faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi pada …

226
FAKTOR YANG PADA LAN DAL PROGRAM ST FAKUL INS G MEMENGARUHI KEJADIAN HI NJUT USIA (LANSIA) DI POLI PEN LAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN TAHUN 2019 TESIS Oleh : NONONG FAUZIAH 1602011317 TUDI S2 ILMU KESEHATAN MASY LTAS KESEHATAN MASYARAKA STITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2020 IPERTENSI NYAKIT N YARAKAT AT

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI

PADA LANJUT

DALAM RSUD

PROGRAM STUDI S2

FAKULTAS

INSTITUT

YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI

PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT

DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN

TAHUN 2019

TESIS

Oleh :

NONONG FAUZIAH

1602011317

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2020

YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI

USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT

. FAUZIAH BIREUEN

KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN MASYARAKAT

Page 2: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI

PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT

DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN

TAHUN 2019

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memeroleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)

pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, minat studi Ilmu Perilaku dan Promosi Kesehatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia

Oleh :

NONONG FAUZIAH

1602011317

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2020

Page 3: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 4: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Telah diuji pada tanggal : 02 Desember 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, MSc, M.Kes

Anggota : 1. Linda Hernike Napitupulu, SKM, M.Kes

2. Dr. Mappeaty Nyorong, M.P.H

3. Rapida Saragih, S.K.M., M.Kes

Page 5: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

1

Page 6: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

6

Page 7: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

7

Page 8: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

8

ABSTRAK

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI

PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT

DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN

TAHUN 2019

NONONG FAUZIAH

1602011317

Hipertensi masalah yang sering dijumpai pada masyarakat termasuk yang mematikan. Data kunjungan hipertensi di Poli sebesar 106 kunjungan dengan perempuan 73 orang dan laki-laki 33 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisa faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode mixed method dengan pendekatan case control dan triangulasi konkuren. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia berumur ≥50 tahun sebanyak 106 orang. Sampel masing-masing kelompok case dan control sebanyak 52 orang dan informan penelitian sebanyak 5 orang. Analisis data kuantitatif menggunakan analisis univariat, bivariat, multivariate dan analisis kualitatif dengan wawancara. Hasil penelitian kuantitatif regresi linear berganda diketahui nilai signifikan variabel pendidikan, pengetahuan, sikap, nutrisi, kebiasaan memakai napza = 0,562 dan merokok. Variable nutrisi memiliki nilai Exp (B) terbesar (36,210). Hasil penelitian kualitatif diketahui bahwa pasien mengetahui faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi, namun masih hanya tentang makanan berlemak dan faktor keturunan saja. Kesimpulan ada pengaruh signifikan variabel sikap, merokok dan nutrisi dan tidak ada pengaruh pendidikan, pengetahuan dan kebiasaan memakai napza terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen tahun 2019. Disarankan kepada RSUD dr. Fauziah Bireuen agar melakukan kegiatan penyuluhan kepada para lansia. Kata Kunci : Faktor yang Memengaruhi, Kejadian Hipertensi, Lansia

Daftar Pustaka : 39 buku, 47 internet

Page 9: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Faktor

yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli

Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019” guna memenuhi salah

satu persyaratan untuk memproleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat di

Institut Kesehatan Helvetia Medan.

Dalam proses penyusunan penelitian tesis ini penulis banyak mendapat

bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, maka pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, MSc, M.Kes. selaku pembina yayasan

Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah menyediakan tempat untuk

penulis menimba ilmu dari mulai perkuliahan sampai selesai penyusunan tesis

ini, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah telah banyak

mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan nasehat dan

petunjuk guna menyelesaikan tesis ini.

2. Iman Muhammad, SE, S.Kom, MM, M.Kes., selaku Ketua Yayasan Helvetia

Medan sekaligus selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Institut

Kesehatan Helvetia Medan yang telah yang memberikan fasilitas bagi penulis

untuk belajar selama perkuliahan sampai selesai tesis ini.

3. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia

Medan, yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti kegiatan

belajar mengajar di Institut Kesehatan Helvetia.

4. Dr. Asriwati, S.Kep, Ns, M.Kes., selaku Dekan Institut Kesehatan Helvetia

Medan. Helvetia Medan, yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk

mengikuti kegiatan belajar mengajar di Institut Kesehatan Helvetia

5. Linda Hernike Napitupulu, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah banyak mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan

nasehat dan petunjuk guna menyelesaikan tesis ini.

Page 10: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

10

6. Dr. Mappeaty Nyorong, M.P.H, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan nasehat dan

petunjuk guna menyelesaikan tesis ini

7. Rapida Saragih, S.K.M., M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan nasehat dan

petunjuk guna menyelesaikan tesis ini

8. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Helvetia yang telah banyak

memberikan ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan tesis ini masih banyak

terdapat kekurangan. Oleh karena itu jika terdapat kritik dan saran, penulis akan

senantiasa menerimanya. Akhir kata, semoga kita semua selalu berada dalam

lindungan Tuhan Yang Esa.

Medan, Desember 2019 Penulis

Nonong Fauziah

Page 11: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

11

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nonong Fauziah, lahir di Simpang Empat Bireuen pada tanggal 30 Maret 1974, beragama Islam, anak ketiga dari pasangan AR. Djuli dan Nurhayati. Penulis beralamat di Dusun Capa Desa Geuleumpang Payong, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Pendidikan penulis dimulai dari Inpres Krueng Geukueh Aceh Utara tahun 1981 dan lulus pada tahun 1987, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri Krueng Geukueh Aceh Utara lulus pada tahun 1990. Setelah tamat dari SMP selanjutnya penulis menempuh pendidikan di SMU Negeri 1 Lhoksumawe lulus pada tahun1993. Selanjutnya menempuh pendidikan di Akademi Gizi Depkes RI Banda Aceh lulus pada tahun 1996. Setelah selesai menempuh pendidikan Akademi Gizi selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan S1 Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di STIKes U’budiah Banda Aceh lulus pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat Minat Studi Ilmu Perilaku dan Promosi Kesehatan di Institut Kesehatan Helvetia Medan pada tahun 2016. Saat ini penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Instalasi Gizi RSU dr. Fauziah Bireuen.

Page 12: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

12

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRACT .............................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 8

1.3.1 Tujuan Umum ..................................................... 8 1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 9 1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................. 9 1.4.2 Manfaat Praktis ................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 11

2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................... 11 2.2 Telaah Teori Hipertensi................................................... 13

2.2.1 Hipertensi ............................................................ 13 2.2.2 Faktor Risiko Hipertensi ..................................... 31 2.2.3 Lansia .................................................................. 37

2.3 Landasan Teori ................................................................ 53 2.4 Kerangka Konsep ............................................................ 57 2.5 Hipotesis .......................................................................... 57

BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 59 3.1 Desain dan Jenis Penelitian ............................................ 59 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................... 60

3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................. 60 3.2.2 Waktu Penelitian ................................................. 60

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... 61 3.3.1 Populasi Penelitian .............................................. 61 3.3.2 Sampel Penelitian ................................................ 61

3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................ 64

Page 13: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

13

3.4.1 Jenis Data ............................................................ 64 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ................................. 64 3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas .............................. 65

3.5 Variabel dan Definisi Operasional .................................. 68 3.5.1 Variabel Penelitian .............................................. 68 3.5.2 Definisi Operasional ............................................ 69

3.6 Metode Pengukuran ....................................................... 70 3.7 Metode Pengolahan Data ................................................ 71 3.8 Analisis Data ................................................................... 72

3.8.1 Analisis Univariat ................................................ 72 3.8.2 Analisis Bivariat ................................................. 72 3.8.3 Analisis Multivariat ............................................. 73 3.8.4 Metode Analisis Kualitatif .................................. 73

BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 77

4.1 Data Umum Lokasi Penelitian ........................................ 77 4.1.1. Keadaan Geografis .............................................. 77 4.1.2. Keadaan Demografi ............................................. 78 4.2 Karakteristik Responden ................................................. 78 4.3 Analisis Univariat ........................................................... 80 4.3.1. Pengetahuan ........................................................ 80 4.3.2. Sikap .................................................................... 80 4.3.3. Nutrisi .................................................................. 81 4.3.4. Kebiasaan Memakai Napza ................................. 82 4.3.5. Merokok .............................................................. 82 4.3.6. Kejadian Hipertensi ............................................. 83 4.4 Analisis Bivariat .............................................................. 83 4.4.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan dengan

Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......................... 84

4.4.2 Hubungan Suku/Ras dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 85

4.4.3 Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 86

4.4.4. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 87

4.4.5. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 88

4.4.6. Hubungan Sikap dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .......................................................... 89

Page 14: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

14

4.34.7. Hubungan Nutrisi dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .......................................................... 89

4.4.8. Hubungan Kebiasaan Memakai Napza dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......................... 90

4.4.9. Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 91

1.5. Analisis Multivariat ......................................................... 92 1.6. Analisis Kualitatif ........................................................... 96

4.6.1. Gambaran Umum Informan Penelitian ............... 96 4.6.2. Faktor Risiko terhadap Kejadian Hipertensi

pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ... 97

BAB V PEMBAHASAN ................................................................... 115 5.1 Analisis Faktor yang Memengaruhi Kejadian

Hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ............. 115

5.1.1 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 115

5.1.2 Pengaruh Suku/ Ras terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 117

5.1.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 118

5.1.4 Pengaruh Pekerjaan terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 120

5.1.5 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 121

5.1.6 Pengaruh Sikap terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......................................................... 123

5.1.7 Pengaruh Nutrisi terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......................................................... 125

5.1.8 Pengaruh Kebiasaan Memakai Napza terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......................... 126

Page 15: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

15

5.1.9 Pengaruh Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 128

5.1.10 Implikasi Penelitian ............................................. 131 5.1.11 Keterbatasan Penelitian ....................................... 132

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 134 6.1. Kesimpulan ..................................................................... 134 6.2. Saran ............................................................................... 135 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 137

LAMPIRAN

Page 16: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

16

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori Modifikasi Teori Green dan Teori Widyanto dan Tribowo ......................................................................................... 56

2.2 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 57 3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 60

Page 17: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

17

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Menurut Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment

of Blood Pressure/JNC VII ............................................................ 16 3.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan .................................... 66 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Sikap ............................................... 66 3.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Napza .............................................. 67 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan, Sikap, dan Napza . 68 3.5 Aspek Pengukuran .......................................................................... 70 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Penderita Hipertensi di Poli

Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .................... 78 4.2 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden di Poli

Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .................... 80 4.3. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap di Poli Penyakit Dalam RS

dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ..................................................... 81 4.4 Distribusi Frekuensi Kategori Nutrisi di Poli Penyakit Dalam RS

dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ..................................................... 81 4.5 Distribusi Frekuensi Kategori Kebiasaan Memakai Napza di Poli

Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .................... 82 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Merokok di Poli Penyakit Dalam

RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ............................................... 83 4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Kejadian Hipertensi di Poli

Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .................... 83

4.8 Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ................................................................................................. 84

4.9 Tabulasi Silang Hubungan Suku/Ras dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......... 85

Page 18: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

18

4.10 Tabulasi Silang Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ................................................................................................. 86

4.11 Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......... 87

4.12 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ................................................................................................. 88

4.13 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ................................................................................................. 89

4.14 Tabulasi Silang Hubungan Nutrisi dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ............. 90

4.15 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Memakai Napza dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ........................................................................ 91

4.16 Tabulasi Silang Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi

di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......... 92

4.17 Nilai p-value regresi ........................................................................ 93

4.18 Hasil Uji Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Tahap I .......... 93

4.19 Hasil Uji Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Tahap II ......... 94

4.20 Karakteristik Informan Penelitian ................................................... 97

4.21 Resume Hasil Wawancara tentang Faktor yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ............................. 106

Page 19: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

19

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman 1. Lembar Kuesioner dan Pedoman Wawancara ............................ 142

2. Matriks Wawancara Mendalam .................................................... 150

3. Master Data Uji Validitas ............................................................. 156

4. Master Data Penelitan ................................................................... 159

5. Hasil Uji Validitas......................................................................... 165

6. Hasil Penelitian Data SPSS ........................................................... 174

7. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 196

8. Lembar Permohonan Izin Survei Awal ........................................ 201

9. Balasan Permohonan Izin Survey Awal ...................................... 202

10. Lembar Permohonan Uji Validitas .............................................. 203

11. Balasan Izin Uji Validitas ............................................................. 204

12. Lembar Permohonan Izin Penelitian ............................................. 205

13. Balasan Selesai Penelitian............................................................. 206

14. Lembar Bimbingan Tesis Dosen Pembimbing I ........................... 207

15. Lembar Bimbingan Tesis Dosen PEmbimbing II ......................... 209

16. Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) ....................................... 211

Page 20: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Balakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai pada

masyarakat, penyakit ini merupakan salah satu yang disebut silent killer karena

termasuk penyakit yang mematikan. Seseorang yang dikatakan hipertensi apabila

setelah dilakukan pengukuran nilai tekanan darah dan menunjukkan angka sistolik

>140 mmHg dan angka diastolik > 90 mmHg. Pengukuran dilakukan dua kali

dengan jarak 1 menit kemudian diambil rata-rata pengukurannya. Tekanan darah

yang tinggi dapat meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke,

dan gagal ginjal.

Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan kondisi ketika seseorang

mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak (akut).

Hipertensi menetap (tekanan darah tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor

risiko terjadinya stroke, penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung, gagal

ginjal, dan aneurisma arteri (penyakit pembuluh darah). Meskipun peningkatan

tekanan darah relatif kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup

(1).

Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia

menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita

hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah penderita

hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, dimana 2/3 diantaranya

berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang.

Page 21: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

21

Prevalensi Hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025

sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah

mengakibatkan kematian sekitar 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan

komplikasi, dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3

populasinya menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan (2).

Prevalensi hipertensi di negara maju maupun negara berkembang masih

tergolong tinggi, prevalensi hipertensi di negara maju adalah Prevalensi penyakit

hipertensi pada tahun 2015 sebanyak 62,07 per 10.000 penduduk (6.856 kasus),

tahun 2013 sebesar 49,61 per 10.000 penduduk (5.534 kasus), dan tahun 2016

sebesar 39,17 per 10.000 penduduk (4.552 kasus) hipertensi (2).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI menunjukan prevalensi hipertensi di

Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 34.1%

atau naik sebesar 8,3% dibandingkan tahun 2013 sebesar 25,8%, tertinggi di

Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur

(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia pada

golongan umur 50 tahun masih 10%, tetapi di atas 60 tahun angka tersebut terus

meningkat mencapai 20-30%. Berbagai penelitian melaporkan bahwa 1,3-28,6%

penduduk yang berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Prevalensi

hipertensi pada usia kurang dari 31 tahun 5% usia antara 31-44 tahun 8-10%, usia

lebih dari 45 tahun sebesar 20%. Namun beberapa pun usia kita, kehidupan akan

lebih menyenangkan jika kondisi kesehatan kita baik (3).

Page 22: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

22

Hasil Riskesdas 2013, menunjukkan prevalensi hipertensi pada perempuan lebih

tinggi daripada laki-laki. Pada perempuan 28,8% dan laki-laki 22,8%. Hipertensi pada

perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hipertensi lebih banyak

terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak

menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah

wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (4).

Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Aceh, penderita Hipertensi pada

tahun 2017 berjumlah 80.178 dari 3.225.611 penduduk yang berusia >18 tahun.

Sedangkan jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Bireuen sebesar 3.769 dari

287.763 penduduk yang berusia >18tahun (5).

Gaya hidup sering menjadi faktor risiko penting bagi timbulnya hipertensi

pada seseorang. Beberapa diantaranya adalah faktor kebiasaan makan seperti

konsumsi lemak dan garam tinggi, kegemukan atau makan secara berlebihan.

Gaya hidup yang tidak sehat seperti minum-minuman mengandung alkohol,

merokok, stres emosional dan kurangnya aktifitas fisik yang dapat meningkatkan

risiko kelebihan berat badan juga menjadi penyebab hipertensi yang lebih banyak

kasus terjadinya (6).

Survei pendahuluan yang dilakukan di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit

dr. Fauziah Bireuen, tercatat jumlah kunjungan pasien hipertensi dari data laporan,

menunjukkan jumlah kunjungan pasien hipertensi di tahun 2017 sebanyak 173

kunjungan dimana mayoritas adalah perempuan sebesar 117 orang dan 56 orang

laki-laki. Sedangkan di tahun 2018 jumlah kunjungan pasien hipertensi sebesar

106 kunjungan dimana mayoritas kunjungan adalah pasien perempuan sebesar 73

Page 23: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

23

orang dan pasien hipertensi laki-laki sebesar 33 orang pada tahun 2018. Meskipun

terdapat penurunan jumlah kunjungan pasien hipertensi di Poli Penyakit Dalam

Rumah Sakit dr. Fauziah Bireuen pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2017

yakni sebesar 67 orang, namun jumlah ini masih tergolong tinggi (7).

Banyaknya faktor resiko penyebab hipertensi mengakibatkan hipertensi

merupakan penyakit dengan jumlah penderita yang banyak. Seiring dengan

bertambahnya usia menjadi salah satu faktor resiko dari hipertensi. Faktor yang

terkait proses menua beresiko hipertensi di karenakan terjadi kekakuan pada aorta,

peningkatan afterload (membutuhkan daya yang lebih banyak untuk memompa

darah dari ventrikel) dan peningkatan tahanan vaskuler (8).

Penyakit hipertensi dapat terjadi karena salah satu akibat masalah yang

sering muncul dari perubahan gaya hidup. Bagi laki-laki kebiasaan merokok,

minum-minuman beralkohol akan memacu timbulnya hipertensi. Cara untuk

penanganan hipertensi yaitu dengan mengubah ke arah hidup sehat seperti aktif

berolahraga, mengatur diet atau pola makan seperti rendah garam, rendah

kolesterol, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok (9).

Berkaitan gaya hidup maka pengetahuan, sikap dan kepatuhan menjadi

faktor utama agar penyakit tidak berkembang menjadi komplikasi yang lebih

parah. Kepatuhan terhadap diet yang meliputi diet rendah garam, diet tinggi serat,

rendah kolesterol dan rendah kalori sangat diperlukan. Kepatuhan sendiri sangat

dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap penderita. Pengetahuan juga menjadi

faktor utama pada lansia agar mengetahui penyakit hipertensi dan kemampuan

penderita hipertensi agar tidak menjadikan penyakitnya semakin parah adalah

Page 24: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

24

menjaga pola makan yang salah satunya adalah melakukan diet rendah garan

karena pada lansia yang semakin menua kemungkinan intelegensi dan

kemampuan penerimaan atau mengingat akan mengalami penurunan (10).

Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan,

yang meningkatkan volume darah. Jantung harus memompa keras untuk

mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang semakin sempit

yang akibatnya adalah hipertensi (11). Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Abdurrachim, Hariyawati dan Suryani (2016) bahwa ada

hubungan yang bermakna antara asupan natrium terhadap tekanan darah lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha dan Bina Laras Budi Luhur Kota Banjarbaru (12).

Kebalikan dari natrium, kalium lebih berhubungan erat dengan penurunan

tekanan darah. Kalium pada prinsipnya terdapat dalam sel-sel tubuh. Fungsi

kalium adalah melengkapi fungsi natrium. Kalium memegang peranan dalam

pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam dan

basa (13). Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Arlita (2014)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara asupan kalium dengan tekanan

darah pada lansia (14).

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti dengan

mewawancarai 10 orang pasien yang berkunjung ke Poli Penyakit Dalam Rumah

Sakit dr. Fauziah Bireuen pada bulan Desember 2018, diketahui 4 orang penderita

hipertensi terdiri dari 2 perempuan dan 2 laki laki perokok yang mengkonsumsi

rokok lebih dari 2 bungkus sehari dan sudah terbiasa mengkonsumsi makanan

berlemak sesuai dengan kebiasaan ataupun makanan khas daerah Aceh. Selain itu,

Page 25: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

25

kebiasaan masyarakat setempat juga sangat menggemari makanan panggang

seperti sate dan sangat suka mengkonsumsi kopi dalam jumlah yang banyak

terutama bagi kaum laki-laki, 3 pasien lainnya yang terdiri dari 2 orang laki-laki

dan 1 perempuan mengatakan kurang melakukan aktifitas fisik seperti olahraga.

Selain itu, 3 orang pasien mengatakan bahwa mereka sudah tahu jika hipertensi

dapat mengakibatkan stroke namun belum tahu bagaimana secara pasti hipertensi

dapat menjadi stroke sedangkan dua diantaranya merasa hipertensi sudah biasa

terjadi dan biasa saja.

Hasil wawancara peneliti penderita hipertensi yang datang ke Poli

Penyakit Dalam Rumah Sakit dr. Fauziah Bireuen sebanyak 5 lansia. Mereka

bekerja sebagai pensiunan PNS, pekerja swasta dan ibu rumah tangga. Masyarakat

Suku Aceh masih menjalankan adat-istiadat yang kental dari nenek moyang

mereka seperti upacara adat perkawinan, kematian, khitanan dan turun mandi.

Upacara-upacara ini tidak terlepas dari budaya makan masyarakat tersebut, yang

lebih menyukai makanan yang tinggi garam dan berlemak. Ini tercermin dari

makan-makanan yang disajikan pada acara-acara adat tersebut. Mereka juga

merokok dahulunya, jarang berolahraga atau melakukan aktivitas fisik, kurang

tidur/istirahat dan ada riwayat hipertensi dan kaum pria lebih banyak

menghabiskan waktu minum kopi di warung.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian apakah ada pengaruh faktor predisposisi, faktor risiko yang dapat

dikontrol dan tidak dapat dikontrol terhadap kejadian hipertensi pada Lanjut Usia

(Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019?.

Page 26: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

26

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah faktor pendidikan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada

Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen

Tahun 2019?

2) Apakah faktor pekerjaan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada

Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen

Tahun 2019?

3) Apakah faktor pengetahuan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada

Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen

Tahun 2019?

4) Apakah faktor sikap berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada Lanjut

Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun

2019?

5) Apakah faktor jenis kelamin berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada

Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen

Tahun 2019?.

6) Apakah faktor ras berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada Lanjut Usia

(Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019?

7) Apakah faktor nutrisi berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada Lanjut

Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun

2019?.

Page 27: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

27

8) Apakah faktor merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada

Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen

Tahun 2019?.

9) Apakah faktor kebiasaan memakai napza berpengaruh terhadap kejadian

hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Fauziah Bireuen Tahun 2019?.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisa pengaruh faktor predisposisi, faktor risiko yang dapat dikontrol dan

tidak dapat dikontrol terhadap kejadian hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di

Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pendidikan terhadap kejadian

hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Fauziah Bireuen Tahun 2019

2) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pekerjaan terhadap kejadian

hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Fauziah Bireuen Tahun 2019

3) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pengetahuan terhadap kejadian

hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Fauziah Bireuen Tahun 2019

Page 28: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

28

4) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh sikap terhadap kejadian

hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Fauziah Bireuen Tahun 2019

5) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian

hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Fauziah Bireuen Tahun 2019

6) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh ras terhadap kejadian hipertensi

pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen

Tahun 2019.

7) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh nutirisi terhadap kejadian

hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Fauziah Bireuen Tahun 2019

8) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh merokok terhadap kejadian

hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Fauziah Bireuen Tahun 2019

9) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kebiasaan memakai napza

terhadap kejadian hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit

Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a) Bagi Institut Kesehatan Helvetia

Page 29: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

29

Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa Institut Kesehatan

Helvetia khususnya mahasiswa S2 program Ilmu Perilaku dan Promosi

Kesehatan dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang faktor

yang mempengaruhi kejadian hipertensi.

b) Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dalam penerapan

ilmu yang diperoleh sewaktu mengikuti perkuliahan khususnya tentang

faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Masyarakat

Untuk menambah informasi kepada masyarakat tentang pentingnya

menjaga gaya hidup yang sehat untuk menghindari hipertensi.

2) Bagi RSUD Dr. Fauziah Bireuen

Sebagai masukan bagi RSUD dr. Fauziah Bireuen untuk meningkatkan

promosi kesehatan tentang hipertensi dan peningkatan sarana dan

prasarana dalam penanganan kejadian hipertensi.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya.

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan bahan

perbandingan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang

faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi.

Page 30: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Oktaviance (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor –Faktor

Yang Berhubungan Dengan Penyakit Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Poskeskel

Rengas Pulau Marelan Medan Tahun 2014, menyimpulkan 68,7% lanjut usia

mengalami penyakit hipertensi dan variabel yang berhubungan dengan penyakit

hipertensi pada lanjut usia adalah variabel pola konsumsi makan dan usia.

Variabel yang dominan adalah jenis kelamin dengan nilai (p value = 0,016 dan

OR= 18,281) (15).

Penelitian yang dilakukan Fitrina (2014) dengan judul Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Lanjut di Wilayah Kerja

Puskesmas Kebun Sikolos Kecamatan Padang Panjang Barat Tahun 2014,

menyimpulkan bahwa pada taraf signifikan α=0,1, terdapat hubungan bermakna

antara variabel faktor keturunan, olahraga, merokok, konsumsi natrium dan

obesitas dengan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskemas Kebun

Sikolos Kecamatan Padang Panjang Barat tahun 2014. Olahraga dan obesitas

merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian hipertensi pada

lansia di wilayah kerja Puskemas Kebun Sikolos Kecamatan Padang Panjang

Barat tahun 2014 (16).

Penelitian yang sama dilakukan Novitaningtyas (2014) dengan judul

Hubungan Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan) dan Aktivitas

Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia di Kelurahan Makamhaji Kecamatan

Page 31: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

12

Kartasura Kabupaten Sukoharjo, menyimpulkan bahwa sebagian besar subjek

penelitian termasuk dalam kategori usia lansia yaitu sebesar 82,5%, untuk jenis

kelamin sebagian besar subjek penelitian adalah perempuan yaitu sebesar 80%,

sedangkan untuk tingkat pendidikan sebagian besar subjek penelitian termasuk

dalam kategori dasar yaitu sebesar 87,5%. Sebagian besar subjek penelitian

memiliki aktivitas fisik yang ringan yaitu sebesar 92,5%. Berdasarkan kategori

tekanan darah sistolik, subjek penelitian yang mengalami hipertensi yaitu sebesar

42,5%, sedangkan berdasarkan kategori tekanan darah diastolik, subjek penelitian

yang mengalami hipertensi sebesar 40%. Tidak ada hubungan antara umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia

di Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo (17).

Penelitian yang sama dilakukan Asari (2017) dengan judul Faktor-faktor

yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas PB Selayang II Lecamatan Medan Selayang, menyimpulkan

bahwa prevalence rate hipertensi 45,5%, proporsi responden hipertensi tertinggi

pada kelompok umur ≥60 (51,9%), jenis kelamin laki-laki (50,0%), ada riwayat

keluarga (63,2%), obesitas (67,4%), aktivitas fisik tidak cukup (55,8%), status

perokok kategori sedang+berat (58,30%), merokok pada laki-laki (53,3%), dan

merokok pada perempuan (42,9%). Hasil analisis bivariat terdapat 3 variabel yang

mempunyai hubungan signifikan dengan hipertensi yaitu riwayat keluarga

(p=0,007; RP=1,731), status gizi (p=0,000; RP=2,115) dan aktifitas fisik

(p=0,028; RP=1,613) (18).

Page 32: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

13

Penelitian yang dilakukan Mahmudah (2015) dengan judul Hubungan

Gaya Hidup dan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di

Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok Tahun 2015, menyimpulkan bahwa ada

hubungan antara aktivitas fisik (p=0,024 OR=3,596), asupan lemak (p=0,008

OR=4,364), dan asupan natrium (p=0,001 OR=6,103) dengan kejadian hipertensi.

Analisis multivariat menunjukkan asupan natrium (OR Exp(B)=4,627) sebagai

faktor resiko yang paling berhubungan dengan kejadian hipertensi (19).

2.2. Hipertensi

2.2.1. Definisi

Menurut Tanto Chris, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

>140/90 mmHg secara kronis (20). Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah

suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas

normal yang ditujukan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka bawah

(diastolik) pada pemeriksaan tensi darah baik yang berupa cuff air raksa

(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (21).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan

selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan

tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan

kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan

mendapat pengobatan yang memadai (4).

Menurut WHO dan kesepakatan dunia batas tekanan darah normal adalah

tekanan sistole 140 mmHg dan tekanan diastole 90 mmHg yang biasanya

Page 33: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

14

dituliskan 140/90 mmHg. Apabila tekanan sistole diatas 140 atau tekanan diastole

di atas 90, maka tekanan darah sudah dianggap sebagai tekanan darah tinggi atau

hipertensi (22).

Tekanan darah adalah daya yang digunakan oleh arus darah yang menerpa

dinding pembuluh nadi. Setiap kali jantung berdenyut, tekanannya bertambah

setiap kali jantung rileks, tekanan menurun. Bila seorang dokter memeriksa

tekanan darah, ia mengadakan dua pengukuran dan mencatatnya, seperti 130/80

mmHg. Angka pertama dan yang lebih besar = 130 mmHg (tekanan yang dibuat)

adalah tekanan sistolik, yaitu tekanan maksimum dalam pembuluh nadi pada

waktu jantung memompa. Angka yang kedua dan yang lebih kecil = 80 mmHg

adalah tekanan diastolik, yaitu tekanan pada waktu jantung beristirahat di antara

kontraksi (23).

