geomorfologi - dasar

22
DASAR-DASAR GEOMORFOLOGI Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya) topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta terbentuknya material-material hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan- pergerakan pada kerak bumi. Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi (morphology of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur, proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai struktur-struktur yang diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi (lihat Gambar 1). Proses-proses yang umum terjadi adalah proses erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat- sifat lainnya dari batuan. Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui tahapan-tahapan mulai dari tahapan muda (youth), dewasa (maturity), tahapan tua (old age), lihat Gambar 2. Pada tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya destruksional, pada tahap dewasa perkembangan selanjutnya ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainase dengan jumlah panjang dan kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi. Proses selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan ketinggian muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses (tahapan-tahapan) geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan sering disebut sebagai Siklus Geomorfik. dasar-dasar geomorfologi - 1

Upload: noviangie

Post on 13-Dec-2014

207 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Geomorfologi - Dasar

DASAR-DASAR GEOMORFOLOGI

Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya)

topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta

terbentuknya material-material hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari

cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi

adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran

ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan-

pergerakan pada kerak bumi.

Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M.

Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi

(morphology of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur,

proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai arti sebagai struktur-struktur

yang diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk

permukaan bumi (lihat Gambar 1). Proses-proses yang umum terjadi adalah

proses erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat-

sifat lainnya dari batuan. Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui

tahapan-tahapan mulai dari tahapan muda (youth), dewasa (maturity),

tahapan tua (old age), lihat Gambar 2.

Pada tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya

destruksional, pada tahap dewasa perkembangan selanjutnya ditunjukkan

dengan tumbuhnya sistem drainase dengan jumlah panjang dan

kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi.

Proses selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif

yang mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga

dekat dengan ketinggian muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian

pembentukan proses (tahapan-tahapan) geomorfologi tersebut menerus dan

dapat berulang, dan sering disebut sebagai Siklus Geomorfik.

dasar-dasar geomorfologi - 1

Page 2: Geomorfologi - Dasar

Gambar 1. Sketsa yang memperlihatkan bentuk-bentuk permukaan bumi

akibat struktur geologi pada batuan dasarnya.

Gambar 2. Sketsa yang memperlihatkan perkembangan (tahapan)

permukaan bumi (landform). Dari (A s/d D) memperlihatkan tahapan geomorfik muda sampai dengan tua.

Selanjutnya dalam mempelajari geomorfologi perlu dipahami istilah-istilah

katastrofisme, uniformiaterianisme, dan evolusi.

dasar-dasar geomorfologi - 2

Page 3: Geomorfologi - Dasar

⟩ Katastrofisme merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-

gejala morfologi terjadi secara mendadak, contohnya letusan gunung api.

⟩ Uniformitarianisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan

morfologi cukup berjalan sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu

membentuk bentuk-bentuk yang sekarang, bahkan banyak perubahan-

perubahan yang terjadi pada masa lalu juga terjadi pada masa sekarang,

dan seterusnya (James Hutton dan John Playfair, 1802).

⟩ Evolusi cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan

perlahan-lahan membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan

baru.

1. Proses-Proses Geomorfik

Proses-proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang

terjadi akibat proses-proses perubahan muka bumi. Secara umum proses-

proses geomorfik tersebut adalah sebagai berikut :

a. Proses-proses epigen (eksogenetik) :

⟩ Degradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara

gravity), erosi (termasuk transportasi) oleh : aliran air, air tanah,

gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier.

⟩ Aggradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara

gravity), erosi (termasuk transportasi) oleh : aliran air, air tanah,

gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier.

⟩ Akibat organisme (termasuk manusia)

b. Proses-proses hipogen (endogenetik)

⟩ Diastrophisme (tektonisme)

⟩ Vulkanisme

c. Proses-proses ekstraterrestrial, misalnya kawah akibat jatuhnya meteor.

1.1 Proses Gradasional

dasar-dasar geomorfologi - 3

Page 4: Geomorfologi - Dasar

Istilah gradasi (gradation) awalnya digunakan oleh Chamberin dan Solisbury

(1904) yaitu semua proses dimana menjadikan permukaan litosfir menjadi

level yang baru. Kemudian gradasi tersebut dibagi menjadi dua proses yaitu

degradasi (menghasilkan level yang lebih rendah) dan agradasi

(menghasilkan level yang lebih tinggi).

Tiga proses utama yang terjadi pada peristiwa gradasi yaitu :

⟩ Pelapukan, dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam

suatu tempat, terjadi di permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi

klastis. Dalam proses ini belum termasuk transportasi.

⟩ Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan (bulk

transfer) suatu massa batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-

kadang (biasanya)efek dari air mempunyai peranan yang cukup besar,

namun belum merupakan suatu media transportasi.

⟩ Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan

masa batuan. Oleh suatu agen (media) pemindah. Secara geologi

(kebanyakan) memasukkan erosi sebagai bagian dari proses transportasi.

Secara umum, series (bagian/tahapan) proses gradisional sebagai berikut

landslides (dicirikan oleh hadirnya sedikit air, dan perpindahan massa yang

besar), earthflow (aliran batuan/tanah), mudflows (aliran berupa lumpur),

sheetfloods, slopewash, dan stream (dicirikan oleh jumlah air yang banyak

dan perpindahan massa pada ukuran halus dengan slope yang kecil).

a. Pelapukan batuan

Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran batuan manjadi klastis

dan akan tekikis oleh gaya destruktif. Proses pelapukan terjadi oleh

banyak proses destruktif, antara lain :

⟩ Proses fisik dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan,

pendinginan, pembekuan; kerja tumbuh-tumbuhan dan binatang , serta

proses-proses desintegrasi mekanik lainnya

⟩ Proses-proses kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti :

oksidasi, hidrasi, karbonan, serta pelarutan batuan dan tanah. Proses

dasar-dasar geomorfologi - 4

Page 5: Geomorfologi - Dasar

dekomposisi ini banyak didorong oleh suhu dan kelembaban yang

tinggi, serta peranan organisme (tumbuh-tumbuhan dan binatang).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain :

⟩ jenis batuan, yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan

⟩ kondisi iklim dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau panas,

konstan atau berubah-ubah.

⟩ kehadiran dan kelebatan vegetasi

⟩ kemiringan medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah hujan.

Proses pelapukan berlangsung secara differential weathering (proses

pelapukan dengan perbedaan intensitas yang disebabkan oleh perbedaan

kekerasan, jenis, dan struktur batuan). Hal tersebut menghasilkan bentuk-

bentuk morfologi yang khas seperti:

⟩ bongkah-bongkah desintegrasi (terdapat pada batuan masif yang

memperlihatkan retakan-retakan atau kekar-kekar),

⟩ stone lattice (perbedaan kekerasan lapisan batuan sedimen yang

membentuknya), mushroom (berbentuk jamur),

⟩ demoiselles (tiang-tiang tanah dengan bongkah-bongkah penutup),

⟩ talus (akumulasi material hasil lapukan di kaki tebing terjal),

⟩ exfoliation domes (berbentuk bukit dari batuan masif yang homogen,

dan mengelupas dalam lapisan-lapisan atau serpihan-serpihan

melengkung).

Pada Gambar 3 dapat dilihat kenampakan talus dan exfoliation domes.

dasar-dasar geomorfologi - 5

Page 6: Geomorfologi - Dasar

(a) (b) Gambar 3. (a). Kenampakan bentuk talus, (b). Suatu exfolation domes

b. Perpindahan massa (mass wasting)

Gerakan tanah sering terjadi pada tanah hasil pelapukan, akumulasi

debris (material hasil pelapukan), tetapi dapat pula pada batuan dasarnya.

Gerakan tanah dapat berjalan sangat lambat hingga cepat. Menurut oleh

Sharpe (1938) kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya perpindahan

masa adalah :

⟩ Faktor-faktor pasif

− faktor litologi : tergantung pada kekompakan/rapuh material

− faktor statigrafi : bentuk-bentuk pelapisan batuan dan kekuatan

(kerapuhan), atau permeabel-impermeabelnya lapisan

− faktor struktural : kerapatan joint, sesar, bidang geser-foliasi

− faktor topografi : slope dan dinding (tebing)

− faktor iklim : temperatur, presipitasi, hujan

− faktor organik : vegetasi

⟩ Faktor-faktor aktif

− proses perombakan

− pengikisan lereng oleh aliran air

− tingkat pelarutan oleh air atau pengisian retakan

1.2 Proses Diastromisme dan Vulkanisme

dasar-dasar geomorfologi - 6

Page 7: Geomorfologi - Dasar

Diastromisme dan vulkanisme diklasifikasikan sebagai proses hipogen atau

endapan karena gaya yang bekerja berasal dari dalam (bagian bawah) kerak

bumi. Proses-proses diastropik dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :

⟩ orogenik (pembentukkan pegunungan)

⟩ epirogenik (proses pengangkatan secara regional).

Vulkanisme termasuk pergerakan dari larutan batuan (magma) yang

menerobos ke permukaan bumi. Akibat dari pergerakan (atau penerobosan)

magma tersebut akan memberikan kenampakan yang muncul di permukaan

berupa badan-badan intrusi, atau berupa deomal folds (lipatan berbentuk

dome) akibat terobosan massa batuan tersebut), sehingga perlapisan pada

batuan di atasnya menjadi tidak tampak lagi atau telah terubah.

2. Satuan Morfologi

Bentuk-bentuk pada permukaan yang dihasilkan oleh peristiwa-peristiwa

geomorfik berdasarkan kesamaan dalam bentuk dan pola aliran sungai dapat

dikelompokkan ke dalam satuan yang sama. Tujuan dari pengelompokkan ini

adalah untuk dapat memisahkan daerah konstruksional dengan daerah

detruksional. Kemudian masing-masing satuan dapat dibagi lagi menjadi

subsatuan berdasarkan struktur dan tahapan (untuk konstruksional) serta

berdasarkan deposisional (untuk destruksional).

2.1 Sungai

Pada hakekatnya aliran sungai terbentuk oleh adanya sumber air (hujan,

mencairnya es, dan mata air) dan adanya relief dari permukaan bumi.

Sungai-sungai juga mengalami tahapan geomorfik yaitu perioda muda,

dewasa, dan tua.

dasar-dasar geomorfologi - 7

Page 8: Geomorfologi - Dasar

Sungai muda dicirikan dengan kemampuan untuk mengikis alurnya, dimana

hal ini dapat terjadi jika gradien sungai cukup terjal. Sungai muda biasanya

sempit, dengan tebing terjal yang terdiri dari batuan dasar. Gradien sungai

yang tidak teratur (seragam) disebabkan oleh variasi struktur batuan (keras-

lunak). Sungai pada stadium dewasa akan mengalami pengurangan gradien

sungai sehingga kecepatan aliran dan daya erosi (pengikisan) berkurang,

sehingga mulai terjadi pengendapan. Sungai demikian disebut dengan

graded. Jika sungai utama mengalami graded berarti telah tercapai

kedewasaan awal, dan jika cabang-cabang sungai tersebut juga telah

mengalami graded maka telah mencapai kedewasaan lanjut, dan jika alur-

alur sungai juga telah mengalami graded, maka sungai tersebut telah

mencapai perioda tua.

Pada umumnya aliran sungai dikendalikan oleh struktur batuan dasar,

kekerasan batuan, dan struktur geologi, serta beberapa hal lainnya

membentuk pola-pola aliran sungai (Gambar 4), antara lain :

⟩ Pola dendritik, dengan pola aliran menjari dan menyebar seperti dahan-

dahan pohon, mengalir ke semua arah, dan menyatu di induk sungai.

Umum terdapat pada daerah dengan struktur batuan yang homogen atau

pada lapisan endapan sedimen yang horizontal.

