evapro
DESCRIPTION
wordTRANSCRIPT
BAB VII
HASIL INTERVENSI KEGIATAN
7.1 Intervensi Kegiatan Untuk Meningkatkan Cakupan ANC K4 di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Tebet Timur
Intervensi kegiatan yang dilakukan pada evaluasi program ANC K4 di
Puskesmas Kelurahan Tebet Timur antara lain,
Tabel 37. Daftar Intervensi Kegiatan
Tanggal Kegiatan 27, 30-31 Mei 2016 - Penyuluhan di poli KIA puskesmas
Tebet 1 Juni 2016 - Penyuluhan di Balai Warga
- Pembagian kuesioner dan leaflet 30 Mei 2016 - Sosialisasi kader
7.2 Evaluasi Data Kualitatif
7.2.1 Hasil Wawancara Kepala Program
Dari hasil wawancara didapatkan beberapa kesulitan dalam menjalankan program
ANC K4. Hal ini dicontohkan dalam jawaban kepala program di bawah ini:
Pelaporan dan pencatatan sudah maksimal. Namun laporan pencapaian program
ANC K4 di puskesmas Kecamatan Tebet Timur kurang dari target. Seperti pada
ungkapan berikut:
“Pelaporan pencapaian program ANC K4 memang masih kurang maksimal, hal ini
bukan disebabkan oleh pencatatan yang tidak maksimal, melainkan oleh karena
beberapa hal diantaranya; banyak ibu hamil yang pulang kampung saat mulai
memasuki trimester ke-3 dikarenakan ingin melakukan persalinan di kampungnya
sehingga puskesmas tidak memiliki catatan kunjungan kehamilan/ANC yang ke-3 yang
pada akhirnya tidak bisa dimasukkan dalam ANC K4 karena sesuai dengan definisi
operasional ANC K4 itu sendiri, syarat bisa dikatakan ANC K4 apabila sudah
melakukan kunjungan hamil minimal 1x pada trimester pertama, 1x pada trimester
kedua, dan 2x pada trimester ketiga. Selain itu terdapat beberapa faktor lain,
seperti;banyaknya ibu hamil yang merupakan pendatang baru di wilayah kelurahan
Tebet Timur, yang sebelumnya belum pernah melakukan pemeriksaan ANC atau sudah
80
pernah melakukan pemeriksaan namun di luar wilayah kelurahan Tebet Timur dan
tidak memiliki catatan mengenai hasil pemeriksaan ANC tersebut, selain itu juga
terdapat beberapa ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC pertama atau
keduanya di klinik mandiri/swasta atau bidan yang berada diluar wilayah Tebet Timur,
seperti Jatinegara, Pancoran dan Setia Budi, klinik tersebut tidak memberikan laporan
ke Puskesmas Kelurahan Tebet Timur sehingga tidak bisa dimasukkan dalam
pendataan wilayah Tebet Timur. Faktor lain yang ikut mempengaruhi yaitu, pada saat
ibu hamil melakukan pemeriksaan di bidan atau klinik swasta/mandiri di dalam wilayah
kelurahan tebet timur, pencatatan yang diberikan saat pemeriksaan ANC tidak lengkap
seperti hanya menuliskan tanggal saja tanpa menuliskan keterangan hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh ibu hamil, sehingga saat ibu hamil tersebut melakukan
pemeriksaan kemabli ke Puskesmas maka pihak Puskesmas menjadi ragu atau tidak
tahu ibu hamil ini sudah berapa kali melakukan pemeriksaan ANC ”
Koordinasi kader dengan petugas kesehatan pun sudah berjalan dengan baik.
Seperti pada ungkapan berikut.
