hubungan antara kecemasan dengan kejadian …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.naskah publikasi.pdf ·...

15
HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Oleh: BAIQ DIAN USWANDARI F100120055 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh:

BAIQ DIAN USWANDARI

F100120055

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

HUBUNGAII ANTARA KECEMASAN DENGAN KE.IADIANHIPERTENSI PADA I"AIISIA DI PANTI SOSIAL TRESNA

WARDHA PUSPAKARMA MATARAM

PUBLIKASIILMIAH

Yang diajukrn oleh :

Baio Dian Uswandari

Ft0012mss

Telah disetujui oleh,

Pembimbing Staipsi :

Setia Asyanti S.Psi M.Si Surakarta, 24 Februari 2017

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

HUBI,]NGAI\ ANTARA KX,CEMASAI\ DENGAN KEIADIANHIPERTENSI PADA LATISIA DIPANTI SOSIAL TRESNA

WERDIIA PUSPAKARMA MATARAM

Yang diajukan oleh :

Baio Disn Uswandari

1100120055

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 24 Febuati2}l7

Dan dinyatakan telah merneouhi syarat

Perguji Utama

Setia Asyanti S.Psi IlrLSi

Penguji Pendamping I

Seliyo Purwanto, S.Psi.IVtSi, Psi

Penguji Peeidamping IIDr. Sri Lcstari. M.Si. Psi

11

Surakart4 24 Februari 2017

.--Nu,(r, u i{*ffi

,. Z, 1d\9 " (

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

PERNYATAAN

Dengan ini saya meayatakao bahwr dalam naskah publikasi itri tidak

terdapat karya yang pemah dinjnkan 6n1uk memperoleh gelar kesadanaan di suatu

p€rguruan tingg datr sepanjarg pengetahuan saya juga tidak terdapat kmya atau

pendapat yatrg pernah ditulis atau diterbitkan o,rang laiq kecuali secra terfirlis

diacu dalarn naskah dan disebutkat dalam daftar pustaka.

Apabila kelak tubukti ada ketidakbqaran dalam pemyataan saya di atss,

mhka 1ft6 say6 pertanggungiawabkan sepenuhnya.

llt

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

1

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dengan

kejadian hipertensi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma

Mataram. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan

positif antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Subjek dalam

penelitian ini berjumlah 76 lansia. Data dikumpulkan dengan skala kecemasan

HARS dan tensi. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Product

Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ada hubungan positif

yang signifikan antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia, dan

sumbangan efektif kecemasan terhadap hipertensi sebesar 7,07%. Peneliti

memberikan saran bagi subjek agar dapat mengontrol kecemasannya, sehingga

dapat membuat tekanan darah menjadi normal.

Kata kunci : Kecemasan, Hipertensi, Lansia

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between anxiety with hypertension

in the elderly in Social Institutions Tresna Werdha Puspakarma Mataram. The

hypothesis of this study is that there is a positive relationship between anxiety

with hypertension in the elderly. Subjects in this study amounted to 76 elderly.

Data collected by the anxiety scale Hars and tension. Data analysis technique used

is the correlation of Pearson Product Moment. Based on the results obtained there

is a significant positive relationship between anxiety with hypertension in the

elderly, and the effective contribution of anxiety to hypertension of 7.07%.

Researchers give suggestions for subjects to be able to control his anxiety, which

can make blood pressure became normal.

Keywords: Anxiety, Hypertension, Elderly

1. PENDAHULUAN

Dewasa ini penduduk lansia di seluruh dunia mengalami peningkatan

khususnya di Indonesia seperti yang di kemukakan oleh Ponorogo (2010)

bahwasanya kelompok lanjut usia (lansia) yang berumur 60 tahun keatas

mengalami pertumbuhan dengan cepat dibandingkan dengan kelompok usia

lainnya. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara

yang memasuki era penduduk berstruktur lansia (aging structured

population) karena jumlah penduduk yang berusia di atas 60 tahun sekitar

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

2

7,18 persen. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan antara lain

karena tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di

bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang

meningkat.

Menurut data BPS (2015) pada tahun 2012 Provinsi NTB memiliki

jumlah penduduk mencapai 4.6 juta jiwa dan memiliki jumlah lansia sekitar

330 ribu jiwa. Kemudian terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada

tahun 2013 yaitu 340 ribu jiwa dan tahun 2014 sebanyak 360 ribu jiwa.

Daerah Lombok sendiri memiliki jumlah lansia sebanyak 125 ribu jiwa pada

tahun 2014. Kemudian pada tahun 2015 jumlah lansia mengalami

peningkatan sebanyak 137 ribu jiwa.

Secara alamiah, proses penuaan mengakibatkan kemunduran

kemampuan fisik dan mental. Hipertensi pada lansia di seluruh dunia pada

tahun 2010 berkisar satu miliar. Di bagian Asia tercatat 38,4 juta penderita

hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang pada

tahun 2025. Menurut data Kemenkes RI (2013) prevalensi hipertensi di

Indonesia sebesar 26,5%, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan

dan/atau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa

sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan

terjangkau pelayanan kesehatan. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011

menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan

kasus riwayat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan

proporsi kasus 42,38% pria dan 57,64% wanita, serta 4,8% pasien meninggal

dunia (Muhammadun, 2010).

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Akhyar (2009) bahwa di

Indonesia, prevalensi hipertensi di kalangan lansia cukup tinggi, yaitu sekitar

40% dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Kemudian menurut

Sudjaswandi (2008) hipertensi menjadi pembunuh nomor tiga setelah diare

dan saluran nafas, angka kematian akibat penyakit jantung pada lansia dengan

hipertensi adalah tiga kali lebih sering dibandingkan lansia tanpa hipertensi

pada usia yang sama.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

3

Menurut Girsang (2013) hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah

suatu keadaan peningkatan tekanan darah di atas normal. Penyakit ini

dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui

dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.

Berdasarkan kriteria Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC-VII) yang

diterapkan di Indonesia, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika

tekanan darahnya sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg. Pendapat lain

dari Lingga (2012) menyebutkan bahwa Hipertensi atau tekanan darah tinggi

adalah kondisi kronis di mana tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh

darah bersih) meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam”

karena jarang memiliki gejala yang jelas. Satu-satunya cara mengetahui

apakah Anda memiliki hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah.

Menurut pendapat para ahli, hipertensi merupakan salah satu penyakit

mematikan yang tidak memiliki gejala pasti pada penderitanya. Setiawan

(2008) menyatakan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi hipertensi,

namun secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor

yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor yang tidak

dapat di kontrol, diantaranya adalah genetik, usia, jenis kelamin, dan etnis.

Kemudian faktor yang dapat dikontrol meliputi obesitas, aktivitas fisik,

kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, asupan garam, kafein, tinggi kolestrol,

dan kecemasan.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, kecemasan merupakan satu-

satunya faktor psikologis yang mempengaruhi hipertensi. Hal tersebut

didukung pendapat Anwar (2009) pada banyak orang kecemasan atau stres

psikososial dapat meningkatkan tekanan darah. Beberapa penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Dwinawati, Okatiranti dan Amrina membandingkan

antara tekanan darah dari orang-orang yang menderita kecemasan dengan

orang-orang yang tidak menderita kecemasan, didapatkan hasil tekanan darah

yang lebih tinggi pada kelompok penderita kecemasan dari pada kelompok

yang tidak cemas.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

4

Pada dasarnya kecemasan berupa keluhan dan gejala yang bersifat

psikis dan fisik. Gangguan ini sering dialami oleh individu yang berusia di

atas 60 tahun dan lebih banyak menyerang wanita daripada pria. Gangguan

kecemasan yang banyak dialami lansia adalah kecemasan menyeluruh. Hal

tersebut kemungkinan timbul dari persepsi bahwa mereka akan kehilangan

kendali atas kehidupannya, yang mungkin berkembang saat mereka harus

melawan penyakitnya, kehilangan orang-orang yang dicintainya, dan

mengalami penurunan dalam hal ekonomi.

Thbihari, Andreecia dan Senilo (2015) kecemasan dapat diekspresikan

melalui respons fisiologis, yaitu tubuh memberi respons dengan

mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem

saraf simpatis akan mengaktifasi respons tubuh, sedangkan sistem saraf

parasimpatis akan meminimalkan respons tubuh. Reaksi tubuh terhadap

kecemasan adalah “fight or flight” (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari

luar), bila korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf

simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan hormon epinefrin

(adrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah sehingga efeknya

adalah nafas menjadi lebih dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah

meningkat atau hipertensi.