⟩ Pola aliran rektangular, dibentuk oleh cabang-cabang sungai yang

berbelok, berliku-liku, dan menyambung dengan membentuk sudut-sudut

tegak lurus, yang umumnya dikendalikan oleh pola kekar dan sesar yang

berpola berpotongan secara tegak lurus. Umum terdapat pada daerah

batuan kristalin, serta perlapisan batuan keras yang horizontal.

⟩ Pola aliran trelis, berbentuk pola trali pagar. Sungai-sungai yang lebih

besar cenderung mengikuti singkapan dari batuan lunak. Pola ini umum

pada daerah yang terlipat dan miring kuat.

⟩ Pola aliran radial, dengan pola sentrifugal dari suatu puncak, misalnya

aliran sungai pada pegunungan kubah atau gunung api muda.

⟩ Pola aliran anular, merupakan aliran dimana sungai-sungai besarnya

mengalir melingkar mengikuti struktur dan batuan yang lunak, dan umum

dasar-dasar geomorfologi - 8

Page 9: Geomorfologi - Dasar

terbentuk pada daerah kubah struktural yang telah terkikis dewasa. Pola

aliran anular dengan demikian merupakan variasi dari pola aliran trelis.

Gambar 4. Sketsa pola-pola aliran sungai.

Pada sungai yang telah mencapai stadium dewasa terdapat dataran banjir

yang terbentuk dari pengendapan material klastis yang diendapkan pada

daerah di dekat sungai membentuk point bar. Pada sisi kiri kanan sungai

sering terbentuk akumulasi yang tebal sedimen sepanjang sungai dan

membentuk tanggul alam (natural levees). Jika arus aliran sungai makin

dasar-dasar geomorfologi - 9

Page 10: Geomorfologi - Dasar

melemah, material klastis yang terbawa oleh aliran sungai akan terendapkan

pada tekuk lereng, sisi dalam meander, pertemuan antara dua aliran sungai,

dan perubahan gradien. Jika endapan aluvial sungai yang telah terbentuk

kemudian terkikis kembali oleh aliran sungai akan terbentuk undak-undak

sungai, dan merupakan peremajaan sungai pada masa dewasa atau tua

(Gambar 5).

Jika aliran sungai dari mulut lembah di daerah pegunungan dan kemudian

memasuki wilayah dataran, maka material klastis yang dibawanya akan

terendapkan dan kemudian menyebar meluas dengan sudut kemiringan

makin melandai. Fraksi kasar akan terakumulasi di dekat mulut lembah dan

fraksi halus akan terdapat pada dataran, dan dikenal dengan kipas aluvial.

Kipas aluvial dapat terjadi pada kaki-kaki gunung api, kaki tebing dari gawir,

dll.

Selanjutnya material klastis yang terbawa oleh aliran sungai hingga laut, dan

membentuk delta. Bentuk-bentuk delta dipengaruhi oleh banyak faktor antara

lain bentuk sungai, gradien sungai, besarnya beban, kuat arus laut, arah arus

laut, dsb.

(a)

dasar-dasar geomorfologi - 10

Page 11: Geomorfologi - Dasar

(b) Gambar 5. (a) Sketsa bentuk tanggul alam (natural levees) dan point bar. (b) Kenampakan foto udara undak-undak sungai dan mender

sungai yang terbentuk.

2.2. Dataran dan Plateau

Dataran dan plateau adalah wilayah-wilayah dengan struktur yang relatif

horizontal. Dataran mempunyai relief rendah dengan lembah-lembah

dangkal, sedangkan plateau mempunyai relief yang tinggi dengan lembah-

lembah yang dalam. Secara umum beberapa jenis dataran, antara lain :

⟩ Dataran pantai (coostal plains) yang terbentuk oleh timbulnya dasar laut

⟩ Interior plains, yang mirip dengan dataran pantai tetapi yang terletak

sudah jauh dari laut

⟩ Dataran danau (lake plains), terbentuk oleh timbulnya dasar danau karena

pengeringan danau

dasar-dasar geomorfologi - 11

Page 12: Geomorfologi - Dasar

⟩ Dataran lava (lava plains) dan plateau lava (lava plateau), terbentuk oleh

aliran lava encer

⟩ Dataran endapan glasial (till plains), terdiri dari endapan glacial yang

menutupi topografi tidak rata

⟩ Dataran aluvial (alluvial plains), yang terbentuk dari endapan aluvial dari

kipas aluvial di kaki pegunungan hingga jauh ke dataran banjir dan

dataran pantai.

Plateau pada stadium muda merupakan daerah dengan lapisan horizontal

dan kebanyakan telah terkikis dalam oleh aliran sungai. Daerah plateau

dapat lebih tinggi terhadap sekitarnya dan dibatasi oleh gawir atau dapat

pula lebih rendah dari pegunungan disekitarnya. Plateau dewasa mempunyai

kenampakan umum mirip dengan pegunungan biasa namun kecenderungan

lapisan batuannya horizontal. Plateau tua umumnya merupakan daerah

dataran yang luas yang telah mengalami pengikisan dengan perlapisan yang

horizontal. Bukit-bukit sisa erosi, yang juga berstruktur horizontal disebut

mesa (dengan ketinggian 150-200 m). Dimensi yang lebih kecil dinamakan

butte, dan jika lebih sempit dan tinggi seperti pilar-pilar disebut dengan

pinnacles atau needles.

2.3 Pegunungan kubah (dome mountains)

Kubah diartikan sebagai struktur dari suatu daerah yang luas dengan sifat

lipatan regional dengan sudut kemiringan yang kecil. Ada beberapa sebab

terjadinya kubah, antara lain oleh intrusi garam atau diapir, intrusi lakolit, dan

intrusi batuan beku seperti batolit.

Dalam tahapan muda pegunungan kubah akan dikikis oleh sungai-sungai

namun belum dalam, bentuk kubah masih utuh, pengikisan dimulai di puncak

dengan membentuk cekungan erosi. Kadang-kadang inti kubah yang keras

tampak di dasar cekungan erosi kubah. Pada tahapan dewasa, pengikisan di

puncak makin meluas dan mendalam. Undak-undak gawir terbentuk sesuai

dasar-dasar geomorfologi - 12

Page 13: Geomorfologi - Dasar

dengan banyaknya lapisan-lapisan yang resistan, serta punggungan-

punggungan dengan lapisan miring (hogbacks) terbentuk (Gambar 6). Pada

tahapan tua, mempunyai bentuk akhir dari pengikisan kubah akan

membentuk peneplane. Pola aliran annular hampir-hampir hilang. Kubah

besar dan tinggi dihasilkan oleh intrusi-intrusi batolit; yang lebih kecil

dihasilkan oleh intrusi lakolit, dan berbentuk kubah landai yang dihasilkan

oleh sill. Kubah-kubah kecil dapat dihasilkan oleh intrusi garam atau diapir

lempung.

Gambar 6. Sketsa bentuk (morfologi) hogbacks.

Punggungan-punggungan lapisan miring (hogbacks) dapat terbentuk oleh

beberapa kejadian antara lain kubah, antiklin, sesar, intrusi, dan sebagainya.

Faltion merupakan hogbacks yang terletak terdekat dengan inti kubah yang

keras seperti batuan kristalin dengan ujung atas umumnya runcing (Gambar

7).

dasar-dasar geomorfologi - 13

Page 14: Geomorfologi - Dasar

Gambar 7. Sketsa suatu bentuk pegunungan kubah yang telah mengalami

erosi lanjut.

Inti kubah yang terdiri dari batuan kristalin sering memberi arti sebagai

sumber mineral logam; pertambangan sering dijumpai kubah-kubah garam

tentunya memberi makna sebagai sumber garam. Jika tidak berpotensi akan

mineral, inti kubah yang bertekstur kasar sering merupakan daerah hutan

dan sekaligus merupakan daerah tadah hujan. Juga lereng-lereng terjal dari

hogbacks sebaiknya merupakan daerah hutan untuk mencegah longsoran

dan untuk tujuan konservasi air.

2.4 Pegunungan Lipatan (Folded Mountains)

Istilah pegunungan lipatan digunakan untuk suatu jenis pegunungan dengan

struktur lipatan yang relatif sederhana. Pada tahapan muda morfologinya

masih menggambarkan adanya lingkungan antiklin dan sinklin. Bila erosi

dasar-dasar geomorfologi - 14

Page 15: Geomorfologi - Dasar

melanjut maka pengikisan sungai lateral dapat menajam ke hulu dan juga

sepanjang puncak antiklin. Pada tahapan dewasa pengikisan di puncak

antiklin dapat melanjut, melebar ke arah dalam sepanjang puncak antiklin

dan akhirnya terbentuk lembah antiklin dengan kenampakan morfologi

terhadap struktur geologi menjadi terbalik (interved relief), bukit-bukit antiklin

(anticlinal ridges), dan lembah-lembah sinklin (sinclinal ridges), serta bukit-

bukit yang terbentuk oleh lapisan-lapisan yang miring searah disebut bukit-

bukit homoklin (homoclinal ridges). Pada tahapan tua, daerah pegunungan

lipatan oleh pengikisan menjadi peneplane dan sungai mengalir di dataran

tersebut seolah tanda mengindahkan adanya lapisan lunak ataupun keras

(Gambar 8).

Daerah pegunungan lipatan umumnya berbukit-bukit terjal, dengan lembah-

lembah yang panjang, adanya perulangan antara lembah lebar dan lembah

sempit akibat perbedaan kekerasan batuan, adanya gawir terjal dan

pegunungan landai pada hogbacks atau homoclinal ridges.

Daerah pegunungan lipatan yang terdiri dari batuan-batuan sedimen sering

pula mengandung nilai-nilai ekonomis seperti batugamping, batulempung,

batupasir kuarsa, gipsum, dan sebagainya.

dasar-dasar geomorfologi - 15

Page 16: Geomorfologi - Dasar

Gambar 8. Sketsa bentuk morfologi pegunungan lipatan (atas), dan

hasil proses erosi pada pegunungan lipatan (bawah). 2.5 Pegunungan Patahan (Block Mountains)

Pegunungan ini merupakan hasil deformasi oleh sesar. Pada tahapan muda

pegunungan patahan memperlihatkan gawir-gawir terjal yang memisahkan

antara satu blok pegunungan dengan blok yang lain atau antara blok

pegunungan dengan blok lembah. Umumnya bidang gawir tajam relatif rata,

belum tersayat oleh lembah-lembah. Bentuk blok dapat persegi, berundak,

atau membaji tergantung kepada pola sesar.

dasar-dasar geomorfologi - 16

Page 17: Geomorfologi - Dasar

Gambar 9. Sketsa proses geomorfik pada pegunungan patahan.

Pada tahapan dewasa menyebabkan adanya pengikisan pada bagian muka

atau punggungan blok dengan beberapa kenampakan bagian muka dari blok

masih lebih terjal dari pada bagian punggungan, masih terlihat adanya

kelurusan garis dasar sesar, adanya triangular facets yang merupakan sisa-

sisa bidang sesar setelah terkikis, adanya dataran aluvial berupa kipas

aluvial yang terletak berjajar dalam garis lurus sepanjang kaki bidang muka

dan blok, serta munculnya mata air. Pada tahapan tua, daerah pegunungan

patahan menjadi mendatar dan kehilangan bentuk simetrinya, dengan

daerah aluvial yang meluas (Lihat Gambar 9).

2.6 Gunung Api

Pertumbuhan gunung api merupakan salah satu dari bentuk konstruksional,

dimana pembentukannya dapat terjadi melalui letusan, longsoran, injeksi

dasar-dasar geomorfologi - 17

Page 18: Geomorfologi - Dasar

kubah lava, dan sebagainya diselingi dengan erosi. Pada umumnya proses

erosi berjalan lebih lambat dari proses pembentukan gunung api (Gambar

10). Disamping itu gunung api dapat pula mengalami proses konstruksi lain

seperti sesar dan lipatan.

Gambar 10. Sketsa pertumbuhan gunung api. Gunung api yang telah mencapai tahapan dewasa oleh letusan baru dapat

segera menjadi muda kembali. Perubahan-perubahan bentuk oleh

kegiatannya dapat terjadi seperti pembentukan kubah lava, aliran lava, aliran

lahar, pembentukan kerucut porositer, pembentukan kaldera.

Bentuk-bentuk gunung api dipengaruhi oleh letusan dan aliran lava. Pada

letusan gunung api akan menghasilkan tufa dan breksi vulkanik membentuk

cinder cones. Compasite cones terbentuk jika kegiatan erupsi letusan dan

aliran lava terjadi secara bergantian. Kerucut gunung api sederhana

mempunyai kawah (crater), pada letusan-letusan yang berulang pada titik

yang berbeda dalam suatu kawah dapat menghasilkan kawah ganda (nested

craters), dan pada letusan dahsyat dapat menghasilkan kaldera (kawah yang

sangat besar, berdinding terjal, dan umumnya mempunyai dasar kawah yang

dasar-dasar geomorfologi - 18

Page 19: Geomorfologi - Dasar

rata). Gunung api baru dapat tumbuh di dasar kaldera, dan disebut gunung

api sekunder.

Gunung api di dalam tahapan tua sudah tidak memperlihatkan bentuk

kerucut lagi. Hanya sisa diatrema saja yang kadang-kadang terlihat mencuat

diantara dataran, dan disebut volcanic necks (Gambar 11).

Gambar 11. Gambar suatu bentuk sisa gunung api (volcanic neck)

3. Analisis Morfologi Analisis pada suatu daerah (secara regional) dapat dilakukan pada foto

udara atau pada peta topografi. Analisis morfologi dapat dilakukan dengan

pemisahan-pemisahan unsur-unsur morfologi menjadi bagian-bagian yang

lebih kecil. Analisis dilakukan dengan memperhatikan tujuan semula,

mungkin berupa tujuan-tujuan ilmiah atau tujuan-tujuan aplikasi. Analisis

morfologi yang lazim diadakan adalah: elevasi, sudut lereng, pola kontur,

bentuk bukit, pola bukit, bentuk aliran, pola aliran, kerapatan sungai, luas

DAS, tekuk lereng/gradien, dan lain-lain.

dasar-dasar geomorfologi - 19

Page 20: Geomorfologi - Dasar

Dalam melakuan pemerian geomorfologi pada suatu daerah (wilayah) dapat

dilakukan secara empiris atau deskriptif. Pemerian empiris dilakukan dengan

mengemukakan apa adanya; seperti bukit, lembah, atau pegunungan dan

diuraikan menurut bentuk, ukuran, posisi, dan warna. Contohnya sederet

perbukitan yang terdiri dari batugamping dan batulempung, dengan lebar

wilayah perbukitan tersebut lebih kurang 5 km dan panjang 20 km, dengan

puncak-puncaknya setinggi 900-1250 m dpl ... dst. Sedangkan pemerian

secara deskriptif (explanation) dilakukan dengan menggunakan istilah-istilah

yang lebih tepat karena mengandung arti genetik dari permasalahan

morfologi dan sekaligus mengandung arti bentuk, ukuran, komposisi, lokasi,

dan sebagainya. Contoh : terdapat sederet pegunungan lipatan selebar 5 x

20 km membentuk bukit-bukit hogback dan lembah-lembah homoklin, terdiri

dari batugamping dan batulempung, … dst.

Pada pengamatan melalui peta topografi, analisis dilakukan terhadap pola

kontur (tata letak, bentuk-bentuk lengkungan dan kelurusan, kerapatan garis

kontur, dan pola-pola kontur yang khas).

Daerah di muka bumi yang mempunyai kesamaan dalam bentuk-bentuk dan

pola aliran sungai dimasukkan ke dalam satuan yang sama. Satuan

morfologi pada orde satu dapat dikelompokkan sebagai pegunungan dan

dataran. Pada orde kedua, pegunungan dapat diuraikan lagi sebagai

pegunungan plateu, pegunungan kubah, pegunungan lipatan, pegunungan

kompleks, dan gunung api. Sedangkan dataran, pada orde kedua dapat

diuraikan lagi sebagai dataran pantai, dataran banjir, dataran danau, dataran

aluvial, dan dataran glasial.

dasar-dasar geomorfologi - 20

Page 21: Geomorfologi - Dasar

4. Penerapan Geomorfologi Sebagai Salah Satu Alat Dalam Eksplorasi

Sebelum pelaksanaan kegiatan (survei) lapangan, sebaiknya dilakukan

terlebih dahulu pengenalan bentang alam (landform) melalui analisis foto

udara atau analisis peta topografi (berdasarkan pola kontur). Kegiatan ini

akan sangat membantu untuk memberikan gambaran (interpretasi awal)

tentang sejarah geologi, struktur, dan litologi regional daerah yang akan

diobservasi.

McKinstry (1948) dalam tulisannya membahas tentang penggunaan petunjuk

geomorfik dalam pekerjaan eksplorasi, dan mengelompokkan tiga petunjuk

dalam pencarian endapan mineral, yaitu :

⟩ Beberapa endapan mineral akan memperlihatkan suatu bentuk topografi

yang khas.

⟩ Topografi suatu daerah dapat memberikan suatu struktur geologi dimana

suatu endapan mineral dapat terakumulasi.

⟩ Dengan mempelajari sejarah geomorfik suatu daerah memungkinkan

untuk dapat memperkirakan kondisi-kondisi fisik dimana mineral-mineral

terakumulasi atau terkayakan.

Tidak semua tubuh bijih mempunyai ekspresi permukaan (topografi) yang

khas, namun ada beberapa diantaranya dapat diprediksikan dari

kenampakan permukaan (topografi) seperti singkapan bijih, gossan, atau

mineral-mineral residual, serta kenampakan struktur geologi seperti

fractures, sesar, dan zona-zona breksiasi. Sebagai contoh : sebaran Pb-Zn

di Broken Hill Australia membentuk suatu punggungan yang menyolok, urat-

urat kuarsa masif di Santa Barbara Meksiko memperlihatkan bentuk yang

menyolok karena cenderung lebih resistan terhadap pelapukan dari batuan-

batuan di sekitarnya. Menurut Schmitt (1939), ekspresi topografi merupakan

suatu akibat dari laju oksidasi, termasuk daya tahannya terhadap pelapukan

dan erosi.

dasar-dasar geomorfologi - 21

Page 22: Geomorfologi - Dasar

Pada endapan residual, konsep-konsep geomorfologi yang dapat diterapkan

antara lain :

⟩ Pelapukan dan erosi merupakan proses yang mutlak dan selalu terjadi di

muka bumi.

⟩ Hasil pelapukan suatu batuan mungkin dapat menghasilkan suatu

konsentrasi endapan mineral ekonomis.

⟩ Produk dari tahap akhir siklus morfologi pada umumnya tertinggal

membentuk suatu endapan residual yang insitu.

⟩ Tahapan-tahapan awal dari siklus geomorfik pada umumnya bersifat

mengikis, mengerosi, tertransport, dan terendapkan pada suatu tempat.

Sedangkan pada endapan placers (residual, kolovial, eluvial, aluvial, dan

endapan pantai), konep-konsep geomorfologi yang dapat diterapkan antara

lain ; masing-masing tipe endapan placers merupakan hasil dari siklus

geomorfik yang terbatas, dan diendapkan pada kondisi topografi tertentu,

dan mempunyai ekspresi topografi yang khas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lapedes, D.N., Encyclopedia of The Geological Sciences., McGraw and Hill, 1978.

2. Thornbury., W.D., Principles of Geomorphology., Second Edition., Willey

and Sons., 1969.

dasar-dasar geomorfologi - 22