“Jadi sebulan sekali tiap akhir bulan kader ada kumpul di puskesmas untuk
memberitahun informasi-informasi terbaru terus jika ada pemberitahuan langsung
telfon dan mengirim surat edaran saja, kader-kadernya pada kooperatif jadi
kerjasamanya enak”
Namun informasi mengenai ANC K4 kepada para kader belum merata. Seperti
pada ungkapan berikut :
“Seharusnya sudah tau ya tentang ANC K4, tapi belum merata”
Pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya ANC K4 masih kurang pada
ungkapan berikut:
“Ya banyak sih dok ibu ibu hamil yang masih tidak mengerti tentang pentingnya
K4, jadi mereka itu kebanyakan beranggapan kalau sudah mau akhir akhir kehamilan
yaudah gak harus ke puskesmas lagi, tinggal menunggu kelahiran aja, padahal
sebenarnya banyak yang harus mereka persiapkan kalau sudah mau mendekati masa
persalinan, karena banyak angka kematian ibu itu diakibatkan oleh mereka yang tidak
menjalani ANC K4”
81
Media penunjang sebagai sarana untuk promosi kesehatan dibidang KIA sudah
ada begitu juga dengan ANC K4 namun belum maksimal. Seperti kutipan dibawah ini :
“Hmmm ada ya, seperti poster tapi itu dia masalahnya, poster dipajang namun karena
ruangan kita sempit jadi dinding yang ditempelin poster ketutupan sama pasien jadi ya
gak ada yang bisa lihat juga, kalo untuk ANC K4 leafletnya belom ada”
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala program KIA dan Promkes dapat
ditarik kesimpulan yang menjadi kemungkinan penyebab masalah kesenjangan antara
pencapaian di puskesmas kelurahan Tebet Timur rendahnya angka ANC K4,
kemungkinan penyebab masalahnya yaitu dari faktor man (tenaga kerja) diakui
kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya ANC K4. Dilihat dari faktor
method (metode) Kurangnya kelengkapan catatan kunjungan kehamilan (ANC) pada
buku pink/ KMS (Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari Departemen Kesehatan RI). Dari
faktor machine (peralatan) didapatkan belum optimalnya sarana dan prasarana yang
mendukung seperti tidak adanya leaflet mengenai ANC K4 dan poster yang kegunaanya
tidak maksimal. Dilihat dari faktor Planning (Perencanaan) kurangnya tidak adanya
jadwal penyuluhan ANC K4 di luar gedung.
7.2.2 Hasil Wawancara Responden
Wawancara dilakukan kepada responden yang berjumlah 22 orang yaitu ibu
hamil yang telah melakukan kunjungan K1, K2 dan K3 sesuai dengan jadwal kunjungan
kehamilan. Dari jawaban responden dapat diketahui para responden mengerti bahwa
ANC K4 merupakan tindakan yang penting, karena dapat memastikan kesehatan ibu
dan janin. Hal ini dicontohkan dalam salah satu jawaban responden dibawah ini:
“ Antenatal care itu penting untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi dalam
kandungan” (Ibu EW, RW 10)
“ Kontrol kehamilan penting untuk tau anak dalam kandungan sehat atau tidak”
(Ibu T, RW 08)
Kebanyakan responden mendapat infornasi tentang ANC K4 dari petugas
kesehatan, keluarga, maupun dari media cetak .
“ Saya tahu tentang kunjungan antenatal care dari bidan puskesmas dan dari
ibu-ibu posyandu “ (Ibu S, RW 4)
82
“ Tahu tentang kunjungan kehamilan ya dari puskesmas dan dari keluarga
saya” (Ibu M, RW 10)
“ Saya dapat informasinya dari posyandu. Selain itu juga dari artikel kesehatan
di majalah ” (Ibu S, RW 7)
Semua responden sudah pernah melakukan antenatalcare namun ketika ditanya
ada berapa kali minimal dilakukan kunjungan selama kehamilan, sebagian besar tidak
mengetahuinya.
