faktor yang berhubungan dengan perilaku wus dalam deteksi
TRANSCRIPT
Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku WUS Dalam Deteksi Dini Kanker
Serviks Dengan Metode IVA di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Maria Vandelina Wea* dan Sandra Fikawati**
* Kelompok Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
** Depertemen Gizi, Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
ABSTRAK
Kanker serviks adalah satu jenis keganasan atau neoplasma yang lokasinya terletak didaerah serviks, daerah leher rahim atau mulut rahim, Di Indonesia kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua setela kanker payudara. Salah satu cara untuk deteksi dini kanker serviks adalah dengan metode IVA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku WUS dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA dengan variabel independen umur, pendidikan, pekerjaan, Pengetahuan, Sikap, informasi ketersediaan sarana dan prasarana, keterpaparan informasi tentang kanker serviks, dukungan suami/keluarga, dan dukungan petugas kesehatanan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen berhubungan dengan perilaku WUS dalam deteksi dini kanker serviks kecuali variabel umur dengan (p value= 0,495OR= 1,490 CI 95%= 0,615-3,613). Uji regresi logistik menunjukkan bahwa , pendidikan, Pengetahuan, keterpaparan informasi tentang kanker serviks, dukungan suami/keluarga, dan dukungan petugas kesehatanan sebagai confounder setelah di lakuakan analisis multivariat. Kata kunci: Kanker Serviks, IVA. Deteksi Dini
ABSTRACT
Cervical cancer is a type of malignancy or neoplasm located in the cervical area, the area of the cervix or cervix, In Indonesia cervical cancer is the second most cancer after breast cancer. One way to early detection of cervical cancer is by IVA method. This study aims to determine the factors associated with the behavior of WUS in early detection of cervical cancer with IVA method, with independent variables are age, education, occupation, knowledge, attitude, availability information of facilities and infrastructure, exposure information about cervical cancer, support of husband/family, and Support of health workers. This study uses cross-sectional study design. This research uses Primary data that is through direct interview with WUS in Pasar Minggu districts community Health centers, South Jakarta, then analyzed with univariate, bivariate and multivariate analysis. The results showed that all independent variables were associated with WUS behavior in early detection of cervical cancer except age variable with (p value= 0,495OR = 1,490 CI 95% = 0,615-3,613). Logistic regression analysis showed that education, knowledge, exposure of information about cervical cancer, husband/family support, and support personnel as a confounder after multivariate analysis.
Keywords : Cervical Cancer, IVA. Early detection
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
Pendahuluan
Kanker serviks adalah satu jenis keganasan atau neoplasma yang lokasinya
terletak di daerah serviks, daerah leher rahim atau mulut rahim (Rasjidi, 2010).
Kanker serviks termasuk dalam kategori tumor ganas yang timbul di leher Rahim
wanita, kanker ini dapat meluas ke vagina, rahim hingga indung telur (Shadine,
2012).
Kanker serviks merupakan kanker terbanyak keempat yang diderita kaum
perempuan diseluruh dunia, terdapat 528.000 kasus baru dan sekitar 266.000
perempuan di dunia meninggal karena kanker seviks. Proporsi kanker seviks sebesar
12% dari seluruh jenis kanker yang diderita perempuan (Globocan, 2012). Di
Indonesia kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker
payudara. Insiden kanker serviks mencapai 17,3 per 100.000 perempuan dan
kematian akibat kanker serviks di Indonesia sebesar 8,1 per 100,000 perempuan
(Globocan, 2012).
Deteksi dini (Skrining) merupakan upaya untuk mengidentifikasi penyakit atau
kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau
prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-
orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan.
Skrining kanker payudara di Puskesmas penyelenggara deteksi dini dilakukan dengan
Clinical Breast Examination (CBE) dan skrining kanker serviks dilakukan dengan tes
IVA (Kemenkes RI, 2015).
Di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu kegiatan pemeriksaan IVA masuk dalam
program penyakit tidak menular (PTM) terintegrasi yang ditangani oleh P2P
(Pencegahan dan Pengobatan Penyakit) bersama dengan Papsmear, SADANIS dan
program PTM lainnya. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu juga merupakan salah
satu Puskesmas yang menjadi rujukan untuk pemeriksaan IVA. Walaupun demikian
pada tahun 2016 jumlah WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu hanya sebanyak 2.688 (2,92%) WUS dari jumlah populasi
WUS di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang adalah sebanyak 91.941 WUS.
Jumlah tersebut menunjukan bahwa masih rendahnya WUS yang melakukan
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
pemeriksaan IVA, padahal sudah ada program dari Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu untuk skrining IVA, maka dari itu peneliti ingin melihat apa saja faktor yang
berhubungan dengan perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks
dengan metode IVA di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu.
