evaluasi ketersediaan dan perilaku penggunaan … · penggunaan sediaan sachet serbuk oral yang...
TRANSCRIPT
i
EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAANSEDIAAN SACHET SERBUK ORAL PADA PENGUNJUNG APOTEKPELENGKAP KIMIA FARMA RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
PERIODE JUNI-JULI 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Sartika Indriyani Salouw
NIM : 078114016
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2010
ii
EVALUATION OF AVAILABILITY AND BEHAVIOUR USAGE OFORAL POWDER SACHETS OF YOGYAKARTA Dr. SARDJITO
HOSPITAL KIMIA FARMA PHARMACY CUSTOMERSIN JUNE-JULY 0F 2010 PERIOD
SKRIPSI
Presented as Partitial Fulfilment of the Requirementto Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)
In Faculty of Pharmacy
By:
Sartika Indriyani Salouw
NIM: 078114016
FACULTY OF PHARMACYSANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA2010
iii
SKRIPSI
EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN
SEDIAAN SACHET SERBUK ORAL PADA PENGUNJUNG APOTEK
PELENGKAP KIMIA FARMA RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
PERIODE JUNI-JULI 2010
Skripsi yang diajukan oleh :
Sartika Indriyani Salouw
NIM: 078114016
telah disetujui oleh:
tanggal: 29 November 2010
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Diberkatilah orangyang mengandalkan
TUHAN,yang menaruh
harapannya pada TUHAN( Yeremia 17:7)
“Cinta tidak pernah meminta, ia senantiasa memberi,
cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah
mendendam, tak pernah membalas dendam. Dimana ada
cinta di situ ada kehidupan; manakalah kebencian
membawa kepada kemusnahan” (Mahatma Ghandi)
Penelitian ini kupersembahkan untuk,
Tuhan Yesus,
Papa, mama, dan adikku tersayang,
My Love,
Keluarga besar Salouw dan Nange,
Teman-temanku,
dan Almamaterku.
vi
vii
viii
PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Evaluasi Ketersediaan dan Perilaku Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral
Pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Periode Juni-Juli 2010”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mengalami
permasalahan, kesulitan, suka dam duka. Namun dengan adanya dukungan,
perhatian dan semangat dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Manager Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito dan Manager
Apotek Kimia Farma Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin
untuk melakukan penelitian di Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.
Sardjito dan membantu dalam proses penelitian ini
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
ijin bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini.
3. Rita Suhadi, M.Si., Apt. sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberi
dukungan, perhatian, semangat dan bimbingan dalam mengarahkan penulis
dari awal hingga selesai pembuatan skripsi ini.
4. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. Sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan
saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi.
ix
5. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi.
6. Seluruh dosen pengajar dan staf di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan melalui
materi kuliah kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.
7. Ibu Dian Shintari, S.Si, Apt; Ibu Gina Arifah S.Farm, Apt; Ibu Sari
Rahmawati, S.Farm, Apt, selaku apoteker yang bertugas dan seluruh staf
Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito yang telah memberikan
dukungan dan bekerja sama selama penelitian berlangsung.
8. Semua pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito
periode Juni – Juli 2010 yang telah bersedia kerjasama dengan peneliti
sebagai subyek penelitian.
9. Orang tuaku tercinta Bapak Johanis Onisimus Salouw dan Ibu Afliana Bertha
Nange, SH yang telah memberikan kasih sayang, cinta, dukungan dan
perhatian yang tak kunjung henti hingga penulis bisa mnyelesaikan skripsi
ini.
10. Adikku Lucky Mario Salouw tercinta yang telah memberikan dukungan dan
perhatian bagi penulis.
11. Yohanes Dipo Noto, yang selalu memberikan semangat, inspirasi, dukungan,
dan selalu setia menemani peneliti selama penelitian serta membuat hidupku
menjadi lebih berwarna.
12. Keluarga besar Salouw dan Nange, atas doa, perhatian dan dukungannya.
x
13. Sahabat – sahabatku, Yohana Tobi, Theresia Padhi, Kendra Sri Sugosa yang
terus memberikan doa dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini
14. Teman - teman SMA khususnya anak-anak Asrama St. Chatarina dari Sienna
– Denpasar, Bali angkatan 2004, yang terus memberikan semangat bagi
penulis selama menyelesaikan skripsi.
15. Bapak dan ibu kost serta teman-teman kosku, Feby, Tika, Indah dan Anis
yang memberikan bantuan, saran, perhatian dan semangat selama penelitian.
16. Teman – teman senasib dan seperjuangan selama penelitian, Ayu “Amink”,
Ayu “ Tegal”, Diana dan Linda, atas perhatian, bantuan, semangat, dan
kerjasama dari awal hingga akhir penelitian.
17. Teman – temanku, Tresa, Titin, Vero, Cefry, Tommy, Eko, Elfrid, Ano, Rifa,
Ita, Kak Yono, Mba Dita, Mba Fina, Kak Nanto, atas bantuan dan semangat
bagi penulis saat penelitian.
18. Teman - teman PERKURAY dan Kos Brojonoto, atas bantuan dan semangat
yang diberikan kepada penulis.
19. Teman-teman di kelas FKK A 2007, yang telah memberikan saran dan
semangat untuk skripsi ini.
20. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2007 atas kebersamaan dan
dukungan selama ini.
21. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu,
memberikan doa, dukungan dan perhatian bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
xi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terjadi kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis dan
pembaca.
Penulis
xii
DAFTAR ISIHALAMAN SAMPUL ……………………………………………………......... iHALAMAN JUDUL…………………………………………………………...... iiPAGE TITLE………………………………………………………….................. iiiHALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………… ivHALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………… vHALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYAILMIAH UNTUK KEPENTINGAN MEDIS.......................................................
vi
viiPERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………… viiiPRAKATA………………………………………………………………………. ixDAFTAR ISI…………………………………………………………………….. xiiiDAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. xvDAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xviiINTISARI………………………………………………………………………... xviiiABSTRACT………………………………………………………………………. xixBAB I PENGANTAR…………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………………. 11. Permasalahan……………………………………………………… 42. Keaslian penelitian………………………………………………… 43. Manfaat penelitian………………………………………………… 5B. Tujuan penelitian…………………………………………………….. 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………………… 7A. Serbuk………………………………………………………………... 7B. Sachet Serbuk………………………………………………………... 7C. Penggolongan Obat, Jamu, dan Suplemen Berdasarkan Kode Nomor
Pendaftaran …………………………………….................................. 9D. Apotek……………………………………………………………….. 12E. Apoteker……………………………………………………………... 13F. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) ………………… 15G. Pelayanan Informasi Obat………………………………………….. 16H. Perilaku Kesehatan…………………………………………………. 18I. Keterangan Empiris…………………………………………………. 19
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………… 20A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………... 20B. Kedudukan Penelitian……………………………………………….. 20C. Definisi Operasional…………………………………………………. 22D. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………… 24E. Subyek Penelitian …………………………………………………… 24F. Bahan Penelitian………………………………………....................... 27G. Instrumen Penelitian…………………………………………………. 27H. Jalannya Penelitian…………………………………………………... 28I. Tata Cara Analisis Hasil…………………………………………....... 34J. Kesulitan Penelitian………………………………………………….. 38
xiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN………………………………………….. 39A. Ketersediaan Sachet Serbuk Oral di Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito……………………………………………………1. Berdasarkan kode nomor pendaftaran………………………....2. Berdasarkan kelas efek farmakologi……………………………
393943
B. Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral Berdasarkan HasilKuisioner dan Wawancara kepada Responden……………………..1. Karateristik responden…………………………………………..2. Hasil kuisioner dan wawancara responden mengenai
penggunaan sediaan sachet serbuk oral……………………….
4343
53C. Profil Informasi yang Diberikan oleh Apoteker kapada Pengunjung
Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito…………………………...1. Durasi pemberian informasi obat kepada pengunjung apotek2. Sumber informasi yang digunakan dalam pemberian informasi
kepada pengunjung apotek……………………………………..3. Tempat pemberian informasi obat dan informasi apa saja yang
diberikan kepada pengunjung apotek……………………….....4. Teknik pemberian informasi…………………………………….5. Kendala yang sering terjadi dalam memberikan informasi obat
kepada pengunjung apotek………………………………………
6565
67
6869
69BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………. 71
A. Kesimpulan…………………………………………………………... 71B. Saran…………………………………………………………………. 72
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 73LAMPIRAN……………………………………………………………………... 76BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………... 98
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contoh Sediaan Sachet Serbuk Oral………………………….............. 8Gambar 2. Bagan Kedudukan Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan
Sediaan Sachet Serbuk Oral Pada Pengunjung Apotek Pelengkap KFRSUP Dr. Sardjito…………………………………………………… 21
Gambar 3. Bagan Cara Kerja Pengambilan Subjek Penelitian EvaluasiKetersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral padaPengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito..…................... 25
Gambar 4. Bagan Kerja Tahap Pra Penelitian Evaluasi Ketersediaan danPenggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung ApotekPelengkap KF RSUP Dr. Sardjito…...................................................... 32
Gambar 5 Persentase Kelompok Sediaan Sahet Serbuk Oral Berdasarkan KelasEfek Farmakologi.................................................................................. 43
Gambar 6 Persentase Kelompok Usia Responden dalam Penelitian EvaluasiKetersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral padaPengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito......................... 44
Gambar 7 Persentase Kelompok Jenis Kelamin Responden Penelitian EvaluasiKetersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral padaPengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito......................... 46
Gambar 8 Persentase Tingkat Pendidikan Responden Penelitian EvaluasiKetersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral padaPengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito......................... 47
Gambar 9 Persentase Pekerjaan Responden Penelitian Evaluasi Ketersediaandan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada PengunjungApotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito............................................ 48
Gambar 10 Persentase Frekuensi Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral olehResponden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan PenggunaanSediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KFRSUP Dr. Sardjito…………………………………………………... 50
Gambar 11 Persentase Frekuensi Pembelian Obat oleh Responden PenelitianEvaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oralpada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito………. 51
xv
Gambar 12 Persentase Pernah atau tidaknya Responden Penelitian EvaluasiKetersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral padaPengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito Berkonsultasidengan Apoteker……………………………………………………... 52
Gambar 13 Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Pengatahuan olehResponden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan PenggunaanSediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KFRSUP Dr. Sardjito……………………………………………………. 54
Gambar 14 Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Sikap oleh RespondenPenelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan SachetSerbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KFRSUP Dr. Sardjito……………………………………………………. 59
Gambar 15 Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Tindakan oleh RespondenPenelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan SachetSerbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KFRSUP Dr. Sardjito……………………………………………………. 62
Gambar 16 Persentase Hasil Kuisioner untuk Setiap Aspek oleh RespondenPenelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan SachetSerbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KFRSUP Dr. Sardjito……………………………………………………. 64
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data…... 77Lampiran 2. Surat Persetujuan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data........ 78Lampiran 3. Informed Consent............................................…………….... 79Lampiran 4. Kuisioner...............…………………...................................... 82Lampiran 5. Panduan Wawancara untuk Responden dan Apoteker …….. 85Lampiran 6 Hasil Wawancara Terhadap Apoteker yang Bertugas............. 86Lampiran 7 Hasil Jawaban Kuisioner untuk Aspek Pengetahuan.............. 90Lampiran 8 Hasil Jawaban Kuisioner untuk Aspek Sikap.......................... 91Lampiran 9 Hasil Jawaban Kuisioner untuk Aspek Tindakan.................... 92Lampiran 10 Gambaran Karateristik Responden.......................................... 93Lampiran 11 Daftar Sediaan Sachet Serbuk Oral yang ada di Apotek
Pelengkap KF Dr. Sardjito....................................................... 95Lampiran 12 Daftar Sediaan Sachet Serbuk Oral Berdasarkan Kelas Efek
Farmakologi………………………………………………..... 96
xvii
INTISARI
Penggunaan sediaan sachet serbuk oral yang diperhatikan apoteker adalahketersediaan item dan informasi obat mengenai banyaknya air yang digunakanuntuk melarutkan serbuk, aturan pakai dan tempat penyimpanan yang tepat. Olehkarena itu, telah dilakukan mengenai Evaluasi Ketersediaan dan PerilakuPenggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek PelengkapKimia Farma RSUP Dr. Sardjito.
Jenis penelitian survei observasional dengan rancangan penelitian deskriptifprospektif melalui pendekatan kualitatif melalui kuisioner dan wawancara.Metode pengambilan sampling subyek dengan kuota sampling non acak. Datapenelitian dianalisis dengan statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan sachet serbuk oral yang tersedia di apotekberdasarkan kode nomor pendaftaran, persentase terbesar adalah SI (23,5%), DBL(17,6%), diikuti TR, SD, dan DKI (11,8%); berdasarkan kelas farmakologi yaitusistem gastrointestinal dan hepatobilier (41,2%), sistem musculoskeletal (5,9%),antiinfeksi (sistemik) (5,9%), nutrisi (41,2%), dan antidotum dan zat detoksifikasiuntuk terapi ketergantungan (5,9%). Penggunaan sachet serbuk oral yang benaroleh pengunjung apotek berdasarkan hasil kuisioner dan wawancara adalah aspekpengetahuan (82,1%), aspek sikap (76,0%), aspek tindakan (83,5%). Profilinformasi yang diberikan apoteker terkait penggunaan sachet serbuk oral dari hasilwawancara adalah aturan pakai, tempat penyimpanan, dan banyaknya air yangdigunakan untuk melarutkan serbuk.
Kata kunci : sachet serbuk oral, ketersediaan obat, perilaku penggunaan,informasi obat.
xviii
ABSTRACT
The use of an oral dosage form of powder sachets that important to noticeby pharmacists is the availability of items and the information provided related tothe direction, and the proper storage. Therefore, the researcher has made anevaluation about the availability and behaviour usage of oral powder sachets atDr. Sardjito Hospital Kimia Farma Pharmacy Customers.
This research applies qualitative approach through an observational surveydesigns to prospective descriptive study. The instruments in gathering the data arequestionneries and interviews by the non-randomly-sampling method. The data isanalyzed with descriptive statistics.
This research finds available in pharmacy is grouped into two types. First,drug type based on regiatration number SI (23,5%), DBL (17,6%), and TR, SD,DKI (11,8%). Second, pharmacology class including gastrointestianal system(41,2%), musculoskeletal system (5,9%), anti-infective (systemic) (5,9%),nutrition (41,2%), and antidotes, detoxifying agents and drugs used in substancedependence (5,9%). The propper use of oral powder sachet by customer based onquestionneries and interviews occupies the knowledege aspect, attitude aspects,and action aspect, information profile provided by the pharmaciest inrelation tothe use of oral powder sachet from interviews are the use direction, storage, theammount of water to dissolve the powder.
Keyword: oral powder sachets, drug availability, behaviour usage, druginformation.
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan
kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, sehingga obat
harus tersedia pada saat diperlukan oleh pasien dalam jenis dan jumlah yang
cukup, berkhasiat nyata dan berkualitas baik. Oleh karena itu, pengendalian
ketersediaan obat di apotek menjadi hal yang penting (Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, 2002).
Sistem pelayanan kesehatan masyarakat baik di rumah sakit dan apotek
dapat menyediakan obat bermutu tinggi tetapi jika obat yang digunakan oleh
pasien tidak tepat, maka pasien mengabaikan manfaat atau bahkan menimbulkan
efek merugikan. Pemberian informasi obat yang dilakukan dengan baik tidak
menjamin penggunaan obat yang tepat, tetapi yang patut diperhatikan adalah
informasi yang diberikan adalah tepat dan akurat (Siregar dan Amalia, 2004).
Menurut Sambara, Muntasir, Djuma dan Elin (2008), persentase
penggunaan obat generik untuk sediaan sachet dan serbuk, masing-masing
sebanyak 0,65%. Dibandingkan penggunaan sediaan tablet sebanyak 77,87%,
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan obat dalam bentuk sachet
dan serbuk termasuk rendah. Hal ini dikuatirkan adanya kesalahan penggunaan
sediaan sachet serbuk karena diabaikan oleh masyarakat sehingga dirasakan perlu
adanya perhatian terkait informasi penggunaan yang benar.
2
Informasi obat terkait penggunaan sediaan sachet serbuk yang patut
diperhatikan saat pemberian informasi yaitu pada banyaknya air yang digunakan
untuk melarutkan serbuk dan aturan pakai sachet serbuk secara tepat karena tidak
semua jenis sediaan sachet serbuk oral digunakan dengan aturan satu kali
penggunaan untuk satu sachet. Penggunaan lebih dari satu kali untuk satu sachet
serbuk oral akan berhubungan langsung dengan ketepatan dalam memilih tempat
penyimpanan sachet serbuk oral. Mengingat hal ini disebabkan kelembapan di
Indonesia yang tinggi sehingga dengan mudah dapat merusak bentuk fisik serbuk
jika penyimpanannya tidak tepat.
Sebagai apoteker di apotek diharapkan peran dan tanggung jawabnya dalam
mengontrol penggunaan obat yang rasional bagi pasien dengan resep dokter
maupun tanpa resep dokter atau pengobatan mandiri dalam pelayanan infromasi
dan konsultasi obat di apotek. Selain itu, salah faktor untuk menarik minat
pengunjung apotek terhadap pembelian obat di apotek adalah dengan mengontrol
ketersediaan obat-obat dengan jaminan kualitas obat yang bermutu (Andayani,
Satibi, dan Handayani, 2004).
Tuntutan profesionalisme seorang apoteker dapat dilihat dari layanan
informasi dan konsultasi obat di apotek sehingga dapat menjadi faktor
pertimbangan dan pemilihan suatu apotek bagi pengunjung apotek. Apoteker juga
harus memperhatikan faktor perilaku pengunjung apotek dalam mengembangkan
layanan informasi dan konsultasi obat yang mampu membawa pengunjung ke
apotek (Sari, 2001).
