fungsi otonom

Upload: riantiara-putriza

Post on 15-Jul-2015

268 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FUNGSI OTONOMSistem saraf otonom berperan dalam kontrol involunter terhadap fungsi visera dan kelenjar. Gangguan pada komponen sistem parasimpatis dan/atau simpatis dapat mempengaruhi beberapa lokasi penting berikut : y y y y Pupil Kontrol tekanan darah dan denyut jantung Fungsi kandung kemih, usus, dan seksual Keringat, laqkrimasi, salvias.

GAMBARAN KLINIS Tekanan darah Kegagalan dalam mempertahankan tekanan darah pada posisi berdiri dapat mengakibatkan gejala seperti kepala terasa melayang, pusing, atau bahkan sinkop(pingsan), dan gejala non spesifik lainnya (misalnya pandangan kabur, fatig, mual, nyeri leher dan kepala). Dapat juga asimtomatik. Pada semua kasus yang simtomatik, terdapat hubungan antara postur berdiri atau setelah posisi kepala menengadah. Hipotensi Ortostatik bdidefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik sekurangnya 20mmHg atau tekanan darah diastolik sekurangnya 10 mmHg dalam waktu 3 menit berdiri. Biasanya terjadi kompensasi normal yang berupa peningkatan denyut nadi saat berdiri. Walaupun hipotensi postural pada derajat ini dapat merupakan tanda pada penyakit sistem saraf otonom (kegagalan otonom), namun factor-faktor penyerta lain juga dapat menyebabkan gambaran yang sama, terutama penggunaan obat antihipertensi yang berlebihan pada orang usia lanjut. Disfungsi Sfingter Secara umum dapat dikatakan bahwa disfungsi neurogenik kandung kemih di bagi menjadi dua katagori, yang analog seperti lesi UMN dan LMN pada kandung kencing (serabut simpatis ). Baik pada asalnya di medulla spinalis bagaikan bawah ( konus medularis ) atau pada kauda equina atau pelvis, akan mengganggu lengkung refleks normal sehingga kandung kemih akan terisi akan tapi tidak dapat mengosongkannya dengan baik(terjadi retensi urin dengan inkontinensia overflow). Kandung kemih menjadi dapat teraba dan terdapat nyeri tekan, tergantung dari apakah ada kerusakan pada serabut aferen. Sering terjadi infeksi. Kerusakan yang ekuivalen dengan tipe UMN pada kandung kemih yang disebabkan oleh lesi inkomplet yang terletak lebih tinggi di medulla spinalis dan menyebabkan hilangnya inhibisi supraspinal akan menyebabkan otot pada dinding kandung kemih menjadi mudah terangsang (instabilitas detrusor). Gejala pada pasien adalah urgensi dan peningkatan frekuensi berkemih, terutama pada inkontinensia urgensi urin. Walau pembagian secara konseptual ini berguna,

namun gambaran klinis seringkali bercampur dan mgngalami komplikasi oleh karena mekanisme kontrol volunteer kandung kemih. Disfungsi usus selain dari konstipasi merupakan gambaran akhir penyakit medulla spinalis, namun dapat terjadi pada lesi kauda equine, konstipasi absolute, impaksi fekal dan inkontinensia overflow feses. Kerusakan persarafan gastrointestinal yang lebih luas yang dapat terjadi pada diabetes mellitus menyebabkan campuran kelainan fungsi usus yaitu : y Kegagalan pengososngan lambung (gastroparesis) dengan distensi, nyeri, mual dan muntah. y Motilitas usus abnormal, baik berkurang (disertai nyeri abdomendan muntah-pseudoobstruksi) atau meningkat (dengan diare, termasuk inkontinensia feses dan nocturnal). Disfungsi seksual pada laki-laki, terutama impotensi ereksi, merupakan gejala tambahan kegagalan otonom. Gejala dan tanda lain Pasien mungkin menyadari berkurang atau tidak adanya keringat (anhidrosis). Mata dan mulut kering sekali disebakan oleh penyakit pada organ efektor (kelenjar lakrimal dan saliva), seperti sindrom sjogren, atau penggunaan obat antikolinergik, dan bukan kerusakan persarafan otonom. Akan tetapi, pasien-pasien dengan gangguan paraneoplastik, misalnya sindrom miastenik