data paritas. Bila komparator bernilai 1 maka data pesan yang dikirim ke

    rangkaian pembuat galat dan sebaliknya bila komparator bernilai 0 maka data

    paritas yang akan dikirimkan ke rangkaian pembuat galat. Sehingga data pesan

    akan dikirimkan pada clok ke-1 sampai clok ke-4 ke rangkaian pembuat galat dan

    clok ke-5 sampai clok ke-7 data paritas yang akan dikirimkan. Gambar

    komparator 2 dapat dilihat pada gambar 3.18 dibawah ini.

    QA

    QC

    Clock

    QB

    JK

    Preset QD

    OutComp

    Vcc

    Gnd

    U6

    NAND3

    U17476

    J1CLK1PRN1CLRN1K1

    Q1

    QN1

    J2CLK2PRN2CLRN2K2

    Q2

    QN2

    U4

    AND2

    U5

    AND2

    U27476

    J1CLK1PRN1CLRN1K1

    Q1

    QN1

    J2CLK2PRN2CLRN2K2

    Q2

    QN2

    U37485

    A0A1A2A3B0B1B2B3ALBIAEBIAGBI

    ALBOAEBOAGBO

    Gambar 3.18 Gambar Perancangan Simulasi Pembanding / Komparator 2

  • 49

    0ns 500ns 1000ns 1500ns 2000ns 2500ns 3000

    schematic

    Context

    clock

    Signal

    '1'

    Value

    schematic

    Context

    jk

    Signal

    '1'

    Value

    schematic

    Context

    preset

    Signal

    '1'

    Value

    schematic

    Context

    vcc

    Signal

    '1'

    Value

    schematic

    Context

    gnd

    Signal

    '0'

    Value

    schematic

    Context

    Outputre

    Signal

    0

    Value

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 0

    schematic

    Context

    outcomp

    Signal

    '1'

    Value

    Gambar 3.19 Gambar Keluaran Simulasi Pembanding / Komparator 2

    3.7.3 Pembanding (Comparator) 3

    Pembanding 3 digunakan untuk sebagai selektor pada switch 2. komparator

    ini di set dengan A=B, dimana A diset 4 sehingga pada clok ke-5 keluaran pada

    komparator akan bernilai 1 karena pencacah dimulai dari nol. Prinsipnya saat

    clock ke-5 Komparator akan memilih data paritas ke-3 atau P2 yang akan dikirim

    ke pembuat galat. Gambar perancangan komparator 3 dapat dilihat pada gambar

    3.20 seperti gambar dibawah ini.

    U37485

    A0A1A2A3B0B1B2B3ALBIAEBIAGBI

    ALBOAEBOAGBO

    U27476

    J1CLK1PRN1CLRN1K1

    Q1

    QN1

    J2CLK2PRN2CLRN2K2

    Q2

    QN2

    U17476

    J1CLK1PRN1CLRN1K1

    Q1

    QN1

    J2CLK2PRN2CLRN2K2

    Q2

    QN2

    U4

    AND2

    U5

    AND2

    U6

    NAND3

    Vcc

    Preset

    QA

    OutCOmp

    QD

    JKClock

    QB

    QC

    Gnd

    Gambar 3.20 Gambar Perancangan Simulasi Pembanding / Komparator 3

  • 50

    0ns 1000ns 2000ns

    schematic

    Context

    clock

    Signal

    'U'

    Value

    schematic

    Context

    gnd

    Signal

    'U'

    Value

    schematic

    Context

    jk

    Signal

    'U'

    Value

    schematic

    Context

    preset

    Signal

    'U'

    Value

    schematic

    Context

    vcc

    Signal

    'U'

    Value

    schematic

    Context

    Outputre

    Signal

    X

    Value

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

    schematic

    Context

    outcomp

    Signal

    'U'

    Value

    Gambar 3.21 Gambar Keluaran Simulasi Pembanding / Komparator 3

    3.7.4 Pembanding (Comparator) 4

    Pembanding 4 digunakan untuk sebagai selektor pada switch 3. komparator

    ini di set dengan A=B, dimana A diset 5 sehingga pada clok ke-6 keluaran pada

    komparator akan bernilai 1 karena pencacah dimulai dari nol. Prinsipnya saat

    clock ke-6 Komparator akan memilih data paritas ke-2 atau P1 yang akan dikirim

    ke pembuat galat karena saat itu komparator 4 bernilai 1 atau komparator 3

    bernilai 0 dan pada clock ke-7 akan memilih data paritas ke-1 atau P0 karena

    komparator 3 dan komparator 4 bernilai nol pada saat clock ke-7. Gambar

    perancangan komparator 4 dapat dilihat pada gambar 3.23 .

