evaluasi kemitraan dan analisis pendapatan usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian...

184
EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang) SKRIPSI AMELIA KARTIKA YUSTIARNI H34070041 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: leminh

Post on 14-Mar-2019

261 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI

BERSERTIFIKAT (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I

Sukamandi, Kabupaten Subang)

SKRIPSI

AMELIA KARTIKA YUSTIARNI H34070041

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

Page 2: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

RINGKASAN

AMELIA KARTIKA YUSTIARNI. “Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang)”. Di bawah bimbingan RACHMAT PAMBUDY. Indonesia merupakan negara terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk Indonesia terus meningkat dan pada tahun 2010 mencapai 237,56 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh peningkatan jumlah konsumsi beras, karena 95 persen penduduk Indonesia menkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Hal ini mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan produksi beras dengan meningkatkan produksi padi. Produksi padi dapat ditingkatkan melalui penggunaan benih padi bersertifikat. Salah satu perusahaan benih padi bersertifikat di Indonesia adalah PT. Sang Hyang Seri (PT.SHS). Dalam memproduksi benih padi, PT. SHS melakukan kerjasama dengan petani penangkar benih yang berada di daerah sekitar. PT. SHS melakukan program kemitraan penangkaran benih padi dengan petani sekitar untuk memenuhi kebutuhan produksi benih padinya. Program kemitraan disamping memberikan keuntungan bagi perusahaan, juga memberikan keuntungan bagi petani mitra, diantaranya mendapatkan kepastian pasar, mendapatkan harga jual benih yang lebih tinggi sehingga pendapatan mereka meningkat dan mendapatkan tambahan ilmu serta teknologi yang efisien dari perusahaan tersebut. Evaluasi kemitraan dapat dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra telah berjalan, sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang dihadapi selama pelaksanaan kemitraan. Dengan mengetahui permasalahannya, maka diharapkan dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kinerja kemitraan.

Selain mengevaluasi pelaksanaan kemitraan berdasarkan peraturan yang telah disepakati, kesuksesan dari pelaksanaan kemitraan dapat dicapai dengan mengetahui tingkat kepuasan petani terhadap jalannya kemitraan. Peningkatan pendapatan juga menjadi salah satu tolak ukur kesuksesan pelaksanaan kemitraan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani penangkar benih padi mitra, (2) Menganalisis tingkat kepuasan petani penangkar benih padi mitra terhadap jalannya kemitraan, dan (3) Menganalisis tingkat pendapatan petani penangkar benih yang melakukan kemitraan dengan PT. SHS bila dibandingkan dengan petani penangkar benih padi non mitra.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Subang, dimana petani mitra pada penelitian ini adalah petani penangkar benih padi yang melakukan kemitraan dengan PT. SHS Sukamandi, sedangkan petani non mitra adalah petani penangkar benih padi yang berada di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Petani penangkar benih pada penelitian ini adalah petani penangkar benih padi yang menghasilkan benih padi kelas benih sebar (BR). Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena PT. SHS merupakan salah satu produsen benih padi terbesar di Indonesia, dimana lokasi lahan penangkaran benih padi milik PT. SHS berada di Sukamandi, Kabupaten Subang. Untuk petani non

Page 3: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

iii  

mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih padi yang menghasilkan benih padi kelas benih sebar di Kabupaten Subang hanya berada di Kecamatan Subang. Pemilihan petani responden dilakukan secara purposive untuk petani mitra dan simple random sampling untuk petani non mitra dengan mengambil sampel masing-masing sebanyak 30 orang. Penelitian dilakukan untuk musim tanam 2010/2011.

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis keragaan usahatani penangkaran benih padi mitra dan non mitra serta mengevaluasi jalannya kemitraan antara petani penangkar benih padi dengan PT. SHS. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan serta menganalis tingkat pendapatan usahatani petani mitra bila dibandingkan dengan usahatani petani non mitra berdasarkan penerimaaan dan biaya usahatani. R/C rasio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani. Data yang diperoleh berasal dari kuisioner dan diolah menggunakan bantuan software komputer Microsoft Excel dan Minitab 14. Untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas digunakan SPSS 17,0.

Kemitraan yang terjalin antara PT. SHS dengan petani mitra termasuk ke dalam kemitraan inti plasma. Hasil analisis matriks evaluasi kemitraan menunjukkan bahwa terdapat enam poin kerjasama yang tidak memiliki kesesuaian antara kesepakatan kerjasama dengan realisasi. Poin-poin tersebut adalah penjualan hasil panen, penyediaan sarana produksi, kegiatan pembasmian tikus, respon terhadap keluhan, pengangkutan hasil panen dan pembayaran hasil panen. Walaupun begitu, kemitraan memberikan beberapa manfaat, diantaranya yaitu mendapatkan bantuan modal, mendapatkan jaminan pasar, meningkatkan pendapatan serta mendapatkan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta teknologi. Berdasarkan metode Importance Performance Analysis (IPA) dapat diketahui atribut-atribut yang berada pada prioritas utama adalah atribut harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, respon inti terhadap keluhan, penyediaan sarana transportasi untuk panen, harga beli hasil panen, serta ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Secara keseluruhan, berdasarkan metode Customer Satisfaction Index (CSI) petani mitra dinyatakan cukup puas, karena nilai CSI yang diperoleh adalah 62,08.

Dari analisis pendapatan usahatani penangkaran benih padi diketahui bahwa usahatani penangkaran benih padi pada petani mitra memberikan pendapatan atas biaya tunai dan biaya total yang lebih tinggi dibandingkan pada petani non mitra. R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total pada petani mitra yaitu 1,219 dan 1,120. Sedangkan R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total pada petani non mita yaitu 1,063 dan 1,024. Dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra memberikan keuntungan bagi petani mitra. Pelaksanaan kemitraan dapat diteruskan, terutama dengan adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

Page 4: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI

BERSERTIFIKAT (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I

Sukamandi, Kabupaten Subang)

AMELIA KARTIKA YUSTIARNI H34070041

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

Page 5: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

Judul Skripsi : Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani

Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan:

PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi,

Kabupaten Subang)

Nama : Amelia Kartika Yustiarni

NRP : H34070041

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS

NIP. 19591223 198903 1 002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus:

Page 6: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Evaluasi

Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi

Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I

Sukamandi, Kabupaten Subang)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar

pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2011

Amelia Kartika Yustiarni

H34070041

Page 7: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 11 Mei 1989. Penulis adalah

anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Rodip Sukarman, SH dan

Ibunda Ir. Dyah Mardiani Herdanaratri.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD N Kranji I Purwokerto

pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004

di SMP N I Purwokerto. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA N I

Purwokerto diselesaikan pada tahun 2007.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) pada tahun 2007.

Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus

Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis pada Departemen d’Prime

(Departemen of Public Relation and Information Media) periode tahun 2008-2009

dan sebagai kepala Departemen d’Prime (Departemen of Public Relation and

Information Media) pada periode tahun 2009-2010.

Page 8: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi

Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi

Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I

Sukamandi, Kabupaten Subang)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan

antara PT. Sang Hyang Seri RM I dengan petani penangkar benih padi mitra,

menganalisis tingkat kepuasan petani penangkar benih padi mitra terhadap

jalannya kemitraan selama ini, serta menganalisis tingkat pendapatan petani

penangkar benih padi mitra bila dibandingkan dengan petani penangkar benih

padi non mitra.

Namun demikian, sangatlah disadari bahwa masih terdapat kekurangan

dalam skripsi ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan

pada skripsi ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Desember 2011

Amelia Kartika Yustiarni

Page 9: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima

kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tuaku yang terhebat, papa Rodip Sukarman, SH, mama Ir. Dyah

Mardiani Herdanaratri dan adikku Bintang Wicaksono Ajie serta keluarga

tercinta untuk setiap dukungan, cinta, kasih dan doa yang diberikan. Semoga

ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

2. Dr. Ir. Rachmat Pambudy MS selaku dosen pembimbing skripsi atas

bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis

selama penyusunan skripsi ini.

3. Anita Primaswari W, SP. MSi selaku dosen penguji utama pada ujian sidang

penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran

demi perbaikan skripsi ini.

4. Yeka Hendra F, SP selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang

telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi

perbaikan skripsi ini.

5. Febriantina Dewi, SE. MM. MSc selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa Departemen

Agribisnis.

6. Seluruh staf pengajar, sekretariat Departemen Agribisnis, Komdik, Dekanat

FEM, perpustakaan FEM, perpustakaan LSI terutama Ibu Ida dan Mbak Dian

atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan,

penyusunan skripsi, seminar, dan sidang.

7. Ibu Elda D Adiningrat selaku Ketua Umum Asosiasi Benih Indonesia, Dr.

Nizwar Safaat selaku Direktur Litbang PT. Sang Hyang Seri, Bapak

Bachrudin SP, serta pihak PT. Sang Hyang Seri lainnya, atas waktu,

kesempatan, informasi, dukungan serta bantuannya selama ini. Terima kasih

untuk petani mitra PT. Sang Hyang Seri serta petani anggota kelompok tani

Katiga atas waktu dan ketersediaannya menjadi responden.

8. Teh Eka, Teh Bunga, dan Teh Rini, atas dukungan dan bantuannya selama

penulis menyelesaikan penelitian.

Page 10: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

x  

9. Abdul Ghofir, atas masukan, bantuan, dukungan, dan doa yang diberikan

selama penyusunan skripsi ini, serta waktu yang telah diluangkan untuk

menemani penulis menyelesaikan penelitian. Terima kasih untuk selalu

mendengarkan keluh kesah penulis dan menjadi tempat berbagi.

10. Anggriani Putri, Dini Amrilla Utomo, Indah Soekma, dan Anggie Millanisa,

atas masukan, bantuan, dukungan dan doa yang diberikan. Terima kasih atas

persahabatan yang indah.

11. Desi Natalis Singarimbun selaku pembahas seminar, Hata Madia K,

Oktiarachmi Budiningrum, Ardie Aryono, Adi Febrian, Pandu Aditama, Risa

Maya P, Citra Sari, Astri Yulita, Annisa Milky dan Febriandini Harvina S.

Terima kasih atas bantuan serta masukan-masukan yang diberikan selama

penulis menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan HIPMA khususnya d’Prime, Jauhar Samudera N,

Listia Nur Isma, Decy Ekaningtyas, Anindha Paramastri dan Jihan Kartika D.

Terima kasih atas persahabatan dan pengalaman berharga.

13. Tim Gladikarya Cileungsi, Hengky Agustian, Sri Lestari, Arini Ungki, dan

Ayu Triwidyaratih yang membuat penulis belajar akan banyak hal.

14. Teman-teman Agribisnis angkatan 44. Terima kasih untuk hari-hari yang

penuh kenangan, semangat, tawa dan optimisme.

15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas

bantuannya.

Bogor, Desember 2011

Amelia Kartika Yustiarni

Page 11: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xviii

I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 9 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................. 10 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 10

II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 12 2.1. Kemitraan ............................................................................. 12 2.1.1 Pola dan Aturan Kemitraan ........................................ 12 2.1.2 Manfaat dan Kendala dalam Kemitraan .................... 14 2.1.3 Evaluasi Kemitraan ..................................................... 15 2.2. Kepuasan Petani Terhadap Kemitraan ............................... 16 2.3. Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani ............ 17 2.4. PT. Sang Hyang Seri sebagai Produsen Benih Padi .......... 19 2.5. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya ........................ 21

III KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................... 23 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................. 23 3.1.1 Definisi Benih ........................................................... 23 3.1.2. Industri Benih .......................................................... 23 3.1.3. Penangkaran Benih .................................................. 25 3.1.4. Sertifikasi Benih ...................................................... 26 3.1.5. Sistem Perbenihan .................................................... 29 3.1.6. Konsep Kemitraan ................................................... 31 3.1.7. Konsep Kepuasan .................................................... 38 3.1.8. Analisis Pendapatan Usahatani ................................ 42 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................... 46

IV METODE PENELITIAN ............................................................ 50 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 50 4.2. Jenis dan Sumber Data ....................................................... 50 4.3. Teknik Penentuan Sampel ................................................. 51 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................. 51 4.4.1. Struktur Penerimaan dan Biaya Usahatani ............... 52 4.4.2. Pendapatan Usahatani ............................................... 53 4.4.3. Analisis R/C ............................................................. 53 4.4.4. Penilaian Tingkat Kepuasan .................................... 55 4.4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ....................... 55 4.4.4.2 Metode Importance Performance Analysis .. 57 4.4.4.3 Metode Customer Satisfaction Index ........... 60

Page 12: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

xii  

4.8. Definisi Operasional .......................................................... 62

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................... 63 5.1. Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri ............................ 63 5.3.1. Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri ..................... 63 5.3.2. Budaya Perusahaan .................................................. 64 5.3.3. Visi, Misi dan Motto Perusahaan ............................. 64 5.3.4. Struktur Organisasi Perusahaan ............................... 65 5.2. Gambaran Umum Kabupaten Subang ............................... 66 5.3. Karakteristik Petani Responden ......................................... 67 5.3.1. Umur Responden ..................................................... 67 5.3.2. Jenis Kelamin Responden ......................................... 68 5.3.3. Tingkat Pendidikan ................................................... 69 5.3.4. Pengalaman Usahatani Penangkaran Benih Padi ...... 69 5.3.5. Luas Lahan dan Status Kepemilikan ....................... 70

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI ..................................... 72

6.1. Gambaran Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Penangkar Benih ................................................................ 72 6.2. Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan ................................... 74 6.3. Surat Perjanjian Kerjasama ................................................ 76 6.4. Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan ...................................... 78 6.5. Kendala-kendala di Dalam Pelaksanaan Kemitraan ........... 84 6.6. Manfaat Kemitraan ............................................................. 85

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN ................................................ 88

7.1. Analisis Kepuasan Petani Mitra ......................................... 88 7.1.1. Tingkat Kesesuaian Atribut ..................................... 88 7.1.2. Importance Performance Analysis ............................ 90 7.1.3. Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Keseluruhan Pelayanan dalam Kemitraan ................................... 98

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA ................................................................... 100

8.1. Gambaran Usahatani Penangkaran Benih Padi ................. 100 8.1.1. Pengolahan Lahan .................................................... 102 8.1.2. Persemaian (Pembibitan) ......................................... 104 8.1.3. Penanaman ............................................................... 104 8.1.4. Pemeliharaan Tanaman ............................................ 105 8.1.5. Pemupukan ............................................................... 107 8.1.6. Penggunaan Obat-obatan ......................................... 109 8.1.7. Roguing (Seleksi) ..................................................... 110 8.1.8. Pemanenan ............................................................... 110 8.2. Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi .. 111 8.2.1. Penerimaan Usahatani .............................................. 111 8.2.2. Biaya Usahatani ........................................................ 113 8.2.3. Analisis Pendapatan Usahatani ................................ 125

Page 13: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

xiii  

8.2.4. Analisis Imbangan Terhadap Biaya (R/C Rasio) ..... 125

IX KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 129 9.1. Kesimpulan ........................................................................ 129 9.2. Saran .................................................................................. 131

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 133

LAMPIRAN .......................................................................................... 136

Page 14: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional 2005-2010 ............................ 1

2. Konversi Lahan Pertanian di Indonesia 1983-2003 ............................ 2

3. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia 2005-2011 ........................................................................................... 3

4. Kebutuhan Benih Padi Potensial dan Total Produksi Benih Padi (Ton) 2002-2008 .......................................................................... 4

5. Produksi Benih Padi Inbrida PT. Sang Hyang Seri 2007-2010 ........... 7

6. Luas Lahan Kerjasama dan Jumlah Penangkar Benih Padi Mitra Per Musim Tanam ...................................................................... 8

7. Standar Lapangan Kelas Benih Bersertifikat ....................................... 27

8. Standar Lapangan Kelas Benih Bersertifikat ....................................... 27

9. Kelas Benih dan Warna Label Benih Sertifikasi .................................. 28

10. Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio ................. 54

11. Atribut Pelayanan Kemitraan ............................................................... 56

12. Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Terhadap Kinerja .................................................................................. 57

13. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) ................................ 62

14. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Umur Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 68

15. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Jenis Kelamin Musim Tanam 2010/2011 ..................................................... 68

16. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan Musim Tanam 2010/2011 ................................................. 69

17. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pengalaman Menjadi Petani Penangkar Benih Padi Musim Tanam 2010/2011 ...... 70

18. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Musim Tanam 2010/2011 ........................................ 71

19. Status Kepemilikan Lahan Responden Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .......................................................... 71

20. Pembagian Areal Lahan PT. SHS Cabang Khusus Sukamandi Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 73

21. Pembagian Areal Lahan Kerjasama Musim Tanam 2010/2011........... 75

22. Manfaat Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Mitra .......... 85

23. Tingkat Kesesuaian Atribut Pada Responden Petani Mitra ................. 89

Page 15: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

xv  

24. Koordinat Atribut Kepuasan ................................................................ 90

25. Customer Satisfaction Index (CSI) ....................................................... 99

26. Alasan Petani Responden Melakukan Usahatani Penangkaran Benih Padi ............................................................................................ 101

27. Kegiatan Pengolahan Lahan Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 103

28. Kegiatan Penanaman Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 105

29. Kegiatan Penyulaman Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 106

30. Kegiatan Pengontrolan Tanaman Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .......................................................... 107

31. Kegiatan Pemupukan Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 107

32. Penggunaan Pupuk Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 108

33. Penggunaan Obat-obatan Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 109

34. Penerimaan Usahatani pada Petani Mitra dan Petani Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 112

35. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................. 114

36. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Mesin Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 ............................................ 115

37. Biaya Pemupukan Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 117

38. Biaya Pestisida Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 118

39. Biaya Pembuatan Pagar Plastik Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .......................................................... 120

40. Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................. 121

41. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................. 123

42. Struktur Biaya Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .............. 124

43. Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Penangkaran Benih padi Pada Petani Mitra dan Non Mitra ................ 126

Page 16: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

xvi  

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pola Kemitraan Inti Plasma .................................................................. 33

2. Pola Kemitraan Sub Kontrak ............................................................... 33

3. Pola Kemitraan Dagang Umum ........................................................... 34

4. Pola Kemitraan Keagenan .................................................................... 35

5. Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis ..................................... 35

6. Pola Kemitraan Sederhana (Pemula) ................................................... 36

7. Pola Kemitraan Tahap Madya .............................................................. 37

8. Pola Kemitraan Tahap Utama .............................................................. 37

9. Model Diskonfirmasi Harapan dari Kepuasan dan Ketidakpuasan ...................................................................................... 38

10. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................ 49

11. Diagram Kartesius Metode Importance Performance Analysis ........... 59

12. Peta Kabupaten Subang........................................................................ 66

13. Diagram Kartesius Hasil Perhitungan IPA .......................................... 92

Page 17: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 136

2. Atribut dan Indikator Kinerja Pelayanan Kemitraan ........................... 138

3. Matriks Evaluasi Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dan Petani Mitra Berdasarkan Kesepakatan Kerjasama ....................................... 141

4. Kendala-kendala Kemitraan Berdasarkan Kesepakatan Kerjasama ............................................................................................ 143

5. Kuisioner Penelitian Usahatani ........................................................... 145

6. Kuisioner Kepuasan Petani Mitra ....................................................... 157

7. Kuisioner Kemitraan untuk PT. Sang Hyang Seri .............................. 161

8. Surat Perjanjian Kerjasama ................................................................. 166

9. Peta Lahan dan Varietas PT. Sang Hyang Seri ................................... 167

Page 18: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat

setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di

Indonesia terus meningkat dan pada tahun 2010 mencapai 237.556.363 jiwa

penduduk (BPS 2010)1. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia diikuti oleh

peningkatan konsumsi beras nasional. Hampir 95 persen penduduk Indonesia

mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Hal ini disebabkan oleh

ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras. Selama program

diversifikasi belum berjalan dengan optimal, maka permintaan terhadap beras

akan terus meningkat. Perkembangan produksi beras dan konsumsi beras tahun

2005-2010, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, 2005-2010

Tahun Produksi Beras

(Juta Ton) Konsumsi Beras

(Juta Ton)* Impor

(Juta Ton) 2005 34,96 35,74 0,54 2006 35,30 35,90 2,00 2007 37,00 36,35 0,35 2008 38,31 37,10 0,25 2009 36,37 38,00 1,15 2010 38,00 38,55 0,95

Sumber : BPS2 dan *USDA3, 2011 (diolah) Peningkatan konsumsi beras ternyata tidak diimbangi oleh peningkatan

produksi beras. Pada tahun 2009 terjadi penurunan produksi beras sebesar 1,94

juta ton dibanding tahun 2008. Hal ini mempengaruhi jumlah impor beras ke

Indonesia. Peningkatan produksi beras dapat dilakukan melalui perluasan lahan

pertanian dan peningkatan kualitas tanaman padi. Namun cara pertama memiliki

banyak halangan, mengingat setiap tahunnya lahan subur semakin berkurang

karena adanya alih fungsi (konversi) lahan pertanian untuk keperluan non

                                                            1 http://bps.go.id/ [28 Oktober 2010] 2 http://bps.go.id/ [18 Oktober 2011] 3 http://www.usda.gov/ [15 November 2011] 

Page 19: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

2  

pertanian, terutama di daerah Jawa, seperti pembuatan daerah industri, daerah

perkantoran, daerah wisata dan daerah pemukiman. Berdasarkan Sensus Pertanian

(SP) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik selama 10 tahun sekali yaitu tahun

1973, 1983, 1993 dan 2003 diketahui bahwa selama periode 1983-1993 konversi

lahan pertanian mencapai 1.280.268 hektar dan sebagian besar terjadi di Jawa.

Selama periode berikutnya yaitu tahun 1993-2003 besaran konversi lahan yang

terjadi adalah 1.264.109 hektar dan sebagian besar terjadi di Sumatera. Konversi

lahan pertanian di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Konversi Lahan Pertanian di Indonesia, 1983-2003

Wilayah Total Lahan Pertanian (ha) Konversi Lahan (ha)

SP 19831) SP 19932) SP 20033) 1983-1993 1993-2003 Jawa 5.422.449 4.407.029 4.019.887 -1.015.420 -387.142 Bali & Nusa Tenggara

1.208.164 1.060.218 1.095.551 -147.946 +35.333

Sumatera 5.668.811 5.416.601 4.249.706 -252.210 -1.166.895 Sulawesi 1.637.811 1.772.444 2.184.508 +134.693 +412.064 Kalimantan 2.222.153 2.191.596 2.096.230 -30.557 -95.366 Maluku 378.662 400.339 351.970 +21.717 -48.369 Irian Jaya 166.322 175.777 142.043 +9.455 -33.734 INDONESIA 16.704.272 15.424.004 14.139.895 -1.280.268 -1.284.109

Sumber: Badan Pusat Statistik, dalam Lokollo et al. 2007 (diolah) 1)Sensus Pertanian Seri J3, 1983 2)Sensus Pertanian Seri J3, 1993 3)Sensus Pertanian Seri A3, 2003 Selama kurun waktu 1983-2003, luas areal pertanian di Jawa mengalami

pengurangan sebanyak 1.402.562 hektar atau sekitar 70.128,1 hektar per tahun

dan terus menurun setiap tahunnya. Luas areal pertanian tersebut termasuk di

dalamnya luas lahan tanaman padi. Pada tahun 2008 luas lahan padi nasional

diketahui seluas 12,66 juta hektar. Penurunan luas lahan pertanian berpengaruh

terhadap penurunan produksi pertanian termasuk padi. Untuk itulah perlu

dilakukan usaha peningkatan produksi melalui peningkatan kualitas tanaman padi

seperti pengembangan varietas dan penggunaan benih bersertifikat. Luas panen,

produktivitas dan produksi padi di Indonesia tahun 2005-2010 dapat dilihat pada

Tabel 3.

Page 20: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

3  

Tabel 3. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Padi di Indonesia 2005-2011

Tahun Luas Panen (Ha)

Produktivitas (ku/Ha)

Produksi (ton)

Pertumbuhan Produksi (%)

2005 11 839 060 45,74 54 151 097 - 2006 11 786 430 46,20 54 454 937 0,561 2007 12 147 637 47,05 57 157 435 4,963 2008 12 327 425 48,94 60 325 925 5,543 2009 12 883 576 49,99 64 398 890 6,752 2010 13 253 450 50,15 66 469 394 3,215 2011 13 224 379 49,44 65 385 183 -1,631

Sumber: BPS (2011)4 Keterangan : Data Tahun 2011 adalah Angka Ramalan III

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa telah terjadi peningkatan produksi

padi selama periode tahun 2005-2010. Walaupun telah terjadi penurunan

produktivitas padi pada tahun 2011, namun tidak dapat dipungkiri bahwa

Indonesia terus berusaha memenuhi permintaan padi dalam negeri. Kenaikan

produksi padi dalam lima tahun terakhir tidak terlepas dari semakin banyaknya

penggunaan benih padi bersertifikat oleh petani. Produksi benih padi di Indonesia

terdiri dari benih bersertifikat dan benih tidak bersertifkat berlabel merah jambu.

Sejak tahun 2008, produksi benih label merah jambu dihentikan karena mutunya

yang kurang baik. Benih bersertifikat adalah benih yang pada proses produksinya

diterapkan cara dan persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan sertifikasi benih

(Kartasapoetra 1992). Benih yang memenuhi standar mutu ditandai dengan Label

Benih Bersertifikat. Proses penangkaran benih bersertifikat diawasi oleh Balai

Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB).

Perbedaan antara benih bersertifikat dengan benih tidak bersertifikat

terletak pada proses sertifikasi, dimana benih bersertifikat diproses dan dipelihara

sedemikian rupa sehingga tingkat kemurnian varietas dapat terpelihara dan

memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan serta telah disertifikasi oleh BPSB.

Sedangkan benih tidak bersertifikat merupakan benih dari varietas lokal atau dari

hasil penangkaran sendiri yang telah dipilih dan dianggap memenuhi syarat untuk

dijadikan benih padi oleh petani tanpa melalui proses pengawasan dan sertifikasi

dari BPSB. Volume produksi benih padi dapat dilihat pada Tabel 4.

                                                            4 http://www.bps.go.id [20 Desember 2011] 

Page 21: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

4  

Tabel 4. Kebutuhan Benih Padi Potensial dan Total Produksi Benih Padi (Ton) Tahun 2002-2008

No Tahun Kebutuhan Benih

Potensial (Ton) Produksi Benih Total

(Ton) 1 2002 296.397 113.634 2 2003 295.808 114.540 3 2004 312.978 119.482 4 2005 310.246 120.375 5 2006 317.053 121.412 6 2007 N 147.524 7 2008 360.000 181.400

Sumber : Deptan, 2010 (diolah) Keterangan: N = Data tidak tersedia

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kebutuhan benih potensial terus

meningkat setiap tahunnya. Peningkatan kebutuhan benih potensial diikuti oleh

produksi benih total. Penggunaan benih padi bersertifikat oleh petani pada tahun

2006 diketahui sebanyak 39 persen dari total benih yang dibutuhkan atau sekitar

120.000 ton. Pada tahun 2007, penggunaan benih bersertifikat adalah sebesar 49

persen atau sekitar 148.000 ton. Penggunaan benih bersertifikat terus meningkat

setiap tahunnya, dimana pada tahun 2008 mencapai 53,20 persen dan pada tahun

2009 penggunaan benih bersertifikat mencapai 62,8 persen dari total kebutuhan

benih nasional (Deptan 2010)5. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa

penggunaan benih bersertifikat oleh petani setara dengan produksi benih

bersertifikat nasional sehingga produksi benih harus ditingkatkan.

Penggunaan benih padi bersertifikat mendatangkan banyak keuntungan

diantaranya meningkatkan produksi per satuan luas dan satuan waktu serta

meningkatkan mutu hasil, yang nantinya akan berpengaruh terhadap peningkatan

pendapatan petani. Penggunaan benih padi bersertifikat memberikan produktivitas

yang tinggi dikarenakan benih padi bersertifikat disiapkan dengan perlakuan

khusus, seperti persiapan lahan yang baik, penggunaan benih unggul,

pemeliharaan tanaman padi dengan baik dan terkontrol, waktu dan pelaksanaan

panen yang tepat, pengepakan yang rapi menggunakan pembungkus benih yang

memenuhi standar, serta penyimpanan dan pendistribusian yang baik. Perlakuan-

perlakuan tersebut menghasilkan benih padi yang baik dengan daya tumbuh di                                                             5 http://cybex.deptan.go.id/  [28 Oktober 2010] 

Page 22: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

5  

atas 80 persen, varietas yang homogen, pertumbuhan tanaman yang serentak dan

benih padi yang disiapkan terhindar dari gangguan hama penyakit karena

diperlukan perlakuan khusus untuk memproduksi benih padi bersertifikat (Deptan

2010).

Kegiatan penangkaran benih bersertifikat merupakan kegiatan yang harus

dilakukan secara terprogram, terarah, terpadu dan berkesinambungan mulai dari

hulu hingga hilir, yaitu mulai dari aspek penelitian untuk menghasilkan varietas

unggul yang baru, pelepasan varietas, perencanaan perbanyakan benih, sertifikasi,

pemasaran, hingga pengawasan pemasaran. Kegiatan tersebut melibatkan institusi

pemerintah, pengawas, penelitian dan pengembangan, produsen maupun

pedagang benih.

Di Indonesia, usaha penangkaran benih padi bersertifikat dilakukan oleh

BUMN, swasta, maupun kelompok tani penangkar benih. Usaha penangkaran

benih padi terutama varietas unggul akan meningkatkan pendapatan petani

penangkar benih. Dengan memproduksi benih padi varietas unggul bersertifikat

berarti harga jual yang diterima oleh petani penangkar lebih tinggi jika

dibandingkan dengan padi konsumsi. Selain itu, penangkaran benih bertujuan

untuk menjaga ketersediaan benih di musim tanam dan meningkatkan kesadaran

petani untuk menggunakan benih padi varietas unggul bersertifikat. Petani

penangkar benih padi tersebar di seluruh Indonesia. Umumnya para petani

penangkar benih padi melakukan penangkaran benih di lahan usahataninya

sendiri, dimana lahannya memenuhi syarat untuk dijadikan penangkaran benih

padi bersertifikat.

PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan salah satu produsen benih

padi yang telah berkembang di Indonesia dan merupakan penyumbang terbesar

bagi pemenuhan kebutuhan benih bersertifikat nasional. PT. SHS didirikan oleh

pemerintah pada tahun 1971 dengan status semi-swasta sebagai Badan Usaha

Milik Negara (BUMN), untuk mendampingi balai-balai benih dalam

memproduksi benih. Salah satu lokasi penangkaran benih padi PT. SHS terletak di

Sukamandi, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Ciri utama benih padi produksi PT.

SHS adalah berlabel sertifikasi.

Page 23: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

6  

Dalam memproduksi benih padi bersertifikat, PT. SHS bermitra dengan

para petani penangkar yang berada di daerah sekitar. Program kemitraan ini

tentunya sangat diharapkan oleh petani untuk memberikan manfaat yang lebih

dibandingkan dengan melakukan penangkaran sendiri. Untuk itu perlu dikaji

mengenai pelaksanaan kemitraan, tingkat kepuasan petani mitra serta tingkat

pendapatan petani mitra, agar diketahui apakah pelaksanaan kemitraan antara PT.

SHS dengan petani mitra telah sesuai dengan kesepakatan yang ditentukan dan

memberikan keuntungan lebih bila dibandingkan dengan tidak melakukan

kemitraan.

1.2 Perumusan Masalah

PT. SHS melakukan program kemitraan penangkaran benih padi dengan

petani sekitar untuk memenuhi kebutuhan produksi benih padinya. Selain

kemitraan, dalam memproduksi benih padi bersertifikat PT. SHS melakukan

sistem swakelola, dimana perusahaan mengelola lahan sendiri untuk

menghasilkan benih padi. Terdapat dua bentuk kemitraan antara petani dengan

PT. SHS, yaitu Kemitraan Kerjasama Dalam dan Kemitraan Kerjasama Luar.

Kerjasama Dalam merupakan kemitraan dengan sistem inti plasma dimana PT.

SHS menyewakan lahan kepada petani di sekitar wilayah PT. SHS dengan sistem

bagi hasil dan petani diwajibkan untuk melakukan budidaya sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan Kerjasama Luar

merupakan sistem kemitraan yang terjalin antara PT. SHS dengan Kelompok Tani

atau Gapoktan di luar daerah PT. SHS dimana PT. SHS membeli hasil panen

Poktan atau Gapoktan tersebut. Kontrak kerjasama luar terjalin ketika produksi

PT. SHS tidak memenuhi target.

Produksi benih padi PT. SHS terdiri dari produksi benih inbrida dan benih

hibrida. Kelas benih inbrida yang dihasilkan oleh PT. SHS dengan sistem

Kemitraan baik Kerjasama Dalam maupun Kerjasama Luar adalah kelas Benih

Sebar (BR). Produksi benih inbrida PT. SHS selama empat tahun terakhir dapat

dilihat pada Tabel 5.

Page 24: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

7  

Tabel 5. Produksi Benih Padi Inbrida PT. Sang Hyang Seri Tahun 2007-2010

Kegiatan Tahun 2007 2008 2009 2010

INBRIDA 1. Kerjasama Dalam

‐ Luas Panen (ha) ‐ Produksi GKP (kg) ‐ Produktivitas (kg/ha)

4.817,32

14.302.384 2.968,95

5.438,89

20.393.803 3.749,63

4.304,32

15.021.988 3.489,98

2.971,90 7.341.130 2.470,18

2. Swakelola ‐ Luas Panen (ha) ‐ ProduksiGKP (kg) ‐ Produktivitas (kg/ha)

1.462,32

5.619.845 3.843,10

1.673,92 6.609.710 3.948,64

1.107,33 3.850.594 3.477,37

845,85

3.709.735 4.385,81

3. Kerjasama Luar ‐ Luas Panen (ha) ‐ Produksi GKP (kg) ‐ Produktivitas (kg/ha)

110,57 81.396 736,15

- - -

- - -

- - -

Sumber: PT. Sang Hyang Seri, 2011

Penurunan luas lahan panen serta produksi benih padi pada tahun 2010

disebabkan adanya serangan hama wereng. Selama dua musim tanam, yaitu

musim tanam 2009/2010 dan musim tanam 2010, banyak petani mitra yang tidak

dapat melakukan panen, karena tanaman padinya yang rusak. PT. SHS sebagai

perusahaan inti memberikan keringanan dengan tidak menarik sewa lahan dalam

bentuk bagi hasil pada dua musim tanam tersebut. Petani dapat membayar bagi

hasil pada musim tanam 2010/2011 secara bertahap. Disinilah peranan perusahaan

inti sebagai perusahaan mitra yang membantu petani mitra. Walaupun pada

peraturan tidak tertulis disepakati bahwa risiko budidaya ditanggung oleh petani

mitra, namun apabila kegagalan panen disebabkan oleh iklim, cuaca, ataupun

serangan hama, maka risiko ditanggung bersama.

Kegagalan panen yang dialami petani pada musim tanam 2009/2010

menyebabkan turunnya jumlah petani penangkar benih mitra pada musim tanam

2010 dari 1482 petani menjadi 1184 petani. Namun pada musim tanam

selanjutnya, yaitu musim tanam 2010/2011 jumlah petani mitra kembali

meningkat menjadi 1490 petani mitra. Jumlah petani penangkar benih padi mitra

dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 25: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

8  

Tabel 6. Luas Lahan Kerjasama dan Jumlah Penangkar Benih Padi Mitra Per Musim Tanam

No Musim Tanam Luas Lahan (ha) Jumlah Petani (Orang) 1 2008/2009 2240,87 1470 2 2009 2275,76 1491 3 2009/2010 2274,60 1482 4 2010 1832,42 1184 5 2010/2011 2283,15 1490

Sumber: PT. Sang Hyang Seri, 2011

Dengan adanya kemitraan, petani penangkar benih berharap mendapatkan

manfaat seperti adanya jaminan pasar, mendapatkan harga jual benih yang lebih

tinggi sehingga pendapatan mereka meningkat dan mendapatkan tambahan ilmu

serta teknologi yang efisien dari perusahaan tersebut. Sebelum menjalin kemitraan

dengan dengan PT. SHS, sebagian besar petani merupakan buruh tani yang

bekerja untuk orang lain. PT. SHS menawarkan kerjasama dengan menyediakan

lahan dengan sistem bagi hasil. Selain itu, sebelumnya para petani ini tidak pernah

melakukan usahatani penangkaran benih padi. Pelaksanaan kemitraan ini secara

tidak langsung juga membantu dalam peningkatan jumlah petani penangkar benih

padi bersertifikat.

Walaupun demikian, masih terdapat banyak masalah di dalam pelaksanaan

kemitraan, karena masih terdapat banyak penyimpangan dalam menjalankan

peraturan yang telah disepakati kedua belah pihak. Penyimpangan dari pihak

petani terkait dengan kedisiplinan petani dalam mematuhi peraturan, seperti

penjualan hasil panen dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang tidak dipatuhi oleh

petani. Sedangkan penyimpangan dari pihak PT. SHS terutama terkait dengan

pembayaran hasil panen yang tidak tepat waktu, serta penyimpangan-

penyimpangan lainnya yang mempengaruhi kepuasan petani terhadap jalannya

kemitraan.

Evaluasi kemitraan dapat dilakukan untuk melihat sejauh mana

pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra telah berjalan,

sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang dihadapi selama pelaksanaan

kemitraan. Dengan mengetahui permasalahannya, maka diharapkan dapat

dilakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kinerja kemitraan. Selain

Page 26: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

9  

mengevaluasi pelaksanaan kemitraan berdasarkan peraturan yang telah disepakati,

kesuksesan dari pelaksanaan kemitraan dapat dicapai dengan mengetahui tingkat

kepuasan petani terhadap jalannya kemitraan. Kemitraan dianggap sukses apabila

petani mitra merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PT. SHS sebagai

perusahaan inti serta masing-masing pihak telah menjalankan perannya masing-

masing sesuai dengan peraturan. Peningkatan pendapatan juga menjadi salah satu

tolak ukur kesuksesan pelaksanaan kemitraan. Karena dengan adanya kemitraan,

petani mengharapkan beberapa manfaat, salah satunya adalah adanya peningkatan

dalam pendapatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1) Bagaimanakah pelaksanaan kemitraan antara PT. Sang Hyang Seri dengan

petani penangkar benih padi mitra?

2) Bagaimanakan tingkat kepuasan petani penangkar benih padi mitra terhadap

jalannya kemitraan selama ini?

