fdm: konduksi
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
1/23
MS 3202 - PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN
LAPORAN PRAKTIKUM MODUL 7
PERCOBAAN KONDUKTIVITAS BAHAN TERMAL
Kelompok : 12
Anggota Kelompok : F X Arnold Giovanni Heryanto 13112029
Kevin Angga Gunawan 13112036
Eko Budi Satriyo 13112041
Irvin Shandy 13112044
Dionisius Denny Bramantyo 13112046
Singgih Candra Prayoga 13112048
Robertus Kristianto Sukoco 13112091
Tanggal Praktikum : 15 April 2015
Tanggal Pengumpulan Laporan : 20 April 2015
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
2/23
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan konduktivitas termal dari suatu material.
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
3/23
2. LANDASAN TEORI
Kalor merupakan salah satu bentuk energi, sehingga dapat berpindah dari satu sistem ke
sistem yang lain karena adanya perbedaan suhu. Kalor mengalir dari sistem bersuhu tinggi ke sistem
yang bersuhu lebih rendah. Sebaliknya, setiap ada perbedaan suhu antara dua sistem maka akan
terjadi perpindahan kalor. Perpindahan Kalor adalah salah satu ilmu yang mempelajari apa itu
perpindahan panas, bagaimana panas yang ditransfer, dan bagaimana relevansi juga pentingnya
proses tersebut. Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri proses.
Terdapat 3 jenis mekanisme perpindahan kalor, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, akan terjadi perpindahan energi berupa kalor
dari bagian yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah. Salah satu cara perpindahan energi
ini melalui mekanisme yang disebut konduksi atau hantaran. Konduksi dapat diartikan sebagai
transmisi energi (panas) dari satu bagian padatan yang bersuhu tinggi ke bagian padatan lain yang
kontak dengannya dan memiliki suhu lebih rendah. Besarnya perpindahan kalor sebanding dengan
gradien suhu yang dinyatakan dalam persamaan:
≈
Apabila konstanta proporsionalitas dimasukkan dalam persamaan tersebut, didapat:
=
q = laju perpindahan kalor konduksi, Watt (Btu/h)
k = konduktivitas termal, W/mOC (Btu/h.ft.OF) (konstanta proporsionalitas)
A = luas permukaan, m2 (ft
2)
∂T/∂X = gradien temperatur ke arah normal terhadap luas A
Persamaan di atas disebut hukum Fourier tentang konduksi kalor. Pada persamaan di atas, q
menyatakan laju perpindahan kalor dan
merupakan gradien suhu ke arah perpindahan kalor.
Konstanta k melambangkan konduktivitas termal benda, sedangkan tanda minus diberikan untuk
memenuhi hukum kedua termodinamika yaitu kalor berpindah ke tempat yang suhunya lebih
rendah.
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
4/23
Perpindahan kalor konduksi dibagi menjadi dua macam, yaitu konduksi keadaan tunak dan
tak tunak. Pada konduksi keadaan tunak, suhu tidak berubah terhadap waktu. Namun, jika suhu
benda berubah terhadap waktu atau jika ada sumber kalor (heat source) dan sumur kalor (heat
sink), konduksi yang terjadi adalah konduksi tak tunak.
Pada kondisi steady state, apabila tidak ada pembangkitan panas di dalam benda, maka
persamaan hukum Fourier dapat diintegrasikan , sehingga diperoleh:
= (2 1)
∆
Konduktivitas termal merupakan besaran yang menyatakan kemampuan suatu bahan dalam
menghantarkan kalor secara konduksi di mana perbedaan temperatur menyebabakan transfer
energi termal dari satudaerah benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih
rendah. Pada umumnya, nilai konduktivitas termal ini sangat tergantung pada suhu. Satuan dari
konduktivitas termal adalah Watt/moC atau BTU/hour.Ft.
oF
Pada konduksi kondisi tunak (steady) dalam satu dimensi distribusi suhu konstan, suhu
hanya merupakan fungsi posisi dan akumulasi sama dengan nol (konduktivitas termal dianggap
tetap). Jika dalam sistem lebih dari satu macam bahan, seperti dinding lapis rangkap, ataupun luas
penampang yang berubah, maka analisisnya akan menjadi seperti berikut:
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
5/23
Apabila dua benda padat dihubungkan satu sama lain dan perpindahan panas hanya dalam
arah aksial, maka akan terjadi penurunan suhu yang tiba-tiba pada perbatasan kedua bahan
tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya tahanan kontak termal. Tahanan kontak termal merupakan
akibat dari ketidaksempurnaan kontak antara kedua bahan, sehingga terdapat fluida yang
terperangkap di dalamnya.