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, tingkat

aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam

aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran

stabil. Tetapi secara umum, pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan

meningkat diwaktu beraktivitas atau berolahraga. Penyakit darah tinggi

merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan jantung yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat

sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (24).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan

hipertensi arteri dimana kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri

meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari

Page 34: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

15

biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah

melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolic tergantung apakah otot jantung

berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole ). Tekanan darah

normal pada istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100-140 mmHg

dan diastolic 60-90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada

pada 140/90 mmHg (25).

Tekanan darah manusia meliputi tekanan darah sistolik, tekanan darah

waktu jantung menguncup dan tekanan darah diastolik, yakni tekanan darah saat

jantung istirahat atau relaksasi. Penentuan batasan hipertensi ini sangat penting

karena akan menjadi cut off point untuk memperoleh prevalensi hipertensi

dipopulasi. Perubahan-perubahan pada batasan hipertensi akan mengakibatkan

terjadinya perubahan prevalensi hipertensi pada populasi (26).

Hipertensi menyebabkan timbulnya suatu penyakit yang dibawa akibat

tekanan darah yang tinggi dapat menimbulkan resiko terhadap stroke, aneurisma,

gagal jantung, serangan jantung dan gagal ginjal. Kondisi ini merupakan

akumulasi dari tingginya darah yang tak terkontrol, sehingga merambat menjadi

kronis dan 7 menimbulkan berbagai kontraksi dalam tubuh. Komplikasi hipertensi

dengan penyakit jantung koroner ini sebagai akibat dari terjadinya pengapuran

yang terjadi pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan yang terjadi pada

lubang pembuluh darah jantung ini biasanya menyebabkan masalah berkurangnya

suatu aliran darah pada beberapa bagian dari otot jantung. Hal ini bisa

menyebabkan rasa nyeri yang sakit didada dan bisa berakibat gangguan pada

masalah otot jantung dan menimbulkan serangan jantung. Komplikasi lainnya

Page 35: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

16

adalah masalah gagal jantung, tekanan darah tinggi yang kemudian memaksa otot

jantung untuk tetap bekerja lebih berat dalam memompa darah. Kondisi ini bisa

menyebabkan masalah otot jantung yang kemudian menebal dan meregang

sehingga daya pompa otot mengalami penurunan, dan bisa menyebabkan

kegagalan pada kerja jantung secara umum (25).

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Menurut Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of Blood Pressure/ JNC VII

Klasifikasi Nilai Tekanan

Sistolik (mmHg)

Nilai Tekanan

Diastolik (mmHg)

Normal ≥ 120 < 80 Prehipertensi 120-139 85-89 Hipertensi Stadium 1 140-159 90-99 HIpertensi Stadium 2 ≥ 160 100 Hipertensi Sistolik Terisolasi

≥140 <90

Dikutip dari : Pudiastuti RD (24).

2.2.2 Patofisiologi Hipertensi

Hipertensi adalah proses degeneratif sistem sirkulasi yang dimulai dengan

artherosklerosis, yakni gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang

berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah/arteri. Kekakuan pembulu darah

disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang

menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran

darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi

dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang berdampak pada

peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi. Dengan demikian, proses

patologis hipertensi ditandai dengan peningkatan tahanan perifer yang

Page 36: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

17

berkelanjutan sehingga secara kronik dikompensasi oleh jantung dalam bentuk

hipertensi (27).

Pada lansia, perubahan struktur dan fungsi pada sistem pembuluh perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi. Perubahan

tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang akan menurunkan kemampuan

distensin daya regang pembuluh darah. Hal tersebut menyebabkan aorta dan arteri

besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang

dipompa oleh jantung sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan

tahanan perifer (28).

2.2.3 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan (29):

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial

yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui

penyebabnya (Idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini:

1) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko

tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat

dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.

2) Jenis kelamin dan usia

Page 37: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

18

Laki – laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi

untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat

faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari

pada perempuan.

3) Diet

Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan

dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita

dengan mengurangi konsumsinya karena dengan mengkonsumsi banyak garam

dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya

dengan pendeita hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang tua karena jika

garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam

akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.

Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah

seseorang atau dengan kata lain pembuluh darah membawa lebih banyak cairan.

Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan

pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam

dinding pembuluh darah.

4) Berat badan

Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam

keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.

Page 38: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

19

5) Gaya hidup

Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat

dengan menghindari faktor pemicu hipertensi itu terjadi yaitu merokok, dengan

merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan

dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan

tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus

menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki

tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan

darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar

terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah

hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena

suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan

tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi renal, kelainan saraf pusat yang dapat

mengakibatkan hipertensi dari penyakit tersebut karena hipertensi sekunder yang

terkait dengan ginjal disebut hipertensi ginjal (renal hypertension). Gangguan

ginjal yang paling banyak menyebabkan tekanan darah tinggi karena adanya

penyempitan pada arteri ginjal, yang merupakan pembuluh darah utama penyuplai

darah ke kedua organ ginjal. Bila pasokan darah menurun maka ginjal akan

memproduksi berbagai zat yang meningkatkan tekanan darah serta ganguuan yang

terjadi pada tiroid juga merangsang aktivitas jantung, meningkatkan produksi

darah yang mengakibtkan meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga

Page 39: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

20

mengakibatkan hipertensi. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara

lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak,

ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler,

luka bakar, dan stress karena stres bisa memicu sistem saraf simapatis sehingga

meningkatkan aktivitas jantung dan tekanan pada pembuluh darah.

2.2.4. Tanda dan Gejala Hipertensi

Gejala yang dirasakan penderita hipertensi antar lain pusing, mudah

marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah

lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (jarang dilaporkan), muka pucat dan suhu

tubuh rendah (30).

Tanda dan gejala hipertensi adalah penglihatan kabur karena kerusakan

retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra

kranial, edema dependen dan adanya pembekakan karena meningkatnya tekanan

kapiler (23).

Menurut Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi

dibedakan menjadi (31):

1. Tidak Ada Gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal

ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri

tidak terukur.

Page 40: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

21

2. Gejala Yang Lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim

yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

WHO (2011) juga menyatakan bahwa hipertensi biasanya tanpa gejala,

tapi bila menimbulkan sakit kepala di pagi hari, mimisan, denyut jantung yang

tidak teratur dan berdengung di telinga.sementara gejala hipertensi berat meliputi

kelelahan, mual, muntah, kebingungan, kecemasan, nyeri dada dan tremor otot.

Berdasarkan gejalanya, hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu : (30)

1. Hipertensi benigna

Hipertensi benigna merupakan hipertensi yang tidak menimbukan gejala,

biasanya ditemukan saat penderita melakukan check up. Pada hipertensi benigna,

tekanan darah sistolik maupun diastolik belum begitu meningkat, bersifat ringan

atau sedang dan belum tampak kelainan atau kerusakan dari target organ seperti

mata, otak, jantung, dan ginjal. Juga belum nampak kelainan fungsi dari alat-alat

tersebut yang sifatnya berbahaya.

2. Hipertensi maligna.

Hipertensi maligna adalah keadaan hipertensi yang mambahayakan yang

biasanya disertai dengan keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi dari organ

seperti otak, jantung dan ginjal. Hipertensi maligna merupakan hipertensi berat

yang disertai kelainan khas pada retina, ginjal, dan kelainan serebral. Pada retina

terjadi kerusakan sel endotelial yang akan menimbulkan obliterasi atau robeknya

retina.17 Apabila diagnosis hipertensi maligna ditegakkan, pengobatan harus

Page 41: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

22

segera dilakukan. Diupayakan tekanan darah sistolik mencapai 120-139 mmHg.

Hal ini perlu dilakukan karena insidensi terjadinya perdarahan otak atau payah

jantung pada hipertensi maligna sangat besar.

Komplikasi hipertensi maligna disebut juga hipertensi ensefalopati yang

ditandai dengan gangguan pada otak. Secara klinis bermanifestasi dengan sakit

kepala yang hebat, nausea, dan muntah. Tanda gangguan serebral seperti kejang

ataupun koma, dapat terjadi apabila tekanan darah tidak segera diturunkan.

Keadaan ini biasanya timbul apabila tekanan diastolik melebihi 140 mmHg.

Hipertensi berat yang diikuti tanda-tanda payah jantung, perdarahan otak,

perdarahan pasca operasi merupakan keadaan kedaruratan hipertensi yang

memerlukan penanganan secara seksama.

2.2.5 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ- organ target yang umum

ditemui pada pasien Hipertensi adalah : penyakit jantung, penyakit menyerang

otak, penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, dan retinopati (32).

Beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak

terkontrol dapat menyebabkan peluang tujuh kali lebih besar terkena stroke, enam

kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan tiga kali lebih besar terkena

serangan jantung (33). Hipertensi dapat meyebabkan komplikasi lain seperti DM,

kolesterol yang tinggi, kelebihan berat badan atau obesitas, dan gangguan kognitif

lain (34).

Page 42: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

23

a. Penyakit Jantung

Hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan pembuluh darah secara

terus-menerus meningkat. Semakin tinggi tekanan dalam pembuluh darah semakin

sulit untuk jantung memompa darah ke dalam pembuluh darah. Jika dibiarkan

tidak terkendali, Hipertensi bisa menyebabkan serangan jantung dan

pembengkakan jantung yang pada akhirnya menjadi penyakit gagal jantung (34).

Hipertensi dapat mengganggu saluran pernapasan sehingga menyebabkan

beberapa penyakit saluran pernapasan sering disebut dengan hipertensi pulmonal.

Hipertensi pulmonal terjadi ketika tekanan di dalam pembuluh darah yang menuju

jantung ke paru-paru terlalu tinggi. Jantung memompa darah dari ventrikel kanan

ke paru-paru untuk mendapatkan oksigen. Karena darah tidak melakukan

perjalanan yang jauh, tekanan di sisi jantung dan di arteri membawa darah dari

ventrikel kanan ke paru-paru biasanya rendah dan jauh lebih rendah dari tekanan

darah sistolik atau diastolik. Ketika tekanan dalam arteri ini terlalu tinggi, arteri di

paru-paru dapat mempersempit pembuluh darah dan kemudian darah tidak

mengalir sehingga menghasilkan darah yang kurang banyak mengandung oksigen

(35).

b. Gangguan Pada Otak (Stroke)

Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh

sulit meregang sehingga darah yang ke otak kekurangan oksigen, biasanya ini

terjadi secara mendadak dan menyebabkan kerusakan otak. Gangguan penyakit

yang bisa terjadi adalah serangan iskemik otak sementara (transient ischaemic

attack). Tekanan di dalam pembuluh darah juga bisa menyebabkan darah

Page 43: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

24

merembes keluar dan masuk ke dalam otak. Hal itu dapat menyebabkan stroke.

(34).

Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke. Dikemukakan

bahwa penderita dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua

kali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibandingkan dengan tekanan

diastolik kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180

mmHg mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik dibandingkan mereka

yang bertekanan darah kurang dari 140 mmHg (27).

c. Gangguan Pada Ginjal

Fungsi ginjal akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi

Hipertensi berat. Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal

menyempit dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi

kerja ginjal menurun hingga dapat mengalami penyakit gagal ginjal. Diketahui

bahwa diabetes dan Hipertensi bertanggung jawab terhadap proporsi ESRD

(endstage renal disease) yang paling besar (36).

d. Gangguan Pada Mata

Komplikasi Hipertensi pada mata dapat berupa perdarahan retina,

gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan, diantaranya adalah oklusi arteri

retina cabang, oklusi vena retina cabang, oklusi vena retina sentral, oklusi arteri

retina sentral, dan terjadinya makroaneurisma pada arteri. Iskemik sekunder oklusi

vena retina cabang dapat menyebabkan neovaskularisasi dari retina, pre retinal

dan perdarahan vitreus, pembentukan epiretinal membran, dan tractional retinal

Page 44: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

25

detachment. Hipertensi dan diabetes melitus secara bersamaan dapat

menyebabkan retinopati yang lebih berat (37).

e. Diabetes Mellitus (DM)

DM adalah gangguan kesehatan berupa kumpulan gejala yang disebabkan

oleh peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin.

Salah satu faktor risiko penyakit DM terutama DM tipe 2 adalah penyakit

Hipertensi. Dua pertiga penderita DM menderita Hipertensi (27).

2.2.6. Pencegahan Hipertensi

Usaha mencegah timbulnya hipertensi adalah dengan cara menghindari

faktor-faktor pemicunya. Langkah awal pencegahan hipertensi biasanya adalah

merubah pola hidup penderita:

1) Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk

menurunkan berat badannya sampai batas ideal.

2) Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar

kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3

gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan

asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.

3) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak

perlu membatasi aktivitasnya selam tekanan darahnya terkendali.Aerobik yang

melelahkan dilarang untuk penderita hipertensi dengan kelainan organ target.

Bila harus makan obat maka obat dimakan setelah latihan kira-kira 6 jam

kemudian. Sebaiknya penderita hipertensi menjalani pemeriksaan pembebanan

sebelum melakukan program latihan yang bertujuan:

Page 45: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

26

(1) Mengetahui tekanan darah pada saat latihan fisik.

(2) Menilai tekanan darah yang aman untuk penderita sebelum terjadi keluhan

seperti pusing, rasa lemas dan lain-lain.

(3) Penilaian obat anti hipertensi.

4) Risiko yang biasa terjadi selama latihan adalah stroke apabila tekanan darah

melebihi 250 mmHg serta serangan jantung terutama pada penderita yang

sudah mempunyai kelainan jantung (23).

2.2.7 Pengobatan Hipertensi

Pengobatan pada hipertensi bertujuan mengurangi morbiditas dan

mortalitas dan mengontrol tekanan darah. Dalam pengobatan hipertensi ada 2 cara

yaitu pengobatan non farmakologi (perubahan gaya hidup) dan pengobatan

farmakologik.

1) Pengobatan non farmakologik

Terapi non farmakologi bisa dilakukan dengan menghindari faktor resiko

hipertensi seperti merokok, hiperlipedemia, stress dan mengonsumsi alkohol.

Terapi non farmakologi adalah diet sehat seperti diet kegemukan, diet rendah

garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas dan diet tinggi serat (38). Gaya

hidup yang baik seperti olahraga secara teratur, hidup dengan santai dan tidak

stres dan tidak juga mengonsumsi alkohol. Latihan fisik yang teratur dapat

memperbaiki disfungsi endotel pada seseorang yang mengalami keluhan

kardiovaskular (39).

Page 46: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

27

Pengobatan ini dilakukan dengan cara:

(1) Pengurangan berat badan: penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan

untuk menurunkan berat badan, membatasi asupan kalori dan peningkatan

pemakaian kalori dengan latihan fisik yang teratur.

(1) Menghentikan merokok: merokok tak berhubungan langsung dengan

hipertensi tetapi merupakan faktor utama penyakit kardiovaskular.

Penderita hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.

(2) Menghindari alkohol: alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan

menyebabkan resistensi terhadap obat antihipertensi. Penderita yang

minum alkohol sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar satu ons

sehari.

(3) Melakukan aktifitas fisik: penderita hipertensi tanpa komplikasi dapat

meningkatkan aktifitas fisik secara aman. Penderita dengan penyakit

jantung atau masalah kesehatan lain yang serius memerlukan pemeriksaan

yang lebih lengkap misalnya dengan exercise test dan bila perlu

mengikuti program rehabilitasi yang diawasi oleh dokter.

(4) Membatasi asupan garam: kurangi asupan garam sampai kurang dari 100

mmol per hari atau kurang dari 2,3 gram natrium atau kurang dari 6 gram

NaCl. Penderita hipertensi dianjurkan juga untuk menjaga asupan kalsium

dan magnesium.

2) Pengobatan farmakologik

Pengobatan farmakologik pada setiap penderita hipertensi memerlukan

pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi, kelainan organ dan

Page 47: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

28

faktor risiko lain. Hipertensi dapat diatasi dengan memodifikasi gaya hidup.

Pengobatan dengan antihipertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak

berhasil. Dokter pun memiliki alasan dalam memberikan obat mana yang sesuai

dengan kondisi pasien saat menderita hipertensi. Tujuan pengobatan hipertensi

untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Artinya

tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi

ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup sambil dilkukan pengendalian faktor

risiko kardiovaskular (24).

Terapi farmakologi dilakukan untuk menurunkan angka morbiditas dan

mortalitas bagi pada penyakit hipertensi, pemberian terapi farmakologi dilakukan

dengan memberikan dosis yang sangat rendah perlahan dan meningkat dengan

perlahan sesuai keadaan pasien . Pemberhentian pengobatan hipertensi juga harus

bertahap menurunkan sedikit untuk dosisnya. Golongan pengobatan untuk

hipertensi yang pada dasarnya menurunkan tekanan darah dengan mempengaruhi

jantung atau pembuluh darah atau keduanya, mengendalikan angka kesakitan dan

kematian yaitu obat obatan: Diuretik, Penghambat Simpatis, Betablocker,

Vasodilator, Penghambat enzim konversi angiotensin, Antagonis kalsium,

Penghambat reseptor angiotensin II. Pengaruh pengobatan deuretik untuk

pengobatan hipertensi adalah mengeluarkan natrium pada tubuh dan mengurangi

volume darah sehingga menurunkan tekanan darah (38).

Page 48: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

29

2.2.8. Penatalaksanaan Hipertensi

1. Arti hipertensi non Farmokologis

Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe

dictation evalution treatmori of high blood preasure 2013 yaitu :

a. Tumpukan berat badan obesitas

b. Konsumsi garam dapur

c. Kurangi alkohol

d. Menghentikan merokok

e. Olaraga teratur

f. diet rendah lemak penuh

g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah

2. Obat anti hipertensi

a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input

b. B.Blocker

c. Antoganis kalsium

d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)

e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)

f. Obat penyekar ben Vasodilatov

3. Perubahan gaya hidup

Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya

penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.

a. Mengkurangi konsumsi garam

b. Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik

Page 49: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

30

c. Menghentikan kebiasaan merokok

d. Menjaga kestabilan BB

e. Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai

salah satu upayahnya.

Pemeriksaan Penunjang dapat dilakukan dengan cara :

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Hb/Hct : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:

hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

c. Glucosa :Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

ada DM.

2. CT Scan

Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

3. EKG

Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang

adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

4. IUP

Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan

ginjal.

Page 50: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

31

5. Photo Thorax

Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung

2.3. Faktor Risiko Hipertensi

Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi dipicu oleh :

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan penyebab yang tidak dapat diubah dalam artian

bersifat bawaan. Contoh penyebab hipertensi tekanan darah tinggi dari factor

internal diantaranya:

2) Usia atau umur

Kecenderungan usia diatas 50 tahun sangat rentan menderita penyakit

hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi

pada sel tubuh sehingga membuat bekerja lebih berat, salah satunya adalah organ

jantung.

3) Jenis Kelamin

Kaum wanita juga lebih berpotensi mengalami hipertensi khususnya saat

menopause. Ketika seorang wanita sudah memasuki menopause akan terjadi

perubahan hormon yaitu penurunan produksi hormon estrogen. Hormon estrogen

memiliki banyak manfaat diantaranya membantu mengoptimalkan penyerapan

kalsium juga dalam metabolisme tubuh serta mengontrol irama jantung dan

tekanan darah. Apabila terjadi penurunan hormon estrogen makalah potensi yang

bisa terjadi adalah meningkatnya tekanan darah atau penyakit hipertensi.

Page 51: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

32

4) Stress atau depresi

Meningkatnya aktivitas kerja psikologis seseorang akan berdampak pada

metabolisme secara langsung situasi ini akan memacu jantung untuk kerja lebih

berat memompa darah ke seluruh tubuh terus masuk juga ke jaringan otak.

Apabila keadaan seperti ini berlangsung lama maka akan bisa menjadi penyebab

penyakit hipertensi tekanan darah tinggi.

5) Penyakit tertentu

Adanya indikasi beberapa penyakit di dalam tubuh juga bisa menjadi

penyebab penyakit hipertensi tekanan darah tinggi. Salah satunya adalah penyakit

aterosklerosis juga kadar kolesterol jahat dalam darah. Penyakit ini menyebabkan

jantung kesulitan mengalirkan darah ke seluruh tubuh karena saluran menjadi

sempit dan tidak elastis. Untuk mengatasinya jantung akan terus meningkatkan

tekanan sehingga lambat laun terjadilah penyakit hipertensi tekanan darah tinggi.

2. Faktor eksternal

Terjadinya penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi juga bisa dipicu

oleh faktor eksternal diantaranya:

1) Makanan dan minuman

Kecenderungan saat ini makanan dan minuman kurang baik bagi

kesehatan tubuh. Jenis makanan dan minuman yang bisa menjadi penyebab

penyakit hipertensi tekanan darah tinggi diantaranya tinggi kandungan garam,

tinggi kandungan lemak kolesterol. Apabila di dalam tubuh khususnya aliran

darah memiliki tinggi kandungan garam atau natrium maka akan memacu

Page 52: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

33

peningkatan tekanan darah, terjadi karena semakin banyak cairan yang diserap

masuk ke pembuluh darah.

Pada umumnya beberapa bahan tambahan pangan (BTP) digunakan dalam

pangan untuk memperbaiki tekstur, flavor, warna atau mempertahankan mutu.

Beberapa bahan kimia yang bersifat toksik (beracun) jika digunakan dalam

pangan akan menyebabkan penyakit atau bahkan kematian. Oleh karena itu,

dalam peraturan pangan dilarang menggunakan bahan kimia berbahaya dalam

pangan. Dalam peraturan pangan dilarang menggunakan bahan kimia berbahaya

dalam pangan.

Adapun masalah yang dapat timbul apabila menggunakan bahan kimia

berbahaya untuk pangan seperti berikut :

1. Rhodamin B

Rhodamin B adalah pewarna merah terang komersial, ditemukan bersifat

racun, dan dapat menyebabkan kanker. Rhodamin B bisa menumpuk di

lemak sehingga lamakelamaan jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin

B diserap lebih banyak pada saluran pencernaan dan menunjukkan ikatan

protein yang kuat. Kerusakan pada hati terjadi pada makanan yang

mengandung Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi. Paparan Rhodamin B

dalam waktu yang lama dapat menyebabkkan gangguan fungsi hati, dan

kanker hati.

2. Formalin

Formalin adalah larutan formaldehida dalam air dan dilarang digunakan

dalam industri pangan sebagai pengawet. Paparan formaldehida melalui

Page 53: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

34

saluran pencernaan dapat mengakibat luka korosif terhadap selaput lender

saluran pencernaan disertai mual, muntah, rasa perih yang hebat dan

perforasi lambung. Efek sistemik yang berupa depresi susunan syaraf pusat,

koma, kejang, albuminaria, terdapat sel darah merah di urine.

3. Boraks

Boraks disalahgunakan pangan dengan tujuan memperbaiki warna tekstur,

dan flavor, boraks bersifat sangat beracun, sehingga peraturan pangan tidak

membolehkan boraks untuk digunakan dalam pangan ketika asam borat

masuk kedalam tubuh, dapat menyebabkan mual muntah, diare, sakit perut,

penyakit kulit, kerusakan ginjal, kegagalan system sirkulasi akut dan bahkan

kematian (40).

2) Aktivitas fisik dan lingkungan

Disaat tubuh kita bergerak maka secara otomatis sistem akan

meningkatkan kinerja beberapa organ termasuk organ jantung. Ketika kita

mengalami peningkatan aktivitas fisik di lingkungan yang memiliki kadar oksigen

tipis tentu akan membuat kinerja jantung lebih berat. Jumlah darah yang dipompa

banyak namun kandungan oksigen yang ada di dalamnya tidak mencukupi untuk

metabolisme setiap sel membuat jantung harus bekerja lebih berat. Keadaan ini

terus di kompensasi oleh jantung dengan meningkatkan tekanan pompa darah,

apabila situasi ini berlangsung lama akan berpotensi mengakibatkan penyakit

hipertensi (41).

Saat manusia menghirup udara untuk bernafas, maka udara yang

mengandung oksigen, nitrogen, dan kemungkinan karbon monoksida serta gas

Page 54: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

35

lainnya akan tertarik ke dalam paru dan terus ke alveoli. Alveoli, yang

menyerupai kantung kecil, terbentuk dari lapisan sel tipis dan diperkuat oleh

jaringan yang amat lembut. Di dalam alveoli inilah gas akan mengalami

perubahan angkutan dari melalui udara berubah melalui sistem peredaran darah.

Proses tersebut dikendalikan oleh hukum-hukum fisika, yaitu suatu bentuk dari

gas akan bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan

rendah. Dalam keadaan normal tekanan oksigen di dalam alveoli akan lebih besar

dari tekanan oksigen di dalam pembuluh darah. Dengan demikian, maka molekul

oksigen menembus dinding jaringan dan terikat oleh molekul hemoglobin di

dalam sel darah merah.Sebaliknya, beberapa gas mempunyai tekanan lebih tinggi

di peredaran darah daripada di alveoli.

Pengaruh CO serupa dengan pengaruh kekurangan oksigen.Hemoglobin

yang biasanya membawa oksigen dan udara rupanya lebih tertarik kepada CO.

Akan terbentuk senyawa CO dengan hemoglobin dengan ikatan kimia yang lebih

kuat daripada dengan oksigen. Molekul karboksihemoglobin ini sangat mantap

dan untuk beberapa jam tidak dapat lagi mengikat oksigen yang diperlukan tubuh.

Jika kita duduk di udara dengan kadar 60 bpj CO selama 8 jam, maka kemampuan

mengikat oksigen oleh darah kita turun sebanyak 15%. Sama dengan

kehilangandarah sebanyak 0,5 liter (42). Gas karbon monoksida yang diabsorpsi

tubuh, memiliki afinitas dengan hemoglobin yang sangat kuat di darah sehingga

membentuk ikatan karboksihemoglobin (COHb).Akibatnya terjadi kompetisi

dengan O2 untuk berikatan dengan Hb sehingga konsentrasi COHb di darah

meningkat, sehingga meningkatkan kekentalan darah yang berdampak pada

Page 55: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

36

gangguan aliran darah (43). Dalam keadaan normal, tekanan oksigen di dalam

alveoli akan lebih besar dari tekanan oksigen di dalam pembuluh darah. Dengan

demikian, maka molekul oksigen menembus dinding jaringan dan terikat oleh

molekul hemoglobin di dalam sel darah merah.Sebaliknya, beberapa gas

mempunyai tekanan lebih tinggi di peredaran darah dari pada di alveoli (44).

Faktor lingkungan dapat memicu terbentuknya senyawa radikal bebas.

Terbentuknya senyawa radikal bebas akibat berbagai proses proses kimia

kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi atau

pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas, metabolisme sel, olah

raga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan

seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar dan radiasi

matahari atau radiasi kosmis. Radikal bebas cenderung mencuri partikel dari

molekul lain, yang kemudian menimbulkan senyawa tidak normal dan memulai

reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Radikal bebas

inilah yang menyebabkan berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit lever,

jantung koroner, katarak, penyakit hati dan dicurigai proses penuaan ikut berperan

(45).

Radikal bebas pada lansia ditunjukkan oleh hormon yang ditandai dengan

munculnya efek patologis. Radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya

perubahan pigmen dan koolagen pada proses penuaan. Meningkatnya radikal

bebas dapat dihambat dengan pengaturan diet (jumlah kalori) serta konsumsi obat/

makanan yang mengandung vitamin E, vitamin C, selenium, glutation peroksiidae

dan superokside dismutase.

Page 56: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

37

Menurut Bustan (2015), faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua

kategori utama yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah

(27).

1) Faktor yang Tidak Dapat Diubah

Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin dan

genetik.

2) Faktor yang Dapat Diubah

Faktor risiko yang dapat diubah antara lain merokok, diet rendah serat,

kurang aktifitas gerak, berat badan berlebihan/kegemukan, komsumsi

alkohol, hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia, stress dan komsumsi garam

berlebih sangat berhubungan erat dengan hipertensi (46).

2.4. Lansia

2.4.1. Pengertian Lansia

WHO menjelaskan bahwa lansia merupakan seseorang yang telah

memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia dikatakan sebagai tahap perkembangan

daur kehidupan manusia perlahan - lahan kemampuan jaringan untuk untuk

memperbaiki dan mempertahankan keadaan tubuh yang normal sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita,

keadaan lansia tergantung pada faktor diindividu masing masing salah satunya

adalah faktor lingkungan. Konsep kesehatan pada lansia berbeda dengan populasi

lainnya, ada beberapa hal yang diperhatikan pada lansia yaitu: status fungsional,

sindroma geriatric dan penyakit pada lansia, aspek kesehatan pada lansia sangat

Page 57: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

38

penting karena pada umumnya daya tahan tubuh mereka berkurang sejalan dengan

bertambahnya umur (47).

Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama

dengan 55 tahun. Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi

normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (47).

2.4.2. Klasifikasi Lansia

Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah sebagai berikut (48):

1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.

2) Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.

3) Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.

4) Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.

5) Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.

Berikut merupakan kategori umur menurut Depkes RI (2009) (49):

1) Masa balita = 0 – 5 tahun

2) Masa kanak-kanak = 5 – 11 tahun

3) Masa remaja awal = 12 – 16 tahun

4) Masa remaja akhir = 17 – 25 tahun

5) Masa dewasa awal = 26 – 35 tahun

6) Masa dewasa akhir = 36 – 45 tahun

7) Masa lansia awal = 46 – 55 tahun

8) Masa lansia akhir = 56 – 65 tahun

9) Masa manula = > 65 tahun

Page 58: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

39

2.4.3. Mekanisme Penuaan

Setiap manusia di bumi ini pasti akan mengalami proses penuaan. Menua

didefinisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi 8

seorang yang frail (lemah dan rentan) dengan berkurangnya sebagian besar

cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai

macam penyakit dan kematian secara eksponensial (50). Penuaan juga

didefiniskan sebagai proses multidimensional, yaitu mekanisme perbaikan dan

perusakan dalam tubuh yang terjadi secara bergantian pada kecepatan dan saat

yang berbeda-beda. Penuaan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya

adalah faktor genetik, kebudayaan, ras, nutrisi dan faktor lingkungan. Faktor

lingkungan itu sendiri dapat berasal dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (51).

