gabungan fix.pdf
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Praktik Kerja Lapangan
Politeknik Negeri Jakarta merupakan salah satu lembaga
pendidikan tinggi yang lulusannya diharapkan memiliki keahlian dan
ketrampilan yang dewasa ini sangat dibutuhkan, sehingga
keberadaannya dapat mendukung kualitas sumber daya manusia
dalam menunjang pembangunan.
Program pendidikan politeknik Diploma IV dilaksanakan
selama 8 semester. Sebagai ahli utama. Di industri lulusan D4
politeknik diharapkan dapat menjembatani kesenjangan antara pekerja
lulusan perguruan tinggi (Strata 2 dan 3) dengan pekerja lulusan
sekolah kejuruan teknik dan D3. Oleh karena itu program D4 PJJ
Politeknik diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki
kemampuan, cerdas, terampil dalam mengatasi masalah yang
dihadapi.
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Teknik Sipil,
pada akhir semester VI s/d awal semester VII dan akhir semester VII
s/d awal semester VIII diwajibkan mengikuti program Praktik Kerja
Lapangan (PKL) selama 8 (delapan) minggu pada suatu proyek
industri konstruksi yang terkait dengan masalah jalan dan jembatan.
Penempatan mahasiswa pada suatu proyek industri konstruksi tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan wawasan berpikir dan pengetahuan
yang lebih luas.
Dengan pelaksanaan PKL tersebut diharapkan lulusannya
dapat benar-benar memiliki bekal kemampuan yang cukup bisa
diandalkan dalam menghadapi tantangan tugas sesuai bidangnya.
2
Disamping itu kegiatan PKL merupakan salah satu sarana untuk
menjalin hubungan antara Politeknik dengan dunia industri.
1.1.2 Latar Belakang Proyek
Peningkatan jumlah kendaraan baru di Jakarta = 236 mobil/
hari dan peningkatan kendaraan roda (motor) dua sebesar 891 motor/
hari, total peningkajan jumlah kendaraan adalah 1.127 kendaraan/
hari. Di JADETABEK (Jakarta – Depok – Tangerang – Bekasi)
peningkatan kendaraan adalah 319 mobil/ hari dan peningkatan
kendaraan roda dua (motor) sebesar 1.707 motor/ hari. Jadi total 2.026
kendaraan/ hari. Peningkatan Jalan 0,01% atau 401 m2/ tahun
kerugian akibat kemacetan = 5,5 Triliun/ tahun, akibat penurunan
kualitas udara 2,8 triliun/ tahun.
Alasan utama untuk Pembangunan Jalan Layang Non Tol
(JLNT) Kampung Melayu - Tanah Abang adalah sebagai upaya untuk
mengatasi aksesibilitas pergerakan kendaraan dari / ke wilayah-
wilayah di Jakarta Pusat yang merupakan salah satu kawasan sentral
ibukota Jakarta.
Berikut adalah gambar kemacetan yang melatarbelakangi
untuk dibangunnya Jalan Layang Non Tol:
Gambar 1.1 : Kemacetan yang Melatar Belakangi Pembangunan JLNT
3
Gambar 1.2 : Rancangan JLNT diatas Flyover Sudirman
Landasan Hukum/ Dasar hukum dibangunnya Jalan Layang
Non Tol Kampung Melayu Tanah Abang adalah sebagai berikut:
1. Undang Undang Republik Indonesia No 32 tahun 2009
2. Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1999
3. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000
Peraturan Tentang tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
1. SK Gubernur DKI Jakarta No. 127/2010 tanggal 6 Juli
2010 tentang Trase Jalan
3. PERGUB No.127/2010 Tanggal 6 Juli 2010
4. Gambar Trase Tata Ruang No 1104/S/PPSK/DTR/V/10
5. No. Kontrak Kajian Studi Kelayakan No 2437/-1.792.1 tgl
20 April 2009
6. No. Kontrak Detil Engineering Desain 8277/-1.792.1 tgl
16 Oktober 2009
7. No. Kontrak AMDAL 2847/-1.774.151 tgl 26 April 2010
4
1.1.3 Lokasi Proyek
Lokasi proyek Jalan Layang Non Tol Kp. Melayu – Tanah
Abang (Stage 1 Sudirman – Casablanca).
Tahap I : Casablanca – Mas Mansyur
• Paket Casablanca : P.15 (0+750) s/d P.39 (1+875)
(8,75 x 2 x 1125)
• Paket Satrio : P.40 (1+925) s/d P.57 (2+775)
(8,75 x 2 x 850)
• Paket Mas Mansyur : P.58 (2+825) s/d P.75 (3+550)
(8,75 x 2 x 725)
Gambar 1.3 : Peta Lokasi Proyek JLNT
5
Gambar 1.4 : Peta Lokasi Proyek JLNT
6
1.2 Tujuan Proyek
Tujuan Pembangunan Proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol
(JLNT) Kampung Melayu – Tanah Abang (Stage 1: Sudirman –
Casablanca), Paket Mas Mansyur diharapkan dapat mengurangi kemacetan
dan kesemerawutan di ruas Jalan Raya Rasuna Said, Jalan Jendral Gatot
Subroto, Jalan Jendral Sudirman, Jalan Sahardjo, Kawasan Menteng Jakpus,
Benhil, dan Tanah Abang.
1.3 Tujuan Praktik Kerja Lapangan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol (JLNT) Kampung
Melayu – Tanah Abang (Stage 1: Sudirman – Casablanca), Paket
Mas Mansyur ini untuk mengetahui dan memahami proses
pelaksanaan proyek tersebut sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan yang penting setelah terlibat pada suatu pekerjaan
proyek di lapangan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Dapat menjelaskan proses pelaksanaan erection, stressing
closure, box girder pracetak pada Typical Span.
2) Dapat menjelaskan struktur organisasi Proyek Pembangunan
Jalan Layang Non Tol (JLNT) Kampung Melayu – Tanah
Abang (Stage 1: Sudirman – Casablanca), Paket Mas Mansyur.
3) Dapat menjelaskan pembagian tugas (Job Description) pihak –
pihak yang terlibat dalam Proyek Pembangunan Jalan Layang
Non Tol (JLNT) Kampung Melayu – Tanah Abang (Stage 1:
Sudirman – Casablanca), Paket Mas Mansyur.
4) Dapat melaksanakan tugas yang diberikan oleh proyek sesuai
dengan target mutu dan ketelitian yang diperlukan.
5) Dapat mengetahui cara penyelesaian masalah yang terjadi pada
pekerjaan erection, stressing closure, box girder pracetak pada
7
Typical Span pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol
(JLNT) Kampung Melayu – Tanah Abang (Stage 1: Sudirman –
Casablanca), Paket Mas Mansyur.
1.4 Permasalahan
1) Bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan erection, stressing, closure
pada Typical Span pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol
(JLNT) Kampung Melayu – Tanah Abang (Stage 1: Sudirman –
Casablanca), Paket Mas Mansyur?
2) Bagaimana Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Jalan Layang
Non Tol (JLNT) Kampung Melayu – Tanah Abang (Stage 1: Sudirman
– Casablanca), Paket Mas Mansyur?
3) Bagaimana pembagian tugas (job description) pihak-pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol
(JLNT) Kampung Melayu – Tanah Abang (Stage 1: Sudirman –
Casablanca), Paket Mas Mansyur?
4) Bagaimana melaksanakan tugas yang diberikan oleh proyek sesuai
dengan target mutu dan ketelitian yang diperlukan?
5) Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang terjadi pada pekerjaan
erection, stressing, closure pada Typical Span pada Proyek
Pembangunan Jalan Layang Non Tol (JLNT) Kampung Melayu –
Tanah Abang (Stage 1: Sudirman – Casablanca), Paket Mas Mansyur?
1.5 Metode Penulisan
Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di ISTAKA -
SUMBERSARI, KSO, pada pembangunan Jalan Layang Non Tol Kampung
Melayu – Tanah Abang (Stage 1: Sudirman–Casablanca), Paket Mas
Mansyur, penulis melakukan metode pengumpulan data sebagai berikut:
Observasi lapangan (pengamatan)
Disini penulis mengadakan tinjauan langsung ke lapangan untuk
mengamati, melihat dan mencatat informasi dari pelaksanaan
pekerjaan proyek kemudian dianalisa dan dipahami.
8
Pelaksanaan Tugas Selama Praktik
Data yang penulis dapat juga berasal dari hasil pekerjaan yang
diberikan kepada penulis di proyek tersebut.
Interview (tanya jawab)
Untuk mengetahui cara-cara pelaksanaan, penulis melakukan tanya
jawab/ komunikasi langsung kepada pihak-pihak yang bersangkutan
pada pelaksanaan proyek tersebut.
Infromasi dari Rekan-rekan sesama mahasiswa kerja praktik.
Referensi Kepustakaan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan kerja praktik ini secara keseluruhan dibagi dalam
beberapa bab. Agar penulisan laporan ini teratur dan sistematis, maka
penulis perlu membuat sistematika penulisan laporan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang Latar Belakang PKL, Tujuan PKL,
Permasalahan, Metodologi Penulisan dan Sistematika
Penulisan.
BAB II PENGENALAN PERUSAHAAN
Menjelaskan tentang Sejarah atau Latar Belakang
Perusahaan, Visi dan Misi Perusahaan, Organisasi
Perusahaan, dan Pelaksanaan Disiplin Kerja di Perusahaan
ISTAKA – SUMBERSARI, KSO.
BAB III PENGENALAN PROYEK
Menjelaskan tentang Latar Belakang dan Tujuan Proyek,
Prosedur mendapatkan Proyek, Gambaran Umum Proyek,
Personalia dan Organisasi Proyek serta Proses Pelaksanaan
Proyek.
9
BAB IV PEKERJAAN YANG DIAMATI
Menjelaskan tentang pekerjaan yang diamati penulis selama
PKL yang berisi tentang Studi Kasus, Lingkup pekerjaan,
Tugas Selama Praktik di Proyek Pembangunan Jalan layang
Non-Tol (JLNT) Kampung Melayu – Tanah Abang (Stage
1: Sudirman – Casablanca) Paket Mas Mansyur.
BAB V PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran yang dapat diambil
dari tujuan praktik kerja lapangan dan uraian laporan kerja
praktik tersebut.
10
BAB II
PENGENALAN PERUSAHAAN
2.1. Umum
Dengan adanya Dokumen Pengadaan untuk Pekerjaan Pembangunan Jalan
Layang Non Tol Kp. Melayu – Tanah Abang (Stage 1: Sudirman – Casablanca)
Paket Mas Mansyur (Multy Years) oleh Dinas/ Suku Dinas Pekerjaan Umum
Propinsi DKI Jakarta.
Bahwa PT. ISTAKA KARYA (Persero) dan PT. SUMBERSARI
CIPTAMARGA. Bermaksud untuk ikut serta secara bersama-sama dalam bentuk
Kerja Sama Operasi dalam penawaran, pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan
kekurangan-kekurangan pada pekerjaan Pembangunan Jalan Layang Non Tol Kp.
