geoteknik - slope stability
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

PENDAHULUAN
Pengetahuan kestabilan lereng atau disebut juga kemantapan lereng perlu
diketahui oleh para pekerja lapangan dalam kegiatan penambangan.
Pengetahuan kestabilan lereng ini diperlukan untuk menjaga supaya kegiatan
penambangan berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sangat
penting karena kestabilan lereng akan mempengaruhi kegiatan penambangan,
baik secara keseluruhan maupun pada sebagian kegiatan penambangan,
misalnya;
- kelongsoran sebagian atau seluruh lereng akan mengakibatkan
kerugian langsung berupa tertimbunnya pekerja atau peralatan.
- Kerugian tak langsung berupa tertundanya penambangan dan ongkos
pembersihan timbunan batuan
Seringkali kelongsoran ini menyebabkan cadangan yang sedang
dikerjakan secara tiba-tiba menjadi tidak ekonomis karena harus menanggung
kecelakaan diatas. Untuk mencegah kecelakaan diatas maka para pekerja
lapangan perlu memahami dan mempunyai keterampilan dalam hal:
- identifikasi bidang lemah
- pengaruh penambangan terhadap kestabilan lereng
- factor-faktor pengganggu kestabilan lereng
- dasar-dasar analisa kestabilan lereng
- pengelolaan sumberdaya kestabilan lereng
- perawatan lereng
- K3 kestabilan lereng
- pemantauan lereng
1

PEMBELAJARAN 1
PENGARUH PENGGALIAN TERHADAP KESTABILAN MASSA BATUAN
Tujuan khusus Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengaruh pemotongan/penggalian atau penambangn terhadap
kestabilan massa batuan yang membentuk lereng
2. Menjelaskan metode tambang yang berhubungan dengan kestabilan lereng
1.1 Metoda Penambangan Tambang Terbuka Tambang terbuka adalah kegiatan penambangan yang aktifitasnya
berhubungan langsung dengan udara luar. Kegiatan tambang terbuka yang
dikenal adalah; tambang open pit , tambang quarry, strip mine dan auger. Yang
akan dibahas pada bab ini adalah mengenai tambang open pit, tambang quarry
dan strip mine.
1.1.1 Tambang open pit Sebagian besar penambangan saat ini dilakukan secara open pit,
sehingga permasalahan kestabilan lereng sering dikaitkan dengan metoda
penambangan ini. Karena kegiatan utama penambangan tambang terbuka
adalah penggalian dengan cara memotong massa batuan yang mana hasil
penggalian ini adalah terbentuknya lereng yang merupakan sisi-sisi dari sebuah
lubang tambang.
2

Gambar 1-1
Tambang Open Pit
Pada beberapa tambang skala kecil - sedang lereng tunggal yang terbentuk
hanya mempunyai dimensi tinggi 5 meter hingga 10 meter dengan tinggi lereng
keseluruhan sekitar 100 meter, sedangkan pada tambang besar, lereng tunggal
yang terbentuk dapat mencapai 10 meter hingga 20 meter dengan tinggi lereng
keseluruhan lebih tinggi dari 200 meter.
3

Akibat penggalian pada massa batuan ini maka akan terjadi
ketidakseimbangan pada lereng yang terbentuk. Ketidakseimbangan tersebut
dapat disebabkan akibat;
- perubahan tegangan pada sisi lereng yang terbentuk, yang disebabkan
hilangnya beban pada sisi lain massa batuan akibat pemotongan.
Kondisi ini akan menyebabkan terkonsentrasinya tegangan pada suatu
daerah sempit sehingga akan menyebabkan terlampauinya kekuatan
massa batuan oleh tegangan yang terjadi, yang pada akhirnya batuan
yang bersangkutan akan pecah/failure
Konsentrasi tegangan
Gambar 1-2
Ketidakseimbangan akibat perubahan tegangan
- hilangnya penyanggaan pada suatu blok batuan yang disebabkan
terpotongnya massa batuan yang sebelumnya menyangga blok batuan
tersebut. Dengan adanya penggalian, maka ketersingkapan bidang
lemah akan makin besar yang menyebabkan makin besarnya
kemungkinan suatu blok batuan kehilangan penyanggaan.
4

bidang lemah 1
arah longsoran blok batuan
blok penyangga
yang lepas bidang lemah 2
Gambar 1-3
Makin besar geometri lereng, ketersingkapan bidang
lemah akan makin besar
Kedua ketidakseimbangan ini dapat saling sinergi sehingga menyebabkan
makin berisikonya kegiatan pemotongan/penggalian massa batuan ini, hal ini
terjadi karena massa batuan bukanlah suatu massa yang solid tetapi merupakan
massa yang terpotong–potong oleh bidang–bidang lemah (bidang diskontinyu).
Akibat penggalian akan menyebabkan perubahan tegangan dan hilangnya
penyanggaan pada blok batuan akan terjadi bersamaan, bahkan perubahan
tegangan tersebut dapat menyebabkan makin melemahnya kuat geser bidang
diskontinyu.
Pada kegiatan tambang dimana semakin tinggi lereng tunggal (individual
slope) dan terutama makin tingginya lereng keseluruhan (overall slope), maka
risiko kelongsoran akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena makin tinggi lereng,
maka perubahan tegangan akan semakin besar dan bidang lemah yang
tersingkap/terpotong akan makin banyak.
5

Pada lereng tanah, ketidakstabilan lereng lebih banyak disebabkan oleh
perubahan tegangan akibat penghilangan beban pada sisi lereng yang lain.
Perubahan tegangan ini menyebabkan bergesernya suatu blok tanah dimana
kuat gesernya akan dilampaui yang pada akhirnya akan longsor.
1.1.2 Tambang Quarry Metoda Penambangan ini diterapkan untuk mmenggali batuan ornamen
atau konstruksi; misalnya batu belah/split, batu marmer, batu granit dll. Untuk
batuan konstruksi persyaratan bentuk tidak menjadi masalah oleh sebab itu
pembongkaran batuan tidak perlu mengikuti dimensi bongkahan tertentu, tetapi
untuk batuan ornamen maka perlu dilakukan pemotongan yang lebih teratur dan
berdimensi tertentu.
Penambangan biasanya dilakukan pada bentuk cadangan yang membukit
dan permulaan penambangan dilakukan secara side hill type, yaitu dilakukan dari
sisi bukit setelah itu memotong secara keseluruhan bukit. Permasalahan
kestabilan lereng yang sering ditemukan adalah kelongsoran batuan akibat
terlampauinya kekuatan geser (shear strength) bidang lemah batuan akibat
beban blok batuan atau hilangnya efek penyanggaan akibat pemotongan
(Gambar 1-3)
Sedangkan pengaruh perubahan tegangan akibat perubahan beban tidak
terlalu berpengaruh. Kecilnya pengaruh pembebanan dikarenakan
penambangan dilakukan pada lereng bukit/diatas bukit sehingga perubahan
beban tidak terlalu besar. Ditinjau dari masalah kestabilan lereng, tambang open
cut yang dilakukan dengan cara memotong bukit dari arah permasalahannya
sama dengan quarry
6

Gambar 1-4
Penambangan Quarry untuk batu marmer
1.1.3 Tambang Batubara (Strip Mine) Strip mine dilakukan untuk penambangan batubara yang mempunyai
kemiringan yang rendah (kurang dari 300). Awal penambangan dilakukan dengan
mengupas/stripping batuan penutup yang kemiringannya sejajar dengan
batubara. Kemungkinan keelongsoran akan timbul jika penambangan sudah
cukup dalam.
Kelongsoran dapat terjadi pada high wall atau low wall. Pada high wall
kelongsoran lebih didominasi karena perubahan tegangan pada high wall akibat
perubahan beban dan kondisi bidang lemah, sedangkan pada low wall lebih
disebabkan terlampauinya kekuatan geser (shear strength) bidang lemah oleh
tegangan geser (shear stress) karena perubahan pembebanan.
7

Gambar 1-5
Penambangan Stripe Mine
8

RANGKUMAN PEMBELAJARAN 1
Metoda penambangan tambang terbuka yang erat berhubungan dengan
masalah kestabilan lereng adalah;
- open pit, pada penambangan ini akan terbentuk lubang tambang yang sisi-
sisinya dibatasi oleh lereng-lereng yang cukup terjal
- quarry, penambangan ini dilakukan khusus untuk batuan kontruksi atau
batuan ornamen
- open cut, penambangan dilakukan mulai dari atas bukit dan mengarah ke
kaki bukit
- strip mine, penambangan dilakukan pada tambang batubara yang sedikit
mendatar
Dengan adanya penggalian, maka akan terjadi ketidakseimbangan baik berupa
perubahan arah dan besarnya stress serta kehilangan penyanggaan dari suatu
blok batuan.
9

EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN PEMBELAJARAN 1
EVALUASI 1. Pada kegiatan penambangan sering terjadi kelongsoran batuan, hal ini terjadi
karena adanya kegiatan penggalian. Sebutkan 2 akibat penggalian yang
sering mempengaruhi kestabilan lereng.
A. Perubahan arah tegangan yang menyebabkan terjadinya
konsentrasi tegangan dan besarnya ketersingkapan terhadap
bidang lemah
B. Perubahan tegangan dan adanya bidang lemah sehingga
menyebabkan batuan longsor.
C. Konsentrasi tegangan pada kaki lereng akan menyebabkan
batuan longsor melalui kaki lereng.
D. Konsentrasi tegangan dan kehadiran bidang lemah akan
menyebabkan lereng longsor melalui kaki lereng.
2. Ketidakstabilan lereng yang terjadi saat penggalian bukan diakibatkan oleh;
A. Perubahan tegangan
B. Kehilangan penyanggaan blok batuan.
C. Getaran akibat penggalian.
D. Metode penambangan
3. Keuntungan metoda penambangan terbuka adalah;
A. Dapat menggunakan alat besar
B. Suasana kerja lebih baik dibandingkan tambang bawah tanah.
C. Recovery besar.
D. Semuanya benar.
10

4. Penyebab utama ketidakstabilan lereng pada penambangan quarry adalah;.
A. Stress
B. Bidang lemah.
C. Air.
D. Getaran.
5. Pada material tanah, penyebab utama kelongsoran secara umum adalah.
A. Stress
B. Bidang lemah.
C. Air.
D. Getaran.
KUNCI JAWABAN
1. A
2. D
3. D
4. B
5. C
11

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBELAJARAN 2
KESTABILAN LERENG
Tujuan khusus Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan penyebab atau faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng
2. Menjelaskan jenis kelongsoran pada tambang terbuka
3. Mengidentifikasi Potensi Kelongsoran dalam Perencanaan Tambang
4. Mengidentifikasi potensi kelongsoran dalam pelaksanaan pekerjaan
Pada pembelajaran 1 telah dibahas secara sepintas bahwa tegangan dan
bidang lemah merupakan beberapa penyebab kelongsoran. Tegangan yang
merupakan akibat dari geometri lereng dan bidang lemah akan dibahas kembali
secara lengkap sehingga dapat dimengerti mengapa kedua factor tersebut
sangat mempengaruhi kestabilan lereng. Faktor-faktor yang mengganggu
kestabilan lereng adalah; geometri lereng, air tanah, bidang lemah, kekuatan
batuan utuh dan faktor luar;
2.1 Geometri lereng, Makin tinggi lereng, makin besar risiko yang akan dihadapi. Hal ini
disebabkan karena makin tinggi lereng, maka makin besar perubahan tegangan
(stress) yang dapat menyebabkan konsentrasi tegangan pada kaki lereng serta
dengan makin besarnya geometri, maka ketersingkapan struktur pun akan makin
besar (Gambar 2.1) yang menyebabkan terjadinya kelongsoran blok batuan.
12

Tegangan (stress) yang terkonsentrasi pada suatu area yang sempit akan
melampaui kekuatan batuan, sehingga batuan akan pecah dan memprovokasi
kelongsoran. Tegangan yang hadir pada lereng ini disebabkkan karena adanya
perubahan beban (hilangnya beban) diatas dan disamping bidang lereng.
Pada beberapa daerah dimana tektonik stress hadir atau adanya stress
residu horisontal, maka pengaruh geometri ini akan makin besar.
2.2 Bidang lemah Kekuatan massa batuan merupakan gabungan dari kekuatan batuan utuh,
kondisi air tanah dan kondisi/posisi/geometri serta frekwensi bidang diskontinyu.
Jika batuan utuh makin kuat serta bidang lemah makin sedikit dan makin kuat,
maka massa batuan akan makin kuat. Selain itu pula adanya kehadiran bidang
lemah yang cukup lebar/panjang harus diperhitungkan secara tersendiri karena
akan menjadi faktor penentu kelongsoran.
Kondisi bidang lemah yang harus diperhitungkan adalah
- lebar bidang lemah; makin lebar jarak antar sisi-sisi bidang lemah, maka
batuan akan makin lemah
- kondisi pelapukan sisi-sisi batuan bidang lemah; makin lapuk sisi-sisi batuan
bidang lemah maka bidang lemah tersebut akan makin lemah
- jenis pengisi bidang lemah; jika pengisi kuarsa maka bidang lemah akan
makin kuat, sebaliknya jika pengisi adalah lempung maka bidang lemah akan
makin lemah
- orientasi bidang lemah; bidang lemah yang berisiko longsor adalah bidang
lemah yang searah dan lebih landai dari kemiringan lereng
- kekasaran bidang lemah, makin kasar maka bidang lemah akan makin kuat
13

muka lereng
Bidang lemah
Gambar 2-1
Sketsa mengenai pengaruh geometri lereng dan
kehadiran bidang lemah terhadap kestabilan lereng
Kondisi bidang lemah yang harus diperhitungkan adalah
- lebar bidang lemah; makin lebar jarak antar sisi-sisi bidang lemah, maka
batuan akan makin lemah
- kondisi pelapukan sisi-sisi batuan bidang lemah; makinlapuk sisi-sisi batuan
bidang lemah maka bidang lemah tersebut akan makin lemah
- jenis pengisi bidang lemah; jika pengisi kuarsa maka bidang lemah akan
makin kuat, sebaliknya jika pengisi adalah lempung maka bidang lemah akan
makin lemah
- orientasi bidang lemah; bidang lemah yang berisiko longsor adalah bidang
lemah yang searah dan lebih landai dari kemiringan lereng
- kekasaran bidang lemah, makion kasar maka bidang lemah akan makin kuat
14

2.3 Air tanah. Pada batuan sangat berpengaruh jika ada bidang lemah yang terisi oleh air
karena akan menyebabkan meningkatkan tegangan terhadap bidang lemah
tersebut. Selain itu air dapat mengikis pengisi ruang antar bidang lemah,
melapukan sisi bidang lemah dan melarutkan mineral - mineral sulfida. Pada
beberapa kasus, air dapat menjadi faktor utama ketidakstabilan lereng terutama
pada lereng tanah.
Arah tegangan air tanah
Gambar 2-2
Kehadiran air tanah akan mengurangi
kekuatan geser bidang lemah
2.4 Getaran Getaran dapat diakibatkan oleh gempa bumi, getaran alat berat ataupun
peledakan. Getaran menyebabkan berpindahnya suatu massa dalam frekwensi
tertentu yang mengakibatkan timbulnya gaya dorong pada suatu blok batuan,
15

2.5 Beberapa Jenis Kelongsoran Pada Tambang Terbuka Pada penggalian awal, umumnya material yang digali adalah tanah.
Karakteristik mekanis tanah yang lemah menyebabkan tanah mudah longsor.
Tapi karena tanah ini merupakan massa yang kontinyu, maka mudah untuk
menganalisa keruntuhan/kelongsorannya. Tetapi jika penggalian dilakukan lebih
dalam, maka akan ditemukan suatu zona campuran antara tanah dengan
boulder batuan. Pada zona ini seringkali terjadi kelongsoran yang tidak terduga,
karena selain karakteristik mekanis material pada zona ini sangat beragam, juga
reaksi terhadap penggalian beragam. Kondisi ketidakseragaman ini sering terjadi
jika zona batuan solid cukup keras.
Pada zona tanah kelongsoran yang terjadi dapat berupa;
- jatuhan/fall
- kelongsoran sirkuler
- kelongsoran translasi
- kombinasi
Berikut adalah beberapa contoh sederhana kelongsoran
Fall circuller
Gambar 2-3
Jenis Kelongsoran Tanah
16

Sedangkan pada zona batuan kelongsoran yang terjadi dapat berupa 2 jenis;
Kelongsoran pada batuan utuh yaitu
- kelongsoran geser/shear failure
- kelongsoran lendutan/bending failure
Shear failure Bending failure
undercut
Gambar 2-4
Jenis Kelongsoran Pada Batuan Utuh
Kelongsoran pada bidang lemah;
- plane sliding
- wedge sliding
- bucling failure
- toppling
plane sliding wedge sliding
arah longsoran
arah longsoran
17

Buckling
topling
Gambar 2-5
Jenis Kelongsoran Pada Bidang Lemah
2.6 Identifikasi Potensi Kelongsoran dalam Perencanaan Tambang Untuk supaya penggalian dapat dilakukan secara aman dan
mengantisipasi adanya kelongsoran, maka dalam perencanaan tambang perlu
diidentifikasi jenis kelongsoran yang akan terjadi serta lokasinya. Data untuk
mengidentifikasi jenis dan lokasi kelongsoran didapat setelah tambang dibuka
dan lereng dibuat. Identifikasi jenis dan lokasi kelongsoran ini dibuat berdasarkan
pemetaan bidang lemah, dimana hasilnya dianalisa secara stereografis. Selain
itu tanda-tanda gangguan alam yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan harus
diidentifikasi. Identifikasi kemungkinan kelongsoran ini akan membantu
perencana dan operasional tambang untuk menghindari pemotongan/penggalian
yang dapat menyebabkan kelongsoran, ataupun jika harus dilakukan maka
antisipasi yang tepat dapat dilakukan.
Identifikasi dalam memperhitungkan kemungkinan kelongsoran, biasanya
dilakukan jika penambangan sudah mencapai material batuan. Hal ini dilakukan
18

karena penambangan sudah dalam sehingga jika terjadi kelongsoran, maka
kerugian lebih lanjut dapat dicegah. Identifikasi kemungkinan kelongsoran ini
dapat berupa perhitungan yang sudah cukup detail, jika ditemukan adanya
bidang diskontinyu yang dominan, atau merupakan perhitungan awal melalui
analisa stereografis jika tidak ditemukan bidang diskontinyu yang dominan.
2.7 Mengidentifikasi potensi kelongsoran dalam pelaksanaan pekerjaan
Dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
Umum, masalah dimensi lereng dibahas pada Pasal 241. Pada ayat 2 beberapa
persyaratan harus dipenuhi jika pekerjaan dilakukan pada batuan/material lepas.
Selain itu pula pada pasal tersebut di ayat 5 mensyaratkan adanya studi
kemantapan lereng. Dasar pemikiran yang memunculkan peraturan tersebut
adalah karena banyaknya kecelakaan yang timbul karena cara penggalian yang
tidak sesuai dengan kondisi batuan/material penggalian.
Faktor-faktor kecelakaan pada pekerjaan tambang terbuka dimana front
kerja berada pada daerah sekitar lereng meliputi :
- tertimpa batuan,
- terguling pada sisi crest (untuk peralatan)
- tertimpa atau berada pada daerah longsoran individual slope dan/atau
overall slope
Faktor-faktor diatas diperberat oleh tatacara penambangan yang tidak
mengindahkan kondisi lapangan/batuan serta peraturan yang ada.
2.8 Fenomena Kecelakaan A. Batuan Jatuh
Dimensi dari batuan yang jatuh dapat berukuran kecil hingga besar dan
dapat berasal dari timbunan berm, bagian dari lereng (baik dari crest maupun
19

face). Batuan yang jatuh dapat berupa komponen batuan dari berm, batu
menggantung, potongan batuan hasil kelongsoran buckling dan batuan yang
lepas dari crest
Beberapa fenomena jatuhnya batuan dari lereng adalah dapat dilihat pada
Gambar 2.6.
Gambar 2-6 Fenomena Jatuhnya Batuan
Makin terjal lereng dan makin tinggi lereng maka kecepatan batuan jatuh
pada ‘toe’ akan semakin besar sehingga akan meningkatkan risiko kecelakaan.
Beberapa jenis batuan jatuh adalah;
- free falling/bouncing
- rolling/toppling
- sliding
20

Gambar 2-7
Gerakan Batuan Jatuh
Untuk menghindari batuan jatuh maka dibuat berm sehingga batuan dapat
tertahan oleh adanya berm.
Gambar 2-8
Batuan Jatuh Tertahan Oleh Berm
21

Pada penambangan dimana pembongkaran batuan menggunakan peledakan,
seringkali terjadi back break atau terjadi retakan/hancuran pada crest lereng
baru. Kondisi ini merupakan kondisi berbahaya yang dapat menyebabkan
tergulingnya kendaraan. Oleh sebab itu dibuat berm yang akan berguna bagi
menghindarkan tergulingnya kendaraan karena melewati crest. Fenomena
jatuhnya batuan dapat mengindikasikan bahwa kondisi lereng tidak stabil atau
sedang dalam kondisi untuk mencapai kestabilan.
B. Kendaraan Terguling Kegunaan lain dari berm pada jalan angkut atau cut bench adalah untuk
menghindari jatuhnya kendaraan melewati crest.
C Longsornya Lereng Kelongsoran individual slope hanya akan mengganggu produksi sehari-
hari, tetapi jika kelongsoran menyangkut sebagian atau seluruh dari overall slope
maka akan mengganggu produksi secara keseluruhan
2.9 Pemeriksaan Lereng Untuk menghindari kecelakaan karena tidak amannya sebuah lereng perlu
dilakukan pemeriksaan secara berkala kondisi lereng. Pada perusahaan
tambang tersebut. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah;
a. pada setiap potongan baru harus dipetakan dan diidentifikasi bidang-
bidang lemah yang ada
b. curigai jika ada tumpukan batu disekitar toe, hal ini mengindikasikan
adanya jatuhan dari atas
c. potong setiap batu menggantung
d. tangani setiap adanya rekahan tarik pada crest
e. tangani jika ada batuan yang akan jatuh dari berm
f. drain setiap adanya rembesan air
g. pelihara drainase supaya tidak ada air yang tergenang
22

h. curigai setiap retakan mendatar pada muka lereng, hal ini dapat
mengindikasikan adanya buckling
i. identifikasi adanya retakan tarik diluar batas pit limit
j. inspeksi khusus setiap setelah hujan
23

RANGKUMAN PEMBELAJARAN 2
Faktor-faktor yang mengganggu kestabilan lereng adalah;
- Geometri lereng,
Makin tinggi lereng, makin besar risiko yang akan dihadapi. Hal ini
disebabkan karena makin tinggi lereng, maka makin besar perubahan
tegangan (stress) yang dapat menyebabkan konsentrasi tegangan pada
kaki lereng serta dengan makin besarnya geometri, maka ketersingkapan
struktur pun akan makin besar yang menyebabkan terjadinya
kelongsoran blok batuan.
- Bidang lemah
Kekuatan massa batuan merupakan gabungan dari kekuatan batuan utuh,
kondisi air tanah dan kondisi/posisi/geometri serta frekwensi bidang
diskontinyu.
- Air tanah.
Pada batuan sangat berpengaruh jika ada bidang lemah yang terisi oleh
air karena akan menyebabkan meningkatkan tegangan terhadap bidang
lemah tersebut. Selain itu air dapat mengikis pengisi ruang antar bidang
lemah, melapukan sisi bidang lemah dan melarutkan mineral - mineral
sulfida. Pada beberapa kasus, air dapat menjadi faktor utama
ketidakstabilan lereng terutama pada lereng tanah.
- Getaran
Getaran dapat diakibatkan oleh gempa bumi, getaran alat berat ataupun
peledakan. Getaran menyebabkan berpindahnya suatu massa dalam
24

frekwensi tertentu yang mengakibatkan timbulnya gaya dorong pada suatu
blok batuan,
Beberapa Jenis Kelongsoran Pada Tambang Terbuka Pada zona tanah kelongsoran yang terjadi dapat berupa;
- jatuhan/fall
- kelongsoran sirkuler
- kelongsoran translasi
- kombinasi
Sedangkan pada zona batuan kelongsoran yang terjadi dapat berupa 2 jenis;
Kelongsoran pada batuan utuh yaitu
- kelongsoran geser/shear failure
- kelongsoran lendutan/bending failure
Kelongsoran pada bidang lemah;
- plane sliding
- wedge sliding
- buckling failure
- toppling
Pemeriksaan Lereng Untuk menghindari kecelakaan karena tidak amannya sebuah lereng perlu
dilakukan pemeriksaan secara berkala kondisi lereng. Pada perusahaan
tambang tersebut. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah;
1. pada setiap potongan baru harus dipetakan dan diidentifikasi bidang-
bidang lemah yang ada
2. curigai jika ada tumpukan batu disekitar toe, hal ini mengindikasikan
adanya jatuhan dari atas
3. potong setiap batu menggantung
4. tangani setiap adanya rekahan tarik pada crest
5. tangani jika ada batuan yang akan jatuh dari berm
25

6. drain setiap adanya rembesan air
7. pelihara drainase supaya tidak ada air yang tergenang
8. curigai setiap retakan mendatar pada muka lereng, hal ini dapat
mengindikasikan adanya buckling
9. identifikasi adanya retakan tarik diluar batas pit limit
10. inspeksi khusus setiap setelah hujan
26

EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN PEMBELAJARAN 2
EVALUASI 1. Sebutkan 2 geometri lereng yang menjadi penyebab utama ketidakstabilan
lereng?
A. Lebar dan tinggi
B. Tinggi dan Kemiringan.
C. Kemiringan dan topografi.
D. Topografi dan lebar.
2. Kondisi bidang lemah yang bagaimana yang dapat menyebabkan
ketidakstabilan lereng;
A. Bidang lemah yang terbuka
B. Bidang lemah menerus.
C. Bidang lemah terisi kwarsa.
D. Semuanya benar
3. Jenis kelongsoran utama pada massa batuan berlapis adalah;
A. Sliding
B. Shear.
C. Topling.
D. Fall
4. Mengapa kelongsoran tanah sering terjadi setelah hujan lebat?
A. Tanah menjadi licin
C. Tanah menjadi lumpur.
C. Tegangan air pori meningkat.
D. Semuanya salah
27

5. Pada material tanah, penyebab utama kelongsoran secara umum adalah.
a. Stress
b. Bidang lemah.
c. Air.
d. Getaran.
KUNCI JAWABAN
1. B
2. D
3. A
4. C
5. C
28

PEMBELAJARAN 3
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK MATERIAL PEMBENTUK LERENG
Tujuan khusus Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan perbedaan lapisan tanah dan batuan
2. Menjelaskan parameter penyebab kelongsoran
3. Menjelaskan karakteristik massa batuan
4. Menjelaskan tegangan geser tanah dan batuan
3.1 Tanah Di alam tanah dibagi dalam beberapa lapisan, yaitu;
a. top soil, merupakan lapisan tanah yang paling subur dimana
ketebalannya antara 10 cm hingga 25 cm, tergantung kondisi
lingkungan. Lapisan ini harus diselamatkan waktu pertama kali
penggalian, ditempatkan secara khusus dan dilindungi sebelum
digunakan kembali
b. sub soil, terletak dibawah top soil. Istilah tanah dimulai dari sub soil
kebawah.
Dilihat dari genesanya ada empat jenis tanah yaitu;
a. transported soil, adalah tanah yang terbentuk karena dipindahkan dan
diendapkan dari daerah lain
b. residual soil, adalah tanah yang belum mengalami transportasi dan
terbentuk pada tempatnya semula
29

c. laterit, adalah tanah yang banyak mengandung oksida besi dan
alumina
d. organic soil sering pula disebut gambut
3.1.1 Sifat Fisik dan Klasifikasi Tanah Tanah merupakan suatu material campuran antara butir tanah, udara dan
air. Karena komposisi tersebut, tanah mempunyai sifat fisik yang berbeda-beda
untuk tempat dan lingkungan yang berbeda. Sifat fisik tersebut adalah;
Berat Volume = Wt = Vv = Ww =Vw =Vt =Ws = Vs
Gambar 3-1
Illustrasi Komposisi Berat dan Isi Tanah
Klasifikasi dan sifat tanah akan sangat tergantung pada ukuran butirnya (kecuali
lempung dan lanau). Berikut adalah jenis tanah beserta ukuran butirnya.
Tabel 3-1
Ukuran Butir Tanah
Jenis Tanah Ukuran
Berangkal/Boulder) > 20 cm
Kerakal/Cobble 8 –20 cm
Kerikil/Gravel 2 mm – 8 cm
Pasir Kasar/Coarse Sand 0,6 mm – 2 mm
Udara
Air
Butir Tanah
30