3) Bagaimanakah tingkat pendapatan petani penangkar benih padi yang

melakukan kemitraaan dengan PT Sang Hyang Seri bila dibandingkan dengan

petani penangkar benih padi non mitra?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

tujuan dari penelitian ini antara lain :

1) Mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan antara PT. Sang Hyang Seri dengan

petani penangkar benih padi mitra.

2) Menganalisis tingkat kepuasan petani penangkar benih padi mitra terhadap

jalannya kemitraan selama ini.

3) Menganalisis tingkat pendapatan petani penangkar benih padi yang melakukan

kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri bila dibandingkan dengan petani

penangkar benih padi non mitra.

Page 27: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

10  

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Bagi Penangkar Benih Padi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai

manfaat dari sertifikasi benih terutama benih padi dan dapat memotivasi petani

untuk menghasilkan benih padi bersertifikat. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai manfaat yang dapat

diperoleh jika petani penangkar benih melakukan kemitraan yang ideal dengan

perusahaan produsen benih.

2) Bagi PT. SHS

Penelitian ini diharapkan menjadi evaluasi bagi pelaksanaan kemitraan yang

dilakukan perusahaan serta memberikan informasi yang membantu dalam

penetapan kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan kemitraan

yang dilakukan dengan petani penangkar benih padi.

3) Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam

menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pembinaan kelembagaan petani,

pengembangan kemitraan, serta kebijakan yang berhubungan dengan

pengembangan industri benih di Indonesia.

4) Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi untuk penelitian

selanjutnya maupun penelitian yang terkait.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lingkup regional yaitu di Kabupaten Subang,

dengan benih padi sebagai komoditi yang akan diteliti. Petani yang dijadikan

contoh dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu petani mitra dan petani non

mitra. Petani mitra yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah petani

yang melakukan kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional I

Sukamandi. Sedangkan petani non mitra adalah petani penangkar benih yang

berasal dari Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi ini

Page 28: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

11  

dilakukan karena responden dalam penelitian ini dikhususkan pada penangkar

benih padi bersertifikat kelas Benih Sebar, dimana untuk wilayah Kabupaten

Subang kelompok tani yang memproduksi benih padi bersertifikat kelas benih

sebar berada pada daerah tersebut.

Analisis kajian dibatasi untuk melihat perbandingan tingkat pendapatan

usahatani penangkaran benih padi pada petani mitra dan petani non mitra,

mengevaluasi mekanisme kemitraan yang diterapkan oleh PT. SHS serta melihat

tingkat kepuasan petani penangkar benih terhadap jalannya kemitraan. Pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis pendapatan usahatani

berdasarkan penerimaaan dan biaya usahatani, analisis R/C rasio untuk melihat

tingkat efisiensi usahatani penangkar benih padi serta metode Importance

Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk melihat

kinerja atribut kepuasan kemitraan serta tingkat kepuasan petani mitra terhadap

jalannya kemitraan secara keseluruhan.

Page 29: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemitraan

2.1.1 Pola dan Aturan Kemitraan

Bentuk serta pola kemitraan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di

Indonesia bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan tersebut. Pada

penelitian Damayanti (2009) yang berjudul “Kajian Keberhasilan Pelaksanaan

Kemitraan dalam Meningkatkan Pendapatan Antara Petani Semangka di

Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dengan CV Bimandiri” diketahui bahwa jenis

kontrak kemitraan yang terjalin antara CV Bimandiri dengan petani semangka ini

adalah kontrak harga, dimana perusahaan menerapkan harga flat atau harga datar.

Kemitraan yang berlangsung antara kedua belah pihak tidak dalam bentuk

pemberian modal. CV Bimandiri hanya memberikan bantuan suplai bibit

semangka serta pembinaan petani dalam hal budidaya, pengendalian hama serta

menjamin pasar dari semangka Baby Black yang dihasilkan oleh petani.

Aturan kemitraan yang diterapkan perusahaan ini dirumuskan ke dalam

memo kesepakatan dimana di dalamnya telah dirumuskan hak dan kewajiban CV

Bimandiri sebagai perusahaan mitra serta hak dan kewajiban petani mitra. Hak

petani mitra antara lain adalah mendapatkan harga jual sesuai dengan yang

disepakati serta mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari perusahaan.

Sedangkan kewajiban petani mitra adalah menanam semangka sesuai dengan

jumlah dan kriteria yang ditetapkan perusahaan.

Pola kemitraan lainnya diantaranya adalah kemitraan yang terjalin antara

perusahaan agribisnis peternakan Rudi Jaya PS dengan peternak plasma ayam

broiler di Kecamatan Sawangan kota Depok yang diidentifikasi oleh Firwiyanto

(2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pendapatan dan Tingkat

Kepuasan Peternak terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler. Pola

kemitraan yang dikembangkan oleh perusahaan tersebut adalah kemitraan inti

plasma yang terdiri dari dua model, yaitu kemitraan sistem bagi hasil dan sistem

kontrak. Pada sistem bagi hasil, aturan pembagiannya adalah 50 persen-50 persen,

sedangkan pada sistem kontrak aturan pembagiannya adalah 25 persen untuk

peternak dan 75 persen untuk perusahaan.

Page 30: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

13  

Sistem kemitraan yang diterapkan Rudi Jaya SP berdasarkan rasa saling

percaya, tanpa ada perjanjian kontrak secara tertulis. Peternak hanya disyaratkan

menyediakan kandang, baik kandang milik sendiri ataupun kandang sewa, serta

semua peralatan kandang. Sedangkan perusahaan menyediakan seluruh input yang

dibutuhkan oleh peternak dalam proses budidaya ayam broiler, seperti DOC,

pakan dan obat-obatan.

Sistem kemitraan inti plasma juga diidentifikasi oleh Lestari (2009) dalam

penelitiannya mengenai Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternakan

Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada PT X di

Yogyakarta. Pola Kemitraan yang dijalankan oleh PT X merupakan kemitraan

tertutup dimana pihak peternak plasma tidak diperbolehkan menjual hasil panen

atau memasok sarana produksi ternak dari pihak selain PT X. Kontrak kemitraan

PT X dengan peternak plasma ayam broiler terdiri dari kontrak perjanjian

kerjasama, kontrak harga sapronak dan kontrak harga panen.

Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) diterapkan oleh

PT Sierad Produce. Deshinta (2006) dalam penelitiannya mengenai Peranan

Kemitraan terhadap Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Broiler

mengidentifikasi bahwa kerjasama kemitraan diatur dalam dokumen tertulis yang

disebut surat kesepakatan. Kesepakatan dalam kontrak maupun surat perjanjian

haruslah dipatuhi dan dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Deshinta (2006)

dalam penelitiannya mengidentifikasi bahwa apabila dalam kesepakatan antara PT

Sierad Produce dengan peternak mitra terjadi perselisihan maka akan ditempuh

dengan jalan musyawarah. Apabila peternak menimbulkan kerugian, maka akan

dikenakan sanksi yang sesuai dengan kesepakatan.

Kemitraan yang terjalin antara PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) dengan

petani penangkar benih padi mitra merupakan kemitraan inti plasma dimana PT.

SHS menyediakan lahan, sarana produksi, bantuan biaya panen serta memberikan

pembinaan kepada petani plasma sementara petani menyediakan tenaga kerja dan

melakukan kegiatan budidaya. Kemitraan ditandai dengan penandatanganan Surat

Perjanjian Kerjasama (SPK) yang berisi kesepakatan yang harus ditaati oleh

kedua belah pihak. Selain melalui SPK, kemitraan antara PT. SHS dengan petani

penangkar benih mitra diatur dalam peraturan tidak tertulis yang telah disepakati

Page 31: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

14  

bersama. Pelanggaran terhadap kesepakatan yang dilakukan oleh petani mitra

akan dikenakan sanksi dimana petani bersedia dikeluarkan dari kemitraan.

2.1.2 Manfaat dan Kendala dalam Kemitraan

Pelaksanaan kemitraan memberikan manfaat bagi perusahaan mitra

maupun petani mitra yang melaksanakannya. Pada kasus kemitraan yang

dilaksanakan oleh perusahaan CV Bimandiri dalam penelitian Damayanti (2009),

manfaat yang diperoleh perusahaan adalah ketersediaan produk sesuai dengan

kriteria yang diterapkan secara kontinyu, sehingga kebutuhan akan produk untuk

pasar terpenuhi. Selain itu, CV Bimandiri juga mendapatkan nilai lebih dari

pelanggan karena dapat menyediakan produk yang berkualitas dan kontinyu

sehingga permintaan dari pelanggan terus meningkat. Sedangkan manfaat yang

diperoleh petani mitra diantaranya adalah mendapatkan bimbingan teknis oleh tim

penyuluh dari CV Bimandiri mengenai cara-cara bercocok tanam semangka yang

baik, cara penanggulangan hama dan informasi-informasi pertanian, sehingga

petani beranjak menjadi petani yang maju dan berwawasan, sehingga dapat

menghasilkan produk yang baik dan berkualitas. Manfaat yang paling utama

didapat oleh petani adalah adanya jaminan pasar yang pasti.

Pelaksanaan kemitraan tidak terlepas dari kendala-kendala. Kendala yang

dihadapi oleh CV Bimandiri dalam melaksanakan kemitraan adalah kegagalan

panen akibat kondisi cuaca yang tidak menentu, serta keterbatasan modal petani.

Hal ini disebabkan tidak adanya bantuan oleh CV Bimandiri dalam bentuk modal.

Kendala utama yang dihadapi adalah munculnya pesaing baru semangka Baby

Black.

Pada kasus PT. Garudafood yang diidentifikasi oleh Aryani (2009)

mengenai Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang

Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur,

kemitraan memberikan manfaat bagi perusahaan maupun petani mitra. Manfaat

yang diperoleh perusahaan adalah dapat memenuhi kebutuhan bahan baku.

Sedangkan manfaat yang diperoleh petani mitra adalah adanya jaminan pasar

untuk hasil produksi kacang tanahnya, adanya kepastian harga, meningkatkan

pendapatan petani, dan menambah pengetahuan petani mengenai budidaya

Page 32: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

15  

melalui pembinaan. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kemitraan di

antaranya adalah masih adanya petani mitra yang menjual hasil produksinya ke

perusahaan lain, penggunaan pupuk yang tidak sesuai anjuran, panen lebih awal

dari yang dianjurkan, serta PT. Garudafood yang juga membeli kacang tanah dari

petani non mitra dengan harga yang sama dari petani mitra. Manfaat lain dari

kemitraan yang diidentifikasi oleh Deshinta (2006) terutama bagi peternak antara

lain adalah mendapatkan pinjaman sapronak, menambah ilmu dan pengetahuan,

pemasaran hasil panen, serta adanya kontrol dari perusahaan dan bimbingan

teknis mengenai budidaya.

Pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani penangkar benih

mitra memberikan manfaat baik bagi perusahaaan maupun bagi petani mitra.

Walaupun demikian, pelaksanaan kemitraan juga menghadapi berbagai macam

kendala dan permasalahan terutama mengenai pembayaran hasil panen dan

penjualan hasil panen yang menyimpang dari kesepakatan kerjasama yang telah

ditentukan sebelumnya.

2.1.3 Evaluasi Kemitraan

Evaluasi kemitraan dilakukan dengan melihat kesesuaian antara ketentuan

dan realisasi dari atribut yang digunakan dalam penelitian. Dengan adanya

evaluasi diharapkan dapat dilihat sejauh mana kedua belah pihak telah

menjalankan hak dan kewajibannya. Prastiwi (2010) mengidentifikasi bahwa

berdasarkan hasil analisis matriks evaluasi kemiitraan diketahui bahwa sebagian

besar atribut kemitraan yang dianalisis pada PT Galih Estetika tidak memiliki

kesesuaian antara ketentuan dengan realisasi. Dari sepuluh atribut yang dianalisis,

enam atribut memiliki ketidaksesuaian antara ketentuan dengan realisasi.

Hasil penelitian Aryani (2009) menunjukkan bahwa pihak PT Garudafood

maupun petani mitra berusaha untuk menjalankan kewajibannya sebaik mungkin

sesuai dengan surat perjanjian kerjasama. Dari ketujuh belas atribut, hanya

terdapat tiga atribut yang masih tidak sesuai dengan ketentuan. Melalui

penelitiannya, Deshinta (2006) menilai pelaksanaan kemitraan antara PT. Sierad

Produce dengan peternak ayam broiler telah berjalan dengan baik, karena dari dua

Page 33: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

16  

belas atribut yang tercantum dalam kesepakatan hak dan kewajiban terdapat tiga

aspek yang pelaksanaannya masih belum sesuai.

Dalam mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan

petani penangkar benih padi mitra dilakukan dengan melihat kesesuaian antara

realisasi pelaksanaan kemitraan dengan kesepakatan kerjasama. Kesepakatan

kerjasama dalam penelitian ini merupakan kesepakatan yang tertulis dalam SPK

serta kesepakatan tidak tertulis yang telah ditentukan sebelumnya. Kesepakatan

kerjasama dirumuskan ke dalam enam belas atribut evaluasi kemitraan.

Berdasarkan keenam belas atribut tersebut dianalisis permasalahan yang terjadi di

dalam kemitraan. Selain itu, dengan melihat tanggapan masing-masing pelaku

terhadap pelaksanaan kemitraan dapat diketahui manfaat yang diperoleh dari

pelaksanaan kemitraan tersebut.

2.2 Kepuasan Petani terhadap Kemitraan

Dalam pelaksanaan kemitraan perlu pula dikaji tingkat kepuasan petani

mitra. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kemitraan dilihat dari

sisi konsumen produk kemitraan, yaitu petani mitra. Firwiyanto (2008) melakukan

penelitian mengenai tingkat kepuasan peternak terhadap kemitraan ayam broiler.

Perhitungan dilakukan untuk menemukan indeks tingkat kepuasan peternak

terhadap pelayanan sarana produksi, pelayanan teknis budidaya dan pelayanan

pasca panen dengan penentuan bobot berdasarkan metode Importance

Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Melalui

analisis IPA diketahui atribut dari kemitraan yang berada pada kuadran I, dimana

atribut tersebut tingkat kinerjanya belum optimal dan harus menjadi prioritas

untuk ditingkatkan. Disamping itu, kinerja atribut pada kuadran II harus tetap

dipertahankan, dan meningkatkan kinerja atribut kuadran III setelah perbaikan

kinerja atribut kuadran I. Secara keseluruhan peternak mitra merasa puas terhadap

kinerja atribut kemitraan yang dilaksanakan oleh perusahaan inti. Hal ini dilihat

dari nilai CSI sebesar 0,74 atau 74 persen.

Penelitian lain yang mengukur kepuasan petani mitra menggunakan

metode IPA dan CSI dilakukan oleh Lestari (2009). Berdasarkan hasil analisis,

dari tujuh belas atribut, didapatkan empat atribut yang memiliki tingkat

Page 34: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

17  

kepentingan yang tinggi akan tetapi kinerjanya dinilai masih rendah oleh peternak

plasma sehingga digolongkan ke dalam Kuadran I, yaitu kualitas DOC, kualitas

pakan, kecepatan pencairan hasil panen, dan pemberian bonus. Hasil analisis

kesesuain juga menunjukkan bahwa keempat atribut tersebut memiliki nilai

kesesuaian yang rendah. Walaupun begitu, secara keseluruhan peternak plasma

merasa puas terhadap kinerja atribut-atribut yang terdapat dalam kemitraan. Hal

ini diketahui dari nilai CSI sebesar 63,38 persen, dimana nilai ini berada pada

skala puas.

Metode IPA dan CSI juga digunakan untuk melihat tingkat kepuasan

petani mitra terhadap jalannya kerjasama dengan PT. SHS. Melalui metode IPA

diketahui tingkat kepentingan dan kepuasan masing-masing petani terhadap

atribut kepuasan yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga nantinya dapat

diperoleh atribut yang menjadi prioritas utama dalam memperbaiki kinerja

pelaksanaan kemitraan. Atribut yang menjadi atribut kepuasan dalam penelitian

ini adalah prosedur penerimaan mitra, kualitas benih pokok, harga benih pokok,

harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana

produksi, frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma, pelayanan dan materi yang

diberikan dalam pembinaan plasma, respon inti terhadap keluhan petani, bantuan

inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman, pengetahuan dan

kemampuan komunikasi pendamping, pendamping mudah ditemui dan dihubungi,

bantuan biaya panen, ketepatan waktu pemberian biaya panen, penyediaan sarana

transportasi untuk panen, harga beli hasil panen serta ketepatan waktu

pembayaran hasil panen. Dengan menggunakan metode CSI dapat diketahui

kepuasan petani mitra terhadap pelaksanaan kemitraan secara keseluruhan.

2.3 Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Petani

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh kemitraan terhadap pendapatan

petani telah beberapa kali dilaksanakan. Sebagian besar penelitian tersebut

bertujuan untuk mengevaluasi kemitraan yang telah dilakukan, mengetahui

pengaruh dari kemitraan itu sendiri terhadap pendapatan usahatani dari pelaku

kemitraan tersebut, serta perbandingannya dengan pelaku usahatani mandiri.

Penelitian terdahulu mengenai perbandingan tingkat pendapatan antara petani

Page 35: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

18  

mitra dengan petani non mitra telah dilakukan oleh Aryani (2009), Puspitasari

(2009), Dhesinta (2006) dan Firwiyanto (2008).

Penelitian Aryani (2009) mengenai Analisis Pengaruh Kemitraan

Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan

Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, membandingkan tingkat pendapatan

petani yang bermitra dengan PT Garudafood dan petani yang melakukan

usahatani Kacang Tanah secara mandiri (petani non mitra). Berdasarkan

penelitian, diketahui R/C rasio atas biaya tunai pada petani mitra sebesar 2,77

sedangkan pada petani non mitra sebesar 1,92. Dari kedua nilai rasio tersebut

diketahui bahwa usahatani kacang tanah yang dilakukan petani mitra dan petani

non mitra sama-sama menguntungkan. Namun keuntungan yang diperoleh petani

mitra lebih besar dibandingkan dengan keuntungan petani non mitra.

Apabila dilihat dari R/C rasio atas biaya total, R/C rasio atas biaya total

petani mitra sebesar 1,47 sedangkan petani non mitra sebesar 0,96. Dari R/C rasio

atas biaya total, diketahui bahwa petani mitra mendapatkan keuntungan,

sebaliknya R/C rasio atas biaya total pada petani mitra menggambarkan adanya

kerugian. Selain itu, berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, diketahui

bahwa pendapatan atas biaya tunai dan biaya total petani mitra lebih besar, bila

dibandingkan dengan petani non mitra. Berdasarkan analisis usahatani serta R/C

rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total disimpulkan bahwa dengan

mengikuti kemitraan, maka petani akan mendapatkan keuntungan lebih besar

dibandingkan dengan tidak bermitra.

Pengaruh positif kemitraan juga ditemukan pada penelitian Puspitasari

(2009) mengenai Pengaruh Kemitraan Terhadap Produktivitas dan Pendapatan

Petani Kakao di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pola kemitraan inti plasma yang dilakukan oleh

PT. Pagilarang dengan petani kakao anggota kelompok tani Ngupadikoyo

meningkatkan penerimaan petani mitra, dimana penerimaan petani mitra lebih

besar apabila dibandingkan dengan pendapatan petani non mitra. Kemitraan juga

berpengaruh terhadap tingkat efisiensi usahatani kakao antara petani mitra dan

non mitra. Hal tersebut dilihat dari nilai R/C rasio di mana R/C rasio petani mitra

lebih besar dibandingkan dengan R/C rasio petani non mitra.

Page 36: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

19  

Kedua penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa kemitraan

berpengaruh positif terhadap pendapatan petani. Hal sebaliknya ditemukan pada

penelitian Deshinta (2006) dan Firwiyanto (2008), dimana kemitraan memberikan

pengaruh negatif terhadap pendapatan petani. Deshinta (2006) mengidentifikasi

bahwa jumlah pendapatan peternak mitra lebih rendah dibandingkan peternak

mandiri, karena peternak mitra menanggung biaya yang lebih besar dari peternak

mandiri. Selain itu, dari hasil uji terhadap pendapatan total didapat hasil bahwa

kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak.

Sedangkan Firwiyanto (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa walaupun

tingkat pendapatan yang diperoleh peternak mitra lebih kecil dibandingkan

dengan peternak mandiri, namun hal tersebut cukup sepadan bagi peternak yang

tidak memiliki modal. Kemitraan masih menjadi solusi untuk mengatasi masalah

permodalan karena peternak mitra masih dapat tetap berusaha dan memperoleh

pendapatan walaupun tidak memiliki modal.

Kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi petani terutama dalam peningkatan pendapatan. Untuk

melihat pengaruh dari pelaksanaan kemitraan terhadap pendapatan petani mitra

dilakukan analisis pendapatan terhadap petani penangkar benih mitra dan

kemudian dibandingkan dengan pendapatan petani penangkar benih padi non

mitra.

2.4 PT. Sang Hyang Seri sebagai Produsen Benih Padi

Beberapa penelitian terkait dengan PT. Sang Hyang Seri telah dilakukan

sebelumnya, diantaranya oleh Alviah (2007), Noviyanty (2005) dan Roslinawati

(2007). Penelitian tersebut difokuskan pada kegiatan PT. Sang Hyang Seri

terutama yang berhubungan dengan benih padi.

Alviah (2007) meneliti mengenai Analisis Efektifitas Strategi Promosi

Benih Padi dan Palawija pada PT. Sang Hyang Seri (PERSERO), di Desa Dukuh,

Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

strategi promosi PT. Sang Hyang Seri menampilkan keunggulan dari produk dan

dilakukan secara gencar ketika hampir tiba masa tanam. Bentuk-bentuk promosi

yang dilakukan oleh PT. Sang Hyang Seri adalah promosi secara Above The Line

Page 37: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

20  

(ATL) menggunakan media cetak (koran, majalah, kemasan luar, brosur, buklet,

poster, billboard, dan spanduk) maupun media elektronik (radio dan televisi) serta

Below The Line (BTL) melalui promosi penjualan (demplot, Farm Field Day,

pameran dan expo, hadiah), humas dan publisitas, penjualan pribadi serta

pemasaran langsung.

Efektifitas promosi PT. Sang Hyang Seri diukur melalui dampak

komunikasi dan penjualan. Dampak komunikasi promosi benih Sang Hyang Seri

dengan menggunakan tingkat brand awarness, diperoleh hasil bahwa produk

benih PT. Sang Hyang Seri telah menjadi top of mind di benak responden. Hasil

EPIC Model menunjukkan hasil dimana responden menilai promosi yang

dilakukan PT. Sang Hyang Seri sudah efektif. Namun bila dilihat masing-masing

dimensi, hanya dimensi dampak serta dimensi empati yang termasuk kategori

efektif, sedangkan dimensi persuasi dan komunikasi masih tergolong kriteria

cukup efektif. Untuk mengukur kecenderungan hubungan biaya promosi dengan

jumlah penjualan, digunakan analisis korelasi dan analisis linear berganda. Hasil

analisis korelasi menunjukkan hubungan positif dan searah antara biaya promosi

dengan jumlah penjualan. Selain itu, dari hasil analisis linier berganda diketahui

bahwa model layak dan biaya promosi mempengaruhi jumlah penjualan secara

nyata.

Penelitian lain dilakukan oleh Noviyanty (2005) mengenai Analisis

Efisiensi Supply Chain Produk Benih Padi pada PT. Sang Hyang Seri

(PERSERO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Sang Hyang Seri

(PERSERO) berada dalam kondisi supply chain yang belum optimal. Hal ini

disebabkan oleh belum adanya kerjasama dengan mata rantai di hilir seperti

distributor dan kios. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan model

SCOR, diketahui bahwa elemen sumber untuk pesanan merupakan elemen yang

sangat kritikal untuk proses pelaksanaan.

Untuk dapat mengoptimalkan aliran-aliran informasi mulai dari jadwal

pengiriman calon benih padi, penerimaan calon benih padi, verifikasi calon benih

padi, pemindahan calon benih padi dan pembayaran terhadap suppliers, maka

terdapat ukuran-ukuran pelaksanaan untuk tiap aliran-aliran informasi yang harus

diperhatikan, seperti kehandalan, ketanggapan, fleksibilitas, biaya, dan aset.

Page 38: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

21  

Berdasarkan hasil penelitian setiap aliran informasi memiliki ukuran pelaksanaan

yang berbeda-beda.

Berbeda dengan kedua penelitian sebelumnya, Roslinawati (2007)

melakukan penelitian mengenai Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih

Padi pada PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa Barat.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa metode perusahaan dalam menentukan

harga pokok produksi tidak termasuk ke dalam metode Full Costing, Variabel

Costing maupun Activity Based Costing. Rata-rata harga pokok produksi dengan

menggunakan metode full costing maupun variable costing memiliki nilai yang

lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode perusahaan. Hal ini

disebabkan adanya perbedaan dalam menganalisis biaya. Pada metode

perusahaan, biaya pengemasan yang merupakan biaya pemasaran dimasukkan ke

dalam perhitungan harga pokok produksi (biaya produksi).

Metode full costing yang menghasilkan harga pokok produksi di bawah

harga pokok produksi metode perusahaan dan di atas harga pokok produksi

dengan metode variable costing, dianggap paling tepat karena berada di tengah-

tengah, artinya tidak terlalu tinggi maupun rendah. Harga pokok produksi yang

terlalu tinggi akan menghasilkan harga jual yang tinggi dan menyulitkan petani.

Sedangkan harga pokok produksi yang terlalu rendah akan menyebabkan

dicabutnya subsidi karena perusahaan dianggap mampu berdiri sendiri.

2.5 Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengaruh kemitraan terhadap

pendapatan petani menunjukkan bahwa kemitraan memberikan pengaruh positif

terhadap pendapatan, dimana petani mitra memperoleh pendapatan lebih tinggi

dibandingkan petani non mitra. Walaupun beberapa penelitian menunjukkan hasil

sebaliknya, namun kemitraan tetap memberikan manfaat dan menjadi solusi bagi

petani dalam hal ketersediaan modal dan pendapatan. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah pada komoditas yang akan diteliti.

Penelitian ini akan meneliti mengenai perbandingan tingkat pendapatan antara

petani mitra dengan petani non mitra yang melakukan penangkaran benih padi,

dimana penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Benih padi merupakan

Page 39: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

22  

komoditi sentral, dimana kualitas tanaman padi sangat bergantung dari kualitas

benih padi yang digunakan. Karena itu, kegiatan penangkaran benih padi perlu

mendapat perhatian. Salah satu perusahaan yang melakukan usaha penangkaran

benih padi adalah PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS).

Selain itu, penelitian-penelitian terdahulu mengenai PT. SHS, belum

pernah membahas mengenai kemitraan yang diterapkan pada perusahaan tersebut.

Penelitian ini berusaha mengkaji mengenai pola kemitraan yang diterapkan oleh

PT. SHS, kinerja atribut kepuasan kemitraan, serta melihat perbandingan

pendapatan antara penangkar benih padi mitra dengan penangkar benih padi non

mitra.

Page 40: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Definisi Benih

Menurut Sadjad et al. (1975) yang dimaksud dengan benih ialah biji

tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usahatani,

memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomi. Sedangkan

menurut Peraturan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan No.

01/Kpts/HK.310/C/1/2009 mengenai Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih

Bina Tanaman Pangan, benih tanaman, yang selanjutnya disebut benih, adalah

tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau

mengembangbiakkan tanaman.

Pengertian benih berbeda dengan biji, karena benih dikembangkan untuk

tujuan tertentu yaitu mengembangbiakkan tanaman. Hal ini berbeda dengan fungsi

biji, dimana biji tidak dimaksudkan untuk ditanam melainkan digunakan sebagai

bahan pangan ataupun pakan ternak dan unggas serta fungsi lainnya seperti bahan

dasar produk industri, kepentingan penelitian maupun sebagai bahan baku untuk

kerajinan. Benih di sini dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan

untuk tujuan pertanaman, bukan untuk dikonsumsi.

Benih merupakan komoditi pertanian yang paling berpengaruh pada proses

usahatani. Berdasarkan Teori Kesejajaran Sadjad terdapat kesejajaran antara

tataran usahatani dengan kinerja mutu benih. Artinya tataran usahatani meningkat

apabila benih yang digunakan sebagai produk teknologi juga semakin maju

tingkatannya. Jadi dengan kata lain, tataran usahatani sejajar dengan tingkat

teknologi yang diterapkan untuk memproduksi benih.

3.1.2 Industri Benih

Industri benih di dunia terdiri dari beberapa tipe. Ada yang sepenuhnya

merupakan swasta, sebaliknya ada yang sepenuhnya merupakan usaha

pemerintah. Selain itu, terdapat tipe industri yang merupakan campuran antara

tipe swasta dan usaha pemerintah. Industri benih berkembang di suatu negara

Page 41: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

24  

tergantung pada ideologi masing-masing negara, serta faktor ekonomi yang

berbeda. Dalam satu negara dapat ditemukan lebih dari satu tipe industri benih.

Industri benih tipe swasta dikelola oleh pemilikan individual, korporasi,

koperasi, asosiasi, ataupun suatu bentuk kemitraan. Perusahaan swasta tidak

bergantung terhadap pemerintah dan umumnya memiliki PDB yang mandiri.

Campur tangan pemerintah hanya sebatas pembuatan perundangan yang

umumnya bersifat melindungi produsen maupun konsumen. Tipe lain yaitu

industri benih yang pengelolaannya swasta tetapi masih mendapatkan bantuan

dari pemerintah di segenap lini usaha, baik dalam hal PDB, pelaksanaan

perbanyakan benih bersertifikat, pengawasan internal ataupun pemasarannya.

Disesuaikan dengan konsumennya industri benih dapat diklasifikasikan

dari tingkatan yang teknologinya masih sederhana sampai yang canggih.

Berdasarkan Teori Kesejajaran Sadjad, industri benih diklasifikasikan ke dalam

lima tingkatan dari tingkat I hingga tingkat V dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Industri Benih Tingkat I, dimana teknologi yang digunakan merupakan

teknologi sederhana

2. Industri Benih Tingkat II, merupakan industri yang telah menggunakan

mesin-mesin pembersih

3. Industri Benih Tingkat III, merupakan industri benih yang melaksanakan

pemilahan benih yang sudah bersih. Benih ini dipilah berdasarkan besar

butiran, panjang, lebar, tebal atau berat. Industri ini menghasilkan kinerja

fisik benih yang prima

4. Industri Benih Tingkat IV, Industri pada tingkat ini selain memproduksi

sebagaimana pada industri tingkat III juga selalu berhubungan dengan

lembaga litbang (selaku penghasil varetas dan mulai memasuki program

sertifikasi), meski belum memilikinya sendiri untuk lebih terjamin

kelangsungan industrinya

5. Industri tingkat V, Industri ini memiliki kemampuan memproduksi benih

hasil litbang sendiri. Litbang ini selain memproduksi varietas hibrida yang

selalu diperbaharui juga melakukan penelitian dan pengembangan

bioteknologi.

Page 42: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

25  

Klasifikasi industri benih didasarkan pada teknologi yang digunakan serta

kebutuhan konsumen akan mutu genetiknya. Apabila teknologi yang digunakan

sama, tetapi tuntutan jaminan mutu teknologi oleh konsumen meningkat, maka

industri benih yang mampu melayani benih bermutu sesuai tuntutan konsumen

lebih tinggi tingkatannya. Industri benih yang memiliki PDB secara mandiri juga

akan lebih tinggi tingkatannya dibandingkan indutri yang tidak memiliki PDB

sendiri.

PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) sebagai salah satu produsen benih di

Indonesia termasuk ke dalam golongan industri benih tingkat V, karena telah

memiliki Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) sendiri. Bahkan kini,

PT. SHS telah terakreditasi, sehingga dapat melakukan proses sertifikasi sendiri

tanpa pngawasan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Berdasarkan

tipenya, PT. SHS merupakan perusahaan milik negara (BUMN). Pada awal

pendiriannya PT. SHS difokuskan pada produksi benih padi sawah. Produksi padi

mengambil posisi yang sangat strategis dan pemerintah menjadikannya sebagai

strategi utama pembangunan. Komoditas padi sawah merupakan komoditas

ekonomis dimana pedagang tidak dapat dengan leluasa tanpa campur tangan

pemerintah. Hal ini disebabkan oleh karena beras merupakan bahan pangan pokok

yang sangat rentan untuk menjaga stabilitas politik negara.

3.1.3 Penangkaran Benih

Penangkaran benih merupakan upaya menghasilkan benih unggul sebagai

benih sumber maupun benih sebar yang akan digunakan untuk menghasilkan

tanaman varietas unggul. Pada penangkaran benih, benih sumber yang digunakan

untuk penanaman produksi benih haruslah satu kelas lebih tinggi dari kelas benih

yang akan diproduksi. Untuk memproduksi benih kelas BD (benih dasar), maka

benih sumbernya haruslah benih padi kelas BS (benih penjenis). Untuk

memproduksi benih kelas BP (benih pokok), maka benih sumbernya berasal dari

benih dasar atau benih penjenis. Sedangkan untuk memproduksi benih kelas BR

(benih sebar) benih sumbernya dapat berasal dari benih pokok, benih dasar atau

benih penjenis.

Page 43: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

26  

Pada dasarnya budidaya penangkaran benih padi hampir sama dengan

budidaya padi pada umumnya. Yang membedakan di sini adalah adanya seleksi

atau roguing. Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat

kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu roguing perlu dilakukan dengan

benar dan dimulai dari fase vegetatif sampai akhir pertanaman. Roguing dilakukan

untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya

menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya.

Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau

apabila sekitar 90-95 persen malai telah menguning. Benih padi ketika baru

dipanen masih tercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek. Karena itu, bila

pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih padi

setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan

kesehatan benih. Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila

sudah dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi

Benih (BPSB). Sebelum panen dilakukan, semua malai dari kegiatan roguing

harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Kegiatan ini dilakukan untuk

menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa roguing.

3.1.4 Sertifikasi Benih

Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan No.

01/Kpts/HK.310/C/1/2009 tentang Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih

Bina Tanaman Pangan, sertifikasi benih merupakan proses pemberian sertifikat

benih tanaman setelah melalui pemeriksaan lapangan dan atau pengujian,

pengawasan serta memenuhi semua persyaratan dan standar benih bina. Sertifikasi

benih merupakan suatu sistem atau mekanisme pengujian benih berkala untuk

mengarahkan, mengendalikan, dan mengorganisasi perbanyakan serta produksi

benih (Mugnisjah dan Setiawan 1995).

Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan No.

01/Kpts/HK.310/C/1/2009 tentang Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih

Bina Tanaman Pangan, benih bersertifikat adalah benih yang proses produksinya

melalui sertifikasi benih, sertifikasi sistem manajemen mutu dan/atau sertifikasi

Page 44: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

27  

produk. Benih bersertifikat ditetapkan ke dalam kelas-kelas benih sesuai dengan

urutan keturunan dan mutunya, antara lain sebagai berikut:

a. Benih Penjenis (BS), adalah benih yang diproduksi di bawah pengawasan

Pemulia yang bersangkutan dengan prosedur baku yang memenuhi

sertifikasi sistem mutu sehingga tingkat kemurnian genetik varietas (true-

to-type) terpelihara dengan sempurna

b. Benih Dasar (BD), merupakan keturunan pertama dari Benih Penjenis

(BS) yang memenuhi standar mutu kelas Benih Dasar.

c. Benih Pokok (BP), merupakan keturunan pertama dari Benih Dasar atau

Benih Penjenis yang memenuhi standar mutu kelas Benih Pokok

d. Benih Sebar (BR), merupakan keturunan pertama dari Benih Pokok, Benih

Dasar atau Benih Penjenis yang memnuhi standar mutu kelas Benih Sebar.

Standar Mutu Benih Bersertifikat dibagi menjadi dua, yaitu Standar

Lapangan dan Standar Pengujian Laboratorium.

a. Standar Lapangan

Tabel 7. Standar Lapangan Kelas Benih Bersertifikat Kelas Benih

Isolasi Jarak (m)

Varietas Lain dari Tipe Simpang (max) (%)

Isolasi waktu (hari) Catatan

BS 2 0,0 30 Isolasi waktu dihitung

berdasarkan perbedaan

waktu berbunga

BD 2 0,0 30 BP 2 0,2 30

BR 2 0,5 30 Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2009)

b. Standar Pengujian Laboratorium

Tabel 8. Standar Pengujian Laboratorium Kelas Benih Bersertifikat

Kelas Benih

Kadar air

(max) (%)

Benih Murni (min) (%)

Kotoran Benih (max) (%)

Biji Tanaman

Lain (max) (%)

Biji Gulma (max) (%)

Campuran Varietas

Lain (max) (%)

Daya Tumbuh

(min) (%)

BS 13,0 99,0 1,0 0,0 0,0 0,0 80 BD 13,0 99,0 1,0 0,0 0,0 0,0 80 BP 13,0 99,0 1,0 0,1 0,0 0,1 80 BR 13,0 99,0 2,0 0,2 0,0 0,2 80

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2009)

Page 45: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

28  

Mugnisjah dan Setiawan (1995) dalam bukunya Produksi Benih

menyatakan tujuan sertifikasi benih adalah untuk memelihara dan menyediakan

benih dan bahan perbanyakan tanaman bermutu tinggi dari varietas berdaya hasil

tinggi bagi masyarakat sehingga dapat ditanam dan didistribusikan dengan

identitas genetik yang terjamin. Dengan kata lain tujuan sertifikasi benih adalah

untuk memberikan jaminan bagi konsumen benih tentang beberapa aspek mutu

yang penting, yang tidak dapat ditentukan dengan segera dengan hanya

memeriksa benihnya saja. Selain itu, sertifikasi benih juga bertujuan: (1)

menjamin kemurnian dan kebenaran varietas, dan (2) menjamin ketersediaan

benih bermutu secara berkesinambungan. Sertifikasi dilakukan dalam tiga tahap,

yaitu pemeriksaan lapangan, pemeriksaan laboratorium, dan pengawasan

pemasangan label (Wahyuni 2005)6. Pengawasan pemasangan label bertujuan

untuk mengetahui kebenaran pemasangan dan isi label. Warna label untuk

tanaman padi disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Kelas Benih dan Warna Label Benih Sertifikasi Kelas Benih Warna Label

Benih Penjenis (BS, Breeder Seed) Kuning

Benih Dasar (BD, Foundation Seed) Putih

Benih Pokok (BP, Stock Seed) Ungu

Benih Sebar (BR, Extension Seed) Biru

Sumber: Puslitbangtan (2007); Wahyuni (2005)

Pengawasan dilakukan sejak proses produksi benih hingga penanganan

pascapanen. Pengawasan lapangan untuk tanaman padi dari BPSB dilakukan

sebanyak 4 kali, yaitu pemeriksaan pendahuluan sebelum pengolahan tanah,

pemeriksaan lapangan pertama saat fase vegetatif (30 hari setelah tanam),

pemeriksaan fase berbunga (30 hari sebelum panen), dan pemeriksaan fase masak

(1 minggu sebelum panen) (Wahyuni 2005).