3
Upaya dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat oleh
rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Aspek
pelayanan kesehatan di bidang farmasi merupakan salah satu aspek yang perlu
ditingkatkan kualitasnya memperhatikan kelengkapan apotek penunjang dalam
menyediakan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang berkualitas (Stefanus,
2000).
Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Sardjito merupakan rumah sakit yang
menyediakan apotek pelengkap dalam pelayanan kesehatan di bidang
kefarmasian. Apotek Pelengkap Kimia Farma (Apotek Pelengkap KF) adalah
salah satu apotek penunjang pelayanan medik yang berada di RSUP Dr. Sardjito
di bawah tanggung jawab PT. Kimia Farma Apotek. Secara keseluruhan Apotek
Pelengkap KF memiliki 5 loket yang tersebar di RSUP Dr. Sardjito. Apotek
Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito digunakan sebagai tempat penelitian karena
dilihat dari jumlah pengunjung rata-rata perhari untuk tiap loket sebanyak 40-50
orang, sedangkan di Loket Unit Gawat Darurat yang pelayanannya 24 jam rata-
rata perhari sebanyak 130 orang.
Uraian di atas memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana ketersediaan
dan penggunaan sediaan khususnya untuk sachet serbuk oral serta profil
informasi yang diberikan oleh apoteker. Maka dilakukan penelitian tentang
EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN SEDIAAN
SACHET SERBUK ORAL PADA PENGUNJUNG APOTEK PELENGKAP
KIMIA FARMA, RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE JUNI-JULI
2010.
4
1. Permasalahan
a. Berapa persentase ketersediaan sachet serbuk oral yang terdapat di Apotek
Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito?
b. Bagaimana perilaku penggunaan sediaan sachet serbuk oral oleh pengunjung
Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito berdasarkan kuisioner dan
wawancara?
c. Seperti apakah profil informasi sediaan sachet serbuk oral yang diberikan
oleh apoteker kepada pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito?
2. Keaslian penelitian
Penelitian terkait penggunaan sediaan sachet serbuk pernah dilakukan
yaitu: “Profil dan Tinjauan Penggunaan Obat Generik di Rumah Sakit Umum
Daerah Prof.dr. W. Z. Johanes Kupang tahun 2007 (Kajian pada Peresepan di
Apotek)” oleh Sambara, Muntasir, Djuma dan Elin (2008); dan “Evaluasi
Pelayanan Informasi Obat di Apotek-apotek Besar di Kota Yogyakarta tahun
2004” oleh Andayani, Satibi, dan Handayani (2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Sambara, Muntasir, Djuma dan Elin (2008)
yang meninjau penggunaan 7 sediaan obat henerik yang termasuk sediaan sachet
dan serbuk secara terpisah, tidak dikhususkan untuk obat generik sediaan sachet
serbuk secara oral. Fokus dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini
mengenai ketersediaan dan penggunaan sachet serbuk oral secara umum di
apotek. Perbedaan lainnya adalah pada rancangan penelitian ini adalah deskriptif
prospektif melalui pengisian kuisioner dan wawancara langsung. Pada penelitian
5
Sambara, Muntasir, Djuma dan Elin (2008), rancangan penelitian yang digunakan
adalah retrospective observasional karena menggunakan data yang sudah ada
melalui resep.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani,
Satibi, dan Handayani (2004) adalah tidak dilakukan analisis data secara
deskriptif analitik menggunakan uji khi-kuadrat menggunakan program SPSS
untuk mengetahui pelayanan informasi obat yang diberikan oleh apoteker di
apotek, karena penelitian ini menggunakan analisis data secara statistik deskriptif
mendapatkan persentase rata-rata. Perbedaan lainnya adalah pada metode
pengambilan jumlah sampel konsumen menggunakan metode proportional
sampling sedangkan penelitian ini menggunakan metode kuota sampling non
acak.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
informasi mengenai ketersediaan dan penggunaan sediaan sachet serbuk oral
yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi apoteker dalam mengendalikan
ketersediaan item sachet serbuk oral di apotek, meningkatkan pelayanan
informasi obat terkait penggunaan sediaan sachet serbuk oral kepada
pengunjung apotek sehingga dapat meningkatkan penggunaan sediaan sachet
serbuk oral secara tepat.
6
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan mengevaluasi ketersediaan serta
penggunaan sachet serbuk oral pada pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP
Dr. Sardjito.
2. Tujuan khusus
Secara khusus, tujuan dari penelitian ini:
a. Untuk mengetahui persentase ketersediaan sachet serbuk oral yang
terdapat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.
b. Untuk mengetahui perilaku penggunaan sediaan sachet serbuk oral oleh
pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito berdasarkan
kuesioner dan wawancara.
c. Untuk mengetahui profil informasi sediaan sachet serbuk oral yang
diberikan oleh apoteker kepada pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP
Dr. Sardjito.
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk yang ditujukan
untuk pemakaian oral disebut serbuk oral dan yang ditujukkan untuk pemakain
luar disebut serbuk tabur. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi
(Pulveres) atau tidak terbagi (Pulvis) (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan RI,1995).
Pada umumnya, serbuk terbagi (Pulveres) dibungkus dengan kertas
perkamen. Walaupun begitu apoteker dapat lebih melindungi serbuk dari
pengaruh lingkungan dengan melapisi tiap bungkus dengan kertas selofan atau
sampul polietilene. Serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif
tidak poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu
(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,1995).
B. Sachet Serbuk
Sachet mencapai kesuksesan ketika keefektifan penyegelan yang pertama
dipasarkan. Pada awalnya, digunakan sebagai pengganti untuk serbuk-serbuk
yang dibungkus dengan kertas perkamen, yang dikembangkan dalam bentuk
granul, produk padat dan cair yang sensitif uap.
8
Sachet dapat dibuat dari 1 lembar kertas atau plastik pelindung yang dilipat
menjadi dua bagian dan penyegelan pada 3 atau 4 sisi atau menggunakan 2
lembar kertas atau plastik pelindung dengan penyegelan 4 sisi. Dimana pada tiap –
tiap sisi dapat disegel secara horizontal atau vertikal dengan menggunakan alat
penyegel yang menggunakan silinder panas atau kawat penggulung atau
kombinasi keduanya. Cara lain yang dapat digunakan untuk penyegelan
dikembangkan menjadi kemasan sachet strip. Penyegel pada sachet dapat juga
dibuat untuk kemudahan dalam membuka kemasan sachet. Bagi kemasan sachet
yang sulit dibuka atau disobek maka disediakan potongan atau V-notch yang
berfungsi sebagai penunjuk untuk memudahkan penyobekan sachet.
Gambar 1. Contoh Sediaan Sachet Serbuk Oral
Selain untuk mengemas bahan padat seperti serbuk, sachet juga dapat
digunakan untuk mengemas bahan cair dan semi-cair. Pengemasan untuk bahan
cair dan semi-cair merupakan pengembangan lebih luas dari tipe kemasan sachet
yang pada awalnya untuk membungkus serbuk atau granul (Dean, Evans, dan
Hall, 2000).
9
C. Penggolongan Obat, Jamu, dan Suplemen Berdasarkan Kode Nomor
Pendaftaran
Menurut PerMenKes RI Nomor 949/Menkes/VI/2000, definisi obat jadi
adalah sediaan atau paduan bahan-bahan termasuk produk biologi dan
kontrasepsi, yang siap digunakan untuk mempengaruhi dan menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan (Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 2000).
Obat yang beredar harus memiliki kode nomor pendaftaran atau registrasi
yang terdiri dari 15 digit yaitu 3 (tiga) digit pertama berupa huruf, dan 12
(duabelas) digit berikutnya berupa angka. 3 (tiga) digit pertama berupa huruf
memiliki artinya sebagai berikut:
1. Digit ke-1 menunjukkan jenis atau kategori obat,seperti :
D berarti Obat dengan merek dagang (Paten)
G berarti obat dengan nama generik
2. Digit ke-2 menunjukkan golongan obat, seperti :
B berarti golongan obat bebas
T berarti golongan obat bebas terbatas
K berarti golongan obat keras
P berarti golongan obat Psikotropika
N berarti golongan obat Narkotika
3. Digit ke-3 menunjukkan lokasi obat tersebut di produksi atau tujuan
diproduksinya obat tersebut, seperti :
10
L berarti obat tersebut diproduksi di dalam negeri atau yang
diproduksi dengan lisensi.
I berarti obat diproduksi di luar negeri atau obat impor.
X berarti obat yang dibuat dengan tujuan khusus atau program
khusus,misalnya obat-obat untuk program keluarga berencana
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
Menurut PerMenKes RI Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha
industri obat tradisional dan pendaftaran obat tradisional, definisi obat tradisional
atau jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut,
yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990).
Obat tradisional yang akan diproduksi, diedarkan di wilayah Indonesia
maupun diekspor terlebih dahulu harus didaftarkan pada Depkes RI (sekarang
Badan POM) dan mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Aturan nomor pendaftaran obat tradisional terdiri dari 11 digit yaitu 2 (dua) digit
pertama berupa huruf dan 9 (sembilan) digit kedua berupa angka. Pada 2 (dua)
digit pertama memiliki 2 arti yaitu pada digit ke-1 menunjukkan obat tradisional
yaitu dilambangkan dengan huruf T (Tradisional), sedangkan digit ke-2
menunjukkan lokasi obat tradisional tersebut diproduksi (Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 1990).
Kode nomor pendaftaran untuk obat tradisional sebagai berikut :
1. TR obat tradisional produksi dalam negeri.
11
2. TL obat tradisional produksi dalam negeri dengan lisensi.
3. TI obat tradisional produksi luar negeri atau impor (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
Di Indonesia suplemen dimasukkan dalam golongan makanan bukan obat.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 329/Menkes/Per/X2/1976 menyatakan,
makanan sebagai barang yang untuk dimakan dan diminum tetapi bukan sebagai
obat. Sehingga beberapa suplemen obat yang beredar memiliki nomor pendaftaran
makanan dan minuman terdiri dari 14 digit yaitu 2 (dua) digit pertama berupa
huruf sedangkan 12 digit berikutnya berupa angka. Huruf pada digit pertama
menunjukkan makanan atau minuman dan dilambangkan dengan huruf M,
sedangkan huruf pada digit ke-2 menunjukkan lokasi makanan atau minuman
tersebut diproduksi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1976) .
Contoh kode nomor pendaftaran makanan atau minuman sebagai berikut :
1. MD makanan atau minuman produksi dalam negeri atau lisensi.
2. ML makanan atau minuman produksi luar negeri atau impor (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
Menurut surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.00.05.23.3644 tahun 2004 tentang ketentuan
pokok pengawasan suplemen makanan menyebutkan bahwa suplemen makanan
adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan,
mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau
bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai
12
gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi (Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, 2004).
Kode nomor pendaftaran untuk suplemen makanan yang beredar menurut
PerMenKes RI Nomor 949/Menkes/VI/2000 terdiri dari 11 digit yaitu 2 (dua)
digit pertama berupa huruf dan 9 (sembilan) digit kedua berupa angka. Pada 2
(dua) digit pertama memiliki 2 arti yaitu pada digit ke-1 menunjukkan obat
tradisional yaitu dilambangkan dengan huruf S (Suplemen), sedangkan digit ke-2
menunjukkan lokasi obat tradisional tersebut diproduksi (Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 2000).
Berikut ini adalah kode nomor pendaftaran untuk suplemen makanan:
1. SD Suplemen makanan produksi dalam negeri
2. SL Suplemen makanan produksi dalam negeri dengan lisensi
3. SI Suplemen makanan produksi luar negeri atau impor (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2000).
D. Apotek
Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Direktorat Jendral
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004).
13
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/2004,
apotek adalah tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan dan penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi adalah
obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan semua
bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
kesehaan, yang bertanggung jawab dalam mengelola apotek adalah seorang
apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA) (Direktorat Jendral Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004).
Adapun tugas dan fungsi apotek bagi masyarakat meliputi :
a. Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan;
b. Sebagai sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat;
c. Menjadi sarana untuk menyalurkan perbekalan farmasi kepada masyarakat
secara meluas dan merata (Hartini dan Sulasmono, 2007).
E. Apoteker
Menurut Kepmenkes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002, definisi apoteker
adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker
(Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2002).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
14
apotek menyatakan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan
profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
apoteker. Dalam pengelolaan apotek, apoteker harus memiliki kemampuan
menyediakan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan
berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi
multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar
sepanjang karier, dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk
meningkatkan pengetahuan (Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2004).
Dalam hal membantu masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal, maka apoteker di apotek harus senantiasa hadir dan siap untuk
melakukan tugas profesionalnya sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, yaitu
melakukan konseling, pemberian informasi dan edukasi kepada masyarakat
tentang obat yang diterimanya. Peran apoteker di apotek yang tidak kalah penting
adalah sebagai manajer yaitu mengelola sumber daya yang ada di apotek dengan
maksimal agar apotek dapat berkembang dengan baik. Kedua peran tersebut harus
dimiliki oleh seorang apoteker dan harus dilaksanakan secara beriringan (Hartini
dan Sulasmono, 2007).
Apoteker farmasi klinik adalah pelaku pelayanan kesehatan yang
meningkatkan penggunaan obat yang efektif, aman, dan ekonomik bagi individu
serta masyarakat. Semua apoteker perlu mengembangkan beberapa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang perlu untuk suatu pendekatan klinik dalam
15
praktiknya, tetapi luas dan tingkat dari spesialisasi dalam pengembangan ini akan
beragam, bergantung pada tingkat keterlibatan klinik langsung apoteker rumah
sakit dengan pasien dan dokter penulis resep atau order (Siregar dan Amalia,
2004).
F. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care)
Pelayanan kefarmasian atau pharmaceutical care adalah suatu bentu praktek
yang dilakukan oleh farmasis yang bertanggung jawab terhadap keperluan pasien
dalam mengatasi masalah terkait obat (Drug Related Problem) dan menunjukkan
tanggung jawabnya dalam memberikan jaminan atas kebutuhan pengobatan
pasien yaitu dengan mencapai outcome yang nyata ke arah peningkatan kualitas
hidup pasien (Cipolle, 1998).
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menyatakan bahwa pelayanan
kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi
apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
(Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004).
Dalam memberikan perlindungan terhadap pasien, pelayanan kefarmasian
berfungsi sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatan
lainnya, tujuan yang ingin dicapai mencakup identifikasi hasil
pengobatan dan tujuan akhir pengobatan, agar pengobatan dapat
diterima untuk terapi, agar diterapkan penggunaan secara rasional,
16
memantau efek samping obat, dan menentukan metode penggunaan
obat.
2. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan pemilihan obat yang tepat.
3. Memantau penggunaan obat apakah efektif, tidak efektif, reaksi yang
berlawanan, keracunan dan jika perlu memberikan saran untuk
memodifikasi pengobatan.
4. Menyediakan bimbingan dan konseling dalam rangka pendidikan
kepada pasien.
5. Menyediakan dan memelihara serta memfasilitasi pengujian pengobatan
bagi pasien penyakit kronis.
6. Berpartisipasi dlam pengelolaan obat-obatan untuk pelayanan gawat
darurat.
7. Pembinaan pelayanan informasi dan pendidikan bagi masyarakat.
8. Partisipasi dalam penilaian penggunaan obat dan audit kesehatan.
9. Menyediakan pendidikan mengenai obat-obatan untuk tenaga kesehatan.
(Bahfen, 2006).
G. Pelayanan Informasi Obat
Sebelum menjelaskan konsep pelayanan informasi obat terlebih dahulu akan
dijelaskan konsep pelayanan. Pelayanan adalah suatu tindakan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan konsumen, pelanggan, tamu, pasien, penumpang dan
lain- lain pada tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang
melayani dan dilayani. Menurut Monier (1998), “Pelayanan adalah proses
17
pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah yang
dinamakan pelayanan”.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004
tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek menyatakan bahwa informasi
obat adalahaApoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan
obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi (Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 2004).
Definisi pelayanan informasi obat adalah pengumpulan, pengkajian,
pengevaluasian, pengindeksan, pengorganisasian, penyimpanan, peringkasan,
pendistribusian, penyebaran, serta penyampaian informasi tentang obat dalam
berbagai bentuk dan berbagai metode kepada pengguna nyata.
Informasi lisan sebaiknya juga ditunjang oleh informasi tertulis (misalnya
brosur) atau peragaan (contoh: bagaimana cara menggunakan inhaler), Selain
komunikasi verbal, digunakan juga komunikasi non-verbal yang dapat
mendukung penyampaian informasi dan edukasi, demikian pula komunikasi non-
verbal yang ditunjukkan oleh pasiena harus diperhatikan untuk menangkap pesan
tersembunyi yang tidak terucap (Siregar dan Amalia, 2004).
Informasi yang dibutuhkan pasien, pada umumnya adalah informasi praktis
dan kurang ilmiah dibandingkan dengan informasi yang dibutuhkan profesional
kesehatan. Pelayanan informasi obat untuk pasien rawat jalan merupakan
18
informasi yang diberikan oleh apoteker sewaktu penyerahan obatnya. Informasi
obat yang diberikan pada umumnya mencakup cara penggunaan obat, jangka
waktu penggunaan, pengaruh makanan pada obat, penggunaan obat bebas
dikaitkan dengan obat resep (Siregar dan Amalia, 2004).
H. Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2002), berpendapat bahwa perilaku kesehatan adalah
suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau suatu objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan
minuman, serta lingkungan.
Perilaku manusia terbagi kedalam 3 ranah, yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang, dimana dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan mencakup 6 tingkatan yaitu
tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis
(analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation). Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2002).
19
2. Sikap (attitude)
Sikap mencakup 4 tingkatan yaitu menerima (receiving), merespon
(responding), mengharagai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible)
(Notoatmodjo, 2002).
3. Praktik atau tindakan (practice)
Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu persepsi (perception), respon
terpimpin (guided response), mekanisme (mechanism), adopsi (adoption)
(Notoatmodjo, 2002).
I. Keterangan Empiris
Penelitian ini dilakukan dengan observasi yang diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai ketersediaan sachet serbuk oral, perilaku
penggunaan sediaan sachet serbuk oral oleh pengunjung Apotek Pelengkap Kimia
Farma RSUP Dr.Sardjito serta profil informasi yang diberikan oleh apoteker
terkait penggunaan sachet serbuk oral. Hal ini diketahui melalui wawancara
terstruktur dan pengisian kuisioner oleh pengunjung apotek, sedangkan bagi
apoteker dilakukan wawancara terstruktur.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian observasional, yang didesain
untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang atau
sementara berlangsung (Sevilla, Ochave, Punsalam, Regala, Uriarte, 1993). Jenis
penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan sifat suatu keadaan yang sedang berlangsung pada saat
penelitian dilakukan, dan menyelidiki penyebab dari suatu gejala tertentu (Sevilla,
Ochave, Punsalam, Regala, Uriarte, 1993).
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif ini dilihat dari setting waktu termasuk penelitian
deskriptif prospektif. Dilihat dari cara pengambilan sampel, penelitian desktiptif
ini merupakan penelitian cross sectional.
Metode pengambilan sampling subyek yang digunakan adalah kuota
sampling non random. Alat penelitian yang digunakan adalah kuisioner dan
wawancara terstruktur.
B. Kedudukan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi ketersediaan dan penggunaan sediaan sachet
serbuk oleh pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito termasuk salah
satu penelitian yang diadakan bersama serangkaian penelitian lain dengan topik
21
“Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Obat oleh Pengunjung Apotek
Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito”.
Pada penelitian ini, terdiri dari 5 pokok bahasan dan 5 penelitian sosial,
dimana semua penelitian tersebut dilakukan bersama-sama oleh 5 orang peneliti
yang berbeda-beda untuk tiap penelitiannya. Pada bagan di bawah ini, judul
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam skripsi ini berada pada judul ke-3
yang ditandai dengan warna garis yang berbeda dari judul yang lain.
Gambar 2. Bagan Kedudukan Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan PenggunaanSediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito
Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Obatpada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma,
RSUP Dr. Sardjito
Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet SerbukOral pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma,
RSUP Dr. Sardjito
Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Tetes Mata padaPengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma,
RSUP Dr. Sardjito
Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Tetes Telinga padaPengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma,
RSUP Dr. Sardjito
Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sendok Takar SediaanCair Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma,
RSUP Dr. Sardjito
Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Cup Ukur Sediaan CairOral pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma,
RSUP Dr. Sardjito
22
C. Definisi Operasional
1. Ketersediaan terdiri dari :
a. Ketersediaan informasi adalah informasi yang diberikan oleh apoteker dan
informasi yang didapatkan oleh pengunjung Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito mengenai penggunaan sediaan sachet serbuk.
b. Ketersediaan barang merupakan jumlah item sediaan sachet serbuk yang
tersedia di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.
2. Cara penggunaan adalah penggunaan sachet serbuk untuk pemakaian oral
meliputi cara mencampur serbuk dengan air, lama pemakaian, dan cara
menyimpan obat.
3. Sediaan sachet serbuk adalah sediaan serbuk yang dikemas dalam sachet
dengan cara penggunaan dilarutkan terlebih dahulu untuk penggunaan secara
oral, termasuk yang penggunaannya menggunakan alat bantu seperti feeding
tube.
4. Loket Unit Gawat Darurat (UGD) merupakan loket yang dibawah kepemilikan
Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Pada loket ini melayani penerimaan resep dari
pasien rawat inap, rawat jalan, resep umum dari luar RSUP Dr. Sardjito. serta
menerima pembelian obat tanpa resep oleh pengunjung umum. Loket ini
memiliki jam kerja selama 24 jam sehingga dapat memberikan pelayanan
kefarmasian bagi pengunjung apotek yang membutuhkan obat kapan saja
mereka inginkan.
5. Responden adalah pengunjung apotek yang merupakan pasien rawat jalan dan
seluruh masyarakat baik dari daerah sekitar apotek maupun dari luar daerah
23
yang datang ke Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito, untuk pembelian
obat dengan resep maupun tanpa resep dokter selama penelitian berlangsung
yang memenuhi kriteria inklusi.
6. Teknik pemberian informasi adalah metode dalam pemberian informasi terkait
obat oleh apoteker kepada pengunjung apotek pada saat penyerahan obat di
loket Unit Gawat Darurat. Teknik pasif dan aktif merupakan teknik informasi
yang digunakan oleh apoteker.
7. Pasien rawat jalan adalah pasien yang tidak dirawat secara intensif di rumah
sakit dan berobat ke rumah sakit ketika ada keluhan tertentu secara berkala
datang ke rumah sakit untuk menerima pengobatan.
8. Apoteker adalah Apoteker Pendamping yang sedang bertugas di Apotek
Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito saat penelitian berlangsung.
9. Aspek Pengetahuan adalah segala seuatu yang diketahui oleh pengunjung
apotek sebagai responden mengenai penggunaan sediaan sachet serbuk oral
secara tepat, dimana hal tersebut dipastikan sebagai pengetahuan yang mereka
dapatkan dari berbagai sumber. Kebenaran akan pengetahuan yang mereka
miliki akan dilihat dari hasil kuisioner dan wawancara yang dilakukan secara
langsung oleh peneliti.
10. Aspek sikap adalah respon evaluatif responden terhadap penggunaan sediaan
sachet serbuk oral yang diyakini oleh responden akan kebenarannya dari
pengetahuan yang dimiliki dan dinilai dengan pemberian kuesioner dan
wawancara secara langsung.
24
11. Aspek tindakan adalah hal-hal yang dilakukan oleh responden terkait
penggunaan sediaan sachet serbuk oral yang dinilai dengan pemberian
kuesioner dan wawancara secara langsung.
12. Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan dikatakan baik jika skor jawaban
responden >75% dimana responden mengetahui jawaban sebagian besar atau
seluruh nya; dikatakan sedang (cukup baik) jika skor jawaban responden
40%-75% dimana responden mengetahui sebagian jawaban, dikatakan kurang
baik jika skor jawaban responden <40% dimana responden mengetahui
sebagian kecil jawaban (Pratomo cit., Ganie, 2009).
13. Periode Juni-Juli 2010 dalam penelitian ini yaitu tanggal 14 Juni–10 Juli 2010
lamanya penelitian berlangsung.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito untuk
kegiatan wawancara dan pengisian kuisioner berlokasi di Loket Unit Gawat
Darurat. Wawancara apoteker dilakukan disesuaikan dengan jam dan tempat kerja
apoteker yang bertugas. Penelitian dimulai pada tanggal 14 Juni-10 Juni 2010 dan
dilakukan setiap hari Senin sampai Sabtu pada pukul 08.00-15.00 WIB.
E. Subyek Penelitian
Subyek penelitian meliputi pengunjung Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito dan apoteker Adapun subyek penelitian harus memenuhi
kriteria yang menjadi batasan dalam penelitian. Kriteria inklusi adalah subyek
25
berusia minimal 17 tahun keatas; jenis kelamin pria atau wanita; pengunjung
Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito untuk periode Juni–Juli 2010 yang
mengetahui atau sudah pernah menggunaan sediaan sachet serbuk; dan apoteker
yang bersedia bekerja sama berdasarkan informed concent. Kriteria eksklusi
subyek adalah pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito
yang tidak bersedia bekerja sama untuk memberikan informasi dalam penelitian.
Gambar 3. Bagan Cara Kerja Pengambilan Subyek Penelitian Evaluasi Ketersediaandan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap
KF RSUP Dr. Sardjito
Populasi pembeli sediaan sachet serbuk oral rata-rata dalam 1 bulan adalah 47orang
Diseleksi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi
Subyek Penelitian sebanyak 47 orang ditambah dengan antisipasi adanya drop out 20%sehingga subyek penelitian 50 responden
Pengumpulan data pada bulan Juni–Juli 2010 di ApotekPelengkap KF
43 responden berhasildiwawancara
5 responden tidak berhasildiwawancara
48 responden selesai selesai mengisikuisioner
1 orang tidakmemenuhi kriteriainklusi (usia < 17tahun)
Sebanyak 2 responden dropped out
1 orang terburu-buru
Populasi pembeli sediaan sachet serbuk oral rata-rata dalam 1 bulan adalah 47orang
Diseleksi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi
Subyek Penelitian sebanyak 47 orang ditambah dengan antisipasi adanya drop out 20%sehingga subyek penelitian 50 responden
Pengumpulan data pada bulan Juni–Juli 2010 di ApotekPelengkap KF
26
Metode sampling yang digunakan adalah dengan pengambilan kuota
sampling non random. Subyek yang dijadikan sampel diambil secara non random
dan dapat diasumsikan bahwa sampel-sampel tersebut sesuai dengan kuota yang
telah ditentukan (Sevilla, Ochave, Punsalam, Regala, Uriarte, 1993).
Penetapan jumlah sampel yang akan diteliti, untuk populasi kecil atau lebih
kecil dari 10.000 menurut Notoadmojo (2005), didapatkan dengan rumus 1.
N
n = ----------------
1 + N (d)2
Keterangan : N = besar populasi; n = besar sampel;
d = tingkat kepercayaan atau ketepatanyang diinginkan(0.05) (Sevilla, dkk, 1993).
Rumus 1. Besar sampel yang akan dijadikan sampel penelitian
Perhitungan besarnya sampel yang diambil dari besarnya populasi
penggunaan sediaan sachet serbuk bulan Maret 2010 pada loket UGD (N =
47orang) yang dapat digunakan dalam penelitian: n = 47 / 1 + 47 (0,05)2 =
42,06 orang ≈ 42 orang.
Besarnya populasi penggunaan sediaan sachet serbuk yang disurvei pada
bulan Maret 2010 pada loket UGD diasumsikan sebagai besar populasi
penggunaan sediaan sachet serbuk oral selama 1 bulan. Besarnya populasi (N)
yang merupakan asumsi besarnya populasi penggunaan sediaan sachet serbuk oral
dapat digunakan selama penelitian berlangsung pada periode Juni-Juli 2010.
Survei dilakukan sebelum penelitian berlangsung sehingga diperkirakan periode
Juni-Juli 2010 besarnya populasi sama dengan hasil survey pada bulan Maret
2010.
27
Dari perhitungan besarnya sampel didapatkan 42 orang, kemudian
ditambahkan 20% dari jumlah sampel tersebut sehingga jumlah sampel pada
penelitian sejumlah 50 orang. Penambahan jumlah sampel sebanyak 20%
bertujuan untuk mengantisipasi adanya drop out yang dapat menyebabkan jumlah
sampel tidak sesuai dengan jumlah pengunjung apotek yang menggunakan
sediaan sachet serbuk yang telah disurvei pada bulan Maret 2010.
Pada penelitian klinis biasanya drop out sebanyak 5-10% dianggap masih
tidak mengganggu hasil penelitian sedangkan untuk penelitian komunitas angka
15-20% masih dapat diterima (Sastroasmoro dan Ismael, 2010).
F. Bahan Penelitian
Pada penelitian ini, bahan-bahan yang digunakan adalah data pengunjung
apotek yang diperoleh dari hasil wawancara awal yang terangakum dalam
informed consent yang telah ditandantangani oleh pengunjung apotek sebagai
persetujuan untuk diikutsertakan dalam penelitian ini sebagai responden.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah petunjuk wawancara
terstruktur dan kuisioner. Bagi pengunjung apotek akan mengisi kuisioner yang
diawali dengan mengisi data karateristik responden yang terdapat pada lembar
informed consent yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
terakhir, pernyataan pernah atau tidak menggunakan sediaan sachet serbuk oral,
membeli pertama kali atau sering membeli obat di Apotek Pelengkap KF RSUP
28
Dr. Sardjito, dan pernah atau tidaknya berkonsultasi obat di Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito.
Setelah itu data yang didapatkan dari hasil mengisi pernyataan yang
dijawab dengan memberi tanda jawaban benar atau salah. Pada kuisioner terdapat
30 pernyataan yang dikelompokkan kedalam 3 aspek yaitu aspek pengetahuan,
sikap, dan tindakan yang masing-masing aspek terdapat 10 pernyataan. Selain itu,
responden dan apoteker diwawancara dengan pertanyaan wawancara terstruktur
oleh peneliti.
H. Jalannya Penelitian
Penelitian ini terdiri dari serangkaian penelitian yang dilakukan untuk
mengevaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada
Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito. Cara kerja yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, secara umum dibagi menjadi 3 tahap
yaitu:
1. Tahap pra penelitian
Pada tahap penelitian ini meliputi:
a. Perijinan
Peneliti melakukan perijinan dengan mitra, yaitu Manager Apotek
Kimia Farma Wilayah Yogyakarta dan Manager Apotek Pelengkap Kimia
Farma RSUP Dr. Sardjito yang berlangsung selama kurang lebih 1 bulan.
Surat permohonan perijinan penelitian diberikan pada bulan Februari
2010.
29
b. Analisis situasi
Analisis situasi yang dilakukan oleh peneliti berlangsung selama 2
bulan yaitu dari bulan Maret hingga April 2010 dan kegiatan yang
dilakukan meliputi studi pustaka, pengamatan situasi di Apotek Pelengkap
KF RSUP Dr. Sardjito khususnya di Loket Unit Gawat Darurat, dan
berdiskusi dengan pihak mitra terkait pengunjung apotek dan penggunaan
sediaan sachet serbuk oral.
Melalui tahap analisis situasi ini, peneliti dapat memperkirakan
jumlah subyek yang akan diikutsertakan dalam penelitian ini. Perkiraan
jumlah subyek yang akan terlibat dalam penelitian ini didapatkan dari hasil
survei langsung jumlah pengunjung apotek pada bulan Maret 2010 yang
menggunakan produk sediaan sachet serbuk oral. Selain itu, peneliti juga
melakukan survei terhadap jumlah produk sediaan sachet serbuk oral yang
tersedia di apotek.
c. Pembuatan kuisioner dan wawancara terstruktur
Kuisioner yang dibuat terdiri dari 30 pernyataan dengan bahasa
sederhana yang masing-masing 10 pernyataan mencakup aspek
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice). Tujuan
dari pembuatan kuisioner dan wawancara terstruktur adalah untuk
mengevaluasi penggunaan sediaan sachet serbuk oral pada pengunjung
apotek.
30
Pernyataan pada kuisioner dibedakan menjadi dua jenis yaitu jenis
favourable dan unfavourable. Membedakan pernyataan kedalam dua jenis
ini bertujuan untuk menghindari stereotype jawaban. Pernyataan
favourable merupakan suatu pernyataan yang berisi hal-hal positif
mengenai suatu objek. Pernyataan unfavourable merupakan pernyataan
yang berisi hal-hal negatif mengenai suatu objek. Peneliti menggunakan
bentuk pertanyaan dalam kuisioner ini adalah variasi dischotomous choice,
dimana dalam pertanyaan ada dua jawaban atau alternatif seperti
pernah/tidak pernah atau ya/tidak atau setuju/tidak setuju (Notoatmodjo,
2005). Dua jawaban yang disediakan oleh peneliti dalam kuisioner ini
adalah benar atau salah.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan
banyaknya arahan dan pembatasan yang dapat ditentukan oleh situasi
wawancara (Sevilla, Ochave, Punsalam, Regala, Uriarte, 1993).
Wawancara terstruktur dilakukan di awal mengenai pernah tidaknya
menggunakan sediaan obat untuk menetapkan apakah pengunjung apotek
memenuhi kriteria inklusi. Wawancara terstruktur juga dilakukan di akhir
untuk mengevaluasi pemahaman terkait penggunaan sediaan sachet serbuk
oral yang dibuat dengan 5 pertanyaan yang menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti.
Selain dilakukan wawancara terhadap pengunjung apotek, peneliti
juga membuat 5 pertanyaan yang digunakan untuk mewawancarai
31
apoteker yang bertugas terkait pemberian informasi kepada pengunjung
apotek mengenai penggunaan sediaan sachet serbuk oral.
d. Penyusunan informed consent
Penyusunan informed consent bertujuan sebagai bukti pengunjung
apotek ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden. Pada informed
consent, responden akan mengisi data yang dapat digunakan untuk
disesuaikan dengan ktiteria inklusi dalam penelitian ini.
e. Uji bahasa kuisioner
Sebelum melakukan pengambilan data dengan kuisioner terhadap
subyek penelitian sebelumnya dilakukan uji bahasa. Kegiatan ini
dilakukan di Loket Unit Gawat Darurat RSUP Dr. Sardjito dimulai pada
tanggal 14 Juni 2010 dan dilakukan selama 2 minggu terhadap 15 subyek
yang memiliki kesamaan kriteria dengan subyek uji. Uji bahasa merupakan
bagian dari validitas bahasa untuk mengetahui pemahaman responden
terhadap kalimat pernyataan yang dalam kuisioner.
32
Gambar 4. Bagan Kerja Tahap Pra Penelitian Evaluasi Ketersediaan danPenggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito
2. Tahap pengumpulan data
Tahap penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung melalui
wawancara terstruktur terhadap apoteker dan pengunjung apotek serta
pengisian kuisioner oleh pengunjung apotek. Kegiatan ini diawali dengan
mengumpulkan data pengunjung apotek untuk mengetahui kesesuaian dengan
kriteria inklusi. Jumlah responden dalam penelitian ini harus memenuhi kuota
sampel yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu sebnyak 50 orang.