Pasir Sedang/Med.Sand 0,2 – 0,6 mm
Pasir Halus/Fine Sand 0,06 – 0,2 mm
Lanau/Silt 0,002 - 0,06 mm
Lempung/Clay < 0,002 mm
Dari segi keteknikan yang disebut tanah berada pada ukuran mulai dari
kerikil kebawah. Pada tanah yang berbutir kasar (pasir halus hingga kerikil/Tabel
2-1), sifat-sifat tanah tersebut akan tergantung pada ukuran butirnya. Sedangkan
tanah yang berbutir halus (lempung dan lanau), sifat tanah tergantung pada
komposisi kimianya.
Pada kondisi nyata dilapangan, tanah merupakan campuran beberapa
ukuran butir tanah. Istilah pasir lempungan atau lempung pasiran akan sangat
umum ditemukan dilapangan. Seringkali istilah pasir kelempungan ditambah
dengan ‘bergradasi baik/buruk’, dimana fraksi halus akan dinilai sifat
plastisitasnya.
3.1.2 Kuat Geser Tanah Salah satu parameter tanah yang penting adalah kuat geser tanah,
dimana parameter ini diperlukan untuk menghitung daya dukung tanah,
tegangan tanah pada dinding penahan serta kestabilan lereng
Tanah yang terdiri dari butir kasar dan halus yang bergerak relatif antar
butirnya akan mengalami keruntuhan geser (sher failure) jika tanah tersebut tidak
dapat memelihara kekuatannya. Kekuatan geser tanah didapatkan dari kohesi
(C) antar butir dan gesekan antar butir (τ)
Sehingga Kuat Geser tanah (τ) adalah;
τ = C + τ
= C + σ . tan θ
31

Berikut adalah illustrasi pengukuran Kuat Geser
σ θ
τ’
Gambar 3-2
Illustrasi Gaya-Gaya Pada Benda Yang Digeser
Pada kondisi jenuh (kondisi alam yang paling rentan terhadap kelongsoran)
tegangan air dalam pori-pori tanah akan mengurangi tegangan normal antar
butir, dan jika tegangan air pori = u, maka akan menjadi;
τ = C’ + (σ - u) . tan θ
dimana;
σ = tegangan normal
θ = sudut geser dalam/sudut friksi
C’ = kohesi
(σ - u) = tegangan efektif = σ’
3.2 Batuan
Seorang geologis mendefinisikan batuan adalah semua material kerak
bumi. Mereka membagi batuan menjadi batuan consolidated (batuan) dan
batuan unconsolidate’ (Tanah). Tetapi seorang yang berhubungan dengan
masalah civil engineering mendefinisikan batuan adalah merupakan formasi
keras dari kulit bumi. Dalam hal ini seorang tehnik sipil lebih memperhatikan
32

mengenai sifat fisik dan mekanik dari batuan. Sedangkan menurut ASTM, batuan
adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa massa yang
berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen. ISRM dan Bieniewasky
membatasi definisi batuan secara lebih kwantitatif, yaitu bahwa batuan adalah
material bumi dengan kuat tekan diatas 1 MPa.
3.2.1 Klasifikasi Jenis/Massa Batuan Menurut engineering batuan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa
cara yaitu;
A. Secara Genesa - Batuan Beku (Andesit, Granit, Gabro dll)
- Batuan Sedimen (batu Pasir, batu Lempung, Gamping dll)
- Batuan Metamorf (Quartzite, Marmer, Slate dll)
B. Secara Lithologi Klasifikasi ini berdasarkan kandungan mineralnya baik secara kimia
maupun bentuk fisik butiran. Klasifikasi ini bermanfaat secara engineering
terutama untuk membedakan beberapa jenis batuan sedimen yang
mempunyai sifat kimia/fisik yang rentan terhadap perubahan cuaca,
pelarutan air serta abrasivitas. Berikut adalah klasifikasi secara litologi
berdasarkan beberapa perbedaan komposisi;
- Perbedaan besar butir (batu Lempung, Lanau, batu Pasir)
- Perbedaan komposisi Silika (Granit, Granodiorit, Andesit)
- Perbedaan bentuk bitir (Konglomerat, Breksi, Aglomerat)
C. Klasifikasi Kekuatan Batuan Utuh Klasifikasi ini berdasarkan kekuatan (kuat tekan) batuan utuh
33

Tabel 3-2
Klasifikasi Kuat Tekan Batuan Utuh
Deskripsi Class Kuat Tekan
(MPa)
Contoh Nama
Batuan
A Very High Strength 220 Quartzite,
Diabase, Basalt
B High Strength 110 – 220 Marble, Dolomite
C Medium Strength 55 – 110 Limestone
D Low Strength 28 – 55 Sandstone
E Very Low Strength < 28 Tufa
D. Klasifikasi Massa Batuan RQD merupakan cara yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan secara
engineering suatu kondisi batuan. Sedangkan untuk mengklasifikasikan massa
batuan, beberapa cara digunakan. Dimana pengklasifikasian ini sangat berguna
secara engineering karena dapat mengkuantifikasi massa batuan dan
mengklasifikasikannya. Beberapa cara yang digunakan yaitu;
- Rock Mass rating
- Q System
- Rock Mass Index
3.2.2 Sifat Massa Batuan Secara Umum Harus dibedakan secara jelas antara batuan utuh dengan massa batuan.
Batuan utuh (intack rock) mempunyai sifat relatif lebih homogen dan lebih
continue. Sedangkan massa batuan (rock mass) mempunyai sifat sbb;
34

A. Heterogen. Massa batuan dialam mempunyai sifat/besar butir yang berbeda, jenis
semen yang berbeda serta komposisi mineral pembentuk yang berbeda, bahkan
untuk batuan yang sama, bisa berbeda besar butir dan porositasnya.
B. Diskontinue Massa batuan di alam tidak pernah berbentuk utuh. Selalu ada
retakan/fisure/bidang pelapisan/kekar. Bahkan seringkali bidang diskontinyu ini
sangat intensif sehingga batuan dapat dianggap seperti tanah.
Batuan Utuh
Discontinue
Gambar 3-3
Kondisi Massa Batuan Di Alam
C. Anisotroph Karena heterogen dan diskontinue menyebabkan batuan dialam akan
mempunyai variasi sifat fisik dan mekaniknya, sehingga akan berbeda perilaku
saat menerima stress (tegangan) dan menjadi anisotroph.
35

3.2.3 Eksplorasi Batuan Untuk Analisa Kestabilan Lereng Dalam bidang keteknikan batuan, terutama dalam perancangan pekerjaan
pembuatan lereng mengetahui sifat-sifat batuan ataupun massa batuan adalah
hal yang sangat penting. Sifat-sifat itu dapat berupa sifat fisik batuan, sifat
mekanis/kekuatan batuan, dan karakteristik mekanik massa batuan. Tentu saja
sifat-sifat ini sangat dipengaruhi oleh kondisi alamiah massa batuan baik berupa
kondisi geologi, kondisi hidrologi ataupun kondisi pelapukan. Kondisi yang
berpengaruh ini sangat penting untuk diketahui sehingga kita mengetahui kondisi
batuan/massa batuan mendekati kondisi sebenarnya. Beberapa penyelidikan
perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi batuan/massa batuan tersebut yaitu
dengan cara;
Eksplorasi geoteknik bagi perancangan lereng merupakan penelitian batuan
yang khusus ditujukan untuk maksud-maksud perancangan lereng. Pada tulisan
ini perancangan lereng yang digunakan adalah perancangan lereng dengan
menggunakan analisa ‘kesetimbangan batas’/limit equilibrium. Sehingga
parameter yang digunakan harus sesuai dengan maksud analisa dimana
parameter-parameter yang harus diketahui melalui eksplorasi geoteknik adalah;
1. Sifat fisik; yang paling diperlukan adalah parameter Berat Jenis
2. Sifat Mekanik Batuan/Bidang Lemah;
Jika bidang lemah merupakan bidang longsor, maka perlu diketahui beberapa
parameter mekanis bidang lemah tersebut.
- Sudut Friksi Parameter ini didapat dari uji laboratorium dengan cara menggeser dua blok
batuan (lihat Gambar 3-2)
- Kohesi Kedua parameter ini akan menentukan Kuat Geser bidang lemah.
Sehingga Kuat Geser batuan (τ) adalah;
τ = C + τ
36

= C + σ . tan θ
dimana;
σ = tegangan normal
θ = sudut geser dalam/sudut friksi
C’ = kohesi
3. Tegangan Air Tanah; parameter ini didapat dari survey hidrologi, terutama
sifat hidrologi pada rongga-rongga batuan dan pengaruhnya terhadap
kekuatan massa batuan. Salah satunya adalah dengan cara mengukur tinggi
muka air pada titik dimaksud.
4. Geometri lereng, tinggi, lebar dan sudut kemiringan lereng
37

RANGKUMAN PEMBELAJARAN 3
- Tanah 1. Dilihat dari genesanya ada empat jenis tanah yaitu;
a. transported soil, adalah tanah yang terbentuk karena dipindahkan dan
diendapkan dari daerah lain
b. residual soil, adalah tanah yang belum mengalami transportasi dan
terbentuk pada tempatnya semula
c. laterit, adalah tanah yang banyak mengandung oksida besi dan
alumina
d. organic soil sering pula disebut gambut
- 2. Klasifikasi Tanah
Klasifikasi dan sifat tanah akan sangat tergantung pada ukuran butirnya (kecuali
lempung dan lanau).
Ukuran Butir Tanah
Jenis Tanah Ukuran
Berangkal/Boulder > 20 cm
Kerakal/Cobble 8 –20 cm
Kerikil/Gravel 2 mm – 8 cm
Pasir Kasar/Coarse Sand 0,6 mm – 2 mm
Pasir Sedang/Med.Sand 0,2 – 0,6 mm
Pasir Halus/Fine Sand 0,06 – 0,2 mm
Lanau/Silt 0,002 - 0,06 mm
Lempung/Clay < 0,002 mm
38