“Di umur kehamilan saya yang masuk empat bulan, saya sudah dua kali periksa
kehamilan dipuskesmas. Saya kurang tau berapa kali harus periksa selama kehamilan,
saya ikuti jadwal kontrol dari puskesmas saja. ” (Ibu E RW 05)
“Minimal kunjungan ke puskesmas saya tidak tau. Setau saya kalau sudah
mendekati persalinan makin sering kontrol ke puskesmas, biasanya seminggu sekali”
(Ibu R, RW 03)
“ Kalau tidak ada keluhan selama kehamilan, tiga kali kontrol ke puskesmas
saja cukup mungkin ya “ (Ibu Z, RW 10)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan
responden tentang ANC K4 masih cukup rendah. Sebagian besar partisipan tidak tahu
pada usia kehamilan berapa dilakukan ANC yang ke empat. Selain itu responden kurang
memahami manfaat dan tujuan dari ANC yang ke empat. Contohnya adalah seperti
jawaban responden di bawah ini:
“ Kunjungan kehamilan yang ke empat mungkin dilakukan pada saat hamil
empat bulan ya dok “ (Bu E, RW 5)
“ Sebetulnya saya baru dengar tentang antenatalcare K4 ini, jadi saya tidak tau
banyak dok “ (Bu S, RW 8)
“ Saya rasa pemeriksaannya sama dengan pemeriksaan kehamilan pada
kunjungan sebelum-sebelumnya “ (Bu O, RW 10)
Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan para responden belum memiliki
pengetahuan yang baik mengenai ANC K4. Walaupun begitu, mereka sadar akan
pentingnya kontrol rutin kehamilan bagi kesehatan ibu dan janin.
83
7.2.3 Hasil Wawancara Kader
Terkait dengan pelaksanaan program ANC K4, masih banyak permasalahan yang
didapatkan pada saat ini. Salah satunya adalah banyaknya ibu hamil yang memilih
melahirkan di luar wilayah tebet. Hal ini dicontohkan dalam kutipan kader dibawah ini:
“ Ibu hamil di wilayah sini, kebanyakan jika sudah masuk bulan ke tujuh mereka
memilih pulang kampung. Mereka lebih memilih lahiran disana, karena ada orangtua
dan banyak saudara. “ (Kader 1)
“ Mungkin juga Ibu-Ibu hamil kontrol kehamilannya tidak di puskesmas. Mereka
lebih memilih ke tempat praktek bidan atau klinik mandiri, yang wilayahnya belum
tentu ada di kelurahan tebet timur. “ (Kader 2)
“ Ibu- Ibu hamil yang memilih kontrol di praktek bidan atau klinik mandiri
disebabkan banyak faktor. Di Puskesmas antrian pasien banyak dan jarak yang
lumayan jauh, sehingga mereka lebih nyaman pergi ke praktek bidan mandiri. Selain
itu, ibu hamil banyak yang bekerja dipagi hari sehingga hanya bisa kontrol kehamilan
di sore atau malam hari.” (Kader 3)
Sebagian besar kader mengetahui pentingnya kunjungan kehamilan bagi ibu-ibu
hamil. Tetapi ternyata para kader belum memahami tujuan dan manfaat dari ANC K4
itu sendiri, seperti kutipan wawancara berikut ini:
“Jujur kami belum mengerti betul tentang kunjungan antenatalcare ini. Disini
tidak ada kader yang khusus menangani program antenatalcare.” (Kader 4)
Masalah lain yang perlu di perhatikan adalah jumlah kader yang terbatas,
seperti kutipan berikut :
“ Jumlah kami terbatas. Sedikit sekali warga sini yang mau menjadi kader.
Sehingga semua program dari puskesmas kami pegang. Kami menjadi kurang
maksimal, contohnya dalam hal pendataan ibu-ibu hamil.” (Kader 5)
Dari hasil wawancara dengan kader, banyak faktor yang mempengaruhi
rendahnya angka kunjungan ANC K4 di puskesmas. Antara lain dari faktor ibu hamil
itu sendiri dan dari para kader. Para kader masih belum memahami tentang ANC secara
keseluruhan dan terbatasnya jumlah kader sehingga kurang maksimal pendataan ibu-ibu
hamil di wilayahnya.