Beberapa teori tentang proses menua yang dapat diterima saat ini antara

lain adalah teori radikal bebas, teori glikosilasi dan teori “DNA repair”(50).

Namun teori proses menua yang akan diuraikan disini hanya teori yang inti saja

dan cukup banyak penganutnya. Mekanisme penuaan berdasarkan masing-masing

teori adalah sebagai berikut :

1). Teori radikal bebas

Radikal bebas adalah molekul atau bagian molekul yang tidak lagi utuh

karena sebagian telah pecah atau melepaskan diri. Bagian yang melepaskan diri

ini akan melekat pada molekul lain dan merusak atau mengubah struktur dan

fungsi molekul yang bersangkutan (51).

Setaiti (2014), juga menjelaskan bahwa teori ini menyebutkan bahwa

produk hasil metabolisme oksidatif yang sangat reaktif yaitu radikal bebas dapat

Page 59: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

40

bereaksi dengan berbagai 9 komponen penting sel, termasuk protein, DNA dan

lipid yang akan mengakibatkan komponen sel tersebut menjadi molekul-molekul

yang tidak berfungsi namun dapat bertahan lama dan menggangu fungsi sel

lainnya. Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak

berpasangan yang tebentuk sebagai hasil sampingan berbagai proses selular.

Sebagai contoh adalah ROS (Reactive Oxygen Spesies) dan RNS (Reactive

Nitrogen Species) yang dihasilkan selama metabolisme normal. Karena

elektronnya tidak berpasangan, secara kimiawi radikal bebas akan mencari

pasangan elektronnya dengan bereaksi dengan substansi lain terutama protein dan

lemak tidak jenuh (50).

Melalui proses oksidasi, radikal bebas yang dihasilkan selama fosforilasi

oksidatif dapat menghasilkan berbagai modifikasi makromolekul. Sebagai contoh,

membran sel mengandung sejumlah lemak, ia dapat bereaksi dengan radikal bebas

sehingga membran sel mengalami perubahan. Akibat perubahan tersebut,

membran sel menjadi lebih permeabel terhadap substansi dan memungkinkan

substansi tersebut melewati membran secara bebas. Struktur di dalam sel seperti

mitokondria dan lisosom juga diselimuti oleh lemak sehingga mudah dirusak oleh

radikal bebas. DNA juga dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga

menyebabkan mutasi kromosom dan merusak genetik normal dari sel. Jadi dapat

disimpulkan bahwa teori radikal bebas merupakan akumulasi radikal bebas secara

bertahap seiring dengan berjalannya waktu yang terjadi di dalam sel dan apabila

kadarnya melebihi batas ambang konsentrasinya, maka mereka mungkin

berkontribusi pada perubahan-perubahan yang terkait dengan penuaan.

Page 60: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

41

2) Teori “Genetic Clock”

Teori ini mengungkapkan bahwa menua telah terprogram secara genetik

untuk spesies-spesies tertentu. Setiap spesies mempunyai inti sel yang memiliki

jam genetik yang telah diputar menurut sutau replikasi tertentu. Jam ini akan

mengatur mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Menurut

konsep ini, bila jam telah berhenti, maka spesies tersebut akan meninggal meski

tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Walaupun secara

teoritis, jam ini dapat diputar ulang kembali meski hanya untuk beberapa waktu

dengan syarat terdapat pengaruh-pengaruuh dari luar berupa peningkatan 10

kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obatan atau dengan tindakan-

tindakan tertentu. Teori telomere merupakan perkembangan dari teori genetic

clock, menjelaskan bahwa setiap mitosis sel bagian telomere DNA akan

memendek, dengan semakin pendeknya telomere ini maka kemampuan sel untuk

membelah menjadi terbatas dan pada akhirnya berhenti (47).

3) Teori Imunitas

Teori ini menggambarkan tentang menurunnya imunitas tubuh yang

berhubungan dengan proses penuaan. Semakin menua seseorang, maka semakin

banyak pula sel yang telah mengalami mutasi berulang sehingga menyebabkan

berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh untuk mengenali dirinya sendiri.

Mutasi ini menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel yang

menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang telah mengalami mutasi

tersebut sebagai benda asing dan kemudian menghancurkannya. Sudah terdapat

banyak bukti bahwa terjadi peningkatan prevalensi auto-antibodi pada orang

Page 61: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

42

lanjut usia. Di sisi lain, sistem imun sendiri mengalami penurunan pertahanan

tubuh, sehingga daya serangnya terhadap sel kanker juga menjadi menurun yang

mengakibatkan sel kanker membelah dengan leluasa (47).

2.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hipertensi

2.5.1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Menurut Notoatmodjo (2014), perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku juga dapat diartikan

sebagai suatu usaha tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dipelajari

(10).

Berbagai teori dan model perilaku kesehatan yang saat ini menonjol di

bidang promosi dan komunikasi kesehatan, salah satunya adalah Model

Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model). Menurut model kepercayaan

kesehatan (Becker, 1974, 1979), perilaku ditentukan apakah seseorang : (1)

percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu; (2)

menganggap masalah ini serius; (3) menyakini efektivitas tujuan pengobatan dan

pencegahan; (4) tidak mahal; dan (5) menerima anjuran untuk mengambil

tindakan kesehatan.

Health Belief Model merupakan teori yang digunakan untuk

mengidentifikasikan faktor-faktor yang memengaruhi preventive health belief

(perilaku kesehatan pencegahan) seperti pemeriksaan berkala (Rosentock &

Kirsht, 1979 cit Gochman, 1988). Komponen kunci dari teori ini adalah (1)

perceived susceptibility (persepsi akan kerentanan), (2) perceived severity

(persepsi akan keparahan suatu penyakit), (3) perceived benefit (persepsi akan

Page 62: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

43

manfaat), (4) perceived barriers (persepsi hambatan suatu perilaku pencegahan),

(5) cues to action (isyarat untuk bertindak), (6) faktor lainnya seperti sosial,

dukungan suami/keluarga, kepercayaan.

Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni:

4. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) terdiri dari pendidikan, kondisi

ekonomi, pengetahuan, sikap dan budaya.

5. Faktor Pendukung (Enabling Factors), terdiri dari ketersediaan sumber daya

kesehatan dan keterjangkauan sumber daya kesehatan.

6. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors), terdiri dari dukungan

keluarga/suami dan dukungan tenaga kesehatan (10).

Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) terdiri dari:

1) Pendidikan

Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola pengambilan

keputusan dan menerima informasi dari pada seseorang yang berpendidikan

rendah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan

pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya suatu hal (10).

2) Kondisi ekonomi

Kemiskinan menjadikan masyarakat relatif tidak memiliki akses dan

bersifat pasif dalam berpartisipasi untuk meningkatkan kualitas diri dan

keluarganya. Pada gilirannya, kemiskinan akan semakin memperburuk keadaan

sosial ekonomi keluarga miskin tersebut.

Page 63: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

44

3) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan

domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Tindakan seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

tindakan yang tidak didasari oleh pengetahuan.

WHO dalam Notoatmodjo (2014), yang menyebabkan seseorang

berperilaku karena adanya 4 alasan pokok yaitu pemikiran dan perasaan, acuan

atau referensi dari seseorang, sumber daya dan sosio budaya. Bentuk dari

pemikiran dan perasaan salah satunya adalah pengetahuan. Seseorang akan

berperilaku didasarkan beberapa pertimbangan yang diperoleh dari tingkat

pengetahuannya (10).

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif menurut Taksonomi

Bloom yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl, mempunyai enam tingkatan

yakni mengingat (remember), memahami/ mengerti (understand), menerapkan

(analyze), mengevaluasi (evaluate) dan menciptakan (create): (10)

a) Mengingat (remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari

memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan

maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang

berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful

learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini

dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih

Page 64: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

45

kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil

kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan

masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal

lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling)

adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara

cepat dan tepat.

b) Memahami/ mengerti (understand)

Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari

berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/

mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan

membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika

seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota

dari kategori pengetahuan tertentu.

Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik

kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan

merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih

obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan

dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang

diperbandingkan.

c) Menerapkan (Apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau

mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau

menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi

Page 65: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

46

pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi

kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan

(implementing).

Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa

menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar

yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-

benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian

berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi

siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan

tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan

permasalahan.

d) Menganalisis (Analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan

memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan

dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan

tersebut dapat menimbulkan permasalahan.

e) Mengevaluasi (Evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian

berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya

digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Evaluasi

meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek

mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau

kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses

Page 66: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

47

berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan

mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik.

Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan

pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan

berpikir kritis.

f) Menciptakan (Create)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara

bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan

untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa

unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Perbedaan

menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada

dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis dalam

bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada

menciptakan yaitu bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ingin diukur dapat

disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas (10).

4) Sikap

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon

individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap sebagai

organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual

Page 67: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

48

dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu (10). Sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan

tidak mendukung atau tidak memihak pada suatu objek (52).

Menurut Notoatmodjo, 2014, sikap terdiri atas tiga komponen pokok,

yakni: (10)

a) Aspek kognitif (keyakinan), komponen ini berisikan apa yang diperkirakan

dan apa yang diyakini orang tentang objek sikap. Aspek keyakinan yang

positif akan menumbuhkan sikap negatif terhadap objek sikap.

b) Aspek afektif (perasaan), perasaan senang atau tidak senang adalah

komponen yang sangat penting dalam penentuan sikap. Beberapa ahli

bahkan mengatakan bahwa sikap itu semata-mata refleks dari perasaan

senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Tumbuhnya rasa senang atau

tidak senang ini ditentukan oleh keyakinan seseorang tentang objek sikap.

c) Aspek konatif (kecenderungan perilaku), bila orang sudah menyenangi

suatu objek, maka ada kecenderungan akan mendekati objek tertentu.

Sebaliknya bila orang tidak menyenangi objek itu kecenderungan untuk

menjauhi objek itu semakin besar.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan, yakni: (52)

a) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

Page 68: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

49

b) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima

ide tersebut.

c) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang

mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu,

atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa sidik jari laten

ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

d) Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Sifat sikap ada dua macam, dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat

negatif: (52)

(a) Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan objek tertentu.

(b) Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tertentu.

Page 69: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

50

5) Budaya

Dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan

jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan

pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki keasadaran yang lebih dalam

pengunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya.

Pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan

kesehatan secara professional dengan memperhatikan nilai-nilai hukum, etika,

keyakinan, agama dan tradisi yang ada di masyarakat. Hal ini karena pengaruh

nilai – nilai yang ada di masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai

hasil oleh pikirannya terhadap budaya dan pendidikan akan mempengaruhi

pemahamannya tentang materi yang dikonselingkan.

2.5.2. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol

1) Umur

Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia

hingga dewasa. Pada lansia, arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap

tekanan darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan

diastolik juga meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara

fleksibel (53).

Tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kelompok

usia 25-34 tahun memiliki risiko hipertensi 1,56 kali lebih besar dibandingkan

usia 18-24 tahun (). Tekanan darah meningkat sesuai umur, dimulai dari sejak

umur 40 tahun. Seiring bertambahnya usia pembuluh darah akan lebih kaku

sehingga kehilangan kelenturannya (27).

Page 70: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

51

2) Genetis

Beberapa faktor risiko hipertensi di antaranya adalah genetik. Studi

epidemiologi menyebutkan 20-60% hipertensi esensial adalah diturunkan. Hal ini

berkaitan dengan kelainan gen produksi angiotensinogen. Kemungkinan yang jauh

lebih besar adalah bahwa hipertensi esensial merupakan kelainan yang bersifat

heterogen dan multifaktor. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kombinasi efek

mutasi atau polimorfisme pada beberapa lokus gen.

3) Jenis Kelamin

Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun

pada pertengahan dan lebih tua, insidens pada wanita mulai meningkat, sehingga

pada usia di 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi. Wanita umumnya

memiliki tekanan darah lebih rendah daripada pria yang berusia sama, hal ini lebih

cenderung akibat variasi hormon. Setelah menopouse, wanita umumnya memiliki

tekanan darah yang lebih tinggi (53).

4) Ras

Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang

berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit hitam.

Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 atau lebih 3,3 kali lebih

tinggi daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali wanita putih.

2.5.3. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol

1) Merokok

Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung,

peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, peningkatan penggumpalan

Page 71: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

52

darah, dan kerusakan endotel pembuluh darah. Asap rokok menginduksi

kekakuan arterial, dan memiliki kemungkinan besar untuk memicu

hipertensi. Efek merugikan dari merokok disebabkan karena kehadiran

beberapa senyawa dalam tembakau termasuk nikotin. Tekanan sistolik

meningkat pada orang-orang yang merokok setelah merokok 1 batang, yang

rata-rata peningkatan tekanan sistoliknya hingga mencapai 6 mmHg (54).

2) Obesitas

Obesitas adalah faktor risiko untuk peningkatan tekanan darah dan profil

lipid yang tidak menguntungkan (penurunan kadar HDL-kolesterol dan

peningkatan kadar LDL-kolesterol serta trigliserida) yang selanjutnya

merupakan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular (54).

3) Alkohol

Dasar mekanisme patofisiolgi hubungan antara konsumsi alkohol dengan

hipertensi adalah alkohol mampu menstimulasi sistem saraf simpatetik dan

sistem renin-angiotensin-aldosteron (54).

4) Asupan natrium

Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang

mengakibatkan peningkatan volume darah (41). Hal ini disebabkan

peningkatan asupan natrium mempengaruhi keaktifan mekanisme hormon

renin-angiotensin sehingga produksinya menjadi berlebih yang selanjutnya

menaikkan volume darah. Peningkatan volume darah akan menyebabkan

tekanan darah naik. Menurut WHO, anjuran asupan natrium dalam makanan

sehari-hari adalah ≤ 2000 mg (48).

Page 72: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

53

5) Asupan kalium

Kalium menjaga keseimbangan antara konsentrasi cairan intraseluler dengan

ekstraseluler. Asupan tinggi kalium membantu untuk menjaga

keseimbangan cairan dan menurunkan tekanan darah. Efek asupan kalium

pada tekanan darah termasuk menurunkan tahanan periferal, peningkatan

ekskresi air dan natrium dari tubuh, serta menekan sekresi renin dan

angiotensin. Menurut WHO, anjuran asupan kalium dalam makanan sehari-

hari adalah ≥ 3510 mg (48).

6) Latihan Fisik

Latihan fisik menguntungkan untuk regulasi tekanan darah. Latihan fisik

akan memperbaiki sistem kerja jantung, mengurangi keluhan nyeri

dada/angina pektoris, melebarkan pembuluh darah, dan mencegah

timbulnya penggumpalan darah. Latihan fisik, terutama bila disertai

penurunan berat badan, menurunkan tekanan darah dengan menurunkan

kecepatan denyut jantung istirahat dan mungkin Total Perpheral

Resistance/TPR. Latihan fisik yang dianjurkan adalah 30 menit selama 3-4

hari dalam seminggu.

7) Stress

Stimulasi sistem saraf simpatis meningkatkan curah jantung dan

vasokonstriksi arteriol, sehingga meningkatkan tekanan darah (53).

2.6. Landasan Teori

Landasan teori yang diambil adalah teori Lawrence Green (1980), yaitu

faktor predisposisi adalah pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap (variabel

Page 73: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

54

demografik tertentu), faktor pendukung adalah ketersediaan sumber daya

kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas dan komitmen

masyarakat/ pemerintah, keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan, faktor

pendorong adalah keluarga, teman sebaya, petugas kesehatan, dapat memengaruhi

perilaku kesehatan (10).

Hipertensi juga dipengaruhi dua faktor risiko yaitu faktor risiko yang tidak

dapat dikontrol dan faktor risiko yang dapat dikontrol. Menurut Widyanto dan

Tribowo (2013), menganalisa faktor risiko kejadian hipertensi dipengaruhi oleh 2

faktor pokok yaitu (41):

1. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol :

(1) Umur

(2) Jenis Kelamin

(3) Keturunan

(4) Ras

2. Faktor risiko yang dapat dikontrol

(1) Olah raga/ aktivitas fisik

(2) Merokok

(3) Alkohol

(4) Obesitas

(5) Hiperlipidemia

(6) Istirahat

(7) Stress

(8) Konsumsi garam

Page 74: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

55

(9) Asupan natrium

(10) Asupan kalium

Page 75: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

56

Uraian di atas dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini.

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi Teori Green dan Teori Widyanto dan Tribowo

Faktor Risiko yang tidak dapat dikontrol

Umur Jenis Kelamin Keturunan Ras

Hipertensi

Faktor Risiko yang dapat dikontrol

Olah raga/ altivitas fisik

Merokok Alkohol Obesitas Hiperlipidemia Istirahat Stress Konsumsi Garam

Asupan natrium

Asupan kalium

Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Keyakinan, nilai, sikap

(variabel demografik tertentu)

Faktor Pendorong 1. Keluarga 2. Teman sebaya 3. Petugas kesehatan

Faktor Pendukung 1. Sumber daya kesehatan 2. Prioritas dan komitmen

masyarakat/pemerintah 3. Keterampilan yang

berkaitan dengan kesehatan

Page 76: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

57

2.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan

variabel independen. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat dari

gambar berikut:

Variabel Bebas (Independen) Variabel Terikat (Dependen)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

2.8. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1) Ada pengaruh pendidikan terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia

(Lansia).

2) Ada pengaruh pekerjaan terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia

(Lansia).

Kejadian Hipertensi

Faktor Predisposisi: 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Pengetahuan 4. Sikap

Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol: 1. Jenis Kelamin 2. Ras

Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol: 1. Nutrisi 2. Merokok 3. Kebiasaan Memakai Napza

Page 77: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

58

3) Ada pengaruh pengetahuan terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia

(Lansia)

4) Ada pengaruh sikap terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia

(Lansia).

5) Ada pengaruh jenis kelamin terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia

(Lansia).

6) Ada pengaruh ras terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia).

7) Ada pengaruh nutrisi terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia

(Lansia).

8) Ada pengaruh merokok terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia

(Lansia).

9) Ada pengaruh kebiasaan memakai napza terhadap Kejadian Hipertensi pada

Lanjut Usia (Lansia).

Page 78: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

59

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain dan Jenis Penelitian

Penelitian ini direncanakan menggunakan kombinasi metode kuantitatif

dan kualitatif (mixed method) dengan pendekatan triangulasi konkuren.

Triangulasi konkuren adalah metode penelitian kombinasi yang menerapkan

metode kuantitatif dan kualitatif secara terpisah untuk menutupi/menyeimbangkan

kelemahan-kelemahan satu metode dengan kekuatan metode yang lain (atau

sebaliknya kekuatan satu metode menambah kekuatan metode yang lain) (55).

Dalam pendekatan triangulasi konkuren ini peneliti mengumpulkan data

kualitatif dan kuantitatif secara konkuren (dalam satu waktu), kemudian

membandingkan dua database ini untuk mengetahui apakah ada konvergensi,

perbedaan-perbedaan atau beberapa kombinasi (56).

Penelitian ditujukan kepada pasien hipertensi Lanjut Usia (Lansia) di Poli

Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen dengan menerapkan metode

kuantitatif dan kuallitatif secara bersamaan dalam satu tahap penelitian dimana

metode kuantitatif tersebut menggunakan penelitian jenis analitik observasional

dengan menggunakan pendekatan case control, yaitu membandingkan antara

kelompok kasus dengan kelompok kontrol berdasarkan status terpaparnya dengan

menggunakan pendekatan retrospektif dimana efek diidentifikasi pada saat ini

kemudian faktor risiko diidentifikasi terjadinya pada waktu yang lalu yaitu dengan

menganalisis para lansia yang menderita hipertensi. Faktor yang dapat diukur dan

Page 79: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

60

dibandingkan adalah pengalaman terpajan (eksposur) oleh faktor yang diduga

sebagai penyebab timbulnya penyakit (57).

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Case Control

Dikutip dari: Susila, 2013 (57).

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Fauziah Bireuen Kabupaten Bireuen.

Alasan peneliti mengambil di Rumah Sakit dr. Fauziah Bireuen Kabupaten

Bireuen menjadi lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan karena diketahui

masih tingginya kejadian hipertensi .

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018 sampai dengan

bulan Juli 2019, dimulai dari survei awal, pengumpulan data, analisis data,

penyusunan laporan sampai dengan seminar akhir.

Faktor Risiko (+)

Faktor Risiko (-)

Kejadian hipertensi Retrospektif

Faktor Risiko (+)

Faktor Risiko (-)

Tidak terjadi hipertensi

Retrospektif

Page 80: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

61

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia berumur >50 tahun

yang menderita hipertensi yang berkunjung ke Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit

dr. Fauziah Bireuen Kabupaten Bireuen sebanyak 106 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian obyek yang diambil saat penelitian dari

keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi (55). Teknik

pengambilan sampel dilakukan berbeda untuk penelitian kuantitaif dan kualitatif.

1. Sampel Penelitian Kuantitatif

Sampel dalam peneltian kuantitatif ini adalah sebagian obyek yang diambil

saat penelitian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili

populasi. Menentukan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus

Slovin:

n = )(1 2dN

N

+

Ket: N = Besar Populasi n = Besar sampel d = Presesi atau derajat kepercayaan yaitu (10%) (55).

n = )(1 2dN

N

+

= )1,0(1061

1062

+

= )01,0(1061

106

+

Page 81: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

62

= 06,11

106

+

= 06,2

106

= 51,45 = 52 responden

Berdasarkan rumus di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 52 orang.

Sampel control adalah lansia yang menderita hipertensi dan sampel kelompok

case adalah lansia yang bukan penderita hipertensi yang berkunjung ke poli

penyakit dalam Rumah Sakit dr. Fauziah Bireuen Kabupaten Bireuen jumlah

sampel di masing-masing kelompok case dan control sebanyak 52 orang sehingga

keseluruhan sampel sebanyak 104 orang yang dapat di-matching-kan dengan

usia. Teknik pengambilan sampel menggunakan sistem accidental sampling yaitu

pengambilan sampel yang kebetulan ada atau tersedia sampai diperoleh sampel

masing-masing sebanyak 52 responden untuk kelompok case dan kelompok

control, sehingga sampel yang diambil adalah seluruh pasien hipertensi yang ada

ketika peneliti ada di tempat tersebut dengan kriteria inklusi yaitu pasien lansia

yang berumur ≥50 tahun.

2. Sampel Penelitian Kualitatif

Penentuan sampel sebagai subyek dalam penelitian ini menggunakan

teknik studi kasus, yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya (58). Subyek dipilih berdasarkan kasus yang diteliti yaitu

pengaruh faktor predisposisi, factor risiko yang dapat dikontrol dan tidak dapat

dikontrol terhadap kejadian hipertensi pada lansia.

Page 82: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

63

Informan sebagai sumber data kualitatif yang utama disamping data-data

lain yang diperoleh dari hasil studi pustaka, sehingga informan merupakan salah

satu sumber data yang penting dalam penelitian ini. Penentuan sumber data pada

orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan

pertimbangan dan tujuan tertentu (58). Maksud teknik pengambilan purposive ini

adalah dengan peneliti mengambil sumber data dari beberapa orang yang

dianggap mempunyai informasi yang relevan dengan fokus penelitian.

Peneliti menyimpulkan, bahwa informan merupakan orang yang akan

memberikan informasi tentang data yang diinginkan oleh peneliti. Pemilihan

sampel sebagai informan pada penelitian ini berdasarkan prinsip kesesuaian

(appropriateness). Kesesuaian adalah sampel dipilih berdasarkan pengetahuan

yang dimiliki yang berkaitan dengan topik penelitian. Berdasarkan prinsip

tersebut diatas, maka yang dipilih menjadi informan yang terlibat langsung

maupun tidak langsung dalam kejadian hipertensi pada lanjut usia (Lansia) di Poli

Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen sebanyak 5 orang yaitu : 3 (tiga)

orang pasien hipertensi yang > 50 tahun, 1 (satu) orang perawat di Poli Penyakit

Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen dan 1 (satu) orang dokter penanggung jawab

Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen. Wawancara mendalam

dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan pada panduan wawancara

mendalam dan hasilnya dicatat atau direkam dengan menggunakan recording

handphone. Analisis komponen hasil penelitian dengan pendekatan analisis isi

(content analysis) yaitu membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori yang

ada dikepustakaan.

Page 83: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

64

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

1) Data primer merupakan data karakteristik responden (jenis kelamin,

pendidikan, ras dan pekerjaan), pengetahuan, sikap, nutrisi, merokok dan

kebiasan memakai napza.

2) Data sekunder meliputi deskriptif di lokasi penelitian

3) Data tertier adalah data riset yang dipublikasikan secara resmi seperti jurnal

dan laporan penelitian.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

1) Data Primer

Data Primer dikumpulkan dari jawaban subyek atas pertanyaan yang

diberikan peneliti yang diperoleh dari variabel jenis kelamin, pendidikan,

ras dan pekerjaan, pengetahuan, sikap, nutrisi, merokok, kebiasan memakai

napza dan kejadian hipertensi yang akan diteliti yaitu dengan kuesioner.

2) Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan peneliti secara tidak langsung berdasarkan data

deskriptif di lokasi penelitian yaitu data dari Poli Penyakit Dalam Rumah

Sakit dr. Fauziah Bireuen Kabupaten Bireuen.

3) Data Tertier

Data tertier dikumpulkan melalui hasil penelitian terdahulu, tesis baik dari

internet maupun perpustakaan yang bisa digunakan untuk mendukung

pembahasan.

Page 84: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

65

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

1) Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa

yang ingin diukur. Alat pengukur dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk

mengetahui apakah kuesioner yang disusun mampu mengukur yang ingin diukur

(Valid), maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap item

pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Apabila terdapat konsistensi

antara komponen-komponen konstruk yang satu dengan yang lainnya, maka

konstruk tersebut memiliki validitas. Kuesioner diberikan kepada 20 sampel. Uji

validitas akan dilaksanakan 20 orang pasien yang berkunjung di Rumah Sakit

Avicenna Bireuen Jalan Laksamana Malahayati Desa Lhok Awe Teungoh, Kota

Juang, Kabupaten Bireuen, Aceh.

Langkah-langkah dalam melakukan uji validitas adalah: (55)

1) Mengidentifikasi secara operasional konsep yang akan diukur.

2) Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden.

3) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

4) Menghitung korelasi antara tiap pernyataan dengan skor total dengan

menggunakan rumus teknik korelasi product moment.

Membuat kriteria hasil uji validitas melalui rumus Korelasi Product Moment yaitu

apabila r-hitung > r-tabel maka pertanyaan dikatakan valid dan sebaliknya apabila

r-hitung < r- table maka pertanyaan dikatakan tidak valid.

Page 85: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

66

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel

pengetahuan dinyatakan valid karena mempunyai nilai r-hitung lebih besar

dibandingkan r-tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan

No. Variabel r-hitung r-tabel Ket

1. Pengetahuan 1 0,536 0,444 Valid 2. Pengetahuan 2 0,754 0,444 Valid 3. Pengetahuan 3 0,681 0,444 Valid 4. Pengetahuan 4 0,754 0,444 Valid 5. Pengetahuan 5 0,836 0,444 Valid 6. Pengetahuan 6 0,754 0,444 Valid 7. Pengetahuan 7 0,793 0,444 Valid 8. Pengetahuan 8 0,467 0,444 Valid 9. Pengetahuan 9 0,653 0,444 Valid 10. Pengetahuan 10 0,448 0,444 Valid

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel sikap

dinyatakan valid karena mempunyai nilai r-hitung lebih besar dibandingkan r-

tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Sikap

No. Variabel r-hitung r-tabel Ket

1. Sikap 1 0,504 0,444 Valid 2. Sikap 2 0,786 0,444 Valid 3. Sikap 3 0,868 0,444 Valid 4. Sikap 4 0,674 0,444 Valid 5. Sikap 5 0,701 0,444 Valid 6. Sikap 6 0,680 0,444 Valid 7. Sikap 7 0,819 0,444 Valid 8. Sikap 8 0,759 0,444 Valid 9. Sikap 9 0,792 0,444 Valid 10. Sikap 10 0,873 0,444 Valid

Page 86: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

67

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel NAPZA

dinyatakan valid karena mempunyai nilai r-hitung lebih besar dibandingkan r-

tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Napza

No. Variabel r-hitung r-tabel Ket

1. Kebiasaan memakai Napza 1 0,801 0,444 Valid 2. Kebiasaan memakai Napza 2 0,848 0,444 Valid 3. Kebiasaan memakai Napza 3 0,801 0,444 Valid 4. Kebiasaan memakai Napza 4 0,648 0,444 Valid 5. Kebiasaan memakai Napza 5 0,848 0,444 Valid 6. Kebiasaan memakai Napza 6 0,763 0,444 Valid 7. Kebiasaan memakai Napza 7 0,588 0,444 Valid 8. Kebiasaan memakai Napza 8 0,676 0,444 Valid 9. Kebiasaan memakai Napza 9 0,801 0,444 Valid 10. Kebiasaan memakai Napza 10 0,567 0,444 Valid

2) Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur

dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang

diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain,

reliabilitas menunjukkan kosistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala

yang sama. Untuk mengetahui reliabitas suatu pertanyaan yaitu dengan

membandingkan nilai r-hasil (alpha Crobanch) dengan r-tabel = 0,60, dimana

kriterianya yaitu apabila r-hasil > r-tabel maka pertanyaan dikatakan reliabel dan

sebalikya apabila r-hasil < r- table maka pertanyaan dikatakan tidak reliabel.

Page 87: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

68

Uji reliabilitas akan dilaksanakan terhadap 20 orang pasien di Rumah

Sakit Avicenna Bireuen Jalan Laksamana Malahayati Desa Lhok Awe Teungoh,

Kota Juang, Kabupaten Bireuen, Aceh.

Hasil uji reliabilitas variabel pengetahuan, sikap, dan Napza menunjukkan

bahwa ketiga variabel memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan batas

ketentuan nilai r-tabel yaitu 0,60. Untuk variabel pengetahuan diperoleh nilai

sebesar 0,975, variabel sikap diperoleh nilai sebesar 0,909, dan variabel Napza

diperoleh nilai sebesar 0,903. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan, Sikap, dan Napza

No. Variabel Nilai-r-hitung r-tabel Ket

1. Pengetahuan 0,846 0,60 Reliabel 2. Sikap 0,909 0,60 Reliabel 3. Kebiasaan memakai Napza 0,903 0,60 Reliabel

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2

variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) (55).

1. Variabel bebas (independen)

Variabel bebas (independen) adalah variabel yang sering disebut sebagai

variabel stimulus, preditor dan antesenden. Variabel ini mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat

(dependen). Variabel independen dalam penelitian ini adalah jenis kelamin,

Page 88: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

69

pendidikan, ras dan pekerjaan, pengetahuan, sikap, nutrisi, merokok dan

kebiasan memakai napza.

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel terikat (dependen) sering disebut sebagai variabel output, kriteria

dan konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kejadian hipertensi.

3.5.2 Definisi Operasional

a. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah

ditamatkan responden.

b. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden baik di rumah ataupun

di luar rumah dengan tujuan untuk menghasilkan uang ataupun barang

untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

c. Pengetahuan adalah pemahaman responden tentang hipertensi, pencegahan

dan akibatnya.

d. Sikap adalah kecenderungan responden untuk melakukan gaya hiudp sehat

untuk menghindari kejadian hipertensi dan penanganan untuk menghindari

hipertensi yang lebih parah.

e. Jenis Kelamin adalah karakteristik biologis yang dilihat dari penampilan

luar.

f. Ras adalah etnis yang melekat pada diri respnden yang diketegorikan

berdasarkan suku.

Page 89: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

70

g. Nutrisi adalah zat yang terkandung di dalam makanan yang dibutuhkan

makhluk hidup untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

h. Merokok adalah salah satu produk tembakau yang dimasukan untuk

dibakar, dihisap atau dihirup.

i. Kebiasaan memakai napza adalah penggunaan napza secara rutin untuk

tujuan tertentu

j. Kejadian hipertensi adalah kondisi pasien mengalami hipertensi atau tidak.

3.6 Metode Pengukuran

Variabel penelitian, alat ukur penelitian, jumlah indikator, hasil ukur, dan

skala ukur untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran

No. Nama

Variabel

Jumlah

Soal

Cara dan alat

ukur Kategori

Value Jenis

Skala

Ukur

1. Pendidikan 1 Membagi pendidikan dengan kategori tamatan

Dasar (SD, SMP) Tinggi (SMA, D3/ S1)

1 2

Ordinal

2. Pekerjaan 1 Membagi pekerjaan berdasarkan kegiatan rutinitas

Bekerja Tidak bekerja

2 1

Ordinal

3. Pengetahuan 10 Menghitung skor pengetahuan (skor max = 10)

skor >50% (6-10)

skor ≤50%(0-5)

Baik (2) Kurang (1)

Ordinal

4 Sikap 10 Menghitung skor pengetahuan (skor max = 40)

skor >50% (26-40)

skor ≤50%(10-25)

Positif (2) Negatif (1)

Ordinal

5. Jenis Kelamin 1 Membagi jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

1 2

Nominal

Page 90: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

71

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. Nama

Variabel

Jumlah

Soal

Cara dan alat

ukur Kategori

Value Jenis

Skala

Ukur

6. Ras 1 Membagi ras dengan kategori berdasarkan suku

Aceh Cina Batak Jawa Padang Suku lainnya

1 2 3 4 5 6

Nominal

7. Nutrisi 22 Menghitung skor nutrisi (skor max = 22)

skor >50% (12-22)

skor ≤50%(0-11)

Berisiko (2)

Tidak berisiko (1)

Ordinal

8. Kebiasaan memakai napza

10 Menghitung skor pemakaian nafza (skor max = 10)

skor >50% (6-10)

skor ≤50%(0-5)

Berisiko (2)

Tidak berisiko (1)

Ordinal

9. Merokok 2 Wawancara dengan kuesioner

Merokok Tidak merokok

1 2

Ordinal

10. Kejadian hipertensi

1 Mengukur tekanan darah pasien dari hasil tekanan sistolik dan diastolik dalam mmHg.

Hipertensi Tidak hipertensi

1 2

Ordinal

3.7 Metode Pengolahan Data

Menurut Muhammad, data yang terkumpul diolah dengan cara

komputerisasi dengan langkah sebagai berikut: (59)

1) Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket maupun observasi

2) Checking

Page 91: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

72

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan

data memberikan hasil yang valid dan reliabel dan terhindar dari bias.

3) Coding

Pada langkah ini dilakukan pemberian kode pada vaiabel-variabel yang

diteliti, misalnya nama responden dirubah menjadi nomor 1,2,3, ...

4) Entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam aplikasi

SPSS.

5) Data Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan dari penelitian.

3.8. Analisis Data

3.8.1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel yaitu pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, jenis

kelamin, ras, nutrisi, kebiasaan memakai napza, merokok dan kejadian hipertensi.

3.8.2. Analisis Bivariat

Tujuan analisis ini untuk menjelaskan hubungan antara variabel

independen yang diduga kuat mempunyai hubungan bermakna dengan variabel

dependen. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square pada

taraf kepercayaan 95% yaitu untuk menganalisis hubungan antara variabel

Page 92: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

73

independen (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, jenis kelamin, ras, nutrisi,

kebiasaan memakai napza, merokok) terhadap variabel dependen yaitu kejadian

hipertensi. Jika hasil analisis tersebut terdapat hubungan yang signifikan dengan

nilai α<0,05, dan atau α<0,2 (56).

3.8.3. Analisis Multivariat

Analisa multivariat bertujuan untuk analisis lanjutan dari analisis bivariat

yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi variabel independen yang mempunyai

pengaruh terhadap variabel dependen dengan ketentuan jika nilai probabilitas

variabel pada analisis bivariat ≤0,25 dan variabel dependen dikotomi (dua

kategori). Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik dengan persamaan

logitnya yaitu: (56)

Keterangan : P = Probabilitas untuk kejadian variabel dependen b0, b1, ....bn = Koefisien regresi X1, X2, ...Xn = Variabel independen e = Konstanta.

3.8.4. Metode Analisis Kualitatif

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Bilken dalam Moleong

(2014) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (58).

1

P =

1 + e -(b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + bnXn)

Page 93: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

74

Pada penelitian kualitatif ini data yang diperoleh dilapangan dianalisis

menggunakan model Miles dan Huberman. Pada model analisis data ini meliputi

pengolahan data dengan tahapan data reduction, data display, dan conclusion or

verification.

1) Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola sehingga akan

memberikan gambaran jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2) Data display (penyajian data)

Penyajian data akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam

kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan

hubungan antar kategori.

3) Conclusion or verification (kesimpulan atau verifikasi data)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah

diteliti menjadi jelas dan dapat berhubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau

teori. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal

Page 94: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

75

didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Ketiga komponen tersebut saling interaktif yaitu saling memengaruhi dan

saling terkait satu sama lain. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di

lapangan dengan mengadakan observasi yang disebut dengan tahap pengumpulan

data. Karena data yang terkumpul banyak maka perlu dilakukan tahap reduksi

data untuk merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan pada hal yang penting,

mencari tema, dan polanya. Setelah direduksi kemudian diadakan penyajian data

dengan teks yang bersifat naratif. Apabila kedua tahap tersebut telah selesai

dilakukan, maka diambil suatu keputusan atau verifikasi.

4) Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu”. Denzin dalam Lexy J. Moleong,

membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (58).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan

data triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan metode. Menurut Patton

dalam Lexy J. Moleong, triangulasi dengan sumber “berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif”. Sedangkan triangulasi

dengan metode menurut Patton dalam Lexy J. Moleong, terdapat dua strategi,

yaitu (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

Page 95: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

76

teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa

sumber data dengan metode yang sama (58).

Dengan teknik triangulasi dengan sumber, peneliti membandingkan hasil

wawancara yang diperoleh dari masing-masing sumber atau informan penelitian

sebagai pembanding untuk mengecek kebenaran informasi yang didapatkan.

Selain itu peneliti juga melakukan pengecekan derajat kepercayaan melalui teknik

triangulasi dengan metode, yaitu dengan melakukan pengecekan hasil penelitian

dengan teknik pengumpulan data yang berbeda yakni wawancara, observasi, dan

dokumentasi sehingga derajat kepercayaan data dapat valid (58).

Page 96: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

77

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Umum Lokasi Penelitian

a. Nama Rumah Sakit : RSUD dr. Fauziah Bireuen

b. Nomor Kode Rumah Sakit : 1108063

c. Alamat Lengkap : Jalan Mayjen T. Hamzah Bendahara No. 13

d. Nomor Telpon : (0644) 21228

e. Jumlah Tempat Tidur Pasien : 213 TT

f. Kelas Rumah Sakit : B

g. Pemilik Rumah Sakit : Pemerintah Daerah Kabupaten Bireuen

h. Status Kelembagaan : Lembaga Tekhnis Daerah

i. Status Penggunaan : Non Pendidikan

j. Pola/Status Pengelolaan : Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah (PPK BLUD sejak 31 Desember 2009)

k. Luas Tanah/Bangunan : 25.461 m2 (2,5 Ha)/ 5.499 m

4.1.1. Keadaan Geografis

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen terletak di lokasi yang

sangat strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat serta alat transportasi

lancar dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan asrama kepolisian

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Jalan Mayjen T. Hamzah Bendahara

Sebelah Barat : berbatasan dengan Jalan Jakarta

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kantor Kodim dan Perumahan PT. KAI.

Page 97: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

78

4.1.2. Keadaan Demografi

Rumah Sakit Umum Bireuen mulai dibangun sejak tahun 1929 (pada masa

Kolonial Belanda) di Kewedanaan Bireuen. Pada tanggal 1 Desember 1971 sesuai

Peraturan Menteri Kesehatan RI bahwa setiap Kecamatan seluruh Indonesia

harus memiliki 1 (satu) Puskesmas Induk, maka berubah status menjadi

Puskesmas Jeumpa, yaitu pada masa kepemimpinan dr. Ali Yazir Hasibuan.

4.2. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Lansia yang berumur >50 tahun

yang menderita hipertensi dan yang tidak menderita hipertensi yang berkunjung

ke Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Penderita Hipertensi di Poli

Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

No. Karakteristik Kasus Kontrol

F % F %

Kelompok Umur (Tahun) 1. <56 tahun 23 44,2 14 26,9 2. 56 – 65 tahun 29 55,8 38 73,1 Total 52 100,0 52 100,0

Jenis Kelamin

1. Laki-laki 33 63,5 37 71,2 2. Perempuan 19 36,5 15 28,8 Total 52 100,0 52 100,0

Suku/Ras

1. Aceh 41 78,8 46 88,5 2. Cina 1 1,9 0 0,0 3. Batak 4 7,7 2 3,8 4. Jawa 4 7,7 3 5,8 5. Padang 2 3,8 1 1,9 Total 52 100,0 52 100,0

Pendidikan

1. Rendah 36 69,2 22 42,3 2. Tinggi 16 30,8 30 57,7 Total 52 100,0 52 100,0

Page 98: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

79

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No. Karakteristik Kasus Kontrol

F % F % Pekerjaan 1. Bekerja 29 55,8 37 71,2 2. Tidak Bekerja 23 44,2 15 28,8 Total 52 100,0 52 100,0

Berdasarkan hasil pengumpulan data tentang karakteristik pada sampel

kasus maupun kontrol pada kategori umur <56 tahun masing-masing sebanyak 23

orang (44,2%) dan 14 orang (26,9%) dan pada kategori umur 56-65 tahun masing-

masing sebanyak 29 orang (55,8%) dan 38 orang (73,1%). Responden

berdasarkan jenis kelamin pada sampel kasus maupun kontrol pada kategori laki-

laki masing-masing berjumlah 33 orang (63,5%) dan 37 orang (71,2%) dan pada

kategori perempuan masing-masing sebanyak 19 orang (36,5%) dan 15 orang

(28,8%).

Responden berdasarkan suku/ras pada sampel kasus dan sampel control

pada suku Aceh masing-masing sebanyak 41 orang (78,8%) dan 46 orang

(88,5%), Cina hanya sebanyak 1 orang (1,9%) pada sampel kasus, Batak masing-

masing sebanyak 4 orang (7,7%) dan 2 orang (3,8%), Jawa masing-masing

sebanyak 4 orang (7,7%) dan 3 orang (5,8%), dan suku Padang masing-masing

sebanyak 2 orang (3,8%) dan 1 orang (1,9%).

Responden berdasarkan pendidikan pada sampel kasus dan sampel kontrol,

kategori pendidikan tinggi masing-masing sebanyak 16 orang (30,8%) dan 30

orang (57,7%) dan kategori pendidikan rendah masing-masing sebanyak 36 orang

Page 99: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

80

(69,2%) dan 22 orang (42,3%). Responden berdasarkan pekerjaan pada sampel

kasus dan sampel kontrol, responden yang bekerja masing-masing sebanyak 29

orang (55,8%) dan 37 orang (71,2%) dan yang tidak bekerja masing-masing

sebanyak 23 orang (44,2%) dan 15 orang (28,8%).

4.3. Analisis Univariat

4.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan terdiri atas 2 kategori yaitu baik dan kurang. Untuk

mendapatkan kategori tersebut maka diperlukan kuesioner sehingga dapat diberi

penilaian untuk 2 kategori tersebut

Hasil penelitian berdasarkan pengetahuan dapat dilihat dalam tabel 4.2

berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden di Poli

Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

No. Pengetahuan Kasus Kontrol

f % f %

1. Baik 11 21,2 35 67,3 2. Kurang 41 78,8 17 32,7 Total 52 100,0 52 100,0

Hasil pengukuran pengetahuan pada kelompok kasus dan kelompok

kontrol, responden yang pengetahuannya baik masing-masing sebanyak 11 orang

(21,2%) dan 35 orang (67,3%) dan pengetahuannya kurang masing-masing

sebanyak 41 orang (78,8%) dan 17 orang (32,7%).

4.3.2. Sikap

Page 100: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

81

Sikap terdiri atas 2 kategori yaitu positif dan negatif. Untuk mendapatkan

kategori tersebut maka diperlukan kuesioner sehingga dapat diberi penilaian untuk

2 kategori tersebut

Hasil penelitian berdasarkan sikap dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap di Poli Penyakit Dalam RS

dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

No. Sikap Kasus Kontrol

f % f %

1. Positif 13 25,0 36 69,2 2. Negatif 39 75,0 16 30,8 Total 52 100,0 52 100,0

Hasil pengukuran sikap pada kelompok kasus dan kelompok kontrol,

responden yang memiliki sikap positif masing-masing sebanyak 13 orang (25,0%)

dan 36 orang (69,2%) dan responden yang bersikap negatif masing-masing

sebanyak 39 orang (75,0%) dan 16 orang (30,8%).

4.3.3. Nutrisi

Nutrisi terdiri atas 2 kategori yaitu beresiko dan tidak beresiko. Untuk

mendapatkan kategori tersebut maka diperlukan kuesioner sehingga dapat diberi

penilaian untuk 2 kategori tersebut

Hasil penelitian berdasarkan nutrisi dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kategori Nutrisi di Poli Penyakit Dalam RS

dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

No. Nutrisi Kasus Kontrol

f % f %

1. Tidak Beresiko 7 13,5 39 75,0 2. Beresiko 45 86,5 13 25,0 Total 52 100,0 52 100,0

Page 101: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

82

Hasil pengukuran nutrisi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol,

responden yang mengonsumsi nutrisi tidak berisiko masing-masing sebanyak 7

orang (13,5%) dan 39 orang (75,0%) dan responden yang mengonsumsi nutrisi

berisiko masing-masing sebanyak 45 orang (86,5%) dan 13 orang (25,0%).

4.3.4 Kebiasaan Memakai Napza

Kebiasaan memakai Napza terdiri atas 2 kategori yaitu beresiko dan tidak

beresiko. Untuk mendapatkan kategori tersebut maka diperlukan kuesioner

sehingga dapat diberi penilaian untuk 2 kategori tersebut.

Hasil penelitian berdasarkan kebiasaan memakai Napza dapat dilihat

dalam tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kategori Kebiasaan Memakai Napza di

Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

No. Kebiasaan Memakai

Napza

Kasus Kontrol

f % f %

1. Beresiko 16 30,8 30 57,7 2. Tidak Beresiko 36 69,2 33 42,3 Total 52 100,0 52 100,0

Hasil pengukuran kebiasaan memakai Napza pada kelompok kasus dan

kelompok kontrol, responden yang beresiko masing-masing sebanyak 16 orang

(30,8%) dan 30 orang (57,7%) dan responden yang tidak beresiko masing-masing

sebanyak 36 orang (69,2%) dan 33 orang (42,3%).

4.3.5. Merokok

Merokok terdiri atas 2 kategori yaitu merokok dan tidak merokok. Untuk

mendapatkan kategori tersebut maka diperlukan kuesioner sehingga dapat diberi

penilaian untuk 2 kategori tersebut.

Page 102: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

83

Hasil penelitian berdasarkan merokok dapat dilihat dalam tabel 4.6

berikut:

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kategori Merokok di Poli Penyakit Dalam

RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

No. Merokok Kasus Kontrol

f % f %

1. Merokok 37 71,2 12 23,1 2. Tidak Merokok 15 28,8 40 76,9 Total 52 100,0 52 100,0

Hasil pengukuran merokok pada kelompok kasus dan kelompok kontrol,

responden yang merokok masing-masing sebanyak 37 orang (71,2%) dan 12

orang (23,1%) dan responden yang tidak merokok masing-masing sebanyak 15

orang (28,8%) dan 40 orang (76,9%).

4.3.6. Kejadian Hipertensi

Hasil penelitian berdasarkan kejadian hipertensi dapat dilihat dalam tabel

4.7 berikut:

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kategori Kejadian Hipertensi di Poli

Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

No. Kejadian Hipertensi f %

1. Hipertensi 52 50,0 2. Tidak Hipertensi 52 50,0 Total 104 100,0

Hasil pengukuran kejadian hipertensi pada kelompok kasus dan kelompok

kontrol, responden yang hipertensi dan tidak hipertensi masing-masing sebanyak

52 orang (50,0%).

4.4. Analisis Bivariat

Page 103: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

84

Setelah dilakukan distribusi karakteristik masing–masing variabel maka

analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk

mengidentifikasi hubungan variabel independen (umur, jenis kelamin, suku/ras,

pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, nutrisi, kebiasaan memakai napza, dan

merokok) dengan variabel dependen (kejadian hipertensi).

Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel

bebas dengan variabel terikat digunakan analisis Chi-square, pada batas

kemaknaan perhitungan statistik p-value (0,05). Apabila hasil perhitungan

menunjukkan nilai p<p-value (0,05), maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua

variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan. Kemudian untuk

menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara variabel terikat dengan variabel

bebas digunakan analisis tabulasi silang.

4.4.1. Hubungan Jenis Kelamin dengan dengan Kejadian Hipertensi di Poli

Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat dalam tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.8. Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian

Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun

2019

No. Jenis

Kelamin

Kejadian Hipertensi

Total p

valu

e

OR (95%

CI) Hipertensi

Tidak

Hipertensi

f % f % f %

1. Laki-laki 33 31,7 37 35,6 70 67,3 0,265

0,704 2. Perempuan 19 18,3 15 14,4 34 32,7 0,309-1,605 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Page 104: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

85

Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 70 responden laki- laki yang

mengalami hipertensi sebanyak 33 orang (31,7%) dan yang tidak mengalami

hipertensi sebanyak 37 orang (35,6%). Dari 34 orang responden perempuan yang

mengalami hipertensi berat sebanyak 19 orang (18,3%) dan yang tidak mengalami

hipertensi sebanyak 15 orang (14,4%).

Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,265> 0,00. Hal ini berarti

tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi di Poli

Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 0,704 ; 95%

CI 0,309 : 1,605. Dapat disimpulkan jenis kelamin, 0,704 kali perkiraan

kemungkinan dengan jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan

mengalami kejadian hipertensi.

4.4.2. Hubungan Suku/Ras dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan suku/ras dapat dilihat

dalam tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Hubungan Suku/Ras dengan Kejadian

Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen

Tahun 2019

No. Ras

Kejadian Hipertensi

Total p

value Hipertensi

Tidak

Hipertensi

f % f % f %

1. Aceh 41 39,5 46 44,2 87 83,7

0,657

2. Cina 1 1,0 0 0,0 1 1,0 3. Batak 4 3,8 2 1,9 6 5,7 4. Jawa 4 3,8 3 2,9 7 6,7 5. Padang 2 1,9 1 1,0 3 2,9 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Page 105: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

86

Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 87 responden suku Aceh yang

mengalami hipertensi sebanyak 41 orang (39,5%) dan yang tidak mengalami

hipertensi sebanyak 46 orang (44,2%). Dari responden Cina yang mengalami

hipertensi sebanyak 1 orang (1,0%). Dari 6 orang responden suku Batak yang

mengalami hipertensi sebanyak 4 orang (3,8%) dan yang tidak mengalami

hipertensi sebanyak 2 orang (1,9%). Dari 7 orang responden suku Jawa yang

mengalami hipertensi sebanyak 4 orang (3,8%) dan yang tidak mengalami

hipertensi sebanyak 3 orang (2,9%). Dari 3 orang responden suku Padang yang

mengalami hipertensi sebanyak 2 orang (1,9%) dan yang tidak mengalami

hipertensi sebanyak 1 orang (1,0%). .

Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,657> 0,00. Hal ini berarti

tidak ada hubungan antara suku/ras dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019.

4.4.3. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan pendidikan dapat

dilihat dalam tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10. Tabulasi Silang Hubungan Pendidikan dengan Kejadian

Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen

Tahun 2019

No. Pendidikan

Kejadian Hipertensi

Total p

value

OR (95%

CI) Hipertensi

Tidak

Hipertensi

f % f % f %

1. Rendah 36 34,6 22 21,2 58 55,8 0,006

3,068 2. Tinggi 16 15,4 30 28,8 46 44,2 1,371-6,869 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Page 106: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

87

Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 58 responden berpendidikan

rendah yang mengalami hipertensi sebanyak 36 orang (34,6%) dan yang tidak

mengalami hipertensi sebanyak 22 orang (21,2%). Dari 46 orang responden

berpendidikan tinggi yang mengalami hipertensi sebanyak 16 orang (15,4%) dan

yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 30 orang (28,8%).

Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,006< 0,00. Hal ini berarti

ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 3,068 ; 95% CI

1,371:6,869. Dapat disimpulkan pendidikan, 3,068 kali perkiraan kemungkinan

dengan pendidikan rendah dibandingkan dengan pendidikan tinggi mengalami

kejadian hipertensi.

4.4.4. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan pekerjaan dapat dilihat

dalam tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian

Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen

Tahun 2019

No. Pekerjaan

Kejadian Hipertensi

Total p

value

OR (95%

CI) Hipertensi

Tidak

Hipertensi

f % f % f %

1. Bekerja 29 27,9 37 35,6 66 63,5 0,077

0,511 2. Tidak

Bekerja 23 22,1 15 14,4 38 36,5 0,227-1,151

Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 29 responden kategori bekerja

yang mengalami hipertensi sebanyak 29 orang (27,9%) dan yang tidak mengalami

Page 107: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

88

hipertensi sebanyak 37 orang (35,6%). Dari 38 orang responden kategori tidak

bekerja yang mengalami hipertensi sebanyak 23 orang (22,1%) dan yang tidak

mengalami hipertensi sebanyak 15 orang (14,4%).

Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,077> 0,00. Hal ini berarti

tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 0,511 ; 95% CI

0,227:1,151. Dapat disimpulkan pekerjaan, 0,511 kali perkiraan kemungkinan

dengan responden yang bekerja dibandingkan dengan tidak bekerja mengalami

kejadian hipertensi.

4.4.5. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan pengetahuan dapat

dilihat dalam tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian

Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen

Tahun 2019

No. Pengetahua

n

Kejadian Hipertensi

Total p

value

OR (95%

CI) Hipertensi

Tidak

Hipertensi

f % f % f %

1. Kurang 41 39,4 17 16,3 58 55,8 0,000

7,674 2. Baik 11 10,6 35 33,7 46 44,2 3,175-18,545 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 58 responden dengan

pengetahuan kurang yang mengalami kejadian hipertensi sebanyak 41 orang

(39,4%) dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 17 orang (16,3%). Dari 46

orang responden dengan pengetahuan baik yang mengalami hipertensi sebanyak

Page 108: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

89

11 orang (10,6%) dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 35 orang

(33,7%).

Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,000< 0,00. Hal ini berarti

ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 7,674 ; 95% CI

3,175:18,545. Dapat disimpulkan pengetahuan, 7,674 kali perkiraan kemungkinan

dengan responden pengetahuan kurang dibandingkan dengan pengetahuan baik

mengalami kejadian hipertensi.

4.4.6. Hubungan Sikap dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam

RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan sikap dapat dilihat

dalam tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13. Tabulasi Silang Hubungan Sikap dengan Kejadian Hipertensi di

Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

No. Sikap

Kejadian Hipertensi

Total p

value

OR (95%

CI) Hipertensi

Tidak

Hipertensi

f % f % f %

1. Negatif 39 37,5 16 15,4 55 52,9 0,000

6,750 2. Positif 13 12,5 36 34,6 49 47,1 2,854-15,962 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 55 responden dengan sikap

negative yang mengalami hipertensi sebanyak 39 orang (37,5%) dan yang tidak

mengalami hipertensi sebanyak 16 orang (15,4%). Dari 49 orang responden

Page 109: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

90

dengan sikap positif yang mengalami hipertensi sebanyak 13 orang (12,5%) dan

yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 36 orang (34,6%). .

Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,000< 0,00. Hal ini berarti

ada hubungan antara sikap dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS

dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 6,750 ; 95% CI 2,854:15,962.

Dapat disimpulkan sikap, 6,750 kali perkiraan kemungkinan dengan responden

sikap negatif dibandingkan dengan sikap positif mengalami kejadian hipertensi.

4.4.7. Hubungan Nutrisi dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan nutrisi dapat dilihat

dalam tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14. Tabulasi Silang Hubungan Nutrisi dengan Kejadian Hipertensi

di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

No. Nutrisi

Kejadian Hipertensi

Total p

valu

e

OR (95%

CI) Hipertensi

Tidak

Hipertensi

f % f % f %

1. Berisiko 45 43,3 13 12,5 58 55,8 0,000

19,286 2. Tidak

Berisiko 7 6,7 39 37,5 46 44,2 6,996-53,162

Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 58 responden dengan kategori

nutrisi berisiko yang mengalami hipertensi sebanyak 45 orang (43,3%) dan yang

tidak mengalami hipertensi sebanyak 13 orang (12,5%). Dari 46 orang responden

dengan kategori nutrisi tidak berisiko yang mengalami hipertensi sebanyak 7

orang (6,7%) dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 39 orang (37,5%).

Page 110: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

91

Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,000< 0,00. Hal ini berarti

ada hubungan antara nutrisi dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam

RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 19,286 ; 95% CI

6,996:53,162. Dapat disimpulkan nutrisi, 19,286 kali perkiraan kemungkinan

dengan responden yang mengonsumsi nutrisi berisiko dibandingkan dengan

nutrisi tidak berisiko mengalami kejadian hipertensi.

4.4.8. Hubungan Kebiasaan Memakai Napza dengan Kejadian Hipertensi di

Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan kebiasaan memakai

napza dapat dilihat dalam tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15. Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Memakai Napza dengan

Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah

Bireuen Tahun 2019

No.

Kebiasaan

Memakai

Napza

Kejadian Hipertensi

Total p

valu

e

OR (95%

CI) Hipertensi

Tidak

Hipertensi

f % f % f %

1. Berisiko 36 34,6 22 21,2 58 55,8 0,005

3,068 2. Tidak Berisiko 16 15,4 30 28,8 46 44,2 1,371-6,869 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 58 responden kategori kebiasaan

memakai napza berisiko yang mengalami hipertensi sebanyak 36 orang (34,6%)

dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 22 orang (21,2%). Dari 46 orang

responden kategori kebiasaan memakai napza tidak berisiko yang mengalami

Page 111: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

92

hipertensi sebanyak 16 orang (15,4%) dan yang tidak mengalami hipertensi

sebanyak 30 orang (28,8%). .

Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,005< 0,00. Hal ini berarti

ada hubungan antara kebiasaan memakai napza dengan kejadian hipertensi di Poli

Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 3,068 ; 95%

CI 1,371:6,869. Dapat disimpulkan kebiasaan memakai napza, 3,068 kali

perkiraan kemungkinan dengan responden yang kebiasaan memakai napza

berisiko dibandingkan dengan yang tidak berisiko mengalami kejadian hipertensi.