Sebelumnya responden diminta mengisi informed consent sebagai tanda
persetujuan mengikuti penelitian. Informed consent ditanda tangani oleh
subyek penelitian.
Pembuatan pertanyaan wawancara terstrukturuntuk responden dan apoteker
Uji bahasa
Penyusunan informed consent
Pembuatan kuisioner danwawancara terstruktur
Pembuatan 30 pertanyaan yangmengandung aspek pengetahuan, sikapdan tindakan
Analisis situasi(pra penelitian)
Analsis situasi
Memperkirakan jumlah pasien
Menetapkan subjek penelitian,kriteria inklusi dan eksklusi
33
Jika dalam pengisian kuisioner responden mengalami kesulitan dalam hal
membaca maka peneliti bersedia untuk membacakan pernyataan kuisioner
untuk dijawab oleh responden. Setelah kuisioner yang telah diisi, selanjutnya
dilakukan wawancara untuk mengetahui penggunaan sachet serbuk oral oleh
responden. Dari 48 responden yang selesai mengisi kuisioner, 5 orang
diantaranya tidak dilakukan wawancara diakhir pengisian kuisioner karena
keterbatasan waktu yang diberikan oleh responden. Mengingat waktu yang
disediakan responden untuk mengisi kuisioner adalah singkat, maka saat
membacakan pernyataan oleh peneliti diselingi dengan beberapa pertanyaan
untuk wawancara terstruktur.
Pengumpulan data untuk mengetahui ketersediaan sachet serbuk oral,
dilakukan pendaftaran obat-obat yang termasuk sachet serbuk oral yang
tersedia di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito. Pengumpulan data
dilakukan dimulai tanggal 26 Juni-10 Juli 2010 bertempat di 5 loket Apotek
Pelengkap KF yang tersebar di RSUP Dr. Sardjito meliputi loket Unit Gawat
Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Poli, Bangsal dan Induk.
Pengumpulan data mengenai pemberian informasi oleh apoteker kepada
pengunjung apotek, diperoleh melalui wawancara secara mendalam pada
apoteker yang bertugas di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.
Wawancara dilakukan oleh peneliti pada waktu yang telah ditentukan oleh
apoteker.
34
3. Tahap pengolahan data
Dari penelitian ini, data yang diperoleh adalah hasil pengisian kuisioner
oleh responden, wawancara terstruktur kepada responden dan apoteker serta
ketersediaan sachet serbuk oral yang terdapat di Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito.
Pada hasil pengisian kuisioner responden, selain mengolah data jawaban
akan pernyataan sebelumnya akan diolah data mengenai gambaran
karakteristik pasien yang meliputi umur, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan; serta persentase dan daftar ketersediaan sachet serbuk oral yang
terdapat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito. Data tersebut disajikan
dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram pie. Tabulasi data jawaban kuisioner
responden dihitung dengan mengelompokan masing-masing jawaban ke
dalam jawaban benar dan salah untuk masing-masing aspek serta menghitung
presentasenya. Data hasil wawancara terstruktur terhadap apoteker disajikan
dengan deskripsi atau diceritakan tanpa menggunakan perhitungan.
I. Tata Cara Analisis Hasil
Data yang diperoleh dari penelitian dibahas secara deskriptif dan diolah
menggunakan statistik deskriptif dengan mendapatkan presentase rata-rata dan
SD. Hasil wawancara dipaparkan secara deskriptif. Data ditampilkan dalam
bentuk tabel dan gambar (Pratiknya, 1993).
1. Ketersediaan Sachet Serbuk Oral
Ketersediaan Sachet Serbuk Oral digolongkan berdasarkan logo obat yang
tercantum pada kemasan dan berdasarkan kelas efek farmakologi yang terdapat
35
di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito, kemudian dihitung persentasenya
dengna cara di bawah ini:
2. Hasil Kuisioner Responden Mengenai Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk
Oral.
Dibagi mnejadi 2 bagian yaitu:
a. Analisis data karakteristik responden
Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan terakhir, frekuansi penggunaan sachet serbuk oral, frekuensi
pembelian di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito dan konsultasi obat
yang pernah dilakukan. Semua data ditampilkan dengan bentuk persentase
dan disajikan dalam grafik dan diagram pie.
1) Usia responden
Penggolongan usia dilakukan dengan menggunakan rumus distribusi
frekuensi Strurgess:
M = 1+3,3 log N
dengan M adalah jumlah kelas dan N adalah jumlah data populasi
(Sugiyono, 2006). Pengelompokkan usia dilakukan dengan mencari
interval kelas yang dihitung dengan rumus:
dengan nilai M merupakan jumlah kelas yang diperoleh dari rumus
strurgess.
36
2) Jenis kelamin
Pengelompokkan jenis kelamin dilakukan dengan perhitungan di bawah
ini:
N merupakan jumlah total seluruh responden yaitu 48 orang.
3) Tingkat pendidikan
Terdapat 5 tingkatan pendidikan akhir responden yaitu, SD, SLTP, SLTA,
Diploma, dan Sarjana. Pengelompokkan awal dilakukan berdasarkan
jumlah responden pada masing-masing tingkat pendidikan akhir yang,
dibagi jumlah responden keseluruhan kemudian dikali 100%.
4) Pekerjaan
Pengelompokkan keragaman pekerjaan responden menjadi 6 kelompok
meliputi tidak bekerja atau pensiunan, ibu rumah tangga, Pegawai Negeri
Sipil dan POLRI, wiraswasta, swasta dan pelajar atau mahasiswa.
Perhitungan yang dilakukan adalah jumlah responden pada masing-masing
kelompok pekerjaan yang dimiliki oleh responden, dibagi jumlah
responden keseluruhan kemudian dikali 100%.
5) Frekuensi menggunakan sediaan sachet serbuk oral
Pengelompokkan berdasarkan baru pertama atau sudah berulang kali
responden menggunakan sachet serbuk oral. Perhitungan dilakukan dengan
jumlah responden yang baru pertama kali atau sudah berulang kali
menggunakan sachet serbuk oral, dibagi jumlah responden keseluruhan
kemudian dikali 100%.
37
6) Responden yang membeli obat di Loket Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito
Perhitungan dilakukan dengan jumlah responden yang membeli obat di
Loket Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito dibagi jumlah responden
keseluruhan kemudian dikali 100%.
7) Pernah atau tidaknya responden berkonsultasi obat dengan apoteker di
Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito
Tujuannya adalah untuk mengetahui persentase responden yang pernah
berkonsultasi obat dengan apoteker di Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito. Perhitungan yang dilakukan adalah jumlah responden
yang pernah berkonsultasi obat dengan apoteker di Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito dibagi jumlah responden keseluruhan kemudian dikali
100%.
b. Pengolahan hasil jawaban kuisioner responden
Pengolahan hasil jawaban kuisioner pada masing-masing aspek
pengetahuan, sikap dan tindakan dengan perhitungan sebagai berikut:
Hasil keseluruhan dari masing-masing aspek dirata-rata untuk
mendapatkan total rata-rata.
4. Hasil wawancara apoteker
Hasil penelitian ini dilakukan dengan memaparkan jawaban wawancara
apoteker saat penelitian dalam pembahasan dan diketik untuk dilampirkan
dalam lampiran penelitian.
38
J. Kesulitan Penelitian
Beberapa kesulitan yang dialami oleh peneliti selama penelitian berlangsung
antara lain:
1. Mencari subyek penelitian pada tahap pengambilan data dirasakan sulit
karena ketidakbersediaan pengunjung apotek untuk diikutsertakan menjadi
responden dalam penelitian karena sedang sakit dan tidak bisa menyediakan
waktu untuk diwawancarai oleh peneliti atau dalam kondisi tergesa-gesa.
2. Kurangnya pemahaman akan kalimat yang tertulis pada kuisioner sehingga
penulis harus membantu dengan memberikan penjelasan menggunakan
kalimat yang sederhana dan mudah untuk dipahami.
3. Kurangnya waktu yang diberikan oleh responden yang sedang menunggu
pengambilan obat di loket untuk mengisi kuisioner dan wawancara.
Sehingga pada saat responden sedang mengisi kuisioner dan diwawancarai,
obat yang sedang ditunggu telah diterima, responden pergi begitu saja dan
tidak menyelesaikan pengisian kuisioner.
4. Bagi responden yang tergolong usia lanjut yang mengalami gangguan
pendengaran dan penglihatan, membutuhkan bantuan peneliti untuk selama
mengisi kuisioner.
5. Bagi responden yang dalam komunikasi menggunakan bahasa jawa,
dirasakan sulit bagi peneliti untuk memahami maksud dari responden,
disebabkan peneliti berasal dari luar pulau Jawa sehingga tidak bisa
menggunakan bahasa
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Ketersediaan Sachet Serbuk Oral di Apotek Pelangkap KFRSUP Dr. Sardjito
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persentase
ketersediaan sachet serbuk oral yang terdapat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr.
Sardjito. Dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti, secara keseluruhan
terdapat 17 item sediaan sachet serbuk oral di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr.
Sardjito. 17 item sediaan sachet serbuk oral ini dikelompokkan berdasarkan
nomor registrasi yang tercantum pada kemasan dan kelas efek farmakologi obat.
1. Berdasarkan kode nomor pendaftaran
Kelompok obat berdasarkan nomor registrasi yang tercantum pada kemasan
untuk 17 item sediaan sachet serbuk oral yang ada di Apotek Pelengkap KF RSUP
Dr. Sardjito dibagi menjadi 9 kelompok yaitu TR (Obat tradisional produksi
dalam negeri), SD (Suplemen makanan produksi dalam negeri), SI (Suplemen
makanan produksi luar negeri atau impor), ML (makanan atau minuman produksi
luar negeri atau impor), GBL (Obat dengan nama generik, golongan obat bebas,
diproduksi dalam negeri atau yang diproduksi dengan lisensi), DBL (Obat dengan
merek dagang atau paten, golongan obat bebas, diproduksi dalam negeri atau yang
diproduksi dengan lisensi), DTL (Obat dengan merek dagang atau paten,
golongan obat bebas terbatas, diproduksi dalam negeri atau yang diproduksi
dengan lisensi), DKL (Obat dengan merek dagang atau paten, golongan obat
40
keras, diproduksi dalam negeri atau yang diproduksi dengan lisensi), DKI (Obat
dengan merek dagang atau paten, golongan obat keras, diproduksi di luar negeri
atau obat impor).
Pada hasil pengelompokkan sediaan sachet serbuk pada di bawah, terlihat
kelompok kode nomor pendaftaran untuk suplemen makanan dan makanan
produksi luar negeri yaitu SI memiliki persentase yang paling besar dan
selanjutnya diikuti oleh obat bebas (DBL), suplemen makanan produk dalam
negeri yaitu SD, obat keras impor (DKI), dan obat tradisional atau jamu (TR).
Ketersediaan kelompok nomor registrasi suplemen makanan (SI dan SD), dan
obat bebas (DBL) di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito memiliki
persentase yang besar, yaitu masing-masing sebesar 23,5% (SI), 11,8% (SD) dan
17,6% (DBL). Hal ini disebabkan pelayanan pembelian obat di Apotek Pelengkap
KF RSUP Dr. Sardjito khususnya pada Loket Unit Gawat Darurat tidak hanya
menerima pembelian obat dengan resep dokter, tetapi juga melayani pembelian
obat oleh pengunjung apotek tanpa resep dokter. Oleh karena itu, pihak apotek
harus mengendalikan ketersediaan sachet serbuk oral untuk kelompok suplemen
makanan, dan obat bebas di apotek untuk memenuhi kebutuhan pengunjung
apotek.
Persentase dari tiap kelompok kode nomor pendaftaran yang ada pada kemasan
sachet serbuk oral dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
41
Tabel I. Pengelompokkan Sediaan Sachet Serbuk Oral Berdasarkan KodeNomor Pendaftaran yang Tercantum pada Kemasan
Nama Obat Nomor Registrasi Jumlah PersentaseKetersediaan
(%)
Biolife AHFC® TR 042240341 2 11,8
Carica papaya extr , Curcumadomestica rhizoma extr , Psidiumguajava extr (Dehaf®)
TR 092202791
Tyndallized lyophilisate, lactobacillusacidophilus (Dialac®)
SI 0442161731 4 23,5
Glycyrrhizinic acid, malic acid(Viusid®)
SI 044210011
Protein(casein, arginine, glutamine),karbohidrat(dextrin dan fructose)dan nutrisi lainnya (Neo-Mune®)
SI 034204231
Lactobacillus casei , Lactobacillusrhamnosus (Protexin infant®)
SI 0544221451
D-ribose dan L-carnitine fumarate(Enercore®)
SD 071232791 2 11,8
Malic acid, glucosamine HCl(Aviter®)
SD 071233351
Lactobacillus acidophilus,Bifidobacterium longun,Streptococcus faecium (Lacto-B®)
ML 81081001081 1 5,9
Oralit (Pharolit®) DBL 0233506323A1 3 17,6
Dioctahedral Smectite (Smecta®) DBL 91041128223A1
Psyllium hydrophilic mucilloid(Mulax®)
DBL 9331504423A1
Oralit (generik) GBL 9712515723A1 1 5,9
Zn sulfate heptahydrate (Orezinc®) DTL 0933520723A1 1 5,9
L-omithine-L-aspartate (Hepa-Merz®)
DKI 069300222A1 2 11,8
Azithromycin dehydrate (ZithromaxSD®)
DKI 0607701293A1
Ca polystyrene sulfonate (Kalitake®) DKL 8820708523A1 1 5,9
42
Pengendalian ketersediaan kelompok suplemen makanan, obat bebas, dan
obat bebas terbatas menjadi hal yang penting dan harus diperhatikan sehingga
pada saat dibutuhkan oleh pengunjung apotek tetap memiliki persediaan stok
suplemen makanan dan obat yang dibutuhkan. Terpenuhinya kebutuhan
pengunjung apotek, maka apotek telah melakukan pelayanan kefarmasian yang
baik bagi pengunjung apotek.
Menurut Holt dan Edwin (1986), menyatakan bahwa untuk melakukan
pengobatan mandiri menggunakan obat-obat yang tergolong OTC yaitu termasuk
golongan obat bebas dan obat bebas terbatas, tetapi hanya terbatas untuk obat
modern saja. Melihat besarnya persentase ketersediaan suplemen makanan obat
bebas, dan obat bebas terbatas yang besar menunjukkan bahwa penggunaan
sediaan sachet serbuk oral digunakan untuk pengobatan mandiri dengan membeli
obat tanpa resep oleh responden.
Selain itu, Donatus (2000) menyatakan bahwa penggunaan obat tanpa resep
biasanya ditujukan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan dan mudah
diobati. Oleh karena itu, sediaan sachet serbuk oral yang dengan nomor registrasi
untuk golongan suplemen makanan, obat bebas, dan obat terbatas yang biasanya
dibeli oleh pengunjung apotek tanpa resep dokter merupakan suplemen makanan
dan obat yang ditujukan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan dan mudah
diobati.
43
2. Berdasarkan kelas efek farmakologi
Gambar 5. Kelompok Sediaan Sahet Serbuk Oral Berdasarkan KelasEfek Farmakologi
Berdasarkan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi (2009), pengelompokkan
sediaan sachet serbuk oral berdasarkan efek farmakologi khususnya dilihat dari
kelas farmakologi. Hasil dari pengelompokkan ini dapat dilihat pada gambar di
atas. Untuk kelas farmakologi terbanyak adalah pada kelompok nutrisi dan sistem
gastrointestinal dan hepatobilier (MIMS Pharmacy Guide, 2009).
B. Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral Berdasarkan HasilKuisioner dan Wawancara kepada Responden
1. Karateristik responden
Hasil penelitian ini didapatkan dari pengisian kuesioner dan wawancara
langsung yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini. Sebelum mengisi
kuisioner, terlebih dahulu responden mengisi informed consent sebagai pernyataan
kebersediaan untuk ikut serta dalam penelitian ini. Pada informed consent,
44
responden akan mengisi data diri yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah
pengunjung apotek yang bersedia memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk
menjadi subyek penelitian ini. Selain itu, data tersebut dapat digunakan untuk
melihat gambaran karateristik responden. Oleh sebab itu, sebelum membahas
jawaban hasil pengisian kuisioner dan wawancara responden, peneliti akan
mendeskripsikan karateristik responden dalam penelitian ini.
Pada bagian pembahasan karateristik responden yang akan dibahas antara
lain mengenai usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, frekuensi
menggunakan sediaan sachet serbuk oral, frekuensi pembelian obat di Apotek
Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito, dan pernah atau tidaknya responden
berkonsultasi dengan apoteker.
a. Usia responden
Gambar 6.Persentase Kelompok Usia Responden dalamPenelitian Evaluasi Ketersediaan Dan Penggunaan Sediaan
Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KFRSUP Dr. Sardjito
Pada penelitian ini, usia responden termasuk dalam kriteria inklusi yang harus
dipenuhi oleh pengunjung apotek untuk dijadikan responden. Usia responden
45
yang menjadi kriteria inklusi minimal berumur 17 tahun. Dilakukan
pengelompokkan usia yang bertujuan untuk mengetahui distribusi persentase
jumlah responden berdasarkan usia. Pengelompokkan dilakukan dengan
menggunakan rumus distribusi frekuensi supaya didapatkan interval kelas,
kemudian untuk batas bawah kelas pertama menggunakan data usia responden
minimal.
Dilihat dari data yang dikumpulkan dari hasil kuisioner responden, usia
responden termuda berusia 18 tahun sedangkan yang tertua berusia 75 tahun.
Setelah itu, data tersebut dihitung menggunakan rumus frekuensi distribusi seperti
yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, yang mana didapatkan interval
kelasnya adalah 9. Hasil pengelompokkan usia responden dapat dilihat pada
gambar 7.
