hubungan antara self-eficacy dengan kecemasan …eprints.ums.ac.id/41333/19/02. naskah...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFICACY DENGAN KECEMASAN
BERBAHASA ASING PADA SANTRI BARU PONDOK PESANTREN
NAHDHATUL MUSLIMAT SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
HANIFAH MARDHATILLAH
F 100 110 002
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFICACY DENGAN KECEMASAN
BERBAHASA ASING PADA SANTRI BARU PONDOK PESANTREN
NAHDHATUL MUSLIMAT SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
HANIFAH MARDHATILLAH
F 100 110 002
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
vi
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFICACY DENGAN KECEMASAN
BERBAHASA ASING PADA SANTRI BARU PONDOK PESANTREN
NAHDHATUL MUSLIMAT SURAKARTA
Hanifah Mardhatillah
Pembimbing :
Nisa Rachmah NA
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKSI
Kecemasan berbahasa asing adalah kekhawatiran pada suatu kejadian yang
berhubungan dengan pembelajaran bahasa kedua setelah bahasa ibu. Kecemasan
berbahasa asing timbul akibat faktor psikologis, yaitu efikasi diri atau self eficacy
yang rendah terhadap kemampuan yang dimiliki. Self eficacy memiliki konstribusi
dalam pembelajaran bahasa, khusunya ketika mengaplikasikan ke dalam
percakapan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan self eficacy dengan kecemasan berbahasa asing, serta mengetahui
tingkat self eficacy dan tingkat kecemasan berbahasa asing pada santri baru
Pondok Pesantren Nahdhatul Muslimat Surakarta. Jenis penelitian ini kuantitatif,
dengan menggunakan subjek penelitian santri baru Pondok Pesantren Nahdhatul
Muslimat Surakarta berjumlah 55 santri. Metode pengumpulan data menggunakan
skala psikologis, yaitu skala self eficacy dan skala kecemasan berbahasa asing,
dengan metode insidental sampling. Sedangkan analisis data menggunakan
korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan
negatif yang signifikan antara self eficacy dengan kecemasan berbahasa asing.
Semakin tinggi self eficacy santi baru maka semakin rendah kecemasan berbahasa
asing, begitu pula sebaliknya semakin rendah self eficacy seorang santri baru
maka semakin tinggi kecemasan berbahasa asing. Tingkat self eficacy santri baru
pondok NDM (Nahdhatul Muslimat) tergolong sedang dan tingkat kecemasan
berbahasa asing santri pondok NDM tergolong sedang. Self eficacy menjadi salah
satu yang dapat mempengaruhi kecemasan berbahasa asing.
Kata kunci : Self eficacy, kecemasan berbahasa asing
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFICACY DENGAN KECEMASAN BERBAHASA
ASING PADA SANTRI BARU PONDOK PESANTREN NAHDHATUL MUSLIMAT
SURAKARTA
Hanifah Mardhatillah
Pembimbing :
Nisa Rachmah NA
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRACT
Foreign language anxiety is a concern on an event related to learning a second language after
their mother tongue. Foreign language anxiety arising from a psychological factors, namely self-
efficacy or self eficacy low against capabilities. Self eficacy own contribution in language
learning, especially when applied in everyday conversation. The purpose of this study was to
determine the relationship of self eficacy with foreign language anxiety, as well as determine the
level of self eficacy and foreign language anxiety level on a new boarding school students
Nahdhatul's Women Surakarta. This type of quantitative research, using new students research
subjects Nahdhatul Moslem boarding school in Surakarta totaled 55 students. Methods of data
collection using psychological scale, the scale of self eficacy and foreign language anxiety scale,
with incidental sampling method. While data analysis using product moment correlation. The
results showed that there was a significant negative correlation between self eficacy with foreign
language anxiety. The higher self eficacy new Santi, the lower the anxiety foreign language, and
vice versa the lower the self eficacy a new students, the higher the anxiety foreign language. The
level of self eficacy new students cottage NDM (Nahdlatul Moslem) classified as moderate and
the level of anxiety in foreign language students cottage NDM moderate. Self eficacy be one that
can affect foreign language anxiety.
Keywords: Self eficacy, Foreign language anxiety
1
PENDAHULUAN
Pada saat ini pendidikan di
Indonesia memiliki berbagai model
pembelajaran, namun sebagaimana
yang telah dituliskan dalam
(Jamhuri, 2011) pondok pesantren
sebagai model pendidikan pertama
dan tertua di Indonesia. Pondok
pesantren dapat mengurangi
kegagalan sistem pendidikan saat
ini. Yang mana pelajar minimal
mengalami masa tawuran. Ini
disebabkan karena Pondok
pesantren memegang teguh
keagamaan.
Namun ada beberapa kendala di
MTs Pondok Pesantren yang
dikarenakan keadaan di Pondok
pesantren pada tingkat Mts berbeda
dengan keadaan pada tingkat SMP
diluar, kecemasan yang dialami pun
berbeda. Seperti (Aminullah, 2013)
dalam penelitian yang berjudul
“Kecemasan antara siswa SMP dan
santri Pondok Pesantren”
menunjukkan bahwa berdasarkan
data yang diperoleh menggunakan
Taylor Manifest Anxiety Scale
(TMAS) dengan 50 pernyataan yang
terdiri dari favorable dan
unfavorable, dapat disimpulkan
kecemasan santri pondok pesantren
yang tergolong rendah sebanyak 10
santri (11,9%) dan kecemasan yang
tergolong tinggi sebanyak 33 santri
(39,3%). Sedangkan kecemasan di
kalangan anak SMP yang tergolong
rendah sebanyak 24 siswa (28,6%)
dam yang tergolong tinggi sebanyak
17 siswa (20,2%). Berdasarkan hasil
diatas dapat disimpulkan bahwa ada
kecemasan di kalangan santri pondok
pesantren dan siswa SMP. Namun
tingkat kecemasan santri pondok
pesantren lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa SMP.
Hal-hal yang membuat
perbedaan antara santri pondok
pesantren dengan siswa SMP adalah
peraturan yang dijalani. Hasil dari
wawancara kepada salah satu
pengasuh pondok pesantren
Nahdhatul Muslimat menyatakan
bahwa ada beberapa peraturan yang
membedakan antara kehidupan di
pondok dengan sekolah diluar, yaitu
: apabila santri pondok harus tinggal
di asrama, komunikasi dengan orang
di luar asrama di batasi dan di
wajibkan menggunakan bahasa arab
2
ataupun bahasa inggris dalam
percakapan sehari-hari.
Namun yang paling sering
dilanggar oleh santri ialah
pelanggaran berbahasa asing (bahasa
arab/ bahasa inggris). Pondok
Pesantren Nahdhatul Muslimat tidak
lepas tangan begitu saja membiarkan
santri mempelajari bahasa asing
secara mandiri, Pondok Pesantren
NDM (Nahdhatul Muslimat) juga
memfasilitasi santri dengan di
adakannya pelajaran-pelajaran
bahasa dan juga kegiatan belajar
bahasa yang dilakukan di luar
kegiatan sekolah, yaitu dengan
menambah kosa kata bahasa asing
serta belajar untuk berpidato dengan
berbahasa asing. Pada malam jum’at
santri juga diberi keluasan untuk
menyelenggarakan pentas seni
dengan menggunakan bahasa asing,
berupa; puisi, pidato, drama, dll.
Fasilitas yang telah diberika
pihak pondok kepada santri,
seharusnya bisa memaksimalkan
kemampuan santri dalam berbahasa
asing. Namun pada kenyataannya
santri banyak melakukan
pelanggaran berbahasa asing yang di
sebabkan beberapa kendala.
Berbahasa asing memang merupakan
hal yang baru bagi santri baru apabila
digunakan kedalam percakapan
keseharian, karena pada saat mereka
duduk di bangku SD tidak ada
kewajiban untuk menggunakan
bahasa asing dalam kesehariannya.
Santri baru dituntut untuk
membiasakan diri atau beradaptasi
dengan kewajiban berbahasa asing.
Santri baru yang memiliki
keyakinan diri untuk berbahasa asing
akan mudah untuk mengikutinya.