    0ns 500ns 1000ns 1500ns 2000ns 2500ns 3000

    schematic

    Context

    clock

    Signal

    '1'

    Value

    schematic

    Context

    jk

    Signal

    '1'

    Value

    schematic

    Context

    preset

    Signal

    '1'

    Value

    schematic

    Context

    vcc

    Signal

    '1'

    Value

    schematic

    Context

    gnd

    Signal

    '0'

    Value

    schematic

    Context

    Outputre

    Signal

    3

    Value

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 0

    schematic

    Context

    outcomp

    Signal

    '0'

    Value

    Gambar 3.22 Gambar Keluaran Simulasi Pembanding / Komparator 4

  • 51

    QA

    QC

    Clock

    QB

    JK

    Preset QD

    OutComp

    Vcc

    Gnd

    U6

    NAND3

    U17476

    J1CLK1PRN1CLRN1K1

    Q1

    QN1

    J2CLK2PRN2CLRN2K2

    Q2

    QN2

    U4

    AND2

    U5

    AND2

    U27476

    J1CLK1PRN1CLRN1K1

    Q1

    QN1

    J2CLK2PRN2CLRN2K2

    Q2

    QN2

    U37485

    A0A1A2A3B0B1B2B3ALBIAEBIAGBI

    ALBOAEBOAGBO

    Gambar 3.23 Gambar Perancangan Simulasi Pembanding / Komparator 3

    3.10. Penjumlah Penuh / Full Adder

    Di dalam perancangan ini membutuhkan IC 74LS83 Atau IC 74LS283. Data

    masukan pada input Full adder adalah A1A2A3A4 yang mendapat data masukan

    dari Counter QdQcDbQa yang berbentuk bilangan biner. Full adder ini digunakan

    agar bilangan ini bisa di baca kedalam bilangan BCD. Untuk angka 0-9 bilangan

    biner dan bilangan BCD mengalami persamaan tetapi pada angka 10 bilangan

    biner berbeda dengan bilangan biner karena didalam bilangan BCD mengunakan

    nibel misalnya biner 10 adalah 1010 sedangkan bilangan BCD adalah untuk nibel

    puluhan adalah 0001 sedangkan untuk nibel satuan adalah 0000 bila kita

    bandingkan bilangan biner perlu ditambahkan 6 atau kalau dalam bentuk biner

    adalah 0110 untuk mendapatkan nilai yang sama pada bilangan BCD. Maka

  • 52

    dirancang sedemikian agar memperoleh nilai yang sama dan dari penjumlahan

    penuh ini apabila ada carry akan dimasukkan pada dekoder puluhan sedangkan

    hasilnya dimasukkan ke nilai satuan pada dekoder. Untuk penambahan angka 6

    dapat dilihat pada gambar 3.24 seperti gambar dibawah ini.

    U3

    74LS

    83

    10831

    1174

    16

    13

    96215

    145 12

    A1A2A3A4

    B1B2B3B4

    C0

    S1S2S3S4

    C4VC

    CG

    ND

    123

    147 456

    147

    123

    147

    1234

    12

    GND

    VccDekoder

    Dekoder

    7-Segmen

    7-Segmen

    Puluhan

    Satuan abcdefgCommon

    abcdefgCommon

    ABCD

    Gambar 3.24 Gambar Perancangan Penjumlah Penuh / Full Adder

    3.10. IC Pengunci.

    Perancangan IC pengunci membutuhkan IC 74LS75. kerja dari IC pengunci

    ini adalah apabila enable mendapat input nol dari komparator maka data terakhir

    yang ditampilkan akan terkunci sampai direset kembali. Untuk vektor sandi yaitu

    antara vektor data dan vektor paritas membutuhkan dua IC pengunci karena setiap

    IC 74LS75 mempunyai 4 data input dan 4 data output. Untuk Rangkaian pembuat

    galat membutuhkan dua IC 74LS75. Pada rangkaian sindrom hanya membutukan

    satu IC 74LS75 karena data yang ditampilkan hanya 3 data sedangkan rangkaian

  • 53

    koreksi ( Dekoder ) membutuhkan 2 IC 74LS75 karena data yang ditampilkan

    sebanyak 7 data. Untuk gambar perancangan D-latc atau IC pengunci dapat dilihat

    seperti gambar 3.25 dibawah ini.

    330

    330

    330

    330 2

    3

    6

    7

    134

    1611514101198

    D1

    D2

    D3

    D4

    C12C34

    Q1Q1Q2Q2Q3Q3Q4Q4

    Output

    Komparator

    Yg Disimpan

    Data

    Gambar 3.25 Gambar Perancangan IC Pengunci Atau D-latch

    3.10. Tampilan Keluaran Enkoder, Simulasi Galat Dan Dekoder.

    Pada tampilan keluaran alat ini semua data keluaran ditampilkan dengan Led

    dan tujuh segmen ( seven Segment) sedangkan inputan data, Clock dan reset

    melalaui saklar 3 kaki. Gambar tampilan keluaran untuk Enkoder, Simulasi Galat

    dan Dekoder dapat seperti pada Gambar 3.26, 3.27 dan gambar 3.21.

