farmakoterapi untuk program studi pendidikan dokter...

31
Skills lab Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggi LABORATORUM FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Upload: dangnguyet

Post on 01-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

Skills lab

Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggi

LABORATORUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2015

Page 2: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

1

Pengantar Peresepan obat yang tidak rasional/irrasional merupakan kondisi yang sering terjadi dan

sukar untuk diperbaiki. Pembelajaran mengenai obat pada mahasiswa pendidikan dokter/

pendidikan dokter gigi masih lebih merupakan transfer ilmu mengenai obat dari pada

mengajarkan ketrampilan terapi. Berdasarkan pada prinsip guide to good prescribing yang

dikembangkan oleh WHO, maka pada skill lab farmakoterapi untuk pendidikan dokter gigi,

mahasiswa akan belajar bagaimana mengaplikasikan P-drugs (personal-drugs) untuk kasus-

kasus yang sering dijumpai di lingkup kedokteran gigi dengan menggunakan six step-

problem solving routine.

Proses pembelajaran yang digunakan untuk mencapai ketrampilan tersebut adalah

dengan memberikan :

a) Kuliah yaitu Pengantar Farmakoterapi dan Cara Penulisan resep yang benar

b) Diskusi kasus : (1) nyeri, inflamasi dan alergi pada rongga mulut, (2) infeksi rongga mulut

dan (3) penggunaan anastesi local

c) Latihan : penulisan resep obat yang sering digunakan pada kedokteran gigi

Sasaran Belajar/Learning Objectives:

Pada akhir pembelajaran, mahasiswa diharapkan dapat:

Mengaplikasikan prinsip Guide to Good Prescribing untuk menyelesaikan beberapa kasus

yaitu : (1) nyeri, inflamasi, alergi pafa rongga mulut; (2) infeksi pada rongga mulut serta (3)

kasus yang membutuhkan anastesi lokal di rongga mulut

Pada setiap akhir session, mahasiswa diharapkan dapat:

a) Memahami bagaimana memilih analgetika, anti inflamasi dan anti alergi dengan

membandingkan efficacy, safety, suitability dan cost dari beberapa

golongan/macam obat untuk kasus dalam kedokteran gigi serta menuliskannya

dalam resep dan mengkomunikasikan obat tersebut secara benar dan baik

b) Memahami bagaimana memilih antibiotika dan anti jamur dengan

membandingkan efficacy, safety, suitability dan cost dari beberapa

golongan/macam obat untuk kasus dalam kedokteran gigi serta menuliskannya

dalam resep dan mengkomunikasikan obat tersebut secara benar dan baik

c) Memahami bagaimana memilih anastetik lokal dengan membandingkan

efficacy, safety, suitability dan cost dari beberapa golongan/macam obat untuk

kasus dalam lingkup kedokteran gigi serta menuliskannya dalam resep dan

mengkomunikasikan obat tersebut secara benar dan baik

Page 3: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

2

Proses Terapi

Proses pengobatan atau farmakoterapi adalah suatu proses ilmiah (scientific

process), oleh karena itu dalam pengambilan keputusan penggunaan obat diperlukan

pengetahuan mengenai penyakit atau gejala penyakit (simtomatologi) dan patofisiologinya,

pengetahuan tentang farmakodinami & farmakokinetik obat dan komunikasi obat serta

kemampuan untuk menganalisis setiap temuan dan pertimbangan-pertimbangan

profesional yang perlu diambil. Secara umum proses terapi meliputi 6 langkah (six step dari

GTGP) yaitu : (1) menentukan problem pasien, 2) menentukan tujuan terapi, (3) menentukan

intervensi terapi, (4) memulai terapi dengan menulis resep, (5) memberikan komunikasi

tentang obat dan (6) kemampuan melakukan monitoring dan evaluasi hasil terapi.

1. Menentukan problem pasien

Seorang pasien biasanya datang ke dokter dengan keluhan atau problem. Proses terapi

yang benar diawali dengan penentuan problem atau penegakan diagnosis. Membuat

diagnosis yang benar berdasarkan pada perpaduan beberapa informasi seperti keluhan

pasien, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,

radiologis dan pemeriksaan lain.

2. Menentukan tujuan terapi

Sebelum memilih terapi sesuai dengan problem atau diagnosa penyakit, penting

menentukan secara rinci tujuan terapi, apa yang ingin dicapai dari terapi yang akan

diberikan.

3. Menentukan intervensi terapi

Apabila tujuan terapi sudah ditentukan, selanjutnya harus ditentukan intervensi terapi

yang meliputi P-treatment dan P-drug. Tidak semua problem pasien memerlukan obat,

sehingga perlu menentukan P-treatment terlebih dulu yang meliputi advis, terapi non drug ,

terapi drug (kalau memang ada indikasi), kalau perlu rujukan ke rumah sakit atau konsul ke

dokter spesialis atau kombinasi dari beberapa di atas.

Proses pemilihan obat sendiri akan sangat tergantung pada berbagai pertimbangan, yaitu :

- kemanfaatan klinik (clinical efficacy): apakah kemanfaatan klinik obat untuk pengobatan

penyakit yang dimaksud sudah terbukti berdasarkan sumber informasi ilmiah yang layak?

- keamanan (safety), apa kemungkinan efek samping dan adakah kontraindikasi pada

pasien?

- kecocokan (suitability), apakah obat yang akan dipilih sesuai dengan keadaan pasien misal

penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia, dengan kehamilan atau

menyusui).

Page 4: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

3

- harga (cost), apakah jenis obat yang dipilih adalah yang paling "cost effective"? Apakah

terjangkauoleh kemampuan ekonomi pasien? Jika tidak, alternatif jenis obat apa yang

memberikan kemanfaatan dan keamanan yang sama?

Dengan demikian pedoman dasar pemilihan obat adalah memilih obat yang paling

bermanfaat, paling aman (efek samping minimal), paling ekonomis dan paling sesuai atau

cocok untuk pasien.

4. Memulai terapi dengan menulis resep

Apabila telah ditentukan pasien memerlukan obat untuk terapi problem/ diagnosisnya, maka

selanjutnya adalah menentukan :

(a) Cara pemberian obat (route of administration), (b) Bentuk sediaan/formulasi, (c) Besar

dosis dan frekuensi serta lama pemberian, dan untuk kemudian (d)menuliskan dalam resep

secara benar.

a. Cara pemberian obat

Obat dapat diberikan kepada pasien dengan berbagai cara, tergantung dari,

- Sifat fisiko-kimia obat; misalnya benzil penisilin selalu harus diberikan per injeksi karena

obat ini dirusak oleh asam lambung,

- Tujuan pemakaian dengan melihat kondisi pasien, artinya cara pemberian obat dipilih yang

paling memungkinkan untuk pasien dan yang paling optimal memberikan efek yang

diharapkan. Misalnya, obat injeksi/ supposutoria diberikan kalau pasien tidak dapat

menerima obat secara peroral.

b. Bentuk sediaan

Bentuk sediaan obat dipilih untuk memenuhi cara pemberian di atas. Dalam praktek,

untuk satu jenis obat mungkin tersedia berbagai bentuk sediaan/formulasi atau dibentuk

sendiri (puyer, potio dll). Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk sediaan

selain untuk tujuan-tujuan di atas adalah biaya/harga obat, oleh karena untuk obat yang

sama dengan bentuk sediaan yang berbeda, harga bisa berbeda, misalnya ampisilin tablet vs.

ampisilin sirup kering.

c. Besar dosis dan frekuensi serta lama pemberian

Besar dosis dan frekuensi pemberian untuk masing-masing obat dan untuk pemakaian

indikasi-indikasi tertentu sudah banyak dicantumkan dalam berbagai referensi utama.