Penelitian ini penting dilakukan karena mengingat lansia merupakan

tahap akhir dari suatu kehidupan manusia. Jadi lansia harus hidup dengan

bahagia dan sehat, dengan adanya penelitian ini kita bisa mengetahui bahwa

lansia sering mengalami kecemasan yang dapat mempengaruhi kesehatannya,

sehingga kita bisa meminimalkan kecemasan agar tekanan darah dapat

terkontrol dengan baik.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan

antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Puspakarma Mataram.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Puspakarma Mataram.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

5

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu kecemasan dan variabel

tergantung yaitu hipertensi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

lansia yang tinggal di panti sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram.

Peneliti mengambil sampel sebanyak 76 lansia dengan menggunakan teknik

Total Sampling (Sugiyono, 2007). Pengambilan sampel memiliki beberapa

kriteria, yaitu lansia yang ada di panti sosial Tresna Werdha Puspakarma

Mataram, berusia 60 tahun keatas, dapat berkomunikasi dengan baik, dan

bersedia berpartisipasi dalam penelitian (dibuktikan dengan Informed

Consent).

Pengumpulan data menggunakan skala dan tensimeter. Kecemasan

dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur

kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala

kecemasan ini diungkap berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh

Hamilton (1959) yaitu aspek psikologis yaitu (a) perasaan cemas, firasat

buruk, cemas, mudah tersinggung. (b) ketegangan: merasa cemas, letih, lebih

mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah, tidak dapat istirahat (c)

kecemasan: pandangan gelap, cemas ditinggal sendiri, cemas pada orang

asing, cemas pada binatang besar, cemas pada kerumunan orang banyak,

cemas keramaian lalu lintas (d) gangguan kecerdasan: sukar berkonsentrasi,

daya ingat buruk (e) perasaan depresi: hilang minat, sedih, perasaan berubah

setiap hari. Aspek fisiologis sebagai berikut : (a) gangguan tidur: terbangun

pada malam hari, mimpi buruk, mimpi menakutkan, tidur pulas, bila

terbangun badan lemas, sering mimpi, (b) gejala somatik atau otot-otot: nyeri

otot, kaku, kedutan, gigi gemerutuk, suara tidak stabil, (c) gejala sensorik:

penglihatan kabur, gelisah, muka merah, merasa lemas, (d) gejala

kardiovaskuler: nyeri dada, denyut nadi meningkat, merasa lemah, denyut

jantung berhenti sejenak, (e) pernafasan merasa tertekan di dada, perasaan

tercekik, sering menarik nafas pendek, (f) gangguan gastrointestinal: sulit

menelan, gangguan pencernaan, nyeri lambung, mual muntah, pernafasan

perut, (g) gangguan urogenital: tidak dapat menahan kencing, frigiditas

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

6

amenorhoe, (h) perilaku sesaat: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, muka

tegang, tonus otot meningkat, mengerutkan dahi, nafas pendek dan cepat.

Perhitungan skor pada penelitian ini menggunakan skala HARS

(Hamilton Anxiety Rating Scale) dengan lima alternatif jawaban. Skala

tersebut pernah diujicobakan pada 30 subjek di klinik Margo Husodo

Gondang Sragen, dengan hasil perhitungan dari 14 gejala didalam skala

tersebut, 14 gejala tersebut dinyatakan valid dan reliabel. Peneliti tidak

melakukan uji validitas karena skala kecemasan HARS sudah terstandar

secara internasional dengan nilai sebesar 0,93 dan uji reliabilitas sebesar 0,97

(Norman M, 2005).

Tekanan darah dapat diukur menggunakan tensimeter dan stetoskop,

untuk memperkuat hasil pengukuran maka peneliti melibatkan ahli di bidang

pengukuran tekanan darah yaitu bidan/perawat. Berdasarkan klasifikasi

tekanan darah menurut The Seventh Report of The Joint National Committee

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

(JNC 7) (dalam Yogiantoro, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik subjek

penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel I Karakteristik subjek

Karakteristik subjek Jumlah Prosentase

Usia 60-70 tahun 32 42

70-80 tahun 34 45

Jenis Kelamin Perempuan 50 65,79

Laki-laki 26 34,21

Riwayat penyakit Maag 20 26,31

Sakit kepala 20 26,31

Sakit tulang/sendi 10 13,15

Asam urat 12 15,79

Lama tinggal di panti 1-5 tahun 51 67,10

6-10 tahun 14 18,42

Pengobatan yang sedang dijalani Minum obat 62 81,58

Perlakuan Perawatan biasa 62 81,58

Dari penelitian ini didapatkan data karakteristik subjek yang menempati

panti sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram selama 1-5 tahun yang

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

7

berusia 70-80 tahun. Sebagian besar subjek berjenis kelamin perempuan,

memiliki riwayat penyakit maag dan sakit kepala yang sedang menjalani

perawatan biasa.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel II Hasil Analisis Data

Uji Asumsi Uji Normalitas Z = 1,031, sig. p= 0,238 (p>0,05)

Uji Linearitas deviation from linearity = 1,864

dengan signifikansi (p) 0,00 =

(p<0,05).

Uji Hipotesis korelasi (rxy) sebesar = 0,266 dengan

sig.=0,020 (p<0,05)

Sumbangan Efektif r2

sebesar (0,266)2

= 0,0707. SE =

7,07%

Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini

adalah analisis product moment dari Pearson. Peneliti melakukan uji asumsi

yang terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi penting dilakukan

karena analisis korelasi data harus memenuhi normal dan linear.

Dari data tabel II, yang memenuhi syarat uji hipotesis yaitu normal dan

linear. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Berdasarkan

hasil perhitungan dengan teknik product moment, diperoleh koefisien korelasi

(rxy) sebesar = 0,266 dengan sig.=0,020 (p<0,05). Hasil sumbangan efektif

yaitu sebesar 7,07%.

Dari penelitian ini, diperoleh data subjek penelitian sebanyak 76 orang

subjek atau 48 orang dari jumlah subjek pada penelitian ini berusia 60-74

tahun atau tergolong lanjut usia (elderly), 26 orang subjek dari total subjek

penelitian ini berusia 75-90 tahun atau tergolong lanjut usia tua (old), dan 2

orang subjek dari total subjek penelitian berusia 90 tahun keatas atau

tergolong lanjut usia tua (old). Hal tersebut sesuai dengan data World Health

Organization (dalam Efendi, 2009) menyatakan usia lanjut dibagi menjadi

empat kriteria yaitu usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut

usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia

sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun. Subjek penelitian di panti sosial

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

8

tresna werdha puspakarma Mataram dengan subjek berjenis kelamin

perempuan yakni sebanyak 50 orang atau 65,78% dan sisanya berjenis

kelamin laki-laki.

Subjek dalam penelitian ini memiliki riwayat penyakit seperti maag,

sakit kepala, sakit tulang atau sendi, asam urat, osteoporosis, disabilitas,

penyakit jantung, dan stroke. Adapun prosentase tertinggi terletak pada psakit

kepala yaitu 26,31%. Data tersebut dikuatkan dengan pendapat Jean, Elise dan

Keith (2012) bahwa lansia cenderung mengalami masalah kesehatan yang

disebabkan oleh penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan. Proses

penuaan merupakan proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan

meliputi perubahan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pada perubahan

fisiologis terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi

gangguan dari dalam maupun luar tubuh. Salah satu gangguan kesehatan yang

paling banyak dialami oleh lansia adalah pada sistem kardiovaskuler.

Kemudian pendapat lain dari Prawiro (2012) menyatakan seiring

bertambahnya usia maka fungsi-fungsi tubuh akan mengalami penurunan dan

mengakibatkan para lansia jatuh dalam kondisi sakit. Penurunan fungsi-fungsi

tubuh ini disebut dengan proses degeneratif. Salah satu proses degeneratif

yang terjadi adalah pada sistem kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular yang

paling banyak dijumpai pada lansia adalah penyakit jantung koroner,

hipertensi, serta penyakit jantung pulmonik.

Sumbangan efektif kecemasan terhadap hipertensi sebesar 7,07%. Hal

ini disebabkan karena kecemasan bukan faktor utama yang mempengaruhi

hipertensi. Sesuai dengan pendapat Setiawan (2008) menyatakan bahwa ada

banyak faktor yang mempengaruhi hipertensi, namun secara garis besar dapat

digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor

yang tidak dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat di kontrol, diantaranya

adalah genetik, usia, jenis kelamin, dan etnis.Kemudian faktor yang dapat

dikontrol meliputi obesitas, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, asupan garam, kafein, tinggi kolestrol, dan kecemasan. Hal tersebut

juga dikuatkan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Kadek (2016) dengan

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

9

judul penelitian hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian hipertensi pada

lansia di panti sosial tresna werdha Senjarawi Bandung dengan hasil

prosentase terbesar sebanyak 62.5% mengalami kecemasan ringan.

Terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini. Kelemahan yang

terjadi adalah sampel yang digunakan terlalu kecil, adanya kemungkinan

persepsi yang berbeda antara peneliti saat wawancara dengan responden,

kurangnya pengendalian terhadap variabel-variabel di luar penelitian dimana

variabel ini dapat mempengaruhi hasil penelitian, misalnya faktor usia, jenis

kelamin, status kesehatan dan sebagainya yang bisa mempengaruhi kecemasan

responden.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1) ada hubungan

positif yang signifikan antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram dilihat dari hasil

korelasi sebesar 0,266 dengan sig. 0,020 (p<0,05). 2) kecemasan

mempengaruhi hipertensi, dilihat dari sumbangan efektif sebesar 7,07%.

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang diperoleh dari pembahasan,

maka peneliti memberikan sumbangan saran yang diharapkan dapat

bermanfaat, yaitu 1) Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram :

Diharapkan lebih memperbanyak program kegiatan yang positif dengan para

lansia misalnya, dengan mengadakan penyuluhan tentang kesehatan dan

kegiatan senam untuk mencegah terjadinya kecemasan yang berdampak pada

hipertensi. 2) Bagi Masyarakat : bagi warga atau masyarakat khususnya lansia

yang mengalami kecemasan, disarankan agar tetap mempertahankan kesehatan,

tetap menjalin hubungan dan sosialisasi yang baik dilingkungan sekitar untuk

mencegah terjadinya kecemasan demi menjaga kualitas hidup. 3) Bagi

Penelitian Lain : disarankan pada peneliti kedepan agar memperhatikan

kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada penelitian ini.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

10

Daftar Pustaka

Anwar, A.H., Setyonegoro, K. (2009). Sebuah Pandangan Konsepsesual Dalam

Anxietas. Jakarta: Yayasan Dharma Usada.

Clark, M. (2009). Clinical Medicine, Seventh Edition, Saunders Elsever, British

Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas (ed 1). Jakarta: Salemba

Medika

Girsang, D. (2013). Hipertensi. Available from:

http://kardioipdrscm.com/5891/berita-dan-informasi/hari-kesehatan-

dunia-2013-kampanye-papdi-melawan-hipertensi[Accessed 2 Februari

2016]

Grimsrud Anna, J. Stein D, Seedat S. (2009). Journal of Public Health. The

Association between Hypertension and Depression , Vol 4 issue 5.

Hamilton, M. (1959). Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). di Akses Tanggal

20 Sept 2016. Http://pdbp.Ninds./Hamilton/Anxiety/Rating/Scale(HAM-

A).pdf.

Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta. Agro Media Pustaka.

Lubis, Namora Lumongga. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta:

KencanaPrenada Media Group.

Maryam, R.S., et al. (2008). Mengenal Usia Lanjut & Perawatannya. Jakarta:

Salemba medika.

Muhammadun. (2010). Hidup Bersama Hipertensi. Yogjakarta: In-Books.

M. Twenge J, C. Freeman E, Keith C. W. (2012). Journal of personality and social

psychology. Generational Differences in Young Adults’ Life Goals,

Concern for Others , Vol. 102 No. 5 1045-1062.

Norman, M. (2005). Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) Report. Atlanta:

Psychiatric Associates of Atlanta, LLC. (Online) tersedia dalam

http://atlantapsychiatry.com.pdf. Diakses pada Maret 2017

Reny, Y.A. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi Nanda

NIC dan NOC. Jakarta: Trans Info Medika.

Santoso & Ismail, A. (2009). Memahami Krisis Bagi Lansia. BPK Gunung

Mulia.Jakarta.

Setiawan, D. (2008). Care Your Self Hipertensi. Penebar Plus : Jakarta.

Singh T, Mn Mawiong A, Magh S, Lalhriatpuia. (2015). Journal of Dental and

Medical Sciences. Association Of Anxiety Disorder With Hypertension

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN …eprints.ums.ac.id/51225/2/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

11

And Coronary Heart disease:A Review , Volume 14 issue 4 Ver.X.

Yogiantoro, M. (2009). Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, A. W., et al eds. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam (ed 5). Jilid II. Jakarta: Interna Publishing.