4.4.9. Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan merokok dapat dilihat

dalam tabel 4.16 berikut:

Tabel 4.16. Tabulasi Silang Hubungan Merokok dengan Kejadian

Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen

Tahun 2019

No. Merokok

Kejadian Hipertensi

Total p

valu

e

OR (95%

CI) Hipertensi

Tidak

Hipertensi

f % f % f %

1. Merokok 37 35,6 12 11,5 49 47,1 0,000

1,000 2. Tidak

Merokok 15 14,4 40 38,5 55 52,9 0,428-2,336

Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 49 responden kategori merokok

yang mengalami hipertensi sebanyak 37 orang (35,6%) dan yang tidak mengalami

hipertensi sebanyak 12 orang (11,5%). Dari 55 orang responden kategori tidak

Page 112: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

93

merokok yang mengalami hipertensi sebanyak 15 orang (14,4%) dan yang tidak

mengalami hipertensi sebanyak 40 orang (38,5%).

Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,000< 0,00. Hal ini berarti

ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 1,000 ; 95% CI

0,428:2,360. Dapat disimpulkan merokok, 1,000 kali perkiraan kemungkinan

dengan responden yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok

mengalami kejadian hipertensi.

4.5. Analisis Multivariat

Analisis Multivariat bertujuan untuk melihat kemaknaan hubungan antara

variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable)

secara simultan sekaligus menentukan faktor–faktor yang paling berpengaruh

terhadap kejadian hipertensi.

Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik dilakukan seleksi model

disajikan sebagai berikut :

Tabel 4.17. Nilai p-value regresi

No Variabel Nilai p-value

1. Pendidikan 0,006 2. Pengetahuan 0,000 3. Sikap 0,000 4. Nutrisi 0,000 5. Kebiasaan Memakai Napza 0,005 6. Merokok 0,000

Hasil uji analisis multivariat dengan uji regresi logistik sesuai dengan tabel

berikut :

Tabel 4.18. Hasil Uji Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Tahap I

Page 113: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

94

No Variabel B S.E Wald df Sig Exp

(B)

1. Pendidikan 0,430 0,706 0,371 1 0,542 1,537 2. Pengetahuan 1,238 0,719 2,960 1 0,085 3,448 3. Sikap 1,895 0,763 6,167 1 0,013 6,655 4. Nutrisi 3,435 0,787 19,038 1 0,000 31,029 5. Kebiasaan Memakai

Napza 0,394 0,679 0,336 1 0,562 1,483

6. Merokok 2,254 0,700 10,372 1 0,001 9,529 Constant -13,915 2,729 25,991 1 0,000 0,000

Hasil analisis dari tabel 4.18. diketahui nilai p-value terbesar adalah

variabel pendidikan dengan nilai sig sebesar 0,542>0,05, pengetahuan dengan

nilai sig sebesar 0,085>0,05 dan kebiasaan memakai napza dengan nilai sig

sebesar 0,562>0,05, sehingga harus dikeluarkan dari model untuk multivariat.

Hasil setelah variabel pengetahuan dan kebiasan memakai napza

dikeluarkan dari model diketahui hasil sesuai dengan tabel berikut :

Tabel 4.19. Hasil Uji Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Tahap II

No Variabel B S.E Wald df Sig Exp

(B)

1. Sikap 2,482 0,702 12,485 1 0,000 11,965 2. Nutrisi 3,589 0,764 22,078 1 0,000 36,210 4. Merokok 2,487 0,684 13,203 1 0,000 12,023 Constant -12,452 2,370 27,614 1 0,000 0,000

Hasil analisis dari tabel 4.19. diketahui nilai p-value dari ketiga variabel

adalah <0,05 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan variabel

sikap, nutrisi dan merokok terhadap kejadian hipertensi dan variabel yang paling

signifikan memengaruhi kejadian hipertensi adalah nutrisi dengan nilai Exp (B)

terbesar (36,210) .

Page 114: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

95

Berdasarkan hasil uji regresi logistik diketahui faktor yang memengaruhi

kejadian hipertensi adalah :

1. Variabel pendidikan memiliki nilai signifikan sebesar 0,542 > 0,05, maka

Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh pendidikan terhadap kejadian

hipertensi.

2. Variabel pengetahuan memiliki nilai signifikan sebesar 0,085 > 0,05, maka

Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap kejadian

hipertensi.

3. Variabel sikap memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05, maka Ha

diterima, sehingga ada pengaruh sikap terhadap kejadian hipertensi.

Variabel sikap memiliki nilai Exp (B) sebesar 11,965, maka responden yang

memiliki sikap negatif memiliki kecenderungan mengalami kejadian

hipertensi sebesar 11,965. Nilai B atau logaritma natural dari 11,965 adalah

2,482. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka variabel sikap memiliki

hubungan positif dengan kejadian hipertensi atau jika responden memiliki

sikap negatif maka cenderung mengalami hipertensi.

4. Variabel nutrisi memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05, maka Ha

diterima, sehingga ada pengaruh nutrisi terhadap kejadian hipertensi.

Variabel nutrisi memiliki nilai Exp (B) sebesar 36,210, maka responden

yang memiliki nutrisi berisiko memiliki kecenderungan mengalami

hipertensi sebesar 36,210. Nilai B atau logaritma natural dari 36,210 adalah

3,589. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka variabel nutrisi memiliki

Page 115: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

96

hubungan positif dengan kejadian hipertensi atau jika responden memiliki

nutrisi semakin berisiko maka cenderung mengalami hipertensi.

5. Variabel kebiasaan memakai napza memiliki nilai signifikan sebesar 0,562 >

0,05, maka Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh kebiasaan memakai

napza terhadap kejadian hipertensi.

6. Variabel merokok memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05, maka Ha

diterima, sehingga ada pengaruh merokok terhadap kejadian hipertensi.

Variabel merokok memiliki nilai Exp (B) sebesar 12,023, maka responden

yang merokok memiliki kecenderungan mengalami hipertensi sebesar

12,023. Nilai B atau logaritma natural dari 12,023 adalah 2,487. Oleh

karena nilai B bernilai positif, maka variabel merokok memiliki hubungan

positif dengan kejadian hipertensi atau jika responden merokok semakin

banyak maka cenderung mengalami hipertensi.

7. Variabel yang paling signifikan mempengaruhi kejadian hipertensi adalah

variabel nutirisi dengan nilai sig. 0,000 < 0,05 dan nilai Exp (B) terbesar

(36.210).

Melalui tabel 4.19 di atas dapat diperoleh suatu persamaan regresi logistik

sebagai berikut :

1

P =

1 + e (b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + bnXn)

1

P =

1 + 2,72(-3,894)

1

P =

1 + e (-12.452 + 2,482 + 3,589 + 2,487)

Page 116: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

97

P = 0,980090

Dari perhitungan persamaan regresi logistik diatas diketahui nilai

probabilitas atau predicted dalam penelitian ini adalah sebesar 0,980090. Artinya

bahwa secara bersama-sama variabel sikap, nutrisi dan merokok berpengaruh atau

memberikan kontribusi terhadap kejadian hipertensi sebesar 0,980090 atau 98%.

4.6. Analisis Kualitatif

4.6.1. Gambaran Umum Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 (tiga) orang pasien hipertensi

yang ≥ 50 tahun, 1 (satu) orang perawat di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Fauziah Bireuen dan 1 (satu) orang dokter penanggung jawab Poli Penyakit

Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen. Pada tabel di bawah ini dijabarkan

karakteristik informan penelitian, sebagai berikut :

Tabel 4.20. Karakteristik Informan Penelitian

No Informan Jenis

Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan

1 Informan 1 Laki-laki 58 SMP Petani 2 Informan 2 Laki-laki 54 SMA Pegwawa Swasta 3 Informan 3 Laki-laki 56 SD Petani 4 Informan 4 Perempuan 32 D-3 Perawat 5 Informan 5 Laki-laki 42 Dokter Dokter

4.6.2. Faktor Risiko terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia

(Lansia) di Poli Penyakit dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun

2019

1

P =

1 + 0,02031368378 2,72

(-1,79)

Page 117: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

98

Pertanyaan mengenai penyakit hipertensi dapat dilihat dari hasil

wawancara yang hanya menjawab bahwa responden mentetahui atau tidak tentang

penyakit hipertensi. Jawaban responden tentang penyakit hipertensi dapat dilihat

pada hasil wawancara dengan responden yang mengatakan :

Informan 1 :

“…iya tahu… darah tinggi kan …”

Informan 2 :

“…hipertensi itu kalo enggak salah ya darah tinggi juga …”

Informan 3 :

“…darah tinggi lah kalau apa di tensi tuh wawak bisa sampe 180 /100

gitu, sakit kali kepala rasanya …”

Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan

jawaban perawat dan dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam dari

wawancara mendalam, hasil wawancara dengan perawat dan dokter penanggung

jawab Poli Penyakit Dalam dapat dilihat pada hasil wawancara dengan responden

yang mengatakan :

Informan 4:

…sebahagian sudah tahu sih..makanya mereka berusaha untuk

mencegahnya…tapi ya Cuma tahu kalau hipertensi itu tekanan darahnya

tinggi ….

Informan 5:

“Masih kurang…yang mereka tahu hipertensi ya darah tinggi…itu aja …”.

Page 118: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

99

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui

apa yang dimaksud hipertensi, namun masih hanya sebatas arti apa yang

dimaksud hipertensi.

Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah ada di

keluarga informan yang menderita hipertensi. Berikut ini petikan hasil wawancara

dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :

Informan 1 :

“…iya…ada…ayah saya juga menderita hipertensi ….”

Informan 2 :

“Kalau dari orangtua saya sih nggak ada…tapi kakek saya kakek saya

menderita hipertensi”

Informan 3 :

“Dari keluarga saya nggak ada….yang ada dari keluarga istri saya”

Dari hasil wawancara mendalam tersebut di dapatkan bahwa ada keluarga

informan yang menderita hipertensi.

Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah informan

tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi. Berikut ini petikan

hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :

Informan 1 :

“ya… kalau saya memang udah dari orang tuasaya bapak sama mamak

saya memang pada darah tinggi semua, sama pun mungkin karna saya da

kegemukan ya kan ”

Informan 2 :

Page 119: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

100

“Suka makan asin lah itu, sama makanan yang banyak kolesterolnya kayak

kari kambing sama sop sop daging tu kalau udah makannya terasa kali

pusing kepala habis itu”

Informan 3 :

“Makanan yang enggak sehat, yang suka makan asin-asin sama berlemak,

keturunan bisa juga penyebab darah tinggi kan”

Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan

jawaban perawat dan dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam dari

wawancara mendalam, hasil wawancara dengan perawat dan dokter penanggung

jawab Poli Penyakit Dalam dapat dilihat pada hasil wawancara dengan responden

yang mengatakan :

Informan 4:

“…mereka cuma tahu yang umum saja…..paling yang mereka tahu cuma

faktor keturunan sama makanan yang berlemak. Biasanya dokter yang

memberitahukan sama pasien …”

Informan 4:

“…yang umum-umum aja seperti faktor keturunan sama makanan

berlemak…”

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui

faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi, namun masih hanya

tentang makanan berlemak dan faktor keturunan saja.

Page 120: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

101

Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah informan

tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi. Berikut ini petikan hasil

wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :

Informan 1 :

“…ya…makanannya yang sehat-sehat, olahragalah ntah lari pagi-pagi,

jangan suka stress itu lah pokoknya…”

Informan 2 :

“Banyak itu pencegahannya, kayak olahraga, jangan banyak pikiran,

jangan suka marah-marah, sering makan buah sama sayur”

Informan 3 :

“Mencegahnya ya sebelum kena darah tinggi jangan suka makan asin-asin,

olahraga lah, sama di jaga makanannya”

Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan

jawaban perawat dan dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam dari

wawancara mendalam, hasil wawancara dengan perawat dan dokter penanggung

jawab Poli Penyakit Dalam dapat dilihat pada hasil wawancara dengan responden

yang mengatakan :

Informan 4:

“…iya….pasien sudah tahu cara penanggulangannya…tapi setelah

diberitahu sama dokter …”

Informan 5:

Page 121: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

102

“…ya, pasien sudah tahu penanggulangannya dan sebahgian sudah

melakukannya seperti olah raga dan menghindari makanan yang dapat

memicu terjadinya hipertensi…”

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui

bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi.

Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah informan

tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia. Berikut ini petikan hasil

wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :

Informan 1 :

“…yang saya tahu ya…kurangi makanan yang berlemak, seperti daging

dan makanan yang digoreng-goreng itu….trus ya banyak-banyak lah makan

sayur …”

Informan 2 :

“Banyakin makan buah sama sayuran…sama ditambah minum susu, tapi

susu yang rendah lemak”

Informan 3 :

“Minum susu yang rendah lemak…makan sayur sama timun…baru kan

jangan makan gorengan”

Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan

jawaban perawat dan dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam dari

wawancara mendalam, hasil wawancara dengan perawat dan dokter penanggung

jawab Poli Penyakit Dalam dapat dilihat pada hasil wawancara dengan responden

yang mengatakan :

Page 122: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

103

Informan 4:

“…Secara rinci enggak…mereka hanya tahu harus mengurangi makanan

berlemak dan minum susu yang rendah lemak …”

Informan 5:

“…tidak, pasien hanya tahu makan-makanan yang sehat …”

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien belum

mengetahui bagaimana pemenuhan nutrisi yang baik bagi lansia.

Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah informan

menggunakan napza dan apakah risiko penggunaan napza bagi hipertensi. Berikut

ini petikan hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :

Informan 1 :

“…Tidak…..biasanya kalau orang pake napza…makin gampang naik darah

tinggi …”

Informan 2 :

“Pernah saya pake…sekarang enggak lagi…dulu waktu saya pake obat

atau minum alkohol, kepala saya pusing sama jantung berdebar

kencang….gak tau ya apakah napzah salah satu penyebab hipertensi”

Informan 3 :

“…kalau obat-obatan enggak…tapi alkohol iya….itupun kalau pas ada

dinas ke luar kota, kalau sekarang nggak lagi…kalau sudah kebanyakan

minum alkohol biasa saya langsung pitam ….”

Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan

jawaban perawat dan dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam apakah

Page 123: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

104

perawat dan dokter memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza bagi

hipertensi dari wawancara mendalam, hasil wawancara dengan perawat dan

dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam dapat dilihat pada hasil

wawancara dengan responden yang mengatakan :

Informan 4:

“…Iya…saya beritahukan supaya mereka menghindari penggunaan napza,

khususnya yang punya histori pernah menggunakan napza…”

Informan 5:

“…iya….setelah saya memeriksa kondisi pasien saya selalu

memberitahukan faktor risiko pemicu hipertensi termasuk risiko

penggunaan napza yang termasuk didalamnya untuk mengurangi konsumsi

kopi …”

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa sudah tahu factor

risiko penggunaan napza dan perawat dan dokter penanggung jawab sudah

memberitahukan kepada pasien.

Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah informan

merokok dan apakah risiko merokok bagi hipertensi. Berikut ini petikan hasil

wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :

Informan 1 :

“…Iya….yang saya tahu merokok bisa buat hipertensi, makanya saya

batasi…sebungkus rokok itu bisa tiga hari baru habis …”

Informan 2 :

Page 124: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

105

“Dulu iya..sekarang enggak lagi. Dokter bilang katanya merokok bisa buat

darah tinggi. Memang kemarin kalau sudah kebanyakan merokok kepala

pusing…terasa gamang gitu perasaan”

Informan 3 :

“Enggak…kan udah banyak iklan-iklan yang bilang merokok bisa buat

hipertensi…makanya saya gak berani coba”

Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan

jawaban perawat dan dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam apakah

perawat dan dokter memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi

dari wawancara mendalam, hasil wawancara dengan perawat dan dokter

penanggung jawab Poli Penyakit Dalam dapat dilihat pada hasil wawancara

dengan responden yang mengatakan :

Informan 4:

“…Iya….tapi sekedarnya aja, yang lebih mendetail ya dokter..kan pasien

lebih tertarik untuk mendengar kalo dokter yang kasih tau …”

Informan 5:

“…ya saya bertahukan pasien untuk tidak merokok dan bagi pasien perokok

saya bertahukan untuk tidak merokok lagi…”

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien sudah tahu

faktor risiko merokok dan perawat dan dokter penanggung jawab sudah

memberitahukan kepada pasien.

Page 125: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

106

Berdasarkan hasil wawancara mendalam tentang faktor yang memengaruhi

kejadian hipertensi pada lanjut usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Fauziah Bireuen Tahun 2019, dapat disimpulkan seperti pada table berikut :

Page 126: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

107

Tabel 4.21. Resume Hasil Wawancara tentang Faktor yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Lanjut Usia (Lansia) di

Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan

Pertanyaan kepada Pasien Hipertensi

1 Apa yang anda ketahui tentang penyakit hipertensi?

Informan 1 Iya tahu… darah tinggi kan Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui apa yang dimaksud hipertensi, namun masih hanya sebatas arti apa yang dimaksud hipertensi.

Informan 2 Hipertensi itu kalo enggak salah ya darah

tinggi juga …

Informan 3 Darah tinggi lah kalau apa di tensi tuh

wawak bisa sampe 180 /100

gitu, sakit kali kepala rasanya

2 Apakah ada di keluarga anda yang menderita hipertensi?

Informan 1 Iya…ada…ayah saya juga menderita

hipertensi….

Dari hasil wawancara mendalam tersebut di dapatkan bahwa ada keluarga informan yang menderita hipertensi

Informan 2 Kalau dari orangtua saya sih nggak

ada…tapi kakek saya kakek saya

menderita hipertensi…

Informan 3 Dari keluarga saya nggak ada….yang ada

dari keluarga istri saya….

3 Apakah anda tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi?

Informan 1 Ya kalau saya memang udah dari orang

tuasaya bapak sama

mamak saya memang pada darah tinggi

semua, sama pun mungkin

karna saya da kegemukan ya kan

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi, namun masih hanya tentang makanan berlemak dan faktor keturunan saja

Informan 2 Suka makan asin lah itu, sama makanan

yang banyak kolesterolnya

kayak kari kambing sama sop sop daging

tu kalau udah makannya terasa kali

Page 127: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

108

No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan

pusing kepala habis itu

Informan 3 Makanan yang enggak sehat, yang suka

makan asin-asin sama

berlemak,keturunan bisa juga penyebab

darah tinggi kan…

4 Apakah anda tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?

Informan 1 Ya makanan nya yang sehat-sehat,

olahraga lah ntah lari pagi-pagi,jangan

suka stress itu lah pokoknya

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi

Informan 2 Banyak itu pencegahannya, kayak

olahraga, jangan banyak pikiran,jangan

suka marah-marah, sering makan buah

sama sayur

Informan 3 Mencegahnya ya sebelum kena darah

tinggi jangan suka makan asin-asin,

olahraga lah, sama di jaga makanannya

5 Apakah anda tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?

Informan 1 Yang saya tahu ya…kurangi makanan

yang berlemak, seperti daging dan

makanan yang digoreng-goreng itu….trus

ya banyak-banyak lah makan sayur….

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien belum mengetahui bagaimana pemenuhan nutrisi yang baik bagi lansia Informan 2 Banyakin makan buah sama

sayuran…sama ditambah minum susu,

tapi susu yang rendah lemak….

Informan 3 Minum susu yang rendah lemak…makan

sayur sama timun…baru kan jangan

makan gorengan….

6 Apakah anda Informan 1 Tidak…..biasanya kalau orang pake Hasil wawancara mendalam

Page 128: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

109

No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan

menggunakan napza? Apakah risiko penggunaan napza bagi hipertensi?

napza…makin gampang naik darah

tinggi…

tersebut didapatkan bahwa sudah tahu factor risiko penggunaan napza dan perawat dan dokter penanggung jawab sudah memberitahukan kepada pasien

Informan 2 Pernah saya pake…sekarang enggak

lagi…dulu waktu saya pake obat atau

minum alkohol..kepala saya pusing sama

jantung berdebar kencang….gak tau ya

apakah napzah salah satu penyebab

hipertensi

Informan 3 …kalau obat-obatan enggak…tapi alkohol

iya….itupun kalau pas ada dinas ke luar

kota, kalau sekarang nggak lagi…kalau

sudah kebanyakan minum alkohol biasa

saya langsung pitam ….

7 Apakah anda merokok? Apakah risiko merokok bagi hipertensi?

Informan 1 Iya….yang saya tahu merokok bisa buat

hipertensi, makanya saya

batasi…sebungkus rokok itu bisa tiga hari

baru habis…

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien sudah tahu faktor risiko merokok dan perawat dan dokter penanggung jawab sudah memberitahukan kepada pasien

Informan 2 Dulu iya..sekarang enggak lagi. Dokter

bilang katanya merokok bias buat darah

tinggi. Memang kemarin kalau sudah

kebanyakan merokok kepala

pusing…terasa gamang gitu perasaan…

Informan 3 Enggak…kan udah banyak iklan-iklan

yang bilang merokok bisa buat

hipertensi…makanya saya gak berani

coba…

Page 129: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

110

No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan

Pertanyaan kepada

Perawat

1 Menurut pengamatan anda, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi?

Informan 4 Sebahagian sudah tahu sih..makanya

mereka berusaha untuk

mencegahnya…tapi ya Cuma tahu kalau

hipertensi itu tekanan darahnya tinggi…

Hasil wawancara mendalam diketahui bahwa sebhagian pasien sudah tahu tentang penyakit hipertensi.

2 Apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi? Apakah anda memberitahukan kepada pasien?

Informan 4 Mereka cuma tahu yang umum

saja…..paling yang mereka tahu cuma

faktor keturunan sama makanan yang

berlemak. Biasanya dokter yang

memberitahukan sama pasien…

Hasil wawancara diketahui bahwa pasien hanya tahu factor risiko hipertensi adalah dar factor keturunan dan konsumsi makanan yang berlemak.

3 Apakah pasien tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?

Informan 4 Iya….pasien sudah tahu cara

penanggulangannya…tapi setelah

dibertahu sama dokter…

Hasil wawancara diketahui bahwa pasien mengetahui cara penanggulangan hipertensi dari informasi yang diberikan dokter

4 Apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?

Informan 4 Secara rinci enggak…mereka hanya tahu

harus mengurangi makanan berlemak dan

minum susu yang rendah lemak….

Hasil wawancara diketahui bahwa pasien mengetahui tentang bagaiman pemenuhan nutrisi bagi lansia hanya dengan mengurangi makanan berlemak dan minum susu rendah lemak.

5 Apakah anda memberitahukan kepada

Informan 4 Iya…saya beritahukan supaya mereka

menghindari penggunaan napza,

Hasil wawancara diketahui bahwa perawat memberikan informasi

Page 130: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

111

No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan

pasien risiko penggunaan napza bagi hipertensi?

khususnya yang punya histori pernah

menggunakan napza…

kepada pasien tentang risiko penggunaan napza bagi hipertensi

6 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi?

Informan 4 Iya….tapi sekedarnya aja..yang lebih

mendetail ya dokter..kan pasien lebih

tertarik untuk mendengar kalo dokter yang

kasih tau….

Hasil wawancara diketahui bahwa perawat memberitahukan kepada pasien risiko bagi hipertensi.

Pertanyaan kepada Dokter

1 Menurut pengamatan anda, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi?

Informan 5 Masih kurang…yang mereka tahu

hipertensi ya darah tinggi…itu aja…

Hasil wawancara diketahui pendapat dokter yang mengatakan pasien hanya mengetahui bahwa hipertensi adalah darah tinggi.

2 Apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi? Apakah anda memberitahukan kepada pasien?

Informan 5 Yang umum-umum aja seperti factor

keturunan sama makanan berlemak..

Hasil wawancara diketahui bahwa pasien belum mengetahui secara mendetail factor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi

3 Apakah pasien tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?

Informan 5 …ya, pasien sudah tahu

penanggulangannya dan sebahgian sudah

melakukannya seperti olah raga dan

menghindari makanan yang dapat memicu

terjadinya hipertensi…

Hasil wawancara diketahui bahwa pasien mengetahui cara penganggulangan hipertensi dengan olah raga dan menghindari makanan yang dapat memicu terjadinya hipertensi.

4 Apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan

Informan 5 …tidak, pasien hanya tahu makan-

makanan yang sehat….

Hasil wawancara diketahui bahwa pasien tidak mengetahui bagaimna

Page 131: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

112

No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan

nutrisi bagi lansia ?

pemenuhan nutrisi bagi lansia.

5 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza bagi hipertensi?

Informan 5 …iya….setelah saya memeriksa kondisi

pasien saya selalu memberitahukan factor

risiko pemicu hipertensi termasuk risiko

penggunaan napza yang termasuk

didalamnya untuk mengurangi konsumsi

kopi…

Hasil wawancara diketahui bahwa dokter memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza bagi hipertensi ketika dan cara pencegahannya

6 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi?

Informan 5 …ya saya bertahukan pasien untuk tidak

merokok dan bagi pasien perokok saya

bertahukan untuk tidak merokok lagi…

Hasil wawancara diketahui bahwa dokter memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi dan memberikan informasi kepada pasien tenang bahaya merokok.

Page 132: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

113

Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada pasien pada table 4.21

pada pertanyaan apakah pasien mengetahui tentang penyakit hipertensi, dapat

disimpulkan bahwa pasien mengetahui apa yang dimaksud hipertensi, namun

masih hanya sebatas arti apa yang dimaksud hipertensi. Berdasarkan pertanyaan

apakah ada di keluarga pasien yang menderita hipertensi, dapat disimpulkan

bahwa ada keluarga informan yang menderita hipertensi. Berdasarkan hasil

wawancara tentang apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat

menyebabkan hipertensi, dapat disimpulkan bahwa bahwa pasien mengetahui

faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi, namun masih hanya

tentang makanan berlemak dan faktor keturunan saja.

Berdasarkan hasil wawancara tentang apakah pasien tahu bagaimana

penanggulangan penyakit hipertensi, dapat disimpulkan bahwa pasien mengetahui

bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi. Hasil wawancara tentang apakah

pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia, dapat disimpulkan bahwa

pasien belum mengetahui bagaimana pemenuhan nutrisi yang baik bagi lansia.

Hasil wawancara tentang apakah pasien menggunakan napza dan apakah risiko

penggunaan napza bagi hipertensi, dapat disimpulkan bahwa sudah tahu faktor

risiko penggunaan napza dan perawat dan dokter penanggung jawab sudah

memberitahukan kepada pasien. Hasil wawancara tentang apakah pasien merokok

dan apakah risiko merokok bagi hipertensi, dapat disimpulkan bahwa pasien

sudah tahu faktor risiko merokok dan perawat dan dokter penanggung jawab

sudah memberitahukan kepada pasien.

Page 133: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

114

Berdasarkan hasil wawancara kepada perawat dan dokter pada table 4.21

tentang bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi, dapat

disimpulkan bahwa sebahagian pasien sudah tahu tentang penyakit hipertensi.

Hasil wawancara tentang apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat

menyebabkan hipertensi dan apakah perawat memberitahukan kepada pasien,

dapat disimpulkan bahwa pasien hanya tahu faktor risiko hipertensi adalah dari

faktor keturunan dan konsumsi makanan yang berlemak dan perawat tidak

memberitahukan kepada pasien.

Berdasarkan hasil wawancara tentang apakah pasien tahu bagaimana

penanggulangan penyakit hipertensi, dapat disimpulkan bahwa pasien mengetahui

cara penanggulangan hipertensi dari informasi yang diberikan dokter. Hasil

wawancara tentang apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia,

dapat disimpulkan bahwa pasien mengetahui tentang bagaiman pemenuhan nutrisi

bagi lansia hanya dengan mengurangi makanan berlemak dan minum susu rendah

lemak. Hasil wawancara tentang apakah perawat dan dokter memberitahukan

kepada pasien risiko penggunaan napza bagi hipertensi, dapat disimpulkan bahwa

perawat memberikan informasi kepada pasien tentang risiko penggunaan napza

bagi hipertensi dan dokter memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan

napza bagi hipertensi ketika dan cara pencegahannya.

Hasil wawancara tentang apakah perawat dan dokter memberitahukan

kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi, dapat disimpulkan bahwa perawat

memberitahukan kepada pasien risiko bagi hipertensi dan dokter memberitahukan

Page 134: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

115

kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi dan memberikan informasi kepada

pasien tenang bahaya merokok.

Page 135: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

115

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Analisis Faktor yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi pada Lanjut

Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen

Tahun 2019

5.1.1. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kejadian Hipertensi di Poli

Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh jenis kelamin

dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun

2019 dengan dengan nilai p = 0,265 > 0,05. Hal ini ditunjukkan dari 104 jumlah

responden, 70 responden laki-laki sebanyak 47,1% mengalami hipertensi dan

52,9% yang tidak mengalami hipertensi.

Jenis kelamin merupakan tanda-tanda seks sekunder yang diperlihatkan

oleh seseorang. Cara menentukan jenis kelamin pada penelitian ini adalah dengan

melakukan pengamatan langsung pada responden. Faktor jenis kelamin

berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pada usia muda dibawah 60

tahun, pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita. Pria

diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah

dibanding wanita. Namun setelah memasuki menepouse, prevalensi hipertensi

pada wanita meningkat (46). Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi

pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diduga diakibatkan oleh

faktor hormonal. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh hormon estrogen

yang dapat melindungi wanita dari penyakit kardiovaskuler. Kadar hormon ini

akan menurun setelah menepouse (60).

