evaluasi pemalsuan dedak padi dengan … · lain yang memiliki kualitas rendah dan harga murah...
TRANSCRIPT
EVALUASI PEMALSUAN DEDAK PADI DENGAN
PENAMBAHAN TEPUNG KULIT KACANG
TANAH MENGGUNAKAN UJI FISIK
ANITA ROSALINA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Pemalsuan
Dedak Padi dengan Penambahan Tepung Kulit Kacang Tanah Menggunakan Uji
Fisik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Anita Rosalina
NIM D24090056
ABSTRAK
ANITA ROSALINA. Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan Tepung
Kulit Kacang Tanah Menggunakan Uji Fisik. Dibimbing oleh MUHAMMAD
RIDLA dan AHMAD DAROBIN LUBIS.
Perbedaan sifat fisik dedak padi dipengaruhi oleh pemalsuan dengan bahan
lain yang memiliki kualitas rendah dan harga murah seperti tepung kulit kacang
tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan sifat fisik dedak
padi akibat penambahan tepung kulit kacang tanah. Penelitian ini menggunakan 15
kg dedak padi dan 2 kg tepung kulit kacang tanah. Rancangan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan.
Perlakuan pada penelitian ini yaitu P0 (100% dedak padi), P1 (95% dedak padi +
5% tepung kulit kacang tanah), P2 (90% dedak padi + 10% tepung kulit kacang
tanah), P3 (85% dedak padi + 15% tepung kulit kacang tanah) dan P4 (80% dedak
padi + 20% tepung kulit kacang tanah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan tepung kulit kacang tanah dengan tingkat yang semakin tinggi (0%,
5%, 10%, 15% dan 20%) berpengaruh sangat nyata (P<0.01) menurunkan berat
jenis (1.21 kg l-1
, 1.19 kg l-1
, 1.18 kg l-1
, 1.17 kg l-1
dan 1.16 kg l-1
), kerapatan
tumpukan (340.52 g l-1
, 332.96 g l-1
, 323.98 g l-1
, 316.46 g l-1
dan 308.01 g l-1
),
kerapatan pemadatan tumpukan (525.40 g l-1
, 514.58 g l-1
, 498.35 g l-1
, 487.02 g l-1
dan 473.94 g l-1
) dan sudut tumpukan (41.60o, 41.12
o, 40.69
o, 40.40
o dan 39.91
o).
Kerapatan tumpukan memiliki nilai korelasi yang paling tinggi (r = 99.69%)
dibandingkan dengan sifat fisik yang lain.
Kata kunci: dedak padi, pemalsuan, sifat fisik, tepung kulit kacang tanah
ABSTRACT
ANITA ROSALINA. Evaluation Forgery Rice Bran with the Addition Peanut Hull
Flour Using Physical Test. Supervised by MUHAMMAD RIDLA and AHMAD
DAROBIN LUBIS.
The objective of this research was to evaluate the physical properties of
forgery rice bran with the addition peanut hull flour levels. This research was
designed by Completely Randomize Design with 5 treatments i.e P0 (100% rice
bran), P1 (95% rice bran + 5% peanut hull flour), P2 (90% rice bran + 10% peanut
hull flour), P3 (85% rice bran + 15% peanut hull flour) and P4 (80% rice bran +
20% peanut hull flour) and 3 replications. Data were analyzed by the analysis of
variance (ANOVA) and any significant results were futher analyzed by contrast
orthogonal test. The addition of peanut hull flour 0%, 5%, 10%, 15% and 20% on
treatment showed a significant influence (P<0.01) in a decrease specific gravity
(1.21 kg l-1
, 1.19 kg l-1
, 1.18 kg l-1
, 1.17 kg l-1
and 1.16 kg l-1
), bulk density (340.52
g l-1
, 332.96 g l-1
, 323.98 g l-1
, 316.46 g l-1
and 308.01 g l-1
), compacted bulk
density (525.40 g l-1
, 514.58 g l-1
, 498.35 g l-1
, 487.02 g l-1
and 473.94 g l-1
), and
angle of repose (41.60o, 41.12
o, 40.69
o, 40.40
o and 39.91
o). The bulk density has
the highest correlation value (r = 99.69%) compared the other physical properties.
Keywords : forgery, peanut hull flour, physical property, rice bran
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
ANITA ROSALINA
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
EVALUASI PEMALSUAN DEDAK PADI DENGAN
PENAMBAHAN TEPUNG KULIT KACANG
TANAH MENGGUNAKAN UJI FISIK
Judul Skripsi : Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan Tepung Kulit
Kacang Tanah Menggunakan Uji Fisik
Nama : Anita Rosalina
NIM : D24090056
Disetujui oleh
Dr Ir Muhammad Ridla, MAgr
Pembimbing I
Dr Ir Ahmad Darobin Lubis, MSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan Tepung Kulit Kacang Tanah Menggunakan Uji Fisik.
Nama : Anita Rosalina NIM : D24090056
Disetujui oleh
---\\ ~ Dr Ir Muhammad Ridla, MAgr Dr Ir Ahmad Darobin Lubis, MSc
Pembimbing I Pembimbing II
ca Dewi MHK MSi
Tanggal Lulus: '04 FEB 201 ~
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul “Evaluasi Pemalsuan Dedak Padi dengan Penambahan Kulit
Kacang Tanah Menggunakan Uji Fisik” berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan penulis bulan Juli hingga Agustus 2013 di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan dan Laboratorium Industri Pakan Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan sifat fisik dedak padi
akibat penambahan tepung kulit kacang tanah. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, namun
demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Bogor, Februari 2014
Anita Rosalina
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1 METODE 2
Bahan 2 Alat 3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3 Prosedur Penelitian 3
Perlakuan Penelitian 3
Analisis Kadar Air 3
Analisis Kadar Abu 3
Analisis Kadar Protein Kasar 3
Analisis Kadar Lemak Kasar 4
Analisis Kadar Serat Kasar 4
Rancangan Analisis Data 5
Rancangan Percobaan 5
Perlakuan 5
Peubah yang Diamati 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Keadaan Awal Bahan 6
Dedak Padi 6
Tepung Kulit Kacang Tanah 8
Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Dedak Padi 8
Ukuran Partikel 9
Berat Jenis 10
Kerapatan Tumpukan 11
Kerapatan Pemadatan Tumpukan 13
Sudut Tumpukan 14
SIMPULAN DAN SARAN 16 Simpulan 16
Saran 16 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN 18
RIWAYAT HIDUP 20
UCAPAN TERIMA KASIH 20
DAFTAR TABEL
1 Kandungan zat makanan dedak padi dan kulit kacang tanah 2
2 Spesifikasi persyaratan mutu dedak padi 6
3 Sifat fisik dedak padi dan tepung kulit kacang tanah 7
4 Sifat fisik beberapa dedak padi lokal 7
5 Rataan sifat fisik dedak padi dengan perlakuan berbeda 8
DAFTAR GAMBAR
1 Penampakan fisik dedak padi dan tepung kulit kacang tanah 2
2 Ukuran partikel dedak padi perlakuan 9
3 Berat jenis dedak padi perlakuan 10
4 Kerapatan tumpukan dedak padi perlakuan 11
5 Hubungan kerapatan tumpukan dengan kerapatan pemadatan tumpukan
dedak padi perlakuan 12
6 Hubungan kerapatan tumpukan dengan berat jenis dedak padi perlakuan 13
7 Kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi perlakuan 13
8 Hubungan kerapatan pemadatan tumpukan dengan berat jenis dedak
padi perlakuan 14
9 Sudut tumpukan dedak padi perlakuan 15
10 Hubungan sudut tumpukan dengan berat jenis dedak padi perlakuan 15
11 Hubungan sudut tumpukan dengan kerapatan tumpukan dedak padi
perlakuan 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 ANOVA uji kontras ortogonal perlakuan terhadap ukuran partikel 18
2 ANOVA uji kontras ortogonal perlakuan terhadap berat jenis 18
3 ANOVA uji kontras ortogonal perlakuan terhadap kerapatan tumpukan 19
4 ANOVA uji kontras ortogonal perlakuan terhadap kerapatan pemadatan
tumpukan 19
5 ANOVA uji kontras ortogonal perlakuan terhadap sudut tumpukan 19
PENDAHULUAN
Pakan mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha peternakan,
karena pakan sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan
produktivitas ternak (Kepmentan 2003). Kebutuhan pakan di Indonesia tahun
2013 diprediksi meningkat 13% dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi
15.5 juta ton. Meningkatnya permintaan pakan ternak unggas dipicu oleh naiknya
konsumsi daging ayam yang diperkirakan tumbuh sebesar 8% yaitu menjadi 8
kg/kapita/tahun (Dewi 2013). Oleh karena itu, peningkatan ini harus diikuti
dengan kecukupan produksi bahan baku pakan. Selain bahan baku yang harus
terpenuhi, kualitas bahan baku tersebut juga harus diperhatikan karena bahan baku
pakan memiliki kandungan nutrien dan sifat yang berbeda.