Pada gambar 7, menunjukkan rentang usia 27-34 tahun merupakan persentase
jumlah responden terbesar yang selanjutnya diikuti oleh rentang usia 18-26 tahun
dan 43-50 tahun. Hasil ini menunjukkan pada rentang usia 18-50 tahun paling
banyak menggunakan sediaan sachet serbuk oral dibandingkan responden yang
usianya lebih dari 50 tahun.
b. Jenis kelamin
Selain usia responden, yang termasuk kriteria inklusi lainnya adalah jenis
kelamin. Penggolongan pada kriteria ini yaitu jenis kelamin laki-laki dan
perempuan merupakan kriteria inklusi untuk menjadi responden pada penelitian
ini. Peneliti tidak membatasi pada kriteria jenis kelamin hanya pada laki-laki atau
perempuan saja karena penggunaan sediaan sachet serbuk oral dapat digunakan
46
oleh pasien yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Gambar di bawah
ini merupakan persentase kelompok jenis kelamin responden:
Gambar 7. Persentase Kelompok Jenis Kelamin RespondenPenelitian Evaluasi Ketersediaan Dan Penggunaan
Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung ApotekPelengkap KF RSUP Dr. Sardjito
Dilihat dari gambar di atas yang lebih banyak menggunakan sediaan sachet
serbuk oral adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki. Besarnya persentase
responden yang berjenis kelamin laki-laki dalam penggunaan sediaan sachet
serbuk oral dibandingkan responden perempuan karena berdasarkan hasil
wawancara responden laki-laki lebih banyak menyatakan bahwa pernah
menggunakan suplemen makanan yang bentuk sediaannya sachet serbuk oral.
c. Tingkat pendidikan
Pendidikan responden pada penelitian ini bervariasi diantaranya adalah SD,
SLTP, SLTA, Diploma dan Sarjana. Melihat beragamnya tingkat pendidikan
responden maka dalam penelitian ini tidak terdapat responden yang tidak
mendapatkan pendidikan sama sekali. Hal ini berarti dengan mendapatkan
pendidikan secara formal pada salah satu jenjang pendidikan SD hingga sarjana
maka berpengaruh pada daya tangkap dan pemahaman akan pengetahuan, sikap
47
dan tindakan terhadap informasi terkait penggunaan sediaan sachet serbuk oral.
Tetapi pada penelitian ini tidak bertujuan untuk menghubungan antara tinggkat
pendidikan dan penggunaan sediaan sachet serbuk oral secara langsung.
Gambar 8. Persentase Tingkat Pendidikan RespondenPenelitian Evaluasi Ketersediaan Dan Penggunaan
Sediaan Sachet Serbuk Oral pada Pengunjung ApotekPelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito
Dilihat dari hasil penelitian pada gambar di atas, menyatakan bahwa pada
tingkat pendidikan SLTA merupakan persentase jumlah responden terbesar,
selanjutnya diikuti oleh tingkat pendidikan sarjana. Berdasarkan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi DIY tahun 2007 menyatakan bahwa
persentase pendidikan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta yang paling tinggi
adalah pada tingkat pendidikan SLTA sebesar 20,7%. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sesuai dengan hasil RISKESDAS Provinsi DIY tahun
2007 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008).
d. Pekerjaan
Responden pada penelitian ini memimiliki pekerjaan yang berbeda-beda.
Peneliti tidak membatasi kriteria inklusi pada jenis pekerjaan tertentu dari
48
pengunjung apotek karena pada penelitian ini tidak bertujuan untuk menganalisis
ada atau tidaknya hubungan antara penggunaan sediaan sachet serbuk dengan
suatu jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan yang didata oleh peneliti pada penelitian ini
hanya bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan distribusi pekerjaan
responden.
Dari hasil kuisioner 48 responden, didapatkan data jenis pekerjaan responden
yang beragam. Persentase dari keragaman jenis pekerjaan responden pada
penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:
Gambar 9. Persentase Pekerjaan Responden PenelitianEvaluasi Ketersediaan Dan Penggunaan Sediaan Sachet
Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KFRSUP Dr. Sardjito
Pada gambar di atas, terlihat beragam pekerjaan responden. Persentase
pekerjaan yang terbesar adalah swasta, selanjutnya diikuti oleh ibu rumah tangga.
Pada kelompok pekerjaan swasta meliputi beberapa pekerjaan yang oleh peneliti
dikelompokkan ke dalam kelompok swasta yaitu dosen, guru, karyawan, tukang
bersih-bersih, dan freelance.
49
Dari kedua kelompok pekerjaan responden yang persentasenya lebih besar
dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya dapat dipahamai bahwa lebih banyak
aktivitas yang membutuhkan kondisi tubuh yang fit dan energi tubuh yang
mencukupi. Banyaknya aktivitas tersebut dapat menyebabkan responden
mengalami kelelahan yang memudahkan tubuh terserang penyakit karena daya
tahan tubuh menurun. Oleh karena itu, pada kelompok pekerjaan responden yang
persentasenya besar, lebih banyak melakukan upaya pengobatan yang terlihat dari
banyaknya jumlah responden yang menggunakan sediaan sachet serbuk oral.
e. Frekuensi menggunakan sediaan sachet serbuk oral
Frekuensi penggunaan sediaan sachet serbuk oral oleh pengunjung apotek di
lihat dari baru pertama atau sudah berulang kali menggunaakan sediaan sachet
serbuk oral. Melihat frekuensi penggunaan ini dapat diprediksikan jika responden
sudah berulang kali menggunakan sediaan sachet serbuk oral, diharapkan
responden mengetahui dengan tepat dan jelas terkait penggunaan sediaan sachet
serbuk oral. Hal ini tidak menjamin akan ketepatan dalam menggunakan sediaan
sachet serbuk oral, sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut dengan
menggunakan kuisioner dan wawancara untuk melakukan cross-chek terhadap
penyataan dari responden.
Pada hasil penelitian didapatkan data frekuensi pengunaan sediaan sachet
serbuk oral yang dilihat dari pernyataan responden mengenai baru pertama kali
atau sudah berulang kali menggunakan sediaan sachet serbuk oral. Persentase
frekuensi penggunaan sediaan sachet serbuk oral dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
50
Gambar 10. Persentase Frekuensi Penggunaan SediaanSachet Serbuk Oral oleh Responden Penelitian EvaluasiKetersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk
Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KFRSUP Dr. Sardjito
Pada gambar di atas terlihat besarnya persentase responden yang sudah
berulang kali menggunakan sediaan sachet serbuk oral menunjukkan bahwa
hampir semua responden sudah berulang kali menggunakan sediaan sachet serbuk
oral.
f. Frekuensi pembelian obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito
Untuk mengetahui frekuensi pembelian obat di Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito oleh responden dikelompokkan menjadi dua yaitu baru
pertama kali atau sering membeli obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr.
Sardjito. Hasil penelitian yang didapatkan adalah persentase kelompok responden
yang sering membeli obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito memiliki
persentase yang lebih besar dibandingkan dengan responden yang baru pertama
kali membeli obat di Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito.
51
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito telah memberikan pelayanan kefarmasian dengan baik dan
dipercaya sehingga memiliki banyak pelanggan. Hasil penelitian ini dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
Gambar 11. Persentase Frekuensi Pembelian Obat olehResponden Penelitian Evaluasi Ketersediaan danPenggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada
Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito
52
g. Pernah atau tidaknya responden berkonsultasi dengan apoteker
Gambar 12. Persentase Pernah atau tidaknya responden PenelitianEvaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral pada
Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito Berkonsultasi denganApoteker
Pada gambar di atas, didapatkan persentase responden yang tidak pernah
berkonsultasi obat di apotek lebih besar dibandingkan persentase responden yang
pernah berkonsultasi obat. Hasil ini menunjukkan bahwa banyaknya responden
yang tidak pernah berkonsultasi lebih dari setengah jumlah responden.
Beberapa pendapat yang dinyatakan oleh responden yang tidak pernah
berkonsultasi obat di apotek melalui wawancara antara lain: responden tidak
bertanya karena sudah ada etiket yang tertera sehingga responden meyakini bahwa
sumber informasi tentang obat yang tertera di etiket sudah lebih dari cukup, dapat
dibaca dan dipahami sendiri oleh responden; responden membeli obat dalam
kondisi tergesa-gesa sehingga merasa tidak perlu berkonsultasi tentang obat di
apotek; kurangnya pengetahuan responden terhadap profesi apoteker sehingga
seringkali responden lebih percaya atau yakin untuk melakukan konsultasi obat
dengan dokter, mantri atau bidan; tidak adanya seragam khusus yang
53
menunjukkan seorang apoteker sehingga responden tidak dapat membedakan
petugas apotek dengan apoteker; dan pemahaman responden tentang profesi
apoteker adalah pertugas apotek yang hanya menyiapkan dan menyerahkan obat
yang telah diresepkan oleh dokter.
Melihat dari beberapa pendapat yang diungkapkan oleh responden pada
paragraf diatas maka dapat menjadi alasan dari besarnya persentase responden
yang tidak pernah berkonsultasi obat di apotek.
2. Hasil kuisioner dan wawancara responden mengenai penggunaansediaan sachet serbuk oral
Pada bagian ini, peneliti akan membahas mengenai penggunaan sediaan
sachet serbuk oral oleh responden berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan
dari pengisian kuisioner dan wawancara langsung. Penggunaan sachet serbuk oral
oleh reponden akan dinilai dari kuisioner yang diisi, melalui pernyataan-
pernyataan pada kuisioner yang mencakup 3 aspek perilaku kesehatan yaitu aspek
pengetahuan, sikap dan tindakan. Pada masing-masing aspek perilaku terdapat 10
pernyataan dan 2 jenis pernyataan yaitu unfavourable dan favourable. Perbedaan
kedua jenis pernyataan tersebut akan digambarkan dengan warna yang berbeda
pada grafik yang menunjukkan hasil kuisioner yaitu warna kuning untuk
pernyataan unfavourable, sedangkan pernyataan favourable berwarna biru. Selain
membahas hasil dari masing-masing aspek perilaku, peneliti juga akan
mencantumkan pendapat yang merupakan hasil wawancaralangsung terhadap
responden.
54
a. Aspek pengetahuan
Pada hasil kuisioner di bawah ini, dilihat dari tiap pernyataan kuisioner yang
diisi oleh 48 responden, tidak ada pernyataan yang mutlak dijawab benar atau
salah oleh 48 responden. Artinya dari tiap pernyataan, ada yang dijawab benar dan
salah. Hal ini ditunjukkan pada persentase jawaban benar atau salah dari masing-
masing pernyataan tidak ada yang 100% menjawab benar atau salah. Gambar
dibawah ini merupakan hasil dari pengisian kuisioner oleh responden :
Gambar 13. Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Pengatahuan olehResponden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet
Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito
Pada pernyataan pertama, beberapa pemahaman responden yang menjawab
benar dari hasil wawancara adalah jenis obat yang harus digunakan sampai habis
adalah antibiotik dan obat yang pada petunjuk dokter disebutkan harus diminum
sampai habis, sedangkan untuk obat yang digunakan untuk mengobati gejala atau
penyakit tertentu misalnya penurun panas dan mengobati gejala flu dan batuk
digunakan seperlunya yang berarti penggunaan obat tidak harus habis atau dapat
dihentikan jika telah sembuh.
55
Persentase responden lainnya menyatakan bahwa semua jenis obat harus
digunakan sampai habis. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya
pengetahuan responden untuk membedakan aturan penggunaan jenis obat yang
harus digunakan sampai habis seperti antibiotik dan dapat dihentikkan jika gejala
atau penyakit telah sembuh. Melihat hasil penelitian ini, maka dibutuhkan peran
apoteker dalam memberi informasi penggunaan jenis obat seperti antibiotik dan
jenis obat lainnya terkait aturan pakainya sehingga dapat membantu meningkatkan
pengetahuan pengunjung apotek dalam melakukan pengobatan yang tepat. Oleh
karena itu, pengetahuan responden akan pernyataan semua jenis obat harus
digunakan sampai habis tergolong cukup baik.
Pemahaman responden mengenai pernyataan penggunaan obat dengan benar
akan mempengaruhi kesembuhan penyakit, menunjukkan bahwa responden
memperhatikan penggunaan obat yang benar selama sakit untuk memperoleh
kesembuhan penyakit. Pendapat responden lainnya adalah kesembuhan penyakit
tidak selalu dipengaruhi oleh cara penggunaan obat yang benar tetapi dipengaruhi
oleh faktor sugesti dari diri sendiri dan tergantung dari kecocokan masing-masing
pasien dengan obat yang digunakan. Artinya walaupun penggunaan obat sudah
dilakukan secara benar, tetapi tidak memberikan hasil yang diinginkan sehingga
responden menganggap obat yang digunakan tidak cocok dan harus dihentikkan
penggunaannya serta memutuskan untuk memilih obat lain. Dilihat dari alasan
tersebut menunjukkan responden kurang taat dalam menggunakan obat secara
benar karena yang diutamakan adalah memperoleh kesembuhan dalam waktu
singkat tanpa memperhatikan aturan pakai obat secara teratur dan benar.
56
Terkait tempat penyimpanan sediaan sachet serbuk oral, sebagian besar
responden yang mengetahui dengan benar penyimpanan sediaan sachet serbuk
oral yaitu harus disimpan di suhu kamar dan tempat yang kering. Beberapa tempat
penyimpanan obat yang dipilih oleh responden antara lain kulkas atau lemari es,
almari, di atas meja, di lemari kaca bagian atas, lemari makan, toples, kotak obat,
rak, tempat obat yang ada didalam kulkas, di dalam kantong dan digantung pada
dinding rumah. Alasan responden memilih tempat penyimpanan seperti yang telah
disebutkan adalah menghindari udara lembab yang dapat merusak serbuk obat,
mudah untuk dijangkau, dan terlindung dari cahaya.
Responden lainnya memberikan pernyataan bahwa tidak pernah menyimpan
obat sachet serbuk karena setelah membeli obat di apotek responden langsung
meminum obat tersebut mengingat jumlah yang dibeli 1 sachet dan aturan
pakainya hanya untuk sekali pakai 1 sachet. Selain itu ada juga responden yang
menyatakan tidak mengetahui dengan pasti penyimpanan pada suhu berapa untuk
suhu kamar dan sejuk, sehingga terkadang responden ragu dan takut untuk
menyimpan sisa serbuk obat.
Suhu penyimpanan sejuk menurut Farmakope Indonesia IV pada suhu 8°-
15°C, bila perlu disimpan dalam lemari pendingin dan suhu kamar antara 15°-
30°C (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,1995). Oleh karena
itu, peran apoteker sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan
pengunjung apotek dengan cara memberikan informasi mengenai suhu dan tempat
penyimpanan obat yang benar.
57
Pada hasil kuisioner no. 4 dapat dilihat kecilnya persentase responden yang
menjawab benar dibandingkan dengan persentase pernyataan lainnya yaitu kurang
dri 40% dan tergolong kurang baik. Hasil ini menunjukkan masalah yang dihadapi
responden yaitu kurangnya pengetahuan akan penggunaan sachet serbuk oral
untuk digunakan lebih dari 1 kali untuk 1 sachet dalam kondisi tertentu.
Dimaksud dengan kondisi tertentu adalah untuk kelompok usia balita dan anak-
anak. Sebagian besar responden mengetahui bahwa pemakaian sachet serbuk oral
tidak boleh lebih dari 1 kali untuk kondisi tertentu.
Dari hasil wawancara, alasan yang dinyatakan oleh responden yang memilih
jawaban salah antara lain belum pernah menggunakan sachet serbuk lebih dari 1
kali karena kurangnya pengetahuan akan adanya sediaan sachet serbuk oral yang
untuk 1 sachet dapat dipakai berkali-kali, kebanyakan sediaan sachet serbuk oral
yang dijumpai di pasaran termasuk kelompok suplemen makanan yang
penggunaannya hanya ditujukkan untuk orang dewasa yang aturan pakainya 1 kali
pakai 1 sachet, dan jika sachet telah dibuka harus langsung digunakan sampai
habis karena kalau disimpan dapat merusak serbuk obat yang kontak langsung
dengan udara luar.
Hasil penelitian untuk pernyataan no. 4 menunjukkan masih banyak
responden yang belum mengetahui berbagai jenis obat dalam sediaan sachet
serbuk oral yang dapat digunakan oleh anak-anak sehingga mereka menganggap
bahwa sediaan sachet serbuk oral yang dijumpai di pasaran hanya suplemen
makanan yang penggunaannya ditujukkan khusus untuk usia dewasa.
58
Alasan responden yang tidak memilih penggunaan air minum bersih untuk
melarutkan serbuk obat adalah berdasarkan pengalaman pernah menggunakan
sediaan sachet serbuk oral khusus kelompok suplemen makanan dengan tidak
dilarutkan dengan air minum bersih tetapi digunakan bersamaan buah pisang.
Selain memperhatikan penggunaan dan aturan pakai sachet serbuk oral,
sebelum menggunakan sediaan sachet serbuk oral juga harus memperhatikan sifat
fisik dari sediaan meskipun belum kadaluwarsa. Pada gambar di atas, sebagian
besar responden menyatakan harus selalu memperhatikan sebelum menggunakan
karena terkadang tanggal kadaluwarsa tidak menjamin obat tersebut masih dapat
digunakan. Selain itu, dapat dipengaruhi oleh tempat penyimpanan yang tidak
sesuai misalnya disimpan di tempat yang udaranya lembab bisa menyebabkan
bentuk serbuk menjadi menggumpal yang membuktikan bahwa obat tersebut tidak
aman untuk digunakan. Alasan lain yang dinyatakan yaitu hanya dengan
memperhatikan tanggal kadaluwarsa sudah cukup mewakili. Artinya jika suatu
produk yang belum melewati tanggal kadaluwarsa sehingga produk tersebut aman
untuk digunakan. Selain itu, ada juga yang menyatakan dengan membeli obat di
apotek berarti mereka meyakini semua obat yang dijual belum kadaluwarsa dan
aman.
