geomorfologi indonesia
TRANSCRIPT
Laporan
“GEOMORFOLOGI INDONESIA” (Bukti Terangkatnya Daratan Gorontalo)
Oleh
Nama : Yasrin Karim
NIM : 451 409 057
Kelas : Geografi B
Angkatan : 2009
PROGRAM STUDI S1 PEND. GEOGRAFI
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Bukti Terangkatnya Daratan
Gorontalo.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini,
banyak menemui kendala, namun berkat kerjasama, kemauan keras dan kesabaran
serta bantuan dari berbagai pihak terutama Dosen Pembimbing matakuliah
Geomorfologi Indonesia, kendala tersebut dapat teratasi.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang
memberikan tugas yang sangat bermanfaat dengan adanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Olehnya itu kritik dan saran yang sifatnya membangun penyusun
harapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya.
Wallaikumsalam. Wr. wb,
Gorontalo, Januari 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Permasalahan ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan.................................................................................................... .2
1.4 Manfaat. ................................................................................................ .2
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 3
2.1 Teori Pembentukan Bumi .................................................................... .3
2.2 Sejarah Perkembangan Muka Bumi. ................................................... 5
2.3 Proses Terbentuknya Daratan. ........................................................... 10
2.4 Kondisi Hidrogeologi Daerah Gorontalo, ........................................... 11
2.5 Struktur Geologi Dan Kegiatan Tektonik. ......................................... 15
2.6 Geologi Daerah Cekungan Limboto. .................................................. 15
BAB III METODE PENGUKURAN. ............................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. .......................................................... 18
4.1. Hasil. .................................................................................................... 18
4.2. Pembahasan. ........................................................................................ 20
BAB VPENUTUP. .......................................................................................... 21
5.1. Kesimpulan. ....................................................................................... 21
5.2. Saran. .................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22
LAMPIRAN. .................................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai bentang alam
(landscape), meliputi sifat dan karakteristik dari bentuk morfologi, klasifikasi
dan pembedaanya serta proses yang bertanggung jawab terhadap pembentukan
morfologi tersebut.
Secara garis besar proses pembentukan morfologi secara alamiah di bagi
atas:
Proses yang berlangsung dari dalam bumi
Proses degradasi
Proses agradasi
Proses biologi
Proses-proses lainnya yang memicu sehingga terjadinya perubahan betuk
bentang alam seperti: perubahan iklim global,pembuatan bendungan dan
teknik sipil lainnya, penggundulan hutan, dan reklamasi pantai.
Khusus untuk wilayah pantai dan pesisir, dimana pembahasan ini
ditekankan, ada beberapa istilah yang perlu dikemukakan untuk mendapatkan
persamaan persepsi yaitu PANTAI (SHORE) dan PESISIR (COAST)
1.2 PERMASAHAN
1. Bagaimana teori pembentukan bumi ?
2. Bagaimana proses terbentuknya daratan?
3. Bagaimana proses terangkatnya daratan daerah Gorontalo yang dulunya
adalah lautan?
4. Bagaimana kondisi hidrogeologi daerah gorontalo?
5. Bagaimana sejarah perkembangan permukaan bumi?
6. Bagaimana struktur geologi dan kegiatan tektonik Gorontalo?
1.3 TUJUAN
Melatih mahasiswa dalam menggunakan alat yang digunakan, meneliti
berbagai fosil sebagai bukti daran daerah Gorontalo dulunya adalah lautan.
1.4 MANFAAT
Agar mahasiswa memiliki pengetahuan tentang teori pembentukan dan
proses terangkatnya daratan serata mampu mendeskripsikan proses pembentukan
dan terangkatnya daratan.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Teori Pembentukan Bumi
Penyelidikan pertama pada abad ke-19 berdasarkan fosil dan batuan
(secara geologi), bumi terbentuk pada 4,6 milyar tahun yang lalu (4,600 jta
tahun yang lalu). Seluruh tata surya kita terbentuk dalam waktu yang sama.