Bahan pakan sumber energi seperti dedak padi dibutuhkan industri unggas
dalam jumlah besar dan memerlukan pengujian ekstra karena kandungan bahan
tersebut sangat bervariasi. Dedak padi merupakan hasil samping yang diperoleh
dari penggilingan gabah menjadi beras. Dedak padi adalah hasil ikutan
pengolahan padi menjadi beras terutama terdiri dari lapisan kulit ari (SNI 2001).
BPS (2011) melaporkan bahwa produksi padi di Indonesia mencapai 65.76 juta
ton/tahun. Produksi dedak padi halus menurut Rachmat et al. (2004) sebesar 8%-
10% dari produksi padi (gabah kering giling) sehingga produksi dedak padi di
Indonesia dapat mencapai 6.6 juta ton/tahun. Penggunaan dedak padi dalam
ransum ayam dewasa menurut Leeson and Summers (2005) sebesar 25% sehingga
kebutuhan dedak padi untuk pakan ayam sebesar 25% x 15.5 juta ton = 3.88 juta
ton. Hasil ini menunjukkan bahwa produksi dedak padi lokal telah mencukupi
kebutuhan pakan ayam. Namun, ketersediaan dedak padi di lapang bergantung
pada musim (Maulana 2007). Harga dedak padi yang mahal saat produksi dedak
padi menurun menyebabkan pemalsuan dedak padi terjadi cukup tinggi dengan
cara mencampurkan dedak padi dengan bahan lain yang memiliki karakteristik
fisik hampir sama dengan bahan baku asli yang akan dipalsukan. Selain itu, bahan
pemalsu memiliki kualitas nutrien rendah dan harga murah sehingga pemalsuan
tidak hanya merubah komposisi kimia tetapi juga menurunkan nilai nutrien dalam
pakan (Ahsani 2006).
Pengaruh kualitas dedak padi yang rendah setelah dipalsukan menjadi
perhatian utama untuk industri pakan dan pengawas mutu pakan. Dampak negatif
pemalsuan dedak padi terhadap performa ternak adalah meningkatnya kandungan
serat kasar dan lignin pada dedak padi yang bersifat antinutrisi dan tekstur yang
kasar akan merusak pencernaan ternak (Maulana 2007). Selain itu, kualitas dedak
padi baik secara fisik maupun nutrisi menurun. Salah satu bahan yang digunakan
sebagai bahan pemalsu dedak padi adalah tepung kulit kacang tanah karena
tepung kulit kacang tanah memiliki kenampakan warna yang sama dengan dedak
padi yaitu warna coklat. Kulit kacang tanah merupakan 20% sampai 30% dari
bagian kacang tanah dan digunakan sebagai litter kandang unggas dan sebagai
bahan pakan untuk ruminansia. Komposisi kimia kulit kacang tanah adalah bahan
kering 90.5%, protein kasar 8.4%, lemak kasar 1.8%, serat kasar 63.5%, abu 3.6%,
ADF 68.3%, NDF 77.2% dan lignin 29.9% (Murni et al. 2008).
Pengujian bahan baku pakan yang sering digunakan adalah uji fisik secara
organoleptik, analisis kimia dan pengamatan biologi. Analisis kimia dan
2
pengamatan biologi adalah pengujian yang berlangsung lama dan membutuhkan
biaya yang tinggi sedangkan organoleptik berlangsung cepat (rapid test) dan lebih
murah. Uji organoleptik meliputi pemeriksaan warna, bau, tekstur, adanya benda
asing dan jamur pada bahan. Uji fisik ini dilakukan berdasarkan pengalaman,
pengamatan, dilakukan secara visual dan belum memiliki standar yang baku serta
kurang akurat (Ahsani 2006). Kelemahan uji organoleptik yaitu sering terjadi
kekeliruan karena bersifat subjektif dan belum dapat mendeteksi adanya
pemalsuan bahan pakan (Latief 2006). Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan uji fisik sebagai metode alternatif yang lebih murah, cepat dan
hasilnya dapat mengetahui adanya pemalsuan dedak padi.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi perubahan sifat fisik dedak padi
akibat penambahan tepung kulit kacang tanah.
METODE
Bahan
Penelitian ini menggunakan 15 kg dedak padi dan 2 kg tepung kulit kacang
tanah. Dedak padi berasal dari tempat penggilingan padi Desa Cilubang Tonggoh
Kabupaten Bogor dan kulit kacang tanah didapat dari Pasar Induk Jambu Dua
Kota Bogor. Penampakan fisik dedak padi dan tepung kulit kacang tanah disajikan
pada Gambar 1.
Tabel 1 Kandungan zat makanan dedak padi dan kulit kacang tanah
Kandungan Nutrien Dedak padi1)
Kulit kacang tanah2)
Kadar Air (%BK) 9.87 7.86
Protein Kasar (%BK) 10.50 8.34
Serat Kasar (%BK) 15.38 72.49
Lemak Kasar (%BK) 21.98 0.46
Kadar Abu (%BK) 11.20 4.27
BETN (%BK) 40.94 14.44 1)
Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2013), 2)
Hasil analisis Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, IPB (2013), %BK: 100% Bahan Kering, BETN: Bahan
Ekstrak Tanpa Nitrogen
Gambar 1 Penampakan fisik dedak padi (kiri) dan tepung kulit
kacang tanah (kanan)
3
Alat
Proses penggilingan kulit kacang tanah menggunakan mesin giling Semi
Fixed Hammer Mill. Alat yang digunakan untuk mencampur dedak padi dan kulit
kacang terdiri dari timbangan digital (tipe SCA-301), kantong plastik 5 kg dan
terpal. Pengukuran sifat fisik dedak padi menggunakan timbangan analitik (Scot
Pro OHAUS), gelas piala, gelas ukur 500 ml, pengaduk, kuas, corong, penggaris,
alat pengukur sudut tumpukan dan vibrator ball mill.
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan
Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan selama 1
bulan dari bulan Juli 2013 sampai Agustus 2013.
Prosedur Penelitian
Perlakuan Penelitian
Kulit kacang tanah dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kering udara,
setelah itu di oven dengan suhu 60 oC. Kulit kacang tanah yang telah dikeringkan
selanjutnya digiling menggunakan mesin giling. Kulit kacang tanah setelah halus
menyerupai dedak padi dicampur dengan dedak sesuai dengan perlakuan yaitu 0%,
5%, 10%, 15% dan 20%. Dedak padi dan tepung kulit kacang tanah yang sudah
dicampur selanjutnya diambil sampel untuk dianalisis proksimat, ukuran partikel,
berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan sudut
tumpukan.
Analisis Kadar Air
Bahan diletakkan di dalam cawan porselin sebanyak 5 g sebelum
dimasukkan ke dalam oven 105 oC selama 5−8 jam atau hingga beratnya konstan.
Setelah itu, cawan diletakkan pada desikator selama 30 menit dan dibiarkan
sampai dingin kemudian ditimbang kembali. Kadar air dinyatakan dalam satuan
persen (%) bahan kering dengan menggunakan persamaan AOAC (2005):
adar air erat awal erat akhir g
erat awal g x
Analisis Kadar Abu
Sampel ditimbang sebanyak 5 g dimasukan ke dalam cawan pengabuan dan
dipijarkan di atas nyala api bunsen hingga tidak berasap lagi. Setelah itu
dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 600 °C. Setelah pengabuan sempurna,
kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Kadar abu dapat
dihitung berdasarkan persamaan AOAC (2005) :
adar abu ( ) erat awal erat akhir g
erat awal g x
Analisis Kadar Protein Kasar
Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap
yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Sampel ditimbang sebanyak 0.25 g kemudian
4
dimasukkan ke dalam labu Kjeldhal 100 ml, ditambahkan 0.25 g selenium dan 3
ml H2SO4 pekat. Sampel didestruksi pada suhu 410 oC sampai larutan jernih lalu
didinginkan. Setelah dingin, larutan ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH
40% kemudian dilakukan proses destilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu
Erlenmeyer 125 ml yang berisi campuran 10 ml asam borat (H3BO3) 2% dan 2
tetes indikator bromcherol green-methyl red yang berwarna merah muda. Setelah
volume destilat mencapai 200 ml maka proses destilasi dihentikan, lalu destilat
ditirasi dengan HCl 0.1 N sampai terjadi perubahan warna merah muda. Volume
titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh tanpa sampel.
Protein kasar dihitung menggunakan persamaan AOAC (2005):
adar protein kasar ml l ml blanko x l x x
erat sampel g x x
Analisis Kadar Lemak Kasar
Sampel seberat 5 g dimasukkan ke dalam kertas saring dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian sampel yang telah dibungkus
dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya dan
disambungkan dengan tabung soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam
ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak. Tabung
ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet, lalu dipanaskan pada suhu 40 ºC
dengan menggunakan pemanas listrik selama 16 jam. Pelarut lemak yang ada
dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat
destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan
sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan
dalam oven pada suhu 105 oC, setelah itu labu didinginkan dalam desikator
sampai beratnya konstan. Kadar lemak dalam bahan dapat dihitung dengan
persamaan AOAC (2005):
adar lemak
x
Keterangan:
W1 = Berat sampel (g)
W2 = Berat labu lemak kosong (g)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (g)
Analisis Kadar Serat Kasar
Sampel ditimbang sebanyak 0.5 g (X) dan dimasukan 50 ml H2SO4 0.3 N
dimasukkan dalam gelas piala 500 ml kemudian dipanaskan selama 30 menit (dari
mendidih). Setelah itu ditambahkan 25 ml NaOH 1.5 N dan dididihkan kembali
selama 30 menit. Cairan disaring dengan kertas saring (A) menggunakan corong
Buchner dan dibilas dengan 50 ml air panas sebanyak 3 kali hingga netral, dicuci
dengan 50 ml H2SO4, kemudian bilas kembali dengan 50 ml air panas hingga
netral dan disiram 25 ml aceton. Keringkan kertas saring dan isinya dengan cara
dipanaskan dalam oven pada suhu 105 °C, lalu angkat dan dinginkan dalam
eksikator kemudian ditimbang (Y), setelah itu dipijarkan dalam tanur sampai putih
dan didinginkan kembali serta ditimbang (Z). Perhitungan kadar serat kasar
menggunaan persamaan :
adar serat kasar ( ) ( )
x
5
Rancangan Analisis Data
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan
penelitian ini menggunakan 5 perlakuan penambahan tepung kulit kacang tanah
dengan 3 ulangan. Model matematik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
ij μ + τi + εij
Keterangan:
Yij = Perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Error (galat) perlakuan ke-i ulangan ke-j
Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (ANOVA), jika data yang
diperoleh berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Kontras Ortogonal (Steel
dan Torrie 1995) sehingga terlihat perbedaan antara level perlakuan.
Perlakuan
P0 = Campuran 100% dedak padi dengan 0% tepung kulit kacang tanah
P1 = Campuran 95% dedak padi dengan 5% tepung kulit kacang tanah
P2 = Campuran 90% dedak padi dengan 10% tepung kulit kacang tanah
P3 = Campuran 85% dedak padi dengan 15% tepung kulit kacang tanah
P4 = Campuran 80% dedak padi dengan 20% tepung kulit kacang tanah
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :
Ukuran partikel (mm), sekitar 500 g dari masing-masing sampel yang
telah ditimbang dimasukkan ke sieve yang paling atas dan getarkan dari satu sisi
ke sisi lainnya selama 10 menit, kemudian ditimbang sisa bahan yang tertinggal
pada tiap sieve. Modulus of Fineness (MF atau tingkat kehalusan adalah
pengukuran kekasaran atau kehalusan agregat tertentu dengan menggunakan
rumus berdasarkan Henderson dan Perry (1981):
bahan tiap sh x o erjanjian
Rataan ukuran partikel (D) = (4.1 x 10-3
) x 2MF
x 2.54 x 10
Berat jenis, sampel sebanyak 50 g dimasukkan ke dalam gelas ukur 500 ml
yang berisi 200 ml air kemudian dilakukan pengadukan untuk mempercepat
penghilangan ruang udara antar partikel bahan. Satuan telah dimodifikasi dari kg
m-3
menjadi kg l-1
. Berat jenis dihitung dengan rumus berdasarkan Khalil (1999a):
erat jenis erat bahan kg
erubahan volume akuades l
Kerapatan tumpukan diukur dengan cara mencurahkan sampel sebanyak
100 g ke dalam gelas ukur kemudian sampel dalam gelas ukur tersebut dilihat
ketinggiannya berdasarkan volume yang tertera pada gelas ukur. Berdasarkan
6
metode Khalil (1999a), satuan telah dimodifikasi dari kg m-3
menjadi g l-1
.
Kerapatan tumpukan dihitung dengan rumus:
erapatan tumpukan erat bahan g
olume ruang l
Kerapatan pemadatan tumpukan, ditentukan dengan cara yang sama
seperti kerapatan tumpukan tetap volume sampel dibaca setelah dilakukan proses
pemadatan dengan cara menggoyang-goyangkan gelas ukur sampai volume tidak
berubah lagi. Satuan telah dimodifikasi dari kg m-3
menjadi g l-1
. Kerapatan
pemadatan tumpukan dihitung dengan rumus berdasarkan Khalil (1999a):
erapatan pemadatan tumpukan erat bahan g
olume setelah pemadatan l
Sudut tumpukan (o), sampel dijatuhkan pada ketinggian 32.5 cm melalui
corong yang dipasang pada kaki tiga sampai sampel jatuh pada bidang datar yang
beralaskan papan. Sudut tumpukan bahan ditentukan dengan mengukur diameter
dasar (d) dan tinggi tumpukan (t). Besar sudut tumpukan dihitung dengan rumus:
udut tumpukan rc tan t d- )
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Awal Bahan
Dedak Padi
Dedak padi yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari penggilingan
padi di Desa Cilubang Tonggoh, Kabupaten Bogor. Mesin penggiling padi yang
digunakan adalah mesin tipe ICHI N 70 dengan kapasitas giling 5 ton/hari.
