hubungan antara pola pikir negatif dan kecemasan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA POLA PIKIR NEGATIF DAN KECEMASAN
BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Andina Prilajeng Nugraheni
NIM : 069114085
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
i
HUBUNGAN ANTARA POLA PIKIR NEGATIF DAN
KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA
MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA
DHARMA YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Andina Prilajeng Nugraheni
NIM : 069114085
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
iv
MOTTO
“Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang
kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah
menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”
(Markus 11:224)
Saat ku merasa tak berdaya. Saat ku merasa tak
ada jalan keluar. Namun Tuhan tetap memberikan
secercah cahaya kasih Nya untuk ku. Sehingga aku tak
merasa sendirian memanggul salib kehidupan ini.
(Andina Prilajeng Nugraheni)
Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan
kecemasan adalah kemampuan memilih pikiran yang
tepat. Orang akan menjadi lebih damai bila yang
dipikirkan adalah jalan keluar masalah.
(Mario Teguh)
Tugas kita bukanlahh untuk berhasil. Tugas kita
adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba
itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil.
(Mario Teguh)
v
Kupersembahkan karya ini untuk:
♫ The only one my luvly Jesus Christ
♫ Bunda Maria yang menjadi pengantara ku dalam
doa, sehingga terkabulnya permohonan ini
♫ Almarhum Papi ku tercinta FX. Suwandi yang selalu
mendoakan ku di surga
♫ Mami ku tercinta Enny Sugiarti yang dengan sabar
selalu mendoakan dan mendukung setiap langkahku
♫ Kakak ku tersayang yang selalu mensupport aku
♫ Luvly Abie (Yah) yang selalu mendorongku agar cepet
lulus ^_^
♫ Semua orang yang mengasihi dan mendukung ku
selama ini. Love you all.
vi
vii
HUBUNGAN ANTARA POLA PIKIR NEGATIF DAN KECEMASAN
BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Andina Prilajeng Nugraheni
ABSTRAK
Andina Prilajeng Nugraheni (2010). Hubungan antara Pola Pikir Negatif dan
Kecemasan Berbicara di Depan Umum. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola pikir negatif
dan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa psikologi universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Pola pikir negatif diidentifikasikan sebagai variabel bebas, sedangkan kecemasan
berbicara di depan umum diidentifikasikan sebagai variabel tergantung. Subjek dalam penelitian
ini adalah 100 mahasiswa psikologi universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Metode pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan dua skala pengukuran
model Likert: yaitu skala pola pikir negatif dan skala kecemasan berbicara di depan umum yang
disusun sendiri oleh penulis berdasarkan negative cognitive triad Beck (1985) dan aspek-aspek
kecemasan berbicara di depan umum Rogers (2004). Koefisien reliabilitas pada skala pola pikir
negatif sebesar 0.943 dan pada skala kecemasan berbicara di depan umum sebesar 0.932. Data
penelitian ini dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Koefisien korelasi
yang diperoleh sebesar 0,776 dengan probabilitas 0,000 (p< 0,01). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti ada hubungan positif yang signifikan antara
pola pikir negatif dan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa psikologi universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Kata kunci : pola pikir negatif, kecemasan berbicara di depan umum.
viii
THE RELATION BETWEEN MINDSET AND PUBLIC SPEAKING
ANXIETY ON COLLEGE STUDENTS FACULTY OF PSYCHOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
Andina Prilajeng Nugraheni
ABSTRACT
Prilajeng, Andina (2010). Relation between Mindset with Public Speaking Anxiety.
Yogyakarta : Faculty of Psychology Sanata Dharma University. This research is to find out the
relation between mindset and public speaking anxiety on college students faculty of psychology
Sanata Dharma university. Mindset as independent variable. Public speaking anxiety was
dependent variable. The subject of this research were one hundred college students faculty of
Psychology Sanata Dharma university. This research use purposive sampling technique and two
measuring instrument that are scale of mindset from Beck’s theory (1985) and scale of public
speaking from Roger’s theory (2004). This result of reliability scale test for mindset are 0,943 and
for public speaking anxiety are 0,932 This research data is analysed with the technique of Product
Moment from Pearson. Obtained correlation coefficient 0,776 with probability 0,000 (p< 0,01).
This research result indicate that the hypothesis accepted. This means there is significant positivity
relation between mindset with public speaking anxiety on college students faculty of psychology
Sanata Dharma university.
Keywords : mindset, public speaking anxiety
ix
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas rahmat dan berkat Tuhan Yesus Kristus yang diberikan
pada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini. Di saat penulis sudah menyerah
dan merasa semua yang dilakukan itu sia-sia, namun kuasa dan kasih Tuhan tetap
mengalir, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skiripsi ini
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Psikologi dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa
selesainya skripsi ini karena adanya bimbingan, dukungan, dan bantuan dari
berbagai pihak. Atas semuanya itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan cinta kasihNya kepada
penulis, serta berkat terkabulnya doa ini atas perantara Bunda Maria.
2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
3. Ibu Dr. Tjipto Susana selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
membantu dan memberikan saran serta kritik kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Minto Istono, S.Psi., M. Si., selaku dosen pembimbing akademik
5. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi yang telah banyak memberikan pengetahuan
dan saran tentang persoalan statistik
6. Bapak V. Didik Suryo H, S.Psi., M.Si yang banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan persoalan skripsi ini.
xi
7. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang belum
disebut. Terima kasih atas bimbingannya dalam proses belajar psikologi
selama 4 tahun ini. Tak lupa khususnya Bu Ari, Bu Tanti, dan Bu Silvy
terimakasih ya bu karena sudah mengijinkan penulis masuk kelas untuk
ambil data penelitian.
8. Seluruh staf non akademik Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma :
Pak Gie yang selalu ceria memberikan senyum yang hangat dan ramah
kepada kami. Penulis pasti akan selalu merindukan senyum pak Gie yang
dapat menentramkan hati (^_^). Mas Gandung yang selalu ramah
memberikan pelayanan di sekretariat, Mas Mujai yang selalu bersedia
membantu kami semua dalam mata kuliah tes-tes psikologi. Tetap ceria ya
mas. Penulis pasti kangen mendengar suaranya Mas Muj yang aduhai saat
nyayi, hehehehe…. Mas Doni yang setia menjaga ruang baca dan membantu
ngurus-ngurus viewer. Terimakasih ya mas….
9. Almarhum Bapak yang terkasih. Terimakasih ya pak atas cintanya yang
selalu diberikan kepada penulis. Akhirnya putrimu ini bisa mendapat gelar
sarjana psikologi, sesuai dengan harapan bapak. Penulis sangat
merindukanmu Pak. Love you so much….. Terimakasih juga buat Mami
atas cintanya, pengorbanannya dan dukungannya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan kuliah dan mendapat gelar sarjana yang sangat dimimpikan
selama ini. Maaf ya Mi kalau putrimu ini selalu menyusahkan Mami. Love
you so much.
xii
10. My only one brother, Mas Wowok. Terimakasih ya mas atas cintanya,
dukungan dan bimbingannya selama ini. Love you…. Hayuks mas segera
menyusul lulus (^_^).
11. My luvly, Abie (Yah)…Terimakasih atas cintanya selama setahun ini dan
dorongannya agar penulis cepat lulus. Nah sekarang giliran Yah ya yang
harus kerja keras biar cepet lulus. I’ll waiting for u. Love you ()
12. Mbak Nia luvlynya mas Tenang. Makasih ya mbak atas doa dan
dorongannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ayuks mbak
kapan kita ke pantai, rencana buat double date (^_^)
13. Spicy girl yang bola bali pecah. Kapan niy rekrut lagi..? Hehehehe…..
Trimakasih ya atas keceriaan kalian. Thiya, Cece Mee, Didi, Nita, Thea dan
dua pembokat (Bekti & Inem) yang selalu kompak melayani kami,
Xixixixii… Buat Nita Kentir makasih ya dah jadi partner penelitian, suka
duka kita jalani bersama, walaupun badai menghadang tetap kita terjang
terus sampai titik darah penghabisan (alay mode on, hahahahaha…) Buat
Thea tumpah ruah, makasih ya atas supportnya selama ini. Semangat ya
nyelesein skripswiitnya, sampai ketemu di panggung bulan April 2011,
hahahahaha…… Buat Bekti makasih ya dah banyak membantu dalam
penyelesaian skripsi ini. Makasih juga buat tumpangan tidurnya ya, ditunggu
lowh kontrak di Casa Grande, pasti tiap hari aku nginep disana sekalian
nemenin kamu, so swiit kan (^_^). Buat Didi semangat cari kerja di Jakarta
ya, jangan lupain kita lowh kalo ada lowongan kerja yang mapan
xiii
hehehehe…Buat Thiya, Cece Mee, n Inem ayukz smangat ngerjain
skripswitna. Kalian pasti bisa..!! Merdeka…!! (alay again…Hihihihi…)
14. Keluarga Semarang mbah kokang, budhe, bulek-bulek, om-om, dan saudara-
saudara lainnya terimakasih ya atas cinta, doa, dan dorongannya kepada
penulis selama ini. Love you all…..
15. Keluarga Jogja dan Bandung makasih ya atas doa dan supportnya selama ini.
16. Temen-temen deketku Dinda, Resti, dan Indra makasih ya dah kasih
semangat, dan menjadi sahabat yang baik bagi penulis. Moga kita selalu bisa
menjaga hubungan baik ya. Amin
17. Buat Sisri dan Megot yang selalu memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga atas kebersamaan kalian selama
2 tahun di mantan kos kita yang tercinta. Suka duka kita jalani bersama
sampai-sampai digosipin tetangga-tetangga depan dan sebelah. Susah siy ya
jadi artis, sering digosipin, hahahaha…. Pokoknya lope you all
18. Keluarga Solo yang gaul (ada budhe gaul, om n tante Toto, dan si pintar)
terimakasih atas dukungan dan kekompakan kalian ya. Kapan-kapan maen
ke satu titik Solo lagi dey….Tunggu kedatangan Andin + Nita ya….
Hehehehehe…..
19. Mahasiswa universitas Sanata Dharma Yogyakarta terimakasih atas bantuan
dan partisipasi kalian semua dalam pengambilan data ini.
20. Mahasiswa psikologi angkatan 2006, terimakasih ya atas supportnya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
xiv
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ……………………..ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ……………………………………...iii
HALAMAN MOTTO …………………………………………………………..iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………...v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………...vi
ABSTRAK ……………………………………………………………………...vii
ABSTRACT ……………...…………………………………………………… viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …...………. ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. xv
DAFTAR TABEL ……..……………………………………………………. xviii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 6
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 6
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 6
1. Manfaat Teoritis……………………………………………… 6
2. Manfaat Praktis………………………………………………. 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS……………………………………………… 8
A. Kecemasan Berbicara di Depan Umum……………………………… 8
xvi
1. Kecemasan………………………………………………………. 8
2. Kecemasan Berbicara di Depan Umum………………………….10
3. Komponen Berbicara di Depan Umum…………………………. 12
4. Faktor –faktor Kecemasan Berbicara di Depan Umum………….13
B. Pola Pikir Negatif…………………………………………………… 16
1. Pengertian Pola Pikir Negatif…………………………………… 16
2. Komponen Pola Pikir Negatif…………………………………... 19
C. Hubungan Pola Pikir Negatif dengan Kecemasan Berbicara
di Depan Umum…………………………………………………….. 21
D. Hipotesis……………………………………………………………. 25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 26
A. Jenis Penelitian……………………………………………………… 26
B. Variabel Penelitian………………………………………………….. 26
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian…………………………… 26
D. Subjek Penelitian……………………………………………………. 28
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data……………………………….. 32
1. Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum………………….. 35
2. Skala Pola Pikir Negatif………………………………………… 36
F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas…………………………….. 38
1. Validitas Alat Tes……………………………………………….. 38
2. Seleksi Item……………………………………………………... 40
a. Kecemasan Berbicara di Depan Umum…………………….. 41
b. Pola Pikir Negatif…………………………………………… 43
xvii
3. Reliabilitas………………………………………………………. 45
G. Metode Analisis Data……………………………………………….. 46
H. Prosedur Penelitian………………………………………………….. 46
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………… 48
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian………………………………. 48
B. Deskripsi Subjek ……………………………………………………. 49
C. Deskripsi Data Penelitian…………………………………………… 50
D. Analisis Data Penelitian…………………………………………….. 54
1. Uji Asumsi………………………………………………………. 54
a. Uji Normalitas………………………………………………. 54
b. Uji Linearitas………………………………………………... 55
2. Uji Hipotesis Hubungan………………………………………… 56
E. Pembahasan…………………………………………………………. 58
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 62
A. Kesimpulan ……………………...…………………………………..62
B. Saran ………………………………………………………………...62
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….....64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Pemberian Skor Skala………………………………………………35
Tabel 2 : Blue Print Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Sebelum Uji Coba………………………………………………….36
Tabel 3 : Blue Print Skala Pola Pikir Negatif Sebelum Uji Coba…………....38
Tabel 4 : Distribusi Aitem Proporsional Sahih dan Gugur pada
Skala Kecemasan Berbicara di Depan……………………………..43
Tabel 5 : Blue Print Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Setelah Uji Coba Proporsional Jumlah)…………………………...44
Tabel 6 : Distribusi Aitem Proporsional Sahih dan Gugur pada Skala
Pola Pikir Negatif…………………………………………………..45
Tabel 7 : Blue Print Skala Pola Pikir Negatif Setelah Uji Coba
(Proporsional Jumlah)……………………………………………...46
Tabel 8 : Data Subjek Penelitian……………………………………………..49
Tabel 9 : Hasil Analisis Deskriptif…………………………………………...50
Tabel 10 : Kategori dan Distribusi Skor Pola Pikir Negatif………………......52
Tabel 11 : Kategori dan Distribusi Skor Kecemasan Berbicara di Depan
Umum……………………………………………………………...53
Tabel 12 : Hasil Uji Normalitas Sebaran……………………………………...55
Tabel 13 : Hasil Uji Linearitas………………………………………………...56
Tabel 14 : Hasil Uji Korelasi Kecemasan Berbicara di Depan Umum
dengan Pola Pikir Negatif…………………………………………57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Elliot,
Kratochwill, Littlefield, Cook, dan Trevers, (2000) menyatakan bahwa
komunikasi memegang peranan dalam pemantapan pembelajaran dan perilaku
yang diharapkan, hubungan interpersonal antara guru dengan siswa,
penyampaian instruksi, bertanya, memuji dan umpan balik individu.
Selanjutnya Arismunandar (dalam Fransiska 2007) mengemukakan bahwa
komunikasi dan interaksi di dalam kelas sangat menentukan efektivitas dan
mutu pendidikan.
Bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa pada saat
proses belajar di kelas antara lain bertanya pada dosen, presentasi tugas, dan
diskusi kelompok. Semua kegiatan tersebut menuntut mahasiswa untuk
berbicara dan mengemukakan pendapat atau ide-ide secara lisan di depan
orang banyak. Begitu juga pada mahasiswa psikologi Sanata Dharma, dimana
sebagai calon psikolog, mahasiswa harus memiliki kemampuan yang baik
untuk berbicara di depan umum. Hal ini dikarenakan para lulusan psikologi
dalam dunia kerjanya seringkali berhadapan dengan banyak orang. Bidang
pekerjaan yang dapat digeluti oleh para lulusan psikologi antara lain sebagai
trainer, konsultan, staf pengajar, maupun pembicara dalam suatu program
yang berkaitan dengan psikologi. Bidang kerja sebagai konselor, terapis,
2
peneliti, dan Human Resource Development (HRD) pun membutuhkan
ketrampilan berbicara di depan umum. Misalnya seorang HRD juga memiliki
tugas mempresentasikan hasil kerjanya ketika rapat perusahaan berlangsung.
Maka dari itu sebagai seorang HRD harus memiliki ketrampilan untuk
berbicara di depan umum.
Metode pembelajaran yang seringkali diterapkan pada Fakultas
Psikologi Sanata Dharma adalah diskusi kelompok dan presentasi di depan
kelas, baik secara kelompok maupun perorangan. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk melatih para mahasiswa berbicara di depan orang banyak, sehingga
dapat menjadi bekal untuk menggeluti bidang kerja yang nanti digelutinya
setelah lulus kuliah. Akan tetapi tak jarang mahasiswa mengalami kecemasan
berbicara di depan umum baik pada saat diskusi kelompok, bertanya pada
dosen, maupun presentasi di depan kelas (hasil pengamatan dari penulis pada
bulan Februari 2010). Hal ini juga didukung dari hasil wawancara terhadap
beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Sanata Dharma. Mereka
mengungkapkan bahwa mereka merasa grogi dan takut ketika melakukan
presentasi di kelas. Ciri-ciri kecemasan yang mereka alami ini antara lain
denyut jantung yang berdetak kencang, tangan terasa dingin, dan merasa deg-
degan.