3. Kuat Geser Tanah
Kuat Geser tanah (τ) adalah;
τ = C + τ
= C + σ . tan θ
Pada kondisi jenuh (kondisi alam yang paling rentan terhadap kelongsoran)
tegangan air dalam pori-pori tanah akan mengurangi tegangan normal antar
butir, dan jika tegangan air pori = u, maka akan menjadi;
τ = C’ + (σ - u) . tan θ
dimana;
σ = tegangan normal
θ = sudut geser dalam/sudut friksi
C’ = kohesi
(σ - u) = tegangan efektif = σ’
Batuan 1. Klasifikasi Jenis/Massa Batuan
Secara Genesa - Batuan Beku (Andesit, Granit, Gabro dll)
- Batuan Sedimen (batu Pasir, batu Lempung, Gamping dll)
- Batuan Metamorf (Quartzite, Marmer, Slate dll)
Secara Lithologi Berikut adalah klasifikasi secara litologi berdasarkan beberapa perbedaan
komposisi;
- Perbedaan besar butir (batu Lempung, Lanau, batu Pasir)
39

- Perbedaan komposisi Silika (Granit, Granodiorit, Andesit)
- Perbedaan bentuk bitir (Konglomerat, Breksi, Aglomerat)
Klasifikasi Kekuatan Batuan Utuh Klasifikasi ini berdasarkan kekuatan (kuat tekan) batuan utuh
Klasifikasi Kuat Tekan Batuan Utuh
Deskripsi Class Kuat Tekan
(MPa)
Contoh Nama
Batuan
A Very High Strength 220 Quartzite,
Diabase, Basalt
B High Strength 110 – 220 Marble, Dolomite
C Medium Strength 55 – 110 Limestone
D Low Strength 28 – 55 Sandstone
E Very Low Strength < 28 Tufa
Klasifikasi Massa Batuan Beberapa cara yang digunakan yaitu;
- Rock Mass rating
- Q System
- Rock Mass Index
40

2. Sifat Massa Batuan Secara Umum
Heterogen.
Diskontinue
Anisotroph
3. Eksplorasi Batuan Untuk Analisa Kestabilan Lereng
1. Sifat fisik;
2. Sifat Mekanik Batuan/Bidang Lemah;
- Sudut Friksi - Kohesi - Kuat Geser
3. Tegangan Air Tanah; 4. Geometri lereng, tinggi, lebar dan sudut kemiringan lereng
41

EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN PEMBELAJARAN 3
EVALUASI 1. Parameter apa yang sangat mempengaruhi sifat tanah pada tanah berbutir
halus?
A. Kandungan air
B. Besar butir.
C. Kandungan bahan organik/komposisi kimia.
D. Semua salah.
2. Berapa harga kohesi tanah pasir yang mempunyai Kuat Geser 10 MPa dan
sudut geser dalam 300;
A. 20 MPa
B. 5 MPa.
C. 0.
D. Semua salah.
3. Sifat massa batuan secara umum dialam dalam menyebarkan stress adalah;
A. Heterogen
B. Diskontinyu.
C. Lemah.
D. Isotroph.
4. Parameter yang utama dari kekar yang digunakan untuk analisa kestabilan
lereng adalah:
A. Bukaan kekar
B. Pengisi kekar.
42

C. Kekasaran kekar.
D. Kuat Geser kekar.
5. Kekuatan massa batuan tergantung dari beberapa parameter, yaitu.
A. Kuat tekan batuan utuh, bidang lemah dan tekanan air
B. Bidang lemah, tekanan air dan getaran.
C. Kekuatan batuan utuh, bahan organic dan bidang lemah.
D. Semua salah.
KUNCI JAWABAN
1. C
2. C
3. D
4. D
5. A
43

KONSEP DASAR ANALISIS
Tujuan khusus Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menerapkan Hoek Chart dalam perhitungan kestabilan lereng tanah
2. Menerapkan metode Bishop dalam perhitungan kestabilan lereng tanah
3. Menganalisis kestabilan lereng dengan metode analisa stereografis
4.1 Material Tanah Untuk menganalisis atau menilai kestabilan lereng dipakai dua metoda yaitu
Metoda Numeric dan Metoda Kesetimbangan Batas. Metoda Numeric
menggunakan Program Finite Element, Boundary Element Methode atau yang
lainnya, Sedangkan Metoda Kesetimbangan Batas sering dipakai karena lebih
praktis pengerjaannya. Untuk perhitungan dan analisa kestabilan lereng tambang
pada material tanah yang sering digunakan adalah ;
A. Hoek Chart
B. Cara Bishop
Pada lereng tanah atau pada batuan yang lapuk/sangat terkekarkan, bidang
gelincir dianggap/menyerupai lingkaran (circular). Kriteria kestabilan suatu lereng
dihitung berdasarkan Faktor Keamanan (FK) yaitu;
Gaya-gaya penahan FK =
PEMBELAJARAN 4
Gaya-gaya penggerak
44

4.1.1 Hoek Chart. Metoda ini merupakan metoda grafis atau dapat dianggap sebagai metoda
empiris, karena menggunakan perbandingan kondisi lereng baku dengan kondisi
lereng yang akan dihitung. Metode ini (Chart dari Prof Hoek dan Bray, 1981)
bisa dipakai untuk desain permulaan dari suatu lereng, terutama untuk
mengetahui Faktor Keamanan secara cepat.
Cara ini juga dapat digunakan oleh para inspektur tambang atau
pengawas keselamatan kerja dimana perkiraan stabilitas lereng secara cepat
dapat dihitung walaupun relatif tidak terlalu teliti.
Persyaratan atau asumsi penggunaan chart ini adalah;
Material pembentuk lereng dianggap homogen, jadi parameter kohesi,
sudut geser dalam dan bobot isi cukup diwakili oleh satu harga.
Bidang longsoran dianggap berbentuk circular.
Kondisi air tanah pada lereng diwakili oelh lima model seperti
digambarkan dalam
Cara Menggunakan Hoek’s Charts Hoek’s Charts ini yang dibuat oleh E. Hoek dan Bray dalam “Rock Slope
Engineering”, second edition. The Institute of Mining and Metallurgy, London
1977.
Cara memakai chart ini sangat sederhana dan cukup memberikan hasil
yang dapat dipercaya. Langkah-langkahnya adalah :
a. Buatlah gambar lereng yang akan dianalisa sesuai dengan kondisi
sebenarnya. Pada gambar itu dibuat perkiraan garis lengkungan level air
tanahnya. Dari gambar ini pilih salah satu chart dengan kondisi air tanah yang
paling sesuai diantara lima kondisi air yang digambarkan oleh Hoek (Lihat
Gambar 4-2).
45

b. Hitung harga C γ.H. tan φ
Dimana :
C = kohesi φ = sudut gesr dalam efektife
γ = Bobot isi rata-rata material.
H = tinggi lereng total.
Catatan : bila C = 0 maka harga C = 0
JH tan φ
C = 0
γ. H. tan φ
C c. Kemudian dari titik luar chart (Gambar 4.1) yang dipilih pada γ. H. tan φ
tarik garis radial kedalam sampai memotong sudut yang sama dengan sudut
lereng yang dianalisis
46

C γ. H. tan φ
tan φ
FK
Sudut lereng
d C
d C
γ. H.FK
Gambar 4-1
Langkah-Langkah Penggunaan Hoek Chart
d. Dari titik potong pada C, tarik garis vertikal ke bawah dan horizontal ke kiri
untuk mendapatkan harga-harga :
tan φ dan C FK γ.H.FK
Dari salah satu harga (pilih yang paling suka) tan φ atau C ,
FK γ.H.FK
b
c
Harga Faktor Keamanan (FK) dapat dihitung.
47

Gambar 4-2 Lima Kondisi Permukaan Air Tanah Yang Diguinakan Untuk Analisa Grafis
Hoek Charts
48

Gambar 4-3 Charts No.1 Digunakan Untuk
Kondisi Pertama (Kondisi Air Kering)
49

Gambar 4-4 Charts No.2 Digunakan Untuk Kondisi Kedua
50

Gambar 4-5 Charts No.3 Digunakan Untuk Kondisi Ketiga
51

Gambar 4-6 Charts No.4 Digunakan Untuk Kondisi Keempat
52

Gambar 4-7 Charts No.5 Digunakan
Untuk Kondisi Kelima
53

4.1.2 Metode Bishop. Selain metoda ‘Hoek Chart’ yang simple, untuk analisis stabilitas lereng
pada material yang lemah seperti tanah/batuan lapuk digunakan metoda lain
yang lebih teliti, beberapa metoda tersebut adalah Metoda Janbu, Metoda
Bishop, Metoda Culmann dan Metoda Morgensten. Tetapi metoda yang paling
umum digunakan adalah Metoda Bishop. Metode Bishop dianggap metode
anilisis stabilitas lereng yang relatif paling teliti dari metode analitik yang
berdasarkan prinsip keseimbangan batas.
Untuk perencanaan/desain lereng dengan resiko tinggi dimana diperlukan
perhitungan yang teliti metode ini cukup memadai. Yang penting dalam
menggunakan metode ini untuk mencapai ketelitian dan kehandalan perhitungan
adalah data-data yang di inputkan harus cukup mewakili kondisi sebenarnya.
Parameter strenght dan data air tanah harus merupakan hasil penyelidikan yang
teliti.
Analisis Metode Bishop Perhitungan stabilitas cara Bishop juga berdasarkan prinsip
keseimbangan batas, yaitu menghitungkan besarnya kekuatan geser yang akan
mempertahankan stabilitas, dibandingkan dengan besarnya tegangan geser
yang bekerja. Harga perbandingan ini disebut faktor stabilitas atau Faktor
Keamanan (FK). Seperti pada Gambar berikut;
Dari Gambar 4.8 didapat FK sebagai berikut
W Cos α. Tan θ FK =
W Sin α
54