Melayu – Tanah Abang (Stage 1: Sudirman – Casablanca) Paket Mas Mansyur.
Adapun perjanjian kerja sama ini meliputi beberapa keputusan yang di setujui
pada 2 pihak, yaitu;
1. PT. ISTAKA KARYA (Persero) sebagai penyandang Dana Utama
(Sponsoring member) Perusahaan Utama (Leading Company) untuk
kegiatan ini serta mewakili dan bertindak untuk dan atas nama
Kemitraan (KSO) dan menandatangani semua dokumen termasuk
penawaran dan perjanjian Kontrak.
2. PT. ISTAKA KARYA (Persero) dan PT. SUMBERSARI
CIPTAMARGA dengan ini menyetujui apabila ditunjuk sebagai
pemenang, kami wajib untuk bertanggug jawab bak secara bersama-
sama atau masing-masing atas kewajiban-kewajiban kami menurut
kontraktor.
3. Porsi setiap perusahaan setiap kemitraan (KSO) seperti yang ditentukan
dalam dokumen pengadaan adalah:
PT. ISTAKA KARYA (Persero) : 60 %
PT. SUMBERSARI CIPTAMARGA : 40 %
4. Tiap peserta akan ambil bagian sesuai porsi tersebut dalam hal
pengeluaran keuntungan, dan kerugian dari kemitraan (KSO) tersebut.
11
Pembagian porsi dalam kemitraan ini tidak akan diubah baik selama
masa penawaran maupun sepanjang masa kontrak kecuali dengan
persetujuan tertulis terlebih dahulu pengguna jasa dan persetujuan
bersama secara perusahaan-perusahaan yang bergabung. Terlepas dari
ukuran relatif porsi kemitraan yang ditetapkan diatas, masing-masing
perusahaan akan melakukan pengawasan penuh terhadap semua aspek
pelaksanaan dari perjanjian ini, termasuk hak untuk
memasuki/memeriksa keuangan, perintah pembelian, tanda terima,
daftar peralatan dan tenaga kerja, perjanjian subkontraktor, surat
menyurat, teleks, dan lain-lain.
2.2. Sejarah Singkat Perusahaan PT. ISTAKA KARYA (Persero)
PT Istaka Karya (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi umum. Awalnya, PT Istaka Karya
bernama PT ICCI (Indonesian Consortium of Construction Industries).
Perusahaan ini berdiri atas 18 (delapan belas) perusahaan konstruksi besar di
Indonesia. Keseriusan dalam menangani bidang konstruksi terbukti. Pada tahun
1985, perusahaan gabungan ini mencatat berbagai prestasi. PT ICCI pun berhasil
menangani berbagai proyek di Saudi Arabia dengan nilai US $ 300 juta.
Dengan pengalaman yang diperoleh dan sumber daya manusia yang dimiliki
pada 1 April 1986, Pemerintah memutuskan, perusahaan konsorsium dalam
wadah PT ICCI (Persero) dilebur dan berganti nama PT Istaka Karya (Persero).
Bentukan perusahaan baru ini berdiri secara sah dengan diterbitkannya akte
pendirian No. 01 tahun 1986. Ketetapan pendirian juga diumumkan dalam
lembaran Negara pada 28 Agustus 1986, computerize No. 69. Segala keputusan
itu merujuk pada peraturan pemerintah yang khusus dibuat untuk perusahaan-
perusahaan milik pemerintah. Dalam perjalanan bisnis di dalam negeri, PT Istaka
Karya (Persero) berhasil menerapkan serta mengembangkan konstruksi berstandar
internasional. Teknik-teknik manajemen penerapannya pun dioperasikan secara
efesien dan. Tak ayal pengakuan dari nasional dan internasional diterima PT
Istaka Karya. Bukti pengakuan itu antara lain; pada 1997, PT Istaka Karya
(Persero) mendapat sertifikat Sistem Jaminan Mutu ISO-9002 dari SGS ICS
United Kingdom, Kemudian diperbarui pada 2003 menjadi Sistem Manajemen
12
Mutu ISO 9001;2000. Pada 2002, Presiden RI menyerahkan Medali Perak dalam
bidang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Tak hanya
itu, PT Istaka Karya (Persero) pada 2008 mernperoleh pengakuan dalam
penerapan Sistem Manajemen OHSAS18001;2007 dan lingkungan ISO-
14001:2004 dari WQA.
2.2.1. Bidang Usaha
Sebagai kontraktor umum. PT Istaka Karya (Persero)
mengelola berbagai jasa konstruksi antara lain perencanaan,
pelaksanaan dan produk-produk inovatif lainnya.
2.2.2. Visi
Menjadi perusahaan konstruksi terkemuka dengan
memberikan karya terbaik bagi pembangunan negeri.
2.2.3. Misi
Menjadikan perusahaan yang bernilai dalam industri
konstruksi melalui peningkatan produk bermutu dan menciptakan
sumber daya manusia berkualitas yang berkomitmen tinggi guna
memberi nilai tambah bagi stakeholder.
2.2.4. Motto
“Terbaik dalam Produk dan Komitmen”
2.2.5. Lingkup Usaha
Sebagai kontraktor umum, PT. ISTAKA KARYA (Persero)
mengelola berbagai macam pelayanan jasa konstruksi antara lain:
Perencanaan teknik dan konstruksi rekayasa untuk berbagai
ukuran dan jenis proyek,
Pelaksanaan dan produk-produk inovatif lainnya.
Kegiatan utama termasuk bidang pekerjaan berikut :
- Teknik Sipil
o Jalan dan jembatan
o Bendungan dan irigasi
13
o Pelabuhan laut
o Pelabuhan udara
o Terowongan
- Fasilitas Umum
o Drainase
o Jaringan air minum
o Penjernihan air dan pengelolaan air limbah
- Bangunan Gedung
o Gedung-gedung bertingkat
o Proyek perumahan / Rusun
o Proyek industri dan perdagangan
2.2.6. Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000
Fokus pada Pelelangan
Memahami kebutuhan dan harapan pelelang.
Memastikan bahwa sasaran mutu organisasi berhubungan
dengan kebutuhan dan harapan pelelangan.
Mengukur kepuasan pelelangan dan menindaklanjuti hasilnya.
Kepemimpinan
Mempertimbangkan kebutuhan pihak lain termasuk pelanggan,
pemilik proyek, karyawan, pemasok dan komunitas internal
Menetapkan misi organisasi yang jelas.
Menetapkan target.
Menetapkan kepercayaan dan mengelimir kekhawatiran.
Menyiapkan personil sesuai dengan sumber daya yang
diperlukan.
Membangkitkan semangat, menganjurkan dan menghargai
personil untuk memberikan kontribusi.
Keterlibatan Personil
Personil memahami pentingnya kontribusi mereka dalam
organisasi.
14
Personil mau menerima masalah yang dimiliki dan mereka
bertanggung jawab untuk menyelesaikan.
Personil melakukan evaluasi kinerja terhadap sasaran organisasi.
Personil saling terbuka dalam pertukaran pengetahuan dan
pengalaman.
Pendekatan Proses
Mengidentifikasi keterkaitan kegiatan antar fungsi dalam
organisasi.
Menetapkan secara sistematik kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
Menetapkan tanggung jawab yang jelas untuk mengelola
kegiatan – kegiatan kunci.
Pendekatan Sistem untuk Manajemen
Memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai kaidah dan
tanggung jawab yang diperlukan untuk mencapai sasaran
dengan cara mengurangi hambatan lintas sungai
Memahami kemampuan organisasi dan menetapkan sumber
daya yang diperlukan secara mendesak untuk melaksanakan
kegiatan.
Membuat target dan menetapkan bagaimana seluk beluk
kegiatan dalam suatu sistem harus dilaksanakan.
Peningkatan Berkesinambungan
Menyiapkan personil dengan pelatihan metode dan alat yang
digunakan untuk meningkatkan berkesinambungan
Melaksanakan peningkatan berkesinambungan terhadap produk,
prosesproses dan sistem untuk setiap individu dalam organisasi.
Pembuatan Keputusan Berdasarkan Fakta
Memastikan bahwa data dan informasi cukup akurat dan sesuai
kenyataan.
15
Membuat data dapat digunakan oleh siapa saja yang
membutuhkan.
Melakukan analisa dan informasi dengan menggunakan metode
yang sah.
Membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan fakta
dari hasil analisa dengan mempertimbangkan pengalaman dan
intiusi.
Hubungan Saling Menguntungkan Dengan Pemasok
Menetapkan hubungan baik yang imbang antar keuntungan
jangka pendek dengan jangka panjang.
Melakukan identifikasi dan seleksi terhadap pemasok-pemasok
utama.
Saling membagi informasi dan rencana yang akan datang.
2.2.7. Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam organisasi perusahaan ini semua aktivitas mereka
berada dalam ruang lingkup bidang – bidang keahlian mereka dan
mereka tahu bagaimana menyesuaikan sasaran pekerjaan mereka
dengan apa yang diupayakan kelompok, dimana mereka memiliki
wewenang yang diperlukan untuk melakukan tugas dan dimana
mereka memiliki sarana dan informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas.
Dengan demikian, pengorganisasian adalah bagian dari
manajemen yang mencakup upaya penyusunan struktur peran secara
sengaja untuk dilaksanakan oleh orang – orang dalam suatu
organisasi.
Tujuan struktur organisasi adalah untuk membantu
menciptakan lingkungan yang memungkinkan orang – orang
berprestasi. Dengan demikian struktur organisasi adalah alat untuk
mengelola dan bukan tujuan dari manajemen atau tujuan dari dirinya
sendiri. Meskipun struktur itu harus menetapkan dan meliputi semua
tugas yang perlu dilakukan, peran yang ditetapkan harus juga
16
dirancang sesuai kaitannya dengan kemampuan dan motif orang –
orang yang mempunyai keahlian.
Dalam hal keorganisasian PT Istaka Karya dipimpin atau
dikepalai oleh seorang Direktur Utama, dimana Direktur Utama ini
memimpin terhadap beberapa orang yang telah diberi tugas atau
kepercayaan menangani sub, bidang, atau jabatan pekerjaannya
masing – masing, dan Direktur Utama bertanggung jawab terhadap
kelancaran pekerjaan dari bawahannya tersebut. Namun dalam hal ini
di dalam struktur keorganisasian perusahaan yang memiliki
kedudukan lebih tinggi dari Direktur Utama adalah Dewan
Komisaris.