84
7.3 Pelaksanaan Plan of Action
7.3.1 Penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya ANC K4 wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Tebet Timur dan dalam gedung Puskesmas Kelurahan
Tebet Barat
Penyuluhan dilakukan pada tanggal 1 Mei 2016 di balai Warga RW X wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Tebet Timur. Adapun tahap pelaksanaannya adalah sebagai
berikut :
Sebelum dilakukannya penyuluhan, kami terlebih dahulu berkoordinasi dengan
pemegang program KIA untuk mengetahui jadwal kegiatan para kader di kelurahan
tersebut. Kemudian kami menghubungi ketua kader dari RW X yang membantu dalam
penyampaian informasi tentang ANC K4 .
Pada hari pelaksanaan, dilakukan edukasi sebanyak dua kali yang dimulai pada
kisaran pukul 10.00 – 12.30 WIB, yaitu pada tanggal 1 Mei 2016 di dalam Balai Warga.
Materi yang disampaikan adalah mengenai pentingnya ANC K4, manfaat ANC K4,
meluruskan kesalahpahaman tentang tidak pentingnya pmeriksaan kehamilan pada masa
menuju persalinan, pemahaman lebih mendalam tentang pentingnya ANC K4 disertai
dengan pemutaran video mengenai pentingnya ANC K4.
7.3.2 Wawancara mengenai pentingnya ANC K4
Sosialisasi kader posyandu dilaksanakan pada tanggal 30 April 2016 di Puskesmas
Kelurahan Tebet Timur Tahap – tahap yang kami lakukan antara lain :
Sebelum dilakukannya penyuluhan, kami terlebih dahulu menemui kepala
puskesmas untuk meminta izin melakukan sosialisasi kader mengenai imunisasi dan
mengenai pentingnya ANC K4. Pada hari pelaksanaannya, penyuluhan tentang
pentingnya ANC K4 dimulai pada kisaran pukul 13.00-14.00 WIB. Materi penyuluhan
yang disampaikan adalah mengenai mengenai pentingnya ANC K4, manfaat ANC K4,
meluruskan kesalahpahaman tentang tidak pentingnya pmeriksaan kehamilan pada masa
menuju persalinan, pemahaman lebih mendalam tentang pentingnya ANC K4
85
7.3.3 Pembagian kuesioner berupa pre-test dan post test dan leaflet mengenai ANC
K4 di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tebet Timur
Media yang digunakan untuk promosi adalah pembagian leaflet. Leaflet berisi tentang
pemeriksaan ANC terutama pentingnya pemeriksaan ANC K4. Pada saat pembagian
leaflet juga disertai dengan pembagian kuesioner pre-test dan post test agar diisi oleh
ibu-ibu hamil. Pembuatan media promosi ini bertujuan agar ibu – ibu lebih memahami
konsep ANC K4 sehingga tetap melakukan pemeriksaan kehamilan saat menuju masa
persalinan. Leaflet dibuat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat
awam, sederhana namun jelas. Penyebaran leaflet mengenai ANC K4 dilakukan di Balai
Warga selama pelaksanaan penyuluhan dan di poli KIA Puskesmas Kelurahan Tebet
Timur yaitu pada tanggal 27 - 31 April dan 1 mei 2016 sebanyak total 60 leaflet. Leaflet
ini juga direncanakan akan disimpan sebagai persediaan di puskesmas dan nantinya juga
akan dibagikan ke posyandu wilayah kerja Puskesmas Tebet lainnya. Sehingga para ibu
tetap memahami dan ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai ANC K4 untuk ibu
dan bayinya. Kuisioner diberikan kepada 22 ibu hamil dengan tujuan menilai
pengetahuan ibu mengenai ANC K4 serta mengetahui kemungkinan factor yang
menyebabkan kurang tercapainya angka cakupan ANC K4.