Namun demikian, dalam menghadapi pasien secara individual yang perlu dipertimbangkan

adalah, "adakah kondisi pasien yang mengharuskan untuk melakukan individualisasi atau

penyesuaian dosis?". Lama pemberian obat untuk masing-masing penyakit juga sudah

digariskan pada petunjuk-petunjuk pengobatan. Pada saat memutuskan pemberian obat,

Page 5: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

4

harus sekaligus memutuskan lama pemberiannya, misalnya, pemakaian antibiotika harus

diberikan dalam waktu tertentu untuk menghindari timbulnya resistensi, sedangkan

pemakaian obat-obat simtomatis seperti penurun panas dan pengurang rasa nyeri mestinya

dihentikan kalau gejala sudah hilang dan tidak perlu harus menyelesaikan dalam periode

waktu tertentu,

d. Proses peresepan

Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter

hewan kepada apoteker pengelola apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat

bagi penderita sesuai dengan peratuan perundangan yang berlaku. Resep yang benar adalah

ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan memenuhi peraturan perundangan serta

kaidah yang berlaku (lihat kuliah)

5. Komunikasi tentang obat

Hampir 50 % pasien tidak menggunakan obat dari resep yang dibuat oleh dokter dengan

benar atau dengan kata lain pasien tidak taat minum obat. Dalam hal ini kemungkinannya

adalah obat diminum tidak teratur atau obat tidak dimakan sama sekali. Alasan pasien tidak

minum obat sesuai dengan aturannya adalah gejala penyakit sudah hilang, terjadi efek

samping, tidak percaya pada efektifitas obat, atau jadwal pemberian obat rumit. Untuk itu

pasien harus mendapatkan kejelasan mengenai jenis obat, kegunaan dan tujuan pemakaian

obat, efek samping, dosis, cara pemakaian, dan lain-lain. Dengan komunikasi yang baik dan

benar maka ketaatan pasien dapat terjamin

6. Proses evaluasi hasil/efek pengobatan

Setiap pemberian obat/ non drug harus diikuti dengan evaluasi terhadap, tercapai atau

tidaknya efek terapetik yang diinginkan. Terkait dengan monev , hal yang harus ditentukan

adalah kapan dievaluasi, kritera penyembuhan/perbaikan penyakit, dan jika efek yang

diinginkan tidak tercapai, bagaimana tindakan lebih lanjut. Apaila terjadi efek samping obat

yang tidak diinginkan maka perlu ditentukan bentuk efek samping, dan penanganan setiap

bentuk efek samping yang timbul.

Page 6: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

5

Contoh Farmakoterapi

Kasus:

Nona W, 20 tahun datang dengan keluhan gigi geraham bawah sakit. Dari hasil

pemeriksaan klinis tampak gigi geraham terakhirnya akan tumbuh dan tampak

kemerahan dan sedikit bengkak pada jaringan lunaknya (gingiva). Pada pemeriksaan

radiografi posisi gigi baik. Pada anamnesa diketahui bahwa pasien menderita peptic

ulcer

1. Problem : sakit gigi karena gigi akan erupsi (pericoronitis)

2. Tujuan terapi : menghilangkan sakit gigi

3. P-treatment :

- Non drug debridement, irigasi

- drug analgesik

- advis : menjaga kebersihan mulut

P-drug :

Golongan obat Kemanfatan Keamanan Kecocokan Harga

Steroid ++ + + ++

Non Steroid

(NSAID)

++ ++ + ++

Berdasarkan keamanan maka golongan yang dipilih untuk pasien tersebut adalah NSAID

Obat Kemanfatan Keamanan Kecocokan Harga

Asam mefenamat ++ ++ - +

Parasetamol ++ +++ + ++

Aspirin +++ + - ++

Berdasarkan pertimbangan di atas maka P drugs untuk pasien tersebut adalah parasetamol

Page 7: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

6

4. Resep :

5. Komunikasi :

Mbak, rasa nyeri pada gigi gerahamnya karena gigi akan tumbuh. Untuk mempercepat

tumbuhnya maka gusi disobek (diinsisi), dan untuk mengurangi rasa sakitnya diberikan

parasetamol. Obat ini bisa diminum tiap 8 jam. Apabila rasa sakit sudah hilang, obat tidak

perlu diminum lagi. Obat ini relatif aman bila digunakan dengan dosis yang telah

ditentukan. Agar tidak terjadi infeksi maka kebersihan mulut harus dijaga, jangan ada

makanan yang tersimpan/retensi di gigi yang akan tumbuh.

6. Monev:

Apabila tidak ada keluhan (mungkin akibat efek samping obat atau terjadi infeksi) dan gigi

dapat tumbuh dengan posisi yang benar berarti terapi berhasil.

Drg. Fatiroh Malang, 3 Oktober 2009

Jl. Saturnus 3, Malang

Telp. 0341 582110

SIP. 446.DU/012/35.73.306/2007

R/ Parasetamol 500 mg tab No X

3 dd tab I prn (sakit)

----,,---- ft

Pro : Nn W

Umur : 20 th.

Alamat : Jl. Planet no 10, Malang

Page 8: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

7

Nama

:

Ketrampilan Farmakoterapi

NIM :

Tanggal :

No Jenis kegiatan Penilaian

1 2 3

1. Menyapa pasien dan mempersilahkannya duduk dengan pengaturan yang nyaman

2. Memperkenalkan diri kepada pasien

3. Menanyakan kembali identitas pasien: nama, usia, tempat tinggal, pekerjaan, status keluarga

4. Menetapkan problem / diagnosa pasien

5. Menentukan tujuan terapi

6.

Menentukan P-treatment (Advis, non drug)

Menentukan pemilihan obat (P-drug) dengan mempertimbangkan ;

- Efficacy

- Safety

- Suitability

- Cost

7.

Mengidentifikasi obat yang dipilih meliputi : - Nama obat - Bentuk obat - Dosis - Lama pengobatan

8.

Menulis resep lengkap - Nama & alamat - Tanggal - Nama generik obat - Bentuk obat - Dosis - Cara pemberian - Jumlah - Instruksi - Signature - Nama & alamat pasien

9.