Tinjauan Teoritis
Kanker serviks termasuk dalam kategori tumor ganas yang timbul dileher
rahim wanita, kanker ini dapat meluas ke vagina, rahim hingga indung telur (Shadine,
2012). Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ektrinsik yang
diduga berhubungan dengan insiden kanker serviks adalah smegma, infeksi human
papilloma virus (HPV) dan spermatozoa. Kanker serviks timbul disambungan
skuamukolumer serviks (Mansjoer, dkk. 2001).
Metode IVA adalah pemeriksaan serviks secara visual menggunakan asam
cuka (IVA) berarti melihat serviks dengan mata telanjang untuk mendeteksi
abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3–5%). Daerah yang tidak
normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite),
yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi pra-kanker (Depkes,
2007b).
Wanita usia subur adalah wanita yang masih dalam usia reproduktif, yaitu
antara usia 15 – 49 tahun, dengan status belum menikah, menikah, atau janda. Wanita
usia subur ini mempunyai organ reproduksi yang masih berfungsi dengan baik,
sehingga lebih mudah untuk mendapatkan kehamilan, yaitu antara umur 20 sampai
dengan 45 tahun (Depkes RI, 2004).
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Notoadmodjo, 2003).
Sedangkan perilaku deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA adalah
berupa bentuk tindakan yang dilakukan oleh WUS untuk melakukan pemeriksaan
deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA (Depkes RI. 2007).
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
Kerangka Teori Perilaku
Kerangka Konsep
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
Metode
Desain penelitian dalam penelitian ini dengan pendekatan kuantitatif, dengan
rancangan penelitian cross-sectional (potong lintang), Penelitian ini dilaksanakan di
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan, pada tanggal 7 sampai dengan
tanggal 12 bulan Juni 2017. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah seluruh
wanita usia subur (WUS) yang sudah menikah yang berumur 15 sampai dengan 49
tahun dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan. Jumlah sampelnya 90 responden WUS menggunakan kuesioner.
yang diperoleh kemudian diolah dengan cara komputerisasi, dengan tahap
pengolahan data melalui proses editing, coding, Entry, cleaning.
Hasil
1. Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Metode IVA di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Pasar Minggu Tahun 2017
Perilaku Periksa IVA Jumlah Presentase (%) Periksa 35 38,9
Tidak Periksa 55 61,1 Total 90 100,0
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terlihat pada tabel 6. bahwa dari 90
responden WUS yang diwawancarai lebih banyak yang tidak melakukan pemeriksaan
IVA dibandingkan dengan yang melakukan pemeriksaan IVA. Terlihat sebanyak 55
(61,1%) WUS yang tidak melakukan pemeriksaan IVA dan 35 (38,0%) WUS yang
melakukan pemeriksaan IVA.
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Variabel Independen di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Tahun 2017
Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku deteksi dini
metode IVA N 90
Presentase (%)
Kelompok Umur < 31 Tahun ≥ 31 Tahun
59 31
65,6 34,4
Pendidikan Tinggi Rendah
72 18
80,0 20,0
Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja
39 51
43,3 56,7
Pengetahuan Baik Kurang
46 44
51,1 48,9
Sikap Positif Negatif
47 43
47,8 52,2
Informasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana Tahu Tidak Tahu
25 65
27,8 72,2
Keterpaparan Informasi Baik Kurang Baik
62 28
68,9 31,1
Dukungan Suami / Keluarga Baik Kurang Baik
30 60
33,3 66,7
Dukungan Tenaga Kesehatan Baik Kurang Baik
43 47
47,8 52,2
Pada Tabel 2. dapat dilihat dari 90 responden WUS yang diwawancarai lebih
banyak WUS yang berusia < 31 tahun dibandingkan dengan WUS yang berumur ≥
31 tahun. Jumlah WUS yang berumur <31 tahun sebanyak 59 (65,6%) dan WUS
berumur <31 tahun sebanyak 31 (34,4 %).
Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi dua yaitu berpendidikan tinggi
(SMA, Akademik / PT), dan berpendidikan rendah (Tidak Sekolah, SD, SMP). Hasil
penelitian terhadap 90 WUS menunjukkan bahwa lebih banyak WUS yang
berpendidikan tinggi daripada yang berpendidikan rendah. Terdapat 72 (80,0%) WUS
berpendidikan tinggi dan 18 (20,0 %) WUS yang berpendidikan rendah.