Kecemasan yang dialami oleh mahasiswa saat berbicara di depan
umum merupakan salah satu hambatan komunikasi (communication
apprehension). Burgoon dan Ruffner (1978) dalam buku “Human
Communication” menyatakan communication apprehension merupakan istilah
3
yang tepat untuk menggambarkan reaksi negatif dalam bentuk kecemasan
yang dialami seseorang dalam pengalaman komunikasinya, misalnya
kecemasan berbicara di muka umum.
Demam panggung dan kecemasan berbicara di depan umum
merupakan tipe kecemasan sosial yang umum (Nevid, Rathus, & Greene,
2003). Buss (dalam Mark, 1983) mengklasifikasikan empat tipe dalam
kecemasan sosial antara lain perasaan malu karena tidak mampu menghasilkan
perilaku yang diharapkan, kecemasan berbicara, keadaan memalukan terhadap
pelanggaran sosial yang dilakukan, dan rasa malu karena rendah diri dan
menganggap diri negatif. Kecemasan berbicara merupakan ketakutan,
ketegangan untuk berbicara di depan para pendengar. Suatu survey acak
terhadap 500 penduduk Winnipeg, Manitoba ditemukan bahwa 1 diantara 3
orang mengalami kecemasan yang berlebihan ketika berbicara di depan
umum, yang mempunyai pengaruh buruk yang cukup signifikan terhadap
hidup mereka (Nevid, Rathus, & Greene, 2003).
Kecemasan berbicara di depan umum bersifat subjektif biasanya
ditandai dengan gejala fisik dan psikologis. Gejala fisik yaitu tangan
berkeringat, jantung berdetak lebih cepat, dan kaki gemetaran. Gejala
psikologis adalah takut akan melakukan kesalahan, tingkah laku yang tidak
tenang, dan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik (Matindas, 2003). Individu
yang merasa cemas, dalam dirinya akan terjadi gangguan antisipasi atau
harapan pada masa yang akan datang. Keadaan ini ditandai dengan adanya
4
rasa khawatir, gelisah, dan individu menjadi tidak mampu menemukan
penyelesaian terhadap masalahnya (Hurlock, 1997).
Pola pikir seseorang sangat membantu dalam mengatasi masalah yang
berhubungan dengan suasana hati (mood) seperti depresi, kecemasan,
kemarahan, kepanikan, kecemburuan, rasa bersalah, dan rasa malu. Apabila
seseorang memiliki pola pikir yang positif maka individu tersebut dapat
mengatasi masalah yang berhubungan dengan suasana hati. Sebaliknya apabila
seseorang mempunyai pola pikir yang negatif, maka individu tersebut
cenderung menjadi depresi, cemas, panik, dan muncul perasaan bersalah yang
pada akhirnya akan mengganggu interaksi sosialnya. Meskipun berpikir
positif bukanlah solusi terhadap berbagai masalah kehidupan, tetapi pemikiran
akan membantu menentukan suasana hati yang dialami dalam situasi tertentu.
Begitu individu mengalami suasana hati tertentu, suasana hati tersebut akan
disertai dengan pemikiran lain yang mendukung dan memperkuat suasana hati
(Kuncoro, 2004).
Kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa mayoritas
disebabkan oleh pola pikir negatif mereka. Hal ini didukung oleh pernyataan-
pernyataan para ahli tentang faktor yang berperan dalam munculnya
kecemasan berbicara di depan umum. Guest (dalam Dewi & Andrianto, 2006)
mengungkapkan bahwa kecemasan tersebut dapat bersumber dari pola
berpikir, dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri sendiri. Nevid et al.
(2003) dalam bukunya menjelaskan bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan timbulnya kecemasan pada individu adalah pola pikir yang
5
negatif. Pola pikir yang biasa muncul ketika individu mengalami kecemasan
antara lain prediksi berlebihan terhadap rasa takut, keyakinan yang irasional,
sensitivitas berlebihan terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah
mengatribusi sinyal-sinyal tubuh, dan self efficacy yang rendah. Williams,
Watts, Macleod & Mathews (1990) mengungkapkan bahwa pada umumnya
kecemasan berbicara di depan umum lebih sering disebabkan oleh pikiran
individu tersebut yang negatif dan tidak rasional. Adapun penelitian yang telah
dilakukan oleh Dewi dan Andrianto (2006) yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan
umum pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan
untuk populasi lain karena subjek penelitian yang diambil hanya dari
mahasiswa FKIP angkatan 2003 Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hal
ini sesuai dengan pendapat dari Hadi (2000) yang menyatakan bahwa sampel
merupakan subset atau bagian dari populasi yang akan diamati, sehingga
kesimpulan dari populasi diambil dari kesimpulan yang diperoleh dari sampel.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan ini di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Osborne (2004) mengungkapkan bahwa kecemasan berbicara muncul
karena takut terhadap pendengar yaitu takut ditertawakan orang, takut bahwa
dirinya akan menjadi tontonan orang, takut bahwa apa yang akan
dikemukakan mungkin tidak pantas untuk dikemukakan, dan takut bahwa
mungkin dirinya akan membosankan. Rini (2002) mengatakan bahwa
6
perasaan ini muncul karena melemahnya rasa percaya diri sehingga dalam
pikiran seseorang muncul pikiran-pikiran negatif mengenai dirinya. Basuki
(2003) menyatakan bahwa setiap orang memiliki pola-pola pikiran tertentu
dan secara sadar atau tidak sadar mereka berusaha berperilaku untuk
mewujudkan apa yang dalam pikirannya itu. Pikiran yang kerdil akan
membuat seseorang menjadi kerdil. Seseorang yang sering mengalami
musibah, selalu cemas atau selalu memikirkan kecelakaan.
Kecemasan yang biasa terjadi lebih banyak dipengaruhi oleh pola pikir
seseorang yang menganggap dirinya tidak seperti orang lain, menilai diri
sendiri begitu tajam sehingga sekilas seseorang tidak berani mencoba sesuatu
yang tidak dikuasai dengan sangat sempurna. Bahkan beberapa orang selalu
mengingat terus menerus sesuatu yang menakutkan sehingga mereka sering
menteror diri mereka sendiri. Sebenarnya semua dapat berjalan dengan lancar
apabila seseorang tidak merasa putus asa dan tidak terlalu memikirkan hal-hal
menakutkan yang belum terjadi atau memikirkan bahwa dirinya akan gagal
(Williams, 2004).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
tentang pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum. Hal
ini disebabkan karena kecemasan berbicara di depan umum cenderung
dipengaruhi oleh pola pikir negatif orang tersebut. Beck (dalam Santosa,
1988) melalui tesisnya mengemukakan bahwa jika seseorang mengalami
kecemasan, maka orang tersebut memiliki pikiran yang tidak logis dan
negatif. Pola pikir biasanya mudah untuk dikontrol atau dikelola oleh orang
7
itu sendiri. Maka mahasiswa dapat mengubah pola pikir yang negatif menjadi
pola pikir yang rasional, sehingga dapat mencegah terjadinya kecemasan
berbicara di depan umum.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pola pikir negatif
dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa psikologi
Sanata Dharma?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara pola
pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa
psikologi Sanata Dharma.
D. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan
psikologi yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa melakukan
refleksi yang berkaitan dengan hubungan antara pola pikir negatif dengan
kecemasan berbicara di depan umum.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kecemasan Berbicara di Depan Umum
1. Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan
bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan juga dapat
diartikan sebagai respons yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan
bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi
ancaman atau jika kecemasan itu datang tanpa ada penyebabnya (Nevid, et
al, 2003).
Dalam kamus istilah (Caplin dalam Kartini Kartono, 2002)
kecemasan merupakan perasaan campuran antara ketakutan dan
keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang tanpa sebab khusus untuk
ketakutan tersebut. Daradjat (1969) menjelaskan kecemasan sebagai
manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi
ketika seseorang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan tekanan
batin (konflik).
Istilah kecemasan mengacu pada perasaan tidak nyaman atau
ketakutan, ditambah dengan beberapa gejala fisik yang tidak
menyenangkan (Frorggatt dalam Amir, 2004). Sementara itu Lazarus
(dalam Amir, 2004) mendefinisikan kecemasan menjadi 2 arti antara lain:
9
a. Kecemasan sebagai respon, digambarkan sebagai suatu pengalaman
yang dirasakan tidak menyenangkan serta diikuti dengan perasaan
gelisah, bingung, khawatir, dan takut.
b. Kecemasan sebagai intervening variable yaitu kecemasan sebagai
motivating solution, artinya situasi kecemasan tersebut dapat mendorong
individu agar dapat mengatasi masalah.
Secara umum, kecemasan dapat dibagi dalam dua kategori, yakni state
anxiety dan trait anxiety. Ketakutan yang tidak proporsional terhadap
situasi tertentu disebut dengan state anxiety. Jenis kecemasan ini
merupakan kondisi emosi yang bersifat sementara dan berlangsung untuk
situasi tertentu saja. Jenis kecemasan berikutnya adalah trait anxiety. Trait
anxiety merupakan jenis kecemasan yang lebih menetap dan menyebar ke
berbagai aspek kehidupan individu. Individu merasa cemas, kapan dan
dimana saja, jika dia menganggap sesuatu yang berbahaya akan menimpa
dirinya (Bender, Anastasi & Urbina dalam Amir, 2004). State anxiety tinggi
adalah respon individu ketika dihadapkan dengan situasi mengancam. Trait
anxiety tinggi merujuk pada kecenderungan umum individu untuk
merespon berbagai situasi (Spielberger dalam Amir, 2004).
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
kecemasan adalah suatu respon berupa perasaan takut, khawatir, gelisah,
bingung, dan tidak nyaman yang ditandai dengan gejala fisik dan
psikologis, ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang dianggap tidak
menyenangkan.
10
2. Kecemasan berbicara di depan umum
Kecemasan berbicara di depan umum merupakan perasaan takut
ketika berbicara di depan sekelompok orang, dan hal ini merupakan sesuatu
yang wajar bagi setiap individu (dalam arti semua orang memilikinya),
hanya saja satu permasalahan yang harus diselesaikan yaitu bagaimana cara
mengontrol kecemasan tersebut (Lucas dalam Anwar, 2009). Kecemasan
berbicara di muka umum diistilahkan Devito (dalam Matindas, 2003)
dengan speaker apprehension yaitu fenomena berbicara yang berpusat pada
pembicara. Menurut APA Dictionary Psychology (2006), kecemasan
berbicara di depan umum adalah ketakutan berbicara atau memberikan
presentasi di depan umum dan seseorang menganggap bahwa orang lain
menilai dirinya negatif dan memalukan.
Beaty (dalam Opt & Loffredo, 2000) menyebut kecemasan
berbicara di depan umum dengan istilah “communication apprehension”.
Beaty menjelaskan bahwa kecemasan berbicara di depan umum merupakan
bentuk dari perasaan takut atau cemas secara nyata ketika berbicara di
depan orang-orang sebagai hasil dari proses belajar sosial. McCroskey
(1984) menyebutkan ada empat jenis Communication Apprehension (CA)
yaitu CA as a trait, CA in generalized context, CA with generalized people,
CA as a state. Kecemasan berbicara di depan umum termasuk dalam jenis
CA in generalized context. Beberapa individu mengalami kecemasan hanya
pada kondisi tertentu yang menimbulkan kecemasan dalam berkomunikasi.
Penekanannya adalah bahwa fenomena kecemasan berbicara di depan
11
umum berpusat pada pembicara. Konteks yang paling banyak ditemui
adalah berbicara di depan umum (public speaking), misalnya memberikan
pidato, presentasi di depan kelas, pada saat pertemuan. Individu akan mulai
mengalami kecemasan ketika mulai membayangkan sampai
berlangsungnya pengalaman berbicara di depan umum. Kecemasan
berbicara di depan umum juga termasuk dalam kategori state anxiety. Hal
ini disebabkan kecemasan ini bersifat sementara dan berlangsung untuk
situasi tertentu saja yaitu ketika seseorang berbicara depan umum.
Berbicara di depan umum dengan pembicaraan biasa memiliki
perbedaan konteks. Konteks pembicaraan biasa, individu merasa aman
untuk menyampaikan pikiran-pikirannya. Bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pembicaraan biasa adalah adanya proses memberi dan
menerima, proses komunikasi dua arah (dialog). Pada saat berbicara di
depan umum, individu tersebut menjadi pemimpin dan memegang kendali
penuh dari banyak orang. Proses komunikasi dalam berbicara di depan
umum adalah satu arah (monolog). Ketakutan dan kecemasan berbicara di
depan umum ditandai dengan perasaan gelisah dan tertekan (Rogers dalam
Anwar, 2009).
Berdasarkan APA Dictionary Psychology (2006) kecemasan
berbicara di depan umum merupakan salah satu bentuk kecemasan sosial.
Kecemasan sosial adalah ketakutan situasi sosial (antara lain: kecemasan
dalam komunikasi interpersonal, melakukan meeting atau berkencan) yang
mana seseorang selalu menganggap hal yang memalukan selalu terjadi
12
padanya atau berpikiran bahwa orang lain selalu menilai dirinya secara
negatif (misalnya: seseorang yang berpikiran bahwa dirinya bodoh).
Kecemasan berbicara di depan umum bersifat subjektif biasanya
ditandai dengan gejala fisik dan psikologis. Gejala fisik yaitu tangan
berkeringat, jantung berdetak lebih cepat, dan kaki gemetaran. Gejala
psikologis adalah takut akan melakukan kesalahan, tingkah laku yang tidak
tenang, dan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik (Matindas, 2003).
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa
kecemasan berbicara di depan umum adalah kecemasan yang dialami
seseorang ketika dihadapkan pada situasi tertentu (saat berbicara di depan
umum) dan beranggapan bahwa orang lain menilai dirinya negatif.
Kecemasan ini biasanya ditandai dengan gejala fisik dan psikologis.
3. Komponen kecemasan berbicara di depan umum
Rogers (2004) membagi komponen kecemasan berbicara di depan
umum menjadi tiga yaitu:
a. Komponen fisik yang biasanya dirasakan jauh sebelum memulai
pembicaraan. Komponen fisik ini meliputi perilaku yang tampak ketika
seseorang mengalami kecemasan berbicara di depan umum. Gejala fisik
tersebut dapat berbeda tiap orangnya. Beberapa contoh gejala fisik yang
dimaksud adalah berbicara terbata-bata, suara yang bergetar, kaki
gemetar, berkeringat, sulit untuk bernafas, dan hidung berlendir.
b. Komponen proses mental misalnya: sering mengulang kata atau
kalimat, hilang ingatan secara tiba-tiba sehingga sulit untuk mengingat
13
fakta secara tepat dan melupakan hal-hal yang sangat penting. Selain itu
juga tersumbatnya pikiran sehingga membuat individu yang sedang
berbicara tidak tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya.
c. Komponen emosional meliputi adanya perasaan tidak mampu, rasa
takut yang biasa muncul sebelum individu tampil dan rasa kehilangan
kendali. Biasanya secara mendadak muncul rasa tidak berdaya seperti
anak yang tidak mampu mengatasi masalah, munculnya rasa panik dan
rasa malu setelah berakhirnya pembicaraan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan
umum
Kecemasan berbicara di depan umum dipengaruhi oleh beberapa
faktor. McIntyre dan Thivierge (dalam Roarch, 1999) menemukan bahwa
ciri umum ektraversi, kestabilan emosi, dan intelektualitas secara signifikan
berhubungan dengan kecemasan berbicara di depan umum. Faktor lain
yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum adalah citra raga
individu (Triana, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa
Universitas Islam Indonesia menunjukkan bahwa semakin positif citra raga
individu maka semakin rendah kecemasannya dalam berbicara di depan
umum. Sebaliknya semakin negatif citra raga individu, maka kecemasan
berbicara di depan umum semakin tinggi.
Matindas (2003) mengungkapkan bahwa keyakinan atau
kepercayaan diri seseorang sangat berpengaruh terhadap kecemasannya di
depan umum. Ketidakyakinan yang muncul dalam bentuk rasa takut atau
14
cemas menandakan adanya ketegangan yang sangat besar dalam dirinya.
Ketegangan inilah yang menyebabkan tersumbatnya memori atau
terganggunya kemampuan mengingat, keluar keringat dingin dan jantung
berdebar.
Rogers (2004) mengungkapkan bahwa faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kecemasan berbicara di depan umum adalah pola
pikir yang keliru. Seseorang yang hendak berbicara di depan umum
berpikir bahwa dirinya sedang “diadili”, merasa bahwa penampilan dan
gerak-gerik serta ucapannya sedang menjadi perhatian banyak orang. Hal
yang senada juga diungkapkan oleh Dewi dan Andrianto (2006) melalui
penelitiannya yang menunjukkan adanya hubungan antara pola pikir
dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhamadiyah Purwokerto.