Santri yang tidak memiliki
keyakianan diri untuk menggunakan
bahasa asing dalam kesehariannya
membuat mereka tidak terbiasa
menggunakan bahasa asing sehingga
mereka cenderung melanggar
peraturan untuk berbahasa asing.
Santri yang melanggar bahasa asing
akan merasa takut, tidak percaya diri
untuk mengapalikasikan bahasa
asing yang telah diperoleh ke dalam
percakapan keseharian. Santri baru
yang tidak menggunakan bahasa
asing dalam kesehariannya akan
mendapat hukuman berupa
menghafal beberapa kosakata bahasa
3
asing. Hukuman dari pelanggaran
berbahasa asing ini paling ringan
karena masih banyak hukuman yang
lebih berat dari ini, diantaranya
mengahafal surat, membersihkan
ruangan tertentu dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu penulis membuat
kuesioner terbuka dengan pertanyaan
“Apa yang anda rasakan ketika
pertama kali di wajibkan untuk
berbahasa asing ?” Hasil dari
jawaban kuesioner terbuka tersebur
sebanyak 26 santri mengaku tidak
cemas menggunakan bahasa asing,
tetapi 26 santri mengaku cemas
menggunakan bahasa asing yang di
tandai dengan takut, jantung berdetak
lebih cepat dan kurang percaya diri
ketika menggunakan bahasa asing.
Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Spielberger
(2004) yang menyatakan bahwa
kecemasan berbahasa asing adalah
perasaan yang timbul dalam diri
individu berupa ketegangan,
ketakutan, kegelisahan serta
kekhawatiran yang berkaitan dengan
gairah sistem saraf otomatis.
Sedangakn salah satu faktor yang
mempengaruhi kecemasan ialah self
eficacy seperti pada penelitian
(Anwar, 2009) yang berjudul
“Hubungan antara self-eficacy
dengan kecemasan berbicara didepan
umum pada mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Sumatra
Utara” menunjukan bahwa self-
eficacy yang tergolong sedang
sebanyak 141 mahasiswa (76,6%),
self-eficacy yang tergolong tinggi
sebanyak 16 mahasiswa (8,7%) dan
yang tergolong rendah sebanyak 27
mahasiswa (14,7%).
Hasil ini didapat menggunakan
skala linkert yang disusun
berdasarkan aspek-aspek self-eficacy
milik Bandura yang terdiri dari level,
generality dan strength. Semakin
tinggi self-eficacy seseorang maka
semakin rendah kecemasan
seseorang, begitupula sebaliknya
semakin rendah self-efcicacy
seseorang maka semakin tinggi
kecemasan (Anwar, 2009). Menurut
Bandura (2000) self-eficacy adalah
keyakinan seseorang mengenai
kemampuan dalam dirinya yang akan
mempengaruhi cara mereka
bertindak. Self-eficacy juga dapa
4
menguasai situasi tertentu dan dapat
memperoleh hasil yang positif.
Apabila seorang individu
memiliki self eficacy yang tinggi,
yakin akan kemampuannya untuk
berbahasa asing maka ia akan
percaya diri untuk berbahasa asing
dengan baik. Sebaliknya apabila
seorang individu memiliki self
eficacy yang rendah, merasa tidak
memiliki kemampuan untuk
berbahasa asing maka individu
tersebut akan merasa cemas ketika
berbahasa asing. Santri baru NDM
dituntut untuk bisa menguasai bahasa
asing untuk diterapkan kedalam
percakapan keseharian. Santri ketika
tidak menggunakan bahasa asing
akan dikenakan sanksi akibat dari
pelanggarannya.
Tuntutan penguasaan bahasa
asing dalam waktu yang ditentukan
mempengaruhi santri baru dalam
proses belajar bahasa asing.
Keyakinan yang rendah terhadap diri
sendiri mengakibatkan santri baru
mengalami kecemasan. Santri baru
ketika mengalami kecemasan akan
berusaha meyakinkan diri sendiri
akan kemampuannya untuk
berbahasa asing.
Berdasarkan uraian tersebut
peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut, Apakah ada
Hubungan antara self eficacy dengan
kecemasan berbahasa asing pada
santri baru Pondok Pesantren
Nahdhatul Muslimat Surakarta ?