Memberikan informasi, instruksi dan perhatian yang meliputi :

- Efek obat (efeknya apa, kapan efek muncul, berapa lama efeknya)

- Efek samping (berupa apa, apa yang akan dilakukan)

- Instruksi (cara minum/penggunaan obat, dosis, interval, berapa lama, apa yang harus diperhatikan)

- Perhatian (dosis maksimum, interaksi, efek yang tidak dikehendaki, penghentian obat)

10. Menyampaikan kapan kontrol untuk monitoring & evaluasi pengobatan

Catatan : Komunikasi yang disampaikan untuk no 9 dan 10 harus :

-Jelas dan dapat dimengerti

- Struktur pembicaraan runtut

- Beri kesempatan pasien (atau keluarga yang mengantar) untuk mengekspresikan

dirinya atau memberikan pertanyaan ke dokter

-Pastikan pasien (keluarganya) mengerti instruksi yang diberikan. Pasien (keluarganya)

diminta untuk mengulangi instruksi

Jumlah

Penilaian dimulai dari no urut 4 – 10 (jumlah soal 7)

Keterangan: 0 = tidak dikerjakan 1 = dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar 2 = dikerjakan dengan benar

Jumlah nilai Nilai akhir = -------------------------- x 100 = 10

Catatan: Mahasiswa/peserta dinyatakan LULUS apabila nilai akhir mencapai ≥ 90

Malang, Tutor,

(…………………………………..)

Page 9: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

8

JADWAL KEGIATAN:

NO HARI/ TANGGAL KEGIATAN

1 Minggu pertama pertemuan 1 kuliah guide to good prescribing

2 Minggu pertama pertemuan 2 cara penulisan resep yang benar

3 Minggu kedua pertemuan 1 Mengerjakan kasus 1 dan 2

4 Minggu kedua pertemuan 2 Diskusi kasus 1 dan 2

5 Minggu ketiga pertemuan 1 Mengerjakan kasus 3 dan 4

6 Minggu ketiga pertemuan 2 Diskusi kasus 3 dan 4

7 Minggu keempat pertemuan 1 Mengerjakan kasus 5 dan 6

8 Minggu keempat pertemuan 2 Diskusi kasus 5 dan 6

9 Minggu kelima pertemuan 1 Mengerjakan kasus 7 dan 8

10 Minggu kelima pertemuan 2 Diskusi kasus 7 dan 8

11 Minggu keenam pertemuan 1 Diskusi Pharmacological

Considerations for Pregnant

and Breastfeeding Women 12 Minggu keenam pertemuan 2 Latihan pembuatan resep obat

yang sering digunakan dalam kedokteran gigi (1)

13 Minggu ketujuh pertemuan 1 Ujian

14 Minggu ketujuh pertemuan 2 Ujian remedial

Page 10: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

9

TUGAS: - Tentukan proses terapi (farmakoterapi) dengan menggunakan 6 langkah pada

kasus-kasus di bawah. - Buat urutan penjelasan seperti pada form ketrampilan terapi (tahap 4-10) dan

komunikasikan penatalaksanaan pada pasien sesuai dengan urutan pada form ketrampilan farmakoterapi

- Semua tugas dituliskan pada log book

Kasus 1: Bapak M, 45 tahun datang ke poli gigi karena gusi gigi depan rahang bawah bagian dalam sering berdarah ketika menyikat gigi. Pada pemeriksaan klinis didapatkan ada beberapa gusi yang mengalami resesi, warna kemerahan serta ada edema. Bagian gigi terlihat banyak yang tertutupi lapisan kekuningan dan karang gigi. Ada perdarahan ketika probing. Pada anamnesa tidak ada penyakit lain.

Kasus 2: Seorang bapak, 53 tahun datang ke poli gigi karena gusinya sering berdarah dan gigi terasa agak goyang. Pada pemeriksaan klinis beberapa giginya ada calculus, ada poket dengan kedalaman 4 to 6 mm, pada probing terjadi perdarahan, gigi goyang clas 1. Pada pemeriksaan radiografi terlihat vertical bone loss, alveolar bone level 4 to 6 mm dari CEJ area, mahkota-akar ratio is 1:1. Pada anamnesa bapak juga menyatakan bahwa menderita diabet dengan menggunakan obat glibenclamide.

Page 11: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

10

Kasus 3: Seorang bapak, 48 tahun datang ke poli gigi karena gusinya terasa sakit sekali, dan badannya merasa meriang. Pada pemeriksaan klinis pada gigi 36 gusi bengkak, dan bernanah di dinding gusi dari poket periodontal, gigi sebelahnya juga sensitf. Banyak karang gigi di hampir seluruh bagian giginya Temperatur tubuhnya 38˚ C. Pada anamesa bapak seorang perokok berat. Kasus 4: Bapak A, 65 tahun datang ke poli gigi dengan keluhan ada bercak merah (diffuse erythema) dan bengkak pada bagian langit-langit. Pada pemeriksaa klinis didapatkan pasien menggunakan gigi palsu (denture), bagian di bawah denture tampak kemerahan dan udem (mukosa mengalami keradangan). Higien mulut pasien jelek. Pada anamnesa diketahui pasien juga menderita diabetes mellitus

Kasus 5: Nona S, 20 tahun datang ke dokter gigi karena ada luka pada bagian dalam pipi akibat tergigit dan terasa sakit sekali. Pada pemeriksaan klinis bagian bukal ada ulcer dengan bagian pinggir yang tidak teratur, meradang, udem, dan permukaannya mengelupas.

Kasus 6: Nn. A datang ke dokter dengan bibir yang membengkak. Dalam anamnesa diketahui bahwa hal tersebut terjadi setelah makan udang bakar. Menurut pasien setiap makan makanan sea food atau pedas timbul luka bentuk bulat-bulat kecil di mukosa mulutnya dan terasa sakit sekali.

Page 12: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

11

Kasus 7: Seorang ibu membawa anaknya, W umur 6 tahun karena selama 2 hari terakhir mengeluh sakit gigi sehingga susah makan. Pada pemeriksaan klinis terlihat gigi gerahamnya akan tumbuh. Ibunya meminta anaknya diberi sediaan sirup. Tugas resep : tulis resep dengan obat yang sama untuk sediaan puyer Kasus 8: Bapak S, 53 tahun datang ke poli gigi karena ingin mencabutkan giginya yang mengganggu/ melukai lidahnya. Pada pemeriksaan klinis terlihat akar gigi gerahamnya yang tajam. Dokter gigi merencanakan untuk mencabut akar gigi tersebut. Pada anamnesa diketahui pasien menderia hipertensi. Dokter gigi akan membuat resep untuk anastesi lokalnya dan anaslgesik untuk mengatasi rasa sakit pasca ekstraksi

SELAMAT BELAJAR

Page 13: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

12

KAIDAH PENULISAN RESEP

PENDAHULUAN

Preskripsi dokter sangat penting bagi seorang dokter dalam proses peresepan obat

bagi pasiennya. Dokter dalam mewujudkan terapi yang rasional, memerlukan langkah yang

sistematis dengan moto 5T (Tepat obat, Tepat dosis, Tepat cara, dan jadwal pemberian

serta tepat BSO dan untuk penderita yang tepat). Preskripsi yang baik haruslah ditulis

dalam blanko resep secara lege artis.