Page 136: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

116

Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas

wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan

sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah

dari kerusakan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarasaty

(2011) yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan

hipertensi pada lansia. Pada penelitian tersebut hasil analisis univariat

menunjukkan bahwa proporsi lansia berjenis kelamin perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan lansia berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 46 orang

untuk perempuan dan 23 orang untuk laki-laki yang mengalami hipertensi . Selain

itu diketahui pula bahwa lansia yang jenis kelamin perempuan lebih banyak

menderita hipertensi (61).

Menurut Singalingging (2011) rata-rata perempuan akan mengalami

peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah menopouse yaitu usia

diatas 45 tahun. Perempuan yang belum menopouse dilindungi oleh hormon

estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein

(HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya kolesterol LDL (Low Density

Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis (62).

Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah sistolik

dan diastolik pada penelitian ini bisa terjadi karena adanya faktor lain yang

mempengaruhi tekanan darah seperti tingkat stress. Menurut penelitian Lewa dkk

(2010), lansia yang mengalami stres psikososial akan meningkatkan risiko

terjadinya Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST) sebesar 2,54 kali lebih besar

Page 137: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

117

dibandingkan dengan lansia yang tidak mengalami stres psikososial, dan secara

statistik bermakna (pvalue=0,001) (63).

Menurut peneliti, banyak faktor yang diduga dapat menyebabkan mengapa

pada penelitian ini didapatkan lansia berjenis kelamin laki-laki yang mengalami

hipertensi proporsinya lebih besar (63,5%) dibandingkan dengan lansia berjenis

kelamin perempuan yang mengalami hipertensi (36,5%). Salah satu diantaranya

adalah adanya faktor lain yang mendukung seperti faktor psikologis. Salah satu

contohnya adalah laki-laki ketika memasuki usia lansia akan memiliki

kecenderungan untuk mengalami depresi atau stres. Hal itu dapat disebabkan oleh

status pekerjaan ataupun sudah tidak bekerja lagi (pengangguran). Selain itu,

seseorang yang pendapatannya rendah kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan

yang ada sehingga kurang mendapatkan pengobatan yang baik ketika seseorang

menderita hipertensi. Hal ini daapt juga disebabkan karena gaya hidup yang dapat

meningkatkan tekanan darah seperti merokok dan minum alkohol.

5.1.2. Pengaruh Suku/ Ras terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh suku/ras

terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen

tahun 2019 dengan nilai p = 0,657 > 0,05. Hal ini ditunjukkan dari 104 jumlah

responden, 87 responden suku Aceh sebanyak 47,1% mengalami hipertensi dan

52,9% yang tidak mengalami hipertensi.

Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar

untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan

dikosumsi. Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan

Page 138: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

118

memenuhi kebutuhan dasar biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan.

(64).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zakiyah

(2008) tentang factor-faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi diperoleh

nilai p-value sebesar 0,849 > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan

yang signifikan antara suku/ras dengan kejadian hipertensi (65).

Menurut peneliti, tidak adanya pengaruh suku/ras terhadap kejadian

hipertensi dapat disebabkan karena perbedaan statistic antara suku dengan

kejadian hipertensi sangat kecil sehingga uji statistic perbedaan ini tidak cukup

nyata untuk menunjukkan pengaruh, selain itu diasumsikan bahwa pola konsumsi

sampel cenderung sama apapun latarbelakang sukunya karena sudah terpapar

dengan kebiasaan makan dan gaya hidup yang sama di daerah tersebut.

5.1.3. Pengaruh Pendidikan terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara pendidikan dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr.

Fauziah Bireuen tahun 2019 dengan nilai p = 0,006 < 0,05. Hal ini ditunjukkan

dari 104 jumlah responden, 58 responden yang berpendidikan rendah sebanyak

62,1% mengalami hipertensi dan 37,9% yang tidak mengalami hipertensi. Hasil

analisis multivariat dengan regresi logistik diketahui nilai sig. 0,542 > 0,05, dapat

dikatakan tidak ada pengaruh yang signifikan pendidikan terhadap kejadian

hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

Menurut Notoatmodjo (2014) pendidikan adalah upaya persuasi atau

pembelajaran kepada masyarakat, agar masyarakat mau melakukan tindakan-

Page 139: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

119

tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah- masalah), dan

meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan

kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran, sehingga

perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap

(langgeng), karena didasari oleh kesadaran (10).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Novitaningtyas (2014) tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan

hipertensi diperoleh nilai p-value sebesar 0,849 > 0,05, menyimpulkan untuk

tekanan darah sistolik hasil uji statistik yang dilakukan dengan mengunakan uji

Rank Spearman diperoleh nilai p sebesar 0,346 (p>0,05), maka H0 diterima

sehingga tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tekanan darah

sistolik pada lansia di Kelurahan Makamhaji, sedangkan untuk tekanan diastolik

hasil uji statistik yang dilakukan dengan mengunakan uji Rank Spearman

diperoleh nilai p sebesar 0,599 (p>0,05), maka H0 diterima sehingga tidak

terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tekanan darah diastolik pada

lansia di Kelurahan Makamhaji (17).

Menurut peneliti, dalam penelitian ini sebagian besar lansia tingkat

pendidikannya masih termasuk rendah. Tingkat pendidikan secara tidak langsung

mempengaruhi tekanan darah pada lansia karena tingkat pendidikan berpengaruh

terhadap gaya hidup seseorang yaitu seperti kebiasaan merokok, kebiasaan

mengkonsumsi alkohol, asupan makan, dan aktivitas fisik.

Page 140: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

120

5.1.4. Pengaruh Pekerjaan terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pekerjaan

terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen

tahun 2019 dengan nilai p = 0,077 > 0,05. Hal ini ditunjukkan dari 104 jumlah

responden, 66 responden yang bekerja sebanyak 43,9% mengalami hipertensi dan

56,1% yang tidak mengalami hipertensi.

Menurut Sarwono (2006), jika status sosial ekonomi rendah maka arus

tekanan darah tinggi menjadi lebih tinggi, sedangkan social ekonomi berkaitan

erat dengan jenis pekerjaan, dikarenakan jenis pekerjaan tidak hanya merupakan

factor yang berkaitan dengan social ekonomi misalnya tingkat pendidikan (66).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sulistiyowati

(2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi

diperoleh nilai p-value sebesar 0,703 > 0,05, yang artinya tidak ada hubungan

antara jenis pekerjaan dengan hipertensi. Hal ini berarti responden yang bekerja

dan tidak bekerja mempunyai risiko relative sama dan hal ini

dimungkinkankarena responden yang bekerja dan yang tidak bekerja mempunyai

tingkat stress yang sama, sehingga risiko untuk terkena hipertensi relative sama

(67).

Menurut peneliti, kemiskinan menjadi masalah bagi masyarakat desa.

Budaya kekeluargaan dan hubungan yang erat antar masyarakat di pedesaan

membuat mereka saling membantu antar sesama. Kehidupan masyarakat desa

yang agamis juga membuat mereka tidak mudah stress ketika mengalami masalah

kehidupan, termasuk maslaah pekerjaan dan masalah ekonomi. Hal tersebut

Page 141: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

121

kemudian dapat menjadi factor terlindunginya masyarakat dari hipertensi

sekelipun mereka tidak bekerja dan miskin.

5.1.5. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr.

Fauziah Bireuen tahun 2019 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini ditunjukkan

dari 104 jumlah responden, 58 responden pengetahuan kurang sebanyak 70,7%

mengalami hipertensi dan 29,3% yang tidak mengalami hipertensi. Hasil analisis

multivariat dengan regresi logistik diketahui nilai sig. 0,085 > 0,05, dapat

dikatakan tidak ada pengaruh yang signifikan pengetahuan terhadap kejadian

hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

perasa, dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa perubahan perilaku tidak

selalu melewati tahap-tahap. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bertahan lama (long lasting). Sebaliknya,

apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak

akan berlangsung lama (10).

Page 142: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

122

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Prihantoro (2016), yang

menyatakan ada ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan keaktifan lansia

di posyandu lansia Desa Klaseman, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2016. Pola hubungan pengetahuan dengan keaktifan lansia menunjukkan

bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang posyandu lansia, maka semakin aktif

dalam kegiatan posyandu lansia. Sebaliknya semakin rendah pengetahuan tentang

posyandu lansia, maka lansia semakin tidak aktif dalam kegiatan posyandu lansia

(68).

Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat

proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti

perubahan Intelegentia Quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami

penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi

nonverbal, pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah

seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan

yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia

juga menurun (69).

Maryam (2011) menyatakan bahwa pada lansia mengalami kemunduran

kemampuan kognitif antara lain yaitu berkurangnya ingatan atau suka lupa, hal ini

sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rerata usia lansia 68

tahun, yang artinya lansia di panti tresna werda magetan mempunyai kemampuan

kognitif yang kurang dikarenakan usia lansia yang termasuk usia lanjut (70).

Page 143: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

123

Menurut peneliti, tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada

umunya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula

pengetahuanya. Kurangnya pengetahuan tentang diit pada lansia dapat disebabkan

salah satunya dengan adanya kemunduran kemampuan dalam mencerna informasi

yang diterima.

Menurut peneliti, pengetahuan punya hubungan langsung dengan kejadian

hipertensi. Pada lanjut usia yang memiliki pengetahuan rendah akan mengalami

ke tidak tahuan tentang hipertensi. Pengetahuan lansia yang rendah juga

berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Lanjut usia yang

mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional

dibandingkan lansia yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak

berpendidikan.

5.1.6. Pengaruh Sikap terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam

RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara sikap dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah

Bireuen tahun 2019 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini ditunjukkan dari 104

jumlah responden, 55 responden sikap negatif sebanyak 70,9% mengalami

hipertensi dan 29,1% yang tidak mengalami hipertensi. Hasil analisis multivariat

dengan regresi logistik diketahui nilai sig. 0,000 < 0,05, dapat dikatakan ada

pengaruh yang signifikan sikap terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

Page 144: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

124

Sikap yang terbentuk tidak dapat diubah begitu saja karena sangat erat

kaitannya dengan faktor dari dalam dan luar individu. Maka untuk merubah sikap

responden diperlukan suatu kebijakan dan peningkatan pengetahua agar para

lansia dapat mengetahui tujuan dan manfaat serta hasil yang didapatkan dari

pemanfaatan posbindu lansia tersebut. Menurut Notoatmodjo, sikap merupakan

perilaku tertutup yang tidak dapat langsung dilihat dan merupakan kesiapan atau

kesediaan utuk bertindak, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas

akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (10).

Terbentuknya sikap yang positif kaitannya dengan keaktifan lansia dalam

mengikuti posyandu lansia juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh

individu tersebut. Pengetahuan merupakan dasar yang penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang, pengetahuan itu sendiri penting untuk mendukung psikis dan

perilaku setiap hari sehingga pengetahuan merupakan faktor yang mendukung

tindakan seseorang (52).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muswanti (2016)

yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara sikap pencegahan stroke

dengan perilaku pencegahan stroke pada penderita hipertensi usia ≤ 45 tahun

dengan nilai p Value (0,005) (71).

Menurut peneliti, mayoritas responden yang memiliki sikap negatif

mengalami hipertensi sedang sebesar 70,9%. Hal ini dikarenakan faktor

pendidikan responden yang rendah memengaruhi tingkat pengetahuannya tentang

posyandu lansia. Pengetahuan yang kurang akan memengaruhi bagaimana

responden bersikap terhadap pencegahan hipertnsi.

Page 145: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

125

Menurut peneliti, sikap responden terhadap kejadian hipertensi dapat

disebabkan kurangnya pengetahuan responden tentang hipertensi. Selain itu

kurangnya sosialisasi atau informasi tentang hipertensi baik yang dilakukan oleh

dinas kesehatan maupun dari pemerintah desa.

5.1.7. Pengaruh Nutrisi terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara nutrisi dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah

Bireuen tahun 2019 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini ditunjukkan dari 104

jumlah responden, 58 responden dengan nutrisi berisiko sebanyak 77,6%

mengalami hipertensi dan 22,4% yang tidak mengalami hipertensi. Hasil analisis

multivariat dengan regresi logistik diketahui nilai sig. 0,000 < 0,05, dapat

dikatakan ada pengaruh yang signifikan sikap terhadap kejadian hipertensi di Poli

Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

Menurut Supariasa (2016) status nutrisi adalah hasil akhir dari

keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan

tubuh akan zat gizi tersebut. Masalah gizi yang ada pada lansia dapat disebabkan

oleh beberapa faktor diantaranya riwayat penyakit, kondisi atau perawatan mulut,

asupan makanan dan kebiasaan merokok (72).

Menurut Dewi (2014) menjelaskan bahwa ketidakmampuan mengunyah

membuat lansia membatasi jenis makanan yang dikonsumsinya, sehingga intake

nutrisi dapat berkurang. Gigi yang hampir tanggal ataupun yang telah tanggal

kadang membuat lansia menolak untuk mengkonsumsi buah atau sayuan, yang

merupakan sumber vitamin, mineral dan karbohidrat (73).

Page 146: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

126

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susan tentang

Hubungan Status Nutrisi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas Ambulu Kabupaten Jember tahun 2016, menyimpulkan dari

hasil uji statistik menggunakan Rank Spearman dengan ɑ=0,05 didapatkan nilai p

value 0,033, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara status nutrisi dengan kejadian hipertensi pada lansia (74).

Menurut peneliti, masalah status gizi lebih yang lebih banyak terjadi pada

perempuan dibandingkan dengan lansia laki-laki karena pada perempuan lebih

banyak sel lemak per kilogram berat badan dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat

dilihat dari hasil penelitian diketahui lebih banyak responden laki-laki yang

mengalami hipertensi sebesar 66,3%.

Menurut peneliti, seiring pertambahan usia, kebutuhan zat gizi

karbonhidrat dan lemak turun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin dan mineral

meningkat. Sehingga lansia yang umurnya lebih tinggi dapat beresiko masalah

gizi yang lebih besar, baik masalah status gizi kurang maupun gizi lebih.

5.1.8. Pengaruh Kebiasaan Memakai Napza terhadap Kejadian Hipertensi

di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara kebiasaan memakai napza dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019 dengan nilai p = 0,005 < 0,05. Hal ini

ditunjukkan dari 104 jumlah responden, 58 responden dengan kebiasaan memakai

napza berisiko sebanyak 69,2% mengalami hipertensi dan 37,9% yang tidak

mengalami hipertensi. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik diketahui

nilai sig. 0,562 > 0,05, dapat dikatakan tidak ada pengaruh yang signifikan

Page 147: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

127

kebiasaan memakai napza terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam

RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

Menurut Azmiyati (2014) efek penyalahgunaan NAPZA antara lain :

Keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire) terhadap zat yang

dimaksud dan kalau perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya,

kecendrungan untuk menambahkan takaran atau dosis dengan toleransi tubuh,

ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan

menimbulkan gejala-gejala kejiwaan, seperti kegelisahan, kecemasan, depresi, dan

sejenisnya dan ketergantungan fisik yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan

menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus obat (withdrawal

symptoms) (75).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Makaremas (2018)

tentang Kebiasaan Konsumsi Alkohol dan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki

Usia 35-59 tahun dj Kota Bitung, yang menyimpulkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama konsumsi

alkohol dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 35-59 tahun di Puskesmas

Paceda kota Bitung (p= 0,000). Semakin lama konsumsi alkohol maka semakin

tinggi tekanan darah (nilai r positif). Keeratan hubungan masuk kategori sedang

(r= 0,435) (76).

Hasil yang sama juga terdapat pada penelitian yang dilakukan Jayanti, dkk

(2017) dimana pada uji korelasi spearman atau spearman rho menunjukkan

terdapat hubungan yang bermakna antara variabel jumlah konsumsi minuman

Page 148: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

128

beralkohol dengan kejadian hipertensi dengan korelasi yang cukup kuat, yaitu

0,566 dengan nilai p=0,000 (77).

Alkohol bila dikonsumsi sedikitnya dua kali per hari, tekanan darah

sistolik naik kira-kira 1,0 mmHg dan tekanan darah diastolik naik 0,5 mmHg per

satu kali minum. Peminum harian ternyata mempunyai tekanan darah sistolik

lebih tinggi, yaitu 6,6 mmHg dan tekanan diastolik 4,7 mmHg dibandingkan

dengan peminum sekali seminggu berapapun jumlah total alkohol yang diminum

setiap minggunya (78)

Menurut peneliti, konsumsi secara berlebihan alkohol dan kafein yang

terdapat dalam minuman kopi, teh dan kola akan meningkatkan risiko terjadinya

hipertensi pada seseorang. Alkohol bersifat meningkatkan aktivitas saraf simpatis

karena dapat merangsang sekresi corticotrophin releasing hormone (CRH) yang

akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Demikian juga halnya dengan napza

jenis lain seperti ganja memengaruhi sistem saraf simpatetik di otak yang

berfungsi mengatur kerja jantung dan pembuluh darah. Tiga jam setelah

mengonsumsi napza, detak jantung akan meningkat, yang kemudian akan ikut

meningkatkan tekanan darah.

5.1.9. Pengaruh Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara merokok dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr.

Fauziah Bireuen tahun 2019 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini ditunjukkan

dari 104 jumlah responden, 49 responden yang merokok sebanyak 75,5%

mengalami hipertensi dan 24,5% yang tidak mengalami hipertensi. Hasil analisis

Page 149: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

129

multivariat dengan regresi logistik diketahui nilai sig. 0,000 < 0,05, dapat

dikatakan ada pengaruh yang signifikan merokok terhadap kejadian hipertensi di

Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

Menurut Depkes RI Pusat Promkes tahun 2008, telah dibuktikan dalam

penelitian bahwa dalam 1 batang rokok mengandung berbagai zat kimia. Bahan

utama rokok terdiri dari tiga zat, yaitu 1) Nikotin, berdampak pada jantung dan

sirkulasi darah maupun pembuluh darah. 2) Tar, mengakibatkan kerusakan sel

paru-paru dan menyebabkan kanker. 3) Karbon Monoksida (CO), yang

mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. Zat-zat kimia

tersebut dapat merusak lapisan dalam dinding arteri sehingga menyebabkan

penumpukan plak dan lama-kelamaan akan terjadi peningkatan tekanan darah atau

munculnya penyakit hipertensi (79).

Departemen Kesehatan menambahkan bahwa asap dari rokok juga

berdampak terhadap orang yang menghirupnya (disebut perokok pasif) untuk

terjadinya penyakit. Para ilmuwan membuktikan bahwa zat-zat kimia didalam

rokok juga memengaruhi kesehatan seseorang yang tidak merokok disekitar

perokok. Dampak yang akan ditimbulkan oleh rokok tersebut untuk menderita

hipertensi akan terakumulasi dalam beberapa tahun kemudian yaitu sekitar usia 40

tahun ke atas (79).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irwanda

(2012) dengan judul hubungan antara merokok dan hipertensi pada pasien pria di

Instalasi Rawat Jalan Klinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

Irwanda menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

Page 150: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

130

kebiasaan merokok dan hipertensi. Uji hipotesis yang dilakukan dengan uji chi-

square dengan menggunakan program SPSS 17.0, diperoleh hasil 0,004 (p< 0,05).

Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 2,7 dengan nilai

IK 95% berkisar antara 1,4 sampai 5,5. Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai

OR >1 dan rentang nilai IK 95% tidak mencakup angka 1. Ini berarti bahwa

kebiasaan merokok merupakan faktor risiko untuk terjadinya hipertensi, yakni

subyek yang mempunyai kebiasaan merokok mempunya risiko mengalami

hipertensi 2,7 kali lebih besar dibandingkan dengan subyek yang bukan perokok.

Hasil penelitian yang diperoleh mendukung hipotesis yang telah diajukan (80).

Kebiasaan merokok bisa meningkatkan resiko tekanan darah tinggi

(hipertensi) karena nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan

pengapuran pada dinding pembuluh darah (62). Nikotin dan karbondioksida yang

terkandung dalam rokok akan merusak 10 lapisan endotel pembuluh darah arteri,

elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga pembuluh darah menjadi kaku dan

menganggu aliran darah sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (81).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Arifin (2016)

tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada

Kelompok Lanjut Usia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten

Badung Tahun 2016, yang menyimpulkan berdasarkan hasil uji statistik

menggunakan chisquare didapatkan nilai p = 0,128 (p > 0,05), artinya tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian hipertensi. Ini

berarti pada penelitian ini merokok belum dapat dikatakan secara definitif sebagai

Page 151: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

131

faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada kelompok lansia di

wilayah kerja Puskesmas Petang I Kabupaten badung (82).

Menurut peneliti, terdapatnya responden yang tidak merokok namun

mengalami kejadian hipertensi kemungkinan disebabkan oleh responden yang

memiliki riwayat terpapar rokok ataupun asapnya khususnya bagi lansia

perempuan yang tidak merokok kemungkinan besar terpapar oleh asap rokok yang

dikonsumsi oleh sanak keluarganya. Sehingga berdampak pada kesehatannya

dalam waktu beberapa tahun kemudian setelah memasuki usia tua.

5.1.10. Implikasi Penelitian

1) Implikasi terhadap RS. dr. Fauziah Bireuen

(1) Penelitian ini dijadikan sebagai dasar bagi RS. dr. Fauziah Bireuen untuk

meningkatkan program pendidikan kesehatan yang komprehensif berfokus

pada keyakinan dan kepercayaan diri masyarakat agar lebih mengetahui

fakrot-faktor risiko kejadian hipertensi khususnya pada lansia.

(2) Memaksimalkan pelayanan kesehatan serta sarana prasarana di RS. dr.

Fauziah Bireuen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pelayanan

perawatan dan pengobatan hipertensi.

(3) Pelaksanaan program bagi penderita hipertensi telah ada melalui program

pelayanan kesehatan meliputi promosi kesehatan, pencegahan, dan

pengobatan. Dimana tenaga kesehatan memberikan penyuluhan pada

penderita tentang hipertensi, pelayanan kesehatan lansia seperti melakukan

senam lansia secara aktif, menciptakan kawasan tanpa rokok (KTR) serta

Page 152: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

132

memberikan obat sekaligus memantau perkembangan si penderita pada

saat kunjungan ulang.

2) Implikasi terhadap Masyarakat

(1) Masyarakat khususnya para lansia masih beranggapan keliru bahwa

pengetahuan tentang hipertensi bukanlah masalah yang sangat serius

karena dengan melaksanakan pola hidup sehat sudah dapat mengatasi

kemungkinan mengalami hipertensi tanpa memperhatikan faktor-faktor

risiko lainnya yang dapat menyebabkan hipertensi. Masalah pemenuhan

nutrisi, aktivitas fisik dan merokok yang tidak diperhatikan secara serius

bisa mengakibatkan timbulnya kemungkinan kejadian hipertensi..

(2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengubah persepsi maupun gaya

hidup masyarakat selama ini tentang tanggapan yang salah dan kepedulian

yang kurang terhadap lansia yang hipertensi. Maka dari itu, sebagai

masyarakat atau keluarga kita harus membantu untuk mencegah hipertensi

pada lansia dengan cara mengingatkan gaya hidup yang sehat kepada

lansia yang hipertensi supaya lansia mampu bertahan hidup dengan adanya

dukungan tersebut.

5.1.11. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu penelitian ini

merupakan penelitian mix method sehingga sangat terbatas dalam mengeksplorasi

secara mendalam hubungan lain yang memiliki kaitan dalam gaya hidup lansia

dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini menggunakan kuesioner, data yang

Page 153: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

133

diambil pada penelitian ini diperoleh dengan mengandalkan daya ingat responden,

sehingga kejadian bias informasi yang terkadang jawaban yang diberikan

responden tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya yang dialami oleh responden.

Hal ini akan menyebabkan responden akan memberi jawaban yang cenderung

positif. Oleh karena itu, perlu menjelaskan secara rinci tentang maksud dari tujuan

pertanyaan.

Page 154: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

134

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa:

1) Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian hipertensi di Poli

Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

2) Tidak ada pengaruh suku/ ras terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

3) Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

4) Tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

5) Tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit

Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

6) Ada pengaruh sikap terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS.

dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

7) Ada pengaruh nutrisi terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS.

dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

8) Tidak ada pengaruh kebiasaan memakai napza terhadap kejadian hipertensi di

Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.

9) Ada pengaruh merokok terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam

RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019

Page 155: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

135

10) Variabel yang paling signifikan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi

adalah nutrisi dengan nilai Exp (B) terbesar (36,210).

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran kepada

beberapa pihak, yaitu:

1) Bagi RS. dr. Fauziah Bireuen

RS. dr. Fauziah Bireuen disarankan untuk melakukan kegiatan penyuluhan

kepada para lansia baik dalam pelaksanaan posbindu ataupun kunjungan ke

rumah mengenai hipertensi dan bahan-bahan makanan yang berisiko

menimbulkan hipertensi, yaitu makanan yang tinggi lemak dan natrium

seperti gorengan, ikan asin, biskuit dan sebagainya untuk mencegah

kejadian hipertensi.

2) Bagi Masyarakat di Wilayah Kerja RS. dr. Fauziah Bireuen

Disarankan kepada masyarakat khususnya lansia agar waspada dengan

bertambahnya umur, karena mulai rentan terhadap berbagai macam penyakit

termasuk hipertensi dan lakukan pemeriksaan tekanan darah paling lama

satu bulan sekali. Disarankan juga untuk menghindari konsumsi makanan

pencetus terjadinya hipertensi seperti makanan asin dan makanan

mengandung lemak jenuh dan tidak membiasakan menggunakan minyak

goreng bekas atau jelantah karena jelantah mengandung lemak jenuh yang

sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh yang dapat meningkatkan kadar

kolesterol darah sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi. Masyarakat

disarankan untuk melakukan olah raga dengan benar secara teratur 3–4 kali

Page 156: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

136

seminggu minimal 30 menit dengan sifat kontinu, ritmik, progresif, dan

mempunyai kekuatan tertentu sesuai tujuan olah raga yang dilakukan.

3) Bagi Peneliti selanjutnya

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang

pencegahan hipertensi secara lebih mendalam dengan variabel yang lain

seperti motivasi, aktivitas fisik dan lainnya.

Page 157: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

DAFTAR PUSTAKA

1. Agoes A. Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC; 2011. 2. WHO. Noncommunicable Diseases (NDC) Country Profile. 2015. 3. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta; 2018. 4. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta; 2013. 5. Dinkes Aceh. Profil Kesehatan Aceh Tahun 2017. Banda Aceh; 2017. 6. Julianti E. Bebas Hipertensi dengan Terapi Jus. Jakarta: Niaga Swadaya;

2011. 7. RS Bireuen. Profil Rumah Sakit dr. Fauziah Bireuen Tahun 2018. Bireuen;

2018. 8. Dewi RS. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Penerbit

Deepublish; 2014. 9. Stephen P. Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2011. 10. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta;

2014. 11. Mulyati H. Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium serta Aktivitas

Fisik denganKejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Artik Penelit Univ Hasanuddin. 2011;

12. Abdurrachim R. Hubungan Asupan Natrium, Frekuensi dan Durasi Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah Lansia di Panti Sosial Tresna Wardha Budi Sejahtera dan Bina Laras Budi Luhur Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. J Indones Nutr Assoc. 2016;

13. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama; 2014.

14. Arlita. Hubungan Asupan Natrium, Kalium, magnesium dan Status Gizi dengan Tekanan Darah pada Lansia di Kelurahan Makamhaji Kecamatan Surakarta. Univ Muhammadiyah Surakarta. 2014;

15. Oktaviance. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Hipertensi pada Lanjut Usia di Poskeskel Rengas Pulau Marelan Medan. J Kesehat. 2014;1(2).

16. Fitrina Y. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Sikolos Kecamatan Padang Panjang Barat Tahun 2014. STIKes Yars Bukit Tinggi. 2014;

17. Novitaningtyas T. Hubungan Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan) dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia di Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Fak Ilmu Kesehat Univ Muhammadiyah Surakarta. 2014;

18. Asari HV. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang. Fak Kesehat Masy Univ Sumatera Utara. 2017;

19. Mahmudah S. Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok Tahun 2015. J Biomedika. 2015;7(2).

20. Chris T. Kapita Selekta Kedoteran. 2nd ed. Jakarta: Media Aesculapius;

Page 158: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

2014. 21. Wahyunita DV. Memahami Kesehatan pada Lansia. Jakarta: CV. Trans Info

Medika; 2010. 22. Shadine M. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke & Serangan

Jantung Pencegahan dan Pengobatan Alternatif. Jakarta: Keenbook; 2010. 23. Adib M. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling

Sering Menyerang Kita. Yogyakarta: Bukubiru; 2011. 24. Pudiastuti RD. Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika;

2013. 25. Ramdhani. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara

Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2014. 26. Femmy PI. Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Posyandu Lansia

Wilayah Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2010. Fak Kesehat Masy Univ Indinesia. 2011;

27. Bustan MN. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta; 2015.

28. Sayoga. Mencegah Stroke dan Serangan Jantung. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya; 2013.

29. Padila. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.

30. Noviyanti. Hipertensi Kenali, Cegah & Obati. Yogyakarta: Notebook; 2015. 31. Huda NA dan Hardi K. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2013. 32. Yogiantoro M. Hipertensi Essensial: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta: FKUI; 2010. 33. Rahajeng E TS. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.

Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2009.

34. World Health Organization. A Global Brief on Hypertension: Silent Killer, Global Public Health Crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO; 2013.

