forensik - makalah forklin
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
MAKALAH UJIAN KASUS
FORENSIK KLINIK
Disusun Oleh:
Prita Rahayu S
0806451504
Penguji:
dr. Tjetjep Dwijaya Siswaja, SpF
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA 2012
1
BAB I
ILUSTASI KASUS
No. Registrasi RSCM : 376-05-89
Waktu pemeriksaan : Senin, 24 September 2012 pukul 17:15
Identitas Korban
Nama : Ny. EF
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 34 tahun
Status perkawinan : Menikah
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Cipinang, Jakarta Pusat
Riwayat Medis
Anamnesis
Korban mengatakan, 4 jam sebelum pemeriksaan kepala korban dipukul
dengan helm sebanyak satu kali, di tonjok dikepala satu kali, di pipi kiri satu
kali, di dada satu kali, lengan kanan dicengkram oleh suami korban. Saat ini
korban merasa sesak napas dan nyeri saat menarik napas di daerah dada.
Sebelumnya korban juga sering mendapatkan perlakuan kekerasan fisik dari
suaminya. Kekerasan yang dilakukan suaminya pertama kali saat awal Januari
2012. Menurut korban, perlakukan tersebut korban dapatkan sejak suaminya
ketahuan selingkuh. Kekerasan verbal didapatkan sejak awal korban menikah
dengan tersangka. Teranga pernah meminta berhubungan seksual melalui anus
akhir-akhir ini, namun korban menolak.
Korban mengatakan tidak ada masalah finansial dalam keluarganya, pasien
telah menikah sejak 1994, telah memiliki dua orang anak perempuan yang
2
masing-masing berusia 17 dan 12 tahun. Sampai saat ini suami masih
menafkahi korban dan anak-anaknya.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sadar penuh, keadaan umum baik, sikap kooperatif
Tanda vital
o Tekanan darah : 118/85 mmHg
o Frekuensi nadi : 100x/menit
o Frekuensi napas : 18x/menit
Status Lokalis Luka/Cedera
a. Pada puncak kepala sisi kanan, 10 cm dari garis pertengahan, 8 cm diatas
liang telinga, terdapat pembengkakan sewarna kulit sekitar dengan ukuran
2x2,5 cm
b. Pada puncak kepala sisi kiri, 5 cm dari garis pertengahan, 15 cm diatas batas
tumbuh rambut depan, terdapat daerah yang nyeri pada peregangan seluas
2x2 cm.
c. Pada pipi kiri, 6 cm dari garis pertengahan depan, 1,5 cm dibawah sudut
luar mata, terdapat pembengkakan sewarna kulit sekitar seluas 3x1 cm
d. Pada dada, tepat garis pertengahan depan 10 cm dibawah puncak bahu, ter-
dapat memar berwarna merah seluas tujuh kali empat sentimeter.
e. Pada lengan kiri sisi atas, 12 cm dibawah puncak baju terdapat benjolan
yang berwarna merah 4x5x0,5 cm.
f. Tepat pada lutut kiri, terdapat memar berwarna merah kecoklatan seluas 3x1
cm.
g. Pada paha kiri sisi depan, 5 cm diatas lutut, terdapat memar berwarna coklat
seluas 0,5x0,5 cm
h. Pada tungkai bawah kiri sisi belakang, 8 cm diatas pergelangan tangan, ter-
dapat memar berwarna ungu kehitaman seluas 3x2 cm.
3
Pemeriksaan Penunjang
Tidak Dilakukan
Tindakan/Pengobatan
Pembuatan Visum et Repertum.
Rujuk Psikiatri dan Bedah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prosedur Medikolegal
Ilmu kedokteran forensik (Legal Medicine) adalah salah satu cabang
spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran
untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan pada kasus-kasus yang
berhubungan dengan kesehatan dan jiwa manusia, seperti kecelakaan lalulintas,
pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaanm maupun korban meninggal yang pada
pemeriksaan pertama polisi dicurigai adanya suatu tindak pidana.
Untuk dapat memberi bantuan yang maksimal bagi berbagai keperluan
tersebut diatas, seorang dokter dituntut untuk dapat memanfaatkan ilmu
kedokteran yang dimilikinya secara optimal. Dalam menjalankan fungsinya
sebagai dokter yang diminta untuk membantu dalam pemeriksaan kedokteran
forensik oleh penyidik, dokter tersebut dituntut oleh undang-undang untuk
melakukannya dengan sejujur-jujurnya serta menggunakan pengetahuan yang
sebaik-baiknya. Bantuan yang wajib diberikan oleh dokter apabila diminta oleh
penyidik antara lain adalah melakukan pemeriksaan kedokteran forensik terhadap
seseorang, baik terhadap bagian tubuh atau benda yang diduga berasal dari tubuh
manusia.
Dalam suatu perkara pidana yang menimbulkan korban, dokter diharapkan
dapat menemukan kelainan yang terjadi pada tubuh korban, bilamana kelainan itu
timbul, apa penyebab serta apa akibat yang timbul terhadap kesehatan korban.
Dalam hal korban meninggal, dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab
kematian yang bersangkutan, bagaimana mekanisme terjadinya kematian dan
perkiraan cara kematian.
Penyidik berwenang untuk meminta keterangan ahli, sesuai dengan
KUHAP Pasal 133 ayat (1) “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
5
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan
atau ahli lainnya”.
Yang termasuk dalam kategori peyidik menutut KUHAP Pasal 6 ayat (1)
PP no.27 tahun 1983 pasal 2 dan 3 ayat (1) yaitu Polisi Negara RI yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang dengan pangkat serendah-rendahnya
Pembantu Letnan Dua, sedangkan untuk pembantu penyidik pembantu berpangkat
serendah-rendahnya Sersan Dua. Apabila di suatu kepolisian sektor tidak terdapat
pejabat penyidik seperti di atas, maka Kepala Kepolisian Sektor yang berpangkat
bintara di bawah Pembantu Letnan Dua dikategorikan pula sebagai penyidik
karena jabatannya (PP no.27 tahun 1983 pasal 2 ayat 2).
Wewenang penyidik untuk meminta keterangan ahli tersebut diperkuat
dengan kewajiban dokter untuk memberikannya bila diminta seperti yang tertuang
dalam pasal 179 KUHAP yang berbunyi “Setiap orang yang diminta
pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya
wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.” Keterangan ahli tersebut
dituangkan dalam bentuk Visum et Repertum (VER), yaitu keterangan yang
dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil
pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau
diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah
sumpah untuk kepentingan peradilan.
Visum et Repertum adalah suatu alat bukti yang sah sebagaimana yang
ditulis dalam pasal 184 KUHAP. Permintaan Visum et Repertum (VER) tersebut
harus dibuat dalam bentuk tertulis, yaitu dalam bentuk Surat Permintaan Visum et
Repertum (SPV). Pada SPV tertera kop surat, pihak yang meminta visum, pihak
yang dituju, identitas korban, dugaan penyebab kematian, permintaan apakah
pemeriksaan luar dan atau bedah mayat, jabatan peminta visum serta tanda tangan
yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pasal 133 KUHAP ayat (2), yaitu
“Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat”.
Pihak yang berhak membuat VER adalah dokter yang sudah mengucapkan
sumpah sewaktu mulai menjabat sebagai dokter, sebagaimana tertuang dalam Stb
6
350 tahun 1937. VER memuat kop surat, terdiri atas lima bagian, yaitu Pro
Justisia di bagian atas, pendahuluan, pemberitaan, kesimpulan, dan penutup.
B. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Menurut pasal 1 UU nomor 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga (UU PKDRT), Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan
atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga. Pelaku atau korban KDRT adalah suami, istri, anak, yang memiliki
hubungan darah, perkawinan, pensusuan, pengasuhan, perwalian, yang menetap
dalam rumah tangga) dan orang-orang yang bekerja membantu rumah tangga dan
menetap dalam rumah tangga tersebut.
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakitm atau luka berat. Kekerasan Seksual adalah perbuatan yang berupa
pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak
wajar dan atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain
untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu. Kekerasan Psikis adalah
perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat
pada seseorang. Penelantaran rumah tangga berupa tidak memberikan kehidupan,
perawatan, atau pemeliharaan, mengakibatkan ketergantungkan ekonomi dengan
cara membatasi dan atau melarang untuk bekerja dengan layak di dalam atau di
luar rumah.
Pada pemeriksaan korban kekerasan fisik, perlu memperhatikan klasifikasi
luka sesuai dengan UU RI 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga Pasal 44, yaitu mengenai ketentuan pidana :
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup
rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
7
banyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengaki-
batkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pi-
dana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak
Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengaki-
batkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat
puluh lima juta rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00
(lima juta rupiah)
C. Derajat Luka
Pada pembuatan VER kasus perlukaan, perlu diperhatikan penggolongan
derajat luka. Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik ini jelas untuk rumusan
delik dalam KUHP dan bukan untuk pengobatan. Hal ini diperlukan karena derajat
luka menentukan hukuman yang akan diterima oleh pelaku dalam persidangan.
Derajat luka ringan tertuang dalam tertuang dalam bentuk penganiayaan ringan
seperti dalam pasal 352 KUHP yang berbunyi.1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan
pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi
orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja
padanya atau menjadi bahawannya. 2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Penganiayaan ini diatur dalam KUHP pasal 351, yaitu sebagai berikut:
8
1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah, 2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun. 3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun. 4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan. 5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Batasan-batasan mengenai definisi luka berat telah dipaparkan dengan
jelas dalam KUHP pasal 90, yaitu:
- jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sem-
buh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
- tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian
- kehilangan salah satu panca indera
- mendapat cacat berat
- menderita sakit lumuh
- terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih
- gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
D. LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA TUMPUL
Luka Memar
Memar adalah suatu perdarahan pada jaringan bawah kulit akibat
pecahnya kapiler dan atau vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Letak,
bentuk, dan besarnya memar dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu
besarnya kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan yang
dilakukan kekerasan, usia, jenis kelamin, corak serta warna kulit, kekuatan
pembuluh darah, dan penyakit seperti hipertensi. Usia memar dapat ditentukan
berdasarkan warna memar. Pada saat muncul, memar berwarna merah, kemudian
berubah menjadi ungu atau kehitaman, setelah 4-5 hari, memar berubah warna
menjadi hijau yang dalam usia 7-10 hari akan berubah menjadi kuning, dan
9
menghilang setelah 14-15 hari. Interpretasi luka memar menjadi penting apabila
terdapat luka lecet di sekitarnya.
Luka Lecet
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan
benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, contohnya pada kejadian
kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut
yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Luka lecet dapat diklasifikasi
sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan
(impression, impact abrasion), dan luka lecet geser (friction abrasion)
berdasarkan mekanisme terjadinya luka.
Luka lecet gores Luka lecet gores disebabkan benda runcing yang meng-
gores epidermis di depannya sehingga lapisan kulit ini terangkat. Luka
lecet ini biasanya berbentuk garis sehingga pada deskripsi luka hanya dise-
butkan ukuran panjang luka.Terkadang arah pergerakan luka dapat diten-
tukan, yaitu dari ujung luka yang tidak terangkat ke ujung luka yang
terangkat.
Luka lecet serut Luka ini serupa dengan luka lecet gores, tetapi penam-
pangnya lebih luas, sehingga deskripsi luka meliputi ukuran panjang dan
lebar luka. Arah luka ditentukan dengan melihat letak tumpukan kulit ari.
Luka lecet tekan Luka lecet tekan terbentuk karena penekanan benda
tumpul pada kulit dengan gambaran kulit yang kaku, keras, dan warnanya
lebih gelap dari sekitarnya karena jaringan yang tertekan menjadi lebih pa-
dat dan mengering.Benda penyebab luka kemungkinan dapat diketahui
berdasarkan pola yang terdapat pada kulit.
Luka lecet geser Luka lecet geser timbul karena adanya gerakan bergeser
disertai dengan tekanan linier pada kulit.
BAB III
PEMBAHASAN
10
A. Prosedur Medikolegal
Pada kasus ini, surat permintaan visum sudah sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2) yaitu secara tertulis dengan
komponen-komponen sebagai beirkut:
1. Institusi pengirim : POLRES MetroJaya Jakarta Pusat
2. Nomor surat : 381/VER/X/2012/POLRESJAKPUS
3. Tujuan surat : Tim Dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
4. Identitas : Ny. EF, Jakarta, 16 Agustus 1978, Islam, Swasta,
Indonesia, Cipinang Jakarta Pusat.
5. Dugaan luka : Kekerasan Dalam Rumah Tangga
6. Permintaan penyidik : Pemeriksaan dan pembuatan visum et repertum
7. Jabatan pengirim : IPDA Ka.SPK POLRES Jakarta Pusat.
B. Pemeriksaan Korban
Pada pemeriksaan, ditemukannya beberapa memar dan benjolan pada bagian
tubuh yang diakibatkan kekerasan tumpul. Temuan tersebut sesuai dengan
keterangan yang didapatkan dari korban. Klarifikasi penganiayaan pada kasus ini
tergolong klasifikasi penganiayaan pada kasus ini tergolong penganiayaan/luka
derajat satu. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan Tekanan darah 118/85
mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas 18x/menit, suhu afebris.
Tindakan yang dilakukan pada korban ini adalah pembuatan visum et
repertum sesuai dengan kawajiban dokter untuk kepentingan peradilan sesuai
permintaan penyidik dalam surat permintaan visum.
Korban dikonsulkan ke bagian psikiatri RSCM untuk menentukan apakah
terdapat kekerasan psikis pada kasus ini.
C. Hukuman pada Pelaku
11
Sesuai dengan UU RI no. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tanggal pasal 44:
1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup
rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana den-
gan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana pen-
jara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp
30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan
matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima be-
las) tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima
juta rupiah).
4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahar-
ian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama
4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta ru-
piah).
Karena berdasarkan hasil pemeriksaan, luka-luka dapat digolongkan
sebagai luka derajat ringan, maka pelaku dapat dituntut dengan UU nomor 23
tahun 2004 pasal 44 ayat (1). Suami korban selaku terdakwa dalam kasus ini
dapat dikenakan hukuman pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah).
D. Kesimpulan
12
Pada pemeriksaan korban wanita berusia 34 tahun ini ditemukan
pembengkakan dan beberapa memar akibat kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut
tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan, jabatan,
atau pencaharian.
Tindakan yang dilakuan pada korban pada kasus ini adalah pembuatan
visum et repertum sesuai dengan kewajiban dokter untuk kepentingan peradilan
sesuai permintaan yang diminta dalam surat permintaan visum dan dikonsul
kebagian psikiatri RSCM untuk menetukan apakah terdapat kekerasan psikis
dalam kasus ini.
RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMO
13
Jalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos1086 Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991
PRO JUSTITIA Jakarta, 24 September 2012
VISUM ET REPERTUMNo. 002/VER/RSCM/IX/2012
Yang bertanda tangan di bawah ini, Prita Rahayu, dokter yang berkerja di Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Pusat dengan Nomor Surat 381/VER/IX/2012/POLRESJAKPUS tertanggal 24 September 2012, maka pada tanggal dua puluh empat September dua ribu dua belas, pukul tujuh belas lewat lima belas menit Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di Ruang Pemeriksaan Forensik Klinik Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo telah melakukan pemeriksaan atas korban dengan nomor registrasi 376-05-89, yang menurut surat permintaan tersebut adalah:----------------
Nama : Ny.EF-----------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin : Perempuan------------------------------------------------------------------Umur : 34 tahun---------------------------------------------------------------------Kewarganegaraan: Indonesia----------------------------------------------------------------Pekerjaan : Swasta-----------------------------------------------------------------------Alamat : Cipinang, Jakarta Pusat---------------------------------------------------
Hasil pemeriksaan---------------------------------------------------------------------------1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum tampak tidak
sakit, penampilan rapi, tampak sedih secara emosional, tekanan darah seratus delapan belas per delapan puluh lima milimeter air raksa, nadi seratus kali per menit, pernafasan delapan belas kali per menit, suhu tidak demam---------------------------------------------------------------------------------
2. Korban mengatakan pada pukul tiga belas lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia Bagian Barat, kepala korban dipukul dengan helm sebanyak satu kali, di tonjok dikepala satu kali, di pipi kiri satu kali, di dada satu kali, lengan kanan dicengkram oleh suami korban. Saat ini korban merasa sesak napas dan nyeri saat menarik napas di daerah dada.---------------------
3. Sebelumnya korban juga sering mendapatkan perlakuan kekerasan fisik dari suaminya. Kekerasan yang dilakukan suaminya pertama kali saat awal Januari dua ribu dua belas. Menurut korban, perlakukan tersebut korban dapatkan sejak suaminya ketahuan selingkuh. Kekerasan verbal didapatkan sejak awal korban menikah dengan tersangka.---------------------
4. Suami korban pernah meminta berhubungan seksual melalui anus akhir-akhir ini, namun korban menolak.-------------------------------------------------
Pada korban didapatkan:…
RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMO
14
Jalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos1086 Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991
Lanjutan Visum et Repertum No. 002/VER/RSCM/IX/2012Halaman ke 2 dari 2 halaman
5. Pada korban didapatkan:i. Pada puncak kepala sisi kanan, sepuluh sentimeter dari garis
pertengahan, delapan sentimeter diatas liang telinga, terdapat pem-bengkakan sewarna kulit sekitar dengan ukuran dua kali dua seten-gah sentimeter.--------------------------------------------------------
ii. Pada puncak kepala sisi kiri, lima sentimeter dari garis pertenga-han, lima belas sentimeter diatas batas tumbuh rambut depan, ter-dapat daerah yang nyeri pada peregangan seluas dua kali dua sen-timeter.--------------------------------------------------------------
iii. Pada pipi kiri, enam sentimeter dari garis pertengahan depan, satu setengah sentimeter dibawah sudut luar mata, terdapat pem-bengkakan sewarna kulit sekitar seluas tiga kali satu sentimeter.-------------------------------------------------------------------
iv. Pada dada, tepat garis pertengahan depan sepuluh sentimeter dibawah puncak bahu, terdapat memar berwarna merah seluas tu-juh kali empat sentimeter.-----------------------------------------------
v. Pada lengan kiri sisi atas, tujuh belas sentimeter dibawah puncak baju terdapat memar yang berwarna merah seluas empat kali lima kali setengah sentimeter.---------------------------------------------------
vi. Tepat pada lutut kiri, terdapat memar berwarna merah kecoklatan seluas tiga kali satu sentimeter.-------------------------------------------
vii. Pada paha kiri sisi depan, lima sentimeter diatas lutut, terdapat memar berwarna coklat seluas setengah kali setengah sentimeter.---
viii. Pada tungkai bawah kiri sisi belakang, delapan sentimeter diatas pergelangan tangan, terdapat memar berwarna ungu kehitaman seluas tiga kali dua sentimeter.--------------------------------------------
6. Korban kemudian dirujuk kebagian psikiatri dan bedah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.---------------------------------------------------------------------
Kesimpulan-----------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan korban wanita berusia tiga puluh empat tahun ini ditemukan pembengkakan dan beberapa memar akibat kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan, jabatan, atau pencaharian.------------------------------------------------------------------------------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).--------------------------------
Dokter pemeriksa
Prita Rahayu SIP 0806451504
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu kedokteran forensik
edisi pertama. Jakarta Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1997.
2. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran cetakan kedua. Jakarta:
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Forensik Fakultas Ke-
dokteran Universitas Indonesia, 1994.
3. Rahayu Ninik. Fakta Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Diakses:
www.djpp.depkumham.go.id/hukum-pidana/653-undang-undang-no-23-
tahun-2004-tentang-penghapusan-kekerasan-dalam-rumah-tangga0uu-
pkdrt.html. 8 Oktober 2012.
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Peng-
hapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Diunduh dari focalpointgen-
der.kejaksaan.go.id.
16