Dengan 1/hcA adalah tahanan kontak termal dan hc adalah koefisien konduktansi termal.Ada
beberapa hal yang mempengaruhi tahanan kontak termal.Perpindahan kalor pada sambungan dapat
terjadi melalui konduksi zat padat dengan zat padat pada titik singgung dan melalui gas yang
terkurung pada ruang-ruang lowong yang terbentuk karena persinggungan (hal inilah yang
memberikan tahanan terbesar bagi aliran kalor karena konduktivitas gas yang sangat kecil).
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
6/23
3. PROSEDUR PRAKTIKUM
Dalam sekali praktikum, dilakukan dua jenis percobaan yang berbeda, dengan alokasi waktu
total sekitar 1 jam.
A. Percobaan Pertama:
Percobaan dengan menggunakan spesimen kuningan berdiameter 25 mm sebagai spesimen uji
bagian tengah. Setiap penampang spesimen dioles thermal paste.
1. Persiapan
1.1 Persiapan Air Pendingin
1.1.1. Cek selang yang menyambungkan pompa air dengan inlet dari katup regulator
tekanan pada alat praktikum. Pastikan ujung-ujung dari selang terhubung rapat
dan tidak bocor.
1.1.2. Letakkan ujung selang yang keluar dari spesimen uji ke ember, agar air yang telah
melewati spesimen uji bagian bawah tertampung kembali di dalam ember.
1.1.3. Tutup katup regulator tekanan air dengan menarik kenop hitam lalu diputar
berlawanan arah jarum jam. Pastikan katup ventilasi di mangkuk filter transparan
tertutup dengan memutar arah jarum jam.
1.1.4. Nyalakan pompa air.
1.1.5. Buka katup air masuk alat (Gambar 4). Buka katup regulator tekanan air secara
bertahap dengan memutar kenop hitam searah jarum jam.
1.1.6.
Cek debit air pendingin sebesar 1,5 L/min menggunakan gelas ukur dan stopwatch.1.1.7. Matikan pompa air.
Gambar 4. Skematik kabel termokopel
spesimen uji dan sirkulasi air
pendingin.
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
7/23
1.2 Persiapan Data Akuisisi HT10XC
1.2.1. Pastikan saklar utama (Mains) dalam keadaan mati (O).
1.2.2. Hubungkan unit HT10XC dengan soket listrik.
1.2.3. Pastikan potensiometer tegangan (Voltage Control ) di posisi nol. Lepas pengunci
dengan menarik kenop hitam ke atas, dan putar potensiometer berlawanan arah jarum jam hingga menunjuk angka nol.
1.2.4. Pastikan saklar tegangan (di sebelah saklar utama) di posisi MANUAL (ke atas).
1.2.5. Cek sambungan antara kabel pemanas pada alat praktikum dengan unit HT10XC di
soket OUTPUT 2 di panel belakang unit.
1.2.6. Pastikan saklar RCD di panel belakang unit dalam posisi ON (ke atas).
1.3 Persiapan Termokopel
1.3.1. Sambungkan termokopel dengan HT10XC dengan cara memasukkan ujung kabel
termokopel ke dalam soket termokopel HT10XC seperti terlihat pada Gambar 5.Termokopel dipasang berurutan pada soket termokopel HT10XC sesuai nomor
yang tertera di kabel termokopel untuk mendapatkan rangkaian dengan urutan
seperti terlihat pada Gambar 4 di atas.
Gambar 5. Unit HT10XC dengan 8 termokopel terpasang.
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
8/23
2. Pengujian
2.1. Pastikan sisi spesimen yang bersentuhan bersih. Jika perlu, bersihkan dengan
bantuan alkohol.
