faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi pada …
TRANSCRIPT
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI
PADA LANJUT
DALAM RSUD
PROGRAM STUDI S2
FAKULTAS
INSTITUT
YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI
PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT
DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2019
TESIS
Oleh :
NONONG FAUZIAH
1602011317
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2020
YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI
USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT
. FAUZIAH BIREUEN
KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN MASYARAKAT
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI
PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT
DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2019
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memeroleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)
pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, minat studi Ilmu Perilaku dan Promosi Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
Oleh :
NONONG FAUZIAH
1602011317
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2020
Telah diuji pada tanggal : 02 Desember 2019
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, MSc, M.Kes
Anggota : 1. Linda Hernike Napitupulu, SKM, M.Kes
2. Dr. Mappeaty Nyorong, M.P.H
3. Rapida Saragih, S.K.M., M.Kes
1
6
7
8
ABSTRAK
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI
PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT
DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2019
NONONG FAUZIAH
1602011317
Hipertensi masalah yang sering dijumpai pada masyarakat termasuk yang mematikan. Data kunjungan hipertensi di Poli sebesar 106 kunjungan dengan perempuan 73 orang dan laki-laki 33 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisa faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode mixed method dengan pendekatan case control dan triangulasi konkuren. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia berumur ≥50 tahun sebanyak 106 orang. Sampel masing-masing kelompok case dan control sebanyak 52 orang dan informan penelitian sebanyak 5 orang. Analisis data kuantitatif menggunakan analisis univariat, bivariat, multivariate dan analisis kualitatif dengan wawancara. Hasil penelitian kuantitatif regresi linear berganda diketahui nilai signifikan variabel pendidikan, pengetahuan, sikap, nutrisi, kebiasaan memakai napza = 0,562 dan merokok. Variable nutrisi memiliki nilai Exp (B) terbesar (36,210). Hasil penelitian kualitatif diketahui bahwa pasien mengetahui faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi, namun masih hanya tentang makanan berlemak dan faktor keturunan saja. Kesimpulan ada pengaruh signifikan variabel sikap, merokok dan nutrisi dan tidak ada pengaruh pendidikan, pengetahuan dan kebiasaan memakai napza terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen tahun 2019. Disarankan kepada RSUD dr. Fauziah Bireuen agar melakukan kegiatan penyuluhan kepada para lansia. Kata Kunci : Faktor yang Memengaruhi, Kejadian Hipertensi, Lansia
Daftar Pustaka : 39 buku, 47 internet
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Faktor
yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli
Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019” guna memenuhi salah
satu persyaratan untuk memproleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat di
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Dalam proses penyusunan penelitian tesis ini penulis banyak mendapat
bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, MSc, M.Kes. selaku pembina yayasan
Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah menyediakan tempat untuk
penulis menimba ilmu dari mulai perkuliahan sampai selesai penyusunan tesis
ini, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah telah banyak
mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan nasehat dan
petunjuk guna menyelesaikan tesis ini.
2. Iman Muhammad, SE, S.Kom, MM, M.Kes., selaku Ketua Yayasan Helvetia
Medan sekaligus selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Institut
Kesehatan Helvetia Medan yang telah yang memberikan fasilitas bagi penulis
untuk belajar selama perkuliahan sampai selesai tesis ini.
3. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan, yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti kegiatan
belajar mengajar di Institut Kesehatan Helvetia.
4. Dr. Asriwati, S.Kep, Ns, M.Kes., selaku Dekan Institut Kesehatan Helvetia
Medan. Helvetia Medan, yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar di Institut Kesehatan Helvetia
5. Linda Hernike Napitupulu, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan
nasehat dan petunjuk guna menyelesaikan tesis ini.
10
6. Dr. Mappeaty Nyorong, M.P.H, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak
mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan nasehat dan
petunjuk guna menyelesaikan tesis ini
7. Rapida Saragih, S.K.M., M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan nasehat dan
petunjuk guna menyelesaikan tesis ini
8. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Helvetia yang telah banyak
memberikan ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan tesis ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu jika terdapat kritik dan saran, penulis akan
senantiasa menerimanya. Akhir kata, semoga kita semua selalu berada dalam
lindungan Tuhan Yang Esa.
Medan, Desember 2019 Penulis
Nonong Fauziah
11
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nonong Fauziah, lahir di Simpang Empat Bireuen pada tanggal 30 Maret 1974, beragama Islam, anak ketiga dari pasangan AR. Djuli dan Nurhayati. Penulis beralamat di Dusun Capa Desa Geuleumpang Payong, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Pendidikan penulis dimulai dari Inpres Krueng Geukueh Aceh Utara tahun 1981 dan lulus pada tahun 1987, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri Krueng Geukueh Aceh Utara lulus pada tahun 1990. Setelah tamat dari SMP selanjutnya penulis menempuh pendidikan di SMU Negeri 1 Lhoksumawe lulus pada tahun1993. Selanjutnya menempuh pendidikan di Akademi Gizi Depkes RI Banda Aceh lulus pada tahun 1996. Setelah selesai menempuh pendidikan Akademi Gizi selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan S1 Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di STIKes U’budiah Banda Aceh lulus pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat Minat Studi Ilmu Perilaku dan Promosi Kesehatan di Institut Kesehatan Helvetia Medan pada tahun 2016. Saat ini penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Instalasi Gizi RSU dr. Fauziah Bireuen.
12
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRACT .............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 8
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................... 8 1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 9 1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................. 9 1.4.2 Manfaat Praktis ................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 11
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................... 11 2.2 Telaah Teori Hipertensi................................................... 13
2.2.1 Hipertensi ............................................................ 13 2.2.2 Faktor Risiko Hipertensi ..................................... 31 2.2.3 Lansia .................................................................. 37
2.3 Landasan Teori ................................................................ 53 2.4 Kerangka Konsep ............................................................ 57 2.5 Hipotesis .......................................................................... 57
BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 59 3.1 Desain dan Jenis Penelitian ............................................ 59 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................... 60
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................. 60 3.2.2 Waktu Penelitian ................................................. 60
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... 61 3.3.1 Populasi Penelitian .............................................. 61 3.3.2 Sampel Penelitian ................................................ 61
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................ 64
13
3.4.1 Jenis Data ............................................................ 64 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ................................. 64 3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas .............................. 65
3.5 Variabel dan Definisi Operasional .................................. 68 3.5.1 Variabel Penelitian .............................................. 68 3.5.2 Definisi Operasional ............................................ 69
3.6 Metode Pengukuran ....................................................... 70 3.7 Metode Pengolahan Data ................................................ 71 3.8 Analisis Data ................................................................... 72
3.8.1 Analisis Univariat ................................................ 72 3.8.2 Analisis Bivariat ................................................. 72 3.8.3 Analisis Multivariat ............................................. 73 3.8.4 Metode Analisis Kualitatif .................................. 73
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 77
4.1 Data Umum Lokasi Penelitian ........................................ 77 4.1.1. Keadaan Geografis .............................................. 77 4.1.2. Keadaan Demografi ............................................. 78 4.2 Karakteristik Responden ................................................. 78 4.3 Analisis Univariat ........................................................... 80 4.3.1. Pengetahuan ........................................................ 80 4.3.2. Sikap .................................................................... 80 4.3.3. Nutrisi .................................................................. 81 4.3.4. Kebiasaan Memakai Napza ................................. 82 4.3.5. Merokok .............................................................. 82 4.3.6. Kejadian Hipertensi ............................................. 83 4.4 Analisis Bivariat .............................................................. 83 4.4.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan dengan
Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......................... 84
4.4.2 Hubungan Suku/Ras dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 85
4.4.3 Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 86
4.4.4. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 87
4.4.5. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 88
4.4.6. Hubungan Sikap dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .......................................................... 89
14
4.34.7. Hubungan Nutrisi dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .......................................................... 89
4.4.8. Hubungan Kebiasaan Memakai Napza dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......................... 90
4.4.9. Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 91
1.5. Analisis Multivariat ......................................................... 92 1.6. Analisis Kualitatif ........................................................... 96
4.6.1. Gambaran Umum Informan Penelitian ............... 96 4.6.2. Faktor Risiko terhadap Kejadian Hipertensi
pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ... 97
BAB V PEMBAHASAN ................................................................... 115 5.1 Analisis Faktor yang Memengaruhi Kejadian
Hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ............. 115
5.1.1 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 115
5.1.2 Pengaruh Suku/ Ras terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 117
5.1.3 Pengaruh Pendidikan terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 118
5.1.4 Pengaruh Pekerjaan terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 120
5.1.5 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 121
5.1.6 Pengaruh Sikap terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......................................................... 123
5.1.7 Pengaruh Nutrisi terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......................................................... 125
5.1.8 Pengaruh Kebiasaan Memakai Napza terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......................... 126
15
5.1.9 Pengaruh Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .............................. 128
5.1.10 Implikasi Penelitian ............................................. 131 5.1.11 Keterbatasan Penelitian ....................................... 132
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 134 6.1. Kesimpulan ..................................................................... 134 6.2. Saran ............................................................................... 135 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 137
LAMPIRAN
16
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka Teori Modifikasi Teori Green dan Teori Widyanto dan Tribowo ......................................................................................... 56
2.2 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 57 3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 60
17
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Menurut Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment
of Blood Pressure/JNC VII ............................................................ 16 3.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan .................................... 66 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Sikap ............................................... 66 3.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Napza .............................................. 67 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan, Sikap, dan Napza . 68 3.5 Aspek Pengukuran .......................................................................... 70 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Penderita Hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .................... 78 4.2 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden di Poli
Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .................... 80 4.3. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap di Poli Penyakit Dalam RS
dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ..................................................... 81 4.4 Distribusi Frekuensi Kategori Nutrisi di Poli Penyakit Dalam RS
dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ..................................................... 81 4.5 Distribusi Frekuensi Kategori Kebiasaan Memakai Napza di Poli
Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .................... 82 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Merokok di Poli Penyakit Dalam
RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ............................................... 83 4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Kejadian Hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 .................... 83
4.8 Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ................................................................................................. 84
4.9 Tabulasi Silang Hubungan Suku/Ras dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......... 85
18
4.10 Tabulasi Silang Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ................................................................................................. 86
4.11 Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......... 87
4.12 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ................................................................................................. 88
4.13 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ................................................................................................. 89
4.14 Tabulasi Silang Hubungan Nutrisi dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ............. 90
4.15 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Memakai Napza dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ........................................................................ 91
4.16 Tabulasi Silang Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi
di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ......... 92
4.17 Nilai p-value regresi ........................................................................ 93
4.18 Hasil Uji Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Tahap I .......... 93
4.19 Hasil Uji Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Tahap II ......... 94
4.20 Karakteristik Informan Penelitian ................................................... 97
4.21 Resume Hasil Wawancara tentang Faktor yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 ............................. 106
19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman 1. Lembar Kuesioner dan Pedoman Wawancara ............................ 142
2. Matriks Wawancara Mendalam .................................................... 150
3. Master Data Uji Validitas ............................................................. 156
4. Master Data Penelitan ................................................................... 159
5. Hasil Uji Validitas......................................................................... 165
6. Hasil Penelitian Data SPSS ........................................................... 174
7. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 196
8. Lembar Permohonan Izin Survei Awal ........................................ 201
9. Balasan Permohonan Izin Survey Awal ...................................... 202
10. Lembar Permohonan Uji Validitas .............................................. 203
11. Balasan Izin Uji Validitas ............................................................. 204
12. Lembar Permohonan Izin Penelitian ............................................. 205
13. Balasan Selesai Penelitian............................................................. 206
14. Lembar Bimbingan Tesis Dosen Pembimbing I ........................... 207
15. Lembar Bimbingan Tesis Dosen PEmbimbing II ......................... 209
16. Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) ....................................... 211
20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Balakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai pada
masyarakat, penyakit ini merupakan salah satu yang disebut silent killer karena
termasuk penyakit yang mematikan. Seseorang yang dikatakan hipertensi apabila
setelah dilakukan pengukuran nilai tekanan darah dan menunjukkan angka sistolik
>140 mmHg dan angka diastolik > 90 mmHg. Pengukuran dilakukan dua kali
dengan jarak 1 menit kemudian diambil rata-rata pengukurannya. Tekanan darah
yang tinggi dapat meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke,
dan gagal ginjal.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan kondisi ketika seseorang
mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak (akut).
Hipertensi menetap (tekanan darah tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor
risiko terjadinya stroke, penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung, gagal
ginjal, dan aneurisma arteri (penyakit pembuluh darah). Meskipun peningkatan
tekanan darah relatif kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup
(1).
Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia
menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita
hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah penderita
hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, dimana 2/3 diantaranya
berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang.
21
Prevalensi Hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025
sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah
mengakibatkan kematian sekitar 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasi, dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3
populasinya menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan (2).
Prevalensi hipertensi di negara maju maupun negara berkembang masih
tergolong tinggi, prevalensi hipertensi di negara maju adalah Prevalensi penyakit
hipertensi pada tahun 2015 sebanyak 62,07 per 10.000 penduduk (6.856 kasus),
tahun 2013 sebesar 49,61 per 10.000 penduduk (5.534 kasus), dan tahun 2016
sebesar 39,17 per 10.000 penduduk (4.552 kasus) hipertensi (2).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI menunjukan prevalensi hipertensi di
Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 34.1%
atau naik sebesar 8,3% dibandingkan tahun 2013 sebesar 25,8%, tertinggi di
Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia pada
golongan umur 50 tahun masih 10%, tetapi di atas 60 tahun angka tersebut terus
meningkat mencapai 20-30%. Berbagai penelitian melaporkan bahwa 1,3-28,6%
penduduk yang berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Prevalensi
hipertensi pada usia kurang dari 31 tahun 5% usia antara 31-44 tahun 8-10%, usia
lebih dari 45 tahun sebesar 20%. Namun beberapa pun usia kita, kehidupan akan
lebih menyenangkan jika kondisi kesehatan kita baik (3).
22
Hasil Riskesdas 2013, menunjukkan prevalensi hipertensi pada perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki. Pada perempuan 28,8% dan laki-laki 22,8%. Hipertensi pada
perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hipertensi lebih banyak
terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak
menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah
wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (4).
Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Aceh, penderita Hipertensi pada
tahun 2017 berjumlah 80.178 dari 3.225.611 penduduk yang berusia >18 tahun.
Sedangkan jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Bireuen sebesar 3.769 dari
287.763 penduduk yang berusia >18tahun (5).
Gaya hidup sering menjadi faktor risiko penting bagi timbulnya hipertensi
pada seseorang. Beberapa diantaranya adalah faktor kebiasaan makan seperti
konsumsi lemak dan garam tinggi, kegemukan atau makan secara berlebihan.
Gaya hidup yang tidak sehat seperti minum-minuman mengandung alkohol,
merokok, stres emosional dan kurangnya aktifitas fisik yang dapat meningkatkan
risiko kelebihan berat badan juga menjadi penyebab hipertensi yang lebih banyak
kasus terjadinya (6).
Survei pendahuluan yang dilakukan di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit
dr. Fauziah Bireuen, tercatat jumlah kunjungan pasien hipertensi dari data laporan,
menunjukkan jumlah kunjungan pasien hipertensi di tahun 2017 sebanyak 173
kunjungan dimana mayoritas adalah perempuan sebesar 117 orang dan 56 orang
laki-laki. Sedangkan di tahun 2018 jumlah kunjungan pasien hipertensi sebesar
106 kunjungan dimana mayoritas kunjungan adalah pasien perempuan sebesar 73
23
orang dan pasien hipertensi laki-laki sebesar 33 orang pada tahun 2018. Meskipun
terdapat penurunan jumlah kunjungan pasien hipertensi di Poli Penyakit Dalam
Rumah Sakit dr. Fauziah Bireuen pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2017
yakni sebesar 67 orang, namun jumlah ini masih tergolong tinggi (7).
Banyaknya faktor resiko penyebab hipertensi mengakibatkan hipertensi
merupakan penyakit dengan jumlah penderita yang banyak. Seiring dengan
bertambahnya usia menjadi salah satu faktor resiko dari hipertensi. Faktor yang
terkait proses menua beresiko hipertensi di karenakan terjadi kekakuan pada aorta,
peningkatan afterload (membutuhkan daya yang lebih banyak untuk memompa
darah dari ventrikel) dan peningkatan tahanan vaskuler (8).
Penyakit hipertensi dapat terjadi karena salah satu akibat masalah yang
sering muncul dari perubahan gaya hidup. Bagi laki-laki kebiasaan merokok,
minum-minuman beralkohol akan memacu timbulnya hipertensi. Cara untuk
penanganan hipertensi yaitu dengan mengubah ke arah hidup sehat seperti aktif
berolahraga, mengatur diet atau pola makan seperti rendah garam, rendah
kolesterol, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok (9).
Berkaitan gaya hidup maka pengetahuan, sikap dan kepatuhan menjadi
faktor utama agar penyakit tidak berkembang menjadi komplikasi yang lebih
parah. Kepatuhan terhadap diet yang meliputi diet rendah garam, diet tinggi serat,
rendah kolesterol dan rendah kalori sangat diperlukan. Kepatuhan sendiri sangat
dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap penderita. Pengetahuan juga menjadi
faktor utama pada lansia agar mengetahui penyakit hipertensi dan kemampuan
penderita hipertensi agar tidak menjadikan penyakitnya semakin parah adalah
24
menjaga pola makan yang salah satunya adalah melakukan diet rendah garan
karena pada lansia yang semakin menua kemungkinan intelegensi dan
kemampuan penerimaan atau mengingat akan mengalami penurunan (10).
Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan,
yang meningkatkan volume darah. Jantung harus memompa keras untuk
mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang semakin sempit
yang akibatnya adalah hipertensi (11). Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Abdurrachim, Hariyawati dan Suryani (2016) bahwa ada
hubungan yang bermakna antara asupan natrium terhadap tekanan darah lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha dan Bina Laras Budi Luhur Kota Banjarbaru (12).
Kebalikan dari natrium, kalium lebih berhubungan erat dengan penurunan
tekanan darah. Kalium pada prinsipnya terdapat dalam sel-sel tubuh. Fungsi
kalium adalah melengkapi fungsi natrium. Kalium memegang peranan dalam
pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam dan
basa (13). Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Arlita (2014)
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara asupan kalium dengan tekanan
darah pada lansia (14).
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti dengan
mewawancarai 10 orang pasien yang berkunjung ke Poli Penyakit Dalam Rumah
Sakit dr. Fauziah Bireuen pada bulan Desember 2018, diketahui 4 orang penderita
hipertensi terdiri dari 2 perempuan dan 2 laki laki perokok yang mengkonsumsi
rokok lebih dari 2 bungkus sehari dan sudah terbiasa mengkonsumsi makanan
berlemak sesuai dengan kebiasaan ataupun makanan khas daerah Aceh. Selain itu,
25
kebiasaan masyarakat setempat juga sangat menggemari makanan panggang
seperti sate dan sangat suka mengkonsumsi kopi dalam jumlah yang banyak
terutama bagi kaum laki-laki, 3 pasien lainnya yang terdiri dari 2 orang laki-laki
dan 1 perempuan mengatakan kurang melakukan aktifitas fisik seperti olahraga.
Selain itu, 3 orang pasien mengatakan bahwa mereka sudah tahu jika hipertensi
dapat mengakibatkan stroke namun belum tahu bagaimana secara pasti hipertensi
dapat menjadi stroke sedangkan dua diantaranya merasa hipertensi sudah biasa
terjadi dan biasa saja.
Hasil wawancara peneliti penderita hipertensi yang datang ke Poli
Penyakit Dalam Rumah Sakit dr. Fauziah Bireuen sebanyak 5 lansia. Mereka
bekerja sebagai pensiunan PNS, pekerja swasta dan ibu rumah tangga. Masyarakat
Suku Aceh masih menjalankan adat-istiadat yang kental dari nenek moyang
mereka seperti upacara adat perkawinan, kematian, khitanan dan turun mandi.
Upacara-upacara ini tidak terlepas dari budaya makan masyarakat tersebut, yang
lebih menyukai makanan yang tinggi garam dan berlemak. Ini tercermin dari
makan-makanan yang disajikan pada acara-acara adat tersebut. Mereka juga
merokok dahulunya, jarang berolahraga atau melakukan aktivitas fisik, kurang
tidur/istirahat dan ada riwayat hipertensi dan kaum pria lebih banyak
menghabiskan waktu minum kopi di warung.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian apakah ada pengaruh faktor predisposisi, faktor risiko yang dapat
dikontrol dan tidak dapat dikontrol terhadap kejadian hipertensi pada Lanjut Usia
(Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019?.
26
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah faktor pendidikan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada
Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen
Tahun 2019?
2) Apakah faktor pekerjaan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada
Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen
Tahun 2019?
3) Apakah faktor pengetahuan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada
Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen
Tahun 2019?
4) Apakah faktor sikap berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada Lanjut
Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun
2019?
5) Apakah faktor jenis kelamin berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada
Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen
Tahun 2019?.
6) Apakah faktor ras berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada Lanjut Usia
(Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019?
7) Apakah faktor nutrisi berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada Lanjut
Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun
2019?.
27
8) Apakah faktor merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada
Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen
Tahun 2019?.
9) Apakah faktor kebiasaan memakai napza berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.
Fauziah Bireuen Tahun 2019?.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisa pengaruh faktor predisposisi, faktor risiko yang dapat dikontrol dan
tidak dapat dikontrol terhadap kejadian hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di
Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pendidikan terhadap kejadian
hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.
Fauziah Bireuen Tahun 2019
2) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pekerjaan terhadap kejadian
hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.
Fauziah Bireuen Tahun 2019
3) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pengetahuan terhadap kejadian
hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.
Fauziah Bireuen Tahun 2019
28
4) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh sikap terhadap kejadian
hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.
Fauziah Bireuen Tahun 2019
5) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian
hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.
Fauziah Bireuen Tahun 2019
6) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh ras terhadap kejadian hipertensi
pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen
Tahun 2019.
7) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh nutirisi terhadap kejadian
hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.
Fauziah Bireuen Tahun 2019
8) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh merokok terhadap kejadian
hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.
Fauziah Bireuen Tahun 2019
9) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kebiasaan memakai napza
terhadap kejadian hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia) di Poli Penyakit
Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
a) Bagi Institut Kesehatan Helvetia
29
Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa Institut Kesehatan
Helvetia khususnya mahasiswa S2 program Ilmu Perilaku dan Promosi
Kesehatan dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang faktor
yang mempengaruhi kejadian hipertensi.
b) Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dalam penerapan
ilmu yang diperoleh sewaktu mengikuti perkuliahan khususnya tentang
faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Masyarakat
Untuk menambah informasi kepada masyarakat tentang pentingnya
menjaga gaya hidup yang sehat untuk menghindari hipertensi.
2) Bagi RSUD Dr. Fauziah Bireuen
Sebagai masukan bagi RSUD dr. Fauziah Bireuen untuk meningkatkan
promosi kesehatan tentang hipertensi dan peningkatan sarana dan
prasarana dalam penanganan kejadian hipertensi.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya.
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan bahan
perbandingan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang
faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Oktaviance (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor –Faktor
Yang Berhubungan Dengan Penyakit Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Poskeskel
Rengas Pulau Marelan Medan Tahun 2014, menyimpulkan 68,7% lanjut usia
mengalami penyakit hipertensi dan variabel yang berhubungan dengan penyakit
hipertensi pada lanjut usia adalah variabel pola konsumsi makan dan usia.
Variabel yang dominan adalah jenis kelamin dengan nilai (p value = 0,016 dan
OR= 18,281) (15).
Penelitian yang dilakukan Fitrina (2014) dengan judul Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Lanjut di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebun Sikolos Kecamatan Padang Panjang Barat Tahun 2014,
menyimpulkan bahwa pada taraf signifikan α=0,1, terdapat hubungan bermakna
antara variabel faktor keturunan, olahraga, merokok, konsumsi natrium dan
obesitas dengan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskemas Kebun
Sikolos Kecamatan Padang Panjang Barat tahun 2014. Olahraga dan obesitas
merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian hipertensi pada
lansia di wilayah kerja Puskemas Kebun Sikolos Kecamatan Padang Panjang
Barat tahun 2014 (16).
Penelitian yang sama dilakukan Novitaningtyas (2014) dengan judul
Hubungan Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan) dan Aktivitas
Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia di Kelurahan Makamhaji Kecamatan
12
Kartasura Kabupaten Sukoharjo, menyimpulkan bahwa sebagian besar subjek
penelitian termasuk dalam kategori usia lansia yaitu sebesar 82,5%, untuk jenis
kelamin sebagian besar subjek penelitian adalah perempuan yaitu sebesar 80%,
sedangkan untuk tingkat pendidikan sebagian besar subjek penelitian termasuk
dalam kategori dasar yaitu sebesar 87,5%. Sebagian besar subjek penelitian
memiliki aktivitas fisik yang ringan yaitu sebesar 92,5%. Berdasarkan kategori
tekanan darah sistolik, subjek penelitian yang mengalami hipertensi yaitu sebesar
42,5%, sedangkan berdasarkan kategori tekanan darah diastolik, subjek penelitian
yang mengalami hipertensi sebesar 40%. Tidak ada hubungan antara umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia
di Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo (17).
Penelitian yang sama dilakukan Asari (2017) dengan judul Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas PB Selayang II Lecamatan Medan Selayang, menyimpulkan
bahwa prevalence rate hipertensi 45,5%, proporsi responden hipertensi tertinggi
pada kelompok umur ≥60 (51,9%), jenis kelamin laki-laki (50,0%), ada riwayat
keluarga (63,2%), obesitas (67,4%), aktivitas fisik tidak cukup (55,8%), status
perokok kategori sedang+berat (58,30%), merokok pada laki-laki (53,3%), dan
merokok pada perempuan (42,9%). Hasil analisis bivariat terdapat 3 variabel yang
mempunyai hubungan signifikan dengan hipertensi yaitu riwayat keluarga
(p=0,007; RP=1,731), status gizi (p=0,000; RP=2,115) dan aktifitas fisik
(p=0,028; RP=1,613) (18).
13
Penelitian yang dilakukan Mahmudah (2015) dengan judul Hubungan
Gaya Hidup dan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di
Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok Tahun 2015, menyimpulkan bahwa ada
hubungan antara aktivitas fisik (p=0,024 OR=3,596), asupan lemak (p=0,008
OR=4,364), dan asupan natrium (p=0,001 OR=6,103) dengan kejadian hipertensi.
Analisis multivariat menunjukkan asupan natrium (OR Exp(B)=4,627) sebagai
faktor resiko yang paling berhubungan dengan kejadian hipertensi (19).
2.2. Hipertensi
2.2.1. Definisi
Menurut Tanto Chris, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
>140/90 mmHg secara kronis (20). Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah
suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang ditujukan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka bawah
(diastolik) pada pemeriksaan tensi darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (21).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan
tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai (4).
Menurut WHO dan kesepakatan dunia batas tekanan darah normal adalah
tekanan sistole 140 mmHg dan tekanan diastole 90 mmHg yang biasanya
14
dituliskan 140/90 mmHg. Apabila tekanan sistole diatas 140 atau tekanan diastole
di atas 90, maka tekanan darah sudah dianggap sebagai tekanan darah tinggi atau
hipertensi (22).
Tekanan darah adalah daya yang digunakan oleh arus darah yang menerpa
dinding pembuluh nadi. Setiap kali jantung berdenyut, tekanannya bertambah
setiap kali jantung rileks, tekanan menurun. Bila seorang dokter memeriksa
tekanan darah, ia mengadakan dua pengukuran dan mencatatnya, seperti 130/80
mmHg. Angka pertama dan yang lebih besar = 130 mmHg (tekanan yang dibuat)
adalah tekanan sistolik, yaitu tekanan maksimum dalam pembuluh nadi pada
waktu jantung memompa. Angka yang kedua dan yang lebih kecil = 80 mmHg
adalah tekanan diastolik, yaitu tekanan pada waktu jantung beristirahat di antara
kontraksi (23).
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, tingkat
aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam
aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran
stabil. Tetapi secara umum, pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan
meningkat diwaktu beraktivitas atau berolahraga. Penyakit darah tinggi
merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan jantung yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (24).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan
hipertensi arteri dimana kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri
meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari
15
biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah
melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolic tergantung apakah otot jantung
berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole ). Tekanan darah
normal pada istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100-140 mmHg
dan diastolic 60-90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada
pada 140/90 mmHg (25).