W Cos α. Tan θ
W Sin α W Cos α
α W
Gambar 4-8
Illustrasi Sederhana Kelongsoran
Dari prinsip diatas dapat dianalisa kelongsoran Metoda Bishop melalui gambaran
sebgai berikut;
Jika kita mempunyai sebuah lereng (Lihat Gambar 4.10), kita ambil parameter
segmen yaitu;
- lebar segmen = b,
- berat segmen = W
- panjang dasar segmen = L,
- jarak titik pusat dasar segmen dengan pusat rotasi = R
- jarak pusat rotasi dengan titik berat segmen = x
- tinggi air tanah = u
55

x
φ
R
b
α
W
S
L
Gambar 4-9
Analisis Lereng Cara Bishop
Maka didapat;
1 Sec α F = Σ [ C’b + (W – u. b )Tan θ ]
Σ W. Sin α 1 +
Rumus ini dikenal dengan rumus Bishop.
Tan θ. Tan α F
56

Contoh Perhitungan
Sebuah lereng dengan tinggi 10 meter dan lebar muka lereng 20 meter,
mempunyai sifat fisik/mekanik sebagai berikut;
γ = 1,7 ton/m3
C’= 1,5 ton/m2
θ’ = 360
Hitung Faktor Keamanan? Langkah Pekerjaan; 1. buat segmen/irisan pada lereng, lebar irisan adalah b, tinggi irisan adalah h
(gunanya untuk menghitung W dalam ton).
2. buat garis singgung pada pertengahan dasar segmen, sudut antara garis
singgung dengan horizontal disebut α, hitung Sin α. Sin α akan negatif jika
irisan segmen menahan kelongsoran..
3. hitung tegangan air pori, masukan besaran pada rumus di atas.
Kita lihat bahwa sebelah kiri maupun sebelah kanan dari persamaan di atas
mengandung F. Untuk menghitung harga F kita harus melakukan pengulangan
(iterative), yaitu kita pertama ambil suatu harga F sebagai percobaan dan
dimasukan pada ruas sebelah kanan. Lalu dihitung harga F sebelah kiri. Hasil
perhitungan ini dimaksukan lagi disebelah kanan dan seterusnya sampai
mendapatkan nilai F yang sama.
57

Tabel 4-1 Perhitungan Slope Stability Cara Bishop
(5) Sec o C
1 + Tan φ’ tan α F
13 x 14
(W –
u b
) tan
φ
W s
in α
(to
n)
u (
kg/c
m2
)
u . b
( to
n )
b (
met
er)
Segm
en
H (m
eter
)
C‘ b
(ton
)
W (
ton)
W –
u . b
8 +
12
Sin α
F = 1,6 1,49 F = 1,6 1,49
αo
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 10 15,5 264 66 0,914 241 15 0 0 192 264 207 1,230 1,175 255 243
2 20 33 1122 45,5 0,714 801 30 1,45 290 605 832 635 0,978 0,958 620 608
3 20 37 1258 26,5 0,446 572 30 2,5 500 551 758 581 0,915 0,900 532 523
4 20 33,7 1146 10 0,174 199 30 2,65 530 448 616 478 0,912 0,935 451 456
5 20 24,5 834 -5 0,087 -73 30 2,08 416 304 418 334 1,045 1,048 349 350 6 20 10 340 -
20,5 0,351 -119 30 0,85 160 131 180 161 1,280 1,305 206 210
2413 2390 Jumlah : 1621
F = 1,49 1,47
61

Gambar 4-10 Illustrasi Kondisi Lereng Untuk Perhitungan Tabel 4-1
62

4.2 Material Batuan Dalam menganalisa atau menghitung kestabilan lereng batuan dapat
digunakan beberapa metoda yaitu;
a. Metoda Analitis, yaitu menganalisa kestabilan berdasarkan sifat fisik dan
mekanik batuan ataupun tanah secara matematis/numerik yaitu dengan
cara;
- matematis
- numeric (finite element, distinct element)
b. Metoda Empiris, metoda ini digunakan untuk memperkirakan sudut lereng
batuan berdasarkan klasifikasi massa batuan RMR (Rock Mass Rating).
c. Metoda Analisa Balik, metoda ini digunakan untuk menghitung kestabilan
lereng batuan ataupun tanah berdasarkan hasil-hasil pemantauan.
Selain beberapa metoda diatas, analisa strerografik seringkali dilakukan, untuk
menganalisa potensi kelongsoran lereng batuan. Metoda ini tidak kwantitatif
tetapi cukup dipercaya untuk mengetahui potensi kelongsoran bidang. Analisa
stereografik ini dapat digabungkan dengan Metoda Analitis matematis sehingga
hasilnya kwantitatif.
4.2.1 Analisa Stereografik Metoda ini digunakan untuk penilaian awal kemungkinan adanya potensi
kelongsoran pada suatu daerah. Data diambil dengan menggunakan pemetaan
geologi serta identifikasi struktur. Parameter yang penting adalah;
a. Orientasi dari bidang diskontinyu (jurus dan kemiringan)
b. Bidang diskontinyu dianggap menerus
a. Harga sudut geser dalam bidang diskontinyu lebih kecil dari sudut
bidang diskontinyu
b. Orientasi lereng
63

U
750
N 750 E/500
N 600 E/700
600
bidang lemah
lereng
700
Gambar 4-11
Illustrasi Kondisi Lereng Untuk Stereografis
Pada analisa ini semua bidang digambarkan dalam equatorial equal angle net
64

Lereng 0
Arah longsoran
Gambar 4-12
Proyeksi Stereografis Bidang Lemah
Penggambaran dalam stereografis akan memberikan suatu wawasan
untuk mengevaluasi secara awal potensi kelongsoran pada suatu lereng.
Potensi-potensi kelongsoran tersebut dapat digambarkan pada peta
perencanaan tambang pada setiap seksi.
4.2.2 Metoda Analitis 4.2.2.1 Metode Analitis Grafis Dari Hoek & Bray
Metoda ini digunakan untuk jenis material batuan dimana longsoran
dianalisa menurut bidang lemah.
N 60 /700 E
Bidang Lemah N 750/500 E
65

A. Longsoran Bidang Dalam menganisis longsoran bidang dengan metode Hoek dan Bray;
anggapan untuk proyeksi stereografis termasuk dalam asumsi termasuk asumsi
berikut:
- bidang dimana terjadinya longsoran harus mempunyai strike yang
sejajar atau tidak melebihi 200 dengan strike muka lereng
- bidang gelincir harus ‘daylight’ atau sudut lereng lebih besar dari sudut
bidang gelincir
- sudut bidang gelincir (bidang diskontinyu) harus lebih besar dari sudut
friksi (sudut geser dalam) bidang gelincir (bidang diskontinyu).
< 200
Gambar 4-13
Illustrasi Lereng Dengan Bidang Luncur
Pada kondisi lapangan, diatas atau dimuka lereng sering dijumpai adanya
tension crack yang terisi air.
66

V Z
a Zw
U
H
ψf ψp W
Gambar 4-15
Longsoran Bidang
Keterangan,
H = tinggi lereng
W = berat blok
U = tekanan air dari bidang longsor
V = tekanan air dari tension crack
ψf = sudut lereng
ψp = sudut bidang longsor
Z = kedalaman tension crack
Zw =panjang kolom air pada tension crack
Faktor Keamanan F = Gaya-gaya penahan Gaya-gaya penggerak
F = C . A + (W Cos ψp – U – V Sin ψp ) Tan φ W Sin ψp + V Cos ψp
67

dimana :
F = faktor kemantapan lereng
C = kohesi pada bidang luncur
A = panjang bidang luncur (m) = (H – Z). Cosec ψp
φ = sudut geser dalam batuan (o)
U = ½ γw. Zw .A
V = ½ γw . Z2w
W = ½. γH [ ( 1 – (Z/H)2 2 ) Cot ψp – Cot ψf ] jika tension crack
diatas lereng
W = ½. γH [ ( 1 – (Z/H)2 2 ) Cot ψp – (Cot ψp. Tan ψf – 1) ], jika
tension crack dimuka lereng
Z = H ( 1 – Cot ψf . Tan ψp )
Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, peledakan maupun
aktivitas manusia lainnya, maka persamaan menjadi :
F = C . A + [ W ( Cos ψp – a Sin ψp ) - U – V Sin ψp ) Tan φ W ( Sin ψp + a Cos ψp ) + V Cos ψp
dimana :
a = percepatan getaran pada arah mendatar akibat gerakan gempa atau
kendaraan
B. Longsoran Baji.
Longsoran jenis ini lebih sering ditemukan di lapangan dibandingkan
dengan longsoran bidang. Sebagai contoh analisis hanya akan dibahas tentang
longsoran baji yang dibentuk oleh dua bidang lemah. Dalam analisis dengan
68

menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran baji dianggap hanya akan
terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah tersebut.
Bidang B Bidang A
(a)
Garis perpotongan
69

(b)
4 bidang B
3 5 2
bidang A
1
H
(c)
Gambar 4-16 Model Longsoran Baji
70

RANGKUMAN PEMBELAJARAN 4
1. Material Tanah Untuk menganalisis atau menilai kestabilan lereng dipakai dua metoda yaitu
Metoda Numerik dan Metoda Kesetimbangan Batas. Metoda Numeric
menggunakan Program Finite Elemen, Boundari Element Methode atau yang
lainnya, Sedangkan Metoda Kesetimbangan Batas Sering dipakai karena lebih
praktis pengerjaannya. Untuk perhitungan dan analisa kestabilan lereng tambang
pada material tanah yang sering digunakan adalah ;
C. Hoek Chart
D. Cara Bishop
Pada lereng tanah atau pada batuan yang lapuk/sangat terkekarkan, bidang
gelincir dianggap/menyerupai lingkaran (circular). Kriteria kestabilan suatu lereng
dihitung berdasarkan Faktor Keamanan (FK) yaitu;
Gaya-gaya penahan FK =
Gaya-gaya penggerak 2 Material Batuan
Dalam menganalisa atau menghitung kestabilan lereng batuan dapat
digunakan beberapa metoda yaitu;
A. Metoda Analitis, yaitu menganalisa kestabilan berdasarkan sifat fisik dan
mekanik batuan ataupun tanah secara matematis/numerik yaitu dengan
cara;
- matematis
- numeric (finite element, distinct element)
71

B. Metoda Empiris, metoda ini digunakan untuk memperkirakan sudut lereng
batuan berdasarkan klasifikasi massa batuan RMR (Rock Mass Rating).
C. Metoda Analisa Balik, metoda ini digunakan untuk menghitung kestabilan
lereng batuan ataupun tanah berdasarkan hasil-hasil pemantauan.
Selain beberapa metoda diatas, analisa stereografik seringkali dilakukan, untuk
menganalisa potensi kelongsoran lereng batuan. Metoda ini tidak kwantitatif
tetapi cukup dipercaya untuk mengetahui potensi kelongsoran bidang. Analisa
stereografik ini dapat digabungkan dengan Metoda Analitis matematis sehingga
hasilnya kwantitatif.
a. Metoda Analitis 1. Analisa Stereografik
Metoda ini digunakan untuk penilaian awal kemungkinan adanya potensi
kelongsoran pada suatu daerah. Data diambil dengan menggunakan pemetaan
geologi serta identifikasi struktur. Parameter yang penting adalah;
a. Orientasi dari bidang diskontinyu (jurus dan kemiringan)
b. Bidang diskontinyu dianggap menerus
c. Harga sudut geser dalam bidang diskontinyu lebih kecil dari sudut
bidang diskontinyu
d. Orientasi lereng
2. Metode Analitis Grafis Dari Hoek & Bray
Metoda ini digunakan untuk jenis material batuan dimana longsoran
dianalisa menurut bidang lemah.
A. Longsoran Bidang Dalam menganalisis longsoran bidang dengan metode Hoek dan Bray;
anggapan untuk proyeksi stereografis termasuk dalam asumsi, termasuk
asumsi berikut:
- bidang dimana terjadinya longsoran harus mempunyai strike yang
sejajar atau tidak melebihi 200 dengan strike muka lereng
72

- bidang gelincir harus daylight atau sudut lereng lebih besar dari sudut
bidang gelincir
- sudut bidang gelincir (bidang diskontinyu) harus lebih besar dari sudut
friksi (sudut geser dalam) bidang gelincir (bidang diskontinyu).
B. Longsoran Baji. Longsoran jenis ini lebih sering ditemukan dilapangan dibandingkan
dengan longsoran bidang. Sebagai contoh analisis hanya akan dibahas tentang
longsoran baji yang dibentuk oleh dua bidang lemah. Dalam analisis dengan
menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran baji dianggap hanya akan
terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah tersebut.
73

EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN PEMBELAJARAN 4
EVALUASI
1. Analisa kestabilan lereng yang bagaimana yang paling simple dalam nenilai
kestabilan timbunan batuan penutup? .
A. Analisa kesetimbangan batas
B. Analisa Hoek Chart.
C. Analisa Bishop.
D. Analisa Hoek & Bray.
2. Untuk menganalisa kestabilan batuan, digunakan analisa empiris. Analisa ini
memerlukan parameter batuan dari mana ?;
A. Besarnya perpindahan dari hasil pemantauan
B. Uji kekuatan massa batuan di lapangan.
C. Hasil kuat tekan mencerminkan kekuatan massa batuan
D. Semua salah.
3. Pada analisa Hoek & Bray, tegangan air pada tension cracks akan
memperbesar gaya penggerak, besarnya harga tegangan air tersebut adalah;
A. V Sin α
B. V Cos α
C. V Tan α
D. Salah semua.
4. Jurus sebuah kekar utama memotong jurus sebuah lereng dengan perbedaan
jurus sebesar 300, menurut Hoek & Bray lereng tersebut apakah akan……:
A. Longsor
B. Belum tentu longsor.
74

C. Stabil.
D. Semua salah.
5. Pada analisa Hoek & Bray, harga z/H = 1, maka lereng dalam keadaan…..
A. Stabil
B. Labil.
C. Akan longsor.
D. Semua salah.
KUNCI JAWABAN 1. B
2. D
3. B
4. C
5. A
75

PEMBELAJARAN 5
PEMANTAUAN, PERKUATAN, DAN PERAWATAN LERENG
Tujuan khusus Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menyebutkan prinsip pemantauan lereng tanah/batuan
2. Menjelaskan prinsip perkuatan lereng tanah/batuan
3. Menjelaskan prinsip perawatan lereng tanah/batuan
5.1 Pemantauan Pelaksanaan pemantauan dilakukan untuk mengetahui tingkat dan
kuantitas kelongsoran secara nyata dan cepat melalui angka-angka numerik.
Hal ini perlu dilakukan sebagai peringatan dini adanya bahaya sehingga dapat
diambil tindakan secepatnya yang cocok.
Beberapa alat diciptakan untuk memantau pergerakan tanah misalnya;
a. Electronic Distance Measurement (EDM)/Surface Stick
Alat ini digunakan untuk mengukur perbedaan posisi suatu titik (surface
stick) pada muka lereng yang tidak terlalu curam atau pada bench. Monitoring
dilakukan dari suatu tempat yang relatif tidak bergerak dengan jarak antara 25 m
hingga 2000 m. Ketepatan pengukuran dapat mencapai +/- 0,3 mm.
76

EDM
Surface Stick
Gambar 5-1
Pengukuran Posisi Surface Stick Dengan Alat EDM
b. Inclinometer
Alat Inclinometer digunakan untuk memantau pergerakan bagian atas dari
suatu lereng, dimana titik acu ada dibagian bawah lereng yang bergerak.
Inclinometer
Penyimpangan lubang
karena gerakan tanah erkiraan batas gerakan
Arah gerakan longsor
acuan tak bergerak
Gambar 5-2
Pemantauan Menggunakan Inclinometer
77

Alat ini digunakan untuk lereng yang cukup besar dan luas, sedangkan In-Place
Inclinometer digunakan untuk lereng yang relatif kecil. Pengukuran dilakukan
dengan cara mengukur penyimpangan lubang bor
c. Slope Monitoring System
Digunakan untuk mengukur kelongsoran pada muka lereng timbunan tanah
Antenna untuk mengirim data
kawat
Probe
Gambar 5-3
Peantauan Menggunakan Slope
Monitoring System
d. Magnetic Slope Extensometer
Alat ini digunakan untuk memantau pergerakan lereng tanah. Pengukuran
dilakukan berdasarkan perpindahan magnit dalam lubang bor.
78

II
I Batas longsor yang mungkin
A
B C
D=titik tdk bergerak
Gambar 5-4 Pemantauan Menggunakan Slope Extensometer
Titik D di angkerkan pada tanah yang tak bergerak, titik B dan C merupakan
magnit yang diangkerkan pada tanah yang mungkin akan bergerak. Jika hanya
blok I bergerak maka magnit B akan bergerak menjauhi angker D, tetapi jika blok
I dan II bersamaan bergerak, maka magnit pada B dan C yang akan bergerak
menjauhi D.
5.2 Perkuatan
Pada situasi dimana geometri lereng harus dipertahankan, atau
pemotongan lereng tidak menguntungkan, tetapi di lain pihak terjadi
ketidakstabilan lereng. Maka perlu dilakukan stabilisasi lereng.
A. Stabilisasi Longsoran Pada Bench
Jika kelongsoran terjadi pada individual slope, baik berupa kelongsoran
baji atau kelongsoran bidang, maka penggunaan split set atau rockbolt lebih
menguntungkan.
79

Strap
Rockbolt
Split Set
Gambar 5-5
Perkuatan Batuan Dengan Split Set/Rockbolt
Jumlah perkuatan yang digunakan tergantung dari beban yang harus ditahan,
kedalaman perkuatan serta parameter kekuatan perkuatan. Pelaksanaan dari
perkuatan tersebut dapat dilakukan saat pemotongan lereng, atau beberapa saat
setelah pemotongan lereng supaya mudah pelaksanaannya dan kondisi bidang
longsor masih rapat.
Tetapi jika kelongsoran menyangkut beberapa individual slope, maka
perlu dilakukan stabilisasi dengan perkuatan yang lebih kuat.
80

Bidang lemah
Tarikan
grout
Gambar 5-6
Perkuatan Dengan Prestressed Cable Bolt Beberapa perkuatan yang biasa dilakukan adalah menggunakan cable
bolt atau thread bar.
Pada beberapa kasus sering ditemukan adanya lempung yang mudah
lapuk/pecah jika terkena udara, maka perkuatan melalui penyemprotan semen
perlu dilakukan jika dinilai perlu.
5.3 Perawatan Lereng Kelongsoran pada lereng tambang adalah hal yang harus dihindari, oleh
sebab itu disain lereng serta pencegahan haruslah tindakan yang diutamakan.
Seringkali tindakan pemotongan lereng bagian atas atau penimbunan toe harus
dilakukan.
81

Bagian y Bagian yang dipotong
Bagian yang ditimbun
Gambar 5-7
Tindakan Pemotongan Atas Atau Penimbunan Kaki Lereng
Selain itu lereng tanah sangat rentan terhadap kondisi perubahan muka
air tanah serta erosi permukaan.
Beberapa tindakan pencegahan kelongsoran akibat kondisi hidrologi,
adalah:
a. drainase sekeliling pit dengan maksud untuk menghindari mengalirnya
air permukaan kedalam pit. Mengalirnya air permukaan kedalam pit
selain akan membuat masalah pada penambangan, juga akan
menimbulkan erosi dan merembes masuk ke dalam lereng yang dapat
memicu terjadinya kelongsoran.
82

air dialirkan keluar
paritan pemotong aliran
Gambar 5-8
Saluran Air Permukaan Disekitar Pit
b. pemompaan diluar batas pit dengan maksud untuk menurunkan
permukaan air tanah
m.a.t seb. pemompaan
m.a.t set.pemompaan
Gambar 5-9
Pemompaan Untuk Menurunkan Muka Air Tanah
83

c. pembuatan drainase dari muka lereng dengan cara membuat lubang
(pipe drain) menembus muka lereng
Tindakan ini dilakukan untuk menurunkan tekanan air disekitar
dinding/lereng pit
m.a.t seb.drainase
m.a.t set. drainase
pipa
Gambar 5-10
Pengendalian Air Sekitar Muka Lereng
Walau bagaimanapun pengelolaan air pada pit (bench) sangat penting dilakukan,
karena air yang mengalir di bench dapat meresap kedalam tanah dan memicu
kelongsoran.
Pada beberapa kasus, untuk mencegah kelongsoran, dilakukan perkuatan pada
muka lereng dengan cara soil nailing, grouting atau shotcrete dengan wire mesh
pada muka lereng
84

RANGKUMAN PEMBELAJARAN 5
1. Pemantauan a. Surface Stick
Alat ini digunakan untuk mengukur perbedaan posisi suatu titik (surface
stick) pada muka lereng yang tidak terlalu curam atau pada bench. Monitoring
dilakukan dari suatu tempat yang relatif tidak bergerak dengan jarak antara 25 m
hingga 2000 m. Ketepatan pengukuran dapat mencapai +/- 0,3 mm.
b. Inclinometer
Alat Inclinometer digunakan untuk memantau pergerakan bagian atas dari
suatu lereng, dimana titik acu ada dibagian bawah lereng yang bergerak.
Alat ini digunakan untuk lereng yang cukup besar dan luas, sedangkan In-
Place Inclinometer digunakan untuk lereng yang relatif kecil. Pengukuran
dilakukan dengan cara mengukur penyimpangan lubang bor
c. Slope Monitoring System
Digunakan untuk mengukur kelongsoran pada muka lereng timbunan tanah
d. Magnetic Slope Extensometer
Alat ini digunakan untuk memantau pergerakan lereng tanah. Pengukuran
dilakukan berdasarkan perpindahan magnit dalam lubang bor.
2. Perkuatan
Jika kelongsoran terjadi pada individual slope, baik berupa kelongsoran
baji atau kelongsoran bidang, maka penggunaan ‘split set’ atau rockbolt lebih
menguntungkan.
Jumlah perkuatan yang digunakan tergantung dari beban yang harus
ditahan, kedalaman perkuatan serta parameter kekuatan perkuatan.
Pelaksanaan dari perkuatan tersebut dapat dilakukan saat pemotongan lereng,
atau beberapa saat setelah pemotongan lereng supaya mudah pelaksanaannya
dan kondisi bidang longsor masih rapat.
85

3. Perawatan Lereng Kelongsoran pada lereng tambang adalah hal yang harus dihindari, oleh
sebab itu disain lereng serta pencegahan haruslah tindakan yang diutamakan.
Seringkali tindakan pemotongan lereng bagian atas atau penimbunan toe harus
dilakukan.
Selain itu lereng tanah sangat rentan terhadap kondisi perubahan muka
air tanah serta erosi permukaan.
Beberapa tindakan pencegahan kelongsoran akibat kondisi hidrologi,
adalah:
a. drainase sekeliling pit dengan maksud untuk menghindari
mengalirnya air permukaan kedalam pit. Mengalirnya air
permukaan kedalam pit selain akan membuat masalah pada
penambangan, juga akan menimbulkan erosi dan merembes
masuk ke dalam lereng yang dapat memicu terjadinya kelongsoran.
pemompaan diluar batas pit dengan maksud untuk menurunkan
permukaan air tanah
pembuatan drainase dari muka lereng dengan cara membuat
lubang (pipe drain) menembus muka lereng
Walau bagaimanapun pengelolaan air pada pit (bench) sangat penting
dilakukan, karena air yang mengalir di bench dapat meresap kedalam tanah dan
memicu kelongsoran.
Pada beberapa kasus, untuk mencegah kelongsoran, dilakukan perkuatan pada
muka lereng dengan cara soil nailing, grouting atau shotcrete dengan wire mesh
pada muka lereng
86

EVALUASI DAN KUNCI JAWABAN PEMBELAJARAN 5
EVALUASI
1. Untuk memantau gerakan permukaan lereng, maka yang paling simple
digunakan adalah ?
A. Surface Stick
B. Ekstensometer.
C. Inclinometer.
D. EDM.
2. Alat pantau yang paling teliti untuk memantau pergerakan lereng adalah ?
A. Surface Stick
B. Multipoint Magnetic Ekstensometer
C. Inclinometer
D. EDM
3. Pada tambang batubara dimana overburden didominasi lempung, maka
digunakan perkuatan splitset;
A. Cara perkuatan ini salah
B. Cara perkuatan ini benar asal splitset cukup rapat
C. Gunakan splitset yang panjang
D. Salah semua.
4. Pada pemantauan lereng batuan digunakan Inclinometer:
A. Supaya supervisor mengetahui kondisi pergerakan massa batuan
dibelakang muka lereng
B. Supaya supervisor mengetahui kondisi perkembangan kekar
pada permukaan lereng
87

C. Supaya supervisor mengetahui kondisi pergerakan massa batuan
dipermukaan lereng
D. Supaya supervisor mengetahui arah gerakan lereng
5. Cara yang umum untuk mengurangi pengaruh air tanah pada kestabilan
lereng tambang adalah:
A. Membuat sumuran pada sisi terluar pit
B. Melakukan pemompaan air pada dinding pit
C. Membuat saluran disekitar pit
D. Benar semua
KUNCI JAWABAN 1. A
2. B
3. A
4. D
5. D
88

6. Rangkuman Akhir
a. Penggalian massa batuan menyebabkan berubahnya arah tegangan
(stress) sehingga terjadi konsentrasi tegangan pada kaki lereng.
Konsentrasi tegangan pada kaki lereng akan menyebabkan
ketidakseimbangan.
b. Penggalian pun akan menyebabkan tersingkapnya bidang lemah
batuan sehingga akan menyebabkan terjadinya kelongsoran pada blok
batuan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng baik untuk
material tanah ataupun batuan adalah ;
- Geometri lereng
- Kekuatan tanah/batuan atau massa batuan
- Bidang lemah (kekar, sesar, bidang pelapisan dll)
- Air (air tanah atau air yang masuk kedalam bidang lemah)
- Pengaruh luar (getaran)
d. Material pembentuk lereng tambang terdiri dari tanah dan batuan,
dimana lereng dari tanah mempunyai karakteristik mekanis yang lebih
rendah dibandingkan dengan lereng dari batuan.
e. Parameter mekanis material tanah yang paling menentukan kestabilan
lereng adalah;
- kohesi
- sudut geser dalam
- kuat geser.
f. Kehadiran air tanah akan mengurangi kuat geser material tanah hal ini
disebabkan air tanah mempunyai tegangan pori yang akan
mengurangi tegangan normal antar butir tanah.
89

g. Salah satu cara mengklasifikasikan batuan secara engineering adalah
menggolongkan batuan secara ;
- Klasifikasi berdasarkan Genesa
- Klasifikasi berdasarkan Lithologi
- Klasifikasi berdasarkan Kekuatan batuan utuh.
- Klasifikasi berdasarkan Rating kekuatan massa batuan
h. Sifat massa batuan secara umum adalah;
- Heterogen
- Diskontinue
- Anisotroph
i. Cara sederhana untuk menganalisa kestabilan lereng tanah adalah
dengan cara ;
- cara Bishop, dimana parameter yang diperlukan adalah;
* tegangan air tanah
* sudut geser dalam tanah
* kohesi
* berat jenis
* geometri lereng
- cara grafis dengan Hoek Charts, dimana parameter dan alat bantu
yang diperlukan adalah ;
* kesesuaian kondisi air tanah dengan salah satu charts
* sudut geser dalam tanah
* kohesi
* berat jenis
k. Cara sederhana untuk menganalisa kestabilan lereng batuan adalah
dengan cara Stereografis
l. Pemantauan lereng dilakukan dengan menggunakan alat ;
- inclinometer
- extensometer
- surface stick
90

Daftar Pustaka
1. Bieniawski,ZT. Engineering Rock Mass Classifications. John Wiley &
Sons. 1989 2. Braja M. Das. Principles of Geotechnical Engineering. PWS
Publishers.1985.
3. Dunnicliff, John. Geotechnical Instrumentation For Monitoring Field Performance. John Wiley & Sons. 1988
4. Gian Paolo Giani. Rock Slope stability Analysis. Balkema. 1992 5. Hoek & Bray. Rock Slope Engineering. Third Edition. The Institution of
Mining & Metallurgy, London. 1981
6. Jumikis, Alfred. Rock Mechanics. Trans Tech Publications. 1983
7. Pande, Beer, Williams. Numerical Methods in Rock Mechanics. John Wiley & Sons. 1990
8. Vutukury. Introduction to Rock Mechanics. Industrial Publishing &
Consulting, Inc. 1994 9. Wesley. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. 1977
10. William Lambe. Soil Mechanics..Massachusets Institute Technology. John
Willey & Sons.1969
91