Penampakan fisik dedak padi yang diamati adalah warna, tekstur dan bau. Dedak
padi penelitian berwarna coklat muda, bertekstur halus dan menggumpal setelah
digenggam serta berbau khas seperti bau gabah. Dedak padi yang baik partikelnya
halus dan rata, menggumpal, baunya segar, tidak tengik dan tidak terkontaminasi
serangga (Kushartono 2000). Tabel 1 dan 2 menunjukkan kandungan zat makanan
dan sifat fisik dedak padi dan tepung kulit kacang tanah.
Tabel 2 Spesifikasi persyaratan mutu dedak padi
Kandungan Nutrien Mutu I Mutu II Mutu III
Kadar Air (%) maksimum 12 12 12
Protein Kasar (%) minimum 12 10 8
Serat Kasar (%) maksimum 11 14 16
Lemak Kasar (%) maksimum 15 20 20
Kadar Abu (%) maksimum 11 13 15
Sumber : SNI (2001)
Selain penampakan fisik, dedak padi juga diuji secara kimia di laboratorium
untuk dianalisis kandungan nutrien dedak padi tersebut. Hasil analisis
menunjukkan kandungan nutrien dedak padi penelitian adalah 9.87% kadar air,
7
10.50% protein kasar, 15.38% serat kasar dan 21.98% lemak kasar (Tabel 1).
Berdasarkan SNI (2001), dedak padi yang digunakan termasuk kedalam mutu II
seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 3 Sifat fisik dedak padi dan tepung kulit kacang tanah
Sifat Fisik Dedak padi Tepung kulit kacang
tanah
Ukuran Partikel (mm) 1.19 1.41
Berat Jenis (kg l-1
) 1.21 0.96
Kerapatan Tumpukan (g l-1
) 340.52 172.04
Kerapatan Pemadatan Tumpukan (g l-1
) 525.40 267.86
Sudut Tumpukan (o) 41.60 39.19
Sifat fisik dedak padi yang diukur adalah ukuran partikel, berat jenis,
kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan sudut tumpukan
ditunjukkan pada Tabel 3 sedangkan pustaka sifat fisik beberapa dedak padi lokal
dapat dilihat padi Tabel 4.
Tabel 4. Sifat fisik beberapa dedak padi lokal
Sifat Fisik Dedak padi1)
Dedak padi 2)
Dedak padi 3)
Ukuran partikel (mm) 0.68 Tidak di ukur 2.21-3.22
Berat jenis (kg l-1
) 1.11 1.01-1.11 1.15-1.29
Kerapatan tumpukan (g l-1
) 319.19 270.00-362.50 238.70-273.65
Kerapatan pemadatan tumpukan
(g l-1
) 367.06 425.00-557.50 300.01-345.47
Sudut tumpukan (o) 31.99 43.87-45.47 34.11-42.92
Sumber: 1)
Maulana (2007), 2)
Irawan (2006), 3)
Aryono (2008)
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa ukuran partikel dedak padi
penelitian yaitu sebesar 1.19 mm lebih tinggi dibandingkan dengan dedak padi
menurut Maulana (2007) dan lebih rendah dibandingkan Aryono (2008). Berat
jenis dedak padi penelitian yaitu sebesar 1.21 kg l-1
sedikit lebih tinggi menurut
Maulana (2007) dan Irawan (2006) serta termasuk kedalam dedak padi menurut
Aryono (2008). Nilai kerapatan tumpukan (bulk density) dedak padi penelitian
yaitu sebesar 340.52 g l-1
lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa pustaka
dedak padi lokal menurut Maulana (2007), Irawan (2006) dan Aryono (2008).
Dedak padi penelitian memiliki nilai kerapatan pemadatan tumpukan sebesar
525.40 g l-1
lebih tinggi dibandingkan dengan dedak padi Maulana (2007) dan
Aryono (2008). Kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi penelitian termasuk
kedalam kisaran dedak padi Irawan (2006). Sudut tumpukan dedak padi penelitian
yaitu sebesar 41.60o lebih tinggi dibandingkan dengan sudut tumpukan menurut
Maulana (2007) dan lebih rendah dibandingkan Irawan (2006). Sudut tumpukan
dedak padi penelitian termasuk kedalam kisaran dedak padi Aryono (2008). Hasil
uji sifat fisik menunjukkan bahwa sifat fisik dedak padi penelitian yaitu ukuran
partikel, berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan
sudut tumpukan telah memenuhi beberapa pustaka dedak padi lokal. Kualitas
dedak padi lokal dari beberapa pustaka memiliki nilai sifat fisik yang bervariasi
karena kualitas dedak padi lokal dipengaruhi oleh jenis mesin penggiling padi
8
yang digunakan (Simanjuntak 1999) dan belum adanya standar yang jelas tentang
dedak padi lokal.
Tepung Kulit Kacang Tanah
Kulit kacang tanah digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Pasar Induk
Jambu dua, Kota Bogor. Kulit kacang tanah digunakan sebagai bahan pemalsu
dedak padi. Sebelum dicampur dengan dedak padi, kulit kacang tanah digiling
terlebih dahulu untuk menyamakan ukuran partikel dengan dedak padi. Syarief
dan Nugroho (1992) menyatakan bahwa pengecilan ukuran partikel bertujuan
untuk memperoleh butiran yang lebih seragam baik ukuran maupun bentuknya.
Penampakan fisik tepung kulit kacang tanah seperti warna memiliki kesamaan
dengan dedak padi yaitu berwarna coklat. Namun, tekstur tepung kulit kacang
tanah lebih kasar dan mudah terpisah setelah digenggam. Kandungan nutrien kulit
kacang tanah adalah 7.29% kadar air, 7.73% protein kasar, 67.21% serat kasar,
dan 0.43% lemak kasar (Tabel 1). Murni et al. (2008) menyatakan komposisi
kimia kulit kacang tanah adalah bahan kering 90.5%, protein kasar 8.4%, lemak
kasar 1.8%, serat kasar 63.5%, abu 3.6%, ADF 68.3%, NDF 77.2% dan lignin
29.9%. Hasil pengukuran sifat fisik tepung kulit kacang tanah yang terdiri atas
ukuran partikel, berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan,
dan sudut tumpukan masing-masing sebesar 1.41 mm, 0.96 kg l-1
, 172.04 g l-1
,
267.86 g l-1
, dan 39.19o. Pustaka yang melaporkan sifat fisik tepung kulit kacang
tanah belum ditemukan.
Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Dedak Padi
Rataan sifat fisik seperti ukuran partikel, berat jenis, kerapatan tumpukan,
kerapatan pemadatan tumpukan, dan sudut tumpukan dedak padi dengan tingkat
penambahan 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% tepung kulit kacang tanah (Tabel 5).