7.3.4 Penyuluhan mengenai ANC K4 di poli KIA Puskesmas Kelurahan Tebet
Timur
Penyuluhan juga dilakukan di Poli KIA Puskesmas Kelurahan Tebet Timur.
Penyuluhan di Poli KIA dilaksanakan pada tanggal 27-31 April 2016. Pada hari
pelaksanaannya, kami meminta izin pemegang program KIA untuk melakukan
penyuluhan kepada ibu hamil tetang pentingnya ANC K4 di Poli KIA dan dihari itu
juga kami menampilkan slide show, memberikan leaflet dan pemutaran video. Kami
mengumpulkan ibu-ibu hamil yang sedang datang berkunjung ke Poli KIA. Penyuluhan
di poli ini dilaksanakan pada pukul 09.00 – 12.00 WIB dan materi yang disampaikan
mengenai pemeriksaan ANC secara umum dan pentingnya ANC K4. Sebelum memulai
penyuluhan kami membagikan kuesioner pre-test terlebih dahulu diberikan waktu
sekitar 10 menit untuk mengisi kuesiner tersebut kemudian kami lanjutkan dengan
mengisi materi penyuluhan. Selesai penjelasan diberikan, kami menyediakan waktu
86
untuk tanya jawab untuk para ibu-ibu jika masih menemukan ketidak jelasan tentang
materi ataupun ingin berkonsultasi tentang ANC K4, kemudian kami mulai
membagikan kuesioner post-test dengan durasi sama seperti sebelumnya sekitar 10
menit.
7.3.5 Karakteristik Responden
Penelitian telah dilaksanakan di Poli KIA Puskesmas Kelurahan Tebet Timur
pada tanggal 27 – 31 Mei 2016 serta di Balai Warga Wijaya Kusuma RW 10 Kelurahan
Tebet Timur pada tanggal 1 Juni 2016. Berdasarkan peserta penyuluhan yang datang ke
Poli KIA dan Balai Warga Wijaya Kusuma RW 10, didapatkan 20 ibu yang memenuhi
kriteria inklusi penelitian.
Data yang dianalisis adalah umur, tingkat pendidikan, dan tingkat pemahaman
berdasarkan hasil pre-test dan post-test dalam rangkaian acara penyuluhan. Berikut
disajikan analisis univariat (deskripsi karakteristik variabel penelitian) dan bivariat
(hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung).
Analisa Univariat
Tabel 38. Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik Subjek Penelitian Jumlah PresentaseUmur < 20 tahun > 35 tahun 2 10% 20 – 35 tahun 18 90%Tingkat Pendidikan Tamat SD - - Tamat SMP 6 30% Tamat SMA 12 60% Diploma/ Sarjana/ Pascasarjana 2 10%Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 12 60% Karyawan/ Wiraswasta 8 40%Tingkat PemahamanPra Penyuluhan Baik 10 50% Buruk 10 50%Pasca Penuluhan Baik 7 35% Buruk 13 65%Total 20 100%
87
Pada penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 20 orang, terbagi atas 2 kelompok
umur, yakni <20 tahun, >35 tahun dan 20-35 tahun. Diketahui subjek penelitian terdiri
dari 2 wanita dengan usia <20 tahun > 35 tahun (10%), dan 18 wanita dengan usia 20-
30 tahun (90 %).
Selain itu, karakteristik subjek penelitian juga dilihat dari tingkat pendidikan,
yang terdiri dari 4 kelompok, antara lain, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan
diploma/sarjana/pascasarjana. Pada penelitian ini, 6 orang tamat SMP (30%), 12 orang
tamat SMA (60%), dan 2 orang diploma/ sarjana/ pascasarjana (10%).
