gambaranumumkondisimakro ekonomikab....
TRANSCRIPT
GAMBARAN UMUM KONDISI MAKRO EKONOMI KAB. SUMEDANG
(BERDASARKAN KOMPILASI DATA BPS)
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Kabupaten Sumedang
2019
STRUKTUR PEREKONOMIAN
Sumber: PDRB brd Lapangan Usaha; BPS Kab. Sumedang, 2018 ; BPS Prov. Jabar, 2018
Kontribusi Tinggi
Sumedang
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
(20,33%)
Industri Pengolahan
(18,36%)
Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
(15,90%)
AGRARIS
Jawa Barat
Industri Pengolahan
(42,29%)
Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
(15,10%)
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
(8,60%)
INDUSTRI
Sumedang
Pengadaan Listrik dan Gas (10,92%)
Informasi dan Komunikasi (10,12%)
Real Estate
(9,73%)
Jawa Barat
Informasi dan Komunikasi (11,85%)
Jasa Lainnya
(9,78%)
Real Estate
(9,31%)
Pertumbuhan Tinggi
Secara spasial, total
PDRB Jawa Barat (2016)
separuhnya disumbang
hanya oleh empat
kabupaten/kota yakni
Kabupaten Bogor,
Kabupaten Bekasi,
Kabupaten Karawang
dan Kota Bandung -
Tiga kabupaten
penyumbang terbesar
adalah daerah yang
memiliki kawasan
industri di wilayah Jawa
Barat bagian Utara, dan
satu kota yang
merupakan pusat
pemerintahan,
perdagangan dan jasa
di Jawa Barat.
KLASIFIKASI KECAMATAN BERDASARKAN PDRB/KAPITA DAN LPE TAHUN 2016
KwadranI : LPE dan PDRB per kapita > SumedangII : LPE < Sumedang; PDRB per kapita > SumedangIII : LPE dan PDRB per kapita < SumedangIV : LPE>Sumedang; PDRB per kapita < Sumedang
Jatinangor
13%
Sumedang
Utara
12%
Sumedang
Selatan
10%
Cimanggung
9%Tanjungsari
6%Cimalaka
5%
Lainnya
45%
KONTRIBUSI PDRB KECAMATANTERHADAP PDRB KABUPATEN
Struktur perekonomian berdasarkan kontribusiterhadap PDRB :1. Sektor Industri pengolahan (Jatinangor,
Cimanggung, & Tanjungsari)2. Sektor Perdagangan (Sumedang Utara,
Sumedang Selatan, & Cimalaka)3. Sisanya (20 Kecamatan) merupakan wilayah
berbasis Pertanian
Kwadran III Kwadran IV
Kwadran IKwadran II
PDRB Berdasarkan Komponen Pengeluaran
Dari sisi distribusi komponen pengeluaran pada PDRB, baik
di Kab. Sumedang maupun Provinsi Jawa Barat, relatif tidak
banyak mengalami perubahan, dimana pengeluaran rumah
tangga masih mendominasi PDRB, diikuti oleh
Pembentukan Modal Tetap Bruto. Hanya saja, net ekspor
Sumedang selalu defisit yang menunjukkan bahwa sebagian
kebutuhan konsumsi di Sumedang masih tergantung pada
wilayah lain.
LPE Kab. Sumedang menunjukkan tren positif. Jika dibandingkan dengan kabupaten tetangga, hanya tertinggal dari
Kab. Majalengka, namun sudah lebih baik dibandingkan kabupaten lainnya, bahkan melebihi capaian Provinsi Jawa
Barat yang mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya
Capaian LPE Jabar 2017
(5,29%)
Tertinggi :
Kota. Bandung
(7,21%)
5Sumedang
(6,23)
Terendah :
Kab. Indramayu(1,45)
PROYEKSI LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI
SATUANKONDISI AWAL PROYEKSI
ASUMSI2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Persen 6,23
6,34 6,45 6,57 6,66 6,74 6,88 Optimis
6,20 6,31 6,34 6,30 6,41 6,49 BaU
6,48 6,74 7,01 7,29 7,58 7,88 Prov. Jabar
Asumsi :
Tujuan 1 pada Misi 3 tercapai
Terwujudnya percepatan
pengembangan wilayah ekonomi
agribisnis, industri dan pariwisataAsumsi:
Business-as-usual
Proyeksi Prov. Jabar,
IPM Kab. Sumedang pada tahun 2017 sudah mencapai kategori Tinggi (>70), sementara kabupaten tetangga sebagian besar masih
berada pada kategori sedang, kecuali Kab. Bandung yang sudah lebih tinggi dari capaian Kab. Sumedang & Prov. Jabar. IPM yang
lebih tinggi menjadi modal yang baik untuk meningkatkan daya saing daerah, khususnya dengan wilayah sekitar.
Capaian IPM 2017
(70,69)
Tertinggi :
Kota. Bandung
(80,31)
12 Sumedang
(70,07)
Terendah :
Kab. Cianjur(63,70)
KOMPONEN IPM KAB. SUMEDANG TAHUN 2010 - 2017
• Indeks Pendidikan berada pada nilai terendah dibandingkan
indeks Kesehatan dan Indeks Pengeluaran.
• Diperlukan upaya memperbaiki pelayanan pendidikan (akses,
mutu, & manajemen) sebagai prioritas pembangunan SDM.
PROYEKSI KOMPONEN IPM
INDIKATOR SATUANKONDISI AWAL PROYEKSI
ASUMSI2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Usia Harapan Hidup tahun 72,0072,07 72,16 72,18 72,21 72,20 72,22 Optimis
72,03 72,05 72,08 72,10 72,13 72,15 BaU
Rata-rata Lama Sekolah tahun 7,988,12 8,34 8,52 8,59 8,62 8,73 Optimis
8,05 8,13 8,20 8,27 8,33 8,40 BaU
Harapan Lama Sekolah tahun 12,9313,08 13,17 13,25 13,37 13,47 13,57 Optimis
12,96 12,98 13,01 13,03 13,06 13,08 BaU
Pengeluaran per Kapita Juta Rupiah 9,579,84 9,95 10,07 10,28 10,40 10,62 Optimis
9,70 9,76 9,88 10,01 10,13 10,25 BaU
PROYEKSI IPMSATUAN
KONDISI AWAL PROYEKSIASUMSI
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Poin 70,07
70,53 71,24 71,68 72,11 72,36 72,82 Optimis
70,13 70,53 70,79 71,04 71,29 71,53 BaU
70,48 70,88 71,3 71,71 72,12 72,54 Prov. Jabar
Asumsi:
Tujuan & sasaran tercapai
Asumsi:
Business-as-usual
Tujuan 1 pada Misi 1
Meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat
Tujuan 2 pada Misi 1
Terwujudnya pelayanan sistem pendidikan
yang Berkualitas dan Merata
Tujuan 1 pada Misi 5
Terwujudnya perekonomian Sumedang
yang kreatif dan berdaya saing
Proyeksi Prov. Jabar
Tingkat pengangguran terbuka di Kab. Sumedang belum selaras dengan capaian IPM yang sudah lebih baik dari kabupaten
tetangga lainnya, selain Kab. Bandung, sehingga masih diperlukan penciptaan lapangan kerja yang lebih luas.
Tingkat PengangguranTerbuka Jabar2017 (8,22%)
Terendah :
Kab. Pangandaran
(3,34%)
9Sumedang
(7,15%)
Tertinggi :
Kab. Bekasi (10,97%)
PROYEKSI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA
Asumsi :
Tujuan 2 pada Misi 5 tercapai
Terwujudnya masyarakat
Kabupaten Sumedang yang
produktif
&
Program Unggulan
GARUDA
(Gerakan Wirausaha Muda)
Asumsi:
Business-as-usual
& Proyeksi Prov. Jabar
SATUANKONDISI AWAL PROYEKSI
ASUMSI2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Persen 7,157,04 6,45 6,35 6,25 5,76 5,68 Optimis
7,05 6,87 6,73 6,59 6,46 6,33 BaU
Tingkat kemiskinan di Kab. Sumedang sudah berada pada 1 digit, namun masih tertinggal dari beberapa kabupaten tetangga, khususnya Kab.
Bandung yang mampu mencapai 6,65% dan Prov. Jabar yang sudah berada pada 7,45%. Tren kemiskinan menunjukkan pola yang seragam, tinggi
pada tahun 2013 dan 2015 kemudian menurun di tahun berikutnya.
Tingkat KemiskinanJabar 2018
(7,45%)
Terendah :
Kota Depok (2,14%)
19Sumedang
(9,76%)
Tertinggi :
Kota Tasik(12,71%)
KEDALAMAN & KEPARAHAN KEMISKINAN
• Berdasarkan jumlah orang miskin, Kab. Sumedang paling rendah jika
dibandingkan dengan kabupaten tetangga.
• Namun, dilihat dari kedalaman dan keparahannya, beberapa
kabupaten lebih baik, khususnya Kab. Bandung dan Kab. Tasikmalaya,
bahkan Prov. Jabar masih lebih baik dari Kab. Sumedang.
• Tantangan kemiskinan selian menurunkan jumlahnya, juga
memperhitungkan agar rata-rata pengeluaran penduduk miskin
cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan
pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
PROYEKSI TINGKAT KEMISKINAN
Asumsi :
Tujuan 3 pada Misi 1 tercapai
Terwujudnya
penanggulangulangan PMKS
&
Program Unggulan
Rumah Besar Fakir Miskin
Asumsi:
Business-as-usual
SATUANKONDISI AWAL PROYEKSI
ASUMSI2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Persen 10,539,76
9,34 8,95 8,58 8,22 7,88 Optimis
9,66 9,53 9,12 8,73 8,37 BaU
9,17 8,58 7,99 7,40 6,80 Progresif
10,32 10,11 9,91 9,71 9,52 9,33 Prov. Jabar
Proyeksi Prov. Jabar
Target Progresif mengikuti target Prov. Jabar
Ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat di Kab. Sumedang dan beberapa kabupaten tetangga menunjukkan
tren meningkat, khususnya setelah tahun 2014. Capaian gini ratio Kab. Sumedang bahkan sudah mendekati Prov.
Jabar yang justru berhasil menurunkan gini ratio. Hal ini mengindikasikan pembangunan ekonomi di Kab.
Sumedang masih belum inklusif karena di sisi lain pertumbuhan ekonominya terus meningkat.
Gini Ratio Jabar 2017
(0,390)
Terendah :
Kab. Indramayu(0,291)
19Sumedang
(0,387)
Tertinggi :
Kota Bandung (0,428)
PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN 2017 & 2018
Peningkatan Gini Ratio dapat terjadi karena adanya penambahan proporsi konsumsi perkapita pada desil paling atas. Sementara, kelompok menengah dan terbawah mengalami
penurunan.
Gini Ratio 2017Perkotaan : 0,429Perdesaan : 0,338Kota + Desa : 0,387
Gini Ratio 2018Perkotaan : 0,466Perdesaan : 0,351Kota + Desa: 0,420
UKURAN KETIMPANGAN BERDASARKANKRITERIA BANK DUNIA
• Ketimpangan di perkotaan berada pada kategori
sedang, dan di perdesaan berada pada kategorirendah. Sementara di perdesaan dan perkotaan
terjadi pergeseran dari ketimpangan rendah kesedang.
• Secara umum, ketimpangan di Kab. Sumedangterjadi peningkatan, baik di perdesaan maupun
perkotaan, dari tahun 2017 ke 2018.
DIREKTORAT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL, BAPPENAS, 2018
DIREKTORAT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL, BAPPENAS, 2018
PROYEKSI GINI RATIO
Asumsi:
Business-as-usual
SATUANKONDISI AWAL PROYEKSI
ASUMSI2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Poin 0,390,42
0,40 0,39 0,38 0,37 0,36 Optimis
0,41 0,41 0,40 0,40 0,39 BaU
0,38 0,38 0,37 0,37 0,36 0,36 Prov. Jabar
Asumsi=Proyeksi Prov. Jabar
Misi 1 & 5 RPJMD tercapai
Misi 1
Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
secara mudah dan terjangkau (kesehatan,
pendidikan, PMKS)
Misi 5
Mengembangkan sarana prasarana dan
sistem perekonomian yang mendukung
kreativitas dan inovasi masyarakat Kabupaten
Sumedang (pengeluaran per kapita, dan
pengangguran terbuka)
PERENCANAAN SEKTORAL SEBAGAI PENDORONG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
• Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
• Industri Pengolahan
• Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Terdapat 3 Sektor Utama Penggerak Perekonomian
Kab. Sumedang
(BPS, PDRB 2010 – 2017)
• Uji regresi: Dari 3 sektor utama, hanya sektor pertanian dan sektorperdagangan yang signifikan menurunkan tingkat kemiskinan
• Location Quotient: Pertanian merupakan sektor basis
• Model Ratio Pertumbuhan: Sektor pertanian, potensial untukdikembangkan
Analisis Makro EkonomiSumedang
(Bappeda, 2017)
• Rumah tangga miskin terbanyak ada di sektor pertanian, khususnya tanaman pangan padi & palawija, tersebar di 26 kecamatan, terutama di kecamatan Jatinunggal
Kemiskinan (BDT 2015)
• Luas lahan yang dikelola petani masih relatif sempit (77% (2013) dan 76%(2018) petani hanya mengelola lahan kurang dari 0,5 hektar sehingga tidak mencapai skala ekonomis.
• Rumah tangga pengolah hasil hanya 8%, sementara 92% masihmenjual mentah sehingga nilai tambah yang diperoleh kecil.
Sensus Pertanian (BPS, 2013)
Sutas Pertanian (2018)
• Pangsa terbesar tenaga kerja merupakan lulusan sekolah dasar.
• Pangsa terbesar penganggur justru didominasi oleh lulusan SMK
Ketenagakerjaan
(BPS, 2018 dan BI, 2018)
Menjaga stabilitaspertumbuhan sektor
unggulan
Pengembangansektor pertaniansebagai sektor
strategis
Rumah tanggapertanian menjadi
sasaran utamapengentasankemiskinan
Peningkatankapasitas
pengolahan hasilpertanian pada
rumah tangga petani
Penciptaan lapangankerja lebih inklusifsesuai kebutuhan
pasar tenaga kerja
Sumber Data Kondisi Faktual Rekomendasi
TANTANGAN PEMBANGUNAN
Tren pertumbuhan ekonomi & IPM terus meningkat, dan tren tingkatkemiskinan dan pengangguran berangsur menurun. Namun, ketimpangan memiliki tren meningkat dan mencapai tingkat yang lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Perlu mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif agar ketimpangan bisa diturunkan. Ini dapat terjadi jika aktivitas yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi adalah sektor-sektoryang menguntungkan kelompok menengah bawah, misalnyasektor pertanian, atau manufaktur yang padat karya (Keadilanuntuk Pertumbuhan – Arief Anshory Yusuf, 2018)
Prioritas pembangunan sektoral jika ingin pertumbuhan tingginamun dapat menurunkan ketimpangan perlu diarahkan pada sektor pertanian yang disinergikan dengan sektorpendukungnya, sejalan dengan misi ke dua dalam RPJPD 2005-2025; “Mewujudkan Kabupaten Agribisnis yang didukung industridan pariwisata”.
HATUR NUHUN