Burgoon & Ruffner (1978) dalam bukunya yang berjudul “Human
Communication” mengungkapkan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kecemasan berbicara di depan umum adalah kurangnya
pengalaman atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan yang
dirasakan individu. Hal ini mengakibatkan individu cenderung mempunyai
pola pikir negatif dan kemudian menghindari bicara di depan umum.
Individu meyakini bahwa kejadian yang buruk akan terjadi. Meskipun pada
kenyataannya tidak semuanya pikirannya akan menjadi kenyataan
(McCroskey, 1984).
15
Selain itu Opt dan Loffredo (2000) melakukan penelitian yang
menunjukkan adanya tiga faktor kecemasan berbicara di depan umum,
antara lain:
a. Individu ekstravert dan introvert
Individu yang ekstravert mempunyai kecemasan berbicara di depan
umum yang lebih rendah daripada individu yang introvert. Alasannya,
individu yang ekstravert lebih senang bergaul dengan siapa saja,
mereka lebih menyukai komunikasi face to face dan juga mengambil
kesempatan dalam sebuah kelompok. Individu yang introvert tidak
banyak berkomunikasi dengan orang-orang apalagi jika harus
berbicara di depan banyak orang.
b. Individu yang melihat sesuatu dengan intuisi (intuitors) atau dengan
panca indra (sensors).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intuitors mempunyai
kecemasan yang rendah daripada sensors ketika berbicara di depan
umum. Intuitors sangat mentolerir adanya perbedaan pendapat.
Sedangkan sensors memandang sesuatu seperti yang dilihatnya, tanpa
memikirkannya lebih jauh. Hal ini yang akan menghasilkan
kecemasan.
c. Individu yang menggunakan pola pikir positif mempunyai kecemasan
yang lebih rendah daripada individu yang berpola pikir negatif.
Individu yang berpola pikir positif akan melihat segala hal dari sisi
positif, suka bekerja keras, dan dapat mengendalikan emosinya ketika
16
berbicara di depan umum. Individu dengan pola pikir negatif lebih
menggunakan perasaannya, lebih mudah stress, dan mengekspresikan
kecemasan karena selalu focus pada pendapatnya sendiri.
B. Pola Pikir Negatif
1. Pengertian pola pikir negatif ketika berbicara di depan umum
Pola adalah suatu urutan aktivitas netral yang dapat diulang. Dalam
praktik. Pola adalah setiap konsepsi, gagasan, buah pikiran atau kesan yang
senantiasa dapat diulang-ulang. Suatu pola dapat menyatu pada urutan
konsepsi dan gagasan yang dapat diulang-ulang. Suatu pola dapat pula
menyatu pada susunan pola yang lain, yang secara bersama-sama
membentuk suatu pendekatan terhadap suatu masalah, segi pandangan dan
cara untuk mengamati sesuatu. Pola selalu merupakan pola buatan yang
diciptakan oleh pikiran. Pikiran adalah suatu sistem pembuat pola (Bono,
dalam Sutoyo, 1987).
Berpikir dapat didefinisikan sebagai proses menghasilkan
representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang
melibatkan interaksi secara komplek antara atribut-atribut mental seperti
penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah (Glass,
Holyoak & Solso dalam Suharnan, 2005).
Berpikir merupakan eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara
sadar dalam mencapai suatu tujuan (Bono dalam Sutoyo, 1987). Menurut
Bruno (1989) berpikir adalah aktivitas mental yang berbentuk pemrosesan
17
informasi secara kognitif dengan memanfaatkan persepsi, konsep-konsep,
simbol-simbol, dan gambar.
Definisi berpikir menurut APA Dictionary Psychology (2006) yaitu
aktivitas kognitif berupa gagasan, gambaran, proses mental atau
pengolahan informasi dari pengalaman dan manipulasi. Aktivitas berpikir
ini meliputi membayangkan sesuatu, mengingat, pemecahan masalah,
mimpi, asosiasi bebas, pembentukan skema dan proses lainnya. Pikiran
memiliki dua karakteristik yaitu:
1) Berpikir merupakan aktivitas yang tidak tampak dan tidak dapat diamati
secara langsung tetapi dapat diduga melalui perilaku atau penilaian diri
2) Berpikir merupakan proses simbolis yang meliputi proses symbol mental
atau gambaran alami yang tidak jelas dan kontroversial
Komponen dasar di dalam berpikir (Mayer dalam Solso, 1988) antara lain:
a. Berpikir adalah aktivitas kognitif yang terjadi di dalam mental atau
pikiran seseorang, tidak tampak tetapi dapat disimpulkan berdasarkan
perilaku yang tampak.
b. Berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi
pengetahuan di dalam sistem kognitif. Pengetahuan yang pernah dimiliki
(tersimpan di dalam ingatan) digabungkan dengan informasi sekarang
sehingga mengubah pengetahuan seeorang mengenai situasi yang sedang
dihadapi
c. Aktivitas berpikir diarahkan untuk menghasilkan pemecahan masalah.
18
Pola pikir menurut Williams (2004) merupakan kecenderungan
manusiawi yang dinamis sehingga dapat berpengaruh terhadap kehidupan.
Pola pikir seseorang dapat membantu dalam menyelesaikan masalahnya,
dapat pula merugikannya. Pola pikir tersebut dibagi menjadi dua antara
lain:
a. Pola pikir positif yaitu kecenderungan individu untuk memandang
segala sesuatu dari segi positifnya dan selalu berpikir optimis
terhadap lingkungan serta dirinya sendiri. Pola pikir inilah yang
dapat membantu individu dalam mengatasi masalahnya.
b. Pola pikir negatif yaitu kecenderungan individu untuk memandang
segala sesuatu dari sisi negatif. Individu dengan pola pikir negatif
selalu menilai bahwa dirinya tidak mampu, terus-menerus
mengingat hal-hal yang menakutkan. Pola pikir negatif lebih
memberikan dampak yang merugikan bagi kehidupan individu.
Reaksi emosional diakibatkan oleh cara berpikir seseorang. Pada saat
seseorang mempunyai pemikiran tertentu dan meyakininya, maka orang itu
akan mengalami respon emosional seketika. Jadi pemikiran seseorang dapat
menciptakan suatu emosi (Burns, dalam Wong, 1993)). Hal senada juga
diungkapkan oleh Beck (1979 dalam Santosa 1988) melalui tesisnya yaitu
jika seseorang mengalami depresi atau kecemasan, maka orang tersebut
memiliki pikiran yang tidak logis dan negatif.
Beck (1985) menjelaskan bahwa gangguan pikiran dapat
menimbulkan gangguan emosional. Individu dengan motivasi rendah dan
19
takut akan kegagalan, maka pemikirannya selalu dipenuhi ketakutan
terhadap kegagalan. Mereka memandang masa depannya dengan rasa
pesimis, yang dilihat hanya adanya kemungkinan untuk gagal. Interpretasi
terhadap dirinya negatif, pesimis, takut akan kegagalan, dan kurang
memiliki keinginan untuk meraih sukses. Pikiran-pikiran akan kemungkinan
kegagalan, adanya rasa pesimis dapat menimbulkan gangguan emosi.
Menurut Leary (1983) pola pikir negatif ketika berbicara di depan
umum merupakan pikiran atau keyakinan irasional yang menyebabkan
individu mengalami kecemasan sosial (kecemasan berbicara di depan
umum). Pernyataan ini didukung oleh Rogers (2004) yang mengungkapkan
bahwa pola pikir yang keliru mempengaruhi kecemasan berbicara di depan
umum. Seseorang yang hendak berbicara di depan umum berpikir bahwa
dirinya sedang “diadili”, merasa bahwa penampilan dan gerak-gerik serta
ucapannya sedang menjadi perhatian banyak orang.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa pola
pikir negatif ketika berbicara di depan umum adalah buah pikiran individu
yang memandang dirinya dari sudut pandang negatif dan tidak logis ketika
berbicara di depan umum sehingga dapat menimbulkan kecemasan.
2. Komponen pola pikir negatif
Menurut Beck (1967) terdapat tiga pola pikir negatif yang biasa
disebut tritunggal tata kognitif negatif (negatif cognitive triad). Komponen
pola pikir negatif tersebut antara lain:
20
a. Pandangan negatif terhadap diri adalah menginterpretasi atau
memandang dirinya secara negatif.
Misalnya: Saya bodoh, tidak berguna, tidak berharga, gagal
b. Pandangan negatif terhadap dunia dan kejadian yang menimpa dirinya
berisi penolakan-penolakan dan kegagalan-kegagalan
Contohnya: tidak ada harapan yang bagus, kehidupan hanya berupa
rangkaian percobaan
c. Pandangan negatif terhadap masa depannya merupakan anggapan dan
pandangan negatif akan masa depannya
Misalnya: Saya tidak mampu membuat suatu perubahan dan akan selalu
seperti ini.
C. Hubungan antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di
depan umum
Kecemasan adalah perasaan yang dialami seseorang ketika berpikiran
tentang sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi atau akan timbul
karena berbagai alas an dan situasi. Kecemasan menimbulkan rasa tidak
enak, sehingga membuat seseorang ingin lari dari kenyataan dan enggan
untuk berbuat sesuatu. Kecemasan ditandai dengan gejala-gejala fisik yang
tidak menyenangkan (Priest, 1991).
Kecemasan terdiri dari beberapa macam, salah satu bentuk kecemasan
adalah kecemasan sosial. Berdasarkan APA Dictionary Psychology (2006)
kecemasan sosial yaitu ketakutan situasi sosial (antara lain: kecemasan dalam
21
komunikasi interpersonal, melakukan meeting atau berkencan) dan seseorang
selalu menganggap hal yang memalukan selalu terjadi padanya atau
berpikiran bahwa orang lain selalu menilai dirinya secara negatif (misalnya:
seseorang yang berpikiran bahwa dirinya bodoh). Kecemasan berbicara di
depan umum merupakan salah satu bentuk kecemasan sosial.
Kecemasan berbicara di depan umum merupakan perasaan takut ketika
berbicara di depan sekelompok orang, dan hal ini merupakan sesuatu yang
wajar bagi setiap individu (dalam arti semua orang memilikinya), hanya saja
satu permasalahan yang harus diselesaikan yaitu bagaimana cara mengontrol
kecemasan tersebut (Lucas, 1989). Kecemasan berbicara di depan umum bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Rogers (2004) mengungkapkan bahwa
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecemasan berbicara di depan
umum adalah pola pikir yang negatif. Seseorang yang hendak berbicara di
depan umum berpikir bahwa dirinya sedang “diadili”, merasa bahwa
penampilan dan gerak-gerik serta ucapannya sedang menjadi perhatian
banyak orang.
Ellis (1970) mengungkapkan teori rasional-emotif yang berasumsi
bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Pikiran dan emosi
merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam praktiknya
kedua hal itu saling terkait. Banyak perilaku emosional individu yang
berpangkal pada selftalk yaitu seseorang yang mengatakan kepada diri sendiri
tentang pikiran dan emosi yang bersifat negatif. Teori rasional-emotif ini
menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi dan bertindak secara
22
stimulant. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan
biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik. Emosi
disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang
dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang
intrinsik. Pikiran-pikiran dapat menjadi emosi bagi seseorang. Emosi-emosi
adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berpikir buruk tentang sesuatu,
maka kita pun akan merasakan sesuatu itu sebagai hal yang buruk dan dapat
menimbulkan suatu tindakan yang buruk pula.
Beck (1967) juga mengungkapkan bahwa seseorang yang mengalami
depresi atau kecemasan, disebabkan orang tersebut memiliki pikiran yang
tidak logis dan negatif. Beck (1967) menjelaskan bahwa gangguan pikiran
dapat menimbulkan gangguan emosional. Gangguan emosi seperti depresi
dan kecemasan dapat bersumber dari tri tunggal yang negatif yaitu konsep
negatif mengenai pengalaman hidupnya, interpretasi negatif mengenai
dirinya dan interpretasi negatif mengenai masa depannya. Pola pikir yang
negatif dapat mempengaruhi mood seseorang menjadi negatif dan
menimbulkan perilaku seseorang sesuai dengan pikiran dan perasaan yang
dialami orang itu. Jadi individu yang memiliki kecemasan yang tinggi saat
berbicara di depan umum, pikirannya akan selalu dipenuhi oleh ketakutan-
ketakutan untuk gagal. Mereka memandang masa depannya tidak dengan rasa
optimis, yang dilihat hanya adanya kemungkinan untuk gagal. Interpretasi
terhadap dirinya negatif, mereka memandang dirinya dengan rasa pesimis,
dan ada rasa takut untuk gagal. Pikiran-pikiran akan kemungkinan kegagalan,
23
adanya rasa pesimis dapat mengganggu emosi mereka dan dapat
menimbulkan gangguan emosi seperti kecemasan berbicara di depan umum.
Gangguan emosi tersebut menghasilkan perilaku yang mencerminkan
kecemasan berbicara di depan umum.
24
Gambar 1. Skema Hubungan Antara Pola Pikir Negatif dan Kecemasan
Berbicara di Depan Umum
D. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan positif antara pola pikir negatif dan kecemasan berbicara di
depan umum pada mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma
Mahasiswa Psikologi
Saat Berbicara di Depan Umum
Pola Pikir Negatif Tinggi
- Saya yakin presentasi yang akan saya lakukan pasti gagal
- Saya tidak kompeten untuk berbicara di depan umum
Perasaan Cemas Tinggi
- Saya merasa takut melakukan presentasi di depan kelas
- Saya merasa tidak mampu menjawab pertanyaan dari teman-
teman
Perilaku Cemas Tinggi
- Tangan gemetar ketika berbicara di depan umum
- Saya terbata-bata dalam menyampaikan materi presentasi
Pola Pikir Negatif Rendah
- Saya yakin presentasi yang akan saya lakukan pasti berhasil
- Saya cukup kompeten dalam berbicara di depan umum
Perasaan Cemas Rendah
- Saya merasa tenang saat melakukan presentasi
- Saya merasa mampu menjawab pertanyaan dari teman-teman
Perilaku Cemas Rendah
- Saya tetap bersikap tenang ketika berbicara di depan umum
- Saya dapat menyampaikan materi presentasi dengan lancar
25
Yogyakarta. Semakin tinggi tingkat pola pikir negatif, semakin tinggi pula
tingkat kecemasan berbicara di depan umum.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian
korelasional merupakan penelitian yang berbentuk hubungan antara dua
variabel. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki variasi pada
satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain
berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2009).
B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan symbol yang nilainya dapat bervariasi, yaitu
angkanya dapat berbeda-beda dari satu subjek ke subjek yang lain atau
dari objek ke objek yang lainnya (Azwar, 2009). Menurut Arikunto (1998)
variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti
yaitu:
1. Variabel bebas : Pola pikir negatif
2. Variabel tergantung : Kecemasan berbicara di depan umum
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal
yang didefinisikan dan dapat diamati. Penyusunan definisi ini penting
27
karena sebagai acuan untuk merujuk data yang akan digunakan dalam
penelitian (Suryabrata, 2000).
1. Kecemasan berbicara di depan umum
Kecemasan berbicara di depan umum adalah kecemasan yang
dialami seseorang ketika dihadapkan pada situasi tertentu (saat
berbicara di depan umum) dan beranggapan bahwa orang lain menilai
dirinya negatif. Kecemasan ini biasanya ditandai dengan gejala fisik
dan psikologis.
Kecemasan berbicara di depan umum diukur dengan menggunakan
skala kecemasan berbicara di depan umum yang disusun sendiri oleh
peneliti berdasarkan komponen-komponen kecemasan berbicara di
depan umum yang dikemukakan oleh Rogers (2004). Komponen-
kompenen kecemasan berbicara di depan umum tersebut antara lain:
komponen fisik, komponen proses mental, dan komponen emosional.
Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari skala kecemasan berbicara di
depan umum berarti semakin tinggi pula kecemasan berbicara yang
dimiliki dan sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh dari skala
kecemasan berbicara di depan umum menunjukkan semakin rendah
pula kecemasan berbicara yang dimiliki.
2. Pola pikir negatif ketika berbicara di depan umum
Pola pikir negatif ketika berbicara di depan umum adalah buah
pikiran individu yang memandang dirinya dari sudut pandang negatif
28
dan tidak logis ketika berbicara di depan umum sehingga dapat
menimbulkan kecemasan.