2.2.8. Jaringan Kantor
Kantor Pusat
Graha Iskandarsyah Lt. 9
Jl. Iskandarsyah Raya No.66 Jakarta
Phone : +62-21-7258686
Fax : +62-21-7258787
Website : http://www.istaka.co.id
Email :[email protected]
Divis Operasi I
Jl. Pondok Pinang Timur C/2 Pondok Pinang
Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Phone : +62-21-75905919
Fax : +62-21-75900878
Email : [email protected]
Cabang Wilayah Sumatera
Jl. Mangga No.90 Sukajadi Pekanbaru -28128
Phone : +62-761-21505
Fax : +62-761-21834
Email : [email protected]
17
Cabang NAD & SUMUT
Jl. KH. Wahid Hasym No. 61/20 Medan Baru Medan 20154
Phone : +62 61-4522112
Fax : +62 61-4564220
Email : [email protected]
Cabang Wilayah DKI, Banten & JABAR
Jl. Pondok Pinang Timur C/2 Pondok Pinang
Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Phone : +62 21-75905919
Fax :+62 21-75900878
Email : [email protected]
Cabang Kalimantan, Jawa Tengah & DIY
Jl. Azis Samad No. 06 (Eks. Jl. Kenari) Samarinda
Phone : +62 541-777 2683
Fax : +62 541-777 2683
Email : [email protected]
Cabang Wilayah Timur
Jl. H.A Mappanyuki No. 15 Makassar 90125
Phone : +62 411-851572
Fax : +62 411-879046
Email : [email protected]
Cabang Bali, NTB & NTT
Jl. Raya Puputan II / B No. 07 Renon – Denpasar 80235
Phone : +62 361-262 201
Fax : +62 361-262 2011
Email : [email protected]
18
2.2.9. Logo PT. Istaka Karya (persero)
Gambar 1.5 : Logo Istaka Karya (Persero)
2.3. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Sumbersari Ciptamarga
2.3.1. Profil PT. Sumbersari Ciptamarga
1. Nama Perusahaan : PT. Sumbersari Ciptamarga
2. N.P.W.P : 01.407.275.5-061.000
3. Status Usaha : Swasta
4. Alamat : Jl. Laksana I No.16, Kebayoran Baru
5. Desa/ Kelurahan : Rawa Barat
6. Kecamatan : Kebayoran Baru
7. Kota/ Kab : Kota Administrasi Jakarta Selatan
8. Provinsi : Jakarta
9. Negara : Indonesia
10. Kode Pos : 12180
11. No. Telpon : +62 21 7396022
12. No. Fax : +62 21 7208135
2.3.2. Logo PT. Sumbersari Ciptamarga
Gambar 1.6 : Logo Sumbersari Ciptamarga
19
BAB III
PENGENALAN PROYEK
3.1 Prosedur Mendapatkan Proyek
Proyek merupakan suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu
serta batas waktu yang telah ditetapkan, yang memiliki tujuan tertentu.
Untuk mendapatkan proyek dari owner, prosesnya bisa saja dilakukan
penunjukan langsung namun adapula yang melalui proses pelelangan
terlebih dahulu.
Pelelangan yang digunakan untuk mendapatkan proyek JLNT Kp.
Melayu - Tanah Abang ini menggunakan pelelangan terbuka (umum).
Pelelangan terbuka (umum) adalah metode pemilihan penyedia barang/ jasa
yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui
media massa dan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga
masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat
mengikutinya. Dalam hal ini penentuan pemenang lelang berdasarkan
kualifikasi dan penawaran yang realitas. Adapun prosedur untuk
mendapatkan proyek adalah sebagai berikut:
3.1.1 Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen PrakualifikasiPendaftaran dilaksanakan pada :
Tanggal : 19 Maret 2010 s.d 6 April 2010
Waktu : pukul 09.00 s.d. pukul 16.00
Tempat : Sekretariat Panitia Pelelangan Bidang Jalan dan
Jembatan DPU Provinsi DKI Jakarta Jln. Taman
Jatibaru No. 1 Jakarta Pusat.
3.1.2 Pengembalian Dokumen PrakualifikasiTanggal : 23 Maret 2010 s.d 9 April 2010
Waktu : pukul 09.00 s.d. pukul 16.00
Tempat : Sekretariat Panitia Pelelangan Bidang Jalan dan
Jembatan DPU Provinsi DKI Jakarta Jln. Taman
Jatibaru No. 1 Jakarta Pusat.
20
3.1.3 Proses Prakualifikasi3.a Penilaian Prakualifikasi
a. Penilaian Administrasi
b. Penilaian Keuangan
c. Penilaian Teknis
- Kemampuan Dasar (KD)
- Pengalaman Perusahaan (Scoring)
d. Personil
e. Peralatan
3.b Ambang Lulus/ Passing Grade : 75
3.c Hasil Penilaian Kualifikasi
- Jumlah peserta yang mendaftar dan mengambil
dokumen kualifikasi 20 peserta
- Jumlah peserta yang mengembalikan dokumen 20
peserta
- Jumlah peserta yang dinyatakan lulus 12 peserta,
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.1 Peserta Lolos Tahap Kualifikasi
21
3.1.4 Pengambilan Dokumen PemilihanTanggal : 10 Mei 2010 s.d 31 Mei 2010
Waktu : pukul 10.00 s.d. pukul 16.00
Tempat : Sekretariat Panitia Pelelangan Bidang Jalan dan
Jembatan DPU Provinsi DKI Jakarta Jln. Taman
Jatibaru No. 1 Jakarta Pusat
3.1.5 Penjelasan (Aanwijzing)1. Penjelasan (Aanwijzing) dilaksanakan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 11 Mei 2010
Waktu : Pukul 10.00
Tempat : Aula DPU Provinsi DKI Jakarta Lt.IV
Jln. Taman Jatibaru No. 1 Jakarta Pusat
Hadir dalam penjelasan tersebut sebanyak 12 perusahaan
yaitu:
Tabel 3.2 Peserta yang Hadir dalam Aanwijizing
22
2. Aanwijzing (Penjelasan Tambahan) dilaksanakan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 15 Juni 2010
Waktu : pukul 10.00
Tempat : Aula DPU Provinsi DKI Jakarta Lt.IV
Jln. Taman Jatibaru No. 1 Jakarta Pusat
Hadir dalam penjelasan tersebut sebanyak 12 perusahaan yaitu:
Tabel 3.3 Peserta yang Hadir dalam Aanwijizing (panjelasan tambahan)
3. Aanwijzing (Penjelasan Tambahan Kedua) dilaksanakan
pada:
Hari : Senin
Tanggal : 20 september 2010
Waktu : pukul 10.00
Tempat : Aula DPU Provinsi DKI Jakarta Lt.IV
Jln. Taman Jatibaru No. 1 Jakarta Pusat
23
Hadir dalam penjelasan tersebut sebanyak 12 perusahaan
yaitu :
Tabel 3.4 Peserta yang Hadir dalam Aanwijizing (penjelasan tambahan kedua)
3.1.6 Pemasukan Dokumen Penawaran1. Pemasukan dokumen penawaran menggunakan cara 2 (dua)
sampul
- Sampul satu berisi dokumen administrasi dan teknis
- Sampul dua berisi harga penawaran
2. Mulai pemasukan dokumen penawaran beserta dokumen
kualifikasi
Hari : Senin
Tanggal : 20 september 2010
Waktu : pukul 10.00
Tempat : Aula DPU Provinsi DKI Jakarta Lt.IV
Jln. Taman Jatibaru No. 1 Jakarta Pusat
3. Batas akhir pemasukan dokumen penawaran beserta
dokumen kualifikasi
24
Hari : Senin
Tanggal : 4 Oktober 2010
Waktu : pukul 10.00
Tempat : Aula DPU Provinsi DKI Jakarta Lt.IV
Jln. Taman Jatibaru No. 1 Jakarta Pusat
3.1.7 Proses Lelang dan Evaluasi Penawarana. Panitia pelelangan melakukan evaluasi hanya terhadap
penawaran yang sah
b. Panitia pelelangan tidak akan mengevaluasi penawaran
alternatif, kecuali apabila memang diminta oleh panitia
pelelangan sebagaimana ditetapkan dalam dokumen lelang
c. Evaluasi administratif
Panitia pelelangan melakukan evaluasi administratif atas
kelengkapan dokumen penawaran yang diminta berdasarkan
ketentuan dalam dokumen lelang dan dapat mencakup :
Kebenaran isian dokumen penawaran yang berkenaan
dengan :
- Masa berlakunya penawaran
- Redaksi dokumen terutama redaksi surat penawaran
yang dapat menimbulkan penawaran bersyarat
- Keaslian dokumen terutama jaminan penawaran
Kesimpulan panitia pelelangan berdasarkan penelitian
tersebut diatas apakah penawaran :
- Memenuhi persyaratan dapat diterima untuk dievaluasi
lebih lanjut
- Perlu penjelasan (klasifikasi)
- Tidak dapat diterima/ gugur
d. Evaluasi teknis
Panitia pelelangan melakukan evaluasi teknis terhadap data
yang diminta dalam dokumen lelang yang mencakup:
- Koreksi aritmatik
- Metode pelaksanaan
25
- Jadwal waktu pelaksanaan
- Peralatan yang disediakan
- Data personil/ tenaga ahli berikut bagan organisasi
- Analisa spesifikasi teknis
e. Evaluasi harga
Penawaran yang sudah memenuhi persyaratan administrasi
dan persyaratan teknis sesuai denagan hasil evaluasi
administrasi dan evaluasi teknis, akan diteliti lebih lanjut
apakah harga penawaran wajar dan menguntungkan negara
serta tidak melampaui dana yang tersedia dalam DIP/ DIK,
dan/ atau owner’s estimate (bila ada). Hanya peserta lelang
yang harga penawarannya dinilai wajar dan menguntungkan
negara yang dapat diusulkan sebagai calon pemenang lelang.
3.1.8 Pembukaan Sampul Harga Penawaran1. Pembukaan sampul dilaksanakan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 27 Oktober 2010
Waktu : pukul 10.00
Tempat : Aula DPU Provinsi DKI Jakarta Lt.IV
Jln. Taman Jatibaru No. 1 Jakarta Pusat
2. Nilai HPS/ OE = Rp. 217.299.858.000 termasuk PPN.
3. Disaksikan oleh dua orang wakil dari peserta penggadaian:
- Wakil dari PT. Adhi Karya (Persero)
- Wakil dari PT. Modern – Lampiri. JO
3.1.9 Berita Acara Hasil Pelelangan ( BAHP )
Oleh panitia kesimpulan hasil evaluasi dituangkan dalam Berita
Acara Hasil Pelelangan (BAHP). Berita acara hasil pelelangan
ditandatangani oleh ketua dan peserta panitia sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota panitia. Hal-hal yang dibuat
dalam BAHP :
- Nama penawar terkoreksi yang lulus evaluasi
- Metode evaluasi yang digunakan
26
- Unsur-unsur yang dievaluasi
- Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu seperti
resume berkas pelelangan.
3.1.10 Pengumuman Pemenang Lelang
Pemenang lelang diumumkan dan diberitahukan oleh
panitia kepada peserta (selambatnya – lambatnya 2 hari
diterimanya SPBJ dari pejabat yang berwenang).
Dalam proses pelelangan ini, setelah melalui proses
yang ketat, akhirnya PT. ISTAKA KARYA (Persero)
ditetapkan sebagai kontraktor proyek pembangunan Jalan
Layang Non Tol Kp. Melayu – Tanah Abang Stage 1:
Sudirman – Casablanca mengalahkan kandidat lainnya.