Pekerjaan responden dikategorikan menjadi dua yaitu bekerja (PNS, Pegawai
Swasta, Wiraswasta, Buruh, dll) dan tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga/IRT). Hasil
penelitian menunjukkan lebih banyak WUS yang tidak bekerja daripada yang bekerja,
terdapat 39 (43,3%) WUS yang bekerja dan sebanyak 51 orang (56,7 %) WUS yang
tidak bekerja.
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
Pengetahuan WUS dikategorikan menjadi dua yaitu baik dan kurang baik.
Terdapat 15 butir pertanyaan pengetahuan, dinyatakan berpengetahuan baik apabila
menjawab lebih dari mean yaitu menjawab benar ≥10 butir pertanyaan dan yang
menjawab benar <10 butir pertanyaan dinyatakan berpengetahuan kurang baik. Hasil
penelitian frekuensi tingkat pengetahuan menunjukkan tidak terlalu banyak
perbedaan antara WUS yang berpengetahuan baik dan kurang baik. dari 90 responden
yang diteliti sebanyak 46 (51,1%) WUS berpengetahuan baik, dan 44 (48,9%) WUS
berpengetahuan kurang.
Penilain sikap dikategorikan menjadi dua yaitu sikap positif dan sikap negatif,
dinyatakan mempunyai sikap positif apabila mendapatkan poin lebih dari mean yaitu
≥25 dan dinyatakan negatif apabila mendapatkan poin <25. Hasil penelitian
menunjukkan sikap dari 90 WUS tentang perilaku pemeriksaan IVA adalah lebih
banyak pada WUS yang mempunyai sikap positif yaitu sebanyak 47 (52,2 %) WUS
dan yang bersikap negatif adalah sebanyak 43 (47,8 %) WUS.
Informasi ketersediaan sarana dan prasarana dikategorikan menjadi dua yaitu
tahu dan tidak tahu. Pada hasil penelitian menunjukan bahwa lebih banyak WUS
yang tidak tahu tentang tersedianya sarana dan prasarana dibandingkan dengan yang
tahu adanya informasi ketersediaan sarana dan prasarana. Hasil penelitian terhadap 90
responden sebanyak 25 (27,8%) WUS tahu bahwa ada layanan pemeriksaan IVA di
Puskesmas, dan sebanyak 65 (72,2%) WUS tidak mengetahui bahwa ada layanan
pemeriksaan di Puskesmas.
Keterpaparan informasi/media massa dikategorikan menjadi dua yaitu baik
dan kurang. Baik adalah WUS yang sudah pernah mendapatkan informasi tentang
kanker serviks dan IVA sedangkan kurang baik adalah WUS yang tidak pernah
terpapar informasi tentang kanker serviks dan IVA. Pada penelitian ini lebih banyak
WUS yang sudah terpapar informasi kesehatan baik dari media massa (televisi, radio,
surat kabar dll) maupun dari tenaga kesehatan. Hasil penelitian terhadap 90
responden, terdapat sebanyak 62 responden (68,9%) mendapatkan informasi yang
baik tentang kanker serviks dan IVA, dan sebanyak 28 responden (31,1%)
mendapatkan informasi yang kurang tentang kanker serviks dan IVA.
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
Dukungan suami/keluarga dikategorikan menjadi dua yaitu dukungan baik dan
dukungan kurang baik. Pada penelitian ini lebih banyak WUS yang tidak
mendapatkan dukungan dari keluarga untuk melakukan pemeriksaan IVA
dibandingkan dengan yang mendapatkan dukungan dari suami/keluarga. Terdapat
hanya sebanyak 30 (33,3%) WUS mendapatkan dukungan dari keluarga/suami, dan
60 (66,7%) WUS yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga/suami.
Dukungan petugas dikategorikan menjadi dua yaitu baik dan kurang. Hasil
penelitian terhadap 90 responden terdapat sebanyak 43 dari (47,8 %) WUS
mendapatkan dukungan baik, dan 47 (52,2 %) WUS mendapatkan dukungan yang
kurang baik dari tenaga kesehatan.