Tekanan darah manusia meliputi tekanan darah sistolik, tekanan darah
waktu jantung menguncup dan tekanan darah diastolik, yakni tekanan darah saat
jantung istirahat atau relaksasi. Penentuan batasan hipertensi ini sangat penting
karena akan menjadi cut off point untuk memperoleh prevalensi hipertensi
dipopulasi. Perubahan-perubahan pada batasan hipertensi akan mengakibatkan
terjadinya perubahan prevalensi hipertensi pada populasi (26).
Hipertensi menyebabkan timbulnya suatu penyakit yang dibawa akibat
tekanan darah yang tinggi dapat menimbulkan resiko terhadap stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung dan gagal ginjal. Kondisi ini merupakan
akumulasi dari tingginya darah yang tak terkontrol, sehingga merambat menjadi
kronis dan 7 menimbulkan berbagai kontraksi dalam tubuh. Komplikasi hipertensi
dengan penyakit jantung koroner ini sebagai akibat dari terjadinya pengapuran
yang terjadi pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan yang terjadi pada
lubang pembuluh darah jantung ini biasanya menyebabkan masalah berkurangnya
suatu aliran darah pada beberapa bagian dari otot jantung. Hal ini bisa
menyebabkan rasa nyeri yang sakit didada dan bisa berakibat gangguan pada
masalah otot jantung dan menimbulkan serangan jantung. Komplikasi lainnya
16
adalah masalah gagal jantung, tekanan darah tinggi yang kemudian memaksa otot
jantung untuk tetap bekerja lebih berat dalam memompa darah. Kondisi ini bisa
menyebabkan masalah otot jantung yang kemudian menebal dan meregang
sehingga daya pompa otot mengalami penurunan, dan bisa menyebabkan
kegagalan pada kerja jantung secara umum (25).
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Menurut Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of Blood Pressure/ JNC VII
Klasifikasi Nilai Tekanan
Sistolik (mmHg)
Nilai Tekanan
Diastolik (mmHg)
Normal ≥ 120 < 80 Prehipertensi 120-139 85-89 Hipertensi Stadium 1 140-159 90-99 HIpertensi Stadium 2 ≥ 160 100 Hipertensi Sistolik Terisolasi
≥140 <90
Dikutip dari : Pudiastuti RD (24).
2.2.2 Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi adalah proses degeneratif sistem sirkulasi yang dimulai dengan
artherosklerosis, yakni gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang
berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah/arteri. Kekakuan pembulu darah
disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang
menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran
darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi
dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang berdampak pada
peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi. Dengan demikian, proses
patologis hipertensi ditandai dengan peningkatan tahanan perifer yang
17
berkelanjutan sehingga secara kronik dikompensasi oleh jantung dalam bentuk
hipertensi (27).
Pada lansia, perubahan struktur dan fungsi pada sistem pembuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang akan menurunkan kemampuan
distensin daya regang pembuluh darah. Hal tersebut menyebabkan aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (28).
2.2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan (29):
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya (Idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini:
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat
dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia
18
Laki – laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat
faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari
pada perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya karena dengan mengkonsumsi banyak garam
dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya
dengan pendeita hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang tua karena jika
garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam
akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.
Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah
seseorang atau dengan kata lain pembuluh darah membawa lebih banyak cairan.
Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan
pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam
dinding pembuluh darah.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
19
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat
dengan menghindari faktor pemicu hipertensi itu terjadi yaitu merokok, dengan
merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan
dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan
tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus
menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki
tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan
darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar
terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah
hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena
suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan
tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi renal, kelainan saraf pusat yang dapat
mengakibatkan hipertensi dari penyakit tersebut karena hipertensi sekunder yang
terkait dengan ginjal disebut hipertensi ginjal (renal hypertension). Gangguan
ginjal yang paling banyak menyebabkan tekanan darah tinggi karena adanya
penyempitan pada arteri ginjal, yang merupakan pembuluh darah utama penyuplai
darah ke kedua organ ginjal. Bila pasokan darah menurun maka ginjal akan
memproduksi berbagai zat yang meningkatkan tekanan darah serta ganguuan yang
terjadi pada tiroid juga merangsang aktivitas jantung, meningkatkan produksi
darah yang mengakibtkan meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga
20
mengakibatkan hipertensi. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara
lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak,
ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler,
luka bakar, dan stress karena stres bisa memicu sistem saraf simapatis sehingga
meningkatkan aktivitas jantung dan tekanan pada pembuluh darah.
2.2.4. Tanda dan Gejala Hipertensi
Gejala yang dirasakan penderita hipertensi antar lain pusing, mudah
marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah
lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (jarang dilaporkan), muka pucat dan suhu
tubuh rendah (30).
Tanda dan gejala hipertensi adalah penglihatan kabur karena kerusakan
retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra
kranial, edema dependen dan adanya pembekakan karena meningkatnya tekanan
kapiler (23).
Menurut Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi (31):
1. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
21
2. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
WHO (2011) juga menyatakan bahwa hipertensi biasanya tanpa gejala,
tapi bila menimbulkan sakit kepala di pagi hari, mimisan, denyut jantung yang
tidak teratur dan berdengung di telinga.sementara gejala hipertensi berat meliputi
kelelahan, mual, muntah, kebingungan, kecemasan, nyeri dada dan tremor otot.
Berdasarkan gejalanya, hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu : (30)
1. Hipertensi benigna
Hipertensi benigna merupakan hipertensi yang tidak menimbukan gejala,
biasanya ditemukan saat penderita melakukan check up. Pada hipertensi benigna,
tekanan darah sistolik maupun diastolik belum begitu meningkat, bersifat ringan
atau sedang dan belum tampak kelainan atau kerusakan dari target organ seperti
mata, otak, jantung, dan ginjal. Juga belum nampak kelainan fungsi dari alat-alat
tersebut yang sifatnya berbahaya.
2. Hipertensi maligna.
Hipertensi maligna adalah keadaan hipertensi yang mambahayakan yang
biasanya disertai dengan keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi dari organ
seperti otak, jantung dan ginjal. Hipertensi maligna merupakan hipertensi berat
yang disertai kelainan khas pada retina, ginjal, dan kelainan serebral. Pada retina
terjadi kerusakan sel endotelial yang akan menimbulkan obliterasi atau robeknya
retina.17 Apabila diagnosis hipertensi maligna ditegakkan, pengobatan harus
22
segera dilakukan. Diupayakan tekanan darah sistolik mencapai 120-139 mmHg.
Hal ini perlu dilakukan karena insidensi terjadinya perdarahan otak atau payah
jantung pada hipertensi maligna sangat besar.
Komplikasi hipertensi maligna disebut juga hipertensi ensefalopati yang
ditandai dengan gangguan pada otak. Secara klinis bermanifestasi dengan sakit
kepala yang hebat, nausea, dan muntah. Tanda gangguan serebral seperti kejang
ataupun koma, dapat terjadi apabila tekanan darah tidak segera diturunkan.
Keadaan ini biasanya timbul apabila tekanan diastolik melebihi 140 mmHg.
Hipertensi berat yang diikuti tanda-tanda payah jantung, perdarahan otak,
perdarahan pasca operasi merupakan keadaan kedaruratan hipertensi yang
memerlukan penanganan secara seksama.
2.2.5 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ- organ target yang umum
ditemui pada pasien Hipertensi adalah : penyakit jantung, penyakit menyerang
otak, penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, dan retinopati (32).
Beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan peluang tujuh kali lebih besar terkena stroke, enam
kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan tiga kali lebih besar terkena
serangan jantung (33). Hipertensi dapat meyebabkan komplikasi lain seperti DM,
kolesterol yang tinggi, kelebihan berat badan atau obesitas, dan gangguan kognitif
lain (34).
23
a. Penyakit Jantung
Hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan pembuluh darah secara
terus-menerus meningkat. Semakin tinggi tekanan dalam pembuluh darah semakin
sulit untuk jantung memompa darah ke dalam pembuluh darah. Jika dibiarkan
tidak terkendali, Hipertensi bisa menyebabkan serangan jantung dan
pembengkakan jantung yang pada akhirnya menjadi penyakit gagal jantung (34).
Hipertensi dapat mengganggu saluran pernapasan sehingga menyebabkan
beberapa penyakit saluran pernapasan sering disebut dengan hipertensi pulmonal.
Hipertensi pulmonal terjadi ketika tekanan di dalam pembuluh darah yang menuju
jantung ke paru-paru terlalu tinggi. Jantung memompa darah dari ventrikel kanan
ke paru-paru untuk mendapatkan oksigen. Karena darah tidak melakukan
perjalanan yang jauh, tekanan di sisi jantung dan di arteri membawa darah dari
ventrikel kanan ke paru-paru biasanya rendah dan jauh lebih rendah dari tekanan
darah sistolik atau diastolik. Ketika tekanan dalam arteri ini terlalu tinggi, arteri di
paru-paru dapat mempersempit pembuluh darah dan kemudian darah tidak
mengalir sehingga menghasilkan darah yang kurang banyak mengandung oksigen
(35).
b. Gangguan Pada Otak (Stroke)
Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh
sulit meregang sehingga darah yang ke otak kekurangan oksigen, biasanya ini
terjadi secara mendadak dan menyebabkan kerusakan otak. Gangguan penyakit
yang bisa terjadi adalah serangan iskemik otak sementara (transient ischaemic
attack). Tekanan di dalam pembuluh darah juga bisa menyebabkan darah
24
merembes keluar dan masuk ke dalam otak. Hal itu dapat menyebabkan stroke.
(34).
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke. Dikemukakan
bahwa penderita dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua
kali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibandingkan dengan tekanan
diastolik kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180
mmHg mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik dibandingkan mereka
yang bertekanan darah kurang dari 140 mmHg (27).
c. Gangguan Pada Ginjal
Fungsi ginjal akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi
Hipertensi berat. Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal
menyempit dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi
kerja ginjal menurun hingga dapat mengalami penyakit gagal ginjal. Diketahui
bahwa diabetes dan Hipertensi bertanggung jawab terhadap proporsi ESRD
(endstage renal disease) yang paling besar (36).
d. Gangguan Pada Mata
Komplikasi Hipertensi pada mata dapat berupa perdarahan retina,
gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan, diantaranya adalah oklusi arteri
retina cabang, oklusi vena retina cabang, oklusi vena retina sentral, oklusi arteri
retina sentral, dan terjadinya makroaneurisma pada arteri. Iskemik sekunder oklusi
vena retina cabang dapat menyebabkan neovaskularisasi dari retina, pre retinal
dan perdarahan vitreus, pembentukan epiretinal membran, dan tractional retinal
25
detachment. Hipertensi dan diabetes melitus secara bersamaan dapat
menyebabkan retinopati yang lebih berat (37).
e. Diabetes Mellitus (DM)
DM adalah gangguan kesehatan berupa kumpulan gejala yang disebabkan
oleh peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin.
Salah satu faktor risiko penyakit DM terutama DM tipe 2 adalah penyakit
Hipertensi. Dua pertiga penderita DM menderita Hipertensi (27).
2.2.6. Pencegahan Hipertensi
Usaha mencegah timbulnya hipertensi adalah dengan cara menghindari
faktor-faktor pemicunya. Langkah awal pencegahan hipertensi biasanya adalah
merubah pola hidup penderita:
1) Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
2) Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3
gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan
asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
3) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak
perlu membatasi aktivitasnya selam tekanan darahnya terkendali.Aerobik yang
melelahkan dilarang untuk penderita hipertensi dengan kelainan organ target.
Bila harus makan obat maka obat dimakan setelah latihan kira-kira 6 jam
kemudian. Sebaiknya penderita hipertensi menjalani pemeriksaan pembebanan
sebelum melakukan program latihan yang bertujuan:
26
(1) Mengetahui tekanan darah pada saat latihan fisik.
(2) Menilai tekanan darah yang aman untuk penderita sebelum terjadi keluhan
seperti pusing, rasa lemas dan lain-lain.
(3) Penilaian obat anti hipertensi.
4) Risiko yang biasa terjadi selama latihan adalah stroke apabila tekanan darah
melebihi 250 mmHg serta serangan jantung terutama pada penderita yang
sudah mempunyai kelainan jantung (23).
2.2.7 Pengobatan Hipertensi
Pengobatan pada hipertensi bertujuan mengurangi morbiditas dan
mortalitas dan mengontrol tekanan darah. Dalam pengobatan hipertensi ada 2 cara
yaitu pengobatan non farmakologi (perubahan gaya hidup) dan pengobatan
farmakologik.
1) Pengobatan non farmakologik
Terapi non farmakologi bisa dilakukan dengan menghindari faktor resiko
hipertensi seperti merokok, hiperlipedemia, stress dan mengonsumsi alkohol.
Terapi non farmakologi adalah diet sehat seperti diet kegemukan, diet rendah
garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas dan diet tinggi serat (38). Gaya
hidup yang baik seperti olahraga secara teratur, hidup dengan santai dan tidak
stres dan tidak juga mengonsumsi alkohol. Latihan fisik yang teratur dapat
memperbaiki disfungsi endotel pada seseorang yang mengalami keluhan
kardiovaskular (39).
27
Pengobatan ini dilakukan dengan cara:
(1) Pengurangan berat badan: penderita hipertensi yang obesitas dianjurkan
untuk menurunkan berat badan, membatasi asupan kalori dan peningkatan
pemakaian kalori dengan latihan fisik yang teratur.
(1) Menghentikan merokok: merokok tak berhubungan langsung dengan
hipertensi tetapi merupakan faktor utama penyakit kardiovaskular.
Penderita hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
(2) Menghindari alkohol: alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan
menyebabkan resistensi terhadap obat antihipertensi. Penderita yang
minum alkohol sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar satu ons
sehari.
(3) Melakukan aktifitas fisik: penderita hipertensi tanpa komplikasi dapat
meningkatkan aktifitas fisik secara aman. Penderita dengan penyakit
jantung atau masalah kesehatan lain yang serius memerlukan pemeriksaan
yang lebih lengkap misalnya dengan exercise test dan bila perlu
mengikuti program rehabilitasi yang diawasi oleh dokter.
(4) Membatasi asupan garam: kurangi asupan garam sampai kurang dari 100
mmol per hari atau kurang dari 2,3 gram natrium atau kurang dari 6 gram
NaCl. Penderita hipertensi dianjurkan juga untuk menjaga asupan kalsium
dan magnesium.
2) Pengobatan farmakologik
Pengobatan farmakologik pada setiap penderita hipertensi memerlukan
pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi, kelainan organ dan
28
faktor risiko lain. Hipertensi dapat diatasi dengan memodifikasi gaya hidup.
Pengobatan dengan antihipertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak
berhasil. Dokter pun memiliki alasan dalam memberikan obat mana yang sesuai
dengan kondisi pasien saat menderita hipertensi. Tujuan pengobatan hipertensi
untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Artinya
tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi
ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup sambil dilkukan pengendalian faktor
risiko kardiovaskular (24).
Terapi farmakologi dilakukan untuk menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas bagi pada penyakit hipertensi, pemberian terapi farmakologi dilakukan
dengan memberikan dosis yang sangat rendah perlahan dan meningkat dengan
perlahan sesuai keadaan pasien . Pemberhentian pengobatan hipertensi juga harus
bertahap menurunkan sedikit untuk dosisnya. Golongan pengobatan untuk
hipertensi yang pada dasarnya menurunkan tekanan darah dengan mempengaruhi
jantung atau pembuluh darah atau keduanya, mengendalikan angka kesakitan dan
kematian yaitu obat obatan: Diuretik, Penghambat Simpatis, Betablocker,
Vasodilator, Penghambat enzim konversi angiotensin, Antagonis kalsium,
Penghambat reseptor angiotensin II. Pengaruh pengobatan deuretik untuk
pengobatan hipertensi adalah mengeluarkan natrium pada tubuh dan mengurangi
volume darah sehingga menurunkan tekanan darah (38).
29
2.2.8. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Arti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe
dictation evalution treatmori of high blood preasure 2013 yaitu :
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
2. Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input
b. B.Blocker
c. Antoganis kalsium
d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f. Obat penyekar ben Vasodilatov
3. Perubahan gaya hidup
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya
penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.
a. Mengkurangi konsumsi garam
b. Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
30
c. Menghentikan kebiasaan merokok
d. Menjaga kestabilan BB
e. Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai
salah satu upayahnya.
Pemeriksaan Penunjang dapat dilakukan dengan cara :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Hct : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucosa :Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
2. CT Scan
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG
Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP
Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
31
5. Photo Thorax
Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung
2.3. Faktor Risiko Hipertensi
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi dipicu oleh :
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan penyebab yang tidak dapat diubah dalam artian
bersifat bawaan. Contoh penyebab hipertensi tekanan darah tinggi dari factor
internal diantaranya:
2) Usia atau umur
Kecenderungan usia diatas 50 tahun sangat rentan menderita penyakit
hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi
pada sel tubuh sehingga membuat bekerja lebih berat, salah satunya adalah organ
jantung.
3) Jenis Kelamin
Kaum wanita juga lebih berpotensi mengalami hipertensi khususnya saat
menopause. Ketika seorang wanita sudah memasuki menopause akan terjadi
perubahan hormon yaitu penurunan produksi hormon estrogen. Hormon estrogen
memiliki banyak manfaat diantaranya membantu mengoptimalkan penyerapan
kalsium juga dalam metabolisme tubuh serta mengontrol irama jantung dan
tekanan darah. Apabila terjadi penurunan hormon estrogen makalah potensi yang
bisa terjadi adalah meningkatnya tekanan darah atau penyakit hipertensi.
32
4) Stress atau depresi
Meningkatnya aktivitas kerja psikologis seseorang akan berdampak pada
metabolisme secara langsung situasi ini akan memacu jantung untuk kerja lebih
berat memompa darah ke seluruh tubuh terus masuk juga ke jaringan otak.
Apabila keadaan seperti ini berlangsung lama maka akan bisa menjadi penyebab
penyakit hipertensi tekanan darah tinggi.
5) Penyakit tertentu
Adanya indikasi beberapa penyakit di dalam tubuh juga bisa menjadi
penyebab penyakit hipertensi tekanan darah tinggi. Salah satunya adalah penyakit
aterosklerosis juga kadar kolesterol jahat dalam darah. Penyakit ini menyebabkan
jantung kesulitan mengalirkan darah ke seluruh tubuh karena saluran menjadi
sempit dan tidak elastis. Untuk mengatasinya jantung akan terus meningkatkan
tekanan sehingga lambat laun terjadilah penyakit hipertensi tekanan darah tinggi.
2. Faktor eksternal
Terjadinya penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi juga bisa dipicu
oleh faktor eksternal diantaranya:
1) Makanan dan minuman
Kecenderungan saat ini makanan dan minuman kurang baik bagi
kesehatan tubuh. Jenis makanan dan minuman yang bisa menjadi penyebab
penyakit hipertensi tekanan darah tinggi diantaranya tinggi kandungan garam,
tinggi kandungan lemak kolesterol. Apabila di dalam tubuh khususnya aliran
darah memiliki tinggi kandungan garam atau natrium maka akan memacu
33
peningkatan tekanan darah, terjadi karena semakin banyak cairan yang diserap
masuk ke pembuluh darah.
Pada umumnya beberapa bahan tambahan pangan (BTP) digunakan dalam
pangan untuk memperbaiki tekstur, flavor, warna atau mempertahankan mutu.
Beberapa bahan kimia yang bersifat toksik (beracun) jika digunakan dalam
pangan akan menyebabkan penyakit atau bahkan kematian. Oleh karena itu,
dalam peraturan pangan dilarang menggunakan bahan kimia berbahaya dalam
pangan. Dalam peraturan pangan dilarang menggunakan bahan kimia berbahaya
dalam pangan.
Adapun masalah yang dapat timbul apabila menggunakan bahan kimia
berbahaya untuk pangan seperti berikut :
1. Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna merah terang komersial, ditemukan bersifat
racun, dan dapat menyebabkan kanker. Rhodamin B bisa menumpuk di
lemak sehingga lamakelamaan jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin
B diserap lebih banyak pada saluran pencernaan dan menunjukkan ikatan
protein yang kuat. Kerusakan pada hati terjadi pada makanan yang
mengandung Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi. Paparan Rhodamin B
dalam waktu yang lama dapat menyebabkkan gangguan fungsi hati, dan
kanker hati.
2. Formalin
Formalin adalah larutan formaldehida dalam air dan dilarang digunakan
dalam industri pangan sebagai pengawet. Paparan formaldehida melalui
34
saluran pencernaan dapat mengakibat luka korosif terhadap selaput lender
saluran pencernaan disertai mual, muntah, rasa perih yang hebat dan
perforasi lambung. Efek sistemik yang berupa depresi susunan syaraf pusat,
koma, kejang, albuminaria, terdapat sel darah merah di urine.
3. Boraks
Boraks disalahgunakan pangan dengan tujuan memperbaiki warna tekstur,
dan flavor, boraks bersifat sangat beracun, sehingga peraturan pangan tidak
membolehkan boraks untuk digunakan dalam pangan ketika asam borat
masuk kedalam tubuh, dapat menyebabkan mual muntah, diare, sakit perut,
penyakit kulit, kerusakan ginjal, kegagalan system sirkulasi akut dan bahkan
kematian (40).
2) Aktivitas fisik dan lingkungan
Disaat tubuh kita bergerak maka secara otomatis sistem akan
meningkatkan kinerja beberapa organ termasuk organ jantung. Ketika kita
mengalami peningkatan aktivitas fisik di lingkungan yang memiliki kadar oksigen
tipis tentu akan membuat kinerja jantung lebih berat. Jumlah darah yang dipompa
banyak namun kandungan oksigen yang ada di dalamnya tidak mencukupi untuk
metabolisme setiap sel membuat jantung harus bekerja lebih berat. Keadaan ini
terus di kompensasi oleh jantung dengan meningkatkan tekanan pompa darah,
apabila situasi ini berlangsung lama akan berpotensi mengakibatkan penyakit
hipertensi (41).
Saat manusia menghirup udara untuk bernafas, maka udara yang
mengandung oksigen, nitrogen, dan kemungkinan karbon monoksida serta gas
35
lainnya akan tertarik ke dalam paru dan terus ke alveoli. Alveoli, yang
menyerupai kantung kecil, terbentuk dari lapisan sel tipis dan diperkuat oleh
jaringan yang amat lembut. Di dalam alveoli inilah gas akan mengalami
perubahan angkutan dari melalui udara berubah melalui sistem peredaran darah.
Proses tersebut dikendalikan oleh hukum-hukum fisika, yaitu suatu bentuk dari
gas akan bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan
rendah. Dalam keadaan normal tekanan oksigen di dalam alveoli akan lebih besar
dari tekanan oksigen di dalam pembuluh darah. Dengan demikian, maka molekul
oksigen menembus dinding jaringan dan terikat oleh molekul hemoglobin di
dalam sel darah merah.Sebaliknya, beberapa gas mempunyai tekanan lebih tinggi
di peredaran darah daripada di alveoli.
Pengaruh CO serupa dengan pengaruh kekurangan oksigen.Hemoglobin
yang biasanya membawa oksigen dan udara rupanya lebih tertarik kepada CO.
Akan terbentuk senyawa CO dengan hemoglobin dengan ikatan kimia yang lebih
kuat daripada dengan oksigen. Molekul karboksihemoglobin ini sangat mantap
dan untuk beberapa jam tidak dapat lagi mengikat oksigen yang diperlukan tubuh.
Jika kita duduk di udara dengan kadar 60 bpj CO selama 8 jam, maka kemampuan
mengikat oksigen oleh darah kita turun sebanyak 15%. Sama dengan
kehilangandarah sebanyak 0,5 liter (42). Gas karbon monoksida yang diabsorpsi
tubuh, memiliki afinitas dengan hemoglobin yang sangat kuat di darah sehingga
membentuk ikatan karboksihemoglobin (COHb).Akibatnya terjadi kompetisi
dengan O2 untuk berikatan dengan Hb sehingga konsentrasi COHb di darah
meningkat, sehingga meningkatkan kekentalan darah yang berdampak pada
36
gangguan aliran darah (43). Dalam keadaan normal, tekanan oksigen di dalam
alveoli akan lebih besar dari tekanan oksigen di dalam pembuluh darah. Dengan
demikian, maka molekul oksigen menembus dinding jaringan dan terikat oleh
molekul hemoglobin di dalam sel darah merah.Sebaliknya, beberapa gas
mempunyai tekanan lebih tinggi di peredaran darah dari pada di alveoli (44).
Faktor lingkungan dapat memicu terbentuknya senyawa radikal bebas.
Terbentuknya senyawa radikal bebas akibat berbagai proses proses kimia
kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi atau
pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas, metabolisme sel, olah
raga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan
seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar dan radiasi
matahari atau radiasi kosmis. Radikal bebas cenderung mencuri partikel dari
molekul lain, yang kemudian menimbulkan senyawa tidak normal dan memulai
reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Radikal bebas
inilah yang menyebabkan berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit lever,
jantung koroner, katarak, penyakit hati dan dicurigai proses penuaan ikut berperan
(45).
Radikal bebas pada lansia ditunjukkan oleh hormon yang ditandai dengan
munculnya efek patologis. Radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pigmen dan koolagen pada proses penuaan. Meningkatnya radikal
bebas dapat dihambat dengan pengaturan diet (jumlah kalori) serta konsumsi obat/
makanan yang mengandung vitamin E, vitamin C, selenium, glutation peroksiidae
dan superokside dismutase.
37
Menurut Bustan (2015), faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua
kategori utama yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah
(27).
1) Faktor yang Tidak Dapat Diubah
Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin dan
genetik.
2) Faktor yang Dapat Diubah
Faktor risiko yang dapat diubah antara lain merokok, diet rendah serat,
kurang aktifitas gerak, berat badan berlebihan/kegemukan, komsumsi
alkohol, hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia, stress dan komsumsi garam
berlebih sangat berhubungan erat dengan hipertensi (46).
2.4. Lansia
2.4.1. Pengertian Lansia
WHO menjelaskan bahwa lansia merupakan seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia dikatakan sebagai tahap perkembangan
daur kehidupan manusia perlahan - lahan kemampuan jaringan untuk untuk
memperbaiki dan mempertahankan keadaan tubuh yang normal sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita,
keadaan lansia tergantung pada faktor diindividu masing masing salah satunya
adalah faktor lingkungan. Konsep kesehatan pada lansia berbeda dengan populasi
lainnya, ada beberapa hal yang diperhatikan pada lansia yaitu: status fungsional,
sindroma geriatric dan penyakit pada lansia, aspek kesehatan pada lansia sangat
38
penting karena pada umumnya daya tahan tubuh mereka berkurang sejalan dengan
bertambahnya umur (47).
Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama
dengan 55 tahun. Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (47).
2.4.2. Klasifikasi Lansia
Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah sebagai berikut (48):
1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
2) Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
3) Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
4) Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
5) Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.
Berikut merupakan kategori umur menurut Depkes RI (2009) (49):
1) Masa balita = 0 – 5 tahun
2) Masa kanak-kanak = 5 – 11 tahun
3) Masa remaja awal = 12 – 16 tahun
4) Masa remaja akhir = 17 – 25 tahun
5) Masa dewasa awal = 26 – 35 tahun
6) Masa dewasa akhir = 36 – 45 tahun
7) Masa lansia awal = 46 – 55 tahun
8) Masa lansia akhir = 56 – 65 tahun
9) Masa manula = > 65 tahun
39
2.4.3. Mekanisme Penuaan
Setiap manusia di bumi ini pasti akan mengalami proses penuaan. Menua
didefinisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi 8
seorang yang frail (lemah dan rentan) dengan berkurangnya sebagian besar
cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai
macam penyakit dan kematian secara eksponensial (50). Penuaan juga
didefiniskan sebagai proses multidimensional, yaitu mekanisme perbaikan dan
perusakan dalam tubuh yang terjadi secara bergantian pada kecepatan dan saat
yang berbeda-beda. Penuaan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
adalah faktor genetik, kebudayaan, ras, nutrisi dan faktor lingkungan. Faktor
lingkungan itu sendiri dapat berasal dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (51).
Beberapa teori tentang proses menua yang dapat diterima saat ini antara
lain adalah teori radikal bebas, teori glikosilasi dan teori “DNA repair”(50).
Namun teori proses menua yang akan diuraikan disini hanya teori yang inti saja
dan cukup banyak penganutnya. Mekanisme penuaan berdasarkan masing-masing
teori adalah sebagai berikut :
1). Teori radikal bebas
Radikal bebas adalah molekul atau bagian molekul yang tidak lagi utuh
karena sebagian telah pecah atau melepaskan diri. Bagian yang melepaskan diri
ini akan melekat pada molekul lain dan merusak atau mengubah struktur dan
fungsi molekul yang bersangkutan (51).