Pola pikir negatif diukur dengan menggunakan skala yang disusun
sendiri oleh peneliti yang mengacu pada negative cognitive triad yang
dikemukakan oleh Beck (1967). Negative cognitive triad adalah
pandangan negatif terhadap diri sendiri, pandangan negatif terhadap
dunia dan kejadian yang menimpa dirinya, pandangan negatif terhadap
masa depannya. Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari skala pola
pikir negatif berarti semakin tinggi pula pola pikir negatif yang
dimiliki. Semakin rendah nilai yang diperoleh dari skala pola pikir
negatif menunjukkan semakin rendah pula pola pikir negatif yang
dimiliki.
D. Subjek Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian
merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Populasi adalah
sejumlah individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama (Hadi,
2000). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan
populasi yang dinamai sampel. Sampel merupakan sebagian dari
populasi atau sebagian penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah
populasi. Sampel sedikitnya harus memiliki sifat yang sama dengan
29
populasi. Syarat utama agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan
maka sebaiknya sampel penelitian harus benar-benar mencerminkan
keadaan populasinya atau dengan kata lain harus benar-benar
representataif (Hadi, 2000).
2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk
mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur
tertentu, dalam jumlah yang sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat
dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat
mewakili populasi (Hadi, 2000).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2007).
Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah teknik
sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). Teknik
purposive sampling merupakan suatu teknik pencarian sampel
penelitian yang didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 1996).
30
Karakteristik sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain:
a. Mahasiswa Fakultas Psikologi yang masih terdaftar di Universitas
Sanata Dharma angkatan 2001 s/d 2009
b. Tidak sedang dalam masa Penundaan Kegiatan Akademik (PKA).
3. Jumlah Sampel Penelitian
Secara tradisional, statistik menganggap jumlah sampel yang lebih
dari 60 orang sudah cukup banyak (Azwar, 2007). Penentuan jumlah
sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan
proporsional. Proportional sample adalah sampel yang terdiri dari sub-
sub sampel yang perimbangannya mengikuti perimbangan sub-sub
populasi (Hadi, 2004). Menurut Azwar (1997), penggunaan pendekatan
proporsional ini, subjek dalam setiap subkelompok atau strata harus
diketahui perbandingannya lebih dahulu. Kemudian ditentukan
presentase besarnya sampel dari keseluruhan populasi. Presentase atau
proporsi ini lalu diterapkan dalam pengambilan sampel bagi setiap
subkelompok atau stratanya. Pada penelitian ini, masing-masing
angkatan (2001-2009) dihitung menjadi bentuk persen berdasarkan
jumlah total mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Hasil data persen tiap-tiap angkatan tersebut diolah lagi
dan ditentukan jumlah mahasiswa yang akan dijadikan subjek penelitian
dari masing-masing angkatan. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian
yang dilakukan dapat bersifat representatif dari populasi. Cara ini dapat
31
memberi landasan generalisasi yang lebih dapat
dipertanggungjawabkan daripada apabila tanpa memperhitungkan besar
kecilnya sub populasi dan tiap-tiap sub populasi (Narbuko & Achmadi,
2004). Berikut ini cara perhitungan proporsional jumlah sampel:
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =jumlah mahasiswa per angkatan
jumlah seluruh mahasiswa 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘 = Persentase 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙
Penentuan jumlah subjek per angkatan mahasiswa psikologi Sanata
Dharma antara lain:
a. Angkatan 2001
Persentase =8
678 𝑥 100 % = 1.1 %
Jumlah subjek = 1.1 % 𝑥 100 = 1 orang
b. Angkatan 2002
Persentase =23
678 𝑥 100 % = 3.4 %
Jumlah subjek = 3.4 % 𝑥 100 = 3.4 = 3 orang
c. Angkatan 2003
Persentase =35
678 𝑥 100 % = 5.2 %
Jumlah subjek = 5.2 % 𝑥 100 = 5.2 = 5 orang
d. Angkatan 2004
Persentase =42
678 𝑥 100 % = 6.2 %
Jumlah subjek = 6.2 % 𝑥 100 = 6.2 = 6 orang
32
e. Angkatan 2005
Persentase =57
678 𝑥 100 % = 8.4 %
Jumlah subjek = 8.4 % 𝑥 100 = 8.4 = 8 orang
f. Angkatan 2006
Persentase =91
678 𝑥 100 % = 13.4 %
Jumlah subjek = 13.4 % 𝑥 100 = 13.4 = 14 orang
g. Angkatan 2007
Persentase =139
678 𝑥 100 % = 20.5 %
Jumlah subjek = 20.5 % 𝑥 100 = 20.5 = 21 orang
h. Angkatan 2008
Persentase =148
678 𝑥 100 % = 21.8 %
Jumlah subjek = 21.8 % 𝑥 100 = 21.8 = 22 orang
i. Angkatan 2009
Persentase =135
678 𝑥 100 % = 19.9 %
Jumlah subjek = 19.9 % 𝑥 100 = 19.9 = 20 orang
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini melakukan metode pengumpulan data dengan
menggunakan skala. Metode skala digunakan mengingat data yang ingin
diukur berupa konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak
33
langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam
bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2000).
Menurut Hadi (2002), skala psikologis mendasarkan diri pada
laporan-laporan pribadi (self report). Selain itu skala psikologis memiliki
kelebihan dengan asumsi sebagai berikut:
1) Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya
2) Apa yang dikatakan subjek tentangnya kepada peneliti adalah
benar dan dapat dipercaya
3) Interpretasi subyek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan
sama dengan apa yang dimaksud dengan peneliti
Selain itu metode skala psikologis digunakan dalam penelitian atas
dasar pertimbangan:
1) Metode skala psikologis merupakan metode yang praktis
2) Dalam waktu yang relatif singkat dapat dikumpulkan data yang
banyak
3) Metode skala psikologis merupakan metode yang dapat
menghemat tenaga dan ekonomis
Penelitian ini menggunakan model skala Likert. Penskalaan ini
merupakan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan
distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2000).
Prosedur penskalaan dengan metode Likert didasari oleh dua asumsi yaitu:
a) Setiap pernyataan sikap yang disepakati sebagai pernyataan yang
favorable (mendukung) atau yang unfavorable (tidak mendukung)
34
b) Jawaban dari individu yang mempunyai sikap positif harus diberi
bobot yang lebih tinggi dari jawaban yang diberikan oleh
responden yang mempunyai sikap negatif
Skala-skala dalam penelitian ini tidak menyediakan alternative
jawaban tengah atau netral, tujuannya antara lain (Azwar, 2004a):
1. Untuk menghindari adanya responden yang ragu-ragu dalam
menjawab, sebab ada kemungkinan terjadi bahwa responden belu
dapat memutuskan jawaban, sehingga untuk mendapatkan posisi
yang aman kemudian memilih jawaban tengah atau netral
Keadaan ragu-ragu (undecided) itu memiliki arti adanya
jawaban ganda, yaitu dapat diartikan belum memutuskan atau
member jawaban yang sesuai dengan kondisi yang dirasakan atau
dapat juga diartikan memihak pada kondisi netral, yaitu tidak
mampu membedakan munculnya kondisi-kondisi yang tertulis
dalam masing-masing butir pertanyaan, sehingga memberikan
jawaban kearah ragu-ragu. Alternative jawaban ganda arti (multi
interpretable) ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu
instrumen
2. Agar responden lebih tegas dalam memilih dan menentukan
jawaban. Hak tersebut dimaksudkan karena tersedianya alternative
jawaban tengah dapat menggiring kebebasan subyek dalam
menjawab kecenderungan ke arah jawaban tengah (central
35
tendency effect), terutama bagi subyek yang ragu-ragu untuk
menentukan arah kecenderungan jawabannya.
Alternative jawaban serta nilai atau skor dalam pernyataan favorable
atau non favorable dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 1
Skor Jawaban untuk Skala
Jawaban Pernyataan
Favorabel Unfavorabel
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Tidak Setuju (TS) 2 3
Setuju (S) 3 2
Sangat Setuju (SS) 4 1
Jawaban pada tiap item diskor berdasarkan nilai kategori jawaban
yang telah ditentukan pada tabel di atas. Kemudian seluruh skor tersebut
dijumlahkan dan didapat nilai skor total subyek pada skala.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua buah
skala, antara lain:
1. Skala kecemasan berbicara di depan umum
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kecemasan berbicara di
depan umum adalah skala kecemasan berbicara di depan umum yang
dirancang sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan pada komponen-
komponen kecemasan berbicara di depan umum yang dikemukakan
oleh Rogers (2004), meliputi:
a. Komponen fisik
b.Komponen proses mental
36
c. Komponen emosional
Skala ini bertujuan untuk mengungkap tingkat kecemasan pada
saat berbicara di depan umum. Semakin tinggi skor total yang
dicapai subyek berarti semakin tinggi tingkat kecemasan yang
dimiliki subyek ketika harus berbicara di depan umum. Sebaliknya
semakin rendah skor yang dicapai subyek maka semakin rendah pula
tingkat kecemasan yang dimiliki subyek pada saat berbicara di depan
umum.
Penyusunan alat ukur tersebut dijabarkan dalam bentuk Blueprint
pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Blue Print Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum Sebelum Uji
Coba
No. Aspek
Aitem
Jumlah No Aitem
Favorable
No. Aitem
Unfavorable
1. Komponen
fisik
1,5,7,14,17,22
,26,34
11,16,25,31,35
,37,39
15
2. Komponen
proses mental
4,9,12,15,32,3
3,40,41
6,19,21,23,27,
38,42
15
3. Komponen
emosional
2,3,18,24,28,3
6,43,44
8,10,13,20,29,
30,45
15
TOTAL 45
2. Skala pola pikir negatif
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur pola pikir negatif
adalah skala pola pikir negatif yang dirancang sendiri oleh peneliti
37
dengan berdasarkan pada komponen-komponen pola pikir negatif yang
dikemukakan oleh Beck (1967), meliputi:
a. Pandangan negatif terhadap diri adalah menginterpretasi atau
memandang dirinya secara negatif.
b. Pandangan negatif terhadap dunia dan kejadian yang menimpa
dirinya berisi penolakan-penolakan dan kegagalan-kegagalan
c. Pandangan negatif terhadap masa depannya merupakan anggapan
dan pandangan negatif akan masa depannya
Skala ini bertujuan untuk mengungkap tingkat pola pikir negatif.
Semakin tinggi skor total yang dicapai subyek berarti semakin tinggi
tingkat pola pikir negatif yang dimiliki subyek ketika harus berbicara
di depan umum. Sebaliknya semakin rendah skor yang dicapai subyek
maka semakin rendah pula tingkat pola pikir negatif yang dimiliki
subyek pada saat berbicara di depan umum.
Penyusunan alat ukur tersebut dijabarkan dalam bentuk Blueprint
pada tabel berikut ini:
38
Tabel 3
Blue Print Skala Pola Pikir Negatif Sebelum Uji Coba
No. Aspek
Aitem
Jumlah No Aitem
Favorable
No. Aitem
Unfavorable
1. Pandangan
negatif terhadap
diri sendiri
1,11,20,22,26,
27,30,36,39
3,9,16,29,34,
38
15
2. Pandangan
negatif terhadap
dunia dan
kejadian yang
menimpa
dirinya
5,10,12,14,17,
19,40,41
6,13,15,21,2
8,37,42
15
3. Pandangan
negatif terhadap
masa depan
2,7,8,18,24,31
,32,33,35,43,4
4
4,23,25,45 15
TOTAL 45
Skala-skala tersebut termasuk skala langsung karena subyek yang
diselidiki mengisi sendiri jawaban-jawaban dari pertanyaan dalam skala
ini. Skala ini juga termasuk skala tertutup karena jawaban skala telah
dibatasi dan ditentukan oleh peneliti. Subyek penelitian tidak diberi
kesempatan untuk memberi jawaban lain dari jawaban yang tersedia
(Nawawi, 2001).
Sebelum kedua alat ukur ini digunakan dalam pengambilan data
penelitian, peneliti melakukan uji coba terlebih dahulu. Pelaksanaan uji
coba ini bertujuan untuk mengetahui kualitas item dan pengujian
reliabilitas alat ukur. Uji coba alat ukur ini dilaksanakan pada tanggal 19 –
22 Juli 2010 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta kampus Paingan.
Subjek uji coba adalah individu yang memiliki karakteristik sama dengan
39
karakteristik subjek untuk data penelitian yaitu mahasiswa Sanata Dharma.
Subjek dalam uji coba alat ukur ini sebanyak 65 mahasiswa.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini yaitu peneliti membagikan skala
kepada mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Kemudian peneliti
meminta subjek untuk menandatangani persetujuan keterlibatan subjek
dalam penelitian ini. Penandatangan tersebut bertujuan untuk memenuhi
kode etik penelitian bahwa keterlibatan subjek bersifat sukarela tanpa
paksaan. Subjek juga diminta untuk mengisi identitas dan mengisi jawaban
atas pernyataan-pernyataan dalam skala. Proses pengisian skala ini tidak
ada batasan waktunya.
F. Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas
1) Validitas alat tes
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud pengukuran tersebut (Azwar, 2001). Jika suatu tes memiliki
validitas yang tinggi berarti tes tersebut juga memiliki kecermatan
yang tinggi pula yaitu kecermatan dalam mendeteksi perbedaan-
perbedaan yang kecil pada atribut yang diukur (Azwar, 2004b). Pada
penelitian ini pengukuran validitas tes menggunakan jenis validitas isi
(content validity).
40
Validitas isi adalah validitas yang dipandang dari segi isi skala,
yaitu sejauh mana skala tersebut isinya telah dianggap dapat
mengukur hal-hal yang mewakili keseluruhan tentang hal-hal yang
hendak diukur. Validitas isi diukur melalui estimasi dari pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau professional judgement
yang bersifat subyektif dan validitas ini disebut validitas non-empirik.
Pengujian validitas isi bertujuan hendak melihat sejauh mana
pernyataan dalam skala telah mewakili komponen variable yang
hendak diukur (Azwar, 2004b). Teknik professional judgement
melalui dosen pembimbing yaitu dengan cara melihat apakah item-
item yang telah disusun peneliti tersebut sudah sesuai dengan
blueprint yang telah ditetapkan. Selain itu melakukan pemeriksaan
apakah item-item dalam alat ukur sudah sesuai dengan indikator-
indikator yang akan diteliti.
2) Seleksi item
Kualitas skala pengukuran psikologis sangat ditentukan oleh
kualitas item-item yang ada di dalamnya. Maka perlu dilakukan
seleksi terhadap item-item skala yang telah dibuat. Pelaksanaan
seleksi item bertujuan untuk memilih item-item yang baik dan
berkualitas. Item yang baik dan berkualitas tersebut mampu mengukur
hal-hal yang akan diukur dalam penelitian. Seleksi item pada skala
yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan parameter
daya beda item. Daya beda item adalah sejauh mana item mampu
41
membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki atribut
atau tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2006).
Pengujian daya beda item dilakukan dengan menghitung
koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan skor total skala
itu sendiri. Korelasi antara skor item dengan skor item total akan
menghasilkan koefisien korelasi item total (rix
). Jenis korelasi yang
digunakan adalah korelasi Product Moment Pearson, karena setiap
item diberi skor pada level interval. Perhitungannya akan
menggunakan corrected item-total correlation melalui sub menu scale
pada pilihan Reliability Analysis Statistical Product and Service
Solution (SPSS) for Wondow version 18.0. Koefisien korelasi item
yang baik adalah ≥ 0.3 sehingga item yang memiliki koefisien
korelasi kurang dari 0.3 dinyatakan gugur (Azwar, 2004b).
Selain itu peneliti juga melakukan analisis item berdasarkan
koefisien alpha chronbach yang digunakan untuk menetapkan
konsistensi internal skala secara keseluruhan. Pelaksanaan pemilihan
item dengan menggunakan SPSS versi 18 for windows. Item-item ini
dipilih dengan melihat kolom Corrected Item Total Correlation dan
Chronbach’s Alpha if Item Deleted. Jika item tersebut memiliki
koefisien lebih besar daripada alpha secara keseluruhan, maka jika
item tersebut akan digugurkan koefisen alpha secara keseluruhan akan
meningkat. Item yang gugur tersebut menunjukkan bahwa kurangnya
42
konsistensi subjek dalam memberikan jawaban skala yang hendak
diukur.
Berikut ini adalah distribusi item skala setelah uji coba:
a. Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Hasil pengujian terhadap 45 item skala kecemasan
berbicara di depan umum menunjukkan bahwa 37 item yang lolos
seleksi. Sedangkan item-item yang gugur berjumlah 8 item.