Bumi sebagai tempat tinggal makhluk hidup dalam proses terjadinya di kaji
lewat ilmu kosmografi. Berikut beberapa hipotesa/ hipotesis terjadinya bumi
yaitu sebagai berikut :
a. Hipotesis Nebula :
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Immanuel
Kant(1724-1804) pada tahun 1775. Kemudian hipotesis ini
disempurnakan oleh Pierre Marquis de Laplace pada tahun 1796. Oleh
karena itu, hipotesis ini lebih dikenal dengan Hipotesis nebula Kant-
Laplace. Pada tahap awal tata surya masih berupa kabut raksasa. Kabut
ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula. Unsur gas
sebagian besar berupa hidrogen. Karena gaya gravitasi yang dimilikinya,
kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu. Akibatnya, suhu
kabut memanas dan akhirnya menjadi bintang raksasa yang disebut
matahari. Matahari raksasa terus menyusut dan perputarannya semakin
cepat. Selanjutnya cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling
matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan
penurunan suhunya dan membentuk planet dalam. Dengan cara yang
sama, planet luar juga terbentuk.
b. Hipotesis Planetisimal :
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C.
Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis
planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya
bintang lain yang hampir menabrak matahari.
c. Hipotesis Pasang Surut Bintang :
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh
James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut
bintang sangat mirip dengan hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya
terletak pada jumlah awalnya matahari.
d. Hipotesis Kondensasi :
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda
yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis
kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut
raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
e. Hipotesis Bintang Kembar :
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle
(1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa
dahulunya tata surya kita berupa dua bintang yang hampir sama
ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu akan terperangkap oleh gravitasi
bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Tapi diantara semua itu, yang paling terkenal itu adalah Teori Big
Bang….
Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari
puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut
raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran yang dilakukannya tersebut
memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian
besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan
kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian
membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang
4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu
galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk
sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi
mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang
mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk
planet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara
bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses
pembentukan bumi, yaitu:
1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami
perlapisan atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya
diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam,
sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam,
mantel luar, dan kerak bumi . Perubahan di bumi disebabkan oleh
perubahan iklim dan cuaca.
2.2. Sejarah Perkembangan Muka Bumi
Beberapa teori tentang perkembangan muka bumi adalah sebagai berikut :
1. Teori Apung Benua (Continental Drift)
Alfred Lothar Wegener seorang ahli klimatologi dan geofisika
menerbitkan buku yang berjudul “ The Origin of Continent and
Oceans”, (Cut Meurah, h.56) dalam buku tesebut ia mengajukan sebuah
ide tentang “teori apung benua” sebagai dasar Teori Tektonik Lempeng.
Menurut Teori Apung Benua bahwa benua terdiri atas batuan sial
(silikon aluminium) yang di atas dan sima (silikon magnasium) yang
berada di bawahnya karena berat jenisnya lebih besar. Pada zaman
Karbon (± 345 juta tahun yang lalu), hanya ada satu benua yaitu Benua
Pangea. Benua ini pecah menjadi dua yaitu gondwana dan lauratia.
Seiring berjalannya waktu wilayah ini terus bergerak menuju
kahtulistiwa dan ke bagian barat sehingga terbentuk benua-benua yang
ada sekarang.
Bukti-bukti teori ini, diantaranya adalah adanya kesesuaian antara
daratan Amerika Selatan dan Afrika, baik dari segi paleoklimatik, fosil,
maupun struktur batuan yang menunjukkan bahwa kedua benua tersebut
pernah menjadi satu.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru
pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana
pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit
tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada
di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan
Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian
yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu
daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika,
Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia,
yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama
150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi
menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah
bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa
sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan
perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
2. Teori Kontraksi oleh Descartes
Ia mengemukakan teori kontraksi yang kemudian diteruskan oleh
Suess. Menurut Rene Descartes (1696-1650), bumi kita makin
menyusut dan mengkerut karena pendinginan. Karena itu, terjadilah
gunung-gunung dan lembah-lembah. Teori ini mendapat dukungan para
ahli geologi.
3. Teori Kontraksi oleh Edward Suess
Edward Suess (1831-1914) melanjutkan teori Descartes. Akan
tetapi, Suess menyatakan bahwa persamaan geologi yang terdapat di
Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika disebabkan oleh
bersatunya daratan-daratan itu pada awal mulanya yang merupakan satu
benua dan disebut Benua Gondwana. Benua yang besar itu sekarang
tinggal sisa-sisanya saja, karena bagian lain sudah tenggelam di bawah
permukaan laut.
4. Teori Lauransia-Godwana
Teori ini dikemukakan oleh Edward zuess (1884) dan Frank S.
Taylor (1910). Teori ini menyatakan bahwa pada mulanya Laurentia
(Laurasia) dan Gondwana. Kedua benua tersebut kemudian bergerak
secara perlahan kea rah ekuantor sehingga terpecah–specah membentuk
benua-benua seperti sekarang. Amerika Selatan, Afrika, dan Australia
dahulu menyatu dengan benua Gondwanaland, sedangkan benua-benua
lain menyatu dalam Laurasia.
Fenomena yang memperkuat teori ini antara lain bahwa persamaan
geologi yang terdapat di Amerika Selatan, India, Australia dan Antartika
di sebabkan oleh bersatunya daratan-daratan itu. Pada awalnya daratan-
daratan tersebut merupakan satu bebua, yaitu benua Gondwana. Benua
itu sekarang tinggal sisa-sisanya saja karena daratan yang lain sudah
tenggelam di bawah permukaan laut.
5. Teori Lempeng Tektonik
Beberapa tahun setelah A.L. Wegener mengajukan teorinya, pada
tahun 1968 dikemukakan sebuah teori yang lebih memuaskan yaitu
“teori tektonik lempeng”. Teori ini menyatakan bahwa bagian luar
Bumi yaitu bagian Lithosfer, terdapat sekitar 20 segmen yang padat
yang disebut lempeng. Dari semua itu lempeng terbesar adalah
Lempeng Pasifik yang menempati sebagian besar Samudera Pasifik.
Ada 7 (tujuh) lempeng-lempeng di permukaan Bumi yang
dikategorikan lempeng besar/utama yaitu : Lempeng Afrika, Lempeng
Amerika Utara, Lempeng Amerika Selatan, Lempeng Pasifik, Lempeng
Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Antartika. Disamping
tu terdapat lempeng yang kecil seperti Lempeng Filipina, Lempeng
Arabia, Lempeng Nazca dan Lempeng Scotia.
Salah satu prinsip utama Teori Tektonik Lempeng bahwa setiap
lempeng bergerak-gerak sebagai satu unit terhadap unit lain (Cut
Meurah, h. 58). Ada tiga tipe batas-batas lempeng yang masing-masing
dibedakan dari jenis pergerakannya, yaitu :
1. Zone Divergen yaitu lempeng-lempeng bergerak saling menjauh
yang menyebabkan naiknya material dari mantel Bumi dan
membentuk lantai samudera yang luas. Pada zone ini terbentuk kerak
Bumi baru sehingga disebut zona konstruktif. Hal ini ditandai
dengan adanya punggung tengah samudera. Sepanjang punggung ini
terdapat lembah besar dan curam yang dinamakan retak tengah
samudera. Gempa bumi yang terjadi pada sesar transform dan
bersifat dangkal sesuai dengan ketebalan lempeng tempat itu.
2. Konvergen yaitu lempeng-lempeng bergerak saling mendekati yang
menyebabkan salah satu dari lempeng tersebut masuk ke dalam
mantel Bumi dan berada di bawah lempeng lainnya. Pada zone ini
terjadi penghancur lempeng. Apabila terjadi tabrakan antara dua
lempeng atau lebih, salah satu lempengnya menunjam (masuk) di
bawah lempeng lainnya, dan lempeng yang lebih berat masuk di
bawah lempeng yang lebih ringan. Daerah pertemuan ini merupakan
pusat gempa.
6. Teori konveksi
Teori konveksi mengemukakan bahwa terjadi lirankonveksi kearah
vertical di dalam lapisan astenosfer yang agak kental.Aliran tersebut
berpengaruh sampai ke kerak bumi yang ada di atasnya.Aliran konveksi
yang merambat ke permukaan bumi menyebabkan batuan kerak bumi
menjadi lunak. Gerak aliran dan dalam bumi mengakibatkan permukaan
bumi tidak rata. Fenomena yang mendukung teori ini adalah adanya
lava yang mengalir di puncak mid aceanic ridge. Lava ini mengalir
terus dan kemudian tersebar ke kedua sisi dan membeku, kemudian
membentuk kerak bumi baru. Pengukit teori ini adalah Harry H. Hess.
7. Teori Pergeseran Dasar Laut
Teori ini dikemukakan oleh Robert Diesz. Ia mengembangkan teori
konveksinya Hess. Berdasarkan penelitian yang ia lakukan ditemukan
bukti-bukti baru tentang terjadinya pergeseran dasar laut dan arah
punggung laut kedua sisinya. Fenomena yang mendukung teori ini
adalah semakin jauh dan punggung dasar laut, unsure sedimen semakin
tua. Contoh: Mid Atlantic Ridge, East Pacific ridge, Atlantic Indian
Ridge, dan Pacific Atlantic Ridge.
8. Pergerakan Bumi
Bumi bergerak mengitari matahari dalam waktu 365 hari, 6 jam, 9
menit, dan 10 detik, serta menempuh jarak sejauh 958 juta km. waktu
yang diperlukan oleh bumi untuk sekali mengitari matahari ini disebut
satu tahun bumi.
9. Rotasi Bumi
Rotasi bumi adalah perputaran bumi pada sumbunya. Untuk
menyelesaikan satu putaran penuh, bumi memerlukan waktu 24 jam.
Jadi tiap jam sebuah titik di bumi bergeser sejauh 15 derajat. Arah rotasi
dari Barat ke Timur atau berotasi dengan arah negatif.
Akibat rotasi bumi antara lain :
- Peredaran semu harian dari benda-benda langit.
- Peristiwa siang dan malam serta perbedaan waktu.
- Pembelokan arah arus laut.
- Perbedaan percepatan gravitasi di permukaan bumi.
10. Revolusi Bumi
Bumi beredar mengitari matahari pada suatu bidang orbit yang
disebut ekiliptika. Orbitnya hamper seperti lingkaran 360 derajat
dengan periode 365 hari, 6 jam, 9 menit, dan 10 detik. Arah revolusi
bumi adalah negatif atau arah timur, artinya arah peredarannya
berlawanan dengan arah perputaran jarum jam.
Akibat revolusi bumi antara lain :
- Gerak semu matahari tahunan.
- Perubahan lamanya waktu siang dan malam.
- Pergantian musim
- Perubahan paralaks bintang.
- Gerak semu bintang tetap di bola langit.
11. Pergerakan Pelapisan Bumi
Struktur lapisan bumi dibagi menjadi tiga lapisan utama, yaitu kerak
(crush), selimut (mantle), dan inti (core).
2.3. Proses Terbentuknya Daratan
Proses terbentuknya daratan tidak lepas dari proses terbentuknya planet
bumi yang merupakan salah satu benda langit yang terbentuk dari
awan/gas/asap langit kemudian bumi itu berupa bintang yang sangat kecil
karena proses tekanan antar material pembentuk yang mempunyai tekanan
(gravitasi) kearah memusat (Inti bumi) sehingga menimbulkan pijaran panas
memancar dilangit.
Kemudian saat melewati beberapa proses benda langit yang akhirnya
diketahui bernama bumi (yang saat itu masih berupa bola pijar) mulai
mendingin (karena suhu ruang langit sangat dingin, karena jaraknya jauh dari
sumber panas (matahari), maka bumi yang termasuk jauh dari matahari dan
menerima kualitas panas Matahari lebih rendah daripada planet yg lebih
dekat, sehingga lebih dulu mendingin dan membeku menjadi es, bagian luar
(kulit) bumi membentuk dasar tanah, air & atmosfer (terjadi karena siklus
alam). Selanjutnya mengalami (siklus) gejolak dari inti bumi yang mengarah
keluar ke permukaan bumi (gunung berapi) atau membentuk aktivitas
vulkanik & tektonik dari gunung berapi pada dasar tanah yang baru terbentuk
itu.
Aktivitas inti bumi menimbulkan banyak terbentuk gunung berapi yang
memancarkan meterial dari inti bumi membentuk tanah daratan, sehingga
dasar tanah dan tanah daratan yang terbentuk selama proses aktivitas planet
bumi (siklus tanah bumi) akan menimbulkan lempeng benua. Relief tanah
lempeng benua terbentuk karena siklus alam, tanah mempunyai jenis, berat,
masa jenis & kandungan material yang berbeda dan menekan ke inti bumi
(gravitasi bumi) menimbulkan tekanan besar menghasilkan panas inti bumi.
Bentuk relief daratan lempeng benua sebagian besar terbentuk karena
proses siklus hidrologi global dalam jumlah besar (pada masa itu terjadi
banjir gadang berupa air bah yang menutupi permukaan planet bumi karena
es mencair dalam jumlah besar) sehingga 2/3 lebih permukaan bumi hampir
ditutupi oleh air yang seperti pada samudera altantik utara ke selatan telah
mengikis memotong tanah antara benua Amerika, Eropa & Afrika dalam
jumlah sangat besar yang bentuknya seperti bentuk pola aliran sungai
raksasa.
Pada akhirnya relief lempengan daratan benua terbentuk, karena
bergeser membentuk pecahan benua. Daratan seperti yang kita kenal
bentuknya seperti sekarang ini kemungkinan untuk berubah lagi (secara
extrim) sangat kecil karena bobot lempengan tanah daratan benua sangat
berat & tekanannya ke inti bumi sangat kuat, dan pergeserannya sangat kecil.
2.4. Kondisi Hidrogeologi Daerah Gorontalo
a. Geomorfologi
Wilayah Gorontalo yang ditempati oleh Cekungan Air Tanah Limboto
berada pada bagian lengan utara Sulawesi, dimana sebagian besar daerah ini
ditempati oleh satuan batuan Gunung Api Tersier. Di wilayah bagian tengah
daerah ini dijumpai dataran rendah berbentuk memanjang yang terbentang
dari arah barat-barat laut ke timur-tenggara yang diduga semula merupakan
danau dengan pusatnya berada di Danau Limboto.
Wilayah Cekungan Limboto dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
satuan morfologi, yaitu : satuan morfologi satuan pegunungan berlereng
terjal, satuan morfologi perbukitan bergelombang dan satuan morfologi
dataran rendah. ,
Satuan morfologi pegunungan berlereng terjal, terutama menempati
wilayah bagian tengah dan utara wilayah Gorontalo, yang menjadi pembatas
sebelah timur dan sebelah utara dafi Cekungan Air Tanag Limboto yaitu di
dengan beberapa puncaknya berada di Pegunungan Tilongkabila, antara lain :
G. Gambut (1954 m), G. Tihengo (1310 m), G. Pombolu (520 m) dan G.
Alumolingo (377 m), satuan morfologi ini terutama dibentuk oleh satuan
batuan Gunungapi tersier dan batuan Plutonik.
Satuan morfologi perbukitan bergelombang, terutama dijumpai di
daerah bagian selatan dan bagian barat dan menjadi batas cekungan di
sebelah selatan dan sebelah utara. Satuan morfologi ini umumnya
menunjukkan bentuk puncak membulat dengan lereng relatif landai dan
berjulang kurang dari 200 meter yang terutama ditempati oleh satuan batuan
Gunungapi dan batuan sedimen berumur Tersier hingga Kuarter.
Satuan morfologi dataran, merupakan daerah dataran rendah yang
berada di bagian tengah wilayah Cekungan Limboto yaitu di sekitar Danau
Limboto. Pada umumnya daerah ini ditempati oleh satuan aluvium dan
endapan danau. Aliran sungai di wilayah ini umumnya mempunyai pola 'sub
dendritic dan 'sub parallel"
b. STRATIGRAFI
Berdasarkan peta geologi lembar Tilamuta (S. Bachri, dkk, 1993) dan
lembar Kotamobagu (T.Apandi, dkk, 1997) dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Bandung, stratigrafi wilayah Cekungan Limboto
disusun oleh formasi / satuan batuan sebagai berikut :
Endapan Permukaan
Alwium (Qal), terdiri dari : pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil
dan kerakal yang bersifat lepas. Satuan batuan ini menempati daerah
dataran rendah, terutama di daerah dataran, lembah sungai dan daerah
rawa-rawa. Pelamparan dari satuan batuan ini terbatas pada daerah aliran
sungai (DAS) seperti yang terdapat di sebelah barat Danau Limboto.