2. Analisis Bivariat
Tabel 3. Hubungan Variabel Independent Dengan Perilaku WUS Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Tahun 2017
Variabel Independen
Kategori
Perilaku Periksa IVA Total
OR
(95%CI)
P
Value Periksa Tidak Periksa N 35
% 38,9
N 55
% 61,1
N 90
% 100
Umur < 31 Tahun ≥ 31 Tahun
21 14
22,9 12,1
38 17
36,1 18,9
59 31
100 100
1,490 (0,615-3,613)
0,495
Pendidikan Tinggi Rendah
33 2
45,8 11,1
39 16
54,2 88,9
72 18
100 100
6,769 (1,449-31,618)
0,007
Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja
23 12
59,0 23,5
16 39
41,0 76,5
39 51
100 100
4,672 (1,883-11,591
0,001
Pengetahuan Baik Kurang
32 3
69,6 6,8
14 41
30,4 90,32
46 44
100 100
31,238 (8,263-118,10)
0,000
Sikap Positif Negatif
29 6
61,7 14,0
18 37
38,3 86,0
47 43
100 100
9,935 (3,498-28,222)
0,000
Informasi Ketersediaan Sarana
Tahu Tidak Tahu
20 15
80,0 23,1
5 50
20,0 76,9
25 65
100 100
13,333 (4,276-41,575)
0,000
Keterpaparan Informasi Baik Kurang Baik
34 1
54,8 3,6
28 27
45,2 96,4
62 28
100 100
32,786 (4,189-256,63)
0,000
Dukungan Suami / Keluarga
Baik Kurang Baik
22 13
73,3 21,7
8 47
26,7 78,3
30 60
100 100
9,942 (3,600-27,459)
0,000
Dukungan Tenaga Kesehatan
Baik Kurang Baik
31 4
66,0 9,3
16 39
34,0 90,7
43 47
100 100
18,891 (5,731-62,272)
0,000
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
Hasil analisis hubungan antara umur dengan perilaku WUS dalam
pemeriksaan IVA diperoleh proporsi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA lebih
banyak pada usia <31 tahun yaitu sebanyak 21 (22,9%) WUS, dan yang berumur ≥
31 tahun hanya sebanyak 14 (12,1%) WUS. Berdasarkan uji statistik diperoleh p
value 0,495 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan
perilaku WUS dalam melakukan periksa IVA.
Dari hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan perilaku periksa IVA
bahwa lebih banyak WUS yang berpendidikan tinggi yang melakukan pemeriksaan
IVA dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. proporsi WUS yang
melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 33 (45,8%) WUS yang berpendidikan tinggi
dan hanya sebanyak 2 (11,1%) WUS yang berpendidikan rendah. Berdasarkan uji
statistik diperoleh p value 0,007 artinya ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan perilaku WUS dalam melakukan periksa IVA. Diperoleh nilai OR
6,769 (95% CI : 1,449-31,618) artinya WUS yang berpendidikan tinggi berpeluang
6,769 kali lebih besar untuk berperilaku periksa IVA daripada yang berpendidikan
rendah.
Pada variabel pekerjaan dapat dilihat bahwa lebih banyak WUS bekerja yang
melakukan pemeriksaan IVA dibandingkan dengan WUS yang tidak bekerja. Dari
hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan perilaku periksa IVA diperoleh
proporsi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 35 orang diantaranya 23
(59,0%) bekerja, dan 12 (23,5%) yang tidak bekerja. Berdasarkan uji statistik
diperoleh p value 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan
dengan perilaku WUS dalam melakukan periksa IVA. Diperoleh nilai OR 4,672
(95% CI : 1,883-11,591) artinya WUS yang Bekerja berpeluang 4,672 kali lebih
besar untuk berperilaku periksa IVA daripada yang tidak bekerja.
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku periksa IVA diperoleh proporsi
WUS yang berperilaku periksa IVA lebih banyak pada WUS yang berpengetahuan
baik daripada WUS yang berpengetahuan rendah. terdapat sebanyak 32 (69,6%)
WUS yang berpengetahuan baik, dan hanya 3 (6,8%) WUS berpengetahuan kurang
yang melakukan pemeriksaan IVA. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
0,000 artinya ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan dengan perilaku
WUS dalam melakukan periksa IVA. Diperoleh nilai OR 31,238 (95% CI : 8,263-
118,10) artinya WUS yang berpengetahuan baik berpeluang 31,238 kali lebih besar
untuk berperilaku periksa IVA daripada yang berpengetahuan kurang.
Hasil analisis hubungan antara sikap dengan perilaku periksa IVA diperoleh
proporsi WUS yang berperilaku periksa IVA sebanyak 29 (61,7%) mempunyai sikap
positif, dan sebanyak 6 (14,0%) yang mempunyai sikap negatif. dari hasil tersebut
dapat dilihat bahwa lebih banyak WUS yang mempunyai sikap positif terhadap
deteksi dini kanker serviks yang melakukan pemeriksaan IVA dibandingkan dengan
WUS yang mempunyai sikap negatif terhadap deteksi dini kanker serviks. Dilihat
dari hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 artinya ada hubungan secara signifikan
antara sikap dengan perilaku WUS dalam melakukan periksa IVA. Diperoleh nilai
OR 9,935 (95% CI : 3,498-28,222) yang artinya WUS yang mempunyai sikap yang
positif terhadap deteksi dini kanker leher rahim berpeluang 9,935 kali lebih besar
untuk berperilaku periksa IVA daripada yang mempunyai sikap negatif terhadap
deteksi dini kanker serviks.