Berdasarkan pekerjaan, subjek penelitian terbagi atas dua kelompok pekerjaan,
yaitu ibu rumah tangga, dan karyawan atau wiraswasta. Pada penelitian ini, diperoleh 12
orang sebagai ibu rumah tangga (60%), 8 orang sebagai karyawan atau wiraswasta
(40%).
Tingkat pemahaman responden, dikelompokkan menjadi dua, yakni tingkat
pemahaman pra-penyuluhan berdasarkan nilai pre-test dan tingkat pemahaman pasca-
penyuluhan berdasarkan nilai post-test. Masing-masing tingkat pemahaman tersebut
dikategorikan berdasarkan nilai rata-rata, antara lain tingkat pemahaman baik (nilai di
atas rata-rata) dan tingkat pemahaman buruk (nilai di bawah rata-rata).
Pada pelaksanaan pre-test sebelum penyuluhan didapatkan hasil rata-rata 77,90
kemudian dilakukan post-test setelah penyuluhan didapatkan hasil rata rata meningkat
menjadi 92,85. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah penyuluhan ini bermakna untuk
meningkatkan pengetahuan responden, data ini diolah dengan menggunakan uji T-
berpasangan. Pada uji T-berpasangan ini, ditetapkan H0 adalah tidak ditemukan
pengaruh yang bermakna dari intervensi yang telah dilakukan dan H1 adalah ditemukan
pengaruh yang bermakna dari intervensi yang dilakukan.
88
Tabel 39. Nilai rata-rata pre-test dan post-test
Indikator Tingkat Pemahaman Nilai rata-rata
Pre-test 77,90
Post-test 92,85
Tabel 40 menunjukkan nilai rata-rata dari pre-test dan post-test yang dilaksanakan
dalam rangkaian acara penyuluhan. Adapun nilai rata-rata pre-test sebesar 77,90 dan
nilai rata-rata post-test sebesar 92,85. Dapat disimpulkan terjadi peningkatan nilai rata-
rata dari pre-test ke post-test sebesar 14,95 poin.
Analisa Bivariat
Tabel 40. Analisis bivariat variabel bebas dan variabel tergantung
Variabel Bebas n Rerata ± SDPerbedaan
Rerata ± SDIK 95% P
Tingkat PemahamanPra Penyuluhan(pre test)
20 77,90±10,59
14,950±8,965 10,75-11,14 0,000*Pasca Penyuluhan(post test)
20 92,85±5,060
*Uji t-paired
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan uji t-paired
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara tingkat pemahaman responden
sebelum dan sesudah penyuluhan.
Berdasarkan hasil uji analisis t-paired pada Tabel 41, diperoleh nilai p= 0,000
yang berarti lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Artinya, terdapat perbedaan rerata tingkat
pemahaman yang bermakna sebelum dan sesudah penyuluhan. Maka dapat disimpulkan
bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, dimana hipotesis yaitu terdapat pengaruh yang
signifikan dengan adanya pemberian penyuluhan terhadap pengetahuan warga mengenai
ANC K4. Hal ini juga didukung dengan adanya peningkatan nilai rata-rata sebesar
14,95poin.
Dari hasil tersebut diharapkan dengan adanya penyuluhan yang diadakan rutin
89
nantinya dapat menambah pengetahuan warga mengenai imunisasi, sehingga dapat
meningkatkan cakupan ANC K4 di wilayah Tebet Timur.