Endapan Danau (Qpl), terdiri dari : batu lempung, batu pasir, dan
kerikil. Satuan batuan ini umumnya didominasi oleh batu lempung yang
berwarna abu - abu kecoklatan, setempat mengandung sisa tumbuhan dan
lignit, di beberapa tempat terdapat batu pasir berbutir halus hingga kasar,
serta kerikil. Pada batupasir secara setempat terdapat struktur sedimen
silang siur berskala kecil. Umumnya satuan batuan ini masih belum
mampat dan diperkirakan berumur Pliosen hingga Holosen. Sebaran
satuan batuan ini menempati lembah di sekitar Danau Limboto. Ketebalan
satuan batuan ini mencapai 94 meter dan dialasi oleh batuan Diorit (Trail,
1974).
Satuan Batuan Sedimen dan Gunungapi
Formasi 'Anombo (Teot), terdiri dari : lava basal, lava andesit,
breksi gunung api, dengan selingan batu pasir wake, batu pasir hijau, batu
lanau, batu gamping merah, batu gamping kelabu, dan sedikit batuan
termalihkan. Umur dari satuan batuan ini diperkirakan Eosen hingga
Miosen Awal. Satuan batuan dari formasi ini terdapat di daerah sekitar G.
Tahupo (828 m) di sebelah selatan.
Formasi Dolokapa (fmd), terdiri dari : batu pasir wake, batu lanau,
batu lumpur, konglomerat, tuf, tuf lapili, aglomerat, breksi gunungapi dan
lava bersusunan andesit sampai basal. Umur dari formasi ini diperkirakan
Miosen Tengah hingga Awal. Miosen Akhir dengan lingkungan
lingkungan pengendapan “inner sublitoral” dengan tebal diperkirakan
lebih dari 2.000 meter. Sebaran dari satuan batuan di daerah ini menempati
bagian tengah dan utara wilayah Gorontalo, yaitu di sebelah utara dari
Cekungan Limboto (daerah Paleleh hingga sekitar daerah daerah
Kuandang).
Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv), terdiri dari : breksi
gunungapi, tuf dan lava. satuan batuan ini diperkirakan berumur Miosen
Tengah hingga awal Miosen Akhir dengan tebal lebih dari 1.000 meter.
Sebaran dari satuan batuan ini terdapat di bagian timur wilayah Gorontalo,
di daerah Tolotio menerus ke timur.
Satuan Breksi Wobudu (Tpwv), terdiri dari : breksi gunungapi,
aglomerat, tuf, tuf lapili, lava andesit dan lava basal. Satuan batuan ini
diperkirakan berumur Pliosen Awal dengan ketebalan diperkirakan 1.000
hingga 1.500 meter. satuan batuan ini tersingkap di bagian utara wilayah
Cekungan Limboto, mulai dari Pegunungan Paleleh hingga sebelah barat
Teluk Kuandang.
Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv), terdiri dari: perselingan
aglomerat, tuf dan lava. satuan batuan ini diperkirakan berumur Pliosen
Akhir hingga Pliosen Awal dengan ketebalan mencapai 250 meter,
sedangkan sebarannya terdapat di sebelah selatan wilayah Cekungan
Limboto dan daerah Teluk Kuandang serta di beberapa tempat yang
membentuk bukit - bukit terpisah.
Batu Gamping Klastik (TQI), terdiri dari: kalkarenit, kalsirudif dan
batu gamping koral. Satuan batuan ini diperkirakan berumur Pliosen Akhir
hingga Pliosen Awal dengan ketebalan antara 100 hingga 200 meter,
sedangkan sebaran nya terdapat di sebelah barat Danau Limboto.
Batu Gamping Terumbu (QI), terdiri dari: batu gamping koral.
Umur dari satuan batuan ini diperkirakan Pliosen Akhir hingga Holosen
dengan ketebalan mencapai 100 meter, sedangkan sebarannya terdapat di
daerah dekat danau Limboto dan pantai selatan bagian timur.
Satuan Batuan Terobosan
Diorit Bone (Tmb), terdiri dari : diorit, diorit kuarsa, granodiorit
dan adamelit. Satuan batuan ini diduga berumur Miosen Tengah hingga
awal Miosen Akhir (Trail, 1974), dan terdapat di daerah sebelah timur
sesar Gorontalo, juga di sebelah barat sesar disebelah utara dari Cekungan
Limboto (daerah dekat Kuandang dan Paleleh).
Diorit Boliohuto (Tmbo), terdiri dari : diorit dan granodiorit Satuan
batuan ini diperkirakan berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir,
dan mempunyai sebaran di daerah G. Boiiohuto.
Satuan Batuan Retas, terdiri dari : Andesit (Ta) dan Basal (fb).
Satuan batuan ini menerobos satuan batuan dari Formasi Tinombo,
Dolokapa, dan breksi Wobudu, sehingga umumya dianggap Miosen
hingga Pliosen.
2.5. Struktur Geologi Dan Kegiatan Tektonik
Wilayah Gorontalo yang ditempati oleh Cekungan Air Tanah Limboto
berada pada bagian lengan utara Sulawesi, dimana sebagian besar daerah ini
ditempati oleh satuan batuan Gunung Api Tersier. Di wilayah bagian tengah
daerah ini dijumpai dataran rendah berbentuk memanjang yang terbentang
dari arah barat-barat laut ke timur-tenggara yang diduga semula merupakan
danau dengan pusatnya berada di Danau Limboto.
2.6. Geologi Daerah Cekungan Limboto
Susunan batuan di daerah Cekungan Limboto disusun oleh beberapa
satuan batuan yang berumur muda hingga tua , terdiri dari:
1. Endapan Danau (Qpl), terdiri dari: batu lempung, batu pasir, dan kerikil.
Satuan batuan ini umumnya didominasi oleh oleh batu lempung yang
berwama abu-abu kecoklatan, setempat mengandung sisa tumbuhan dan
lignit, di beberapa tempat terdapat batu pasir berbutir halus hingga kasar,
serta kerikil. Pada batu pasir secara setempat terdapat struktur sedimen
silang siur bersekala kecil. Umumnya satuan batuan ini masih belum
mampat dan diperkirakan berumur Pliosen hingga Holosen. Sebaran
satuan batuan ini menempati daerah dataran yang terhampar di sekitar
Danau Limboto. Ketebalan satuan batuan ini mencapai 94 meter dan
dialasi oleh batuan diorit (Trail, 1974).
2. Batu Gamping Terumbu (QI), terdiri dari: batu gamping korat. Umur dari
satuan batuan ini diperkirakan Pliosen Akhir hingga Holosen dengan
ketebalan mencapai 100 meter, sedangkan sebarannya terdapat di daerah
dekat danau Limboto dan pantai selatan.
3. Batu Gamping Klastik (TQI), terdiri dari : kalkarenit, kalsirudit dan batu
gamping koral: Satuan batuan ini diperkirakan berumur Pliosen Akhir
hingga Pliosen Awal dengan ketebalan antara 100 hingga 200 meter,
sedangkan sebarannya terdapat di bagian utara cekungan yaitu sebelah
barat Danau Limboto.
4. Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv), terdiri dari : perselingan aglomerat, tuf
dan lava. satuan batuan in! diperkirakan berumur Pliosen Akhir hingga
Pliosen Awal dengan ketebalan mencapai 250 meter, sedangkan
sebarannya terdapat di sebelah selatan dan sebelah barat Cekungan
Limboto dan di beberapa tempat membentuk bukit bukit terpisah.
5. Formasi Tinombo (Teot), terdiri dari : lava basal, lava andesit, breksi
gunung api, dengan selingan batu pasir wake, batu pasir hijau, batu lanau,
batu gamping merah, batu gamping kelabu, dan sedikit batuan
termalihkan. Umur dari satuan batuan ini diperkirakan Eosen hingga
Miosen Awal. Satuan batuan dari formasi ini terdapat di daerah sebelah
selatan Tolotio (bagian timur).
6. Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv), terdiri dari : breksi gunungapi, tuf
dan lava. satuan batuan ini diperkirakan berumur Miosen Tengah hingga
awal Miosen Akhir dengan tebal lebih dari 1.000 meter. Sebaran dari
satuan batuan ini terdapat di bagian timur Gorontalo, yaitu di daerah
Tolotio menerus ke arah timur.
BAB III
METODE PENGUKURAN
Dalam melakukan Observasi Geomorfologi Indonesia, dibutuhkan alat
berupa Gps untuk melihat titik koordinat dan titik ketinggian dari daerah/lokasi
observasi, kamera digunakan untuk mengambil gambar bukti-bukti daerah
gorontalo dahulunya adalah lautan. Lain dari itu alat tulis menulis dan buku.
Sebelum mengambil gambar, ditentukan terlebih dahulu titik koordinat
tempat dan titik ketinggiannya dari permukaan laut. Dalam pengambilan gambar,
tidak sembarang gambar yang harus diambil sebagai bukti daerah gorontalo
dulunya adalah lautan, gambar yang di ambil berupa fosil dari ekosistem/biota
seperti fosil dari terumbu karang.
BAB IV
HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Observasi
Bukti Fisik Terangkatnya Daratan Gorontalo
Lokasi pertama : Leyato Selatan
Titik koordinat : N 000 29’ 29,26”
E 1230 04’ 26,3”
Titik ketinggian : 11 m
Waktu observasi : Jum’at, 07 Januari 2011
Lokasi kedua : Kantor Gubernur (Botu)
Titik koordinat : N 000 31’ 29,2”
E 1230 04’ 44,6”
Titik ketinggian : 71 m
Waktu observasi : Jum’at, 07 Januari 2011
2.5 PEMBAHASAN
Deskripsi Gambar
Kepulaun Indonesia terbentuk karena proses pengangkatan sebagai akibat
dari penunjaman (subduksi). Lempeng (kerak) yang saling berinteraksi adalah
kerak samudera pasifik dan hindia yang bergerak sekitar 2-5 cm pertahun
terhadap kerak benua eurasia. Jadi Indonesia merupakan tempat pertemuan 3
lempeng besar sehingga Indonesia merupakan salah satu daerah yang memiliki
aktifitas kegempaan yang tertinggi di dunia.
Pengangkatan daratan ini tidak lepas dari teori pergerakan atau proses
tektonik lempeng. Khususnya pada daerah Gorontalo, pengangkatan akibat
proses tektonik dapat dilihat di sepanjang pantai Leato atau di balik kantor
gubernur Gorontalo di botu hingga ke bilungala yg berhadapan dengan pantai.
Disana banyak dijumpai fosil terumbu karang berada pada ketinggian kurang
lebih 11 - 150 meter diatas permukaan laut. Biasa disebut dengan teras (paras
muka laut) yg umurnya jutaan tahun akibat pengangkatan atau istilahnya
disebut sea level rise. Ini menanandakan bahwa pantai selatan gorontalo
termasuk aktif terangkat makanya sering ada gempa.
Berbagai jenis fosil biota yang terlihat di daerah yang berketinggian 11-
150 m Dpl, ada juga berbagai hasil sedimentasi berupa batuan yang sudah
mengalami proses kimia, dll.
Dari fosil-fosil tersebut, bisa dipercaya bahwa dulunya itu daerah
gorontalo adalah lautan dan terangkat menjadi daratan akibat dari penunjaman
(subduksi).
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Observasi Geomorfologi Indonesia maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Dahulunya gorontalo adalah lautan yang luas yang dikemudian hari menjadi
daratan karena adanya penunjaman (subduksi)
2. Berbagai fosil biota yang dijadikan bukti fisik terangkatnya daratan gorontalo.
3. Selain dari fosil biota, ada juga hasil-hasil sedimentasi seperti yang ada dilaut.
5.2 SARAN
Kelangsungan hidup suatu makhluk hidup sangat dipengaruhi oleh
fenomena-fenomena alam, patutnya kita khususnya mahasiswa geografi
mengetahui dan memahami berbagai macam fenomena-fenomena dari alam,
penyebab terjadinya fenomena tersebut beserta sejarahnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/teori pergeseran benua
http://id.wikipedia.org/wiki/bumi
http://ivanzz.dagdigdug.com/2010/01/19/in.ishare.ivnetwork/teori-pembentukan-
bumi/
Redaksi Ensikplesia. 1990.Ensiklopedia Indonesia Sei Geografi. Jakarta : PT.
Ichtiar Bara Van Hoeve
Simandjutak. TO. 2004. Tektonik. Bandung : Pusat Penelitian dn Pengembangan
Geologi
LAMPIRAN
.