Tabel 5 Rataan sifat fisik dedak padi dengan perlakuan berbeda
Peubah Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
KA (%) 9.55±0.40 9.50±0.09 9.27±0.09 9.13±0.04 8.83±0.22
UP (mm) 1.19±0.01D 1.20±0.00C 1.21±0.00C 1.22±0.00B 1.24±0.01A
BJ (kg l-1
) 1.21±0.01A 1.19±0.00B 1.19±0.01C 1.17±0.00D 1.16±0.00E
KT (g l-1
) 340.52±0.67A 332.96±0.64B 323.98±1.21C 316.46±1.73D 308.01±0.55E
KPT (g l-1
) 525.40±1.59A 514.58±1.53B 498.35±2.86C 487.02±1.37D 473.94±2.25E
ST (o) 41.60±0.44A 41.12±0.03B 40.69±0.05C 40.40±0.04D 39.91±0.17E
P0: 100% dedak padi + 0% tepung kulit kacang tanah, P1: 95% dedak padi + 5% tepung kulit
kacang tanah, P2: 90% dedak padi + 10% tepung kulit kacang tanah, P3: 85% dedak padi + 15%
tepung kulit kacang tanah, P4: 80% dedak padi + 20% tepung kulit kacang tanah, KA: kadar air,
UP: ukuran partikel, BJ: berat jenis, KT: kerapatan tumpukan, KPT: kerapatan pemadatan
tumpukan, ST: sudut tumpukan. Angka-angka yang diikuti oleh huruf besar yang berbeda pada
baris yang sama berbeda sangat nyata pada taraf uji 1% (Uji Kontras Ortogonal).
9
Ukuran Partikel
Penggunaan dua jenis bahan pada perlakuan menunjukkan bahwa ukuran
partikel dedak padi sedikit lebih halus dibandingkan ukuran partikel tepung kulit
kacang tanah, sehingga secara fisik dapat terlihat bahwa dedak padi yang
dipalsukan dengan persentase penambahan tepung kulit kacang tanah yang
semakin tinggi memiliki tekstur yang semakin kasar. Ukuran partikel dedak padi
dan tepung kulit kacang tanah diharapkan sama pada penelitian ini sehingga
pemalsuan dedak padi tidak mempengaruhi ukuran partikel dedak padi perlakuan.
Rataan ukuran partikel dedak padi yang ditambah tepung kulit kacang tanah
dengan tingkat yang berbeda (0%, 5%, 10%, 15% dan 20%) berkisar dari 1.19
mm sampai 1.24 mm disajikan pada Tabel 5. Perlakuan tingkat tepung kulit
kacang tanah berpengaruh sangat besar (P<0.01) meningkatkan ukuran partikel
dedak padi. Dedak padi yang ditambah 20% tepung kulit kacang tanah (1.24 mm)
memiliki ukuran partikel yang paling besar dibandingkan masing-masing tingkat
penambahan tepung kulit kacang tanah (0%, 5%, 10%, dan 15%) sebesar 1.19 mm,
1.20 mm, 1.21 mm, dan 1.22 mm. Henderson dan Perry (1981) menyatakan
bahwa ukuran partikel dedak padi perlakuan termasuk kategori sedang yaitu
berkisar 0.78-1.79 mm. Peningkatan ukuran partikel dedak padi perlakuan
diperlihatkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Ukuran partikel dedak padi perlakuan
Ukuran dedak padi ditentukan oleh proses penyosohan beras dan proses
husking. Widowati (2001) menyatakan dedak padi hasil penyosohan pertama
ukurannya relatif sama dan masih tercampur dengan sekam, sedangkan dedak padi
hasil penyosohan kedua mempunyai ukuran yang lebih halus. Patiwiri (2006)
menambahkan untuk menghasilkan beras pecah kulit secara sempurna dan untuk
mencegah sekam masuk dalam proses penyosohan, proses husking harus
dilakukan beberapa kali karena selama husking atau proses pemecahan kulit masih
ada sebagaian kecil gabah yang belum terkupas.
Ukuran partikel dibutuhkan oleh ternak tergantung pada umur, jenis dan
ukuran tubuh ternak. Ternak muda dan kecil seperti ikan dan ayam membutuhkan
1.17
1.18
1.19
1.20
1.21
1.22
1.23
1.24
1.25
1.26
0 5 10 15 20
Ukura
n p
arti
kel
(m
m)
Tepung kulit kacang tanah (%)
y = 1.189 + 0.003x
R² = 0.908
r = 95.27%
10
ransum dengan ukuran partikel yang halus sedangkan untuk ternak besar seperti
domba dan sapi mengonsumsi ransum dengan ukuran partikel yang kasar. Tujuan
pengecilan ukuran partikel pada pakan unggas untuk memudahkan konsumsi dan
meningkatkan kecernaan pakan sedangkan perbesaran partikel pada pakan
ruminansia untuk memperkecil penyusutan pakan, menghindari pemilihan pakan,
dan meningkatkan efisiensi penanganan pakan (Ensminger et al. 1990).
Berat Jenis
Berat jenis kedua bahan pada penelitian ini memiliki perbedaan yang cukup
besar yaitu dedak padi dan tepung kulit kacang tanah masing-masing sebesar 1.21
kg l-1
dan 0.96 kg l-1
yang ditunjukkan pada Tabel 3. Rendahnya berat jenis
tepung kulit kacang tanah menunjukkan bahwa tepung kulit kacang tanah
memiliki sifat amba / bulky. Hal ini didukung oleh Khalil (1999a) dan Gauthama
(1998) yang menyatakan bahwa berat jenis merupakan indikator dalam
menentukan sifat bulky suatu bahan dan faktor penentu kerapatan tumpukan.
Campuran antara dedak padi dan tepung kulit kacang tanah akan mengubah
karakteristik permukaan dedak padi menjadi tidak kompak atau mudah terpisah
sehingga menghasilkan nilai berat jenis yang lebih rendah. Khalil (1999a)
menyatakan bahwa pakan yang terdiri atas partikel yang berat jenisnya berbeda
cukup besar maka campuran bahan tersebut tidak stabil dan cenderung mudah
terpisah kembali.
Gambar 3 Berat jenis dedak padi perlakuan
Rataan berat jenis dedak dengan penambahan 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%
tepung kulit kacang tanah yaitu masing-masing sebesar 1.21 kg l-1
, 1.19 kg l-1
,
1.18 kg l-1
, 1.17 kg l-1
dan 1.16 kg l-1
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.
Tingkat penambahan tepung kulit kacang tanah (0%, 5%, 10%, 15% dan 20%)
berpengaruh sangat nyata (P<0.01) menurunkan berat jenis dedak padi. Hasil ini
menunjukkan sudah terlihat adanya perbedaan berat jenis dedak padi pada
penambahan 5% tepung kulit kacang tanah dengan dedak padi tanpa tepung kulit
1.15
1.16
1.17
1.18
1.19
1.2
1.21
1.22
0 5 10 15 20
Ber
at j
enis
(k
g l
-1)
Tepung kulit kacang tanah (%)
y = 1.206 - 0.002x
R² = 0.946
r = 97.28%
11
kacang tanah dan berat jenis dedak padi tersebut dibawah rataan berat jenis
menurut Aryono (2008) yaitu sebesar 1.21 kg l-1
. Penurunan berat jenis dedak
padi dapat dilihat pada Gambar 3. Khalil (1999a) menyatakan bahwa pengecilan
ukuran partikel dan kadar air tidak berpengaruh nyata terhadap pengukuran berat
jenis dari berbagai kelompok bahan pakan sumber energi, sumber hijauan, sumber
protein nabati dan hewani serta bahan pakan mineral.
Kerapatan Tumpukan
Nilai kerapatan tumpukan dedak padi sebesar 340.52 g l-1
lebih tinggi
daripada tepung kulit kacang tanah yaitu sebesar 172.04 g l-1
. Toharmat et al.