Kemudian terlaksanalah penyerahan pekerjaan dengan
ditandai keluarnya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
kepada PT. ISTAKA KARYA (Persero) selaku Kontraktor
yang sebelumnya telah diperintahkan mengurus hal – hal
yang wajib dilkukan setelah dinyatakan sebagai pemenang
lelang seperti surat perjanjian kontrak, penyerahan jaminan
pelaksanaan proyek, dan lain – lain.
3.2 Gambaran Umum Proyek
Gambar 3.7 : Posisi Proyek Pembangunan JLNT
27
Paket Mas Mansyur
Info Data Teknis
Kontraktor Pelaksana : KSO PT. Istaka Karya (Persero) - Sumber
sari Cipta Marga
Konsultan Pengawas : PT. Lapi Ganeca
Nilai Kontrak Induk : Rp 209.773.698.000
Nomor Kontrak Induk : 10031/-1.792 tanggal 22 Nopember 2010
Station : 2+885 s.d. 3+550
Panjang Station : 725
Lebar JLNT : 8,75 m x 2
Waktu Pelaksanaan : 630 hari kalender
Waktu Pemeliharaan : 180 Hari
Pekerjaan Pokok/Utama : Pekerjaan Bored pile
Pekerjaan Beton
Pekerjaan Precast
Gambar 3.8 : Potongan Melintang dan Memanjang Paket Mas Mansyur
28
Gambar 3.9 : Peta Lokasi Proyek JLNT
29
Konsultan Pengawas
Gambar 3.10 : Logo Ganeshatama Consulting
Nama Perusahaan : Ganeshatama Consulting
Alamat : Jl. Dayang Sumbi 7, Bandung 40132, Indonesia
Telp. : +62-22-2502533
Faximile : +62-22-2504177
email : [email protected]
Kontraktor Pelaksana
Gambar 3.11 : Logo PT. Istaka Karya dan PT. Sumbersari Ciptamarga
Nama Perusahaan : PT. ISTAKA – SUMBERSARI, KSO.
Alamat Kantor : Graha Iskandarsyah lt. 9 Jl. Iskandarsyah Raya
No.66
Kebayoran Baru - Jakarta Selatan
Telp. / Fax. : (021) 7258686 / (021) 7258787
30
Gambar 3.12 : Logo PT. Istaka Karya dan PT. Sumbersari Ciptamarga
30
Gambar 3.12 : Logo PT. Istaka Karya dan PT. Sumbersari Ciptamarga
30
Gambar 3.12 : Logo PT. Istaka Karya dan PT. Sumbersari Ciptamarga
31
Panjang JLNT 2,8 km (0+750 – 3+550)
Ramp Pekerjaan ramp tsb ditiadakan dan akan dimasukan pada tahunanggaran 2011
Bored Pile 7 sd 9 bh untuk tiap kolom pier dgn Kedalaman 30m, 35 m, 50m
Pile Cap Per 1 Kolom Pier, Pile Cap mempunyai dimensi:(14,7 x 14,3 x 3,5) m(8 x 8 x 3,5) m(16,5 x 8,7 x 3,5) m(16 x 7 x 3,5) m
Pier Tipe Single Pier tinggi 10m dari top aspal existing s/d top aspalbox girder. Sedangkan diatas FO. Sudirman & UP Kuningandibuat ketinggian antara 22 s/d 24 m
Main BoxGirder
Lebar 8,75 m, tebal web 60 cm. Box Girder monolit sampaidgn 5 bentang.
Erection Menggunakan Metode Overhead Launching Gantry
32
3.3 Personalia dan Organisasi Proyek
3.3.1 Owner
Gambar 3.13 : Bagan Struktur Organisasi Owner
33
3.3.2 Konsultan
Gambar 3.14 : Bagan Struktur Organisasi Konsultan
34
3.3.3 KontraktorStruktur organisasi diatas menjelaskan mengenai uraian tugas dan tanggung jawab dari unsur – unsur yang terlibat
dalam organisasi pihak kontraktor adalah sebagai berikut :
Gambar 3.15 : Bagan Struktur Organisasi Proyek
35
1. Project Manager
Project Manager adalah seseorang yang memiliki kekuasaan
untuk memimpin semua kegiatan yang berhubungan dengan
pelaksanaan proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap
tercapainya pelaksanaan proyek sesuai kontrak. Project Manager
berfungsi mengelola sedemikian rupa, sehingga tercapai tujuan
proyek yaitu penyelesaian proyek pada waktunya dengan kualitas
yang memenuhi persyaratan dan memberikan keuntungan yang
baik bagi perusahaan.
Tanggung Jawab Project Manager :
Menyelenggarakan proyek secara konsisten mengacu
kepada RMP (Rencana Manajemen Proyek) yang sudah
ditetapkan manajemen.
Memberi masukan untuk memperbaharui lampiran –
lampiran RMP untuk updating yang disesuaikan dengan
perkembangan situasi dan kondisi pekerjaan.
Mengendalikan biaya, waktu, mutu, K3 dan Lingkungan
di proyek sesuai Kebijakan Perusahaan dan Sasaran
MK3L yang sudah ditetapkan.
Memantau dan mengukur kinerja proyek secara berkala
dan melaporkan ke DVO dan Pusat.
2. Road & Bridge Engineer
Tugas dan tanggung jawab Road & Bridge Engineer :
Review dan Persetujuan jadwal rencana kerja dan
metode pelaksanaan kontraktor untuk pekerjaan jalan
dan jembatan.
Pengecekan dan persetujuan gambar-gambar
pelaksanaan, shop drawing, working drawing.
Mempekirakan kesulitan-kesulitan yang akan timbul
dan berusaha mencari jalan keluar penyelesaiannya.
36
Memeriksa dan mengevaluasi laporan dari
Kontraktor.
Pengecekan dan persetujuan gambar-gambar
pelaksanaan, shop drawing, working drawing, contoh-
contoh material yang diusulkan oleh Kontraktor.
Menyetujui perubahan-perubahan yang terjadi di
lapangan untuk pelaksanaan pekerjaan dengan
melakukan konsultasi terlebih dahulu ke Direksi
Lapangan.
Pengecekan dan persetujuan gambar As-built Drawing
yang diusulkan oleh Kontraktor.
Membantu project manager dalam membuat/
menyiapkan laporan akhir.
3. Site Operational Manager (SOM)
Tugas Site Operational Manager (SOM) adalah
melaksanakan pemantauan dan pengukuran kinerja waktu dan
biaya pelaksanaan proyek dan melaporkan ke Project Manager.
4. Site Engineering Manager (SEM)
Tugas Site Engineering Manager (SEM) adalah
melaksanakan pengendalian waktu, biaya, dan penilaian efektivitas
kinerja/ pelaksanaan RMP di proyek sesuai sasaran mutu yang
telah ditetapkan.
5. Site Administration Manager (SAM)
Tugas Site Administration Manager (SAM) :
Bersama SEM melaksanakan pengendalian biaya dan
penilaian efektivitas/ efisien pelaksanaan di proyek
sesuai sasaran RAP yang telah ditetapkan.
37
Melaksanakan pemantauan dan pengukuran Biaya
Pelaksanaan Proyek dan melaporkan ke Project
Manager dan DVO setiap bulan.
6. Construction Manager (CM)
Construction Manajer (CM) adalah orang yang menerima
perintah dari Project Manager untuk memimpin pelaksanaan
proyek di lapangan dan juga menaati dan melaksanakan project
quality plan. Bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran
pelaksanaan proyek di lapangan baik dari segi biaya, mutu dan
waktu, khususnya dalam segi pembiayaan yang dikeluarkan di
proyek (biaya langsung seperti upah, material, dan lainnya) yang
dikeluarkan di lapangan.
Bersama site engineer merumuskan dan menerapkan metode/
sistem kerja efisien. Construction Manager akan mewakili Project
Manager dalam melaksanakan suatu kontrak yang dalam hal ini
memiliki wewenang dan tanggung jawab langsung kepada project
manager. Apabila Project Manager tidak berada di lapangan, maka
Construction Manager akan bertindak untuk dan atas nama Project
Manager.
Tugas dan tanggung jawab Construction Manager :
Bertanggung jawab menetapkan metode konstruksi
yang menghasilkan mutu produk sesuai spesifikasi
teknis dan peraturan – peraturan standar yang berlaku.
Bertanggung jawab merealisasikan rencana
pelaksanaan pekerjaan dengan mutu produk sesuai
persyaratan.
Mengkoordinasi dan mengawasi pemakaian alat ukur
baik intern maupun ekstern di proyek.
Membuat laporan harian dan mingguan untuk
diserahkan kepada atasan langsung dan berdasarkan
38
jadwal mingguan tersebut dapat membuat detail
perencanaan material, alat, dan alokasi tenaga kerja.
Memastikan kesiapan tenaga kerja (mandor atau
subkontraktor) dalam jumlah yang cukup.
Memastikan kesiapan lapangan, ketersediaan material
serta alat kerja untuk pelaksanaan pekerjaan.
Wewenang Construction Manajer :
Bertindak tanpa melapor untuk mengatur urutan
pekerjaan tanpa mengubah kualitas akhir mutu produk
termasuk penyesuaian/ modifikasi pelaksanaan yang
bertujuan meningkatkan efektifitas kerja.
Bertindak tanpa melapor untuk menghentikan
sementara pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang
dari ketentuan, menentukan tindakan perbaikan serta
melanjutkan pelaksanaan.
Bertindak kemudian melapor apabila menerima atau
menolak hasil pelaksanaan pekerjaan lapangan.
Bertindak kemudian melapor untuk menerima
instruksi pemberi tugas dalam pelaksanaan pekerjaan
sejauh item konstruksi tercantum dalam bill of
quality.
7. Site Engineering Struktur
SE Struktur bertugas menghitung ulang gambar kontrak yang
dibuat oleh konsultan perencana apakah aman untuk dilaksanakan
di lapangan, dan juga bertugas untuk melakukan efisiensi jika
memang masih aman untuk dilakukan. Ia juga membantu pengawas
lapangan dalam mengawasi pekerjaan.
39
8. Site Engineering Mekanikal & Elektrikal
SE Mekanikal & Elektrikal bertugas mengawasi pelaksanaan
instalasi mekanikal & elektrikal proyek seperti instalasi listrik,
generator, instalasi AC, instalasi telepon dan lain – lain.
Tugas dan tanggung jawab Site Engineering Mekanikal &
Elektrikal:
Mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan dari kontraktor
M & E.
Berhak mengetahui laporan/ progress bulanan dari
kontraktor M & E.
9. Drafter
Drafter adalah orang yang membantu site engineer untuk
membuat gambar pelaksanaan yang mengacu pada gambar yang
dibuat oleh konsultan perencana.
Tugas dan tanggung jawab Drafter :
Menyiapkan shop drawing (gambar kerja)
Menyiapkan As Built Drawing
Menyusun metode konstruksi
Redesign jika diperlukan
Wewenang Drafter :
Memberikan masukan kepada site engineer untuk
penyajian gambar yang baik dan informatif.
Menentukan penyajian gambar, dan notasi yang
digunakan dengan persetujuan Construction Manager.
10. Pengendalian Operasional Proyek (POP)
Tanggung jawab POP :
Mengendalikan biaya proyek agar bisa digunakan
seefisien mungkin.
40
Melakukan negosiasi dengan supplier tentang bahan
yang akan digunakan dalam proyek dengan prinsip
menggunakan bahan seefisien mungkin dengan tetap
menjaga mutu bahan yang akan dipakai.
Bekerjasama dengan site engineer dalam memilih
metode yang lebih efisien.
11. Staff Administrasi (ADM)
Tanggung jawab Staf Administasi :
Membuat laporan perkembangan dari karyawan serta
memeriksa absensi dari karyawan tersebut.
Membuat semua dokumen teknis yang diperlukan.
Membantu SAM dalam menangani tagihan dari
subkontraktor maupun suplier dan tendon.
12. Logistik
Logistik adalah orang yang bertugas untuk membantu
manajer proyek dalam mengatur mobilisasi alat dan material yang
akan dipakai dalam proyek.
Tugas dan tanggung jawab logistik :
Melaksanakan schedule material yang dibuat oleh
manajer proyek dan mengawasinya agar tidak terjadi
penumpukkan material di lapangan
Mengawasi material yang akan masuk ke lapangan
agar sesuai dengan jumlah dan spesifikasi yang
diminta.
13. Supervisor
Supervisor adalah orang yang membantu manajer konstruksi
dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan.
Tugas dan tanggung jawab Supervisor :
41
Membantu manajer konstruksi mengatur kelancaran
jalannya proyek.
Membantu mandor atau pekerja agar bekerja sesuai
jadwal yang ada.
Mengatur pemakaian material seefisien mungkin
tanpa mengurangi mutu yang telah ditetapkan.
Melaksanakan semua pekerjaan lapangan sesuai
dengan gambar kerja yang ada.
Melaksanakan semua pekerjaan lapangan sesuai
metode konstruksi yang telah disetujui.
Melapor kepada manajer konstruksi apabila ada
permasalahan disain di lapangan.
Bertanggung jawab terhadap permintaan material
pada gudang dari lapangan melalui bon permintaan
material.
Bertanggung jawab terhadap peminjaman alat pada
gudang melalui bon peminjaman alat
Bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja para
pekerja.
Menyediakan alat – alat temporary yang diperlukan di
lapangan.
Wewenang Supervisor :
Bertindak tanpa melapor dalam pengaturan tenaga
kerja, urutan pekerjaan, pengaturan alat bantu dan
material, termasuk menegur mandor/ koordinator
subkon apabila terjadi ketidaksesuaian pelaksanaan.
Bertindak kemudian melapor dalam penghentian
sementara pekerjaan lapangan dikarenakan faktor
yang berpotensi menurunkan mutu proyek (misal:
hujan, gangguan alat, dan lain – lain)
42
14. UIT ZET
UIT ZET adalah sebuah tim yang bertugas dalam pengerjaan
pengukuran (marking) elevasi, dimensi, sudut – sudut dan lain –
lain mulai dari pengerjaan persiapan sampai pada pekerjaan
finishing.
Tugas dan tanggung jawab UIT ZET (Dipohusodo, 1996) :
Mempelajari site plan dan denah – denah lainnya
kemudian merencanakan metode pelaksanaan
pengukuran dimulai dari Bench Mark (BM) dan Garis
Sepadan Jalan (GSJ) dan Garis Sejalan Bangunan
(GSB) untuk mendapatkan posisi bangunan yang
sebenarnya.
Setelah memperoleh data – data dan letak bangunan
(azimuth, elevasi lainnya) maka surveyor mulai
melakukan marking untuk meletakkan letak patok
yang menjadi pedoman untuk pemancangan pondasi
Memberi elevasi pinjaman satu meter dari as kolom
atau as terluar dari bangunan untuk mempermudah
pengukuran.
Melakukan pengukuran secara kontinyu untuk
melakukan hal – hal sebagai berikut :
a) Menentukan titik berat kolom, dan lain – lain
b) Memberi tanda yang menunjukkan elevasi
bangunan yang menjadi pedoman bagi pekerja
lain dalam melaksanakan pekerjaannya.
c) Memeriksa bekisting pier agar tetap tegak lurus
dan tidak miring.
d) Mengukur elevasi sebelum dan sesudah
pengecoran.
e) Memberi tanda berupa titik dan garis sebagai
pedoman untuk pemasangan bekisting.
Wewenang UIT ZET :
43
Bertindak tanpa melapor dalam metode penentuan
titik acuan di lapangan maupun alokasi tim kerja
surveying.
Bertindak kemudian melapor untuk menghentikan
sementara proses pelaksanaan di lapangan yang
berpotensi atau telah menyimpang dari ketentuan.
Melakukan klarifikasi dengan atasan langsung apabila
terjadi ketidaksesuaian gambar.
15. Bagian Peralatan
Tugas dan tanggung jawab Bagian Peralatan :
Memilih lokasi dan mengatur penyimpanan material/
bahan – bahan sehingga mutunya tetap terjaga
Bertanggung jawab penuh atas jumlah barang yang
diterima sesuai surat pesanan.
Bertanggung jawab mengendalikan pengeluaran dan
pemasukan barang/ material serta mengikuti prosedur.
Wewenang Bagian Peralatan :
Bertindak kemudian melapor melakukan klarifikasi
kepada pemasok untuk kemudian menerima atau
menolak pasokan material yang tidak memenuhi
persyaratan kualitas maupun kuantitas.
Bertindak kemudian melapor berdasarkan
pemeriksaan berkala, melarang penggunaan material
berkategori rusak atau mutu turun dan melakukan
pemisahan lokasi.
16. Security
Security adalah orang yang bertanggung jawab
untuk keamanan proyek.
Tugas dan tanggung jawab Security :
44
Bertanggung jawab untuk keamanan pelaksanaan
pekerjaan.
Mengkoordinasikan kegiatan safety dengan Site
Manager.
Wewenang Security :
Bertindak tanpa melapor korektif dan preventif action
semua yang berpotensi menimbulkan bahaya dari
individu dalam lingkungan proyek.
Bertindak kemudian melapor dalam pertolongan
pertama pada korban kecelakaan kerja dalam
lingkungan proyek.
3.3.4 Hubungan Antar Unsur Pelaksanaan Kegiatan
Gambar 16 : Proses Manajemen Sederhana
Dalam manajemen kegiatan, kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian saling terkait dan berhubungan satu
sama lain. Ketiga unsur utama dalam proyek tersebut membina
hubungan kerja dalam pelaksanaan kegiatan dengan landasan
kemitraan.
Dalam Gambar 3.9 di atas, mempunyai maksud bahwa
perencanaan sebuah kegiatan atau proyek yang selanjutnya
dilaksanakan oleh pelaksana akan berjalan baik apabila selalu
dilakukan pengendalian, dalam hal ini pengendalian dari segi
kuantitas maupun kualitas. Perencana akan mengetahui keadaan
kegiatan atau proyek apabila hasil pengendalian atau pengawasan
PERENCANAAN
PERENCANAAN
PENGENDALIAN PELAKSANAAN
45
tersebut dikomunikasikan kepada pihak perencanaan, disamping
mendapatkan informasi secara langsung dari pihak pelaksanaan.
Informasi yang didapat dari kedua pihak tersebut selanjutnya diolah
dan dirumuskan untuk menentukan kebijakan yang diinstruksikan
kepada pelaksana untuk melanjutkan atau menghentikan tahapan
kegiatan/ proyek berikutnya, juga kepada pihak pengendalian untuk
melakukan tugas pengendalian atau pengawasan.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini disampaikan detail
hubungan kerja antar pihak yang terkait dalam kegiatan
1. Hubungan kerja antara pemilik kegiatan dan konsultan pengawas.
a. Ada ikatan kontrak kerja.
b. Konsultan pengawas bertugas mengawasi pelaksanaan
kegiatan dan mempertanggungjawabkan hasil pengawasannya
pada pemilik kegiatan.
c. Pemilik kegiatan memberikan imbalan jasa pada konsultan
pengawas.
2. Hubungan kerja antara pemilik kegiatan dengan kontraktor
pelaksana.
a. Ada ikatan kontrak kerja.
b. Kontraktor bertanggung jawab melaksanakan kegiatan sesuai
kontrak, dan menyerahkan hasil pekerjaannya kepada pemilik
kegiatan.
c. Pemilik kegiatan membayar biaya pelaksanaan kegiatan dan
imbalan jasa konstruksi kepada kontrak sesuai dengan kontrak.
3. Hubungan kerja antara konsultan pengawas dan kontraktor
pelaksana.
a. Ada ikatan peraturan pelaksanaan kegiatan.
b. Kontraktor melaksanakan kegiatan sesuai perencanaan.
c. Konsultan pengawas memberikan pengendalian teknis
terhadap pekerjaan kontraktor.
46
Gambar 3.17 : Koordinasi Kerja antar Unsur Kegiatan
Keterangan :
: garis instruksi
: garis koordinasi kontrol
: garis pelaporan prestasi kegiatan atau proyek
3.4 Proses Pelaksanaan Proyek
Tabel 3.5 Prosedur Pelaksanaan Proyek
No. Uraian Nama Prosedur
1. Survey Lokasi dan PengukuranProsedur Pekerjaan Survey dan
Pengukuran
2. Pekerjaan Penyiapan Gambar Kerja Prosedur Penyiapan Gambar Kerja
3. Pekerjaan Bore Pile Prosedur Bore Pile
4. Pekerjaan Galian Tanah Prosedur Galian Tanah
5. Pekerjaan Baja Tulangan Prosedur Baja Tulangan
6. Pekerjaan Beton Prosedur Beton
KONTRAKTORPELAKSANAN
PT. WASKITAKARYA
PEMILIK KEGIATAN
PT. TMJ
KONSULTANPENGAWAS
PT. Global ProfexSynergy dan ASS
47
3.5 Lingkup Proyek
Lingkup pekerjaan
Jumlah Pier : 15 lokasi (P. 58 s/d P. 75)
Jumlah Span : 14 span x 2 kiri dan kanan
Jumlah Titik Bore Pile : 221 titik ∅ 1500 mm
Kedalaman 25 m s/d 40 m dari cut of pile
Jumlah Segmen Box Girder : 272 x 2 = 544 segmen (P = 2,9 m)
3.6 Ruang Lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Gambar 3.18 : Bagan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kandungan prosedur umum pengelolaan sistem manajemen
keelamatan dan kesehatan kerja ini merupakan gambaran garis besar sistem
manajemen perusahaan, yang ditujukan untuk mengelola aspek kesehatan
dan keselamatan kerja (aspek K3) bukan ditujukan untuk mengelola area-
area kesehatan, keselamatan lain seperti program - program kesejahteraan/
kesehatan karyawan, keselamatan produk, kerusakan properti ataupun
dampak lingkungan.