PENGERTIAN UMUM TENTANG RESEP

Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan

kepada apoteker pengelola apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi

penderita sesuai dengan peratuan perundangan yang berlaku. Resep yang benar adalah

ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan memenuhi peraturan perundangan serta

kaidah yang berlaku. Contoh resep yang benar:

dr. Sarah Ayu SIP. 087/2007

Alamat rumah/praktek: Jl. Kenanga No.10 Surakarta

Surakarta, 15 Juni 2008 R/ Paracetamol mg 100 Sacch. Lactis q.s m.f.l.a. pulv.d.t.d. No. VI s.p.r.n.t.d.d.pulv I ____________________ Pro : Susi ( 2 tahun) Alamat: Penumping 1/2 Surakarta

Page 14: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

13

Unsur-unsur resep:

1. Identitas Dokter

Nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek dan rumah dokter penulis resep serta

dapat dilengkapi dengan nomor telepon dan hari serta jam praktek. Biasanya sudah

tercetak dalam blanko resep.

2. Nama kota (sudah dicetak dalam blanko resep) dan tanggal ditulis resep

3. Superscriptio

Ditulis dengan symbol R/ (recipe=harap diambil). Biasanya sudah dicetak dalam

blanko. Bila diperlukan lebih dari satu bentuk sediaan obat/formula resep, diperlukan

penulisan R/ lagi.

4. Inscriptio

Ini merupakan bagian inti resep, berisi nama obat, kekuatan dan jumlah obat yang

diperlukan dan ditulis dengan jelas

5. Subscriptio

Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat (BSO) dan jumlahnya. Cara penulisan

(dengan singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep yang

digunakan.

Contoh:

- m.f.l.a. pulv. d.t.d.no. X

- m.f.l.a. sol

- m.f.l.a. pulv. No XX da in caps

6. Signatura

Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat bagi pasien yaitu meliputi frekuensi,

jumlah obat dan saat diminum obat, dll.

Contoh: s.t.d.d.tab.I.u.h.p.c ( tandailah tiga kali sehari satu tablet satu jam setelah

makan)

7. Identitas pasien

Umumnya sudah tercantum dalam blanko resep (tulisan pro dan umur). Nama pasien

dicantumkan dalan pro. Sebaiknya juga mencantumkan berat badan pasien supaya

kontrol dosis oleh apotek dapat akurat.

TATA CARA PENULISAN RESEP

Tidak ada standar baku di dunia tentang penulisan resep. Untuk Indonesia, resep yang

lengkap menurut SK Menkes RI No. 26/2981 (BAB III, pasal 10) memuat:

1. Nama, alamat, Nomor Surat Ijin Praktek Dokter (NSIP)

2. Tanggal penulisan resep

3. Nama setiap obat/komponen obat

4. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep

5. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep

Page 15: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

14

6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat dengan jumlah

melebihi dosis maksimum

LANGKAH PRESKRIPSI

1. Pemilihan obat yang tepat ( six step in Guide to Good Prescribing)

Dalam melakukan prakteknya, dokter pertama kali harus melakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisik yang baik pada pasiennya untuk menegakkan diagnosis. Setelah

itu, dengan mempertimbangkan keadaan (patologi penyakit , perjalanan penyakit dan

manifestasinya), maka tujuan terapi dengan obat akan ditentukan. Kemudian akan

dilakukan penetalaksanaan yang meliputi (advis, non obat, obat dan rujukan).

Pemilihan obat secara tepat, agar menghasilkan terapi yang rasional.

Hal yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam memilih obat:

a. Bagaimana rasio manfaat dengan risiko obat yang dipilih

b. Bagaimana keamanan dan kecocokan (efek samping, kontra indikasi) obat yang

dipilih

c. Pertimbangan biaya/harga obat

Dengan mempertimbangkan hal di atas, diharapkan preskripsi obat dokter akan tepat

berdasar manfaat, keamanan, ekonomi, serta cocok bagi penderita

Untuk mewujudkan terapi obat yang rasional dan untuk meningkatkan daya guna dan

hasil guna serta biaya, maka seorang dokter perlu memahami kriteria bahan obat

dalam preskripsi. Bahan obat di dalam resep termasuk bagian dari unsur inscriptio

dan merupakan bahan baku, obat standar (obat dalam formula baku/resmi, sediaan

generik) atau bahan jadi/paten

Nama obat dapat dipilih dengan nama generik (nama resmi dalam buku Farmakope

Indonesia) atau nama paten (nama yang diberikan pabrik). Pengguna jenis obat

paten perlu memperhatikan kekuatan bahan aktif dan atau komposisi obat yang

dikandung di dalamnya agar pemilihan obat yang rasional dapat tercapai dan

pelayanan obat di apotek tidak menjumpai adanya masalah.

Contoh: Apabila dalam terapi perlu diberikan bahan obat Paracetamol, maka dapat

dipilih bahan baku (ada di apotik), sediaan generik berlogo (bentuk tablet atau sirup

paracetamol atau sediaan paten)

Jumlah obat yang ditulis di dalam resep tergatung dari lama pemberian dan frekuensi

pemberian. Parameter yang diperlukan untuk menentukannya adalah lama

perjalanan penyakit, tujuan terapi, dan kondisi penderita. Jumlah obat dituliskan

dengan angka Romawi untuk jenis sediaan jadi/paten

Contoh: Tab. Sanmol 500 mg no. X atau Tab. Sanmol 500 mg da X

Bahan/sediaan obat dalam preskripsi berdasarkan peraturan perundangan dapat

dikategorikan:

a. Golongan obat narkotika atau O (ct: codein, morphin, pethidin)

b. Golongan obat Keras atau G atau K

Page 16: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

15

Dibedakan menajadi 3:

- Golongan obat Keras tertentu atau Psikotropika (diazepam dan derivatnya)

- Golongan obat Keras atau K (ct: amoxicillin, ibuprofen)

- Golongan obat wajib apotek atau OWA (ct: famotidin, allopurinol, gentamycin

topical)

c. Golongan obat bebas terbatas atau W (ct: paracetamol, pirantel palmoat)

d. Golongan obat bebas (ct: Vitamin B1, Vitamin C)

Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika/khusus) jumlah obat tidak cukup

hanya dengan angka saja, namun disertai dengan huruf angka tersebut, misal X

(decem) dan agar sah harus dibubuhi tanda tangan dokter (bukan paraf). Hal ini

dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan obat di masyarakat.