Hasil analisis hubungan antara informasi ketersediaan sarana dan prasarana
dengan perilaku periksa IVA terdapat 25 orang yang tahu ada tersedianya sarana dan
prasarana deteksi dini kanker serviks di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, 20
(80,0%) orang diantaranya melakukan pemeriksaan IVA dan 5 (20,00%) orang yang
tidak melakukan pemeriksaan IVA. Sedangkan dari 65 orang yang tidak tahu adanya
sarana dan prasarana di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu terdapat 15 (23,1%)
melakukan pemeriksaan IVA dan 50 (76,9%) orang yang tidak melakukan
pemeriksaan IVA. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa bebih banyak WUS yang
tahu adanya sarana dan prasarana yang melakuna pemeriksaan IVA dibandingkan
dengan yang tidak tahu adanya informasi ketersediaan sarana dan prasarana.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 artinya ada hubungan secara
signifikan antara informasi ketersediaan sarana dan prasarana dengan perilaku WUS
dalam melakukan periksa IVA. Diperoleh nilai OR 13,333 (95% CI : 4,276-41,575)
artinya WUS yang tahu adanya informasi ketersediaan sarana dan prasarana
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
berpeluang 13,333 kali lebih besar untuk berperilaku periksa IVA daripada yang
tidak tahu adanya informasi ketersediaan sarana dan prasarana.
Hasil analisis hubungan antara keterpaparan informasi tentang kanker serviks
dan IVA dengan perilaku periksa IVA, lebih banyak WUS yang terpapar informasi
yang melakukan pemeriksaan IVA dibandingkan dengan WUS yang tidak terpapar
informasi. Diperoleh proporsi WUS yang melakuakan pemeriksaan IVA sebanyak 34
(54,8%) WUS yang terpaparan informasi tentang kanker serviks baik, dan sebanyak 1
(3,6%)WUS yang terpaparan informasi tentang kanker serviks tidak baik.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 artinya ada hubungan secara
signifikan antara keterpaparan informasi tentang kanker serviks dengan perilaku
WUS dalam melakukan periksa IVA. Diperoleh nilai OR 32,786 (95% CI : 4,189-
256,63) artinya WUS yang terpaparan informasi tentang kanker serviks berpeluang
32,786 kali lebih besar untuk berperilaku periksa IVA daripada yang tidak terpaparan
informasi tentang kanker serviks.
Hasil analisis hubungan antara Dukungan Suami / Keluarga dengan perilaku
periksa IVA lebih banyak WUS yang mendapat dukungan baik dari suami atau
keluarga yang melakukan pemeriksaan IVA dibandingkan dengan WUS yang
mendapatkan dukungan kurang dari keluarga. Diperoleh proporsi WUS yang
berperilaku periksa IVA sebanyak 22 (66,0%) WUS yang mendapat dukungan Suami
/keluarga baik, dan sebanyak 13 (21,7%) WUS yang melakukan pemeriksaan
mendapatkan dukungan suami / keluarga kurang baik. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh p value 0,000 artinya ada hubungan secara signifikan antara dukungan
suami/keluarga dengan perilaku WUS dalam melakukan periksa IVA. Diperoleh nilai
OR 9,942 (95% CI : (3,600-27,459) artinya WUS yang ada dukungan suami/
keluarga berpeluang 9,942 kali lebih besar untuk berperilaku periksa IVA daripada
yang tidak ada dukungan suami / keluarga.
Hasil analisis hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan perilaku
periksa IVA, lebih banyak WUS yang mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan
yang melakukan pemeriksaan IVA dari pada WUS yang tidak mendapatkan
dukungan dari tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan IVA. Diperoleh
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
proporsi WUS yang berperilaku periksa IVA sebanyak 32 (69,6%)WUS yang
mendapat dukungan tenaga kesehatan baik, dan hanya 3 (6,8%) WUS yang
melakukan pemeriksaan IVA yang tidak mendapatkan dukungan tenaga kesehatan.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 artinya ada hubungan secara
signifikan antara dukungan tenaga kesehatan dengan perilaku WUS dalam melakukan
periksa IVA. Diperoleh nilai OR 18,891 (95% CI : 5,731-62,272) artinya WUS yang
ada dukungan tenaga kesehatan berpeluang 18,891 kali lebih besar untuk berperilaku
periksa IVA daripada yang tidak ada dukungan tenaga kesehatan.