    Saklar Data

    Saklar Clear

    Saklar Clock Tampilan Clock

    ENKODER / PENGIRIM

    Led Data Led Paritas

    Led Sandi

    Gambar 3.26 Gambar Tampilan Keluaran Untuk Enkoder / Pengirim

  • 54

    Gambar 3.27 Gambar Tampilan Keluaran Untuk Simulasi Galat

    SIMULASI GALAT

    Led Data Led Paritas

    Led Sandi

    Saklar Pembuat Galat

    Led Sindrom

    Led koreksi

    Gambar 3.28 Gambar Tampilan Keluaran Untuk Dekoder / Penerima

    DEKODER / PENERIMA

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Untuk mengetahui apakah rangkaian yang telah dibuat sesuai dengan

    perancangan, maka diperlukan suatu pengujian. Pengujian dianggap benar apabila

    data yang diterima sama dengan data yang dikirim. Analisis data akan ditampilkan

    dalam bentuk tabel.

    4.1 Analisa Rangkaian Enkoder

    Untuk menguji rangkaian enkoder maka dimasukkan data seperti pada tabel

    4.1. Hasil keluaran enkoder alat akan dibandingkan dengan teori di BAB III.

    Tabel 4.1 Tabel Keluaran Rangkaian Enkoder

    No Pesan Enkoder (Alat) Enkoder (Teori) 1 0000 000 0000 000 0000 2 0001 000 0000 101 0001 3 0010 000 0000 111 0010 4 0011 000 0000 010 0011 5 0100 000 0000 011 0100 6 0101 000 0000 110 0101 7 0110 000 0000 100 0110 8 0111 000 0000 001 0111 9 1000 000 0000 110 1000 10 1001 000 0000 011 1001 11 1010 000 0000 001 1010 12 1011 000 0000 100 1011 13 1100 000 0000 101 1100 14 1101 000 0000 000 1101 15 1110 000 0000 010 1110 16 1111 000 0000 111 1111

    55

  • 56

    Dari percobaan tabel 4.1 dapat dianalisis bahwa alat enkoder tidak bekerja

    sama sekali karena keluaran dari register pada gambar 3.4 bernilai nol.

    4.2. Analisa Rangkaian Sindrom

    Dari teori seharusnya pada clock ke 14 rangkaian sindrom dapat

    mendeteksi data dari enkoder yang dikirim melalui rangkaian pembuat galat.

    Oleh karena enkoder tidak bekerja maka untuk semua data baik enkoder maupun

    pembuat galat bila data bernilai nol maka keluaran register pada gambar 3.12

    dihubungkan dengan ground atau bernilai 0 volt dan bila data bernilai 1 maka

    dihubungkan dengan Vcc atau bernilai 5 volt

    4.2.1 Analisa Rangkaian Sindrom Dengan Data Tanpa Galat Tabel 4.2 Tabel Hasil Sindrom Tanpa Galat

    No. Data terima Sindrom

    1 000 0000 000 2 010 0001 000 3 111 0010 000 4 010 0011 000 5 011 0100 000 6 110 0101 000 7 100 0110 000 8 001 0111 010 9 110 1000 000 10 011 1001 000 11 001 1010 000 12 100 1011 001 13 101 1100 000 14 000 1101 000 15 010 1110 000 16 111 1111 000

  • 57

    Dari tabel 4.2 diketahui bahwa setiap data enkoder yang diterima rangkaian

    sindrom tidak semua dapat dideteksi dengan benar karena seharusnya setiap data

    dari enkoder ini akan terdeteksi pada rangkaian sindrom dengan bernilai 000

    karena dari semua data enkoder pada tabel 4.2 tidak diberi galat. Kesalahan

    terdapat saat data di enkoder 001 0111 dengan sindrom adalah 010 dan data di

    enkoder 100 1011 dengan sindrom adalah 001.

    4.2.2 Analisa Rangkaian Sindrom Dengan Galat 1 Bit

    Dengan U = 111 0010, didapatkan data pengamatan seperti pada tabel 4.3 di

    bawah ini.

    Tabel 4.3 Tabel Hasil Sindrom Dengan Galat 1 bit

    No V Sindrom ( Alat ) Sindrom (Teori )

    1 011 0010 000 100 2 101 0010 010 010 3 110 0010 001 001 4 111 1010 000 110 5 111 0110 011 011 6 111 0000 011 111 7 111 0011 001 101

    Untuk U = 101 1100 didapatkan data pengamatan seperti pada tabel 4.4 di bawah

    ini.

    Tabel 4.4 Tabel Hasil Sindrom Dengan Galat 1 bit

    No V Sindrom ( Alat ) Sindrom (Teori )

    1 001 1100 000 100 2 111 1100 010 010 3 100 1100 001 001 4 101 0100 010 110 5 101 1000 011 011 6 101 1110 011 111 7 101 1101 000 101

  • 58

    Dari tabel 4.3 dan tabel 4.4 diketahui bahwa nilai sindrom antara teori tidak

    sama dengan nilai sindrom pada alat pada saat U diberikan galat pada bit ke-1, ke-

    4, ke-6 dan ke-7. Kesalahan ini dikarenakan kombinasi penjumlahan modulo-2

    pada S0 di gambar 3.12 tidak berjalan sesuai dengan perancangannya karena

    apapun nilai dari kombinasi tersebut keluaranya selalu nol.

    4.2.3 Analisa Rangkaian Sindrom Dengan Galat Lebih Dari Satu

    Dengan U = 111 0010 didapatkan data pengamatan seperti pada tabel 4.5 jika

    diberi 2 sampai 7 error.

    Tabel 4.5 Tabel Hasil Sindrom Dengan Galat lebih dari 1 bit

    No V Sindrom ( Alat ) Sindrom (Teori )

    1 001 0010 011 110 2 000 0010 011 111 3 000 1010 001 001 4 000 1110 010 010 5 000 1100 001 101 6 000 1101 000 000

    Dari data pada tabel 4.5 rangkain sindrom dapat mendeteksi kesalahan lebih

    dari 1 bit kesalahan tetapi tidak dapat mendeteksi data dari enkoder yang semua

    bit mendapat galat karena apabila semua bit di dalam enkoder diberikan galat

    akan membentuk enkoder yang lain yang tanpa galat sehingga tidak akan

    terdeteksi galatnya melainkan rangkaian sindrom akan mendeteksi bahwa data

    adalah benar dengan dideteksi pada sindrom bernilai 000. sehingga sindrom pada

    sandi blok linear (7,4 ) mampu mendeteksi galat lebih dari 1 bit dan kurang dari 7

    bit.

  • 59

    4.3 Analisa Pada Rangkaian Koreksi

    Dari teori seharusnya pada clock ke-14 rangkaian koreksi dapat

    mengkoreksi data dari enkoder yang dikirim melalui rangkaian pembuat galat

    dengan cara mengANDkan nilai sindrom sesuai rumus yang di dapatkan yang

    selanjutnya diXORkan. Oleh karena rangkaian enkoder, rangkaian pembuat galat

    dan juga rangkaian sindrom tidak bekerja seperti perancangannya maka untuk

    keluaran register dan data sindrom pada gambar 3.12 akan dihubungkan dengan

    ground atau 0 volt bila menginginkan data bernilai 0 atau low dan sebaliknya bila

    data yang diinginkan bernilai 1 atau high maka dihubungkan dengan Vcc atau

    bernilai 5 volt.

    Contoh pengamatan dengan :

    U = 111 0010, sehingga didapatkan data pengamatan seperti pada tabel 4.6

    Tabel 4.6 Tabel Rangkaian koreksi dengan galat 1 bit

    No V Sindrom Koreksi ( Alat ) Koreksi ( Teori )

    1 011 0010 100 111 0010 111 0010 2 101 0010 010 111 0110 111 0010 3 110 0010 001 111 0010 111 0010 4 111 1010 110 111 0010 111 0010 5 111 0110 011 111 0010 111 0010 6 111 0000 111 111 0010 111 0010 7 111 0011 101 111 0010 111 0010

  • 60

    Contoh pengamatan dengan :

    V = 101 1100 sehingga didapatkan data pengamatan seperti pada tabel 4.7 di

    bawah ini.

    Tabel 4.7 Tabel Rangkaian koreksi dengan galat 1 bit

    No Pesan Sindrom Koreksi ( Alat ) Koreksi ( Teori )

    1 001 1100 100 101 1100 101 1100 2 111 1100 010 101 1000 101 1100 3 100 1100 001 101 1100 101 1100 4 101 0100 110 101 1100 101 1100 5 101 1000 011 101 1100 101 1100 6 101 1110 111 101 1100 101 1100 7 101 1101 101 101 1100 101 1100

    Dari data tabel 4.6 dan 4.7 dapat diketahui bahwa alat koreksi ini tidak dapat

    mengkoreksi data kesalahan pada bit ke-2 karena pada tabel diketahui bahwa hasil