Adapun item-item yang gugur itu adalah item nomer 2, 6, 7, 8, 16,
19, 27, 43. Sedangkan item-item yang sahih antara lain
1,5,11,14,17,22,25,26,31,34,35,37,39,4,9,12,15,21,23,32,33,38,40
,41,42,3,10,13,18,20,24,28,29,30,36,44,45. Rentangan koefisien
korelasi skala kecemasan tersebut adalah 0.310 – 0.681
Meskipun dalam suatu komponen terdapat item yang daya
diskriminasinya tinggi dalam jumlah lebih daripada yang
direncanakan, maka item yang dipilih adalah item-item yang
memiliki daya diskriminasi tertinggi diantara yang ada sedangkan
yang lain yang akan disisihkan walaupun indeksnya di atas 0,30.
Dengan cara ini proporsionalitas jumlah item yang direncanakan
akan tercapai, komposisi aspek-aspek yang mendasari konstrak
pengukuran tetap terpelihara dan kualitas item juga terjaga (Azwar,
1999). Bobot aspek dalam kedua skala final ini akan dibuat sama,
karena tidak ada dasar teori atau hasil analisis faktor yang
menjelaskan aspek mana yang lebih signifikan dari aspek yang
43
lainnya. Berikut ini adalah tabel distribusi item skala kecemasan
berbicara di depan umum setelah melakukan proposional jumlah
item:
Tabel 4
Distribusi Aitem Proporsional Sahih dan Gugur Pada Skala
Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Aspek Nomor Aitem Nomor Aitem
Gugur Jumlah Sahih Jumlah
1. Komponen
fisik
1 1 5,11,14,17,22,
25,26,31,34,3
5,37,39
12
2. Komponen
proses mental
- 0 4,9,12,15,21,2
3,32,33,38,40,
41,42
12
3. Komponen
emosional
- 0 3,10,13,18,20,
24,28,29,30,3
6,44,45
12
TOTAL 1 36
44
Tabel 5
Blue Print Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum Setelah
Uji Coba (Proporsional Jumlah)
No Aspek
Aitem
Jumlah No Aitem
Favorable
No. Aitem
Unfavorable
1. Komponen
fisik
5(2),14(7),17
(32),22(10),2
6(14), 34(21)
11(31),25(13),
31(18),35(22),
37(24),39(26)
12
2. Komponen
proses
mental
4(1),
9(3),12(5),15
(8),32
(19),33(20),4
0(27),41(34)
21(33),23(11),
38(25),42(28)
12
3. Komponen
emosional
3(35),24(12),
28(15),36(32
),44(29)
10(4),13(6),18(
36),20(9),29(1
6),30(17),45
(30)
12
TOTAL 36
b. Pola Pikir Negatif
Pada skala pola pikir negatif terdapat 45 item. Berdasarkan
analisis data yang dilakukan bahwa item-item yang lolos
berjumlah 42 item. Sedangkan item-item yang gugur berjumlah 3
item. Adapun item-item yang gugur tersebut antara lain item 8,
16, dan 23. Sedangkan item-item yang sahih antara lain
1,3,9,11,20,22,26,27,29,30,34,36,38,39,5,6,10,12,13,14,15,17,19,
21,28,37,40,41,42,2,4,7,18,24,25,31,32,33,35,43,44,45.
Rentangan koefisien korelasi skala pola pikir negatif ini adalah
0.352 – 0.748
45
Tabel 6
Distribusi Aitem Proporsional Sahih dan Gugur Pada Skala Pola
Pikir Negatif
Aspek Nomor Aitem Nomor Aitem
Gugur Jumlah Sahih Jumlah
1. Pandangan
negatif terhadap
dirinya sendiri
9 1 1,3,11,20,22,
26,27,29,30,
34,36,38,39
13
2. Pandangan
negatif terhadap
dunia dan
kejadian yang
menimpa dirinya
5,17 2 6,10,12,13,1
4,15,19,21,2
8,37,40,41,4
2
13
3. Pandangan
negatif terhadap
masa depan
- 0 2,4,7,18,24,2
5,31,32,33,3
5,43,44,45
13
TOTAL 3 39
46
Tabel 7
Blue Print Skala Pola Pikir Negatif Setelah Uji Coba (Proporsional
Jumlah)
No Aspek
Aitem
Jumlah No Aitem
Favorable
No. Aitem
Unfavorable
1. Komponen
fisik
1(1),11(8),20
(15),22(17),
26(20),27(21
),30(24),36(3
0),39(33)
3(6),29(23),34
(28), 38(32)
13
2. Komponen
proses
mental
10(7),
12(9),14(11),
19(14),40(34
),41(35)
6(4),13(10),15
(12),21(16),28
(22),37(31),42
(36)
13
3. Komponen
emosional
2(2),7(5),18(
13),24(18),3
1(25),32(26),
33(27),35(29
),43(37),44(3
8)
4(3),25(19),45
(39)
13
TOTAL 39
3) Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat
yang bersangkutan, bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan
yang berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat
dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi atau alat
kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan
pengukur (Azwar, 2000).
Reliabilitas adalah konsistensi atau sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
47
kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama
aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar,
2001).
Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan internal consistency (Cronbach’s alpha coefficient) yang
hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok
individu sebagai subyek yang bertujuan untuk melihat konsistensi di
dalam tes itu sendiri. Teknik ini dipandang ekonomis, praktis dan
berefisien tinggi sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan
pada populasi (Azwar, 2000). Pada umumnya reliabilitas telah
dianggap memuaskan jika koefisiennya mencapai rxx = 0. 900. Akan
tetapi koefisien yang tidak setinggi itu biasanya sudah dianggap
cukup baik (Azwar, 2001). Skala kecemasan berbicara di depan
umum memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0.932. koefisien
reliabilitas pada skala pola pikir negatif adalah sebesar 0.943
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan
antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum
adalah dengan menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Cara
perhitungan korelasi Pearson Product Moment dibantu dengan
menggunakan program SPSS 18.00 for Windows. Namun sebelumnya
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi, yaitu pengujian normalitas dan
linearitas sebagai syarat dilakukannya analisis Product Moment Pearson.
48
H. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian ditempuh melalui dua
tahap. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan antara lain:
1. Tahap Persiapan:
a. Mempersiapkan alat ukur
Alat ukur yang digunakan adalah skala untuk mengukur kecemasan
berbicara di depan umum dan pola pikir negatif
b. Melakukan uji coba skala kepada subjek penelitian
Subjek penelitian harus sesuai dengan kriteria subjek penelitian
yaitu mahasiswa universitas Sanata Dharma.
c. Menganalisis item-item skala
d. Mengolah data hasil ujicoba
e. Menganalisis data dan menentukan item-item yang gugur
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan untuk penelitian
b. Melakukan penelitian data
c. Menganalisis data penelitian dengan menggunakan korelasi Product
Moment Pearson
d. Membuat pembahasan berdasarkan analisis data yang telah
dilakukan
e. Membuat kesimpulan
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 18 Agustus 2010 dengan
menyebar skala secara langsung kepada subjek penelitan dalam kelas.
Sebelumnya, peneliti memohon ijin kepada dosen mata kuliah agar peneliti
diperbolehkan masuk kelas untuk menyebar skala. Selain itu, penyebaran skala
juga dilakukan dengan mendatangi subjek di sekitar kampus, dan meminta
mereka untuk mengisi kuesioner yang dibagikan. Subjek yang dituju dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma dari
angkatan 2001-2009.
Adapun prosedur pengambilan data ini tidak berbeda dengan proses
pengumpulan data saat tahap uji coba. Peneliti memohon kesediaan subjek untuk
ikut serta dalam penelitian ini. Kemudian, peneliti menjelaskan kepada subjek
tentang petunjuk-petunjuk pengisian skala. Dalam skala tertera informed consent
dan nota kesepahaman yang harus ditandatangani oleh subjek. Hal ini
dimaksudkan bahwa subjek bersedia secara sukarela berpartisipasi dalam
penelitian. Setelah itu, subjek diminta untuk mengisi identitas dan mengisi
jawaban atas pernyataan-pernyataan skala. Proses pengisian skala ini tidak ada
batas waktunya.
49
Skala penelitian terdiri dari 36 item yang sahih pada skala kecemasan
berbicara di depan umum, sedangkan skala pola pikir negatif terdapat 39 item
sahih. Subjek yang berhasil didapat dari penelitian ini berjumlah 100 orang.
B. Deskripsi Subjek
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma dari angkatan 2001-2009. Berdasarkan hasil penyebaran skala
didapatkan data-data mengenai identitas subjek penelitian sebagai berikut:
Tabel 8
Data Subjek Penelitian
Angkatan Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
2001 1 - 1
2002 2 1 3
2003 4 1 5
2004 3 3 6
2005 6 2 8
2006 4 10 14
2007 5 16 21
2008 2 20 22
2009 4 16 20
TOTAL 100
Pada tabel 6 diketahui bahwa subjek penelitian berjumlah 100 orang.
Pembagian mahasiswanya antara lain mahasiswa angkatan 2001 berjumlah 1
orang (berjenis kelamin laki-laki), angkatan 2002 berjumlah 3 orang (2 orang
laki-laki dan 1 orang perempuan, angkatan 2003 berjumlah 5 orang (4 orang laki-
laki dan 1 orang perempuan), angkatan 2004 (3 orang laki-laki dan 3 orang
50
perempuan), angkatan 2005 (6 orang laki-laki dan 2 orang perempuan), angkatan
2006 (4 orang laki-laki dan 10 orang perempuan), angkatan 2007 (5 orang laki-
laki dan 16 orang perempuan), angkatan 2008 (2 orang laki-laki dan 20 orang
perempuan), dan angkatan 2009 (4 orang laki-laki dan 16 orang perempuan).
C. Deskripsi Data Penelitian
Analisis deskriptif merupakan prosedur statistik untuk menguji generalisasi
hasil penelitian yang didasarkan atas satu variabel (Hasan, 2002). Berdasarkan
hasil analisis deskriptif, diperoleh nilai mean teoritik dan mean empiris. Mean
teoritik adalah rata-rata skor skala penelitian yang diperoleh dari angka yang
menjadi titik tengah dari skala tersebut. Sementara mean empiris adalah rata-rata
skor data yang diperoleh dari angka yang merupakan rata-rata skor hasil
penelitian. Hasil analisa data tersebut disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 9
Hasil Analisis Deskriptif
N Mean Std. Deviation
Minimum
Maximum
Kecemasan berbicara 100 83.34 12.749 43 128
Pola pikir negatif 100 81.09 13.126 49 121
Mean teoritik = titik tengah skor skala x jumlah item
51
Kecemasan berbicara = 2.5 x 36
= 90
Pola pikir negatif = 2.5 x 39
= 97.5
Azwar (1999) mengemukakan bahwa untuk mengetahui skor penelitian
pada subjek termasuk tinggi rendah dapat dilakukan dengan menetapkan kriteria-
kriteria kategorisasi. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan subjek
penelitian ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut
suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Kategori ini didasarkan pada
asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal. Kriteria kategorisasi yang
digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang,
dan tinggi.
1. Gambaran skor pola pikir negatif
Skala pola pikir negatif terdiri dari 39 item dengan empat pilihan jawaban
yang bergerak dari 1 sampai 4. Skor teoretik minimal yang diperoleh subjek
adalah 39 dan skor teoretik maksimal yang diperoleh subjek adalah 156. Jarak
sebaran teoretiknya 156 – 39 = 117 dan standar deviasi bernilai 117 : 6 = 19.5.
Pembagian angka 6 ini berasal dari suatu distribusi normal. Sebagaimana
diketahui, suatu distribusi normal terbagi atas enam bagian atau enam satuan
52
deviasi standar. Tiga bagian berada di sebelah kiri mean bertanda negatif dan
tiga bagian berada di sebelah kanan mean bertanda positif (Azwar, 1999).
Rangkuman data penelitian tersebut selanjutnya digunakan oleh peneliti
untuk mengkategorisasikan pola pikir negatif pada mahasiswa Fakultas
Psikologi USD dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun norma.
Subjek dikategorikan menjadi tiga kategori dengan rumus:
Rendah = X < Mean – 1 (SD)
Sedang = Mean – 1 (SD) ≤ X < Mean + 1 (SD)
Tinggi = Mean + 1 (SD) ≤ X
Kategori dan distribusi skor dapat pada tabel berikut ini:
Tabel 10
Kategorisasai dan Distribusi Skor Pola Pikir Negatif
Pedoman Skor Kategori Frekuensi %
X < M – 1 (SD) X < 78 Rendah 34 34
M – 1 (SD) ≤ X < M + 1 (SD) 78 ≤ X < 117 Sedang 64 64
M + 1 (SD) ≤ X 117 ≤ X Tinggi 2 2
Keterangan :
X : Skor pola pikir negatif
M : Mean teoretik
SD : Standar deviasi
N : 100
53
Hasil kategori skor skala pola pikir negatif tersebut menunjukkan bahwa
subjek yang memiliki tingkat pola pikir negatif pada kategorisasi rendah
sebanyak 34 orang (34%), yang berada pada kategori sedang sebanyak 64
orang (64%), dan yang berada pada kategori tinggi sebanyak 2 orang (2%).
Hasil kategori tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki
tingkat pola pikir negatif dalam kategori sedang.
2. Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Skala kecemasan berbicara di depan umum terdiri dari 36 item sehingga
skor teoretik minimal yang diperoleh subjek adalah 36 dan skor teoretik
maksimal yang diperoleh subjek adalah 144. Jarak sebaran teoretiknya 114 –
36 = 108 dan standar deviasi bernilai 108 : 6 = 18.
Seperti pada skor pola pikir negatif, skor kecemasan berbicara di depan
umum juga dikategorisasikan ke dalam 3 kategori, yaitu rendah, sedang,
tinggi. Kategori dan distribusi skor dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11
Kategori dan Distribusi Skor Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Pedoman Skor Kategori Frekuensi %
X < M – 1 (SD) X < 72 Rendah 11 11
M – 1 (SD) ≤ X < M + 1 (SD) 72 ≤ X < 90 Sedang 57 57
M + 1 (SD) ≤ X 90 ≤ X Tinggi 32 32
Keterangan :
X : Skor pola pikir negatif
M : Mean teoretik
54
SD : Standar deviasi
N : 100
Tabel di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan subjek yang memiliki
kecemasan berbicara di depan umum rendah sebanyak 11 orang (11%), subjek
yang memiliki kecemasan berbicara kategori sedang sebanyak 57 orang
(57%), dan subjek yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 32 orang
(32%). Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek dalam
penelitian ini memiliki tingkat kecemasan berbicara di depan umum dalam
kategori yang sedang.
D. Analisis Data Penelitian
1. Uji Asumsi
Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarata untuk dianalisis.
Uji asumsi dalam penelitian meliputi uji normalitas dan uji linearitas.
a. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data
penelitian mengikuti sebaran data dengan distribusi normal. Metode yng
digunakan dalam uji normalitas ini One sampel Kolmogorov-Smirnov dari
program SPSS for Windows versi 18.0. pengambilan keputusan didasarkan
pada besaran probabilitas (p). Jika p > 0,05 maka sebaran dinyatakan
normal. Sebaliknya p < 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak normal. Hasil
uji normalitas dapat dilihat pada tabel :
55
Tabel 12
Hasil Uji Normalitas Sebaran
Kecemasan Berbicara Pola pikir Negatif
Kolmogorov-Smirnov Z 1,106 1,042
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,173 0,228
Berdasarkan tabel tersebut, hasil uji normalitas menghasilkan
probabilitas (p) data kecemasan berbicara di depan umum sebesar 0,173 (p
> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data kecemasan berbicara di
depan umum dinyatakan normal. Probabilitas (p) data pola pikir negatif
sebesar 0,228 (p > 0,05) yang menunjukkan bahwa data sampel adalah
normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara skor
variabel kecemasan berbicara di depan umum dengan variabel pola pikir
negatif merupakan garis lurus atau tidak.
