farmaseutika dasar
DESCRIPTION
farmasi fisikaTRANSCRIPT
FARMASEUTIKA DASAR
SUPPOSITORIA, OVULA DAN BACILLA
Opy Dwi Astari (066112048)
Sri Sundari (066112050)
Irma Rachmatiani (066112057)
Viny Oktaviany (066112060)
Ghintya Fitaloka (066112079)
Dede Mardiyana (066112069)
Syarah Diyah Ayu Budiyono (066112068)
Nella Alfiani (066112040)
Regilia (066112029)
SUPPOSITORIA
Suppositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat
dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal,
vagina atau urethra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut
dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung
jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat
local atau sistemik.
Suppositoria menurut FI edisi III adalah sediaan padat
yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo, dapat
melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh.
MACAM-MACAM SUPPOSITORIA
Rectal suppositoriaVaginal suppositoria (ovula)Urethral supositoria (bacilli,
bougies)
BAHAN DASAR SUPPOSITORIA
Bahan dasar suppositoria dapat menggunakan oleum
cacao (lemak coklat), gelatin tergliserinasi, minyak nabati
terhidrogenasi, campuran PEG berbagai bobot molekul dan ester
asam lemak. Bahan dasar lain dapat digunakan seperti surfaktan
nonionik misalnya ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan
polioksietilen stearat.
BAHAN DASAR SUPPOSITORIA YANG IDEAL
HARUS MEMPUNYAI SIFAT SEBAGAI BERIKUT :
• Padat pada suhu kamar, sehingga dapat dibentuk dengan tanagan atau
dicetak , tapi akan melunak pada suhu rektal dab dapat bercampur dengan
cairan tubuh.
• Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
• Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat.
• Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukan perubahan warna, bau dan
pemisahan obat.
• Kadar air cukup.
• Untuk basis lemak, bilangan asam, bilangan iodium, dan bilangan
penyabunan harus jelas.
PENGGOLONGAN BAHAN DASAR
SUPPOSITORIA
• Bahan dasar berlemak : Ol. Cacao (lemak coklat).
• Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam
air : gliserin-gelatin, polietilenglikol (PEG).
• Bahan dasar lain : Pembentuk emulsi A/M.misalnya
campuran Tween 61 85 % dengan gliserin laurat 15 %.
METODE PEMBUATAN
Dengan Tangan , Hanya dengan bahan dasar Ol Cacao yang dapat
dikerjakan atau dibuat dengan tangan untuk skala kecil dan bila bahan
obatnya tidak tahan terhadap pemanasan. Metode ini kurang cocok untuk
iklim panas.
• Dengan Mencetak Hasil Leburan, Cetakan harus dibasahi lebih dahulu
dengan paraffin cair bagi yang memakai bahan dasar gliserin-gelatin, tetapi
untuk OI. Cacao dan PEG tidak dibasahi karena mengkerut pada proses
pendinginan, akan terlepas dari cetakan.
Lanjutan …
• Dengan kompresi, Metode ini, proses
penuangan, pendinginan dan pelepasan
suppositoria dilakukan dengan mesin
secara otomatis. Kapasitas bias sampai
3500 – 6000 suppositoria/jam.
Pembuatan Suppositoria Secara Umum
Dilakukan Dengan Cara Sebagai Berikut :
• Bahan dasar suppositoria yangdigunakan
supaya meleleh pada suhu tubuh atau
dapat larut dalam cairan yang ada dalam
rektum.
• Obatnya supaya larut dalam bahan dasar,
bila perlu dipanaskan.
• Bila bahan obatnya sukar larut dalam
bahan dasar maka harus diserbuk halus.
Lanjutan …
• Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair,
dituangkan kedalam cetakan suppositoria kemudian didinginkan
• Cetakan tersebut terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau dari
logam lain, ada juga yang dibuat dari plastic. Cetakan ini mudah
dibuka secara longitudinaluntuk mengeluarkan suppositoria.
• Untuk mencetak bacilli dapat digunakan tube gelas atau gulungan
kertas.
PENGEMASAN SUPPOSITORIA
• Di kemas sedemikian rupa sehingga tiap sopossitoria
terpisah, tidak mudah hancur ataw meleleh
• Biasanya dimasukan dalam wadah dari alumunium
poil atau strip plastic sebanyak 6-12 buah untuk
kemudian dikemas dalam dus
• Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat
sejuk.
Tujuan Penggunaan Obat Bentuk
Supositoria :
• Suppositoria dipakai untuk pengobatan local, baik dalam
rektum maupun vagina atau urethtra, seperti penyakit
haemorroid/wasir / ambein dan infeksi lainnya.
• Secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik , karena
dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum.
• Apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, seperti
pasien mudah muntah, tidak sadar.
Keuntungan Penggunaan Obat Dalam Bentuk
Suppositoria Disbanding Peroral, Yaitu :
• Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
• Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim
pencernaan dan asam lambung.
• Obat dalam masuk lamsung kedalam saluran darah
sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada
penggunaan obat peroral.
• Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Kerugian Penggunaan Obat Dalam
Bentuk Suppositoria Disbanding
Peroral, Yaitu :
• Cara pakai tidak menyenangkan (melalui dubur).
• Absorbsi obat sering kali tidak teratur/sukar diramalkan
• Tidak dapat disimpan dalam suhu ruangan
• Tidak semua obat bias dibua menjadi sediaan
suppositoria
CONTOH SEDIAAN SUPPOSITORIA
• Suppositoria aminofilin ( Fornas, HC Ansel,593 )
• Suppositoria aspirin (HC Ansel, 593)
• Suppositoria bibaza / anusol ( Fornas )
• Suppositoria bisakodil ( BP 2002 hal. 1895; Fornas)
• Suppositoria klorpromazin ( BP 2002 hal. 1895)
• Suppositoria etamifilin ( BP 2001)
• Suppositoria flurbiprofen ( BP 2002 hal. 1895)
• Suppositoria gliserol ( BP 2002 hal. 1895)
Lanjutan…
• Suppositoria indometasin ( BP 2002 hal. 1895)
• Suppositoria metronidazol ( BP 2002 hal.1895)
• Suppositoria morfin ( BP 2002 hal. 1895)
• Suppositoria naproxen ( BP 2002 hal. 1895)
• Suppositoria parasetamol ( BP 2002 hal. 1895)
• Suppositoria pentazosin ( BP 2002 hal. 1895)