hasil dan pembahasan

Upload: trie-hutami-gamber

Post on 10-Jul-2015

198 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Sembalun memiliki luas wilayah 217,08 km2 yang secara geografis terletak di bagian utara Kabupaten Lombok Timur dengan batas wilayah sebagai berikut : Utara Timur Selatan Barat : Kecamatan Sambelia : Kecamatan Pringgabaya : Kecamatan Aikmel dan Pringgasela : Kabupaten Lombok Utara Kecamatan Sembalun beribukota di Desa Sembalun Lawang, berjarak sekitar 45 Km dari ibukota Kabupaten Lombok Timur yaitu Selong. Wilayah Kecamatan Sembalun terbagi menjadi empat desa yaitu Sembalun Bumbung (57,9 Km2), Sembalun Lawang (166,72 Km2), Sajang (18,98 Km2) dan Bilok Petung (23,41 Km2). Dari seluruh desa yang berada di Kecamatan Sembalun, yang memiliki proporsi luas wilayah terluas adalah Desa Sembalun Lawang yaitu 53,77% dari keseluruhan luas wilayah Kecamatan Sembalun. Desa-desa yang berada di Kecamatan Sembalun memiliki ketinggian antara 800-1500 mdpl dan memiliki jarak tempuh yang cukup dekat dengan ibukota kecamatan, karena jarak yang paling jauh hanya Desa Sajang dan Bilok

32

Petung yang berjarak 7 Km dari ibukota kecamatan.. sedangkan Desa Sembalun Bumbung hanya berjarak 2 Km dari ibukota kecamatan. IV.1.2. Iklim dan Curah Hujan Iklim di Kecamatan Sembalun adalah iklim tropis yang ditandai dengan adanya pergantian dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Salah satu unsur iklim yang berpengaruh terhadap usaha pertanian adalah curah hujan yang sangat bervariasi. Bulan Oktober - Maret adalah musim hujan dengan curah hujan yang tidak merata di setiap wilayahnya. Sedangkam musim kemarau terjadi pada Bulan April September. Kondisi iklim ini menyebabkan pola pertanian yang dikembangkan oleh masyarakat Sembalun lebih banyak mengikuti pergantian musim tersebut. IV.1.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan hasil revisi dari hasil SUPAS 2005, jumlah penduduk Kecamatan Sembalun pada pertengahan tahun 2008 sebanyak 18.209 jiwa. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak yaitu 10.076 jiwa. Sedangkan penduduk laki-laki sebanyak 8.133 jiwa. Kepadatan penduduk di Kecamatan Sembalun meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 84 jiwa per km2, pada tahun 2007 sebesar 83 per km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Desa Sajang yaitu 160 jiwa per km2. Sedangkan Desa Sembalun Lawang memiliki kepadatan penduduk paling rendah yaitu 61 jiwa per km2.

33

Penduduk di Kecamatan Sembalun sebagian besar bermata pencaharian di sektor pertanian. Jumlah yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 11.662 orang, meningkat dari tahun 2007 yang berjumlah 10.403 orang. Penduduk yang bekerja di sektor non pertanian sebanyak 1.730 orang, 273 orang bekerja di sektor pemerintahan. Sedangkan sisanya 372 orang bekerja menurut keahlian tertentu. IV.1.4. Keadaan Sarana dan Prasarana IV.1.4.1. Sarana Transportasi dan Komunikasi

Seiring dengan kemajuan informasi dan meningkatnya mobilitas penduduk, sarana transportasi dan komunikasi menjadi semakin penting. Dengan kemudahan transportasi dan komunikasi akan dapat memperlancar kegiatan masyarakat baik dari segi ekonomi maupun sosial. Di Kecamatan Sembalun jumlah kendaraan roda empat bertambah empat buah dari tahun 2008 yang berjumlah 37 buah menjadi 41 buah. Sedangkan untuk kendaraan roda dua khususnya sepeda motor menurun dari 1.089 buah menjadi 955 buah. Keberadaan televisi merupakan sarana informasi yang sangat penting bagi masyarakat untuk memperoleh informasi. Di Kecamatan Sembalun terdapat 1.754 buah televisi yang didukung dengan 168 buah fasilitas parabola. Sarana komunikasi lain adalah satu buah kantor pos. IV.1.4.2. Sarana Perekonomian

34

Dengan tersedianya jalan dan sarana transportasi yang menghubungkan semua desa maka sarana perekonomian seperti pasar, rumah makan, KUD, bank dan asuransi sudah tersedia walaupun belum tersebar merata di seluruh desa. Namun untuk sarana perekonomian seperti kios atau toko maupun pangkalan ojek keberadaannya merata disetiap desa. Dengan tersedianya sarana perekonomian di Kecamatan Sembalun, akan dapat memudahkan pemasaran produk-produk pertanian. Semakin banyak sarana pemasaran yang ada akan semakin lancar juga pemasaran produk-produk pertanian. IV.1.4.3. Prasarana Jalan

Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai sangat mendukung kegiatan perekonomian suatu daerah. Salah satu fasilitas yang penting keberadaannya adalah jalan yang merupakan sarana infrastruktur. Kondisi jalan yang baik akan mendorong laju kegiatan perekonomian. Sarana transportasi yang baik harus ditunjang dengan ketersediaan jalan yang memadai. Di Kecamatan Sembalun, telah dibangun jalan yang

menghubungkan satu desa dengan desa lainnya sehingga tidak ada wilayah yang terisolasi. Pada tahun 2008 panjang jalan di Kecamatan Sembalun bertambah menjadi 70 kilometer yang terdiri dari 41 kilometer jalan tanah, 22 kilometer jalan aspal dan 7 kilometer jalan yang diperkeras. Melihat kondisi infrastruktur tersebut, tampaknya program perbaikan jalan masih diperlukan. Hal ini disebabkan karena arus perekonomian masih sering terganggu saat musim hujan.

35

IV.1.4.4.

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan karena menyangkut kualitas sumber daya manusia yang dimiliki suatu daerah. Pendidikan dapat juga dijadikan sebagai salah satu indikator dari majunya suatu pembangunan. Pendidikan yang baik harus ditunjang dengan ketersediaan berbagai sarana dan prasarana yang meliputi jumlah gedung yang cukup dan memadai, tenaga pengajar yang berkualitas serta sarana penunjang lainnya. Di Kecamatan Sembalun fasilitas pendidikannya ditunjang dengan adanya sekolah mulai dari pendidikan usia dini hingga sekolah menengah atas. Terdapat empat buah taman kanak-kanak, sembilan buah SD inpres, tiga buah SD non inpres, dua buah SMP negeri, empat buah SMP swasta, sebuah SMA negeri dan sebuag SMA swasta. IV.1.4.5. Kesehatan

Fasilitas kesehatan juga perlu diperhatikan oleh suatu daerah karena merupakan salah satu penunjang kelangsungan hidup masyarakat. Pada tahun 2008 di Kecamatan Sembalun terdapat sebuah puskesmas, tiga buah puskesmas pembantu, tiga buah polindes, sebuah tempat praktek dokter serta 21 buah posyandu. Tenaga kesehatan yang ada antara lain dua orang dokter, sembilan orang paramedis, lima orang bidan desa serta tujuh orang dukun bersalin.

