flail chest jd
DESCRIPTION
askep fail chestTRANSCRIPT
![Page 1: Flail Chest Jd](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082323/548a702bb47959b64a8b4575/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Flail chest adalah keadaan dimana beberapa atau hampir semua kostae patah,
biasanya di sisi kanan kiri dada yang menyebabkan pelepasan bagian depan dada
sehingga tidak bisa lagi menahan tekanan negative waktu inspirasi dan malahan
bergerak kedalam waktu inspirasi.(Northrup,Robert S.1989)
Flail chest adalah suatu keadaan apabila dua iga berdekatan atau lebuh
mengalami fraktur pada dua tempat atau lebih. Bila fraktur terjadi pada dua sisi maka
stabilitas dinding dada lebih besar dan kurang mengancam ventilasi daripada bila
terjadi pada satu sisi.(Baswick,John A.1988)
B. Anatomi Fisiologi
Tulang Rib atau iga atau Os kosta jumlahnya 12 pasang (24 buah), kiri dan kanan,
bagian depan berhubungan dengan tulang dada dengan perantaraan tulang rawan.
Bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas vertebra torakalis dengan perantaraan
persendian. Perhubungan ini memungkinkan tulang-tulang iga dapat bergerak
kembang kempis menurut irama pernapasan.
Tulang iga dibagi tiga macam:
a. Iga sejati (os kosta vera), banyaknya tujuh pasang, berhubungan langsung dengan
tulang dada dengan perantaraan persendian.
b. Tulang iga tak sejati (os kosta spuria), banyaknya tiga pasang, berhubungan
dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan dari tulang iga sejati ke- 7.
c. Tulang iga melayang (os kosta fluitantes), banyaknya dua pasang, tidak
mempunyai hubungan dengan tulang dada.
Berfungsi dalam sistem pernapasan, untuk melindungi organ paru-paru serta
membantu menggerakkan otot diafragma didalam proses inhalasi saat bernapas
C. Etiologi
Flail chest merupakan salah satu dari bentuk trauma toraks. Penyebab dari trauma
thoraks adalah kecelakan tabrakan mobil atau terjatuh dari sepeda motor. Pasien
mungkin tidak segera mencari bantuan medis, yang selanjutnya dapat mempersulit
masalah (Brunner & Suddarth, 2002).
![Page 2: Flail Chest Jd](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082323/548a702bb47959b64a8b4575/html5/thumbnails/2.jpg)
D. Patofisiologi
Flail chest, adanya pertahanan pada dua segmen koste atau lebih akan
mengganggu keseimbangan dalam pernafasan. Bila segmen thorak mengembang
bebas, maka akan terdorong bebas ke dalam oleh tekanan atmosfer biasa yang
mengurangi kemampuan paru untuk berekspansi pada saat inspirasi. Akibatnya
oksigen yang masuk dalam paru akan mengalami penurunan, jika hal ini terjadi,
selanjutnya peredaran oksigen dalam darah akan menurun, pada saat ekspirasi,
tekanan paru yang meningkat akan mendorong udara keluar paru, tapi segmen hasil
yang telah kehilangan integrasinya akan menonjol keluar sehingga kesanggupan
sangkar toraks mendorong udara keluar dari paru akan berkurang.
Hal ini juga disebabkan karena sebagian karbondioksida pada paru yang tidak
mengalami trauma, masuk kedalam paru yang menonjol pada daerah flail
chest.Karbondioksidapun terakumulasi pada bagian yang fraktur dan volume udara
ekspirasi berkurang.Terakumulasinya karbondioksida pada paru mengakibatkan suatu
keadaan asidosis respiratori. Pada pasien flail chest,pada saat inspirasi, paru-paru akan
menggencet jantung, membatasi pompa jantung sehingga CO menurun dan aliran
darah ke seluruh tubuh menjad berkurang.
E. Pathway
Trauma kompresi anteroposterior
dari rongga thorax
Lengkung iga akan lebih melengkung lagi ke arah lateral
Krepitasi Fraktur iga multipel segmental (Flail Chest)
Gangguan pergerakan dinding dada
Gerakan fragmen costa yang patah menimbulkan gesekan antara ujung fragmen dengan jaringan
lunak sekitar
Adanya segmen yang mengambang (flail)
Saat inspirasi, rongga dada mengembang
Gerakan nafas paradoksal
Nyeri
Stimulasi saraf
O2 ↓, CO2↑
Ketidakefektifan pola pernapasan
Fungsi ventilasi menurun
Saturasi O2 ↓
Kompensasi:Takikardi
Sianosis
![Page 3: Flail Chest Jd](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082323/548a702bb47959b64a8b4575/html5/thumbnails/3.jpg)
F. Manifestasi Klinis
Awalnya mungkin tidak terlihat, karena splinting (terbelat) dengan dinding dada.
Gerakan paradoksal segmen yang mengambang saat inspirasi ke dalam,
ekspirasi ke luar. Gerakan ini tidak terlihat pada pasien dengan ventilator.
o
Sesak nafas
Krepitasi iga, fraktur tulang rawan
Takikardi
Sianosis
Os menunjukkan trauma hebat
Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen, ekstremitas).
G. Komplikasi
Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.
Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep
jantung.
Pembuluh darah besar : hematothoraks.
Esofagus : mediastinitis.
Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson,
1990).
![Page 4: Flail Chest Jd](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082323/548a702bb47959b64a8b4575/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Keadaan Umum :
Keluhan utama yang didapatkan biasanya nyeri hebat pada dada.
B1 (breathing) : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak
ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ;
kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung,
gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
B2 (blood) : biasanya didapatkan penurunan kemampuan jantung untuk
memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah.
B3 (brain): biasanya tidak didapatkan gangguan pada otak
B4 (bladder)
B5 (bowel):
B6 (bone): didapatkan adanya nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau
regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
B. Diagnosa
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan Penurunan oksigen
dalam udara saat inspirasi
2. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan
reflek spasme otot sekunder.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
5. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma.
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap keselamatan hidup
C. Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan Penurunan oksigen dalam udara saat inspirasi
![Page 5: Flail Chest Jd](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082323/548a702bb47959b64a8b4575/html5/thumbnails/5.jpg)
Tujuan : Pola pernapasan efektive.
Kriteria hasil :
o Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.
o Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
o Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1 . Periksa pengontrol penghisap
untuk jumlah hisapan yang
benar.
Mempertahankan tekanan negatif
intrapleural sesuai yang diberikan, yang
meningkatkan ekspansi paru
optimum/drainase cairan.
2. Periksa batas cairan pada botol
penghisap, pertahankan pada
batas yang ditentukan.
Air penampung/botol bertindak sebagai
pelindung yang mencegah udara
atmosfir masuk ke area pleural.
3. Observasi gelembung udara
botol penempung.
Gelembung udara selama ekspirasi
menunjukkan lubang angin dari
penumotoraks/kerja yang diharapkan.
Gelembung biasanya menurun seiring
dengan ekspansi paru dimana area
pleural menurun. Tak adanya
gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi
paru lengkap/normal atau slang buntu.
4. Posisikan sistem drainage slang
untuk fungsi optimal, yakinkan
slang tidak terlipat, atau
menggantung di bawah saluran
masuknya ke tempat drainage.
Alirkan akumulasi dranase bela
perlu
Posisi tak tepat, terlipat atau
pengumpulan bekuan/cairan pada
selang mengubah tekanan negative
yang diinginkan.
5. Catat karakter/jumlah drainage
selang dada.
Berguna untuk mengevaluasi perbaikan
kondisi/terjasinya perdarahan yang
memerlukan upaya intervensi
![Page 6: Flail Chest Jd](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082323/548a702bb47959b64a8b4575/html5/thumbnails/6.jpg)
2. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
• Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.
• Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/ menurunkan nyeri.
• Pasien tidak gelisah.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1 Ajarkan Relaksasi : Tehnik-
tehnik untuk menurunkan ketegangan
otot rangka, yang dapat
menurunkan intensitas nyeri dan
juga tingkatkan relaksasi
masase.
Akan melancarkan peredaran darah,
sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan
akan terpenuhi, sehingga akan
mengurangi nyerinya.
2 Ajarkan metode distraksi selama
nyeri akut.
Mengalihkan perhatian nyerinya ke
hal-hal yang menyenangkan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
• luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
• Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1 Kaji kulit dan identifikasi pada
tahap perkembangan luka.
mengetahui sejauh mana
perkembangan luka mempermudah
dalam melakukan tindakan yang tepat.
2 Kaji lokasi, ukuran, warna, bau,
serta jumlah dan tipe cairan
luka.
mengidentifikasi tingkat keparahan
luka akan mempermudah intervensi.
3 Pantau peningkatan suhu tubuh. suhu tubuh yang meningkat dapat
![Page 7: Flail Chest Jd](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082323/548a702bb47959b64a8b4575/html5/thumbnails/7.jpg)
diidentifikasikan sebagai adanya proses
peradangan.
4 Berikan perawatan luka dengan
tehnik aseptik. Balut luka
dengan kasa kering dan steril,
gunakan plester kertas.
tehnik aseptik membantu mempercepat
penyembuhan luka dan mencegah
terjadinya infeksi.
5 Jika pemulihan tidak terjadi
kolaborasi tindakan lanjutan,
misalnya debridement.
agar benda asing atau jaringan yang
terinfeksi tidak menyebar luas pada
area kulit normal lainnya.
6 Setelah debridement, ganti
balutan sesuai kebutuhan
balutan dapat diganti satu atau dua kali
sehari tergantung kondisi parah/ tidak
nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
7 Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi.
antibiotik berguna untuk mematikan
mikroorganisme pathogen pada daerah
yang berisiko terjadi infeksi.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
• penampilan yang seimbang.. melakukan pergerakkan dan perpindahan.
• mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan
karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan,
danpengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
![Page 8: Flail Chest Jd](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082323/548a702bb47959b64a8b4575/html5/thumbnails/8.jpg)
• melakukan
dalam
5. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
• luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
• Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1 Pantau tanda-tanda vital. mengidentifikasi tanda-tanda
peradangan terutama bila suhu tubuh
meningkat
2 Lakukan perawatan luka dengan
teknik aseptik.
Mengendalikan penyebaran
mikroorganisme patogen.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1 Kaji kebutuhan akan pelayanan
kesehatan dan kebutuhan akan
peralatan.
mengidentifikasi masalah, memudahkan
intervensi.
2 Tentukan tingkat motivasi
pasien dalam melakukan
aktivitas.
mempengaruhi penilaian terhadap
kemampuan aktivitas apakah karena
ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
3 Ajarkan dan pantau pasien
dalam hal penggunaan alat
bantu.
menilai batasan kemampuan aktivitas
optimal.
4 Ajarkan dan dukung pasien
dalam latihan ROM aktif dan
pasif.
mempertahankan /meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot.
5 Kolaborasi dengan ahli terapi
fisik atau okupasi
sebagai suaatu sumber untuk
mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas
pasien.
![Page 9: Flail Chest Jd](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082323/548a702bb47959b64a8b4575/html5/thumbnails/9.jpg)
3 Lakukan perawatan terhadap
prosedur inpasif seperti infus,
kateter, drainase luka, dll.
untuk mengurangi risiko infeksi
nosokomial.
4 Jika ditemukan tanda infeksi
kolaborasi untuk pemeriksaan
darah, seperti Hb dan leukosit.
penurunan Hb dan peningkatan jumlah
leukosit dari normal bisa terjadi akibat
terjadinya proses infeksi.
5 Kolaborasi untuk pemberian
antibiotik.
antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen