format portofolio
DESCRIPTION
FarmasiTRANSCRIPT
PORTOPOLIO FISIKA
(SUSPENSI)
Oleh:
DWI SUWARNI
NIM:10.027
AKADEMI FARMASI PUTERA INDONESIA
MALANG
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi farmasi saat ini sangat berperan aktif dalam peningkatan
kualitas produksi obat-obatan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya sediaan obat obatan
yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat akif obat, kondisi pasien dan peningkatan
kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau
mengganggu kinerja dari zat aktif obat.
Sekarang ini berbagai bentuk sediaan obat dapat kita jumpai dipasaran. Antara lain,
dalam bentuk sediaan padat seperti pil, tablet, kapsul,suppositoria. Dalam bentuk sediaan
setengah padat seperti krim, salep. Dalam bentuk cair seperti sirup, eliksir, suspensi, emulsi
dan lain-lain. Suspensi merupakan salah satu contoh dari sediaan cair, yang secara umum
dapat diartikan sebagai suatu sistem dispersi kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut
tetapi terdispersi merata ke dalam pembawanya. Bentuk suspensi dipasaran ada dau macam,
yaitu suspensi siap pakai atau suspensi cair yang langsung bisa di minum dan suspensi yang
dilarutkan terlebih dahulu ke dalam cairan pembawanya, suspensi bentik ini digunakan untuk
zat aktif yang kestabilannya dalam air kurang baik. Dan sebagai pembawa suspensi yaitu
berupa air dan minyak. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan cair yaitu
mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, mudah diberikan
kepada anak-anak dan untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan
obat.
Sebagai contoh bahan obat praktis tidak larut dalam air yaitu ibuprofen. Untuk itu,
bahan obat ini dapat diformulasikan dalam bentuk suspensi. Ibuprofen adalh sejenis obat
yang tergolong dalam kelompok antiperadangan non steroid dan digunakan untuk
mengurangi rasa sakit akibat artritis. Ibuprofen juga tergolong dalam kelompok analgesik dan
antipiretik. Obat ini dijual dengan merk dagang advil, motrin, nuprin dan brufen. Ibuprofen
selalu digunakan sebagai obat sakit kepala. Selain itu, obat juga digunakan untuk mengurangi
sakit otot, nyeri haid, selesma, flu dan sakit selepas pembedahan.
Dalam pembuatan sediaan suspensi ibuprofen ini diperlukan suspending agent yang
digunakan untuk mendispersikan bahan aktif yang tak larut dalam pembawanya,
meningkatkan viskositas dan mempengaruhi stabilitas fisik suspensi. Suspending agent yang
digunakan dalam formulasi sediaan ini adalah pulvis gommosus (PGS). PGS isi mempunyai
sifat larut hampir sempurna dalam air, memberikan cairan seperti mucilago, tidak berwarna
atau kekuningan dan kental serta lengket.
I.2 Rumusan masalah
a. menyebutkan beberapa sifat fisik sediaan suspensi?
b. bagaimana uji fisik sediaan suspensi
I.3 Tujuan
a. untuk mengetahui sifat fisik pada sediaan suspensi
b. untuk mengutahui mutu fisik sediaan suspensi
c. untuk mengetahui uji yang dilakukan pada sediaan suspensi
I.4 Manfaat
a. mempermudah pembuatan sediaan suspensi yang baik dan benar
b. mengetahui sifat-sifat fisik pada sediaan suspensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori tentang suspensi
2.1.1 Pengertian suspensi
Suspensi adalah sediaan mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus yang tidak
larut dan terdispersi dalam cairan pembawanya. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh
cepat mengendap dan apabila dikocok perlahan-lahan endapan harus terdispersi kembali.
Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan
suspensi harus menjamin sediaan mudah di kocok dan dituang.
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor antara lain sifat
partikel terdispersi (derajat pembahasan partikel), zat pembasah, medium pendispersi serta
komponen-komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet
yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga
dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan
dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk “.
2.1.2 Macam-macam sediaan suspensi
1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk
penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair
yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan
untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai
2.1.3 Keuntungan sediaan suspensi
1. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo yang dapat memperlambat
terlepasnya obat
2. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan
3. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan karena
rasa obat yang tergantung kelarutannya
2.1.3 Kerugian sediaan suspensi
1. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
2. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet,
dan kapsul.
3. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan
dalam larutan dimana terdapat air sebagai katalisator
2.1.4 Sifat fisik untuk formulasi susupensi yang baik
Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam mengembangkan suatu bentuk
suspensi yaitu:
1. Suspensi harus tetap homogen pada suatu periode, paling tidak pada periode
pengocokan dan penuangan sesuai dengan dosis yang dikehendaki
2. Pengendapan yang terjadi saat penyimpanan harus mudah didispersikan kembali pada
saat pengocokan
3. Suspensi harus kental untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel yang
terdispersi tapi viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga menyulitkan saat
penuangan
4. Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memeberikan penampilan hasil
jadi yang baik dan tidak kasar.
2.2 Teori tentang sifat fisika suspensi
2.2.1 Evaluasi Viskositas.
Viskositas atau kekentalan adalah sutau sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan dengan adanya
sspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak
diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali. Karena itu bila
viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sehingga viskositas
sedang saja untuk menghindari kesulitan-kesulitan seperti yang diperlukan tadi.
(Ansel,1989:357)
Viskositas atau kekntalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir, kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datra untuk melewati permukaan
datar lain dalam kondisi mapan tertentu. Bila ruang diantara permukaan tersebut di isi dengan
cairan yang akan ditentukan kekentalannya. (FI edisi IV hal 1037)
suhu Bobot g/L
200C 997,18
250C 996,02
300C 994,62
Viskositas air
suhu Viskositas air
00C 1,7931
100C 1,3077
200C 1,0080
300C 0,8007
400C 0,6560
500C 0,5493
2.2.2 Evaluasi Bobot Jenis.
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25º C terhadap bobot
air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh
dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer, kecuali dinyatakan lain
dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25º C [FI IV hal 1030].
Alat yang digunakan untuk mengukur bobot jenis suatu antara lain : piknometer (untuk
zat padat & zat cair), aerometer (untuk zat cair), densimeter (untuk menentukan bobot jenis
zat cair secara langsung). Piknometer digunakan untuk mengukur bobot jenis suatu zat cair
dan zat padat. Kapasitas volumenya antara 10 ml-25 ml. Bagian tutup mempunyai lubang
berbentuk saluran kecil.
Bobot jenis dapat digunakan untuk : mengetahui kepekaan suatu zat, mengetahui
kemurnian suatu zat, mengetahui jenis zat. bobot jenis = 1→ air, bobot jenis < 1→ zat yang
mudah menguap, bobot jenis > 1→ sirup – pulvis. Neraca Mohr Westphal : untuk mengukur
bobot jenis zat cair.
Bobot jenis dinyatakan sebagai berikut
P= M/v
2.3 Kerangka teori
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan
Alat Bahan
a. Piknometer a. Sediaan suspensi
b. Viskometer brokfield b. Aquadest
c. Stopwatch c. Alkohol
d. Beaker glass
e. Timbangan analitik
f. Tissue
g. Botol semprot
h. Hairdryer
3.2 Prosedur percobaan/cara kerja
3.2.1 viskositas
a. Pasang spindel pada gantungan spindel
b. Tunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas tercelup kedalam cairan sample
yang akan diukur viskositasnya
c. Pasang step kontak
d. Nyalakan rotor sambil menekan tombol
e. Biarkan spindel berputar dan melihat jarum merah pada skala
f. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut untuk mengukur viskositasnya
3.2.2 Bobot jenis
a. Gunakan piknometer bersih kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot
piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 250C masukkan dalam
piknometer
b. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 250C
c. Timbang piknometer kosong
d. Timbang piknometer yang diisi aquadest sampai penuh
e. Timbang piknometer yang diisi suspense sampai penuh
f. Hitung bobot jenisnya
3.3 Analisis data
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil praktikum
4.1.1 viskositas
Rotor Terbaca / tidak terbaca Skala
1 Terbaca 5
2 Tidak terbaca -
3 terbaca 1,5
4.1.2 Bobot jenis
1. Piknometer kosong = 15,028g
2. Piknometer + air = 40,034g
3. Piknometer + zat = 48,749g
berat air = 25,006g
berat zat = 33,721g
p= m/v p = m / v
v = 25,006 / 996,02 = 33,721 / 0,025
= 0,025 ml = 1, 348 g/ml
4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Di dalam literatur dijelaskan bahwa pengujian bobot jenis dan viskositas untuk
evaluasi stabilitas sifat fisika dijelaskan bahwa dalam suatu suspense viskositas dapat
dinaikkan dengan adanya susupending agent tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas
tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan
kembali. Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa
sehingga viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan.
5.2 Saran
Daftar pustaka
1. Ansel H.C.,(1989),”Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, Terjemahan Faridah
Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 625,626.
2. Ditjen POM.,(1995),”Farmakope Indonesia “, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta, 1031.
3. Tim Asisten.,(2006),”Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”, Jurusan Farmasi,
Universitas Hasanuddin, 34,35.
4. http://medicafarma.blogspot.com/2008/08/suspensi_28.html