hasil penelitian bab iv dst
DESCRIPTION
BaB ivTRANSCRIPT
140
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Geografis
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah Kepulauan yang terbentuk pada tahun 2000, terdiri dari 6 (enam) Kabupaten dan 1 (satu) Kota. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki 54 kelurahan dengan 267 Desa. Secara geografis, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104050 sampai 109030 Bujur Timur dan 0050 sampai 04010 Lintang Selatan dengan batas batas sebagai berikut :
Sebelah Barat dengan Daratan Timur Sumatera SelatanSebelah Timur dengan Selat KarimataSebelah Utara dengan Selat NatunaSebelah Selatan dengan Laut Jawa
Luas wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 81.724,54 Km2 yang terdiri dari luas daratan 16.429,64 Km2 atau 20,10% dari luas seluruhnya, sedangkan luas lautan lebih kurang 65.301,00 Km2 atau 79,90% dari total luas wilayah seluruhnya.
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 1.051.292 jiwa dengan distribusi penduduk perkabupaten/Kota sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Desa, Kelurahan dan Jumlah Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2009
No
Kabupaten/Kota
Desa
Kelurahan
Penduduk
1.
Bangka
60
9
248,025
2.
Bangka Tengah
39
1
134,741
3.
Bangka Barat
53
4
141,791
4.
Bangka Selatan
45
3
151,090
5.
Belitung
40
2
134,819
6.
Belitung Timur
30
0
90,158
7.
Pangkalpinang
0
35
150,668
PROVINSI BABEL
267
54
1,051,292
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010
Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Distribusi penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010
Penduduk usia 11 20 tahun merupakan penduduk yang mendominasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu sebesar 20,87%. Sedangkan untuk jenis kelamin, laki laki yang mendominasi yaitu sebesar 51.46%.
Sarana Dan Prasarana
Sarana kesehatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat seperti tabel dibawah ini :
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana
No.
Variabel
Satuan
Jumlah
Aktif
1.
Rumah Sakit
Unit
11
11
2
klinik VCT/ CST
Unit
3
2
3.
Puskesmas:
Perawatan (TT)
Unit
13
13
Non Perawatan (Non TT)
Unit
35
35
4.
Pustu
Unit
163
163
5.
Polindes
Unit
199
199
6.
Posyandu
Unit
909
909
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010
Sumber Daya Pengendalian Penyakit HIV-AIDS
Sumber Daya Kesehatan untuk penanggulangan HIV di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat seperti tabel dibawah ini :
Tabel 4.3 Sumber Daya Pengendalian Penyakit HIV-AIDS
No.
Variabel
Jumlah
Aktif
1.
Tenaga Terlatih CST
3 orang
2 orang
2.
Tenaga terlatih Harm Reduction
5 orang
5 orang
3.
Tenaga Terlatih Managemen ARV
2 orang
2 orang
4.
Tenaga terlatih PMTCT
4 orang
2 orang
5.
Tenaga terlatih Konselor
3 orang
2 orang
6.
Tenaga terlatih manager kasus
4 orang
3 orang
7.
Tenaga terlatih Lab HIV
3 orang
2 orang
8.
Tenaga terlatih CST
3 orang
2 orang
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010
Karakteristik Responden
Umur
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur adalah sebagai berikut:
No
Umur
f
%
1
20 - 30 tahun
149
59.6
2
31- 40 tahun
86
34.4
3
41- 50 tahun
13
5.2
4
Diatas 50 tahun
2
0.8
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa usia responden dalam penelitian ini yang paling banyak berusia 20-30 tahun yaitu 149 responden (59,6%) dan paling sedikit berusia diatas 50 tahun yaitu 2 responden (0,8%)
Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
f
%
1
Laki laki
104
41.6
2
Perempuan
146
58.4
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden dalam penelitian ini yang paling banyak adalah perempuan dibandingkan laki laki yaitu 146 responden (58,4%)
Jenis Ketenagaan
Karakteristik responden berdasarkan jenis ketenagaan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Ketenagaan
No
Jenis Ketenagaan
f
%
1
Dokter spesialis
6
2.4
2
Dokter umum
14
5.6
3
Dokter gigi
2
0.8
4
Perawat
192
76.8
5
Bidan
24
9.6
6
Perawat gigi
4
1.6
7
Perawat anaestesi
2
0.8
8
Analis
6
2.4
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa jenis ketenagaan yang paling banyak dalam penelitian ini adalah perawat yaitu 192 responden (76,8%) dan paling sedikit adalah dokter gigi dan perawat anaestesi masing masing yaitu 2 responden (0,8%)
Analisis Univariat
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan
Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
No
Pengetahuan Responden
f
%
1
Kurang
158
63.2
2
Baik
92
36.8
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang HIV-AIDS yang dikategorikan kurang lebih besar yaitu 158 responden (63,2%) dibandingkan dengan yang dikategorikan baik
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Dari Tiap Item Pertanyaan Pengetahuan
No
Pertanyaan
Benar
Salah
f
%
F
%
1
Antibody sudah terbentuk pada periode jendela infeksi HIV
85
34
165
66
2
Seseorang dapat lolos dari tes HIV (hasil tes HIVnya negatif) walaupun sebenarnya sudah terinfeksi HIV.
167
66,8
83
33,2
3
Darah seorang pengidap HIV masih mengandung virus HIV walaupun dalam keadaan beku
215
86
35
14
4
Dalam merawat ODHA, sebaiknya ODHA ditempatkan pada tempat tersendiri untuk mencegah penularan HIV
58
23,2
192
76,8
5
Pakaian dan linen bekas penderita HIV sebaiknya dibakar untuk mencegah penularan HIV
120
48
130
52
6
Apabila tidak dibakar pakaian dan linen penderita HIV harus dilakukan sterilisasi tambahan dibandingkan dengan pakaian dan linen penderita penyakit lain
70
28
180
72
7
Test HIV harus dilakukan dengan persetujuan dari yang bersangkutan
226
90,4
24
9,6
8
Apabila tertusuk jarum bekas penderita HIV/AIDS dipastikan seseorang akan tertular HIV.
86
34,4
164
65,6
9
Air liur pengidap HIV dapat menularkan HIV walaupun resiko penularannya kecil
66
26,4
184
73,6
10
Menghindari kontak dengan penderita HIV/AIDS adalah cara terbaik menghindari penularan HIV
147
58,8
103
41,2
11
Peralatan makan penderita HIV/AIDS sebaiknya dipisahkan dengan pasien lain untuk mencegah penularan HIV
145
58
105
42
12
Pil kontrasepsi (KB) dapat digunakan untuk mencegah penularan HIV/AIDS.
229
91,6
21
8,4
13
Apabila terjadi percikan darah penderita HIV pada kulit, mulut dan mukosa hidung maka segera bilas dengan air mengalir
232
92,8
18
7,2
14
Ibu hamil yang terinfeksi HIV sebaiknya menggugurkan kandungannya
227
90,6
23
9,2
15
Pemberian kode tertentu perlu dilakukan pada penderita HIV/AIDS
54
21,6
196
78,4
16
Prinsip kewaspadaan universal berlaku pada semua pasien, dengan membedakan resiko, diagnosa ataupun status serologis
16
6,4
234
93,6
17
Setelah melakukan tindakan bedah pada penderita HIV-AIDS,maka harus dilakukan sterilisasi, bukan desinfeksi.
188
75,2
62
24,8
18
Pasangan yang sama- sama sudah terinfeksi HIV tidak perlu memakai kondom bila melakukan hubungan seks
135
54
115
46
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang dikategorikan benar paling banyak terdapat pada item pertanyan nomor 13 yaitu 232 responden (92,8%), sedangkan yang paling banyak salah adalah pada item pertanyaan nomor 16 yaitu 234 responden (93,6%)
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Diskriminasi
Distribusi responden berdasarkan sikap terhadap diskriminasi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Diskriminasi
No
Sikap Terhadap Diskriminasi
F
%
1
mendukung diskriminasi
89
35.6
2
tidak mendukung
161
64.4
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sikap responden terhadap diskriminasi yang yang dikategorikan tidak mendukung diskriminasi lebih besar yaitu 161 responden (64,4%) dibandingkan dengan yang dikategorikan mendukung.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dari Tiap Item Pertanyaan Sikap Terhadap Diskriminasi
NO
Pertanyaan
Mendukung diskriminasi
Tidak mendukung
f
%
f
%
1
Bagaimana pendapat anda jika ada teman anda yang menghindari kontak langsung/ sentuhan dengan pengidap HIV-AIDS
67
26,8
183
73,2
2
Bagaimana pendapat anda jika teman anda menghindari keluarga orang yang terinfeksi HIV (ODHA)
38
15,2
212
84,8
3
Bagaimana pendapat anda jika ada teman anda memisahkan peralatan makan penderita HIV-AIDS dari pasien lain
111
44,4
139
55,6
4
Bagaimana pendapat anda jika ada teman anda melakukan sterilisasi tambahan pada peralatan yang digunakan untuk pasien pengidap HIV /penderita AIDS
231
92,4
19
7,6
5
Bagaimana pendapat anda jika ada teman anda menolak melayani pasien pengidap HIV/AIDS
36
14,4
214
85,6
6
Bagaimana pendapat anda jika ada teman anda membuang/ membakar pakaian dan alas tempat tidur/sprei yang digunakan oleh pasien pengidap HIV / penderita AIDS .
128
51,2
122
48,8
7
Bagaimana pendapat anda jika ada teman anda melakukan tes HIV tanpa persetujuan pasien yang bersangkutan
75
30
175
70
8
Bagaimana pendapat anda jika ada teman anda menempatkan pengidap HIV / penderita AIDS terpisah dari pasien yang lain.
195
78
55
22
9
Bagaimana pendapat anda jika ada teman anda memberikan kode tertentu pada pasien pengidap HIV/AIDS
199
79,6
51
20,4
10
Bagaimana pendapat anda jika ada teman anda membicarakan status HIV pasiennya dengan orang lain.
27
10,8
223
89,2
11
Bagaimana pendapat anda jika ada teman anda melarang perempuan HIV positif untuk hamil
110
44
140
56
12
Bagaimana pendapat anda jika ada teman anda menolak melakukan pembedahan atau tindakan invasive kepada pasien yang terinfeksi HIV
31
12,4
219
87,6
13
Bagaimana pendapat anda jika ada teman seprofesi anda menolak melayani keluarga dari pasien yang terinfeksi HIV
23
9,2
227
90,8
14
Bagaimana pendapat anda jika ada teman anda tidak mau menyentuh pakaian dan apa yang dimiliki oleh pasien yang diketahui atau diduga mengidap HIV karena takut tertular HIV
42
16,8
208
83,2
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang dikategorikan mendukung diskriminasi paling banyak terdapat pada item pertanyan nomor 4 yaitu 231 responden (92,4%), sedangkan jawaban yang dikategorikan tidak mendukung diskriminasi paling banyak pada item pertanyaan nomor 13 yaitu 227 responden (90,8%)
Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan Terhadap Penularan HIV
Distribusi responden berdasarkan kepercayaan terhadap penularan HIV adalah sebagai berikut :
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepercayaan Terhadap Penularan HIV
No
Kepercayaan Terhadap Penularan HIV
F
%
1
Salah
106
42.4
2
Benar
144
57.6
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa kepercayaan responden terhadap penularan HIV yang dikategorikan benar lebih besar yaitu 144 responden (57,6%) dibandingkan dengan kepercayaan yang salah
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dari Tiap Item Pertanyaan Kepercayaan Terhadap Penularan HIV
NO
Pernyataan
Salah
Benar
f
%
f
%
1
Saya dapat tertular HIV dengan menyentuh keringat seorang pengidap HIV atau penderita AIDS.
28
11,2
222
88,8
2
Saya dapat tertular HIV dengan menyentuh air liur seorang pengidap HIV atau penderita AIDS.
62
24,6
188
75,2
3
Saya dapat tertular HIV dengan memberikan suntikan kepada seorang pengidap HIV atau penderita AIDS
48
19,2
202
80,8
4
Saya dapat tertular HIV bila terkena tusukan jarum bekas penderita HIV/AIDS
33
13,2
217
86,8
5
Saya dapat tertular HIV dengan membalut luka seorang pengidap HIV atau penderita AIDS
60
24
190
76
6
Saya dapat tertular HIV dengan melakukan operasi atau menjahit luka seorang pengidap HIV atau penderita AIDS
44
17,6
206
82,4
7
Saya dapat tertular HIV dengan memasukkan cairan kedalam tubuh orang yang menunjukkan gejala AIDS
24
9,6
226
90,4
8
Saya dapat tertular HIV bila menyentuh darah penderita HIV walaupun kulit saya tidak luka/lecet
67
26,8
183
73,2
9
Saya dapat tertular HIV apabila terkena urine penderita HIV/AIDS
42
16,8
208
83,2
10
Saya 100 persen akan tertular HIV bila kulit saya yang luka terkena darah penderita HIV/AIDS
171
68,4
79
31,6
11
Saya dapat tertular HIV apabila menyentuh linen bekas penderita HIV/AIDS
43
17,2
207
82,8
12
Saya dapat tertular HIV bila kulit saya yang luka /lecet terkena darah yang sudah membeku dari penderita HIV/AIDS
77
30,8
173
69,2
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang dikategorikan salah paling banyak terdapat pada item pertanyan nomor 10 yaitu 171 responden (68,4%). Sedangkan yang dikategorikan benar paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 1 yaitu 222 responden (88,8%)
Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap ODHA
Distribusi responden berdasarkan persepsi terhadap ODHA adalah sebagai berikut :
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap ODHA
No
Persepsi Terhadap ODHA
F
%
1
Kurang
98
39.2
2
Baik
152
60.8
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa persepsi terhadap ODHA yang dikategorikan baik dalam penelitian ini lebih banyak yaitu 152 responden (60,8%) dibandingkan persepsi yang dikategorikan kurang
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dari Tiap Item Pertanyaan Persepsi Terhadap ODHA
NO
Pernyataan
Kurang
Baik
f
%
f
%
1
HIV/AIDS adalah hukuman akibat
perilaku yang buruk.
91
36,4
159
63,6
2
Seorang pengidap HIV tidak akan bisa hidup seperti orang normal
51
20,4
199
79,6
3
Seorang pengidap HIV akan selalu mengalami gangguan mental
83
33,2
167
66,8
4
Orang yang mengidap HIV pasti akan segera meninggal dunia
53
21,2
197
78,8
5
Orang yang mengidap HIV pasti seorang pelacur, lelaki hidung belang atau homoseks
45
18
205
82
6
Perempuan yang positif HIV pasti melahirkan bayi HIV
86
34,4
164
65,5
7
Memberi pendidikan kesehatan pada seorang yang terinfeksi HIV tidak akan terlalu bermanfaat
42
16,8
208
83,2
8
Pasien yang tes HIV-nya positif memiliki hak sepenuhnya untuk memutuskan apakah keluarganya diberitahu atau tidak tentang hasil tes tersebut
74
29,6
176
70,4
9
Ketika seorang pasien dilakukan tes HIV dan hasilnya positif, maka dokter seharusnya memberitahukan hal tersebut kepada pasangan pasien tersebut (istri/suaminya) walaupun tanpa persetujuan pasien
129
51,6
121
48,4
10
Perempuan yang HIV positif
seharusnya dilarang untuk hamil dan
kalau sudah terlanjur hamil seharusnya
janinnya digugurkan
22
8,8
228
91,2
11
Pasangan suami isteri HIV positif tidak akan bisa punya anak karena berhubungan seks harus selalu memakai kondom
40
16
210
84
12
Menurut saya Puskesmas/Rumah Sakit berhak menolak pasien pengidap HIV atau
yang diduga mengidap HIV karena puskesmas tidak memiliki fasilitas yang memadai
40
16
210
84
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang dikategorikan kurang paling banyak terdapat pada item pertanyan nomor 9 yaitu 129 responden (51,6%). Sedangkan yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 10 yaitu 228 responden (91,6%)
Distribusi Responden Berdasarkan Kebijakan Rumah Sakit DalamPenerapan Universal Precautions
Distribusi responden berdasarkan kebijakan rumah sakit dalam penerapan universal precautions adalah sebagai berikut :
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Kebijakan Rumah Sakit Dalam Penerapan Universal Precautions
No
Kebijakan Universal Precautions
F
%
1
Kurang
89
35.6
2
Baik
161
64.4
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa kebijakan penerapan universal precautions yang dikategorikan baik dalam penelitian ini lebih banyak yaitu 161 responden (64,4%) dibandingkan dengan kebijakan penerapan universal precautions yang dikategorikan kurang
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dari Tiap Item Kebijakan Rumah Sakit Dalam Penerapan Universal Precautions
NO
Pertanyaan
Kurang
Baik
F
%
F
%
1
Standar Operasional Prosedur penanganan penyakit infeksi terutama HIV/AIDS yang tertulis di rumah sakit
85
34
165
66
2
Kebijakan dari rumah sakit untuk menggunakan alat pelindung diri pada setiap tindakan medis
18
7,2
232
92,8
3
Sarana cuci tangan yang memadai di setiap ruangan perawatan
17
6,8
233
93,2
4
Tim K3 dalam penanganan kecelakaan kerja di rumah sakit
59
23,6
191
76,4
5
Jumlah cukup alat pelindung diri (sarung tangan , masker, jas, dan antiseptic) di setiap ruangan perawatan
78
31,2
172
68,8
6
Pengelolaan limbah yang sesuai dengan kaidah kesehatan yaitu dengan memisahkan limbah medis dari llimbah rumah tangga.
41
16,4
209
83,6
7
Mouthipiece, resuscitation bag, atau alat alat bantu napas yag siap digunakan sewaktu-waktu sebagai pengganti resusitasi mulut kemulut ditempat dimana resusitasi sering dilakukan
74
29,6
176
70,4
8
Kebijakan linen dan bahan-bahan yang dikotori darah atau cairan tubuh harus ditempatkan dalam kantong anti bocor.
129
51,6
121
48,4
9
Pengelolaan khusus untuk alat-alat bekas pakai dan benda tajam dalam menghindari resiko kecelakaan tusukan jarum suntik atau alat tajam lainnya.
60
24
190
76
10
Sangsi yang diberikan pada karyawan rumah sakit bila tidak menggunakan alat pelindung diri pada setiap tindakan medis
127
50,8
123
49,2
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang dikategorikan kurang paling banyak terdapat pada item pertanyan nomor 8 yaitu 129 responden (51,6%). Sedangkan yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 3 yaitu 233 responden (93,2%)
Distribusi Responden Berdasarkan Kebijakan Rumah Sakit DalamPerawatan ODHA
Distribusi responden berdasarkan kebijakan rumah sakit dalam perawatan ODHA adalah sebagai berikut :
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Kebijakan Rumah Sakit dalam Perawatan ODHA
No
Kebijakan Perawatan ODHA
F
%
1
Kurang
109
43.6
2
Baik
141
56.4
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa kebijakan perawatan ODHA yang dikategorikan baik dalam penelitian ini lebih banyak yaitu 141 responden (56,4%) dibandingkan dengan kebijakan perawatan ODHA yang dikategorikan kurang
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dari Tiap Item Pertanyaan Kebijakan Rumah Sakit dalam Perawatan ODHA
NO
Pertanyaan
Kurang
Baik
f
%
f
%
1
Peraturan dari rumah sakit (tertulis dan tidak tertulis) Orang Dengan HIV/AIDS dirawat terpisah dengan pasien lain
134
53,6
116
46,4
2
Peraturan dari rumah sakit (tertulis dan tidak tertulis) pasien dengan HIV/AIDS diberi kode tersendiri
165
66
85
34
3
Peraturan dari rumah sakit (tertulis dan tidak tertulis) pasien dengan HIV/AIDS tidak boleh ditunggu keluarga
16
6,4
234
93,6
4
Peraturan dari rumah sakit (tertulis dan tidak tertulis) bahwa peralatan/ linen dari pasien dengan HIV/AIDS harus segera dibuang atau dibakar
100
40
150
60
5
Kebijakan dari rumah sakit tentang pemisahan peralatan makan ODHA
87
34,8
163
65,2
6
Peraturan rumah sakit (tertulis dan tidak tertulis) menghindari tranfusi, suntikan, jahitan dan tindakan invasif lain yang tidak perlu pada ODHA.
68
27,2
182
72,8
7
Peraturan dari rumah sakit (tertulis dan tidak tertulis) pasien dengan HIV/AIDS peralatan yang digunakan pasien pengidap HIV seharusnya dilakukan sterilisasi tambahan.
142
56,8
108
43,2
8
Kebijakan rumah sakit bahwa petugas kesehatan yang mempunyai luka basah atau luka mengucurkan darah/cairan harus menjauhi tugas perawatan langsung kepada pasien atau menangani alat perawatan pasien.
119
47,6
131
52,4
9
Peraturan dari rumah sakit (tertulis dan tidak tertulis) untuk melakukan kontak seminimal mungkin dengan pasien dengan HIV/AIDS dalam tindakan medis dan perawatan
109
43,6
141
56,4
Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang dikategorikan kurang paling banyak terdapat pada item pertanyan nomor 2 yaitu 165 responden (66%). Sedangkan yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 6 yaitu 182 responden (72,8%)
Distribusi Responden Berdasarkan Sosialisasi tentang HIV-AIDS
Distribusi responden berdasarkan sosialisasi tentang HIV-AIDS adalah sebagai berikut :
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Sosialisasi Tentang HIV-AIDS
No
Sosialisasi HIV-AIDS
F
%
1
Kurang
109
43.6
2
Baik
141
56.4
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa sosialisasi yang dikategorikan baik dalam penelitian ini lebih banyak yaitu 141 responden (56,4%) dibandingkan dengan kebijakan perawatan ODHA yang dikategorikan kurang
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dari Tiap Item Sosialisasi Tentang HIV-AIDS
NO
Pertanyaan
Kurang
Baik
f
%
f
%
1
Apakah anda pernah mendapat informasi tentang pengertian HIV dan AIDS
19
7,6
231
92,4
2
Apakah anda pernah mendapat informasi tentang penyebab HIV/AIDS
18
7,2
232
92,8
3
Apakah anda pernah mendapat informasi tentang penularan HIV/AIDS
18
7,2
232
92,8
4
Apakah anda pernah mendapat informasi tentang pencegahan penularan HIV/AIDS
19
7,6
231
92,4
5
Apakah anda pernah mendapat informasi tentang konseling dan test HIV (VCT)
103
41,2
147
58,8
6
Apakah anda pernah mendapat informasi tentang dukungan , perawatan dan pengobatan penderita HIV/AIDS (CST)
97
38,8
153
61,2
7
Apakah anda pernah mendapat informasi tentang Universal Precaution (UP)
154
61,6
96
38,4
8
Apakah anda pernah mendapat informasi tentang pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi (PMTCT)
136
54,4
114
45,6
9
Apakah anda pernah mendapat informasi tentang deteksi dini HIV pada penyakit orang dewasa (IMAI)
121
48,4
129
51,6
10
Apakah tersedia media Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS di rumah sakit
88
35,2
162
64,8
Berdasarkan tabel 4.20 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang dikategorikan kurang paling banyak terdapat pada item pertanyan nomor 7 yaitu 154 responden (61,6%). Sedangkan yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 2 dan 3 yaitu 232 responden (92,8%)
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Teman Sejawat Terhadap ODHA
Distribusi responden berdasarkan perilaku teman sejawat adalah sebagai berikut :
Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Perilaku Teman Sejawat Terhadap ODHA
No
Perilaku Teman Sejawat
F
%
1
Diskriminasi
117
46.8
2
tidak diskriminasi
133
53.2
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.21 dapat diketahui bahwa perilaku teman sejawat terhadap ODHA yang dikategorikan tidak diskriminasi dalam penelitian ini lebih banyak yaitu 133 responden (53,2%) dibandingkan perilaku yang diskriminasi
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dari Tiap Item Perilaku Teman Sejawat Terhadap ODHA
NO
Pernyataan
Selalu
Sering
Pernah
Tidak Pernah
f
%
f
%
f
%
f
%
1
Teman seprofesi saya menghindari kontak langsung /sentuhan dengan pengidap HIV
87
34,8
44
17,6
27
10,8
92
36,8
2
Teman seprofesi saya memisahkan peralatan makan penderita HIV/AIDS dari pasien lain
82
32,8
43
17,2
25
10
100
40
3
Teman seprofesi saya melakukan sterilisasi tambahan pada peralatan yang digunakan untuk pasien pengidap HIV /penderita AIDS
126
50,4
42
16,8
16
6,4
66
26,4
4
Teman seprofesi saya menolak melayani pasien pengidap HIV/AIDS
11
4,4
27
10,8
22
8,8
190
76
5
Teman seprofesi saya membuang/ membakar pakaian dan alas tempat tidur/sprei yang digunakan oleh pasien pengidap HIV / penderita AIDS .
9
3,6
8
3,2
24
9,6
209
83,6
6
Teman seprofesi saya melakukan tes HIV tanpa persetujuan pasien yang bersangkutan
9
3,6
28
4,2
15
6
198
79,2
7
Teman seprofesi saya menempatkan pengidap HIV / penderita AIDS terpisah dari pasien yang lain.
122
48,8
60
24
33
13,2
35
14
8
Teman seprofesi saya memberikan kode tertentu pada pasien pengidap HIV/AIDS
157
62,8
40
16
19
7,6
34
13,6
9
Teman seprofesi saya membicarakan status HIV pasiennya dengan orang lain.
47
18,8
35
14
32
12,8
136
54,4
10
Teman seprofesi saya melarang perempuan HIV positif untuk hamil
47
18,8
35
14
32
12,8
136
54,4
11
Teman seprofesi saya menolak melakukan pembedahan atau tindakan invasive kepada pasien yang terinfeksi HIV
6
2,4
12
4,8
15
6
217
86
12
Teman seprofesi saya menghindari menyentuh pakaian dan apa yang dimiliki oleh pasien yang diketahui atau diduga mengidap HIV
34
13,6
43
17,2
27
10,8
146
58,4
Berdasarkan tabel 4.22 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang dikategorikan selalu paling banyak terdapat pada item pertanyan nomor 3 yaitu 126 responden (50,4,6%), yang dikategorikan sering paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 7 yaitu 60 responden (24%), yang dikategorikan pernah paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 9 dan 10 yaitu 32 responden (12,8%) dan yang dikategorikan tidak pernah paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 11 yaitu 217 responden (86%)
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Pimpinan Terhadap ODHA
Distribusi responden berdasarkan perilaku pimpinan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Perilaku Pimpinan Terhadap ODHA
No
Perilaku Pimpinan
F
%
1
Diskriminasi
108
43.2
2
tidak diskriminasi
142
56.8
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.23 dapat diketahui bahwa perilaku pimpinan terhadap ODHA yang dikategorikan tidak diskriminasi dalam penelitian ini lebih banyak yaitu 142 responden (56,8%) dibandingkan perilaku yang diskriminasi
Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dari Tiap Item Perilaku Pimpinan Terhadap ODHA
NO
Pernyataan
Selalu
Sering
Pernah
Tidak Pernah
F
%
f
%
f
%
f
%
1
Pimpinan saya menginstruksikan menghindari kontak langsung/sentuhan dengan pengidap HIV
36
14,4
13
5,2
43
17,2
158
63,2
2
Pimpinanan saya menginstruksikan menghindari keluarga orang yang terinfeksi HIV
54
21,6
16
6,4
30
12
150
60
3
Pimpinan saya menginstruksikan memisahkan peralatan makan penderita HIV/AIDS dari pasien lain
74
29,6
27
10,8
31
12,4
118
47,2
4
Pimpinan saya menginstruksikan melakukan sterilisasi tambahan pada peralatan yang digunakan untuk pasien pengidap HIV /penderita AIDS
17
6,8
14
5,6
28
11,2
191
76,4
5
Pimpinan saya menginstruksikan menolak melayani pasien pengidap HIV/AIDS
7
2,8
8
3,2
35
14
200
80
6
Pimpinan saya menginstruksikan membuang/ membakar pakaian dan alas tempat tidur/sprei yang digunakan oleh pasien pengidap HIV / penderita AIDS .
11
4,4
31
12,4
14
5,6
194
77,6
7
Pimpinan saya menginstruksikan melakukan tes HIV tanpa persetujuan pasien yang bersangkutan
60
24
20
8
51
20,4
119
47,6
8
Pimpinan saya menginstruksikan menempatkan pengidap HIV / penderita AIDS terpisah dari pasien yang lain.
106
42,4
34
13,6
31
12,4
79
31,6
9
Pimpinan saya menginstruksikan memberikan kode tertentu pada pasien pengidap HIV/AIDS
51
20,4
45
18
40
16
114
45,6
10
Menurut Pimpinan saya adalah wajar membicarakan status HIV pasiennya dengan orang lain.
12
4,8
18
7,2
21
8,4
199
79,6
11
Menurut Pimpinan saya perempuan HIV positif tidak boleh hamil
11
4,4
12
4,8
19
7,6
208
83,2
12
Pimpinan saya menginstruksikan menghindari menyentuh pakaian dan apa yang dimiliki oleh pasien yang diketahui atau diduga mengidap HIV
24
9,6
24
9,6
22
8,8
180
72
Berdasarkan tabel 4.24 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang dikategorikan selalu paling banyak terdapat pada item pertanyan nomor 8 yaitu 106 responden (42,,4%), yang dikategorikan sering paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 9 yaitu 45 responden (18%), yang dikategorikan pernah paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 7 yaitu 51 responden (20,4%) dan yang dikategorikan tidak pernah paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 11 yaitu 208 responden (83,2%)
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Diskriminasi Petugas Kesehatan Terhadap ODHA
Distribusi responden berdasarkan perilaku diskriminasi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Diskriminasi Petugas Kesehatan terhadap ODHA
No
Perilaku Diskriminasi
F
%
1
Diskriminasi
106
42.4
2
tidak diskriminasi
144
57.6
Total
250
100.0
Berdasarkan tabel 4.25 dapat diketahui bahwa perilaku petugas kesehatan terhadap ODHA yang dikategorikan tidak diskriminasi dalam penelitian ini lebih banyak yaitu 144 responden (57,6%) dibandingkan perilaku yang diskriminasi
Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dari Tiap Item Perilaku Diskriminasi Petugas Kesehatanterhadap ODHA
NO
Pernyataan
Selalu
Sering
Pernah
Tidak Pernah
F
%
f
%
f
%
f
%
1
Saya sebisa mungkin mengurangi kontak langsung/ sentuhan dengan orang yang terinfeksi HIV untuk mengurangi resiko penularan HIV
76
30,4
17
6,8
64
25,6
93
37,2
2
Saya menyalahkan ODHA karena status HIVnya
14
5,6
12
4,8
44
17,6
180
72
3
Saya menggunakan alat pelindung diri hanya bila melakukan tindakan medis/perawatan pada pasien HIV/AIDS
124
49,6
24
9,6
26
10,4
76
30,4
4
Saya melakukan sterilisasi tambahan pada peralatan yang digunakan untuk pasien pengidap HIV /penderita AIDS
112
44,8
31
12,4
43
17,2
64
25,6
5
Saya menolak merawat pasien pengidap HIV/AIDS karena HIV sangat berbahaya dibandingkan dengan penyakit lain
7
2,8
8
3,2
12
4,8
223
89,2
6
Saya memisahkan pada tempat tersendiri alat bekas pakai (spuit, selimut dan alas tempat tidur, peralatan makan, dll) yang digunakan oleh pasien pengidap HIV / penderita AIDS karena peralatan tersebut masih bisa menularkan HIV .
96
38,4
29
11,6
32
12,8
93
37,2
7
Saya memerintahkan/ melakukan tes HIV tanpa persetujuan pasien yang bersangkutan
25
10
11
4,4
10
4
204
81,6
8
Saya menempatkan pengidap HIV / penderita AIDS terpisah dari pasien yang lain, untuk mengurangi resiko penularan
99
39,6
16
6,4
51
20,4
84
33,6
9
Saya memberikan kode tertentu pada pasien pengidap HIV/AIDS
124
49,6
15
6
42
16,8
69
27,6
10
Saya membicarakan status HIV pasien saya dengan orang lain.
26
10,4
13
5,2
46
18,4
165
66
11
Saya melarang perempuan HIV positif untuk hamil
19
7,6
17
6,8
37
14,8
177
70,8
12
Saya menganjurkan pasien HIV positif yang hamil untuk menggugurkan kandungannya
11
4,4
11
4,4
18
7,2
210
84
13
Saya menghindari air liur, urine penderita HIV karena akan menularkan HIV
67
26,8
12
4,8
67
26,8
104
41,6
14
Saya melarang pasangan suami isteri yang HIV(+) melakukan hubungan seks walaupun memakai kondom
24
9,6
15
6
38
15,2
173
69,2
Berdasarkan tabel 4.26 dapat diketahui bahwa jawaban responden yang dikategorikan selalu paling banyak terdapat pada item pertanyan nomor 3 dan 9 yaitu 124 responden (49,,6%), yang dikategorikan sering paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 4 yaitu 31 responden (12,4%), yang dikategorikan pernah paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 13 yaitu 67 responden (26,8%) dan yang dikategorikan tidak pernah paling banyak terdapat pada item pertanyaan nomor 5 yaitu 223 responden (89,2%)
Analisis Bivariat
Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Perilaku Diskriminasi Terhadap ODHA
Analisis hubungan pengetahuan responden dengan perilaku diskriminasi terhadap ODHA adalah sebagai berikut
Tabel 4.27 Hubungan Pengetahuan Responden TerhadapPerilaku Diskriminasi Terhadap ODHA
No
Pengetahuan Responden
Perilaku Diskriminasi
Total
p. Value
Diskriminasi
Tidak Diskriminasi
f
%
f
%
n
%
0,111
1
Kurang
73
46,2
85
53,8
158
100
2
Baik
33
35,9
59
64,1
92
100
Total
106
42,4
144
57,6
250
100
Berdasarkan tabel 4.27 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden kurang dengan perilaku yang tidak diskriminasi lebih besar dibandingkan pengetahuan responden baik dengan perilaku yang tidak diskriminasi. Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,111, dimana nilai p value > , maka terjadi penerimaan Ho, berarti secara statistik tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang HIV-AIDS dengan perilaku diskriminasi pada ODHA
Hubungan Sikap Responden Dengan Perilaku Diskriminasi Terhadap ODHA
Analisis hubungan sikap responden dengan perilaku diskriminasi terhadap ODHA adalah sebagai berikut
Tabel 4.28 Hubungan Sikap Terhadap Diskriminasi dengan Perilaku Diskriminasi Petugas Kesehatan Terhadap ODHA
No
Sikap Terhadap Diskriminasi
Perilaku Diskriminasi
Total
Diskriminasi
Tidak Diskriminasi
f
%
f
%
n
%
0,013
1
Mendukung Diskriminasi
47
52,8
42
47,2
89
100
2
Tidak mendukung
59
36,6
102
63,4
161
100
Total
106
42,4
144
57,6
250
100
Berdasarkan tabel 4.28 dapat diketahui bahwa sikap yang tidak mendukung diskriminasi lebih sedikit melakukan diskriminasi yaitu 59 responden (36,6%) dibandingkan sikap yang mendukung diskriminasi. Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,013, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara sikap petugas kesehatan terhadap diskriminasi dengan perilaku diskriminasi pada ODHA
Hubungan Kepercayaan Responden Terhadap Penularan HIV Dengan Perilaku Diskriminasi Terhadap ODHA
Analisis hubungan kepercayaan responden terhadap penularan HIV dengan perilaku diskriminasi terhadap ODHA adalah sebagai berikut:
Tabel 4.29 Hubungan Kepercayaan Terhadap Penularan HIVDengan Perilaku Diskriminasi Petugas Kesehatan Terhadap ODHA
No
Kepercayaan Terhadap Penularan HIV
Perilaku Diskriminasi
Total
p.Value
Diskriminasi
Tidak Diskriminasi
f
%
f
%
n
%
0,002
1
Salah
57
53,8
49
46,2
105
100
2
Benar
49
34
95
66
144
100
Total
106
42,4
144
57,6
250
100
Berdasarkan tabel 4.29 dapat diketahui bahwa kepercayaan yang salah terhadap penularan HIV lebih besar untuk berperilaku diskriminasi dibandingkan dengan kepercayaan yang benar. Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,002, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara kepercayaan petugas kesehatan tentang penularan HIV/AIDS dengan perilaku diskriminasi pada ODHA
Hubungan Persepsi Responden Terhadap ODHA Dengan Perilaku Diskriminasi Terhadap ODHA
Analisis hubungan persepsi responden terhadap ODHA dengan perilaku diskriminasi terhadap ODHA adalah sebagai berikut:
Tabel 4.30 Hubungan Persepsi Terhadap ODHA dengan PenularanHIV Dengan Perilaku Diskriminasi Petugas KesehatanTerhadap ODHA
No
Persepsi Terhadap ODHA
Perilaku Diskriminasi
Total
p. Value
Diskriminasi
Tidak Diskriminasi
f
%
f
%
n
%
0,006
1
Kurang
52
53,1
46
46,9
98
100
2
Baik
54
35,5
98
64,5
152
100
Total
106
42,4
144
57,6
250
100
Berdasarkan tabel 4.30 dapat diketahui bahwa persepsi terhadap ODHA yang baik lebih besar untuk berperilaku tidak diskriminasi dibandingkan dengan persepsi terhadap ODHA yang kurang baik. Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,006, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara persepsi petugas kesehatan terhadap ODHA dengan perilaku diskriminasi pada ODHA
Hubungan Kebijakan Rumah Sakit Dalam Penerapan Universal Precautions Dengan Perilaku Diskriminasi Terhadap ODHA
Analisis hubungan kebijakan rumah sakit dalam penerapan Universal Precautions dengan perilaku diskriminasi terhadap ODHA adalah sebagai berikut
Tabel 4.31 Hubungan Kebijakan Rumah Sakit Dalam PenerapanUniversal PrecautionsDengan Perilaku Diskriminasi PetugasKesehatan Terhadap ODHA
No
Kebijakan Universal Precautions
Perilaku Diskriminasi
Total
p. Value
Diskriminasi
Tidak Diskriminasi
f
%
f
%
n
%
0,039
1
Kurang
30
33,7
59
66,3
89
100
2
Baik
76
47,2
85
52,8
161
100
Total
106
42,4
144
57,6
250
100
Berdasarkan tabel 4.31 dapat diketahui bahwa kebijakan rumah sakit dalam penerapan universal precautions yang baik lebih besar untuk berperilaku tidak diskriminasi dibandingkan dengan kebijakan rumah sakit dalam penerapan universal precautions yang kurang. Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,039, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara kebijakan rumah sakit dalam penerapan universal precaution dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA
Hubungan Kebijakan Rumah Sakit Dalam Perawatan ODHA Dengan Perilaku Diskriminasi Terhadap ODHA
Analisis hubungan kebijakan rumah sakit dalam perawatan ODHA dengan perilaku diskriminasi terhadap ODHA adalah sebagai berikut
Tabel 4.32Hubungan Kebijakan Rumah Sakit Dalam PerawatanODHATerhadap Perilaku Diskriminasi PetugasKesehatanTerhadap ODHA
No
Kebijakan Perawatan ODHA
Perilaku Diskriminasi
Total
p. Value
Diskriminasi
Tidak Diskriminasi
F
%
f
%
n
%
0,000
1
Kurang
64
58,7
45
41,3
109
100
2
Baik
42
29,8
99
70,2
141
100
Total
106
42,4
144
57,6
250
100
Berdasarkan tabel 4.32 dapat diketahui bahwa kebijakan rumah sakit dalam perawatan ODHA yang baik lebih besar untuk berperilaku tidak diskriminasi dibandingkan dengan kebijakan rumah sakit dalam perawatan ODHA yang kurang baik. Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,000, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara kebijakan rumah sakit dalam perawatan ODHA dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA
Hubungan Sosialisasi Tentang HIV-AIDS Dengan Perilaku Diskriminasi Terhadap ODHA
Analisis hubungan sosialisasi tentang HIV-AIDS dengan perilaku diskriminasi terhadap ODHA adalah sebagai berikut:
Tabel 4.33 Hubungan Sosialisasi tentang HIV-AIDS Terhadap Perilaku Diskriminasi PetugasKesehatan Terhadap ODHA
No
Sosialisasi tentang HIV-AIDS
Perilaku Diskriminasi
Total
p. Value
Diskriminasi
Tidak Diskriminasi
f
%
f
%
n
%
0,840
1
Kurang
47
43,1
62
56,9
109
100
2
Baik
59
41,8
82
58,2
141
100
Total
106
42,4
144
57,6
250
100
Berdasarkan tabel 4.33 dapat diketahui bahwa sosialisasi tentang HIV-AIDS yang baik lebih besar untuk berperilaku diskriminasi dibandingkan dengan sosialisasi tentang HIV-AIDS yang kurang. Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,840, dimana nilai p value > , maka terjadi penerimaan Ho, berarti secara statistik tidak ada hubungan antara sosialisasi tentang HIV/AIDS pada petugas kesehatan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA
Hubungan Perilaku Teman Sejawat Dengan Perilaku Diskriminasi Terhadap ODHA
Analisis hubungan perilaku teman sejawat dengan perilaku diskriminasi terhadap ODHA adalah sebagai berikut
Tabel 4.34 Hubungan Perilaku Teman Sejawat Terhadap Perilaku Diskriminasi PetugasKesehatan Terhadap ODHA
No
Perilaku Teman Sejawat
Perilaku Diskriminasi
Total
p. Value
Diskriminasi
Tidak Diskriminasi
f
%
f
%
n
%
0,031
1
Diskriminasi
58
49,6
59
50,4
117
100
2
Tidak Diskriminasi
48
36,1
85
63,9
133
100
Total
106
42,4
144
57,6
250
100
Berdasarkan tabel 4.34 dapat diketahui bahwa perilaku teman sejawat yang tidak diskriminasi lebih besar untuk responden berperilaku tidak diskriminasi dibandingkan dengan perilaku teman sejawat yang diskriminasi. Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,031, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara perilaku teman sejawat terhadap ODHA dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA
Hubungan Perilaku Pimpinan Dengan Perilaku Diskriminasi Terhadap ODHA
Analisis hubungan perilaku pimpinan dengan perilaku diskriminasi terhadap ODHA adalah sebagai berikut
Tabel 4.35 Hubungan Perilaku Pimpinan TerhadapPerilaku Diskriminasi PetugasKesehatan Terhadap ODHA
No
Perilaku Pimpinan
Perilaku Diskriminasi
Total
P Value
Diskriminasi
Tidak Diskriminasi
f
%
f
%
n
%
0,034
1
Diskriminasi
54
50
54
50
108
100
2
Tidak Diskriminasi
52
36,6
90
63,4
142
100
Total
106
42,4
144
57,6
250
100
Berdasarkan tabel 4.35 dapat diketahui bahwa perilaku pimpinan yang tidak diskriminasi lebih besar untuk responden berperilaku tidak diskriminasi dibandingkan dengan perilaku pimpinan yang diskriminasi. Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,034, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara perilaku pimpinan terhadap ODHA dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA
Analisis Multivariat
Hasil uji multivariat dengan menggunakan analisis Regresi Logistik berganda dengan metode backward:LR diperoleh variabel yang paling dominan mempengaruhi perilaku diskriminasi petugas kesehatan terhadap ODHA di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai berikut :
Tabel 4.36 Faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku diskriminasi petugas kesehatan terhadap ODHA di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Variabel
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)
Lower
Upper
sikap(1)
0.417
0.297
1.979
1
0.159
1.518
0.849
2.714
percaya(1)
0.527
0.289
3.315
1
0.069
1.693
0.961
2.985
Persepsi(1)
0.539
0.303
3.158
1
0.076
1.714
0.946
3.104
up(1)
-0.644
0.317
4.114
1
0.043
0.525
0.282
0.979
rawat(1)
0.929
0.289
10.321
1
0.001
2.532
1.437
4.463
teman(1)
0.573
0.298
3.701
1
0.054
1.773
0.989
3.177
pimpinan(1)
0.256
0.293
0.761
1
0.383
1.292
0.727
2.295
Constant
-1.494
0.303
24.326
1
0.000
0.224
Berdasarkan tabel 4.36 setelah dilakukan analisis multivariat Regresi Logistik berganda diperoleh hasil bahwa:
Variabel independen yang paling dominan yang menjadi predictor terjadinya perilaku diskriminasi petugas kesehatan terhadap ODHA adalah variabel kebijakan rumah sakit dalam perawatan ODHA.Responden dengan kebijakan rumah sakit dalam perawatan ODHA yang kurang baik dengan nilai p=0,000 dan OR/ekp= 2,277 kemungkinan melakukan perilaku diskriminasi 2,2 kali lebih besar dibandingkan responden dengan kebijakan rumah sakit yang baik.Responden dengan perilaku teman sejawat yang diskriminasi dengan nilai p=0,031 dan OR/ekp= 1,773 kemungkinan melakukan perilaku diskriminasi 1,7 kali lebih besar dibandingkan responden dengan perilaku teman sejawat yang tidak diskriminasi.Responden dengan persepsi terhadap ODHA yang kurang baik dengan nilai p=0,006 dan OR/ekp= 1,714 kemungkinan melakukan perilaku diskriminasi 1,7 kali lebih besar dibandingkan responden dengan persepsi terhadap ODHA yang baik.Responden dengan kepercayaan penularan HIV yang salah dengan nilai p=0,002 dan OR/ekp= 1,693 kemungkinan melakukan perilaku diskriminasi 1,6 kali lebih besar dibandingkan responden dengan Responden dengan kepercayaan penularan HIV yang benar.Responden dengan sikap terhadap diskriminasi yang mendukung diskriminasi dengan nilai p=0,013 dan OR/ekp= 1,518 kemungkinan melakukan perilaku diskriminasi 1,5 kali lebih besar dibandingkan responden dengan sikap terhadap diskriminasi yang tidak mendukung diskriminasiResponden dengan perilaku pimpinan terhadap ODHA yang diskriminasi dengan nilai p=0,034 dan OR/ekp= 1,292 kemungkinan melakukan perilaku diskriminasi 1,2 kali lebih besar dibandingkan responden dengan perilaku pimpinan terhadap ODHA yang tidak diskriminasi
Analisis Kualitatif
Wawancara mendalam dilakukan pada 2 orang ODHA yang pernah di rawat dirawat di Rumah Sakit RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang dan RSUD Sungailiat, sebetulnya ada 4 orang ODHA yang berhasil peneliti temui, tetapi hanya 2 orang saja yang bersedia diwawancara. Hasil wawancara dari kedua responden tersebut adalah sebagai berikut
Test HIV
Jawaban responden tentang keinginan untuk test HIV atas inisiatif siapa, Kedua responden menjawab bahwa, keinginan test HIV adalah inisiatif sendiri setelah diberi penjelasan oleh petugas kesehatan bukan karena dipaksa oleh petugas kesehatan, Berikut kutipan jawaban dari kedua responden
Kotak 1
Aok waktu tu khan ku dirawat dirumah sakit oleh dokter penyakit dalem, ku ditanyak panajang lebar, akhir e ku dibilang dokter tu untuk test, karena laki ku khan positif pak,ku takut nular jadi ku nek test.
(ya waktu itu saya dirawat dirumah sakit oleh dokter penyakit dalam, saya ditanya banyak hal tentang riwayat pribadi saya, lalu saya dijelaskan dan dianjurkan untuk test, karena saya tau suami saya positif, karena saya takut tertular jadi saya mau test)
Rt:Pr:34
..Dak lah pak, waktu tu ku lah yang nek test, karena waktu tu dokter bilang nek dak test HIV, karena mungkin ningok badan ku dak beres.
(tidak pak, waktu itu saya yang mau untuk ditest, karena waktu itu dokter yang menawarkan untuk test karena mungkin melihat kondisi tubuh saya)
Dm:Lk:41
Sikap petugas dalam menawarkan test
Jawaban untuk sikap petugas dalam menawarkan test HIV adalah bahwa Kedua responden menjawab sikap petugas dalam menawarkan test cukup baik dan sopan. Berikut kutipan jawaban dari kedua reponden:
Kotak 2
Baek lah pak sopan.
(Baik pak, sopan)
Rt:Pr:34
..nyamen lah pak.
(baik pak)
Dm:Lk:41
Sikap petugas dalam melakukan perawatan setelah tahu status HIV positif.
Kedua responden menjawab sikap petugas sejauh yang dia tau cukup baik, salah satu responden menjawab memang dia ditempatkan diruangan tersendiri setelah beberapa hari dirawat. Berikut kutipan jawaban dari kedua reponden:
Kotak 3
men setau ku biaselah pak. cuma waktu tu awal e ku dirawat dikelas tige tapi lah berape hari tu ku dipindahkan di ruangan sendirik, dak tau ngape
(setahu saya biasa saja pak, Cuma waktu itu awal masuk saya di tempatkan di kelas tiga , tapi setelah beberapa hari saya dipindahkan di ruang sendiri, tidak tau kenapa)
Rt:Pr:34
..baiklah pak ku ngerase dak dibedakan, ku dirawat same dengan pasien laen lah.
(baik , saya merasa tidak dibedakan, sama dengan pasien lain )
Dm:Lk:41
Sikap petugas dengan keluarga anda setelah tau status HIV positif
Responden yang pertama menjawab kurang mengetahuinya, sedangkan responden yang kedua menjawab bahwa sikap petugas dengan keluarga cukup baik. Berikut kutipan jawaban dari kedua reponden:
Kotak 4
Kurang tau ku pak ok, karena ku kurang merati
(kurang tau, saya kurang memperhatikan itu)
Rt:Pr:34
..baiklah pak .
(baik )
Dm:Lk:41
Apakah pernah ditolak sehubungan status HIV positif
Kedua responden menjawab tidak pernah ditolak sehubungan dengan status HIV mereka. Berikut kutipan jawaban dari kedua reponden:
Kotak 5
Dak pernah dak pak karena ku biase e langsung ke rumah sakit umum pangkalpinang
(Tidak pernah, karena saya biasanya langsung datang ke Rumah sakit umum Pangkalpinang)
Rt:Pr:34
..Dak pernah ku ditolak, .
(saya tidak pernah ditolak )
Dm:Lk:41
Apakah pernah disalahkan sehubungan status HIV positif
Kedua responden menjawab tidak pernah disalahkan sehubungan dengan status HIV mereka. Berikut kutipan jawaban dari kedua reponden:
Kotak 6
Dak pernah dak pak karena waktu tu khan karena laki ku yang ketauan positif jadi ku di anjurkan dokter e untuk periksa
(Tidak pernah, karena waktu itu Karena suami yang positif jadi saya dianjurkan untk periksa)
Rt:Pr:34
..Adelah pakapeagik ku khan karena tempo hari galek gi maen ke dalem jadi , jadi waktu ku ngakuk dengan perawat perawat keliat e agak dak seneng, tu lah pak jangen sering nyarik penyaket, penyaket ge bapaka carik
(ada pak apalagi saya kena HIV karena sering jajan, jadi sewaktu saya mengakui hal itu dengan perawat, perawat bersikap agak lain dan bilang itulah bapak penyakit jangan dicari, bapak kok penyakit dicari )
Dm:Lk:41
Apakah pernah mengetahui apa yang dilakukan petugas kesehatan dengan seprei atau bahan bekas pakainya
Kedua responden menjawab tidak pernah tau, karena mereka tidak terlalu memperhatikan Berikut kutipan jawaban dari kedua reponden:
Kotak 7
Dak tau pak ok, ku kurang tau
(Tidak tau pak, saya kurang tau)
Rt:Pr:34
..Dak tau pak, .
(saya tidak tau pak )
Dm:Lk:41
Larangan yang pernah dilakukan petugas kesehatan kepada responden
Responden petama menjawab tidak pernah dilarang oleh petugas, cuma sementara ini jangan hamil terlebih dahulu, sedangkan responden yang kedua menjawab tidak pernah mendapat larangan apa- apa Berikut kutipan jawaban dari kedua reponden:
Kotak 8
Dak pernah dilarang larang dak pak, Cuma ku dijelaskan jangan hamil duluk sementara ni
(Tidak pernah dilarang apa apa, Cuma dijelaskan sementara ini jangan hamil dulu)
Rt:Pr:34
..Dak pernah dak pak, .
(tidak pernah )
Dm:Lk:41
Petugas kesehatan membicarakan status anda
Responden petama menjawab bahwa dia pernah merasa tidak nyaman karena pernah diperlakukan tidak wajar oleh seorang dokter yang membuka statusnya di depan orang banyak. Responden kedua menjawab juga pernah merasa petugas kesehatan pernah membicarakan atau membuka statusnya Berikut kutipan jawaban dari kedua reponden:
Kotak 9
Ku pernah kesel dengan dokter K dokter penyakit dalem, waktu tu ku nanyak dok, pacak dak sembuh penyakit macem kami ni, dokter tu jawab buk penyakit HIV ni dak akan bisa sembuh dengan suara yang kuat, depan pasien yang laen yang masuk same dengan ku.
(saya perah kecewa dengan dokter K dokter penyakit dalam, waktu itu saya bertanya dok bisa nggak penyakit HIV ini sembuh lalu dokter itu menjawab bu. Penyakit HIV ini tidak akan bisa sembuh dokter itu menjawab dengan suara yang keras sehingga diketahui pasien lain yang masuk bersama sama dengan saya)
Rt:Pr:34
..memang kadang adelah misal e ngumong HIV tu didepan orang padahal men dapet kite ni khan nek dirahasiakan, .
(terkadang pernah, menyebut HIV di depan orang lain, kalau bisa khan kita mau hal ini dirahasiakan )
Dm:Lk:41
Perasaan responden setelah mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan
Kedua responden menjawab merasa kecewa dan marah Berikut kutipan jawaban dari kedua reponden:
Kotak 10
Kesel lah pak sape ge nek sakit macem ni.
(Kecewa, siapa yang mau sakit seperti ini)
Rt:Pr:34
..nek marah adelah pak, tapi sudeh lah .
(terkadang mau marah pak, tapi ya..sudah lah )
Dm:Lk:41
Harapan responden terhadap petugas kesehatan
Kedua Responden menjawab bahwa mereka menginginkan mereka ingin diperlakukan dengan baik. Berikut kutipan jawaban dari kedua reponden:
Kotak 11
Ku berharap diperlakukan dengan baik, sape ge nek penyakit macem ni
(saya berharap diperlakukan dengan baik, karena siapa yang mau sakit seperti ini)
Rt:Pr:34
..Dirawat dengan baiklah pak, misal e pas ngambik obat kalok bise di rumah bai, karena kadang malu ke rumah sakit .
(Dirawat dengan baik pak, kalau bisa ngambil obat (ARV) di rumah saja jangan di rumah sakit , karena kadang malu ke rumah sakit )
Dm:Lk:41
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan pembahasan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan sesuai dengan alur kerangka konsep yang ada dengan menghubungkan antara teori dan temuan penelitian sebelumnya
Karakteristik Subyek Penelitian
Kelompok subyek penelitian untuk metode kuantitatif dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan yang terdiri dari dokter spesialis, dokter umum,dokter gigi, perawat, bidan, perawat anaestesi dan analis yang bekerja di rumah sakit pusat rujukan ODHA , dalam hal ini RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang dan RSUD Ssngailiat. Sedangkan untuk metode kualitatif adalah 2 orang ODHA yang pernah di rawat di rumah sakit tersebut. Berdasarkan umur responden yang paling banyak adalah yang berusia anatar 20-30 tahunyaitu 59,6% dan yang paling sedikit berusia diatas 50 tahun yaitu 0,8%. Berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah responden perempuan (58,4%). Berdasarkan enis ketenagaan yang paling banyak adalah perawat (76,8%) dan yang paling sedikit adalah perawat anaestesi dan dokter gigi.
Perilaku Diskriminasi
Meneurut The National AIDS Trust Smart Diskriminasi adalah sebagai suatu tindakan yang membuat seseorang diperlakukan secara tidak wajar karena apa yang mereka miliki atau dirasa dimiliki menjadi suatu kelompok tertentu (seperti kelompok gay/homoseksual didiskriminasi karena orientasi seksualnya). Jadi diskriminasi sudah berupa tindakan nyata terhadap orang lain atau suatu kelompok tertentu secara tidak wajar berdasarkan prasangka terhadap orang atau kelompok tersebut. Apabila seseorang berbuat sesuatu atas dasar prasangka, maka stigma berubah menjadi diskriminasi.
Menurut Herek et al Diskriminasi terhadap ODHA adalah suatu sifat yang menghubungkan seseorang yang terinfeksi HIV dengan nilai-nilai negative yang dilakukan oleh masyarakat dimana hal tersebut sangat tidak menguntungkan ODHA. Diskriminasi membuat ODHA diperlakukan secara berbeda dari orang lain. Rendahnya pengetahuan tentang penyakit AIDS, kesalahpahaman tentang bagaimana HIV ditularkan dan rendahnya pengetahuan tentang pencegahan penyakit merupakan pemicu munculnya diskriminasi terhadap ODHA. Bentuk diskriminasi adalah menjauhi, penolakan, membedakan, peradilan moral, pelecehan, dan pelanggaran HAM
Dalam penelitian ini masih ditemukan perilaku diskriminasi diantaranya pemberian kode tertentu pada penderita HIV, melakukan sterilisasii tambahan pada peralatan bekas pakai ODHA, menempatkan penderita HIV pada tempat tersendiri, membicarakan status HIV pada orang lain, menggunakan alat pelindung diri hanya bila menangani penderita HIV.
Berdasarkan observasi yang dilaksanakan oleh peneliti masih ditemukan Mengurangi kontak langsung dengan ODHA, pemberian kode tertentu (B 20) pada catatan medik dan catatan keperawatan pasien pengidap HIV, penempatan pasien HIV pada tempat tersendiri walaupun tidak semua pasien diperlakukan seperti itu, adapun alasan petugas kesehatan menempatkan pasien tersebut di tempat yang tersendiri yaitu apabila pengidap HIV tersebut menunjukkan gejala yang sudah parah, misalnya diare yang terus- terusan dan kondisi fisik yang sangat kurus, sehingga dengan alasan untuk kenyamanan pasien lain, pengidap HIV tersebut ditempatkan pada tempat tersendiri biasanya di ruang isolasi. Instrument bekas pakai pengidap HIV biasanya juga dilakukan sterilisais tambahan dengan merendam alat ke dalam lisol (creolin) sebelum alat dimasukkan ke dalam autocave , berbeda dengan instrument bekas pakai penderita non HIV, biasanya tanpa di rendam terlebih dahulu dengan lisol atau creolin. Disamping itu masih ada petugas kesehatan yang menyalahkan ODHA setelah tahu faktor resiko ia terkena HIV. Hasil indept interview dengan responden (ODHA) adalah sebagai berikut:
Kotak 12
men setau ku biaselah pak. cuma waktu tu awal e ku dirawat dikelas tige tapi lah berape hari tu ku dipindahkan di ruangan sendirik, dak tau ngape
(setahu saya biasa saja pak, Cuma waktu itu awal masuk saya di tempatkan di kelas tiga , tapi setelah beberapa hari saya dipindahkan di ruang sendiri, tidak tau kenapa)
Rt:Pr:34
Kotak 13
Ku pernah kesel dengan dokter K dokter penyakit dalem, waktu tu ku nanyak dok, pacak dak sembuh penyakit macem kami ni, dokter tu jawab buk penyakit HIV ni dak akan bisa sembuh dengan suara yang kuat, depan pasien yang laen yang masuk same dengan ku.
(saya perah kecewa dengan dokter K dokter penyakit dalam, waktu itu saya bertanya dok bisa nggak penyakit HIV ini sembuh lalu dokter itu menjawab bu. Penyakit HIV ini tidak akan bisa sembuh dokter itu menjawab dengan suara yang keras sehingga diketahui pasien lain yang masuk bersama sama dengan saya)
Rt:Pr:34
..memang kadang adelah misal e ngumong HIV tu didepan orang padahal men dapet kite ni khan nek dirahasiakan, .
(terkadang pernah, menyebut HIV di depan orang lain, kalau bisa khan kita mau hal ini dirahasiakan )
Dm:Lk:41
Kotak 14
.Adelah pakapeagik ku khan karena tempo hari galek gi maen ke dalem jadi , jadi waktu ku ngakuk dengan perawat perawat keliat e agak dak seneng, tu lah pak jangen sering nyarik penyaket, penyaket ge bapaka carik
(ada pak apalagi saya kena HIV karena sering jajan, jadi sewaktu saya mengakui hal itu dengan perawat, perawat bersikap agak lain dan bilang itulah bapak penyakit jangan dicari, bapak kok penyakit dicari )
Dm:Lk:41
Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Diskriminasi pada ODHA
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa perilaku yang tidak diskriminasi banyak terjadi pada responden dengan pengetahuan yang kurang yaitu 53,8%, dan juga responden dengan pengetahuan yang baik 64,1%. Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,111, dimana nilai p value > , maka terjadi penerimaan Ho, berarti secara statistik tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang HIV-AIDS dengan perilaku diskriminasi pada ODHA
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu . Penginderaan melalui panca indera manusia adalah melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba. Sedangkan sebagian besar pengetahuan diperoleh dari indera mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada tidak didasari oleh pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain, tetapi jika mengalami kegagalan maka mencari pengalaman sendiri. Pengetahuan terhadap suatu objek tertentu akan dapat menimbulkan sikap penerimaan atau menolak terhadap objek tersebut. Pengetahuan tentang HIV/AIDS akan sangat mempengaruhi bagiamana individu tersebut akan bersikap terhadap pengidap HIV atau penderita AIDS. Herek et al. (2002) menyatakan bahwa stigma dan diskriminasi terhadap ODHA muncul berkaitan dengan ketidaktahuan tentang mekanisme penularan HIV, perkiraan risiko tertular yang berlebihan melalui kontak biasa dan sikap negative terhadap kelompok sosial yang tidak proporsional yang dipengaruhi oleh epidemi HIV/AIDS ini. Rendahnya pengetahuan tentang penyakit AIDS, kesalahpahaman tentang bagaimana HIV ditularkan dan rendahnya pengetahuan tentang pencegahan penyakit merupakan pemicu munculnya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.
Perilaku stigma tidak hanya dipengaruhi pengetahuan, namun juga dipengaruhi faktor lain seperti persepsi. Fisser dan Katherine (1994) menyatakan bahwa persepsi memungkinkan seseorang untuk memilih,mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan,sehingga proses tersebut mempengaruhi perilaku. Disamping itu faktor budaya. Perbedaan budaya di negara kita dengan negara luar juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sampai sekarang masih adanya diskriminasi pada penderita HIV/AIDS. Menurut L.Green pengetahuan adalah termasuk dalam Faktor predisposisi yang mana faktor ini merupakan faktor yang mendahului perilaku, dimana faktor tersebut memberikan alasan atau motivasi untuk terjadinya suatu perilaku
Pengetahuan responden yang kurang tentang HIV-AIDS dari penelitian ini adalah masalah pembentukan antibody ,cara penularan HIv, penempatan ODHA yang dirawat, perlakuan seprei, linen, peralatan makan bekas pakai ODHA, perlu tidaknya pemberian kode tertentu pada penderita HIV serta pengetahuan tentang Universal precautions
Hubungan antara sikap petugas kesehatan terhadap diskriminasi dengan perilaku diskriminasi pada ODHA
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa perilaku diskriminasi banyak terjadi pada responden dengan sikap mendukung diskriminasi yaitu 52,8% dan perilaku tidak diskriminasi banyak terjadai pada responden yang mempunyai sikap yang tidak mendukung diskriminasi yaitu 63,4%.Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,013, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara sikap petugas kesehatan terhadap diskriminasi dengan perilaku diskriminasi pada ODHA. Nilai rentang CI antara 0,849 dan 2,714, sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap diskriminasi berhubungan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA.
Sementara itu menurut The Centre for Study of AIDS University of Pretoria Sikap petugas kesehatan adalah penghalang untuk pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan mungkin akan memberikan pasien ODHA ke petugas kesehatan lainnya karena mereka tidak ingin mengobati pasien ODHA. Kadang-kadang ODHA tidak mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya karena petugas kesehatan beranggapan bahwa sudah tidak ada harapan lagi dan tidak ada yang bisa dilakukan untuk ODHA. Menambah beban psikologis bagi ODHA karena ODHA dianggap sebagai sesuatu yang terkait dengan perilaku kotor dan rusak atau sebagai sampah masyarakat. Menurut L.Green sikap adalah termasuk dalam Faktor predisposisi yang mana faktor ini merupakan faktor yang mendahului perilaku, dimana faktor tersebut memberikan alasan atau motivasi untuk terjadinya suatu perilaku
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa sikap diskriminasi responden masih terjadi pada tindakan responden yang setuju untuk melakukan sterilisasi tambahan pada peralatan yang digunakan penderita HIV, sikap setuju untuk membuang atau membakar peralatan bekas pakai ODHA, sikap setuju menempatkan ODHA terpisah dengan pasien lain, sikap setuju pemberian kode tertentu penderita HIV pada catatan medik, atau laporan perawatan.
Hubungan antara kepercayaan petugas kesehatan tentang penularan HIV/AIDS dengan perilaku diskriminasi pada ODHA
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa perilaku diskriminasi banyak terjadi pada responden dengan kepercayaan terhadap penularan HIV yang salah yaitu 53,8% dan perilaku tidak diskriminasi banyak terjadi pada responden yang mempunyai kepercayaan terhadap penularan yang benar yaitu 66%.Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,002, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara kepercayaan petugas kesehatan tentang penularan HIV/AIDS dengan perilaku diskriminasi pada ODHA. Nilai rentang CI antara 0,961 dan 2,985, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepercayaan responden terhadap penularan HIV berhubungan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA. Menurut L.Green tradisi dan kepercayaan adalah termasuk dalam Faktor predisposisi yang mana faktor ini merupakan faktor yang mendahului perilaku, dimana faktor tersebut memberikan alasan atau motivasi untuk terjadinya suatu perilaku
NAT (2005) menyatakan ada beberapa faktor yang mendorong munculnya diskriminasi terhadap ODHA, yakni: seperti adanya mitos dan kesalahpahaman tentang cara penularan HIV). Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa kepercayaan responden tentang penularan HIV yang salah terjadi pada cara penularan HIV
Hubungan antara persepsi petugas kesehatan terhadap ODHA dengan perilaku diskriminasi pada ODHA
Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,006, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara persepsi petugas kesehatan terhadap ODHA dengan perilaku diskriminasi pada ODHA. Nilai rentang CI antara 0,946 dan 3,104, sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi responden berhubungan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA.
Hasil ini sesuai dengan pendapat Cock et al. (2002) bahwa dengan semakin meningkatnya persepsi petugas kesehatan terhadap ODHA maka akan semakin menurunkan sikap menyalahkan (blame) petugas kesehatan terhadap ODHA dan sikap menghakimi (judgment) petugas kesehatan terhadap ODHA, yang akhirnya akan mampu mengikis segala sifat, sikap dan tindakan yang dilandasi oleh stigma dan diskriminasi. yang menyatakan bahwa diskriminasi terhadap ODHA sangat dipengaruhi oleh persepsi tentang rasa malu dan sikap menyalahkan yang terkait dengan penyakit AIDS tersebut.
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa persepsi yang kurang baik terhadap ODHA terjadi dalam hal pemberitahuan hasil test penderita yang dinyatakan positif kepada keluarga dan pasangannya.
Hubungan antara kebijakan rumah sakit dalam penerapan universal precaution dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA
Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,039, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara kebijakan rumah sakit dalam penerapan universal precaution dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA. Penerapan kewaspadaan universal yang tidak sesuai dapat menghasilkan bukan hanya risiko pada petugas layanan kesehatan dan pasien lain, tetapi juga peningkatan pada stigma dan diskriminasi yang dihadapi oleh Odha. Jadi kita harus mengerti dasar pemikiran kewaspadaan universal dan terus menerus mengadvokasikan untuk penerapannya. kewaspadaan universal tidak diterapkan secara pilih-pilih (kewaspadaan Odha) dalam sarana medis.Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa kebijakan UP yang kurang terjadi pada kebijakan pengolahan linen, dan pemberian peringatan atau sangsi,
Hubungan antara kebijakan rumah sakit dalam perawatan ODHA dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA
Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,000, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara kebijakan rumah sakit dalam perawatan ODHA dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA. Menurut UNAIDS 2001 pada tempat layanan kesehatanpun diskriminasi sering terjadi, lembaga yang diharapkan memberikan perawatan dan dukungan, pada kenyataannya merupakan tempat pertama orang mengalami diskriminasi. Misalnya, memberikan mutu perawatan medis yang kurang baik, menolak memberikan pengobatan -seringkali sebagai akibat rasa takut tertular yang salah kaprah. Contoh dari diskriminasi yang dihadapi ini adalah: alasan dan penjelasan kenapa seseorang tidak diterima di rumah sakit (tanpa didaftar berarti secara langsung telah ditolak), isolasi, pemberian label nama atau metode lain yang mengidentifikasikan seseorang sebagai HIV positif, pelanggaran kerahasiaan, perlakuan yang negatif dari staf, penggunaan kata-kata dan bahasa tubuh yang negatif oleh pekerja kesehatan, juga akses yang terbatas untuk fasilitas-fasilitas rumah sakit. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa kebijakan perawatan ODHA yang masih kurang terjadi pada kebijakan perawatan ODHA, pemberian kode pada ODHA dan perlakuan terhadap peralatan bekas pakai ODHA yang masih diskriminasi seperti sterilisasi tambahan, dibakar atau dibuang.
Hubungan antara sosialisasi tentang HIV- AIDS pada petugas kesehatan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA
Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,840, dimana nilai p value > , maka terjadi penerimaan Ho, berarti secara statistik tidak ada hubungan antara sosialisasi tentang HIV/AIDS pada petugas kesehatan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa sosialisasi HIV-AIDS yang masih kurang terjadi pada sosialisasi tentang universal precautions dan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi.
The National AIDS Trust (NAT) mengungkapkan bahwa pendidikan salah satunya kebijakan sosialisasi HIV- AIDS merupakan salah satu kata kunci dalam strategi untuk mencegah adanya diskriminasi terhadap ODHA, namun Abell et al. mengungkapkan bahwa petugas kesehatan walaupun cukup ramah dengan ODHA, akan tetapi tetap lebih suka untuk menjaga jarak dan menghindari untuk bersentuhan secara langsung. Hal ini terkait dengan masih banyaknya petugas kesehatan yang percaya dengan mitos-mitos tentang penularan HIV. mengungkapkan 64,1 persen perawat memiliki simpati kepada pasien dengan HIV positif, tetapi lebih dari setengahnya mengaku menghindari untuk kontak (berhubungan) dengan pasien-pasien ini.
Hubungan antara perilaku teman sejawat terhadap ODHA dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA
Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,031, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara perilaku teman sejawat terhadap ODHA dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA. Nilai rentang CI antara 0,989 dan 3,117, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku teman sejawat berhubungan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA. Ini sesuai dengan teori yang dikemukakan L. Green bahwa pengaruh sebaya merupakan faktor penguat yang memberikan dukungan untuk mempertahankan perilaku. Faktor penguat mencakup dukungan sosial, pengaruh sebaya, serta advise dan umpan balik dari tenaga kesehatan Penguatan mungkin berasal dari seorang individu atau kelompok dari satu orang ke orang lain atau institusi-institusi di lingkungan atau dari masyarakat. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa perilaku teman sejawat yang masih diskriminasi terjadi pada tindakan sterilisasi pada alat bekas pakai ODHA, penempatan pasien ODHA sewaktu dirawat dan pemberian kode pada pengidap HIV
Hubungan antara perilaku pimpinan terhadap ODHA dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA
Berdasarkan perhitungan Chi Square dengan = 0,05 diperoleh besar nilai p sebesar 0,034, dimana nilai p value < , maka terjadi penolakan Ho, berarti secara statistik ada hubungan antara perilaku pimpinan terhadap ODHA dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA. Nilai rentang CI antara 0,727 dan 2,295, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku pimpinan berhubungan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA.
Menurut L.Green perilaku pimpinan termasuk dalam faktor penguat yang merupakan konsekuensi dari perilaku yang ditentukan apakah pelaku menerima umpan balik positif (atau negatif) dan mendapatkan dukungan sosial setelah perilaku dilakukan. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa perilaku pimpinan yang masih diskriminasi terjadi pada penempatan pasien ODHA sewaktu dirawat
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang HIV-AIDS tidak berhubungan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan p-value 0,111. Sikap petugas kesehatan terhadap diskriminasi secara signifikan berhubungan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung p-value 0,013. Responden dengan sikap terhadap diskriminasi yang mendukung diskriminasi kemungkinan melakukan perilaku diskriminasi 1,5 kali lebih besar dibandingkan responden dengan sikap terhadap diskriminasi yang tidak mendukung diskriminasiKepercayaan petugas kesehatan tentang penularan HIV/AIDS secara signifikan berhubungan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung p-value 0,002. Responden dengan kepercayaan penularan HIV yang salah kemungkinan melakukan perilaku diskriminasi 1,6 kali lebih besar dibandingkan responden dengan Responden dengan kepercayaan penularan HIV yang benar.Persepsi petugas kesehatan terhadap ODHA secara signifikan berhubungan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung p-value 0,006. Responden dengan persepsi terhadap ODHA yang kurang baik kemungkinan melakukan perilaku diskriminasi 1,7 kali lebih besar dibandingkan responden dengan persepsi terhadap ODHA yang baik.Kebijakan rumah sakit dalam penerapan universal precaution secara signifikan berhubungan dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung p-value 0,039Kebijakan rumah sakit dalam perawatan ODHA secara signifikan berhubungan dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung p-value 0,000. Responden dengan kebijakan rumah sakit dalam perawatan ODHA yang kurang baik kemungkinan melakukan perilaku diskriminasi 2,2 kali lebih besar dibandingkan responden dengan kebijakan rumah sakit yang baik.Sosialisasi tentang HIV/AIDS pada petugas kesehatan tidak berhubungan dengan perilaku diskriminasi pada ODHA di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung p-value 0,840Perilaku teman sejawat terhadap ODHA secara signifikan berhubungan dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung p-value 0,031. Responden dengan perilaku teman sejawat yang diskriminasi kemungkinan melakukan perilaku diskriminasi 1,7 kali lebih besar dibandingkan responden dengan perilaku teman sejawat yang tidak diskriminasi.Perilaku pimpinan terhadap ODHA secara signifikan berhubungan dengan perilaku diskriminasi oleh petugas kesehatan pada ODHA di Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung p-value 0,034. Responden dengan perilaku pimpinan terhadap ODHA yang diskriminasi kemungkinan melakukan perilaku diskriminasi 1,2 kali lebih besar dibandingkan responden dengan perilaku pimpinan terhadap ODHA yang tidak diskriminasi.
Saran
Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Perlu terus diupayakan peningkatan pengetahuan petugas kesehatan baik tenaga medis maupun paramedis terutama cara penularan HIV agar petugas kesehatan benar-benar memiliki pemahaman yang komprehensif, tepat dan jelas sehingga dapat menghilangkan persepsi dan kepercayaan yang tidak benar serta ketakutan yang berlebihan terhadap HIV/AIDS baik melalui pelatihan teknis, desiminasi informasi melalui buku-buku, poster, diskusi dan sebagainya.Perlu peningkatan program manajemen mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit dan puskesmas untuk meningkatkan persepsi petugas kesehatan terhadap ODHA serta menghilangkan stigma dan diskriminasi oleh petugas kesehatan terhadap ODHA
Bagi Rumah Sakit
Perlu dilakukan upaya penghilangan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA di kalangan petugas kesehatan dengan menetapkan standar pelayanan operasional yang baku yang tidak diskriminasi dan disertai dengan penyediaan sarana pendukung yang memadai.
Bagi Peneliti Lain
Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan sasaran ODHA, untuk mengetahui secara mendalam sejauh mana perilaku diskriminasi yang dirasakan ODHA , karena dalam penelitian ini peneliti hanya mendapatkan 2 orang ODHA yang bersedia diwawancara, jadi informasi yang didapat kurang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Ditjen PP & PL, Pedoman Nasional Manajemen Program HIV danAIDS, Jakarta;2010
Mann, J. Statement at an informal briefing on AIDS to the 42nd Session of The United Nations General Assembly, 20 Oktober, New York. Quoted in: Nyblade L.,Kidanu A., and Banteyerga H. Disentangling HIV and AIDS stigma inEthiopia, Tanzania and Zambia. International Center for Research on Women (ICRW), Virginia, USA; 1987
UNAIDS, Stigma and discrimination fuel AIDS epidemic, UNAIDS warns. Press release, 5 September, Geneva. Quoted in: Reidpath,D.D., Brijnath, B., and Chan, K.Y.,An Asia Pacific sixcountry study on HIV-related discrimination: Introduction, AIDS Care; 2001
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS 2003 2007, Jakarta;2003
The National AIDS Trust Smart, R. Module 1.4 : HIV/AIDS Related Stigma and Discrimination, , New City Cloisters 196 Old Street London;2005
Abell, N., Rutledge, S.E., McCann, T.J., & Padmore, J. Examining HIV/AIDS provider stigma: assessing regional concern in the islands of the Eastern Carribean. AIDS Care; 2007
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Ditjen PP & PL, Statistik Kasus HIV-AIDS di Indonesia, Jakarta;2010
Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung, Pemerintah Provinsi Bangka Belitung;2010
Deacon, H.Understanding HIV/AIDS stigma: a theoretical and methodologicalanalysis, HSRC Research Monograph;2005
Nursalam, Ninuk. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS, Salemba Medika, Jakarta ; 2008
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Ditjen PP & PL, Test dan Konseling terintegrasi di Sarana Kesehatan /PITC, Jakarta;2010
Adler, M.W. ed. ABC of AIDS fifth edition, BMJ Publishing Group, London;2001
Klatt, E.C. Pathology of AIDS version 17, Florida State University College of Medicine;2006Kementerian Kesehatan RI Ditjen PPM & PL, Pedoman Pencegahan Penularan HIV-AIDS dan IMS bagi Kabupaten/Kota, Jakarta;2010
Depkes Ditjen PPM & PL, Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan bagi ODHA, Jakarta;2009
Depkes RI,Undang Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dalam diakses 2 Februari 2011
Depkes RI, Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dalam diakses 2 Februari 2011
Sofro, MAU. Kewaspadaan Universal HIV/AIDS Dalam Pelayanan Kesehatan. Tim HIV-AIDS RSUP Dr Kariadi Semarang;2009
Tietjen.L, Bossemeyer.D, McIntost.N. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2004
Depkes RI, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan dalam diakses tanggal 2 Februari 2011
Herek, G.M. Thinking about AIDS and Stigma: A psychologists
perspective, Journal of Law, Medicine and Ethics 2002;30:594-607
Mahendra, V.S., Gilborn, L., George, B., Samson, L., Mudoi, R., Jadav, R., Gupta, I., harat, S., and Daly, C. Reducing stigma and discrimination inhospital: positive findings from India, Horizons Research Summary,Washington, DC:Population Council;2006
Cock, K.M.D., Mbori-Ngaca, D., & Marum, E. Shadow on the continent: Public health and HIV/ADS in Africa in the 21st century.The Lancet.2002; 360, 67-72.
Nurachmad.M .Hantu Itu Bernama AIDS, Jakarta 2009
Shaluhiyah.Z.Kumpulan Materi Kuliah Seks dan Budaya. Undip Semarang 2009
UNAIDS. Lawanlah Stigma dan Diskriminasi Untuk Memenangi Perang Melawan HIV/AIDS;dalam , diakses 10 Oktober 2010The Centre for the Study of AIDS University of Pretoria, Stigma Resource Pack,2008
Spritia. Kewaspadaan Universal,dalam diakses 11 Oktober 2009
Spritia. Kewaspadaan Universal, dalam http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino= 811, 11 Oktober 2009
Green, L.W. Health Promotion Planning An Educational and Environmental Approach. Mayfield Publishing Company Mountain View Toronto- London 1991
Notoatmojo, S., pendidikan dan Perilaku Kesehatan , Rineka cipta, Jakarta;2003
Klein, S.J., Karchner, W.D., OCo