Masalah kebersihan adalah hal yang penting dalam penggunaan sachet serbuk
oral. Dari hasil wawancara, dinyatakan bahwa kebersihan yang perlu dijaga
terkait penggunaan sachet serbuk oral adalah air minum yang digunakan untuk
melarutkan, kebersihan tangan, dan wadah atau gelas yang digunakan untuk
melarutkan serbuk oral untuk diminum.
59
Hasil jawaban kuisioner untuk aspek pengetahuan ditunjukkan pada rata-rata
responden yang menjawab benar untuk semua pernyataan adalah lebih dari 75%
responden. Hasil ini menunjukkan responden memiliki pengetahuan yang baik
tentang penggunaan sachet serbuk oral.
b. Aspek sikap
Dalam aspek sikap terdapat 10 pernyataan pada kuisioner yang merupakan
respon evaluative responden dari pengetahuan yang diyakini kebenarannya
mengenai penggunaan sediaan sachet serbuk oral. Hasil pengisian kuisioner oleh
responden dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 14. Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Sikap oleh RespondenPenelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral
pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito
Hasil jawaban kuisioner di atas, menunjukkan masalah dalam aspek sikap
yang dihadapi oleh responden dalam merespon pengetahuan yang diyakini benar
terlihat pada pernyataan no. 14 dan dan no. 20, yang ditunjukkan dengan
60
persentase jawaban benar lebih kecil dibandingkan persentase jawaban benar
untuk pernyataan lainnya.
Hasil Pernyataan pada no. 14 yang menjawab benar, hampir sama dengan
hasil pernyataan no. 4 pada aspek pengetahuan yang menjawab benar mengenai
penggunaan 1 sachet serbuk oral untuk digunakan lebih dari 1 kali. Hasil ini
menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap responden akan penggunaan sachet
serbuk oral yaitu 1 sachet serbuk oral tidak boleh digunakan lebih dari 1 kali
pakai atau setelah dibuka tidak dapat digunakan lagi, walaupun sachet serbuk oral
belum lewat tanggal kadaluwarsa. Dengan kata lain sebagian besar responden
lainnya mengetahui dan menyakini bahwa 1 sachet serbuk oral hanya untuk 1 kali
penggunaan. Hasil jawaban akan pernyataan no.14 yang kurang dari 40%
menunjukkan sikap responden terhadap penggunaan sachet serbuk oral tidak
boleh digunakan lebih dari 1 kali pakai tergolong kurang baik.
Menurut beberapa responden yang sering ditanyakan kepada petugas apotek
adalah mengenai penggunaan dan aturan pakai, tetapi responden lainnya
menyatakan bahwa tidak perlu bertanya kepada petugas apotek jika kurang jelas
mengenai penggunaan sediaan sachet serbuk oral karena petugas apotek belum
tentu merupakan seorang apoteker, tidak harus bertanya kepada petugas apotek
karena adanya petunjuk yang terdapat pada kemasan sehingga dapat dibaca
sendiri oleh pengunjung apotek, serta tidak mengetahui tugas dan peran apoteker
di apotek.
Alasan yang beragam dari responden yang diantaranya merupakan
pengalaman responden mengenai sumber informasi obat yang dipilih oleh
61
responden yaitu petugas apotek atau apoteker bukanlah satu-satunya sumber
informasi obat yang terpilih karena pemahaman responden yang dapat dipilih
sebagai sumber informasi obat selain apoteker adalah tenaga kesehatan lain
misalnya dokter, bidan, perawat dan mantri. Selain itu, responden juga
menyatakan bahwa tidak mengetahui siapa dan apa peran apoteker karena tidak
pernah menjumpai apoteker di apotek padahal pada papan nama apotek tertera
nama Apoteker Pengelola Apotek tersebut, merasa lebih yakin jika mendapatkan
informasi obat karena informasi yang diberikan oleh apoteker dirasakan kurang
lengkap dan kurang meyakinkan serta tugas dan peran apoteker yang dipahami
oleh responden hanya mengambil dan menyerahkan obat yang telah diresepkan
oleh dokter.
Pada hasil wawancara, ada responden yang menyatakan bahwa penggunaan
air teh untuk melarutkan adalah tepat, tetapi penggunaan air kopi adalah tidak
tepat. Pernyataan ini disesuaikan dengan pengalaman responden saat
menggunakan sediaan sachet serbuk oral yaitu dilarutkan dengan air teh.
Responden meyakini bahwa sikap yang dilakukan adalah benar karena
sepengetahuan responden, penggunaan air teh bersamaan dengan obat tidak
memberikan efek yang merugikan.
Kebersihan dalam penggunaan sachet serbuk oral yang telah dibahas pada
aspek pengetahuan pada pernyataan no. 10 menunjukkan sebagian besar
responden mengetahui bahwa kebersihan adalah hal yang penting, tetapi dari
beberapa alasan yang dikemukakan oleh responden menyatakan tidak adanya
hubungan antara perlu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menggunakan
62
sediaan sachet serbuk oral. Alasannya adalah tidak adanya kontak langsung antara
tangan responden dengan sebuk oral yang dikemas dalam sachet. Responden
merasa kebersihan adalah penting hanya pada gelas sebagai wadah untuk
melarutkan dan air minum yang digunakan harus matang dan bersih.
Penggunaan sachet serbuk oral terkait banyaknya air yang digunakan untuk
melarutkan tidak harus sama dengan yang tercantum pada kemasan. Alasan
responden karena hanya dengan memperkirakan banyaknya air yang akan
digunakan untuk melarutkan dirasakan sudah sesuai dengan aturan pakai dan tidak
memiliki gelas yang dilengkapi alat pengukur sehingga menjadi suatu kesulitan
jika harus diukur terlebih dahulu untuk mendapatkan jumlah air yang tepat sama
dengan yang tercantum pada kemasan.
Dari hasil rata-rata jawaban benar responden pada aspek sikap yaitu 76%
menunjukkan sikap responden terhadap penggunaan sediaan sachet serbuk oral
dapat dikatakan baik karena jawabannya lebih dari 75%.
c. Aspek tindakan
Gambar 15. Persentase Hasil Kuisioner untuk Aspek Tindakan olehResponden Penelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet
Serbuk Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito
63
Pernyataan yang ada pada aspek tindakan bertujuan untuk menilai
penggunaan sachet serbuk oral responden terdapat 10 pernyataan pada kuisioner.
Tindakan responden untuk selalu memperhatikan tangggal kadaluwarsa sebelum
menggunakan sachet serbuk oral menurut responden merupakan hal yang perlu
diperhatikan karena penggunakan obat yang sudah melewati tanggal kadaluwarsa
dapat menghasilkan efek yang merugikan sehingga dapat mengganggu kesehatan
responden.
Responden juga memilih untuk tetap memperhatikan informasi penggunaan
yang tercantum pada sachet dengan tujuan untuk menghindari penyalahgunaan
sachet serbuk oral dan membantu mengingatkan kembali aturan pakai bagi
responden yang sering melupakan aturan pakai.
Beberapa responden menyatakan tidak menggunakan atau lebih memilih
untuk segera membuang serbuk yang menggumpal karena menunjukkan
ketidakstabilan obat dengan adanya udara lembab.
Dilihat dari rata-rata persentase jawaban benar untuk aspek tindakan yaitu
83,5% maka menunjukkan bahwa hasil ini dikatakan baik karena lebih dai 75%
responden yang menjawab benar.
64
Gambar 16. Persentase Hasil Kuisioner untuk Setiap Aspek oleh RespondenPenelitian Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk
Oral pada Pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito
Persentase rata-rata jawaban kuisioner responden yang benar dari setiap
aspek dapat dilihat pada gambar di atas. Pada ketiga aspek perilaku responden
yang memiliki persentase terendah yaitu pada aspek sikap, yang menunjukkan
rendahnya respon evaluatif terhadap pengetahuan mengenai penggunaan sachet
serbuk oral yang diyakini benar oleh responden. Aspek tindakan memiliki
persentase terbesar yang menunjukkan hal-hal yang dilakukan oleh responden
terkait penggunaan sachet serbuk oral tinggi. Secara keseluruhan dari hasil
kuisioner untuk melihat perilaku penggunaan sachet serbuk oral yaitu total rata-
rata responden yang dikatakan baik karena lebih dari 75% responden
menunjukkan penggunaan sachet serbuk dilakukan dengan benar.
65
C. Profil Informasi yang Diberikan oleh Apoteker kepadaPengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil informasi yang diberikan
oleh apoteker kepada pengunjung Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito. Di
Apotek Pelengkap KF RSUP Dr. Sardjito terdapat 3 apoteker yang bertugas.
Ketiga apoteker ini bertugas di 5 loket yang dimiliki oleh Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito sesuai jadwal yang telah ditentukkan secara bergantian.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara terstruktur terhadap
ketiga apoteker sesuai jadwal kerjanya. Profil informasi yang diberikan oleh
apoteker dibahas menjadi 5 bagian, yaitu:
1. Durasi pemberian informasi obat kepada pengunjung apotek
Durasi pemberian informasi obat oleh apoteker berlangsung selama 1 sampai
2 menit, tetapi terkadang tergantung dari jenis obat yang diserahkan kepada
pengunjung apotek. Selain pemberian informasi obat, apoteker juga melakukan
Pharmaceutical care kepada pengunjung apotek. Durasi Pharmaceutical care
berlangsung lebih dari 3 menit. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Andayani, Satibi, dan Handayani (2004) menyatakan bahwa durasi pemberian
informasi obat paling banyak berlangsung sekitar lebih dari 120 detik (2 menit)
yaitu 38%, selanjutnya diikuti rentang durasi 30-60 detik (0,5 – 1 menit) dan 60-
90 detik (1 – 1,5 menit) yaitu 21%. Hal ini menunjukkan bahwa durasi pemberian
informasi obat yang dilakukan oleh apoteker yang ada di Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito sesuai dengan hasil penelitian mengenai durasi pemberian
informasi obat di apotek sebelumnya. Semakin lama atau singkatnya durasi
66
pemberian informasi obat oleh apoteker akan berpengaruh pada tingkat informasi
obat yang diterima oleh pengunjung apotek.
Pada saat memberikan informasi obat diawali dari menanyakan penyakit
yang diderita oleh pengunjung apotek yang bertujuan untuk mencocokkan obat
yang akan diserahkan dengan penyakit yang diderita. Selanjutnya Apoteker
memberitahukan berapa macam obat yang akan digunakan oleh pengunjung
apotek dan disertai kegunaan dari masing-masing obat tersebut. Terkadang bagi
pasien yang membeli obat dengan resep dokter, kegunaan dari obat tidak boleh
diberitahukan karena yang digunakan untuk mengobati penyakit dari obat tersebut
adalah efek samping obat tersebut bukan efek farmakologinya. Hal ini dapat
menimbulkan kebingungan bagi apoteker sehingga perlu dilakukan pengecekkan
kembali dengan riwayat penyakit pasien atau menanyakan kembali kepada dokter
yang menulis resep. Bagi pasien rawat inap, terkadang penjelasan mengenai
kegunaan dan cara penggunaan dari obat menjadi sia-sia karena obat yang dibeli
diserahkan kepada perawat untuk penggunaannya. Informasi obat lain yang
diberikan oleh apoteker antara lain aturan pakai terkait berapa kali meminum obat
dan sesudah atau sebelum makan, peringatan dan tempat penyimpanan.
Apoteker juga menyatakan tidak secara langsung melakukan pelayanan
konseling karena tidak disediakan waktu khusus untuk pelayanan konseling.
Pelayanan konseling dilakukan oleh apoteker terkecuali ada pengunjung apotek
yang bertanya dan membutuhkan konseling. Hasil wawancara ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Andayani, Satibi, dan Handayani tahun 2004
67
mengenai penyediaan waktu khusus untuk konseling yang hasil penelitiannya
adalah 73% apoteker tidak menyediakan waktu khusus untuk konseling.
2. Sumber informasi yang digunakan dalam pemberian informasi kepadapengunjung apotek
Sumber informasi yang sering digunakan oleh apoteker dalam pemberian
informasi obat menyatakan bahwa Apotek Kimia Farma tidak memiliki prosedur
tetap untuk sumber informasi yang harus digunakan dalam pemberian informasi
obat dan tidak membatasi sumber informasi obat yang digunakan oleh apoteker
dalam pemberian informasi obat kepada pengunjung apotek.
Sumber informasi obat yang digunakan oleh 2 apoteker dari hasil wawancara
yang dilakukan oleh peneliti secara bersamaan berlokasi di Loket Unit Gawat
Darurat adalah brosur obat yang tersedia dalam kemasan obat selain itu
menggunakan literatur, tetapi mereka lebih memilih brosur obat karena brosur
obat yang ada pada kemasan obat sudah sesuai standar dari pabrik obat tersebut.
Berbeda dengan hasil wawancara kedua apoteker di atas, apoteker lainnya
menyatakan bahwa sumber informasi obat yang digunakan antara lain buku
biasanya diperoleh dari MIMS yang digunakan untuk informasi obat mengenai
aturan pakai. Sumber informasi obat lainnya yang digunakan secara bersamaan
adalah panduan kefarmasian dari Departemen Kesehatan, brosur obat, intrenet dan
menggunakan pengalaman. Melihat dari beragamnya sumber informasi obat ini
menunjukkan bahwa apoteker telah berusaha untuk mencari informasi obat yang
berkualitas sehingga informasi obat yang diberikan merupakan informasi obat
yang selengkap mungkin kepada pengunjung apotek.
68
3. Tempat pemberian informasi obat dan informasi apa saja yangdiberikan kepada pengunjung apotek
Tempat pemberian informasi obat yang berlangsung di Apotek Pelengkap KF
RSUP Dr. Sardjito dilakukan di depan loket yang tertera tulisan “Penyerahan
Obat” pada saat apoteker menyerahkan obat kepada pengunjung apotek. Apotek
belum menyediakan ruang khusus yang digunakan untuk melakukan pelayanan
informasi obat dan konseling karena menggingat kondisi ruangan apotek di rumah
sakit yang tidak seluas ruangan Apotek Kimia Farma yang berada di outlet. Selain
itu, pelayanan penyerahan obat kepada pengunjung apotek yang berlokasi di
rumah sakit dilakukan lebih cepat mengingat kondisi pengunjung apotek yang
termasuk pasien rawat jalan dan rawat inap harus segera ditangani.
Seperti yang telah dipaparkan pada bagian durasi pemberian obat mengenai
tahapan informasi obat yang diberikan oleh apoteker ketika menyerahkan obat
kepada pengunjung apotek diawali dari memberitahu berapa macam obat yang
akan digunakan, kegunaan obat, aturan pakai, peringatan dan temapat
penyimpanan. Terkadang informasi yang diberikan untuk sediaan sachet serbuk
oral mengenai bagaimana penggunaan dan aturan pakai saja, kecuali ditanyakan
oleh pengunjung apotek bagaimana penyimpanannya baru setelah itu dijelaskan
oleh apoteker.
Untuk melakukan pengecekkan kembali apakah pengunjung apotek sudah
mengetahui dan memahami secara tepat dan benar mengenai setiap informasi obat
yang diberikan oleh apoteker sulit untuk dilakukan, karena biasanya tergantung
dari pengunjung apotek itu sendiri. Jika pengunjung apotek mengulang informasi
obat setelah dijelaskan oleh apoteker, maka dengan demikian Apoteker dapat
69
melakukan pengecekkan kembali. Menurut apoteker, informasi yang diberikan
hanya untuk mengingatkan pasien yang malas membaca aturan pakai yang tertera
di etiket obat karena beberapa pasien merasa apoteker tidak perlu lagi
memberikan informasi obat yang dapat dibaca sendiri pada etiket.
4. Teknik pemberian informasi
Penyediaan infromasi obat dilihat dari teknik pemberian obat yaitu apoteker
dengan teknik aktif memberikan informasi obat mengenai aturan pakai saat
penyerahan obat yang berfungsi untuk mengingatkan pengunjung apotek. Selain
itu, apoteker juga menggunakan teknik pemberian informasi obat secara pasif bagi
pasien yang aktif bertanya mengenai penggunaan obat. Interakasi melalui
komunikasi yang terjadi antara apoteker dan pengunjung menunjukkan adanya
keseimbangan teknik pemberian informasi secara aktif dan pasif.
5. Kendala yang sering terjadi dalam memberikan informasi obat kepadapengunjung apotek
Beberapa kendala yang sering dihadapi oleh apoteker dalam memberikan
informasi obat kepada pengunjung apotek antara lain: kurangnya waktu yang
disediakan oleh pengunjung apotek karena tergesa-gesa untuk segera pergi
setelah menerima obat sehingga informasi yang diberikan oleh apoteker tidak
didengarkan dan dipahami dengan baik; kebersediaan pasien untuk mendapatkan
informasi obat karena pasien merasa cukup hanya dengan membaca etiket; belum
tersedianya ruangan khusus untuk dapat memberikan pelayanan informasi obat
dan konseling sehingga adanya ketidaknyamanan saat pemberian informasi obat
dengan durasi yang lama sehingga pengunjung apotek berdiri di depan loket
penyerahan obat sampai selesai mendapatkan informasi; serta penggunaan bahasa
70
Jawa untuk alat komunikasi antara apoteker dengan pengunjung apotek khususnya
bagi kelompok usia lanjut yang tidak bisa mneggunakan bahasa Indonesia. Hal ini
disebabkan salah satu apoteker yang bertugas berasal dari Daerah Jawa Barat
sehingga tidak dapat menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ketersediaan sachet serbuk oral di Apotek Pelengkap Kimia Farma
RSUP Dr. Sardjito secara keseluruhan sebanyak 17 item. Dibagi dalam dua
kelompok yaitu berdasarkan kode nomor pendaftaran dan kelas efek
farmakologinya. Persentase ketersediaan sachet serbuk oral berdasarkan kode
nomor pendaftaran yaitu TR (11,8%), SI (23,5%), SD (11,8%), ML (5,9%),
DBL (17,6%), GBL (5,9%), DTL (5,9%), DKL (5,9%), DKI (11,8%).