48
Selama pelaksanaan proyek setiap pekerja maupun pelaksana dan
staf di lapangan harus memperhatikan keamanan dan keselamatan kerja
masing – masing maupun keselamatan seluruh tim, yaitu dengan:
- Memakai helm proyek sebagai pelindung kepala.
- Memakai sepatu boot.
- Memakai sarung tangan.
- Memakai seragam sesuai dengan bidang pekerjaan.
- Mengikuti tahap-tahap pelaksanaan dengan benar dan teliti
- Mengatasi hambatan lalu lintas dengan menerapkan sistem pengaturan
lalu lintas (Traffic Management).
Sedangkan untuk masalah kesehatan para pekerja di proyek
(kontraktor) memberikan jaminan kesehatan dan asuransi dari ASTEK dari
PT JAMSOSTEK.
3.6.1 Tujuan dan Sasaran K3Menekankan pada pencegahan atau memperkecil resiko yang
terjadi seperti: kecelakaan, insiden-insiden, kerugian dengan
melakukan kontrol melalui kesadaran akan perlunya pengawasan
terhadap usaha penyelamatan.
3.6.2 Pelaksanaan SMK3Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian
dan pemeliharaan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Adapun ketentuan pelaksanaan SMK3 :
- Pengawasan dalam pelaksanaan
- Piket SMK3 secara rutin setiap hari
- Monitoring pelaksanaan secara periodik setiap minggu
- Inspeksi oleh P2K 3 pusat/ DVO
49
- Kunjungan direksi
- Evaluasi
- Rapat rutin SMK 3 di proyek/ DVO tiap bulan
- Rapat koordinasi dengan P2K3 pusat
3.6.3 Faktor- Faktor yang Harus Diperhatikan Dalam PelaksanaanSMK3
Faktor perencanaan
1) Perencanaan dibuat bersama proyek dan pengurus P2K3 pusat,
DVO dan proyek yang berjalan.
2) Faktor manusia
3) Penyuluhan dan sosialisasi
4) Bulletin SMK3
5) Pengaturan jam istirahat
6) Makan atau minum yang teratur
7) Teguran dan sanksi
Faktor alat
1) Checklist perawatan/ teguran dan sanksi
2) Pengujian berkala
Faktor lingkungan
1) Tempat istirahat, MCK karyawan
2) Pengawasan terus menerus (piket P2K3)
3) Perbanyak rambu-rambu dan security
4) Pengawasan perketat, seperti membuat izin masuk lokasi yang
dianggap berbahaya
Faktor wewenang
1) Memperjelas tugas dan tanggung jawab bersama
Faktor biaya
1) Optimasi sarana/ fasilitas K3 yang tersedia
2) Mutlak biaya K3 perlu dianggarkan mulai dari geladi resik
Faktor hubungan kerja
1) Mengutamakan pekerja yang berpengalaman
2) Mandor sebagai mitra usaha (anak asuh)
50
3.7 Persyaratan Mutu, K3 dan Lingkungan Bagi Subkontraktor di Istaka-
Sumbersari
3.7.1 Pendahuluan3.7.1.1 Sesuai dengan Kebijakan Mutu dan Kebijakan Keselamatan,
Kesehatan & Lingkungan ISTAKA yang telah ditetapkan,
mewajibkan setiap mitra kerjanya untuk mendukung
penerapan kebijakan tersebut di seluruh proyek yang
dilaksanakan oleh ISTAKA.
3.7.1.2 Untuk memastikan terlaksananya hal tersebut, maka setiap
Subkontraktor harus memahami sepenuhnya ketentuan –
ketentuan/ persyaratan tentang Sistem Manajemen Mutu dan
K3L yang terkait dengan para subkontraktor, sebagaimana
diuraikan pada no. 2, 3, & 4 di bawah ini.
3.7.1.3 Persyaratan ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari
Kontrak Kerja (SPK) dan tidak dimaksudkan untuk
mengganti atau menghilangkan ketentuan-ketentuan yang ada
didalam dokumen kontrak lainnya.
3.7.2 Persyaratan Sistem Mutu
3.7.2.1 Presentasi Subkontraktor
Sebelum memulai pekerjaan fisik di lapangan, maka
subkontraktor wajib membuat, menyerahkan, dan
mempresentasikan Rencana Mutu (Quality Plan) kepada
Tim Proyek ISTAKA antara lain hal-hal berikut:
o struktur organisasi
o metoda kerja
o jadwal pelaksanaan pekerjaan (S-Curve)
o jadwal tenaga kerja, material dan alat
o dll, termasuk untuk menyampaikan masalah yang masih
perlu diklarifikasi.
51
3.7.2.2 Rencana Inspeksi dan Test
Diawal pelaksanaan, subkontraktor harus memberikan
masukan, atau bersama-sama Tim Proyek ISTAKA
menentukan pekerjaanpekerjaan yang memerlukan inspeksi
dan test, untuk dijabarkan dalam RENCANA INSPEKSI &
TEST pada Buku RMP ISTAKA, serta kemudian
melaksanakannya dengan konsisten. Test ini dilakukan untuk
menjamin kualitas produk agar sesuai dengan apa yang telah
ditentukan sebelumnya.
Gambar 3.19 : Pengujian Silinder Beton
Gambar 3.20 : Hummer Test pada Produksi Box Girder di Karawang
3.7.2.3 Mock-Up
Subkontraktor harus memberikan masukan, atau bersama-
sama Tim Proyek ISTAKA merencanakan pekerjaan-
52
pekerjaan yang memerlukan ‘mock-up’ serta kemudian
melaksanakannya.
3.7.2.4 Persetujuan Material
Semua material yang akan dipergunakan, terlebih dahulu
harus diajukan kepada Tim Proyek ISTAKA, untuk
selanjutnya jika telah disepakati akan diajukan kepada
Pemberi Tugas (owner) untuk mendapatkan persetujuan.
Dalam rangka persetujuan material ini, subkontraktor harus
melaksanakan atau memberikan hal-hal berikut jika diminta :
- Data-data produk, kapasitas, dan referensi
- Hasil test produk, baik yang sudah pernah dilakukan
(berdasarkan sertifikat) atau yang diminta khusus untuk
kepentingan persetujuan material ini. Formulir hasil
pengujian benda uji beton struktur yang digunakan. Baik
berupa sampel kubus dan silinder yang telah dujikan
pada laboratorium mandiri dan batching plant.
- Peninjauan terhadap pemakaian produk yang telah
dipasang.
- MSDS (Material Safety Data Sheet)
3.7.2.5 Verifikasi
Untuk material tertentu yang sebagian atau seluruh proses
pembuatannya dilakukan di workshop (misal: granit/ marmer
yang cutting sized, panel listrik, dll), maka subkontraktor
harus mengijinkan dilakukannya verifikasi oleh Tim Proyek
ISTAKA di workshop tsb. Cara verifikasi ditentukan
bersama-sama antara Tim Proyek ISTAKA dan
subkontraktor dalam bentuk Rencana Inspeksi & Test (lihat
buku RMP).
3.7.2.6 Kalibrasi Alat Ukur
Setiap alat ukur yang dipergunakan oleh subkontraktor baik
di lapangan maupun di workshop yang berhubungan
53
langsung dengan mutu produk, harus dapat dibuktikan
kalibrasinya dalam kondisi yang valid. Tim Proyek ISTAKA
dibenarkan untuk menolak penggunaan alat ukur yang tidak
dapat dibuktikan valid hasil kalibrasinya. Dalam hal ini,
kalibrasi alat dilakukan setiap 6 bulan sekali kepada alat-alat
ukur yang digunakan, khusunya peralatan surveying.
3.7.2.7 Pengendalian Shop Drawing
Semua pekerjaan yang dilakukan oleh subkontraktor harus
berdasarkan shopdrawing yang telah disahkan oleh Tim
Proyek ISTAKA. Penggunaan shop drawing di lapangan
hanya diperkenankan yang telah diberi status
“CONTROLLED” dan “ FOR CONSTRUCTION” berupa cap
asli (bukan hasil fotokopi) dari Pengendali Dokumen
ISTAKA.
3.7.2.8 Peralatan
Setiap alat berat yang dipergunakan oleh subkontraktor baik
di lapangan maupun di workshop yang berhubungan
langsung dengan mutu produk, harus dapat dibuktikan
cheklist layak pakai dalam kondisi yang valid. Tim Proyek
ISTAKA dibenarkan untuk menolak penggunaan alat berat
yang tidak dapat dibuktikan valid hasil pemeriksaan layak
pakainya. Operator pengguna alat harus memiliki SIO (Surat
Izin Operasi) dari Depnaker yang masih berlaku.
3.7.2.9 Validasi Pekerjaan
Disamping persyaratan teknis dan administratif yang
ditentukan untuk serah terima pekerjaan, maka salah satu
persyaratan untuk dapat diserah-terimakannya suatu
pekerjaan subkontraktor adalah validasi pekerjaan.
Suatu pekerjaan dapat dinyatan valid jika telah memenuhi
hal-hal berikut:
54
- Material yang dipergunakan dapat dibuktikan telah
disetujui ISTAKA dan/ atau Pelanggan (owner)
- Pekerjaan yang dilaksanakan dapat dibuktikan telah
mengikuti/ sesuai shop drawing (gambar-kerja) yang
telah disetujui ISTAKA dan/ atau Pelanggan (owner)
- Pekerjaan yang dilaksanakan dapat dibuktikan telah
sesuai mock-up (jika ada) yang telah disetujui ISTAKA
dan/ atau Pelanggan (owner)
- Pekerjaan yang dilaksanakan dapat dibuktikan telah
melalui Inspeksi & Test yang hasilnya disetujui ISTAKA
dan/ atau Pelanggan
- Untuk mutu produk dari pekerjaan tertentu yang pada
tahap prosesnya tidak dapat dilakukan test atau verifikasi
dengan pemantauan (misal: pekerjaan las, mutu hasil
cor), maka harus dapat dibuktikan bahwa mutu produk
tsb bisa diterima, dengan adanya Berita Acara atau
rekomendasi dari yang berkompeten (Konsultan, hasil
test laboratorium, Pelanggan/ owner).
3.7.3 Persyaratan K3L
3.7.3.1 Persyaratan Umum
HIRARC
Diawal pelaksanaan, subkontraktor harus memberikan
masukan, atau bersama Tim ISTAKA yang
dikoordinasikan oleh Penanggungjawab K3L membuat
identifikasi masalah K3L dalam lingkup pekerjaannya
yang dijabarkan dalam HIRARC (Hazard Identifivation,
Risk Assesment & Risk Control atau Identifikasi Bahaya,
Penilaian Resiko & Pengendaliannya) serta kemudian
melaksanakannya dengan konsisten.
Safety Meeting/ Induction
55
Staf inti subkontraktor (PM/ SM, Pengawas), dan seluruh
pekerjanya WAJIB mengikuti ‘safety meeting’ dan
Induction yang diadakan oleh ISTAKA.
Safety Patrol
PM atau SM subkontraktor WAJIB mengikuti petunjuk
‘safety patrol’ yang dilakukan oleh Tim K3L ISTAKA.
3.7.3.2 Keselamatan Kerja
Alat Pelindung Diri (APD)
Setiap subkontraktor harus menyediakan APD bagi semua
staf dan pekerjanya yang berada di lingkungan proyek
sesuai dengan tuntutan jenis pekerjaan yang dilakukannya
serta mengacu pada hasil HIRARC, minimal sebagaimana
berikut ini:
- Semua staf dan pekerja tanpa kecuali harus memakai
helm dan sepatu pada saat berada di area kerja, pada
area-area yang ditentukan, atau sesuai rambu-rambu
yang dipasang.
- Pekerja yang bekerja di ketinggian 2 (dua) meter atau
lebih, harus menggunakan ‘sabuk pengaman’ (safety
belt).
- Pekerja las (welder) harus menggunakan ‘pelindung
mata atau pelindung muka (face shield/ welding
helmet)’ dan ‘sarung tangan’ saat melakukan
pengelasan.
- Pekerja yang bertugas pada pekerjaan: pabrikasi besi,
pabrikasi ducting, pabrikasi pipa, harus menggunakan
‘sarung tangan’.
Alat Pengaman Kerja (APK)
Setiap subkontraktor harus menyediakan APK sesuai
dengan tuntutan jenis pekerjaan yang dilakukan serta
56
mengacu pada hasil HIRARC, minimal sebagaimana
berikut ini:
- Alat Pemadam Api Ringan (APAR / Extinguisher)
dengan kapasitas yang memadai harus disediakan di
tempat pekerjaan las dilakukan, di tempat penyimpanan
bahan yang mudah terbakar (misal: cat, bahan bakar
minyak, tabung oksigen, dsb), ruang generator, dan
kantor proyek.
3.7.3.3 Kesehatan Kerja
Kotak Obat P3K
Setiap subkontraktor harus menyediakan ‘kotak obat
standar untuk P3K’ di masing-masing kantornya di
proyek.
3.7.3.4 Lingkungan Kerja
Kebersihan Jalan Umum
Setiap subkontraktor harus memastikan agar setiap
kendaraannya yang keluar dari proyek tidak mengotori
jalan umum, antara lain dengan cara membersihkan ban
kendaraan dari lumpur atau tanah terlebih dahulu.
Kantor Proyek
Pembuatan kantor proyek harus dikoordinasikan dengan
ISTAKA di proyek, untuk memperoleh lokasi, bentuk, dan
warnanya yang benar.
Tanda/ Kartu Pengenal
Setiap staf dan pekerja subkontraktor wajib memakai
’Tanda/ Kartu Pengenal’, yang pembuatannya akan
dikoordinir oleh ISTAKA di proyek.
Kebersihan Proyek
- Sampah yang berada didalam gedung/ bangunan proyek
harus ditempatkan di penampungan sampah sementara
57
diluar gedung/ bangunan proyek paling lambat dalam
waktu 1x24 jam.
- Sampah yang terkumpul di luar gedung atau yang
berada di penampungan sementara, harus dikeluarkan
darip royek selambat-lambatnya dalam waktu 2x24
jam.
- Dalam penanganan sampah ini termasuk sampah dari
pekerjaan subkontraktor, akan dikoordinir oleh
ISTAKA.
- Semua material bekas bongkaran yang tidak
dipergunakan lagi, harus dikeluarkan dari proyek
selambat-lambatnya dalam waktu 2x24 jam.
Kerapian Proyek.
- Tumpukan material (besi, pipa, bata, dll) harus
ditempatkan berkelompok, diberi tanda (identifikasi),
dan disusun rapi, sejajar atau tegak lurus gedung.
- Pemakaian peralatan atau penempatan peralatan (misal
scaffolding, genset, dll) harus rapi, sejajar atau tegak
lurus gedung.
- Peralatan yang tidak dipergunakan lagi harus
dikeluarkan dari proyek selambat-lambatnya dalam
waktu 2x24 jam.
3.7.4 Pemeriksaan Inspeksi/ AuditUntuk memperoleh kepastian terlaksananya hal-hal
sebagaimana telah dijelaskan pada no. 2 & 3 di atas, maka Tim
ISTAKA (Tim Proyek dan/ Tim DVO/ Kantor Pusat) akan melakukan
pemeriksaan berkala atau juga dalam bentuk Inspeksi/ Audit.
Dalam hal ini, maka subkontraktor diminta kerjasamanya dan
harus memberikan akses yang diperlukan dalam batas-batas
perjanjian kerja yang telah disepakati.
58
3.7.5 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja K3L
3.7.5.1 Untuk memperoleh Kinerja K3L sebagaimana telah dijelaskan
pada no. 2 & 3 di atas, maka Tim ISTAKA (Tim Proyek dan/
Tim DVO/ Kantor Pusat) akan melakukan pemantauan dan
pengkuran Kinerja K3L secara berkala. Dalam hal ini, maka
subkontraktor diminta kerjasamanya dan harus memberikan
akses yang diperlukan.
59
BAB IV
KEGIATAN YANG DIAMATI
4.1 Pekerjaan Yang Diamati
4.1.1 UmumProyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol Kampung
Melayu – Tanah Abang ini sudah mencapai sekitar 80% saat kami
melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini. Di dalam proyek ini
terdapat dua bagian pekerjaan yaitu Typical Span dan Special Span.
Selama 8 minggu Praktik Kerja Lapangan kami memperhatikan
pencapaian pekerjaan pada bagian Typical Span. Bila dilihat dari
jadwal, proyek ini mengalami keterlambatan. Karena seharusnya
proyek ini sudah selesai pada akhir tahun 2012, tetapi pada
kenyataannya hingga pertengahan bulan Maret 2013 proyek ini belum
juga selesai. Lalu perpanjangan kontrak kerja antara kontraktor dan
owner belum terselesaikan karena pihak kontraktor harus
menyelesaikan dahulu laporan kegiatan selama tahun 2012. Oleh
karena itu, kami membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam
laporan ini. Dalam hal ini kami memaparkan pekerjaan yang diamati
selama PKL yaitu pekerjaan pada bagian Typical Span.
Pekerjaan yang berlangsung pada Typical Span saat kami
melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan ialah struktur atasnya.
Dimana menggunakan Box Girder Pracetak Segmental sebagai
struktur utamanya. Dengan menggunakan Box Girder Pracetak ini
tentu diperlukan erection (pengangkatan atau pemasangan) setiap
segmennya hingga menjadi kesatuan (bentang) yang utuh. Setelah itu
di-stressing hingga pada pekerjaan closure-nya.
60
4.1.2 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang kami amati :
o Pekerjaan Erection Box Girder
o Pekerjaan Stressing Box Girder
o Pekerjaan Closure
4.2 Pekerjaan Pada Typical Span Box Girder
4.2.1 Pekerjaan Erection Box Girder
Metode konstruksi Balanced Cantilever ialah metode
pembangunan jebatan dimana dengan memanfaatkan efek kantilever
seimbangnya maka struktur dapat berdiri sendiri, mendukung berat
sendirinya tanpa bantuan maupun sokongan lain (perancah/
falsework). Metode ini dilakukan dari atas struktur hingga tidak
diperlukan sokongan di bawahnya yang mungkin dapat mengganggu
aktivitas di bawah jembatan. Metode balanced cantilever dapat
dilakukan secara cor setempat (cast insitu) atau secara segmen
pracetak (precast segmental). Metode balanced cantilever yang
diterapkan pada Typical Span yaitu secara pracetak segmental.
Balanced cantilever berarti pemasangan segmen pracetak
(erection) dilakukan dengan konstruksi kantilever seimbang walaupun
sebenarnya saat konstruksi, kondisi kantilever seimbang murni tidak
selalu dapat tercapai, maka dalam disain struktur selalu dipersiapkan
kondisi tidak seimbang satu segmen pracetak.
Ada dua jenis segmen yaitu pier segment dan field segment.
Pier segment adalah segmen pracetak yang berada tepat di atas pier
(pilar) atau daerah tumpuan, field segment adalah segmen pracetak
yang berada di daerah lapangan.
61
Gambar 4.21 : Pier Segment dan Field Segment
Sumber Daya Manusia
1. Pekerja : 8 Orang
2. Pengawas : 1 Orang
3. Pelaksana : 1 Orang
Peralatan
- Launcher support
- Gantry crane dan Lifting frame
- Crane (service crane)
- Peralatan stressing
Metode Pelaksanaan Pekerjaan
1. Fabrikasi Box Girder
Fabrikasi box girder dalam bentuk segmental dilakukan
pada casting yard. Bentuk, dimensi, pembesian dan mutu beton
yang digunakan sesuai dengan spesifikasi teknik dan gambar
rencana.
Selama fabrikasi, diawasi oleh tenaga ahli dan konsultan
pengawas Segmental Box Girder yang telah jadi dan siap untuk
dipasang, maka harus mendapat persetujuan dari Direksi
pekerjaan sebelum dikirim ke lokasi.
2. Koordinasi Dengan Instansi Terkait
3. Pengamanan Lalu Lintas
62
Dalam bentuk pengalihan arus lalu lintas, memasang barrier dan
rambu-rambu.
4. Pelaksanaan Pekerjaan
- Pemasangan gantry crane untuk pengangkatan box girder awal
dengan bantuan temporary support (gantry crane berdiri di
atasnya). Konstruksi tenporary support ini terbuat dari
konstruksi baja yang didesain dapat menopang berat dari
gantry crane itu sendiri dan beban box girder yang ada
diangkat (berat segmen box girder maksimal).
- Box girder diangkat dengan gantry crane dan ditempatkan pada
trailler dan diantar ke lokasi pekerjaan, sampai masuk
jangkauan lifting frame.
- Pelaksanaan akan dimulai setelah mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas dan Owner.
- Erection segmental Box Girder.
Tahap 1: Box girder segmental diangkut dengan trailler dikirim
ke lokasi pekerjaan, setelah sampai lokasi segmental
box girder diarahkan ke posisi tepat berada di bawah
lifting frame untuk siap diangkat.
Gambar 4.22 : Saat Box Girder Datang dengan Trailler
63
Tahap 2: Segmental box girder diputar sesuai dengan posisi
yang telah direncanakan, setelah itu segmen tersebut
dipindah erection-nya ke lifting frame yang utama.
Gambar 4.23 : Box Girder Dipasangkan Lifting Frame
Tahap 3: Erection segmental box girder secara span by span.
Atur posisi box girder yang sudah diangkat agar
memungkinkan pengangkatan dan diputarnya
segmental box girder yang lain.
Gambar 4.24 : Pemasangan Field Segment
Tahap 4: Setelah itu luruskan posisi box girder sesuai dengan
gambar kerja, pasang temporary post tension,
lakukan stressing temporary post tension ke
segmental joint field.