Dari permasalahan tersebut maka
peneliti ingin melakukan penelitian
berjudul Hubungan antara self
eficacy dengan kecemasan
berbahasa asing pada santri baru.
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian adalah santri
baru di Pondok Pesantren Nahdhatul
Muslimat Kauman Surakarta.
Penulis menggunakan insidental
sampling, sehingga penulis memilih
secara acak santri baru berjumlah 55
santri. Dengan kriteria ,yaitu : santri
baru, dengan usia 12-13 tahun dan
termasuk santri pondok NDM .
Skala self eficacy menggunakan
skala yang telah digunakan
sebelumnya oleh Muna (2012) yang
disusun berdasarkan dan
indikatornya, yaitu Tingkatan,
5
dengan indikator; Yakin dapat
mengerjakan tugas ataupun
pekerjaan yang sulit dan Yakin dapat
mengerjakannya tanpa bantuan orang
lain. Kekuatan, dengan indikator;;
percaya diri untuk mendapatkan hasil
semaksimal mungkin. Dan Keluasan,
dengan indikator; Percaya dapat
menyelesaikan pekerjaan yang
banyak dalam waktu yang
ditentukan, Percaya dapat mengulang
kembali prestasi yang pernah diraih
sebelumnya.
Skala kecemasan berbahasa asing
menggunakan skala yang telah
digunakan oleh Hidayati (2014) yang
disusun berdasarkan aspek dan
indikatornya, yaitu ketakutan dalam
berkomunikasi dengan
indikator;Menghindari dan penarikan
diri dari komunikasi dan Perasaan
tegang, gugup ataupun panik ketika
melakukan komunikasi. Kecemasan
menghadapi tes dengan indikator;
Manifestasi kognitif, afektif dan
psikomotorik: ketegangan pikiran,
sulit berkonsentrasi, kebingungan
dalam menjawab soal dan
mengalami mental blocking,
perasaan yang tidak menyenangkan
seperti khawatir, takut dan gelisah
berlebihan. Dan rasa takut
menghadapi evaluasi negatif dengan
indikator; Perasaan khawatir sebagai
akibat dari anggapan situasi sosial
dan dinilai oleh orang lain, tidak
mampu mendapat persetujuan dari
orang lain serta takut melakukan
perilaku yang memalukan di muka
umum, takut di kritik, tidak di
dukung atau ditolak.
HASIL
a. Variabel Self Eficacy
Dari hasil penilaian professional
judgment expert kemudian dianalisis
menggunakan MS. Excel. Skala self
eficacy dan Skala kecemasan
berbahasa asing ini menggunakan
batas nilai valid sebesar 0,6. Untuk
aitem dengan hasil validitas dibawah
0,6 (<0,6) tidak layak dimasukkan
sebagai alat ukur penelitian.
Sedangkan aitem dengan hasil
validitas sama atau lebih besar dari
0,6 layak dimasukkan dalam skala
penelitian.Hasil analisis Skala self
eficacy untuk penelitian setelah
dilakukan uji validitas isi oleh
judgement expertadalah diperoleh 26
aitem pada Skala self eficacy
6
dinyatakan layak. Aitem yang layak
tersebut terdiri dari 9 aitem
favourable dan 17 aitem
unfavourable.Hasil uji daya beda
aitem skala self eficacy yang terdiri
26 aitem terdapat 22 aitem
memenuhi daya beda aitem dan 4
aitem yang tidak memenuhi daya
beda aitem yaitu nomor 4,6,12,24..
Indek daya beda bergerak antara
0,331 hingga 0,658dan koefisien
reliabilitas alpha (α) = 0,832.
b.Variabel Kecemasan Berbahasa
Asing
Hasil analisis Skala kecemasan
berbahasa asing untuk penelitian
setelah dilakukan uji validitas isi
oleh judgement expert adalah
diperoleh 45 aitem pada Skala
kecemasan berbahasa asing
dinyatakan layak. Aitem yang layak
tersebut terdiri dari 26 aitem
favourable dan 19 aitem
unfavourable. Hasil uji daya beda
aitem Skala kecemasan berbahasa
asing yang terdiri 45 aitem terdapat
42 aitem memenuhi daya beda aitem
dan 3 aitem yang tidak memenuhi
daya beda aitem yaitu nomor
33,36,45. Indek daya beda bergerak
antara 0,304 hingga 0,707 dan
koefisien reliabilitas alpha (α) =
0,942.
Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui normal atau tidaknya
sebaran data dari variabel-variabel
penelitian. Uji normalitas ini
menggunakan teknik One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji
normalitas pada variabel self eficacy
menunjukkan nilai Kolmogorov-
Smirnov Z sebesar sebesar 0,571
dengan p value = 0,900 > 0,05 yang
berarti bahwa sebaran data
memenuhi distribusi normal. Hasil
uji normalitas variabel kecemasan
berbahasa asing menunjukan
Kolmogorov-Smirnov Z sebesar
0,753 dengan p value = 0,622 > 0,05
yang berarti bahwa sebaran data
memenuhi distribusi normal.
Uji lineritas dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel bebas
dan variabel tergantung memiliki
hubungan yang linier atau tidak
secara signifikansi. Hasil uji
linieritas hubungan antara self
eficacy dengan kecemasan berbahasa
asing dilihat diperoleh nilai F sebesar
1,213, hasil dari keterangan
Deviation from Linierity dihasilkan
7
hasil signifikansi (p) = 0,308 dengan
p> 0,05 hasil tersebut menunjukkan
bahwa variabel bebas (self eficacy)
dengan variabel tergantung
(kecemasan berbahasa asing)
memiliki korelasi yang searah
(linier), artinya bahwa ada hubungan
antara self eficacy dengan kecemasan
berbahasa asing.
Berdasarkan uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji
linieritas diketahui bahwa variabel
self eficacy dan variabel kecemasan
berbahasa asing memenuhi syarat
data normal dan linier. Sehingga
peneliti menggunakan Teknik
analisis data yang digunakan adalah
korelasi product moment dari
Pearsonmenggunakan bantuan SPSS
version 15.0. Hasil perhitungan
diperoleh nilai koefisien korelasi (r)
sebesar -0,710dengan Signifikansi
(p) = 0,000; (p<0,01) ada korelasi
negatif yang artinya ada hubungan
negatif antara self eficacy dengan
kecemasan berbahasa asing pada
santri baru Pondok Pesantren
Nahdhatul Muslimat. Semakin tinggi
self eficacy santri baru maka semakin
rendah kecemasan berbahasa asing
begitu pula sebaliknya.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan
teknik analisis korelasi product
moment, maka diperoleh nilai
koefisien korelasi (r) sebesar -0.710;
p = 0,000 (p < 0,01). Nilai koefisien
korelasi negatif yang artinya ada
hubungan negatif antara self eficacy
dengan kecemasan berbahasa asing
pada santri baru Pondok Pesantren
Nahdhatul Muslimat. Semakin tinggi
self eficacy santri baru maka semakin
rendah kecemasan berbahasa asing,
sebaliknya semakin rendah self
eficacy santri baru maka semakin
tinggi kecemasan berbahasa asing.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian terdahulu yaitu
penelitian dari Anwar (2009) yang
berjudul hubungan antara self-eficacy
dengan kecemasan berbicara didepan
umum pada mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Sumatra Utara.
Penelitian ini membuktikan bahwa
self eficacy positif menjadikan
mahasiswa mempunyai keyakinan
dalam dirinya akan kemampuan yang
dimiliki, sehingga mahasiswa
percaya diri untuk berbicara di depan
umum. Hal ini dapat mengurangi
8
kecemaan yang dimiliki mahasiswa
untuk berbicara di depan umum.
. Menurut Ormrod (2006),
secara garis besar self eficacy adala
penilaian seseorang terhadap
kemmapuan dalam dirinya untuk
melakukan sesuatu atau meraih
tujuan tertentu. Self eficacy
merupakan sesnse of self, yaitu
persepsi, keyakinan, penilaian, dan
perasaan tentang siapa diri kita
sebagai sesorang. Berdasarkan
keterangan tersebut jika dikaitkan
penelitan terdahulu dan hasil
penelitian saat ini, terlihat bahwa self
eficacy mempunyai peran penting
terhadap proses belajar bahasa santri
baru. Apabila individu memliki
interprestasi berbahasa asing yang
positif, maka idividu akan mudah
berbahasa asing. Sehingga
komunikasi berjalan dengan baik
karena individu memiliki keyakinan
atas kemampuan yang dimiliki untuk
berbahasa asing.