                                                            6 Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3264071.pdf  [6 November 2010]  

Page 46: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

29  

3.1.5 Sistem Perbenihan

Dalam setiap usaha pertanian, benih merupakan titik awal kegiatan

budidaya, sehingga kualitas produk budidaya akan sangat tergantung pada kualitas

benihnya (Darmowiyono 1999). Berbicara mengenai masalah perbenihan tidak

dapat lepas dari kebijakan pangan nasional. Karena itu, penyediaan benih di

tingkat nasional perlu dikelola dengan baik agar memberikan keuntungan baik

untuk pihak produsen maupun konsumen. Benih tanaman merupakan salah satu

sarana budidaya tanaman dalam upaya peningkatan produksi dan mutu hasil

budidaya tanaman yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan

petani serta kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan perbenihan merupakan mata rantai kegiatan yang harus

dilaksanakan secara terprogram, terarah, terpadu serta berkesinambungan mulai

dari hulu hingga hilir. Kegiatan ini mulai dari aspek penelitian dalam

menghasilkan varietas-varietas unggul baru, pelepasan varietas, perencanaan

perbanyakan benih, sertifikasi, pemasaran hingga pengawasan pemasaran. Oleh

karena itu, dibutuhkan kerjasama dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi

yang terlibat dalam kegiatan perbenihan tersebut, diantaranya institusi pemerintah,

pengawas, penelitian dan pengembangan, produsen, maupun pedagang benih.

Pembangunan perbenihan yang telah dilaksanakan perlu disempurnakan

secara terus-menerus demi kemajuan industri benih, agar ketersedian benih

bermutu dari varietas unggul terus terjaga untuk memenuhi kebutuhan petani

maupun perusahaan agribisnis pengguna benih. Pembangunan perbenihan

haruslah memenuhi prinsip enam tepat, yaitu jenis/varietas, tepat jumlah, tepat

mutu, tepat lokasi, tepat waktu serta tepat harga. Dalam perkembangan

perbenihan, teknologi terutama sangat dibutuhkan dalam peningkatan kualitas

benih. Kartasapoetra (1992) menyatakan teknologi benih adalah produksi benih

dalam rangka pengadaan benih yang terwujud dengan praktek-praktek dalam

jangkauan penyelamatan benih sejak dipungut, dikelola, dipelihara sampai benih-

benih tersebut ditanam kembali sesuai dengan cara-cara semestinya dengan

mengingat unsur-unsur musim yang mendorong pertumbuhannya. Teknologi

benih dapat juga dikatakan sebagai serangkaian perlakuan-perlakuan untuk

meningkatkan sifat genetika dan fisik benih, diantaranya:

Page 47: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

30  

a. Pengembangan varietas

b. Evaluasi dan pelepasan benih

c. Usaha produksi benih

d. Pemungutan hasil

e. Pengeringan benih dalam arti pengaturan kadar airnya

f. Pengolahan benih yang meliputi pembersihan (cleaning). Penggolongan

(grading) serta usaha-usaha pemeliharaannya (chemis, fisis, mekanis) agar

tercegah dari segala bentuk hama penyakit, mempertahankan kualitas,

mempertahankan daya tumbuhnya

g. Pengujian kualitas

h. Penyimpanan dan pengemasan

i. Sertifikasi benih

j. Perlindungan (hukum, undang-undang dan peraturan)

k. Distribusi benih (pemasaran)

Sertifikasi benih sangat penting terutama dalam menghasilkan benih-benih

berkualitas. Permasalahan yang banyak dihadapi saat ini adalah masih banyaknya

petani yang menggunakan benih hasil penangkaran sendiri tanpa melalui proses

sertifikasi. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kualitas tanaman yang dihasilkan.

Persyaratan dan tata cara sertifikasi benih bina tanaman pangan diatur dalam

Peraturan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan No. 01/Kpts/HK.310/C/1/2009 .

Sedangkan produksi, sertifikasi dan peredaran benih bina diatur dalam Peraturan

Menteri Pertanian No. 39/Permentan/OT.140/8/2006.

Pada komoditas padi, salah satu inovasi teknologi yang tepat untuk

meningkatkan pendapatan petani melalui usahatani padi adalah teknologi

penangkaran benih padi varietas unggul. Hal ini menjadi tujuan utama dalam

rangka meningkatkan pendapatan para petani padi. Dengan menghasilkan benih

padi varietas unggul bersertifikat berarti harga jual yang diterima oleh petani lebih

tinggi jika dibandingkan dengan padi konsumsi. Selain itu, peningkatan kualitas

benih padi akan meningkatkan kualitas serta produktivitas padi yang dihasilkan.

Page 48: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

31  

3.1.6 Konsep Kemitraan

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan

prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan (Hafsah, 2000).

Kartasasmita (1996) mengemukakan bahwa kemitraan usaha, terutama dalam

dunia usaha adalah hubungan antara pelaku usaha yang didasarkan pada ikatan

usaha yang saling menguntungkan dalam hubungan kerjasama yang sinergis, yang

hasilnya bukanlah suatu zero-sum-game melainkan positive-sum-game atau win-

win situation. SK Mentan No. 940/Kpts/OT. 210/10/1997 tentang Pedoman

Kemitraan Usaha Pertanian, menyebutkan bahwa kemitraan usaha pertanian

adalah kerjasama usaha antara perusahaan mitra dan kelompok mitra di bidang

usaha pertanian. Usaha tanaman pangan dan holtikultura adalah usaha yang

dilaksanakan oleh petani ataupun pengusaha, baik di lahan miliknya atau dilahan

sewa atau lahan hak guna usaha, mulai dari perbenihan, budidaya, pengolahan,

sampai pemasarannya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang

Kemitraan, kemitraan yang ideal adalah kemitraan yang saling memperkuat,

saling menguntungkan dan saling menghidupi. Menurut Hafsah (2000), kemitraan

yang ideal adalah kemitraan antara usaha menengah dan usaha besar yang kuat di

kelasnya dengan pengusaha kecil yang kuat di bidangnya yang didasari oleh

kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama bagi kedua pihak yang

bermitra, tidak ada pihak yang dirugikan dalam kemitraan dengan tujuan bersama

untuk meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan

usahanya, tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain serta tumbuh

berkembangnya rasa saling percaya di antara mereka. Tujuan kemitraan adalah

untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas

sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan

meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri (Soemardjo et al.

2004). Secara umum, kemitraan usaha adalah kerjasama antara dua pihak dengan

hak dan kewajiban yang setara dan saling menguntungkan. Hubungan kemitraan

usaha umumnya dilakukan antara dua pihak yang memiliki posisi sepadan dalam

hal tawar-menawar.

Page 49: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

32  

Keberhasilan suatu kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan

oleh kedua pihak yang bermitra dalam menerapkan etika bisnis. Pengertian etika

itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah ilmu tentang apa

yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Karena itu,

semakin kuat pemahaman dan penerapan etika bisnis dalam bermitra maka akan

semakin kokoh pondasi dari kemitraan itu sendiri. Selain memberikan keuntungan

untuk kedua belah pihak, kemitraan juga memberikan nilai tambah bagi pihak

yang bermitra dari berbagai aspek seperti aspek manajemen, pemasaran,

teknologi, permodalan dan keuntungan.

Dalam SK Mentan No. 940/Kpts/OT. 210/10/1997 tentang Pedoman

Kemitraan Usaha Pertanian, dikemukakan mengenai pola-pola kemitraan usaha

yang dapat dilaksanakan, diantaranya (1) Pola Kemitraan Inti Plasma, (2) Pola

Kemitraan Subkontrak, (3) Pola Kemitraan Dagang Umum, (4) pola Kemitraan

Keagenan, dan (5) Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA).

1. Pola Kemitraan Inti Plasma

Dalam model ini pengusaha-pengusaha besar bertindak sebagai

perusahaan mitra/inti dan melakukan kemitraan dengan petani

produsen (petani mitra/plasma) ataupun kelompok usaha agribisnis

dengan membentuk kesepakatan harga dan kualitas pembelian produk.

Perusahaan mitra berkewajiban, antara lain menyediakan lahan, sarana

produksi, bimbingan teknis, pembiayaan, serta bantuan lain seperti

peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Sementara itu, petani

plasma melakukan budidaya sesuai ajuran dan kesepakatan dengan

pengusaha mitra.

Page 50: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

33  

Sumber: Soemardjo et al. 2004

2. Pola Kemitraan Sub Kontrak

Pola kemitraan sub kontrak merupakan pola hubungan kemitraan

antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang

memproduksi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha perusahaan

sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dari bentuk

kemitraan sub kontrak ini adalah membuat kontrak bersama yang

mencantumkan volume, harga dan waktu (Hafsah 2000). Keunggulan

dari pola kemitraan ini adalah mendorong terciptanya alih teknologi,

modal, dan ketrampilan serta menjamin pemasaran. Sedangkan

kelemahannya adalah adanya kecenderungan mengisolasi produsen

kecil dalam suatu hubungan monopoli.

Sumber: Soemardjo et al. 2004

Kelompok Mitra

Pengusaha Mitra

Kelompok Mitra

Kelompok Mitra

Kelompok Mitra

Plasma 

Plasma Plasma 

Plasma 

Perusahaan 

Gambar 1. Pola Kemitraan Inti Plasma

Gambar 2. Pola Kemitraan Sub Kontrak

Page 51: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

34  

3. Pola Kemitraan Dagang Umum

Pola kemitraan dagang umum merupakan suatu hubungan kemitraan

usaha antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana

kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra sesuai dengan

persyaratan yang ditentukan dan perusahaan mitra memasarkan hasil

produksi kelompok mitra. Keuntungan pola kemitraan ini adalah

adanya jaminan harga atas produk yang dihasilkan dan kualitas yang

sesuai dengan yang telah ditentukan atau disepakati. Kelemahan dari

pola ini adanya penentuan sepihak dari pengusaha besar mengenai

harga dan volume yang sering merugikan pengusaha kecil (Hafsah

2000).

Memasok

Memasarkan produk

Kelompok mitra

Sumber: Soemardjo et al. 2004

4. Pola Kemitraan Keagenan

Pola keagenan merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan

dimana usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan

jasa dari usaha menengah atau usaha besar sebagai mitranya (Hafsah

2000). Keunggulan dari hubungan pola kemitraan ini adalah berupa

keuntungan dari hasil penjualan, ditambah komisi yang diberikan oleh

perusahaan mitra.

Kelompok Mitra 

Perusahaan Mitra 

Konsumen/ Industri

Gambar 3. Pola Kemitraan Dagang Umum

Page 52: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

35  

Memasok

Memasarkan produk

Kelompok mitra

Sumber: Soemardjo et al. 2004

5. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)

Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan

oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra. Pada model ini, kelompok

mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan

perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan atau sarana untuk

mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian. Di

samping itu, perusahaan mitra juga sering berperan sebagai penjamin

pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui

pengolahan dan pengemasan.

Memasok

Sumber: Soemardjo et al. 2004

Kelompok Mitra 

Perusahaan Mitra 

Konsumen/ Masyarakat 

Kelompok Mitra

Perusahaan Mitra

‐Lahan ‐Sarana ‐Teknologi 

‐Biaya‐Modal ‐Teknologi ‐Manajemen

Gambar 4. Pola Kemitraan Keagenan

Gambar 5. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis

Page 53: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

36  

Perusahaan Besar 

Koperasi/ Usaha Kecil 

Pembina/ Fasilitator 

Berdasarkan pola-pola kemitraan yang telah berkembang di masyarakat,

dapat ditarik suatu pola kemitraan secara umum yang dapat dikembangkan di

Indonesia, mulai dari pola sederhana hingga pola ideal yang mewujudkan

ketergantungan antara kedua belah pihak.

1. Pola Kemitraan Sederhana (Pemula)

Pada kemitraan sederhana, perusahaan mempunyai tanggung jawab

terhadap pengusaha kecil mitranya dalam memberikan bantuan atau

kemudahan memperoleh permodalan untuk mengembangkan usaha,

penyediaan sarana produksi yang dibutuhkan, serta bantuan teknologi

terutama alat mesin dalam peningkatan produksi dan mutu produksi.

Kemitraan

‐ Modal - Tenaga Kerja ‐ Sarana Produksi ‐ Alat dan Manajemen ‐ Manajemen ‐ Teknologi

Sumber: Hafsah 2000

2. Pola Kemitraan Tahap Madya

Pada pola kemitraan tahap madya, peran dari perusahaan mulai

berkurang, terutama dalam aspek permodalan. Perusahaan besar tidak

lagi memberikan modal usaha. Bantuan terhadap usaha kecil lebih

kepada bantuan teknologi, alat mesin, industri pengolahan

(agroindustri), serta jaminan pemasaran.

Gambar 6. Pola Kemitraan Sederhana (Pemula)

Page 54: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

37  

Perusahaan Besar 

Koperasi/ Usaha Kecil 

Pembina/ Fasilitator 

Perusahaan Besar 

Koperasi/ Usaha Kecil 

Pembina/ Fasilitator 

Konsultan

Kemitraan

- Alat dan Mesin - Saprodi - Agroindustri - Manajemen - Pemasaran - Permodalan - Teknologi

Sumber : Hafsah 2000

3. Pola Kemitraan Tahap Utama

Pola ini merupakan pola kemitraan yang paling ideal untuk

dikembangkan, namun membutuhkan persyaratan yang cukup berat

bagi pihak usaha kecil. Pada pola ini pihak pengusaha kecil secara

bersama-sama menanamkan modal usaha pada pengusaha besar

mitranya dalam bentuk saham.

Kemitraan

Saham

Sumber: Hafsah 2000

Gambar 7. Pola Kemitraan Tahap Madya

Gambar 8. Pola Kemitraan Tahap Utama

Page 55: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

38  

3.1.7 Konsep Kepuasan

Dalam mengkonsumsi suatu produk, konsumen akan melakukan proses

evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukannya. Hasil dari proses evaluasi

ini adalah konsumen puas atau tidak puas. Kepuasan akan mendorong konsumen

untuk kembali mengkonsumsi produk tersebut, sebaliknya perasaan tidak puas

akan menyebabkan konsumen menghentikan konsumsi produk tersebut. Kepuasan

pada dasarnya bersifat subjektif, tergantung dari konsumen yang melakukan

konsumsi tersebut. Kepuasan setiap konsumen berbeda sesuai dengan sistem nilai

yang berlaku pada dirinya. Rangkuti (2003) mengartikan kepuasan pelanggan

sebagai respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan

sebelumnya dan kinerja yang dirasakan setelah pemakaian.

Sumber : Mowen dan Minor (1998) dalam Sumarwan (2004)

Engel, Blackwel dan Miniard (1995) dalam Sumarwan (2004)

mendefinisikan kepuasan sebagai penilaian konsumsi bahwa sebuah alternatif

yang telah dipilih sesuai dengan harapan atau tidak. Sedangkan menurut Richard

Oliver dalam Supranto (2006), kepuasan adalah tanggapan pelanggan atas

terpenuhinya kebutuhannya. Hal itu berarti penilaian bahwa suatu bentuk

Pengalaman Produk dan Merek

Harapan Mengenai Merek Seharusnya

Berfungsi

Evaluasi Mengenai Fungsi Merek yang

Sesungguhnya

Evaluasi Gap Antara Harapan dan yang

Sesungguhnya

Kepuasan Emosional: Fungsi Merek

Melebihi Harapan

Konfirmasi Harapan: Fungsi Merek Tidak

Berbeda dengan Harapan

Ketidakpuasan Emosional: Merek Tidak Memenuhi

Harapan

Gambar 9. Model Diskonfirmasi Harapan dari Kepuasan dan Ketidakpuasan

Page 56: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

39  

keistimewaan dari suatu barang atau jasa ataupun barang/jasa itu sendiri,

memberikan tingkat kenyamanan yang terkait dengan pemenuhan suatu

kebutuhan, termasuk pemenuhan kebutuhan di bawah harapan atau pemenuhan

kebutuhan melebihi harapan pelanggan.

Rangkuti (2003) menyatakan, terdapat delapan faktor yang mempengaruhi

kepuasan pelanggan, yaitu nilai, harapan, daya saing, persepsi pelanggan, harga,

citra, tahapan pelayanan dan situasi pelayanan.

1) Nilai

Nilai didefinisikan sebagai pengkaji secara menyeluruh manfaat nilai

dari suatu produk. Nilai didasarkan pada persepsi pelanggan atas apa

yang telah diterima oleh pelanggan dan yang telah diberikan oleh

produk tersebut. Pelanggan membutuhkan pelayanan serta manfaat dari

produk yang dikonsumsinya (Rangkuti 2003).

2) Harapan

Konsumen akan memiliki harapan mengenai bagaimana produk

tersebut seharusnya berfungsi. Harapan tersebut adalah standar kualitas

yang akan dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk yang

sesungguhnya dirasakan konsumen (Sumarwan 2004). Rangkuti

(2003) menyatakan bahwa tingkat kepentingan atau harapan pelanggan

merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba dan membeli suatu

produk atau jasa.

3) Daya Saing

Untuk menarik pelanggan suatu produk harus memiliki daya saing

yang tinggi. Produk memiliki keunggulan dalam bersaing apabila

produk tersebut dibutuhkan oleh konsumen. Keunggulan suatu produk

terletak pada keunikan atau mutu pelayanan produk jasa tersebut pada

pelanggan, maka supaya dapat bersaing harus mempunyai keunikan

dibandingkan dengan produk lain yang sejenis (Rangkuti 2003).

4) Persepsi Pelanggan

Fungsi produk yang sesungguhnya dirasakan konsumen sebenarnya

adalah persepsi konsumen terhadap kualitas produk tersebut

(Sunarwan 2004). Rangkuti (2003) mendefinisikan persepsi pelanggan

Page 57: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

40  

sebagai proses dimana individu memilih, mengorganisasikan dan

mengartikan stimulus yang diterima melalui alat inderanya menjadi

suatu makna.

5) Harga

Harga rendah menimbulkan persepsi produk atau jasa tersebut

mutunya rendah. Harga yang terlalu rendah mengakibatkan pelanggan

menjadi kurang percaya terhadap produsen. Sebaliknya, harga yang

tinggi menimbulkan persepsi pelanggan bahwa produk atau jasa

tersebut bermutu tinggi. Namun harga yang terlalu tinggi berakibat

pada hilangnya pelanggan (Rangkuti 2003).

6) Citra

Rangkuti (2003) menyatakan bahwa citra buruk menimbulkan persepsi

bahwa produk tidak bermutu, sehingga pelanggan mudah marah

apabila terjadi kesalahan sedikitpun. Sebaliknya, citra yang bagus

terhadap suatu produk menimbulkan anggapan bahwa produk tersebut

bermutu baik.

7) Tahap Pelayanan

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang

didapatkan pelanggan selama pelanggan menggunakan beberapa

tahapan pelayanan tersebut (Rangkuti 2003).

8) Situasi Pelayanan

Situasi Pelayanan dikaitkan dengan kondisi internal pelanggan,

sehingga mempengaruhi kinerja pelayanan. Sedangkan kinerja

pelayanan ditentukan oleh pelanggan, proses pelayanan dan

lingkungan fisik dimana pelayanan diberikan (Rangkuti 2003).

Menurut Rangkuti (2003), kualitas pelayanan (service quality) yang

mempengaruhi kepuasan pelanggan terdiri dari lima dimensi pelayanan, yaitu:

1) Keandalan (reliability), yaitu dimensi yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam memberikan pelayanan dengan terpercaya dan

akurat sesuai yang dijanjikan.

2) Ketanggapan (responsiveness), yaitu dimensi yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan dengan cepat

Page 58: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

41  

serta ketersediaan untuk menolong pelanggan dan melayani dengan

baik.

3) Jaminan (assurance), yaitu dimensi kualitas yang berhubungan dengan

pengetahuan, kesopanan karyawan dan kemampuan dalam

menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para pelanggan.

4) Empati (emphaty), yaitu dimensi pelayanan yang berhubungan dengan

kepedulian untuk memberikan perhatian pribadi dan memahami

kebutuhan pelanggan.

5) Berwujud (tangibles), yaitu dimensi pelayanan yang meliputi fasilitas

fisik, peralatan, karyawan dan sarana komunikasi. Pelayanan

merupakan sesuatu yang tidak bisa dilihat, dicium dan diraba, oleh

sebab itu pelanggan akan menggunakan bukti langsung untuk menilai

kualitas pelayanan.

Dalam mengukur tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya

kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri dapat digunakan beberapa alat analisis,

diantaranya Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction

Index (CSI). IPA digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai tingkat

kinerja suatu perusahaan dalam memberikan pelayanan dengan cara mengukur

tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya dari masing-masing atribut-

atribut yang telah ditentukan. Atribut-atribut digolongkan berdasarkan dimensi

kualitas pelayanan. Sedangkan CSI digunakan untuk menentukan tingkat

kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan pendekatan yang dipertimbangkan

tingkat kepentingan berdasarkan atribut-atribut yang telah ditentukan. Kedua alat

analisis tersebut dapat menunjukkan atribut-atribut yang mempengaruhi kepuasan

petani serta mengukur tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan

secara keseluruhan beradasarkan atribut-atribut tersebut.

Page 59: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

42  

3.1.8 Analisis Pendapatan Usahatani

Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani

memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya (Soekartawi et al. 1984).

Berdasarkan definisi tersebut, diketahui faktor-faktor yang bekerja dalam

usahatani diantaranya adalah faktor alam, tenaga kerja dan modal.

1. Faktor Alam

Faktor alam merupakan salah satu faktor yang sangat

mempengaruhi usahatani. Faktor alam dibedakan menjadi dua, yaitu

faktor tanah serta lingkungan alam sekitarnya. Faktor tanah misalnya

jenis tanah dan kesuburan. Sedangkan faktor alam sekitar adalah faktor

iklim yang berhubungan dengan ketersediaan air, suhu dan lain

sebagainya (Suratiyah 2006).

2. Faktor Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat

berbeda dengan tenaga kerja dalam usaha pada bidang di luar pertanian.

Karakteristik tenaga kerja bidang usahatani menurut Tohir (1983) dalam

Suratiyah (2006) adalah:

a. Keperluan akan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontinyu dan

tidak merata

b. Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani sangat terbatas

c. Tidak mudah distandarkan, dirasionalkan, dan dispesialisasikan

d. Beraneka ragam coraknya dan kadang kala tidak dapat dipisahkan

satu sama lain.

Tenaga kerja dalam usahatani terdiri dari tenaga kerja keluarga dan

tenaga kerja luar keluarga. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang

dibutuhkan dalam usahatani berbeda-beda tergantung jenis tanaman

yang dibudidayakan. Banyak sedikitnya tenaga kerja luar yang

dipergunakan tergantung pada dana yang dimiliki.

Page 60: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

43  

3. Faktor Modal

Modal merupakan syarat mutlak berjalannya suatu usaha, termasuk

dalam usahatani. Menurut Suratiyah (2006), pada usahatani modal

digolongkan berdasarkan sifat, kegunaan, waktu dan fungsi.

a. Sifat

Berdasarkan sifatnya modal selain dibagi menjadi modal yang

menghemat lahan (land saving capital) serta modal yang

menghemat tenaga kerja (labour saving capital), modal juga

digolongkan ke dalam modal yang menyerap tenaga kerja lebih

banyak serta modal yang mempertinggi efisiensi.

b. Kegunaan

Berdasarkan kegunaannya, modal dibagi menjadi dua golongan

yaitu modal aktif yang secara langsung maupun tidak langsung

meningkatkan produksi, serta modal pasif yang digunakan hanya

untuk mempertahankan produk.

c. Waktu

Berdasarkan waktu pemberian manfaatnya, modal dibagi menjadi

dua golongan, yaitu modal produktif yang merupakan modal yang

secara langsung meningkatkan produksi serta modal prospektif yang

merupakan modal yang dapat meningkatkan namun baru dirasakan

pada jangka panjang.

d. Fungsi

Berdasarkan fungsinya, modal dapat dibagi ke dalam dua golongan,

yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap adalah modal

yang digunakan dalam berkali-kali proses produksi, sedangkan

modal tidak tetap adalah modal yang hanya digunakan dalam satu

kali proses produksi.

Secara umum usahatani dibagi menjadi dua, yaitu usahatani keluarga dan

perusahaan pertanian. Perbedaan antara usahatani keluarga dan perusahaan

pertanian terletak pada delapan hal, yaitu tujuan akhir, bentuk hukum, luas usaha,

jumlah modal, jumlah tenaga kerja, unsur usahatani, sifat usaha serta pemanfaatan

terhadap hasil-hasil pertanian. Tujuan akhir usahatani keluarga adalah pendapatan

Page 61: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

44  

keluarga petani, sedangkan tujuan akhir perusahaan adalah laba yang sebesar-

besarnya. Usahatani keluarga tidak berbadan hukum sedangkan perusahaan

pertanian mempunyai badan hukum seperti PT, firma atau CV. Usahatani

keluarga pada umumnya berlahan sempit, sedangkan perusahaan pertanian

memiliki lahan luas karena berorientasi pada efisiensi dan keuntungan.

Berdasarkan jumlah modal yang dimiliki usahatani keluarga mempunyai

modal per satuan luas yang lebih kecil dibandingkan perusahaan pertanian,

namum memiliki jumlah tenaga kerja per satuan luas yang lebih besar dibanding

perusahaan pertanian. Hal lain yang membedakan usahatani keluarga dan

perusahaan pertanian adalah pada unsur usahatani, yaitu tenaga kerja yang dibayar

dimana pada usahatani keluarga melibatkan tenaga kerja keluarga dan luar

keluarga, sedangkan perusahaan pertanian hanya menggunakan tenaga kerja luar.

Usahatani keluarga pada umumnya bersifat menghidupi, komersial maupun semi

komersial, sementara perusahaan pertanian selalu bersifat komersial. Perusahaan

pertanian selalu memanfaatkan hasil-hasil pertanian yang mutakhir dan tidak

segan-segan membiayai penelitian sendiri melalui bagian penelitian dan

pengembangan perusahaan. Hal ini berbeda dengan usahatani keluarga yang

bergantung pada hasil penelitian dan pengembangan pemerintah melalui

Departemen Pertanian karena keterbatasan modal, peralatan serta tenaga kerja.

Dalam menjalankan usahatani, para petani mengharapkan produksi yang

besar agar memperoleh pendapatan yang besar pula. Untuk itulah petani

memanfaatkan tenaga, modal dan sarana produksinya sebagai umpan untuk

mendapatkan produksi yang diharapkan. Ukuran penampilan usahatani dapat

dinyatakan dengan ukuran arus uang tunai serta ukuran pendapatan dan

keuntungan.

Menurut Soekartawi et al. 1984, penerimaaan tunai usahatani didefinisikan

sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pengeluaran

tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk

pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak

mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Demikian pula, pengeluaran

tunai usahatani tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok.

Penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup yang

Page 62: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

45  

berbentuk benda. Jadi, nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung

sebagai penerimaan tunai usahatani dan nilai kerja yang dibayar dengan benda

tidak dihitung sebagai pengeluaran usahatani. Selisih antara penerimaan tunai

usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani

dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai.

Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total

usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

Pendapatan kotor usahatani merupakan ukuran hasil perolehan total sumberdaya

yang digunakan dalam usahatani. Pengeluaran usahatani didefinisikan sebagai

nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi,

tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Apabila data tersedia, maka

pengeluaran total dipisahkan menjadi pengeluaran tetap dan pengeluaran tidak

tetap. Pengeluaran tetap didefinisikan sebagai pengeluaran usahatani yang tidak

bergantung kepada besarnya produksi. Sedangkan pengeluaran tidak tetap adalah

pengeluaran yang digunakan dalam usahatani dan jumlahnya berubah kira-kira

sebanding dengan besarnya perubahan produksi.

Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. Jadi,

nilai barang atau jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau

berdasarkan kredit harus dimasukkan ke dalam pengeluaran. Apabila dalam

usahatani digunakan mesin-mesin pertanian, maka penyusutan harus dihitung dan

dimasukkan ke dalam pengeluaran. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan

pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan

bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari

penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri

atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Karena itu,

pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat

dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani.

Ukuran lain yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat keuntungan

dalam usahatani adalah rasio perbandingan penerimaan dan biaya (rasio R/C).

Apabila rasio R/C > 1 maka usahatani dinyatakan menguntungkan, sebaliknya

apabila rasio R/C < 1 maka usahatani dinyatakan mengalami kerugian. Rasio R/C

= 1 menunjukkan kondisi keuntungan normal dalam pelaksanaan usahatani.

Page 63: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

46  

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Benih merupakan komoditi yang sangat penting dalam pelaksanaan

usahatani, karena kualitas suatu tanaman sangat tergantung pada kualitas benih

yang digunakan dalam budidaya. Padi merupakan salah satu tanaman yang sangat

penting, mengingat sekitar 95 persen penduduk Indonesia mengkonsumsi padi

sebagai makanan pokok. Karena itu, peningkatan kualitas serta produktivitas

tanaman padi menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh pemerintah. Sertifikasi

benih padi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas serta

produktifitas tanaman padi disamping penemuan varietas-varietas baru padi.

Saat ini masih terdapat petani di Indonesia yang menggunakan benih hasil

penangkaran sendiri tanpa melalui proses sertifikasi. Hal ini berpengaruh terhadap

kualitas serta produktivitas padi yang dihasilkan. Walaupun begitu penggunaan

benih bersertifikat di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini harus

diikuti dengan peningkatan produksi benih padi bersertifikat, melalui usahatani

penangkaran benih padi bersertifikat. Usaha penangkaran benih padi bersertifikat

belum banyak dilakukan oleh petani padi di Indonesia. Padahal bila dilihat dari

tingkat pendapatannya, pendapatan petani penangkar benih lebih tinggi

dibandingkan petani padi konsumsi. Hal ini disebabkan karena dengan

menghasilkan benih padi varietas unggul bersertifikat berarti harga jual yang

diterima oleh petani lebih tinggi jika dibandingkan dengan padi konsumsi. Dalam

menghasilkan benih padi di Indonesia, terdapat petani penangkar benih padi yang

melakukannya secara mandiri serta terdapat juga petani penangkar benih yang

melakukan kemitraan dengan perusahaan produsen benih.

PT. SHS merupakan salah satu produsen penghasil benih padi di Indonesia.

Ciri utama benih padi produksi PT. SHS adalah berlabel sertifikasi. Dalam

memproduksi benih padi bersertifikat, PT. SHS melakukan kemitraan dengan

petani penangkar benih padi di daerah sekitar. Kemitraan memberikan keuntungan

bagi kedua belah pihak, baik bagi perusahaan maupun petani yang melakukan

kemitraan. Keuntungan yang diperoleh PT. SHS diantaranya adalah adanya

kontinuitas produksi benih padi yang berpengaruh terhadap produksi benih padi

nasional, sedangkan bagi petani penangkar benih padi keuntungan yang diperoleh

diantaranya peningkatan kemampuan dan kewirausahaan, peningkatan pendapatan

Page 64: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

47  

keluarga dan masyarakat pedesaan, peningkatan kualitas penguasaan teknologi

serta penyediaan lapangan kerja bagi petani kecil. Kemitraan ini sekaligus

meningkatkan jumlah petani penangkar benih bersertifikat.

Namun dalam pelaksanaannya, masih terdapat permasalahan yang

disebabkan oleh penyimpangan perjanjian kemitraan. Permasalahan tersebut

diantaranya adalah penjualan hasil panen yang tidak sesuai dengan perjanjian

kerjasama. Dalam perjanjian, petani mitra diwajibkan untuk menjual seluruh hasil

panennya pada PT. SHS, namun masih terdapat petani yang menjual hasil

panennya selain ke perusahaan. Hal ini disebabkan salah satunya karena

keterlambatan pembayaran hasil panen oleh PT. SHS. Penyimpangan dari

perjanjian kerjasama yang telah disepakati dapat mendatangkan kerugian bagi

petani mitra maupun bagi PT. SHS. Untuk itulah perlu dilakukan evaluasi

terhadap pelaksanaan kemitraan untuk melihat sejauh mana masing-masing pihak

yang bermitra telah melaksanakan perannya dalam kemitraan. Melalui evaluasi

kemitraan masing-masing pihak diharapkan dapat menilai kegiatan kemitraan

yang telah dijalankan sehingga nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan

kinerja dari kemitraan tersebut.

Evaluasi kemitraan dilakukan dengan melihat tingkat kesesuaian antara

pelaksanaan atribut-atribut kemitraan dengan perjanjian yang telah disepakati.

Melalui evaluasi kemitraan akan diketahui bagaimana pelaksanaan kemitraan

yang terjalin antara PT. SHS dan petani mitra serta diketahui kendala-kendala

dalam pelaksanaan kemitraan. Evaluasi kemitraan juga dilakukan melalui

penilaian kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan ini diukur melalui pengukuran

tingkat kepuasan petani terhadap pelaksanaan kemitraan. Metode yang digunakan

untuk melihat tingkat kepuasan petani mitra adalah metode Importance

Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Metode ini

menunjukkan apakah kemitraan yang telah dijalankan oleh PT. Sang Hyang Seri

dengan petani mitra telah memberikan kepuasan bagi petani mitra itu sendiri,

berdasarkan atribut-atribut kemitraan yang telah ditentukan.

Untuk menganalisis tingkat pendapatan petani penangkar benih padi,

digunakan analisis pendapatan serta analisis rasio R/C. Analis ini dilakukan

terhadap petani yang melakukan kemitraan dengan PT. SHS serta terhadap petani

Page 65: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

48  

penangkar benih yang tidak bermitra. Hal ini dilakukan untuk membandingkan

tingkat pendapatan antara petani mitra dengan petani non mitra. Dengan analisis

tersebut akan diketahui berapa besar pendapatan yang diperoleh petani penangkar

benih mitra maupun non mitra serta melihat apakah usahatani yang dijalankan

memberikan keuntungan atau kerugian kepada petani serta melihat usahatani

manakah yang lebih menguntungkan. Analisis ini juga melihat bagaimana peran

kemitraan terhadap pendapatan petani penangkar benih padi. Kerangka alur

pemikiran dapat dilihat pada Gambar 10.

Page 66: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

49  

Benih Padi sebagai input utama dalam usahatani padi. ‐ Sangat penting karena kualitas padi tergantung pada

kualitas benihnya ‐ Masalah perbenihan terutama padi berhubungan

dengan pemenuhan kebutuhan akan beras ‐ Penangkaran benih padi di Indonesia dilakukan oleh

BUMN, swasta atau kelompok tani penangkar benih

Petani Penangkar Benih padi

Petani Mitra

Petani Non Mitra

Produsen Benih Padi Bersertifikat

PT Sang Hyang Seri

Pelaksanaan Kemitraan - Realisasi Perjanjian Kerjasama - Kendala-kendala - Manfaat

Analisis Pendapatan

Analisis R/C

Analisis Perbandingan

Kemitraan yang sesuai dengan harapan pihak yang bermitra

Evaluasi atribut kepuasan petani (16 atribut pelayanan kemitraan)

Permasalahan: 1. Keterlambatan pembayaran hasil panen oleh PT. SHS 2. Penjualan hasil panen yang tidak sesuai perjanjian

Evaluasi Kemitraan

Analisis Deskriptif

IPA dan CSI

Gambar 10. Kerangka Pemikiran Operasional

Page 67: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I

Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive) karena PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS)

merupakan salah satu perusahaan produsen benih padi terbesar di Indonesia

dimana lokasi lahan penangkaran benih padi milik PT. SHS berada di Sukamandi,

Kabupaten Subang. Selain itu, penelitian juga dilakukan di Kecamatan Subang,

Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

sengaja (purposive) sebagai lokasi penelitian untuk petani non mitra. Perbedaan

lokasi penelitian disebabkan karena petani penangkar benih non mitra kelas benih

sebar yang berada di Kabupaten Subang, hanya berlokasi di daerah tersebut.

Petani penangkar benih lainnya memproduksi benih yang berbeda kelas benihnya

dengan PT. Sang Hyang Seri, yaitu kelas benih pokok atau kelas benih dasar.

Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2011. Pemilihan

waktu penelitian pada bulan tersebut karena pada bulan tersebut telah memasuki

masa panen.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian berdasarkan sumber data dan

informasi terdiri atas data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif

maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengamatan serta wawancara

langsung dengan petani responden serta pihak PT. SHS menggunakan panduan

kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan metode

wawancara terstruktur. Sedangkan data sekunder sebagai pendukung data-data

primer diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Balai Pusat Statistika,

Departemen Pertanian, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Kabupaten

Subang, LSI IPB dan instansi-instansi terkait lainnya. Data sekunder juga

diperoleh melalui beberapa literatur yang berasal dari buku, internet serta hasil

penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

Page 68: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

51  

4.3 Teknik Penentuan Sampel

Pemilihan petani responden didasarkan pada petani yang bermitra serta

petani yang tidak bermitra. Pengambilan contoh petani responden mitra dilakukan

pada petani penangkar benih yang bermitra dengan PT. SHS. Responden yang

diambil adalah petani penangkar benih yang menanam padi varietas Ciherang.

Sedangkan pengambilan contoh petani responden yang tidak bermitra dilakukan

pada petani penangkar benih di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang.

Penarikan contoh dilakukan dengan dua metode, yaitu metode purposive untuk

petani mitra serta Simple Random Sampling untuk petani non mitra, karena

sifatnya yang homogen. Responden non mitra dipilih secara acak dengan cara

diundi. Sedangkan penarikan sample dengan cara purposive pada petani mitra

disebabkan karena adanya keterbatasan data mengenai jumlah penangkar benih di

PT. SHS yang memproduksi varietas Ciherang pada musim tanam 2010-2011.

