grr! #2

30

Upload: ikhwan-rafiq

Post on 22-Mar-2016

233 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Edisi kedua majalah elektronik GCUI

TRANSCRIPT

Page 1: GRR! #2

Tokoh

Fitur

Berkarya dengan Sampah

Bertemu dengan Ibu Ani

Mengenal Solargenindo

Hal KecilyangTerpencil

2nd editionJuly to Dec 2011

Sahabat GCUI

Divisi Media KomunikasiGreen Community University of Indonesia

Page 2: GRR! #2

Reza㖠㖕㖝㖢㖕㖔㕐㕷㖂㖂㕑

Salam RedaksiSalam Hijau!Apa kabar sobat GRR! semua? Semoga selalu baik dan selalu sehat ya Alhamdulillah dan rasa syukur senantiasa kami haturkan kepada Tuhan YME karena berkat izin dan rahmat-Nya lah GRR! #2 ini dapat terbit dengan lancer.Pada edisi kali ini, GRR! akan membahas fenomena sampah di Pada edisi kali ini, GRR! akan membahas fenomena sampah di kampus kita tercinta, UI. Sampah? Ih, klise banget! Hal tersebut memang terdengar cukup sering di telinga kita, tapi, kan sampai sekarang masih saja masalah klise tersebut belum terselesaikan.Secara gitu loh kampus kita kan dikenal sebagai kampus Go Secara gitu loh kampus kita kan dikenal sebagai kampus Go Green yang memiliki reputasi cukup baik di negeri orang. Sedih gak sih kampus kita dikenal Go Green tapi masalah klise seperti membuang sampah masih terjadi.So, penasaran apa aja yang dikulik tim GRR! mengenai hal tersebut. Ayo dibaca GRR!-nya sekarang juga! :D

Page 3: GRR! #2

Saatnya Yang Muda Yang Bergerak

1

Page 4: GRR! #2

2

Page 5: GRR! #2

3

Page 6: GRR! #2

4campaign

Page 7: GRR! #2
Page 8: GRR! #2

6

Page 9: GRR! #2

Field Trip GCUI

7

Manusia abad 21 dihadapkan dengan berbagai permasalahan lingkungan. Masalah-masalah utamanya antara lain hujan asam, polusi udara, polusi air, pemanasan global, limbah yang membahayakan, penipisan ozon, dan berkurangnya luas hutan. Global warming menjadi isu yang paling ramai dibicarakan saat ini. Bukan hanya karena efeknya yang sudah bisa dirasakan sekarang namun juga karena ancaman jangka pan-jang yang lebih mengerikan daripada sekadar suhu yang meningkat. Carbon dioxide (CO2), Chlorofluorocarbons (CFC), Methane (CH4), Nitrous oxides (N2O) merupakan empat besar gas-gas penyebab efek rumah kaca, dengan karbon dioksida (CO2) men-duduki peringkat pertama penyebab pemanasan global. Sementara itu, aktivitas yang mendorong produksi karbon dioksida (CO2) antara lain penggunaan energi (49%), proses industri (24%), penebangan hutan (14%), dan pertanian (13%). Menyikapi kondisi tersebut, Green Community University of Indonesia (GCUI) mengadakan kunjungan lapangan (field trip) ke salah satu perusahaan material bangu-nan, yaitu PT. Indocement. Kegiatan ini dilaksanakan pada 11 November 2011 pukul 13.30-15.30. Bentuk kegia-tan ini yaitu mempelajari proses industri yang ramah lingkungan dengan berkunjung langsung ke lapangan produksi. Tema umum dari kegiatan ini adalah “Membangun Bangsa dengan Berbasis Kecintaan pada Lingkungan”. Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 10-15 orang yang semuanya merupakan ang-gota GCUI. Selama field trip, ada beberapa poin yang menjadi fokus acara ini dan dit-anyakan langsung ke pihak Indocement. Poin-poin tersebut, antara lain: Keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan menerapkan Development Mechanism, pada tahap apa saja Indocement menerapkan metode-metode ramah lingkungan, dan bagaimana proses dari tahap-tahap yang menggunakan metode ramah lingkungan tersebut. Sebagai pemegang masa depan Indonesia ke depannya, harapannya kegiatan ini dapat memberikan gambaran dan inspirasi untuk juga memerhatikan aspek lingkun-gan di setiap hal yang kita lakukan, tidak hanya mementingkan kepentingan sendiri. atau kepentingan perusahaan.