Efikasi diri adalah perkiraan
seseorang akan kemampuan yang ada
dalam dirinya (Susilowati, 2009).
Apabila individu memiliki keyakinan
dapat melakukan suatu tugas, maka
individu tersebut akan menampakkan
hasil yang baik dalam melaksanakan
tugasnya. Sebaliknya apabila
individu tidak memiliki keyakinan
diri untuk melakukan suatu tugas,
maka individu tersebut akan
menampakkan hasil yang kurang
baik ataupun menampakkan
ketidakmampuanya dalam
melaksanakan tugas tersebut.
Sesuai dengan teori tersebut,
ketika kecemasan berbahasa asing
muncul pada santri baru. kecemasan
timbul dari self eficacy atau
keyakinan terhadap dirinya sendriri
untuk melaksanakan suatu tugas.
Apabila santri baru memiliki self
eficacy yang tinggi , santri akan
memiliki kepercayaan diri akan
kemampuannya untuk berbahasa
asing dengan baik, sehingga santri
dapat menguasai kecemasan yang
timbul. Sedangkan apabila santri
baru memiliki self eficacy yang
rendah akan cenderung untuk
menghindari dan sering timbul
perasaan cemasketika harus
melakukan komunikasi dengan
bahasa asing.
9
Sumbangan efektif dari
variabel self eficacy terhadap
kecemasan berbahasa asing sebesar
84.2%, yang berarti masih ada 15.8%
variabel lain yang mempengaruhi
kecemasan berbahasa asing,
diantaranya : konsep diri,
kepercayaan diri, dan faktor lainnya
Kecemasan berbahasa asing
secara keseluruhan berada pada
kategori sedang. Sebanyak 31
subjek dari 55 subjek berada pada
kategori sedang. Sedangkan 3 subjek
pada kategori sangat rendah, 15
subjek berada pada kategori rendah
dan 6 subjek berada pada kategori
tinggi. Hasil tersebut menunjukan
beberapa santri baru memiliki
perasaan tegang, takut, dan khawatir
yang dialami pada saat berbicara
menggunakan bahasa asing dengan
orang lain. Perasaan takut ketika
menghadapi tes bahasa dan khawatir
dengan evaluasi negatif dari orang
lain (Horwitz,2010)
Self eficacy secara keseluruhan
berada pada kategori sedang.
Sebanyak 36 subjek dari 55 subjek
berada pada kategori sedang.
Sedangkan 7 subjek pada kategori
rendah dan 12 subjek pada kategori
tinggi. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa kebanyakan santri memiliki
keyakinan akan kemampuan dirinya
yang sedang dan ada beberapa santri
yang memiliki keyakinan akan
kemampuan dirinya rendah dan
beberapa santri memiliki keyakinan
akan kemampuan dirinya tinggi.
Semakin tinggi self eficacy
seseorang maka akan semakin
mudah mencapai keberhasilannya.
Hal tersebut karena self eficacy yang
tinggi menimbulkan sikap yang
optimis, percaya diri, berani
mencoba hal yang belum pernah
dilakukan sebelumnyadan akan
bersikap serta berpikir secara positif.
Sebaliknya, semakin rendah self
eficacy seseorang maka akan timbul
sikap pesimis, tidak percaya diri,
takut mencoba hal yang baru,
sehingga tidak dapat
mengembangkan kemampuan yang
dimiliki, individu juga akan berpikir
serta bersikap secara negatif.
Berdasarkan uraian di atas dapat di
ambil kesimpulan bahwa self eficacy
memiliki hubungan terhadap
kecemasan berbahasa asing
10
KESIMPULAN
Tingkat self eficacy pada
santri baru Pondok Pesantren
Nahdhatul Muslimat tergolong
sedang. Tingkat kecemasan
berbahasa asing pada santri baru
Pondok Pesantren Nahdhatul
Muslimat tergolong sedang. Semakin
tinggi self eficacy semakin rendah
kecemasan berbahasa asing. Semakin
rendah self eficacy semakin tinggi
kecemasan berbahasa asing.