Jumlah responden petani penangkar mitra dan non mitra sengaja diambil masing-

masing sebanyak 30 orang petani.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif,

kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data. Pada analisis

pendapatan usahatani, analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis keragaan

usahatani penangkaran benih padi baik pada petani mitra dan non mitra serta

mengevaluasi jalannya kemitraan antara petani penangkar benih padi dengan PT

Sang Hyang Seri. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis

tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan menggunakan metode

IPA dan CSI serta menganalis tingkat pendapatan usahatani petani mitra bila

dibandingkan dengan usahatani petani non mitra berdasarkan penerimaaan dan

biaya usahatani. R/C rasio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi

usahatani. Data yang diperoleh berasal dari kuisioner dan diolah menggunakan

bantuan software komputer Microsoft Excel dan Minitab 14. Untuk melakukan uji

validitas dan reliabilitas digunakan SPSS 17,0.

Page 69: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

52  

4.4.1 Struktur Penerimaan dan Biaya Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual.

= x

Dimana : TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

Py = Harga jual produk y

Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu (a) biaya tetap (fixed cost) dan (b) biaya tidak tetap (variable cost). Biaya

tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya

biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi (output yang

diperoleh). Sedangkan biaya tidak tetap (variable cost) didefinisikan sebagai

biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dilakukan. Untuk

menghitung biaya tetap dapat digunakan rumus sebagai berikut:

FC = ∑

di mana: FC = biaya tetap

= jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap

= harga input

n = macam input

Apabila besarnya biaya tetap tidak dapat dihitung dengan rumus karena tidak

diketahui secara pasti jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap, maka

sekaligus ditentukan nilainya. Rumus ini juga digunakan untuk menentukan biaya

tidak tetap.

Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap

(VC). Dari pernyataan tersebut, rumus yang digunakan untuk menetukan total

biaya adalah:

TC = FC + VC

Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya

tidak tunai (diperhitungkan) (Hernanto, 1995). Biaya tunai dan biaya tidak tunai

berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk ke dalam

biaya tunai misalnya iuran irigasi dan pajak tanah. Sedangkan biaya variabel yang

Page 70: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

53  

termasuk biaya tunai adalah biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Biaya

tetap yang merupakan biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan adalah biaya

penyusutan dan biaya untuk tenaga kerja keluarga. Sedangkan biaya variabel yang

merupakan biaya diperhitungkan adalah sewa lahan.

4.4.2 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani pada penelitian ini akan dibedakan menjadi dua.

Pertama pendapatan atas seluruh biaya tunai (pendapatan tunai) dan pendapatan

atas biaya total (pendapatan total). Biaya tunai adalah biaya yang benar-benar

dikeluarkan petani dalam usahatani penangkaran benih padi. Sedangkan biaya

total adalah biaya yang dikeluarkan petani dimana semua input milik keluarga

juga diperhitungkan sebagai biaya. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa

besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan

usahataninya. Biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa

sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja

keluarga diperhitungkan.

Secara umum pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani

dengan biaya usahatani pada periode tertentu. Secara matematis pendapatan

usahatani ditulis sebagai berikut:

Pendapatan Tunai = TR - BT

Pendapatan Total = TR – (BT+BD)

di mana : TR = Penerimaan (Rp)

BT = Biaya Tunai (Rp)

BD = Biaya Diperhitungkan (Rp)

4.4.3 Analisis R/C

Pada analisis usahatani, rasio yang digunakan untuk menganalisis

keuntungan dari pendapatan usahatani adalah rasio R/C. Rasio R/C merupakan

rasio perbandingan antara penerimaan dan biaya. Rasio R/C dibedakan menjadi

dua, yaitu rasio R/C atas biaya tunai dan rasio R/C atas biaya total. Rasio R/C atas

biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan

biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung

Page 71: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

54  

dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu

periode tertentu. Secara matematis, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Rasio R/C atas biaya tunai =

Rasio R/C atas biaya total =

Di mana :

TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya = BT + BD

Suatu usahatani dinyatakan menguntungkan apabila rasio R/C lebih besar

dari satu (rasio R/C > 1). Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap satu rupiah

biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan lebih besar dari

satu rupiah. Sebaliknya apabila rasio R/C kurang dari satu (rasio R/C < 1) maka

usaha akan mengalami kerugian, karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan

akan memberikan tambahan penerimaan kurang dari satu rupiah. Jika rasio R/C

sama dengan satu (rasio R/C = 1) berarti kegiatan tersebut berada pada kondisi

keuntungan normal. Karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan

memberikan tambahan penerimaan sebesar satu rupiah.

Tabel 10. Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio

No Uraian Jumlah Harga per Satuan (Rp)

Nilai (Rp)

A Total Penerimaan B Biaya tunai 1 Benih 2 Pupuk 3 Obat-obatan 4 Tenaga kerja luar keluarga 5 ..... Total biaya tunai

C Biaya yang diperhitungkan 1 Penyusutan 2 Tenaga kerja keluarga Total biaya yang diperhitungkan

D Total biaya (B+C) E Pendapatan atas biaya tunai (A-B) F Pendapatan atas biaya total (A-D) G R/C atas biaya tunai (A/B) H R/C atas biaya total (A/D)

Page 72: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

55  

4.4.4 Penilaian Tingkat Kepuasan

4.4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum dilakukan penelitian mengenai tingkat kepuasan petani mitra

diadakan uji validitas dan reabilitas terhadap atribut-atribut yang akan digunakan

untuk mengukur tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan. Uji

validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menguji kuisioner yang akan

digunakan agar terhindar dari kesalahan acak yang akan menurunkan keandalan

pengukuran. Validitas berhubungan dengan kemampuan suatu alat ukur untuk

mengukur secara tepat apa yang harus diukur. Validitas dalam penelitian

kuantitatif ditunjukkan oleh koefisien validitas.

Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel yang ditanyakan dapat dipakai sebagai alat ukur (Rangkuti 2006). Uji

validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17,0. Validitas suatu

atribut dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel dengan judul Item Total

Statistic. Menilai valid atau tidaknya suatu atribut dapat dilihat dari nilai

Corrected Item-Total Correlation. Suatu variabel dinyatakan valid bila nilai

Corrected Item-Total Correlation > 0,3 dan dikatakan tidak valid bila nilai

Corrected Item-Total Correlation < 0,3 (Nugroho 2005). Apabila dalam

pengujian terdapat atribut yang tidak valid maka atribut tersebut dikeluarkan,

kemudian proses analisis diulang untuk atribut yang valid saja. Sedangkan uji

reliabilitas mempunyai pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur

sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau

variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach Alpha > 0,60

(Nugroho 2005).

Atribut yang digunakan sebagai pre sampling pada kuisioner pertama

berjumlah 18 atribut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa data reliabel tetapi

terdapat dua atribut yang tidak valid, karena memiliki nilai Corrected Item-Total

Correlation < 0,3, yaitu kemampuan pabrik menampung gabah hasil panen dan

penyediaan lahan sewa. Kemudian dilakukan pengujian terhadap ke-16 variabel

yang valid dan didapatkan hasil bahwa data telah valid dan reliabel. Ke-16

variabel dinyatakan valid karena memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation

> 0,3 dan nilai cronbach Alpha > 0,60 yaitu 0,887.

Page 73: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

56  

Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1. Setelah

atribut ke-16 dan atribut ke-17 dihilangkan pada uji validitas dan reliabilitas

pertama, maka atribut ke-18 yaitu ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh

inti menjadi atribut 16 pada uji validitas dan reliabilitas kedua. Selanjutnya

keenam belas atribut tersebut digunakan dalam perhitungan Importance

Performance Analysis (IPA) serta Customer Satisfaction Index (CSI). Penentuan

atribut dilakukan berdasarkan pelaksanaan kemitraan, perjanjian kontrak

kerjasama serta teori service quality (servqual). Atribut yang digunakan pada pre

sampling kuisioner pertama dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Atribut Pelayanan Kemitraan No Atribut Atribut

Keandalan (reliability) 6 Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma 7 Pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma

12 Bantuan biaya panen 15 Harga beli hasil panen

Ketanggapan (responsiveness) 1 Prosedur penerimaan mitra 8 Respon inti terhadap keluhan petani 9 Bantuan inti dalam menangulangi hama dan penyakit tanaman

13 Ketepatan waktu pemberian biaya panen 18 Ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh inti

Jaminan (assurance) 10 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping

Empati (emphaty) 11 Pendamping mudah ditemui dan dihubungi

Berwujud (tangible) 2 Kualitas Benih Pokok 3 Harga benih pokok 4 Harga sarana produksi 5 Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi

14 Penyediaan sarana transportasi untuk panen 16* Kemampuan pabrik menampung gabah hasil panen 17* Penyediaan lahan sewa

(*) Atribut yang dihilangkan

Page 74: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

57  

4.4.4.2 Metode Importance Performance Analysis (IPA)

Metode IPA digunakan karena metode ini dapat memberikan penilaian

terhadap kinerja setiap atribut yang telah ditentukan dengan cara mengukur

tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya, serta menggolongkannya ke

dalam skala prioritas tertentu. Tingkat kepentingan kualitas pelayanan adalah

seberapa penting suatu atribut dalam kemitraan dinilai oleh konsumen, dalam hal

ini adalah petani mitra. Pada metode IPA tingkat pelaksanaan atau pelayanan

suatu perusahaan dinilai memuaskan apabila pelayanannya sesuai dengan harapan

dari petani mitra. Tingkat kepentingan dan kepuasan petani diukur menggunakan

skala likert dengan empat kategori sebagaimana terdapat pada Tabel 12.

Tabel 12. Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kepuasan terhadap Kinerja

Kategori Skor

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Sangat Penting Sangat Puas 4

Penting Puas 3

Tidak Penting Tidak Puas 2

Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Puas 1

Pengukuran tingkat kepuasan menggunakan skala dilakukan untuk

mengurangi subjektifitas responden (Sumarwan 2004). Penggunaan empat skala

pengukuran dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden memilih

nilai tengah (cukup) dalam menilai atribut evaluasi kemitraan (Aritonang 2005).

Analisis kesesuaian dilakukan dengan membandingkan antara skor total

tingkat kinerja dengan skor total tingkat kepentingan. Nilai kepuasan petani mitra

atas kinerja kemitraan dinyatakan dengan huruf X, sedangkan tingkat kepentingan

(harapan) petani dinyatakan dengan huruf Y. Atribut kemitraan dikatakan telah

sesuai dengan harapan petani apabila nilai kesesuai yang dihasilkan lebih besar

atau sama dengan 100 persen. Sebaliknya, bila nilai kesesuai kurang dari 100

persen, maka atribut kemitraan dinyatakan belum sesuai dengan harapan petani

mitra. Secara matematis analisis kesesuaian dirumuskan sebagai berikut:

Page 75: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

58  

Tki = x 100%

Dimana: Tki = Tingkat kesesuaian responden

Xi = Skor penilaian tingkat kinerja/kepuasan petani mitra

Yi = Skor penilaian kepentingan petani mitra

Hasil perhitungan dinyatakan dalam diagram kartesius. Pada penggunaan

diagram kartesius, sumbu mendatar (X) merupakan skor tingkat pelaksanaan

kinerja/kepuasan, sedangkan sumbu tegak (Y) merupakan skor tingkat

kepentingan/harapan. Rumusan matematis untuk setiap faktor tersebut adalah

sebagai berikut:

∑ ∑ X = Y = n n

Dimana: X = Skor rata-rata tingkat kinerja/kepuasan

Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan

n = Jumlah responden

Diagram kartesius merupakan sebuah bagan yang dibagi menjadi empat

bagian dan dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik

(X,Y). Kedua titik tersebut diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:

∑ ∑ X = Y =

k k Dimana : X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan seluruh atribut mutu pelayanan

dari perusahaan

Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan/harapan seluruh atribut mutu

pelayanan

k = Banyaknya atribut mutu pelayanan yang diberikan oleh perusahaan

yang dapat mempengaruhi keputusan petani

Kedua garis tersebut membagi diagram kartesius yang merupakan matriks

IPA ke dalam empat kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan kuadran

IV. Diagram kartesius dijelaskan pada Gambar 11.

Page 76: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

59  

Tingkat Kepentingan

Y

Y

X X

Tingkat Kepuasan

Sumber : Supranto (2006)

Keterangan:

Kuadran I : Kuadran I yang merupakan Kuadran Prioritas Utama

menunjukkan atribut-atribut yang dianggap mempengaruhi

kepuasan petani, namun manajemen belum melaksanakannya

sesuai yang diharapkan petani, sehingga petani tidak puas.

Kinerja atribut-atribut yang masuk ke dalam kuadran ini harus

ditingkatkan oleh perusahaan dengan melakukan perbaikan

secara terus-menerus.

Kuadran II : Kuadran II yang merupakan Kuadran Pertahankan Prestasi

menunjukkan atribut-atribut yang dianggap penting oleh petani

dan telah dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan yang

diharapkan, sehingga sangat memuaskan petani. Kinerja atribut-

atribut yang terdapat dalam kuadran ini harus dipertahankan.

Kuadran I

Prioritas Utama

Kuadran II

Pertahankan Prestasi

Kuadran III

Prioritas Rendah

Kuadran IV

Berlebihan

Gambar 11. Diagram Kartesius Metode Importance Performance Analysis

Page 77: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

60  

Kuadran III : Kuadran III yang merupakan Kuadran Prioritas Rendah

menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh

petani dan pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja.

Peningkatan kinerja atribut dalam kuadran ini perlu

dipertimbangkan lagi karena manfaat yang diperoleh sangat

kecil.

Kuadran IV : Kuadran IV yang merupakan Kuadran Berlebihan

menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh

petani namun pelaksanaannya oleh perusahaan dirasa

berlebihan. Atribut-atribut dalam kuadran ini dapat dikurangi

pelaksanaannya untuk menghemat biaya.

4.4.4.3 Metode Customer Satisfaction Index (CSI)

Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk menetukan tingkat

kepuasan konsumen secara menyeluruh berdasarkan atribut-atribut kualitas jasa

yang diukur. Atribut-atribut yang diukur berbeda-beda untuk masing-masing

industri, bahkan untuk masing-masing perusahaan. Menurut Aritonang (2005)

terdapat empat langkah dalam perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI),

yaitu:

1. Menentukan Mean Important Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score

(MSS). Nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja tiap

anggota:

∑ ∑ MIS = dan MSS = n n Dimana: n = jumlah responden

Yi = Nilai kepentingan atribut ke- i

Xi = Nilai kinerja atribut ke- i

Page 78: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

61  

2. Membuat Weight Factors (WF)

Bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS

seluruh atribut.

=

Dimana: p = Jumlah atribut kepentingan

i = Atribut ke- i

3. Membuat Weight Scor (WS)

Bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor (WF) dengan rata-

rata tingkat kepuasan (Mean Satisfaction Score = MSS)

= x

Dimana: i = Atribut aspek kemampuan kelompok ke- i

4. Menentukan Customer Satisfaction Index (CSI)

∑ CSI = x 100 %

5

Pada umumnya bilai nilai CSI di atas 50 persen dapat dikatakan bahwa

konsumen sudah merasa puas sebaliknya bila nilai di bawah 50 persen konsumen

belum dikatakan puas. Skala kepuasan konsumen yang dipakai dalam penelitian

ini dibagi ke dalam lima kriteria dari tidak puas sampai dengan sangat puas.

Kriteria ini mengikuti modifikasi kriteria yang dilakukan oleh PT. Sucofindo

dalam melakukan survei kepuasan pelanggan, sepert dijabarkan dalam Tabel 13.

Page 79: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

62  

Tabel 13. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) Nilai CSI Kriteria CSI

0,81-1,00 Sangat Puas

0,66-0,80 Puas

0,51-0,65 Cukup Puas

0,35-0,50 Kurang Puas

0,00-0,34 Tidak Puas Sumber: Ihsani (2005) dalam Lestari (2009)

4.5 Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Petani Penangkar Benih Padi adalah petani yang menghasilkan benih padi

sebagai komoditi produksinya.

2. Petani Penangkar Benih Mitra adalah petani penangkar benih yang

menjalin kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri dan terikat kontrak.

3. Petani penangkar benih non mitra adalah petani penangkar benih yang

berada di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, yang merupakan petani

mandiri. Petani ini tidak terikat kontrak dengan PT. Sang Hyang Seri.

4. Harga beli hasil panen adalah harga beli yang dibayarkan PT. Sang Hyang

Seri kepada petani, sesuai dengan kadar air serta kotoran yang terkandung

pada hasil panen.

Page 80: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

63  

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri

5.1.1 Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri

PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan perintis dan pelopor usaha

perbenihan di Indonesia serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang mempunyai core business pembenihan pertanian. Sebelum menjadi BUMN,

pada tahun 1940-an, PT. SHS adalah perusahaan perkebunan milik asing (Inggris)

bernama Pamanukan & Tjiasem yang berlokasi di kawasan Sukamandi,

Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang. Namun dengan adanya nasionalisasi pada

tahun 1957 pengelolaan perusahaan berpindah tangan kepada Yayasan

Pembangunan Daerah Jabar (YPDB).

Bersamaan dengan proyek penelitian dan mekanisasi serta proyek hewani

yang dilakukan pemerintah, YPDB pun akhirnya merubah statusnya menjadi

proyek ”Produksi Pangan Sukamandijaya” pada 1966. Pada perkembangannya,

ketiga proyek tersebut dilebur menjadi Lembaga Sang Hyang Seri pada tahun

1968 yang kemudian disahkan oleh pemerintah melalui peraturan pemerintah (PP)

Nomor 22 tahun 1971 (disempurnakan dengan PP 44/1985) menjadi perusahaan

umum (perum). Selanjutnya, pengelolaan Sang Hyang Seri menjadi tanggung

jawab pemerintah. Kebutuhan operasional perusahaan benih ini pun secara

otomatis mendapat sokongan pemerintah melalui pinjaman dana bantuan dari

Bank Dunia.

Bisnis benih yang dikelola PT. SHS mengalami perkembangan pesat.

Perusahaan ini melebarkan sayap wilayah pelayanannya ke Klaten Jawa Tengah

(1973) dan Malang Jawa Timur (1977) dengan mendirikan distrik benih.

Kemudian perusahaan binaan BUMN ini kembali melakukan ekspansi ke luar

Pulau Jawa dengan mendirikan beberapa kantor cabang seperti di kawasan

Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.

Dari tahun ke tahun, bisnis benih PT.SHS semakin meluas dan perusahaan

kembali berganti status dari perum menjadi persero melalui PP No. 18 tahun

1995. Perusahaan ini memperluas core business-nya menjadi benih pertanian dan

usaha lain yang langsung menunjang usaha pembenihan sekaligus meningkatkan

Page 81: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

64  

pendapatan dan kinerja perusahaan. Misalnya, benih tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Selain core

bussines, PT. SHS dapat pula melakukan kegiatan penunjang core bussines dan

optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan pada 2008. Pembinaan terhadap

perusahaan dilakukan oleh lembaga Kementerian BUMN sesuai PP 64/2001

tertanggal 13 September 2001.

5.1.2 Budaya Perusahaan

Budaya perusahaan terhimpun dalam tata nilai PT. SHS, dengan akronim

“andalan bersama”, meliputi:

1. Amanah: bekerja adalah kepercayaan dari perusahaan dan karunia dari

Tuhan Yang Maha Esa.

2. Handal: SDM dapat diandalkan dalam bekerja (efisien & efektif) memiliki

pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan tindakan yang sesuai dengan Visi,

Misi dan Tujuan Perusahaan.

3. Antusias: bekerja penuh semangat, kerja keras, dan cerdas untuk

menghasilkan kinerja yang terbaik.

4. Berdedikasi: integritas dan loyalitas didedikasikan bagi perusahaan.

5. Sahaja: rendah hati, saling menghormati, dan mampu menempatkan diri.

6. Maju: inovatif, menghargai pendapat dan prestasi orang lain.

5.1.3 Visi, Misi dan Motto Perusahaan

Visi

Menjadi Perusahaan Agroindustri Benih Nasional Kelas Dunia.

Misi

Menghasilkan produk agroindustri bermutu melalui pemanfaatan

sumberdaya perusahaan secara efisien dan efektif untuk memberikan

manfaat optimal bagi stakeholders.

Motto

Mutu dan pelayanan terjamin.

Page 82: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

65  

5.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam struktur organisasi PT. SHS, perusahaan terdiri dari Dewan

Komisaris dan Dewan Direksi. Dewan Komisaris sebagai bagian tertinggi

memegang seluruh wewenang di luar yang telah didelegasikan Direksi,

sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar. Fungsi Dewan Direksi adalah

melaksanakan pengawasan dan penasehat bagi Direksi dalam menjalankan

tugasnya. Selain itu Dewan Komisaris pun berfungsi sebagai pemberi arahan

strategi dan optimalisasi efektifitas serta efisiensi tindakan Direksi dalam

pencapaian target. Sementara itu fungsi Dewan Direksi adalah mewakili

perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sejalan dengan tugas utama

Direksi untuk memimpin, mengelola dan mengatur perusahaan menuju

tercapainya maksud dan tujuan perusahaan. Dewan Direksi terdiri dari Direktur

Utama, Direktur Keuangan, Direktur Penelitian dan SDM, Direktur Produksi, dan

Direktur Pemasaran. Dewan Komisaris dan Dewan Direksi menempati kantor

pusat di Jakarta.

Dalam kegiatan pengelolaan perusahaan, setiap Kantor Regional PT. SHS

dipimpin oleh General Manajer yang membawahi berbagai bagian. Kantor

Regional PT. SHS terdiri dari lima Kantor Regional, yaitu Kantor Regional I dan

Pusat Benih Sumber (Sukamandi, Kabupaten Subang), Kantor Regional II

(Malang), Kantor Regional III (Medan), Kantor Regional IV (Metro) dan Kantor

Regional V (Sidrap). Kantor Regional I Sukamandi membawahi Unit Bisnis

Daerah Sukamandi, Ciamis, Serang, Tegal dan Banyumas serta membawahi

Satuan Tugas Kalimantan Barat dengan wilayah pelayanan di Jawa Barat, Banten

dan Sebagian Jawa Tengah.

Kantor Regional I Sukamandi dipimpin oleh General Manager yang

membawahi Sekretaris Regional, Manajer Pemasaran, Manajer Produksi, Manajer

Litbang, serta Manajer Keuangan dan SDM. General Manajer membawahi

langsung Senior Manajer yang bertanggung jawab terhadap Unit Bisnis Daerah

atau Cabang Khusus. Unit Bisnis Daerah Sukamandi dipimpin oleh Senior

Manajer yang Membawahi Manajer Kebun, Manajer Prosessing, dan Manajer

Penjualan, dimana setiap bagian memiliki fungsinya masing-masing. Manajer

Kebun bertanggung jawab terhadap kegiatan budidaya penangkaran benih padi,

Page 83: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

66  

baik kegiatan swakelola, kerjasama, maupun kerjasama luar. Kemitraan antara

PT.SHS dengan petani mitra merupakan tanggung jawab dari bagian kebun.

5.2 Gambaran Umum Kabupaten Subang

Kabupaten Subang sebagai salah satu kabupaten di kawasan utara Provinsi

Jawa Barat meliputi wilayah seluas 205.176,95 ha atau 6,34 persen dari luas

Provinsi Jawa Barat. Wilayah ini terletak di antara 107º 31' sampai dengan 107º

54' Bujur Timur dan 6º 11' sampai dengan 6º 49' Lintang Selatan. Secara

administratif, Kabupaten Subang terbagi atas 253 desa dan kelurahan yang

tergabung dalam 22 kecamatan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Subang

Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan Wilayah Kerja Camat, jumlah

kecamatan bertambah menjadi 30 kecamatan. Batas-batas wilayah administratif

Kabupaten Subang adalah di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten

Bandung Barat, di sebelah barat dengan Kabupaten Purwakarta dan Karawang, di

sebelah timur dengan Kabupaten Sumedang dan Indramayu dan Laut Jawa yang

menjadi batas di sebelah utara.

Sumber: http//:www.subang.go.id [21 September 2011]

Gambar 12. Peta Kabupaten Subang

Page 84: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

67  

Berdasarkan data statistik Subang dalam angka, penduduk Kabupaten

Subang pada tahun 2009 berjumlah 1.470.324, dengan komposisi 725.561 orang

laki-laki dan 744.763 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai

717 jiwa per km2. Dari 22 kecamatan yang berada di Kabupaten Subang,

Kecamatan Subang merupakan daerah dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu

2.077 jiwa per km2, sedangkan Kecamatan Legonkulon merupakan daerah yang

paling rendah tingkat kepadatannya, yaitu 318 jiwa per km2.

Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang memiliki areal lahan sawah

terluas ketiga di Jawa Barat setelah Indramayu dan Karawang, sekaligus

merupakan penyumbang produksi padi terbesar ketiga di Jawa Barat. Luas lahan

sawah di Kabupaten Subang pada tahun 2009 tercatat seluas 84.167 hektar atau

sekitar 47,71 persen dari total luas wilayah Kabupaten Subang. Sebagai salah satu

penyandang predikat sebagai salah satu lumbung padi nasional Kabupaten Subang

pada tahun 2009 menyumbangkan produksi padi yang mencapai 1.128.353 ton

terhadap stok padi nasional. Produksi padi tersebut dihasilkan dari lahan basah

sebanyak 1.121.600 ton dan sisanya dari ladang. Sedangkan varietas padi yang

banyak ditanam diantaranya varietas Ciherang, Cimelati, dan Cigeulis. Sentra

produksi padi di Kabupaten Subang terdapat di Kecamatan Binong, Pusakanagara,

Ciasem, Pamanukan, Patokbeusi dan Blanakan.

5.3 Karakteristik Petani Responden

5.3.1 Umur Responden

Berdasarkan pengamatan di lapang didapat bahwa umur responden

berkisar antara 25-75 tahun dengan rata-rata umur 46,07 tahun. Umur responden

petani mitra berkisar antara 30-70 tahun dengan rata-rata umur 49,40 tahun.

Sedangkan umur responden petani non mitra berkisar antara 25-75 dengan rata-

rata umur 42,73 tahun.

Page 85: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

68  

Tabel 14. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Umur Musim Tanam 2010/2011

Kelompok

Umur (Tahun)

Mitra Non Mitra

Jumlah Petani % Jumlah Petani %

25-34 2 6,67 4 13,33

35-44 9 30 11 36,67

45-54 8 26,67 3 10

55-64 7 23,33 6 20

≥ 65 4 13,33 6 20

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden petani

mitra dan non mitra berada pada interval usia 35-44 tahun dengan persentase

responden petani mitra sebesar 30 persen dan petani non mitra sebesar 36,67

persen.

5.3.2 Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan pengamatan di lapang didapat bahwa 100 persen petani

responden mitra berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan pada petani non mitra, 10

persen responden berjenis kelamin wanita.

Tabel 15. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Jenis Kelamin Musim Tanam 2010/2011

Jenis Kelamin Mitra Non Mitra

Jumlah Petani % Jumlah Petani %

Laki-laki 30 100 27 90

Perempuan 0 0 3 10

Total 30 100 30 100

Page 86: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

69  

5.3.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan formal petani mitra bervariasi mulai dari tidak

sekolah, SD, SMA hingga Diploma. Sedangkan pada petani non mitra tingkat

pendidikan formal bervariasi mulai dari SD, SMP, SMA hingga S1.

Tabel 16. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan Musim Tanam 2010/2011

Pendidikan Mitra Non Mitra

∑ Petani % ∑ Petani %

Tidak Sekolah 4 13,33 2 6,67

SD 21 70 17 56,67

SMP 1 3,33 7 23,33

SMA 3 10 4 13,33

Diploma 1 3,33 0 0

Jumlah 30 100 30 100

Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa lebih dari setengah responden petani

mitra hanya tamat SD, yaitu sebesar 70 persen. Sedangkan pada responden petani

non mitra 56,67 persen responden hanya tamat SD. Pada petani non mitra terdapat

satu responden yang telah menyelesaikan pendidikan diplomanya.

5.3.4 Pengalaman Usahatani Penangkaran Benih Padi

Berdasarkan penelitian di lapang, diketahui bahwa petani mitra telah lebih

lama melakukan usahatani penangkaran benih padi dibandingkan dengan petani

non mitra. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran petani

dalam pentingnya penggunaan benih padi bersertifikat. Pengalaman usahatani

penangkaran benih padi bersertifikat untuk petani mitra berkisar antara 5-45

tahun. Sedangkan pengalaman usahatani penangkaran benih padi bersertifikat

untuk petani non mitra berkisar antara 1-10 tahun. Perbedaan yang sangat jauh ini

menunjukkan peranan PT. SHS dalam memenuhi kebutuhan benih padi

bersertifikat nasional selama ini. Pengalaman petani responden dalam melakukan

penangkaran benih pada dapat dilihat pada Tabel 17.

Page 87: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

70  

Tabel 17. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pengalaman Menjadi Petani Penangkar Benih Padi Musim Tanam 2010/2011

Pengalaman

(Tahun)

Mitra Non Mitra

∑ Petani % ∑ Petani %

1-9 1 3,33 29 96,67

10-19 9 30 1 3,33

20-29 13 43,33 0 0

30-39 3 13,33 0 0

≥ 40 4 10 0 0

Jumlah 30 100 30 100

Tabel 17 menunjukkan bahwa 96,67 persen responden petani non mitra

memiliki pengalaman menjadi penangkar antara 1-9 tahun, dan hanya 3,33 persen

petani yang telah berpengalaman menjadi penangkar antara 10-19 tahun.

Sedangkan pada responden petani mitra yang memiliki pengalaman dengan

interval antara 5-45 tahun, jumlah responden terbanyak berada pada interval

pengalaman 20-29 tahun, yaitu sebesar 43,33 persen.

5.3.5 Luas Lahan dan Status Kepemilikan

Luas lahan yang dimiliki petani baik pada responden petani mitra maupun

non mitra cukup bervariasi. Luas lahan responden petani mitra berkisar antara 1-2

hektar dengan rata-rata luas lahan 1,744 hektar. Sedangkan luas lahan responden

petani non mitra berkisar antara 0,5-2 hektar dengan rata-rata luas lahan 0,81

hektar. Tabel 18 menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki responden petani

mitra sebesar 56,67 persen adalah lebih besar sama dengan 2 hektar. Sedangkan

pada responden petani non mitra luas lahan terbanyak yang dimiliki oleh

responden adalah kurang dari atau sama dengan 1 hektar, yaitu sebesar 80 persen.

Page 88: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

71  

Tabel 18.  Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Musim Tanam 2010/2011

Luas Lahan

(Hektar)

Mitra Non Mitra

∑ Petani % ∑ Petani %

≤ 1 5 16,67 24 80

1,1-1,9 8 26,67 5 16,67

≥2 17 56,67 1 3,33

Jumlah 30 100 30 100

Status kepemilikan lahan pada petani non mitra 100 persen adalah sewa,

karena lahan yang dikelola oleh petani mitra adalah milik PT. SHS. Status

kepemilikan lahan pada petani mitra dan non mitra dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19.  Status Kepemilikan Lahan Responden Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Status

Kepemilikan

Mitra Non Mitra

∑ Petani % ∑ Petani %

Pribadi 0 0 3 10

Sewa 30 100 27 90

Jumlah 30 100 30 100

Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa sebesar 10 persen responden petani

non mitra memiliki lahan dengan status kepemilikan pribadi dan sebesar 90

persen responden mengelola lahan sewa. Harga sewa lahan di daerah adalah 1.400

kg per hektar per musim. Sedangkan setiap musimnya petani mitra membayar

sewa lahan secara bagi hasil, yaitu sebesar 1.200 kg per hektar. Berdasarkan rata-

rata luas lahan diketahui bahwa petani mitra memiliki luas lahan usahatani

penangkaran benih padi yang lebih besar dibandingkan petani non mitra.

Page 89: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI

6.1 Gambaran Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Penangkar

Benih

Kemitraan antara PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) dengan petani

penangkar benih di sekitar lokasi perusahaan difokuskan pada beberapa desa di

tiga kecamatan yang merupakan daerah binaan PT. SHS yaitu kecamatan Ciasem,

kecamatan Blanakan dan kecamatan Patokbeusi. Empat desa di kecamatan

tersebut yang menjadi lokasi lahan milik PT. SHS, yaitu desa Ciasem Girang,

desa Gempol Sari, desa Rawa Mekar dan desa Pinang Sari menjadi desa kontrak

HGU, dimana para petani di keempat desa tersebut diutamakan untuk menjadi

petani mitra. Selain keempat desa tersebut, terdapat desa-desa di luar kontrak

HGU yang merupakan desa penyangga, yaitu desa Tambak Jati, desa Sukahaji,

desa Cilamaya Hilir, desa Blanakan, desa Ciasem Hilir, desa Rancamulya, dan

desa Sukamandi Jaya.

Lahan yang dimiliki oleh PT. SHS seluas 3.150,65 hektar merupakan

tanah negara yang diberikan pada PT. SHS untuk dikelola terutama untuk

menghasilkan benih berkualitas yang memenuhi kebutuhan benih bersertifikat

nasional. Luasnya lahan yang harus dikelola oleh PT. SHS tidak sebanding

dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh PT. SHS. Keterbatasan

SDM menjadi salah satu masalah, sehingga kemitraan dengan petani sekitar

menjadi solusi yang paling tepat. Pada musim tanam 2010/2011 dari seluruh luas

lahan PT. SHS, seluas 2.283,15 hektar disewakan untuk diolah petani mitra dan

867,50 hektar lahan digunakan untuk kegiatan swakelola, penelitian dan Trap

Border System (TBS). Kegiatan swakelola meliputi penanaman padi inbrida,

penanaman padi hibrida, dan penanaman benih sumber. Pada musim tanam

2010/2011 seluruh lahan kerjasama digunakan untuk menanam padi inbrida.

Selain swakelola dan kerjasama dalam, untuk memenuhi target produksi, PT. SHS

melakukan kerjasama luar dengan kelompok tani atau gapoktan, seperti di

Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten

Indramayu. PT. SHS membeli gabah hasil panen dari kelompok tani tersebut,

Page 90: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

73  

dimana benih sumbernya berasal dari PT. SHS. Setiap musimnya kontrak

kerjasama luar dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan PT. SHS.

Tabel 20. Pembagian Areal Lahan PT. SHS Cabang Khusus Sukamandi Musim Tanam 2010/2011

Areal Swakelola (Ha) Kerjasama

(Ha) Jumlah (Ha)

I. Areal Kebun

1. Padi Inbrida

- Inpari 1 199,60 113,03 312,63

- Situbagendit - 190,03 190,03

- Ciherang 335,79 1.658,90 1.994,69

- Inpago 3 SHS 128,29 - 128,29

- Cigeulis - 20,20 20,20

- Inpara 3 - 46,54 46,54

- Inpari 13 39,77 - 39,77

- Mekongga - 46,99 46,99

- IR64 - 207,46 207,46

Sub Jumlah 703,45 2.283,15 2.986,60

2. Padi Hibrida

- SL-8SHS 5,97 - 5,97

- Perb. Restorer 1,13 - 1,13

Sub Jumlah 7,10 - 7.10

Jumlah Areal Kebun 710,55 2.283,15 2.993,70

II. Areal Lain-lain

1. Benih Sumber 110,61 - 110,61

2. Penelitian 13,97 - 13,97

3. TBS 3,00 - 3,00

Jumlah Areal Lain-lain 156,95 - 156,95

Jumlah Areal PT. SHS 867,50 2.283,15 3.150,65

Sumber: PT. Sang Hyang Seri, 2011

Page 91: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

74  

Kemitraan yang berlangsung antara PT. SHS dengan petani mitra

merupakan kemitraan inti plasma. Sebagai perusahaan inti, PT. SHS menyediakan

lahan sewa untuk digarap oleh petani, memberikan bantuan modal biaya panen,

pinjaman sarana produksi dan benih sumber, serta memberikan pembinaan dan

pendampingan bagi petani mitra. Sedangkan para petani berhak mengelola lahan

yang disediakan oleh PT. SHS dan berkewajiban untuk menyerahkan hasil

panennya kepada PT. SHS sesuai kebutuhan dan permintaan PT. SHS. Pada

awalnya, sewa lahan dilakukan dengan membayar uang sewa setiap musimnya.

Namun kemudian sejak tahun 2003, sistem pembayaran tersebut berubah menjadi

sistem bagi hasil karena banyaknya kejanggalan seperti penarikan biaya sewa oleh

oknum diluar petugas. Bagi hasil yang dibebankan kepada petani sebesar 1.200 kg

per hektar dan diambil ketika panen.

6.2 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

Pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra ditandai

dengan penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama yang dapat diperbaharui

setiap musimnya. Untuk memulai kemitraan, petani mengajukan surat

permohonan usulan penggarapan. Pada surat tersebut terdapat jumlah lahan yang

diminta oleh petani. PT. SHS memberikan syarat maksimal 2 hektar lahan untuk

setiap petani. Selanjutnya PT. SHS melakukan evaluasi, apakah petani tersebut

layak untuk menjadi petani mitra. Apabila petani tersebut telah layak, maka PT.

SHS akan mengeluarkan surat pengabulan yang harus ditandatangani oleh kepala

desa. Kemudian dilakukan penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama antara

PT. SHS dengan petani mitra.

Lahan kerjasama PT. SHS dibagi ke dalam lima wilayah, dimana setiap

wilayah dipegang oleh supervisor. Tugas supervisor adalah mengawasi,

mengontrol, serta memberi penyuluhan kepada petani. Daftar pembagian areal

lahan untuk musim tanam 2010/2011 dapat dilihat pada Tabel 21.

Page 92: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

75  

Tabel 21. Pembagian Areal Lahan Kerjasama Musim Tanam 2010/2011 No Supervisor Blok Luas (Ha)

1 Edi Rohendi S1-S13 142,86

B1-B23 184,68

B31 2,55

L2AB-L6 25,00

BLC 81,45

B2-B14 55,79

L1-L7 59,41

LK1-LK4 59,73

S21-S22B 13,50

Sub Jumlah 624,97

2 Sunarja, A.Md LK5-LK25 114,65

LK6-LK10 15,71

LK27-LK51 147,14

LK40-LK46 46,99

L35-L45 105,37

S30-S31 12,32

S36-S40 51,75

L36-L52 87,38

Sub Jumlah 581,31

3 Rohali, A.Md PSK 172,57

SKJB 206,47

Sub Jumlah 379,04

4 Sugianto Uwan TGKB 301,52

Sub Jumlah 301,52

5 Aang Suharman, SP SKJT 92,00

TGKT 304,31

Sub Jumlah 396,31

Jumlah 2283,15

Sumber: PT. Sang Hyang Seri, 2011

Page 93: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

76  

Pelaksanaan budidaya penangkaran benih padi oleh petani mitra diawasi

oleh PT. SHS. Setiap kegiatannya mulai dari tebar, tanam hingga panen harus

berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selama satu

musim tanam, PT. SHS melakukan roguing sebanyak 3 kali, yaitu ketika (i) masa

vegetatif, yaitu satu bulan setelah tanam, (ii) masa berbunga penuh, yaitu dua

setengan bulan setelah tanam, dan (iii) fase pemasakan, yaitu dua minggu sebelum

panen. Biaya roguing ditanggung oleh petani mitra sebagai biaya operasional

yang wajib dibayar setiap musimnya.