3. Analisis Multivariat
Tabel 3. Model Akhir Regresi Logistik
Variabel P value OR 95%CI
Pendidikan 0.328 3.088 0.323-29.500
Pengetahuan 0.001 12.001 2.651-54.331
Keterpaparan Informasi 0.114 7.650 0.612-95.553
Dukungan Suami / Keluarga 0.040 4.733 1.073-20.879
Dukungan Tenaga Kesehatan 0.083 3.261 0.857-12.403
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa terdapat 5 variabel dari 8
variabel independen yang paling berhubungan dengan perilaku WUS dalam deteksi
dini kanker serviks setelah dilakukan uji confounding yaitu variabel pendidikan,
pengetahuan, keterpaparan informasi, dukungan suami atau keluarga dan dukungan
tenaga kesehatan.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, lebih banyak WUS yang tidak
melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA
dibandingkan dengan yang melakukan pemeriksaan. Terdapat 38,9% WUS yang
melakukan pemeriksaan dan 61,1% WUS yang tidak melakukan pemeriksaan. Hal ini
berarti sebagian besar WUS di wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
mempunyai perilaku yang kurang dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode
IVA.
Dari hasi penelitian menunjukan bahwa yang melakukan pemeriksaan IVA
lebih banyak pada yang berumur <31 tahun yaitu 65,6% dibandingkan dengan yang
berumur ≥31 tahun yang hanya sebanyak 34,4%. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan teori Green (1980) dan Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2005; 2010)
bahwa faktor sosiodemografi dalam hal ini umur berpengaruh terhadap perbedaan
dalam perilaku kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan menunjukan bahwa WUS yang berpendidikan
tinggi lebih banyak yang melakukan pemeriksaan IVA dibandingkan dengan yang
berpendidikan rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Purba (2011) bahwa
wanita yang mempunyai pendidikan tinggi lebih banyak yang melakukan
pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku WUS
dalam melakukan periksa IVA terlihat lebih banyak WUS yang bekerja yang
melakukan pemerilksaan IVA yaitu sebanyak 59,0%. Selain itu wanita yang bekerja
berpeluang 4,672 kali lebih besar untuk melakukan pemeriksaan IVA. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Sutanti (2010) bahwa risiko wanita yang bekerja terhadap
kejadian lesi pra-kanker cenderung lebih kecil 0,431 kali dibanding wanita yang tidak
bekerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan perilaku WUS dalam periksa IVA. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliawati (2012) di Puskesmas Prembun
bahwa kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi ibu untuk tidak melakukan
pemeriksaan IVA, yang dimungkinkan karena kurang mendapatkan informasi.
Pengetahuan tentang kanker leher rahim dan pemeriksaan IVA dapat diperoleh
melalui TV, radio, brosur, leaflet, teman, saudara, keluarga bahkan petugas kesehatan
termasuk kader kesehatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
sikap dengan perilaku pemeriksaan IVA karena hasil uji statistik p value 0,000 maka
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
Ho ditolak yang artinya data sampel mendukung adanya perbedaan bermakna
(signifikan). Menurut Notoatmodjo (2007) jika individu memiliki presepsi yang baik
maka kemungkinan besar perilaku mereka berubah menjadi positif hasi penelitian ini
sejalan dengan penelitian Sakanti (2007) yang menyatakan bahwa seluruh wanita
yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim memiliki sikap yang
positif terhadap deteksi dini kanker leher rahim. Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Sarini (2011) yang mengatakan bahwa tidak semua wanita yang bersikap
positif melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.
Dari hasil penelitian berdasarkan uji statistik diperoleh p value 0,000 yang
artinya ada hubungan yang signifikan antara informasi ketersediaan sarana dan
prasarana dengan perilaku WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Rohmawati (2010) yang menyatakan WUS yang
mendapatkan informasi cenderung untuk melakukan pemeriksaan IVA.