SARAN
Bagi para santri baru Pondok
Pesantren Nahdhatul Muslimat
diharapkan dapat mempertahankan
penggunaan bahasa asing terutama
bahasa arab, karena banyak pelajaran
pondok yang menggunakan bahasa
arab. Konsisten untuk menggunakan
kosa kata yang baru didapat kedalam
percakapan sehari-hari, percaya pada
kemampuan yang dimiliki untuk
berbicara menggunakan bahasa asing
tanpa takut salah, karena pada proses
belajar salah merupakan tahap untuk
koreksi diri agar menjadi lebih baik.
Memiliki kemampuan yang kuat
untuk memperdalam dan
memperkaya kosa kata bahasa asing .
Dikarenakan banyak pelajaran
berbahasa asing terutama bahasa
asing. Maka bagi para pengajar yang
bersangkutan dengan bahasa asing
diharapkan agar memiliki motode
belajar yang tidak monoton, seperti
movie learning, diskusi kelompong,
listening. Sehingga santri bisa aktif
dalam mengikuti pelajaran bahasa.
Para pengajar juga diharapkan agar
memberi stimulus positif terhadap
santri baru tentang mudahnya
mempelajari bahasa asing.
Menghargai setiap kemajuan santri
dalam berbahasa. Menumbuhkan
rasa percaya pada kemampuan yang
santri miliki dengan memberikan
motivasi pada akhir pembelajaran.
Tetap mempertahankan kemampuan
santri dalam berbahasa asing.
Keseharian santri diwajibkan
untuk menggunakan bahasa asing.
Maka pengurus pondok dapat
mengawasi , mengingatkan santri
agar berbahasa asing , memberikan
contoh menggunakan bahasa asing
pada kegiatan sehari-hari, serta
mengoreksi apabila ada yang salah
dalam susunan maupun kosa kata
santri. Sehingga santri bisa menjadi
lebih baik lagi dalam berbahasa dan
11
tidak terlarut dalam kesalahan
susunan maupun kosa kata.
Peneliti selanjutnya dapat
melengkapi dan menyempurnakan
dengan faktor-faktor dari variabel
kecemasan berbahasa asing yang
lainnya, seperti ; percaya diri, harga
diri, dll. Penelitian tentang
kecemasan berbahasa asing lebih
baik dilakukan di Pondok Pesantren
yang kesehariannya menggunakan
bahasa asing ( bahasa arab dan
inggris ).
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah, M. (2013). Kecemasan
Antara Siswa SMP dan Santri
Pondok Pesantren. Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan
Vol.01,No 2, 210-211.
Anwar, A. I. (2009). Hubungan
Antara Self-Efficacy Dengan
Kecemasan Berbicara
Didepan Umum Pada
Mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas
Sumatra Utara. Sumatra
Utara.
Bandura. (2000). Self-efficacy. in
E.W. Craighead & C.B
Nemeroff (Eds).
Encyclopedia of Psychology
and Neuroscience. New
York:Wiley.
Hidayati, I. A. 2014. Hubungan
Antara Konsep Diri Dengan
Kecemasan Berbahasa Asing
Pada Mahasantri PESMA
K.H. Mas Mansyur
Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Horwitz, E. K., Horwitz, M. B., &
Cope, J. A. (2010). Foreign
and Second Language
Anxiety. The Modern
Language Journal. Vol.
70(2). 125-132
Jamhuri, M. (2011, 09). Retrieved 01
11, 2015, from
Multazam.blogspot.com.
Muna, RA. 2012. Hubungan Antara
Efikasi Diri Dan Motivasi
Berprestasi Dengan Prestasi
Belajar Pada Siswa Kelas VII
SMP. Skripsi. Fakultas
Psikologi UMS
Ormrod, J.E. (2006). Education
Psychology Developing
Learner 5th
Ed. New Jersey :
Pearson Education.
Speilberger, C. D, & Vagg, P. (Eds).
2004. Test Anxiety: a
transactional process model,
test anxiety theory, assesment
and treatment. Washington,
D. C: Taylor &Francis.