Setaiti (2014), juga menjelaskan bahwa teori ini menyebutkan bahwa
produk hasil metabolisme oksidatif yang sangat reaktif yaitu radikal bebas dapat
40
bereaksi dengan berbagai 9 komponen penting sel, termasuk protein, DNA dan
lipid yang akan mengakibatkan komponen sel tersebut menjadi molekul-molekul
yang tidak berfungsi namun dapat bertahan lama dan menggangu fungsi sel
lainnya. Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak
berpasangan yang tebentuk sebagai hasil sampingan berbagai proses selular.
Sebagai contoh adalah ROS (Reactive Oxygen Spesies) dan RNS (Reactive
Nitrogen Species) yang dihasilkan selama metabolisme normal. Karena
elektronnya tidak berpasangan, secara kimiawi radikal bebas akan mencari
pasangan elektronnya dengan bereaksi dengan substansi lain terutama protein dan
lemak tidak jenuh (50).
Melalui proses oksidasi, radikal bebas yang dihasilkan selama fosforilasi
oksidatif dapat menghasilkan berbagai modifikasi makromolekul. Sebagai contoh,
membran sel mengandung sejumlah lemak, ia dapat bereaksi dengan radikal bebas
sehingga membran sel mengalami perubahan. Akibat perubahan tersebut,
membran sel menjadi lebih permeabel terhadap substansi dan memungkinkan
substansi tersebut melewati membran secara bebas. Struktur di dalam sel seperti
mitokondria dan lisosom juga diselimuti oleh lemak sehingga mudah dirusak oleh
radikal bebas. DNA juga dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga
menyebabkan mutasi kromosom dan merusak genetik normal dari sel. Jadi dapat
disimpulkan bahwa teori radikal bebas merupakan akumulasi radikal bebas secara
bertahap seiring dengan berjalannya waktu yang terjadi di dalam sel dan apabila
kadarnya melebihi batas ambang konsentrasinya, maka mereka mungkin
berkontribusi pada perubahan-perubahan yang terkait dengan penuaan.
41
2) Teori “Genetic Clock”
Teori ini mengungkapkan bahwa menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies-spesies tertentu. Setiap spesies mempunyai inti sel yang memiliki
jam genetik yang telah diputar menurut sutau replikasi tertentu. Jam ini akan
mengatur mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Menurut
konsep ini, bila jam telah berhenti, maka spesies tersebut akan meninggal meski
tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Walaupun secara
teoritis, jam ini dapat diputar ulang kembali meski hanya untuk beberapa waktu
dengan syarat terdapat pengaruh-pengaruuh dari luar berupa peningkatan 10
kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obatan atau dengan tindakan-
tindakan tertentu. Teori telomere merupakan perkembangan dari teori genetic
clock, menjelaskan bahwa setiap mitosis sel bagian telomere DNA akan
memendek, dengan semakin pendeknya telomere ini maka kemampuan sel untuk
membelah menjadi terbatas dan pada akhirnya berhenti (47).
3) Teori Imunitas
Teori ini menggambarkan tentang menurunnya imunitas tubuh yang
berhubungan dengan proses penuaan. Semakin menua seseorang, maka semakin
banyak pula sel yang telah mengalami mutasi berulang sehingga menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh untuk mengenali dirinya sendiri.
Mutasi ini menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel yang
menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang telah mengalami mutasi
tersebut sebagai benda asing dan kemudian menghancurkannya. Sudah terdapat
banyak bukti bahwa terjadi peningkatan prevalensi auto-antibodi pada orang
42
lanjut usia. Di sisi lain, sistem imun sendiri mengalami penurunan pertahanan
tubuh, sehingga daya serangnya terhadap sel kanker juga menjadi menurun yang
mengakibatkan sel kanker membelah dengan leluasa (47).
2.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hipertensi
2.5.1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Menurut Notoatmodjo (2014), perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku juga dapat diartikan
sebagai suatu usaha tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dipelajari
(10).
Berbagai teori dan model perilaku kesehatan yang saat ini menonjol di
bidang promosi dan komunikasi kesehatan, salah satunya adalah Model
Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model). Menurut model kepercayaan
kesehatan (Becker, 1974, 1979), perilaku ditentukan apakah seseorang : (1)
percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu; (2)
menganggap masalah ini serius; (3) menyakini efektivitas tujuan pengobatan dan
pencegahan; (4) tidak mahal; dan (5) menerima anjuran untuk mengambil
tindakan kesehatan.
Health Belief Model merupakan teori yang digunakan untuk
mengidentifikasikan faktor-faktor yang memengaruhi preventive health belief
(perilaku kesehatan pencegahan) seperti pemeriksaan berkala (Rosentock &
Kirsht, 1979 cit Gochman, 1988). Komponen kunci dari teori ini adalah (1)
perceived susceptibility (persepsi akan kerentanan), (2) perceived severity
(persepsi akan keparahan suatu penyakit), (3) perceived benefit (persepsi akan
43
manfaat), (4) perceived barriers (persepsi hambatan suatu perilaku pencegahan),
(5) cues to action (isyarat untuk bertindak), (6) faktor lainnya seperti sosial,
dukungan suami/keluarga, kepercayaan.
Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni:
4. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) terdiri dari pendidikan, kondisi
ekonomi, pengetahuan, sikap dan budaya.
5. Faktor Pendukung (Enabling Factors), terdiri dari ketersediaan sumber daya
kesehatan dan keterjangkauan sumber daya kesehatan.
6. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors), terdiri dari dukungan
keluarga/suami dan dukungan tenaga kesehatan (10).
Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) terdiri dari:
1) Pendidikan
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola pengambilan
keputusan dan menerima informasi dari pada seseorang yang berpendidikan
rendah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya suatu hal (10).
2) Kondisi ekonomi
Kemiskinan menjadikan masyarakat relatif tidak memiliki akses dan
bersifat pasif dalam berpartisipasi untuk meningkatkan kualitas diri dan
keluarganya. Pada gilirannya, kemiskinan akan semakin memperburuk keadaan
sosial ekonomi keluarga miskin tersebut.
44
3) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan
domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Tindakan seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
tindakan yang tidak didasari oleh pengetahuan.
WHO dalam Notoatmodjo (2014), yang menyebabkan seseorang
berperilaku karena adanya 4 alasan pokok yaitu pemikiran dan perasaan, acuan
atau referensi dari seseorang, sumber daya dan sosio budaya. Bentuk dari
pemikiran dan perasaan salah satunya adalah pengetahuan. Seseorang akan
berperilaku didasarkan beberapa pertimbangan yang diperoleh dari tingkat
pengetahuannya (10).
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif menurut Taksonomi
Bloom yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl, mempunyai enam tingkatan
yakni mengingat (remember), memahami/ mengerti (understand), menerapkan
(analyze), mengevaluasi (evaluate) dan menciptakan (create): (10)
a) Mengingat (remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari
memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan
maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang
berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini
dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih
45
kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil
kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan
masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal
lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling)
adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara
cepat dan tepat.
b) Memahami/ mengerti (understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari
berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/
mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan
membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika
seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota
dari kategori pengetahuan tertentu.
Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik
kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan
merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih
obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan
dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang
diperbandingkan.
c) Menerapkan (Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi
46
pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi
kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).
Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa
menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar
yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-
benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian
berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi
siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan
tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan.
d) Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan
dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan
tersebut dapat menimbulkan permasalahan.
e) Mengevaluasi (Evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Evaluasi
meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek
mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau
kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses
47
berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan
mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik.
Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan
pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan
berpikir kritis.
f) Menciptakan (Create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara
bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan
untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa
unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Perbedaan
menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada
dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis dalam
bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada
menciptakan yaitu bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ingin diukur dapat
disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas (10).
4) Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon
individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap sebagai
organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual
48
dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu (10). Sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak pada suatu objek (52).
Menurut Notoatmodjo, 2014, sikap terdiri atas tiga komponen pokok,
yakni: (10)
a) Aspek kognitif (keyakinan), komponen ini berisikan apa yang diperkirakan
dan apa yang diyakini orang tentang objek sikap. Aspek keyakinan yang
positif akan menumbuhkan sikap negatif terhadap objek sikap.
b) Aspek afektif (perasaan), perasaan senang atau tidak senang adalah
komponen yang sangat penting dalam penentuan sikap. Beberapa ahli
bahkan mengatakan bahwa sikap itu semata-mata refleks dari perasaan
senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Tumbuhnya rasa senang atau
tidak senang ini ditentukan oleh keyakinan seseorang tentang objek sikap.
c) Aspek konatif (kecenderungan perilaku), bila orang sudah menyenangi
suatu objek, maka ada kecenderungan akan mendekati objek tertentu.
Sebaliknya bila orang tidak menyenangi objek itu kecenderungan untuk
menjauhi objek itu semakin besar.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan, yakni: (52)
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
49
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima
ide tersebut.
c) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang
mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu,
atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa sidik jari laten
ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
d) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Sifat sikap ada dua macam, dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat
negatif: (52)
(a) Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu.
(b) Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
50
5) Budaya
Dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan
jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan
pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki keasadaran yang lebih dalam
pengunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya.
Pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara professional dengan memperhatikan nilai-nilai hukum, etika,
keyakinan, agama dan tradisi yang ada di masyarakat. Hal ini karena pengaruh
nilai – nilai yang ada di masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai
hasil oleh pikirannya terhadap budaya dan pendidikan akan mempengaruhi
pemahamannya tentang materi yang dikonselingkan.
2.5.2. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol
1) Umur
Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia
hingga dewasa. Pada lansia, arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap
tekanan darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan
diastolik juga meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara
fleksibel (53).
Tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kelompok
usia 25-34 tahun memiliki risiko hipertensi 1,56 kali lebih besar dibandingkan
usia 18-24 tahun (). Tekanan darah meningkat sesuai umur, dimulai dari sejak
umur 40 tahun. Seiring bertambahnya usia pembuluh darah akan lebih kaku
sehingga kehilangan kelenturannya (27).
51
2) Genetis
Beberapa faktor risiko hipertensi di antaranya adalah genetik. Studi
epidemiologi menyebutkan 20-60% hipertensi esensial adalah diturunkan. Hal ini
berkaitan dengan kelainan gen produksi angiotensinogen. Kemungkinan yang jauh
lebih besar adalah bahwa hipertensi esensial merupakan kelainan yang bersifat
heterogen dan multifaktor. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kombinasi efek
mutasi atau polimorfisme pada beberapa lokus gen.
3) Jenis Kelamin
Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun
pada pertengahan dan lebih tua, insidens pada wanita mulai meningkat, sehingga
pada usia di 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi. Wanita umumnya
memiliki tekanan darah lebih rendah daripada pria yang berusia sama, hal ini lebih
cenderung akibat variasi hormon. Setelah menopouse, wanita umumnya memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi (53).
4) Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang
berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit hitam.
Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 atau lebih 3,3 kali lebih
tinggi daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali wanita putih.
2.5.3. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol
1) Merokok
Rokok akan menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung,
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, peningkatan penggumpalan
52
darah, dan kerusakan endotel pembuluh darah. Asap rokok menginduksi
kekakuan arterial, dan memiliki kemungkinan besar untuk memicu
hipertensi. Efek merugikan dari merokok disebabkan karena kehadiran
beberapa senyawa dalam tembakau termasuk nikotin. Tekanan sistolik
meningkat pada orang-orang yang merokok setelah merokok 1 batang, yang
rata-rata peningkatan tekanan sistoliknya hingga mencapai 6 mmHg (54).
2) Obesitas
Obesitas adalah faktor risiko untuk peningkatan tekanan darah dan profil
lipid yang tidak menguntungkan (penurunan kadar HDL-kolesterol dan
peningkatan kadar LDL-kolesterol serta trigliserida) yang selanjutnya
merupakan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular (54).
3) Alkohol
Dasar mekanisme patofisiolgi hubungan antara konsumsi alkohol dengan
hipertensi adalah alkohol mampu menstimulasi sistem saraf simpatetik dan
sistem renin-angiotensin-aldosteron (54).
4) Asupan natrium
Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang
mengakibatkan peningkatan volume darah (41). Hal ini disebabkan
peningkatan asupan natrium mempengaruhi keaktifan mekanisme hormon
renin-angiotensin sehingga produksinya menjadi berlebih yang selanjutnya
menaikkan volume darah. Peningkatan volume darah akan menyebabkan
tekanan darah naik. Menurut WHO, anjuran asupan natrium dalam makanan
sehari-hari adalah ≤ 2000 mg (48).
53
5) Asupan kalium
Kalium menjaga keseimbangan antara konsentrasi cairan intraseluler dengan
ekstraseluler. Asupan tinggi kalium membantu untuk menjaga
keseimbangan cairan dan menurunkan tekanan darah. Efek asupan kalium
pada tekanan darah termasuk menurunkan tahanan periferal, peningkatan
ekskresi air dan natrium dari tubuh, serta menekan sekresi renin dan
angiotensin. Menurut WHO, anjuran asupan kalium dalam makanan sehari-
hari adalah ≥ 3510 mg (48).
6) Latihan Fisik
Latihan fisik menguntungkan untuk regulasi tekanan darah. Latihan fisik
akan memperbaiki sistem kerja jantung, mengurangi keluhan nyeri
dada/angina pektoris, melebarkan pembuluh darah, dan mencegah
timbulnya penggumpalan darah. Latihan fisik, terutama bila disertai
penurunan berat badan, menurunkan tekanan darah dengan menurunkan
kecepatan denyut jantung istirahat dan mungkin Total Perpheral
Resistance/TPR. Latihan fisik yang dianjurkan adalah 30 menit selama 3-4
hari dalam seminggu.
7) Stress
Stimulasi sistem saraf simpatis meningkatkan curah jantung dan
vasokonstriksi arteriol, sehingga meningkatkan tekanan darah (53).
2.6. Landasan Teori
Landasan teori yang diambil adalah teori Lawrence Green (1980), yaitu
faktor predisposisi adalah pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap (variabel
54
demografik tertentu), faktor pendukung adalah ketersediaan sumber daya
kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, prioritas dan komitmen
masyarakat/ pemerintah, keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan, faktor
pendorong adalah keluarga, teman sebaya, petugas kesehatan, dapat memengaruhi
perilaku kesehatan (10).
Hipertensi juga dipengaruhi dua faktor risiko yaitu faktor risiko yang tidak
dapat dikontrol dan faktor risiko yang dapat dikontrol. Menurut Widyanto dan
Tribowo (2013), menganalisa faktor risiko kejadian hipertensi dipengaruhi oleh 2
faktor pokok yaitu (41):
1. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol :
(1) Umur
(2) Jenis Kelamin
(3) Keturunan
(4) Ras
2. Faktor risiko yang dapat dikontrol
(1) Olah raga/ aktivitas fisik
(2) Merokok
(3) Alkohol
(4) Obesitas
(5) Hiperlipidemia
(6) Istirahat
(7) Stress
(8) Konsumsi garam
55
(9) Asupan natrium
(10) Asupan kalium
56
Uraian di atas dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini.
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Modifikasi Teori Green dan Teori Widyanto dan Tribowo
Faktor Risiko yang tidak dapat dikontrol
Umur Jenis Kelamin Keturunan Ras
Hipertensi
Faktor Risiko yang dapat dikontrol
Olah raga/ altivitas fisik
Merokok Alkohol Obesitas Hiperlipidemia Istirahat Stress Konsumsi Garam
Asupan natrium
Asupan kalium
Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Keyakinan, nilai, sikap
(variabel demografik tertentu)
Faktor Pendorong 1. Keluarga 2. Teman sebaya 3. Petugas kesehatan
Faktor Pendukung 1. Sumber daya kesehatan 2. Prioritas dan komitmen
masyarakat/pemerintah 3. Keterampilan yang
berkaitan dengan kesehatan
57
2.7. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan
variabel independen. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat dari
gambar berikut:
Variabel Bebas (Independen) Variabel Terikat (Dependen)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
2.8. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1) Ada pengaruh pendidikan terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia
(Lansia).
2) Ada pengaruh pekerjaan terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia
(Lansia).
Kejadian Hipertensi
Faktor Predisposisi: 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Pengetahuan 4. Sikap
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol: 1. Jenis Kelamin 2. Ras
Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol: 1. Nutrisi 2. Merokok 3. Kebiasaan Memakai Napza
58
3) Ada pengaruh pengetahuan terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia
(Lansia)
4) Ada pengaruh sikap terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia
(Lansia).
5) Ada pengaruh jenis kelamin terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia
(Lansia).
6) Ada pengaruh ras terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia (Lansia).
7) Ada pengaruh nutrisi terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia
(Lansia).
8) Ada pengaruh merokok terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia
(Lansia).
9) Ada pengaruh kebiasaan memakai napza terhadap Kejadian Hipertensi pada
Lanjut Usia (Lansia).
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain dan Jenis Penelitian
Penelitian ini direncanakan menggunakan kombinasi metode kuantitatif
dan kualitatif (mixed method) dengan pendekatan triangulasi konkuren.
Triangulasi konkuren adalah metode penelitian kombinasi yang menerapkan
metode kuantitatif dan kualitatif secara terpisah untuk menutupi/menyeimbangkan
kelemahan-kelemahan satu metode dengan kekuatan metode yang lain (atau
sebaliknya kekuatan satu metode menambah kekuatan metode yang lain) (55).
Dalam pendekatan triangulasi konkuren ini peneliti mengumpulkan data
kualitatif dan kuantitatif secara konkuren (dalam satu waktu), kemudian
membandingkan dua database ini untuk mengetahui apakah ada konvergensi,
perbedaan-perbedaan atau beberapa kombinasi (56).
Penelitian ditujukan kepada pasien hipertensi Lanjut Usia (Lansia) di Poli
Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen dengan menerapkan metode
kuantitatif dan kuallitatif secara bersamaan dalam satu tahap penelitian dimana
metode kuantitatif tersebut menggunakan penelitian jenis analitik observasional
dengan menggunakan pendekatan case control, yaitu membandingkan antara
kelompok kasus dengan kelompok kontrol berdasarkan status terpaparnya dengan
menggunakan pendekatan retrospektif dimana efek diidentifikasi pada saat ini
kemudian faktor risiko diidentifikasi terjadinya pada waktu yang lalu yaitu dengan
menganalisis para lansia yang menderita hipertensi. Faktor yang dapat diukur dan
60
dibandingkan adalah pengalaman terpajan (eksposur) oleh faktor yang diduga
sebagai penyebab timbulnya penyakit (57).
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Case Control
Dikutip dari: Susila, 2013 (57).
3.2. Lokasi dan Waktu penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Fauziah Bireuen Kabupaten Bireuen.
Alasan peneliti mengambil di Rumah Sakit dr. Fauziah Bireuen Kabupaten
Bireuen menjadi lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan karena diketahui
masih tingginya kejadian hipertensi .
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018 sampai dengan
bulan Juli 2019, dimulai dari survei awal, pengumpulan data, analisis data,
penyusunan laporan sampai dengan seminar akhir.
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
Kejadian hipertensi Retrospektif
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
Tidak terjadi hipertensi
Retrospektif
61
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia berumur >50 tahun
yang menderita hipertensi yang berkunjung ke Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit
dr. Fauziah Bireuen Kabupaten Bireuen sebanyak 106 orang.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian obyek yang diambil saat penelitian dari
keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi (55). Teknik
pengambilan sampel dilakukan berbeda untuk penelitian kuantitaif dan kualitatif.
1. Sampel Penelitian Kuantitatif
Sampel dalam peneltian kuantitatif ini adalah sebagian obyek yang diambil
saat penelitian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili
populasi. Menentukan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus
Slovin:
n = )(1 2dN
N
+
Ket: N = Besar Populasi n = Besar sampel d = Presesi atau derajat kepercayaan yaitu (10%) (55).
n = )(1 2dN
N
+
= )1,0(1061
1062
+
= )01,0(1061
106
+
62
= 06,11
106
+
= 06,2
106
= 51,45 = 52 responden
Berdasarkan rumus di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 52 orang.
Sampel control adalah lansia yang menderita hipertensi dan sampel kelompok
case adalah lansia yang bukan penderita hipertensi yang berkunjung ke poli
penyakit dalam Rumah Sakit dr. Fauziah Bireuen Kabupaten Bireuen jumlah
sampel di masing-masing kelompok case dan control sebanyak 52 orang sehingga
keseluruhan sampel sebanyak 104 orang yang dapat di-matching-kan dengan
usia. Teknik pengambilan sampel menggunakan sistem accidental sampling yaitu
pengambilan sampel yang kebetulan ada atau tersedia sampai diperoleh sampel
masing-masing sebanyak 52 responden untuk kelompok case dan kelompok
control, sehingga sampel yang diambil adalah seluruh pasien hipertensi yang ada
ketika peneliti ada di tempat tersebut dengan kriteria inklusi yaitu pasien lansia
yang berumur ≥50 tahun.
2. Sampel Penelitian Kualitatif
Penentuan sampel sebagai subyek dalam penelitian ini menggunakan
teknik studi kasus, yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya (58). Subyek dipilih berdasarkan kasus yang diteliti yaitu
pengaruh faktor predisposisi, factor risiko yang dapat dikontrol dan tidak dapat
dikontrol terhadap kejadian hipertensi pada lansia.
63
Informan sebagai sumber data kualitatif yang utama disamping data-data
lain yang diperoleh dari hasil studi pustaka, sehingga informan merupakan salah
satu sumber data yang penting dalam penelitian ini. Penentuan sumber data pada
orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan
pertimbangan dan tujuan tertentu (58). Maksud teknik pengambilan purposive ini
adalah dengan peneliti mengambil sumber data dari beberapa orang yang
dianggap mempunyai informasi yang relevan dengan fokus penelitian.
Peneliti menyimpulkan, bahwa informan merupakan orang yang akan
memberikan informasi tentang data yang diinginkan oleh peneliti. Pemilihan
sampel sebagai informan pada penelitian ini berdasarkan prinsip kesesuaian
(appropriateness). Kesesuaian adalah sampel dipilih berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki yang berkaitan dengan topik penelitian. Berdasarkan prinsip
tersebut diatas, maka yang dipilih menjadi informan yang terlibat langsung
maupun tidak langsung dalam kejadian hipertensi pada lanjut usia (Lansia) di Poli
Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen sebanyak 5 orang yaitu : 3 (tiga)
orang pasien hipertensi yang > 50 tahun, 1 (satu) orang perawat di Poli Penyakit
Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen dan 1 (satu) orang dokter penanggung jawab
Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen. Wawancara mendalam
dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan pada panduan wawancara
mendalam dan hasilnya dicatat atau direkam dengan menggunakan recording
handphone. Analisis komponen hasil penelitian dengan pendekatan analisis isi
(content analysis) yaitu membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori yang
ada dikepustakaan.
64
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Jenis Data
1) Data primer merupakan data karakteristik responden (jenis kelamin,
pendidikan, ras dan pekerjaan), pengetahuan, sikap, nutrisi, merokok dan
kebiasan memakai napza.
2) Data sekunder meliputi deskriptif di lokasi penelitian
3) Data tertier adalah data riset yang dipublikasikan secara resmi seperti jurnal
dan laporan penelitian.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
1) Data Primer
Data Primer dikumpulkan dari jawaban subyek atas pertanyaan yang
diberikan peneliti yang diperoleh dari variabel jenis kelamin, pendidikan,
ras dan pekerjaan, pengetahuan, sikap, nutrisi, merokok, kebiasan memakai
napza dan kejadian hipertensi yang akan diteliti yaitu dengan kuesioner.
2) Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan peneliti secara tidak langsung berdasarkan data
deskriptif di lokasi penelitian yaitu data dari Poli Penyakit Dalam Rumah
Sakit dr. Fauziah Bireuen Kabupaten Bireuen.
3) Data Tertier
Data tertier dikumpulkan melalui hasil penelitian terdahulu, tesis baik dari
internet maupun perpustakaan yang bisa digunakan untuk mendukung
pembahasan.
65
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
1) Validitas
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur. Alat pengukur dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk
mengetahui apakah kuesioner yang disusun mampu mengukur yang ingin diukur
(Valid), maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap item
pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Apabila terdapat konsistensi
antara komponen-komponen konstruk yang satu dengan yang lainnya, maka
konstruk tersebut memiliki validitas. Kuesioner diberikan kepada 20 sampel. Uji
validitas akan dilaksanakan 20 orang pasien yang berkunjung di Rumah Sakit
Avicenna Bireuen Jalan Laksamana Malahayati Desa Lhok Awe Teungoh, Kota
Juang, Kabupaten Bireuen, Aceh.
Langkah-langkah dalam melakukan uji validitas adalah: (55)
1) Mengidentifikasi secara operasional konsep yang akan diukur.
2) Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden.
3) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
4) Menghitung korelasi antara tiap pernyataan dengan skor total dengan
menggunakan rumus teknik korelasi product moment.
Membuat kriteria hasil uji validitas melalui rumus Korelasi Product Moment yaitu
apabila r-hitung > r-tabel maka pertanyaan dikatakan valid dan sebaliknya apabila
r-hitung < r- table maka pertanyaan dikatakan tidak valid.
66
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel
pengetahuan dinyatakan valid karena mempunyai nilai r-hitung lebih besar
dibandingkan r-tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan
No. Variabel r-hitung r-tabel Ket
1. Pengetahuan 1 0,536 0,444 Valid 2. Pengetahuan 2 0,754 0,444 Valid 3. Pengetahuan 3 0,681 0,444 Valid 4. Pengetahuan 4 0,754 0,444 Valid 5. Pengetahuan 5 0,836 0,444 Valid 6. Pengetahuan 6 0,754 0,444 Valid 7. Pengetahuan 7 0,793 0,444 Valid 8. Pengetahuan 8 0,467 0,444 Valid 9. Pengetahuan 9 0,653 0,444 Valid 10. Pengetahuan 10 0,448 0,444 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel sikap
dinyatakan valid karena mempunyai nilai r-hitung lebih besar dibandingkan r-
tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Sikap
No. Variabel r-hitung r-tabel Ket
1. Sikap 1 0,504 0,444 Valid 2. Sikap 2 0,786 0,444 Valid 3. Sikap 3 0,868 0,444 Valid 4. Sikap 4 0,674 0,444 Valid 5. Sikap 5 0,701 0,444 Valid 6. Sikap 6 0,680 0,444 Valid 7. Sikap 7 0,819 0,444 Valid 8. Sikap 8 0,759 0,444 Valid 9. Sikap 9 0,792 0,444 Valid 10. Sikap 10 0,873 0,444 Valid
67
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa seluruh butir soal variabel NAPZA
dinyatakan valid karena mempunyai nilai r-hitung lebih besar dibandingkan r-
tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,444
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Napza
No. Variabel r-hitung r-tabel Ket
1. Kebiasaan memakai Napza 1 0,801 0,444 Valid 2. Kebiasaan memakai Napza 2 0,848 0,444 Valid 3. Kebiasaan memakai Napza 3 0,801 0,444 Valid 4. Kebiasaan memakai Napza 4 0,648 0,444 Valid 5. Kebiasaan memakai Napza 5 0,848 0,444 Valid 6. Kebiasaan memakai Napza 6 0,763 0,444 Valid 7. Kebiasaan memakai Napza 7 0,588 0,444 Valid 8. Kebiasaan memakai Napza 8 0,676 0,444 Valid 9. Kebiasaan memakai Napza 9 0,801 0,444 Valid 10. Kebiasaan memakai Napza 10 0,567 0,444 Valid
2) Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur
dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain,
reliabilitas menunjukkan kosistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala
yang sama. Untuk mengetahui reliabitas suatu pertanyaan yaitu dengan
membandingkan nilai r-hasil (alpha Crobanch) dengan r-tabel = 0,60, dimana
kriterianya yaitu apabila r-hasil > r-tabel maka pertanyaan dikatakan reliabel dan
sebalikya apabila r-hasil < r- table maka pertanyaan dikatakan tidak reliabel.
68
Uji reliabilitas akan dilaksanakan terhadap 20 orang pasien di Rumah
Sakit Avicenna Bireuen Jalan Laksamana Malahayati Desa Lhok Awe Teungoh,
Kota Juang, Kabupaten Bireuen, Aceh.
Hasil uji reliabilitas variabel pengetahuan, sikap, dan Napza menunjukkan
bahwa ketiga variabel memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan batas
ketentuan nilai r-tabel yaitu 0,60. Untuk variabel pengetahuan diperoleh nilai
sebesar 0,975, variabel sikap diperoleh nilai sebesar 0,909, dan variabel Napza
diperoleh nilai sebesar 0,903. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan, Sikap, dan Napza
No. Variabel Nilai-r-hitung r-tabel Ket
1. Pengetahuan 0,846 0,60 Reliabel 2. Sikap 0,909 0,60 Reliabel 3. Kebiasaan memakai Napza 0,903 0,60 Reliabel
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2
variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) (55).
1. Variabel bebas (independen)
Variabel bebas (independen) adalah variabel yang sering disebut sebagai
variabel stimulus, preditor dan antesenden. Variabel ini mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat
(dependen). Variabel independen dalam penelitian ini adalah jenis kelamin,
69
pendidikan, ras dan pekerjaan, pengetahuan, sikap, nutrisi, merokok dan
kebiasan memakai napza.
2. Variabel terikat (dependen)
Variabel terikat (dependen) sering disebut sebagai variabel output, kriteria
dan konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kejadian hipertensi.
3.5.2 Definisi Operasional
a. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah
ditamatkan responden.
b. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden baik di rumah ataupun
di luar rumah dengan tujuan untuk menghasilkan uang ataupun barang
untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
c. Pengetahuan adalah pemahaman responden tentang hipertensi, pencegahan
dan akibatnya.
d. Sikap adalah kecenderungan responden untuk melakukan gaya hiudp sehat
untuk menghindari kejadian hipertensi dan penanganan untuk menghindari
hipertensi yang lebih parah.
e. Jenis Kelamin adalah karakteristik biologis yang dilihat dari penampilan
luar.
f. Ras adalah etnis yang melekat pada diri respnden yang diketegorikan
berdasarkan suku.
70
g. Nutrisi adalah zat yang terkandung di dalam makanan yang dibutuhkan
makhluk hidup untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
h. Merokok adalah salah satu produk tembakau yang dimasukan untuk
dibakar, dihisap atau dihirup.
i. Kebiasaan memakai napza adalah penggunaan napza secara rutin untuk
tujuan tertentu
j. Kejadian hipertensi adalah kondisi pasien mengalami hipertensi atau tidak.
3.6 Metode Pengukuran
Variabel penelitian, alat ukur penelitian, jumlah indikator, hasil ukur, dan
skala ukur untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran
No. Nama
Variabel
Jumlah
Soal
Cara dan alat
ukur Kategori
Value Jenis
Skala
Ukur
1. Pendidikan 1 Membagi pendidikan dengan kategori tamatan
Dasar (SD, SMP) Tinggi (SMA, D3/ S1)
1 2
Ordinal
2. Pekerjaan 1 Membagi pekerjaan berdasarkan kegiatan rutinitas
Bekerja Tidak bekerja
2 1
Ordinal
3. Pengetahuan 10 Menghitung skor pengetahuan (skor max = 10)
skor >50% (6-10)
skor ≤50%(0-5)
Baik (2) Kurang (1)
Ordinal
4 Sikap 10 Menghitung skor pengetahuan (skor max = 40)
skor >50% (26-40)
skor ≤50%(10-25)
Positif (2) Negatif (1)
Ordinal
5. Jenis Kelamin 1 Membagi jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
1 2
Nominal
71
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No. Nama
Variabel
Jumlah
Soal
Cara dan alat
ukur Kategori
Value Jenis
Skala
Ukur
6. Ras 1 Membagi ras dengan kategori berdasarkan suku
Aceh Cina Batak Jawa Padang Suku lainnya
1 2 3 4 5 6
Nominal
7. Nutrisi 22 Menghitung skor nutrisi (skor max = 22)
skor >50% (12-22)
skor ≤50%(0-11)
Berisiko (2)
Tidak berisiko (1)
Ordinal
8. Kebiasaan memakai napza
10 Menghitung skor pemakaian nafza (skor max = 10)
skor >50% (6-10)
skor ≤50%(0-5)
Berisiko (2)
Tidak berisiko (1)
Ordinal
9. Merokok 2 Wawancara dengan kuesioner
Merokok Tidak merokok
1 2
Ordinal
10. Kejadian hipertensi
1 Mengukur tekanan darah pasien dari hasil tekanan sistolik dan diastolik dalam mmHg.
Hipertensi Tidak hipertensi
1 2
Ordinal
3.7 Metode Pengolahan Data
Menurut Muhammad, data yang terkumpul diolah dengan cara
komputerisasi dengan langkah sebagai berikut: (59)
1) Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket maupun observasi
2) Checking
72
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar
observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan
data memberikan hasil yang valid dan reliabel dan terhindar dari bias.
3) Coding
Pada langkah ini dilakukan pemberian kode pada vaiabel-variabel yang
diteliti, misalnya nama responden dirubah menjadi nomor 1,2,3, ...
4) Entering
Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam aplikasi
SPSS.
5) Data Processing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai
dengan kebutuhan dari penelitian.
3.8. Analisis Data
3.8.1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel yaitu pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, jenis
kelamin, ras, nutrisi, kebiasaan memakai napza, merokok dan kejadian hipertensi.
3.8.2. Analisis Bivariat
Tujuan analisis ini untuk menjelaskan hubungan antara variabel
independen yang diduga kuat mempunyai hubungan bermakna dengan variabel
dependen. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square pada
taraf kepercayaan 95% yaitu untuk menganalisis hubungan antara variabel
73
independen (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, jenis kelamin, ras, nutrisi,
kebiasaan memakai napza, merokok) terhadap variabel dependen yaitu kejadian
hipertensi. Jika hasil analisis tersebut terdapat hubungan yang signifikan dengan
nilai α<0,05, dan atau α<0,2 (56).
3.8.3. Analisis Multivariat
Analisa multivariat bertujuan untuk analisis lanjutan dari analisis bivariat
yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi variabel independen yang mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen dengan ketentuan jika nilai probabilitas
variabel pada analisis bivariat ≤0,25 dan variabel dependen dikotomi (dua
kategori). Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik dengan persamaan
logitnya yaitu: (56)
Keterangan : P = Probabilitas untuk kejadian variabel dependen b0, b1, ....bn = Koefisien regresi X1, X2, ...Xn = Variabel independen e = Konstanta.
3.8.4. Metode Analisis Kualitatif
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Bilken dalam Moleong
(2014) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (58).
1
P =
1 + e -(b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + bnXn)
74
Pada penelitian kualitatif ini data yang diperoleh dilapangan dianalisis
menggunakan model Miles dan Huberman. Pada model analisis data ini meliputi
pengolahan data dengan tahapan data reduction, data display, dan conclusion or
verification.
1) Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola sehingga akan
memberikan gambaran jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2) Data display (penyajian data)
Penyajian data akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam
kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan
hubungan antar kategori.
3) Conclusion or verification (kesimpulan atau verifikasi data)
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas dan dapat berhubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau
teori. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
75
didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Ketiga komponen tersebut saling interaktif yaitu saling memengaruhi dan
saling terkait satu sama lain. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di
lapangan dengan mengadakan observasi yang disebut dengan tahap pengumpulan
data. Karena data yang terkumpul banyak maka perlu dilakukan tahap reduksi
data untuk merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan pada hal yang penting,
mencari tema, dan polanya. Setelah direduksi kemudian diadakan penyajian data
dengan teks yang bersifat naratif. Apabila kedua tahap tersebut telah selesai
dilakukan, maka diambil suatu keputusan atau verifikasi.
4) Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu”. Denzin dalam Lexy J. Moleong,
membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (58).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan
data triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan metode. Menurut Patton
dalam Lexy J. Moleong, triangulasi dengan sumber “berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif”. Sedangkan triangulasi
dengan metode menurut Patton dalam Lexy J. Moleong, terdapat dua strategi,
yaitu (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
76
teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa
sumber data dengan metode yang sama (58).
Dengan teknik triangulasi dengan sumber, peneliti membandingkan hasil
wawancara yang diperoleh dari masing-masing sumber atau informan penelitian
sebagai pembanding untuk mengecek kebenaran informasi yang didapatkan.
Selain itu peneliti juga melakukan pengecekan derajat kepercayaan melalui teknik
triangulasi dengan metode, yaitu dengan melakukan pengecekan hasil penelitian
dengan teknik pengumpulan data yang berbeda yakni wawancara, observasi, dan
dokumentasi sehingga derajat kepercayaan data dapat valid (58).
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Umum Lokasi Penelitian
a. Nama Rumah Sakit : RSUD dr. Fauziah Bireuen
b. Nomor Kode Rumah Sakit : 1108063
c. Alamat Lengkap : Jalan Mayjen T. Hamzah Bendahara No. 13
d. Nomor Telpon : (0644) 21228
e. Jumlah Tempat Tidur Pasien : 213 TT
f. Kelas Rumah Sakit : B
g. Pemilik Rumah Sakit : Pemerintah Daerah Kabupaten Bireuen
h. Status Kelembagaan : Lembaga Tekhnis Daerah
i. Status Penggunaan : Non Pendidikan
j. Pola/Status Pengelolaan : Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK BLUD sejak 31 Desember 2009)
k. Luas Tanah/Bangunan : 25.461 m2 (2,5 Ha)/ 5.499 m
4.1.1. Keadaan Geografis
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen terletak di lokasi yang
sangat strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat serta alat transportasi
lancar dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan asrama kepolisian
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Jalan Mayjen T. Hamzah Bendahara
Sebelah Barat : berbatasan dengan Jalan Jakarta
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kantor Kodim dan Perumahan PT. KAI.
78
4.1.2. Keadaan Demografi
Rumah Sakit Umum Bireuen mulai dibangun sejak tahun 1929 (pada masa
Kolonial Belanda) di Kewedanaan Bireuen. Pada tanggal 1 Desember 1971 sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan RI bahwa setiap Kecamatan seluruh Indonesia
harus memiliki 1 (satu) Puskesmas Induk, maka berubah status menjadi
Puskesmas Jeumpa, yaitu pada masa kepemimpinan dr. Ali Yazir Hasibuan.
4.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Lansia yang berumur >50 tahun
yang menderita hipertensi dan yang tidak menderita hipertensi yang berkunjung
ke Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Penderita Hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
No. Karakteristik Kasus Kontrol
F % F %
Kelompok Umur (Tahun) 1. <56 tahun 23 44,2 14 26,9 2. 56 – 65 tahun 29 55,8 38 73,1 Total 52 100,0 52 100,0
Jenis Kelamin
1. Laki-laki 33 63,5 37 71,2 2. Perempuan 19 36,5 15 28,8 Total 52 100,0 52 100,0
Suku/Ras
1. Aceh 41 78,8 46 88,5 2. Cina 1 1,9 0 0,0 3. Batak 4 7,7 2 3,8 4. Jawa 4 7,7 3 5,8 5. Padang 2 3,8 1 1,9 Total 52 100,0 52 100,0
Pendidikan
1. Rendah 36 69,2 22 42,3 2. Tinggi 16 30,8 30 57,7 Total 52 100,0 52 100,0
79
Tabel 4.1 (Lanjutan)
No. Karakteristik Kasus Kontrol
F % F % Pekerjaan 1. Bekerja 29 55,8 37 71,2 2. Tidak Bekerja 23 44,2 15 28,8 Total 52 100,0 52 100,0
Berdasarkan hasil pengumpulan data tentang karakteristik pada sampel
kasus maupun kontrol pada kategori umur <56 tahun masing-masing sebanyak 23
orang (44,2%) dan 14 orang (26,9%) dan pada kategori umur 56-65 tahun masing-
masing sebanyak 29 orang (55,8%) dan 38 orang (73,1%). Responden
berdasarkan jenis kelamin pada sampel kasus maupun kontrol pada kategori laki-
laki masing-masing berjumlah 33 orang (63,5%) dan 37 orang (71,2%) dan pada
kategori perempuan masing-masing sebanyak 19 orang (36,5%) dan 15 orang
(28,8%).
Responden berdasarkan suku/ras pada sampel kasus dan sampel control
pada suku Aceh masing-masing sebanyak 41 orang (78,8%) dan 46 orang
(88,5%), Cina hanya sebanyak 1 orang (1,9%) pada sampel kasus, Batak masing-
masing sebanyak 4 orang (7,7%) dan 2 orang (3,8%), Jawa masing-masing
sebanyak 4 orang (7,7%) dan 3 orang (5,8%), dan suku Padang masing-masing
sebanyak 2 orang (3,8%) dan 1 orang (1,9%).
Responden berdasarkan pendidikan pada sampel kasus dan sampel kontrol,
kategori pendidikan tinggi masing-masing sebanyak 16 orang (30,8%) dan 30
orang (57,7%) dan kategori pendidikan rendah masing-masing sebanyak 36 orang
80
(69,2%) dan 22 orang (42,3%). Responden berdasarkan pekerjaan pada sampel
kasus dan sampel kontrol, responden yang bekerja masing-masing sebanyak 29
orang (55,8%) dan 37 orang (71,2%) dan yang tidak bekerja masing-masing
sebanyak 23 orang (44,2%) dan 15 orang (28,8%).
4.3. Analisis Univariat
4.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan terdiri atas 2 kategori yaitu baik dan kurang. Untuk
mendapatkan kategori tersebut maka diperlukan kuesioner sehingga dapat diberi
penilaian untuk 2 kategori tersebut
Hasil penelitian berdasarkan pengetahuan dapat dilihat dalam tabel 4.2
berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden di Poli
Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
No. Pengetahuan Kasus Kontrol
f % f %
1. Baik 11 21,2 35 67,3 2. Kurang 41 78,8 17 32,7 Total 52 100,0 52 100,0
Hasil pengukuran pengetahuan pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol, responden yang pengetahuannya baik masing-masing sebanyak 11 orang
(21,2%) dan 35 orang (67,3%) dan pengetahuannya kurang masing-masing
sebanyak 41 orang (78,8%) dan 17 orang (32,7%).
4.3.2. Sikap
81
Sikap terdiri atas 2 kategori yaitu positif dan negatif. Untuk mendapatkan
kategori tersebut maka diperlukan kuesioner sehingga dapat diberi penilaian untuk
2 kategori tersebut
Hasil penelitian berdasarkan sikap dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap di Poli Penyakit Dalam RS
dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
No. Sikap Kasus Kontrol
f % f %
1. Positif 13 25,0 36 69,2 2. Negatif 39 75,0 16 30,8 Total 52 100,0 52 100,0
Hasil pengukuran sikap pada kelompok kasus dan kelompok kontrol,
responden yang memiliki sikap positif masing-masing sebanyak 13 orang (25,0%)
dan 36 orang (69,2%) dan responden yang bersikap negatif masing-masing
sebanyak 39 orang (75,0%) dan 16 orang (30,8%).
4.3.3. Nutrisi
Nutrisi terdiri atas 2 kategori yaitu beresiko dan tidak beresiko. Untuk
mendapatkan kategori tersebut maka diperlukan kuesioner sehingga dapat diberi
penilaian untuk 2 kategori tersebut
Hasil penelitian berdasarkan nutrisi dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kategori Nutrisi di Poli Penyakit Dalam RS
dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
No. Nutrisi Kasus Kontrol
f % f %
1. Tidak Beresiko 7 13,5 39 75,0 2. Beresiko 45 86,5 13 25,0 Total 52 100,0 52 100,0
82
Hasil pengukuran nutrisi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol,
responden yang mengonsumsi nutrisi tidak berisiko masing-masing sebanyak 7
orang (13,5%) dan 39 orang (75,0%) dan responden yang mengonsumsi nutrisi
berisiko masing-masing sebanyak 45 orang (86,5%) dan 13 orang (25,0%).
4.3.4 Kebiasaan Memakai Napza
Kebiasaan memakai Napza terdiri atas 2 kategori yaitu beresiko dan tidak
beresiko. Untuk mendapatkan kategori tersebut maka diperlukan kuesioner
sehingga dapat diberi penilaian untuk 2 kategori tersebut.
Hasil penelitian berdasarkan kebiasaan memakai Napza dapat dilihat
dalam tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kategori Kebiasaan Memakai Napza di
Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
No. Kebiasaan Memakai
Napza
Kasus Kontrol
f % f %
1. Beresiko 16 30,8 30 57,7 2. Tidak Beresiko 36 69,2 33 42,3 Total 52 100,0 52 100,0
Hasil pengukuran kebiasaan memakai Napza pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol, responden yang beresiko masing-masing sebanyak 16 orang
(30,8%) dan 30 orang (57,7%) dan responden yang tidak beresiko masing-masing
sebanyak 36 orang (69,2%) dan 33 orang (42,3%).
4.3.5. Merokok
Merokok terdiri atas 2 kategori yaitu merokok dan tidak merokok. Untuk
mendapatkan kategori tersebut maka diperlukan kuesioner sehingga dapat diberi
penilaian untuk 2 kategori tersebut.
83
Hasil penelitian berdasarkan merokok dapat dilihat dalam tabel 4.6
berikut:
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kategori Merokok di Poli Penyakit Dalam
RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
No. Merokok Kasus Kontrol
f % f %
1. Merokok 37 71,2 12 23,1 2. Tidak Merokok 15 28,8 40 76,9 Total 52 100,0 52 100,0
Hasil pengukuran merokok pada kelompok kasus dan kelompok kontrol,
responden yang merokok masing-masing sebanyak 37 orang (71,2%) dan 12
orang (23,1%) dan responden yang tidak merokok masing-masing sebanyak 15
orang (28,8%) dan 40 orang (76,9%).
4.3.6. Kejadian Hipertensi
Hasil penelitian berdasarkan kejadian hipertensi dapat dilihat dalam tabel
4.7 berikut:
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kategori Kejadian Hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
No. Kejadian Hipertensi f %
1. Hipertensi 52 50,0 2. Tidak Hipertensi 52 50,0 Total 104 100,0
Hasil pengukuran kejadian hipertensi pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol, responden yang hipertensi dan tidak hipertensi masing-masing sebanyak
52 orang (50,0%).
4.4. Analisis Bivariat
84
Setelah dilakukan distribusi karakteristik masing–masing variabel maka
analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk
mengidentifikasi hubungan variabel independen (umur, jenis kelamin, suku/ras,
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, nutrisi, kebiasaan memakai napza, dan
merokok) dengan variabel dependen (kejadian hipertensi).
Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel
bebas dengan variabel terikat digunakan analisis Chi-square, pada batas
kemaknaan perhitungan statistik p-value (0,05). Apabila hasil perhitungan
menunjukkan nilai p<p-value (0,05), maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua
variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan. Kemudian untuk
menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara variabel terikat dengan variabel
bebas digunakan analisis tabulasi silang.
4.4.1. Hubungan Jenis Kelamin dengan dengan Kejadian Hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat dalam tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.8. Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian
Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun
2019
No. Jenis
Kelamin
Kejadian Hipertensi
Total p
valu
e
OR (95%
CI) Hipertensi
Tidak
Hipertensi
f % f % f %
1. Laki-laki 33 31,7 37 35,6 70 67,3 0,265
0,704 2. Perempuan 19 18,3 15 14,4 34 32,7 0,309-1,605 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
85
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 70 responden laki- laki yang
mengalami hipertensi sebanyak 33 orang (31,7%) dan yang tidak mengalami
hipertensi sebanyak 37 orang (35,6%). Dari 34 orang responden perempuan yang
mengalami hipertensi berat sebanyak 19 orang (18,3%) dan yang tidak mengalami
hipertensi sebanyak 15 orang (14,4%).
Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,265> 0,00. Hal ini berarti
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 0,704 ; 95%
CI 0,309 : 1,605. Dapat disimpulkan jenis kelamin, 0,704 kali perkiraan
kemungkinan dengan jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan
mengalami kejadian hipertensi.
4.4.2. Hubungan Suku/Ras dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan suku/ras dapat dilihat
dalam tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9. Tabulasi Silang Hubungan Suku/Ras dengan Kejadian
Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen
Tahun 2019
No. Ras
Kejadian Hipertensi
Total p
value Hipertensi
Tidak
Hipertensi
f % f % f %
1. Aceh 41 39,5 46 44,2 87 83,7
0,657
2. Cina 1 1,0 0 0,0 1 1,0 3. Batak 4 3,8 2 1,9 6 5,7 4. Jawa 4 3,8 3 2,9 7 6,7 5. Padang 2 1,9 1 1,0 3 2,9 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
86
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 87 responden suku Aceh yang
mengalami hipertensi sebanyak 41 orang (39,5%) dan yang tidak mengalami
hipertensi sebanyak 46 orang (44,2%). Dari responden Cina yang mengalami
hipertensi sebanyak 1 orang (1,0%). Dari 6 orang responden suku Batak yang
mengalami hipertensi sebanyak 4 orang (3,8%) dan yang tidak mengalami
hipertensi sebanyak 2 orang (1,9%). Dari 7 orang responden suku Jawa yang
mengalami hipertensi sebanyak 4 orang (3,8%) dan yang tidak mengalami
hipertensi sebanyak 3 orang (2,9%). Dari 3 orang responden suku Padang yang
mengalami hipertensi sebanyak 2 orang (1,9%) dan yang tidak mengalami
hipertensi sebanyak 1 orang (1,0%). .
Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,657> 0,00. Hal ini berarti
tidak ada hubungan antara suku/ras dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019.
4.4.3. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan pendidikan dapat
dilihat dalam tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10. Tabulasi Silang Hubungan Pendidikan dengan Kejadian
Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen
Tahun 2019
No. Pendidikan
Kejadian Hipertensi
Total p
value
OR (95%
CI) Hipertensi
Tidak
Hipertensi
f % f % f %
1. Rendah 36 34,6 22 21,2 58 55,8 0,006
3,068 2. Tinggi 16 15,4 30 28,8 46 44,2 1,371-6,869 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
87
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 58 responden berpendidikan
rendah yang mengalami hipertensi sebanyak 36 orang (34,6%) dan yang tidak
mengalami hipertensi sebanyak 22 orang (21,2%). Dari 46 orang responden
berpendidikan tinggi yang mengalami hipertensi sebanyak 16 orang (15,4%) dan
yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 30 orang (28,8%).
Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,006< 0,00. Hal ini berarti
ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 3,068 ; 95% CI
1,371:6,869. Dapat disimpulkan pendidikan, 3,068 kali perkiraan kemungkinan
dengan pendidikan rendah dibandingkan dengan pendidikan tinggi mengalami
kejadian hipertensi.
4.4.4. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan pekerjaan dapat dilihat
dalam tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11. Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian
Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen
Tahun 2019
No. Pekerjaan
Kejadian Hipertensi
Total p
value
OR (95%
CI) Hipertensi
Tidak
Hipertensi
f % f % f %
1. Bekerja 29 27,9 37 35,6 66 63,5 0,077
0,511 2. Tidak
Bekerja 23 22,1 15 14,4 38 36,5 0,227-1,151
Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 29 responden kategori bekerja
yang mengalami hipertensi sebanyak 29 orang (27,9%) dan yang tidak mengalami
88
hipertensi sebanyak 37 orang (35,6%). Dari 38 orang responden kategori tidak
bekerja yang mengalami hipertensi sebanyak 23 orang (22,1%) dan yang tidak
mengalami hipertensi sebanyak 15 orang (14,4%).
Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,077> 0,00. Hal ini berarti
tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 0,511 ; 95% CI
0,227:1,151. Dapat disimpulkan pekerjaan, 0,511 kali perkiraan kemungkinan
dengan responden yang bekerja dibandingkan dengan tidak bekerja mengalami
kejadian hipertensi.
4.4.5. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan pengetahuan dapat
dilihat dalam tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian
Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen
Tahun 2019
No. Pengetahua
n
Kejadian Hipertensi
Total p
value
OR (95%
CI) Hipertensi
Tidak
Hipertensi
f % f % f %
1. Kurang 41 39,4 17 16,3 58 55,8 0,000
7,674 2. Baik 11 10,6 35 33,7 46 44,2 3,175-18,545 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 58 responden dengan
pengetahuan kurang yang mengalami kejadian hipertensi sebanyak 41 orang
(39,4%) dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 17 orang (16,3%). Dari 46
orang responden dengan pengetahuan baik yang mengalami hipertensi sebanyak
89
11 orang (10,6%) dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 35 orang
(33,7%).
Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,000< 0,00. Hal ini berarti
ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 7,674 ; 95% CI
3,175:18,545. Dapat disimpulkan pengetahuan, 7,674 kali perkiraan kemungkinan
dengan responden pengetahuan kurang dibandingkan dengan pengetahuan baik
mengalami kejadian hipertensi.
4.4.6. Hubungan Sikap dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam
RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan sikap dapat dilihat
dalam tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13. Tabulasi Silang Hubungan Sikap dengan Kejadian Hipertensi di
Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
No. Sikap
Kejadian Hipertensi
Total p
value
OR (95%
CI) Hipertensi
Tidak
Hipertensi
f % f % f %
1. Negatif 39 37,5 16 15,4 55 52,9 0,000
6,750 2. Positif 13 12,5 36 34,6 49 47,1 2,854-15,962 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 55 responden dengan sikap
negative yang mengalami hipertensi sebanyak 39 orang (37,5%) dan yang tidak
mengalami hipertensi sebanyak 16 orang (15,4%). Dari 49 orang responden
90
dengan sikap positif yang mengalami hipertensi sebanyak 13 orang (12,5%) dan
yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 36 orang (34,6%). .
Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,000< 0,00. Hal ini berarti
ada hubungan antara sikap dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS
dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 6,750 ; 95% CI 2,854:15,962.
Dapat disimpulkan sikap, 6,750 kali perkiraan kemungkinan dengan responden
sikap negatif dibandingkan dengan sikap positif mengalami kejadian hipertensi.
4.4.7. Hubungan Nutrisi dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019 Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan nutrisi dapat dilihat
dalam tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14. Tabulasi Silang Hubungan Nutrisi dengan Kejadian Hipertensi
di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
No. Nutrisi
Kejadian Hipertensi
Total p
valu
e
OR (95%
CI) Hipertensi
Tidak
Hipertensi
f % f % f %
1. Berisiko 45 43,3 13 12,5 58 55,8 0,000
19,286 2. Tidak
Berisiko 7 6,7 39 37,5 46 44,2 6,996-53,162
Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 58 responden dengan kategori
nutrisi berisiko yang mengalami hipertensi sebanyak 45 orang (43,3%) dan yang
tidak mengalami hipertensi sebanyak 13 orang (12,5%). Dari 46 orang responden
dengan kategori nutrisi tidak berisiko yang mengalami hipertensi sebanyak 7
orang (6,7%) dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 39 orang (37,5%).
91
Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,000< 0,00. Hal ini berarti
ada hubungan antara nutrisi dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam
RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 19,286 ; 95% CI
6,996:53,162. Dapat disimpulkan nutrisi, 19,286 kali perkiraan kemungkinan
dengan responden yang mengonsumsi nutrisi berisiko dibandingkan dengan
nutrisi tidak berisiko mengalami kejadian hipertensi.
4.4.8. Hubungan Kebiasaan Memakai Napza dengan Kejadian Hipertensi di
Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan kebiasaan memakai
napza dapat dilihat dalam tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15. Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Memakai Napza dengan
Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah
Bireuen Tahun 2019
No.
Kebiasaan
Memakai
Napza
Kejadian Hipertensi
Total p
valu
e
OR (95%
CI) Hipertensi
Tidak
Hipertensi
f % f % f %
1. Berisiko 36 34,6 22 21,2 58 55,8 0,005
3,068 2. Tidak Berisiko 16 15,4 30 28,8 46 44,2 1,371-6,869 Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 58 responden kategori kebiasaan
memakai napza berisiko yang mengalami hipertensi sebanyak 36 orang (34,6%)
dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 22 orang (21,2%). Dari 46 orang
responden kategori kebiasaan memakai napza tidak berisiko yang mengalami
92
hipertensi sebanyak 16 orang (15,4%) dan yang tidak mengalami hipertensi
sebanyak 30 orang (28,8%). .
Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,005< 0,00. Hal ini berarti
ada hubungan antara kebiasaan memakai napza dengan kejadian hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 3,068 ; 95%
CI 1,371:6,869. Dapat disimpulkan kebiasaan memakai napza, 3,068 kali
perkiraan kemungkinan dengan responden yang kebiasaan memakai napza
berisiko dibandingkan dengan yang tidak berisiko mengalami kejadian hipertensi.
4.4.9. Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil penelitian dengan tabulasi silang berdasarkan merokok dapat dilihat
dalam tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16. Tabulasi Silang Hubungan Merokok dengan Kejadian
Hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen
Tahun 2019
No. Merokok
Kejadian Hipertensi
Total p
valu
e
OR (95%
CI) Hipertensi
Tidak
Hipertensi
f % f % f %
1. Merokok 37 35,6 12 11,5 49 47,1 0,000
1,000 2. Tidak
Merokok 15 14,4 40 38,5 55 52,9 0,428-2,336
Total 52 50,0 52 50,0 104 100,0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 49 responden kategori merokok
yang mengalami hipertensi sebanyak 37 orang (35,6%) dan yang tidak mengalami
hipertensi sebanyak 12 orang (11,5%). Dari 55 orang responden kategori tidak
93
merokok yang mengalami hipertensi sebanyak 15 orang (14,4%) dan yang tidak
mengalami hipertensi sebanyak 40 orang (38,5%).
Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p 0,000< 0,00. Hal ini berarti
ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019. Diperoleh OR= 1,000 ; 95% CI
0,428:2,360. Dapat disimpulkan merokok, 1,000 kali perkiraan kemungkinan
dengan responden yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok
mengalami kejadian hipertensi.
4.5. Analisis Multivariat
Analisis Multivariat bertujuan untuk melihat kemaknaan hubungan antara
variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable)
secara simultan sekaligus menentukan faktor–faktor yang paling berpengaruh
terhadap kejadian hipertensi.
Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik dilakukan seleksi model
disajikan sebagai berikut :
Tabel 4.17. Nilai p-value regresi
No Variabel Nilai p-value
1. Pendidikan 0,006 2. Pengetahuan 0,000 3. Sikap 0,000 4. Nutrisi 0,000 5. Kebiasaan Memakai Napza 0,005 6. Merokok 0,000
Hasil uji analisis multivariat dengan uji regresi logistik sesuai dengan tabel
berikut :
Tabel 4.18. Hasil Uji Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Tahap I
94
No Variabel B S.E Wald df Sig Exp
(B)
1. Pendidikan 0,430 0,706 0,371 1 0,542 1,537 2. Pengetahuan 1,238 0,719 2,960 1 0,085 3,448 3. Sikap 1,895 0,763 6,167 1 0,013 6,655 4. Nutrisi 3,435 0,787 19,038 1 0,000 31,029 5. Kebiasaan Memakai
Napza 0,394 0,679 0,336 1 0,562 1,483
6. Merokok 2,254 0,700 10,372 1 0,001 9,529 Constant -13,915 2,729 25,991 1 0,000 0,000
Hasil analisis dari tabel 4.18. diketahui nilai p-value terbesar adalah
variabel pendidikan dengan nilai sig sebesar 0,542>0,05, pengetahuan dengan
nilai sig sebesar 0,085>0,05 dan kebiasaan memakai napza dengan nilai sig
sebesar 0,562>0,05, sehingga harus dikeluarkan dari model untuk multivariat.
Hasil setelah variabel pengetahuan dan kebiasan memakai napza
dikeluarkan dari model diketahui hasil sesuai dengan tabel berikut :
Tabel 4.19. Hasil Uji Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Tahap II
No Variabel B S.E Wald df Sig Exp
(B)
1. Sikap 2,482 0,702 12,485 1 0,000 11,965 2. Nutrisi 3,589 0,764 22,078 1 0,000 36,210 4. Merokok 2,487 0,684 13,203 1 0,000 12,023 Constant -12,452 2,370 27,614 1 0,000 0,000
Hasil analisis dari tabel 4.19. diketahui nilai p-value dari ketiga variabel
adalah <0,05 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan variabel
sikap, nutrisi dan merokok terhadap kejadian hipertensi dan variabel yang paling
signifikan memengaruhi kejadian hipertensi adalah nutrisi dengan nilai Exp (B)
terbesar (36,210) .
95
Berdasarkan hasil uji regresi logistik diketahui faktor yang memengaruhi
kejadian hipertensi adalah :
1. Variabel pendidikan memiliki nilai signifikan sebesar 0,542 > 0,05, maka
Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh pendidikan terhadap kejadian
hipertensi.
2. Variabel pengetahuan memiliki nilai signifikan sebesar 0,085 > 0,05, maka
Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap kejadian
hipertensi.
3. Variabel sikap memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05, maka Ha
diterima, sehingga ada pengaruh sikap terhadap kejadian hipertensi.
Variabel sikap memiliki nilai Exp (B) sebesar 11,965, maka responden yang
memiliki sikap negatif memiliki kecenderungan mengalami kejadian
hipertensi sebesar 11,965. Nilai B atau logaritma natural dari 11,965 adalah
2,482. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka variabel sikap memiliki
hubungan positif dengan kejadian hipertensi atau jika responden memiliki
sikap negatif maka cenderung mengalami hipertensi.
4. Variabel nutrisi memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05, maka Ha
diterima, sehingga ada pengaruh nutrisi terhadap kejadian hipertensi.
Variabel nutrisi memiliki nilai Exp (B) sebesar 36,210, maka responden
yang memiliki nutrisi berisiko memiliki kecenderungan mengalami
hipertensi sebesar 36,210. Nilai B atau logaritma natural dari 36,210 adalah
3,589. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka variabel nutrisi memiliki
96
hubungan positif dengan kejadian hipertensi atau jika responden memiliki
nutrisi semakin berisiko maka cenderung mengalami hipertensi.
5. Variabel kebiasaan memakai napza memiliki nilai signifikan sebesar 0,562 >
0,05, maka Ha ditolak, sehingga tidak ada pengaruh kebiasaan memakai
napza terhadap kejadian hipertensi.
6. Variabel merokok memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05, maka Ha
diterima, sehingga ada pengaruh merokok terhadap kejadian hipertensi.
Variabel merokok memiliki nilai Exp (B) sebesar 12,023, maka responden
yang merokok memiliki kecenderungan mengalami hipertensi sebesar
12,023. Nilai B atau logaritma natural dari 12,023 adalah 2,487. Oleh
karena nilai B bernilai positif, maka variabel merokok memiliki hubungan
positif dengan kejadian hipertensi atau jika responden merokok semakin
banyak maka cenderung mengalami hipertensi.
7. Variabel yang paling signifikan mempengaruhi kejadian hipertensi adalah
variabel nutirisi dengan nilai sig. 0,000 < 0,05 dan nilai Exp (B) terbesar
(36.210).
Melalui tabel 4.19 di atas dapat diperoleh suatu persamaan regresi logistik
sebagai berikut :
1
P =
1 + e (b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + bnXn)
1
P =
1 + 2,72(-3,894)
1
P =
1 + e (-12.452 + 2,482 + 3,589 + 2,487)
97
P = 0,980090
Dari perhitungan persamaan regresi logistik diatas diketahui nilai
probabilitas atau predicted dalam penelitian ini adalah sebesar 0,980090. Artinya
bahwa secara bersama-sama variabel sikap, nutrisi dan merokok berpengaruh atau
memberikan kontribusi terhadap kejadian hipertensi sebesar 0,980090 atau 98%.
4.6. Analisis Kualitatif
4.6.1. Gambaran Umum Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 (tiga) orang pasien hipertensi
yang ≥ 50 tahun, 1 (satu) orang perawat di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.
Fauziah Bireuen dan 1 (satu) orang dokter penanggung jawab Poli Penyakit
Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen. Pada tabel di bawah ini dijabarkan
karakteristik informan penelitian, sebagai berikut :
Tabel 4.20. Karakteristik Informan Penelitian
No Informan Jenis
Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan
1 Informan 1 Laki-laki 58 SMP Petani 2 Informan 2 Laki-laki 54 SMA Pegwawa Swasta 3 Informan 3 Laki-laki 56 SD Petani 4 Informan 4 Perempuan 32 D-3 Perawat 5 Informan 5 Laki-laki 42 Dokter Dokter
4.6.2. Faktor Risiko terhadap Kejadian Hipertensi pada Lanjut Usia
(Lansia) di Poli Penyakit dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun
2019
1
P =
1 + 0,02031368378 2,72
(-1,79)
98
Pertanyaan mengenai penyakit hipertensi dapat dilihat dari hasil
wawancara yang hanya menjawab bahwa responden mentetahui atau tidak tentang
penyakit hipertensi. Jawaban responden tentang penyakit hipertensi dapat dilihat
pada hasil wawancara dengan responden yang mengatakan :
Informan 1 :
“…iya tahu… darah tinggi kan …”
Informan 2 :
“…hipertensi itu kalo enggak salah ya darah tinggi juga …”
Informan 3 :
“…darah tinggi lah kalau apa di tensi tuh wawak bisa sampe 180 /100
gitu, sakit kali kepala rasanya …”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan
jawaban perawat dan dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam dari
wawancara mendalam, hasil wawancara dengan perawat dan dokter penanggung
jawab Poli Penyakit Dalam dapat dilihat pada hasil wawancara dengan responden
yang mengatakan :
Informan 4:
…sebahagian sudah tahu sih..makanya mereka berusaha untuk
mencegahnya…tapi ya Cuma tahu kalau hipertensi itu tekanan darahnya
tinggi ….
Informan 5:
“Masih kurang…yang mereka tahu hipertensi ya darah tinggi…itu aja …”.
99
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui
apa yang dimaksud hipertensi, namun masih hanya sebatas arti apa yang
dimaksud hipertensi.
Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah ada di
keluarga informan yang menderita hipertensi. Berikut ini petikan hasil wawancara
dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“…iya…ada…ayah saya juga menderita hipertensi ….”
Informan 2 :
“Kalau dari orangtua saya sih nggak ada…tapi kakek saya kakek saya
menderita hipertensi”
Informan 3 :
“Dari keluarga saya nggak ada….yang ada dari keluarga istri saya”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut di dapatkan bahwa ada keluarga
informan yang menderita hipertensi.
Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah informan
tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi. Berikut ini petikan
hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“ya… kalau saya memang udah dari orang tuasaya bapak sama mamak
saya memang pada darah tinggi semua, sama pun mungkin karna saya da
kegemukan ya kan ”
Informan 2 :
100
“Suka makan asin lah itu, sama makanan yang banyak kolesterolnya kayak
kari kambing sama sop sop daging tu kalau udah makannya terasa kali
pusing kepala habis itu”
Informan 3 :
“Makanan yang enggak sehat, yang suka makan asin-asin sama berlemak,
keturunan bisa juga penyebab darah tinggi kan”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan
jawaban perawat dan dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam dari
wawancara mendalam, hasil wawancara dengan perawat dan dokter penanggung
jawab Poli Penyakit Dalam dapat dilihat pada hasil wawancara dengan responden
yang mengatakan :
Informan 4:
“…mereka cuma tahu yang umum saja…..paling yang mereka tahu cuma
faktor keturunan sama makanan yang berlemak. Biasanya dokter yang
memberitahukan sama pasien …”
Informan 4:
“…yang umum-umum aja seperti faktor keturunan sama makanan
berlemak…”
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui
faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi, namun masih hanya
tentang makanan berlemak dan faktor keturunan saja.
101
Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah informan
tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi. Berikut ini petikan hasil
wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“…ya…makanannya yang sehat-sehat, olahragalah ntah lari pagi-pagi,
jangan suka stress itu lah pokoknya…”
Informan 2 :
“Banyak itu pencegahannya, kayak olahraga, jangan banyak pikiran,
jangan suka marah-marah, sering makan buah sama sayur”
Informan 3 :
“Mencegahnya ya sebelum kena darah tinggi jangan suka makan asin-asin,
olahraga lah, sama di jaga makanannya”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan
jawaban perawat dan dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam dari
wawancara mendalam, hasil wawancara dengan perawat dan dokter penanggung
jawab Poli Penyakit Dalam dapat dilihat pada hasil wawancara dengan responden
yang mengatakan :
Informan 4:
“…iya….pasien sudah tahu cara penanggulangannya…tapi setelah
diberitahu sama dokter …”
Informan 5:
102
“…ya, pasien sudah tahu penanggulangannya dan sebahgian sudah
melakukannya seperti olah raga dan menghindari makanan yang dapat
memicu terjadinya hipertensi…”
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui
bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi.
Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah informan
tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia. Berikut ini petikan hasil
wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“…yang saya tahu ya…kurangi makanan yang berlemak, seperti daging
dan makanan yang digoreng-goreng itu….trus ya banyak-banyak lah makan
sayur …”
Informan 2 :
“Banyakin makan buah sama sayuran…sama ditambah minum susu, tapi
susu yang rendah lemak”
Informan 3 :
“Minum susu yang rendah lemak…makan sayur sama timun…baru kan
jangan makan gorengan”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan
jawaban perawat dan dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam dari
wawancara mendalam, hasil wawancara dengan perawat dan dokter penanggung
jawab Poli Penyakit Dalam dapat dilihat pada hasil wawancara dengan responden
yang mengatakan :
103
Informan 4:
“…Secara rinci enggak…mereka hanya tahu harus mengurangi makanan
berlemak dan minum susu yang rendah lemak …”
Informan 5:
“…tidak, pasien hanya tahu makan-makanan yang sehat …”
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien belum
mengetahui bagaimana pemenuhan nutrisi yang baik bagi lansia.
Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah informan
menggunakan napza dan apakah risiko penggunaan napza bagi hipertensi. Berikut
ini petikan hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“…Tidak…..biasanya kalau orang pake napza…makin gampang naik darah
tinggi …”
Informan 2 :
“Pernah saya pake…sekarang enggak lagi…dulu waktu saya pake obat
atau minum alkohol, kepala saya pusing sama jantung berdebar
kencang….gak tau ya apakah napzah salah satu penyebab hipertensi”
Informan 3 :
“…kalau obat-obatan enggak…tapi alkohol iya….itupun kalau pas ada
dinas ke luar kota, kalau sekarang nggak lagi…kalau sudah kebanyakan
minum alkohol biasa saya langsung pitam ….”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan
jawaban perawat dan dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam apakah
104
perawat dan dokter memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza bagi
hipertensi dari wawancara mendalam, hasil wawancara dengan perawat dan
dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam dapat dilihat pada hasil
wawancara dengan responden yang mengatakan :
Informan 4:
“…Iya…saya beritahukan supaya mereka menghindari penggunaan napza,
khususnya yang punya histori pernah menggunakan napza…”
Informan 5:
“…iya….setelah saya memeriksa kondisi pasien saya selalu
memberitahukan faktor risiko pemicu hipertensi termasuk risiko
penggunaan napza yang termasuk didalamnya untuk mengurangi konsumsi
kopi …”
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa sudah tahu factor
risiko penggunaan napza dan perawat dan dokter penanggung jawab sudah
memberitahukan kepada pasien.
Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah informan
merokok dan apakah risiko merokok bagi hipertensi. Berikut ini petikan hasil
wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“…Iya….yang saya tahu merokok bisa buat hipertensi, makanya saya
batasi…sebungkus rokok itu bisa tiga hari baru habis …”
Informan 2 :
105
“Dulu iya..sekarang enggak lagi. Dokter bilang katanya merokok bisa buat
darah tinggi. Memang kemarin kalau sudah kebanyakan merokok kepala
pusing…terasa gamang gitu perasaan”
Informan 3 :
“Enggak…kan udah banyak iklan-iklan yang bilang merokok bisa buat
hipertensi…makanya saya gak berani coba”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan
jawaban perawat dan dokter penanggung jawab Poli Penyakit Dalam apakah
perawat dan dokter memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi
dari wawancara mendalam, hasil wawancara dengan perawat dan dokter
penanggung jawab Poli Penyakit Dalam dapat dilihat pada hasil wawancara
dengan responden yang mengatakan :
Informan 4:
“…Iya….tapi sekedarnya aja, yang lebih mendetail ya dokter..kan pasien
lebih tertarik untuk mendengar kalo dokter yang kasih tau …”
Informan 5:
“…ya saya bertahukan pasien untuk tidak merokok dan bagi pasien perokok
saya bertahukan untuk tidak merokok lagi…”
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien sudah tahu
faktor risiko merokok dan perawat dan dokter penanggung jawab sudah
memberitahukan kepada pasien.
106
Berdasarkan hasil wawancara mendalam tentang faktor yang memengaruhi
kejadian hipertensi pada lanjut usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.
Fauziah Bireuen Tahun 2019, dapat disimpulkan seperti pada table berikut :
107
Tabel 4.21. Resume Hasil Wawancara tentang Faktor yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Lanjut Usia (Lansia) di
Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
Pertanyaan kepada Pasien Hipertensi
1 Apa yang anda ketahui tentang penyakit hipertensi?
Informan 1 Iya tahu… darah tinggi kan Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui apa yang dimaksud hipertensi, namun masih hanya sebatas arti apa yang dimaksud hipertensi.
Informan 2 Hipertensi itu kalo enggak salah ya darah
tinggi juga …
Informan 3 Darah tinggi lah kalau apa di tensi tuh
wawak bisa sampe 180 /100
gitu, sakit kali kepala rasanya
2 Apakah ada di keluarga anda yang menderita hipertensi?
Informan 1 Iya…ada…ayah saya juga menderita
hipertensi….
Dari hasil wawancara mendalam tersebut di dapatkan bahwa ada keluarga informan yang menderita hipertensi
Informan 2 Kalau dari orangtua saya sih nggak
ada…tapi kakek saya kakek saya
menderita hipertensi…
Informan 3 Dari keluarga saya nggak ada….yang ada
dari keluarga istri saya….
3 Apakah anda tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi?
Informan 1 Ya kalau saya memang udah dari orang
tuasaya bapak sama
mamak saya memang pada darah tinggi
semua, sama pun mungkin
karna saya da kegemukan ya kan
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi, namun masih hanya tentang makanan berlemak dan faktor keturunan saja
Informan 2 Suka makan asin lah itu, sama makanan
yang banyak kolesterolnya
kayak kari kambing sama sop sop daging
tu kalau udah makannya terasa kali
108
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
pusing kepala habis itu
Informan 3 Makanan yang enggak sehat, yang suka
makan asin-asin sama
berlemak,keturunan bisa juga penyebab
darah tinggi kan…
4 Apakah anda tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?
Informan 1 Ya makanan nya yang sehat-sehat,
olahraga lah ntah lari pagi-pagi,jangan
suka stress itu lah pokoknya
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi
Informan 2 Banyak itu pencegahannya, kayak
olahraga, jangan banyak pikiran,jangan
suka marah-marah, sering makan buah
sama sayur
Informan 3 Mencegahnya ya sebelum kena darah
tinggi jangan suka makan asin-asin,
olahraga lah, sama di jaga makanannya
5 Apakah anda tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?
Informan 1 Yang saya tahu ya…kurangi makanan
yang berlemak, seperti daging dan
makanan yang digoreng-goreng itu….trus
ya banyak-banyak lah makan sayur….
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien belum mengetahui bagaimana pemenuhan nutrisi yang baik bagi lansia Informan 2 Banyakin makan buah sama
sayuran…sama ditambah minum susu,
tapi susu yang rendah lemak….
Informan 3 Minum susu yang rendah lemak…makan
sayur sama timun…baru kan jangan
makan gorengan….
6 Apakah anda Informan 1 Tidak…..biasanya kalau orang pake Hasil wawancara mendalam
109
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
menggunakan napza? Apakah risiko penggunaan napza bagi hipertensi?
napza…makin gampang naik darah
tinggi…
tersebut didapatkan bahwa sudah tahu factor risiko penggunaan napza dan perawat dan dokter penanggung jawab sudah memberitahukan kepada pasien
Informan 2 Pernah saya pake…sekarang enggak
lagi…dulu waktu saya pake obat atau
minum alkohol..kepala saya pusing sama
jantung berdebar kencang….gak tau ya
apakah napzah salah satu penyebab
hipertensi
Informan 3 …kalau obat-obatan enggak…tapi alkohol
iya….itupun kalau pas ada dinas ke luar
kota, kalau sekarang nggak lagi…kalau
sudah kebanyakan minum alkohol biasa
saya langsung pitam ….
7 Apakah anda merokok? Apakah risiko merokok bagi hipertensi?
Informan 1 Iya….yang saya tahu merokok bisa buat
hipertensi, makanya saya
batasi…sebungkus rokok itu bisa tiga hari
baru habis…
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien sudah tahu faktor risiko merokok dan perawat dan dokter penanggung jawab sudah memberitahukan kepada pasien
Informan 2 Dulu iya..sekarang enggak lagi. Dokter
bilang katanya merokok bias buat darah
tinggi. Memang kemarin kalau sudah
kebanyakan merokok kepala
pusing…terasa gamang gitu perasaan…
Informan 3 Enggak…kan udah banyak iklan-iklan
yang bilang merokok bisa buat
hipertensi…makanya saya gak berani
coba…
110
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
Pertanyaan kepada
Perawat
1 Menurut pengamatan anda, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi?
Informan 4 Sebahagian sudah tahu sih..makanya
mereka berusaha untuk
mencegahnya…tapi ya Cuma tahu kalau
hipertensi itu tekanan darahnya tinggi…
Hasil wawancara mendalam diketahui bahwa sebhagian pasien sudah tahu tentang penyakit hipertensi.
2 Apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi? Apakah anda memberitahukan kepada pasien?
Informan 4 Mereka cuma tahu yang umum
saja…..paling yang mereka tahu cuma
faktor keturunan sama makanan yang
berlemak. Biasanya dokter yang
memberitahukan sama pasien…
Hasil wawancara diketahui bahwa pasien hanya tahu factor risiko hipertensi adalah dar factor keturunan dan konsumsi makanan yang berlemak.
3 Apakah pasien tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?
Informan 4 Iya….pasien sudah tahu cara
penanggulangannya…tapi setelah
dibertahu sama dokter…
Hasil wawancara diketahui bahwa pasien mengetahui cara penanggulangan hipertensi dari informasi yang diberikan dokter
4 Apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?
Informan 4 Secara rinci enggak…mereka hanya tahu
harus mengurangi makanan berlemak dan
minum susu yang rendah lemak….
Hasil wawancara diketahui bahwa pasien mengetahui tentang bagaiman pemenuhan nutrisi bagi lansia hanya dengan mengurangi makanan berlemak dan minum susu rendah lemak.
5 Apakah anda memberitahukan kepada
Informan 4 Iya…saya beritahukan supaya mereka
menghindari penggunaan napza,
Hasil wawancara diketahui bahwa perawat memberikan informasi
111
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
pasien risiko penggunaan napza bagi hipertensi?
khususnya yang punya histori pernah
menggunakan napza…
kepada pasien tentang risiko penggunaan napza bagi hipertensi
6 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi?
Informan 4 Iya….tapi sekedarnya aja..yang lebih
mendetail ya dokter..kan pasien lebih
tertarik untuk mendengar kalo dokter yang
kasih tau….
Hasil wawancara diketahui bahwa perawat memberitahukan kepada pasien risiko bagi hipertensi.
Pertanyaan kepada Dokter
1 Menurut pengamatan anda, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi?
Informan 5 Masih kurang…yang mereka tahu
hipertensi ya darah tinggi…itu aja…
Hasil wawancara diketahui pendapat dokter yang mengatakan pasien hanya mengetahui bahwa hipertensi adalah darah tinggi.
2 Apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi? Apakah anda memberitahukan kepada pasien?
Informan 5 Yang umum-umum aja seperti factor
keturunan sama makanan berlemak..
Hasil wawancara diketahui bahwa pasien belum mengetahui secara mendetail factor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi
3 Apakah pasien tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?
Informan 5 …ya, pasien sudah tahu
penanggulangannya dan sebahgian sudah
melakukannya seperti olah raga dan
menghindari makanan yang dapat memicu
terjadinya hipertensi…
Hasil wawancara diketahui bahwa pasien mengetahui cara penganggulangan hipertensi dengan olah raga dan menghindari makanan yang dapat memicu terjadinya hipertensi.
4 Apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan
Informan 5 …tidak, pasien hanya tahu makan-
makanan yang sehat….
Hasil wawancara diketahui bahwa pasien tidak mengetahui bagaimna
112
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
nutrisi bagi lansia ?
pemenuhan nutrisi bagi lansia.
5 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza bagi hipertensi?
Informan 5 …iya….setelah saya memeriksa kondisi
pasien saya selalu memberitahukan factor
risiko pemicu hipertensi termasuk risiko
penggunaan napza yang termasuk
didalamnya untuk mengurangi konsumsi
kopi…
Hasil wawancara diketahui bahwa dokter memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza bagi hipertensi ketika dan cara pencegahannya
6 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi?
Informan 5 …ya saya bertahukan pasien untuk tidak
merokok dan bagi pasien perokok saya
bertahukan untuk tidak merokok lagi…
Hasil wawancara diketahui bahwa dokter memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi dan memberikan informasi kepada pasien tenang bahaya merokok.
113
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada pasien pada table 4.21
pada pertanyaan apakah pasien mengetahui tentang penyakit hipertensi, dapat
disimpulkan bahwa pasien mengetahui apa yang dimaksud hipertensi, namun
masih hanya sebatas arti apa yang dimaksud hipertensi. Berdasarkan pertanyaan
apakah ada di keluarga pasien yang menderita hipertensi, dapat disimpulkan
bahwa ada keluarga informan yang menderita hipertensi. Berdasarkan hasil
wawancara tentang apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat
menyebabkan hipertensi, dapat disimpulkan bahwa bahwa pasien mengetahui
faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi, namun masih hanya
tentang makanan berlemak dan faktor keturunan saja.
Berdasarkan hasil wawancara tentang apakah pasien tahu bagaimana
penanggulangan penyakit hipertensi, dapat disimpulkan bahwa pasien mengetahui
bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi. Hasil wawancara tentang apakah
pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia, dapat disimpulkan bahwa
pasien belum mengetahui bagaimana pemenuhan nutrisi yang baik bagi lansia.
Hasil wawancara tentang apakah pasien menggunakan napza dan apakah risiko
penggunaan napza bagi hipertensi, dapat disimpulkan bahwa sudah tahu faktor
risiko penggunaan napza dan perawat dan dokter penanggung jawab sudah
memberitahukan kepada pasien. Hasil wawancara tentang apakah pasien merokok
dan apakah risiko merokok bagi hipertensi, dapat disimpulkan bahwa pasien
sudah tahu faktor risiko merokok dan perawat dan dokter penanggung jawab
sudah memberitahukan kepada pasien.
114
Berdasarkan hasil wawancara kepada perawat dan dokter pada table 4.21
tentang bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi, dapat
disimpulkan bahwa sebahagian pasien sudah tahu tentang penyakit hipertensi.
Hasil wawancara tentang apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat
menyebabkan hipertensi dan apakah perawat memberitahukan kepada pasien,
dapat disimpulkan bahwa pasien hanya tahu faktor risiko hipertensi adalah dari
faktor keturunan dan konsumsi makanan yang berlemak dan perawat tidak
memberitahukan kepada pasien.
Berdasarkan hasil wawancara tentang apakah pasien tahu bagaimana
penanggulangan penyakit hipertensi, dapat disimpulkan bahwa pasien mengetahui
cara penanggulangan hipertensi dari informasi yang diberikan dokter. Hasil
wawancara tentang apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia,
dapat disimpulkan bahwa pasien mengetahui tentang bagaiman pemenuhan nutrisi
bagi lansia hanya dengan mengurangi makanan berlemak dan minum susu rendah
lemak. Hasil wawancara tentang apakah perawat dan dokter memberitahukan
kepada pasien risiko penggunaan napza bagi hipertensi, dapat disimpulkan bahwa
perawat memberikan informasi kepada pasien tentang risiko penggunaan napza
bagi hipertensi dan dokter memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan
napza bagi hipertensi ketika dan cara pencegahannya.
Hasil wawancara tentang apakah perawat dan dokter memberitahukan
kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi, dapat disimpulkan bahwa perawat
memberitahukan kepada pasien risiko bagi hipertensi dan dokter memberitahukan
115
kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi dan memberikan informasi kepada
pasien tenang bahaya merokok.
115
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Analisis Faktor yang Memengaruhi Kejadian Hipertensi pada Lanjut
Usia (Lansia) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Fauziah Bireuen
Tahun 2019
5.1.1. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kejadian Hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh jenis kelamin
dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun
2019 dengan dengan nilai p = 0,265 > 0,05. Hal ini ditunjukkan dari 104 jumlah
responden, 70 responden laki-laki sebanyak 47,1% mengalami hipertensi dan
52,9% yang tidak mengalami hipertensi.
Jenis kelamin merupakan tanda-tanda seks sekunder yang diperlihatkan
oleh seseorang. Cara menentukan jenis kelamin pada penelitian ini adalah dengan
melakukan pengamatan langsung pada responden. Faktor jenis kelamin
berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pada usia muda dibawah 60
tahun, pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita. Pria
diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
dibanding wanita. Namun setelah memasuki menepouse, prevalensi hipertensi
pada wanita meningkat (46). Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi
pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diduga diakibatkan oleh
faktor hormonal. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh hormon estrogen
yang dapat melindungi wanita dari penyakit kardiovaskuler. Kadar hormon ini
akan menurun setelah menepouse (60).
116
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan
sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah
dari kerusakan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarasaty
(2011) yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
hipertensi pada lansia. Pada penelitian tersebut hasil analisis univariat
menunjukkan bahwa proporsi lansia berjenis kelamin perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan lansia berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 46 orang
untuk perempuan dan 23 orang untuk laki-laki yang mengalami hipertensi . Selain
itu diketahui pula bahwa lansia yang jenis kelamin perempuan lebih banyak
menderita hipertensi (61).
Menurut Singalingging (2011) rata-rata perempuan akan mengalami
peningkatan resiko tekanan darah tinggi (hipertensi) setelah menopouse yaitu usia
diatas 45 tahun. Perempuan yang belum menopouse dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein) mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis (62).
Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah sistolik
dan diastolik pada penelitian ini bisa terjadi karena adanya faktor lain yang
mempengaruhi tekanan darah seperti tingkat stress. Menurut penelitian Lewa dkk
(2010), lansia yang mengalami stres psikososial akan meningkatkan risiko
terjadinya Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST) sebesar 2,54 kali lebih besar
117
dibandingkan dengan lansia yang tidak mengalami stres psikososial, dan secara
statistik bermakna (pvalue=0,001) (63).
Menurut peneliti, banyak faktor yang diduga dapat menyebabkan mengapa
pada penelitian ini didapatkan lansia berjenis kelamin laki-laki yang mengalami
hipertensi proporsinya lebih besar (63,5%) dibandingkan dengan lansia berjenis
kelamin perempuan yang mengalami hipertensi (36,5%). Salah satu diantaranya
adalah adanya faktor lain yang mendukung seperti faktor psikologis. Salah satu
contohnya adalah laki-laki ketika memasuki usia lansia akan memiliki
kecenderungan untuk mengalami depresi atau stres. Hal itu dapat disebabkan oleh
status pekerjaan ataupun sudah tidak bekerja lagi (pengangguran). Selain itu,
seseorang yang pendapatannya rendah kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada sehingga kurang mendapatkan pengobatan yang baik ketika seseorang
menderita hipertensi. Hal ini daapt juga disebabkan karena gaya hidup yang dapat
meningkatkan tekanan darah seperti merokok dan minum alkohol.
5.1.2. Pengaruh Suku/ Ras terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh suku/ras
terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen
tahun 2019 dengan nilai p = 0,657 > 0,05. Hal ini ditunjukkan dari 104 jumlah
responden, 87 responden suku Aceh sebanyak 47,1% mengalami hipertensi dan
52,9% yang tidak mengalami hipertensi.
Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar
untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan
dikosumsi. Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan
118
memenuhi kebutuhan dasar biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan.
(64).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zakiyah
(2008) tentang factor-faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi diperoleh
nilai p-value sebesar 0,849 > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan
yang signifikan antara suku/ras dengan kejadian hipertensi (65).
Menurut peneliti, tidak adanya pengaruh suku/ras terhadap kejadian
hipertensi dapat disebabkan karena perbedaan statistic antara suku dengan
kejadian hipertensi sangat kecil sehingga uji statistic perbedaan ini tidak cukup
nyata untuk menunjukkan pengaruh, selain itu diasumsikan bahwa pola konsumsi
sampel cenderung sama apapun latarbelakang sukunya karena sudah terpapar
dengan kebiasaan makan dan gaya hidup yang sama di daerah tersebut.
5.1.3. Pengaruh Pendidikan terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pendidikan dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr.
Fauziah Bireuen tahun 2019 dengan nilai p = 0,006 < 0,05. Hal ini ditunjukkan
dari 104 jumlah responden, 58 responden yang berpendidikan rendah sebanyak
62,1% mengalami hipertensi dan 37,9% yang tidak mengalami hipertensi. Hasil
analisis multivariat dengan regresi logistik diketahui nilai sig. 0,542 > 0,05, dapat
dikatakan tidak ada pengaruh yang signifikan pendidikan terhadap kejadian
hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
Menurut Notoatmodjo (2014) pendidikan adalah upaya persuasi atau
pembelajaran kepada masyarakat, agar masyarakat mau melakukan tindakan-
119
tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah- masalah), dan
meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan
kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran, sehingga
perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap
(langgeng), karena didasari oleh kesadaran (10).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Novitaningtyas (2014) tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan
hipertensi diperoleh nilai p-value sebesar 0,849 > 0,05, menyimpulkan untuk
tekanan darah sistolik hasil uji statistik yang dilakukan dengan mengunakan uji
Rank Spearman diperoleh nilai p sebesar 0,346 (p>0,05), maka H0 diterima
sehingga tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tekanan darah
sistolik pada lansia di Kelurahan Makamhaji, sedangkan untuk tekanan diastolik
hasil uji statistik yang dilakukan dengan mengunakan uji Rank Spearman
diperoleh nilai p sebesar 0,599 (p>0,05), maka H0 diterima sehingga tidak
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tekanan darah diastolik pada
lansia di Kelurahan Makamhaji (17).
Menurut peneliti, dalam penelitian ini sebagian besar lansia tingkat
pendidikannya masih termasuk rendah. Tingkat pendidikan secara tidak langsung
mempengaruhi tekanan darah pada lansia karena tingkat pendidikan berpengaruh
terhadap gaya hidup seseorang yaitu seperti kebiasaan merokok, kebiasaan
mengkonsumsi alkohol, asupan makan, dan aktivitas fisik.
120
5.1.4. Pengaruh Pekerjaan terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pekerjaan
terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen
tahun 2019 dengan nilai p = 0,077 > 0,05. Hal ini ditunjukkan dari 104 jumlah
responden, 66 responden yang bekerja sebanyak 43,9% mengalami hipertensi dan
56,1% yang tidak mengalami hipertensi.
Menurut Sarwono (2006), jika status sosial ekonomi rendah maka arus
tekanan darah tinggi menjadi lebih tinggi, sedangkan social ekonomi berkaitan
erat dengan jenis pekerjaan, dikarenakan jenis pekerjaan tidak hanya merupakan
factor yang berkaitan dengan social ekonomi misalnya tingkat pendidikan (66).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sulistiyowati
(2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
diperoleh nilai p-value sebesar 0,703 > 0,05, yang artinya tidak ada hubungan
antara jenis pekerjaan dengan hipertensi. Hal ini berarti responden yang bekerja
dan tidak bekerja mempunyai risiko relative sama dan hal ini
dimungkinkankarena responden yang bekerja dan yang tidak bekerja mempunyai
tingkat stress yang sama, sehingga risiko untuk terkena hipertensi relative sama
(67).
Menurut peneliti, kemiskinan menjadi masalah bagi masyarakat desa.
Budaya kekeluargaan dan hubungan yang erat antar masyarakat di pedesaan
membuat mereka saling membantu antar sesama. Kehidupan masyarakat desa
yang agamis juga membuat mereka tidak mudah stress ketika mengalami masalah
kehidupan, termasuk maslaah pekerjaan dan masalah ekonomi. Hal tersebut
121
kemudian dapat menjadi factor terlindunginya masyarakat dari hipertensi
sekelipun mereka tidak bekerja dan miskin.
5.1.5. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr.
Fauziah Bireuen tahun 2019 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini ditunjukkan
dari 104 jumlah responden, 58 responden pengetahuan kurang sebanyak 70,7%
mengalami hipertensi dan 29,3% yang tidak mengalami hipertensi. Hasil analisis
multivariat dengan regresi logistik diketahui nilai sig. 0,085 > 0,05, dapat
dikatakan tidak ada pengaruh yang signifikan pengetahuan terhadap kejadian
hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasa, dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa perubahan perilaku tidak
selalu melewati tahap-tahap. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bertahan lama (long lasting). Sebaliknya,
apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak
akan berlangsung lama (10).
122
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Prihantoro (2016), yang
menyatakan ada ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan keaktifan lansia
di posyandu lansia Desa Klaseman, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2016. Pola hubungan pengetahuan dengan keaktifan lansia menunjukkan
bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang posyandu lansia, maka semakin aktif
dalam kegiatan posyandu lansia. Sebaliknya semakin rendah pengetahuan tentang
posyandu lansia, maka lansia semakin tidak aktif dalam kegiatan posyandu lansia
(68).
Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat
proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti
perubahan Intelegentia Quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami
penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
nonverbal, pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah
seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan
kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan
yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia
juga menurun (69).
Maryam (2011) menyatakan bahwa pada lansia mengalami kemunduran
kemampuan kognitif antara lain yaitu berkurangnya ingatan atau suka lupa, hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rerata usia lansia 68
tahun, yang artinya lansia di panti tresna werda magetan mempunyai kemampuan
kognitif yang kurang dikarenakan usia lansia yang termasuk usia lanjut (70).
123
Menurut peneliti, tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada
umunya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula
pengetahuanya. Kurangnya pengetahuan tentang diit pada lansia dapat disebabkan
salah satunya dengan adanya kemunduran kemampuan dalam mencerna informasi
yang diterima.
Menurut peneliti, pengetahuan punya hubungan langsung dengan kejadian
hipertensi. Pada lanjut usia yang memiliki pengetahuan rendah akan mengalami
ke tidak tahuan tentang hipertensi. Pengetahuan lansia yang rendah juga
berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah. Lanjut usia yang
mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
dibandingkan lansia yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak
berpendidikan.
5.1.6. Pengaruh Sikap terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit Dalam
RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara sikap dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah
Bireuen tahun 2019 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini ditunjukkan dari 104
jumlah responden, 55 responden sikap negatif sebanyak 70,9% mengalami
hipertensi dan 29,1% yang tidak mengalami hipertensi. Hasil analisis multivariat
dengan regresi logistik diketahui nilai sig. 0,000 < 0,05, dapat dikatakan ada
pengaruh yang signifikan sikap terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
124
Sikap yang terbentuk tidak dapat diubah begitu saja karena sangat erat
kaitannya dengan faktor dari dalam dan luar individu. Maka untuk merubah sikap
responden diperlukan suatu kebijakan dan peningkatan pengetahua agar para
lansia dapat mengetahui tujuan dan manfaat serta hasil yang didapatkan dari
pemanfaatan posbindu lansia tersebut. Menurut Notoatmodjo, sikap merupakan
perilaku tertutup yang tidak dapat langsung dilihat dan merupakan kesiapan atau
kesediaan utuk bertindak, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (10).
Terbentuknya sikap yang positif kaitannya dengan keaktifan lansia dalam
mengikuti posyandu lansia juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh
individu tersebut. Pengetahuan merupakan dasar yang penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang, pengetahuan itu sendiri penting untuk mendukung psikis dan
perilaku setiap hari sehingga pengetahuan merupakan faktor yang mendukung
tindakan seseorang (52).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muswanti (2016)
yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara sikap pencegahan stroke
dengan perilaku pencegahan stroke pada penderita hipertensi usia ≤ 45 tahun
dengan nilai p Value (0,005) (71).
Menurut peneliti, mayoritas responden yang memiliki sikap negatif
mengalami hipertensi sedang sebesar 70,9%. Hal ini dikarenakan faktor
pendidikan responden yang rendah memengaruhi tingkat pengetahuannya tentang
posyandu lansia. Pengetahuan yang kurang akan memengaruhi bagaimana
responden bersikap terhadap pencegahan hipertnsi.
125
Menurut peneliti, sikap responden terhadap kejadian hipertensi dapat
disebabkan kurangnya pengetahuan responden tentang hipertensi. Selain itu
kurangnya sosialisasi atau informasi tentang hipertensi baik yang dilakukan oleh
dinas kesehatan maupun dari pemerintah desa.
5.1.7. Pengaruh Nutrisi terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara nutrisi dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah
Bireuen tahun 2019 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini ditunjukkan dari 104
jumlah responden, 58 responden dengan nutrisi berisiko sebanyak 77,6%
mengalami hipertensi dan 22,4% yang tidak mengalami hipertensi. Hasil analisis
multivariat dengan regresi logistik diketahui nilai sig. 0,000 < 0,05, dapat
dikatakan ada pengaruh yang signifikan sikap terhadap kejadian hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
Menurut Supariasa (2016) status nutrisi adalah hasil akhir dari
keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan
tubuh akan zat gizi tersebut. Masalah gizi yang ada pada lansia dapat disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya riwayat penyakit, kondisi atau perawatan mulut,
asupan makanan dan kebiasaan merokok (72).
Menurut Dewi (2014) menjelaskan bahwa ketidakmampuan mengunyah
membuat lansia membatasi jenis makanan yang dikonsumsinya, sehingga intake
nutrisi dapat berkurang. Gigi yang hampir tanggal ataupun yang telah tanggal
kadang membuat lansia menolak untuk mengkonsumsi buah atau sayuan, yang
merupakan sumber vitamin, mineral dan karbohidrat (73).
126
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susan tentang
Hubungan Status Nutrisi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Ambulu Kabupaten Jember tahun 2016, menyimpulkan dari
hasil uji statistik menggunakan Rank Spearman dengan ɑ=0,05 didapatkan nilai p
value 0,033, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara status nutrisi dengan kejadian hipertensi pada lansia (74).
Menurut peneliti, masalah status gizi lebih yang lebih banyak terjadi pada
perempuan dibandingkan dengan lansia laki-laki karena pada perempuan lebih
banyak sel lemak per kilogram berat badan dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian diketahui lebih banyak responden laki-laki yang
mengalami hipertensi sebesar 66,3%.
Menurut peneliti, seiring pertambahan usia, kebutuhan zat gizi
karbonhidrat dan lemak turun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin dan mineral
meningkat. Sehingga lansia yang umurnya lebih tinggi dapat beresiko masalah
gizi yang lebih besar, baik masalah status gizi kurang maupun gizi lebih.
5.1.8. Pengaruh Kebiasaan Memakai Napza terhadap Kejadian Hipertensi
di Poli Penyakit Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kebiasaan memakai napza dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019 dengan nilai p = 0,005 < 0,05. Hal ini
ditunjukkan dari 104 jumlah responden, 58 responden dengan kebiasaan memakai
napza berisiko sebanyak 69,2% mengalami hipertensi dan 37,9% yang tidak
mengalami hipertensi. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik diketahui
nilai sig. 0,562 > 0,05, dapat dikatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
127
kebiasaan memakai napza terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam
RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
Menurut Azmiyati (2014) efek penyalahgunaan NAPZA antara lain :
Keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire) terhadap zat yang
dimaksud dan kalau perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya,
kecendrungan untuk menambahkan takaran atau dosis dengan toleransi tubuh,
ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan
menimbulkan gejala-gejala kejiwaan, seperti kegelisahan, kecemasan, depresi, dan
sejenisnya dan ketergantungan fisik yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan
menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus obat (withdrawal
symptoms) (75).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Makaremas (2018)
tentang Kebiasaan Konsumsi Alkohol dan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki
Usia 35-59 tahun dj Kota Bitung, yang menyimpulkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama konsumsi
alkohol dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 35-59 tahun di Puskesmas
Paceda kota Bitung (p= 0,000). Semakin lama konsumsi alkohol maka semakin
tinggi tekanan darah (nilai r positif). Keeratan hubungan masuk kategori sedang
(r= 0,435) (76).
Hasil yang sama juga terdapat pada penelitian yang dilakukan Jayanti, dkk
(2017) dimana pada uji korelasi spearman atau spearman rho menunjukkan
terdapat hubungan yang bermakna antara variabel jumlah konsumsi minuman
128
beralkohol dengan kejadian hipertensi dengan korelasi yang cukup kuat, yaitu
0,566 dengan nilai p=0,000 (77).
Alkohol bila dikonsumsi sedikitnya dua kali per hari, tekanan darah
sistolik naik kira-kira 1,0 mmHg dan tekanan darah diastolik naik 0,5 mmHg per
satu kali minum. Peminum harian ternyata mempunyai tekanan darah sistolik
lebih tinggi, yaitu 6,6 mmHg dan tekanan diastolik 4,7 mmHg dibandingkan
dengan peminum sekali seminggu berapapun jumlah total alkohol yang diminum
setiap minggunya (78)
Menurut peneliti, konsumsi secara berlebihan alkohol dan kafein yang
terdapat dalam minuman kopi, teh dan kola akan meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi pada seseorang. Alkohol bersifat meningkatkan aktivitas saraf simpatis
karena dapat merangsang sekresi corticotrophin releasing hormone (CRH) yang
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Demikian juga halnya dengan napza
jenis lain seperti ganja memengaruhi sistem saraf simpatetik di otak yang
berfungsi mengatur kerja jantung dan pembuluh darah. Tiga jam setelah
mengonsumsi napza, detak jantung akan meningkat, yang kemudian akan ikut
meningkatkan tekanan darah.
5.1.9. Pengaruh Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS dr. Fauziah Bireuen Tahun 2019
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara merokok dengan kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS. dr.
Fauziah Bireuen tahun 2019 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Hal ini ditunjukkan
dari 104 jumlah responden, 49 responden yang merokok sebanyak 75,5%
mengalami hipertensi dan 24,5% yang tidak mengalami hipertensi. Hasil analisis
129
multivariat dengan regresi logistik diketahui nilai sig. 0,000 < 0,05, dapat
dikatakan ada pengaruh yang signifikan merokok terhadap kejadian hipertensi di
Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
Menurut Depkes RI Pusat Promkes tahun 2008, telah dibuktikan dalam
penelitian bahwa dalam 1 batang rokok mengandung berbagai zat kimia. Bahan
utama rokok terdiri dari tiga zat, yaitu 1) Nikotin, berdampak pada jantung dan
sirkulasi darah maupun pembuluh darah. 2) Tar, mengakibatkan kerusakan sel
paru-paru dan menyebabkan kanker. 3) Karbon Monoksida (CO), yang
mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. Zat-zat kimia
tersebut dapat merusak lapisan dalam dinding arteri sehingga menyebabkan
penumpukan plak dan lama-kelamaan akan terjadi peningkatan tekanan darah atau
munculnya penyakit hipertensi (79).
Departemen Kesehatan menambahkan bahwa asap dari rokok juga
berdampak terhadap orang yang menghirupnya (disebut perokok pasif) untuk
terjadinya penyakit. Para ilmuwan membuktikan bahwa zat-zat kimia didalam
rokok juga memengaruhi kesehatan seseorang yang tidak merokok disekitar
perokok. Dampak yang akan ditimbulkan oleh rokok tersebut untuk menderita
hipertensi akan terakumulasi dalam beberapa tahun kemudian yaitu sekitar usia 40
tahun ke atas (79).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irwanda
(2012) dengan judul hubungan antara merokok dan hipertensi pada pasien pria di
Instalasi Rawat Jalan Klinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak.
Irwanda menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
130
kebiasaan merokok dan hipertensi. Uji hipotesis yang dilakukan dengan uji chi-
square dengan menggunakan program SPSS 17.0, diperoleh hasil 0,004 (p< 0,05).
Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 2,7 dengan nilai
IK 95% berkisar antara 1,4 sampai 5,5. Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai
OR >1 dan rentang nilai IK 95% tidak mencakup angka 1. Ini berarti bahwa
kebiasaan merokok merupakan faktor risiko untuk terjadinya hipertensi, yakni
subyek yang mempunyai kebiasaan merokok mempunya risiko mengalami
hipertensi 2,7 kali lebih besar dibandingkan dengan subyek yang bukan perokok.
Hasil penelitian yang diperoleh mendukung hipotesis yang telah diajukan (80).
Kebiasaan merokok bisa meningkatkan resiko tekanan darah tinggi
(hipertensi) karena nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan
pengapuran pada dinding pembuluh darah (62). Nikotin dan karbondioksida yang
terkandung dalam rokok akan merusak 10 lapisan endotel pembuluh darah arteri,
elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga pembuluh darah menjadi kaku dan
menganggu aliran darah sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (81).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Arifin (2016)
tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada
Kelompok Lanjut Usia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten
Badung Tahun 2016, yang menyimpulkan berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan chisquare didapatkan nilai p = 0,128 (p > 0,05), artinya tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian hipertensi. Ini
berarti pada penelitian ini merokok belum dapat dikatakan secara definitif sebagai
131
faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada kelompok lansia di
wilayah kerja Puskesmas Petang I Kabupaten badung (82).
Menurut peneliti, terdapatnya responden yang tidak merokok namun
mengalami kejadian hipertensi kemungkinan disebabkan oleh responden yang
memiliki riwayat terpapar rokok ataupun asapnya khususnya bagi lansia
perempuan yang tidak merokok kemungkinan besar terpapar oleh asap rokok yang
dikonsumsi oleh sanak keluarganya. Sehingga berdampak pada kesehatannya
dalam waktu beberapa tahun kemudian setelah memasuki usia tua.
5.1.10. Implikasi Penelitian
1) Implikasi terhadap RS. dr. Fauziah Bireuen
(1) Penelitian ini dijadikan sebagai dasar bagi RS. dr. Fauziah Bireuen untuk
meningkatkan program pendidikan kesehatan yang komprehensif berfokus
pada keyakinan dan kepercayaan diri masyarakat agar lebih mengetahui
fakrot-faktor risiko kejadian hipertensi khususnya pada lansia.
(2) Memaksimalkan pelayanan kesehatan serta sarana prasarana di RS. dr.
Fauziah Bireuen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pelayanan
perawatan dan pengobatan hipertensi.
(3) Pelaksanaan program bagi penderita hipertensi telah ada melalui program
pelayanan kesehatan meliputi promosi kesehatan, pencegahan, dan
pengobatan. Dimana tenaga kesehatan memberikan penyuluhan pada
penderita tentang hipertensi, pelayanan kesehatan lansia seperti melakukan
senam lansia secara aktif, menciptakan kawasan tanpa rokok (KTR) serta
132
memberikan obat sekaligus memantau perkembangan si penderita pada
saat kunjungan ulang.
2) Implikasi terhadap Masyarakat
(1) Masyarakat khususnya para lansia masih beranggapan keliru bahwa
pengetahuan tentang hipertensi bukanlah masalah yang sangat serius
karena dengan melaksanakan pola hidup sehat sudah dapat mengatasi
kemungkinan mengalami hipertensi tanpa memperhatikan faktor-faktor
risiko lainnya yang dapat menyebabkan hipertensi. Masalah pemenuhan
nutrisi, aktivitas fisik dan merokok yang tidak diperhatikan secara serius
bisa mengakibatkan timbulnya kemungkinan kejadian hipertensi..
(2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengubah persepsi maupun gaya
hidup masyarakat selama ini tentang tanggapan yang salah dan kepedulian
yang kurang terhadap lansia yang hipertensi. Maka dari itu, sebagai
masyarakat atau keluarga kita harus membantu untuk mencegah hipertensi
pada lansia dengan cara mengingatkan gaya hidup yang sehat kepada
lansia yang hipertensi supaya lansia mampu bertahan hidup dengan adanya
dukungan tersebut.
5.1.11. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
ilmiah namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu penelitian ini
merupakan penelitian mix method sehingga sangat terbatas dalam mengeksplorasi
secara mendalam hubungan lain yang memiliki kaitan dalam gaya hidup lansia
dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini menggunakan kuesioner, data yang
133
diambil pada penelitian ini diperoleh dengan mengandalkan daya ingat responden,
sehingga kejadian bias informasi yang terkadang jawaban yang diberikan
responden tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya yang dialami oleh responden.
Hal ini akan menyebabkan responden akan memberi jawaban yang cenderung
positif. Oleh karena itu, perlu menjelaskan secara rinci tentang maksud dari tujuan
pertanyaan.
134
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1) Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
2) Tidak ada pengaruh suku/ ras terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
3) Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
4) Tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
5) Tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
6) Ada pengaruh sikap terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS.
dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
7) Ada pengaruh nutrisi terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam RS.
dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
8) Tidak ada pengaruh kebiasaan memakai napza terhadap kejadian hipertensi di
Poli Penyakit Dalam RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019.
9) Ada pengaruh merokok terhadap kejadian hipertensi di Poli Penyakit Dalam
RS. dr. Fauziah Bireuen tahun 2019
135
10) Variabel yang paling signifikan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi
adalah nutrisi dengan nilai Exp (B) terbesar (36,210).
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran kepada
beberapa pihak, yaitu:
1) Bagi RS. dr. Fauziah Bireuen
RS. dr. Fauziah Bireuen disarankan untuk melakukan kegiatan penyuluhan
kepada para lansia baik dalam pelaksanaan posbindu ataupun kunjungan ke
rumah mengenai hipertensi dan bahan-bahan makanan yang berisiko
menimbulkan hipertensi, yaitu makanan yang tinggi lemak dan natrium
seperti gorengan, ikan asin, biskuit dan sebagainya untuk mencegah
kejadian hipertensi.
2) Bagi Masyarakat di Wilayah Kerja RS. dr. Fauziah Bireuen
Disarankan kepada masyarakat khususnya lansia agar waspada dengan
bertambahnya umur, karena mulai rentan terhadap berbagai macam penyakit
termasuk hipertensi dan lakukan pemeriksaan tekanan darah paling lama
satu bulan sekali. Disarankan juga untuk menghindari konsumsi makanan
pencetus terjadinya hipertensi seperti makanan asin dan makanan
mengandung lemak jenuh dan tidak membiasakan menggunakan minyak
goreng bekas atau jelantah karena jelantah mengandung lemak jenuh yang
sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh yang dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi. Masyarakat
disarankan untuk melakukan olah raga dengan benar secara teratur 3–4 kali
136
seminggu minimal 30 menit dengan sifat kontinu, ritmik, progresif, dan
mempunyai kekuatan tertentu sesuai tujuan olah raga yang dilakukan.
3) Bagi Peneliti selanjutnya
Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang
pencegahan hipertensi secara lebih mendalam dengan variabel yang lain
seperti motivasi, aktivitas fisik dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agoes A. Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC; 2011. 2. WHO. Noncommunicable Diseases (NDC) Country Profile. 2015. 3. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta; 2018. 4. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta; 2013. 5. Dinkes Aceh. Profil Kesehatan Aceh Tahun 2017. Banda Aceh; 2017. 6. Julianti E. Bebas Hipertensi dengan Terapi Jus. Jakarta: Niaga Swadaya;
2011. 7. RS Bireuen. Profil Rumah Sakit dr. Fauziah Bireuen Tahun 2018. Bireuen;
2018. 8. Dewi RS. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Penerbit
Deepublish; 2014. 9. Stephen P. Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2011. 10. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta;
2014. 11. Mulyati H. Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium serta Aktivitas
Fisik denganKejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Artik Penelit Univ Hasanuddin. 2011;
12. Abdurrachim R. Hubungan Asupan Natrium, Frekuensi dan Durasi Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah Lansia di Panti Sosial Tresna Wardha Budi Sejahtera dan Bina Laras Budi Luhur Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. J Indones Nutr Assoc. 2016;
13. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama; 2014.
14. Arlita. Hubungan Asupan Natrium, Kalium, magnesium dan Status Gizi dengan Tekanan Darah pada Lansia di Kelurahan Makamhaji Kecamatan Surakarta. Univ Muhammadiyah Surakarta. 2014;
15. Oktaviance. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Hipertensi pada Lanjut Usia di Poskeskel Rengas Pulau Marelan Medan. J Kesehat. 2014;1(2).
16. Fitrina Y. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Sikolos Kecamatan Padang Panjang Barat Tahun 2014. STIKes Yars Bukit Tinggi. 2014;
17. Novitaningtyas T. Hubungan Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan) dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia di Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Fak Ilmu Kesehat Univ Muhammadiyah Surakarta. 2014;
18. Asari HV. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang. Fak Kesehat Masy Univ Sumatera Utara. 2017;
19. Mahmudah S. Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok Tahun 2015. J Biomedika. 2015;7(2).
20. Chris T. Kapita Selekta Kedoteran. 2nd ed. Jakarta: Media Aesculapius;
2014. 21. Wahyunita DV. Memahami Kesehatan pada Lansia. Jakarta: CV. Trans Info
Medika; 2010. 22. Shadine M. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke & Serangan
Jantung Pencegahan dan Pengobatan Alternatif. Jakarta: Keenbook; 2010. 23. Adib M. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling
Sering Menyerang Kita. Yogyakarta: Bukubiru; 2011. 24. Pudiastuti RD. Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika;
2013. 25. Ramdhani. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2014. 26. Femmy PI. Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Posyandu Lansia
Wilayah Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2010. Fak Kesehat Masy Univ Indinesia. 2011;
27. Bustan MN. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta; 2015.
28. Sayoga. Mencegah Stroke dan Serangan Jantung. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya; 2013.
29. Padila. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.
30. Noviyanti. Hipertensi Kenali, Cegah & Obati. Yogyakarta: Notebook; 2015. 31. Huda NA dan Hardi K. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2013. 32. Yogiantoro M. Hipertensi Essensial: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: FKUI; 2010. 33. Rahajeng E TS. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2009.
34. World Health Organization. A Global Brief on Hypertension: Silent Killer, Global Public Health Crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO; 2013.
35. Centres for Disease Control and Prevention. Terms, Definitions, and Calculations Used in CDC HIV Surveillance Publications. CDC [Internet]. 2014; Available from: https://www.cdc.gov/hiv/pdf /statistics/systems/nhbs/ cdc-hiv-terms-surveillance-publications-2014.pdf
36. Price SA WL. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. IV. Jakarta: EGC; 2013.
37. Skuta GL, Cantor LB WJ. American Academy of Ophthalmology. 2009-2010. Retina And Vitreous. Basic and Clinical. Course section. 2010;12(5):107–8.
38. Hidayat A. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika; 2014.
39. Purnawarman A dan Nurkhalis. Pengaruh Latihan Fisik terhadap Fungsi Endotel. Banda Aceh: Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/ RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh; 2014.
40. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Peraturan Teknis
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan. Jakarta: Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya; 2004.
41. Widyanto FC dan Triwibowo C. Trend Disease Trend Penyakit Saat Ini. Jakarta: Trans Info Media; 2013.
42. Sastrawijaya AT. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta; 2009. 43. Ridwan H. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC; 2010. 44. Mukono HJ. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan
Saluran Pernafasan. III. Surabaya: Airlangga University Press; 2008. 45. Droge W. Free Radicals in the Physiological Control of Cell Function
Physiol Rev. 82. Ger Huseunb. 2002;47–95. 46. Depkes RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular; 2006. 47. Boedhi DR. Buku Ajar Geriatic (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). 4th ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. 48. WHO. Definition of an Older or Elderly Person. Geneva; 2016. 49. Depkes RI. Klasifikasi Umur Menurut Kategori. Jakarta: Ditjen Yankes;
2009. 50. Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 51. Tambayong. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2010. 52. Azwar S. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. 2nd ed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar; 2016. 53. Berman A. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Dkk
ABM, editor. Jakarta: EGC; 2009. 54. Lerma and Rosner. Clinical Decisions in Neprhologym Hypertension and
Kidnay Transplantation. New York: Springer; 2012. 55. Sugiyono P. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung:
CV. Alfabeta; 2014. 56. Creswell JW. Research Design Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan Mixed.
2nd ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2012. 57. Susila. Metode Penelitian Epidemiologi Bidang Kedokteran dan Kesehatan.
1st ed. Yogyakarta: Bursa Ilmu; 2013. 58. Moleong LJ. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya; 2014. 59. Muhammad I. Pemanfaatan SPSS dalam Bidang Kesehatan. Bandung:
Ciptapustaka; 2017. 60. Gray H. Lecture Notes Kardiologi. IV. Jakarta: Erlangga; 2005. 61. Sarasaty RF. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada
Kelompok Lanjut Usia di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Univ Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011;
62. Singalingging G. Karakteristik Penderita Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Herna Medan 2011. 2011;1(6).
63. Lewa AF. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Sistolik Terisolasi pada Lanjut Usia. Ber Kedokt Masy. 2010;26(4).
64. Sulistyoningsih H. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2010.
65. Zakiyah D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi dan Hiperlipidemia sebagai Faktor Risiko PJK Diantara Pekerja di Kawasan Industri Pulo Gadung Tahun 2006. Fak Kesehat Masy Univ Indones. 2008;
66. Sarwono SW. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 2006. 67. Sulistiyowati. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
di Kampung Botton Kelurahan Magelang Tengah Kota Magelang 2009. FIK UNNES. 2010;
68. Prihantoro CT. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keaktifan Di Posyandu Lansia Desa Klaseman Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Tahun 2016. Fak Ilmu Kesehat Univ Muhammadiya Surakarta. 2016;
69. Khalid M. Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2012. 70. Siti MR. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika; 2011. 71. Muswanti IJ. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Pencegahan Komplikasi Stroke Pada Penderita Hipertensi Usia ≤ 45 Tahun di Puskesmas Ngemplak Simongan Kota Semarang. Ilmu Kesehat Masyarakat Univ Negeri Padang. 2016;
72. Supariasa. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta: EGC; 2016. 73. Rossyana P & Sudhana IW. Gambaran Kualitas Hidup pada Lansia dengan
Normotensi dan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Gianyar I Periode Bulan November Tahun 2013. J Med Udayana. 2014;3(9).
74. Susan P. Hubungan Status Nutrisi Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu Kabupaten Jember. Univ Muhammadiyah Jember. 2016;
75. Azmiyati SR. Gambaran Penggunaan NAPZA pada Anak Jalanan di Kota Semarang. J Kesehat Masy. 2014;9(2):137–43.
76. Makaremas JE. Kebiasaan Konsumsi Alkohol dan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Usia 35-59 Tahun di Kota Bitung. J KESMAS. 2018;7(5).
77. Jayanti IGAN. Hubungan Pola Konsumsi Minuman Beralkohol terhadap Kejadian Hipertensi pada Tenaga Kerja Pariwisata di Kelurahan Legian. J Gizi Indones. 2017;6(1).
78. Patmawinata K. Pengendalian Hipertensi (Laporan Komisi Pakar WHO). Bandung: ITB; 2001.
79. Depkes RI. Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.
80. Irwanda TM. Hubungan Antara Merokok dan Hipertensi pada Pasien Pria di Instalasi Rawat Jalan Klinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Fak Kedokt Univ Tanjungpura. 2012;
81. Dwi AFH dan Prayitno N. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat. J Ilm Kesehat. 2013;5(1).
82. Arifin M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016. E-Jurnal Med. 2016;5(7).
Lampiran 1.
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA
LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT
DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2019
Petunjuk : a. Isilah data di bawah ini dengan benar!
b. Checklist salah satu jawaban yang menurut Anda sesuai! A. Data Responden
01. Nama Responden :
02. Umur Responden :
03. Jenis Kelamin :
04. Suku/ Ras :
04. Pendidikan :
1. Tidak Sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Diploma/ PT
04. Pekerjaan :
1. PNS
2. Wiraswasta
3. Ibu Rumah Tangga
4. Buruh
5. Tidak bekerja
B. Pengetahuan
1. Hipertensi disebut juga sebagai penyakit a. Tekanan darah rendah b. Diabetes c. Tekanan darah tinggi
2. Berapa tekanan darah normal? a. Tekanan darah 130/80 mmHg b. Tekanan darah ≥140/90 mmHg atau lebih saat istirahat c. Tekanan darah 120/80 mmHg
3. Berapa tekanan darah tinggi? a. Tekanan darah 130/80 mmHg b. Tekanan darah ≥140/90 mmHg atau lebih saat istirahat c. Tekanan darah 120/80 mmHg
4. Penyakit darah tinggi merupakan penyakit keturunan a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
5. Semakin bertambah umur, tekanan darah semakin bertambah a. Benar b. Salah c. Tidak tahu
6. Penyakit darah tinggi banyak terjadi pada umur a. Kurang dari 40 tahun b. Lebih dari 40 tahun c. Tidak tahu
7. Yang merupakan gejala darah tinggi adalah a. Sakit kepala, keluar darah dari hidung, sulit berkemih b. Sakit kepala, berat ditengkuk, cepat lelah c. Tidak tahu
8. Apa faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah? a. Berat badan berlebih, stress b. Merokok, minum alkohol dan genetik c. Umur, jenis kelamin dan genetik
9. Apakah komplikasi dari penyakit hipertensi? a. Stroke, sakit jantung, gagal ginjal b. Mata rabun, kerusakan otak, Hepatitis c. Tidak Tahu
10. Bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi? a. Pengobatan alternatif
b. Operasi c. Mengendalikan faktor risiko, minum obat
C. Sikap
Jawablah pernyataan berikut ini dengan tanga checklist (√) dengan pilihan
jawaban :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No. Pertanyaan Jawaban
SS S TS STS
1. Jika merasa pusing dan tengkuk terasa berat dalam jangka waktu yang lama sebaiknya memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat
2. Penderita hipertensi sebaiknya memeriksakan tekanan darah secara teratur tiap bulan
3. Kurang istirahat dan banyak beban pikian dapat menyebabkan tekanan darah meningkat
4. Penderita tekanan darah tinggi boleh melakukan olahraga ringan seperti jogging dan senam
5. Konsumsi garam tidak perlu dihindari bagi penderita hipertensi
6. Mengurangi makanan yang mengandung lemak seperti gorengan, dan makanan yang bersantan perlu dilakukan oleh penderita hipertensi
7. Jika istirahat cukup tetapi masih pusing, teruskan saja minum obat anti hipertensi tidak perlu ke puskesmas
8. Menurunkan berat badan secara bertahap bisa mengurangi risiko tekanan darah tinggi
9. Mengkonsumsi makanan seperti daging-dagingan dapat meningkatkan tekanan darah tinggi
10. Dukungan keluarga sangat penting peranannya dalam keberhasilan penderita hipertensi menjalankan
dietnya
D. Nutrisi
No. Jenis Makanan Sering Jarang Frekuensi
(berapa
kali
dalam
sehari)
Kategori
(Diiisi oleh
Peneliti)
Berisiko
Tidak
Berisiko
Sumber karbohidrat: 1 Mie instan 2 Kue kering 3 Nasi putih Sumber protein:
4 Daging sapi 5 Daging kambing 6 Ayam kampung 7 Bebek 8 Telur bebek
Sumber protein nabati 9 Kacang tanah 10 Kacang asin
Minuman bersoda 11 Fanta 12 Coca-cola
Minuman berkafein 13 Kopi
Makanan yang bersantan 14 Kari kambing 15 Rendang 16 Gulai daun ubi
Makanan yang berlemak tinggi 17 Jeroan 18 Udang
Makanan yang diawetkan 19 Ikan asin 20 Sarden 21 Ikan teri 22 Terasi
D. Kebiasaan Memakai Napza
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda pernah memakai napzah? (Jika menjawab tidak berhenti hanya 1 pertanyaan, jika jawaban ya, lanjutkan ke pertanyaan berikutnya!)
2. Apakah anda mengonsumsi napza jenis ganja?
3. Apakah anda mengonsumsi minuman yang mengandung kafein seperti kopi?
4. Apakah anda rutin mengonsumsi ganja?
5. Apakah anda mengonsumsi minuman beralkohol?
6. Apakah anda tahu bahaya penggunaan napza?
7. Apakah mudah untuk mendapatkan napza di lingkungan anda?
8. Apakah tersedia tempat untuk minum alkohol?
9. Apakah anda merasakan gangguan kesehatan setelah mengonsumsi napza?
10. Apakah keluarga melarang anda mengonsumsi napza?
E. Merokok
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda merokok?
2. Apakah anda menghabiskan lebih 10 batang rokok dalam sehari?
F. Kejadian Hipertensi
No. Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak
Hipertensi
1.
PEDOMAN WAWANCARA
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA
LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT
DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2019
Responden : Pasien Hipertensi
Nama responden : .............................................................
Hari/Tanggal wawancara : .............................................................
Umur : .............................................................
Pendidikan : .............................................................
Pertanyaan Wawancara :
1. Apa yang anda ketahui tentang penyakit hipertensi?
2. Apakah ada di keluarga anda yang menderita hipertensi?
3. Apakah anda tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan
hipertensi?
4. Apakah anda tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?
5. Apakah anda tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?
6. Apakah anda menggunakan napza? Apakah risiko penggunaan napza bagi
hipertensi?
7. Apakah anda merokok? Apakah risiko merokok bagi hipertensi?
PEDOMAN WAWANCARA
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA
LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT
DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2019
Responden : Perawat Poli Penyakit Dalam
Nama responden : .............................................................
Hari/Tanggal wawancara : .............................................................
Umur : .............................................................
Pendidikan : .............................................................
Pertanyaan Wawancara :
1. Menurut pengamatan anda, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi?
2. Apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan
hipertensi? Apakah anda memberitahukan kepada pasien?
3. Apakah pasien tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?
4. Apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?
5. Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza bagi
hipertensi?
6. Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi
hipertensi?
PEDOMAN WAWANCARA
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA
LANJUT USIA (LANSIA) DI POLI PENYAKIT
DALAM RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2019
Responden : Dokter Penanggungjawab Poli Penyakit Dalam
Nama responden : .............................................................
Hari/Tanggal wawancara : .............................................................
Umur : .............................................................
Pendidikan : .............................................................
Pertanyaan Wawancara :
1. Menurut pengamatan anda, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi?
2. Apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan
hipertensi? Apakah anda memberitahukan kepada pasien?
3. Apakah pasien tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?
4. Apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?
5. Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza bagi
hipertensi?
6. Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi
hipertensi?
Lampiran 2.
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
Pertanyaan kepada Pasien Hipertensi
1 Apa yang anda ketahui tentang penyakit hipertensi?
Informan 1 Iya tahu… darah tinggi kan Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui apa yang dimaksud hipertensi, namun masih hanya sebatas arti apa yang dimaksud hipertensi.
Informan 2 Hipertensi itu kalo enggak salah ya darah
tinggi juga …
Informan 3 Darah tinggi lah kalau apa di tensi tuh
wawak bisa sampe 180 /100
gitu, sakit kali kepala rasanya
2 Apakah ada di keluarga anda yang menderita hipertensi?
Informan 1 Iya…ada…ayah saya juga menderita
hipertensi….
Dari hasil wawancara mendalam tersebut di dapatkan bahwa ada keluarga informan yang menderita hipertensi
Informan 2 Kalau dari orangtua saya sih nggak
ada…tapi kakek saya kakek saya
menderita hipertensi…
Informan 3 Dari keluarga saya nggak ada….yang ada
dari keluarga istri saya….
3 Apakah anda tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi?
Informan 1 Ya kalau saya memang udah dari orang
tuasaya bapak sama
mamak saya memang pada darah tinggi
semua, sama pun mungkin
karna saya da kegemukan ya kan
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi, namun masih hanya tentang makanan berlemak dan faktor keturunan saja
Informan 2 Suka makan asin lah itu, sama makanan
yang banyak kolesterolnya
kayak kari kambing sama sop sop daging
tu kalau udah makannya terasa kali
pusing kepala habis itu
Informan 3 Makanan yang enggak sehat, yang suka
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
makan asin-asin sama
berlemak,keturunan bisa juga penyebab
darah tinggi kan…
4 Apakah anda tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?
Informan 1 Ya makanan nya yang sehat-sehat,
olahraga lah ntah lari pagi-pagi,jangan
suka stress itu lah pokoknya
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien mengetahui bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi
Informan 2 Banyak itu pencegahannya, kayak
olahraga, jangan banyak pikiran,jangan
suka marah-marah, sering makan buah
sama sayur
Informan 3 Mencegahnya ya sebelum kena darah
tinggi jangan suka makan asin-asin,
olahraga lah, sama di jaga makanannya
5 Apakah anda tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?
Informan 1 Yang saya tahu ya…kurangi makanan
yang berlemak, seperti daging dan
makanan yang digoreng-goreng itu….trus
ya banyak-banyak lah makan sayur….
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien belum mengetahui bagaimana pemenuhan nutrisi yang baik bagi lansia Informan 2 Banyakin makan buah sama
sayuran…sama ditambah minum susu,
tapi susu yang rendah lemak….
Informan 3 Minum susu yang rendah lemak…makan
sayur sama timun…baru kan jangan
makan gorengan….
6 Apakah anda menggunakan napza? Apakah risiko penggunaan napza bagi hipertensi?
Informan 1 Tidak…..biasanya kalau orang pake
napza…makin gampang naik darah
tinggi…
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa sudah tahu factor risiko penggunaan napza dan perawat dan dokter Informan 2 Pernah saya pake…sekarang enggak
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
lagi…dulu waktu saya pake obat atau
minum alkohol..kepala saya pusing sama
jantung berdebar kencang….gak tau ya
apakah napzah salah satu penyebab
hipertensi
penanggung jawab sudah memberitahukan kepada pasien
Informan 3 …kalau obat-obatan enggak…tapi alkohol
iya….itupun kalau pas ada dinas ke luar
kota, kalau sekarang nggak lagi…kalau
sudah kebanyakan minum alkohol biasa
saya langsung pitam ….
7 Apakah anda merokok? Apakah risiko merokok bagi hipertensi?
Informan 1 Iya….yang saya tahu merokok bisa buat
hipertensi, makanya saya
batasi…sebungkus rokok itu bisa tiga hari
baru habis…
Hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa pasien sudah tahu faktor risiko merokok dan perawat dan dokter penanggung jawab sudah memberitahukan kepada pasien
Informan 2 Dulu iya..sekarang enggak lagi. Dokter
bilang katanya merokok bias buat darah
tinggi. Memang kemarin kalau sudah
kebanyakan merokok kepala
pusing…terasa gamang gitu perasaan…
Informan 3 Enggak…kan udah banyak iklan-iklan
yang bilang merokok bisa buat
hipertensi…makanya saya gak berani
coba…
Pertanyaan kepada
Perawat
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
1 Menurut pengamatan anda, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi?
Informan 4 Sebahagian sudah tahu sih..makanya
mereka berusaha untuk
mencegahnya…tapi ya Cuma tahu kalau
hipertensi itu tekanan darahnya tinggi…
Hasil wawancara mendalam diketahui bahwa sebahagian pasien sudah tahu tentang penyakit hipertensi.
2 Apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi? Apakah anda memberitahukan kepada pasien?
Informan 4 Mereka cuma tahu yang umum
saja…..paling yang mereka tahu cuma
faktor keturunan sama makanan yang
berlemak. Biasanya dokter yang
memberitahukan sama pasien…
Hasil wawancara diketahui bahwa pasien hanya tahu factor risiko hipertensi adalah dar factor keturunan dan konsumsi makanan yang berlemak.
3 Apakah pasien tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?
Informan 4 Iya….pasien sudah tahu cara
penanggulangannya…tapi setelah
dibertahu sama dokter…
Hasil wawancara diketahui bahwa pasien mengetahui cara penanggulangan hipertensi dari informasi yang diberikan dokter
4 Apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?
Informan 4 Secara rinci enggak…mereka hanya tahu
harus mengurangi makanan berlemak dan
minum susu yang rendah lemak….
Hasil wawancara diketahui bahwa pasien mengetahui tentang bagaiman pemenuhan nutrisi bagi lansia hanya dengan mengurangi makanan berlemak dan minum susu rendah lemak.
5 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza bagi hipertensi?
Informan 4 Iya…saya beritahukan supaya mereka
menghindari penggunaan napza,
khususnya yang punya histori pernah
menggunakan napza…
Hasil wawancara diketahui bahwa perawat memberikan informasi kepada pasien tentang risiko penggunaan napza bagi hipertensi
6 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi
Informan 4 Iya….tapi sekedarnya aja..yang lebih
mendetail ya dokter..kan pasien lebih
tertarik untuk mendengar kalo dokter yang
Hasil wawancara diketahui bahwa perawat memberitahukan kepada pasien risiko bagi hipertensi.
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
hipertensi? kasih tau….
Pertanyaan kepada Dokter
1 Menurut pengamatan anda, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi?
Informan 5 Masih kurang…yang mereka tahu
hipertensi ya darah tinggi…itu aja…
Hasil wawancara diketahui pendapat dokter yang mengatakan pasien hanya mengetahui bahwa hipertensi adalah darah tinggi.
2 Apakah pasien tahu faktor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi? Apakah anda memberitahukan kepada pasien?
Informan 5 Yang umum-umum aja seperti factor
keturunan sama makanan berlemak..
Hasil wawancara diketahui bahwa pasien belum mengetahui secara mendetail factor risiko apa saja yang dapat menyebabkan hipertensi
3 Apakah pasien tahu bagaimana penanggulangan penyakit hipertensi?
Informan 5 …ya, pasien sudah tahu
penanggulangannya dan sebahgian sudah
melakukannya seperti olah raga dan
menghindari makanan yang dapat memicu
terjadinya hipertensi…
Hasil wawancara diketahui bahwa pasien mengetahui cara penganggulangan hipertensi dengan olah raga dan menghindari makanan yang dapat memicu terjadinya hipertensi.
4 Apakah pasien tahu bagaimana pemenuhan nutrisi bagi lansia ?
Informan 5 …tidak, pasien hanya tahu makan-
makanan yang sehat….
Hasil wawancara diketahui bahwa pasien tidak mengetahui bagaimna pemenuhan nutrisi bagi lansia.
5 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan
Informan 5 …iya….setelah saya memeriksa kondisi
pasien saya selalu memberitahukan factor
risiko pemicu hipertensi termasuk risiko
Hasil wawancara diketahui bahwa dokter memberitahukan kepada pasien risiko penggunaan napza
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
napza bagi hipertensi? penggunaan napza yang termasuk
didalamnya untuk mengurangi konsumsi
kopi…
bagi hipertensi ketika dan cara pencegahannya
6 Apakah anda memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi?
Informan 5 …ya saya bertahukan pasien untuk tidak
merokok dan bagi pasien perokok saya
bertahukan untuk tidak merokok lagi…
Hasil wawancara diketahui bahwa dokter memberitahukan kepada pasien risiko merokok bagi hipertensi dan memberikan informasi kepada pasien tenang bahaya merokok.
MASTER TABEL PENGETAHUAN
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
6 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 4
7 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 4
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
9 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 4
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
11 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 7
12 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 6
13 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7
14 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9
16 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7
17 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7
18 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
20 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9
MASTER TABEL SIKAP
No S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 Total
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
2 4 3 4 2 4 4 3 4 2 4 34
3 2 4 4 3 2 2 4 4 4 4 33
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
5 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 14
6 3 3 1 2 3 3 3 1 2 1 22
7 2 4 4 4 2 2 4 4 4 4 34
8 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 36
9 1 1 3 4 1 1 3 3 1 3 21
10 2 3 1 2 2 2 3 1 2 1 19
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
13 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 37
14 3 4 4 3 4 4 4 1 4 4 35
15 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 33
16 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 37
17 1 4 4 4 4 3 4 4 3 3 34
18 2 4 4 4 4 2 4 3 4 3 34
19 2 2 4 4 4 3 3 3 2 2 29
20 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 34
MASTER TABEL KEBIASAAN MEMAKAI NAPZA
No N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 Total
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
5 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
10 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6
11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8
12 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 4
13 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
14 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7
15 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
16 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 6
17 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 6
18 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8
19 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 4
20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8
MASTER DATA PENELITIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 JLH Ktg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg 1 2 JLH KTGTekanan
DarahKTG
1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 14 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 7 2 1 0 1 1 160/90 1
2 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 15 2 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 1 1 0 1 1 200/95 1
3 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 14 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 1 0 0 0 2 200/95 1
4 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 16 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 2 1 1 2 1 210/95 1
5 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 1 0 1 1 220/95 1
6 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 15 2 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1 0 0 0 2 200/95 1
7 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 2 1 0 1 1 210/95 1
8 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 16 2 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7 2 0 0 0 2 185/95 1
9 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 13 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 2 1 1 2 1 200/95 1
10 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15 2 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 4 1 1 0 1 1 185/95 1
11 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 2 1 0 1 1 160/90 1
12 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 16 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 2 0 0 0 2 170/95 1
13 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 2 0 0 0 2 180/95 1
14 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 2 1 0 1 1 185/90 1
15 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 14 2 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 1 0 0 0 2 160/95 1
16 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 2 0 0 0 2 180/95 1
17 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 170/95 1
18 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 16 2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 2 0 0 0 2 170/95 1
19 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 12 2 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 1 1 2 1 185/95 1
20 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 8 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 170/95 1
21 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 15 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 1 1 2 1 185/90 1
22 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 14 2 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1 1 0 1 1 180/95 1
23 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16 2 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 6 2 1 0 1 1 180/95 1
24 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 15 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 2 1 1 2 1 170/95 1
25 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 17 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 1 1 0 1 1 185/90 1
26 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 16 2 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7 2 1 0 1 1 180/95 1
27 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 12 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 1 1 2 1 210/95 1
28 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 13 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 1 1 2 1 185/90 1
29 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4 1 1 0 1 1 185/90 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 15 2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 1 1 1 2 1 190/95 1
No.
Resp.
Nutrisi Kebiasaan Memakai Napza Merokok Kejadian
31 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 2 1 0 1 1 160/95 1
32 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 14 2 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 2 1 1 2 1 170/95 1
33 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 2 0 0 0 2 200/95 1
34 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 13 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 0 0 0 2 185/90 1
35 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 8 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 2 1 0 1 1 185/90 1
36 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 9 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4 1 1 1 2 1 185/90 1
37 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 13 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 1 0 1 1 180/95 1
38 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 14 2 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 5 1 1 0 1 1 160/90 1
39 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 14 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 0 0 0 2 200/95 1
40 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 12 2 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 4 1 1 1 2 1 200/95 1
41 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 16 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 2 0 0 0 2 210/95 1
42 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 2 1 1 2 1 220/95 1
43 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 14 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 2 1 0 1 1 200/95 1
44 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 14 2 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 4 1 1 1 2 1 210/95 1
45 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 14 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 185/95 1
46 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 2 1 0 1 1 200/95 1
47 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 2 1 0 1 1 185/95 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 16 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 7 2 1 0 1 1 160/90 1
49 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 2 1 0 1 1 170/95 1
50 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 14 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 2 1 1 2 1 180/95 1
51 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 14 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 2 1 0 1 1 185/90 1
52 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 16 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 2 1 0 1 1 160/95 1
53 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2
54 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 9 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 1 0 0 0 2 130/80 2
55 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 1 1 0 1 1 130/80 2
56 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2
57 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 0 0 0 2 130/80 2
58 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 9 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1 1 1 2 1 130/80 2
59 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2
60 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 120/80 2
61 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 2 0 0 0 2 120/80 2
62 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 4 1 0 0 0 2 130/80 2
63 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 9 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 2 0 0 0 2 130/80 2
64 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 7 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 130/80 2
65 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
66 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2
67 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 7 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 1 1 1 2 1 130/80 2
68 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 15 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 2 0 0 0 2 130/80 2
69 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 130/80 2
70 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 8 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 2 1 0 1 1 120/80 2
71 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 9 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 0 0 0 2 130/80 2
72 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 13 2 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 1 1 2 1 130/80 2
73 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 120/80 2
74 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 10 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1 0 0 0 2 120/80 2
75 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 8 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 3 1 0 0 0 2 130/80 2
76 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 9 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2
77 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 15 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
78 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 7 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
79 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 0 0 0 2 130/80 2
80 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2
81 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 15 2 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4 1 0 0 0 2 120/80 2
82 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 10 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 1 0 0 0 2 120/80 2
83 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 15 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 2 0 0 0 2 120/80 2
84 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 120/80 2
85 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 120/80 2
86 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 130/80 2
87 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 16 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2
88 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4 1 0 0 0 2 120/80 2
89 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 9 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2
90 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 7 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 5 1 0 0 0 2 130/80 2
91 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 18 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 1 1 2 1 130/80 2
92 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 9 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 4 1 0 0 0 2 130/80 2
93 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 9 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 1 1 2 1 130/80 2
94 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
95 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
96 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 9 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 4 1 0 0 0 2 130/80 2
97 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 9 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 1 0 1 1 120/80 2
98 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 18 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2
99 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
100 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2
101 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 10 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 120/80 2
102 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 17 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2
103 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 20 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2
104 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
MASTER DATA PENELITIAN KASUS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 JLH Ktg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg 1 2 JLH KTG
Tekanan
DarahKTG
1 54 1 LK 1 Padang 5 SMA 2 Wiraswasta 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 14 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 7 2 1 0 1 1 160/90 1
2 58 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Petani 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 1 4 1 2 2 1 4 1 2 1 19 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 15 2 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 1 1 0 1 1 200/95 1
3 52 1 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 5 1 3 1 2 2 3 3 1 2 2 1 20 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 14 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 1 0 0 0 2 200/95 1
4 61 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 3 1 3 3 2 2 2 3 3 2 2 1 23 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 16 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 2 1 1 2 1 210/95 1
5 58 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 4 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 1 0 1 1 220/95 1
6 58 2 PR 2 Aceh 1 PT 2 Wiraswasta 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 5 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 15 2 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1 0 0 0 2 200/95 1
7 57 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 6 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 1 16 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 2 1 0 1 1 210/95 1
8 59 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 4 1 2 1 3 3 1 2 1 3 3 1 20 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 16 2 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7 2 0 0 0 2 185/95 1
9 53 1 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 6 2 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 13 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 2 1 1 2 1 200/95 1
10 54 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15 2 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 4 1 1 0 1 1 185/95 1
11 56 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 3 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 2 1 0 1 1 160/90 1
12 57 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 PNS 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 7 2 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 16 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 2 0 0 0 2 170/95 1
13 58 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 3 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 15 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 2 0 0 0 2 180/95 1
14 57 2 LK 1 Padang 5 SMP 1 Wiraswasta 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 4 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 2 1 0 1 1 185/90 1
15 59 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 2 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 14 2 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 1 0 0 0 2 160/95 1
16 56 2 PR 2 Batak 3 SMA 2 Petani 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 2 0 0 0 2 180/95 1
17 59 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Petani 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 3 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 170/95 1
18 60 2 LK 1 Aceh 1 PT 2 PNS 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 5 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 16 2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 2 0 0 0 2 170/95 1
19 53 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 12 2 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 1 1 2 1 185/95 1
20 53 1 PR 2 Aceh 1 SD 1 Petani 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 8 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 170/95 1
21 60 2 LK 1 Batak 3 SMA 2 Wiraswasta 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 5 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 15 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 1 1 2 1 185/90 1
22 54 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Petani 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 14 2 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1 1 0 1 1 180/95 1
23 55 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16 2 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 6 2 1 0 1 1 180/95 1
24 55 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 5 1 3 1 2 2 1 3 1 2 2 1 18 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 15 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 2 1 1 2 1 170/95 1
25 54 1 LK 1 Jawa 4 SMP 1 Petani 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 4 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 17 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 1 1 0 1 1 185/90 1
Kejadian Hipertensi.