Berdasarkan kelas efek farmakologi antara lain sistem gastrointestianal dan
hepatobilier (41,2%), sistem musculoskeletal (5,9%), antiinfeksi(sistemik)
(5,9%), nutrisi (41,2%), dan antidotum dan zat detoksifikasi untuk terapi
ketergantungan (5,9%).
2. Penggunaan sachet serbuk oral oleh responden dilihat dari hasil jawaban yang
benar pada kuisioner dan wawancara terbagi dalam 3 aspek perilaku yaitu
aspek pengetahuan (82,1%), aspek sikap (76,0%), dan aspek tindakan
(83,5%) yang didapatkan total rata-rata ketiga aspek perilaku sebesar 80,55%
responden yang menunjukkan penggunaan sachet serbuk oral secara benar.
3. Profil informasi yang diberikan oleh Apoteker terhadap pengunjung Apotek
Pelengkap Kimia Farma, RSUP Dr. Sardjito berdasarkan hasil wawancara
dilihat dari durasi pemberian informasi berlangsung selama 1-2 menit;
sumber informasi yang digunakan antara lain buku (MIMS), panduan
72
kefarmasian dari DEPKES, brosur obat, internet dan pengalaman; tempat
pemberian informasi di depan Loket Unit Gawat Darurat ketika penyerahan
obat; informasi yang diberikan terkait penggunaan sachet serbuk oral adalah
aturan pakai, tempat penyimpanan, dan banyaknya air yang digunakan untuk
melarutkan serbuk; teknik pemberian informasi yang digunakan adalah teknik
aktif maupun pasif.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut:
1. Jika akan dilakukan penelitian sejenis sebaiknya mengkaji pada salah satu
kelompok sediaan sachet serbuk oral saja, contoh: kelompok kelas nutrisi.
2. Dilakukan penelitian sejenis untuk mengetahui hubungan antara perilaku
penggunaan sediaan sachet serbuk oral yaitu mengenai pengetahuan, sikap
dan tindakan yang berpengaruh pada penggunaan sediaan secaht serbuk oral.
3. Penyediaan ruang khusus di apotek bagi apoteker untuk melakukan pelayanan
konseling obat bagi pasien yang membutuhkan konseling obat.
73
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, M.T., Satibi, Handayani, D.R., 2006, Evaluasi Pelayanan InformasiObat di Apotek-Apotek Besar di Kota Yogyakarta, Seminar IlmiahNasional Hasil Penelitian Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas SanataDharma, Yogyakarta, 54-63.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008, Hasil Riset KesehatanDasar (RISKESDAS) Provinsi D.I.Yogyakarta 2007, DepartemenKesehatan RI, Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2002, PantauanKetersediaan dan Harga Obat Generik Berlogo di Apotek, Balai POM RI,Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004, KeputusanKepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik IndonesiaNo.HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan danPenandaan Obat Bahan Alam Indonesia, Badan Pengawas Obat danMakanan Republik Indonesia, Jakarta.
Bahfen, 2006, Aspek Legal Layanan Farmasi Komunitas Konsep PharmaceuticalCare, Edisi I.Vol.I., PT.ISFI, Jakarta, pp. 20.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., dan Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical CarePractice, 2nd Ed, McGraw-Hill, New York
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, FarmakopeIndonesia Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,pp. 14 – 15.
Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2002, KeputusanMenteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332 Menkes SK IX 2002,tentang Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2004, KeputusanMenteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027 Menkes SK IX 2004tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dean, D.A., Evans, E.R., Hall, I.H., 2000, Pharmaceutical Packaging Techology,Taylor & Francis, London, pp. 538-539.
74
Donatus, I.A., 2000, Globalisasi dan Orientasi Baru Pelayanan FarmasiKomunitas, Upaya Peningkatkan Peran Apoteker, Seminar Sehari DampakGlobalisasi Ekonomi dan Farmasi terhadap Hak dan Kewajiban Farmasisdan KOnsumen, Lembaga kajian Fakultas Farmasi Universitas SanataDharma, Yogyakarta.
Ganie, M. W., 2009, Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan tentang 3M(Mengubur Barang Bekas, Menutup, dan Menguras Tempat PenampunganAir) pada Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009, Skripsi(Online), 34-35, Universitas Sumatera Utara, Medan,http://respiratory.usu.ac.id/bitstream/123456789/14262/1/09E12923.pdf,diakses pada tanggal 7 September 2010.
Hartini, Y., dan Sulasmono, 2007, Apotek “Ulasan Bweserta Naskah PereaturanPerundang-undangan Terkait Apotek Termasuk Naskah dan UlasanPermenkes tentang Apotek Rakyat”, Penerbit Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta, pp. 14-15, 250, 549.
Holt, G.A., dan Edwin, L.H., 1986, The Pors and cons of Self-medication,Journals of Pharmeceutical Technology, September/October, pp.213-218.
MIMS Pharmacy Guide, 2009, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, edisi 9, PT.Info Master Lisensi CMP Medica, Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1976, Peraturan Menteri Kesehatan RINomor 329/Menkes/Per/X2/1976 tentang Produksi dan PeredaranMakanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan RINomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri ObatTradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional, Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 949/Menkes/VI/2000 tentang registrasi obat jadi, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Monier, H.A.S., 1998, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi Aksara,Jakarta.
Notoatmodjo, S.,2002, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku,PT Rineka Cipta,Jakarta.
Notoatmodjo, S.,2005, Metodologi Penelitian Kesehatan ,PT Rineka Cipta,Jakarta.
75
Pratiknya, A.W., 1993, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan, CV Rajawali, Jakarta.
Sambara, J., Muntasir., Djuma,A.W., Elin, E.N., 2008, Profil dan TinjauanPenggunaan Obat Generik di Rumah Sakit Umum DaerahProf.W.Z.Johannes Kupang Tahun 2007(Kajian pada persepan di apotek),Prosiding Kongres Ilmiah XVI ISFI, PT.ISFI, Jakarta.
Sari, I.P., 2001, Motivasi Konsumen terhadap Pelayanan Informasi dan KonsultasiObat di Apotek Kota Yogyakarta, Majalah Farmasi Indonesia no.12, 80-84.
Sastroasmoro, S., dan Ismael S., 2010, Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis,Edisi ke-3, CV Sagung Seto, Jakarta, pp. 16.
Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Rusalan, T.G., Regala, B.P.,Uriarte, G.G., 1993,Pengantar Metodologi Penelitian, diterjemahkan oleh Tuwu, A.,Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Siregar, C.J.P., dan Amalia, L.,2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan,Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta, pp. 223.
Stefanus. L., 2000, Analisis Penulisan Resep di luar Formularium Rumah SakitPGI Cikini tahun 2000, Tesis, Kajian Administrasi Rumah Sakit, FKM,UI, Depok.
Sugiyono, 2006, Statistika untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung.
76
LAMPIRAN
77
Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data
78
Lampiran 2. Surat Persetujuan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data
79
Lampiran 3. Informed Consent
KERJASAMA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATADHARMA DENGAN APOTEK KIMIA FARMA RSUP Dr. Sardjito
YOGYAKARTA
Judul Penelitian : Evaluasi Ketersediaan dan Penggunaan Sediaan SachetSerbuk Oral Pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.
Sardjito
Responden yang terhormat, kami Tim peneliti dari Fakultas Farmasi
Sanata Dharma bekerja sama dengan Apotek Pelengkap Kimia Farma Rumah
Sakit Sardjito Yogyakarta melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana
respon pasien rawat jalan terhadap penggunaan sediaan sachet oral, ingin
meminta kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Responden dalam penelitian ini adalah orang yang terlibat atau termasuk
sebagai pasien rawat jalan RSUP Dr. sardjito periode Juni-Juli 2010. Usia
responden adalah minimal 17 tahun.
Dalam partisipasi Anda selama penelitian ini, kami membutuhkan
kesediaan Anda untuk meluangkan waktu. Peneliti akan menemui anda dengan
maksud:
1) meminta anda membaca dan menandatangani surat pernyataan
kesediaan sebagai responden penelitian;
2) meminta anda untuk mengisi kuisioner yang telah disediakan;
3) melakukan wawancara lanjutan untuk melengkapi informasi.
Penelitian ini mengharapkan ketulusan anda untuk berpartisipasi.
Penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat untuk dapat memberi sumbangan
ilmu pengetahuan dan sebagai sumber referensi di bidang kesehatan, klinik dan
komunitas sebagai sumber kajian mengenai sediaan sachet serbuk oral dan
informasi cara penggunaan sediaan sachet serbuk oral yang tepat di masyarakat.
Penelitian ini tidak memiliki risiko yang akan membahayakan Anda secara
fisik. Kerahasiaan anda akan kami jaga. Kami tidak akan menyebutkan nama
anda. Kami hanya akan memberikan nama samaran. Semua informasi yang anda
berikan akan kami jaga kerahasiaannya sehingga identitas anda tetap kami
80
lindungi. Wawancara akan direkam dan kemudian diketik. Semua informasi
menjadi rahasia peneliti. Hasil penelitian ini akan dipublikasikan sebagai skripsi.
Anda dengan sepenuh hati berpartisipasi dalam penelitian ini. Sewaktu-
waktu, anda bisa menarik diri untuk terlibat dalam penelitian ini. Jika ada
pertanyaan, anda tidak perlu sungkan atau ragu untuk bertanya. Jika anda
menyetujui kerjasama ini, dimohon kesediaannya untuk melengkapi surat
pernyataan kesediaan sebagai bukti kesediaan responden.
Atas kerjasamanya kami mengucapkan terima kasih.
Peneliti
81
Surat Pernyataan Kesediaan Sebagai Responden Penelitian
Bahwa saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Saya (baru pertama kali/sudah berulang kali)*menggunakan sediaan
sachet serbuk oral.
Saya (pertama kali/sering membeli obat)* di Apotek Kimia Farma
Sardjito.
Saya (pernah/tidak pernah)* berkonsultasi obat di Apotek Kimia Farma
Sardjito.
*(coret yang tidak perlu)
Menyatakan kesanggupan sebagai responden dalam penelitian yang
berjudul "EVALUASI KETERSEDIAAN DAN PENGGUNAAN SEDIAAN
SACHET SERBUK ORAL PADA PENGUNJUNG APOTEK PELENGKAP
KIMIA FARMA RSUP Dr SARDJITO". Semua penjelasan diatas telah
disampaikan kepada saya. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan
penjelasan, saya akan mendapat jawaban dari tim peneliti.
Demikian surat pernyataan kesanggupan saya sebagai responden dalam
penelitian ini.
Yogyakarta,
Responden/pasien
( )
82
Lampiran 4. Kuisioner
Kuesioner yang digunakan untuk penelitian Sachet Serbuk Oral
Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan di bawah ini di tempat yang telahdisediakan dengan memberi tanda silang ( x ).
Keterangan :Benar : Bila saya cederung menganggap penyataan yang diajukan adalah benarSalah : Bila saya cenderung menganggap pernyataan yang diajukan adalah salah
Aspek Pengetahuan
No Pernyataan Jawaban1 Semua jenis obat harus digunakan sampai habis. Benar Salah2 Cara penggunaan obat yang benar akan
mempengaruhi kesembuhan penyakit.Benar Salah
3 Penyimpanan sachet serbuk oral harus di suhukamar dan tempat yang kering
Benar Salah
4 Penggunaan sachet serbuk oral dalam kondisitertentu boleh digunakan lebih dari 1 kali
Benar Salah
5 Semua sachet serbuk oral yang diminum harusdilarutkan dalam air minum bersih
Benar Salah
6 Setelah sachet dibuka maka pemakaian obat harusmemperhatikan rasa,warna, bau, dari obatmeskipun belum kadaluwarsa.
Benar Salah
7 Sachet serbuk oral harus digunakan sesuai aturandosis
Benar Salah
8 Pembacaan informasi yang ada pada kemasanobat akan mengurangi resiko yang tidakdikehendaki
Benar Salah
9 Setiap kali meminum obat sachet serbuk oralyang harus dilarutkan terlebih dahulu, saya dapatlangsung menggunakan obat tersebut tanpa harusdilarutkan
Benar Salah
10 Kebersihan adalah hal yang penting dalampenggunaan sachet serbuk oral
Benar Salah
Aspek Sikap
No Pernyataan Jawaban11 Saya merasa perlu mematuhi aturan penggunaan
sachet serbuk oral sebelum digunakan.Benar Salah
12 Saya merasa perlu bertanya pada petugas apotektentang informasi yang kurang jelas mengenai
Benar Salah
83
cara penggunaan sachet serbuk oral13 Saya memilih petugas apotek sebagai sumber
informasiBenar Salah
14 Saya yakin sachet serbuk oral setelah dibukamasih dapat digunakan asal belum lewat tanggalkadaluarsa.
Benar Salah
15 Saya merasa yakin setelah sachet serbuk dibukamaka pemakaian obat harus memperhatikanrasa,warna, bau, dari obat meskipun belumkadaluwarsa.
Benar Salah
16 Saya merasa penggunaan air teh/kopi untukmelarutkan serbuk adalah tepat.
Benar Salah
17 Saya perlu mencuci tangan terlebuh dahulusebelum menggunakan sachet serbuk oral
Benar Salah
18 Saya merasa penggunaan sachet serbuk oraldengan benar akan mengurangi resiko yang tidakdikehendaki.
Benar Salah
19 Saya merasa informasi penggunaan sachet serbukakan mempengaruhi kesembuhan saya
Benar Salah
20 Saya merasa banyaknya air yang digunakan untukmelarutkan tidak harus sama dengan yangtercantum pada kemasan
Benar Salah
Aspek Tindakan
No Pernyataan Jawaban21 Saya selalu berusaha menuangkan serbuk yang
ada pada sachet serbuk oral hingga habisBenar Salah
22 Saya akan bertanya pada petugas apotek bilatidak mengerti cara penggunaan sachet serbuk
Benar Salah
23 Setelah menggunakan sachet serbuk untuk 2 kalipakai, saya akan langsung menutup rapatkemasan, serta menyimpan ditempat kering dansejuk.
Benar Salah
24 Saya akan menggunakan sachet serbuk oral tanpaharus mematuhi aturan penggunaanya
Benar Salah
25 Saya tidak memperhatikan Apoteker saatmemberikan informasi tentang sachet serbuk oral
Benar Salah
26 Saya tidak memperhatikan tanggal kadaluarsayang tercantum pada sachet serbuk oral
Benar Salah
27 Saya akan tetap memperhatikan informasipenggunaan yang tercantum pada sachet serbukoral meskipun sudah diberi informasi obat.
Benar Salah
28 Saya lebih memilih melarutkan sachet serbuk oral Benar Salah
84
sesuai petunjuk kemasan29 Walaupun serbuk didalam sachet sudah memadat
saya akan tetap menggunakannya karena belumkadaluarsa.
Benar Salah
30 Saya tidak perlu mengaduk serbuk yang telahdicampur dengan air
Benar Salah
Pengukuran pengetahuan ( 1-10), sikap (11-20), tindakan (21-30)Pertanyaan favorable : 2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,17,18,19,21,22,23 ,27,28Pertanyaan unfavorable : 1,9,16,20,24,25,26,29,30
85
Lampiran 5. Panduan Wawancara untuk Responden dan Apoteker
Wawancara Tentang Penggunaan Sachet Serbuk Oral untuk responden:
1. Bagaimana cara anda menggunakan sediaan sachet serbuk oral ?
2. Bagaimana cara anda menyimpan sediaan sachet serbuk setelah dibuka (di
lemari es/ lemari obat /tempat terlindung cahaya)?
3. Apakah anda menggunakan satu sachet serbuk oral untuk pemakaian
berulang kali? Mengapa?
4. Apa yang menjadi kesulitan dalam menggunakan obat sachet serbuk oral?
5. Manfaat apa yang bisa anda dapat dari informasi yang diberikan oleh
Apoteker?
Wawancara terstruktur untuk apoteker :
1. Berapa lama durasi pemberian informasi obat kepada pasien ?
2. Sumber informasi apa yang sering digunakan dalam pemberian informasi
kepada pasien?
3. Dimana Apoteker memberikan tempat pemberian informasi obat?Apa saja
informasi yang diberikan?
4. Bagaimana teknik konseling/pemberian informasi yang dilakukan oleh
apoteker pada pasien?
5. Kendala apakah yang sering terjadi dalam memberikan informasi kepada
pasien?
86
Lampiran 6. Hasil Wawancara Terhadap Apoteker yang Bertugas
1. Berapa lama durasi pemberian informasi obat kepada pasien ?
Apoteker 1 dan 2 Tidak lebih dari 2 menit
Apoteker 3 Informasi obat selama 1 menit, sedangkan untuk
Pharmaceutical care selama 3 menit. Pelayanan
konseling tidak secara langsung dilakukan karena tidak
memiliki ruangan khusus untuk konseling dan dilakukan
jika pengunjung apotek yang aktif bertanya.
2. Sumber informasi apa yang sering digunakan dalam pemberian informasi
kepada pasien?
Apoteker 1 dan 2 Lebih sering menggunakan brosur obat karena sudah
sesuai standar, selain itu kadang-kadang menggunakan
buku.