35. Centres for Disease Control and Prevention. Terms, Definitions, and Calculations Used in CDC HIV Surveillance Publications. CDC [Internet]. 2014; Available from: https://www.cdc.gov/hiv/pdf /statistics/systems/nhbs/ cdc-hiv-terms-surveillance-publications-2014.pdf

36. Price SA WL. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. IV. Jakarta: EGC; 2013.

37. Skuta GL, Cantor LB WJ. American Academy of Ophthalmology. 2009-2010. Retina And Vitreous. Basic and Clinical. Course section. 2010;12(5):107–8.

38. Hidayat A. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika; 2014.

39. Purnawarman A dan Nurkhalis. Pengaruh Latihan Fisik terhadap Fungsi Endotel. Banda Aceh: Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/ RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh; 2014.

40. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Peraturan Teknis

Page 159: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan. Jakarta: Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya; 2004.

41. Widyanto FC dan Triwibowo C. Trend Disease Trend Penyakit Saat Ini. Jakarta: Trans Info Media; 2013.

42. Sastrawijaya AT. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta; 2009. 43. Ridwan H. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC; 2010. 44. Mukono HJ. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan

Saluran Pernafasan. III. Surabaya: Airlangga University Press; 2008. 45. Droge W. Free Radicals in the Physiological Control of Cell Function

Physiol Rev. 82. Ger Huseunb. 2002;47–95. 46. Depkes RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit

Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular; 2006. 47. Boedhi DR. Buku Ajar Geriatic (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). 4th ed.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. 48. WHO. Definition of an Older or Elderly Person. Geneva; 2016. 49. Depkes RI. Klasifikasi Umur Menurut Kategori. Jakarta: Ditjen Yankes;

2009. 50. Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 51. Tambayong. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2010. 52. Azwar S. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. 2nd ed. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar; 2016. 53. Berman A. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Dkk

ABM, editor. Jakarta: EGC; 2009. 54. Lerma and Rosner. Clinical Decisions in Neprhologym Hypertension and

Kidnay Transplantation. New York: Springer; 2012. 55. Sugiyono P. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:

CV. Alfabeta; 2014. 56. Creswell JW. Research Design Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan Mixed.

2nd ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2012. 57. Susila. Metode Penelitian Epidemiologi Bidang Kedokteran dan Kesehatan.

1st ed. Yogyakarta: Bursa Ilmu; 2013. 58. Moleong LJ. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya; 2014. 59. Muhammad I. Pemanfaatan SPSS dalam Bidang Kesehatan. Bandung:

Ciptapustaka; 2017. 60. Gray H. Lecture Notes Kardiologi. IV. Jakarta: Erlangga; 2005. 61. Sarasaty RF. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada

Kelompok Lanjut Usia di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Univ Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011;

62. Singalingging G. Karakteristik Penderita Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Herna Medan 2011. 2011;1(6).

63. Lewa AF. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Sistolik Terisolasi pada Lanjut Usia. Ber Kedokt Masy. 2010;26(4).

64. Sulistyoningsih H. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2010.

Page 160: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

65. Zakiyah D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi dan Hiperlipidemia sebagai Faktor Risiko PJK Diantara Pekerja di Kawasan Industri Pulo Gadung Tahun 2006. Fak Kesehat Masy Univ Indones. 2008;

66. Sarwono SW. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 2006. 67. Sulistiyowati. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi

di Kampung Botton Kelurahan Magelang Tengah Kota Magelang 2009. FIK UNNES. 2010;

68. Prihantoro CT. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keaktifan Di Posyandu Lansia Desa Klaseman Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016. Fak Ilmu Kesehat Univ Muhammadiya Surakarta. 2016;

69. Khalid M. Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2012. 70. Siti MR. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba

Medika; 2011. 71. Muswanti IJ. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku

Pencegahan Komplikasi Stroke Pada Penderita Hipertensi Usia ≤ 45 Tahun di Puskesmas Ngemplak Simongan Kota Semarang. Ilmu Kesehat Masyarakat Univ Negeri Padang. 2016;

72. Supariasa. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta: EGC; 2016. 73. Rossyana P & Sudhana IW. Gambaran Kualitas Hidup pada Lansia dengan

Normotensi dan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Gianyar I Periode Bulan November Tahun 2013. J Med Udayana. 2014;3(9).

74. Susan P. Hubungan Status Nutrisi Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu Kabupaten Jember. Univ Muhammadiyah Jember. 2016;

75. Azmiyati SR. Gambaran Penggunaan NAPZA pada Anak Jalanan di Kota Semarang. J Kesehat Masy. 2014;9(2):137–43.

76. Makaremas JE. Kebiasaan Konsumsi Alkohol dan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Usia 35-59 Tahun di Kota Bitung. J KESMAS. 2018;7(5).

77. Jayanti IGAN. Hubungan Pola Konsumsi Minuman Beralkohol terhadap Kejadian Hipertensi pada Tenaga Kerja Pariwisata di Kelurahan Legian. J Gizi Indones. 2017;6(1).

78. Patmawinata K. Pengendalian Hipertensi (Laporan Komisi Pakar WHO). Bandung: ITB; 2001.

79. Depkes RI. Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.

80. Irwanda TM. Hubungan Antara Merokok dan Hipertensi pada Pasien Pria di Instalasi Rawat Jalan Klinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Fak Kedokt Univ Tanjungpura. 2012;

81. Dwi AFH dan Prayitno N. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat. J Ilm Kesehat. 2013;5(1).

82. Arifin M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016. E-Jurnal Med. 2016;5(7).

Page 161: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Lampiran 1.

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA

LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT

DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN

TAHUN 2019

Petunjuk : a. Isilah data di bawah ini dengan benar!

b. Checklist salah satu jawaban yang menurut Anda sesuai! A. Data Responden

01. Nama Responden :

02. Umur Responden :

03. Jenis Kelamin :

04. Suku/ Ras :

04. Pendidikan :

1. Tidak Sekolah

2. SD

3. SMP

4. SMA

5. Diploma/ PT

04. Pekerjaan :

1. PNS

2. Wiraswasta

3. Ibu Rumah Tangga

4. Buruh

5. Tidak bekerja

Page 162: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

B. Pengetahuan

1. Hipertensi disebut juga sebagai penyakit a. Tekanan darah rendah b. Diabetes c. Tekanan darah tinggi

2. Berapa tekanan darah normal? a. Tekanan darah 130/80 mmHg b. Tekanan darah ≥140/90 mmHg atau lebih saat istirahat c. Tekanan darah 120/80 mmHg

3. Berapa tekanan darah tinggi? a. Tekanan darah 130/80 mmHg b. Tekanan darah ≥140/90 mmHg atau lebih saat istirahat c. Tekanan darah 120/80 mmHg

4. Penyakit darah tinggi merupakan penyakit keturunan a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

5. Semakin bertambah umur, tekanan darah semakin bertambah a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

6. Penyakit darah tinggi banyak terjadi pada umur a. Kurang dari 40 tahun b. Lebih dari 40 tahun c. Tidak tahu

7. Yang merupakan gejala darah tinggi adalah a. Sakit kepala, keluar darah dari hidung, sulit berkemih b. Sakit kepala, berat ditengkuk, cepat lelah c. Tidak tahu

8. Apa faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah? a. Berat badan berlebih, stress b. Merokok, minum alkohol dan genetik c. Umur, jenis kelamin dan genetik

9. Apakah komplikasi dari penyakit hipertensi? a. Stroke, sakit jantung, gagal ginjal b. Mata rabun, kerusakan otak, Hepatitis c. Tidak Tahu

10. Bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi? a. Pengobatan alternatif

Page 163: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

b. Operasi c. Mengendalikan faktor risiko, minum obat

C. Sikap

Jawablah pernyataan berikut ini dengan tanga checklist (√) dengan pilihan

jawaban :

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

No. Pertanyaan Jawaban

SS S TS STS

1. Jika merasa pusing dan tengkuk terasa berat dalam jangka waktu yang lama sebaiknya memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat

2. Penderita hipertensi sebaiknya memeriksakan tekanan darah secara teratur tiap bulan

3. Kurang istirahat dan banyak beban pikian dapat menyebabkan tekanan darah meningkat

4. Penderita tekanan darah tinggi boleh melakukan olahraga ringan seperti jogging dan senam

5. Konsumsi garam tidak perlu dihindari bagi penderita hipertensi

6. Mengurangi makanan yang mengandung lemak seperti gorengan, dan makanan yang bersantan perlu dilakukan oleh penderita hipertensi

7. Jika istirahat cukup tetapi masih pusing, teruskan saja minum obat anti hipertensi tidak perlu ke puskesmas

8. Menurunkan berat badan secara bertahap bisa mengurangi risiko tekanan darah tinggi

9. Mengkonsumsi makanan seperti daging-dagingan dapat meningkatkan tekanan darah tinggi

10. Dukungan keluarga sangat penting peranannya dalam keberhasilan penderita hipertensi menjalankan

Page 164: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

dietnya

D. Nutrisi

No. Jenis Makanan Sering Jarang Frekuensi

(berapa

kali

dalam

sehari)

Kategori

(Diiisi oleh

Peneliti)

Berisiko

Tidak

Berisiko

Sumber karbohidrat: 1 Mie instan 2 Kue kering 3 Nasi putih Sumber protein:

4 Daging sapi 5 Daging kambing 6 Ayam kampung 7 Bebek 8 Telur bebek

Sumber protein nabati 9 Kacang tanah 10 Kacang asin

Minuman bersoda 11 Fanta 12 Coca-cola

Minuman berkafein 13 Kopi

Makanan yang bersantan 14 Kari kambing 15 Rendang 16 Gulai daun ubi

Makanan yang berlemak tinggi 17 Jeroan 18 Udang

Makanan yang diawetkan 19 Ikan asin 20 Sarden 21 Ikan teri 22 Terasi

Page 165: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

D. Kebiasaan Memakai Napza

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda pernah memakai napzah? (Jika menjawab tidak berhenti hanya 1 pertanyaan, jika jawaban ya, lanjutkan ke pertanyaan berikutnya!)

2. Apakah anda mengonsumsi napza jenis ganja?

3. Apakah anda mengonsumsi minuman yang mengandung kafein seperti kopi?

4. Apakah anda rutin mengonsumsi ganja?

5. Apakah anda mengonsumsi minuman beralkohol?

6. Apakah anda tahu bahaya penggunaan napza?

7. Apakah mudah untuk mendapatkan napza di lingkungan anda?

8. Apakah tersedia tempat untuk minum alkohol?

9. Apakah anda merasakan gangguan kesehatan setelah mengonsumsi napza?

10. Apakah keluarga melarang anda mengonsumsi napza?

E. Merokok

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda merokok?

2. Apakah anda menghabiskan lebih 10 batang rokok dalam sehari?

F. Kejadian Hipertensi

No. Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak

Hipertensi

1.

Page 166: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

PEDOMAN WAWANCARA

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA

LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT

DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN

TAHUN 2019

Responden : Pasien Hipertensi

Nama responden : .............................................................

Hari/Tanggal wawancara : .............................................................

Umur : .............................................................

Pendidikan : .............................................................

Pertanyaan Wawancara :

1. Apa yang anda ketahui tentang penyakit hipertensi?

2. Apakah ada di keluarga anda yang menderita hipertensi?

3. Apakah anda tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan

hipertensi?

4. Apakah anda tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?

5. Apakah anda tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?

6. Apakah anda menggunakan napza? Apakah risiko penggunaan napza bagi

hipertensi?

7. Apakah anda merokok? Apakah risiko merokok bagi hipertensi?

Page 167: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

PEDOMAN WAWANCARA

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA

LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT

DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN

TAHUN 2019

Responden : Perawat Poli Penyakit Dalam

Nama responden : .............................................................

Hari/Tanggal wawancara : .............................................................

Umur : .............................................................

Pendidikan : .............................................................

Pertanyaan Wawancara :

1. Menurut pengamatan anda, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit

hipertensi?

2. Apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan

hipertensi? Apakah anda memberitahukan kepada pasien?

3. Apakah pasien tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?

4. Apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?

5. Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza bagi

hipertensi?

6. Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi

hipertensi?

Page 168: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

PEDOMAN WAWANCARA

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA

LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT

DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN

TAHUN 2019

Responden : Dokter Penanggungjawab Poli Penyakit Dalam

Nama responden : .............................................................

Hari/Tanggal wawancara : .............................................................

Umur : .............................................................

Pendidikan : .............................................................

Pertanyaan Wawancara :

1. Menurut pengamatan anda, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit

hipertensi?

2. Apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan

hipertensi? Apakah anda memberitahukan kepada pasien?

3. Apakah pasien tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?

4. Apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?

5. Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza bagi

hipertensi?

6. Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi

hipertensi?

Page 169: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Lampiran 2.

MATRIKS WAWANCARA MENDALAM

No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan

Pertanyaan kepada Pasien Hipertensi

1 Apa yang anda ketahui tentang penyakit hipertensi?

Informan 1 Iya tahu… darah tinggi kan Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui apa yang dimaksud hipertensi, namun masih hanya sebatas arti apa yang dimaksud hipertensi.

Informan 2 Hipertensi itu kalo enggak salah ya darah

tinggi juga …

Informan 3 Darah tinggi lah kalau apa di tensi tuh

wawak bisa sampe 180 /100

gitu, sakit kali kepala rasanya

2 Apakah ada di keluarga anda yang menderita hipertensi?

Informan 1 Iya…ada…ayah saya juga menderita

hipertensi….

Dari hasil wawancara mendalam tersebut di dapatkan bahwa ada keluarga informan yang menderita hipertensi

Informan 2 Kalau dari orangtua saya sih nggak

ada…tapi kakek saya kakek saya

menderita hipertensi…

Informan 3 Dari keluarga saya nggak ada….yang ada

dari keluarga istri saya….

3 Apakah anda tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi?

Informan 1 Ya kalau saya memang udah dari orang

tuasaya bapak sama

mamak saya memang pada darah tinggi

semua, sama pun mungkin

karna saya da kegemukan ya kan

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi, namun masih hanya tentang makanan berlemak dan faktor keturunan saja

Informan 2 Suka makan asin lah itu, sama makanan

yang banyak kolesterolnya

kayak kari kambing sama sop sop daging

tu kalau udah makannya terasa kali

pusing kepala habis itu

Informan 3 Makanan yang enggak sehat, yang suka

Page 170: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan

makan asin-asin sama

berlemak,keturunan bisa juga penyebab

darah tinggi kan…

4 Apakah anda tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?

Informan 1 Ya makanan nya yang sehat-sehat,

olahraga lah ntah lari pagi-pagi,jangan

suka stress itu lah pokoknya

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi

Informan 2 Banyak itu pencegahannya, kayak

olahraga, jangan banyak pikiran,jangan

suka marah-marah, sering makan buah

sama sayur

Informan 3 Mencegahnya ya sebelum kena darah

tinggi jangan suka makan asin-asin,

olahraga lah, sama di jaga makanannya

5 Apakah anda tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?

Informan 1 Yang saya tahu ya…kurangi makanan

yang berlemak, seperti daging dan

makanan yang digoreng-goreng itu….trus

ya banyak-banyak lah makan sayur….

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien belum mengetahui bagaimana pemenuhan nutrisi yang baik bagi lansia Informan 2 Banyakin makan buah sama

sayuran…sama ditambah minum susu,

tapi susu yang rendah lemak….

Informan 3 Minum susu yang rendah lemak…makan

sayur sama timun…baru kan jangan

makan gorengan….

6 Apakah anda menggunakan napza? Apakah risiko penggunaan napza bagi hipertensi?

Informan 1 Tidak…..biasanya kalau orang pake

napza…makin gampang naik darah

tinggi…

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa sudah tahu factor risiko penggunaan napza dan perawat dan dokter Informan 2 Pernah saya pake…sekarang enggak

Page 171: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan

lagi…dulu waktu saya pake obat atau

minum alkohol..kepala saya pusing sama

jantung berdebar kencang….gak tau ya

apakah napzah salah satu penyebab

hipertensi

penanggung jawab sudah memberitahukan kepada pasien

Informan 3 …kalau obat-obatan enggak…tapi alkohol

iya….itupun kalau pas ada dinas ke luar

kota, kalau sekarang nggak lagi…kalau

sudah kebanyakan minum alkohol biasa

saya langsung pitam ….

7 Apakah anda merokok? Apakah risiko merokok bagi hipertensi?

Informan 1 Iya….yang saya tahu merokok bisa buat

hipertensi, makanya saya

batasi…sebungkus rokok itu bisa tiga hari

baru habis…

Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien sudah tahu faktor risiko merokok dan perawat dan dokter penanggung jawab sudah memberitahukan kepada pasien

Informan 2 Dulu iya..sekarang enggak lagi. Dokter

bilang katanya merokok bias buat darah

tinggi. Memang kemarin kalau sudah

kebanyakan merokok kepala

pusing…terasa gamang gitu perasaan…

Informan 3 Enggak…kan udah banyak iklan-iklan

yang bilang merokok bisa buat

hipertensi…makanya saya gak berani

coba…

Pertanyaan kepada

Perawat

Page 172: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan

1 Menurut pengamatan anda, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi?

Informan 4 Sebahagian sudah tahu sih..makanya

mereka berusaha untuk

mencegahnya…tapi ya Cuma tahu kalau

hipertensi itu tekanan darahnya tinggi…

Hasil wawancara mendalam diketahui bahwa sebahagian pasien sudah tahu tentang penyakit hipertensi.

2 Apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi? Apakah anda memberitahukan kepada pasien?

Informan 4 Mereka cuma tahu yang umum

saja…..paling yang mereka tahu cuma

faktor keturunan sama makanan yang

berlemak. Biasanya dokter yang

memberitahukan sama pasien…

Hasil wawancara diketahui bahwa pasien hanya tahu factor risiko hipertensi adalah dar factor keturunan dan konsumsi makanan yang berlemak.

3 Apakah pasien tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?

Informan 4 Iya….pasien sudah tahu cara

penanggulangannya…tapi setelah

dibertahu sama dokter…

Hasil wawancara diketahui bahwa pasien mengetahui cara penanggulangan hipertensi dari informasi yang diberikan dokter

4 Apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?

Informan 4 Secara rinci enggak…mereka hanya tahu

harus mengurangi makanan berlemak dan

minum susu yang rendah lemak….

Hasil wawancara diketahui bahwa pasien mengetahui tentang bagaiman pemenuhan nutrisi bagi lansia hanya dengan mengurangi makanan berlemak dan minum susu rendah lemak.

5 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza bagi hipertensi?

Informan 4 Iya…saya beritahukan supaya mereka

menghindari penggunaan napza,

khususnya yang punya histori pernah

menggunakan napza…

Hasil wawancara diketahui bahwa perawat memberikan informasi kepada pasien tentang risiko penggunaan napza bagi hipertensi

6 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi

Informan 4 Iya….tapi sekedarnya aja..yang lebih

mendetail ya dokter..kan pasien lebih

tertarik untuk mendengar kalo dokter yang

Hasil wawancara diketahui bahwa perawat memberitahukan kepada pasien risiko bagi hipertensi.

Page 173: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan

hipertensi? kasih tau….

Pertanyaan kepada Dokter

1 Menurut pengamatan anda, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi?

Informan 5 Masih kurang…yang mereka tahu

hipertensi ya darah tinggi…itu aja…

Hasil wawancara diketahui pendapat dokter yang mengatakan pasien hanya mengetahui bahwa hipertensi adalah darah tinggi.

2 Apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi? Apakah anda memberitahukan kepada pasien?

Informan 5 Yang umum-umum aja seperti factor

keturunan sama makanan berlemak..

Hasil wawancara diketahui bahwa pasien belum mengetahui secara mendetail factor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi

3 Apakah pasien tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?

Informan 5 …ya, pasien sudah tahu

penanggulangannya dan sebahgian sudah

melakukannya seperti olah raga dan

menghindari makanan yang dapat memicu

terjadinya hipertensi…

Hasil wawancara diketahui bahwa pasien mengetahui cara penganggulangan hipertensi dengan olah raga dan menghindari makanan yang dapat memicu terjadinya hipertensi.

4 Apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?

Informan 5 …tidak, pasien hanya tahu makan-

makanan yang sehat….

Hasil wawancara diketahui bahwa pasien tidak mengetahui bagaimna pemenuhan nutrisi bagi lansia.

5 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan

Informan 5 …iya….setelah saya memeriksa kondisi

pasien saya selalu memberitahukan factor

risiko pemicu hipertensi termasuk risiko

Hasil wawancara diketahui bahwa dokter memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza

Page 174: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan

napza bagi hipertensi? penggunaan napza yang termasuk

didalamnya untuk mengurangi konsumsi

kopi…

bagi hipertensi ketika dan cara pencegahannya

6 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi?

Informan 5 …ya saya bertahukan pasien untuk tidak

merokok dan bagi pasien perokok saya

bertahukan untuk tidak merokok lagi…

Hasil wawancara diketahui bahwa dokter memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi dan memberikan informasi kepada pasien tenang bahaya merokok.

Page 175: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

MASTER TABEL PENGETAHUAN

No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

6 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 4

7 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 4

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

9 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 4

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

11 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 7

12 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 6

13 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7

14 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8

15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

16 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7

17 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7

18 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

20 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9

Page 176: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

MASTER TABEL SIKAP

No S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 Total

1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40

2 4 3 4 2 4 4 3 4 2 4 34

3 2 4 4 3 2 2 4 4 4 4 33

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40

5 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 14

6 3 3 1 2 3 3 3 1 2 1 22

7 2 4 4 4 2 2 4 4 4 4 34

8 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 36

9 1 1 3 4 1 1 3 3 1 3 21

10 2 3 1 2 2 2 3 1 2 1 19

11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40

12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40

13 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 37

14 3 4 4 3 4 4 4 1 4 4 35

15 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 33

16 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 37

17 1 4 4 4 4 3 4 4 3 3 34

18 2 4 4 4 4 2 4 3 4 3 34

19 2 2 4 4 4 3 3 3 2 2 29

20 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 34

Page 177: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

MASTER TABEL KEBIASAAN MEMAKAI NAPZA

No N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 Total

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

5 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

10 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6

11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8

12 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 4

13 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

14 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7

15 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

16 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 6

17 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 6

18 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8

19 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 4

20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8

Page 178: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

MASTER DATA PENELITIAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 JLH Ktg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg 1 2 JLH KTGTekanan

DarahKTG

1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 14 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 7 2 1 0 1 1 160/90 1

2 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 15 2 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 1 1 0 1 1 200/95 1

3 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 14 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 1 0 0 0 2 200/95 1

4 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 16 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 2 1 1 2 1 210/95 1

5 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 1 0 1 1 220/95 1

6 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 15 2 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1 0 0 0 2 200/95 1

7 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 2 1 0 1 1 210/95 1

8 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 16 2 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7 2 0 0 0 2 185/95 1

9 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 13 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 2 1 1 2 1 200/95 1

10 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15 2 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 4 1 1 0 1 1 185/95 1

11 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 2 1 0 1 1 160/90 1

12 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 16 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 2 0 0 0 2 170/95 1

13 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 2 0 0 0 2 180/95 1

14 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 2 1 0 1 1 185/90 1

15 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 14 2 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 1 0 0 0 2 160/95 1

16 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 2 0 0 0 2 180/95 1

17 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 170/95 1

18 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 16 2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 2 0 0 0 2 170/95 1

19 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 12 2 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 1 1 2 1 185/95 1

20 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 8 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 170/95 1

21 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 15 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 1 1 2 1 185/90 1

22 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 14 2 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1 1 0 1 1 180/95 1

23 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16 2 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 6 2 1 0 1 1 180/95 1

24 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 15 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 2 1 1 2 1 170/95 1

25 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 17 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 1 1 0 1 1 185/90 1

26 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 16 2 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7 2 1 0 1 1 180/95 1

27 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 12 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 1 1 2 1 210/95 1

28 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 13 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 1 1 2 1 185/90 1

29 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4 1 1 0 1 1 185/90 1

30 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 15 2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 1 1 1 2 1 190/95 1

No.

Resp.

Nutrisi Kebiasaan Memakai Napza Merokok Kejadian

Page 179: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

31 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 2 1 0 1 1 160/95 1

32 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 14 2 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 2 1 1 2 1 170/95 1

33 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 2 0 0 0 2 200/95 1

34 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 13 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 0 0 0 2 185/90 1

35 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 8 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 2 1 0 1 1 185/90 1

36 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 9 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4 1 1 1 2 1 185/90 1

37 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 13 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 1 0 1 1 180/95 1

38 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 14 2 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 5 1 1 0 1 1 160/90 1

39 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 14 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 0 0 0 2 200/95 1

40 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 12 2 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 4 1 1 1 2 1 200/95 1

41 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 16 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 2 0 0 0 2 210/95 1

42 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 2 1 1 2 1 220/95 1

43 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 14 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 2 1 0 1 1 200/95 1

44 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 14 2 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 4 1 1 1 2 1 210/95 1

45 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 14 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 185/95 1

46 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 2 1 0 1 1 200/95 1

47 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 2 1 0 1 1 185/95 1

48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 16 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 7 2 1 0 1 1 160/90 1

49 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 2 1 0 1 1 170/95 1

50 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 14 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 2 1 1 2 1 180/95 1

51 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 14 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 2 1 0 1 1 185/90 1

52 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 16 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 2 1 0 1 1 160/95 1

53 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2

54 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 9 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 1 0 0 0 2 130/80 2

55 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 1 1 0 1 1 130/80 2

56 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2

57 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 0 0 0 2 130/80 2

58 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 9 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1 1 1 2 1 130/80 2

59 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2

60 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 120/80 2

Page 180: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

61 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 2 0 0 0 2 120/80 2

62 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 4 1 0 0 0 2 130/80 2

63 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 9 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 2 0 0 0 2 130/80 2

64 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 7 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 130/80 2

65 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

66 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2

67 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 7 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 1 1 1 2 1 130/80 2

68 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 15 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 2 0 0 0 2 130/80 2

69 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 130/80 2

70 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 8 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 2 1 0 1 1 120/80 2

71 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 9 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 0 0 0 2 130/80 2

72 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 13 2 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 1 1 2 1 130/80 2

73 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 120/80 2

74 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 10 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1 0 0 0 2 120/80 2

75 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 8 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 3 1 0 0 0 2 130/80 2

76 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 9 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2

77 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 15 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

78 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 7 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

79 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 0 0 0 2 130/80 2

80 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2

81 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 15 2 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4 1 0 0 0 2 120/80 2

82 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 10 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 1 0 0 0 2 120/80 2

83 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 15 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 2 0 0 0 2 120/80 2

84 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 120/80 2

85 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 120/80 2

86 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 130/80 2

87 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 16 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2

88 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4 1 0 0 0 2 120/80 2

89 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 9 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2

90 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 7 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 5 1 0 0 0 2 130/80 2

Page 181: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

91 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 18 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 1 1 2 1 130/80 2

92 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 9 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 4 1 0 0 0 2 130/80 2

93 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 9 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 1 1 2 1 130/80 2

94 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

95 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

96 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 9 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 4 1 0 0 0 2 130/80 2

97 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 9 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 1 0 1 1 120/80 2

98 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 18 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2

99 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

100 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2

101 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 10 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 120/80 2

102 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 17 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2

103 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 20 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2

104 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

Page 182: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

MASTER DATA PENELITIAN KASUS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 JLH Ktg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg 1 2 JLH KTG

Tekanan

DarahKTG

1 54 1 LK 1 Padang 5 SMA 2 Wiraswasta 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 14 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 7 2 1 0 1 1 160/90 1

2 58 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Petani 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 1 4 1 2 2 1 4 1 2 1 19 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 15 2 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 1 1 0 1 1 200/95 1

3 52 1 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 5 1 3 1 2 2 3 3 1 2 2 1 20 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 14 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 1 0 0 0 2 200/95 1

4 61 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 3 1 3 3 2 2 2 3 3 2 2 1 23 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 16 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 2 1 1 2 1 210/95 1

5 58 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 4 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 1 0 1 1 220/95 1

6 58 2 PR 2 Aceh 1 PT 2 Wiraswasta 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 5 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 15 2 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1 0 0 0 2 200/95 1

7 57 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 6 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 1 16 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 2 1 0 1 1 210/95 1

8 59 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 4 1 2 1 3 3 1 2 1 3 3 1 20 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 16 2 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7 2 0 0 0 2 185/95 1

9 53 1 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 6 2 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 13 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 2 1 1 2 1 200/95 1

10 54 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15 2 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 4 1 1 0 1 1 185/95 1

11 56 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 3 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 2 1 0 1 1 160/90 1

12 57 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 PNS 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 7 2 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 16 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 2 0 0 0 2 170/95 1

13 58 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 3 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 15 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 2 0 0 0 2 180/95 1

14 57 2 LK 1 Padang 5 SMP 1 Wiraswasta 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 4 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 2 1 0 1 1 185/90 1

15 59 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 2 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 14 2 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 1 0 0 0 2 160/95 1

16 56 2 PR 2 Batak 3 SMA 2 Petani 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 2 0 0 0 2 180/95 1

17 59 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Petani 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 3 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 170/95 1

18 60 2 LK 1 Aceh 1 PT 2 PNS 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 5 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 16 2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 2 0 0 0 2 170/95 1

19 53 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 12 2 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 1 1 2 1 185/95 1

20 53 1 PR 2 Aceh 1 SD 1 Petani 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 8 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 170/95 1

21 60 2 LK 1 Batak 3 SMA 2 Wiraswasta 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 5 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 15 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 1 1 2 1 185/90 1

22 54 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Petani 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 14 2 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1 1 0 1 1 180/95 1

23 55 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16 2 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 6 2 1 0 1 1 180/95 1

24 55 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 5 1 3 1 2 2 1 3 1 2 2 1 18 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 15 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 2 1 1 2 1 170/95 1

25 54 1 LK 1 Jawa 4 SMP 1 Petani 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 4 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 17 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 1 1 0 1 1 185/90 1

Kejadian Hipertensi.