2.2. Oleskan thermal paste pada ujung-ujung spesimen uji atas, tengah, dan bawah,
kecuali jika percobaan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efek resistansi kontakatau menggunakan kertas sebagai intermediate part (Percobaan E-G).
2.3. Susun spesimen uji bagian atas, tengah, dan bawah menjadi satu kesatuan, lalu jepit
dengan menggunakan toggle clamp, untuk meminimalisir adanya gap antara permukaan
yang berkontak.
2.4. Nyalakan pompa air.
2.5. Nyalakan saklar utama (posisi I).
2.6. Putar potensiometer berlawanan dengan arah jarum jam untuk memperbesar nilai
voltase. Putaran arah sebaliknya akan memperkecil nilai voltase. Set nilai tegangan
sesuai dengan yang diinginkan.
2.7. Putar saklar pemilihan temperatur (di panel depan bagian kanan tengah) ke posisi T1
yang mengindikasikan temperatur ujung panas. Pastikan T1 terbaca mendekati
temperatur ruangan.
2.8. Putar saklar pemilihan pengukuran (di panel depan bagian kanan atas) ke posisi V, yang
mengindikasikan tegangan yang dipasok ke elemen pemanas di alat uji. Putar
potensiometer tegangan hingga mencapai sekitar 12 Volt. Pastikan kenop pengunci
terlepas sebelum memutar potensiometer tegangan.
2.9. Pastikan temperatur T1 meningkat perlahan dan mencapai kestabilan. Pastikan bahwa
temperatur semakin menurun hingga sisi air pendingin, T1>T2>T3... dan selanjutnya
dengan memutar saklar pemilihan temperatur.2.10. Catat temperatur di semua posisi dengan memutar saklar pemilihan temperatur, dengan
rentang waktu 5 menit (menit ke-0, ke-5 dst.)
2.11. Lakukan pengukuran hingga perpindahan panas pada spesimen mendekati kondisi tunak
(±25 menit).
3. Pascapengujian
3.1. Lepaskan penjepit, kemudian masing-masing bagian spesimen dipisahkan, agar temperatur
spesimen uji bagian atas dan tengah lebih cepat menurun, karena spesimen tersebut akan
digunakan kembali untuk percobaan yang kedua.
3.2. Pastikan sisi spesimen yang sebelumnya bersentuhan bersih. Jika perlu, bersihkan dengan
bantuan alkohol.
Setelah pengambilan data untuk percobaan pertama selesai dilakukan, persiapan untuk
percobaan kedua dapat mulai dilakukan.
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
9/23
B. Percobaan Kedua
Percobaan dengan menggunakan spesimen kuningan berdiameter 25 mm sebagai spesimen uji
bagian tengah namun antar masing-masing sambungan tidak diolesi thermal past.
1. Persiapan
1.1 Persiapan Alat Praktikum:
1.1.1. Ganti spesimen uji bagian tengah yang digunakan pada percobaan pertama dengan
spesimen uji bagian tengah yang diinginkan, bersihkan ditiap-tiap penampang silinder
menggunakan alkohol.
1.1.2. Lanjutkan percobaan seperti saat percobaan pertama.
Setelah percobaan selesai dilakukan, maka pompa air dimatikan, dan selang yang menghubungkan
alat praktikum dengan pompa air dilepas dari alat praktikum. Masing- masing termokopel dilepas
dari unit HT10XC. Lepas kabel yang menghubungkan alat praktikum dengan unit HT10XC. Jika
thermal paste digunakan saat percobaan, maka saat percobaan telah selesai, spesimen harus
dibersihkan dari thermal paste dengan menggunakan lap yang bersih. Kembalikan semua peralatan
ke tempat semula.
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
10/23
4. DATA PENGAMATAN
4.1. Data Percobaan Tanpa Thermal Paste
Diameter Tabung = 25mmTebal Tabung = 30mm
Voltase Pemanas = 9V
Arus Pemanas = 0.88A
x 7.5 22.5 37.5 52.5 67.5 82.5 97.5 112.5
t T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
0 25.4 25.3 25.4 25.4 25.2 25.2 25.2 25.4
5 37.1 35.6 34.4 31.4 30.3 27.3 26.5 26.2
10 41.9 40.2 38.7 34.8 33.4 28.9 27.8 27.1
15 44.3 42.5 40.9 36.6 35 29.8 28.5 27.6 20 45.5 43.7 42 37.5 35.8 30.3 28.9 27.9
Table 1 Data Percobaan Tanpa Thermal Paste
*Waktu (t) dalam detik
**Temperatur (T) dalam °C
***Jarak (x) dalam mm
Figure 1 Data Percobaan Tanpa Thermal Paste
0
510
15
20
25
30
35
40
45
50
7.5 22.5 37.5 52.5 67.5 82.5 97.5 112.5
t = 0
t = 5
t = 10
t = 15
t = 20
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
11/23
4.2. Data Percobaan Dengan Thermal Paste
Diameter Tabung = 25mm
Tebal Tabung = 30mm
Voltase Pemanas = 9V
Arus Pemanas = 0.88A
x 7.5 22.5 37.5 52.5 67.5 82.5 97.5 112.5
t T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8
0 29.6 29.2 28.9 28.4 27.8 27.2 26.6 24.6
5 37.7 36 34.6 32.7 31.3 29.7 28.5 27.7
10 40.4 38.6 36.9 34.8 33 31.1 29.5 28.4
15 41.6 39.6 37.9 35.8 33.8 31.7 30 28.8
20 42.1 40.2 38.4 36.1 34.2 32 30.3 29
25 42.4 40.4 38.7 36.3 34.4 32.2 30.5 29.2 Table 2 Data Percobaan Dengan Thermal Paste
*Waktu (t) dalam detik
**Temperatur (T) dalam °C
***Jarak (x) dalam mm
Figure 2 Data Percobaan Dengan Thermal Paste
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
7.5 22.5 37.5 52.5 67.5 82.5 97.5 112.5
T e m p e r a t u r ( C )
Jarak (mm)
t = 0 min
t = 5 min
t = 10 min
t = 15 min
t = 20 min
t = 25 min
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
12/23
5. PERHITUNGAN DAN ANALISIS
5.1. Perhitungan
1. Mencari data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan
• Besar laju perpindahan panas
= .
= 9 . 0,88 = 7,92 VA
• Luas permukaan spesimen
= 2
= 0,01252 = 4,908 .10−4 2
• Jarak antara termokopel yang satu dengan yang lain adalah 15 mm.
• Jarak antara termokopel 1 dengan ujung atas spesimen bagian atas adalah 7,5 mm.
• Jarak antara termokopel 8 dengan ujung bawah spesimen bagian bawah adalah 7,5 mm.
2. Pengujian 1: Menggunakan spesimen kuningan tanpa diolesi Thermal Paste
Dengan menggunakan rumus yang ada di modul maka kita bisa mencari nilai konduktivitas termal
dari spesimen kuningan berdiamter 25 mm (spesimen bagian tengah).
= . 4−5
(4 5).
=7,92 . (0,015)
(37,5 35,8). 4,908 × 10−4= 142,363
3. Pengujian 2: Menggunakan spesimen kuningan dengan diolesi Thermal Paste
Dengan menggunakan rumus yang ada di modul maka kita bisa mencari nilai konduktivitas termal
dari spesimen kuningan berdiamter 25 mm (spesimen bagian tengah).
= . 4−5
(4 5).
=7,92 . (0,015)
(36,3 34,4). 4,908 × 10−4= 127,378
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
13/23
5.2. Analisis
1. Pada percobaan 1: menggunakan spesimen kuningan tanpa diolesi Thermal Paste, nilai k
yang didapat adalah 142,363
, dan pada percobaan 2: menggunakan spesimen kuningan
dengan diolesi Thermal Paste, nilai k yang didapat adalah 127,378
, sedangkan menurut
literatur, nilai k adalah sekitar 109-121
pada temperatur 293-296 K. Perbedaan nilai k
dengan literatur kemungkinan disebabkan oleh:
a. kompoposi kuningan yang kita miliki tidak tepat 70% Cu dan 30% Zn. Komposisi bahan
menentukan konduktivitas termalnya
b. termokopel yang digunakan sudah tidak akurat sehingga nilai temperatur yang
dihasilkan tidak tepat, atau pada ujung termokopel terdapat kotoran sehingga nilai
temperatur yang terbaca tidak tepat
c. perbedaan temperatur antara temperatur pengujian dengan temperatur pada literatur,
temperatur yang kami dapatkan di percobaan adalah 307,4-309,3 K (saat kondisi tunak)
sedangkan temperatur di literatur adalah 293-296 K
2. Nilai k pada percobaan dengan diolesi thermal paste lebih mendekati dengan nilai k pada
literatur, dibandingkan nilai k pada percobaan tanpa diolesi thermal paste. Hal ini karena
pengaruh thermal paste yaitu memperkecil resistansi kontak sehingga nilai konduktivitas
thermal bahan mendekati nilai yang sebenarnya.
3. Dari hasil yang diperoleh, sesuai dengan data percobaan, didapat nilai konduktivitas thermal
dari kuningan tidak konstan, baik menggunakan thermal paste dan yang tidak menggunakanthermal paste. Nilai konduktivitas semakin menurun nilainya seiring berjalannya waktu. Hal
ini dikarenakan kondisi spesimen pada 25 menit pertama belum mencapai kondisi tunaknya
sehingga nilai konduktivitasnya tidak konstan. Sedangkan nilai konduktivitasnya menurun
disebabkan karena seiring berjalannya waktu, perubahan temperatur terhadap panjangnya
semakin tinggi dan nilai ini berbanding terbalik dengan konduktivitas bahan.
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
14/23
6. SIMPULAN
Setelah kami berdiskusi, berikut beberapa hal yang dapat kami simpulkan dari percobaan ini:
1.
Nilai konduktivitas termal kuningan sebesar 142,363 W/(m.K) (tanpa diolesi thermal paste) dan
sebesar 127,378 W/(m.K) (dengan diolesi thermal paste).
2. Nilai konduktivitas termal kuningan ketika diolesi thermal paste lebih mendekati nilai sebenarnya.
Hal ini disebabkan fungsi thermal paste yang meminimalisasi resistansi kontak, sehingga nilai
konduktivitas yang didapat dalam percobaan mendekati nilai sebenarnya.
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
15/23
7. TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
7.1. Pertanyaan Umum
1. Terangkan arti fisik konduktivitas termal suatu bahan!
Konduktivitas termal adalah kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan panas secara
konduksi. Konduksi panas merupakan suatu fenomena di mana temperatur menyebabkan energi
panas berpindah dari suatu daerah panas ke daerah yang lebih dingin.
Angka konduksi panas menunjukkan perbandingan besarnya flux panas yang ditransfer per
satuan waktu dibagi distribusi temperatur. Dapat ditunjukkan juga dengan persamaan :
=
×
∆
× ∆
2. Apa yang terjadi pada kurva distribusi temperatur jika besar daya diperbesar? Apa yang
terjadi pada kurva distribusi temperatur jika besar daya diperkecil?
Jika daya diperbesar maka pada kurva distribusi temperatur nilai Q menjadi naik dan delta T
juga naik, dengan slope semakin besar (semakin curam). Jika daya diperkecil maka pada kurva
distribusi temperature nilai Q menjadi turun dan delta T juga ikut turun, dengan slope semakin
rendah (semakin landai). Kondisi tersebut terjadi dengan asumsi nilai k, A, dan L tetap.
3. Bandingkan kurva ditribusi temperatur ketiga percobaan. Mengapa kurva distribusi temperatur
masing-masing percobaan berbeda satu sama lain? Apa pengaruh dari jenis material dan luas
pemukaan spesimen uji bagian tengah terhadap kurva distribusi temperatur?
Kurva distribusi temperatur masing-masing percobaan berbeda karena adanya penggunaan
thermal paste pada salah satu percobaan. Thermal paste ini akan menghilangkan tahanan
kontak antar material sehingga perpindahan panas yang terjadi lebih baik yang kemudian
menyebabkan kurva distribusi temperaturnya menjadi lebih baik.
Menurut persamaan konduski Q = k.A.dt/dx, jenis material memengaruhi koefisien konduktivitas
(k) sehingga panas yang berpindah akan menjadi lebih besar atau lebih kecil bergantung pada
nilai k tersebut. Panas yang berpindah juga akan berbanding lurus terhadap luas permukaan
spesimen. Dengan demikian, semakin besar luas permukaan spesimen semakin besar pula panas
yang berpindah.
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
16/23
7.2. Pertanyaan Khusus
I. Percobaan A: Menggunakan spesimen kuningan dengan diolesi Thermal Paste
1. Hitung konduktivitas termal kuningan pada spesimen bagian tengah!
Gunakan rumus berikut:
=.4−5
(4 5).
=7,92 . (0,015)
(36,3 34,4). 4,908 × 10−4= 127,378
2. Hitung nilai konduktivitas termal kuningan pada spesimen bagian atas dan bagian bawah!
Dengan cara apa konduktivitas termal pada spesimen bagian atas dan bawah dihitung agar
nilai yang didapat merupakan nilai yang paling mendekati nilai sebenarnya? Jelaskan!
Metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai yang paling mendekati nilai sebenarnya
adalah dengan menggunakan rumus yang telah diberi pada modul (persamaan 3). Tetapi
kita menggunakan data termokopel 1 dan termokopel 3 untuk spesimen bagian atas dan
data termokopel 6 dan termokopel 8 untuk spesimen bagian bawah. Rumus ini dapat
digunakan setelah kuningan berada dalam kondisi tunaknya. Maka dari itu kita
menggunakan data pada menit ke 25 karena spesimen telah mencapai keadaan tunaknya
sehingga rumus ini dapat digunakan oleh spesimen bagian atas maupun bagian bawah.
Hal yang terpenting ketika menghitung nilai konduktivitas termal suatu bahan adalah
menggunakan data-data ketika bahan tersebut telah mencapai kondisi tunaknya.
Spesimen bagian atas
=. 1−3
(1 3).
=7,92 . (0,03)
(42,4 38,7). 4,908 × 10−4= 130,82
Spesimen bagian bawah
=. 6−8
(6 8).
=7,92 . (0,03)
(32,2 29,2). 4,908 × 10−4= 161,345
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
17/23
3.
Bandingkan nilai konduktivitas termal kuningan pada menit ke-0, 5, 10, 15, 20, 15 dengan nilai
konduktivitas termal yang terdapat pada litelatur. Jelaskan analisisnya.
Melalui data litelatur di atas (sumber: wikipedia), dapat kita lihat nilai konduktivitas
kuningan berkisar antara 109 – 121
dengan temperatur antara 293 – 296 K. Maka
dapat kita lihat terdapat sedikit perbedaan dengan nilai konduktivitas yang kami dapat
dari pengujian. Nilai yang kami dapat dari pengujian adalah 127,4
.
Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan nilai konduktivitas yang kami dapat
tidak memenuhi litelatur. Yang pertama adalah kompoposi kuningan yang kita miliki tidak
tepat 70% Cu dan 30% Zn. Sehingga nilai konduktivitas yang kami dapat tidak akurat
karena komposisi kimia dalam suatu bahan sangat mempengaruhi nilai konduktivitas
termalnya. Yang kedua adalah termokopel yang digunakan sudah tidak akurat sehingga
nilai temperatur yang dihasilkan tidak tepat, atau pada ujung termokopel terdapat
kotoran sehingga nilai temperatur yang terbaca tidak tepat. Yang terakhir adalah
perbedaan temperatur antara temperatur pengujian dengan temperatur pada litelatur.
Pada pengujian, kami dapat temperatur kuningan 307,4 – 309,3 K (pada kondisi tunak)
sedangkan temperatur pada litelatur berkisar antara 293 – 296 K. Hal ini menimbulkan
perbedaan nilai konduktivitas termal
4. Bandingkan nilai konduktivitas termal kuningan pada spesimen uji bagian atas, tengah dan
bawah! Jelaskan hasilnya.
Konduktivitas termal bagian atas adalah 130,82
Konduktivitas termal bagian bawah adalah 161,345
Konduktivitas termal bagian tengah adalah 127,378
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara
nilai konduktivitas termal bagian atas dan tengah dengan konduktivitas termal bagian
bawah. Sedangkan konduktivitas termal bagian tengah dengan bagian atas dapat dibilang
sama karena perbedaannya sangat kecil.
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
18/23
Dengan input Q dan besar luas penampang yang sama maka dapat dikatakan bahwa
perbedaan temperatur di bagian bawah lebih kecil dibandingkan bagian atas dan tengah.
Perbedaan yang cukup signifikan dapat terjadi karena bagian bawah adalah bagian
pertama yang kontak dengan air pendingin sehingga sebagian kalor yang diterima bagian
bawah terserap oleh air pendingin. Sedangkan air pendingin pada bagian atas dan tengah
telah mengalami kenaikan temperatur akibat menyerap kalor pada bagian bawah
sehingga peran air pendingin dalam mendinginkan bagian atas dan tengah kurang efektif.
Maka dari itu delta temperatur pada bagian bawah lebih kecil.
II. Percobaan G: Menggunakan spesimen kuningan tanpa diolesi Thermal Paste
1. Hitung nilai temperatur ujung bawah spesimen bagian atas dan ujung atas spesimen bagian
tengah. Hitung temperatur ujung bawah spesimen bagian tengah dan ujung atas spesimen
bagian bawah. Nilai temperatur dicari dengan cara ekstrapolasi. Dengan metode apakah
ekstrapolasi yang dilakukan agar temperature yang didapat dari perhitungan memiliki nilai
yang paling mendekati nilai temperatur sebenarnya?
Ambil data pada menit ke 20 dari tabel bagian data pengamatan
t (menit) T1 (°C) T2 (°C) T3 (°C) T4 (°C) T5 (°C) T6 (°C) T7 (°C) T8 (°C)
20 45,5 43,7 42 37,5 35,8 30,3 28,9 27,9
Termokopel memiliki jarak 15 mm satu sama lain. Sedangkan termokopel 1 dengan
bagian atas spesimen memiliki jarak 7,5 mm dan termokopel 8 dengan bagian bawah
spesimen memiliki jarak 7,5 mm. Jarak dihitung dari ujung bagian atas spesimen.
Dengan diketahui data di atas maka kita dapat mencari nilai temperatur pada bagian-
bagian spesimen dengan cara ekstrapolasi. Metode ekstrapolasi yang dilakukan adalah
dengan cara membuat persamaan garis linear dari data-data yang diketahui. Berikut
kurva temperatur terhadap jarak pada menit ke-20 dan hasil linearisasinya.
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
19/23
Ujung bawah spesimen bagian atas dan ujung atas spesimen bagian tengah
= 0,1857 + 47,593
= 0,1857 (45) + 47,593 = 39,237 ºC
Ujung bawah spesimen bagian tengah dan ujung atas spesimen bagian bawah
= 0,1857 + 47,593
= 0,1857 (75) + 47,593 = 33,666 °C
Ujung atas spesimen bagian atas
= 0,1857 + 47,593
= 0,1857 (0) + 47,593 = 47,593 °C
Ujung bawah spesimen bagian bawah
= 0,1857 + 47,593
= 0,1857 (120) + 47,593 = 25,309 °C
y = -0.1857x + 47.593R² = 0.9737
0
5
10
15
20
25
30
3540
45
50
0 20 40 60 80 100 120
T e m p e r a t u r ( ° C )
Jarak (mm)
Kurva Temperatur terhadap jarak
Series1
Linear (Series1)
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
20/23
2.
Bandingkan nilai temperatur ujung bawah spesimen bagian atas dengan ujung atas spesimen
bagian tengah. Jika tidak ada resistansi kontak, maka seharusnya keduanya memiliki nilai yang
sama. Bandingkan pula nilai temperatur ujung bawah spesimen bagian tengah dan ujung atas
spesimen bagian bawah.
t (menit) T1 (°C) T2 (°C) T3 (°C) T4 (°C) T5 (°C) T6 (°C) T7 (°C) T8 (°C)
20 45,5 43,7 42 37,5 35,8 30,3 28,9 27,9
Ambil data pada menit ke-20 dan jarak antara termokopel adalah 15mm, maka apabila
tidak ada resistansi kontak temperatur sambungan ujung bawah spesimen bagian atas
dengan ujung atas spesimen bagian tengah adalah
• Ujung bawah spesimen bagian atas
= 42 –7,5
15 . (42 37,5) = 39,75 °C
• Ujung atas spesimen bagian tengah
= 37,5 +7,5
15. (42 37,5) = 39,75 °C
Sedangkan temperatur sambungan ujung bawah spesimen bagian tengah dengan ujung
atas spesimen bagian bawah.
• Ujung bawah spesimen bagian tengah
= 35,8 –7,5
15. (35,8 30,3) = 33,05 °C
• Ujung atas spesimen bagian bawah
= 30,3 +7,5
15. (35,8 30,3) = 33,05 °
3. Hitung resistansi kontak sambungan kedua sambungan spesimen melalui rumus berikut:
′′ =ΔT. A
ΔT merupakan penurunan temperatur pada sambungan antar spesimen. Resistansi kontak sambungan ujung bawah spesimen bagian atas dengan ujung atas
spesimen bagian tengah.
Ambil data pada menit ke-20 karena bahan tersebut sudah dalam kondisi tunak.
′′ =ΔT. A
′′ =(42 37,5) . 4,908 × 10−4
7,92= 2,789 .10−4
2
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
21/23
Resistansi kontak sambungan ujung bawah spesimen bagian tengah dengan ujung atas
spesimen bagian bawah.
Ambil data pada menit ke-20 karena bahan tersebut sudah dalam kondisi tunak.
′′
=
ΔT. A
′′ =(35,8 30,3) . 4,908 × 10−4
7,92= 3,408 .10−4
2
4. Bandingkan nilai resistansi kontak yang didapat dari menit ke-0, 5, 10, 15, 20 dan 25. Mengapa
bisa berbeda?
ΔT1 R1" (
) ΔT2 R2'' (
)
0 0 0 0
3 0,00018594 3 0,00018594
3,9 0,00024172 4,5 0,00027891
4,3 0,00026651 5,2 0,00032229
4,5 0,00027891 5,5 0,00034088
Dimana,
ΔT1 adalah beda temperatur antara sambungan ujung bawah spesimen bagian atas
dengan ujung atas spesimen bagian tengah.
ΔT2 adalah beda temperatur antara sambungan ujung bawah spesimen bagian tengah
dengan ujung atas spesimen bagian bawah.
R1’’ = R2’’ adalah resistansi kontak yang dicari dengan menggunakan rumus yang
ada pada nomor 3.
Apabila kita lihat data pada tabel diatas terdapat sedikit perbedaan antara nilai resistansi
yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat terjadi karena masing-masing permukaan
memiliki kekasaran yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan nilai resistansi R1’’
berbeda dengan nilai resistansi R2’’. Selain itu, nilai resistansi menit ke-20 berbeda
dengan menit-menit sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena bahan belum
mencapai kondisi tunaknya. Sedangkan pada menit ke-20 bahan telah mencapai
kondisi tunak sehingga nilai resistansi yang mendekati nilai sebenarnya adalah
resistansi pada menit ke-20
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
22/23
5.
Apa yang menyebabkan timbulnya resistansi kontak? Apa yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir resistansi kontak? Jelaskan.
Resistansi kontak dapat terjadi karena ada pertemuan antara 2 permukaan. Hal ini
menyebabkan penurunan temperatur di pertemuan permukaan tersebut. Resistansi
kontak dapat terjadi karena efek dari kekasaran permukaan. Semakin kasar suatu
permukaan maka resistansi kontak yang terjadi juga semakin besar.
Untuk meminimalisir resistansi kontak kita dapat menggunakan Thermal Paste. Dimana
fungsi dari Thermal Paste ini adalah menghilangkan resistansi kontak. Selain itu, resistansi
kontak juga dapat diminimalisir dengan cara memperhalus permukaan yang berkontak.
Sehingga resistansi kontak akan menjadi kecil. Atau mengganti material permukaan yang
berkontak menjadi material yang lebih halus permukaanya.
-
8/18/2019 FDM: Konduksi
23/23
DAFTAR PUSTAKA
Nurprasetio, Ignatius Pulung, dan Tandian, Nathanael Panagung. 2003. Panduan Praktikum
Fenomena Dasar Mesin. Departemen Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung.