etnopsikiatri - antropologi

26
L/O/G/O Etnopsikiatri Sunaryo Cahaya Cinta .U. Jefta Kurnia Yockie Veronico .S. Lisnaini Fajaria Puspa Ayu Navratilova Teti Andriani Ryan Fatan .Y. Erfika Yuliza Farifah

Upload: humaira-azmi

Post on 30-Nov-2015

526 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

ANTROPOLOGI

TRANSCRIPT

L/O/G/O

EtnopsikiatriEtnopsikiatriSunaryo

Cahaya Cinta .U.

Jefta Kurnia

Yockie Veronico .S.

Lisnaini Fajaria

Puspa Ayu Navratilova

Teti Andriani

Ryan Fatan .Y.

Erfika Yuliza

Farifah

Etnopsikiatri Etnopsikiatri

• Pendahuluan :

Etnomedisin mencakup studi tentang bagaimana masyarakat tradisional memandang dan menangani penyakit jiwa.

Awal dari etnopsikiatriAwal dari etnopsikiatri

• Perhatian awal dari para ahli antropologi terhadap penyakit mental mulanya sangatlah jauh dari bidang etnomedisin.

• Perhatian mereka itu mulai dari pemahaman atas hubungan antara kepribadian dan kekuatan-kekuatan budaya yang berpengaruh dan membentuk kepribadian.

DEFINISI BUDAYA TENTANG NORMAL DAN ABNORMALDEFINISI BUDAYA TENTANG NORMAL DAN ABNORMAL

• Berbagai tingkah laku luar biasa yang dianggap oleh psikiater sebagai penyakit jiwa ditemukan secara luas pada berbagai masyarakat non barat.

1. Kasus “teori label”1. Kasus “teori label”

• Adanya variasi yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk menyebutkannya dalam berbagai masyarakat didunia, baik barat maupun non barat, telah mendorong para ilmuan mengenai tingkah laku untuk menyatakan bahwa penyakit jiwa adalah suatu mitos, suatu fenomena sosiologis, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari anggota-anggota masyarakat yang “beres” yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan, memberikan sanksi, dan mengendalikan tingkah laku sesama mereka yang menyimpang atau berbahaya, tingkah lakuyang hanya “berbeda” debgan tingkah laku mereka sendiri.

2. Argumentasi terhadap pemberian label2. Argumentasi terhadap pemberian label

walaupun teori label menarik sebagai suatu pendekatan untuk memahami danmenangani penyakit jiwa, namun teori itu tidak banyak di terima oleh para ahli yang bekerja dalam bidang lintas budaya, misalnya:

1. Edgerton.

2. Masyarakat Hehe di Tanzania, kamba dan pokot di kenya.

3. John Kennedy.

4. Murphy dan Leighton.

Etiologi –etiologi penyakit no-baratEtiologi –etiologi penyakit no-barat• Pada penyakit jiwa sangat lah kurang secara

sistematis, karena tidak dianggap dari sebab sebab berbagai penyakit lainnya.( fabrega 1974)

• Penyakit ini banyak dijelaskan secara personalistik daripada secara naturalistik, seperti kesurupan hantu, roh-roh, atau dewa, hukuman karena melangar sesuatu yang diangap tabu balam masyarakat tersebut atau ilmu sihir.

CARA –CARA BUDAYA DALAM MENANGANI PENYAKIT JIWACARA –CARA BUDAYA DALAM MENANGANI PENYAKIT JIWA

1. Siapa yang Menyembuhkan ? Kekuatan-kekuatan

Supranatural(Ramalan ,Kehalusan) Kontak-kontak dengan Roh (Kesurupan

dll)

2. Perawatan terhadap orang yang sakit jiwa2. Perawatan terhadap orang yang sakit jiwa

• Masyarakat non-Barat;• (Lambo 1962); dalam masyarakat afrika,

bahkan yang menderita psikosis berat dan cacat mentalpun diberi tempat sebagai warga masyarakat yang menjalankan fungsinya dalam masyarakatnya, apabila mereka dapat mengurus diri mereka sendiri sampai pada tingkatan kecukupan tertentu.

• (Osborne 1969); Masyarakat yoruba, “katanya,”mengurus diri mereka sendiri, dan dalammenyesuaikan diri dengan konsep mereka tentang takdir dan nasib baik, sulit untuk mengusir anggota-anggota keluarga mereka sendiri.

• Seseorang yang “ gila”boleh berkeliaran di desa; jika sangat mengganggu akan dibawa ke suatu dukuh di semak-semak untuk beberapa hari atau dikunci dikamarnya.

• Namun apabila penderita tidak respon terhadap perawatan maka akan dibiarkan berkeliaran diluar desa.

• khususnya dimana penyakit jiwa jelas dianggap sebagai akibat dari tenung atau kesurupan, penderita dilihat sebagai ancaman terhadap kelompok; dari semula ia diperlakukan secara kejam.

• Seperti di Fiji dan Hebrides, mereka yg kesurupan roh-roh jahat akan di kubur hidup-hidup.

• Di lingkungan rakyat dan kelompok petani, penderita sering menimbulkan rasa empati dan kasihan.

• Di pedesaan, orang pada umumnya tahu atau paling sedikit saling mengenal, dan orang-orang yang sakit ingatan lebih bebas pergi kemana-mana daripada di perkotaan. Selalu saja ada orang yg menuntun orang tua yg sesat kembali kekeluarganya.

• Di amerika serikat, dimana kepekaan terhadap “keberbedaan” mereka sendiri selanjutnya dapat menjadi sarana untuk mendorong diskriminasi, bahkan terhadap anggota kelompoknya yg menyimpang.

• Di kalangan masyarakat tradisional, beberapa jenis penyakit jiwa, terutama yang bersifat keras atau memberikan ancaman kekerasan, membutuhkan bentuk-bentuk pengobatan yang lebih formal dan kadang bersifat sangat profesional(menurut masyarakat yang bersangkutan), dan pada kesempatan lain lebih merupakan “pengobatan rumah”.

• Pengobatan profesional pd penduduk yoruba di nigeria menurut price mendeskripsikan; pasien-pasien psikosis “tinggal” bersama penyembuh mereka untuk selama 3 atau 4 bulan, dan diurus oleh salah seorang anggota keluarga yang menyertai mereka.

• John kennedy:• Penekanan non- Barat umumnya pada

simbolisme yang kuat diperoleh melalui kesenian dramatik.

• Berbeda dengan ruang ahli psikoanalisis Barat yang mempunyai penerangan yang redup, pengatur sirkulasi udara yang hampir tak kedengaran dan beberapa perabotan serta benda-benda seni yang serba terpilih.

• Kontras tingkah laku ahli terapi Barat dan penyembuh tradisional juga menyolok.

• Penyembuh Barat tidak boleh terlibat secara pribadi dengan pasiennya, bersifat empati, tidak memvonis, hangat,dan manusiawi.

• Penyembuh non-Barat terlibat dalam upacara penyembuhan utama bertindak sama halnya seperti waktu ia mengobati penyakit fisik.

• (J. kennedy 1973)

Tujuan perawatanTujuan perawatan

• Tujuan perawatan dalam terapi Barat berkisar dari pengobatan simtomatik, dari hal-hal seperti gerakan-gerakan tick dan fobia sanpai “pembongkaran besar-besaran kepribadian pasien” (j. kennedy 1973;1174)

• Terapi Barat: reedukasi• Pasien didorong untuk mengembangkan suatu

pandangan baru tentang dirinya sendiri, dengan harga diri yang lebih besar, agar ia bebas dari rasa sakit subjectif, kekhawatiran dan stres, mungkin untuk mencapai kebebasan yang lebih besar dan dapat berfungsi lebih efektif lagi dalam masyarakat(ibid).

• Sebaliknya, ahli-ahli terapi non-Barat:• Sedikit sekali melakukan reedukasi,

memperkuat ego dan memperkuat kepribadian.• Lebih pragmatis dan dalam pendekatannya

bertujuan untuk mendapat hasil yang cepat, mengurangi dan menghapus gejala-gejala abnormal yang dibawa pasien kepadanya.

Perbandingan timbulnya penyakit jiwa dalam masyarakat yg berbeda

Perbandingan timbulnya penyakit jiwa dalam masyarakat yg berbeda

1. Mitos eksistensi “primitif” yang bebas stres

bahwa dalam masyarakat sederhana yang belum dirusak oleh peradaban manusia hidup dalam hub “alami” satu sama lain,yg ditandai oleh kasih syg, kerjasama dan gotong royong.

secara historis, memang benar masyarakat sederhana kurang mengalami stres karena peradaban, namun suatu dunia yg penuh dengan dewa2, dan hantu2 pembalas dendam, tukang sihir dan tukang tenung serta tetangga-tetangga yg marah dan kerabat yang iri tidak sedikit menimbulkan stres dibandingkan ketakutan yang ada pada kita.

Ketakutan, yang jelas merupakan stres, mungkin merupakan pengalaman yg umum dlm masyarakat tersebut dari pada stres dlm kehidupan modern

2. Variasi dalam pola-pola pokok tingkahlaku abnormal2. Variasi dalam pola-pola pokok tingkahlaku abnormal

• Pola tingkah laku abnormal yang di akui oleh psikiater Barat dapat ditemuka di seluruh dunia. Dan terdapat variasi dalam bentuk, frekuensi, distribusi & implikasi sosial dari tingkah laku.

• Usaha2 utk membandingkan tipe2 gangguan jiwa secara lintas budaya umumnya tidak berhasil.Disebabkan kesulitan pd tahapan penelitian utk memperkirakan gejala primer dari gejala sekunder. Gejala sekunder dianggap tergantung pd sosial & budaya pasien, maka psikiater didikan Barat kesulitan utk membedakan prioritas ats gejala2 tsb.

• Frekuensi gangguan jiwa dlm masyarakat non-Barat tidak terungkap dgn baik. Terutama krn tidk adanya metode yg tepat untuk memperoleh data yg sahih.

Penyakit Jiwa dan PerubahanPenyakit Jiwa dan Perubahan

Keadaan dimana terjadi sebuah perubahan terhadap lingkungan(tempat tinggal, area sosial) seseorang baik secara terpaksa maupun tidak terpaksa sehingga mengalami strees yang tidak dapat ditoleransi orang tersebut yang mengakibatkan patologi atau berbagai jenis penyakit.

Contoh: • Migrasi Penduduk Jepang ke Hawaii• Anak& Sistem Tradisi Keluarga tertutup

Gangguan Budaya KhususGangguan Budaya Khusus

• Histeria kutub utara ( Arctic hysteria ).- dikenal sbg “pibloktoq” oleh org eskimo. Para penderita pibloktoq : merobek” baju sendiri, meniru suara burung atau binatang lain, menjatuhkan diri ke tumpukan salju.

• Windigo- Suatu obsesi kanibalistik di kalangan masyarakat indian di amerika utara bagian timur laut. Windigo ini muncul pada musim dingin. Makhluk ini mendiami daerah berhutan lebat, dan daerah pegunungan.

• Running Amok- Pembunuhan yang membabi buta di antara kaum laki-laki malaysia.

• Latah- Suatu reaksi histeria yang bersifat meniru ucapan orang lain, hampir serupa dengan bentuk histeria kutub orang Siberia.

• Koro- Ketakutan terhadap akan mengkerut penisnya masuk dan menghilang ke dalam tubuhnya sehingga dirinya akan mati. sebagian besar terjadi pada pria. Hanya sebagian kecil kasus terjadi pada wanita, yang takut bagian tubuhnya seperti vulva dan puting payudara menyusut. Koro ditemukan di Cina dan Asia Selatan dan Timur.

• Susto- Suatu kondisi kecemasan-depresi yang dilukiskan di banyak daerah di Amerika Latin.

KesimpulanKesimpulan• Faktor fisiologis memainkan peranan yang

lebih besar dalam penyakit jiwa daripada anggapan semula. Bersamaan dengannya, kebudayaan jelas mempunyai peranan penting dalam pencetusan banyak penyakit jiwa, seperti kecenderungan fisiologi – keturunan maupun respon terhadapnya.

• Faktor keturunan, faktor fisiologis, dan faktor psikobudaya, semua menjalankan peranan dalam menjelaskan timbulnya penyakit jiwa.