Petani mitra menyerahkan hasil panen dengan Surat Pengantar Hasil

(SPH). SPH diperoleh setelah hasil panen melalui uji laboratorium, untuk

menentukan kadar air serta kotoran dari hasil panen tersebut. Satu SPH mewakili

satu kendaraan, yang berisi nama petani mitra, lokasi penanaman, luas lahan,

tanggal panen, total hasil panen bruto, total hasil panen netto setelah dikurangi

berat karung dan hasil panen, kadar air dan kotoran, serta harga yang ditetapkan

untuk hasil panen tersebut sesuai dengan hasil laboratorium. Penimbangan

dilakukan dua kali, pertama oleh petani sendiri, kemudian oleh perusahaan. SPH

ditandatangani oleh petani mitra, supervisor dan supir kendaraan. Pembayaran

hasil panen dilakukan berdasarkan kesepakatan sebelumnya, minimal satu minggu

setelah penyerahan hasil panen, tergantung dari kemampuan perusahaan. Lama

pembayaran menunggu pencairan dana perusahaan.

6.3 Surat Perjanjian Kerjasama

Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara PT. SHS dengan petani

menetapkan luas areal lahan serta lokasi atau blok yang akan dikelola oleh petani

selama satu musim, dengan beberapa persyaratan atau ketentuan mengenai

kegiatan pembinaan dan pengawalan teknis, pembayaran benih, pembayaran bagi

hasil, pembayaran biaya operasional, kepemilikan hasil panen dan penjualan hasil

panen, pengelolaan areal lahan, serta sanksi bagi pelanggaran. SPK berisi poin

umum seperti Nomor SPK, tanggal penandatangan SPK, serta data pihak-pihak

yang bermitra. Dalam SPK, PT. SHS dinyatakan sebagai Pihak Pertama dan

petani mitra sebagai Pihak Kedua. Kesepakatan yang tercantum di dalam SPK

diantaranya:

Page 94: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

77  

1. PIHAK PERTAMA, wajib melakukan pembinaan dan pengawalan teknis

produksi yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.

2. PIHAK KEDUA diwajibkan membayar benih pokok sebanyak 25 Kg / Ha /

Musim kepada PIHAK PERTAMA.

3. PIHAK KEDUA diwajibkan membayar bagi hasil sebesar 1.200 Kg / Ha /

Musim kepada PIHAK PERTAMA.

4. PIHAK KEDUA membayar biaya operasional kerjasama sebesar Rp.

130.000,-/ Ha / Musim yang terdiri dari : Biaya Roguing, Sanitasi, Materai

dan PHT.

5. PIHAK KEDUA berhak atas semua hasil panen dan memasukkan/menjual

kepada PIHAK PERTAMA apabila dibutuhkan setelah dipotong kewajiban

bagi hasil.

6. PIHAK KEDUA diwajibkan mengelola areal dengan baik dan tidak

dipindah tangankan kepada orang lain maupun dijual belikan.

7. PIHAK KEDUA diwajibkan mematuhi ataupun mentaati persyaratan dan

ketentuan yang berlaku di PT. Sang Hyang Seri (Persero) yang tidak tertulis

dalam kontrak ini dalam hal pemanfaatan lahan.

8. PIHAK KEDUA bersedia diberhentikan sebagai petani kerjasama apabila

tidak mengikuti ataupun mentaati aturan dan ketentuan yang ada.

Di dalam Surat Perjanjian Kerjasama tidak disebutkan bahwa petani mitra

wajib menjual seluruh hasil panennya kepada PT. SHS. Petani menjual kepada

perusahaan ketika dibutuhkan. Jumlah benih yang dibeli oleh PT. SHS tergantung

dari kebutuhan benih PT. SHS. Setiap musimnya, PT. SHS menargetkan jumlah

produksi. Namun untuk memenuhi target produksi tersebut, peraturan tersebut

diperkuat oleh peraturan tidak tertulis bahwa petani tidak diperbolehkan untuk

menjual benih selain pada PT. SHS, kecuali untuk konsumsi, dimana jumlah hasil

panen mereka masih dapat memenuhi target PT. SHS. Peraturan tidak tertulis

lainnya yang telah disepakati oleh kedua belah pihak adalah mengenai penetapan

harga beli hasil panen, penetapan varietas, ketentuan luas lahan, penetapan tebar,

tanam, panen, penyediaan sarana produksi, kerjasama pembasmian tikus,

pembagian risiko budidaya, respon terhadap keluhan, pengangkutan hasil panen,

serta jangka waktu pembayaran hasil panen. Dalam SPK, PT. SHS menerapkan

Page 95: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

78  

sanksi bahwa petani mitra akan diberhentikan apabila melanggar kesepakatan baik

tertulis maupun tidak tertulis. Penerapan sanksi ini tidak serta merta dilakukan

pada pelanggaran pertama. Sebelum diberhentikan, PT. SHS akan memberikan

teguran terlebih dahulu kepada petani mitra. Apabila petani mitra tetap melakukan

pelanggaran barulah kemudia diberhentikan sebagai petani mitra oleh PT. SHS.

6.4 Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan

Pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra diatur dalam

suatu peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis. Peraturan tertulis terdapat

dalam Kontrak Kerjasama yang berlaku untuk setiap musim. Peraturan tertulis

maupun tidak tertulis mengatur hak dan kewajiban dari petani mitra maupun dari

PT. SHS. Berdasarkan uraian hak dan kewajiban, dapat dievaluasi pelaksanaan

kemitraan tersebut. Keenam belas poin kerjasama yang digunakan untuk

mengevaluasi kemitraan ditentukan berdasarkan peraturan tertulis dan peraturan

tidak tertulis. Poin-poin tersebut adalah pembinaan dan pengawalan teknis,

pembayaran benih pokok, pembayaran bagi hasil, pembayaran biaya operasional,

penjualan hasil panen, pengelolaan areal, sanksi terhadap pelanggaran aturan,

ketentuan luas lahan garapan, penerapan jadwal tebar tanam panen, penyediaan

sarana produksi, kegiatan pembasmian tikus, penerapan harga beli hasil panen

oleh PT. SHS, pembagian risiko budidaya, respon terhadap keluhan,

pengangkutan hasil panen dan pembayaran hasil panen.

Secara ringkas, evaluasi pelaksanaan kemitraan dapat dilihat pada matriks

evaluasi, dimana dapat terlihat beberapa peraturan yang tidak berjalan sesuai

perjanjian yang telah disepakati (Lampiran 3). Pelaksanaan kemitraan antara PT.

SHS dengan petani mitra dilihat dari kesepakatan baik tertulis maupun tidak

tertulis adalah:

A. Peraturan Tertulis.

1. Pembinaan dan Pengawalan Teknis.

PT. SHS diwajibkan untuk melakukan pembinaan dan pengawalan teknis

produksi. Pembinaan dan Pengawalan Teknis Produksi mewakili frekuensi

kegiatan pembinaan serta pengawalan teknis yang dilakukan oleh PT. SHS

serta menilai kualitas SDM yang dimiliki PT. SHS dalam memberikan

Page 96: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

79  

pembinaan dan pengawalan. Pembinaan dan pengawalan teknis dilakukan

hampir setiap hari oleh PT. SHS. Hal ini cukup mudah dilakukan, karena

lahan penangkaran benih padi merupakan milik PT. SHS dan berada di

wilayah PT. SHS. Dari seluruh lahan milik PT. SHS dibagi menjadi lima

wilayah, dimana setiap wilayah memiliki kepala wilayah atau supervisor.

Kepala wilayah inilah yang berperan melakukan pembinaan dan

pengawalan teknis. Petani di setiap wilayah pasti mengenal kepala

wilayahnya, dan terjalin komunikasi yang baik, sehingga aliran informasi

baik mengenai PT. SHS maupun mengenai budidaya dapat diterima oleh

petani. Pelaksanaan poin kerjasama ini telah sesuai dengan kesepakatan

kerjasama.

2. Pembayaran Benih Pokok.

Pembayaran benih pokok diatur di dalam kontrak, dimana petani mitra

diwajibkan membeli benih pokok 25 kg per hektar per musim dari PT.

SHS. Harga benih pokok pada musim tanam 2010/2011 adalah Rp 7.500

per kg. Pembelian benih pokok ke PT. SHS dimaksudkan untuk menjaga

kualitas benih yang dihasilkan. Jenis varietas yang ditanam ditentukan

oleh perusahaan. Petani diwajibkan untuk menanam padi sesuai dengan

varietas yang ditentukan oleh PT. SHS. Hal ini berdasarkan banyaknya

kebutuhan dari varietas padi itu sendiri. Varietas yang ditanam oleh PT.

SHS pada musim tanam 2010/2011 adalah Inpari 1, Situbagendit,

Ciherang, Inpago 3 SHS, Cigeulis, Inpara 3, Inpari 13, Mekongga dan

IR64. Varietas Inpago 3 SHS dan Inpari 13 hanya dibudidayakan pada

kegiatan swakelola. Sejauh ini, petani mitra selalu mematuhi ketentuan

tersebut sehingga pelaksanaan poin kerjasama ini telah sesuai dengan

kesepakatan kerjasama. Walaupun sebenarnya banyak petani yang sudah

mulai kurang menyukai varietas yang ditentukan oleh perusahaan.

Beberapa petani menyatakan bahwa kini banyak varietas lokal yang lebih

tinggi produktivitasnya.

3. Pembayaran Bagi Hasil.

Sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK), petani mitra diwajibkan

untuk membayar bagi hasil sebesar 1.200 kg per hektar per musim sebagai

Page 97: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

80  

biaya sewa atas lahan yang digunakan. Pembayaran dilakukan ketika

panen dengan pemotongan hasil panen. Sejauh ini dalam pelaksanaannya

petani mematuhi kesepakatan kerjasama tersebut. Menurut petani bagi

hasil sebesar 1.200 kg per hektar per musim tidak memberatkan.

4. Pembayaran Biaya Operasional.

Pembayaran biaya operasional diatur di dalam SPK. Biaya operasional

terdiri dari biaya roguing, sanitasi, materai dan PHT. Biaya yang

dikenakan adalah sebesar Rp 130.000,00 per hektar per musim dan dibayar

setelah panen. Menurut petani biaya ini sudah cukup bahkan termasuk

murah, dan sejauh ini petani mematuhinya. Sehingga pelaksanaan poin

kerjasama ini telah sesuai dengan kesepakatan kerjasama.

5. Penjualan Hasil Panen.

Pada kontrak dinyatakan bahwa petani menjual dan memasukkan hasil

panennya ke PT. SHS bila dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan bahwa hasil

panen yang dibeli oleh PT. SHS setiap musimnya tergantung dari

kebutuhan PT. SHS. Setiap musimnya PT. SHS memiliki target produksi.

Target inilah yang digunakan untuk menentukan berapa ton benih yang

harus diserahkan petani mitra per hektarnya. Namun ditambahkan dalam

peraturan tidak tertulis, bahwa petani diwajibkan menjual seluruh hasil

panennya kepada PT. SHS karena kebutuhan benih yang tinggi. PT. SHS

hanya mengizinkan petani mengambil hasil panen untuk konsumsi pribadi.

Namun dalam pelaksanaannya banyak petani yang menjual sedikit hasil

panennya ke tengkulak dengan alasan lebih cepat dalam pembayaran

sehingga pelaksanaan poin kerjasama ini kurang sesuai dengan

kesepakatan kerjasama. Selain itu, penjualan di luar PT. SHS tidak

menggunakan rafaksi harga, sehingga harga yang didapat bisa lebih tinggi

dibandingkan di PT. SHS.

6. Pengelolaan Areal Lahan.

Pengelolaan areal lahan diatur di dalam SPK. Petani diwajibkan untuk

mengelola lahan sebaik-baiknya dan tidak diperbolehkan memindah

tangankan tanpa diketahui oleh PT. SHS dan melalui prosedur yang telah

ditetapkan. Sejauh ini peraturan ini diikuti oleh petani sehingga

Page 98: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

81  

pelaksanaan poin kerjasama ini telah sesuai dengan kesepakatan

kerjasama. Namun penggunaan pupuk kimia (anorganik) yang berlebihan

oleh petani semakin menurunkan kualitas tanah. Kurangnya penggunaan

pupuk organik semakin menyebabkan tanah menjadi tidak subur.

7. Sanksi Terhadap Pelanggaran Aturan.

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam SPK, petani yang tidak

mematuhi peraturan bersedia untuk diberhentikan dari kerjasamanya

dengan PT. SHS. Namun sebelum diberhentikan, PT. SHS akan

memberikan teguran terlebih dahulu. Sejauh ini, belum pernah ada petani

mitra yang diberhentikan karena melanggar peraturan.

B. Peraturan Tidak Tertulis

1. Ketentuan Luas Lahan Garapan.

Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh PT. SHS, maksimal luas

lahan yang dapat disewa oleh petani adalah 2 hektar untuk setiap petani.

Hal ini terutama karena luas lahan PT. SHS yang terbatas dan banyaknya

petani yang berminat menjadi petani mitra. Peraturan ini pada dasarnya

telah dipatuhi dan pelaksanaannya sesuai dengan kesepakatan kerjasama,

namun terdapat beberapa petani yang tercatat menyewa lahan lebih dari 2

hektar. Menurut PT. SHS hal tersebut terjadi karena lokasi lahan yang

tanggung dan biasanya berada di pinggir.

2. Penerapan Jadwal Tebar, Tanam, Panen.

Penerapan kegiatan tebar, tanam, panen yang dilakukan oleh petani

semuanya diatur oleh PT. SHS. Petani melaksanakannya sesuai jadwal

yang telah ditetapkan oleh PT. SHS. Kelima wilayah memiliki waktu

tebar, tanam dan panen yang berbeda. Hal ini bertujuan agar terjadi

kontinuitas persediaan serta untuk mempermudah dalam panen,

pengangkutan, dan pengelolaan setelah panen. Kapasitas pabrik PT. SHS

kurang lebih 80 hektar per hari. Petani tidak dapat menentukan waktu

tebar, tanam dan panen sesuai keinginannya. Sejauh ini pelaksanaan poin

kerjasama telah sesuai dengan kesepakatan kerjasama.

Page 99: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

82  

3. Penyediaan Sarana Produksi.

PT. SHS menyediakan sarana produksi selain bibit seperti pupuk dan obat-

obatan dalam bentuk pinjaman. Namun menurut petani, pupuk dan obat-

obatan sering tidak tersedia ketika dibutuhkan. Selain itu, harganya lebih

tinggi bila dibandingkan dengan harga di kios. Hal ini disebabkan karena

pupuk dan obat-obatan yang disediakan oleh PT. SHS merupakan pupuk

dan obat-obatan yang tidak bersubsidi. Petani mitra tidak membeli pupuk

dan obat-obatan di PT. SHS. Para petani lebih memilih untuk membeli di

kios. Pelaksanaan poin kerjasama ini kurang sesuai dengan kesepakatan

kerjasama.

4. Kerjasama Pembasmian Tikus.

Kerjasama pembasmian tikus atau yang dikenal dengan istilah gropyok

tikus dilakukan oleh PT. SHS dengan petani karena banyak terdapat tikus

di wilayah lahan PT. SHS. Gropyok tikus dilakukan dua kali dalam

seminggu, yaitu pada hari rabu dan sabtu. Setiap petani wajib mengikuti

kegitan gropyok tikus. Namun beberapa petani menyatakan jarang

mengikuti gropyok tikus, terutama petani yang lahannya tidak diserang

tikus sehingga pelaksanaan poin kerjasama ini kurang sesuai dengan

kesepakatan kerjasama.

5. Penetapan Harga Beli Hasil Panen Oleh PT. SHS.

PT. SHS melakukan penetapan harga berdasarkan survei pada tiga desa

dan tiga varietas, yang sedang melaksanakan panen pada saat yang sama,

kemudian diambil harga rata-rata. Hal ini dilakukan agar harga beli tidak

berbeda jauh dengan harga di pasaran. Survei harga dilakukan seminggu

sekali, sehingga harga benih berubah-ubah sesuai harga pasar. Apabila

tidak ada pelaksanaan panen di desa sekitar, maka penetapan harga beli

dilakukan dengan musyawarah, antara PT. SHS dengan perwakilan petani

yang akan melaksanakan panen. Penetapan harga beli juga dipengaruhi

oleh kadar air serta kotoran yang dikandung gabah hasil panen, dimana

ketika musim kemarau kadar air normal yaitu 23 persen dan kadar kotoran

3 persen. Sedangkan pada musim hujan kadar air normal yaitu 25 persen

dan kadar kotoran 5 persen. Kadar air serta kotoran ini membentuk rafaksi

Page 100: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

83  

harga. Petani merasa sedikit dirugikan dengan adanya rafaksi harga,

namun hal ini dilakukan oleh PT. SHS untuk menjaga kualitas benih dan

meningkatkan motivasi petani agar menghasilkan benih padi dengan

kualitas yang bagus dan lebih memperhatikan kondisi benih ketika panen,

agar kadar air dan kotoran sesuai dengan kriteria perusahaan. Pelaksanaan

poin kerjasama ini telah sesuai dengan kesepakatan kerjasama.

6. Pembagian Risiko Budidaya.

Pembagian risiko budidaya tidak diatur dalam peraturan tertulis. Namun

PT. SHS menyatakan bahwa risiko yang bersifat kelalaian manusia

ditanggung oleh petani, sedangkan risiko yang tidak dapat dikendalikan

oleh manusia, seperti bencana alam, iklim, cuaca dan serangan hama

penyakit ditanggung bersama oleh petani mitra dan PT. SHS. Selama dua

musim, yaitu pada musim tanam 2009/2010 dan musim tanam 2010, PT.

SHS mengalami puso atau gagal panen karena serangan hama wereng. PT.

SHS tidak membebankan sepenuhnya kepada petani. Pembayaran bagi

hasil selama dua musim tidak perlu dilakukan, namun tetap dibayarkan

pada musim selanjutnya. Pelaksanaan poin kerjasama ini telah sesuai

dengan kesepakatan kerjasama.

7. Respon Terhadap Keluhan.

Petani menyampaikan keluhannya kepada PT. SHS melalui kepala

wilayah. Selanjutnya keluhan dilanjutkan ke bagian kebun, yaitu bagian

yang bertanggung jawab terhadap kemitraan. Menurut petani, belum ada

solusi nyata dari keluhan yang disampaikan, terutama mengenai

keterlambatan waktu pembayaran hasil panen sehingga pelaksanaan poin

kerjasama ini kurang sesuai dengan kesepakatan kerjasama.

8. Pengangkutan Hasil Panen.

Pengangkutan hasil panen difasilitasi oleh PT. SHS dengan menyediakan

truk. Namun biaya transportasi tetap ditanggung oleh petani, karena PT.

SHS menerima hasil panen di perusahaan. Musim ini terdapat kendala,

yaitu kurangnya jumlah truk pengangkut, sehingga banyak hasil panen

yang terbengkalai dan dibiarkan saja di lahan hingga lebih dari tiga hari

melewati jadwal sehingga tidak sesuai dengan kesepakatan kerjasama.

Page 101: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

84  

9. Pembayaran Hasil Panen

PT. SHS tidak menyatakan secara pasti berapa lama jangka waktu

pembayaran. Namun perusahaan menyatakan bahwa jangka waktu

pembayaran maksimal kurang lebih satu bulan. Pada kenyataannya banyak

petani yang mengeluhkan hal tersebut, karena pembayaran hasil panen

bahkan pernah terjadi setelah musim tanam selanjutnya. Menurut PT. SHS

pembayaran hasil panen menunggu pencairan dana. Pelaksanaan poin

kerjasama ini tidak sesuai dengan kesepakatan kerjasama.

Dari enam belas poin kerjasama terdapat enam poin yang pelaksanaannya

belum sesuai dengan kesepakatan. Keenam poin tersebut adalah penjualan hasil

panen, penyediaan sarana produksi, kegiatan pembasmian tikus, respon terhadap

keluhan, pengangkutan hasil panen serta pembayaran hasil panen.

6.5 Kendala-kendala di Dalam Pelaksanaan Kemitraan

Pelaksanaan kemitraan tidak selalu berjalan sesuai dengan kesepakatan

karena banyak kendala-kendala yang ditemui di lapangan. Uraian kendala-kendala

yang dihadapi petani mitra berdasarkan pendekatan poin kerjasama pada evaluasi

kemitraan dapat dilihat pada Lampiran 4. Kendala-kendala yang terjadi di dalam

pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra diantaranya:

1. Kurangnya pertemuan rutin untuk pembinaan.

2. Masih terdapat petani yang menjual hasil panennya selain ke PT. SHS,

karena pembayarannya yang lebih cepat dibandingkan bila menjual ke PT.

SHS.

3. Banyaknya penggunaan pupuk anorganik yang menurunkan kesuburan

tanah.

4. Kurangnya ketersediaan sarana produksi ketika dibutuhkan oleh petani.

Selain itu harga sarana produksi yang cukup tinggi, karena bukan

merupakan sarana produksi yang bersubsidi.

5. Masih terdapat petani yang tidak mengikuti kegiatan pembasmian

(gropyok) tikus

6. Masih terdapat petani yang merasa bahwa rafaksi harga merugikan.

Page 102: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

85  

7. Belum adanya solusi nyata dari keluhan petani seperti keterlambatan

pembayaran hasil panen.

8. Kurangnya sarana pengangkutan hasil panen.

9. Keterlambatan pembayaran hasil panen oleh PT. SHS

6.6 Manfaat Kemitraan

Petani bergabung ke dalam kemitraan terutama agar memperoleh manfaat

dari keberadaan kemitraan itu sendiri. Walaupun terdapat beberapa kendala di

dalam pelaksanaan kesepakatan kerjasama, namun para petani masih merasakan

manfaat dari kemitraan.

Tabel 22. Manfaat Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Mitra Manfaat Kemitraan Jawaban Responden Persentase (%)

1. Modal a. Mendapatkan bantuan modal b. Tidak ada bantuan modal

30 0

100 0

Jumlah 30 100 2. Kepastian Harga

a. Harga tetap/stabil b. Harga berubah

0

30

0

100 Jumlah 30 100

3. Pemasaran a. Mendapatkan jaminan pasar b. Tidak ada jaminan pasar

30 0

100 0

Jumlah 30 100 4. Pendapatan

a. Meningkatkan pendapatan b. Tidak ada pengaruh

30 0

100 0

Jumlah 30 100 5. Pengetahuan

a. Mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan

b. Tidak ada pengaruh

11

19

36,67

63,33

Jumlah 30 100 6. Risiko

a. Risiko usaha ditanggung bersama b. Tidak ada pengaruh

0

30

0

100 Jumlah 30 100

Page 103: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

86  

Berdasarkan jawaban responden, manfaat yang diperoleh petani dari

pelaksanaan kemitraan, antara lain:

1. Mendapatkan Bantuan Modal

Modal merupakan hal yang paling penting dalam pelaksanaan

suatu usaha. Bantuan modal yang diberikan PT. SHS adalah bantuan biaya

panen. 100 persen petani menyatakan dengan bergabung dalam kemitraan,

mereka memperoleh bantuan modal panen. Bantuan pinjaman modal

panen yang diberikan oleh PT. SHS sebesar Rp 1.500.000,00 per hektar

per musim.

2. Mendapatkan Jaminan Pasar

Salah satu manfaat yang dirasakan oleh seluruh petani adalah

adanya jaminan pasar. 100 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan

bermitra mereka tidak perlu mengkhawatirkan penjualan hasil

produksinya, karena PT. SHS memberi jaminan pasar bagi petani mitra

untuk menjual hasil produksinya. Karena adanya rafaksi harga, semua

hasil panen akan tetap dibeli walaupun harganya mungkin lebih rendah.

Selain itu, walaupun PT. SHS memiliki target, apabila petani ingin

menjual seluruh hasil panennya, PT. SHS akan tetap membelinya.

3. Pendapatan Meningkat

Meningkatnya pendapatan dirasakan oleh seluruh petani yang

bermitra dengan PT. SHS. Sebanyak 100 persen petani mitra menyatakan

walaupun banyak kendala serta permasalahan yang dihadapi, namun tidak

dapat dipungkiri bahwa dengan menjadi petani mitra pendapatan mereka

meningkat. Bahkan beberapa petani yang dulunya hanya bekerja sebagai

petani buruh, kini dengan bermitra dapat memiliki lahan sendiri secara

sewa dan mengelola lahannya sendiri. Bila hasil produksi mereka

memenuhi standar kualitas PT. SHS maka pendapatan mereka lebih tinggi,

karena harga beli lebih tinggi dibandingkan harga dipasaran.

4. Mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan bertani serta

teknologi

Sebanyak 36,67 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan

bergabung di dalam kemitraan PT. SHS mereka mendapatkan tambahan

Page 104: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

87  

pengetahuan dan ketrampilan bertani melalui pembinaan yang dilakukan

perusahaan. Walaupun begitu 63,33 persen responden petani menyatakan

bahwa mereka tidak mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan

karena merasa sudah lebih mengetahuinya.

Diantara keenam manfaat kemitraan, dua di antaranya tidak dirasakan oleh

seluruh petani, yaitu kepastian harga dan pembagian risiko usaha. PT. SHS dalam

menetapkan harga beli melakukan survei pasar, sehingga harga berubah-ubah

setiap musimnya. Penerapan rafaksi harga menyebabkan terjadinya

ketidakstabilan harga. Harga beli tergantung dari kualitas benih yang petani

hasilkan. Sedangkan untuk pembagian risiko budidaya, PT. SHS menyerahkan

seluruh risiko budidaya untuk ditanggung petani, apabila memang berasal dari

kelalaian manusia. Apabila kegagalan budidaya diakibatkan oleh bencana alam,

maka perusahaan akan meringakan beban petani dengan tidak membayar bagi

hasil pada musim tersebut. Namun bagi hasil tersebut tetap menjadi hutang dan

harus dibayarkan pada musim selanjutnya, sehingga petani tidak merasakan

adanya pembagian risiko budidaya. Sedangkan manfaat kemitraan yang dirasakan

PT. SHS terutama adalah pemenuhan kebutuhan bahan baku dan ketersediaan

tenaga kerja.

Page 105: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra

Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra

yang menjalankannya. Kepuasan petani terhadap kemitraan menunjukkan kualitas

pelayanan yang diberikan oleh perusahaan inti terhadap kemitraan. Atribut yang

digunakan dalam mengevaluasi kemitraan ditentukan berdasarkan lima dimensi

kualitas pelayanan (service quality) menurut Rangkuti (2003), yaitu keandalan

(reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), empati

(emphaty) dan berwujud (tangible). Hasil penilaian ini akan menunjukkan atribut-

atribut apa saja yang perlu diperbaiki kinerjanya oleh perusahaan inti agar

meningkatkan kualitas pelayanan.

7.1.1 Tingkat Kesesuaian Atribut

Tingkat kesesuaian petani mitra merupakan persentase perbandingan

antara total skor kinerja atau kepuasan dengan total skor kepentingan atau

harapan. Skor kinerja atau kepuasan menunjukkan pelaksanaan serta pelayanan

yang telah diberikan PT. SHS selama kemitraan berlangsung berdasarkan masing-

masing atribut yang telah ditetapkan. Sedangkan skor kepentingan atau harapan

menunjukkan sejauh mana harapan dan keinginan petani terhadap jalannya

kemitraan sesuai dengan atribut yang telah ditetapkan. Petani responden dianggap

puas terhadap kinerja suatu atribut bila tingkat kesesuaiannya lebih dari atau sama

dengan seratus persen. Sebaliknya bila tingkat kesesuain atribut kurang dari

seratus persen maka petani responden belum puas terhadap kinerja atribut

tersebut. Tingkat kesesuaian atribut pelayanan kemitraan antara PT. SHS dan

petani mitra disajikan pada Tabel 23.

Page 106: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

89  

Tabel 23. Tingkat Kesesuaian Atribut Pada Responden Petani Mitra

No Atribut Skor Kepentingan

Skor Kinerja

Tingkat Kesesuaian

(%) 1 Prosedur Penerimaan Mitra 3,33 3,43 103 2 Kualitas Benih Pokok 3,47 2,77 79,81 3 Harga benih pokok 3,13 2,00 63,83 4 Harga sarana produksi 3,33 1,63 48,99 5 Ketersediaan dan kemudahan dalam

memperoleh sarana produksi 3,33 1,83 55

6 Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma 2,47 1,50 60,81 7 Pelayanan dan materi yang diberikan

dalam pembinaan plasma 2,90 2,63 90,81

8 Respon inti terhadap keluhan petani 3,40 2,40 70,59 9 Bantuan inti dalam menangulangi hama

dan penyakit tanaman 3,13 2,70 86,17

10 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping 3,40 3,30 97,06

11 Pendamping mudah ditemui dan dihubungi 3,23 3,53 109,28

12 Bantuan biaya panen 3,50 2,73 78,10 13 Ketepatan waktu pemberian biaya panen 3,50 3,13 89,52 14 Penyediaan sarana transportasi untuk

panen 3,57 2,23 62,62 15 Harga beli gabah benih sebar oleh inti 3,60 2,23 62,04 16 Ketepatan waktu pembayaran hasil panen

oleh inti 3,63 1,50 41,28

Dari Tabel 23 diketahui bahwa dari enam belas atribut hanya dua atribut

yang memiliki tingkat kesesuain atribut lebih dari seratus persen, yaitu prosedur

penerimaan petani mitra serta pendamping yang mudah ditemui dan dihubungi.

Hal ini menunjukkan bahwa petani mitra sudah puas dengan kinerja dari kedua

atribut tersebut. Sedangkan atribut ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh

inti memiliki tingkat kesesuain atribut yang paling rendah. Hal ini menunjukkan

bahwa petani masih belum puas dengan waktu pembayaran hasil panen yang

sering terlambat.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanannya, perusahaan harus mampu

memahami apa yang diinginkan oleh petani mitra berkaitan dengan upaya

memuaskan kebutuhannya. Karena itu perlu dilihat seberapa penting atribut-

atribut pelayanan yang telah diberikan kepada petani, serta seberapa puas petani

akan pelaksanaan atribut-atribut pelayanan tersebut.

Page 107: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

90  

7.1.2 Importance Performance Analysis (IPA)

Tabel 24. Koordinat Atribut Kepuasan

No Atribut Kepentingan

(X)

Kepuasan

(Y) Kuadran

Input

1 Prosedur Penerimaan Mitra

(responsiveness) 3,33 3,43 II

2 Kualitas Benih Pokok (tangible) 3,47 2,77 II

3 Harga benih pokok (tangible) 3,13 2,00 III

4 Harga sarana produksi (tangible) 3,33 1,63 I

5 Ketersediaan dan kemudahan dalam

memperoleh sarana produksi (tangible) 3,33 1,83 I

Produksi

6 Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma

(reliability) 2,47 1,50 III

7 Pelayanan dan materi yang diberikan dalam

pembinaan plasma (reliability) 2,90 2,63 IV

8 Respon inti terhadap keluhan petani

(responsiveness) 3,40 2,40 I

9 Bantuan inti dalam menangulangi hama

dan penyakit tanaman (responsiveness) 3,13 2,70 IV

10 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi

pendamping (assurance) 3,40 3,30 II

11 Pendamping mudah ditemui dan dihubungi

(emphaty) 3,23 3,53 IV

Output

12 Bantuan biaya panen (reliability) 3,50 2,73 II

13 Ketepatan waktu pemberian biaya panen

(responsiveness) 3,50 3,13 II

14 Penyediaan sarana transportasi untuk panen

(tangible) 3,57 2,23 I

15 Harga beli hasil panen (reliability) 3,60 2,23 I

16 Ketepatan waktu pembayaran hasil panen

oleh inti (responsiveness) 3,63 1,50 I

Rata-rata 3,31 2,47

Page 108: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

91  

Metode IPA digunakan untuk menggolongkan atribut-atribut pelayanan

kemitraan ke dalam skala prioritas, sehingga dapat diukur sejauh mana kinerja

atribut pelayanan yang dilaksanakan oleh PT.SHS, serta sejauh mana pelaksanaan

atribut tersebut yang mempengaruhi harapan petani, sehingga petani merasa puas.

Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa hasil nilai rata-rata untuk tingkat

kepentingan adalah 3,31. Atribut-atribut dengan nilai kepentingan berada di atas

rata-rata berjumlah 11 atribut. Sedangkan untuk tingkat kepuasan didapat nilai

rata-ratanya adalah 2,47. Atribut dengan nilai kepuasan berada di atas rata-rata

berjumlah 8 atribut. Untuk dapat melihat posisi atribut di dalam skala prioritas,

maka digunakan matriks kepentingan-kepuasan. Posisi koordinat (X,Y) suatu

atribut dalam matriks ditentukan dari skor kepentingan dan skor kepuasan, di

mana skor kepuasan menjadi koordinat X dan skor kepentingan menjadi koordinat

Y.

Matriks kepentingan-kepuasan menggolongkan atribut ke dalam empat

kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan kuadran IV. Atribut yang

berada pada kuadran I merupakan atribut dengan prioritas utama, dimana petani

merasa bahwa atribut tersebut penting pengaruhnya bagi kepuasan petani, namun

PT. SHS belum melaksanakannya sesuai dengan harapan petani sehingga petani

merasa tidak puas. Atribut yang berada pada kuadran II merupakan atribut yang

harus dipertahankan prestasinya, karena merupakan atribut yang dianggap penting

oleh petani mitra dan telah dilaksanakan oleh PT. SHS sesuai dengan yang

diharapkan sehingga sangat memuaskan. Atribut yang berada pada kuadran III

merupakan atribut prioritas rendah, karena kurang dianggap penting oleh petani

mitra dan pelaksanaannya oleh PT. SHS biasa-biasa saja. Sedangkan atribut yang

berada pada kuadran IV merupakan atribut yang dianggap berlebihan

pelaksanaannya oleh petani, karena dirasa kurang penting namun PT. SHS

melaksanakannya secara berlebihan. Diagram yang menggambarkan tingkat

kepentingan-kepuasan responden petani mitra dapat dilihat pada Gambar 13.

Page 109: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

92  

 

Gambar 13. Diagram Kartesius Hasil Perhitungan IPA

Keterangan: 1 = Prosedur penerimaan mitra 2 = Kualitas benih pokok 3 = Harga benih pokok 4 = Harga sarana produksi 5 = Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi 6 = Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma 7 = Pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma 8 = Respon inti terhadap keluhan petani 9 = Bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman 10 = Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping 11 = Pendamping mudah ditemui dan dihubungi 12 = Bantuan biaya panen 13 = Ketepatan waktu pemberian biaya panen 14 = Penyediaan sarana transportasi untuk panen 15 = Harga beli hasil panen 16 = Ketepatan waktu pembayaran hasil panen

Berdasarkan Gambar 13 dapat dilihat bahwa masih terdapat enam atribut

yang harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kepuasan petani

terhadap jalannya kemitraan. Keenam atribut tersebut adalah harga sarana

produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi,

respon inti terhadap keluhan, penyediaan sarana transportasi untuk panen, harga

Kepuasan

Kepe

ntin

gan

3,53,02,52,01,5

3,75

3,50

3,25

3,00

2,75

2,50

2,473

3,308

161514

1312

11

10

9

8

7

6

54

3

2

1

Scatterplot of Kepentingan vs Kepuasan

Kuadran I Kuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Page 110: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

93  

beli hasil panen dan ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Atribut yang harus

dipertahankan kinerjanya adalah prosedur penerimaan petani mitra, kualitas benih

pokok, pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping, bantuan biaya

panen dan ketepatan pemberian bantuan biaya panen. Atribut dengan prioritas

rendah diantaranya adalah harga benih pokok dan frekuensi pelaksanaan

pembinaan plasma. Sebaliknya terdapat tiga atribut yang termasuk ke dalam

kategori berlebihan, yaitu pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan

plasma, bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman serta

pendamping mudah ditemui dan dihubungi. Berikut adalah penjelasan mengenai

keenam belas atribut berdasarkan analasisi IPA:

1. Prosedur Penerimaan Mitra

Menurut responden petani mitra, prosedur penerimaan mitra sudah

memuaskan dan tepat. Prosedur penerimaan mitra pada PT. SHS tergolong

tidak rumit dan pelayanannya sangat ramah. Selain itu persyaratan yang

harus dipenuhi cukup mudah. Walaupun tidak berhubungan langsung

dengan kegiatan usahatani, namun prosedur penerimaan mitra

berhubungan dengan kenyamanan petani terhadap PT. SHS dan jalannya

kemitraan. Atribut ini berada pada kuadran II, dimana perusahaan inti

harus mempertahankan kinerja atribut tersebut karena pelaksanaannya

yang dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.

2. Kualitas Benih Pokok

Kualitas benih pokok yang diberikan oleh PT. SHS sangat

memuaskan petani mitra. Walaupun dipengaruhi oleh faktor-faktor

lainnya, namun kualitas benih pokok jelas merupakan faktor utama

keberhasilan suatu usahatani. Petani mitra menyatakan hasil panennya

dapat mencapai enam ton per hektar bahkan lebih setiap musimnya.

Kualitas benih milik PT. SHS memang sudah tidak diragukan lagi, karena

perusahaan juga dituntut untuk menghasilkan benih sebar dengan kualitas

tinggi pula. Atribut ini berada pada kuadran II, dimana perusahaan inti

harus tetap mempertahankan kualitas benih pokoknya, karena dianggap

sangat penting dan dianggap sudah sangat memuaskan.

Page 111: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

94  

3. Harga Benih Pokok

Harga benih pokok termasuk ke dalam atribut prioritas rendah pada

kuadran III, karena dianggap kurang penting pengaruhnya bagi petani dan

pelaksanaanya oleh perusahaan yang biasa-biasa saja. Petani menganggap

bahwa harga beli benih pokok yang ditawarkan PT. SHS sudah tepat dan

bukan merupakan masalah, karena harga benih pokok sesuai dengan

kualitas benih itu sendiri. Bila dibandingkan dengan harga pasaran, harga

benih pokok PT. SHS memang sedikit lebih mahal, sehingga menjadi

kurang memuaskan. Hal ini dapat diatasi dengan menurunkan harga benih

pokok.