KTG SukuSukuKTG JKJK Kerja
Merokok
KTG
Kerja
Pengetahuan Kebiasaan Memakai NapzaSikap Nutrisi
No. Resp. Umur KTG Umur DidikKTG
Didik
26 55 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 16 2 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7 2 1 0 1 1 180/95
27 50 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 12 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 1 1 2 1 210/95
28 56 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 2 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 13 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 1 1 2 1 185/90
29 54 1 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 2 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4 1 1 0 1 1 185/90
30 53 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 4 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 15 2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 1 1 1 2 1 190/95
31 58 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 2 1 0 1 1 160/95
32 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 5 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 14 2 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 2 1 1 2 1 170/95
33 62 2 PR 2 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 3 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 2 0 0 0 2 200/95
34 54 1 PR 2 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 13 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 0 0 0 2 185/90
35 57 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Petani 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 8 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 2 1 0 1 1 185/90
36 53 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 9 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4 1 1 1 2 1 185/90
37 58 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 4 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 13 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 1 0 1 1 180/95
38 58 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 7 2 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 14 2 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 5 1 1 0 1 1 160/90
39 53 1 PR 2 Aceh 1 SMP 1 Petani 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 15 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 14 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 0 0 0 2 200/95
40 55 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 3 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 12 2 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 4 1 1 1 2 1 200/95
41 62 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 2 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 16 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 2 0 0 0 2 210/95
42 54 1 LK 1 Cina 2 SMP 1 Wiraswasta 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 19 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 2 1 1 2 1 220/95
43 54 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 14 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 2 1 0 1 1 200/95
44 53 1 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 14 2 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 4 1 1 1 2 1 210/95
45 56 2 PR 2 Jawa 4 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 14 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 185/95
46 55 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 2 1 0 1 1 200/95
47 55 1 LK 1 Jawa 4 SMP 1 Petani 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1 1 4 1 2 2 1 4 1 2 1 19 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 2 1 0 1 1 185/95
48 60 2 PR 2 Aceh 1 SMP 1 Wiraswasta 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 5 1 3 1 2 2 3 3 1 2 2 1 20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 16 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 7 2 1 0 1 1 160/90
49 62 2 LK 1 Batak 3 SD 1 Buruh 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 5 1 3 3 2 2 2 3 3 2 2 1 23 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 2 1 0 1 1 170/95
50 56 2 LK 1 Jawa 4 SMP 1 Buruh 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 33 2 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 14 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 2 1 1 2 1 180/95
51 58 2 LK 1 Batak 3 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 5 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 14 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 2 1 0 1 1 185/90
52 64 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Buruh 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 6 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 1 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 16 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 2 1 0 1 1 160/95
Keterangan :
Umur : Jenis Kelamin : Suku/ Ras : Pendidikan : Pekerjaan :
1 = <56 tahun (lansia awal) 1 = Laki-laki 1 = Aceh 1 = Rendah (SD, SMP) 1 = Bekerja
2 = 56-65 tahun (lansia akhir) 2 = Perempuan 2 = Cina 2 = SMP 2 = Tidak bekerja
3 = >65 tahun (manula) 3 = Batak 3 = SMA
4 = Jawa 4 = PT
5 = Padang
6 = Suku lainnya
Pengetahuan Sikap Nutrisi Kebiasaan memakai napza Merokok : Pencegahan Hipertensi :
2 = Kurang 2 = Positif 2 = Tidak berisiko 2 = Tidak Merokok 2 = Tidak Merokok 2 = Tidak Dicegah
1 = Baik 1 = Negatif 1 = Berisiko 1 = Merokok 1 = Merokok 1 = Dicegah
MASTER DATA PENELITIAN KONTROL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 JLH Ktg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JLH Ktg 1 2 JLH KTG
Tekanan
DarahKTG
1 53 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Wiraswasta 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2
2 54 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 2 1 1 2 3 2 3 3 1 2 20 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 9 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 1 0 0 0 2 130/80 2
3 56 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Peg. Swasta 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 1 1 0 1 1 130/80 2
4 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2
5 59 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 1 3 1 1 3 1 3 1 2 19 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 0 0 0 2 130/80 2
6 53 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Wiraswasta 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 5 1 4 3 3 4 3 3 3 3 2 2 30 2 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 9 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1 1 1 2 1 130/80 2
7 58 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 34 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2
8 58 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 4 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 1 25 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 120/80 2
9 53 1 PR 2 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 5 1 3 1 3 1 2 3 1 3 1 2 20 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 2 0 0 0 2 120/80 2
10 54 1 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 2 1 1 2 1 3 1 3 1 2 17 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 4 1 0 0 0 2 130/80 2
11 56 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 9 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 2 0 0 0 2 130/80 2
12 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 PNS 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 4 1 2 1 1 2 3 1 3 1 1 2 17 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 7 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 130/80 2
13 58 2 LK 1 Batak 3 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
14 57 2 PR 2 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2
15 59 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 5 1 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 34 2 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 7 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 1 1 1 2 1 130/80 2
16 56 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Wiraswasta 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 33 2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 15 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 2 0 0 0 2 130/80 2
17 59 2 LK 1 Jawa 4 SMA 2 Wiraswasta 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 3 1 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 130/80 2
18 60 2 LK 1 Aceh 1 PT 2 PNS 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 34 2 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 8 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 2 1 0 1 1 120/80 2
19 53 1 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 4 1 2 3 3 2 3 3 3 4 4 2 29 2 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 9 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 1 0 0 0 2 130/80 2
20 54 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Petani 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 4 2 2 4 3 3 3 3 4 3 31 2 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 13 2 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 1 1 2 1 130/80 2
21 56 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Wiraswasta 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 2 4 3 3 2 3 4 3 4 3 4 33 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 120/80 2
22 57 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7 2 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 33 2 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 10 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1 0 0 0 2 120/80 2
23 58 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 1 1 3 2 2 1 1 3 1 1 1 16 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 8 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 3 1 0 0 0 2 130/80 2
24 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 9 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2
25 59 2 PR 2 Jawa 4 SMP 1 Petani 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 15 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
26 55 1 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 7 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
27 50 1 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 2 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 35 2 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 4 1 0 0 0 2 130/80 2
28 56 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 4 1 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 33 2 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2
29 53 1 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Petani 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 2 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 34 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 15 2 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 4 1 0 0 0 2 120/80 2
30 54 1 LK 1 Padang 5 SMA 2 Wiraswasta 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 10 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 1 0 0 0 2 120/80 2
31 56 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 3 2 2 3 3 3 3 3 2 1 25 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 15 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 2 0 0 0 2 120/80 2
32 57 2 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 120/80 2
33 58 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Petani 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 3 1 3 1 3 1 2 3 1 3 1 2 20 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 120/80 2
34 56 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 2 4 3 3 2 3 4 3 4 2 4 32 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 1 1 2 1 130/80 2
35 57 2 PR 2 Aceh 1 SMP 1 Tidak bekerja 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 2 4 3 4 2 2 3 3 3 2 3 29 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 16 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2
36 58 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Petani 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 1 2 2 3 2 1 2 2 1 19 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4 1 0 0 0 2 120/80 2
37 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Petani 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 9 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2
38 59 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Petani 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 5 1 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 36 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 7 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 5 1 0 0 0 2 130/80 2
39 56 2 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 31 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 18 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 2 1 1 2 1 130/80 2
40 50 1 PR 2 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 33 2 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 9 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 4 1 0 0 0 2 130/80 2
Sikap Nutrisi Kebiasaan Memakai Napza Merokok Kejadian Hipertensi.Pengetahuan
No. Resp. Umur KTG Umur JK KTG JK Suku KTG Suku DidikKTG
DidikKerja
KTG
Kerja
41 59 2 LK 1 Jawa 4 SD 1 Petani 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 2 3 3 2 3 1 3 3 2 3 25 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 9 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 1 1 2 1 130/80 2
42 60 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Wiraswasta 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 2 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 32 2 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
43 53 1 LK 1 Aceh 1 SD 1 Petani 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 1 1 3 1 2 3 1 3 1 2 1 18 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
44 54 1 PR 2 Aceh 1 SMA 2 Tidak bekerja 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 34 2 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 9 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 4 1 0 0 0 2 130/80 2
45 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 1 1 1 2 1 1 3 1 1 3 15 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 9 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 1 0 1 1 120/80 2
46 58 2 PR 2 Aceh 1 SD 1 Tidak bekerja 2 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 1 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 31 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 18 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2
47 56 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Petani 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
48 57 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Wiraswasta 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 5 1 3 1 2 2 3 1 2 3 3 3 23 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 2 0 0 0 2 120/80 2
49 57 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Buruh 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32 2 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 10 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 120/80 2
50 58 2 LK 1 Aceh 1 SMP 1 Buruh 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1 3 1 3 3 2 2 3 1 3 2 23 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 17 2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 2 0 0 0 2 130/80 2
51 57 2 PR 2 Batak 3 SMA 2 Peg. Swasta 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 2 4 3 2 3 2 4 3 3 3 29 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 20 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 2 0 0 0 2 130/80 2
52 59 2 LK 1 Aceh 1 SMA 2 Buruh 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 13 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 8 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 2 130/80 2
Keterangan :
Umur : Jenis Kelamin : Suku/ Ras : Pendidikan : Pekerjaan :
1 = <56 tahun (lansia awal) 1 = Laki-laki 1 = Aceh 1 = Rendah (SD, SMP) 1 = Bekerja
2 = 56-65 tahun (lansia akhir) 2 = Perempuan 2 = Cina 2 = SMP 2 = Tidak bekerja
3 = >65 tahun (manula) 3 = Batak 3 = SMA
4 = Jawa 4 = PT
5 = Padang
6 = Suku lainnya
Pengetahuan Sikap Nutrisi Kebiasaan memakai napza Merokok : Pencegahan Hipertensi :
2 = Kurang 2 = Positif 2 = Tidak berisiko 2 = Tidak Merokok 2 = Tidak Merokok 2 = Tidak Dicegah
1 = Baik 1 = Negatif 1 = Berisiko 1 = Merokok 1 = Merokok 1 = Dicegah
Frequencies
Statistics
Umur Jenis Kelamin Suku/ Ras Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan
N Valid 52 52 52 52 52 52
Missing 0 0 0 0 0 0
Statistics
Sikap Nutrisi
Kebiasaan memakai napza Merokok
Kejadian Hipertensi
N Valid 52 52 52 52 52
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <56 tahun 23 44.2 44.2 44.2
56-65 tahun 29 55.8 55.8 100.0
Total 52 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 33 63.5 63.5 63.5
Perempuan 19 36.5 36.5 100.0
Total 52 100.0 100.0
Suku/ Ras
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Aceh 41 78.8 78.8 78.8
Cina 1 1.9 1.9 80.8
Batak 4 7.7 7.7 88.5
Jawa 4 7.7 7.7 96.2
Padang 2 3.8 3.8 100.0
Total 52 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Rendah 36 69.2 69.2 69.2
Tinggi 16 30.8 30.8 100.0
Total 52 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Bekerja 29 55.8 55.8 55.8
Tidak Bekerja 23 44.2 44.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 35 67.3 67.3 67.3
Baik 17 32.7 32.7 100.0
Total 52 100.0 100.0
Sikap
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Negatif 30 57.7 57.7 57.7
Positif 22 42.3 42.3 100.0
Total 52 100.0 100.0
Nutrisi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Berisiko 21 40.4 40.4 40.4
Tidak berisiko 31 59.6 59.6 100.0
Total 52 100.0 100.0
Kebiasaan memakai napza
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Berisiko 34 65.4 65.4 65.4
Tidak berisiko 18 34.6 34.6 100.0
Total 52 100.0 100.0
Merokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Merokok 15 28.8 28.8 28.8
Tidak merokok 37 71.2 71.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
Kejadian Hipertensi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Hipertensi Ringan 21 40.4 40.4 40.4
Hipertensi Sedang 24 46.2 46.2 86.5
Hipertensi Berat 7 13.5 13.5 100.0
Total 52 100.0 100.0
Analisis Bivariat
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan * Kejadian Hipertensi
104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Pekerjaan * Kejadian Hipertensi
104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Pengetahuan * Kejadian Hipertensi
104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Sikap * Kejadian Hipertensi 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Nutrisi * Kejadian Hipertensi 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Kebiasaan memakai napza * Kejadian Hipertensi
104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Merokok * Kejadian Hipertensi
104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Jenis Kelamin * Kejadian Hipertensi
104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Suku/ Ras * Kejadian Hipertensi
104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
Pendidikan * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi Total
Pendidikan Rendah Count 36 22 58
Expected Count 29.0 29.0 58.0
% within Pendidikan 62.1% 37.9% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 69.2% 42.3% 55.8%
% of Total 34.6% 21.2% 55.8%
Tinggi Count 16 30 46
Expected Count 23.0 23.0 46.0
% within Pendidikan 34.8% 65.2% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 30.8% 57.7% 44.2%
% of Total 15.4% 28.8% 44.2%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within Pendidikan 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.640a 1 .006
Continuity Correctionb 6.588 1 .010
Likelihood Ratio 7.742 1 .005 Fisher's Exact Test .010 .005
Linear-by-Linear Association 7.567 1 .006 N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pendidikan (Rendah / Tinggi)
3.068 1.371 6.869
For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi
1.784 1.145 2.782
For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi
.582 .393 .860
N of Valid Cases 104
Pekerjaan * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi Total
Pekerjaan Bekerja Count 29 37 66
Expected Count 33.0 33.0 66.0
% within Pekerjaan 43.9% 56.1% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 55.8% 71.2% 63.5%
% of Total 27.9% 35.6% 63.5%
Tidak Bekerja Count 23 15 38
Expected Count 19.0 19.0 38.0
% within Pekerjaan 60.5% 39.5% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 44.2% 28.8% 36.5%
% of Total 22.1% 14.4% 36.5%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within Pekerjaan 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.654a 1 .103
Continuity Correctionb 2.032 1 .154
Likelihood Ratio 2.669 1 .102 Fisher's Exact Test .154 .077
Linear-by-Linear Association
2.628 1 .105
N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pekerjaan (Bekerja / Tidak Bekerja)
.511 .227 1.151
For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi
.726 .499 1.056
For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi
1.420 .907 2.223
N of Valid Cases 104
Pengetahuan * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi Total
Pengetahuan Kurang Count 41 17 58
Expected Count 29.0 29.0 58.0
% within Pengetahuan 70.7% 29.3% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 78.8% 32.7% 55.8%
% of Total 39.4% 16.3% 55.8%
Baik Count 11 35 46
Expected Count 23.0 23.0 46.0
% within Pengetahuan 23.9% 76.1% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 21.2% 67.3% 44.2%
% of Total 10.6% 33.7% 44.2%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within Pengetahuan 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 22.453a 1 .000
Continuity Correctionb 20.621 1 .000
Likelihood Ratio 23.398 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 22.237 1 .000 N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pengetahuan (Kurang / Baik) 7.674 3.175 18.545
For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi 2.956 1.720 5.080
For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi .385 .250 .593
N of Valid Cases 104
Sikap * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi Total
Sikap Negatif Count 39 16 55
Expected Count 27.5 27.5 55.0
% within Sikap 70.9% 29.1% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 75.0% 30.8% 52.9%
% of Total 37.5% 15.4% 52.9%
Positif Count 13 36 49
Expected Count 24.5 24.5 49.0
% within Sikap 26.5% 73.5% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 25.0% 69.2% 47.1%
% of Total 12.5% 34.6% 47.1%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within Sikap 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 20.414a 1 .000
Continuity Correctionb 18.678 1 .000
Likelihood Ratio 21.152 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.218 1 .000 N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Sikap (Negatif / Positif) 6.750 2.854 15.962
For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi 2.673 1.628 4.388
For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi .396 .254 .618
N of Valid Cases 104
Nutrisi * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi Total
Nutrisi Tidak berisiko Count 45 13 58
Expected Count 29.0 29.0 58.0
% within Nutrisi 77.6% 22.4% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 86.5% 25.0% 55.8%
% of Total 43.3% 12.5% 55.8%
Berisiko Count 7 39 46
Expected Count 23.0 23.0 46.0
% within Nutrisi 15.2% 84.8% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 13.5% 75.0% 44.2%
% of Total 6.7% 37.5% 44.2%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within Nutrisi 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 39.916a 1 .000
Continuity Correctionb 37.460 1 .000
Likelihood Ratio 43.217 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 39.532 1 .000 N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Nutrisi (Tidak berisiko / Berisiko) 19.286 6.996 53.162
For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi 5.099 2.542 10.226
For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi .264 .161 .433
N of Valid Cases 104
Kebiasaan memakai napza * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi Total
Kebiasaan memakai napza
Tidak berisiko
Count 36 22 58
Expected Count 29.0 29.0 58.0
% within Kebiasaan memakai napza
62.1% 37.9% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 69.2% 42.3% 55.8%
% of Total 34.6% 21.2% 55.8%
Berisiko Count 16 30 46
Expected Count 23.0 23.0 46.0
% within Kebiasaan memakai napza
34.8% 65.2% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 30.8% 57.7% 44.2%
% of Total 15.4% 28.8% 44.2%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within Kebiasaan memakai napza
50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.640a 1 .006
Continuity Correctionb 6.588 1 .010
Likelihood Ratio 7.742 1 .005 Fisher's Exact Test .010 .005
Linear-by-Linear Association 7.567 1 .006 N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Kebiasaan memakai napza (Tidak berisiko / Berisiko)
3.068 1.371 6.869
For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi 1.784 1.145 2.782
For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi .582 .393 .860
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.640a 1 .006
Continuity Correctionb 6.588 1 .010
Likelihood Ratio 7.742 1 .005 Fisher's Exact Test .010 .005
Linear-by-Linear Association 7.567 1 .006 N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.00.
N of Valid Cases 104
Merokok * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi Total
Merokok Merokok Count 15 15 30
Expected Count 15.0 15.0 30.0
% within Merokok 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 28.8% 28.8% 28.8%
% of Total 14.4% 14.4% 28.8%
Tidak merokok Count 37 37 74
Expected Count 37.0 37.0 74.0
% within Merokok 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 71.2% 71.2% 71.2%
% of Total 35.6% 35.6% 71.2%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within Merokok 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000 Fisher's Exact Test 1.000 .586
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000 N of Valid Cases 104
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Merokok (Merokok / Tidak merokok) 1.000 .428 2.336
For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi 1.000 .654 1.528
For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi 1.000 .654 1.528
N of Valid Cases 104
Jenis Kelamin * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi Total
Jenis Kelamin Laki-laki Count 33 37 70
Expected Count 35.0 35.0 70.0
% within Jenis Kelamin 47.1% 52.9% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 63.5% 71.2% 67.3%
% of Total 31.7% 35.6% 67.3%
Perempuan Count 19 15 34
Expected Count 17.0 17.0 34.0
% within Jenis Kelamin 55.9% 44.1% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 36.5% 28.8% 32.7%
% of Total 18.3% 14.4% 32.7%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within Jenis Kelamin 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .699a 1 .403
Continuity Correctionb .393 1 .531
Likelihood Ratio .700 1 .403 Fisher's Exact Test .531 .265
Linear-by-Linear Association .692 1 .405
N of Valid Cases 104 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Jenis Kelamin (Laki-laki / Perempuan) .704 .309 1.605
For cohort Kejadian Hipertensi = Hipertensi .844 .572 1.244
For cohort Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi 1.198 .773 1.857
N of Valid Cases 104
Suku/ Ras * Kejadian Hipertensi
Crosstab
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi Total
Suku/ Ras Aceh Count 41 46 87
Expected Count 43.5 43.5 87.0
% within Suku/ Ras 47.1% 52.9% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 78.8% 88.5% 83.7%
% of Total 39.4% 44.2% 83.7%
Cina Count 1 0 1
Expected Count .5 .5 1.0
% within Suku/ Ras 100.0% .0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 1.9% .0% 1.0%
% of Total 1.0% .0% 1.0%
Batak Count 4 2 6
Expected Count 3.0 3.0 6.0
% within Suku/ Ras 66.7% 33.3% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 7.7% 3.8% 5.8%
% of Total 3.8% 1.9% 5.8%
Jawa Count 4 3 7
Expected Count 3.5 3.5 7.0
% within Suku/ Ras 57.1% 42.9% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 7.7% 5.8% 6.7%
% of Total 3.8% 2.9% 6.7%
Padang Count 2 1 3
Expected Count 1.5 1.5 3.0
% within Suku/ Ras 66.7% 33.3% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 3.8% 1.9% 2.9%
% of Total 1.9% 1.0% 2.9%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within Suku/ Ras 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kejadian Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.430a 4 .657
Likelihood Ratio 2.837 4 .586
Linear-by-Linear Association 1.233 1 .267
N of Valid Cases 104 a. 8 cells (80.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Suku/ Ras (Aceh / Cina)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.
Analisis Multivariat
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 104 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 104 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 104 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Hipertensi 0
Tidak Hipertensi 1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration
Coefficients
-2 Log likelihood Constant
Step 0 1 144.175 .000
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 144.175
c. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table
a,b
Observed
Predicted
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi
Percentage Correct
Step 0 Kejadian Hipertensi Hipertensi 0 52 .0
Tidak Hipertensi 0 52 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .196 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables tahu 22.453 1 .000
sikap 20.414 1 .000
nutrisi 39.916 1 .000
napza 7.640 1 .006
rokok 24.119 1 .000
Overall Statistics 61.305 5 .000
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
Coefficients
-2 Log likelihood Constant tahu sikap nutrisi
Step 1 1 74.711 -6.694 .649 .854 1.814
2 64.890 -10.381 1.004 1.432 2.672
3 63.066 -12.749 1.205 1.820 3.244
4 62.955 -13.516 1.265 1.948 3.433
5 62.954 -13.577 1.270 1.958 3.448
6 62.954 -13.577 1.270 1.958 3.448
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 144.175
d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
Coefficients
napza rokok
Step 1 1 .155 1.086
2 .269 1.746
3 .352 2.166
4 .385 2.300
5 .388 2.310
6 .388 2.310
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 144.175
d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 81.221 5 .000
Block 81.221 5 .000
Model 81.221 5 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 62.954a .542 .723
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 6.022 8 .645
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Kejadian Hipertensi = Hipertensi
Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi
Observed Expected Observed Expected Total
Step 1 1 14 13.794 0 .206 14
2 12 11.335 0 .665 12
3 8 9.547 3 1.453 11
4 8 7.400 2 2.600 10
5 6 5.832 4 4.168 10
6 3 2.312 7 7.688 10
7 0 1.302 10 8.698 10
8 1 .367 9 9.633 10
9 0 .050 6 5.950 6
10 0 .062 11 10.938 11
Classification Table
a
Observed
Predicted
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi
Percentage Correct
Step 1 Kejadian Hipertensi Hipertensi 47 5 90.4
Tidak Hipertensi 8 44 84.6
Overall Percentage 87.5
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a tahu 1.270 .708 3.221 1 .073 3.561
sikap 1.958 .754 6.739 1 .009 7.084
nutrisi 3.448 .790 19.053 1 .000 31.440
napza .388 .680 .326 1 .568 1.474
rokok 2.310 .698 10.959 1 .001 10.078
Constant -13.577 2.643 26.387 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: tahu, sikap, nutrisi, napza, rokok.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a tahu .890 14.254
sikap 1.615 31.064
nutrisi 6.685 147.869
napza .389 5.595
rokok 2.566 39.576
a. Variable(s) entered on step 1: tahu, sikap, nutrisi, napza, rokok.
Correlation Matrix
Constant tahu sikap nutrisi napza rokok
Step 1 Constant 1.000 -.327 -.519 -.683 -.316 -.638
tahu -.327 1.000 -.291 .094 .111 -.033
sikap -.519 -.291 1.000 .379 -.065 .224
nutrisi -.683 .094 .379 1.000 -.177 .359
napza -.316 .111 -.065 -.177 1.000 .038
rokok -.638 -.033 .224 .359 .038 1.000
Casewise Listb
Case
Observed Temporary Variable
Selected Statusa
Kejadian Hipertensi Predicted Predicted Group Resid ZResid
29 S H** .946 T -.946 -4.182
61 S T** .131 H .869 2.576
83 S T** .131 H .869 2.576
102 S T** .131 H .869 2.576
a. S = Selected, U = Unselected cases, and ** = Misclassified cases.
b. Cases with studentized residuals greater than 2.000 are listed.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 104 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 104 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 104 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Hipertensi 0
Tidak Hipertensi 1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration
Coefficients
-2 Log likelihood Constant
Step 0 1 144.175 .000
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 144.175
c. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table
a,b
Observed
Predicted
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi
Percentage Correct
Step 0 Kejadian Hipertensi Hipertensi 0 52 .0
Tidak Hipertensi 0 52 100.0
Overall Percentage 50.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .196 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables sikap 20.414 1 .000
nutrisi 39.916 1 .000
rokok 24.119 1 .000
Overall Statistics 59.277 3 .000
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
Coefficients
-2 Log likelihood Constant sikap nutrisi rokok
Step 1 1 77.175 -6.323 1.139 1.945 1.205
2 68.080 -9.715 1.882 2.832 1.922
3 66.492 -11.806 2.342 3.404 2.355
4 66.409 -12.413 2.474 3.578 2.479
5 66.409 -12.452 2.482 3.589 2.487
6 66.409 -12.452 2.482 3.589 2.487
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 144.175
d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 77.766 3 .000
Block 77.766 3 .000
Model 77.766 3 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 66.409a .527 .702
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 2.873 6 .825
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Kejadian Hipertensi = Hipertensi
Kejadian Hipertensi = Tidak Hipertensi
Observed Expected Observed Expected Total
Step 1 1 22 21.561 0 .439 22
2 10 9.649 2 2.351 12
3 11 11.246 3 2.754 14
4 4 5.180 5 3.820 9
5 2 2.545 8 7.455 10
6 1 .611 5 5.389 6
7 2 1.013 8 8.987 10
8 0 .196 21 20.804 21
Classification Table
a
Observed
Predicted
Kejadian Hipertensi
Hipertensi Tidak Hipertensi
Percentage Correct
Step 1 Kejadian Hipertensi Hipertensi 47 5 90.4
Tidak Hipertensi 10 42 80.8
Overall Percentage 85.6
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a sikap 2.482 .702 12.485 1 .000 11.965
nutrisi 3.589 .764 22.078 1 .000 36.210
rokok 2.487 .684 13.203 1 .000 12.023
Constant -12.452 2.370 27.614 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: sikap, nutrisi, rokok.
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a sikap 3.020 47.403
nutrisi 8.102 161.832
rokok 3.144 45.982
a. Variable(s) entered on step 1: sikap, nutrisi, rokok.
Correlation Matrix
Constant sikap nutrisi rokok
Step 1 Constant 1.000 -.729 -.808 -.719
sikap -.729 1.000 .442 .245
nutrisi -.808 .442 1.000 .405
rokok -.719 .245 .405 1.000
Casewise Listb
Case
Observed Temporary Variable
Selected Statusa
Kejadian Hipertensi Predicted Predicted Group Resid ZResid
20 S H** .899 T -.899 -2.978
29 S H** .898 T -.898 -2.971
33 S H** .899 T -.899 -2.978
a. S = Selected, U = Unselected cases, and ** = Misclassified cases.
b. Cases with studentized residuals greater than 2.000 are listed.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Tempat Penelitian
Gambar 2. Tempat Penelitian
Gambar 3. Poliklinik Penyakit Dalam
Gambar 4. Wawancara Dengan Informan
Gambar 5. Wawancara Dengan Perawat Poli Penyakti Dalam
Gambar 6. Pengisian Kuesioner
Gambar 7. Pengisian Kuesioner
Gambar 8. Pengisian Kuesioner
Gambar 9. Pengisian Kuesioner
Gambar 10. Pengisian Kuesioner