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for
Windows versi 18.0. Hasil uji linearitas yang dilakukan menunjukkan
bahwa hubungan antara kedua variabel yaitu kecemasan berbicara di depan
umum dan pola pikir negatif adalah linear. Hal ini berarti setiap kenaikan
pada variabel pola pikir negatif juga diikuti oleh kenaikan variabel
kecemasan berbicara di depan umum. Hasil uji linearitas ini ditunjukkan
dengan taraf signifikasi untuk linearitas lebih kecil daripada 0,05 (p < 0,05)
56
yaitu F = 169,693; p = 0,000 atau p < 0,05. hasil dari pengujian tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 13
Hasil Uji Linearitas
Uji Linearitas F Sig
Kecemasan Berbicara di Depan Umum Combined 5,459 0,000
* Pola Pikir Negatif Linearity 169,693 0,000
Deviation of
linearity
1,353 0,145
2. Uji Hipotesis Hubungan
Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan positif antara pola
pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum. Hal ini mengandung
pengertian bahwa semakin tinggi pola pikir negatif, maka semakin tinggi pula
tingkat kecemasan berbicara di depan umum dalam diri individu. Sebaliknya
semakin rendah pola pikir negatif maka semakin rendah tingkat kecemasan
yang dialami.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka dilakukan analisa statistic dengan
menggunakan uji Pearson Correlation berdasarkan SPSS 18.0 for windows
Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini:
57
Tabel 14
Hasil Uji Korelasi Kecemasan Berbicara di Depan Umum dengan Pola Pikir
Negatif
kecemasan polapikir
Pearson
Correlation
kecemasan Pearson Correlation 1 .776**
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
Pola pikir Pearson Correlation .776**
1
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi untuk variabel
kecemasan berbicara di depan umum dan variabel pola pikir negatif adalah
0,776 dengan taraf signifikasi 0,000 (p < 0.01). analisis data ini membuktikan
bahwa ada hubungan signifikan dan positif antara kecemasan berbicara di
depan umum dengan pola pikir negatif.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat dilihat dalam analisis korelasi
dimana terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi yang
besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (𝑟2). Sumbangan pola pikir
negatif terhadap kecemasan berbicara di depan umum dapat dilihat dari
koefisien determinasinya (𝑟2), yaitu sebesar 0,602. hal ini menunjukkan bahwa
adanya sumbangan efektif variabel pola pikir negatif sebesar 60,2 % terhadap
kecemasan berbicara di depan umum.
58
E. Pembahasan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik
korelasi Product Moment Pearson dalam program SPSS for Windows versi 18.0,
diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,776. Korelasi tersebut signifikan dengan
taraf signifikasi 0,00 (p < 0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan
yang positif dan signifikan antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara
di depan umum. Semakin tinggi kecenderungan subjek memiliki pola pikir
negatif, maka semakin tinggi pula kecemasan berbicara di depan umum yang
dialami subjek. Sebaliknya semakin rendah kecenderungan subjek memiliki pola
pikir yang negatif, maka semakin rendah pula kecemasannya dalam berbicara di
depan umum. Ada catatan kecil yang perlu diperhatikan bahwa beberapa aitem
yang overlapping antara skala pola pikir negatif dan kecemasan berbicara di
depan umum kemungkinan member kontribusi pada tingginya korelasi yang
diperoleh.
Hasil penelitian ini mendukung teori dari Guest (dalam Gunarsa, 2000)
yang mengungkapkan bahwa kecemasan berbicara di depan umum dapat
bersumber dari pola berpikir, dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri
sendiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Nevid et al. (2003) dalam bukunya
yang menjelaskan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya
kecemasan pada individu adalah pola pikir yang negatif. Individu dengan pola
pikir negatif lebih menggunakan perasaannya, dan lebih mudah mengekspresikan
59
kecemasannya karena selalu fokus pada pendapatnya sendiri (Opt & Loffredo,
2000).
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Dewi dan Andrianto (2006). Dalam penelitian tersebut
menunjukkan adanya hubungan positif antara pola pikir dengan kecemasan
berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas Muhamadiyah Purwokerto. Hal senada juga dikemukakan oleh
Rahayu (2004), bahwa pada umumnya kecemasan berbicara di depan umum lebih
sering disebabkan oleh pikiran individu yang negatif dan tidak rasional. Individu
membayangkan sesuatu yang negatif akan terjadi, sebagai keterlibatannya dalam
situasi berbicara di depan umum.
Bentuk kecemasan berbicara di depan umum yang dialami subjek
penelitian ini antara lain tangan berkeringat, mengulang kata atau kalimat ketika
menjelaskan materi presentasi, rasa gelisah, dan kebingungan dalam menjawab
pertanyaan dari responden. Bentuk kecemasan yang dialami subjek tersebut
mengacu pada komponen-komponen yang dikemukakan oleh Rogers (dalam
Anwar, 2009) yaitu komponen fisik, proses mental, dan emosional. Sedangkan
pola pikir negatif yang dimiliki subjek antara lain berpikir bahwa tidak mampu
menyampaikan materi dengan jelas saat presentasi, berpikir bahwa teman-teman
akan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sulit saat presentasi, dan berpikir
bahwa dirinya tidak pandai. Bentuk pola pikir negatif yang dimiliki subjek
tersebut berdasar pada komponen pola pikir negatif yang dikemukakan oleh Beck
60
(1967) yaitu pandangan negatif terhadap diri sendiri, pandangan negatif terhadap
dunia dan kejadian yang menimpa dirinya, serta pandangan negatif pada masa
depannya.
Hasil pengolahan kriteria kategorisasi menunjukkan bahwa dari 100 subjek
penelitian terdapat skor pola pikir negatif dengan kategori sedang (78 ≤ X < 117),
berjumlah 64 %. Sementara itu skor kecemasan berbicara di depan umum yang
berada pada kategori sedang (72 ≤ X < 90) mencapai 57 %. Berdasarkan data
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki tingkat
pola pikir negatif dan kecemasan berbicara di depan umum dalam kategori
sedang.
Berdasarkan data kategorisasi dari tabel 11 ditemukan fakta bahwa subjek
yang berpola pikir negatif dengan kategori tinggi sebesar 2 %, dan kategori
rendah sebesar 34 %. Sementara itu, data ketegorisasi pada tabel 12 menunjukkan
bahwa subjek yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum dengan
kategori tinggi sebesar 32 %, dan ketegori rendah sebesar 11 %. Fenomena ini
menunjukkan bahwa pola pikir negatif dengan kategori rendahpun ternyata dapat
memunculkan kecemasan berbicara di depan umum walaupun dengan tingkat
yang tidak terlalu tinggi. Berdasarkan teori menurut Leary (1983) orang yang
memiliki pola pikir rendah dapat mengalami kecemasan. Kecemasan seseorang
itu timbul ketika orang tersebut berhadapan dengan stimulus kecemasan, misalnya
keadaan dimana dia harus berbicara di depan umum. Teori ini juga didukung oleh
Bruskin; Bryant & Trower; Geer (dalam Leary, 1983) yang mengungkapkan
61
bahwa kecemasan berbicara di depan umum merupakan kecemasan sosial yang
lebih banyak terjadi pada mahasiswa.
Dalam penelitian ini, ditemukan taraf koefisien determinasinya (𝑟2) sebesar
0,602. Hal ini menunjukkan bahwa adanya sumbangan efektif variabel pola pikir
negatif sebesar 60,2 % terhadap kecemasan berbicara di depan umum. Maka dari
itu masih ada sumbangan efektif dari variabel lain sebesar 39,8 %. Sumbangan
efektif variabel lain antara lain citra raga, kestabilan emosi, intelektualitas,
kepercayaan diri, dan pengalaman seseorang ketika berbicara di depan umum.
Keterbatasan dari penelitian ini yaitu tidak mengukur kecemasan pada saat
peristiwa berlangsung, sehingga dapat terjadi bias ingatan tentang pengalaman
mahasiswa ketika berbicara di depan umum. Bias ingatan tersebut dapat
berbentuk gejala kecemasan yang tidak sama dengan gejala kecemasan yang
pernah dialami. Hal tersebut bisa dikarenakan persepsi individu terhadap
pengalaman kecemasan berbicara di depan umum.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan
dan positif antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan
umum, yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,702. korelasi
tersebut signifikan dengan taraf signifikasi 0,000 (p < 0.01). Hal ini berarti
Semakin tinggi kecenderungan subjek memiliki pola pikir negatif, maka
semakin tinggi pula kecemasan berbicara di depan umum yang dialami subjek.
Sebaliknya semakin rendah kecenderungan subjek memiliki pola pikir yang
negatif, maka semakin rendah pula kecemasannya dalam berbicara di depan
umum. Dalam penelitian ini, pola pikir negatif memberi sumbangan sebesar
60,2 % terhadap kecemasan berbicara di depan umum.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, perlu kiranya
beberapa saran yang ditujukan kepada subjek penelitian, institusi pendidikan,
dan peneliti selanjutnya.
1. Saran Praktis
a. Bagi mahasiswa
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
hubungan antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di
depan umum, maka diharapkan mahasiswa mengurangi pola pikir
63
negatifnya ketika berbicara di depan umum. Dengan pola pikir negatif
yang semakin rendah, maka kecemasan yang dialami ketika berbicara
di depan umum juga semakin rendah.
b. Bagi institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan untuk dapat mengurangi kecemasan
berbicara di depan umum dan pola pikir negatif pada mahasiswa,
misalnya dengan memberikan masukan positif terhadap mahasiswa,
menciptakan suasana yang nyaman di kelas, serta membantu
mahasiswa dalam menjawab pertanyaan di luar penguasaan materi
mahasiswa tersebut. Cara lain yang dapat ditempuh untuk mengurangi
kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa adalah melalui
desensitisasi sistematis. Desensitisasi sistematis ini dilakukan dengan
memberikan stimulus yang ditakutkan oleh mahasiswa (berbicara di
depan umum) secara bertahap yaitu membentuk kelompok-kelompok
kecil. Jika mahasiswa sudah dapat melewati tahap tersebut tanpa
serangan cemas, maka lanjut ke tahap selanjutnya yaitu berbicara di
depan orang banyak.
2. Saran Metodologis
Untuk peneliti selanjutnya yang ingin membuat penelitian yang
sejenis, maka disarankan agar:
a. Menggunakan subjek penelitian yang cakupannya lebih luas untuk
dibandingkan hasilnya, seperti fakultas psikologi dari universitas
lain.
64
b. Menggunakan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi
kecemasan berbicara di depan umum. Misalnya harga diri,
ketrampilan atau pengalaman berbicara di depan umum.
c. Memperhatikan penyusunan aitem-aitem skala untuk menghindari
terjadinya overlapping.
d. Mengukur kecemasan pada saat peristiwa berlangsung, sehingga
tidak terjadi bias ingatan
64
DAFTAR PUSTAKA
Aaron, T. B. (1967). Depression causes and treatment. Philadelphia: First
University of Pennsylvania Press.
Azwar, S. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (1995). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Anwar, A. I. (2009). Hubungan antara self efficacy dengan kecemasan berbicara
di depan umum pada mahasiswa fakultas psikologi. Diakses dari
http://www.google.com
Ardani, T. A., Rahayu. I. T., Sholichatun, Y. (2007). Psikologi klinis.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Amir. (2004). Pengembangan instrumen kecemasan olahraga. Anima Indonesian
Psychological Journal, 20(1), 55-69
Basuki, H. W. (2003). Pedoman lengkap cara berpikir. Surabaya: Ikon Teralitera.
Budiyanto. (1993). Anda pasti bisa bila anda pikir bisa. Jakarta: Binarupa Aksara.
Burgoon, M., Ruffner, M. (1978). Human communication. New York: Holt
Rinehart
Bruno, F. J. (1989). Kamus istilah kunci psikologi. Yogyakarta: Kanisisus
Darajdat, Z. (1969). Kesehatan mental. Jakarta: Gunung Agung.
Dewi, A. P., Andrinto, S. (2006). Hubungan antara pola pikir dengan kecemasan
berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas keguruan. Diakses
dari http://www.google.com
Ellis, A. (1970). Reason and emotion in psychotherapy. New York: Lyle Stuart.
Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Cook, J. L., & Travers, J. F. (ed.3). 2000.
Educational Psychology: Effective Teaching, Effective Learning. United
States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc
Fitri. (2010). Terapi kognitif behavioral. Diakses dari http://www.google.com
65
Fransiska. (2007). Hubungan antara perilaku asertif dan kecemasan presentasi
proposal skripsi pada mahasiswa. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
Gasque, A. W. (Ed.6). 2010. APA style. Washington, DC: American
Psychological Association.
Hadi, S. (2004). Metodologi research. Yogyakarta: Andi.
Hurlock, E. B. (1997). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Kartini., Kartono. (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Kuncoro, W. (2004). Metode ampuh menata pikiran. Diakses dari
http://www.mizan.com/portal/template/BacaResensi/Resensiid/543
Mark, L. (1983). Understanding social anxiety, Beverly Hills. Sage Publication.
Matindas, D. (2003). Menghilangkan grogi di depan umum. Diakses dari
http://www.kompas.com/kesehatan/news/0302/28/020443.htm
McCroskey, J. (1984). The communication apprehension perspective. Retrieved
from http://www.jamesmccroskey.com
Nevid, J. S., Rathus. S. A., Beverly Greene. (ed.3). 1997. Abnormal psychology
in a changing world. Prentice Hall, Inc.
Opt, S. K., & Loffredo, D. A. (2000). Rethingking communication apprehension:
A Myers-Brigs Perspective. The Journal Psychology, 134(5), 556-570.
Osborne, J. W. (2004). Kiat berbicara di depan umum untuk ekekutif jalan menuju
keberhasilan. Jakarta: Bumi Aksara.
Pandiangan, C. V. (2007). Hubungan kecemasan akan menghadapi ujian lisan
dengan emotion focused coping. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
Prabandari, Y. S. (1998). Hubungan antara stress dan motif berprestasi dengan
depresi pada mahasiswa tingkat lanjut. Jurnal Psikologi, 1, 17-24.
Rini, J. F. (2002). Memupuk rasa percaya diri. Diakses dari http://www.e-
psikologi.com
Roach, K. D. (1999). The influence of teaching assistant willingness to
communicate and communication anxiety in the classroom.
Communication quarterly, 47, 166-182.
66
Rogers, N. (2004). Berani Bicara di Depan Publik. Bandung: Nuansa.
Santosa. (1988). Terapi kognitif pendekatan baru bagi penanganan depresi.
Jakarta: Erlangga.
Solso, R. (1988). Cognitive psychology. Sydney: Library of Congress Cataloging.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharnan, (2005). Psikologi kognitif. Jakarta: Srikandi.
Sutoyo. (1987). Berpikir lateral. Jakarta: Erlangga.
Triana, R. (2005). Hubungan antara citra raga dengan kecemasan berbicara di
muka umum. Diakses dari http://www.pdf.search-engine.com/berbicara-di-
depan-umum-pdf.html.
VandenBos, G. R. (Ed.1). (2006). APA dictionary of psychology. Washington,
DC: American Psychological Association.
Williams, J. M. G., Watts, F. N., Macleod, C., Mathews, A. (1990). Cognitive
psychology and emotional disorders. New York: British Library
Cataloguing.
Wong, S. O. (1993). Personal reflections in using cognitive therapy in working
with a depressed woman. Asian Journal of Counseling, 2(2), 87-95.
LAMPIRAN A
Skala Uji Coba
Variabel KECEMASAN BERBICARA DI
DEPAN UMUM dan
Variabel POLA PIKIR NEGATIF
INFORMED-CONSENT
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/ skripsi, kami ingin meneliti
mengenai pola pikir dengan kecemasan. Penelitian ini dilakukan melalui
penyebaran kuesioner. Oleh karena itu, kami akan memberikan kuesioner yang
berisi tentang pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan tema penelitian ini.
Anda diminta untuk memberikan respon terhadap pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner dengan cara memilih beberapa pilihan jawaban yang telah disediakan.
Kami menjamin kerahasiaan informasi yang Anda berikan. Kami tidak
akan mengungkap identitas Anda kepada siapa pun. Informasi yang kami peroleh
dari kuesioner ini akan kami laporkan dalam bentuk penghitungan statistik dan
kesimpulan dalam format skripsi dan/ atau jurnal ilmiah tanpa mengungkap
identitas Anda.
Setelah Anda menandatangani kesepakatan ini maka artinya Anda telah
memahami segala informasi yang diberikan dan memutuskan untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Anda bebas untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
ini sebelum berpartisipasi. Anda juga bebas untuk tidak berpartisipasi dan
mengundurkan diri dari penelitian ini. Keputusan Anda untuk tidak berpartisipasi
tidak akan mempengaruhi apa pun dalam kehidupan anda.
Kami, Andina Prilajeng Nugraheni, sebagai peneliti di bawah supervisi Dr.
Tjipto Susana, M. Si. yang merupakan dosen pembimbing skripsi kami, akan
bertanggung jawab dalam proses dan kelancaran penelitian ini sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat.
Andina Prilajeng Nugraheni
085742223332
NOTA KESEPAHAMAN
PIHAK I : PENELITI
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Andina Prilajeng Nugraheni
Status : Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Angkatan 2006
NIM : 069114085
Menyatakan bahwa saya akan menjamin kerahasiaan identitas Anda sebagai
responden penelitian. Saya bertanggung jawab atas proses dan kelancaran
penelitian ini, termasuk menjaga kenyamanan Anda. Apabila dalam proses
penelitian ini Anda mengalami suatu ketidaknyamanan, saya bersedia untuk
bertanggung jawab membantu memulihkan ketidaknyamanan Anda.
PIHAK II : RESPONDEN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Setelah memahami semua informasi yang disampaikan oleh peneliti mengenai
hak, kewajiban, dan prosedur penelitian, maka saya menyatakan bersedia untuk
terlibat dalam penelitian ini. Saya juga menyatakan bahwa keterlibatan saya
bersifat sukarela tanpa paksaan dari pihak mana pun.
Yogyakarta, 2010
Pihak I, Pihak II,
( Andina Prilajeng. N ) ( )
SKALA
Nama :
Jenis kelamin :
Fakultas :
Angkatan :
Petunjuk:
1. Anda dimohon untuk menjawab pernyataan-pernyataan berikut dengan
memilih salah satu jawaban yang paling cocok dengan keadaan Anda.
2. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang tersedia dengan pilihan
jawaban sebagai berikut:
SS : Bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan yang Anda rasakan
S : Bila pernyataan tersebut Sesuai dengan yang Anda rasakan
TS : Bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan yang Anda rasakan
STS : Bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan yang Anda
rasakan
3. Mohon semua pernyataan diisi, usahakan agar jangan sampai ada pernyataan
yang terlewat dan jangan lupa memeriksa kembali pernyataan tersebut
sebelum dikumpulkan kembali.
4. Seluruh jawaban yang Anda berikan tidak ada yang salah, maka dari itu
jawablah seluruh pernyataan sesuai dengan keadaan Anda yang sesungguhnya.
SELAMAT MENGERJAKAN !
SKALA - A
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Pada saat melakukan presentasi
di depan kelas, jantung saya
seketika berdebar dengan cepat
2 Sebelum maju presentasi, saya
sudah merasa tegang
3. Pada saat diskusi kelompok
untuk membahas tugas kuliah,
saya sering merasa takut untuk
mengemukakan pendapat atau
gagasan.
4 Saya seringkali mengulang kata
atau kalimat ketika menjelaskan
materi presentasi di depan kelas
5 Tangan saya berkeringat ketika
berbicara di depan umum
6 Saya dapat berbicara lancar
ketika mengemukakan ide dan
gagasan saat diskusi kelompok
tugas kuliah
7 Sebelum mendapat giliran
presentasi di depan kelas tiba-
tiba perut saya mulas
8 Saya merasa percaya diri ketika
menjawab pertanyaan dari dosen
9 Pada saat presentasi di depan
kelas, saya seringkali lupa
mengutarakan beberapa point
materi yang sudah dipersiapkan
sebelumnya
10 Saya merasa mampu menjawab
semua pertanyaan teman-teman
dan dosen tiap kali saya
presentasi di depan kelas
11 Melakukan presentasi sendiri di
depan kelas, tidak akan membuat
saya merasa sesak nafas
12 Ketika berbicara di depan
umum, saya mengalami
kebingungan dan tidak tahu apa
yang harus diucapkan
selanjutnya
13 Saya berani bertanya kepada
dosen di depan kelas, saat
kuliah berlangsung.
14 Kaki saya gemetar ketika
berbicara di depan umum
15 Saya terbata-bata dalam
menyampaikan materi presentasi
16 Saya merasa tenang dalam
menjawab pertanyaan dari
audiens
17 Saya menggerak-gerakkan
tangan secara otomatis ketika
kesulitan menjawab pertanyaan
dari peserta kuliah
18 Saya merasa takut untuk
memberikan komentar dalam
diskusi kelompok
19 Saya dapat mengingat semua
materi presentasi sehingga dapat
menjelaskannya dengan lengkap
dan detail
20 Saya berani mengemukakan
pendapat secara lisan saat
diskusi kelompok
21 Saya dapat mengemukakan
gagasan atau ide dengan jelas
dalam diskusi kelompok
22 Saya sering berkeringat saat
berbicara di depan banyak orang
23 Saya dapat menjelaskan materi
secara runtun ketika presentasi
24 Saya merasa takut untuk
berbicara di depan umum
25 Saya tetap tenang ketika
berbicara di depan orang banyak
26 Suara saya bergetar saat
mempresentasikan makalah
27 Saya dapat mengingat semua
materi presentasi sehingga dapat
menjelaskannya dengan lengkap
28 Saya takut bertanya kepada
dosen di depan kelas saat proses
perkuliahan berlangsung
29 Saya merasa mampu menjawab
semua pertanyaan teman-teman
tiap kali saya presentasi di depan
kelas
30 Saya tidak merasa gugup saat
berbicara di depan umum
31 Ketika berbicara di depan
banyak orang, denyut jantung
saya tetap normal
32 Saya sering kehilangan kata-kata
ketika ingin menjawab
pertanyaan dari dosen
33 Pada saat presentasi, saya
menjadi lupa semua materi yang
telah saya pelajari
34 Tangan saya terasa dingin ketika
saya melakukan presentasi di
depan kelas
35 Saya dapat menatap peserta
kuliah ketika melakukan
presentasi di depan kelas
36 Saya merasa gelisah menunggu
giliran presentasi di depan orang
banyak
37 Saya dapat berbicara di depan
umum dengan suara yang cukup
jelas
38 Saya menjelaskan materi
presentasi dengan kalimat yang
jelas dan terstruktur
39 Saya tetap tenang ketika
mempresentasikan makalah di
depan orang banyak
40 Saya merasa bingung dengan
pertanyaan-pertanyaan yang sulit
dari para responden
41 Bagi saya pertanyaan-pertanyaan
yang sulit menjadi masalah,
ketika saya tidak menguasai
bahan presentasi
42 Ucapan saya tetap lancar dan
jelas dalam menjawab, walaupun
saya tidak mengerti pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh
responden
43 Saya merasa malu jika pendapat
atau ide saya disanggah oleh
teman kelompok diskusi
44 Saya merasa takut bila bentuk
pertanyaan yang diajukan
audiens, diluar dari bahan
presentasi yang saya pelajari
45 Saya tidak cepat gelisah ketika
mendapat pertanyaan yang sulit
dalam presentasi di depan kelas
SKALA –B
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya adalah orang yang tidak
mampu untuk mengutarakan ide
atau gagasan dalam diskusi
kelompok
2 Dalam pelaksanaan diskusi
kelompok besok, teman-teman
pasti menertawakan ide dan
gagasan saya
3 Saya pasti mampu menjawab
semua pertanyaan dari para
audiens
4 Saya yakin setiap presentasi
yang saya lakukan pasti akan
selalu berhasil
5 Saat maju presentasi, saya
merasa teman-teman tidak mau
mendengarkannya dan sibuk
melakukan aktivitas sendiri-
sendiri
6 Saat diskusi kelompok pasti
teman-teman menghargai ide
dan gagasan saya
7 Saya gagal dalam presentasi ini
berarti saya pasti juga gagal
dalam presentasi berikutnya
8 Dalam presentasi nanti, saya
yakin para audiens akan
memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang sulit
9 Saya termasuk orang yang
kompeten dalam hal berbicara di
depan umum
10 Saya yakin teman-teman tidak
tertarik dengan materi presentasi
makalah saya
11 Saya memang bodoh sehingga
tidak mampu menjawab
pertanyaan ketika presentasi di
depan kelas
12 Saya berpikiran bahwa orang-
orang menertawakan saya ketika
saya berbicara di depan umum
13 Saya yakin para audiens
menganggap saya terampil
dalam berbicara di depan umum
14 Saya yakin teman-teman sekelas
menertawakan pendapat saya
saat diskusi kelompok
15 Saya yakin para audiens puas
dengan jawaban saya yang
berkaitan dengan pertanyaan
mereka
16 Saya yakin mampu
menyampaikan materi dengan
jelas dan detail pada setiap
presentasi
17 Saya yakin teman-teman
menganggap ide saya tidak
menarik
18 Materi makalah saya sangat
sulit, saya pasti gagal dalam
presentasi besok
19 Ketika saya mulai bicara, saya
merasa para audiens tidak
menyukai presentasi saya
20 Saya tidak kompeten untuk
berbicara di depan banyak orang
21 Saya merasa teman-teman
menyukai gaya presentasi saya
22 Saya adalah orang yang tidak
berguna, sampai-sampai para
audiens mengkritik penampilan
presentasi saya
23 Saya gagal dalam presentasi ini,
tetapi presentasi berikutnya pasti
akan lebih baik
24 Ide saya pasti tidak disetujui lagi
oleh teman-teman saat diskusi
kelompok besok
25 Saya mampu berbicara di depan
umum dengan baik, maka suatu
saat saya pasti dapat menjadi
pembicara yang berkompeten
26 Saya pasti tidak bisa menjawab
pertanyaan dari para audiens
27 Saya pasti tidak mampu
menyampaikan materi dengan
jelas dan detail pada setiap
presentasi
28 Saya yakin para audiens
menganggap saya terampil
dalam berbicara di depan umum
29 Saya termasuk orang yang
terampil dalam hal berbicara di
depan umum
30 Saya benar-benar gugup
berbicara di depan umum
31 Saya tidak mampu berbicara di
depan umum dengan baik, maka
suatu saat saya tidak bisa
menjadi pembicara yang
berkompeten
32 Teman-teman akan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang sulit
jika saya presentasi di depan
kelas
33 Dalam diskusi kelompok
selanjutnya, saya yakin saya
tidak dapat memberikan ide yang
baik dan bermutu
34 Saya yakin dapat memberikan
jawaban yang memuaskan saat
sesi tanya jawab presentasi
35 Saya gagal dalam presentasi ini
berarti saya pasti juga gagal
dalam presentasi berikutnya
36 Saya memang tidak pandai
sampai-sampai saya tidak
mampu menjawab pertanyaan
dari para audiens
37 Saya yakin para audiens tertarik
dengan materi presentasi saya
38 Saya yakin mampu memberikan
jawaban yang memuaskan pada
saat sesi tanya jawab presentasi
39 Saya tidak sepandai orang lain
sehingga saya gagal dalam
presentasi ini
40 Saya berpikir bahwa penonton
tidak akan menikmati presentasi
saya
41 Saya berpikir bahwa presentasi
yang saya bawakan tidak
menarik
42 Saya yakin bahwa dosen
memberikan nilai yang bagus
pada presentasi yang saya
bawakan
43 Saya akan gagal
mempresentasikan makalah
44 Saya berpikir bahwa dosen akan
memberikan nilai yang jelek atas
hasil presentasi yang saya
bawakan besok
45 Saya yakin penonton akan
menikmati presentasi yang saya
bawakan besok
Terima kasih atas partisipasi Anda
LAMPIRAN B
Uji Reliabilitas Butir
Skala KECEMASAN BERBICARA DI
DEPAN UMUM
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 65 100.0
Excludeda 0 .0
Total 65 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.900 45
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 100.34 181.790 .391 .898
item2 100.29 182.804 .309 .899
item3 100.95 182.545 .329 .899
item4 100.74 180.571 .512 .897
item5 100.72 178.922 .498 .897
item6 100.86 183.246 .314 .899
item7 101.25 184.313 .242 .900
item8 100.82 185.559 .190 .900
item9 100.52 182.097 .335 .899
item10 100.66 179.165 .533 .896
item11 101.12 181.985 .369 .898
item12 100.94 179.496 .551 .896
item13 100.83 178.487 .606 .896
item14 101.05 179.826 .486 .897
item15 101.00 180.719 .548 .897
item16 100.52 175.878 .095 .929
item17 100.40 181.088 .441 .898
item18 101.05 183.670 .341 .899
item19 100.46 183.002 .330 .899
item20 101.08 183.791 .390 .898
item21 100.94 184.684 .284 .899
item22 100.82 177.590 .524 .896
item23 100.74 183.540 .380 .898
item24 100.92 176.072 .627 .895
item25 100.86 177.465 .606 .895
item26 100.85 176.976 .628 .895
item27 100.58 185.028 .198 .900
item28 100.83 179.799 .578 .896
item29 100.74 179.509 .555 .896
item30 100.69 177.779 .537 .896
item31 100.69 176.966 .580 .896
item32 100.82 179.684 .578 .896
item33 100.94 183.527 .375 .898
item34 100.68 177.722 .537 .896
item35 101.06 180.809 .508 .897
item36 100.38 180.428 .512 .897
item37 100.94 179.277 .668 .896
item38 100.74 180.727 .531 .897
item39 100.74 177.946 .658 .895
item40 100.55 180.438 .429 .898
item41 99.92 183.853 .281 .899
item42 100.78 181.953 .410 .898
item43 100.80 183.069 .260 .900
item44 100.66 176.040 .541 .896
item45 100.75 180.188 .451 .897
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 65 100.0
Excludeda 0 .0
Total 65 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.930 41
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 91.32 159.097 .389 .929
item2 91.28 160.266 .293 .930
item3 91.94 159.652 .336 .930
item4 91.72 157.766 .524 .928
item5 91.71 156.085 .515 .928
item6 91.85 160.913 .280 .930
item9 91.51 158.941 .360 .930
item10 91.65 156.826 .519 .928
item11 92.11 159.660 .342 .930
item12 91.92 156.603 .573 .928
item13 91.82 155.465 .641 .927
item14 92.03 156.999 .501 .928
item15 91.98 157.859 .565 .928
item17 91.38 158.240 .453 .929
item18 92.03 160.187 .393 .929
item19 91.45 161.157 .264 .930
item20 92.06 160.215 .458 .929
item21 91.92 161.010 .349 .929
item22 91.80 154.756 .544 .928
item23 91.72 160.672 .383 .929
item24 91.91 153.710 .628 .927
item25 91.85 154.945 .611 .927
item26 91.83 154.018 .662 .927
item28 91.82 157.340 .569 .928
item29 91.72 157.047 .547 .928
item30 91.68 155.035 .552 .928
item31 91.68 154.035 .610 .927
item32 91.80 157.006 .585 .928
item33 91.92 160.572 .386 .929
item34 91.66 155.040 .550 .928
item35 92.05 158.138 .509 .928
item36 91.37 157.955 .500 .928
item37 91.92 156.603 .678 .927
item38 91.72 157.891 .545 .928
item39 91.72 155.485 .657 .927
item40 91.54 157.377 .455 .929
item41 90.91 160.616 .307 .930
item42 91.77 159.118 .417 .929
item43 91.78 160.453 .248 .931
item44 91.65 153.857 .532 .928
item45 91.74 157.509 .454 .929
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 65 100.0
Excludeda 0 .0
Total 65 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.932 37
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 81.55 142.157 .343 .932
item3 82.17 142.080 .333 .932
item4 81.95 140.263 .523 .930
item5 81.94 138.434 .530 .930
item9 81.74 141.477 .352 .932
item10 81.88 139.016 .543 .930
item11 82.34 141.915 .350 .932
item12 82.15 139.257 .566 .930
item13 82.05 138.045 .644 .929
item14 82.26 139.009 .536 .930
item15 82.22 140.359 .564 .930
item17 81.62 140.428 .472 .931
item18 82.26 142.571 .390 .931
item20 82.29 142.648 .450 .931
item21 82.15 143.070 .371 .931
item22 82.03 137.249 .554 .930
item23 81.95 142.982 .385 .931
item24 82.14 136.559 .620 .929
item25 82.08 137.635 .609 .929
item26 82.06 136.434 .681 .928
item28 82.05 139.951 .561 .930
item29 81.95 139.295 .569 .930
item30 81.91 137.366 .571 .930
item31 81.91 136.960 .596 .929
item32 82.03 139.312 .603 .929
item33 82.15 142.663 .407 .931
item34 81.89 137.441 .564 .930
item35 82.28 140.735 .499 .930
item36 81.60 140.806 .472 .931
item37 82.15 139.288 .667 .929
item38 81.95 140.545 .531 .930
item39 81.95 138.013 .665 .929
item40 81.77 139.899 .454 .931
item41 81.14 142.902 .310 .932
item42 82.00 141.594 .412 .931
item44 81.88 137.172 .499 .931
item45 81.97 139.905 .461 .931
LAMPIRAN C
Uji Reliabilitas Butir
Skala POLA PIKIR NEGATIF
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 65 100.0
Excludeda 0 .0
Total 65 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.941 45
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 89.25 176.157 .649 .938
item2 89.42 178.184 .463 .939
item3 89.02 178.609 .354 .940
item4 89.09 179.398 .378 .940
item5 89.11 179.160 .355 .940
item6 89.14 177.215 .520 .939
item7 89.51 175.785 .586 .939
item8 88.95 182.138 .100 .943
item9 88.86 177.059 .399 .940
item10 89.20 178.069 .477 .939
item11 89.34 171.321 .713 .937
item12 89.34 174.227 .590 .939
item13 88.86 177.277 .403 .940
item14 89.40 175.713 .593 .939
item15 89.11 177.910 .475 .939
item16 89.15 180.070 .275 .941
item17 89.23 179.399 .346 .940
item18 89.37 172.174 .756 .937
item19 89.23 174.087 .663 .938
item20 89.09 175.585 .495 .939
item21 89.09 175.835 .525 .939
item22 89.54 176.315 .483 .939
item23 89.29 178.585 .289 .941
item24 89.31 175.185 .551 .939
item25 89.12 174.860 .556 .939
item26 89.26 178.352 .376 .940
item27 89.25 176.157 .486 .939
item28 89.02 176.953 .463 .939
item29 89.00 175.500 .552 .939
item30 89.08 175.603 .508 .939
item31 89.28 172.735 .705 .938
item32 88.98 176.547 .456 .940
item33 89.31 176.435 .495 .939
item34 89.26 179.259 .451 .940
item35 89.52 172.441 .653 .938
item36 89.43 177.374 .456 .940
item37 89.12 176.578 .592 .939
item38 89.25 178.501 .547 .939
item39 89.37 175.205 .657 .938
item40 89.25 177.876 .508 .939
item41 89.25 175.563 .549 .939
item42 89.09 177.460 .420 .940
item43 89.51 174.941 .646 .938
item44 89.38 177.990 .374 .940
item45 89.22 173.890 .604 .938
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 65 100.0
Excludeda 0 .0
Total 65 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.943 42
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 82.91 163.960 .642 .941
item2 83.08 165.978 .451 .943
item3 82.68 166.222 .355 .943
item4 82.75 167.188 .362 .943
item5 82.77 166.805 .352 .943
item6 82.80 165.069 .505 .942
item7 83.17 163.674 .574 .942
item9 82.52 164.347 .423 .943
item10 82.86 165.652 .482 .942
item11 83.00 159.250 .710 .941
item12 83.00 162.094 .584 .942
item13 82.52 164.753 .415 .943
item14 83.06 163.527 .586 .942
item15 82.77 165.493 .480 .942
item17 82.89 166.848 .357 .943
item18 83.03 160.155 .748 .940
item19 82.89 161.879 .663 .941
item20 82.75 163.220 .501 .942
item21 82.75 163.407 .535 .942
item22 83.20 163.975 .485 .942
item24 82.97 163.093 .540 .942
item25 82.78 162.890 .538 .942
item26 82.92 165.916 .381 .943
item27 82.91 163.648 .501 .942
item28 82.68 164.785 .453 .943
item29 82.66 163.227 .553 .942
item30 82.74 163.165 .519 .942
item31 82.94 160.559 .705 .941
item32 82.65 164.388 .447 .943
item33 82.97 164.093 .498 .942
item34 82.92 166.885 .449 .943
item35 83.18 160.434 .644 .941
item36 83.09 164.835 .471 .942
item37 82.78 164.203 .598 .942
item38 82.91 165.991 .561 .942
item39 83.03 162.843 .665 .941
item40 82.91 165.585 .504 .942
item41 82.91 163.148 .559 .942
item42 82.75 165.126 .420 .943
item43 83.17 162.518 .660 .941
item44 83.05 165.826 .361 .943
item45 82.88 161.578 .611 .941
LAMPIRAN D
Skala Penelitian
Variabel KECEMASAN BERBICARA DI
DEPAN UMUM dan
Variabel POLA PIKIR NEGATIF
INFORMED-CONSENT
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/ skripsi, kami ingin meneliti
mengenai pola pikir dengan kecemasan. Penelitian ini dilakukan melalui
penyebaran kuesioner. Oleh karena itu, kami akan memberikan kuesioner yang
berisi tentang pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan tema penelitian ini.
Anda diminta untuk memberikan respon terhadap pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner dengan cara memilih beberapa pilihan jawaban yang telah disediakan.
Kami menjamin kerahasiaan informasi yang Anda berikan. Kami tidak
akan mengungkap identitas Anda kepada siapa pun. Informasi yang kami peroleh
dari kuesioner ini akan kami laporkan dalam bentuk penghitungan statistik dan
kesimpulan dalam format skripsi dan/ atau jurnal ilmiah tanpa mengungkap
identitas Anda.
Setelah Anda menandatangani kesepakatan ini maka artinya Anda telah
memahami segala informasi yang diberikan dan memutuskan untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Anda bebas untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
ini sebelum berpartisipasi. Anda juga bebas untuk tidak berpartisipasi dan
mengundurkan diri dari penelitian ini. Keputusan Anda untuk tidak berpartisipasi
tidak akan mempengaruhi apa pun dalam kehidupan anda.
Kami, Andina Prilajeng Nugraheni, sebagai peneliti di bawah supervisi Dr.
Tjipto Susana, M. Si. yang merupakan dosen pembimbing skripsi kami, akan
bertanggung jawab dalam proses dan kelancaran penelitian ini sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat.
Andina Prilajeng Nugraheni
085742223332
NOTA KESEPAHAMAN
PIHAK I : PENELITI
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Andina Prilajeng Nugraheni
Status : Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Angkatan 2006
NIM : 069114085
Menyatakan bahwa saya akan menjamin kerahasiaan identitas Anda sebagai
responden penelitian. Saya bertanggung jawab atas proses dan kelancaran
penelitian ini, termasuk menjaga kenyamanan Anda. Apabila dalam proses
penelitian ini Anda mengalami suatu ketidaknyamanan, saya bersedia untuk
bertanggung jawab membantu memulihkan ketidaknyamanan Anda.
PIHAK II : RESPONDEN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Setelah memahami semua informasi yang disampaikan oleh peneliti mengenai
hak, kewajiban, dan prosedur penelitian, maka saya menyatakan bersedia untuk
terlibat dalam penelitian ini. Saya juga menyatakan bahwa keterlibatan saya
bersifat sukarela tanpa paksaan dari pihak mana pun.
Yogyakarta, 2010
Pihak I, Pihak II,
( Andina Prilajeng. N ) ( )
SKALA
Nama :
Jenis kelamin :
Fakultas :
Angkatan :
Petunjuk:
5. Anda dimohon untuk menjawab pernyataan-pernyataan berikut dengan
memilih salah satu jawaban yang paling cocok dengan keadaan Anda.
6. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang tersedia dengan pilihan
jawaban sebagai berikut:
SS : Bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan yang Anda rasakan
S : Bila pernyataan tersebut Sesuai dengan yang Anda rasakan
TS : Bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan yang Anda rasakan
STS : Bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan yang Anda
rasakan
7. Mohon semua pernyataan diisi, usahakan agar jangan sampai ada pernyataan
yang terlewat dan jangan lupa memeriksa kembali pernyataan tersebut
sebelum dikumpulkan kembali.
8. Seluruh jawaban yang Anda berikan tidak ada yang salah, maka dari itu
jawablah seluruh pernyataan sesuai dengan keadaan Anda yang sesungguhnya.
SELAMAT MENGERJAKAN !
SKALA A
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya seringkali mengulang kata
atau kalimat ketika menjelaskan
materi presentasi di depan kelas
2 Tangan saya berkeringat ketika
berbicara di depan umum
3 Pada saat presentasi di depan
kelas, saya seringkali lupa
mengutarakan beberapa point
materi yang sudah dipersiapkan
sebelumnya
4 Saya merasa mampu menjawab
semua pertanyaan teman-teman
dan dosen tiap kali saya
presentasi di depan kelas
5 Ketika berbicara di depan umum,
saya mengalami kebingungan dan
tidak tahu apa yang harus
diucapkan selanjutnya
6 Saya berani bertanya kepada
dosen di depan kelas, saat kuliah
berlangsung.
7 Kaki saya gemetar ketika
berbicara di depan umum
8 Saya terbata-bata dalam
menyampaikan materi presentasi
9 Saya berani mengemukakan
pendapat secara lisan saat diskusi
kelompok
10 Saya sering berkeringat saat
berbicara di depan banyak orang
11 Saya dapat menjelaskan materi
secara runtut ketika presentasi
12 Saya merasa takut untuk
berbicara di depan umum
13 Saya tetap tenang ketika berbicara
di depan orang banyak
14 Suara saya bergetar saat
mempresentasikan makalah
15 Saya takut bertanya kepada dosen
di depan kelas saat proses
perkuliahan berlangsung
16 Saya merasa mampu menjawab
semua pertanyaan teman-teman
tiap kali saya presentasi di depan
kelas
17 Saya tidak merasa gugup saat
berbicara di depan umum
18 Ketika berbicara di depan banyak
orang, denyut jantung saya tetap
normal
19 Saya sering kehilangan kata-kata
ketika ingin menjawab
pertanyaan dari dosen
20 Pada saat presentasi, saya
menjadi lupa semua materi yang
telah saya pelajari
21 Tangan saya terasa dingin ketika
saya melakukan presentasi di
depan kelas
22 Saya dapat menatap peserta
kuliah ketika melakukan
presentasi di depan kelas
23 Saya merasa gelisah menunggu
giliran presentasi di depan orang
banyak
24 Saya dapat berbicara di depan
umum dengan suara yang cukup
jelas
25 Saya menjelaskan materi
presentasi dengan kalimat yang
jelas dan terstruktur
26 Saya tetap tenang ketika
mempresentasikan makalah di
depan orang banyak
27 Saat presentasi, saya merasa
bingung dengan pertanyaan-
pertanyaan yang sulit dari teman-
teman
28 Ucapan saya tetap lancar dan
jelas dalam menjawab, walaupun
saya tidak mengerti pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh
teman-teman
29 Saya merasa takut bila bentuk
pertanyaan dari para peserta
kuliah, diluar dari bahan
presentasi yang saya pelajari
30 Saya tidak cepat gelisah ketika
mendapat pertanyaan yang sulit
dalam presentasi di depan kelas
31 Melakukan presentasi sendiri di
depan kelas, tidak akan membuat
saya sesak nafas
32 Saya menggerak-gerakkan tangan
secara otomatis ketika kesulitan
menjawab pertanyaan dari peserta
kuliah
33 Saya dapat mengemukakan
gagasan atau ide dengan jelas
dalam diskusi kelompok
34 Bagi saya pertanyaan-pertanyaan
yang sulit menjadi sulit menjadi
masalah, ketika saya tidak
menguasai bahan presentasi
35 Pada saat diskusi kelompok tugas
kuliah, saya sering merasa takut
untuk mengemukakan pendapat
atau ide
36 Saya merasa takut untuk
memberikan komentar dalam
diskusi kelompok
SKALA B
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya adalah orang yang tidak
mampu untuk mengutarakan ide
atau gagasan dalam diskusi
kelompok
2 Dalam pelaksanaan diskusi
kelompok besok, teman-teman
pasti menertawakan ide dan
gagasan saya
3 Saya yakin setiap presentasi yang
saya lakukan pasti akan selalu
berhasil
4 Saat diskusi kelompok pasti
teman-teman menghargai ide dan
gagasan saya
5 Saya gagal dalam presentasi ini
berarti saya pasti juga gagal
dalam presentasi berikutnya
6 Saya termasuk orang yang
kompeten dalam hal berbicara di
depan umum
7 Saya yakin teman-teman tidak
tertarik dengan materi presentasi
makalah saya
8 Saya memang bodoh sehingga
tidak mampu menjawab
pertanyaan ketika presentasi di
depan kelas
9 Saya berpikiran bahwa orang-
orang menertawakan saya ketika
saya berbicara di depan umum
10 Saya yakin teman-teman
menganggap saya terampil dalam
berbicara di depan umum
11 Saya yakin teman-teman sekelas
menertawakan pendapat saya saat
diskusi kelompok
12 Saya yakin teman-teman puas
dengan jawaban saya yang
berkaitan dengan pertanyaan
mereka terhadap materi presentasi
13 Materi makalah saya sangat sulit,
saya pasti gagal dalam presentasi
besok
14 Ketika saya mulai bicara, saya
merasa teman-teman tidak
menyukai presentasi saya
15 Saya tidak kompeten untuk
berbicara di depan banyak orang
16 Saya merasa teman-teman
menyukai gaya presentasi saya
17 Saya adalah orang yang tidak
berguna, sampai-sampai para
audiens mengkritik penampilan
presentasi saya
18 Ide saya pasti tidak disetujui lagi
oleh teman-teman saat diskusi
kelompok besok
19 Saya mampu berbicara di depan
umum dengan baik, maka suatu
saat saya pasti dapat menjadi
pembicara yang berkompeten
20 Saya pasti tidak bisa menjawab
pertanyaan dari teman-teman
berkaitan materi presentasi
21 Saya pasti tidak mampu
menyampaikan materi dengan
jelas dan detail pada setiap
presentasi
22 Saya yakin teman-teman
menganggap saya terampil dalam
berbicara di depan umum
23 Saya termasuk orang yang
terampil dalam hal berbicara di
depan umum
24 Saya benar-benar gugup berbicara
di depan umum
25 Saya tidak mampu berbicara di
depan umum dengan baik, maka
suatu saat saya tidak bisa menjadi
pembicara yang berkompeten
26 Teman-teman akan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang sulit
jika saya presentasi di depan
kelas
27 Dalam diskusi kelompok
selanjutnya, saya yakin saya tidak
dapat memberikan ide yang baik
dan bermutu
28 Saya yakin dapat memberikan
jawaban yang memuaskan saat
sesi tanya jawab presentasi
29 Saya gagal dalam presentasi ini
berarti saya pasti juga gagal
dalam presentasi berikutnya
30 Saya memang tidak pandai
sampai-sampai saya tidak mampu
menjawab pertanyaan dari teman-
teman berkaitan materi presentasi
31 Saya yakin teman-teman tertarik
dengan materi presentasi saya
32 Saya yakin mampu memberikan
jawaban yang memuaskan pada
saat sesi tanya jawab presentasi
33 Saya tidak sepandai orang lain
sehingga saya gagal dalam
presentasi ini
34 Saya berpikir bahwa teman-teman
tidak akan menikmati presentasi
saya
35 Saya berpikir bahwa presentasi
yang saya bawakan tidak menarik
36 Saya yakin bahwa dosen
memberikan nilai yang bagus
pada presentasi yang saya
bawakan
37 Saya akan gagal
mempresentasikan makalah
38 Saya berpikir bahwa dosen akan
memberikan nilai yang jelek atas
hasil presentasi yang saya
bawakan besok
39 Saya yakin teman-teman akan
menikmati presentasi yang saya
bawakan besok
Periksa kembali jawaban Anda sebelum dikumpulkan, jangan sampai ada
pernyataan yang terlewat !
Terima kasih atas partisipasi Anda
LAMPIRAN E
Uji Normalitas
UJI NORMALITAS
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
kecemasan 100 83.34 12.749 43 128
polapikir 100 81.09 13.126 49 121
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kecemasan polapikir
N 100 100
Normal Parametersa,b
Mean 83.34 81.09
Std. Deviation 12.749 13.126
Most Extreme Differences Absolute .111 .104
Positive .111 .104
Negative -.077 -.079
Kolmogorov-Smirnov Z 1.106 1.042
Asymp. Sig. (2-tailed) .173 .228
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
LAMPIRAN F
Uji Linearitas
UJI LINEARITAS
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
kecemasan * polapikir 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%
Report Kecemasan
polapikir Mean N Std. Deviation
49 43.00 1 .
54 85.00 1 .
59 66.00 1 .
60 75.67 3 9.452
61 73.00 1 .
62 73.00 1 .
63 66.00 1 .
64 61.00 1 .
66 63.00 1 .
67 77.00 1 .
68 71.00 4 2.582
69 82.50 2 12.021
71 69.00 1 .
72 86.00 2 2.828
73 76.75 4 4.573
74 77.00 1 .
75 72.00 1 .
76 75.50 4 6.557
77 86.67 3 14.640
78 77.73 11 6.635
79 80.50 2 3.536
80 79.40 5 6.107
81 83.50 6 8.216
82 90.00 1 .
83 92.67 3 9.504
84 84.67 6 9.688
85 87.33 3 8.963
86 87.75 4 7.890
87 86.50 2 4.950
88 88.00 1 .
90 85.80 5 8.012
91 72.00 1 .
92 103.00 1 .
95 94.75 4 4.924
97 94.50 2 .707
99 100.33 3 4.933
100 93.00 1 .
109 107.00 1 .
115 107.00 1 .
116 107.00 1 .
120 113.00 1 .
121 128.00 1 .
Total 83.34 100 12.749
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
kecemasan
* polapikir
Between
Groups
(Combined) 12778.842 41 311.679 5.459 .000
Linearity 9688.906 1 9688.906 169.693 .000
Deviation
from
Linearity
3089.936 40 77.248 1.353 .145
Within Groups 3311.598 58 57.097
Total 16090.440 99
Measures of Association
R R Squared
E
ta
Eta
Squared
kecemasan *
polapikir
.776 .602 .8
9
1
.794
LAMPIRAN G
Uji Hipotesis
UJI HIPOTESIS
Correlations
kecemasan polapikir
kecemasan Pearson Correlation 1 .776**
Sig. (1-tailed) .000
N 100 100
polapikir Pearson Correlation .776**
1
Sig. (1-tailed) .000
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).