KTG SukuSukuKTG JKJK Kerja

Merokok

KTG

Kerja

Pengetahuan Kebiasaan Memakai NapzaSikap Nutrisi

No. Resp. Umur KTG Umur DidikKTG

Didik

Page 183: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

26 55 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 16 2 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7 2 1 0 1 1 180/95

27 50 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 12 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 1 1 2 1 210/95

28 56 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 2 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 13 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 1 1 2 1 185/90

29 54 1 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 2 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4 1 1 0 1 1 185/90

30 53 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 4 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 15 2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 1 1 1 2 1 190/95

31 58 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 2 1 0 1 1 160/95

32 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 5 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 14 2 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 2 1 1 2 1 170/95

33 62 2 PR 2 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 3 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 2 0 0 0 2 200/95

34 54 1 PR 2 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 13 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 0 0 0 2 185/90

35 57 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Petani 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 8 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 2 1 0 1 1 185/90

36 53 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 9 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4 1 1 1 2 1 185/90

37 58 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 4 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 13 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 1 0 1 1 180/95

38 58 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 7 2 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 14 2 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 5 1 1 0 1 1 160/90

39 53 1 PR 2 Aceh 1 SMP 1 Petani 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 15 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 14 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 0 0 0 2 200/95

40 55 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 3 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 12 2 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 4 1 1 1 2 1 200/95

41 62 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 2 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 16 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 2 0 0 0 2 210/95

42 54 1 LK 1 Cina 2 SMP 1 Wiraswasta 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 2 1 1 2 1 220/95

43 54 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 14 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 2 1 0 1 1 200/95

44 53 1 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 14 2 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 4 1 1 1 2 1 210/95

45 56 2 PR 2 Jawa 4 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 14 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 185/95

46 55 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 2 1 0 1 1 200/95

47 55 1 LK 1 Jawa 4 SMP 1 Petani 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1 1 4 1 2 2 1 4 1 2 1 19 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 2 1 0 1 1 185/95

48 60 2 PR 2 Aceh 1 SMP 1 Wiraswasta 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 5 1 3 1 2 2 3 3 1 2 2 1 20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 16 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 7 2 1 0 1 1 160/90

49 62 2 LK 1 Batak 3 SD 1 Buruh 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 5 1 3 3 2 2 2 3 3 2 2 1 23 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 2 1 0 1 1 170/95

50 56 2 LK 1 Jawa 4 SMP 1 Buruh 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 14 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 2 1 1 2 1 180/95

51 58 2 LK 1 Batak 3 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 5 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 14 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 2 1 0 1 1 185/90

52 64 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Buruh 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 6 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 1 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 16 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 2 1 0 1 1 160/95

Keterangan :

Umur : Jenis Kelamin : Suku/ Ras : Pendidikan : Pekerjaan :

1 = <56 tahun (lansia awal) 1 = Laki-laki 1 = Aceh 1 = Rendah (SD, SMP) 1 = Bekerja

2 = 56-65 tahun (lansia akhir) 2 = Perempuan 2 = Cina 2 = SMP 2 = Tidak bekerja

3 = >65 tahun (manula) 3 = Batak 3 = SMA

4 = Jawa 4 = PT

5 = Padang

6 = Suku lainnya

Pengetahuan Sikap Nutrisi Kebiasaan memakai napza Merokok : Pencegahan Hipertensi :

2 = Kurang 2 = Positif 2 = Tidak berisiko 2 = Tidak Merokok 2 = Tidak Merokok 2 = Tidak Dicegah

1 = Baik 1 = Negatif 1 = Berisiko 1 = Merokok 1 = Merokok 1 = Dicegah

Page 184: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

MASTER DATA PENELITIAN KONTROL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 JLH Ktg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg 1 2 JLH KTG

Tekanan

DarahKTG

1 53 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Wiraswasta 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2

2 54 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 2 1 1 2 3 2 3 3 1 2 20 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 9 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 1 0 0 0 2 130/80 2

3 56 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Peg. Swasta 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 1 1 0 1 1 130/80 2

4 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2

5 59 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 1 3 1 1 3 1 3 1 2 19 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 0 0 0 2 130/80 2

6 53 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Wiraswasta 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 5 1 4 3 3 4 3 3 3 3 2 2 30 2 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 9 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1 1 1 2 1 130/80 2

7 58 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 34 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2

8 58 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 4 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 1 25 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 120/80 2

9 53 1 PR 2 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 5 1 3 1 3 1 2 3 1 3 1 2 20 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 2 0 0 0 2 120/80 2

10 54 1 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 2 1 1 2 1 3 1 3 1 2 17 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 4 1 0 0 0 2 130/80 2

11 56 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 9 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 2 0 0 0 2 130/80 2

12 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 PNS 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 4 1 2 1 1 2 3 1 3 1 1 2 17 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 7 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 130/80 2

13 58 2 LK 1 Batak 3 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

14 57 2 PR 2 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2

15 59 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 5 1 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 34 2 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 7 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 1 1 1 2 1 130/80 2

16 56 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Wiraswasta 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 33 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 15 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 2 0 0 0 2 130/80 2

17 59 2 LK 1 Jawa 4 SMA 2 Wiraswasta 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 3 1 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 130/80 2

18 60 2 LK 1 Aceh 1 PT 2 PNS 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 34 2 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 8 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 2 1 0 1 1 120/80 2

19 53 1 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 4 1 2 3 3 2 3 3 3 4 4 2 29 2 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 9 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 0 0 0 2 130/80 2

20 54 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Petani 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 4 2 2 4 3 3 3 3 4 3 31 2 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 13 2 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 1 1 2 1 130/80 2

21 56 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Wiraswasta 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 2 4 3 3 2 3 4 3 4 3 4 33 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 120/80 2

22 57 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7 2 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 33 2 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 10 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1 0 0 0 2 120/80 2

23 58 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 1 1 3 2 2 1 1 3 1 1 1 16 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 8 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 3 1 0 0 0 2 130/80 2

24 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 9 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2

25 59 2 PR 2 Jawa 4 SMP 1 Petani 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 15 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

26 55 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 7 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

27 50 1 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 2 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 35 2 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 0 0 0 2 130/80 2

28 56 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 4 1 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 33 2 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2

29 53 1 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Petani 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 2 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 34 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 15 2 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4 1 0 0 0 2 120/80 2

30 54 1 LK 1 Padang 5 SMA 2 Wiraswasta 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 10 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 1 0 0 0 2 120/80 2

31 56 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 3 2 2 3 3 3 3 3 2 1 25 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 15 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 2 0 0 0 2 120/80 2

32 57 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 120/80 2

33 58 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Petani 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 3 1 3 1 3 1 2 3 1 3 1 2 20 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 120/80 2

34 56 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 2 4 3 3 2 3 4 3 4 2 4 32 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 130/80 2

35 57 2 PR 2 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 2 4 3 4 2 2 3 3 3 2 3 29 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 16 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2

36 58 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Petani 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 1 2 2 3 2 1 2 2 1 19 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4 1 0 0 0 2 120/80 2

37 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Petani 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 9 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2

38 59 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Petani 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 5 1 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 36 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 7 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 5 1 0 0 0 2 130/80 2

39 56 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 31 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 18 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 1 1 2 1 130/80 2

40 50 1 PR 2 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 33 2 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 9 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 4 1 0 0 0 2 130/80 2

Sikap Nutrisi Kebiasaan Memakai Napza Merokok Kejadian Hipertensi.Pengetahuan

No. Resp. Umur KTG Umur JK KTG JK Suku KTG Suku DidikKTG

DidikKerja

KTG

Kerja

Page 185: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

41 59 2 LK 1 Jawa 4 SD 1 Petani 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 2 3 3 2 3 1 3 3 2 3 25 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 9 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 1 1 2 1 130/80 2

42 60 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Wiraswasta 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 2 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 32 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

43 53 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

44 54 1 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 34 2 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 9 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 4 1 0 0 0 2 130/80 2

45 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 1 1 1 2 1 1 3 1 1 3 15 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 9 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 1 0 1 1 120/80 2

46 58 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 1 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 31 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 18 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2

47 56 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Petani 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

48 57 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Wiraswasta 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 5 1 3 1 2 2 3 1 2 3 3 3 23 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2

49 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Buruh 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 10 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 120/80 2

50 58 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Buruh 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1 3 1 3 3 2 2 3 1 3 2 23 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 17 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2

51 57 2 PR 2 Batak 3 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 2 4 3 2 3 2 4 3 3 3 29 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 20 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2

52 59 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Buruh 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 13 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2

Keterangan :

Umur : Jenis Kelamin : Suku/ Ras : Pendidikan : Pekerjaan :

1 = <56 tahun (lansia awal) 1 = Laki-laki 1 = Aceh 1 = Rendah (SD, SMP) 1 = Bekerja

2 = 56-65 tahun (lansia akhir) 2 = Perempuan 2 = Cina 2 = SMP 2 = Tidak bekerja

3 = >65 tahun (manula) 3 = Batak 3 = SMA

4 = Jawa 4 = PT

5 = Padang

6 = Suku lainnya

Pengetahuan Sikap Nutrisi Kebiasaan memakai napza Merokok : Pencegahan Hipertensi :

2 = Kurang 2 = Positif 2 = Tidak berisiko 2 = Tidak Merokok 2 = Tidak Merokok 2 = Tidak Dicegah

1 = Baik 1 = Negatif 1 = Berisiko 1 = Merokok 1 = Merokok 1 = Dicegah

Page 186: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Frequencies

Statistics

Umur Jenis Kelamin Suku/ Ras Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan

N Valid 52 52 52 52 52 52

Missing 0 0 0 0 0 0

Statistics

Sikap Nutrisi

Kebiasaan memakai napza Merokok

Kejadian Hipertensi

N Valid 52 52 52 52 52

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <56 tahun 23 44.2 44.2 44.2

56-65 tahun 29 55.8 55.8 100.0

Total 52 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 33 63.5 63.5 63.5

Perempuan 19 36.5 36.5 100.0

Total 52 100.0 100.0

Suku/ Ras

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Aceh 41 78.8 78.8 78.8

Cina 1 1.9 1.9 80.8

Batak 4 7.7 7.7 88.5

Jawa 4 7.7 7.7 96.2

Padang 2 3.8 3.8 100.0

Total 52 100.0 100.0

Pendidikan

Page 187: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rendah 36 69.2 69.2 69.2

Tinggi 16 30.8 30.8 100.0

Total 52 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Bekerja 29 55.8 55.8 55.8

Tidak Bekerja 23 44.2 44.2 100.0

Total 52 100.0 100.0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 35 67.3 67.3 67.3

Baik 17 32.7 32.7 100.0

Total 52 100.0 100.0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Negatif 30 57.7 57.7 57.7

Positif 22 42.3 42.3 100.0

Total 52 100.0 100.0

Nutrisi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko 21 40.4 40.4 40.4

Tidak berisiko 31 59.6 59.6 100.0

Total 52 100.0 100.0

Kebiasaan memakai napza

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berisiko 34 65.4 65.4 65.4

Tidak berisiko 18 34.6 34.6 100.0

Total 52 100.0 100.0

Merokok

Page 188: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Merokok 15 28.8 28.8 28.8

Tidak merokok 37 71.2 71.2 100.0

Total 52 100.0 100.0

Kejadian Hipertensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Hipertensi Ringan 21 40.4 40.4 40.4

Hipertensi Sedang 24 46.2 46.2 86.5

Hipertensi Berat 7 13.5 13.5 100.0

Total 52 100.0 100.0

Page 189: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Analisis Bivariat

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pendidikan * Kejadian Hipertensi

104 100.0% 0 .0% 104 100.0%

Pekerjaan * Kejadian Hipertensi

104 100.0% 0 .0% 104 100.0%

Pengetahuan * Kejadian Hipertensi

104 100.0% 0 .0% 104 100.0%

Sikap * Kejadian Hipertensi 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%

Nutrisi * Kejadian Hipertensi 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%

Kebiasaan memakai napza * Kejadian Hipertensi

104 100.0% 0 .0% 104 100.0%

Merokok * Kejadian Hipertensi

104 100.0% 0 .0% 104 100.0%

Jenis Kelamin * Kejadian Hipertensi

104 100.0% 0 .0% 104 100.0%

Suku/ Ras * Kejadian Hipertensi

104 100.0% 0 .0% 104 100.0%

Pendidikan * Kejadian Hipertensi

Crosstab

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi Total

Pendidikan Rendah Count 36 22 58

Expected Count 29.0 29.0 58.0

% within Pendidikan 62.1% 37.9% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 69.2% 42.3% 55.8%

% of Total 34.6% 21.2% 55.8%

Tinggi Count 16 30 46

Expected Count 23.0 23.0 46.0

% within Pendidikan 34.8% 65.2% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 30.8% 57.7% 44.2%

% of Total 15.4% 28.8% 44.2%

Total Count 52 52 104

Expected Count 52.0 52.0 104.0

% within Pendidikan 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Page 190: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.640a 1 .006

Continuity Correctionb 6.588 1 .010

Likelihood Ratio 7.742 1 .005 Fisher's Exact Test .010 .005

Linear-by-Linear Association 7.567 1 .006 N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pendidikan (Rendah / Tinggi)

3.068 1.371 6.869

For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi

1.784 1.145 2.782

For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi

.582 .393 .860

N of Valid Cases 104

Page 191: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Pekerjaan * Kejadian Hipertensi

Crosstab

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi Total

Pekerjaan Bekerja Count 29 37 66

Expected Count 33.0 33.0 66.0

% within Pekerjaan 43.9% 56.1% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 55.8% 71.2% 63.5%

% of Total 27.9% 35.6% 63.5%

Tidak Bekerja Count 23 15 38

Expected Count 19.0 19.0 38.0

% within Pekerjaan 60.5% 39.5% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 44.2% 28.8% 36.5%

% of Total 22.1% 14.4% 36.5%

Total Count 52 52 104

Expected Count 52.0 52.0 104.0

% within Pekerjaan 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.654a 1 .103

Continuity Correctionb 2.032 1 .154

Likelihood Ratio 2.669 1 .102 Fisher's Exact Test .154 .077

Linear-by-Linear Association

2.628 1 .105

N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pekerjaan (Bekerja / Tidak Bekerja)

.511 .227 1.151

For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi

.726 .499 1.056

For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi

1.420 .907 2.223

N of Valid Cases 104

Page 192: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Pengetahuan * Kejadian Hipertensi

Crosstab

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi Total

Pengetahuan Kurang Count 41 17 58

Expected Count 29.0 29.0 58.0

% within Pengetahuan 70.7% 29.3% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 78.8% 32.7% 55.8%

% of Total 39.4% 16.3% 55.8%

Baik Count 11 35 46

Expected Count 23.0 23.0 46.0

% within Pengetahuan 23.9% 76.1% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 21.2% 67.3% 44.2%

% of Total 10.6% 33.7% 44.2%

Total Count 52 52 104

Expected Count 52.0 52.0 104.0

% within Pengetahuan 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 22.453a 1 .000

Continuity Correctionb 20.621 1 .000

Likelihood Ratio 23.398 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 22.237 1 .000 N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan (Kurang / Baik) 7.674 3.175 18.545

For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi 2.956 1.720 5.080

For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi .385 .250 .593

N of Valid Cases 104

Page 193: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Sikap * Kejadian Hipertensi

Crosstab

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi Total

Sikap Negatif Count 39 16 55

Expected Count 27.5 27.5 55.0

% within Sikap 70.9% 29.1% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 75.0% 30.8% 52.9%

% of Total 37.5% 15.4% 52.9%

Positif Count 13 36 49

Expected Count 24.5 24.5 49.0

% within Sikap 26.5% 73.5% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 25.0% 69.2% 47.1%

% of Total 12.5% 34.6% 47.1%

Total Count 52 52 104

Expected Count 52.0 52.0 104.0

% within Sikap 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 20.414a 1 .000

Continuity Correctionb 18.678 1 .000

Likelihood Ratio 21.152 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 20.218 1 .000 N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Sikap (Negatif / Positif) 6.750 2.854 15.962

For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi 2.673 1.628 4.388

For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi .396 .254 .618

N of Valid Cases 104

Page 194: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Nutrisi * Kejadian Hipertensi

Crosstab

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi Total

Nutrisi Tidak berisiko Count 45 13 58

Expected Count 29.0 29.0 58.0

% within Nutrisi 77.6% 22.4% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 86.5% 25.0% 55.8%

% of Total 43.3% 12.5% 55.8%

Berisiko Count 7 39 46

Expected Count 23.0 23.0 46.0

% within Nutrisi 15.2% 84.8% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 13.5% 75.0% 44.2%

% of Total 6.7% 37.5% 44.2%

Total Count 52 52 104

Expected Count 52.0 52.0 104.0

% within Nutrisi 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 39.916a 1 .000

Continuity Correctionb 37.460 1 .000

Likelihood Ratio 43.217 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 39.532 1 .000 N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Nutrisi (Tidak berisiko / Berisiko) 19.286 6.996 53.162

For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi 5.099 2.542 10.226

For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi .264 .161 .433

N of Valid Cases 104

Page 195: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Kebiasaan memakai napza * Kejadian Hipertensi

Crosstab

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi Total

Kebiasaan memakai napza

Tidak berisiko

Count 36 22 58

Expected Count 29.0 29.0 58.0

% within Kebiasaan memakai napza

62.1% 37.9% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 69.2% 42.3% 55.8%

% of Total 34.6% 21.2% 55.8%

Berisiko Count 16 30 46

Expected Count 23.0 23.0 46.0

% within Kebiasaan memakai napza

34.8% 65.2% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 30.8% 57.7% 44.2%

% of Total 15.4% 28.8% 44.2%

Total Count 52 52 104

Expected Count 52.0 52.0 104.0

% within Kebiasaan memakai napza

50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.640a 1 .006

Continuity Correctionb 6.588 1 .010

Likelihood Ratio 7.742 1 .005 Fisher's Exact Test .010 .005

Linear-by-Linear Association 7.567 1 .006 N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Kebiasaan memakai napza (Tidak berisiko / Berisiko)

3.068 1.371 6.869

For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi 1.784 1.145 2.782

For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi .582 .393 .860

Page 196: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.640a 1 .006

Continuity Correctionb 6.588 1 .010

Likelihood Ratio 7.742 1 .005 Fisher's Exact Test .010 .005

Linear-by-Linear Association 7.567 1 .006 N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.

N of Valid Cases 104

Merokok * Kejadian Hipertensi

Crosstab

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi Total

Merokok Merokok Count 15 15 30

Expected Count 15.0 15.0 30.0

% within Merokok 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 28.8% 28.8% 28.8%

% of Total 14.4% 14.4% 28.8%

Tidak merokok Count 37 37 74

Expected Count 37.0 37.0 74.0

% within Merokok 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 71.2% 71.2% 71.2%

% of Total 35.6% 35.6% 71.2%

Total Count 52 52 104

Expected Count 52.0 52.0 104.0

% within Merokok 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .000a 1 1.000

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .000 1 1.000 Fisher's Exact Test 1.000 .586

Linear-by-Linear Association .000 1 1.000 N of Valid Cases 104

Page 197: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Merokok (Merokok / Tidak merokok) 1.000 .428 2.336

For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi 1.000 .654 1.528

For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi 1.000 .654 1.528

N of Valid Cases 104

Jenis Kelamin * Kejadian Hipertensi

Crosstab

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi Total

Jenis Kelamin Laki-laki Count 33 37 70

Expected Count 35.0 35.0 70.0

% within Jenis Kelamin 47.1% 52.9% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 63.5% 71.2% 67.3%

% of Total 31.7% 35.6% 67.3%

Perempuan Count 19 15 34

Expected Count 17.0 17.0 34.0

% within Jenis Kelamin 55.9% 44.1% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 36.5% 28.8% 32.7%

% of Total 18.3% 14.4% 32.7%

Total Count 52 52 104

Expected Count 52.0 52.0 104.0

% within Jenis Kelamin 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .699a 1 .403

Continuity Correctionb .393 1 .531

Likelihood Ratio .700 1 .403 Fisher's Exact Test .531 .265

Linear-by-Linear Association .692 1 .405

Page 198: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Jenis Kelamin (Laki-laki / Perempuan) .704 .309 1.605

For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi .844 .572 1.244

For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi 1.198 .773 1.857

N of Valid Cases 104

Suku/ Ras * Kejadian Hipertensi

Crosstab

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi Total

Suku/ Ras Aceh Count 41 46 87

Expected Count 43.5 43.5 87.0

% within Suku/ Ras 47.1% 52.9% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 78.8% 88.5% 83.7%

% of Total 39.4% 44.2% 83.7%

Cina Count 1 0 1

Expected Count .5 .5 1.0

% within Suku/ Ras 100.0% .0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 1.9% .0% 1.0%

% of Total 1.0% .0% 1.0%

Batak Count 4 2 6

Expected Count 3.0 3.0 6.0

% within Suku/ Ras 66.7% 33.3% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 7.7% 3.8% 5.8%

% of Total 3.8% 1.9% 5.8%

Jawa Count 4 3 7

Expected Count 3.5 3.5 7.0

% within Suku/ Ras 57.1% 42.9% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 7.7% 5.8% 6.7%

% of Total 3.8% 2.9% 6.7%

Padang Count 2 1 3

Expected Count 1.5 1.5 3.0

% within Suku/ Ras 66.7% 33.3% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 3.8% 1.9% 2.9%

Page 199: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

% of Total 1.9% 1.0% 2.9%

Total Count 52 52 104

Expected Count 52.0 52.0 104.0

% within Suku/ Ras 50.0% 50.0% 100.0%

% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 2.430a 4 .657

Likelihood Ratio 2.837 4 .586

Linear-by-Linear Association 1.233 1 .267

N of Valid Cases 104 a. 8 cells (80.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for Suku/ Ras (Aceh / Cina)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.

Page 200: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Analisis Multivariat

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 104 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 104 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 104 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Hipertensi 0

Tidak Hipertensi 1

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration

Coefficients

-2 Log likelihood Constant

Step 0 1 144.175 .000

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 144.175

c. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table

a,b

Observed

Predicted

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi

Percentage Correct

Step 0 Kejadian Hipertensi Hipertensi 0 52 .0

Tidak Hipertensi 0 52 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .196 .000 1 1.000 1.000

Page 201: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables tahu 22.453 1 .000

sikap 20.414 1 .000

nutrisi 39.916 1 .000

napza 7.640 1 .006

rokok 24.119 1 .000

Overall Statistics 61.305 5 .000

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

Coefficients

-2 Log likelihood Constant tahu sikap nutrisi

Step 1 1 74.711 -6.694 .649 .854 1.814

2 64.890 -10.381 1.004 1.432 2.672

3 63.066 -12.749 1.205 1.820 3.244

4 62.955 -13.516 1.265 1.948 3.433

5 62.954 -13.577 1.270 1.958 3.448

6 62.954 -13.577 1.270 1.958 3.448

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 144.175

d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

Coefficients

napza rokok

Step 1 1 .155 1.086

2 .269 1.746

3 .352 2.166

4 .385 2.300

5 .388 2.310

6 .388 2.310

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 144.175

d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Page 202: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 81.221 5 .000

Block 81.221 5 .000

Model 81.221 5 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 62.954a .542 .723

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 6.022 8 .645

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Kejadian Hipertensi = Hipertensi

Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi

Observed Expected Observed Expected Total

Step 1 1 14 13.794 0 .206 14

2 12 11.335 0 .665 12

3 8 9.547 3 1.453 11

4 8 7.400 2 2.600 10

5 6 5.832 4 4.168 10

6 3 2.312 7 7.688 10

7 0 1.302 10 8.698 10

8 1 .367 9 9.633 10

9 0 .050 6 5.950 6

10 0 .062 11 10.938 11

Classification Table

a

Observed

Predicted

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi

Percentage Correct

Step 1 Kejadian Hipertensi Hipertensi 47 5 90.4

Tidak Hipertensi 8 44 84.6

Overall Percentage 87.5

a. The cut value is .500

Page 203: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a tahu 1.270 .708 3.221 1 .073 3.561

sikap 1.958 .754 6.739 1 .009 7.084

nutrisi 3.448 .790 19.053 1 .000 31.440

napza .388 .680 .326 1 .568 1.474

rokok 2.310 .698 10.959 1 .001 10.078

Constant -13.577 2.643 26.387 1 .000 .000

a. Variable(s) entered on step 1: tahu, sikap, nutrisi, napza, rokok.

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a tahu .890 14.254

sikap 1.615 31.064

nutrisi 6.685 147.869

napza .389 5.595

rokok 2.566 39.576

a. Variable(s) entered on step 1: tahu, sikap, nutrisi, napza, rokok.

Correlation Matrix

Constant tahu sikap nutrisi napza rokok

Step 1 Constant 1.000 -.327 -.519 -.683 -.316 -.638

tahu -.327 1.000 -.291 .094 .111 -.033

sikap -.519 -.291 1.000 .379 -.065 .224

nutrisi -.683 .094 .379 1.000 -.177 .359

napza -.316 .111 -.065 -.177 1.000 .038

rokok -.638 -.033 .224 .359 .038 1.000

Casewise Listb

Case

Observed Temporary Variable

Selected Statusa

Kejadian Hipertensi Predicted Predicted Group Resid ZResid

29 S H** .946 T -.946 -4.182

61 S T** .131 H .869 2.576

83 S T** .131 H .869 2.576

102 S T** .131 H .869 2.576

a. S = Selected, U = Unselected cases, and ** = Misclassified cases.

b. Cases with studentized residuals greater than 2.000 are listed.

Page 204: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 104 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 104 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 104 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Hipertensi 0

Tidak Hipertensi 1

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration

Coefficients

-2 Log likelihood Constant

Step 0 1 144.175 .000

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 144.175

c. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table

a,b

Observed

Predicted

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi

Percentage Correct

Step 0 Kejadian Hipertensi Hipertensi 0 52 .0

Tidak Hipertensi 0 52 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .000 .196 .000 1 1.000 1.000

Page 205: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables sikap 20.414 1 .000

nutrisi 39.916 1 .000

rokok 24.119 1 .000

Overall Statistics 59.277 3 .000

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

Coefficients

-2 Log likelihood Constant sikap nutrisi rokok

Step 1 1 77.175 -6.323 1.139 1.945 1.205

2 68.080 -9.715 1.882 2.832 1.922

3 66.492 -11.806 2.342 3.404 2.355

4 66.409 -12.413 2.474 3.578 2.479

5 66.409 -12.452 2.482 3.589 2.487

6 66.409 -12.452 2.482 3.589 2.487

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 144.175

d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 77.766 3 .000

Block 77.766 3 .000

Model 77.766 3 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square Nagelkerke R

Square

1 66.409a .527 .702

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 2.873 6 .825

Page 206: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Kejadian Hipertensi = Hipertensi

Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi

Observed Expected Observed Expected Total

Step 1 1 22 21.561 0 .439 22

2 10 9.649 2 2.351 12

3 11 11.246 3 2.754 14

4 4 5.180 5 3.820 9

5 2 2.545 8 7.455 10

6 1 .611 5 5.389 6

7 2 1.013 8 8.987 10

8 0 .196 21 20.804 21

Classification Table

a

Observed

Predicted

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi

Percentage Correct

Step 1 Kejadian Hipertensi Hipertensi 47 5 90.4

Tidak Hipertensi 10 42 80.8

Overall Percentage 85.6

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a sikap 2.482 .702 12.485 1 .000 11.965

nutrisi 3.589 .764 22.078 1 .000 36.210

rokok 2.487 .684 13.203 1 .000 12.023

Constant -12.452 2.370 27.614 1 .000 .000

a. Variable(s) entered on step 1: sikap, nutrisi, rokok.

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a sikap 3.020 47.403

nutrisi 8.102 161.832

rokok 3.144 45.982

a. Variable(s) entered on step 1: sikap, nutrisi, rokok.

Page 207: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Correlation Matrix

Constant sikap nutrisi rokok

Step 1 Constant 1.000 -.729 -.808 -.719

sikap -.729 1.000 .442 .245

nutrisi -.808 .442 1.000 .405

rokok -.719 .245 .405 1.000

Casewise Listb

Case

Observed Temporary Variable

Selected Statusa

Kejadian Hipertensi Predicted Predicted Group Resid ZResid

20 S H** .899 T -.899 -2.978

29 S H** .898 T -.898 -2.971

33 S H** .899 T -.899 -2.978

a. S = Selected, U = Unselected cases, and ** = Misclassified cases.

b. Cases with studentized residuals greater than 2.000 are listed.

Page 208: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Tempat Penelitian

Gambar 2. Tempat Penelitian

Page 209: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Gambar 3. Poliklinik Penyakit Dalam

Gambar 4. Wawancara Dengan Informan

Page 210: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Gambar 5. Wawancara Dengan Perawat Poli Penyakti Dalam

Gambar 6. Pengisian Kuesioner

Page 211: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Gambar 7. Pengisian Kuesioner

Gambar 8. Pengisian Kuesioner

Page 212: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …

Gambar 9. Pengisian Kuesioner

Gambar 10. Pengisian Kuesioner

Page 213: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 214: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 215: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 216: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 217: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 218: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 219: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 220: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 221: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 222: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 223: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 224: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 225: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …
Page 226: FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA …