heru sigit purwanto - kontrol struktur jalur mineralisasi emas pada urat kuarsa di pertambangan emas...
DESCRIPTION
Daerah telitian berada pada lokasi tambang bawah tanah (terowongan) Pongkor di level 500 dan level 600 konsesi area eksploitasi PT. Antam Tbk. Lintasan telitian termasuk pada daerah Ciguha bagian timur, Pamoyanan, Kubangcicau dan Pondokbatu. Lokasi telitian pada terowongan dilakukan pengukuran arah struktur kekar, sesar dan urat kuarsa, dan hasil analisa struktur menunjukkan arah umum kompresi dan tensional. Hasil analisa tersebut kemudian dikorelasikan secara vertical dan horizontal sesuai dengan level kedalaman terowongan. Stratigrafi daerah telitian disusun oleh litologi breksi vulkanik dan lapili tuf, dengan banyak dijumpai uratan kuarsa tersebar merata. Struktur berkembang kuat di daerah telitian dengan arah kompresi N358oE/76o, dan tensional N296oE/72o. Mineralisasi yang umum dijumpai adalah mineralisasi Au-Ag dengan alterasi umumnya adalah kloritisasi, silisifikasi dan argilik.Analisa struktur setiap terowongan pada levelnya dibuat model kemenerusan urat kuarsa yang mengikuti arah struktur kompresi dan beberapa mengikuti arah tensional.TRANSCRIPT
Jurnal Ilmiah MTG, Volume : 5, No. 10, Juli 2012
KONTROL STRUKTUR JALUR MINERALISASI EMAS PADA URAT-URAT KUARSA DI BAWAH TANAH LEVEL 600 M – 500 M
DI PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR, JAWA BARAT
Heru Sigit Purwanto Pascasarjana Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta
Abstrak
Daerah telitian berada pada lokasi tambang bawah tanah (terowongan) Pongkor di level 500 dan level 600 konsesi area eksploitasi PT. Antam Tbk. Lintasan telitian termasuk pada daerah Ciguha bagian timur, Pamoyanan, Kubangcicau dan Pondokbatu.
Lokasi telitian pada terowongan dilakukan pengukuran arah struktur kekar, sesar dan urat kuarsa, dan hasil analisa struktur menunjukkan arah umum kompresi dan tensional. Hasil analisa tersebut kemudian dikorelasikan secara vertical dan horizontal sesuai dengan level kedalaman terowongan.
Stratigrafi daerah telitian disusun oleh litologi breksi vulkanik dan lapili tuf, dengan banyak dijumpai uratan kuarsa tersebar merata. Struktur berkembang kuat di daerah telitian dengan arah kompresi N358
oE/76
o, dan
tensional N296oE/72
o. Mineralisasi yang umum dijumpai adalah mineralisasi Au-
Ag dengan alterasi umumnya adalah kloritisasi, silisifikasi dan argilik. Analisa struktur setiap terowongan pada levelnya dibuat model
kemenerusan urat kuarsa yang mengikuti arah struktur kompresi dan beberapa mengikuti arah tensional. PENDAHULUAN Latar belakang
Penelitian yang dituangkan dalam kerjasama antara Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor (UBPEP), PT. Antam dengan UPN ”Veteran” Yogyakarta, dalam hal ini diwakili oleh PT. Geomin dengan Prodi Magister Teknik Geologi, telah melakukan penelitian pola struktur geologi terhadap mineralisasi, untuk pengembangan pencarian cebakan emas baru di tambang bawah tanah Pongkor dan sekitarnya. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan kepada pihak UBPEP dalam interpretasi kemenerusan urat-urat kuarsa yang mengandung emas berdasarkan pola struktur yang berkembang di daerah terowongan level 500 dan level 600. Penelitian ilmiah murni yang dilakukan dari pihak Universitas sangat bermanfaat untuk wacana keilmuan dan pengetahuan untuk pengembangan ekplorasi untuk mencari mineralisasi khususnya emas di daerah Pongkor dan sekitarnya. Metodologi
Penelitian berdasarkan metode pemetaan bawah permukaan dengan pengukuran detail kedudukan struktur dan urat kuarsa, serta pengamatan alterasi dan mineralisasi dengan pengambilan contoh urat kuarsa, batuan dan
Jurnal Ilmiah MTG, Volume : 5, No. 10, Juli 2012
batuan alterasi. Pengukuran kedudukan urat kuarsa dibedakan urat kuarsa kompresi dan urat kuarsa tensional, khususnya urat kuarsa yang berukuran relatif besar dan terdapat mineralisasi diukur kemenerusannya. Analisis struktur dengan program DIP dan Stereonet digunakan untuk menentukan densitas kekar dan arah gaya utama maksimum di daerah telitian.
Lokasi dan pencapaian daerah
Lokasi penelitian di daerah terowongan tambang bawah tanah Pongkor dan sekitarnya, dapat dicapai dengan kendaraan roda empat, ke lokasi telitian hanya dapat dilakukan dengan jalan kaki. Foto 1. Terowongan level 600, di dalam terowongan dilakukan pengukuran
struktur dan urat kuarsa arah kompresi dan tensional. STRUKTUR GEOLOGI Struktur Geologi Regional
Koolhoven (1932) telah membagi tektonik pegunungan Bayah menjadi 3 bagian yaitu jalur sedimen selatan, jalur eruptia tengah dan jalur sedimen utara. Daerah penelitian terdiri dari massa batuan yang bersifat tegar dengan singkapan sedimen tersier dan pra-tersier yang terlipat kuat. Perlipatan membentuk melengkung dengan arah utara sampai barat laut. Sesar-sesar mendatar memisahkan satuan batuan ini dengan blok-blok.
Data yang telah dihimpun oleh (Koolhoven, 1932), selanjutnya disederhanakan Katili dan Koesoemadinata (1962). Berdasarkan unsur-unsur struktur yang berkembang di pegunungan Bayah, sebagai berikut : - Pegunungan Bayah sekurang-kurangnya telah mengalami 2 fase perlipatan
yaitu perlipatan pra intra Miosen dan fase Miosen atas. Lipatan tersebut memperlihatkan arah barat-timur.
- Sesar berumur Pliosen umumnya berarah utara-selatan sampai timurlaut-barat daya. Arah tersebut memperlihatkan arah yang sama dengan arah “banten trend”.
Jurnal Ilmiah MTG, Volume : 5, No. 10, Juli 2012
Gambar 1. Peta pola umum struktur geologi regional daerah Dome Bayah
(Koolhoven, 1932).
Struktur Geologi Daerah Telitian Stratigrafi daerah telitian secara umum tersusun oleh breksi, lapilli, tuf, dan lava serta adanya intrusi batuan beku di beberapa daerah telitian. Gambar 2. Stratigrafi lokal daerah telitian tersusun oleh satuan batuan
volkaniklastik dan intrusi.
DAERAH TELITIAN
Jurnal Ilmiah MTG, Volume : 5, No. 10, Juli 2012
Interpretasi struktur geologi daerah Ciparigi dan sekitarnya berdasarkan data pengukuran unsur struktur menunjukkan bahwa terdapat pola kekar kompresi yang berarah N250
O-260
OE dan N 300
O -310
OE dengan kedudukan
bidang sesar mendatar di beberapa tempat yang berarah N 300O – 310
OE, pola
ini diinterpretasikan periode yang pertama di daerah Ciparigi dan Pongkor pada umumnya. Selanjutnya urat-urat kuarsa dibeberapa tempat mengisi rekahan yang berarah N300
O – 310
OE yang disebut sebagai urat kuarsa kompresi dan
beberapa urat kuarsa yang mengisi rekahan yang berarah hampir E – W atau N 270
O – 280
OE yang disebut sebagai urat kuarsa ekstensi periode tektonik
pertama di Ciparigi dan sekitarnya. Pola struktur geologi yang ditunjukkan dengan arah kekar kompresi
(shear fractures) N320O
– 330OE dan N005
O – 020
OE dengan kedudukan arah
sesar mendatar dibeberapa tempat adalah N005O – 020
OE pola ini
diinterpretasikan sebagai pola periode tektonik kedua di daerah Ciparigi dan Pongkor pada umumnya. Selanjutnya di beberapa tempat urat-urat kuarsa yang mengisi rekahan yang berarah N 005
O – 020
OE diinterpretasikan merupakan urat
kuarsa kompresi, sedangkan urat-urat kuarsa yang mengisi rekahan yang berarah N 340
O – 345
O diinterpretasikan merupakan urat kuarsa ekstensi dan
urat kuarsa yang mengisi rekahan yang berarah N 240O – 250OE adalah merupakan urat kuarsa tensi (release) pada periode kedua di daerah Ciparigi dan Pongkor pada umumnya.
Gambar 3. Interpretasi pola struktur geologi periode pertama di daerah Pongkor
dan sekitarnya.
Jurnal Ilmiah MTG, Volume : 5, No. 10, Juli 2012
Gambar 4. Interpretasi pola struktur geologi periode kedua dengan arah
tegasan relative Timurlaut – Baratdaya, menghasilkan sesar berarah N 005
O-020
OE.
Gambar 5. Interpretasi pola struktur geologi daerah Pongkor dan sekitarnya
Jurnal Ilmiah MTG, Volume : 5, No. 10, Juli 2012
HASIL PENGUKURAN STRUKTUR KEKAR DAN URAT KUARSA DI TEROWONGAN DAERAH PONGKOR
Lokasi telitian pada terowongan diukur arah struktur kekar, sesar dan urat kuarsa, dan hasil analisa struktur menunjukkan arah umum kompresi dan tensional. Hasil analisa tersebut kemudian dikorelasikan secara vertical dan horizontal sesuai dengan level kedalaman terowongan. Pengukuran Kekar dan Urat Kuarsa pada Level 500 Pada lintasan Ciguha Timur dengan litologi umumya breksi vulkanik, alterasi umumnya kloritisasi, silisifikasi dan argilik dekat dengan urat. Hasil pengukuran struktur pada level 500 pada lokasi pengamatan LP01 – LP12 (0-950 m) Ciguha Timur dengan arah umum struktur kompresi N358
oE/76
o, dan
tensional N296oE/72
o.
Breksi Kuarsa Tension Foto 2. Pengamatan LP01 lintasan Ciguha memperlihatkan tensional
dengan arah umum N296oE/72
o.
Pada lintasan Pamoyanan dengan litologi umumya breksi vulkanik, tuf dan lapili tuf, alterasi umumnya kloritisasi, silisifikasi dan argilik. Hasil pengukuran struktur pada level 500 pada lokasi pengamatan LP13 – LP19 Pamoyanan dengan arah umum struktur kompresi N355
oE/78
o, dan tensional N300
oE/80
o.
Tension Extension Foto 3. Pengamatan LP13 lintasan Pamoyanan memperlihatkan tensional
N300oE/80
o dan kompresi N355
oE/78
o.
Jurnal Ilmiah MTG, Volume : 5, No. 10, Juli 2012
Pada lintasan Kubangcicau dengan litologi umumya lapili tuf, alterasi umumnya kloritisasi, silisifikasi dan argilik. Hasil pengukuran struktur pada level 500 pada lokasi pengamatan LP20 – LP24 dan LP32 – LP35 (1300 – 1750 m) Kubangcicau dengan arah umum struktur kompresi N352
oE/68
o, dan tensional
N275oE/75
o.
Tension Vein
Foto 4. Pengamatan LP20 lintasan Pamoyanan memperlihatkan urat kuarsa
kompresi N352oE/68
o, dan tensional N275
oE/75
o.
Pada lintasan Pondokbatu dengan litologi umumya lapili tuf, alterasi umumnya kloritisasi, silisifikasi dan argilik. Hasil pengukuran struktur pada level 500 pada lokasi pengamatan LP25 - LP28 (1830 – 2200 m) Pondokbatu dengan arah umum struktur kompresi N346
oE/70
o, dan tensional N316
oE/70
o.
Vein Tention Foto 5. Pengamatan LP25 lintasan Pamoyanan memperlihatkan urat kuarsa
kompresi N346oE/70
o, dan tensional N316
oE/70
o.
Pada lintasan Ciurug dengan litologi umumya lapili tuf, alterasi umumnya kloritisasi, silisifikasi dan argilik. Hasil pengukuran struktur pada level 500 pada lokasi pengamatan LP29 – LP31 (2200 – 2400) dan LP51 – LP54 (0 – 400 m) Ciurug dengan arah umum struktur kompresi N355
oE/72
o, dan tensional
N300oE/68
o.
Jurnal Ilmiah MTG, Volume : 5, No. 10, Juli 2012
Vein Extension Foto 6. Pengamatan LP29 lintasan Pamoyanan memperlihatkan urat kuarsa
kompresi N355oE/72
o, dan tensional N300
oE/68
o.
Gambar 6. Lintasan terowongan level 500, dengan interpretasi kemenerusan
vertikal.
Jurnal Ilmiah MTG, Volume : 5, No. 10, Juli 2012
Pengukuran Kekar dan Urat Kuarsa pada Level 600 Pada lintasan Ciurug dengan litologi umumya lapili tuf, tuf, breksi vulkanik, alterasi umumnya kloritisasi, silisifikasi dan argilik dekat dengan urat. Hasil pengukuran struktur pada level 600 pada lokasi pengamatan LP36 – LP50 (0 – 690 m) Ciurug dengan arah umum struktur kompresi N358
oE/68
o, dan tensional
N320oE/74
o.
Tension Extension Foto 7. Pengamatan LP36 lintasan Pamoyanan memperlihatkan urat kuarsa
kompresi N358oE/68
o, dan tensional N320
oE/74
o.
Gambar 7. Lintasan terowongan level 600, dengan interpretasi kemenerusan
vertikal. Pada lintasan terowongan terdapat singkapan batuan yang bisa menggambarkan struktur kompresi dan tensional, selanjutnya dibuat model untuk menjelaskan perbedaan diantara kedua struktur tegasan tersebut.
Jurnal Ilmiah MTG, Volume : 5, No. 10, Juli 2012
Gambar 8. Litologi Breksi kuarsa dengan tegasan gaya kompresi
memperlihatkan slicken slide dan striation pada bidang sesar. Gambar 9. Struktur urat kuarsa tensional dengan struktur kristal comb structure
tidak mengalami efek bakar pada bagian samping urat kuarsa.
Jurnal Ilmiah MTG, Volume : 5, No. 10, Juli 2012
Gambar 10. Struktur urat kuarsa tensional dengan rekahan yang terisi mineral
pirit. KESIMPULAN
Emas di daerah telitian berada pada zona urat-urat kuarsa yang mengikuti pola struktur arah N 10
o – 20
o E/75 dan N 300
o – 310
o E/80
Mineralisasi emas berada pada zona urat-urat kuarsa yang memotong semua level terowongan 500 m dan 600 m.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Basuki, D.Aditya Sumanagara, D.Sinambela., 1994. The Gunung Pongkor
gold-silver deposit, West Java, Indonesia. Journal of Geochemical Exploration 50 (1994) 371- 391. Elsevier Science.
Corbet G.J. 1993. A Guide to pacific RIM Au/Cu exploration, Exploration
workshop, Jakrta, Indonesia. Davis,B.K and Hippertt, J.F.M. 1998. Relationships between gold concentration
and structure in quartz veins from the Hodgkinson Province, Northeastern Australia. Mineralium Deposita 33: 391-405.
Heru Sigit Purwanto, Ibrahim Abdullah & Wan Fuad Wan Hassan. 2001.
Structural control of gold mineralization in Lubok Mandi area, Peninsular Malaysia. International Geoscience Journal, Special Issue on Rodinia,Gondwana and Asia 4(4) :742-743.
Heru Sigit Purwanto. 2004. Structural Control of Gold Mineralization in
Jangglengan Wonogiri, Central Java, Indonesia. Proceeding of 32nd
International Geological Congress, Florence, Italy, August, 20-28, 2004.
Jurnal Ilmiah MTG, Volume : 5, No. 10, Juli 2012
Heru Sigit Purwanto, Sugeng & Didin, 2007. Prospeksi Cebakan Emas, Analisis Deti Struktur dan Urat Kuarsa untuk Penentuan Titik Bor, Daerah Nirmala, Bogor, Jawa-Barat. Laporan Penelitian untuk UBPE Pongkor (Tidak dipublikasikan).
Harris, L.1988. Structural control of gold mineralization. Structural Geology
Workshop Manual, Australia : Hermitage Holdings Pty,Ltd Iskandar Zulkarnain, 2005. Kaitan Pola Geokimia batuan Volkanik Pongkor
dengan Mineralisasi Emas serta Implementasinya untuk Pencarian cadangan baru. Kumpulan Makalah seminar Terpadu Daerah Pongkor.