Page 10: GRR! #2

8

Beberapa waktu yang lalu, Green Community UI (GC UI) mengadakan sebuah acara bernama Konsolidasi. Apa sih konsolidasi? Konsolidasi merupakan suatu wadah untuk mendekatkan sesama anggota maupun pengurus GCUI. Ini merupakan suatu sarana agar kita saling mengenal sehingga bisa meningkatkan komunikasi antar sesama anggota. Kegiatan ini dilaksanakan tepatnya pada hari Sabtu, 22 Oktober 2011 di Kebun Raya Bogor. Peserta yang berpartisi-pasi dalam kosolidasi ini merupakan anggota GC UI beserta pengurus GC UI. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk. meningkatkan keakraban dan membuat kita lebih saling mengenal. Kegiatan yang dilakukan selama acara ini diisi dengan berkeliling seputar objek wisata yang ada di Kebun Raya Bogor, games-games seru, dan makan bersama. Terasa sekali suasana kebersamaannya.

Konsolidasi dilaksanakan secara rutin tiap tahunnya. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan sense of belonging atau sebagai team building civitas GC UI terhadap GC UI dan lingkungan pastinya. Karena GCUI itu dari kita, dan untuk kita !

Konsol GCUI 2011

Page 11: GRR! #2
Page 12: GRR! #2

A Y O M U L A I !

10

Page 13: GRR! #2

11

Page 14: GRR! #2

12

Tempat Pensil dari Kaleng Bekas

Page 15: GRR! #2

Pembatas Buku Dari Kotak Bekas

13

Page 16: GRR! #2

Sampah, pembangunan, kok UI makin lama makin panas ya? Apakah UI masih se go green yang dikoarkan?Yuk tanya teman-teman kita!

UI, Go Grind!

1. DULU sih IYA, tapi sekarang TOTALLY NOT! Berapa luas lahan yang tadinya banyak pohon dan diganti dengan gedung? UI sekarang jadi panas banget. Apalagi yang depan perpus baru dan fasilkom, wuiiiih gersang gilaaa! Udah gitu bikun-bikun tua yang ga layak pakai masih saja berop-erasi, emisi gasnya udah bahaya tuh buangnya

2. Kampus go green adalah kampus yang bersaha-bat dengan alam ditengah pembangunannya . artinya walau ada pembangunan tapi tetep dan tolong banget AMDAL nya diperhatikan, jangan banyak menebang tapi pohon ga ditanam lagi. Udah gitu, danau banyak sampah pula, alias udah ga sehat juga karena banyak polutan di UI dari Udara, TTanah, dan Air

14

1. Menurut gue, UI ga “go green”! tebang sana sini bangun sana sini. Tapi ga ada upaya tanam ulang atau apa kek.

2. Go green itu punya langkah kongkrit sebagai bentuk responsibility atas bentuk pemanasan global yang dilakukan

1. Apa pendapat kamu tentang UI sebagai kampus Go Green, sudah representative? Bagaimana menurtmu mengenai lingkungan UI?2. Lalu, bagaimana idealnya kampus Go Green menurut mu?

Heri Sulistyo Budhi – Teknik Mesin 2010Tri Octavianti – FKM –Kesehatan Lingkungan 2010

Page 17: GRR! #2

Talitha U.S – FT – Teknik Industri 2010

15

Ibnu Abdurrahman – Sejarah (FIB) 2010

1. Enggak lah! Soalnya banyak pembangunan di UI skarang.banyak pohon di tebangin pula, gimana mau go green, pembangunannya aja serentak juga!yang ada lahan UI makin kecil aja yang gw liat. Apalagi yang lahan pembangunan deket danau tuh ama balerung. asli deket danau tuh ama balerung. asli itu danau lama2 ga bsa d jadiin pemandangan, trus d skitar texsas malah d jadiin tempat pemancingan bikin banyak sampah.

2. Go green itu yang jelas BUKAN UI!

1. Kalo menurut saya, UI sih sebenernya udah menuju kea rah Go Green, missal dengan kenyataan bahwa UI ada di sekeliling hutan dan danau, perpus pusat pakai PLTS, ada spekun dan bikun (walaupun bahan bakarnya masih pake solar yang asapnya kemana mana, uhuk-uhuk!). kalau untuk representatif go green di tingkat nasional, UI masih Juara, masih jadi kampus terhijau, meskipun masih ragu dengan keberadaan terhijau, meskipun masih ragu dengan keberadaan bikun yang bersolar, AC yang nyala hampir semua ruangan perkuliahan atau kendaran bermotor yang kadang bisa bikin macet kampus.. tapi, menurut saya, lingkungan UI cantik, bersih, tapi panas, dan tapi masih lebih panas kalau keluar dari UI.