4. Harga sarana produksi

Atribut ini berada pada kuadran I yang merupakan prioritas utama

dalam peningkatan kepuasan petani mitra. Atribut ini dinilai penting oleh

petani, karena petani berharap mendapatkan harga sarana produksi yang

jauh lebih murah dibandingkan bila membeli di kios. Namun pada

kenyataannya, PT. SHS menyediakan sarana produksi dengan harga yang

jauh lebih mahal. Menurut PT. SHS hal ini dikarenakan sarana produksi

yang dijual oleh PT. SHS tidak bersubsidi seperti yang dijual di kios-kios.

Karena itu PT. SHS tidak pernah memaksa petani untuk membeli sarana

produksi di perusahaan. Namun petani menyatakan bahwa akan lebih baik

bila perusahaan menyediakan sarana produksi dengan harga yang jauh

lebih murah dan berkualitas.

5. Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi

Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi

merupakan atribut yang menjadi prioritas utama dan terdapat pada kuadran

I. Karena sebagian besar responden mengharapkan ketersediaan serta

kemudahan dalam memperoleh sarana produksi dari PT. SHS. Sedangkan

pada kenyataannya, tidak jarang PT. SHS tidak memiliki stok sarana

produksi atau tidak menyediakan jenis pupuk atau pestisida yang

diinginkan petani, sehingga tidak memuaskan.

Page 112: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

95  

6. Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma

Menurut responden petani mitra, atribut ini kurang penting

pengaruhnya bagi petani, karena pelaksanaan pembinaan dirasa kurang

perlu bagi petani. Para petani menganggap bahwa mereka sudah terbiasa

dan mampu melakukan usahatani penangkaran benih padi secara benar,

karena sudah berpengalaman. PT. SHS pun termasuk jarang melakukan

pembinaan plasma. Sehingga atribut ini termasuk ke dalam atribut prioritas

rendah pada kuadran III, karena kurang penting dan kurang memuaskan.

7. Pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma

Atribut ini berada pada kuadran IV dimana pelaksanaanya

dianggap berlebihan. Responden petani merasa pemberian materi

pembinaan kurang penting, karena menganggap dirinya sudah

berpengalaman dalam usahatani penangkaran benih padi. Walaupun begitu

PT. SHS, dalam pelaksanaannya memberikan pembinaan serta penyuluhan

terutama dalam pengenalan teknologi-teknologi baru seperti penggunaan

threser, serta memperkenalkan padi hibrida kepada petani. Penyuluhan-

penyuluhan mengenai budidaya serta penggunaan pupuk dan pestisida

juga sering diadakan dengan mendatangkan produsen sarana produksi

tertentu, sehingga atribut ini dirasa sangat memuaskan, walaupun dianggap

kurang penting pada awalnya.

8. Respon inti terhadap keluhan petani

Dalam merespon keluhan petani, kinerja PT.SHS dianggap belum

memuaskan oleh petani mitra padahal atribut ini sangat penting

pengaruhnya bagi petani. Sehinggu atribut ini berada pada kuadran I yaitu

kuadran prioritas utama. Walaupun PT. SHS melalui pendamping lapang

selalu siap memberikan arahan serta respon terhadap keluhan petani,

namun petani mengharapkan adanya solusi nyata dari permasalahan

tersebut, terutama mengenai masalah ketepatan pembayaran hasil panen.

Untuk keluhan lain seperti harga dan ketersediaan sarana produksi, serta

harga beli hasil panen, PT. SHS memberikan respon yang dianggap kurang

memuaskan bagi petani.

Page 113: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

96  

9. Bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman

Atribut ini berada pada kuadran IV dimana petani merasa bahwa

pelaksanaannya kurang penting pengaruhnya bagi petani, namun PT. SHS

melaksanakannya secara berlebihan. Contohnya dalam penanggulangan

tikus, PT. SHS mengadakan wajib gropyok tikus, tetapi dalam

pelaksanaannya tidak semua petani merasa hal ini penting, karena tidak di

semua lokasi lahan PT. SHS terdapat hama tikus. Namun hal ini dirasa

memuaskan petani. PT. SHS juga sering mengadakan pembinaan yang

mendatangkan perusahaan-perusahaan produsen pestisida untuk

memberikan penyuluhan mengenai penggunaan pestisida yang tepat.

Sedangkan petani merasa mereka sudah bisa melakukannya dengan benar.

10. Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping

Menurut petani pengetahuan dan kemampuan komunikasi

pendamping sangatlah penting untuk menunjang kegiatan usahatani.

Atribut ini berada pada kuadran II, dimana PT. SHS dianggap telah

memberikan pelayanan yang memuaskan melalui pendamping lapangnya,

sehingga wajib untuk terus dipertahankan. Pendamping mampu menjawab

pertanyaan-pertanyaan petani, memberikan masukan dan memberikan

respon yang baik terhadap semua keluhan petani. Pendamping juga

mampu berkomunikasi menggunakan bahasa daerah, serta mampu

menjelaskan dengan baik sehingga mudah dimengerti oleh petani.

11. Pendamping mudah ditemui dan dihubungi

Atribut ini termasuk ke dalam kuadran IV yaitu kategori berlebihan

karena hampir setiap hari pendamping mendatangi lokasi lahan petani.

Petani menganggap atribut ini kurang penting mempengaruhi petani,

karena tidak perlu setiap hari pendamping datang ke lokasi karena petani

bisa mencari ke kantor yang lokasinya tidak jauh dari lokasi. Namun

petani merasa sangat puas, karena dapat kapan saja menemui pendamping,

terutama bila ada kendala atau masalah yang tiba-tiba terjadi.

Page 114: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

97  

12. Bantuan biaya panen

Atribut ini termasuk ke dalam kuadaran II dimana PT. SHS harus

mempertahakan kinerjanya yang sudah baik. Petani menganggap bantuan

biaya panen sangat penting karena membantu petani dalam kegiatan panen

dan sangat memuaskan. Bantuan biaya panen yang diberikan oleh PT. SHS

adalah sebesar Rp 1.500.000,00.

13. Ketepatan waktu pemberian biaya panen

Ketepatan waktu pemberian biaya panen termasuk ke dalam

kategori pertahankan prestasi pada kuadran II, dimana PT. SHS dianggap

telah memberikan bantuan panen sesuai dengan kebutuhan petani, yaitu

sebelum panen atau ketika panen. Atribut ini memberikan kepuasan dan

PT. SHS diharapkan mampu mempertahankan kinerjanya dengan baik.

14. Penyediaan sarana transportasi untuk panen

Atribut ini merupakan atribut prioritas utama pada kuadran I

dimana pelaksanaannya masih mengecewakan bagi petani namun sangat

mempengaruhi kepuasan petani. PT. SHS menyediakan truk sebagai

sarana pengangkutan hasil panen, namun dalam pelaksanaannya jumlah

truk yang disediakan tidak mencukupi, sehingga banyak petani yang sudah

panen namun belum bisa membawa hasil panennya ke perusahaan. Hal ini

mengakibatkan banyak petani yang harus bermalam di sawah untuk

menjaga hasil panennya. Panas serta hujan juga memperngaruhi kadar air

serta kotoran yang nantinya akan merugikan petani.

15. Harga beli hasil panen

Dalam menetukan harga beli PT. SHS melakukan rafaksi harga di

mana harga beli ditentukan berdasarkan kadar air serta kotoran yang

dikandung. Hal ini menyebabkan harga beli yang diterima petani jauh

lebih rendah dibanding di pasaran. Rafaksi harga dimaksudkan agar petani

lebih memperhatikan kualitas hasil panennya. Walaupun begitu atribut ini

termasuk ke dalam kuadran I dimana dalam pelaksanaannya belum sesuai

dengan keinginan petani. PT. SHS dapat membantu terutama dengan

melakukan kontrol mutu melalui penetapan SOP serta memperbanyak

jumlah truk panen, sehingga kualitas hasil panen tetap terjaga.

Page 115: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

98  

16. Ketepatan waktu pembayaran hasil panen

Ketepatan waktu pembayaran hasil panen merupakan hal yang

sangat penting dan mempengaruhi kepuasan petani. Atribut ini berada

pada kuadran I yaitu kuadran prioritas utama. Dalam pelaksanaanya PT.

SHS sering terlambat memberikan pembayaran untuk hasil panen sehingga

memberikan rasa tidak puas bagi petani. Keterlambatan pembayaran hasil

panen disebabkan karena PT. SHS menunggu pencairan dana dari pusat.

Menurut petani, keterlambatan pembayaran dapat terjadi lebih dari satu

bulan bahkan hingga musim tanam berikutnya. Uang atau modal

merupakan hal yang sangat penting dalam suatu usahatani sehingga hal ini

sangat merugikan petani mitra. Permasalahan ini dapat diatasi melalui

pengalokasian dana yang tepat oleh perusahaan.

7.1.3 Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Keseluruhan Pelayanan dalam

Kemitraan

Untuk mengukur tingkat kepuasan petani mitra secara keseluruhan

digunakan alat analisis CSI (Customer Satisfaction Index). Pada penelitian ini

petani mitra dianggap sebagai konsumen dari pelayanan jasa kemitraan yang

diberikan oleh PT. SHS. Tingkat kepuasaan secara keseluruhan diukur

berdasarkan rataan total dari tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan.

Berdasarkan hasil perhitungan CSI, diperoleh hasil CSI untuk keseluruhan atribut

pelayanan kemitraan adalah sebesar 62,08 persen. Angka tersebut menunjukkan

bahwa secara keseluruhan petani mitra merasa cukup puas terhadap jalannya

kemitraan, karena nilai tersebut berada pada selang 0,51-0,65. Hal ini

menunjukkan bahwa pelayanan dalam kemitraan belum maksimal, untuk itu perlu

dilakukan perbaikan atribut pelayanan terutama atribut yang berada pada kuadran

prioritas utama. Hasil analisis tingkat kepuasan dapat dilihat pada Tabel 25.

Page 116: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

99  

Tabel 25. Customer Satisfaction Index (CSI)

Atribut Rataan Tingkat

Kepentingan WF (%)

Rataan Tingkat Kepuasan

WS

1 3,333333 6,297228748 3,433333 0,216204833 2 3,466667 6,549119183 2,766667 0,181192319 3 3,133333 5,919394985 2,000000 0,118387900 4 3,333333 6,297228748 1,633333 0,102854715 5 3,333333 6,297228748 1,833333 0,115449173 6 2,466667 4,659950369 1,500000 0,069899256 7 2,900000 5,478589559 2,633333 0,144269507 8 3,400000 6,423173965 2,400000 0,154156175 9 3,133333 5,919394985 2,700000 0,159823665 10 3,400000 6,423173965 3,300000 0,211964741 11 3,233333 6,108311867 3,533333 0,215826999 12 3,500000 6,612090847 2,733333 0,180730461 13 3,500000 6,612090847 3,133333 0,207178824 14 3,566667 6,738036064 2,233333 0,150482783 15 3,600000 6,801007728 2,233333 0,151889150 16 3,633333 6,863979392 1,500000 0,102959691

Total 52,933332 100 39,566664 2,483270191 Customer Satisfaction Index (%) 62,08175477

Page 117: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA

PETANI MITRA DAN NON MITRA

Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih

padi pada petani yang melakukan kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri dan

petani non mitra di Kabupaten Subang. Responden petani yang digunakan dalam

penelitian ini adalah petani mitra dan non mitra yang melakukan usahatani pada

musim tanam 2010/2011 dengan periode panen antara bulan Februari-April 2011.

Pengambilan periode panen ini dilakukan karena penulis melakukan penelitian

pada selang bulan tersebut.

8.1 Gambaran Usahatani Penangkaran Benih Padi

Penangkaran Benih Padi merupakan salah satu kegiatan usahatani yang

dilakukan di Kabupaten Subang dan merupakan kegiatan usahatani utama di PT.

SHS. Di daerah sekitar PT. SHS terdapat beberapa penangkar benih mandiri yang

tergabung dalam Gapoktan ataupun Kelompok Tani. Dalam memproduksi benih

padi, gapoktan-gapoktan ini tidak bermitra dengan PT. SHS. Walaupun begitu,

Kelompok Tani yang menghasilkan benih padi dengan kelas benih yang sama

dengan PT. SHS, yaitu kelas benih sebar, hanyalah Kelompok Tani Katiga.

Gapoktan maupun kelompok tani lainnya memutuskan untuk tidak lagi

menghasilkan benih padi kelas benih sebar, karena kesulitan bersaing dengan PT.

Sang Hyang Seri. Mereka lebih memilih untuk memproduksi benih kelas benih

pokok yang setingkat di atas kelas benih sebar, disamping karena keuntungannya

yang dianggap lebih tinggi. Kelompok Tani Katiga merupakan kelompok tani

yang berada di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Dalam menjalankan

usahatani penangkaran benih padi, kelompok tani ini tidak melakukan kemitraan

dengan PT. Sang Hyang Seri. Begitu juga dengan para anggotanya yang tidak

melakukan kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri maupun perusahaan produsen

benih lainnya.

Page 118: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

101  

Walaupun begitu, belum banyak petani yang melakukan kegiatan

usahatani penangkaran benih padi bersertifikat. Petani responden memiliki alasan

yang berbeda-beda untuk memulai melakukan usahatani penangkaran benih padi.

Pada petani mitra, alasan utama para responden melakukan usatani penangkaran

tersebut karena tertarik dengan lahan sewa. Petani responden merasa bahwa sitem

kemitraan inti plasma ini memberikan kesempatan pada mereka untuk memiliki

lapangan pekerjaan. Sedangkan petani non mitra tertarik melakukan usahatani

penangkaran terutama karena tinggi pendapatannya serta banyak diusahakan di

daerah sekitar. Kegiatan penangkaran benih di daerah Kecamatan Subang

diperkenalkan oleh Kelompok Tani Katiga kepada warga sekitar. Alasan petani

responden melakukan penangkaran benih padi secara rinci dapat dilihat pada

Tabel 26.

Tabel 26.  Alasan Petani Responden Melakukan Usahatani Penangkaran Benih Padi

Alasan ∑ petani mitra % ∑ petani non

mita %

Pekerjaan Utama - Iya 24 80 26 86,67 - Tidak 6 20 4 13,33

Total 30 100 30 100 Usaha Turun Temurun

- Iya 3 10 0 0 - Tidak 27 90 30 100

Total 30 100 30 100 Banyak diusahakan di daerah sekitar

- Iya 7 23,33 23 76,67 - Tidak 23 76,67 7 23,33

Total 30 100 30 100 Tinggi Pendapatannya

- Iya 25 83,33 30 100 - Tidak 5 16,67 0 0

Total 30 100 30 100 Pekerjaan Sampingan

- Iya 6 20 4 13,33 - Tidak 24 80 26 86,67

Total 30 100 30 100 Tertarik dengan Lahan Sewa

- Iya 27 90 0 0 - Tidak 3 10 30 100

Total 30 100 30 100

Page 119: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

102  

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam usahatani penangkaran benih

padi meliputi: pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan,

pemeliharaan, pemberian pestisida dan obat-obatan, roguing serta pemanenan.

8.1.1 Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan untuk budidaya penangkaran benih padi dimulai dari

kegiatan penampingan, pemopokan, pembajakan, peleleran, babat galeng, serta

pemupukan dasar. Penampingan merupakan kegiatan sanitasi galengan.

Pemopokan merupakan kegiatan merapikan galengan. Pada petani mitra,

pembajakan lahan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pembajakan I sebelum

persemaian, pembajakan II dan III setelah persemaian. Sedangkan petani non

mitra melakukan pembajakan sebanyak dua kali, yaitu pembajakan I sebelum

persemaian dan pembajakan II setelah persemaian. Setelah pembajakan,

selanjutnya dilakukan peleleran yaitu kegiatan meratakan tanah hasil pembajakan.

Babat galeng merupakan kegiatan membersihkan galengan dari rumput-rumput

atau tanaman lainnya. Sebagian besar petani baik mitra maupun non mitra kini

memilih untuk melakukan babat galeng dengan menggunakan pestisida jenis

herbisida. Kegiatan pemupukan dasar hanya dilakukan oleh sebagian kecil petani

mitra saja, sedangkan petani non mitra tidak ada yang melakukan kegiatan

pemupukan dasar. Pemupukan dasar dilakukan untuk memberikan nutrisi bagi

tanah sebelum dilakukan persemaian atau pembibitan.

Petani mitra maupun non mitra sebagian besar memberikan upah kepada

tenaga kerja untuk melakukan pengolahan lahan, mulai dari penampingan hingga

pemupukan dasar, namun beberapa petani juga menggunakan tenaga kerja dalam

keluarga untuk menghemat biaya yang dikeluarkan. Selain dalam bentuk upah

harian, tidak sedikit pula petani yang memberikan bayaran secara borongan.

Pembayaran secara borongan dapat dilakukan hanya pada setiap kegiatan, namun

bisa juga tiga kegiatan sekaligus, seperti penampingan, pemopokan dan peleleran.

Page 120: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

103  

Tabel 27. Kegiatan Pengolahan Lahan Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

No Pengolahan Lahan Mitra Non Mitra 1 Penampingan

a. Upah harian b. Borongan

25 5

30 0

Total 30 30 2 Pemopokan

a. Upah harian b. Borongan

25 5

11 19

Total 30 30 3 Pembajakan

a. 3 kali b. 2 kali

30 0

0

30 Total 30 30 4 Peleleran

a. Upah harian b. Borongan

29 1

11 19

Total 30 30 5 Babat Galeng

a. Menggunakan tenaga kerja (orang) b. Menggunakan obat (herbisida)

1 29

9

21 Total 30 30 6 Pemupukan Dasar

a. Melakukan b. Tidak Melakukan

2 28

0

30 Total 30 30

Tabel 27 menunjukkan bahwa 100 persen responden melakukan

penampingan, pemopokan, pembajakan, peleleran dan babat galeng, baik untuk

petani mitra maupun non mitra. Seratus persen petani responden mitra melakukan

pembajakan sebanyak tiga kali. Sedangkan 100 persen petani non mitra

melakukan pembajakan dua kali. Kegiatan pembajakan dilakukan dengan

menggunakan mesin traktor. Petani yang tidak memiliki traktor menyewa traktor

secara borongan. Biaya borongan termasuk biaya sewa alat dan tenaga kerja.

Untuk kegiatan babat galeng, sebanyak 3,33 persen petani mitra dan 30 persen

petani non mitra memilih untuk menggunakan tenaga kerja orang, dengan alasan

lebih bersih bila dibandingkan ketika menggunakan herbisida. Sedangkan petani

yang menggunakan herbisida berpendapat bahwa penggunaan herbisida dianggap

lebih efektif. Sedangkan untuk kegiatan pemupukan dasar hanya 6,67 persen

petani mitra yang melakukan. Tidak ada petani non mitra yang melakukan

kegiatan pemupukan dasar. Penggunaan tenaga kerja harian termasuk di dalamnya

adalah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Penggunaan TKDK terbanyak

Page 121: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

104  

adalah pada kegiatan seperti babat galeng dan persemaian, terutama pada petani

non mitra.

8.1.2 Persemaian (Pembibitan)

Benih yang digunakan oleh petani mitra berasal dari PT. SHS. Seperti

yang tercantum di dalam kontrak, petani mitra diwajibkan untuk membeli benih

pokok sebanyak 25 kg per hektar per musim dari PT. SHS. Varietas padi yang

ditanam ditentukan oleh perusahaan. Pada musim tanam 2010/2011, seluas

1658,90 hektar lahan kerjasama digunakan untuk menanam benih padi varietas

Ciherang. Petani mitra diwajibkan untuk menanam benih kelas benih pokok untuk

menghasilkan benih kelas benih sebar. Petani non mitra memperoleh benih dari

Kelompok Tani Katiga. Rata-rata penggunaan benih pada petani non mitra adalah

sebesar 22,864 kg per hektar. Pada penelitian ini, responden petani non mitra

adalah petani yang memproduksi benih kelas benih sebar dengan varietas yang

sama dengan petani mitra, yaitu Ciherang.

Pembibitan baik pada petani mitra maupun non mitra dilakukan sendiri

oleh petani. Lama pembibitan berkisar antara 20–27 hari untuk petani mitra dan

20–25 hari untuk petani non mitra. Pembibitan dilakukan dengan cara menyebar

benih di lahan persemaian dengan luas lahan persemaian berkisar antara 0,02-0,03

hektar.

8.1.3 Penanaman

Kegiatan penanaman baik pada petani mitra maupun non mitra dilakukan

petani dengan membayar tenaga kerja. Sistem pemberian upah dilakukan dengan

dua cara, yaitu upah harian dan borongan. Kegiatan penanaman pada petani mitra

dan non mitra dapat dilihat pada Tabel 28.

Page 122: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

105  

Tabel 28. Kegiatan Penanaman Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Penanaman Petani Mitra % Petani Non Mitra %

Upah Harian 1 3,33 1 3,33

Borongan 29 96,67 29 96,67

Total 30 100 30 100

Berdasarkan Tabel 28 diketahui bahwa baik pada petani mitra maupun non

mitra sebanyak 96,67 persen petani lebih memilih untuk memberikan upah secara

borongan. Menurut petani dengan memberikan upah secara borongan maka

pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan oleh pekerja. Selain itu dinilai jauh lebih

murah. Sedangkan untuk pembayaran upah harian, 3,33 persen petani mitra

maupun non mitra memilih untuk membayar tenaga kerja harian agar

pekerjaannya lebih rapi, yaitu jarak tanam yang tepat, serta kedalaman yang tepat,

sehingga hasilnya lebih memuaskan.

8.1.4 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan mulai dari penyulaman, pengairan,

penyiangan serta pengontrolan tanaman. Penyulaman dilakukan apabila bibit yang

ditanam tidak tumbuh. Pada musim tanam 2010/2011 untuk petani mitra maupun

non mitra, penyulaman dilakukan antara 0-4 kali, tergantung dari kondisi

tanaman. Apabila kondisi tanaman sangat baik, maka penyulaman tidak perlu

dilakukan, sebaiknya bila kondisi tanaman tidak baik, maka penyulaman bisa

dilakukan hingga empat kali. Seluruh petani mitra dan non mitra menggunakan

tenaga harian untuk melakukan penyulaman, dan tenaga kerja yang digunakan

sebagian besar adalah wanita. Kegiatan penyulaman dilakukan setengah hari

mulai dari jam 7 sampai jam 12. Kegiatan penyulaman secara rinci dapat dilihat

pada Tabel 29.

Page 123: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

106  

Tabel 29. Kegiatan Penyulaman Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Penyulaman Petani Mitra % Petani Non

Mitra %

Tidak Melakukan 0 0 0 0

Satu Kali 13 43,33 11 36,67

Dua Kali 13 43,33 16 53,33

>Dua kali 4 13,33 3 10

Total 30 100 30 100

Pengairan dilakukan dengan pengaturan oleh ulu-ulu. Petani mitra

membayarkan dalam bentuk gabah sebanyak kurang lebih 25 kg per hektar, atau

membayar Rp 50.000 per hektar. Namun untuk petani non mitra, biaya untuk

pengairan cukup tinggi karena per hektarnya petani membayar sebanyak 70 kg per

hektar.

Penyiangan dilakukan sesuai dengan keadaan lahan, dimana sebagian

besar petani menggunakan tenaga kerja harian untuk melakukannya. Penggunaan

herbisida juga dilakukan pada kegiatan penyiangan. Untuk petani mitra 16,67

persen responden tidak melakukan penyiangan, karena lahannya yang tidak

banyak ditumbuhi gulma. Sedangkan 100 persen petani non mitra melakukan

penyiangan.

Pengontrolan tanaman dilakukan oleh petani sendiri, baik petani mitra

maupun non mitra. Pengontrolan tanaman dilakukan seminggu dua kali oleh 83,33

persen petani mitra dan 60 persen petani non mitra. Dan sisanya melakukan

pengontrolan setiap satu minggu. Petani non mitra lebih sedikit yang melakukan

pengontrolan seminggu dua kali, karena lebih banyak petani yang memiliki

pekerjaan lain.

Page 124: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

107  

Tabel 30.  Kegiatan Pengontrolan Tanaman Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Pengontrolan Petani Mitra % Petani Non

Mitra %

Seminggu Dua Kali 25 83,33 18 60

Seminggu Sekali 5 16,67 12 40

Total 30 100 30 100

8.1.5 Pemupukan

Pemupukan pada tanaman padi dilakukan untuk meningkatkan kesuburan

tanah serta menyediakan unsur-unsur yang diperlukan oleh tanah serta tumbuhan.

Pemupukan dilakukan sebanyak 2-3 kali. Rata-rata pemupukan pertama dilakukan

ketika tanaman telah berumur 7-15 hari setelah tanam, pemupukan kedua pada

hari ke 25-30 setelah tanam dan pemupukan ketiga dilakukan ketika tanaman

berumur sekitar 35 hari setelah tanam. Petani mitra maupun non mitra

menggunakan pupuk organik serta pupuk anorganik. Pupuk organik yang

digunakan adalah pupuk cair, sedangkan pupuk anorganik yang digunakan seperti

Urea, TSP, SP-36, Phonska, NPK, KCl, ZA dan Boron.

Tabel 31. Kegiatan Pemupukan Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Pemupukan Petani Mitra Petani Non Mitra

3 kali 16 1

2 kali 14 26

1 kali 0 3

Total 30 30

Tabel 31 menunjukkan perbedaan jumlah frekuensi pemupukan. Petani

mitra melakukan pemupukan antara dua hingga tiga kali, sedangkan petani non

mitra melakukan pemupukan dengan frekuensi lebih kecil yaitu antara satu hingga

dua kali. Frekuensi pemupukan serta takaran pupuk dipengaruhi oleh kesuburan

lahan serta kebutuhan tanaman padi itu sendiri. Sedangkan untuk penggunaan

pupuk dapat dilihat pada Tabel 32.

Page 125: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

108  

Tabel 32.  Penggunaan Pupuk Pada Petani Mitra dan Non Mita Musim Tanam 2010/2011

No Penggunaan Pupuk Mitra Non Mitra

1 Urea - Menggunakan - Tidak menggunakan

30 0

27 3

Total 30 30 2 TSP

- Menggunakan - Tidak menggunakan

9

21

17 13

Total 30 30 3 SP-36

- Menggunakan - Tidak Menggunakan

15 15

5 25

Total 30 30 4 Phonska

- Menggunakan - Tidak Menggunakan

26 4

24 6

Total 30 30 5 NPK

- Menggunakan - Tidak menggunakan

4

26

3 27

Total 30 30 6 ZA

- Menggunakan - Tidak menggunakan

2

28

0 30

Total 30 30 7 KCl

- Menggunakan - Tidak menggunakan

1

29

3 27

Total 30 30 8 Boron

- Menggunakan - Tidak menggunakan

1 29

0 30

Total 30 30 9 Organik

- Menggunakan - Tidak menggunakan

1

29

1 29

Total 30 30

Tabel 32 menunjukkan bahwa rata-rata para petani menggunakan pupuk

yang sama baik untuk petani mitra maupun non mitra. Jenis pupuk yang paling

banyak digunakan oleh petani mitra adalah urea, phonska dan SP-36, sedangkan

untuk petani non mitra jenis pupuk yang paling banyak digunakan adalah urea,

phonska dan TSP. Untuk jenis pupuk lainnya hanya sedikit petani yang

menggunakannya.

Page 126: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

109  

8.1.6 Penggunaan Obat-obatan

Pestisida atau obat-obatan yang digunakan oleh petani penangkar benih

baik petani mitra maupun non mitra digolongkan ke dalam golongan insektisida,

fungisida, herbisida, moluskisida dan ZPT (Zat Perangsang Tumbuh), dengan

variasi merek yang sangat beragam sesuai dengan selera masing-masing petani.

Penggunaan obat-obatan pada petani mitra dan non mitra dapat dilihat pada Tabel

33.

Tabel 33.  Penggunaan Obat-obatan Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Pestisida Petani Mitra Petani Non Mitra

1. Insektisida - Menggunakan - Tidak Menggunakan Total

30 0

30

28 2

30 2. Herbisida - Menggunakan - Tidak Menggunakan Total

30 0

30

27 3

30 3. Fungisida - Menggunakan - Tidak Menggunakan Total

24 6

30

25 5

30 4. Moluskisida - Menggunakan - Tidak Menggunakan Total

4

26 30

1

29 30

5. ZPT - Menggunakan - Tidak Total

18 12 30

15 15 30

Insektisida digunakan untuk mengatasi hama tanaman yang berupa

serangga. Herbisida digunakan untuk mengatasi gulma atau tanaman pengganggu.

Moluskisida digunakan untuk mengatasi serangan keong. Fungisida digunakan

untuk mengatasi jamur, sedangkan ZPT (zat pengatur tumbuh) digunakan untuk

mengatur pertumbuhan padi agar sesuai dengan keinginan petani.

Page 127: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

110  

8.1.7 Roguing (Seleksi)

Roguing adalah kegiatan seleksi dan dilakukan untuk membuang rumpun-

rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas

tanaman yang diproduksi benihnya. Kegiatan roguing pada petani mitra dilakukan

oleh PT. SHS sesuai jadwal yang telah ditetapkan sebanyak tiga kali, yaitu ketika

stadium vegetatif akhir (awal pertumbuhan tanaman) yaitu satu bulan setelah

tanam, stadium generatif awal (berbunga penuh) yaitu dua setengah bulan setelah

tanam dan ketika stadium generatif akhir (dua minggu sebelum panen).

Sedangkan pada petani non mitra roguing dilakukan hanya dua kali yaitu pada

stadium vegetatif akhir (awal pertumbuhan tanaman) dan ketika stadium generatif

akhir (sebelum panen). Roguing pada petani non mitra dilakukan oleh Kelompok

Tani Katiga.

8.1.8 Pemanenan

Pemanenan pada petani mitra dilakukan sesuai dengan jadwal yang

ditetapkan oleh PT. SHS. Kegiatan pemanenan meliputi penyabitan, penggebotan

(kegiatan memisahkan bulir padi atau gabah dari batangnya/merontokkan padi).

Kegiatan penggebotan dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan alat

(threser), atau secara manual dengan menggunakan tenaga kerja. Pada petani non

mitra, tidak ada responden yang menggunakan alat (threser). Responden non

mitra lebih memilih untuk melakukan penggebotan secara manual karena belum

begitu mengenal threser. Untuk petani mitra dan non mitra, biaya yang

dikeluarkan untuk kegiatan selanjutnya yaitu pengarungan, penimbangan, dan

transportasi. PT. SHS menyediakan truk sebagai sarana transportasi, sehingga

petani mitra hanya membayar sopir saja. Namun petani juga mengeluarkan biaya

angkut dari sawah hingga ke lokasi truk berada. Sedangkan pada petani non mitra,

biaya transportasi yang dikeluarkan adalah biaya pengangkutan dari sawah hingga

ke Kelompok Tani Katiga menggunakan tenaga kerja, karena lokasi sawah yang

tidak jauh dari lokasi Kelompok Tani Katiga.

Page 128: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

111  

8.2 Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi

Pendapatan usahatani didapat dari pengurangan antara penerimaan

usahatani dengan biaya produksi. Pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu

pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Biaya total adalah

penjumlahan antara biaya tunai dengan biaya diperhitungkan. Yang dimaksud

dengan biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai.

Sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh

petani, namun tidak dalam bentuk uang tunai. Bahkan petani menganggap

komponen-komponen biaya diperhitungkan bukan sebagai biaya, seperti biaya

tenaga kerja dalam keluarga dan biaya penyusutan peralatan. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini akan dianalisis pendapatan usahatani atas biaya tunai dan

biaya total. Dengan mengetahui pendapatan total petani, maka dapat diketahui

keuntu ngan sebenarnya yang didapat petani bila biaya diperhitungkan

dimasukkan ke dalam perhitungan biaya.

8.2.1 Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani yang didapat oleh petani mitra dan non mitra

berbeda sesuai dengan hasil produksi dan harga jual yang diberikan kepada petani.

Penerimaan yang diterima petani dibedakan menjadi penerimaan tunai dan

penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai diperoleh petani dari penjualan

hasil panen, sedangkan penerimaan diperhitungkan diperoleh dari hasil panen

yang digunakan untuk konsumsi pribadi. Pada petani mitra, penerimaan tunai

diperoleh dari penjualan hasil panen kepada PT. SHS sedangkan pada petani non

mitra, penerimaan tunai diperoleh dari penjualan hasil panen kepada Kelompok

Tani Katiga. Penerimaan usahatani pada petani penangkar benih padi baik petani

mitra maupun non mitra dapat dilihat pada Tabel 34.

Page 129: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

112  

Tabel 34. Penerimaan Usahatani pada Petani Mitra dan Petani Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Petani Hasil Panen (kg)

Hasil Panen yang

Dijual (kg)

Konsumsi Pribadi

(kg)

Harga Beli Hasil

Panen (Rp)

Penerimaan Tunai

Penerimaan Diperhitung-

kan

Petani Mitra 5185,25 5042,75 142,50 3057,72 15.441.299,37 438.732,84

Petani Non Mitra

4004,12 3.813,22 190,90 3.438,33 13.118.858,00 655.904,50

Perbedaan harga jual antara petani mitra dan non mitra disebabkan karena

adanya rafaksi harga pada petani mitra. Penetapan harga jual dilakukan

perusahaan dengan melakukan survei pada tiga desa yang sedang melakukan

panen. Kemudia rafaksi harga ditetapkan berdasarkan kadar air serta kotoran yang

terkandung di dalam benih hasil panen, sehingga harga jual yang diterima petani

mitra berbeda-beda tergantung waktu panen serta kualitas hasil panennya. Survei

dilakukan setiap minggunya, sehingga setiap ketentuan rafaksi harga berlaku

untuk 7 hari. Sedangkan petani non mitra menerima harga jual sesuai dengan

waktu panennya saja.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hasil panen petani non mitra

jauh lebih rendah dibandingkan petani mitra. Hal ini disebabkan karena ketika

musim tanam 2010/2011, lahan penangkaran benih petani non mitra sedang

diserang hama wereng, sehingga hasil panennya menurun. Hal ini berpengaruh

terhadap penerimaan petani mitra. Selain itu, penggunaan hasil panen untuk

konsumsi pribadi pada petani non mitra lebih tinggi dibandingkan petani mitra.

Dari hasil penjumlahan antara penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan

pada petani mitra, diperoleh penerimaan total petani mitra sebesar Rp

15.880.032,21 per hektar. Sedangkan dari hasil penjumlahan antara penerimaan

tunai dan penerimaan diperhitungkan, diperoleh penerimaan total petani non mitra

sebesar Rp 13.774.762,50 per hektar.

Page 130: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

113  

8.2.2 Biaya Usahatani

Biaya usahatani yang dikeluarkan untuk penangkaran benih padi berbeda

antara petani mitra dengan petani non mitra, baik biaya tunai maupun biaya

diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan petani mitra meliputi biaya tenaga

kerja luar keluarga, tenaga kerja mesin, benih, pupuk, obat-obatan, pengairan,

pengangkutan, pembuatan pagar, operasional (roguing, sanitasi, PHT dan

materai), dan sewa lahan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani non mitra

sedikit berbeda dengan petani mitra yaitu biaya tenaga kerja luar keluarga, tenaga

kerja mesin, benih, pupuk, obat-obatan, pengairan, pengangkutan, dan sewa lahan.

Biaya roguing tidak dikeluarkan oleh petani non mitra karena ditanggung oleh

pembeli. Sedangkan biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh petani mitra dan

petani non mitra, yaitu biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya penyusutan.

1. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK)

Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh petani adalah biaya

tenaga kerja luar keluarga. TKLK terdiri dari pria dan wanita, namun tidak

dibedakan dalam pemberian upah. Perbedaan biaya TKLK berdasarkan

jam kerja, yaitu satu hari atau setengah hari. Istilah kerja satu hari adalah

ketika TKLK bekerja selama 8 jam dari jam 07.00 – 15.00. Sedangkan

kerja setengah hari adalah ketika TKLK bekerja selama 5 jam dari jam

07.00–12.00. Pembayaran upah kerja sehari biasanya diberikan untuk

kegiatan seperti penampingan, pemopokan, peleleran. Tenaga kerja wanita

biasanya digunakan saat kegiatan penanaman, penyulaman, penyiangan

dan pemanenan. Sedangkan tenaga kerja pria digunakan untuk seluruh

kegiatan usahatani, mulai dari pengolahan lahan hingga pemanenan.

Page 131: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

114  

Tabel 35. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Tahapan Budidaya Petani Mitra Petani Non Mitra

HOK Nilai (Rp/Ha) HOK Nilai (Rp/Ha)

Pengolahan Lahan

- Penampingan 5,43 240.166,67 4,467 222.666,67

- Pemopokan 5,5 240.125,00 4,133 206.666,67

- Pembajakan 0 0,00 0 0,00

- Peleleran 4,67 212.333,33 3,633 166.500,00

- Babat Galeng 1,87 60.833,33 1,567 61.333,33

- Pemupukan Dasar 0,067 2.666,67 0 0,00

Persemaian 2,8 121.666,67 2,67 87.333,33

Penanaman 15 478.333,33 25 567.000,00

Penyulaman 12,63 381.000,00 7,5 185.833,33

Penyiangan 10,033 305.833,33 12,4 319.166,67

Pengontrolan 0 0,00 0 0,00

Pemupukan 3,4 142.333,33 3,133 109.000,00

Pemberian Pestisida 10,033 424.000,00 8,433 284.000,00

Pemanenan 23,83 1.866.690,00 18 1.601.648,00

TOTAL 95,263 4.475.981,70 90,936 3.811.148,00

Dari Tabel 35 diketahui bahwa penggunaan HOK untuk petani

mitra lebih bila besar dibandingkan dengan petani non mitra. Hampir

untuk setiap kegiatan tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani mitra lebih

besar dibandingkan pada petani non mitra. Sehingga biaya yang

dikeluarkan oleh petani mitra untuk TKLK lebih besar dibandingkan

petani non mitra. Tabel 35 menunjukkan bahwa penggunaan TKLK

terbesar pada petani mitra dan petani non mitra adalah untuk kegiatan

panen.

Pada Tabel 35 diketahui penggunaan tenaga kerja untuk

pembajakan baik pada petani mitra maupun non mitra adalah 0 HOK.

Bukan karena tidak ada tenaga kerja, melainkan penggunaan tenaga kerja

dihitung sebagai Tenaga Kerja Mesin. Selain pada kegiatan pembajakan,

kegiatan penggebotan pada pemanenan untuk petani mitra yang

menggunakan threser juga dihitung menggunakan Tenaga Kerja Mesin.