Apoteker 3 Sering menggunakan buku MIMS untuk melihat aturan
pakai dan panduan kefarmasian dari DEPKES. Selain
itu, untuk informasi tambahan menggunakan internet,
brosur obat dan pengalaman.
3. Dimana Apoteker memberikan tempat pemberian informasi obat?Apa saja
informasi yang diberikan?
Apoteker 1 dan 2 - Tempat pemberian informasi obat : didepan loket yang
tertulis “penyerahan obat”, yang dilakukan pada saat
pengunjung apotek diserahkan obat oleh apoteker.
-Informasi obat : secara umum diberitahukan berapa
macam obat yang akan digunakan, aturan pakai, dan
indikasi obat, tetapi terkadang indikasi obat tidak boleh
disampaikan karena ada obat yang diresepkan oleh
dokter yang digunakan adalah efek samping obat bukan
efek farmakologinya sehingga sebelumnya apoteker
87
harus menanyakan penyakit pasien atau langsung
bertanya kepada dokter.
Untuk sachet serbuk : hanya aturan pakai, terkadang
diberitahukan tempat penyimpanan dan bagaimana
penggunaan jika pasien aktif bertanya. Contoh informasi
obat terkait penggunaan sachet serbuk oral yang
diberikan kepada responden (Oralit): diberitahukan
banyaknya air yang digunakan untuk melarutkan
sebanyak 1 gelas air putih, tetapi tidak diberitahukan 1
gelas berapa volume airnya. Selain itu, juga
diberitahukan bahwa penggunaan 1 gelas air mineral
yang ada dipasaran menyebabkan oralit terlalu encer dan
tidak berasa.
Apoteker 3 - Tempat pemberian informasi obat : didepan loket yang
pada saat pengunjung apotek diserahkan obat oleh
apoteker.
- Informasi obat : tahapan pemberian informasi obat
diawali dari menanyakan sakit yang dialami pasien yang
bertujuan untuk disesuaikan dengan obat yang akan
diserahkan karena pernah ada kasus obat yang
diresepkan tidak cocok dengan penyakit yang
didiagnosa oleh dokter, indikasi obat, aturan pakai,
bagaimana menggunakan obat, dan peringatan.
Informasi yang diberitahukan berfungsi untuk
mengingatkan pasien karena kadang ada pasien yang
malas membaca lagi informasi obat yang tertulis
sebelum menggunakan obat. Tempat penyimpanan obat
jarang diberitahukan karena sebagian besar pasien
mengetahui. Untuk penggunaan obat sachet serbuk oral
(Pharolit®) biasanya disuruh baca sendiri onformasi
yang ada dikemasan.
88
4. Bagaimana teknik konseling/pemberian informasi yang dilakukan oleh
apoteker pada pasien?
Apoteker 1 dan 2 Apoteker aktif memberikan informasi secara umum dan
terkadang memberikan informasi jika pasien bertanya.
Apoteker 3 Selalu memberikan informasi saat menyerahkan obat.
Tetapi terkadang menjelaskan penggunaan obat bagi
pasien yang rawat inap tidak diperhatikan karena obat
yang dibeli akan diberikan kepada perawat untuk
penggunaannya. Selain itu menjawab pertanyaan pasien
terkait penggunaan obat.
5. Kendala apakah yang sering terjadi dalam memberikan informasi kepada
pasien?
Apoteker 1 dan 2 Kendala salah satu apoteker adalah tidak bisa
berkomunikasi dengan pengunjung apotek jika bahasa
yang dgunakan oleh pengunjung apotek adalah bahasa
Jawa, karena apoteker beasal dari Jawa Barat.
Kendala lainnya adalah jika pengunjungnya tergolong
usia lanjut usia maka sulit untuk berkomunikasi secara
lancar karena ada beberapa yang mengalami gangguan
pendengaran; sulit memastikan bahwa pengunjung
apotek sudah benar-benar memahami informasi obat
yang diberikan kecuali pengunjung apotek yang
mengulang informasi obat yang diberikan barulah dapat
dipastikan.
Apoteker 3 Beberapa kendala yang sering dialami : pengunjung
apotek tergesa-gesa untuk segera pergi setelah menerima
obat; terlihat pengunjung apotek hanya mendengarkan
89
begitu saja atau tidak benar-benar menyimak informasi
obat yang disampaikan; tidak tersedia tempat khusus
untuk menerima informasi obat sehingga terkadang
pengunjung tidak bersedia jika penyampaian infromasi
obat dengan durasi yang lama karena harus berdiri
didepan loket penerimaan obat; berbeda menjaga apotek
yang ada di rumah sakit dan di oulet karena kalau di
rumah sakit pemberian informasi obat harus lebih cepat
karena pengunjung apotek harus dengan cepat untuk
menangani sakit yang dialami; mengontrol pembelian
antiobtik oleh pengunjung apotek karena terkadang
pengunjung apotek menganggap dapat membeli
antibiotik secara bebas sehingga sulit untuk memahami
jika diberitahukan oleh apoteker karena pengujung
apoteker menyatakan bahwa pembelian antibiotik harus
dengan resep dokter lebih mahal; dan penjelasan
penggunaan obat dengan sediaan suppositoria sebaiknya
menggunakan leaflet.
90
Lampiran 7. Hasil Jawaban Kuisioner untuk Aspek PengetahuanNo. Pernyataan Kuisioner Responden
menjawab
Benar
Responden
menjawab
Salah
Presentase
Jawaban
Benar (%)
Presentase
jawaban
Salah (%)
1* Semua jenis obat harusdigunakan sampai habis.
31 17 64,6 35,4
2 Cara penggunaan obat yangbenar akan mempengaruhikesembuhan penyakit.
45 3 93,7 6,5
3 Penyimpanan sachet serbuk oralharus di suhu kamar tempat yangkering
42 6 87,5 12,5
4 Penggunaan sachet serbuk oraldalam kondisi tertentu bolehdigunakan lebih dari 1 kali.
13 35 27,1 72,9
5 Semua sachet serbuk oral yangdiminum harus dilarutkan dalamair minumbersih.
47 1 97,9 2,1
6 Setelah sachet dibuka makapemakaian obat harusmemperhatikan rasa,warna, bau,dari obat meskipun belumkadaluwarsa.
33 15 68,7 31,2
7 Sachet serbuk oral harusdigunakan sesuai aturan dosis
47 1 97,9 2,1
8 Pembacaan informasi yang adapada kemasan obat akanmengurangi resiko yang tidakdikehendaki.
42 6 87,5 12,5
9* Setiap kali meminum obat sachetserbuk oral yang harusdilarutkan terlebih dahulu, sayadapat langsung menggunakanobat tersebut tanpa harusdilarutkan.
45 3 93,7 6,5
10 Kebersihan adalah hal yangpenting dalam penggunaansachet serbuk oral.
47 1 97,9 2,1
Rata-rata 81,6 18,4
*) Pernyataan yang termasuk jenis nonfavourable
91
Lampiran 8. Hasil Jawaban Kuisioner untuk Aspek Sikap
No. Pernyataan Kuisioner Respondenmenjawab
Benar
Respondenmenjawab
Salah
PresentaseJawaban
Benar (%)
Presentasejawaban
Salah (%)
1 Saya merasa perlu mematuhiaturan penggunaan sachet serbukoral sebelum digunakan.
45 3 93,7 6,2
2 Saya merasa perlu bertanya padapetugas apotek tentang informasiyang kurang jelas mengenaipenggunaan sachet serbuk oral
41 7 85,4 14,6
3 Saya memilih petugas apoteksebagai sumber informasi
29 19 60,4 39,6
4 Saya yakin sachet serbuk oralsetelah dibuka masih dapatdigunakan asal belum lewattanggal kadaluarsa.
12 36 25,0 75,0
5 Saya merasa yakin setelahsachet serbuk oral dibuka makapemakaian obat harusmemperhatikan rasa,warna, bau,dan bentuk serbuk dari obatmeskipun belum kadaluwarsa.
34 14 70,8 29,2
6* Saya merasa penggunaan airteh/kopi untuk melarutkanserbuk adalah tepat.
46 2 95,8 4,2
7 Saya perlu mencuci tanganterlebuh dahulu sebelummenggunakan sachet serbukoral
40 8 83,3 16,7
8 Saya merasa penggunaan sachetserbuk oral dengan benar akanmengurangi resiko yang tidakdikehendaki.
48 0 100 0
9 Saya merasa informasipenggunaan sachet serbuk oralakan mempengaruhikesembuhan saya
46 2 95,8 4,2
10*
Saya merasa banyaknya air yangdigunakan untuk melarutkantidak harus sama dengan yangtercantum pada kemasan
24 24 50,0 50,0
Rata-rata 76,0 24,0*) Pernyataan yang termasuk jenis nonfavourable
92
Lampiran 9. Hasil Jawaban Kuisioner untuk Aspek TindakanNo. Pernyataan Kuisioner Responden
menjawabBenar
Respondenmenjawab
Salah
PresentaseJawaban
Benar (%)
Presentasejawaban
Salah (%)1 Saya selalu berusaha
menuangkan serbuk yang adapada sachet serbuk oral hinggahabis
47 1 97,9 2,1
2 Saya akan bertanya pada petugasapotek bila tidak mengerti carapenggunaan sachet serbuk oral
42 6 87,5 12,5
3 Setelah menggunakan sachetserbuk oral untuk 2 kali pakai,saya akan langsung menutuprapat kemasan, serta menyimpanditempat kering dan sejuk.
26 22 54,2 45,8
4* Saya akan menggunakan sachetserbuk oral tanpa harusmematuhi aturan penggunaanya
41 7 85,4 14,6
5* Saya tidak memperhatikanApoteker saat memberikaninformasi tentang sachet serbukoral
46 2 95,8 4,2
6* Saya tidak memperhatikantanggal kadaluarsa yangtercantum pada sachet serbukoral
43 5 89,6 10,4
7 Saya akan tetap memperhatikaninformasi penggunaan yangtercantum pada sachet serbukoral meskipun sudah diberiinformasi obat.
29 19 60,4 39,6
8 Saya lebih memilih melarutkansachet serbuk oral sesuaipetunjuk kemasan
36 12 75,0 25,0
9* Walaupun serbuk oral didalamsachet sudah memadat saya akantetap menggunakannya karenabelum kadaluarsa.
45 3 93,7 6,2
10* Saya tidak perlu mengadukserbuk oral yang telah dicampurdengan air
46 2 95,8 4,2
Rata-rata 83,5 16,5*) Pernyataan yang termasuk jenis nonfavourable
93
Lampiran 10. Gambaran Karateristik Responden
A. Kajian Umur
KelompokUmur
JumlahResponden
%Responden
18-26 tahun 11 22,927-34 tahun 12 2535-42 tahun 6 12,543-50 tahun 11 22,951-58 tahun 6 12,559-66 tahun 1 2,167-74 tahun 0 075-82 tahun 1 2,1
B. Kajian Jenis Kelamin
JenisKelamin
JumlahResponden
%Responden
Pria 28 58,3Wanita 20 41,7
C. Kajian Tingkat Pendidikan
Tingkat PendidikanSD SLTP SLTA Diploma Sarjana
JumlahResponden
3 3 23 4 15
%Responden
6,2 6,2 47,9 8,3 31,2
94
D. Kajian Pekerjaan
Jenis pekerjaan JumlahResponden % Responden
Tidak bekerja /pensiunan
3 6,2
Ibu Rumah Tangga 10 20,8
Pegawai Negeri Sipil(PNS) dan POLRI
5 10,4
Wiraswasta 7 14,6
Swasta 18 37,5Pelajar / mahasiswa 5 10,4
E. Frekuensi Penggunaan Sediaan Sachet Serbuk Oral
Jumlah Responden % RespondenBaru pertama kali 1 2,1
Sudah berulang kali 47 97,9
F. Frekuensi Pembelian Obat oleh Responden di Apotek Pelengkap KF Dr.
Sardjito
Jumlah Responden % RespondenPertama kali membeli obat diLoket Apotek Kimia Farma
RSUP Dr. Sardjito
20 41,7
Sering membeli obat di loketApotek Kimia Farma RSUP
Dr. Sardjito
28 58,3
G. Pernah atau tidaknya Responden Berkonsultasi Obat di Apotek
Pelengkap KF Dr. Sardjito
Pernah atau tidaknya Jumlah Responden % Responden
Pernah 15 31,2
Tidak pernah 33 68,7
95
Lampiran 11. Daftar Sediaan Sachet Serbuk Oral yang ada di ApotekPelengkap KF Dr. Sardjito
No. Nama Obat Keterangan1. Biolife AHFC® Penggunaan 1 sachet, 3x1 hari2. Tyndallized lyophilisate, lactobacillus
acidophilus (Dialac®)2-4 sachet/hr. untuk anak, dapatdicampur dengan air minum atau susu.
3. L-omithine-L-aspartate (Hepa-Merz®) 1-2 sachet 3 x/hari4. Ca polystyrene sulfonate (Kalitake®) 3-4 kali pemberian untuk penggunaan 1
sachet5. Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium
longun, Streptococcus faecium (Lacto-B®)Anak <1 thn : 2 sachet/hrAnak 1-6 thn : 3 sachet/hr
6. Glycyrrhizinic acid, malic acid (Viusid®) 1 sachet tiap 8 jam (selain air boleh dicampur dengan susu, jus)
7. Oralit (Pharolit®) Penggunaan 1 sachet tiap minum (hanyamenggunakan air putih matang)
8. Oralit (generik) Penggunaan 1 sachet tiap minum (hanyamenggunakan air putih matang)
9. Azithromycin dehydrate (Zithromax SD®) Serbuk dicampur dengan 60 ml air dalamCup (tersedia)
10. Zn sulfate heptahydrate (Orezinc®) Gunakan 1 sachet dengan 30 ml air putihmatang
11. Lactobacillus casei , Lactobacillusrhamnosus (Protexin infant®)
Pemakaian 1 sachet bisa di campurdengan makanan, air putih matang danjus
12. Dioctahedral Smectite (Smecta®) Pemakaian 1 sachet dalam 50 ml airmatang atau ½ gelas air matang
13. D-ribose dan L-carnitine fumarate(Enercore®)
Penggunaan 1 sachet dilarutkan dalam200 ml air
14. Carica papaya extr , Curcuma domesticarhizoma extr , Psidium guajava extr(Dehaf®)
3-4 kali pemberian untuk penggunaan 1sachet
15. Psyllium hydrophilic mucilloid (Mulax®) Dewasa : ½ - 1 sachet (1-3x/hari);Anak 6 thn atau lebih : ¼ - ½ sachet
16. Malic acid, glucosamine HCl (Aviter®) penggunaan 1 sachet / hari
17. Protein(casein, arginine, glutamine),karbohidrat(dextrin dan fructose) dan nutrisilainnya (Neo-Mune®)
4-8 sachet/hr, pemberian lewat lewatfeeding tube
96
Lampiran 12. Daftar Sediaan Sachet Serbuk Oral Berdasarkan Kelas EfekFarmakologi
KelasFarmakologi
Sub KelasFarmakologi
Nama Obat Jumlah obat(kelas
farmakologi)
PersentaseKetersediaan
(%)
Sistem
Gastrointestinal
dan HepatobilierRegulator GIT,Antiflatulen dan
Antiinflamasi
Tyndallizedlyophilisate,Lactobacillusacidophilus(Dialac®)
7 41,2
Lactobacillus casei, Lactobacillusrhamnosus(Protexin infant®)
Antidiare
Lactobacillus
acidophilus,
Bifidobacterium
longun,
Streptococcus
faecium (Lacto-B®)
Dioctahedral
Smectite (Smecta®)
Zn sulfate
heptahydrate
(Orezinc®)
Laksatif;Pencahar
Psylliumhydrophilicmucilloid(Mulax®)
Kolagogum,Kolelitolitik danHepatoprotektor
L-omithine-L-aspartate (Hepa-Merz®)
SistemMuskuloskeletal
Obat lain yangBekerja pada
SistemMuskuloskeletal
Glycyrrhizinicacid, malic acid(Viusid®)
1 5,9
KelasFarmakologi
Sub KelasFarmakologi
Nama Obat Jumlah obat Persentase
97
(kelas
farmakologi)
Ketersediaan
(%)
Antiinfeksi(Sistemik) Makrolid
Azithromycindehydrate(Zithromax SD®)
1 5,9
Nutrisi
ProdukNutrisi/Enteral
Protein(casein,arginine,glutamine),karbohidrat(dextrindan fructose) dannutrisi lainnya(Neo-Mune®)
7 41,2
ElektrolitOralit (Generik)
Oralit (Pharolit®)
Suplemen danTerapi
Penunjang
Biolife AHFC®
D-ribose dan L-carnitine fumarate(Enercore®)Carica papayaextr , Curcumadomestica rhizomaextr , Psidiumguajava extr(Dehaf®)Malic acid,glucosamine HCl(Aviter®)
Antidotum danZat
Detoksifikasiuntuk Terapi
Ketergantungan
-Ca polystyrenesulfonate(Kalitake®)
1 5,9
98
BIOGRAFI PENULIS
Sartika Indriyani Salouw, dilahirkan di Kupang pada
tanggal 9 September 1989. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara pasangan Johanis Onisimus Salouw dan
Afliana Bertha Nange, SH. Perjalanan pendidikan penulis
diawali di Taman Kanak-kanak St.Laetitia-Larantuka (1993-
1995), SD Inpres Pohon Bao-Larantuka (1995-2001), SMP
Katolik Mater Inviolata-Larantuka (2001-2004), SMA Katolik Santo Yoseph-
Denpasar (2004-2007), kemudian melanjutkan studi sampai pada saat ini sebagai
mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma-Yogyakarta sejak tahun
2007. Selama menjalani pendidikan sebagai mahasiswa di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis pernah menjabat sebagai koordinator
Unit Kegiatan Fakultas (UKF) Tari modern.