36

IV.2. Karakteristik Responden Berikut ini adalah karakteristik reponden 30 petani bawang putih dan 30 petani kentang Atlantik di Kecamatan Sembalun Tabel 4.1. Karakteristik Petani Responden Bawang Putih dan Kentang Atlantik di Kecamatan SembalunNo Uraian Petani Responden Bawang Putih Kentang Atlantik Jumlah 1 Umur Responden (tahun) Kisaran Rata-rata umur a. 21-34 tahun b. 35-48 tahun c. 49-62 tahun Jumlah 2 Tingkat Pendidikan a. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA e. Tamat Perguruan Tinggi Jumlah 3 Tanggungan Keluarga (orang) Kisaran Rata-rata Jumlah Tanggungan a. 0-1 orang b. 2-3 orang c. >3 orang Jumlah 4 Luas Lahan (hektar) Rata-rata Luas Lahan Kisaran 21-62 38,00 13,00 11,00 6,00 30,00 2,00 17,00 5,00 6,00 0,00 30,00 2-7 4,10 0,00 12,00 18,00 30,00 0,93 0,04-1,50 Persentase Jumlah 23-62 39,00 13,00 11,00 6,00 30,00 2,00 4,00 5,00 11,00 8,00 30,00 0-7 4,00 2,00 5,00 23,00 30,00 0,47 0,07-2,00 Persentase

43,33 36,67 20,00 100,00 6,67 56,67 16,67 20,00 0,00 100,00

43,33 36,67 20,00 100,00 6,67 13,33 16,67 36,67 26,67 100,00

0,00 40,00 60,00 100,00

6,67 16,67 76,67 100,00

37

a. 1,00 hektar Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2010

11,00 8,00 1,00 20,00

55,00 40,00 5,00 100,00

17,00 12,00 1,00 30,00

56,67 40,00 3,33 100,00

4.2.1. Umur Petani Responden Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan petani dalam pengelolaan usahatani adalah umur. Dalam usia produktif seorang petani cenderung dapat merncanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan usahatani dengan lebih baik. Selain itu, umur berpengaruh juga terhadap respon petani dalam menerima dan menentukan teknologi pertanian yang cocok untuk diterapkan. Umur juga berkaitan erat dengan kemampuan petani dalam melakukan aktivitas karena semakin bertambah umur maka kemampuan bekerja dan berfikir akan berkurang. Golongan umur produktif berkisar antara 15-65 tahun, karena pada usia tersebut petani memiliki kemampuan bekerja yang tinggi baik dari segi fisik maupun mental dalam melakukan kegiatan usahataninya. Berdasarkan Tabel 4.1. terlihat bahwa umur petani responden berkisar antara 21-62 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh petani responden masih berada dalam kisaran usia produktif. Artinya baik secara fisik maupun mental, petani bawang putih dan kentang Atlantik sudah siap untuk menghasilkan barang dan jasa. Untuk petani bawang putih, kelompok umur paling banyak berada pada kisaran 21-34 tahun sebanyak 13 orang atau 43,33% dari total responden petani bawang putih dengan rata-rata usia 38 tahun. Sedangkan untuk petani kentang Atlantik kelompok umur

38

terbanyak juga berada pada kisaran 21-34 tahun sebanyak 13 orang atau 43.33% dari total responden petani kentang Atlantik dengan rata-rata usia 39 tahun.

4.2.2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan memiliki peran yang penting dalam proses adopsi informasi dan teknologi, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin maju pola pikir dan penyesuaian terhadap adanya inovasi. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam mengembangkan sumberdaya manusia. Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan sangat mempengaruhi pola pikir dan kemampuannya dalam menerapkan suatu teknologi budidaya. Sehingga petani dapat memahami informasi teknologi baru yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Tabel 4.1. menunjukkan kisaran pendidikan petani responden adalah tidak tamat SD hingga tamat perguruan tinggi. Tingkat pendidikan petani bawang putih yang paling banyak adalah tamat SD sebanyak 17 orang atau 56,67% dari seluruh petani responden bawang putih. Sedangkan untuk petani kentang Atlantik, tingkat pendidikan yang paling banyak adalah tamat SMA sebanyak 11 orang atau 36,67% dari total responden petani kentang Atlantik. Tingkat pendidikan ini juga mempengaruhi petani dalam setiap pengambilan keputusan dalam usahataninya. Keputusan untuk memilih jenis tanaman, pupuk dan pestisida yang akan digunakan. Pengambilan keputusan akan

39

mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Semakin tepat pengambilan keputusan maka semakin besar pendapatan yang akan diperoleh.

4.2.3.

Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi biaya hidup yang dikeluarkan. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan hidup keluarganya. Berdasarkan Tabel 4.1. jumlah tanggungan keluarga responden berkisar antara 0-7 orang. Baik petani bawang putih maupun kentang Atlantik memiliki jumlah tanggungan keluarga terbesar yaitu sejumlah lebih dari tiga orang per kepala keluarga. 4.2.4. Luas Lahan Luas lahan garapan merupakan modal utama yang dimiliki dan berkaitan erat dengan pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga petani. Lahan merupakan tempat untuk aktivitas usahatani untuk memperoleh sumber pangan dan pendapatan. Tabel 4.1. menunjukkan sebagian besar petani responden memiliki luas lahan garapan kurang dari satu hektar. Untuk petani bawang putih, rata-rata luas lahan garapan yang dimiliki sebesar 0,39 hektar. Sedangkan petani kentang Atlantik memiliki rata-rata luas lahan garapan yang lebih luas yaitu 0,47 hektar.

40

Luas lahan garapan akan mempengaruhi jumlah produksi. Sedangkan jumlah produksi akan mempengaruhi pendapatan dan biaya produksi. Semakin luas lahan garapan yang dimiliki akan semakin meningkatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengelola lahan tersebut. 4.3. Analisis Biaya Variabel Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik di Kecamatan Sembalun 4.3.1. Biaya Penggunaan Bibit Bawang Putih dan Kentang Atlantik Bibit adalah salah satu biaya variabel yang digunakan dalam proses usahatani. Jumlah produksi yang dihasilkan akan sebanding dengan jumlah bibit yang digunakan. Semakin banyak bibit yang digunakan maka semakin besar pula hasil produksi yang diperoleh. Namun terdapat batasan dalam penggunaan bibit tersebut yaitu luas lahan garapan yang dimiliki. Jika penggunaan bibit terlalu banyak melebihi kapasitas luas lahan maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Untuk petani bawang putih, jumlah bibit yang digunakan dalam satu hektar adalah 9.93 ku dengan harga Rp. 3.978.577,55/ku. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit bawang putih sebesar Rp. 39.514.893,62. Sedangkan untuk petani kentang Atlantik, jumlah bibit yang digunakan dalam satu hektar adalah 18,18 ku dengan harga Rp. 1.047.794,12/ku. Sehingga biaya yang dibutuhkan untuk membeli bibit kentang Atlantik adalah Rp. 19.053.483,46. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan Tabel 4.3.

Tabel 4.2. Rata-rata Jumlah dan Biaya Penggunaan Bibit Bawang Putih No Jenis biaya Petani Bawang Putih

41

1 Bibit

Jumlah (ku) Harga (Rp/ku) Biaya (Rp) 9,93 3978577,55 39514893,62

Sumber: Data Primer Diolah, 2010

Tabel 4.3. Rata-rata Jumlah dan Biaya Penggunaan Bibit Kentang Atlantik No Jenis biaya Petani Kentang Atlantik Jumlah (ku) Harga (Rp/ku) Biaya (Rp) 18,18 1047794,12 19053483,46

1 Bibit

Sumber: Data Primer Diolah, 2010

4.3.2. Biaya Penggunaan Pupuk pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Pupuk adalah sarana penunjang dalam setiap usahatani. Setiap jenis pupuk memiliki fungsi yang berbeda-beda. Penggunaan pupuk akan meningkatkan hasil produksi tetapi terdapat batasan-batasan dalam penggunaannya karena jika penggunaannya berlebihan maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.4. dan 4.5. bahwa penggunaan jenis pupuk untuk usahatani kentang Atlantik lebih banyak dibandingkan jenis penggunaan pupuk untuk usahatani bawang putih. Petani bawang putih hanya menggunakan tiga jenis pupuk. Sedangkan petani kentang Atlantik menggunakan delapan jenis pupuk. Hal ini disebabkan petani kentang Atlantik terikat kerjasama dengan perusahaan sehingga para petani tersebut berusaha berproduksi semaksimal mungkin. Namun tidak petani kentang Atlantik tidak menggunakan seluruh jenis pupuk, petani tersebut hanya menggunakan beberapa jenis pupuk saja. Dalam satu hektar, jumlah pupuk yang paling banyak digunakan oleh petani adalah pupuk KCl sebanyak 809,79 kg dengan harga Rp. 1758,96/kg. Namun biaya yang paling banyak dikeluarkan untuk pembelian pupuk dalam satu

42

hektar adalah biaya pembelian pupuk TSP sebanyak 714,04 dengan harga Rp. 2.003,58. Sehingga biaya yang dibutuhkan yaitu Rp. 1.430.638,30 per hektar. Harga pupuk yang termahal adalah pupuk TSP dengan harga Rp. 2003,58/kg. Sedangkan harga pupuk yang paling murah adalah pupuk Urea dengan harga Rp. 1666,47/kg. Untuk petani kentang Atlantik, jumlah pupuk yang paling banyak digunakan dalam satu hektar adalah pupuk petrogan sebanyak 985,22 kg dengan harga Rp. 589,29/kg. Namun biaya yang paling banyak dikeluarkan adalah untuk pembelian 481,70 kg pupuk ZA seharga Rp. 1.808,11. Sehingga biaya yang dibutuhkan Rp. 870.971,15 per hektar. Harga pupuk termahal adalah pupuk ponska dengan harga Rp. 2.021,17/kg. Sedangkan pupuk yang paling murah adalah petrogan dengan harga Rp. 589,29/kg. Tabel 4.4. Rata-rata Penggunaan Pupuk pada Usahatani Bawang Putih No Jenis Pupuk Jumlah (Kg) 710,64 714,04 809,79 Petani bawang putih Harga (Rp/Kg) Biaya (Rp) 1666,47 1184255,32 2003,58 1430638,30 1758,96 1424382,98

1 Urea 2 TSP 3 KCl

Sumber: Data Primer Diolah, 2010

Tabel 4.5. Rata-rata Penggunaan Pupuk pada Usahatani Kentang AtlantikNo Jenis Pupuk Petani Kentang Atlantik Per LLG Per Hektar Harga Jumlah Harga (Rp/Kg) Biaya (Rp) (Kg) (Rp/Kg) Biaya (Rp) 334.166,6 2.021,1 2.021,17 7 349,05 7 705.489,09 412.550,0 1.808,1 1.808,11 0 481,70 1 870.971,15 193.350,0 1.895,5 1.895,59 0 215,34 9 408.198,45 146.560,0 1.948,9 1.948,94 0 158,76 4 309.415,90

Jumlah (Kg) 165,33 228,16 102,00 75,20

1 Ponska 2 ZA 3 SP 36 4 KCl

43

5 TSP 6 Petrogan

58,67 466,67

2.005,68 589,29

117.666,6 7 275.000,0 0 22.500,00 73.333,33

123,86 985,22 31,67 77,41

2.005,6 8 589,29 1.500,0 0 2.000,0 0

248.416,61 580.577,06 47.501,80 154.820,55

7 Urea 15,00 1.500,00 Petropho 8 s 36,67 2.000,00 Sumber: Data Primer Diolah, 2010

4.3.3. Biaya Penggunaan Pestisida pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Untuk satu hektar usahatani bawang putih, pestisida yang paling banyak digunakan adalah Antrakol sebanyak 30,34 kg dengan harga Rp. 87896,21/kg. Sehingga biaya yang dikeluarkan Rp. 2.666.808,51. Sedangkan obat yang paling sedikit digunakan adalah Satgas sebanyak 0,77 kg dengan harga Rp. 65.000/kg. Sehingga biaya yang dikeluarkan Rp. 49.787,23. Harga obat yang paling murahadalah Yasitrin dengan harga Rp. 22.025,81/100 ml. Biaya pembelian pestisida yang

paling tinggi adalah untuk pembelian Antrakol yaitu Rp. 2.666.808,51 dan biayapembelian obat yang paling rendah adalah Metrix sebesar Rp. 30.638,30/100 gr.

Tabel 4.6. Rata-rata Penggunaan Pestisida pada Usahatani Bawang Putih Petani Bawang Putih No Jenis Obat-obatan Satuan Biaya Jumlah Harga 1 Antrakol kg 30,34 87896,21 2666808,5 2 Yasitrin 100 ml 13,19 22025,81 290553,91 3 Selestol 50 ml 12,6 15000,00 188936,17 4 Ropral kg 14,55 34707,60 505106,38 5 Besmor 100 ml 10,04 62254,24 625191 6 Policur kg 4,43 22346,15 98893,62 7 Satgas kg 0,77 65000,00 49787,23 8 Metrix 100 gr 1,02 30000,00 30638,3 9 Sidaset kg 1,19 78000,00 92936,17 10 Amistartop 250 gr 5,19 35000,00 181702,13 Sumber: Data Primer Diolah, 2010

44

Tabel 4.7. Rata-rata Penggunaan Pestisida pada Usahatani Kentang Atlantik Petani Kentang Atlantik Satuan No Jenis Obat-obatan Biaya Jumlah Harga 1 Victory kg 16,29 78509,72 1279028,90 2 Revus ltr 2,71 149233,77 404327,94 3 Cozen kg 0,28 240000,00 67558,06 4 Desis 200 ml 1,76 14520,00 25545,39 5 Reiden ltr 0,49 147428,57 72624,91 6 Besmor 100 ml 1,97 60214,29 118648,84 7 Starmil 100 gr 0,91 67692,31 61928,22 8 Ropral kg 0,42 45000,00 19000,70 9 Vidi 100 ml 1,62 30000,00 18557,35 10 Startop 100 ml 0,7 80000,00 56298,38 11 Metrix 100 gr 0,56 40000,00 22519,35 12 Agrimex 100 ml 0,56 45000,00 25334,27 13 Winder 100 gr 0,63 25000,00 15833,92 14 Sidanec 100 ml 0,14 65000,00 9148,49 15 Manzate kg 2,81 78000,00 219563,69 16 Amistartop kg 2,04 21000,00 42857,14 17 Treser 100 ml 1,62 40000,00 64743,14 Sumber: Data Primer Diolah, 2010 Sedangkan pestisida yang paling banyak digunakan untuk satu hektar usahatani kentang Atlantik adalah Victory sebanyak 16,29 kg dengan harga Rp. 39.833,33/kg. Sehingga biaya yang dikeluarkan Rp. 1.279.028,85. Pestisida yang paling sedikit digunakan adalah Sidanec sebanyak 14 ml dengan harga Rp. 65.000/100 ml. Sehingga biaya yang dikeluarkan Rp. 9.148,49. Harga obat yang paling mahal adalah Cozen dengan harga Rp. 240000,00/liter dan harga obatyang paling murah adalah Desis dengan harga Rp. 14520,00/200 ml.

Dari Tabel 4.6. dan 4.7. diatas, dapat diketahui bahwa jenis pestisida yang digunakan pada tiap usahatani berbeda-beda. Pestisida yang digunakan pada usahatani kentang Atlantik lebih banyak dibandingkan pestisida yang digunakan pada usahatani bawang putih. Baik pada petani bawang putih maupun kentang

45

Atlantik, mereka tidak menggunakan seluruh jenis pestisida. Pemilihan jenis pestisida tergantung dari kebutuhan petani tersebut. 4.3.4. Rata-rata Biaya Variabel pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Tabel 4.8. Rata-rata Biaya Variabel pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik No. Jenis Biaya Variabel Jenis Usahatani Kentang Bawang putih Persentase Atlantik Persentase 39.514.893,6 2 81,84 19.053.483,46 76,42 4.039.276,60 8,37 3.325.390,57 13,34 4.730.553,19 9,80 2.553.518,65 10,24 48.284.723,4 0 100,00 24.932.392,68 100,00

1 Bibit 2 Pupuk 3 Pestisida Jumlah

Sumber: Data Primer Diolah, 2010

Dari Tabel 4.8. diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biaya variabel untuk satu hektar usahatani bawang putih lebih besar dibandingkan rata-rata biaya variabel untuk satu hektar usahatani kentang Atlantik. Untuk satu kali proses produksi dalam usahatani bawang putih, biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 48.284.723,40. Sedangkan untuk usahatani kentang Atlantik memerlukan biaya sebesar Rp. 24.932.392,68. Dalam usahatani bawang putih, biaya yang paling besar adalah biaya pembelian bibit yaitu sebesar Rp. 39.514.893,62 atau sebesar 81,84% dari seluruh biaya variabel yang dibutuhkan. Biaya pupuk dan pestisida relatif sama yaitu Rp. 4.039.276,60 atau 8,37% dan Rp. 4.730.553,19 atau 9,80%. Untuk usahatani kentang Atlantik, biaya pembelian bibit juga merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh petani yaitu sebesar Rp. 19.053.483,46

46

atau 76,42%. Berbeda dengan usahatani bawang putih yang membutuhkan biaya untuk pembelian pestisida yang lebih besar daripada biaya pembelian pupuk, untuk usahatani kentang Atlantik, biaya pembelian pupuk lebih besar dari biaya pembelian pestisida. Untuk pembelian pupuk sebesar Rp. 3.325.390,57 atau13,34%. Sedangkan untuk pembelian pestisida Rp. 2.553.518,65 atau 10,24%.

Perbedaan ini dapat disebabkan oleh adanya kerjasama antara petani kentang Atlantk dengan perusahaan, para petani berusaha memperoleh jumlah produksi yang maksimal sehingga digunakan pupuk yang lebih banyak. Namun penggunaan pestisida dikurangi agar hama penyakit tidak cepat kebal terhadap pestisida.

4.4. Analisis Biaya Tetap Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik di Kecamatan Sembalun 4.4.1. Biaya Sewa Lahan pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Nilai sewa lahan termasuk salah satu biaya tetap yang harus dikeluarkan baik oleh petani bawang putih maupun kentang Atlantik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel. 4.8. Tabel 4.9. Rata-rata Biaya Sewa Lahan pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik No. Jenis Biaya Jenis Usahatani Bawang Putih Kentang Atlantik 3.112.340,43 3.339.197,75

1 Sewa lahan

Sumber: Data Primer Diolah, 2010

47

Dari Tabel 4.9. diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai sewa satu hektar lahan yang digunakan untuk usahatani bawang putih Rp. 3.112.340,43. Sedangkan rata-rata biaya sewa untuk satu hektar lahan yang digunakan dalam usahatani kentang Atlantik adalah Rp. 3.339.197,75. Yang menjadi penyebab perbedaan nilai sewa ini adalah lokasi lahan serta tingkat penggunaan lahan. Tingkat penggunaan lahan yang dimaksud adalah sudah berapa sering lahan tersebut digunakan untuk usahatani. Semakin sering digunakan tentu harganya lebih rendah. Nilai sewa lahan di Kecamatan Sembalun berkisar antara Rp. 6.000.000,00 Rp. 7.000.000,00 perhektar pertahun. 4.4.2. Biaya Penyusutan Alat pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat berkurangnya nilai dari suatu alat bila selalu digunakan. Biaya penyusutan dalam usahatani kentang Atlantik lebih besar dibandingkan penyusutan alat pada usahatani bawang putih. Hal ini disebabkan jenis alat yang digunakan pada usahatani kentang Atlantik lebih banyak dari alat yang digunakan pada usahatani bawang putih. Untuk lebih jelasnya, biaya penyusutan alat dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10. Rata-rata Biaya Penyusutan pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Jenis Usahatani No. Jenis Alat Bawang Putih Persentase Kentang Atlantik Presentase 1 Cangkul 46.099,29 8,67 30.143,09 5,76 2 Sabit 44.368,79 8,34 22.308,23 4,26 3 Sprayer 438.581,56 82,48 467.980,30 89,39 4 Gareng 2.723,40 0,51 1.454,37 0,28 5 Pisau 0 0,00 1.642,04 0,31 Jumlah 531.773,05 100,00 523.528,03 100,00Sumber: Data Primer Diolah, 2010

48

Dalam usahatani bawang putih, total biaya penyusutan alat yang dikeluarkan sebesar Rp. 531.773,05. Biaya penyusutan yang paling besar adalah sprayer yaitu Rp. 438.581,56 atau 82,48%. Biaya penyusutan yang paling kecil adalah Gareng yaitu Rp. 2.723,40 atau 0,51%. Total biaya penyusutan yang dikeluarkan untuk usahatani kentang Atlantik adalah Rp. 523.528,03. Sama seperti usahatani bawang putih, biaya penyusutan terbesar adalah biaya penyusutan sprayer yaitu Rp. 467.980,30 atau 89,39%. Sedangkan biaya penyusutan terkecil adalah gareng yaitu Rp. 1.454,37. 4.4.3. Biaya Sewa Alat pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Baik petani bawang putih maupun kentang Atlantik menggunakan handtractor untuk mengolah lahan sebelum digunakan untuk berusahatani. Tidak semua petani di Sembalun memiliki handtractor sendiri. Sebagian besar petani tersebut menyewa handtractor. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.11 untuk usahatani bawang putih, rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk menyewa handtractor sebesar Rp. 951.489,36. Sedangkan untuk usahatani kentang Atlantik, rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk menyewa handtractor adalah sebesar Rp. 945.460,94. Terdapat sedikit perbedaan antara biaya sewa handtractor yang digunakan untuk mengolah satu hektar lahan usahatani bawang putih dengan yang digunakan untuk mengolah satu hektar lahan usahatani kentang Atlantik. Namun tidak terdapat faktor yang sangat mempengaruhi sehingga terjadi perbedaan tersebut. Yang menjadi penyebab hanya murni perbedaan harga sewa dari pemilik handtractor tersebut.

49

Tabel 4.11. Rata-rata Biaya Sewa Alat pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik No. Jenis alat Jenis Usahatani Bawang Putih Kentang Atlantik 951.489,36 945.460,94

1 Handtractor

Sumber: Data Primer Diolah, 2010

4.4.4. Biaya Pengairan pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Tabel 4.12. Rata-rata Biaya Pengairan pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Jenis Usahatani No. Jenis biaya Bawang Putih Kentang Atlantik 1 Iuran Pengairan 343.148,94 396.199,86Sumber: Data Primer Diolah, 2010

Baik untuk usahatani bawang putih maupun kentang Atlantik, petani melakukan pengairan sebanyak tiga kali. Pada Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya pengairan yang dikeluarkan untuk satu hektar lahan usahatani bawang putih sebesar Rp. 343.148,94. Sedangkan biaya pengairan untuk satu hektar lahan usahatani kentang Atlantik sebesar Rp. 396.199,86. 4.4.5. Biaya Transportasi pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Tabel 4.13. Rata-rata Biaya Trasportasi pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik No. Jenis biaya Jenis Usahatani Bawang Putih Kentang Atlantik 15.404,26 14.778,33

1 Biaya Transportasi

Sumber: Data Primer Diolah, 2010

Biaya transportasi dikeluarkan oleh petani baik untuk mengangkut sarana produksi seperti bibit, pupuk dan pestisida maupun untuk mengangkut hasil produksi. Namun biaya transportasi ini sangat kecil. Hal ini disebabkan para

50

petani tidak mengeluarkan biaya transportasi untuk hasil produksi karena para pembeli yang langsung mencari petani. Selain itu untuk mengangkut sarana produksi hanya dikeluarkan oleh petani yang jarak rumahnya dengan KUD agak jauh. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.13, rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mengangkut sarana produksi pada usahatani bawang putih sebesar Rp. 15.404,26. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut sarana produksi pada usahatani kentang Atlantik adalah sebesar Rp. 14.778,33.

4.4.6. Rata-rata Biaya Tetap pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Tabel 4.14. Rata-rata Biaya Tetap pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik No. Jenis Biaya Tetap 1 2 3 4 5 Sewa lahan Penyusutan alat Sewa Alat Iuran pengairan Transportasi Jumlah Jenis Usahatani Bawang Kentang putih Persentase Atlantik Persentase 3.112.340,4 3.339.197,7 3 62,82 5 63,98 531.773,05 10,73 523.528,03 10,03 951.489,36 19,21 945.460,94 18,12 343.148,94 6,93 396.199,86 7,59 15.404,26 0,31 14.778,33 0,28 4.954.156,0 5.219.164,9 3 100,00 1 100,00

Sumber: Data Primer Diolah, 2010

51

Biaya tetap yang dikeluarkan untuk satu hektar lahan usahatani kentang Atlantik lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk satu hektar lahan usahatani bawang putih. Rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan untuk usahatani bawang putih adalah Rp. 4.954.156,03. Sedangkan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan untuk usahatani kentang Atlantik sebesar Rp. 5.219.164,91. Dalam usahatani bawang putih, biaya tetap yang paling banyak dikeluarkan adalah biaya sewa lahan yaitu Rp. 3.112.340,43 atau 62,82% dari total biaya tetap yang dikeluarkan. Biaya tetap yang paling kecil adalah biaya untuk transportasi yaitu Rp. 15.404,26 atau 0,31%. Jarak rumah dengan KUD yang cukup dekat serta pembeli yang langsung mencari petani merupakan faktor yang memyebabkan kecilnya biaya transportasi. Sama seperti usahatani bawang putih, pada usahatani kentang Atlantik biaya tetap yang terbesar adalah biaya sewa lahan yaitu Rp. 3.339.197,75 atau 63,98%. Biaya yang paling sedikit dikeluarkan juga sama seperti pada usahatani bawang putih yaitu biaya transportasi yaitu Rp. 14.778,33 atau 0,28%. Selain faktor jarak rumah dengan KUD serta pembeli yang mendatangi petani untuk membeli hasil produksinya, faktor yang juga menyebabkan rendahnya biaya transportasi pada usahatani kentang Atlantik adalah adanya kerjasama antara petani dengan PT. Indofood. Para petani mendapat jaminan bahwa hasil produksi mereka pasti langsung diambil oleh perusahaan. 4.5. Analisis Tenaga Kerja Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik di Kecamatan Sembalun Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam setiap usahatani. Tenaga kerja dapat berasal dari dalam keluarga maupun dari luar

52

keluarga. Umumnya tenaga kerja dalam keluarga tidak mendapatkan upah. Namun dalam perhitungan ini baik tenaga kerja dari dalam maupun dari luar keluarga sama-sama mendapatkan upah. 4.5.1. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga pada Usahatani Bawang Putih Tabel 4.15. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga pada Usahatani Bawang PutihNo. 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Kegiatan Jmlh Tenaga Kerja (HKO) Usahatani Bawang Putih Upah Biaya Tenaga (Rp/HKO) Kerja (Rp)

Persentase

Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Penyiangan Penyemprotan Pengairan Panen Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2010

9,36 6,48 18,10 18,92 64,75 13,17 5,80

25.909,09 22.453,57 26.089,58 24.696,36 32.134,81 37.209,30 57.404,69

242.553,19 145.531,91 472.340,43 467.234,04 2.080.851,06 490.212,77 333.191,49 4.231.914,89

5,73 3,44 11,16 11,04 49,17 11,58 7,87 100,00

Untuk usahatani bawang putih, hampir sebagian tenaga kerjanya berasal dari dalam keluarga. Tenaga kerja yang paling banyak digunakan pada saat penyemprotan yaitu 64,75 HKO dengan upah Rp. 32.134,81/HKO. Sehingga biaya yang dikeluarkan Rp. 2.080.851,06 atau 49,17% dari total biaya tenaga kerja dalam keluarga yang dikeluarkan. Tenaga kerja yang paling sedikit dikeluarkan pada saat pemanenan. Pada saat panen, tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 5,80 HKO dengan upah per HKO Rp. 57.404,69. Jadi total biaya yang dikeluarkan saat panen Rp. 333.191,49 atau 7,87% dari total biaya tenaga kerja dalam keluarga.

53

Dari seluruh kegiatan usahatani tersebut, semua memiliki upah yang relatif sama kecuali pada saat panen. Pada saat panen upah per HKO mencapai Rp. 57.404,69. Hal ini disebabkan perbedaan cara pembayaran upah pada saat panen. Jika pada kegiatan lainnya upah dibayar menurut jumlah hari kerja dan terdapat perbedaan upah antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan, maka pada saat panen upah dibayar menurut jumlah hari kerja namun tanpa ada perbedaan upah antara tenaga kerja laki-laki maupun perempuan. 4.5.2. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga pada Usahatani Bawang Putih Untuk tenaga kerja luar keluarga, penggunaan tenaga kerja yang paling besar adalah pada saat penyiangan. Pada saat penyiangan, tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 78,55 HKO dengan upah Rp. 17.617,01/HKO. Sehingga biaya yang dikeluarkan Rp. 1.383.829,79 atau 30,06% dari seluruh biaya tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan.

Tenaga kerja yang paling sedikit digunakan adalah pada saat pengairan yaitu 0,36 HKO dengan biaya per HKO Rp. 21.000,00. Jadi biaya yang dikeluarkan Rp. 7.659,57 atau 0.17% dari total biaya tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan. Tabel 4.16. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga pada Usahatani Bawang PutihNo. Jenis Kegiatan Jmlh Tenaga Kerja (HKO) Usahatani Bawang Putih Upah Biaya Tenaga (Rp/HKO) Kerja (Rp)

Persentase

1 Pengolahan tanah 2 Penanaman

35,89 20,25

25.467,4 8 20.240,8

914.042,55 409.787,23

19,85 8,90

54

3 Pemupukan 4 Penyiangan 5 Penyemprotan 6 Pengairan 7 Panen Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2010

28,76 78,55 2,07 0,36 20,28

1 26.902,5 9 17.617,0 1 43.235,2 9 21.000,0 0 50.568,9 5

773.617,02 1.383.829,79 89.361,70 7.659,57 1.025.764,19 4.604.062,06

16,80 30,06 1,94 0,17 22,28 100,00

4.5.3. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga pada Usahatani Kentang Atlantik Tabel 4.17. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga pada Usahatani Kentang AtlantikUsahatani Kentang Atlantik Jmlh Tenaga Upah Biaya Tenaga Kerja (HKO) (Rp/HKO) Kerja (Rp) Persentase 1 Pengolahan tanah 1,83 25.328,95 46.446,16 6,58 2 Penanaman 0,85 24.852,07 21.111,89 2,99 3 Pemupukan I 1,14 26.040,74 29.556,65 4,19 4 Pemupukan II 1,18 25.848,90 30.612,24 4,34 5 Penyiangan I 2,89 25.975,61 74.947,22 10,62 6 Penyiangan II 3,36 26.092,81 87.614,36 12,42 7 Penyemprotan 8,48 30.882,35 261.787,47 37,11 8 Pengairan 1,51 31.374,50 47.501,76 6,73 9 Panen 3,01 35.140,09 105.911,33 15,01 Jumlah 705.489,09 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, 2010 No. Jenis Kegiatan

Berbeda dengan usahatani bawang putih, pada usahatani kentang Atlantik, tenaga kerja yang lebih banyak digunakan berasal dari luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga paling banyak digunakan pada saat penyemprotan yaitu 8,48 HKO dengan upah per HKO Rp. 30.882,35. Sehingga biaya yang dikeluarkan Rp.

55

261.787,47 atau 37,11% dari total biaya tenaga kerja dalam keluarga yang dikeluarkan. Pada kegiatan lainnya, jumlah tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan hampir sama. Namun tenaga kerja dalam keluarga paling sedikit dikeluarkan pada saat penanaman yaitu 0,85 HKO dengan upah Rp. 24.852,07/HKO. Sehingga biaya yang dikeluarkan Rp. 21.111,89 atau 2,99% dari seluruh biaya tenaga kerja dalam keluarga yang keluarkan. 4.5.4. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga pada Usahatani Kentang Atlantik Tabel 4.18. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga pada Usahatani Kentang AtlantikUsahatani Kentang Atlantik Jmlh Tenaga Upah Biaya Tenaga Kerja (HKO) (Rp/HKO) Kerja (Rp) Persentase 1 Pengolahan tanah 29,76 28.360,81 844.123,86 9,54 2 Penanaman 22,44 26.613,05 597.114,71 6,75 3 Pemupukan I 17,34 26.810,67 464.813,51 5,25 4 Pemupukan II 17,22 26.250,51 452.146,38 5,11 5 Penyiangan I 18,18 26.436,27 480.647,43 5,43 6 Penyiangan II 18,18 26.436,27 480.647,43 5,43 7 Penyemprotan 90,54 36.803,24 3.332.160,45 37,64 8 Pengairan 23,51 30.750,32 723.082,34 8,17 9 Panen 41,87 35.294,97 1.477.832,51 16,69 Jumlah 8.852.568,61 100,00 Sumber: Data Primer Diolah, 2010 No. Jenis Kegiatan

Biaya tenaga kerja luar keluarga yang paling banyak digunakan adalah pada saat penyemprotan yaitu 90,54 HKO dengan upah Rp. 36.803,24/HKO. Sehingga biaya yang dikeluarkan Rp. 3.332.160,45 atau 37,64% dari seluruh biaya tenaga kerja luar keluarga yang digunakan. Banyaknya jumlah tenaga kerja

56

yang digunakan disebabkan penyemprotan ini dilakukan sebanyak 15-20 kali dalam satu musim tanam. Jumlah tenaga kerja luar keluarga yang paling sedikit adalah saat pemupukan II yaitu sebanyak 17,22 HKO dengan upah per HKO Rp. 452.146,38. Sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 452.146,38 atau 5,11% dari total biaya yang dikeluarkan. Kegiatan pemupukan II paling sedikit membutuhkan tenaga kerja karena pemupukan II hanya merupakan pemupukan susulan dengan jumlah pupuk yang digunakan juga lebih sedikit dibandingkan dengan pemupukan awal. 4.6. Analisis Nilai Produksi Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik di Kecamatan Sembalun Tabel 4.19. Rata-rata Nilai Produksi pada Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Jumlah Produksi Harga Nilai Produksi No. Jenis Usahatani (kg) (Rp/kg) (Rp) 1 Bawang putih 16.408,51 5.586,88 91.672.340,43 2 Kentang Atlantik 23.187,90 2.703,64 62.691.766,36Sumber: Data Primer Diolah, 2010

Jumlah produksi bawang putih dalam satu hektar adalah 16.408,51 kg dengan harga 5.586,88/kg. Sehingga nilai produksinya adalah Rp. 91.672.340,43. Sedangkan untuk usahatani kentang Atlantik, jumlah produksinya lebih banyak yaitu 23.187,90 kg. Namun harganya lebih murah dibandingkan harga bawang putih. Untuk harga kentang Atlantik adalah 2.703,64/kg. Sehingga nilai produksinya adalah Rp. 62.691.766,36. 4.7. Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik di Kecamatan Sembalun

57

Tabel 4.20. Rata-rata Pendapatan Petani dalam Usahatani Bawang Putih dan Kentang AtlantikNo. Jenis Usahatani Nilai Produksi (Rp) Total Biaya (Rp) 62.048.666,6 7 39.709.615,2 9 Pendapatan (Rp) 29.623.673,7 6 22.982.151,0 7 R/C Ratio 1,48 1,58

1 Bawang putih 91.672.340,43 Kentang 2 Atlantik 62.691.766,36 Sumber: Data Primer Diolah, 2010

Pendapatan petani untuk usahatani bawang putih lebih besar dibandingkan dengan usahatani kentang Atlantik. Untuk satu hektar usahatani bawang putih, petani memperoleh pendapatan sebesar Rp. 29.623.673,76. Pendapatan tersebut telah dikurangi dengan total biaya produksi sebesar 62.048.666,67.. Sedangkan untuk pendapatan petani kentang Atlantik dalam satu hektar adalah Rp. 22.982.151,07. Total biaya produksi untuk usahatani kentang Atlantik adalah Rp. 39.709.615,29. Nilai R/C Ratio dari bawang putih adalah 1,48 artinya setiap Rp. 1. biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 1.480. Sedangkan untuk usahatani kentang Atlantik setiap Rp. 1. Biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 1.580. Tabel 4.22. di atas menunjukkan bahwa nilai R/C Ratio dari usahatani kentang Atlantik lebih besar daripada usahatani bawang putih.

4.8. Perbandingan Biaya dan Pendapatan Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Tabel 4.21. Perbandingan Biaya dan Pendapatan Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik

58

No, Uraian 1 Biaya usahatani 3 Pendapatan

F hitung F tabel t hitung 1,56 1,85 1,08 1,85

1,43 0,18

t tabel 2,04 2,04

Sumber: Data Primer Diolah, 2010

Untuk mengetahui perbedaan biaya dan pendapatan antara usahatani bawang putih dan kentang Atlantik, dilakukan menggunakan uji t. Namun sebelum dilakukan analisis menggunakan uji t, terlebih dahulu dilakukan uji F untuk mengetahui apakah kedua sampel tersebut homogen atau tidak. Setelah dilakukan uji F, biaya usahatani memiliki F hitung sebesar 1,56. Sedangkan untuk pendapatan diperoleh nilai F hitung sebesar 1,08. Nilai F hitung baik dari biaya usahatani maupun dari pendapatan lebih kecil dari nilai F tabel yaitu 1,85. Hal ini menunjukkkan bahwa kedua varians sampel tersebut homogen. Selanjutnya dilakukan uji t terhadap biaya dan pendapatan usahatani bawang putih dan kentang Atlantik. Pada biaya usahatani bawang putih, nilai thitung yang diperoleh adalah 1,43 dan nilai ttabel yang diperoleh adalah 2,04. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara biaya yang dikeluarkan pada usahatani bawang putih dan kentang Atlantik. Pada usahatani bawang putih, biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan pada usahatani kentang Atlantik. Perbedaan ini disebabkan harga bibit bawang putih yang lebih mahal dibandingkan bibit kentang Atlantik. Untuk biaya saprodi lainnya seperti pupuk dan pestisida juga terdapat perbedaan antara usahatani bawang putih dan kentang Atlantik, hal ini disebabkan oleh minimnya penyuluhan untuk usahatani bawang putih. Hal ini menyebabkan masalahmasalah yang terkait dengan budidaya tidak dapat terselesaikan dengan baik. Misalnya serangan hama penyakit yang mungkin muncul akibat dari penggunaan

59

pupuk dan pestisida yang berlebihan. Sedangkan biaya tetap dan biaya tenaga kerja tidak ada perbedaan yang terlalu besar. Uji t yang dilakukan pada pendapatan usahatani, nilai t hitung yang diperoleh adalah 0,18 dan nilai t tabel adalah 2,04. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan usahatani bawang putih dan kentang Atlantik. Terdapat perbedaan antara harga panen bawang putih dan kentang Atlantik. Harga yang diperoleh petani bawang putih lebih tinggi dibandingkan harga yang diperoleh petani kentang Atlantik. Namun jumlah produksi yang dihasilkan petani bawang putih lebih rendah dibandingkan jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani kentang Atlantik. Selain itu, biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani bawang putih juga lebih tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan oleh petani kentang Atlantik. Hal ini menyebabkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani bawang putih dengan pendapatan petani kentang Atlantik. Selain hal tersebut, petani kentang Atlantik memiliki jaminan pasar yang lebih pasti dibandingkan petani bawang putih. Adanya kerjasama dengan PT Indofood menyebabkan petani kentang Atlantik memiliki kepastian terhadap hasil panen mereka dari segi harga. Jumlah panen tidak akan mempengaruhi harga yang mereka terima. Sedangkan untuk petani bawang putih harga produk yang mereka hasilkan tidak memiliki jaminan yang pasti. Pada saat hasil panen sedikit maka harga yang diperoleh akan tinggi. Namun pada saat hasil panen melimpah maka harga yang mereka peroleh akan rendah.

60

4.9. Masalah dalam Usahatani Bawang Putih dan Kentang Atlantik Setiap usahatani pasti memiliki masalah-masalah yang dihadapi oleh petani. Masalah tersebut dapat berasal dari unsur-unsur yang langsung berkaitan dengan usahatani seperti masalah saprodi dan tehnis budidaya maupun dari unsurunsur lainnya seperti masalah kelembagaan, pemasaran dan modal 4.9.1. Masalah dalam Usahatani Bawang Putih Tabel 4.22. Masalah yang Dihadapi Petani dalam Usahatani Bawang Putih No. 1 2 3 4 5 6 7 Masalah Kurang modal Harga saprodi terlalu mahal Hama penyakit Harga panen rendah Pengairan kurang lancar Kurang adanya penyuluhan Saprodi sulit diperoleh Jumlah 16 5 21 1 5 8 15

Sumber: Data Primer Diolah, 2010

Masalah modal selalu menjadi masalah pada setiap usahatani. Sebanyak 16 orang petani bawang putih juga memiliki masalah yaitu kurangnya modal. Kurangnya modal disini merupakan sebuah masalah yang berhubungan dengan masalah lainnya yaitu harga panen yang rendah serta harga saprodi yang terlalu mahal. Harga saprodi yang mahal dan harga panen yang rendah akan mengurangi pendapatan petani sehingga modal petani untuk melanutkan usahataninya berkurang dan membutuhkan pinjaman modal. Masalah terbanyak yang dihadapi oleh petani adalah hama penyakit sebanyak 21 orang. Untuk tanaman bawang putih saat ini semakin sering diserang penyakit yaitu busuk umbi. Penyakit ini sering menyerang disebabkan pola tanam

61

petani yang tidak pernah berubah yaitu padi dan bawang putih. Oleh sebab itu saat ini beberapa petani sudah tidak menanam bawang putih lagi, petani mencoba melakukan pergiliran pola tanam. Seperti yang terlihat pada tabel 4.22. sebanyak lima orang petani mengeluhkan pengairan yang sulit. Hal ini terjadi kerena musim tanam bawang putih adalah pada saat musim kemarau sehingga terkadang beberapa petani kesulitan untuk mendapatkan air. Minimnya penyuluh juga menjadi kendala petani bawang putih. Sebanyak delapan responden mengatakan bahwa penyuluhan untuk tanaman bawang putih sangat minim, bahkan ada yang mengatakan tidak pernah ada penyuluhan khususnya dari dinas-dinas terkait. Sehingga masalah hama penyakit kurang tertangani dengan baik. 4.9.2. Masalah dalam Usahatani Kentang Atlantik

Masalah sulitnya memperoleh saprodi baik pupuk,bibit maupun pestisida juga merupakan masalah yang dihadapi oleh petani bawang putih. Sebanyak 15 orang petani mengeluhkan saprodi yang sulit diperoleh. Pupuk merupakan saprodi yang paling sulit diperoleh. Terlambat datangnya pasokan pupuk merupakan penyebab terjadinya kelangkaan pupuk. Masalah dalam Usahatani Kentang Atlantik Tabel. 4.23. Masalah yang Dihadapi Petani dalam Usahatani Kentang Atlantik No. Masalah 1 Hama penyakit Jumlah 8

62

2 3 4 5 6 7

Saprodi sulit diperoleh Harga panen rendah Cuaca Harga saprodi terlalu mahal Pembayaran terlambat Kurang modal

5 6 2 9 2 1

Sumber: Data Primer Diolah, 2010

Masalah hama yang dialami oleh petani kentang Atlantik berkaitan dengan tidak menentunya cuaca. Seperti usahatani bawang putih, usahatani kentang Atlantik juga dilakukan pada musim kemarau setelah menanam padi. Namun terkadang pada musim kemarau tersebut masih turun hujan sehingga muncullah penyakit busuk daun. Selain itu embun pagi yang menempel juga merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit busuk daun. Sama seperti pada usahatani bawang putih, pada usahatani kentang Atlantik ini saprodi juga sulit diperoleh. Namun pada usahatani kentang Atlantik ini saprodi yang sulit diperoleh adalah pupuk organik karena perusahaan tidak menyediakan pupuk organik tersebut. Saprodi seperti bibit, pupuk dan pestisida telah disediakan oleh perusahaan. Bahkan khusus untuk bibit didatangkan langsung dari luar negeri. Walaupun telah disediakan oleh perusahaan, harga dari saprodi tersebut tidak berbeda dengan harga saprodi di pasaran. Keterlambatan juga terjadi di perusahaan sehingga petani membeli saprodi yang dijual di pasaran. Pada Tabel 4.23. juga terlihat bahwa petani masih merasakan harga beli dari perusahaan terhadap hasil panen mereka masih rendah. Hal ini merupakan dampak dari mahalnya harga saprodi. Sehingga seorang petani kentang Atlantik mengatakan masalah yang dihadapi adalah kurangnya modal.

63

Ada dua orang petani yang mengeluhkan keterlambatan pembayaran hasil panen mereka. Perusahaan biasanya membayar satu bulan setelah mereka membeli hasil panen dari petani kentang Atlantik. Ada yang menganggap selang waktu satu bulan tersebut terlalu lama. Mereka menginginkan bahwa hasil panen langsung dibayar pada saat hasil produksi dibeli oleh perusahaan.