Page 132: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

115  

Tabel 36. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Mesin Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Tahapan Budidaya Petani Mitra Petani Non Mitra

HKM Nilai (Rp/Ha) HKM Nilai (Rp/Ha)

Pembajakan 3 549.541,67 2 767.200,00

Pemanenan 1 325.000,00 0 0,00

Total 4 874.541,67 2 767.200,00

Dari Tabel 36 diketahui bahwa penggunaan Tenaga Kerja Mesin

pada petani mitra lebih tinggi dibandingkan non mitra. Hal ini terutama

karena masih rendahnya kesadaran petani non mitra untuk mengenal

teknologi baru seperti threser.

2. Biaya Sarana Produksi

Sarana produksi tidak dapat dilepaskan dari kegiatan usahatani,

karena keberadaannya yang sangat dibutuhkan dan berperngaruh terhadap

hasil produksi nantinya. Biaya sarana produksi pada usahatani

penangkaran benih padi pada petani mitra dan non mitra antara lain adalah

biaya bibit, pupuk, obat-obatan dan solar.

a. Biaya Benih

Biaya benih termasuk ke dalam biaya tunai, karena petani mitra

dan petani non mitra mengeluarkan biaya atau uang tunai untuk

memperoleh benih tersebut. Benih yang digunakan pada kegiatan

usahatani petani mitra dan petani non mitra adalah varietas Ciherang.

Petani mitra diwajibkan membeli benih padi sebanyak 25 kg untuk

setiap Ha dari PT.SHS dengan harga Rp 7.500,00 untuk musim tanam

2010-2011. Sesuai dengan peraturan, setiap petani mitra menggunakan

bibit sebanyak 25 kg per hektar. Sedangkan petani non mitra membeli

benih dari Kelompok Tani Katiga dengan harga Rp 5.000,00. Rata-rata

penggunaan benih pada petani non mitra adalah sebesar 22,864 kg per

hektar. Dengan demikian diketahui biaya penggunaan benih pada

petani mitra sebesar Rp 187.500,00 per hektar dan biaya penggunaan

benih pada petani non mitra sebesar Rp 113.182,60 per hektar.

Page 133: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

116  

b. Biaya Pupuk

Biaya pupuk termasuk ke dalam biaya tunai yang dikeluarkan

oleh petani mitra dan non mitra. Biaya pupuk yang dikeluarkan petani

berbeda-beda sesuai dengan jenis pupuk, harga pupuk serta jumlah

pupuk yang digunakan. Pupuk yang digunakan oleh petani mitra

adalah pupuk urea, TSP, NPK, KCl, ZA, Boron dan Organik Cair.

Sedangkan petani non mitra hanya menggunakan pupuk urea, TSP,

NPK, KCl dan Organik Cair. Namun tidak semua petani menggunakan

setiap jenis pupuk. Pemberian pupuk padat dilakukan dengan cara

ditaburkan diatas tanah, sedangkan pemberian pupuk cair dilakukan

dengan penyemprotan. Jumlah serta waktu pemberian pupuk

disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing petani.

Rata-rata dosis pemupukan petani responden disajikan pada Tabel 39.

Berdasarkan Tabel 37, diketahui bahwa pada petani mitra

penggunaan pupuk didominasi oleh pupuk Urea, Phonska dan SP-36.

Sedangkan pada petani non mitra penggunaan pupuk didominasi oleh

pupuk Urea, phonska dan TSP. Penggunaan pupuk padat serta cair

pada petani non mitra lebih besar dibandingkan petani mitra, karena

pengaruh dari kondisi serangan hama penyakit. Namun bila dilihat dari

nilai total penggunaan pupuk, biaya pemupukan yang dikeluarkan

petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra. Hal ini

disebabkan karena petani membeli pupuk dengan harga yang berbeda-

beda dan rata-rata harga beli pupuk pada petani mitra lebih tinggi

dibandingkan pada petani non mitra.

Page 134: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

117  

Tabel 37. Biaya Pemupukan Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Jenis Pupuk Petani Mitra Petani Non Mitra

Satuan Fisik Nilai (Rp/ha) Fisik Nilai (Rp/ha)

A.Pupuk

Padat (PP)

Urea Kg/ha 220,17 368.525,00 187,67 302.100,00

TSP Kg/ha 26,67 47.250,00 94,33 202.800,00

SP-36 Kg/ha 68,33 159.750,00 33,33 74.833,30

Phonska Kg/ha 173,33 407.416,70 151,67 347.233,00

NPK Kg/ha 35 75.583,30 33,33 77.466,70

ZA Kg/ha 3,33 5.000,00 0 0,00

KCl Kg/ha 1,67 8.333,33 5 14.000,00

Boron Kg/ha 1,67 10.000,00 0 0,00

Total PP Kg/ha 495,17 1.081.858,00 505,33 1.018.433,00

B.Pupuk

Cair (PC)

Organik Cair Liter/ha 0,067 7.000,00 0,13 4.000,00

Total PC Liter/ha 0,067 7.000,00 0,13 4.000,00

Total Nilai 1.088.858,00 1.022.433,00

c. Biaya Obat-obatan

Obat-obatan atau pestisida yang digunakan petani sangat

bervariasi tergantung selera masing-masing petani. Untuk

mempermudah, pestisida digolongkan menjadi insektisida, herbisida,

fungisida, moluskisida dan ZPT (Zat Perangsang Tumbuh). Rata-rata

penggunaan pestisida pada petani mitra masih lebih tinggi

dibandingkan pada petani non mitra. Hal ini disebabkan karena petani

mitra memiliki ketakutan akan serangan hama penyakit akibat

kegagalan panen dua musim sebelumnya karena serangan wereng.

Page 135: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

118  

Tabel 38. Biaya Pestisida dan Obat-obatan Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Pestisida Satuan

Petani Mitra Petani Non Mitra

Fisik Nilai

(Rp/ha) Fisik Nilai (Rp/ha)

Insektisida

-Padat

-Cair

Total Insektisida

Kg/ha

Liter/ha

2,23

6,26

54.400,00

801.493,30

855.893,30

0,68

4,07

22.333,33

777.708,33

799.416,66

Fungisida

-Padat

-Cair

Total Fungisida

Kg/ha

Liter/ha

0,69

0,61

65.150,00

175.483,00

240.633,00

0,18

1,44

19.991,00

221.667,00

241.658,00

Herbisida

-Padat

-Cair

Total Herbisida

Kg/ha

Liter/ha

0,05

2,1

3.800,00

124.616,70

128.416,70

0,17

1,44

9.500,00

87.500,00

97.000,00

Moluskisida

-Padat

-Cair

Total Moluskisida

Kg/ha

Liter/ha

0,06

0,00

28.166,67

0,00

28.166,67

0,64

0,00

2.884,62

0,00

2.884,62

ZPT

-Padat

-Cair

Total ZPT

Kg/ha

Liter/ha

4,93

0,71

66.433,30

43.000,00

109.433,30

0,09

2,65

19.750,00

122.950,00

142.700,00

Total Biaya 1.362.543,00 1.283.659,28

Biaya pestisida termasuk dalam biaya tunai, karena petani mitra

dan petani non mitra mengeluarkan biaya dan uang tunai untuk membeli

pestisida. Harga pestisida sangat beragam sesuai merek dan kios tempat

membelinya. Petani mitra tidak membeli pestisida di perusahaan karena

harganya yang lebih mahal serta jenisnya yang kurang bervariasi. Biaya

pestisida terbesar baik pada petani mitra maupun non mitra adalah untuk

pembelian insektisida. Namun dari Tabel 38 diketahui bahwa penggunaan

pestisida petani mitra lebih tinggi dibandingkan petani non mitra.

Page 136: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

119  

3. Biaya Pengairan

Biaya pengairan yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non mitra

adalah biaya untuk membayar ulu-ulu. Biaya pengairan termasuk ke dalam

biaya tunai. Pada petani mitra, biaya ulu-ulu untuk biaya tunai adalah

sebesar Rp 50.000 per hektar, atau sebesar 20 kg per hektar. Rata-rata

biaya pengairan yang dikeluarkan petani mitra adalah Rp 74.501,68 per

hektar. Sedangkan petani non mitra membayar ulu-ulu sebesar 70 kg per

hektar. Rata-rata biaya pengairan yang dikeluarkan petani non mitra

adalah Rp 240.683,30 per hektar. Perbedaan biaya pengairan antara petani

mitra dan petani non mitra terutama karena jarak lokasi penangkaran yang

cukup jauh antara petani mitra dan petani non mitra.

4. Biaya Pengangkutan

Biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan oleh petani mitra

adalah biaya untuk membayar pengangkutan dari sawah ke lokasi truk

serta jasa sopir truk, karena truk sudah disiapkan oleh PT. SHS. Untuk

pengangkutan, biaya per karungnya adalah Rp 2.000,00 dengan rata-rata

hasil panen 64,87 karung per hektar. Rata-rata biaya pengangkutan yang

dikeluarkan petani mitra adalah Rp 129.733,30. Satu truk dapat

mengangkut 5-6 ton hasil panen, sehingga per hektarnya petani

membutuhkan satu truk. Rata-rata biaya yang dikeluarkan petani mitra

untuk sopir truk adalah Rp 40.666,67 per hektar. Sehingga rata-rata biaya

pengangkutan dan transportasi yang dikeluarkan petani mitra adalah Rp

170.400,00 per hektar.

Untuk petani non mitra, biaya pengangkutan yang dikeluarkan

adalah biaya untuk membayar tenaga kerja yang mengangkut hasil panen

ke Kelompok Tani Katiga. Karena lokasi lahan yang tidak jauh dari lokasi

Kelompok Tani Katiga maka tidak dibutuhkan truk. Untuk pengangkutan

petani membayar tenaga kerja antara Rp 5000,00 - Rp 10.000,00 untuk

setiap kuintal hasil panen yang diangkut. Rata-rata biaya pengangkutan

untuk petani non mitra adalah Rp 285.549,27 per hektar.

Page 137: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

120  

5. Biaya Pembuatan Pagar Plastik

Dalam kegiatan usahatani, setiap musimnya petani mitra

melakukan usaha perlindungan tanaman dari tikus. Selain dengan

melakukan gropyok tikus setiap minggunya, sebagian besar petani mitra

membuat pagar plastik agar tikus tidak dapat masuk ke lahan padi.

Beberapa petani mitra menggunakan pagar ketika pembibitan dan pada

masa tanam hingga panen, namun terdapat beberapa petani mitra yang

hanya menggunakan pagar ketika pembibitan karena kondisi lahannya

yang jarang ditemukan tikus. Sedangkan petani non mitra tidak

menggunakan pagar sama sekali, bahkan ketika pembibitan karena kondisi

lahannya yang benar-benar tanpa tikus. Biaya yang dikeluarkan untuk

membuat pagar adalah untuk pembelian plastik, tali rafia, tambang kecil,

serta bambu. Petani mitra yang menggunakan pagar plastik dari

persemaian hingga masa tanam menggunakan lebih banyak plastik, tali

rafia, tambang serta bambu.

Tabel 39.  Biaya Pembuatan Pagar Plastik Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Peralatan

Petani Mitra Petani Non Mitra

Satuan Fisik

Nilai

(Rp/ha) Fisik

Nilai

(Rp/ha)

Plastik Kg/ha 21,02 389.916,70 0 0

Tambang Gulung/ha 2,91 64.733,30 0 0

Tali Rafia Gulung/ha 2 30.550,00 0 0

Bambu Batang/ha 22,22 152.350,00 0 0

Total 637.550,00 0

6. Biaya Penyusutan

Pada biaya produksi usahatani, biaya penyusutan termasuk ke

dalam biaya diperhitungkan karena petani tidak pernah memperhitungkan

besarnya penyusutan dari peralatan pertanian yang dimiliki. Peralatan

yang dimiliki petani baik petani mitra maupun non mitra untuk membantu

kegiatan usahatani antara lain traktor, cangkul, sabit, handsprayer, garu,

terpal dan threser. Biaya penyusutan diperoleh dari harga beli dikurangi

Page 138: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

121  

nilai sisa kemudian dibagi umur ekonomis. Pada penelitian ini, untuk

mengetahui penyusutan per musim, total penyusutan dibagi dua, karena

dalam satu tahun, penangkaran benih padi dilakukan dua kali. Dari Tabel

42 diketahui diketahui penyusutan terbesar baik untuk petani mitra

maupun non mitra adalah penyusutan traktor. Pada petani non mitra tidak

ada penyusutan threser karena tidak ada petani yang memiliki threser.

Tabel 40.  Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Peralatan Pertanian Penyusutan (Rp/Musim)

Petani Mitra Petani Non Mitra

Cangkul 5.760,00 4.485,33

Traktor 424.000,00 317.333,33

Sabit 2.253,33 2.152,00

Handsprayer 40.680,00 51.600,00

Terpal 33.226,70 25.280,00

Garu 160,00 373,33

Threser 81.066,70 0,00

Total 587.146,70 401.224,00

7. Biaya Operasional

Biaya roguing termasuk ke dalam biaya tunai untuk petani mitra,

karena petani mitra diwajibkan untuk membayar biaya operasional sebesar

Rp 130.000,00 per hektar yang termasuk biaya roguing di dalamnya.

Sedangkan petani non mitra tidak dikenai biaya roguing, karena biaya

roguing ditanggung oleh pembeli dalam hal ini adalah kelompok tani

Katiga.

Page 139: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

122  

8. Sewa Lahan

Lahan yang digunakan oleh petani mitra adalah 100 persen lahan

sewa, karena merupakan lahan milik PT. SHS, sedangkan untuk petani

non mitra 90 persen petani mengelola lahan sewa, sementara sisanya

mengelola lahan pribadi. Untuk mempermudah analisis, pada petani non

mitra, diasumsikan seluruh responden petani memiliki lahannya secara

sewa. Pada biaya sewa lahan, biaya termasuk ke dalam biaya tunai.

PT. SHS menerapkan sistem bagi hasil sebagai ganti biaya sewa

lahan. Bagi hasil yang telah disepakati adalah 1.200 kg per hektar per

musim. Rata-rata biaya tunai sewa lahan petani mitra adalah Rp

3.669.268,40 per hektar. Sedangkan biaya sewa lahan untuk petani non

mitra adalah 1.400 kg per ha per musim, dengan rata-rata biaya tunai

sewa lahan Rp 4.813.666,70 per hektar per musim.

9. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK)

Upah TKDK termasuk ke dalam biaya diperhitungkan karena

petani tidak pernah memperhitungkan tenaga kerja yang berasal dari dalam

keluarga. TKDK pada petani mitra dan non mitra digunakan dalam

kegiatan usahatani mulai dari pengolahan tanah hingga pemanenan,

kecuali kegiatan pembajakan, pemupukan dasar, penanaman, dan

pemanenan. Kegiatan pengontrolan tanaman dilakukan oleh TKDK dan

tidak melibatkan TKLK. Berdasarkan Tabel 41 diketahui bahwa

penggunaan TKDK terbesar pada petani mitra dan non mitra adalah pada

kegiatan pengontrolan tanaman.

Page 140: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

123  

Tabel 41. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Tahapan Budidaya Petani Mitra Petani Non Mitra

HOK Nilai (Rp/Ha) HOK Nilai (Rp/Ha)

Pengolahan Lahan

- Penampingan 0,200 10.000,00 0,233 10.000,00

- Pemopokan 0,267 13.333,33 0,467 19.333,33

- Pembajakan 0 0 0 0

- Peleleran 0,033 1.333,33 0,4 12.000,00

- Babat Galeng 0,1 5.500,00 0,4 15.333,33

- Pemupukan Dasar 0 0 0 0

Persemaian 0,067 2.333,33 0,4 16.666,67

Penanaman 0 0 0 0

Penyulaman 0,467 13.333,33 0,567 17.000,00

Penyiangan 0,067 2.000,00 0 0

Pengontrolan 29,33 861.333,30 22,4 578.666,70

Pemupukan 0,1 4.000,00 0,267 12.000,00

Pemberian Pestisida 0,1 5.000,00 1,033 38.333,33

Pemanenan 0 0,00 0 0,00

TOTAL 30,731 918.166,62 26,167 719.333,36

Berdasarkan uraian biaya di atas, dapat diketahui total biaya tunai

serta biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non

mitra. Sehingga dapat dilihat biaya total yang dikeluarkan oleh petani

mitra dan non mitra bila biaya diperhitungkan dimasukkan ke dalam

perhitungan. Biaya total usahatani penangkaran benih padi yang

dikeluarkan petani mitra dan petani non mitra per hektar untuk musim

panen bulan Februari-April 2011dapat dilihat pada Tabel 42.

Page 141: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

124  

Tabel 42.     Struktur Biaya Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat Pada Petani Mitra dan Petani Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Uraian

Petani Mitra Petani Non Mitra

Biaya

(Rp/Ha) %

Biaya

(Rp/Ha) %

A. Biaya Tunai

1. TKLK 4.475.981,70 31,57 3.811.148,00 28,32

2. Tenaga Kerja Mesin 874.541,67 6,17 767.200,00 5,70

3. Sarana produksi

a. Benih 187.500,00 1,32 113.182,60 0,84

b. Pupuk 1.088.858,00 7,68 1.022.433,00 7,60

c. Obat-obatan 1.362.543,00 9,61 1.283.659,28 9,54

4. Biaya Pengairan 74.501,68 0,53 240.683,30 1,79

5. Biaya Pengangkutan 170.400,00 1,20 285.549,27 2,12

6. Biaya Pembuatan Pagar 637.550,00 4,50 0 0

7. Biaya Operasional 130.000 0,92 0 0

8. Sewa Lahan 3.669.268,40 25,88 4.813.666,70 35,77

Total Biaya Tunai 12.671.144,45 89,38 12.337.522,15 91,67

B. Biaya Diperhitungkan

1. TKDK 918.166,62 6,48 719.333,36 5,35

2. Biaya Penyusutan 587.146,7 4,14 401.224 2,98

Total Biaya

Diperhitungkan

1.505.313,32 10,62 1.120.557,36 8,33

C. Biaya Total 14.176.457,77 100,00 13.458.079,51 100,00

Dari uraian biaya produksi, diketahui bahwa biaya tunai terbesar

yang dikeluarkan dalam usahatani penangkaran benih padi adalah biaya

TKLK pada petani mitra yaitu sebesar 31,57 persen dari biaya total, dan

biaya sewa lahan pada petani non mitra, sebesar 35,77 persen dari biaya

total. Penggunaan biaya terbesar pada biaya diperhitungkan adalah biaya

TKDK yaitu sebesar 6,48 persen dari biaya total pada petani mitra dan

5,35 persen dari biaya total pada petani non mitra. Perbedaan biaya yang

cukup jauh antara petani mitra dan petani non mitra salah satunya

disebabkan karena lokasi penangkaran yang jauh antara petani mitra dan

Page 142: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

125  

non mitra, yang menyebabkan adanya perbedaan budaya atau kebiasaan

dalam penggunaan tenaga kerja dan sarana produksi, serta perbedaan upah

tenaga kerja dan harga sarana produksi.

8.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani

Dari hasil penerimaan usahatani dan biaya produksi usahatani

penangkaran benih padi dapat diperoleh nilai pendapatan usahatani. Pendapatan

usahatani pada penelitian ini terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan

pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari

pengurangan antara penerimaan tunai dengan biaya tunai. Sedangkan pendapatan

atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan antara penerimaan total dengan biaya

total. Penerimaan total adalah total penerimaan ketika penerimaan tunai ditambah

penerimaan diperhitungkan. Biaya total adalah biaya tunai ditambah biaya

diperhitungkan.

Pada petani mitra, penerimaan tunai dan penerimaan total per hektar yang

diperoleh adalah Rp 15.441.299,37 dan Rp 15.880.032,21. Biaya tunai dan biaya

total yang dikeluarkan per hektarnya oleh petani mitra adalah Rp 12.671.144,45

dan Rp 14.176.457,77. Sehingga diperoleh pendapatan tunai petani mitra adalah

Rp 2.770.154,92 per hektar dan pendapatan total petani mitra adalah Rp

1.703.574,44 per hektar. Sedangkan penerimaan tunai dan penerimaan total per

hektar yang diperoleh petani non mitra adalah Rp 13.118.858,00 dan Rp

13.774.762,50. Biaya tunai dan biaya total per hektar yang dikeluarkan petani non

mitra adalah Rp 12.337.522,15 dan Rp 13.458.079,51. Sehingga untuk petani non

mitra pendapatan tunai yang diperoleh adalah Rp 781.335,85 per hektar dan

pendapatan total yang diperoleh adalah Rp 316.682,99 per hektar.

8.2.4 Analisis Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya (R/C Rasio)

Selain pendapatan usahatani, dapat diketahui pula R/C rasio petani mitra

dan non mitra. R/C rasio pada penelitian ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan

R/C atas biaya total. R/C rasio atas biaya tunai diperoleh dari pembagian antara

penerimaan tunai dengan biaya tunai. Sedangkan R/C atas biaya total diperoleh

dari pembagian antara penerimaan total dengan biaya total.

Page 143: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

126  

Tabel 43. Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Penangkaran Benih Padi pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011

Uraian Satuan Petani Mitra Petani Non

Mitra

A. Penerimaan

a. Penerimaan Tunai

b. Penerimaan Diperhitungkan

c. Penerimaan Total

Rp/Ha

Rp/Ha

Rp/Ha

15.441.299,37

438.732,84

15.880.032,21

13.118.858,00

655.904,50

13.774.762,50

B. Biaya

a. Biaya Tunai

b. Biaya Diperhitungkan

c. Biaya Total

Rp/Ha

Rp/Ha

Rp/Ha

12.671.144,45

1.505.313,32

14.176.457,77

12.337.522,15

1.120.557,36

13.458.079,51

C. Pendapatan Atas Biaya Tunai Rp/Ha 2.770.154,92 781.335,85

D. Pendapatan Atas Biaya Total Rp/Ha 1.703.574,44 316.682,99

E. R/C Rasio Atas Biaya Tunai 1,219 1,063

F. R/C Rasio Atas Biaya Total 1,120 1,024

Pada petani mitra, berdasarkan analisis R/C rasio diketahui bahwa R/C

rasio atas biaya tunai pada petani mitra sebesar 1,219. Ini menunjukkan bahwa

setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani mitra akan memberikan

penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp1,219. Sedangkan R/C rasio atas biaya

total pada petani mitra diketahui sebesar 1,120. Ini menunjukkan bahwa setiap

satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani mitra akan memberikan

penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp 1,120.

Pada petani non mitra diketahui R/C rasio atas biaya tunai sebesar 1,063.

Ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani

non mitra akan memberikan penerimaan kepada petani non mitra sebesar Rp

1,063. Sedangkan R/C rasio atas biaya total pada petani non mitra diketahui

sebesar 1,024. Ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai yang

dikeluarkan petani non mitra akan memberikan penerimaan kepada petani mitra

sebesar Rp 1,024.

Page 144: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

127  

Analisis R/C atas biaya tunai dan total baik pada petani mitra dan non

mitra menunjukkan bahwa kedua usahatani layak untuk diusahakan. Hal ini dapat

dilihat dari nilai R/C keduanya yang bernilai lebih dari satu (R/C > 1). Suatu

usahatani dinyatakan layak apabila R/C lebih dari satu. Nilai R/C petani mitra

baik R/C atas biaya tunai maupun biaya total lebih besar dibandingkan petani non

mitra. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani

mitra lebih menguntungkan.

Dari Tabel 43 juga diketahui bahwa walaupun biaya tunai serta biaya total

yang dikeluarkan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra, namun

pendapatan petani mitra baik tunai maupun total jauh lebih tinggi dibandingkan

petani non mitra. Hal ini disebabkan karena penerimaan petani mitra baik tunai

maupun total juga lebih besar dibandingkan petani non mitra. Penerimaan petani

mitra yang tinggi disebabkan karena rata-rata hasil produksi petani mitra yang

lebih tinggi, sehingga memberikan nilai penerimaan yang tinggi juga, walaupun

harga beli PT. SHS lebih rendah dibanding pasaran. Tingginya pendapatan petani

mitra menunjukkan bahwa usahatani yang dijalankan petani mitra lebih

menguntungkan dibanding petani non mitra. Hal ini senada dengan hasil analisis

R/C yang telah dijelaskan sebelumnya.

Walaupun begitu tetap harus diperhatikan mengenai biaya yang

dikeluarkan, dimana biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan oleh petani

mitra masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan petani non mitra. Disinilah

peran kemitraan sebaiknya ditingkatkan. Salah satunya dengan menyediakan

sarana produksi dengan harga yang lebih murah atau dengan menetapkan Standar

Operasional Prosedur (SOP) mengenai penggunaan sarana produksi seperti pupuk

serta pestisida dan obat-obatan agar tidak berlebihan dalam penggunaannya. Bila

dilihat, tingginya penerimaan petani mitra disebabkan oleh tingginya hasil panen

bukan dari harga beli. Hal ini harus diwaspadai, karena apabila hasil panen petani

mitra sedang mengalami penurunan, maka pendapatan yang diterima petani mitra

menjadi rendah. Selain itu, penyebab rendahnya hasil panen pada petani non mitra

disebabkan karena adanya serangan hama dan penyakit, salah satunya adalah

wereng. Apabila penelitian dilakukan ketika lahan penangkaran benih pada petani

Page 145: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

128  

non mitra dalam keadaan normal, tidak menutup kemungkinan bahwa hasil

pendapatan petani non mitra lebih tinggi dibandingkan pada petani mitra.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

kemitraan yang terjalin antara petani mitra dengan PT. SHS memberikan manfaat

bagi petani mitra terutama dalam pemberian bantuan modal biaya panen, adanya

kepastian pasar, peningkatan pendapatan petani serta peningkatan pengetahuan

dan teknologi bagi petani mitra. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat

permasalahan-permasalahan yang merugikan PT. SHS maupun petani mitra serta

mempengaruhi kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan. Kemitraan

masih dapat diteruskan apabila kedepannya PT. SHS terus memperbaiki kinerja

pelayanan kemitraan, mencari solusi nyata mengenai segala keluhan petani serta

lebih memperhatikan kesejahteraan petani mitra. Walaupun demikian, kemitraan

tetap menjadi pilihan, karena kemitraan merupakan solusi bagi petani yang

memiliki masalah permodalan serta tidak memiliki lahan pertanian.

Page 146: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

IX KESIMPULAN DAN SARAN  

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan,

maka dapat disimpulkan beberapa hal dari hasil penelitian antara lain:

1. Pelaksanaan kemitraan yang terjalin antara PT. Sang Hyang Seri dengan

petani penangkar benih padi di daerah sekitar perusahaan merupakan

kemitraan inti plasma. Kemitraan memberikan beberapa manfaat bagi PT.

SHS dan petani mitra. Manfaat yang diperoleh PT. SHS adalah

pemenuhan kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja. Sedangkan manfaat

yang diperoleh petani mitra adalah mendapatkan bantuan modal dalam

panen, mendapatkan jaminan pasar, meningkatkan pendapatan petani serta

mendapatkan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta teknologi dalam

budidaya. Berdasarkan matriks evaluasi kemitraan masih terdapat enam

poin dari enam belas poin kerjasama yang dalam pelaksanaannya masih

belum sesuai dengan kesepakatan, sehingga menimbulkan masalah.

Keenam poin tersebut adalah 1) Penjualan hasil panen, 2) Penyediaan

sarana produksi, 3) Kegiatan pembasmian tikus, 4) Respon terhadap

keluhan, 5) Pengangkutan hasil panen dan 6) Pembayaran hasil panen.

Permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan kemitraan diantaranya

adalah kurangnya pertemuan rutin untuk pembinaan, masih terdapat petani

yang menjual hasil panennya selain ke PT. SHS, banyaknya penggunaan

pupuk anorganik yang menurunkan kesuburan tanah, kurangnya

ketersediaan sarana produksi yang dibutuhkan petani serta harganya yang

tinggi, masih banyak petani yang tidak mengikuti kegiatan pembasmian

tikus, belum adanya solusi nyata dari keluhan petani seperti keterlambatan

pembayaran hasil panen, kurangnya sarana pengangkutan hasil panen serta

keterlambatan pembayaran hasil panen oleh PT. SHS. Permasalahan ini

disebabkan karena kurangnya kontrol perusahaan terhadap pelaksanaan

kemitraan, kesepakatan kerjasama yang kurang rinci sehingga

menciptakan celah, serta tidak adanya evaluasi kemitraan yang dilakukan

oleh PT. SHS.

Page 147: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

130  

2. Berdasarkan analisis kepuasan menggunakan metode IPA diketahui bahwa

masih terdapat enam atribut yang harus menjadi prioritas utama, yaitu

harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh

sarana produksi, respon inti terhadap keluhan, penyediaan sarana

transportasi panen, harga beli hasil panen dan ketepatan waktu

pembayaran hasil panen. Atribut yang perlu dipertahankan kinerjanya

adalah prosedur penerimaan petani mitra, kualitas benih pokok,

pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping, bantuan biaya

panen dan ketepatan waktu pemberian biaya panen. Atribut dengan

prioritas rendah adalah harga benih pokok dan frekuensi pelaksanaan

pembinaan plasma. Sedangkan atribut yang pelaksanaannya dianggap

berlebihan adalah pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan,

bantuan inti dalam menanggulangi hama penyakit serta keberadaan

pendamping yang mudah ditemui dan dihubungi. Secara umum diketahui

bahwa petani merasa cukup puas, karena nilai CSI yang diperoleh adalah

62,08.

3. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa

pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani mitra

adalah Rp 2.700.154,92 dan Rp 1.703.574,44. Tingkat pendapatan petani

mitra lebih tinggi bila dibandingkan dengan petani non mitra dimana

pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani non

mitra adalah Rp 781.335,85 dan Rp 316.682,99. Hal ini senada dengan

nilai R/C atas biaya tunai (1,219) dan R/C atas biaya total (1,120) petani

mitra yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai R/C atas biaya tunai

(1,063) dan nilai R/C atas biaya total (1,024) petani non mitra. Hal ini

menunjukkan bahwa kegiatan usahatani pada petani mitra lebih

menguntungkan dibandingkan kegiatan usahatani yang dilakukan oleh

petani non mitra. Walaupun begitu, kedua kegiatan usahatani sudah layak

untuk dijalankan, karena nilai R/C pada petani mitra maupun non mitra,

baik nilai R/C atas biaya tunai dan biaya total lebih besar daripada satu

(R/C >1).

Page 148: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

131  

9.2 Saran

Agar dapat meningkatkan kinerja kemitraan, maka rekomendasi upaya

perbaikan, yaitu:

1. Petani mitra disarankan untuk lebih mematuhi perjanjian kerjasama

mengenai penjualan hasil panen agar tidak menjual hasil panennya selain

kepada perusahaan. Terkait dengan hal ini, PT. SHS sebagai perusahaan

inti harus mencari solusi nyata mengenai masalah pembayaran hasil panen

melalui pengalokasian dana secara tepat, agar petani merasa lebih puas.

PT. SHS sebaiknya menyediakan sarana produksi, seperti pupuk dan obat-

obatan dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan di kios-kios,

atau minimal dengan harga sama, dan dikenakan sebagai pinjaman yang

dapat dibayar ketika panen. Penambahan jumlah sarana transportasi juga

harus menjadi prioritas perusahaan ke depannya, dengan menambah

jumlah truk pengangkut hasil panen. Dalam menjalankan kemitraan, akan

lebih baik bila PT. SHS menerapkan sistem reward dan punishment bagi

petani mitra, dimana petani yang berhasil memproduksi benih padi

melebihi target akan diberikan hadiah sedangkan bagi petani yang

melanggar peraturan diberikan sanksi secara tegas. Hal ini diharapkan

mampu mempengaruhi kinerja petani mitra dalam pelaksanaan kemitraan

serta dalam memproduksi benih padi. Berhubungan dengan hal ini, PT.

SHS sebaiknya lebih tegas dalam pemberian sanksi bagi petani yang tidak

mengikuti kegiatan gropyok tikus. PT. SHS harus meningkatkan kesadaran

petani akan pentingnya kegiatan gropyok tikus.

2. PT. SHS sebaiknya meningkatkan kontrol terhadap pelaksanaan kemitraan

serta rutin melaksanakan evaluasi kemitraan. Selain itu, PT. SHS

sebaiknya merumuskan hak dan kewajiban baik PT. SHS maupun petani

mitra secara lebih rinci, serta melibatkan petani mitra. Peraturan-peraturan

tidak tertulis dapat diperkuat dengan merumuskannya ke dalam peraturan

tertulis yang disepakati kedua belah pihak dengan sanksi yang jelas bagi

pelanggaran. Petani mitra juga sebaiknya turut berperan dalam kontrol

terhadap pelaksanaan kemitraan. Sehingga diharapkan penyimpangan-

Page 149: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

132  

penyimpangan terhadap peraturan yang dilakukan baik oleh PT. SHS

maupun petani mitra dapat berkurang.

3. PT. SHS sebaiknya melakukan kegiatan kontrol terhadap mutu dan

kualitas benih padi yang dihasilkan oleh petani mitra. Kegiatan kontrol

mutu dapat dilakukan dengan melakukan penyeragaman prosedur melalui

penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam hal teknis budidaya,

seperti SOP mengenai penggunaan pupuk maupun penggunaan pestisida.

Penerapan SOP ini diharapkan dapat mengontrol kualitas benih padi yang

dihasilkan. Peningkatan kualitas hasil panen tidak hanya menguntungkan

bagi PT. SHS, namun juga berpengaruh terhadap harga beli hasil panen

yang diterima oleh petani, sehingga nantinya diharapkan kualitas benih

padi semakin meningkat dan harga yang diterima petani dapat meningkat

karena sesuai dengan ketentuan PT. SHS. Penerapan SOP mengenai

penggunaan pupuk dan pestisida juga diharapkan dapat mengurangi biaya

yang dikeluarkan oleh petani.

4. Selain penerapan SOP, kontrol mutu dapat dilakukan melalui pelaksanaan

pembinaan plasma. PT. SHS disarankan untuk melaksanakan pembinaan

sesuai dengan kebutuhan petani mitra atau mengenai teknologi-teknologi

tepat guna yang belum diketahui oleh petani. Melalui pendampingan

lapang, PT. SHS disarankan untuk lebih mengawasi pelaksanaan budidaya

agar kualitas hasil panen sesuai harapan.

5. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai pengukuran tingkat kepuasan

secara menyeluruh dengan menggunakan metode servqual dimana

penilaian dilakukan terhadap kedua belah pihak yaitu PT. SHS dan petani

mitra. Selain itu perlu adanya penelitian lanjutan mengenai analisis

perbandingan pendapatan dimana diharapkan kondisi lahan dan budidaya

baik pada petani mitra maupun non mitra dalam keadaan normal, sehingga

dapat terlihat pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani mitra.

Page 150: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

DAFTAR PUSTAKA

Alviah A. 2007. Analisis Efektivitas Strategi Promosi Benih Padi dan Palawija pada PT. Sang Hyang Seri (Studi Kasus Petani Desa Dukuh Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Aritonang RL. 2005. Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Aryani L. 2009. Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Damayanti MN. 2009. Kajian Keberhasilan Pelaksanaan Kemitraan dalam Meningkatkan Pendapatan Antara Petani Semangka di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dengan CV Bimandiri [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Darmowiyono S. 1999. Refleksi Pertanian Hal.81-110. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Dhesinta, Menallya. 2006. Peranan Kemitraan Terhadap Peningkatan Pendapatan Peternakan Ayam Broiler (Kasus Kemitraan PT. Sierad Produce dengan Peternak di Kabupaten Sukabumi) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Firwiyanto M. 2008. Analisis Tingat Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS, Sawangan, Depok) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hafsah MJ. 2000. Kemitraan Usaha. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya

Kartasapoetra A. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum.1992. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Lestari M. 2009. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Studi Kasus Kemitraan PT. X di Yogyakarta) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Page 151: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

134  

Lokollo et al. 2007. Dinamika Sosial Ekonomi Perdesaan: Analisis Perbandingan Antar Sensus Pertanian

Mugnisjah WQ, Setiawan A. 1995. Produksi Benih. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Noviyanti M. 2005. Analisis Efisiensi Supply Chain Produk Benih Padi pada PT Sang Hyang Seri (Persero) [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : ANDI

Prastiwi. 2010. Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar Kuningan dan Ubi Jalar Jepang (Studi Kasus Kemitraan PT Galih Estetika dan Petani Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Puspitasari. 2009. Pengaruh Kemitraan Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Petani Kakao di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rangkuti F. 2003. Measuring Customer Satisfaction. Ed ke-2. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Roslinawati E. 2007. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi pada PT Sang Hyang Seri RM I Sukamandi, Subang, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Sadjad S. 1975. Pedoman Uji Daya Berkecambah Benih Tanaman Pangan di Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Sadjad S, Suwarno F, Hadi S. 2001. Tiga Dekade Berindustri Benih di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Soekartawi, Soehardjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: Penebit Universitas Indonesia

Sumardjo, Sulaksana J, Aris W. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Jakarta: Penebar Swadaya

Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia dan MMA-IPB

Page 152: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

135  

Supranto J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta

Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Page 153: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

136  

LAMPIRAN 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

aListwise deletion based on all variables in the

procedure

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.875 18

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

A1 60.60 27.378 .345 .874 A2 59.90 26.544 .361 .876 A3 59.70 26.011 .599 .865 A4 59.40 27.156 .496 .869 A5 59.70 26.011 .599 .865 A6 59.50 27.167 .419 .872 A7 59.70 26.011 .599 .865 A8 59.60 26.044 .607 .865 A9 59.60 26.489 .518 .868 A10 59.60 27.378 .345 .874 A11 60.10 24.989 .539 .868 A12 59.60 26.267 .563 .867 A13 59.60 26.044 .607 .865 A14 59.50 25.611 .750 .860 A15 59.60 26.044 .607 .865 A16 59.70 28.678 .098 .883 A17 59.20 29.511 .000 .878 A18 59.80 23.956 .740 .857

Page 154: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

137  

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0aListwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.887 16

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

A1 53.10 26.322 .394 .886 A2 52.40 26.044 .316 .891 A3 52.20 25.289 .587 .878 A4 51.90 26.100 .557 .880 A5 52.20 25.511 .543 .880 A6 52.00 26.444 .403 .885 A7 52.20 25.289 .587 .878 A8 52.10 25.211 .617 .877 A9 52.10 25.656 .527 .881 A10 52.10 26.322 .394 .886 A11 52.60 24.267 .532 .882 A12 52.10 25.433 .572 .879 A13 52.10 25.211 .617 .877 A14 52.00 24.889 .738 .873 A15 52.10 25.211 .617 .877 A18 52.30 23.122 .753 .870

Page 155: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

138  

LAMPIRAN 2. Atribut dan Indikator Kinerja Pelayanan Kemitraan

Atribut Indikator Kepuasan

Prosedur Penerimaan Mitra

PT. SHS

4 = Persyaratan sangat mudah, cepat memperoleh tanggapan

dan pelayanan sangat ramah

3 = Persyaratan mudah, cepat memperoleh tanggapan dan

pelayanan ramah

2 = Persyaratan rumit, lambat dan kurang ramah

1 = Persyaratan sangat rumit, pelayanan sangat lambat dan

tidak ramah

Kualitas Benih Pokok 4 = Hasil produksi lebih dari 6 ton

3 = hasil produksi 5-6 ton

2 = Hasil produk 3-5 ton

1 = hasil produksi <3 ton

Penetapan Harga Benih

Pokok

4 = Harga Benih Pokok PT. SHS lebih murah dari harga pasar

3 = Harga benih pokok PT. SHS sama dengan harga pasar

2 = Harga benih pokok PT. SHS lebih mahal dari pasar

1 = Harga benih pokok PT. SHS jauh lebih mahal dari pasar

Penetapan Harga Sarana

Produksi

4 = Harga Sarana Produksi PT. SHS lebih murah dari harga

pasar

3 = Harga Sarana Produksi PT. SHS sama dengan harga pasar

2 = Harga Sarana Produksi PT. SHS lebih mahal dari pasar

1 = Harga Sarana Produksi PT. SHS jauh lebih mahal dari

pasar

Ketersediaan dan

Kemudahan Memperoleh

Sarana Produksi

4 = Sarana Produksi selalu tersedia saat dibutuhkan, bahkan

lebih dari yang dibutuhkan

3 = Sarana Produksi tersedia saat dibutuhkan.