90
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 KESIMPULAN
Cakupan kunjungan ANC K4 di Puskesmas Kelurahan Tebet Timur selama
bulan Januari – Maret 2016 didapatkan seebesar 17,07%. Angka ini masih jauh di
bawah target cakupan nasional sebesar 95%. Setelah dilakukan pemilihan prioritas
masalah didapatkan program ANC K4 sebagai prioritas utama masalah yang harus
diselesaikan di Puskesmas Kelurahan Tebet Timur. Kemudian dilakukan konfirmasi
kepada koordinator program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Kelurahan
Tebet Timur mengenai ANC K4, didapatkan penyebab masalah yang paling
memungkinkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan ibu hamil dan kader tentang ANC K4 masih kurang
2. Terbatasnya media promosi (leaflet)
3. Tidak ada jadwal rutin untuk penyuluhan
4. Kurangnya sumber daya manusia yang bersedia menjadi kader
5. Kurangnya kelengkapan catatan kunjungan kehamilan (ANC) pada buku pink/
KMS (Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari Departemen Kesehatan RI)
6. Perempuan yang bekerja sulit mengatur waktu untuk datang ke Puskesmas
Alternatif pemecahan masalah berupa serangkaian kegiatan intervensi yang
peneliti tentukan dan lakukan berdasarkan prioritas, antara lain:
1. Mengadakan penyuluhan ANC terutama pentingnya ANC K4 kepada ibu
hamil dan kader oleh tenaga kesehatan
2. Pembagian leaflet mengenai ANC dan pentingnya ANC K4.
Pada penyelengaraan penyuluhan, peneliti melakukan rangkaian kegiatan pre-
test dan post-test untuk menilai peningkatan tingkat pengetahuan ibu tentang kunjungan
antenatal care K4 dengan hasil nilai rata-rata pre-test sebelum dilakukan penyuluhan
adalah 79,75 dan nilai rata-rata post-test setelah dilakukan penyuluhan adalah 93,51.
Hasil diatas menunjukan bahwa kegiatan penyuluhan dapat bermanfaat.
91
8.2 KEKURANGAN DAN SARAN
Peneliti menyadari bahwa evaluasi program ini masih banyak kekurangan. Pada
awalnya penyuluhan ditujukan hanya pada ibu hamil trimester satu, dua atau tiga yang
kunjungan antenatal care K4 belum lengkap, namun pada pelaksanaannya peneliti
melakukan penyuluhan kepada seluruh pengunjung ibu hamil di Puskesmas tersebut.
Selain itu, tempat penyuluhan di dalam puskesmas yang kurang kondusif dan terbatas,
karena penyuluhan dilakukan di depan ruang tunggu poli KIA. Pada pelaksanaan
penyuluhan diluar puskesmas, penyuluhan hanya dilakukan di RW 10 dan tidak
dilakukan di RW lain. Hal ini disebabkan karena terbatasnya jumlah ibu hamil di RW
lainnya.
Saran untuk kedepannya agar pemegang program yang berhubungan dengan
ANC dapat melaksanakan intervensi yang belum dapat peneliti lakukan, seperti
melakukan penyuluhan rutin tiap tiga bulan sekali di puskesmas Kelurahan Tebet
Timur.
92
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Buku Sumber Untuk
Advokasi Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender dan
Pembangunan Kependudukan. Jakarta; 2005.
2. Indrawati SM. Draft Ringkasan-Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium Indonesia Per 25 Agustus 2005. Available at:
http://www.undp.org/content/dam/undp/library/MDG/english/MDG%20Country
%20Reports/Indonesia/MDG_id2005.pdf. Accessed on September 1st, 2015 at
6:00 PM.
3. Kementrian Kesehatan RI. InfoDATIN Pusat Data Dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI Mother’s Day Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta Selatan: Kementrian
Kesehatan RI PUSAT DATA DAN INFORMASI; 2014. p. 1-7.
4. Hermawan LC, Laksmono LH, Loho TG, Kuswenda DR, Putri A, Yussianto A,
et al. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS-
KIA). In: Hermawan LC, Yussianto A, Editors. Jakarta: Departemen Kesehatan;
2010. p. 1-76 .
5. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. In
Astuti NZ, Purba DL, Handayani S, Damayanti R, Editors. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2003. p. 187.
6. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta;
2010. p. 4-22.
7. Siregar N. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten
Padang Lawas. Medan; 2013. p. 105-107
93