2. Penetapan cara pemberian dan aturan dosis yang tepat

a. Cara pemberian obat

Obat diberikan dengan berbagai macam cara (per oral, per rectal, parenteral,

topical, dll). Hal yang diperlukan dalam menentukan cara pemberian obat:

- Tujuan terapi

- Kondisi pasien

- Sifat fisika-kimia obat

- Bioaviabilitas obat

- Manfaat (untung-rugi pemberian obat)

Cara pemberian yang dipilih adalah yang memberikan manfaat klinik yang

optimal dan memberikan keamanan bagi pasien. Misalkan pemberian obat

Gentamicyn yang diperlukan untuk tujuan sistemik, maka sebaiknya dipilih lewat

parenteral. NSAIDs yang diberikan pada penderita gastritis sebaiknya dilakukan

pemberian per rectal.

b. Aturan dosis (dosis dan jadwal pemberian) obat

DOSIS

Dosis yang ideal adalah dosis yang diberikan per individual. Hal ini mengingat

bahwa respon penderita terhadap obat sangat individualistis. Penentuan dosis

perlu mempertimbangkan: 1) kondisi pasien (seperti: umur, berat badan, fisiologi

dan fungsi organ tubuh) 2) kondisi penyakit ( akut, kronis, berat/ringan) 3) Indeks

terapi obat (lebar/sempit) 4) variasi kinetik obat 5) cara/rumus perhitungan dosis

anak ( pilih yang paling teliti)

Perhitungan dosis pada anak secara ideal menggunakan dasar ukuran fisik

(berat badan atau luas permukaan tubuh). Apabila dosis anak dihitung dengan

perbandingan dengan dosisi dewasa, yaitu dengan memakai rumus perhitungan

dosis anak (antara lain Young, Clark), maka perlu diperhatikan tentang ketelitian

dari rumus yang dipakai.

Page 17: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

16

JADWAL PEMBERIAN

Jadwal pemberian ini meliputi frekuensi, satuan dosis per kali dan saat/waktu

pemberian obat. Dalam resep tertuang dalam unsur signatura.

FREKUENSI

Frekuansi artinya berapa kali obat yang dimaksud diberikan kepada pasien.

Jumlah pemberian tergantung dari waktu paruh obat, BSO, dan tujuan terapi.

Obat anti asma diberikan kalau sesak (p.r.n) namum bila untuk menjaga agar

tidak terjadi serangan asma dapat diberikan secara teratur misal 3 x sehari

(t.d.d).

SAAT/WAKTU PEMBERIAN

Hal ini dibutuhkan bagi obat tertentu supaya dalam pemberiannya memiliki efek

optimal, aman dan mudah diikuti pasien. Misal: Obat yang absorbsinya terganggu

oleh makanan sebaiknya diberikan saat perut kosong 1/2 – 1 jam sebelum

makan (1/2 – 1 h. a.c), obat yang mengiritasi lambung diberikan sesudah makan

(p.c) dan obat untuk memepermudah tidur diberikan sebelum tidur (h.s), dll.

LAMA PEMBERIAN

Lama pemberian obat didasarkan perjalanan penyakit atau menggunakan

pedoman pengobatan yang sudah ditentukan dalam pustaka/RS. Misalkan

pemberian antibiotika dalam waktu tertentu (2 hari setelah gejala hilang untuk

menghindari resistensi kuman, obat simtomatis hanya perlu diberikan saat

simtom muncul (p.r.n), dan pada penyaklit kronis (misal asma, hipertensi, DM)

diperlukan pemberian obat yang terus menerus atau sepanjang hidup (ITER!)

3. Pemilihan BSO yang tepat

Pemilihan BSO dalam preskripsi perlu dipertimbangkan agar pemberian obat optimal

dan harga terjangkau. Faktor ketaatan penderita, faktor sifat obat, bioaviabilitas dan

faktor sosial ekonomi dapat digunakan sebagai pertimbangan pemilihan BSO

4. Pemilihan formula resep yang tepat

Ada 3 formula resep yang dapat digunakan untuk menyusunan preskripsi dokter

(Formula marginalis, officialis aau spesialistis). Pemilihan formula tersebut perlu

mempertimbangkan:

- Yang dapat menjamin ketepatan dosis (dosis individual)

- Yang dapat menjaga stabilitas obat

- Agar dapat menjaga kepatuhan pasien dalam meminum obat

- Biaya/harga terjangkau

5. Penulisan preskripsi dalam blanko resep yang benar (lege artis)

Preskripsi lege artis maksudnya adalah ditulis secara jelas, lengkap (memuat 6

unsur yang harus ada di dalam resep) dan sesuai dengan aturan/pedoman baku

serta menggunakan singkatan bahasa latin baku, pada blanko standar (ukuran lebar

10-12 cm, panjang 15-18 cm)

Page 18: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

17

6. Pemberian informasi bagi penderita yang tepat

Cara atau aturan harus tertulis lengkap dalam resep, namun dokter juga masih harus

menjelaskan kepada pasien. Demikian pula hal-hal atau peringatan yang perlu

disampaikan tentang obat dan pengobatan, misal apakah obat harus diminum

sampai habis/tidak, efek samping, dll. Hal ini dilakukan untuk ketaatan pasien dan

mencapai rasionalitas peresepan

PEDOMAN CARA PENULISAN RESEP DOKTER

1. Ukuran blanko resep (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)

2. Penulisan nama obat (Bagian Inscriptio):

a. Dimulai dengan huruf besar

b. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam farmakope

Indonesia atau nomenklatur internasional) misal: ac. Salic; acetosal

c. Tidak ditulis dengan nama kimia (missal: kali chloride dengan KCl) atau

singkatan lain dengan huruf capital (missal clorpromazin dengan CPZ)

3. Penulisan jumlah obat

a. Satuan berat: mg (milligram), g, G (gram)

b. Sataun volume: ml (mililiter), l (liter)

c. Satuan unit: IU/IU (Internasional Unit)

d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi.

Misal: - Tab Novalgin no. XII

- Tab Stesolid 5 mg no. X (decem)

- m.fl.a.pulv. dt.d.no. X

e. Penulisan alat penakar:

Dalam singkatan bahasa latin dikenal:

C. = sendok makan (volume 15 ml)

Cth. = sendok teh (volume 5 ml)

Gtt. = guttae (1 tetes = 0,05 ml)

Catatan: Hindari penggunaan sendok teh dan sendok makan rumah tangga

karena volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok makan dan 5 ml untuk

sendok teh. Gunakan sendok plastik (5 ml) atau alat lain ( volume 5, 10, 15

ml) yang disertakan dalam sediaaan cair paten.

f. Arti prosentase (%)

0,5% (b/b) 0,5 gram dalam 100 gram sediaan

0,5% (b/v) 0,5 gram dalam 100 ml sediaan

0,5% (v/v) 0,5 ml dalam 100 ml sediaan

g. Hindari penulisan dengan angka desimal (misal: 0,...; 0,0....; 0,00...)

Page 19: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

18

4. a. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/paten) yang beredar di

pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta harus ditulis,

misalkan Tab. Primperan 5 mg atau Tab. Primperan 10 mg

b. Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari sediaan

jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal:

- Allerin exp. Yang volume 60 ml atau 120 ml

- Garamycin cream yang 5 mg/tube atau 15mg/tube

5. Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian subscriptio) dituliskan tidak hanya

untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula officialis dan spesialistis

Misal: m.f.l.a.pulv. No. X

Tab Antangin mg 250 X

Tab Novalgin mg 250 X

6. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian (bagian signatura)

a. Harus ditulis dengan benar

Misal: s.t.d.d. pulv. I.p.c atau s.p.r.n.t.d.d.tab.I

b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian ”tapering up/down” gunakan

tanda s.u.c (usus cognitus = pemakaian sudah tahu). Penjelasan kepada

pasien ditulis pada kertas dengan bahasa yang dipahami.

7. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup (untuk 1

R/) atau tanda pemisah di antara R/ (untuk > 2R/) dan paraf/tanda tangan pada

setiap R/.

8. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan dan

tindasan.

9. Penulisan tanda Iter (Itteretur/ harap diulang) dan N.I. (Ne Iterretur/tidak boleh

diulang)

Resep yang memerlukan pengulanagan dapat diberi tanda: Iter n X di sebelah kiri

atas dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak semua resep, maka

ditulis di bawah setiap resep yang diulang.

Resep yang tidak boleh diulang, dapat diberi tanda: NI di sebelah kiri atas dari

resep untuk seluruh resep yang tidak boleh diulang. Bila tidak semua resep, maka

ditulis di bawah setiap resep yang diulang.

10. Penulisan tanda Cito atau PIM

Apabila diperlukan agar resep segera dilayani karena obat sangat diperlukan bagi

penderita, maka resep dapat diberi tanda Cito atau PIM dan harus ditulis di sebelah

kanan atas resep.

Page 20: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

19

DOSIS OBAT DAN PENENTUAN RESEP DALAM PRESKRIPSI

PENDAHULUAN

Preskripsi dokter memerlukan ketepatan dosis obat yang diberikan dan pemilihan formula

yang tepat pula. Calon dokter harus dapat memahami cara menentukan dosis obat dengan

tepat dengan cara perhitungan yang benar dan harus memahami formula resep yang tepat

digunakan untuk mewujudkan terapi rasional.

DOSIS OBAT DALAM PRESKRIPSI

Dosis tepat sangat dibutuhkan supaya efek dari obat optimal dan resiko efek samping

sekecil mungkin. Besaran dosis terapi obat biasanya dicantumkan dalam rentangan/kisaran

dosis, misalkan 250-500 mg. Rentangan dosis ini menunjukkan kadar obat yang aman yang

dapat diberikan dalam praktek pengobatan. Bila dokter memberikan dosis di bawah/ di atas

dosis rentangan, maka dapat memberikan efek yang merugikan bagi pasien dan dapat

menimbulkan pertanyaan bagi apotek yang menerima resep tersebut.

Dosis obat dalam preskripsi adalah besarnya dosisi per kali untuk pasien dan

mungkin dalam sehari dapat diberikan beberapa kali sesuai dengan frekuensi pemberian

yang tertulis di dalam resep. Penentuan dosis tersebut didapatkan darai dosis terapi (dosis

lazim) yang tercantum dalam literatur. Untuk dosis anak biasanya dicantumkan dengan

misalnya 20-40 mg/kg BB/hari. Sehingga perlu penentuan dosis yang cermat bagi anak. Ada

beberapa obat yang mencantumkan dosis hanya untuk orang dewasa, sehingga bila obat itu

akan diberikan kepada anak maka perlu perhituanan dengan membandingkan dengan dosis

dewasa, dengan menggunakan rumus ( misalkan R. Clark, R. Young, dll)

CARA MENGHITUNG DOSIS ANAK

Ada beberapa cara dalam menghitung dosis anak. Untuk itu, dipilih yang dapat

menunjukkan pengetrapan dosis individual. Untuk obat-obat yang mempunyai rentang terapi

sempit, maka memerlukan ketelitian yang tinggi dalam menentukan dosis untuk anak.

Contoh: Hitunglah dosis Amoxycillin untuk anak berumur 4 tahun dengan BB 17 kg

Diketahui: Dosis Amoxycillin anak di bawah BB 20 kg adalah 20-40 mg/kg BB/ hari diberikan

dalam dosis terbagi tiap 6-8 jam.

Untuk dosis dewasa adalah 250-500 mg, diberikan tiap 6-8 jam.

Perhitungan:

1. Berdasarkan individual dengan ukuran fisik BB:

17 X (20-40) mg = 340- 780 mg/hari

Bila dipilih diberikan 3X sehari, maka dosis per kali pemberian = 113,33 - 226,67 mg

2. Berdasarkan dosis dewasa dengan rumus Clark

Page 21: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

20

17 X (250-500) mg = 60,71 – 121,43 mg/kali

20

3. Berdasarkan dosis dewasa dengan rumus Young

4 x (250-500) mg = 62,5-125 mg/kali

16

4. Berdasarkan dosis dewasa dengan Tabel J.Hahn:

5. Anak 4 tahun, BB 13,0-16,3 kg = 23% dosis dewasa

= 57,5-115 mg/kali

Hasil di atas menunjukkan bahwa cara perhitungan tersebut menghasilkan dosis yang

berbeda. Dengan mempertimbangkan kondisi penyakit dan kondisi penderita, maka dokter

dapat menentukan besarnya dosis per kali dan per hari dalam resepnya.

Misalkan diputuskan memberikan amoxycillin per kali 125 mg

Bila frekuensinya 3 kali sehari, maka dosis per hari adalah 375 mg.

FORMULA RESEP

Ada 3 formula dalam penulisan resep (magistrlis, officinalis dan spesialistis). Faktor yang

diperhatikan dalam penentuan jenis formula yang akan digunakan: 1) ketepatan dosis, 2)

stabilitas obat terjamin, 3) kepatuhan pasien, 4) kemudahan mendapatkan obat/sediaan, 5)

harga terjangkau

FORMULA MAGISTRALIS

Formula ini dikenal dengan resep racikan.Dalam hal ini, dokter selain menuliskan bahan obat,

juga bahan tambahan. Bahan tambahan yang ditambahkan tergantung dari sediaan yang

diinginkan. Oleh karena itu, penting sekali diperhatikan sifat obat, interaksi farmasetik,

macam bentuk sediaan dan macam bahan tambahan yang dapat digunakan serta pedoman

penulisan resep magistralis.

Hal-hal yang penting diperhatikan dalam formula magistralis:

1. Bahan obat, sedapat mungkin menggunakan bahan baku. Penggunaan sediaan

jadi/paten (tablet, sirup, dll) sering menimbulkan masalah baik dalam pelayanan(

misalkan tidak dapat halus, tidak homogen, dan tidak stabil) maupun kerasionalan

terapi (antara lain perubahan formula sediaan, perubahan bioaviabilitas obat,

perubahan absorbsi, penurunan konsentrasi obat). Pencampuran bahan yang lebih

dari satu macam harus dipertimbangkan adanya interaksi (farmasetik dan

farmakologi) dan rasionalitas obat.

2. Bntuk sediaan yang dapat dipilih meliputi serbuk (pulveres dan pulvis adspersorium),

kapsul, larutan (solusio, infusa), suspensi, unguenta, cream dan pasta.

3. Penentuan bahan tambahan (corrigen saporis, corrigen odoris, corrigen coloris, dan

constituent/vehiculum).

Contoh penyusunan resep formula magistralis:

Page 22: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

21

1. Dokter Siti Indah, SIP 087/2008 beralamat di JL. Surya No. 1 Surakarta pada tanggal

15 Juni 2008 menulis resep formula magistralis dengan bentuk sediaan pulveres

(puyer) sebanyak 10 bungkus, setiap bungkus mengandung paracetamol 120 mg.

Puyer ini diberikan kepada Sari (2 tahun, 12 kg) dengan aturan pakai:bila panas

diberikan 3 X sehari, tiap kali satu bungkus

Keterangan:

Ambilkan paracetamol 120 mg dan sacch

lactis secukupnya, campur dan buatlah

menurut aturan puyer sebanyak 10

bungkus, masing-masing bungkus

mengandung 120 mg paracetamol dan

sacch lactis secukupnya. Tandailah: bila

panas dapat diberikan 3 X sehari 1

bungkus

FORMULA OFFICINALIS

Resep dengan formula ini berarti obat yang digunakan adalah obat generik dan tersedia

dalan sediaan generik (BPOM Depkes) atau sediaan standar baku (Formularium Indonesia).

Dengan menggunakan formula ini, berarti dokter sudah tahu komposisi bahan aktif dan

kegunaannya. Penulisan ini cepat dan sederhana serta harganya lebih murah.

Contoh formula officinalis:

1. Dokter Siti Indah, SIP 087/2008 beralamat di JL. Surya No. 1 Surakarta pada tanggal 15

Juni 2008 menulis resep dengan menggunakan obat batuk Potio nigra contra tussim, suatu

formula standar dalam Formularium Indonesia dan diberikan kepada Bp. Tono dengan aturan

pakai:bila batuk dapat diminum 4 X sehari satu sendok makan, selama 10 hari

dr. Siti Indah SIP. 087/2008

Alamat rumah/praktek: Jl. Surya No.1 Surakarta (Telp: )

Surakarta, 15 Juni 2008 R/ Paracetamol mg 120 Sacch. Lactis q.s m.f.l.a. pulv.d.t.d. No. X s.p.r.n.t.d.d.pulv I (febris) ____________________ Pro : Sari (12 kg) Umur : 2 tahun

Page 23: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

22

Keterangan: Dokter munggunakan formula

standar dalam Formularium Indonesia. Komposisi

obat tersebut:

Pot nigr. c. tuss. 300 ml

Succus liquiritae 10

Amm. Chloride 6

Sol amm.spirt. anis 6

Aqua dest. Ad 300 ml

Pemakaian 4-5 d.d. C.I

2. Dokter Siti Indah, SIP 087/2008 beralamat di JL. Surya No. 1 Surakarta pada tanggal 15

Juni 2008 menulis resep dengan menggunakan sediaaan generic berlogo salep mata

Chlorampenicol (1%) dan diberikan kepada Bp. Tono dengan aturan pakai: 2 X sehari

dioleskan pada mata kanan dan kiri, pagi dan sore

Keterangan:

Dengan resep tersebut, dokter menggunakan

formula standar dalam sediaan jadi generik

berlogo.

Komposisi obat tersebut:

Ungt. Ophth. Chlorampenicol 1%. Setiap

gram salep mata mengandung 10 mg

Chlorampenicol, berat tiap tube 5 gram

dr. Siti Indah SIP. 087/2008

Alamat rumah/praktek: Jl. Surya No.1 Surakarta

Surakarta, 15 Juni 2008 R/ Pot nigr. c. tuss. ml 300 s.p.r.n. 4.d.d. C. I (bila batuk) ____________________ Pro :Tono Umur : 20 tahun

dr. Siti Indah SIP. 087/2008

Alamat rumah/praktek: Jl. Surya No.1 Surakarta

Surakarta, 15 Juni 2008 R/ Chloramphenic.ungt.ophth 1% 5 g s.2.d.d. ungt.ophth. od & os ____________________ Pro : Bp. Tono Umur :

Page 24: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

23

FORMULA SPESIALISTIS

Resep yang ditulis dengan formula ini adalah obat paten dari pabrik obat. Kadang pabrik obat

membuat obat dengan berbagai sediaan, kekuatan, dan kombinasi obat. Bila penulisan resep

ini kurang jelas atau tidak lengkap dapat mengakibatklan kesalahan dalam pelayanan di

apotek.

Contoh penulisan resep spesialistis:

1. Dokter Siti Indah, SIP 087/2008 beralamat di JL. Surya No. 1 Surakarta pada tanggal 15

Juni 2008 menulis resep dengan menggunakan sediaaan paten Allerin expektorant 120 ml

dan diberikan kepada Bp. Tono dengan aturan pakai:3 X sehari 2 sendok teh (volume cairan

obat yang diminum adalah 10 ml).

Keterangan:

Dengan resep tersebut, dokter menggunakan

formula spesialistis dan menggunakan obat

dengan nama paten. Bentuk sediaan: sirup

Komposisi: Tiap 5 ml sirup berisi:

Gliseril guaiakolat 50 mg

Natrium sitrat 180 mg

Difenhidramin HCl 12,5 mg

Fenilpropanolamin HCl 12,5 mg

Kemasan: Botol volume 60 ml dan 120 ml

2. Dokter Siti Indah, SIP 087/2008 beralamat di JL. Surya No. 1 Surakarta pada tanggal 15

Juni 2008 menulis resep dengan menggunakan sediaaan paten kaplet Kalmoxicillin 500 mg

sebanyak 20 biji dan diberikan kepada Bp. Tono dengan aturan pakai:3 X sehari.

dr. Siti Indah SIP. 087/2008

Alamat rumah/praktek: Jl. Surya No.1 Surakarta

Surakarta, 15 Juni 2008 R/ Allerin exp. 120 ml fl I s.3.d.d. C.th. II ____________________ Pro : Bp. Tono Umur :

Alamat:

Page 25: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

24

Keterangan:

Dengan resep tersebut, dokter menggunakan

formula spesialistis dan menggunakan obat

dengan anam paten. Bentuk sediaan: kaplet

Komposisi: Tiap kaplet Kalmoxicillin500 mg

mengandung Amoxycillin trihidrat

dr. Siti Indah SIP. 087/2008

Alamat rumah/praktek: Jl. Surya No.1 Surakarta

Surakarta, 15 Juni 2008 R/ Kalmoxicillin mg 500 capl No. XX s.3.d.d. Capl. I ____________________ Pro : Bp. Tono Umur :

Page 26: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

25

SINGKATAN BAHASA LATIN YANG SERING DIPAKAI DALAM RESEP

SINGKATAN KEPANJANGAN ARTI

Aa Ana Sama banyak

a.c Ante coenam Sebelum makan

ad Ad Sampai

ad lib./ad libit. Ad libitus Sesuka hati

ad part. dolent Ad partes dolentes Pada bagian-bagian yang sakit

add. Adde Tambahkan

alt. dieb. Alternis diebus Setiap dua hari

alt. hor. Alternis horis/altera hora

Setiap dua jam

a.m. Ante meridiem Sebelum tengah hari

a.n. Ante noctern Sebelum malam hari

applic. Applicatio Penggunaan, pemakaian

a.u.e (ad. us. ext) Ad usum externum Untuk obat luar

u.p. Sum proprium Dipakai sendiri

m.i. Mihi ipsi Dipakai sendiri

aq.dest Aqua destilata Air suling

c. Cum Dengan

C. Cochlear, cibarium Sendok makan (15 ml)

C.th Cochlear theae Sendok teh (5 ml)

c.c. Centrimetrum cubicum

Senti meter kubik

caut. Caute Hati-hati

comp. Compositus Obat campuran

conc. Concentratus Konsentrasi

cr. Cremor Krim

da ad lag. Da ad lagenam Berikan dalam botol

da ad vitr. Da ad vitrum Berikan dalam botol

da ad oll. Da ad ollam Berikan dalam pot

da In oll. Da in ollam Berikan dalam pot

d.c. Durante coenam Sedang makan

d.c. form. Da cum formula Tuliskan dengan resepnya

dur.dol. Durante dolore Selagi sakit

d. d. De die Sehari, setiap hari

s.d.d./1 dd Smel de die Sekali sehari

b.d.d.(b.i.d)/ 2 dd Bis de/in die Dua kali sehari

t.d.d.(t.i.d)/ 3 dd Ter de/ in die Tiga kali sehari

q.d.d (q.i.d)/ 4 dd Quarter de/in die Empat kali sehari

dext.et sin. Dexter et sinister Kanan dan kiri

o.d./o.s. Oculus dexter et Mata kanan dan

Page 27: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

26

oculus sinister mata kiri

dil. Dilutus Encer

d.t.d Da teles doses Berikan sebanyak dosis tersebut

epith. Epithema Obat kompres

extend. Extende oleskan

extend. cr. Extende crass oleskan tebal-tebal (0,6 mm)

extende ter. Extende termiter oleskan tipis-tipis (0.2 mm)

ext. s. alut Extende supra alutam oleskan di atas kulit lunak

ext. s. cor Extende supra corium oleskan di atas kulit kaku

f. Fac, fiat buat, harap dibuat

feb. dur. Febri durante sewaktu demam

fom. Fomentum, fomenti obat kompres (panas)

l.a. Lege artis cara semestinya (sesuai aturan)

filtr. Filtra, filtretur saring, harap disaring

g.,gm. Gramma gram

gi.arab. Gummi, arabicum gom arab (=acacia)

garg. Gargarisma obat kumur

gtt. Guttae tetes

gtt. ad aur. Guttae ad aures obat tetes telinga

gtt. auric. Guttaeauriculares obat tetes telinga

gtt. nasal. Guttae nasals obat tetes hidung

gtt. ophth Guttae ophthalmicae obat tetes mata

h. Hora jam

h.m. Hora matutina pagi hari

h.s. Hora somni sebelum tidur

h.v. Hora vespertina pada sore hari

haust. Haustus teguk sekaligus

i.m.m. In manum medici berikan ke tangan dokter

i.c. Inter cibos antar dua waktu makan

inf. Infusum air rebusan

Inj. Injectio obat suntik

Iter. Iteretur harap diulang

Iter 1x. Iteretur 1X harap diulang 1X

l.a. Lege artis cara semestinya

Page 28: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

27

lc. Loco pengganti

lit.or. Litus oris cairan untuk dioleskan di mulut

loc.dol. Locos dolens tempat yang terasa sakit

lot. Lotio lotio (obat cair utuk obat luar)

Liq. liquidus cair

m. mane pagi

m.et v. mane et vespere pagi dan sore

merid. meridie tengah hari

m. misce, misceatur campurlah, harap dicampur

m.f. misce fac campur dan buatlah

m.f.l.a. misce fac lege artis campur dan buatlah menurut cara

semestinya

mg., mgm. milligrama milligram

mixt. mixtura campuran

m.i. mihi ipsi dipakai sendiri

muc.gi.arab. mucilago gummi arabbici

lender dari acacia

n. noctum malam

N.l. ne iteretur harap jangan diulang

Non. Rep. non reperetur harap jangan diulang

Non in lag.orig. non in lagenam original

jangan dalam botol asli

o.h. omni hora tiap jam

o.b.h. omni bihora tiap 2 jam

o.t.h omni tri hora tiap 3 jam

o.4h. omni quarter hora tiap 4 jam

o.m. omni mane tiap pagi

o.n. omni nocte tiap malam

p.c. post coenam sesudah makan

PIM periculum in mora berbahaya jika ditunda

p.r.n. pro re nata kalau perlu minum /cairan yang

digunakan

pot. potio untuk obat dalam

pulv. pulvis serbuk tunggal

pulv. pulveres serbuk terbagi (puyer)

Page 29: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

28

pulv.adsp. pulvis adspersorius serbuk tabur

pulv.dentifr. pulvis dentrificius tepung / serbuk gosok gigi

q.s. quantum satis/sulficit secukupnya

R/ recipe ambilah

rec.par. recentus paratus dibuat baru

s. signa tandailah, tulislah

sol. solutio larutan

spir. spiritus spiritus

steril. sterilisatus yang disterilkan

supp. supposituria suposituria

supp.rect. supposituria rectal suposituria rektum

syr. syrup sirop

tab. tabulae tablet

tct. (tinct.) tinctura tinctuur

tuss. tussis batuk

tuss. urg. tussi urgente jika batuknya amat mengganggu

u.c. usus cognitus aturan pakai diketahui

u.n. usus notus aturan pakai diketahui

u.e. usus externus obat luar

u.p. usum proprium dipakai sendiri

u.v. usus veterinarius guna kedokteran hewan

ungt. unguentum salep

ungt.ophth. unguentum ophthalmicae

salep mata

vesp. vespere senja hari

I unus satu

II duo dua

III tres tiga

IV quattour empat

V quinque lima

VI sex enam

VII september tujuh

VIII october delapan

IX novem sembilan

X december sepuluh

XI uno decemb sebelas

XII duodecim duabelas

Page 30: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

29

XX viginti duapuluh

XXX triginti tigapuluh

L quinquaginta lima puluh

C centum seratus

D quingenti limaratus

M mille seribu

Page 31: Farmakoterapi Untuk program studi pendidikan dokter ggiakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2015/11/modul-farmakoterapi... · penyakit yang menyertai atau keadaan khusus (anak, lansia,

30