2 = Harus menunggu beberapa waktu untuk mendapatkan

sarana produksi karena stok tidak ada

1 = sarana produksi tidak tersedia

Frekuensi Pelaksanaan

Pembinaan Plasma

4 = 1 bulan sekali

3 = 1 musim 2 kali

2 = 1 musim sekali

1 = insidentil, jika petani membutuhkan

Pelayanan dan Materi yang

Diberika dalam Pembinaan

4 = Materi yang diberikan sangat sesuai dan sangat

dibutuhkan petani

3 = materi yang diberikan sesuai

2 = materi yang diberikan biasa saja

1 = materi yang diberikan tidak sesuai dan tidak penting

Page 156: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

139  

Respon Inti terhadap

Keluhan

4 = Semua keluhan direspon dengan sangat baik dalam waktu

yang cepat dengan adanya solusi nyata

3 = semua keluhan direspon dengan baik dalam waktu yang

agak cepat

2 = Semua keluhan direspon kurang baik dan dalam waktu

agak lama

1 = semua keluhan tidak direspon dengan baik

Bantuan Inti dalam

Menanggulangi Hama dan

Penyakit

4 = Inti memberikan bantuan melalui pelaksanaan gropyok

tikus serta adanya bantuan dalam bentuk pestisida gratis.

3 = Inti memberikan bantuan melalui pelaksanaan gropyok

tikus serta adanya bantuan pestisida dalam bentuk pinjaman

2 = Inti hanya memberikan batuan melalui pelaksanaan

gropyok tikus

1 = Inti tidak melakukan kegiatan gropyok tikus

Pengetahuan dan

Kemampuan Berkomunikasi

Pendamping

4 = pendamping dapat berkomunikasi dengan sangat baik dan

menjawab semua pertanyaan yang diajukan petani

3= tidak semua pertanyaan dapat dijawab, namun kemampuan

komunikasi pendamping baik

2= tidak semua pertanyaan dapat dijawab dan cara

berkomunikasi pendamping tidak terlalu baik

1= semua pertanyaan tidak dapat dijawab pendamping dan

cara berkomunikasi tidak baik

Pendamping Mudah Ditemui

dan Dihubungi

4 = pendamping mendatangi lokasi setiap hari

3= pendamping mendatangi lokasi dua kali dalam satu minggu

2 = pendamping mendatangi lokasi satu kali seminggu

1= pendamping mendatangi lokasi jika dibutuhkan petani

Bantuan Biaya Panen 4 = Bantuan panen lebih dari biaya panen yang dikeluarkan

3 = Bantuan panen sama dengan biaya panen yang

dikeluarkan

2= Bantuan biaya panen lebih kecil dari biaya panen yang

dikeluarkan

1= Tidak ada biaya bantuan panen

Ketepatan Pemberian Biaya

Panen

4 = Dibayarkan sebelum panen

3 = Dibayarkan ketika panen

2 = Dibayarkan setelah panen

1 = Dibayarkan musim berikutnya

Penyediaan Sarana

Pengangkutan Hasil Panen

4 = Jumlah Truk Lebih dari yang dibutuhkan

3 = Jumlah truk sesuai dengan kebutuhan

Page 157: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

140  

2 = Jumlah truk kurang dari yang dibutuhkan

1 = Tidak ada truk

Penetapan Harga Beli Hasil

Panen

4 = Harga Beli Hasil Panen oleh PT. SHS lebih mahal dari

harga pasar

3 = Harga Beli Hasil Panen oleh PT. SHS sama dengan harga

pasar

2 = Harga Beli Hasil Panen oleh PT. SHS lebih murah dari

pasar

1 = Harga Beli Hasil Panen oleh PT. SHS jauh lebih murah

dari pasar

Ketepatan Pembayaran Hasil

Panen

4 = Dibayarkan ketika hasil panen diterima SHS

3 = 1 minggu sampai 1 bulan setelah panen

2 = > 1 bulan setelah panen

1 = Dibayarkan musim berikutnya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 158: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

141  

LAMPIRAN 3. Matriks Evaluasi Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dan Petani

Mitra Berdasarkan Kesepakatan Kerjasama

Poin Kerjasama Ketentuan Realisasi Peraturan Tertulis Peraturan Tidak Tertulis Pembinaan dan Pengawalan teknis produksi

PT. SHS mengecek ke lahan sekaligus memberi bimbingan

Sesuai

Pembayaran Benih Pokok

Petani diwajibkan membeli benih pokok sebanyak 25 kg/Ha/musim

Jenis varietas ditentukan oleh PT. SHS

Sesuai

Pembayaran bagi hasil Petani diwajibkan

membayar bagi hasil sebesar 1.200 kg/Ha/musim

Pembayaran dengan dipotong dari hasil panen

Sesuai

Pembayaran biaya operasional

Petani diwajibkan membayar biaya operasional kerjasama sebesar Rp 130.000/Ha/musim

Sesuai

Penjualan hasil panen Petani menjual hasil panen

kepada PT. SHS setiap musimnya setelah dipotong kewajiban bagi hasil

Wajib memasukkan seluruhnya ke PT. SHS

Kurang Sesuai

Sesuai Pengelolaan areal Petani wajib mengelola

lahan dengan baik dan tidak dipindahtangankan maupun dijualbelikan

Sesuai Sanksi terhadap pelanggaran aturan

Petani bersedia diberhentikan apabila tidak mentaati peraturan

Ketentuan Luas Lahan garapan

Tidak diatur Petani berhak mengolah lahan milik PT. SHS dengan syarat 1 KTP maksimal 2 Ha sawah

Sesuai

Penerapan Jadwal Tebar Tanam Panen

Tidak diatur Petani melakukan kegiatan tebar, tanam, dan panen sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh PT. SHS

Sesuai

Penyediaan Sarana Produksi

Tidak diatur PT. SHS menyediakan sarana produksi seperti pupuk dan obat-obatan dalam bentuk pinjaman

Kurang Sesuai

Page 159: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

142  

Kegiatan pembasmian tikus

Tidak diatur Petani wajib mengikuti “gropyok tikus” bersama PT. SHS seminggu dua kali, setiap rabu dan sabtu

Kurang Sesuai

Penetapan harga beli hasil panen oleh PT. SHS

Tidak diatur Harga ditentukan berdasarkan survey, kemudian dimusyawarahkan. Harga dipengaruhi oleh kadar air dan kotoran.

Sesuai

Pembagian Risiko budiaya

Tidak diatur Risiko ditanggung oleh petani, kecuali penyebab turunnya produksi disebabkan oleh bencana alam

Sesuai

Respon terhadap keluhan

Tidak diatur PT. SHS merespon setiap keluhan petani. Penyampaian keluhan disampaikan ketika pengecekan ke lahan atau petani langsung ke kantor PT. SHS

Kurang Sesuai

Pengangkutan hasil panen

Tidak diatur PT. SHS menyediakan sarana transportasi untuk pengangkutan.

Kurang Sesuai

Pembayaran Hasil Panen

Tidak diatur Pembayaran hasil panen dilakukan setelah hasil panen diterima PT. SHS dengan dengan lamanya waktu sesuai perjanjian sebelumnya

Tidak Sesuai

Page 160: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

143  

LAMPIRAN 4. Kendala-kendala Kemitraan Berdasarkan Kesepakatan Kerjasama

Poin Kerjasama Keterangan Kendala

Pembinaan dan Pengawalan teknis produksi

Frekuensi diadakannya pembinaan serta pengawalan teknis

Untuk pembinaan dan pengawalan teknis tidak ada kendala, namun untuk pembinaan berupa pertemuan rutin masih jarang dilaksanakan

Kualitas SDM Tidak ada kendala Pembayaran Benih Pokok

Kualitas Benih Pokok Tidak ada kendala

Ketersediaan Benih Pokok Tidak ada kendala Varietas benih Tidak ada kendala Pembayaran bagi hasil Pembayaran bagi hasil

sebesar 1200 kg/ha Tidak ada kendala

Pembayaran biaya operasional

Pembayaran biaya operasional sebesar Rp 130.000,00 per /musim

Tidak ada kendala

Penjualan hasil panen Petani wajib memasukkan

seluruh hasil panen ke PT. SHS

Masih terdapat petani yang menjual sedikit hasil panennya ke luar selain PT. SHS, karena pembayarannya yang lebih cepat

Kondisi tanah saat diberikan

Tidak ada kendala

Pengelolaan areal Pengelolaan tanah Banyaknya penggunaan pupuk anorganik

menurunkan kesuburan tanah Petani tidak diperbolehkan

memindahtangankan lahan Tidak ada kendala

Sanksi terhadap pelanggaran aturan

Petani bersedia diberhentikan sebagai petani mitra bila melanggar peraturan

Tidak ada kendala

Ketentuan Luas Lahan garapan

Maksimal luas lahan garapan 2 Ha/KTP

Tidak ada kendala

Penerapan Tebar Tanam Panen

Tebar, tanam, dan panen dilakukan sesuai jadwal yang ditentukan PT.SHS

Tidak ada kendala

Penyediaan Sarana Produksi

Ketersediaan Pupuk dan Obat-obatan

Pupuk dan obat-obatan yang dibutuhkan oleh petani terkadang tidak tersedia tepat waktu. Selain itu pupuk dan obat-obatan yang disediakan PT. SHS kurang beragam sesuai keinginan petani

Harga Pupuk dan Obat-obatan

Harga pupuk dan obat-obatan yang disediakan PT. SHS lebih tinggi dariapada harga di kios-kios, karena tidak bersusidi

Page 161: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

144  

Kegiatan pembasmian tikus

Dilaksanakan dua kali dalam seminggu

Masih ada petani yang tidak mengikuti gropyok tikus

Penetapan harga beli benih padi oleh PT. SHS

Melalui survey 3 desa 3 varietas.

Tidak ada kendala

Diterapkannya rafaksi harga

Banyak petani yang merasa bahwa rafaksi harga merugikan

Pembagian Risiko budiaya

Risiko ditanggung petani Tidak ada kendala

Respon terhadap keluhan

Respon terhadap segala keluhan

Belum adanya solusi nyata dari keluhan petani, seperti mengenai keterlambatan pembayaran hasil panen

Pengangkutan hasil panen

Ketersediaan truk pengangkut

Kurangnya truk pengangkut mengakibatkan keterlambatan pengangkutan serta banyaknya tumpukan hasil panen di lahan. Hal ini dapat mempengaruhi kadar air dan kotoran pada hasil panen.

Pembayaran Hasil Panen

Ketepatan waktu pembayaran hasil panen

Keterlambatan pembayaran hasil panen sering terjadi

Page 162: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

145  

LAMPIRAN 5. Kuisioner Penelitian Usahatani

KUISIONER Untuk Mengetahui Keragaan Usahatani Penangkaran Benih Padi

Peneliti:

Amelia Kartika Y H34070041

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 163: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

146  

Saya Amelia Kartika, mahasiswa Departemen Agribisnis IPB yang sedang melakukan penelitian untuk keperluan skripsi dengan judul “Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I, Sukamandi, Kabupaten Subang)”. Dimohon ketersediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk melakukan wawancara guna mengisi kuisioner ini secara lengkap. Sesuai etika penelitian, saya bersifat netral dan menjamin kerahasiaan informasi bapak/ibu sebagai responden. Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

A. Identitas Responden

1. Nama Responden : ...........................................................................

2. Jenis Kelami : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

3. Usia : ........................ tahun

4. Alamat : ...........................................................................

...........................................................................

5. Pendidikan Terakhir : ( ) Tidak sekolah ( ) SMA

( ) SD ( ) Diploma

( ) SMP ( ) Sarjana

6. Status dalam rumah tangga : Kepala Keluarga / Istri / Anak (pilih salah satu)

7. Jumlah Tanggungan

Keluarga : ............................... orang

8. Keterangan tentang anggota rumah tangga (dalam satu unit anggaran belanja)

No

Nama Anggota Keluarga

Hubungan dengan KK*

Jenis Kelamin

(P/L)

Usia (Tahun) Pendidikan

Pekerjaan Sumber

Pendapatan Utama

Utama Sampingan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Keterangan* : 1= Kepala Keluarga; 2= Istri; 3= Anak; 4= Cucu; 5=Orang Tua; 6= Lainnya

9. Pengalaman Bertani Padi : ............................... tahun

10. Pengalaman Menjadi Penangkar Benih Padi : ................................... tahun

11. Varietas padi yang pernah diusahakan (isi dengan memberi tanda centang “ √

”, jawaban boleh lebih dari 1):

( ) ( )

( ) ( )

Page 164: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

147  

12. Pendapatan Rumah Tangga dalam satu tahun terakhir

No. Uraian Nilai dalam setahun (Rp)

1. Usahatani Padi

2. Usahatani Penangkaran Benih Padi

3. Usahatani lainnya (sebutkan: ..............................)

4. Non Usahatani (sebutkan: ..................................)

13. Penghasilan per bulan : ( ) ≤ 500.000 ( ) 501.000 – 999.000

( ) 1.000.000-1.999.000 ( ) ≥ 2.000.000

14. Alasan Melakukan : ( ) Usaha turun temurun Penangkaran ( ) Banyak diusahakan di daerah sekitar Benih Padi ( ) Tinggi pendapatannya

( ) Pekerjaan Utama ( ) Pekerjaan Sampingan ( ) Lainnya, ......................................................

15. Periode Panen : ............................................. 16. Biaya Garap per musim

Tanam (Rp) : .............................................

B. Luas dan Status Penguasaan Lahan Usahatani

1. Lahan Milik Sendiri

Jenis Lahan Jumlah Persil

Luas Kepemilikan Lahan (Ha)

Digarap Sendiri Digarap Orang

Lain Total

Sawah Irigasi

Sawah tadah

Hujan

Ladang Tegalan

Kebun

Pekarangan

(termasuk rumah)

Lainnya (kolam,

tambak, dll)

Total

Page 165: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

148  

2. Lahan Bukan Milik Sendiri

Jenis Lahan Jumlah Persil

Luas Kepemilikan Lahan (Ha)

Digarap Sendiri Digarap Orang

Lain Total

Sawah Irigasi

Sawah tadah

Hujan

Ladang Tegalan

Kebun

Pekarangan

(termasuk rumah)

Lainnya (kolam,

tambak, dll)

Total

C. Gambaran Usahatani Penangkaran Benih Padi

1. Sumber modal usahatani : ( ) Sendiri

( )Pinjam ke Petani Lain, sebesar ...........................

( ) Bantuan kelompok tani, sebesar .......................

2. Ke mana hasil panen benih padi dijual?

( ) Pedagang Pengumpul ( ) Koperasi/Kelompok Tani

( ) PT. Sang Hyang Seri ( ) Lainnya, ..............................

3. Permasalahan yang sering dihadapi dalam usahatani?

( ) Budidaya ( ) Modal ( ) Lainnya, ...................

( ) Teknologi ( ) Hama

Uraian :

.........................................................................................................................

.................................................................................................................

4. Benih yang digunakan :

( ) Mendapatkan dari PT. Sang Hyang Seri

( ) Membeli dari petani lainnya

( ) Membeli dari Kelompok Tani

( ) Lainnya, ........................................................

5. Jumlah benih sumber yang digunakan : ............................. /Ha/musim tanam

6. Harga benih : Rp................................./ kg

Page 166: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

149  

7. Peralatan yang dimiliki:

a. Investasi:

No. Jenis Alat Jumlah

(buah)

Harga Beli

(Rp/buah)

Masa Pakai

(Tahun)

Perkiraan

Umur Layak

Pemakaian

(Tahun)

1 Cangkul

2 Traktor

3 Sabit

4 Handsprayer

5 Karung

6 Terpal

7 Garu

8 Komposan

9 Tolok

10 Timbangan

11 Traser

b. Peralatan per musim:

No. Nama Alat Jumlah/Ha Harga/Satuan

1. Plastik

2. Tali Rafia

3. Tali Tambang

4. Bambu

Kegiatan Usahatani:

1. Persiapan Lahan

Kegiatan Keterangan

Penampingan

Pemopokan

Traktor

Peleleran

Babat Galengan

Page 167: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

150  

2. Pembibitan/Penyemaian

Pembibitan Keterangan

Pembuatan Bedengan

Pemupukan Dasar

Luas lahan pembibitan (m2 , bedeng)

Varietas benih yang digunakan untuk

pembibitan

Jumlah benih yang digunakan untuk

pembibitan (gr)

Jarak tanam benih (cm)

Lama pembibitan (hari)

Masa penyimpanan bibit (hari)

3. Penanaman

Penanaman Keterangan

Jumlah bibit

Jarak tanam bibit (cm)

Kedalaman penanaman bibit (cm)

Alat menanam (mesin/manual)

Lama proses penanaman

4. Pemeliharaan Tanaman Proses Pemeliharaan Keterangan

Penyulaman Frekuensi Penyulaman

Ketika Berumur

Pengairan Frekuensi Pengairan

Lama proses pengairan

Alat yang digunakan

Penyiangan Frekuensi penyiangan

Ketika tanaman berumur

Lama proses penyiangan

Pengontrolan tanaman Frekuensi pengontrolan

Lama Waktu pengontrolan

Page 168: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

151  

5. Pemupukan

Pupuk diperoleh dari :

................................................................................................

Kegiatan pemupukan : ................ kali

Proses pemupukan : a. Pemupukan I setelah ...... hari sesudah tanam

b.Pemupukan II setelah...... hari sesudah tanam

c.Pemupukan III setelah ..... hari sesduah tanam

Penggunaan pupuk (luas lahan: ...............................) Jenis Pupuk Fisik (kg, liter)/Ha Total Nilai (Rp)/satuan

Kandang

Urea

SP36

TSP

KCl

ZA

NPK Ponsca

NPK Kujang

Cair

.......................

......................

6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Secara teknik budidaya : .............................................................

Secara biologis (predator alam) : .........................................................

Secara fisik (perangkap) : .........................................................

Secara kimia : No Jenis Pestisida Fisik (kg, liter)/

Ha

Total nilai (Rp)

/satuan

1. Insektisida

Page 169: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

152  

2 Herbisida

3. Fungisida

4. Obat Perangsang

7. Roguing

Kegiatan Penyeleksian : Fase Pertumbuhan Kegiatan

Stadium Vegetatif Awal

(Setelah muncul bibit)

Stadium Vegetatif Akhir/Anakan

Maksimum

(awal pertumbuhan tanaman)

Stadium Generatif Awal/ Berbunga

Stadium Generatif Akhir/Pemasakan

(Sebelum panen)

Page 170: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

153  

8. Panen dan Pengolahan Benih

Umur Panen : ...................................................................................

Proses Panen : Proses Pemanenan Alat yang

digunakan

Kegiatan

Persiapan Panen

Proses Panen

Pengeringan

Benih

Penjemuran

Pengeringan

dengan alat

pengering (dryer)

Pengolahan

Benih

Pembersihan

Benih

Pemilahan

(grading)

9. Prosesing Benih Kegiatan Jumlah Harga/satuan Total Harga

Penimbangan dan Pemberian Stampel

.......................... kg

Pembelian Kantong Logo

..................... lembar

Biaya Sertifikasi ....................... Ha Biaya Pengujian Benih

........................... kg

Biaya Pelabelan ..................... lembar Biaya Pengantongan Benih

.................... lembar

Page 171: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

154  

10. Penjualan

Beri tanda “√” pada kegiatan yang dilaksanakan, dan tanda “-“ pada kegiatan

yang tidak dilaksanakan. Penjualan Keterangan

Penjualan saat panen

(Ijon/Jual bertahap/

lainnya ................................................)*

Penjualan langsung setelah panen

Dikemas (mengalami proses sertifikasi) serta

disimpan kemudian dijual

Disimpan untuk digunakan sebagai bibit sendiri

*coret yang bukan

Siapa pembelinya dan berapa persen dari total penjualan?

Jenis Pembeli Persentase (%)

Pedagang pengumpul

Koperasi/Kelompok Tani

PT. Sang Hyang Seri

Lainnya, ............................................

Apakah anda melakukan kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri?

( ) Ya

( ) Tidak, karena ..................................................................................

..................................................................................................................

Jika tidak dibeli PT. Sang Hyang Seri, pembeli yang dominan berasal dari :

(isi dengan memberi tanda “√”)

( ) satu desa ( ) satu provinsi

( ) satu kecamatan ( ) luar provinsi

( ) satu kabupaten

Tingkat kesulitan menjual hasil panen :

(isi dengan memberi tanda “√”)

( ) sangat mudah ( ) kadang sulit

( ) mudah ( ) sulit

Page 172: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

155  

11. Kegiatan Usahatani dan Penggunaan Tenaga Kerja per Musim Tanam (Luas Lahan : ..........................)

No Kegiatan Upah (Rp)

Jam Kerja (jam/hari)

Lama kegiatan (hari/kali)

Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga (orang/hari) Upahan (orang/hari) Borongan

(Rp) Ceblog

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 1. Persiapan Lahan

Penampingan Pemopokan Traktor Peleleran Babat Galengan

2. Pembibitan/Persemaian Pembuatan Bedengan Pemupukan Dasar Penyebaran Benih Smbr

3. Penanaman 4. Pemeliharaan Tanaman Penyulaman (Ngayuman) Pengairan Penyiangan (Ngerambet) 5. Pemupukan 6. Pengendalian HPT 7. Roguing 8. Pemanenan

Proses Panen Penimbangan

9. Pengangkutan Kuli angkut Sopir truk

Page 173: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

156  

12.Biaya Usahatani Lainnya (Luas lahan : ..........................) Jenis Pengeluaran Biaya

Iuran irigasi/ beli air (Rp)

Iuran Desa (Rp)

Pajak (Rp)

Sewa Lahan (Rp)

Biaya Transportasi (Rp)

13.Produksi dan Penerimaan Hasil Produksi (Luas Lahan: ..........................)

a. Produksi

Indikator Produksi Benih

Padi

Hasil dari tanaman lain (jika ditumpangsari)

................................ .................................

Fisik (kg)

Harga (Rp/kg)

b. Penerimaan Hasil Produksi

No. Produksi Benih Padi

Jumlah (kg) Harga (Rp/kg)

1. Penjualan Benih Padi

2. Konsumsi Pribadi

3. ..................................

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 174: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

157  

LAMPIRAN 6. Kuisioner Kepuasan Petani Mitra

KUISIONER Untuk Mengetahui Kondisi Kemitraan dari Sisi Petani Mitra

Peneliti:

Amelia Kartika Y H34070041

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 175: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

158  

Saya Amelia Kartika, mahasiswa Departemen Agribisnis IPB yang sedang melakukan penelitian untuk keperluan skripsi dengan judul “Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I, Sukamandi, Kabupaten Subang)”. Dimohon ketersediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk melakukan wawancara guna mengisi kuisioner ini secara lengkap. Sesuai etika penelitian, saya bersifat netral dan menjamin kerahasiaan informasi bapak/ibu sebagai responden. Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. Petunjuk Umum : Berilah tanda “ √ ” pada tempat yang telah disediakan.

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : .............................................................................

Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

Alamat : ..........................................................................

..........................................................................

Usia : ............................... tahun Pendidikan Terakhir : ( ) Tidak sekolah ( ) SMA ( ) SD ( ) Diploma ( ) SMP ( ) Sarjana Jumlah Tanggungan : ( ) 0 orang ( ) 3-5 orang Keluarga ( ) 1-2 orang ( ) > 5 orang Penghasilan per bulan : ( ) ≤ 500.000 ( ) 501.000 – 999.000 ( ) 1.000.000-1.999.000 ( ) ≥ 2.000.000 Pengalaman Bermitra : ( ) Pernah, dengan .............................................., Dengan yang lain Selama ............................ bulan ( ) Belum Pernah Pengalaman Bermitra : ......................... bulan Dengan SHS

Berapa kali pernah : .......................... kali Berganti kemitraan Lama Berusahatani : ( ) ≤ 2 tahun ( ) 5-6 tahun Penangkaran ( ) 3-4 tahun ( ) ≥ 7 tahun Benih Padi Alasan Melakukan : ( ) Usaha turun temurun Penangkaran ( ) Banyak diusahakan di daerah sekitar Benih Padi ( ) Tinggi pendapatannya

( ) Pekerjaan Utama ( ) Pekerjaan Sampingan

( ) Lainnya, ...................................................... Pekerjaan lain yang : ( ) Tidak ada Dilakukan selain ( ) Ada, yaitu ....................................................... Penangkaran benih Luas Lahan yang : ........................................... Digarap (m2)

Periode Panen : ...........................................

Biaya Garap per : ........................................... Musim Tanam (Rp) Penghasilan per : ........................................... Bulan (Rp)

Page 176: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

159  

PELAKSANAAN KEMITRAAN Alasan anda dalam melaksanakan kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri (boleh pilih lebih dari satu dan diurutkan berdasarkan kepentingan): ( ) Ingin mendapatkan bantuan modal ( ) Ingin mendapatkan jaminan pasar ( ) Ingin meningkatkan pendapatan / keuntungan ( ) Ingin mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan bertani serta teknologi ( ) Risiko usaha ditanggung bersama ( ) Lainnya, ................................................................................................... Apakah dalam pelaksanaan kemitraan ini anda mengetahui dan memahami peraturan kemitraan (perjanjian kontrak dengan PT. Sang Hyang Seri): ( ) Ya Apa hak dan kewajiban yang anda miliki sebagai petani mitra? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ( ) Tidak Mengapa anda tidak mengetahui dan memahaminya? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ Apakah anda terlibat dalam pembuatan peraturan.kontrak kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri? ( ) Ya ( ) Tidak, alasan ..................................................................

Apakah anda mendapat bantuan modal awal? ( ) Ya, sejumlah ....................................... ( ) Tidak Apaka anda membeli Sarana Produksi di PT. Sang Hyang Seri? ( ) Ya, alasan ................................................................................................. ( ) Tidak, alasan ............................................................................................ Fasilitas apa yang diberikan oleh PT. Sang Hyang Seri selama kemitraan berlangsung?

1. ........................................................................................................... 2. ...........................................................................................................

Masalah serta kendala apa saja yang dihadapi selama mengikuti kemitraan?

1. ........................................................................................................... 2. ........................................................................................................... 3. ........................................................................................................... 4. ...........................................................................................................

Harapan kepada PT. Sang Hyang Seri? ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................ Apakah akan tetap bergabung dengan PT. Sang Hyang Seri? ( ) Ya ( ) Tidak, alasan ......................................................................

Page 177: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

160  

TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KEMITRAAN

A. Petunjuk A Tingkat Kepentingan Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan harapan anda terhadap pelaksanaan kemitraan PT. Sang Hyang Seri RM I dengan petani mitra. Berilah tanda “√” pada kolom jawaban yang anda pilih.

B. Petunjuk B Tingkat Kepuasan Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan apa yang anda rasakan terhadap pelaksanaan kemitraan PT. Sang Hyang Seri RM I dengan petani mitra selama ini. Berilah tanda “√” pada kolom jawaban yang anda pilih.

No. Atribut

Kepentingan Kepuasan 1

Sangat Tidak

Penting

2 Tidak

Penting

3 Penting

4 Sangat Penting

1 Sangat Tidak Puas

2 Tidak Puas

3 Puas

4 Sangat Puas

1. Prosedur Penerimaan Mitra PT. SHS

2. Penetapan Harga Benih Pokok 3. Kualitas Benih Pokok 4. Penetapan Harga Sarana Produksi 5. Kecukupan Penyediaan Sarana Produksi 6. Penetapan Harga Sarana Produksi 7. Pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi pendamping 8. Pendamping mudah ditemui dan dihubungi 9. Frekuensi Pembinaan Plasma 10. Pelayanan dan Bimbingan Materi 11. Respon terhadap keluhan 12. Bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit 13. Bantuan biaya panen 14. Ketepatan pemberian biaya panen 15. Penyediaan Sarana Pengangkutan Hasil Panen 16. Ketepatan Pembayaran Hasil Panen

 

Page 178: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

161  

LAMPIRAN 7. Kuisioner Kemitraan untuk PT. Sang Hyang Seri

KUISIONER Untuk Mengetahui Kondisi Kemitraan Petani Mitra dan Perusahaan

Peneliti:

Amelia Kartika Y H34070041

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 179: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

162  

Saya Amelia Kartika, mahasiswa Departemen Agribisnis IPB yang sedang melakukan penelitian untuk keperluan skripsi dengan judul “Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I, Sukamandi, Kabupaten Subang)”. Dimohon ketersediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk melakukan wawancara guna mengisi kuisioner ini secara lengkap. Sesuai etika penelitian, saya bersifat netral dan menjamin kerahasiaan informasi bapak/ibu sebagai responden. Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Responden Nama : No : Jabatan : Tanggal: No Pertanyaan Jawaban

A Kondisi PT. Sang Hyang Seri

1. Apakah visi dan misi PT. Sang Hyang Seri?

2. Bagaimana struktur organisasi PT. Sang Hyang Seri?

3. Bagian mana yang terkait dengan program kemitraan?

4. Apa kaitan kemitraan dengan divisi / bidang pekerjaan

yang anda tangani?

5. Menurut anda, seberapa penting peranan kemitraan

terhadap sustainability perusahaan?

B Pelaksanaan kemitraan

1. Bagaimana awal mula terjadinya kemitraan antara PT.

Sang Hyang Seri dengan petani mitra?

2. Apakah tujuan yang ingin dicapai PT. Sang Hyang Seri

melaksanakan kemitraan ini?

3. Pola kemitraan seperti apa yang terjadi antara PT. Sang

Hyang Seri dengan petani mitra?

Page 180: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

163  

4. Bagaimana bentuk pembinaan yang diberikan kepada

petani?

5. Bagaiman bentuk permodalan kepada petani?

6. Bagaiman penyediaan sarana produksi untuk petani

mitra?

7. Adakah pendampingan secara teknis maupun non teknis

dari PT. Sang Hyang Seri sebagai perusahaan mitra?

8. Apakah petani mitra dilibatkan dalam pembuatan

peraturan dan kontrak kemitraan?

9. Apakah dalam pelaksanaanya, seluruh petaani mitra

patuh terhadap peraturan dan kontrak kemitraan?

10. Apa saja hak dan kewajiban masing-masing pelaku

mitra?

11. Apa peran pemerintah dalamn kemitraan ini?

12. Apakah PT. Sang Hyang Seri melakukan kerjasama

dengan pihak lain dalam pelaksanaan kemitraan dengan

petani?

13. Apa sajakah permasalahan yang ditemui dalam

pelaksanaan kemitraan ini?

14. Bagaimanakah dampak permasalahan kemitraan tersebut

terhadap perusahaan?

Page 181: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

164  

15. Apa harapan terhadap kemitraan ini di masa depan?

C Sistem Produksi

1. Apa sajakah jenis varietas benih padi yang dihasilkan

oleh PT. Sang Hyang Seri?

2. Apakah setiap tahunnya PT. Sang Hyang Seri memiliki

target produksi benih padidalam kemitraan ini?

3. Kapankan pembelian benih terhadap petani mitra

dilakukan?

4. Bantuan apakah yang diberikan oleh PT. Sang Hyang

Seri dalam hal budidaya?

5. Upaya apakah yang dilakukan PT. Sang Hyang Seri

untuk meningkatakn penguasaan teknologi petani

terutama dalam budidaya?

6. Bagaimanakan proses sertifikasi benih yang dilakukan?

7. Bagaimanakah proses pengemasan terhadap benih

bersertifikat?

D Pemasaran Hasil

1. Bagaimana sistem pemasaran benih padi yang dilakukan

dalam kemitraan ini?

2. Bagaimana saluran distribusi pemasaran benih padi dari

petani mitra ke PT. Sang Hyang Seri?

Page 182: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

165  

3. Bagimana sistem penetapan harga beli hasil benih padi?

4. Bagaimana sistem sortasi dan grading yang ditetapkann

perusahaan terhadap pasokan benih padi?

5. Berapa lama rata-rata lama waktu pembayaran hasil

panen benih padi yang diterima?

6. Berapa harga rata-rata yang diterima petani dari hasil

budidaya benih padinya?

E Pembiayaan / Pendanaan

1. Apakah PT. Sang Hyang Seri memiliki perencanaan

biaya khusus dalam kemitraan ini?

2. Bagaimana aliran dana PT. Sang Hyang Seri hingga

sampai ke petani mitra?

3. Bagaiman bentuk pengawasan yang dilakukan atas dana

yang diberikan?

4. Bagaimana sistem pengembalian dana yang dilakukan

petani?

 

Page 183: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

  

166  

Lampiran 8. Surat Perjanjian Kerjasama

KANTOR REGIONAL - I SUKAMANDI, SUBANG - JAWA BARAT, TELP. (0260) 520798, 521900, FAX. (0260) 520813

SURAT PERJANJIAN KERJA SAMA PENANGKAR PADI / PALAWIJA CALON BENIH Nomor : …………/SHS.06.1/ KS I/……./20……..

Pada hari ini ……………… tanggal ……… bulan ……………… tahun dua ribu ………………… kami yang bertanda tangan di bawah ini : I. Nama : …………………………………….. Jabatan : …………………………………….. Alamat : PT. Sang Hyang Seri (Persero) – Sukamandi Yang berdasarkan SK Direksi No. ……… Tertanggal …………………… dan Surat Kuasa Direksi No.

SKU ……………………..Tertanggal …………………………… Yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT. Sang Hyang Seri (Persero) yang untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

II. Nama : …………………………………….. Pekerjaan/Jabatan : …………………………………….. Nomor KTP : …………………………………….. Alamat : …………………………………….. Yang berdasarkan surat permohonan tanggal …………………………………………..yang dalam hal ini

bertindak untuk dan atas nama diri sendiri, yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA Dengan ini menyatakan bahwa antara kedua belah pihak tersebut, tercapai kata sepakat untuk mengadakan/membuat perjanjian kerjasama MT ……………………. Dalam usaha memproduksi padi/palawija, dengan menggunakan tanah HGU PT. Sang Hyang Seri (Persero).

- Luas Areal : ………………………… Ha - Lokasi / Blok : …………………………

Dengan Persyaratan / Ketentuan sbb : 1. PIHAK PERTAMA, wajib melakukan pembinaan dan pengawalan teknis produksi yang dilaksanakan

oleh PIHAK KEDUA. 2. PIHAK KEDUA diwajibkan membayar benih pokok sebanyak 25 Kg / Ha / Musim kepada PIHAK

PERTAMA. 3. PIHAK KEDUA diwajibkan membayar bagi hasil sebesar 1.200 Kg / Ha / Musim kepada PIHAK

PERTAMA. 4. PIHAK KEDUA membayar biaya operasional kerjasama sebesar Rp. 130.000,-/ Ha / Musim yang terdiri

dari : Biaya Roguing, Sanitasi, Materai dan PHT. 5. PIHAK KEDUA berhak atas semua hasil panen dan memasukkan/menjual kepada PIHAK PERTAMA

apabila dibutuhkan setelah dipotong kewajiban bagi hasil. 6. PIHAK KEDUA diwajibkan mengelola areal dengan baik dan tidak dipindah tangankan kepada orang lain

maupun dijual belikan. 7. PIHAK KEDUA diwajibkan mematuhi ataupun mentaati persyaratan dan ketentuan yang berlaku di PT.

Sang Hyang Seri (Persero) yang tidak tertulis dalam kontrak ini dalam hal pemanfaatan lahan. 8. PIHAK KEDUA bersedia diberhentikan sebagai petani kerjasama apabila tidak mengikuti ataupun

mentaati aturan dan ketentuan yang ada.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

MENGETAHUI,

Kepala Desa

Page 184: Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih

Bachrudin, SP

LAMPIRAN 9. Peta Lahan dan Varietas PT. Sang Hyang Seri

ZONE VARIETAS SWK KS JUMLAHA. PADI INBRIDA

Inpari 1 199.60 113.03 312.63 Situbagendit - 190.03 190.03 Ciherang 335.79 1,658.90 1,994.69 Inpago 3 SHS 128.29 - 128.29 Cigeulis - 20.20 20.20 Inpara 3 - 46.54 46.54 Inpari 13 39.77 - 39.77 Mekongga - 46.99 46.99Mekongga 46.99 46.99 IR64 - 207.46 207.46

Sub Jumlah 703.45 2,283.15 2,986.60 B. PADI HIBRIDA

SL-8SHS 5.97 - 5.97 Perb. Restorer 1.13 - 1.13

Sub Jumlah 7.10 - 7.10 Jumlah A + B 710.55 2,283.15 2,993.70

Benih Sumber 110.61 - 110.61 Penelitian 13.97 - 13.97 Hortikultura 29.37 - 29.37 T B S 3.00 - 3.00

Sub Jumlah 156.95 - 156.95 Jumlah 867.50 2,283.15 3,150.65

Sukamandi, 21 Januari 2011Manager Kebun

167