(2006) menyatakan bahwa sifat kerapatan bahan banyak terkait dengan kadar serat
kasar dalam bahan, semakin tinggi kadar serat maka semakin rendah kerapatannya
atau bahan tersebut semakin amba. Hal ini sesuai dengan kandungan serat kasar
tepung kulit kacang tanah yang lebih tinggi dan lebih amba dibandingkan dengan
dedak padi. Qomariyah (2004) juga menambahkan bahwa kerapatan tumpukan ini
dapat mengetahui sifat bulky / amba, mendeteksi pemalsuan serta menggambarkan
tingkat konsumsi pakan yaitu semakin tinggi keambaan bahan bakan maka
konsumsi semakin terbatas.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tingkat penambahan tepung kulit
kacang tanah 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% sangat nyata (P<0.01) menurunkan
kerapatan tumpukan dedak padi. Rataan kerapatan tumpukan dedak padi dengan
tingkat tepung kulit kacang tanah 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% yaitu masing-
masing sebesar 340.52 g l-1
, 332.96 g l-1
, 323.98 g l-1
, 316.46 g l-1
dan 308.01 g l-1
.
Adanya pemalusan dedak padi sudah dapat ditunjukkan pada penambahan 5%
tepung kulit kacang tanah karena nilai kerapatan tumpukan dedak padi perlakuan
lebih rendah dibandingkan Suci dan Hermana (2012) yang menyatakan bahwa
dedak padi yang baik memiliki nilai bulk density sebesar 417 g l-1
. Grafik
penurunan kerapatan tumpukan dedak padi diperlihatkan pada Gambar 4.
Gambar 4 Kerapatan tumpukan dedak padi perlakuan
305
310
315
320
325
330
335
340
345
0 5 10 15 20
Ker
apat
an t
um
pukan
(g
l-1
)
Tepung kulit kacang tanah (%)
y = 340.690 - 1.631x
R² = 0.994
r = 99.69%
12
Kerapatan tumpukan berpengaruh terhadap daya campur dan ketelitian
penakaran otomatis. Sifat ini juga memegang peranan penting dalam
memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan suatu bahan dengan berat jenis
tertentu seperti pada pengisian alat pencampur, elavator dan silo (Qomariyah
2004). Ruttloff (1981) menyatakan bahwa pencampuran bahan ransum dengan
ukuran partikel yang sama tetapi mempunyai perbedaan kerapatan tumpukan yang
besar (perbedaannya lebih dari 500 g l-1
) akan sangat sulit dicampur dan
cenderung terpisah. Bahan ransum dengan kerapatan tumpukan yang rendah
(perbedaannya kurang dari 450 g l-1
) membutuhkan waktu jatuh dan mengalir
lebih lama sehingga dapat ditimbang dengan teliti menggunakan alat penakar
otomatis. Hal ini didukung oleh Khalil (1999a) yang menyatakan bahwa bahan
dengan kerapatan tumpukan tinggi membutuhkan waktu jatuh dan mengalir yang
lebih singkat daripada bahan ransum dengan kerapatan tumpukan yang rendah.
Gambar 5 Hubungan antara kerapatan tumpukan dengan kerapatan
pemadatan tumpukan dedak padi perlakuan
Uji regresi kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan
menunjukkan hubungan yang positif dengan hubungan keeratan sangat tinggi (r =
99.29%) yaitu peningkatan kerapatan tumpukan akan diikuti oleh peningkatan
kerapatan pemadatan tumpukan (Gambar 5). Hal ini didukung oleh pendapat
Simanjuntak (1999) bahwa nilai kerapatan tumpukan meningkat seiring dengan
peningkatan kerapatan pemadatan tumpukan. Faktor lain yang mempengaruhi
besarnya nilai kerapatan tumpukan adalah berat jenis. Hal ini didukung oleh
Khalil (1999a) yang menyatakan bahwa berat jenis merupakan faktor penentu
kerapatan tumpukan. Oleh karena itu peningkatan berat jenis akan diikuti dengan
peningkatan kerapatan tumpukan. Hubungan kerapatan tumpukan dan berat jenis
dedak padi perlakuan diperlihatkan pada Gambar 6. Hasil uji regresi menunjukkan
bahwa kerpatan tumpukan mempunyai hubungan positif denga berat jenis dengan
nilai keeratan (r) yang sangat tinggi yaitu sebesar 96.65%.
305
310
315
320
325
330
335
340
345
460 480 500 520 540
Ker
apat
an
tum
pu
kan
(g l
-1)
Kerapatan pemadatan tumpukan (g l-1)
y = 15.005 + 0.6189x
R² = 0.986
r = 99.29%
13
Gambar 6 Hubungan antara kerapatan tumpukan dengan berat jenis dedak
padi perlakuan
Kerapatan Pemadatan Tumpukan Dedak padi dan tepung kulit kacang tanah memiliki nilai kerapatan
pemadatan tumpukan yang berbeda yaitu masing-masing sebesar 525.40 g l-1
dan
267.86 g l-1
. Nilai kerapatan pemadatan dedak padi perlakuan sangat nyata
(P<0.01) menurun seiring dengan meningkatnya persentase penambahan tepung
kulit kacang tanah (0%, 5%, 10%, 15% dan 20%) yaitu sebesar 525.40 g l-1
,
514.58 g l-1
, 498.35 g l-1
, 487.02 g l-1
dan 473.94 g l-1
. Hasil penelitian
menunjukkan tingkat penambahan tepung kulit kacang 5% memiliki nilai
kerapatan pemadatan tumpukan yang rendah dibandingkan dengan standar dedak
padi menurut Irawan (2006) yaitu sebesar 557.50 g l-1
. Grafik penurunan nilai
kerapatan pemadatan tumpukan masing-masing perlakuan diperlihatkan pada
Gambar 7.
Gambar 7 Kerapatan pemadatan tumpukan dedak padi perlakuan
305
310
315
320
325
330
335
340
345
350
1.14 1.16 1.18 1.2 1.22
Ker
apat
an t
um
pukan
(g l
-1)
Berat jenis (kg l-1)
y = 664.020x - 461.040
R² = 0.934
r = 96.65%
460
470
480
490
500
510
520
530
0 5 10 15 20
Ker
apat
an p
emad
atan
tum
pukan
(g l
-1)
Tepung kulit kacang tanah (%)
y = 525.950 - 2.610x
R² = 0.989
r = 99.45%
14
Gambar 8 menunjukkan hubungan kerapatan pemadatan tumpukan dengan
berat jenis memiliki nilai keeratan yang sangat tinggi yaitu sebesar 96.45%.
Pemadatan pada bahan yang memiliki berat jenis tinggi akan meningkatkan
tingkat kepadatannya, sehingga berat bahan tiap satuan volume akan meningkat.
Hal ini disebabkan karena keduanya dipengaruhi oleh distribusi kadar air dan
karakteristik ukuran partikel bahan (Gauthama 1998). Kerapatan pemadatan
tumpukan juga dipengaruhi oleh intensitas dan cara pemadatan, semakin lama
proses pemadatan maka kerapatan pemadatan tumpukan cenderung tetap sampai
bahan tersebut tidak mampu untuk dipadatkan (Retnani et al. 2011).
Gambar 8 Hubungan kerapatan pemadatan tumpukan dengan berat jenis
dedak padi perlakuan
Sudut Tumpukan
Kedua bahan yang digunakan pada perlakuan ini memiliki nilai sudut
tumpukan yang berbeda yaitu dedak padi sebesar 41.60o lebih tinggi dibandingkan
dengan tepung kulit kacang tanah sebesar 39.19o. Bahan yang memiliki nilai sudut
tumpukan yang besar maka tingkat kebebasan bergerak bahan tersebut rendah
(Latief 2006). Kedua bahan penelitian tersebut memiliki laju alir / daya luncur
yang sedang. Hal ini didukung oleh Fasina and Sokhansanj (1993) yang
mengklasifikasikan laju alir bahan padat berdasarkan nilai tumpukan, yaitu sangat
mudah mengalir (20-30o), mudah mengalir (30-38
o), sedang (38-45
o), dan sulit
(45-55o). Uji sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan kulit kacang tanah 0%,
5%, 10%, 15% dan 20% sangat nyata (P<0.01) menurunkan sudut tumpukan.
Rataan sudut tumpukan dedak padi dengan 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% tepung
kulit kacang tanah yaitu masing-masing sebesar 41.60o, 41.12
o, 40.69
o, 40.40
o dan
39.91o. Semua perlakuan memiliki nilai sudut tumpukan lebih rendah
dibandingkan dengan Irawan (2006) dan Aryono (2008). Grafik penurunan nilai
sudut tumpukan masing-masing perlakuan diperlihatkan pada Gambar 9.
Sudut tumpukan merupakan kriteria kebebasan bergerak partikel dari suatu
tumpukan bahan. Semakin bebas suatu partikel bergerak, maka sudut tumpukan
yang terbentuk juga kecil. Pergerakan partikel yang ideal pada sudut tumpukan
460
470
480
490
500
510
520
530
540
1.14 1.16 1.18 1.2 1.22
Ker
apat
an p
emad
atan
tum
pukan
(g l
-1)
Berat jenis (kg l-1)
y = 1062.90x - 757.39
R² = 0.930
r = 96.45%
15
20-50o sehingga penurunan sudut tumpukan dedak padi perlakuan tidak
menyebabkan pergerakan partikel berubah (Khalil 1999b). Gambar 10 dan
Gambar 11 menunjukkan bahwa sudut tumpukan dengan berat jenis dan kerapatan
tumpukan memiliki hubungan positif dengan nilai keeratan sebesar 91.00% dan
95.09%. Hal ini disebabkan oleh tingkat kebebasan mengalir bahan dipengaruhi
oleh berat jenis dan kerapatan tumpukan (Geldart et al. 1990). Sudut tumpukan
menentukan kecepatan dan keefesienan pada proses pengosongan silo vertikal
untuk memindahkan bahan menuju unit penimbangan atau pencampuran (Khalil
1999b).
Gambar 9 Sudut tumpukan dedak padi perlakuan
Gambar 10 Hubungan sudut tumpukan dengan berat jenis dedak padi
perlakuan
39
40
41
42
0 5 10 15 20
Sudut
tum
pukan
(O)
Tepung kulit kacang tanah (%)
y = 41.565 - 0.082x
R² = 0.914
r = 95.58%
39.5
40
40.5
41
41.5
42
42.5
1.14 1.16 1.18 1.2 1.22
Sudut
tum
pukan
(O)
Berat jenis (kg l-1)
y = 1.863 + 32.871x
R² = 0.828
r = 91.00%
16
Gambar 11 Hubungan sudut tumpukan dengan kerapatan tumpukan
dedak padi perlakuan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan tepung kulit kacang tanah 5%, 10%, 15% dan 20 % pada dedak
padi telah menurunkan nilai berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan
pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan. Kelima sifat fisik dapat digunakan
untuk mendeteksi adanya pencampuran dedak padi dengan tepung kulit kacang
tanah. Namun, uji kerapatan tumpukan memiliki nilai korelasi yang paling tinggi
dan paling efektif mengevaluasi dedak padi. Penambahan 5% tepung kulit kacang
tanah sudah menunjukkan perbedaan sifat fisik dengan dedak padi.
Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai sifat fisik seperti ukuran partikel, berat
jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan sudut tumpukan
dedak padi yang berstandar SNI sehingga pemalsuan dapat jelas terdeteksi. Selain
itu, perlu dilakukan penelitian skala besar tentang pemalsuan dedak padi dengan
tepung kulit kacang tanah.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Analytical Chemist. 2005. Official Methods of Analysis.
13th
Ed. Washington (US): Association of Official Analytical Chemist.
39.5
40
40.5
41
41.5
42
42.5
300 310 320 330 340 350
Sudut
tum
pukan
(O)
Kerapatan tumpukan (g l-1)
y = 24.526 + 0.050x
R² = 0.904
r = 95.09%
Gambar 14 Hubungan sudut tumpukan dengan ukuran partikel
y = -0,027x + 2,312
R² = 0,8057
r = 89.76% 1.17
1.18
1.19
1.20
1.21
1.22
1.23
1.24
1.25
1.26
39 40 41 42 43
Ukura
n p
arti
kel
(m
m)
Sudut tumpukan(o)
Perlakuan
Linear (Perlakuan)
17
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Tabel luas panen, produktivitas, produksi
tanaman padi seluruh provinsi [Internet]. [diunduh 2013 Agustus 29].
[Kepmentan] Keputusan Menteri Pertanian. 2003. Pedoman pengawasan mutu
pakan No. 241/Kpts/OT.210/4/2003. Jakarta (ID): Menteri Pertanian.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2001. Dedak padi / bahan baku pakan. Jakarta
(ID): Departemen Pertanian Jakarta.
Ahsani E. 2006. Karakteristik standar mikroskopis bahan pakan sumber protein
(tepung ikan, bungkil kedelai, dan tepung daging dan tulang) sebagai metode
alternatif pengujian kualitas bahan pakan [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Aryono. 2008. Pengaruh perbedaan proses kerja huller terhadap sifat fisik dedak
padi di Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Dewi S. 2013. Permintaan pakan ternak di Indonesia tahun ini meningkat 13%.
Livestockreview [Internet]. [diunduh 2013 Desember 20].
Ensminger ME, Oldfield JE, Heinemann WW. 1990. Feed and Nutrition 2nd
Ed.
California (US): Ensminger.
Fasina OO, Sokhansanj S. 1993. Effect of moisture content on bulk handling
properties of alfalfa pellets. Can Agric Engin. 35(4):269-273.
Gauthama P. 1998. Sifat fisik pakan lokal sumber energi, hijauan, dan mineral
pada kandungan air dan ukuran partikel yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Geldart DM, Mallet F, Rolfe N. 1990. Assesing the flowability of powder using
angle of repose powder. Handl and Process. 2(4):341-345.
Henderson SM, Perry RL. 1981. Agricultural Process Engineering. Pratomo M,
penerjemah. Jakarta (ID): Direktorat Pendidikan Tinggi. Dinas P dan K.
Irawan H. 2006. Karakteristik sifat fisik jagung, dedak padi dan pollard [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Khalil. 1999a. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahan
perilaku fisik bahan pakan lokal: kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan
tumpukan, dan berat jenis. Med Pet. 22(1):1-11.
Khalil. 1999b. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahan
perilaku fisik bahan pakan lokal: sudut tumpukan, daya ambang, dan faktor
higroskopis. Med Pet. 22(1):33-42.
Kushartono B. 2000. Penentuan kualitas bahan baku pakan dengan cara
organoleptik. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Bogor (ID): Balai
Penelitian Ternak.
Latief F. 2006. Karakteristik sifat fisik tepung ikan serta tepung daging dan tulang
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition 3rd
Ed. Ontarion,
Canada (CA) : University Books, Guelph.
Maulana MR. 2007. Uji pemalsuan dedak padi menggunakan sifat fisik bahan
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Murni R, Suparjo, Akmal, Ginting BL. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan
Limbah untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak. Jambi (ID):
Universitas Jambi.
Patiwiri AW. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
18
Qomariyah N. 2004. Uji kualitas derajat keasaman (pH), kelarutan, kerapatan, dan
sudut tumpukan untuk mengetahui kualitas bahan pakan sumber protein
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rachmat R, Nugraha S, Sudaryono, Lubis S, Hadipernata M. 2004. Agroindustri
Padi Terpadu. Laporan Penelitian Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pasca Panen Penelitian. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Retnani Y, Herawati L, Khusniati S. 2011. Uji sifat fisik ransum broiler starter
bentuk crumble berperekat tepung tapioka, bentonit dan onggok. JIPI.
1(2):88-97.
Ruttloff C. 1981. Technologie Mischfuttermittel. Leipzig (DE): VEB Fachbuch.
Simanjuntak D. 1999. Pengaruh jenis penggilingan padi terhadap sifat fisik dedak
[skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Suci DM, Hermana W. 2012. Pakan Ayam. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
Geometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Syarief AM, Nugroho EA. 1992. Teknik Reduksi Ukuran Bahan. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama.
Toharmat T, Nursasih E, Nazilah R, Hotimah N, Noerzihad TQ, Sigit NA,
Retnani Y. 2006. Sifat fisik pakan kaya serat dan pengaruhnya terhadap
konsumsi dan kecernaan nutrien ransum pada kambing. Med Pet. 29(3):146-
154.
Widowati S. 2001. Pemanfaatan hasil samping penggilingan padi dalam
menunjang sistem agroindustri di pedesaan. Buletin Agro Bio. 4(1):33-38.
LAMPIRAN
Lampiran 1 ANOVA uji kontras ortogonal perlakuan terhadap ukuran partikel
SK dB JK KT F F0.05 F0.01
Perlakuan 4 0.0046 0.0012 30.47** 3.48 5.99
P4,P3 VS P2,P1,P0 1 0.0034 0.0034 89.98** 4.96 10.04
P2,P1 VS P0 1 0.0005 0.0005 13.45** 4.96 10.04
P4 VS P3 1 0.0005 0.0005 14.12** 4.96 10.04
P2 VS P1 1 0.0002 0.0002 4.34 4.96 10.04
Error 10 0.0004 0.0000
Total 14 0.0050
SK: Sumber Keragaman, dB: derajat Bebas, JK: Jumlah Kuadrat, KT: Kuadrat Tengah, F: nilai F
yang diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05: nilai F pada taraf kesalahan sebesar 5%, F0.01: nilai
F pada taraf kesalahan 1%, P0: 100% dedak padi + 0% tepung kulit kacang tanah, P1: 95% dedak
padi + 5% tepung kulit kacang tanah, P2: 90% dedak padi + 10% tepung kulit kacang tanah, P3:
85% dedak padi + 15% tepung kulit kacang tanah, P4: 80% dedak padi + 20% tepung kulit kacang
tanah.
* = berbeda nyata (P<0.05)
** = berbeda sangat nyata (P<0.01)
19
Lampiran 2 ANOVA uji kontras ortogonal perlakuan terhadap berat jenis
SK dB JK KT F F0.05 F0.01
Perlakuan 4 0.0041 0.0010 51.62** 3.48 5.99
P0,P1,P2 VS P3,P4 1 0.0030 0.0030 152.51** 4.96 10.04
P0 VS P1,P2 1 0.0008 0.0008 40.98** 4.96 10.04
P1 VS P2 1 0.0001 0.0001 6.73 * 4.96 10.04
P3 VS P4 1 0.0001 0.0001 6.26 * 4.96 10.04
Error 10 0.0002 0.0000
Total 14 0.0043
Lampiran 3 ANOVA uji kontras ortogonal perlakuan terhadap kerapatan
tumpukan
SK dB JK KT F F0.05 F0.01
Perlakuan 4 1995.47 498.87 444.54** 3.48 5.99
P0,P1,P2 VS P3,P4 1 3797.27 3797.27 3383.77** 4.96 10.04
P0 VS P1,P2 1 761.28 761.28 678.38** 4.96 10.04
P1 VS P2 1 271.31 271.31 241.76** 4.96 10.04
P3 VS P4 1 251.34 251.34 223.97** 4.96 10.04
Error 10 11.22 1.12
Total 14 2006.69
Lampiran 4 ANOVA uji kontras ortogonal perlakuan terhadap kerapatan
pemadatan tumpukan
SK dB JK KT F F0.05 F0.01
Perlakuan 4 5123.94 1280.98 321.15** 3.48 5.99
P0,P1 VS P2,P3,P4 1 3797.27 3797.27 951.99** 4.96 10.04
P2,P3 VS P4 1 761.28 761.28 190.86** 4.96 10.04
P0 VS P1 1 271.30 271.30 68.02** 4.96 10.04
P2 VS P3 1 251.34 251.34 63.01** 4.96 10.04
Error 10 39.89 3.99
Total 14 5163.83
Lampiran 5 ANOVA uji kontras ortogonal perlakuan terhadap sudut tumpukan
SK dB JK KT F F0.05 F0.01
Perlakuan 4 5.75 1.44 31.87** 3.48 5.99
P0,P1 VS P2,P3,P4 1 4.45 4.45 98.69** 4.96 10.04
P2,P3 VS P4 1 0.52 0.52 11.54 * 4.96 10.04
P0 VS P1 1 0.35 0.35 7.77 * 4.96 10.04
P2 VS P3 1 0.43 0.43 9.46 * 4.96 10.04
Error 10 0.45 0.05
Total 14 6.20
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 April
1991 dari Bapak Achmad Sudarsa dan Ibu Rita Sahara.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan formal di SMP Negeri 5
Bogor dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan
pendidikannya di SMA Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun
2009.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor (IPB) pada tahun 2009 melalui Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan. Selama menjalani pendidikan
akademik di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah menjadi Mahasiswa
Berprestasi Peringkat II berdasarkan IPS pada semester VI (enam), mengikuti
kegitan magang di Laboratorium Terpadu Fakultas Peternakan IPB dan di
perusahaan PT Japfa Comfeed Tbk. Tanggerang pada tahun 2012, dan mengikuti
ESQ Character Building Training. Penulis juga menjadi pengajar di bimbingan
belajar Al Fattaah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Muhammad Ridla, MAgr dan
Dr Ir Ahmad Darobin Lubis, MSc selaku dosen pembimbing skripsi serta
pembimbing akademik atas bimbingannya. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dilla Mareistia Fassah, SPt MSc selaku dosen pembahas dan
panitia seminar pustaka penulis pada 27 Juni 2013. Terima kasih kepada Dr Ir
Sumiati, MSc dan Ir Niken Ulupi, Md selaku dosen penguji dan Dr Ir Widya
Hermana, MSi selaku panitia ujian sidang akhir sarjana penulis pada 17 Desember
2013. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Laboratorium
Terpadu (Kak Danang), Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan yang telah
membantu selama penelitian ini dilaksanankan.
Penulis mengucapkan terima kasih terbesar kepada Bapak Achmad Sudarsa,
Ibu Rita Sahara dan adik-adik tersayang (Regita dan Rayhan) yang selalu
memberikan kasih sayang, dukungan, serta doanya untuk kesuksesan penulis.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman satu tim
penelitian (Yunia dan Nahdi) yang bersama-sama telah berjuang dalam penelitian
ini serta kepada Adi, Aryani, Annisa, teman-teman Nutritiousz 46, dan seluruh
managemen Al Fattaah yang telah memberikan doa, semangat, motivasi dan
kebersamaan sampai selesainya tugas akhir ini.