Dari 90 responden yang diteliti terdapat sebanyak 62 WUS yang sudah
pernah terpapar oleh informasi tentang kanker serviks dan IVA, 54,8% diantaranya
melakukan pemeriksaan IVA. dan informasi terbanyak yang responden dapatkan
adalah dari petugas kesehatan dan juga media elektronik (televisi, radio). yang
menyatakan bahwa keterpaparan individu terhadap informasi kesehatan akan
mendorong terjadinya perilaku kesehatan.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sarini (2011), yang menyatakan
bahwa sebagian besar responden yang menerima informasi dari petugas kesehatan,
maka akan melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim. Penyampaian
informasi yang baik antara petugas kesehatan dengan masyarakat dan antara
masyarakat itu sendiri berkontribusi positif terhadap perilaku pemeriksaan deteksi
dini kanker leher rahim.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang mendapatkan dukungan suami
atau keluarga berpeluang 9,942 kali lebih besar untuk melakukan deteksi dini kanker
leher rahim metode IVA. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Purba (2011) yang
menyatakan bahwa faktor penting dalam memberikan dorongan bagi ibu untuk
melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim adalah orang-orang terdekat
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
yaitu suami dan keluarga. Peran suami dan keluarga sangat kuat dalam memberikan
dukungan bagi ibu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sehingga sangat
mempengaruhi status kesehatannya. Suami dan keluarga merupakan orang terdekat
dengan WUS dalam
Tenaga kesehatan adalah sumber informasi yang sangat bisa dipercaya
sehingga dorongan dari petugas kepada WUS untuk melakukan pemeriksaan IVA
akan sangat membantu mengarahkan perilaku IVA (Rohamawati, 2010). Penelitian
ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan petugas
kesehatan dengan perilaku WUS dalam melakukan deteksi dini kanker serviks.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliawati (2012) Untuk meningkatkan
cakupan pelayanan IVA juga bisa dilaksanakan dengan mengajak ibu-ibu mengikuti
pemeriksaan IVA yang dilaksanakan. Karena berdasarkan pengalaman bahwa
mayoritas WUS bersedia mengikuti pemeriksaan IVA apabila diajak oleh petugas
atau kader kesehatan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya, maka peneliti
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar WUS di wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
mempunyai perilaku yang kurang dalam deteksi dini kanker serviks dengan
metode IVA yaitu sebesar 61,1 %.
2. Faktor predisposisi (umur, pekerjaan, pendidikan) variabel umur berdasarkan uji
stastistik menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku
deteksi dini kanker serviks, sedangkan variabel Pekerjaan dan pendidikan
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan perilaku WUS dalam
deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA .
3. Faktor Pemudah (pengetahuan, sikap) kedua variabel ini menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan dengan perilaku WUS dalam deteksi dini kanker
serviks dengan metode IVA.
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
4. Faktor Pemungkin (informasi ketersediaan sarana dan prasarana, keterpaparan
informasi tentang kanker serviks) menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan dengan perilaku WUS dalam deteksi dini kanker serviks dengan
metode IVA.
5. Faktor penguat (dukungan suami dan keluarga, dukungan petugas kesehatanan)
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan perilaku WUS dalam
deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA.
Saran 1. Bagi Pemerintah: Memberikan penyegaran pada puskesmas percontohan IVA
dan memberikan reward pada puskesmas yang cakupan pelayanannya
menunjukkan peningkatan dan mampu mencapai target yang telah ditentukan
serta membuat iklan di media electronic (televisi, radio), media cetak (surat
kabar, majalah/tabloid) tentang kanker serviks dan IVA.
2. Bagi Puskesmas: Diharapkan dapat meningkatkan kegiatan pendidikan kesehatan
tentang deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA oleh tenaga kesehatan
kepada wanita usia subur melalui penyuluhan di acara ataupun kegiatan-kegiatan
di Puskesmas melalui penyuluhan, konseling atau mengajak untuk melakukan
pemeriksaan IVA dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kanker
leher Rahim dan pemeriksaan IVA dengan cara memperluas sasaran promosi
kesehatan, tidak hanya pada ibu saja, tetapi juga pada suami atau keluarga
lainnya agar nantinya juga mendukung istri atau anak wanita untuk melakukan
pemeriksan IVA.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya: Peneliti berikutnya dapat merevisi dan menambah
pertanyaan pada instrumen penelitian guna menggali persepsi yang lebih dalam
mengenai kanker serviks dan dapat meneliti lebih lanjut terkait faktor lain yang
mempengaruhi perilaku seseorang tentang deteksi dini IVA.
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
Daftar Refrensi
Anonim, 2008b, What Are The Risk Factor for Cervical Cancer, Diakses pada tanggal 31-05-2017 jam 18.30 WIB dari http://www.cancer.org.
Anonim, 2003, Bahaya Kanker Rahim Bagi Wanita, Diakses pada tanggal 2-06-2017 jam 19.00 WIB dari http://situs.kesrepro.info/aging /mar/2003/ag03.htm.
Anonim, 2003c, it develops, Diakses pada tanggal 31-06-2017 jam 18.40 WIB dari http://www.cancerbacup.org.uk/Cancertype/Cervix/General/How.
Aziz, M.F. (2006). Skrining dan Deteksi Dini kanker serviks. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Azwar, 2007. Perilaku dan Sikap Manusia. Bandung : ALFABETA Budiman dan Riyanto. 2013. Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Depkes RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Depkes RI, 2011. Target Tujuan Pembangunan MDGs. Direktorat Jendral Kesehatan Ibu dan
Anak. Jakarta. Dharma, Kelana Kusuma., 2011. Metodelogi Penelitian Keperawayan. Jakarta: Trans Info
Medik Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Emilia, Ova, dr, Yudha Hananta I Putu, dr. Kusumanto Dhanu dan Freitag Harry, 2010.
Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta : Media Pressindo. Effendy, Nasrul.1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Green, Lawrence et al, 1980. Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Diagnostik edisi
terjemahan oleh Zulazmi Mamdy, Zarfil Tafal, Sudarti Kresno. Jakarta : FKM UI. Greeen, L W, & Kreuter, M, W, 2005. Health Program Planing, An Educational and
Ecological Approach 4 Th Ed, Boston, MC. Graw Hill Hartanto, dkk, 2005. Penyakit Serebrovaskular Jakarta: EGC. Hastono, S, 2006. Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hastono.S, dan Sabri Luknis, 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers. Hastono, Priyo Susanto. 2001. Modul Analisa Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia; Jakarta Hastono, P. S. 2011. Statistik Kesehatan. Edisi VI. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Hidayati, W.B, 2001. Kanker Serviks Displasia Dapat Disembuhkan. Jakarta: Medika N. Dayakisni, Tri & Hudaniah.(2006). Psikologi sosial, Yogyakarta. UMM Press Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Info DATIN .Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Lemeshow, Stanley, et al, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta
UGM. Mansjoer, Arif, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI. Notoatmodjo, 2003. Promosi Kesehatan. Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Rineka Cipta. _ , 2003. Pengantar Perilaku dan Pendidikan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta _ , 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta , 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. _, 2010. Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam & Pariani. 2000. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Surabaya :
FK. Unair, hal 133.
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017
Purba, Evi Misrawaty. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemeriksaan Papsmear pada Pasangan Usia subur (PUS) di Puskesmas Belawan Kota Medan Tahun 2011. Skripsi : FKM UI
Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Bunga Rampah Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2 Ed/6.
Profil Puskemas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2016 Rasjidi, I., Irwanto, Y., Sulistyanto, H., 2008. Modalitas Deteksi Dini Kanker Serviks. In:
Rasjidi, I., ed. Manual Pra-kanker Serviks. Jakarta: Sagung Seto. Rasjidi, Imam. 2010. Manual Pra-kanker serviks. Jakarta : Sagung Seto .2010. 100 Questions and answer : Kanker pada Wanita. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo. Riwidikdo, Handoko. 2007. Statistik Kesehatan Belajar, Mudah Teknik Analisa Data Dalam
Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Sofware SPSS). Yogyakarta : Mitra Cendekia Pres. Rohmawati, Ika 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Wanita Usia
Subur Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Metode IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat) Di Wilayah Kerja Pukesmas Ngawen I Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2011. Skripsi. Jakarta : FKM UI.
Sankaranarayanan R., Budukh AM., Rajkumar R. 2001. Effective Screening programmes for cervical cancer in low and middle-income developing countries. Bull WHO; 79:954-62.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : ALFABETA Sarini, Ni Ketut Manik. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan
Papsmear Pada Wanita Usia Subur Di Desa Pacung Wilayah Kerja Puskesmas Tejakula II Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Bali Tahun 2011. Skripsi. Jakarta: FKM UI
Sarwono P., 1996. Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo, Jakarta Sarwono, Solita. 1997. Sosiologi Kesehatan : Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sari, Popy Titi Purnama. 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Deteksi
Dini Kanker Payudara pada Tenaga Pengajar Wanita di Sekolah Dasar (SD) Wilayah Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. Skripsi. Jakarta : FKM UI.
Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita. Yogyakarta: Mitra Setia. Stewart, Bernard W. dan Kleihues, Paul. 2003. Word Cancer Report. IARC Press, Lyon. Susanto, Eko. Diakses pada tanggal 18-06-2017 pukul 11.00 WIB dari
http://eko13.wordpress.com/2008/03/18/bimbingankonseling keluarga/ Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Sudaryono, (2014). Budaya & Perilaku Organisasi, Edisi Pertama. Jakarta: Lentera Ilmu
Cendekia. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Wahid dkk, 2007. Promosi Kesehatan. Graha Ilmu, Yogyakarta. World Health Organization, 2012. GLOBOCAN (The Global Cancer Atlas) 2012 : Estimated
Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in 2012. Diakses pada tanggal 20-05-2017 jam 19.00 WIB dari International Agency for Research on Cancer World Health Organization Website: http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_cancer.aspx
Yuliawati, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Wus Dalam Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Metode IVA Di Wilayah Puskesmas Prembun Kabupaten Kebumen Tahun 2012. Skripsi. Jakarta : FKMUI.
Faktor yang ..., Maria Vandelina Wea, FKM UI, 2017