2. Kampus go green adalah kampus yang semua hal berkaitan didalamnya (baik lingkungan maupun kegia-tannya) berbasiskan ramah lingkungan dan meminimal-isasi adanya polusi. Kayak UI yang sekarang sih, Cuma akan lebih baik kalau misalnya bikun dibikin ga ngepul asapnya atau ada gerakan penghijauan berkala yang bisa bikin warga UI sadar akan keadaan lingkungannya

Page 18: GRR! #2

Kebersihan yang selalu terjaga di lingkungan Universitas Indonesia tidak terlepas dari peran petugas kebersihan. Mari dengarkan kisah

The Hidden Hero

16

Saya Ani. Kamu boleh panggil saya Ibu Ani. Saya adalah kary-awan perusahaan PT Tri Jaya. Dari mulai sekitar jam 6 pagi, saya sudah harus berangkat dari tempat tinggal saya di Desa Susukan di Citayeum sana untuk bekerja. Kemudian dari jam 7 pagi hingga jam 12 siang bekerja membersihkan sepanjang jalan Fakultas Teknik hingga Gymnasium UI. Saya hanya diberi waktu 1 jam untuk istirahat sehingga jam 1 siang sudah harus membersihkan jalan lagi hjalan lagi hingga jam 3 sore. Di jam-jam inilah saya sering kesal dengan banyaknya sampah yang berserakan lagi di jalan-jalan yang telah saya bersihkan, terutama di depan Halte Bikun FT dan di jalan masuk Kukel. Saya jadi berpikiran ‘Kamu kan anak UI. Kenapa buang sampah pada tempatnya nggak bisa? Katanya ter-pelajar, tapi kenapa kelakuannya tidak terpelajar?’ Walau kesal begitu, saya tetap senang bekerja di UI. Suasananya nyaman, sejuk, dan asri karena banyaknya pohon rindang yang ditanam. Suasana ini membuat saya selalu betah menjadi petugas kebersi-han di UI. Eh, tidak selalu, sih. Saya pernah merasa bosan karena bekerjanya seperti ini terus. Lalu saya ingat anak saya. Ia dibesar-kan oleh saya seorang. Iya, saya adalah orang tua tunggal. Saya tidak mau anak saya menjadi seperti saya, ia harus jauh lebih baik daripada saya. Makanya, saya harus banting tulang kerja keras untuk membesarkannya, membiayai hidupnya, memastikan pen-didikannya agar ia bisa meraih pendidikan setinggi-tingginya, menjadi sarjana, bekerja dengan layak, dan hidup dengan kualitas yang lebih baik.

Page 19: GRR! #2

Penanaman pohon Baobab yang diprogramkan oleh Rektor UI, Bapak Gumilar Soemantri mendapat beragam tanggapan dari civitas akademika UI. Banyak diantara kita yang belum tahu tentang pohon Baobab menjadi salah satu pemicu munculnya pro dan kontra pada perealisasian program tersebut. Untuk itu GRR edisi kali ini ingin membahas sedikit tentang pohon

Baobab.

BAOBABPenanaman pohon Baobab yang diprogramkan oleh Rektor UI, Bapak Gumilar Soemantri mendapat beragam tanggapan dari civitas akademika UI. Banyak diantara kita yang belum tahu tentang pohon Baobab menjadi salah satu pemicu munculnya pro dan kontra pada perealisasian program tersebut. Untuk itu GRR edisi kali ini ingin membahas sedikit tentang pohon

Baobab.

Kerajaan: PlantaeDivisi: MagnoliophytaKelas: Magnoliopsida

Ordo: Malvales

Famili: MalvaceaeGenus: AdansoniaSpesies: Adansonia digitata

Legenda menyatakan bahwa dewa Thora tidak menyukai Baobab tumbuh di kebunnya, sehingga ia melemparkannya dari atas dinding surga ke bawah bumi, meskipun pohon itu mendarat mendarat terbalik namun pohon itu terus tumbuh.

17

Page 20: GRR! #2

BAOBAB

18

Page 21: GRR! #2

BAOBAB

Sumber : http://alamendah.wordpress.com/2010/11/29/pohon-baobab-asem-buto-pohon-raksasa/http://terselubung.blogspot.com/2011/01/pohon-baobab-pohon-besar-yang-kelihatan.html 19

Page 22: GRR! #2

Dahulu kala plastik dan kertas selalu bersama. Mereka dipakai bersama dan dibuang ke tempat yang sama. Namun sekarang semua berubah. Sejak pemikiran-pemikiran manusia datang menyerang, kini mereka terpisah. Konon kabarnya kertas kini harus bersama sampah-sampah organik lainnya, sedangkan plastik bersama non-organik.

Kwarto : “Plastik, bagaimana keadaanmu di sana?”Plasto : “Entahlah, di sini sangat gelap. Aku takut.”Kwarto : “Tenanglah, kau masih bisa mendengar suaraku kan?”PlastoPlasto : “Iya, tapi tetap saja aku tak bisa melihatmu. Kenapa sih mereka tega memisahkan kita? Mengapa tidak seperti dulu saja, kita bisa berada di tempat yang sama.”Kwarto : “Itu semua mereka lakukan juga untuk kebaikan kita.”Plasto : “Kebaikan kita bagaimana?”Kwarto : “Ya, agar nantinya kita bisa didaur ulang dan menjadi barang yang berguna lagi. Kita dipisahkan agar mereka lebih mudah dalam pengolahannya, ”PlastoPlasto : “Jadi begitu? Baiklah, aku mengerti. Aku akan rela berada di sini, asalkan nantinya aku bisa berguna lagi.”Kwarto : “Nah, begitu dong. Bersabarlah.”

Beberapa hari kemudian...

Kwarto : “wwwaaaaa..... Plastoooo.......!!!”Plasto : “Kwartoooooo..............!!”

20

Plasto dan Kwarto

Page 23: GRR! #2

Suasana begitu gaduh, mereka terlempar ke tempat yang sangat besar.

Plasto : Kwarto, itukah kau?”Kertas : “Plastik?”Lalu hening sejenak.Plastik : “Tidakkah kau merasa aneh?”Kertas tidak menjawab, masih terdiam.PlastikPlastik : “Mengapa kita dipersatukan lagi? Lalu untuk apa kemarin mereka memisahkan kita?”

Sakit oleh : Ikhwan RafiqAku sakitKalian sakitKita semua sakitTidakkah kalian merasa sakitParu-paruku kalian kikisParu-paruku kalian kikisParu-paru kalian tercemariKulitku digerus benda-benda jahannam ituKulit kalian kugerus dengan anginKusapu benda-benda durjana ituMatilah kalian dalam pedihTidakkah kalian merasa?SakitSakitKalian memang sakit

21

Puisi

Page 24: GRR! #2

Aku dan MariaEntah apa yang terjadi pada negeri ini? Aroma perdamaian yang sebelum-nya selalu tercium kini berubah menjadi aroma darah yang tumpah di mana-mana. Mereka berdebat, berselisih, dan selalu merasa paling benar. Padahal, mereka hanya manusia. Ego dan kesombongan telah merasuki setiap jiwa mereka.

Aku yang kena imbasnya. Karena ulah mereka, aku kehilangan sosok sahabat yang telah lama hadir dalam hidupku. Ia yang selalu berbagi tawa dan tangis, kini entah sedang apa di negeri barunya. Ia pergi, ya, ia pergi karena tidak tahan melihat kesombongan mereka. Tanpa pamit, tanpa permisi. Hanya sepucuk surat yang hadir di kotak suratku yang mulai usang.

Langit sedang menangis, seolah merasakan pedih yang kualami saat ini. Langit sedang menangis, seolah merasakan pedih yang kualami saat ini. Aku yang hanya bisa duduk manis di tengah-tengah ranjang sambil memeluk sebuah boneka beruang coklat. Kubenamkan kepalaku di sana. Mataku menatap pilu ke arah jendela tak berbingkai di kamarku. Kosong. Hanya harapan tanpa akhir yang kini hinggap dibenakku.

“Neng, makan dulu.” Suara Bi Inah membelah kesunyianku. Diketuknya pintu kamarku perlahan.

“Iya, Bi, nanti saja.” Jawabku. Aku sangat tidak bernafsu untuk makan.

22

Page 25: GRR! #2

Maria, namanya. Sahabatku sejak SMA hingga kuliah. Aku tidak akan pernah melupakan wajahnya yang sendu itu, senyumnya yang semanis madu, matanya yang bulat seperti bola golf, dan tutur katanya yang sehalus benang sutra. Ia adalah sosok yang sangat berarti bagiku. Ses-eorang yang telah melewati banyak hal bersamaku selama hampir 6 tahun ini.

Kurengkuh sebuah buku tidak jauh dari tempatku duduk. Sebuah album foto lama yang berisi masa-masa indahku bersama Maria. Momen-momen yang tidak akan bisa terhapus dari setiap sel-sel otakku. Ups, kuhapus hujan yang merintik di mataku. Betapa menyenangkan kalau kuingat masa-masa dulu.

--000--

“Hei, namaku Maria. Kamu siapa? Sendiri aja?“Hei, namaku Maria. Kamu siapa? Sendiri aja?’ Tangannya terulur kepadaku. Aku yang tengah tenggelam dalam setiap lembar novel Sherlock Holmes cukup kaget melihat sosok putih di hadapanku. Rambut-nya lurus sebahu. Senyumnya tulus tanpa beban. Matanya bulat jernih layaknya bola kaca. Ia adalah orang pertama yang menyapaku di sekolah ini sejak kehadiranku 2 bulan lalu.

“Namaku Imah.” Jawabku singkat sambil menyambut uluran tangannya. Kuberikan ia senyuman terbaikku saat itu.

“Nama panjang kamu? Kalo aku Maria Santanova. Boleh aku duduk?”

23

Page 26: GRR! #2

“Oh silahkan. Nama panjangku..emm..Muslimah…Muslimah Dhia Sya-farana.” Aku agak canggung menyebut namaku di sekolah ini. Aku takut menunggu reaksi dari gadis yang menghampiriku itu. Ya, entah mengapa ayah menyekolahkan aku di sini. Padahal aku lulusan madrasah tsanawi-yah, namun aku malah di sekolahkan di sekolah yang semua penghuninya tidak seiman denganku. Alhasil, sejak masuk, aku belum pernah berinter-aksi dengan penghuni sekolah lainnya.

“Wah, nama yang cantik. Secantik orangnya. Hehehe. “ Sebuah tanggapan yang sama sekali tidak kusangka. Aku hanya tertunduk malu. “Hehe. Makasih ya.”

Itulah awal perkenalanku dengan Maria. Ia adalah gadis yang baik, tidak pilih kasih dalam berteman. Ia tidak malu untuk berteman denganku yang berjilbab lebar ini di sekolah. Maria kerap membelaku setiap ada ejekan atau candaan bernada rasis yang muncul dari penghuni sekolah lain.

Sekarang, aku tidak lagi canggung di sekolah. Berkat Maria, aku bisa berSekarang, aku tidak lagi canggung di sekolah. Berkat Maria, aku bisa ber-sosialisasi dengan baik dan anak-anak yang lainnya pun mulai bisa men-erimaku. Tidak pernah kudengar lagi ejekan tentang jilbabku ini, atau pun yang lainnya. Aku semakin kerasan. Aku pun sangat berterima kasih kepada Maria yang telah banyak membantuku.

Hingga kuliah, kami tetap bersahabat baik. Aku sering bermain ke rumahnya, dan sebaliknya. Orang tua kami tidak masalah dengan persaha-batan lintas agama yang kami jalani. Orang tua Maria adalah pendeta, sedangkan kedua orang tuaku ustadz. Mereka sangat toleran terhadap hal tersebut. Aku senang sekali.

24

Page 27: GRR! #2

Satu hal yang paling kuingat adalah ketika aku hendak shalat di rumahnya. Maria dengan ramah memberiku ruang shalat dan kompas untuk mencari arah kiblat. Orang tua Maria pun menyuruh Leon, adik Maria, untuk mengecilkan suara televisi karena tahu aku akan shalat. Aku benar-benar kagum melihat sikap keluarga Maria kepadaku.

Beruntunglah aku tinggal di Indonesia, negeri yang memiliki tingkat keruBeruntunglah aku tinggal di Indonesia, negeri yang memiliki tingkat keru-kunan beragama terbaik yang sering dijadikan panutan oleh negara lain. Kehidupan rukun yang tercipta di tengah heterogenitas rakyatnya.

Akan tetapi, entah mengapa kerukunan itu memudar belakangan ini. Di televisi, aku melihat berbagai kengerian yang mengatasnamakan agama. Tempat-tempat peribadatan dibakar dan kegiatan hari besar mereka dipenuhi teror. Maria! Ya, aku teringat Maria! Ia adalah salah satu jemaat tempat peribadatan yang dibakar tersebut!

Aku melompat dari tempatku menonton televisi. Kurengkuh telepon Aku melompat dari tempatku menonton televisi. Kurengkuh telepon dengan terburu-buru. Kutekan nomor Maria. “Halo? Halo?” Tidak ada jawaban. “Maria? Maria? Ini aku Imah! Maria?” Sepi.

TTerhitung hari itu, aku tidak pernah lagi mendengar kabar dari Maria. Handphone-nya tidak pernah aktif kuhubungi, nomor telepon rumahnya pun tidak ada yang mengangkat. Apakah ini semua akibat dari yang diber-itakan di TV tadi? Ironis, sungguh ironis. Aku ingat saat Maria dan kelu-arganya dengan segala keramahannya memberi ruang untukku shalat, namun saudara-saudaraku justru membakar tempat peribadatan mereka. Betapa kejam!

25

Page 28: GRR! #2

Bukankah semua agama mengajarkan umatnya untuk saling menyayangi, men-gasihi, dan tolerir terhadap sesama? Apakah mereka tidak pernah tahu akan hal itu?

Di kampus, aku kini sendiri. Tidak ada Maria yang biasanya selalu menemaniku setiap jam kosong. Sudah hampir sebulan aku tidak pernah bertegur sapa dengan-nya lagi. Aku lost contact dengannya, entah mengapa. Ada apa dengan Maria? Mengapa ia meninggalkan aku begitu saja? Pikirku sedih.

Negeri ini sudah semakin aneh. Sedikit perbedaan bisa menyebabkan kerusuhan massal. Berbagai isu SARA kerap menyeruak dalam setiap sendi-sendi kehidupan di negeri ini. Tidak ada lagi kebanggaan akan kerukunan umat beragama yang dijadikan panutan banyak negara dunia. Semua sirna. Semua musnah.

Untuk Muslimah, sahabat terbaikku.Imah, maaf tiba-tiba aku menghilang. Sejak kejadian pembakaran itu, orang Imah, maaf tiba-tiba aku menghilang. Sejak kejadian pembakaran itu, orang tuaku mengalami perubahan perspektif terhadap agama kamu. Kamu tahukan, mereka aktivis di tempat itu. So, mereka tidak lagi memperbolehkan aku berteman denganmu lagi.Alhasil, karena sudah merasa tidak nyaman, kami sekeluarga pindah dan aku harus melanjutkan kuliahku di Jerman. Aku tidak diperbolehkan berhubungan dengan kamu. Hapeku diganti, nomormu, dan semua.Aku cuma ingin kamu tahu, bahwa kamu tetaplah sahabatku.Aku cuma ingin kamu tahu, bahwa kamu tetaplah sahabatku. Aku tidak pernah marah dan mempermasalahkan apa yang mereka lakukan karena aku yakin kamu tidak sama dengan mereka. Aku yakin kamu benar-benar seorang Muslimah Kuharap kamu baik-baik saja di sana. Aku pun baik-baik saja di sini. Maaf atas perpisahan yang tidak baik ini. Aku pun tidak pernah mengharapkannya. Semua terjadi begitu saja.Sekali lagi maafkan aku, Imah.Sahabatmu,Sahabatmu,

Maria Santanova

Air mataku menetes membaca surat yang tiba-tiba muncul di kotak surat tuaku itu ketika aku pulang kuliah. Surat dari sahabat baikku yang sudah hampir sebulan menghilang. Ternyata ia tidak marah padaku karena tindakan yang tidak pernah kuperbuat. Aku tersenyum kecil di antara wajah sembabku. Aku senang, karena ternyata kerukunan antarumat beragama yang mulai punah di negeri ini tidak melunturkan kerukunan mulai punah di negeri ini tidak melunturkan kerukunan yang ada di antara aku dan Maria.

26

Page 29: GRR! #2

Redaksi :Pemred : Reza Irwansyah

Editor : Rismayani Achmad, Annisa Cantika

Desainer : Dewi Yuliandini

Developer : Nurlaily Fajriyah

Fotografer : Detia Octrieda

RReporter : Nikita Dewayani, Bunga Pelangi

2

Page 30: GRR! #2