64
Gambar 4.25 : Pekerjaan Temporary Stressing
Tahap 5: Pasang permanen post tension, stressing permanen
post tension, lepas segmental box girder dari lifting
utama, kemudian gantry siap untuk erection
segmental box girder selanjutnya. Erection
segmental box girder telah lengkap.
5. Erection unit segmental dengan urutan segmental box girder
digantung sesuai dengan urutan.
6. Pada saat posisi segmen sudah sesuai posisi dan elevasi, lalu
dilakukan pemberian epoksi pada sisi yang akan disatukan dengan
box girder sebelumnya.
65
Gambar 4.26 : Proses Penyatuan antar Box Girder yang Lama dengan yang Baru
(di-erection)
7. Untuk justment terakhir, dengan membuat closure dicor untuk
menghubungkan dua span. Perbedaan elevasi antara dua span bisa
dihilangkan dengan metode stiching beam untuk menyamakan
kedua elevasi.
8. Metode ini dilakukan dengan cara menekan dari sisi salah satu
atau bagian sisi segmental sisi pracetak ini, agar berada pada
posisi yang diinginkan. Jika perbedaan cukup signifikan, maka
disiasati dengan penambahan lantai jembatan dengan cor
ditempat.
9. Finishing dan curing, dilanjutkan dengan pekerjaan selanjutnya.
4.2.2 Pekerjaan Stressing Box Girder
Pekerjaan stressing dikerjakan oleh subkontraktor yaitu
PT.VSL Indonesia dan diikuti beberapa dari pihak meankontraktor,
konsultan pelaksana, dan selama pekerjaan stressing hasilnya
dilaporkan dalam formulir jacking force.
Pekerjaan Full Stressing pada box girder dilakukan setiap
naiknya satu segmen di kanan maupun kiri bentang balanced
kantiliver. Setelah segmen di-erection dan selesai di temporary
66
stressing, selanjutnya baru dilakukan full stressing. Full stressing
dilakukan di sisi kanan maupun kiri balanced cantilever (segmen
terakhir yang baru saja di-erection) bertujuan untuk mengikat segmen
yang baru di-erection agar menjadi satu kesatuan dengan rangkaian
segmen-segmen sebelumnya dari mulai pier segment hingga field
segment sebelumnya. Kabel strand yang ditarik saat full stressing ini
terbentang dari ujung segment balanced cantilever di sisi kanan
maupun kiri. Jadi begitu dilakukan full stressing maka pengaruh
mengikatnya terjadi dari bentangan segmen di kanan maupun kiri
yang sudah terpasang sepanjang satu pilar.
Gambar 4.27 : Struktur Metode Balanced Cantilever
Gambar 4.28 : Potongan Box Girder Lengkap Dengan Lubang Strand-nya
67
Gambar 4.29 :Detail Anchor Type Gc6-12
Data Peralatan
Nama alat :Hidraulik Jack/ Indikator Pressure Gauge
Tipe : ZPE-460
Merk : Wika/ Germany
Kapasitas : 460tf/ 0-80 MPa
Gambar 4.30 :Peralatan Stressing
Sumber Daya Manusia
1. Pekerja : 10 Orang (5 orang untuk masing-masing sisi)
2. Pengawas : 1 Orang
3. Pelaksana : 1 Orang
Metode Pelaksanaan Pekerjaan
1. Tahapan Persiapan;
- Perkuatan stressing bed.
- Persiapan pemotongan strand menggunakan disc cutter.
- Persiapan pemasangan platform.
68
Gambar 4.31 : Platform yang Telah Terpasang
2. Tahapan Pelaksanaan;
- Penusukan cable strand ke dalam cable duct.
- Pemasangan jack gun/ prestressing jack untuk proses
penarikan.
Gambar 4.32 :Pekerja yang Sedang Melakukan Persiapan Stressing
- Stressing dilakukan dengan urutan penarikan sesuai dengan
jacking force yang telah disetujui.
- Untuk mengontrol tegangan dan perpanjangan kabel (cable
elongation), stressing dilakukan dengan tahap tekanan tiap
1000 psi hingga mencapai tekanan stressing yang direncanakan
dan pembacaan elongation akan dicatat dan dibandingkan
dengan elongation teoritis yang telah dihitung untuk
mengetahui mutu strand yang digunakan.
69
Gambar 4.33 :Pengukuran Cable Elongation (Perpanjangan Kabel) Setelah
Stressing
Gambar 4.34 :Saat Stressing Selesai Dilakukan
3. Tahap Akhir;
- Pekerjaan grouting. Pekerjaan ini dapat dilakukan setelah
pekerjaan stressing record disetujui oleh pihak terkait.
- Pemotongan kabel baja prategang yang berada pada angkur
minimum 2 cm dari tepi terluar baji.
Gambar 4.35 :Proses Pemotongan Strand Tendon
70
- Anchorage head dispatching/ ditutup dengan mortar semen
untuk mencegah keluarnya bahan grouting dari sela-sela strand
atau baji, lalu dibiarkan selama 24 jam sebelum di-grouting.
- Pembersihan tendon yang berisi strand dengan menggunakan
air bersih yang disemprotkan ke dalamnya, lalu air akan
dikeluarkan dengan menggunakan air compressor, hingga
duct-nya kering dan bebas dari minyak.
- Mempersipakan campuran cement grout sesuai dengan
komposisi campuran rencana yang disetujui sebagai berikut;
Masukkan air kedalam mixer elektrik, kemudian masukkan
semen perlahan-lahan setelah merata baru ditambahkan
bahan grouting.
Lama pencampuran cement grout kurang lebih 2 menit
sampai cream atau pasta.
Cement grout diinjeksikan ke dalam duct.
Cement grout diinjeksikan kedalam duct dengan tekanan
sekitar 0,25 M/m2, dari satu sisi sampai penuh yang
ditandakan dengan keluarnya adukan cement grout dari
grout outlet ujung lainnya. Kemudian tutup lubang grouting
dan pekerjaan stressing selesai.
71
Gambar 4.36 :Form Stressing Dua Arah Bergantian
4.2.3 Pekerjaan Closure Box Girder
Pekerjaan closure merupakan suatu penutup atau sambungan
akhir yang berada di tengah bentang pada box girder. pekerjaan
pengecoran penutup atau penyambung untuk menghubungkan
kantilever-kantilever box girder yang berdiri sendiri. Pekerjaan
closure terdiri dari; pekerjaaan pembesian, pemasangan bekisting dan
pengecoran.
Pekerjaan Pembesian
1. Persiapan
- Memeriksa perlengkapan alat-alat yang akan digunakan.
- Menyediakan tenaga bantu yang dibutuhkan.
2. Inspeksi Pelaksanaan
- Besi lurus, bebas karat denan kondisi sesuai spek teknis.
- Pemotongan, pembengkokan dilakukan pada saat kondisi
dingin.
- Perakitan (vol, bentuk dan diameter) pada lokasi pekerjaan
sesuai gambar kerja dan spesifikasi teknis.
3. Metode Pelaksanaan
Pekerjaan pembesian pada closure adalah meluruskan
kembali tulangan-tulangan yang sengaja dicoak dan dikeluarkan
72
tulangangannya. pekerjaan pencoakan sudah dilakukan di precaster.
Ataupun ada box girder yang permukaannya di bor untuk
penambahan tulangan dan yang akan disambung dengan tulangan
box girder selanjutnya, untuk menentukan titik pengeboran harus
mengacu pada shop drawing yang telah ditetapkan / disetujui.
Setelah dilakukan pengeboran maka selanjutnya memasukan
tulangan kedalam lubang dengan menambah lem Hilti yang
berfungsi untuk merekatkan antara tulangan dan beton. Namun
sebelum memasukan tulangan, lubang yang telah di bor
dibersihkan dengan menggunakan mini compressor, agar lubang
bersih dari sisa atau kotoran akibat pengeboran.
73
Gambar 4.37 : Bagan Alir Pekerjaan Pembesian
Transportasi dari supplierke lokasi pekerjaan
Penyimpanan &perawatan material di
gudang
Pemeriksaan materialTes Tarik
Hasil test diketahui QC &SE
Penimbangan
Pemotongan &Pembengkokan
Pemasangan di Lapangan
Pemeriksaan : jumlah,diameter, lokasi
Hasil
Siap dicor
Cari materialbaru
Daftar pembengkokantulangan
tidak
baik
74
Gambar 4.38 :Proses Pelaksanaan Pembesian Closure
Pekerjaan Bekisting
Bekisting closure dirangkai dibawah oleh pekerja dan diangkatmenggunakan crane. Selanjutnya pekerja memasang bekisting dantie rod dari dalam dan luar box.
Gambar 4.39 : Closure yang Sudah Dipasang Bekisting
75
Pekerjaan Pengecoran
1. Persiapan
- Memeriksa perlengkapan alat-alat yang akan digunakan.
- Menyediakan tenaga bantu yang dibutuhkan.
- Membuat request/ Ijin Kerja serta dilampirkan metode kerja dan
shop drawing.
- Membuat pengamanan kerja untuk mencegah kecelakaan/
bahaya lingkungan/ lalu lintas, dsb.
2. Inspeksi Pelaksanaan
- Pengecekan dolak untuk campuran proporsi bahan beton sudah
sesuai dengan dimensi job mix.
- Pengecekan dabrikasi dan instalasi bekisting apakah sudah
sesuai dengan acuan kebutuhan yang digunakan.
- Pengecekan campuran proporsi beton:
Apakah sudah sesuai dengan proporsi campuran job mix
yang telah disetujui.
Apakah pencampuran sudah dilengkapi dengan tanki air
yang memadai dan alat ukur yang akurat unruk mengukur
dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
- Pengecekan pengecoran
Sebelum pengecoran dimulai, apakah seluruh acuan,
tulangan dan benda lain yang sudah dipasang dan diikat
sudah cukup kuat agar tidak bergeser pada saat pengecoran.
Apakah acuan harus dilanjutkan apabila pengecoran tanpa
berhenti.
Apakah pengecoran dalam cetakan mempunyai ketinggian
lebih dai 150 cm,
Apakah bidang-bidang beton lama yang akan disambung
dengan beton yang akan dicor sudah dikasarkan,
dibersihkan dari bahan yang lepas dan rapuh.
76
Apakah saat pengecoran pemadatan sudah menggunakan
vibrator.
Gambar 4.40 : Closure Saat Dipasang Bekisting
Gambar 4.41 : Closure Saat Sudah Jadi
Closureyang sudah
jadi
77
Gambar 4.42 :Diagram Alir Pekerjaan Inspeksi Beton
MULAI
Job mix & trial mix betondgn mutu sesuai yang
disyaratkan
Fabrikasi & instalasibekisting
Campuran proporsi bahanbeton sesuai dgn job mix
Pengecoran
Curing/ perawatan beton
SELESAI
I 1
I 2
I 3
I 4
Persiapan
- Alat-alat- Tenaga- Request- Shop
drawing
tidak
tidak
tidak
tidak
ya
ya
ya
ya