hadits tentang pendidikan diri, pendidikan anak : hadits tarbawi stain salatiga
TRANSCRIPT
Hadits Tentang Pendidikan Diri, Pendidikan AnakDisusun Guna Melengkapi Tugas Matakuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu: Wahidin, S. Pd. I, M. Pd.
Disusun oleh: Tiwik Melinasari 111-10-165 Maziidatun Ni’mah 111-10-169
Setya Utami 111-11-044 Rif’ah Munawaroh 111-11-047
Jurusan Tarbiyah (Pendidikan Agama Islam) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
2012
Pada bab Hadits Tentang Pendidikan Diri,
Pendidikan Anak ini akan dibahas 3 hadits, yaitu:
A.Hadits dari Abu Hurairah tentang anak lahir atas
dasar fitrah
B.Hadits dari Samurah tentang hal-hal yang
dilakukan terhadap anak yang baru lahir
C.Hadits dari Amer bin Syu’aib tentang pendidikan
shalat terhadap anak usia tujuh tahun
A. Anak Lahir Atas Dasar Fitrah
ل سو ر قال قال عنه الله ر ضي ة ير هر عن إال لو د مو من ما م سل و عليه الله صلى اللها ينصر و نه يهودا ه بوا فأ ة لفطر على لد يو
ري ( ) البخا رواه نه يمجسا و أ نه
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah saw.
bersabda: “Tiadalah seorang dilahirkan melainkan
dalam keadaan fitrah, maka ayah ibunyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
(HR. Bukhari)
Pesan Hadits
1. Anak lahir dalam keadaan fitrah
2. Atau anak lahir itu fitrah seperti kertas
putih
3. Yang menulisi kertas putih itu adalah
kedua orangtuanya
Analisis Isi
Menurut hadits di atas, manusia lahir membawa
kemampuan-kemampuan; kemampuan itulah
yang disebut pembawaan. Fitrah yang disebut
dalam hadits di atas adalah potensi. Potensi
adalah kemampuan; jadi, fitrah yang dimaksud
di sini adalah pembawaan.
Ayah Ibu yang disebut dalam hadits di atas
adalah lingkungan, sebagaimana yang
dimaksud oleh para ahli pendidikan.
Kedua-duanya menurut hadits di atas, yang
menentukan perkembangan seseorang.
Pada dasarnya, Allah menciptakan manusia
dengan naluri beragama, yaitu agama Tauhid (QS.
Ar-Ruum : 30). Kalau ada manusia tidak beragama
tauhid (Yahudi, Nasrani, Majusi), maka itu hanya
pengaruh lingkungan.
Jadi, lingkungan sangat penting untuk pendidikan
anak. Jika lingkungan bagus, maka
perkembangan jiwa anak juga akan bagus, dan
sebaliknya.
B. Hal-hal yang Dilakukan Terhadap Anak yang Baru Lahir
الله صلى الله ل سو ر قال قال سمرة عنبح يذ بعقيقته مرتهن الغالم م سل و عليهسه رأ ويحلق ويسمى ابع الس يوم عنه
مذي( ) التر رواه
Artinya:
Dari Samurah berkata, Rasulullah saw.
bersabda: “Setiap anak itu tergadai dengan
aqiqahnya, yang disembelih untuknya (hewan
sembelihan) pada hari ketujuh, dan diberi nama
dan dicukur rambutnya.” (HR. Turmidzi)
Pesan Hadits
Hal-hal yang dilakukan terhadap anak yang baru
lahir:
1. Aqiqah
2. Memberi nama
3. Mencukur rambut
Analisis Isi
1. Aqiqah
Aqiqah dilaksanakan pada hari ketujuh setelah
kelahiran anak. Yaitu dengan menyembelih 2 ekor
kambing untuk bayi laki-laki dan 1 ekor kambing
untuk bayi perempuan.
Hikmah Aqiqah:
Sebagai tanda syukur kepada Allah atas
kelahiran anak
Mengumumkan nasab anak yang baru lahir
Memperkuat tali silaturahmi antar anggota
masyarakat
Membahagiakan faqir miskin dengan
membagikan daging aqiqah kepada mereka
2. Memberi Nama
Rasulullah memerintahkan untuk
memberikan nama yang baik dan julukan yang
mulia pada anak.
Ada 3 kriteria dalam memilih nama yang baik, yaitu:
Nama itu diupayakan berasal dari nama-
nama Nabi dan Rasul, ahli-ahli agama, serta
orang- orang sholih.
Memberikan nama yang sederhana dan
tidak menyulitkan lidah dalam mengucapkannya.
Nama yang digunakan memiliki makna
yang baik
3. Mencukur Rambut
Disebutkan oleh Ibnu Ishaq bahwa Rasulullah saw.
Bersabda kepada Fatimah ketika melahirkan Hasan,
“Wahai Fatimah, cukurlah rambut anakmu itu,
kemudian bersedekahlah dengan perak seberat
rambut tersebut.”
Sedekah itu tidak harus dalam wujud perak, tetapi
bisa dengan uang yang senilai dengan perak tesebut.
C.Pendidikan Shalat Terhadap Anak Usia Tujuh Tahun
سUو ر قال قال خده عن أبيه عن UعيبUش عمUروبن عنبالصالة أوالدكم مروا م سل و عليه الله صلى الله ل
Uأبناء وهم عليها واضربوهم سنين سUبع أبناء وهمابوداود ( ) رواه المضاجع في بينهم قوا وفر عشر
Artinya:
Dari Umar bin Syu’aib berkata, Rasulullah saw.
bersabda: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk
melaksanakan shalat apabila sudah mencapai
umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai
umur sepuluh tahun maka pukullah mereka apabila
tak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka
dalam tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud)
Pesan Hadits
1. Pada saat usia 7 tahun, anak harus
diperintahkan praktek sholat.
2. Ketika anak berusia 10 tahun, orangtua
diperbolehkan memukul anak jika ia tidak
melaksanakan sholat.
3. Apabila anak sudah baligh maka tempat
tidurnya harus dipisahkan.
1. Pendidikan Shalat pada Anak Usia 7 Tahun
Pada usia ini anak mulai dikenalkan syarat sahnya
sholat, rukunnya, dan larangan-larangannya.
Orangtua sebaiknya mengulang-ulang permintaan
sholat kepada anak dengan halus dan penuh
kecintaan, serta belum diizinkan untuk memukul jika
anak belum menurut untuk melaksanakan sholat.
2. Pendidikan Sholat pada Anak Usia 10
Tahun
Pada usia ini orangtua diizinkan untuk
memukul anak jika ia belum melaksanakan
sholat, tentunya dengan pukulan yang
mendidik. Karena pada usia ini, pengaruh
ajakan setan untuk tidak menaati perintah
Allah sudah mulai dirasakan anak.
3. Memisahkan Tempat Tidur Anak
Jika anak laki-laki dan anak perempuan
sudah baligh, maka orangtua harus
menyediakan tempat tidur tersendiri untuk
anak-anaknya. Guna mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan.
SEMOGA BERMANFAAT