hubungan motivasi berprestasi dengan kematangan karir pada...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2012 FAKULTAS SAINS
DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
OLEH
TABITA MIA AFITRIYANI
802012081
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tabita Mia Afitriyani
Nim : 802012081
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW
hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya
berjudul:
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2012 FAKULTAS SAINS
DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia
atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkannama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
Pada Tanggal : 3 Mei 2016
Yang menyatakan,
Tabita Mia Afitriyani
Mengetahui,
Pembimbing
Enjang Wahyuningrum, M.Si.,Psi
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Tabita Mia Afitriyani
Nim : 802012081
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2012 FAKULTAS SAINS
DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Yang dibimbing oleh:
Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 3 Mei 2016
Yang memberi pernyataan,
Tabita Mia Afitriyani
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2012 FAKULTAS SAINS
DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Oleh
Tabita Mia Afitriyani
802012081
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal emb2015
Oleh:
Pembimbing,
Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi
Diketahui Oleh,
Kaprogdi
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.
Disahkan Oleh,
Dekan
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2012 FAKULTAS SAINS
DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Tabita Mia Afitriyani
Enjang Wahyuningrum
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
i
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan
kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan Matematika,
Universitas Kristen Satya Wacana. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif korelasional
dengan melibatkan 52 partisipan. Teknik pengambilan sampel adalah menggunakan
teknik sampel jenuh. Karakteristik subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa
angkatan 2012 Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana.
Metode pengumpulan data pada variabel motivasi berprestasi adalah Intrinsic and
extrinsic Motivation Scale dari Harter yang dikembangkan oleh Lepper, Corpus, and
Iyengar (2005) dan variabel kematangan karir diukur dengan Career Marturity
Inventory (CMI) yang disusun oleh Crites dan Savickas (1978). Hasil penelitian ini
menunjukkan hasil adanya hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi
berprestasi intrinsik dengan kematangan karir, dan adanya hubungan yang negatif dan
signifikan motivasi berprestasi ekstrinsik dengan kematangan karir. Motivasi berprestasi
intrinsik memberikan sumbangan pengaruh positif terhadap kematangan karir sebesar
7,24%, sedangkan motivasi berprestasi ekstrinsik memberikan sumbangan pengaruh
negatif terhadap kematangan karir sebesar 6,20%.
Kata kunci : motivasi berprestasi intrinsik dan ekstrinsik, kematangan karir.
ii
Abstract
This study aims to determine the relationship between achivement motivation with
career marturity of student class of 2012 faculty of Sains and Matematic, Satya
Wacana Christian University. This research is a quantitative correlation with the
involvement of 52 participants. The sampling technique is using saturated sample. The
Characteristics of the subjects in this study are students class of 2012 faculty of Sains
and Matematic, Satya Wacana Christian University. The data colletction method on the
variables achivement motivation use Intrinsic and extrinsic Motivation Scale by Harter
developed by Lepper, Corpus, and Iyengar (2005), and the data colletction method on
the variables career marturity use Career Marturity Inventory (CMI) by Crites dan
Savickas (1978). The results shows that there is a positive and significant correlation
between intrinsic of achivement motivation with career marturity, and there is a
negative and significant correlation between xstrinsic of achivement motivation with
career marturity. Instrinsic of achivement motivation give 7,24% influence positive on
career maturity, while the extrinsic achivement motivation give 6,20% inluence
negative on career marturity.
Keywords: intrinsik and exstrinsic of achivement motivation, career marturity.
1
PENDAHULUAN
Mahasiswa didefinisikan sebagai individu dengan usia berkisar antara usia 18-21
tahun, masa ini dapat digolongkan sebagai masa transisi (Super dalam Savickas, 2002).
Sementara itu, mahasiswa tingkat akhir merupakan calon sarjana yang diharapkan telah
memiliki arah tujuannya dalam menjalankan tugas perkembangan berikutnya
dalam hidup yaitu dapat bekerja pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat
dan kemampuannya (Lestari, 2010).
Menurut Rachmawati (2012) dalam melakukan pengambilan keputusan karir
diperlukan adanya perencanaan yang matang terkait dengan karir yang diminatinya.
Perencanaan karir termasuk di dalam salah satu unsur pembangun kematangan karir.
Kematangan karir dibutuhkan mahasiswa untuk mempermudah dalam mempersiapkan
diri memasuki jenjang pekerjaan. Selain tingkat kematangan karir, hal yang perlu
diperhatikan oleh mahasiswa adalah tahap perkembangan karir.
Super (dalam Winkel, 2012) mengatakan mahasiswa termasuk dalam fase
eksplorasi. Fase ini dimulai dari usia 15-25 tahun, dimana individu memikirkan
berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Hal ini
menunjukkan bahwa mahasiswa mulai memikirkan atau merencanakan hal-hal yang
berhubungan dengan karirnya meskipun belum menganbil keputusan secara pasti. Karir
atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan, maka eksplorasi
terhadap berbagai jalur kematangan karir merupakan suatu hal yang penting dalam
perkembangan karir remaja (Santrock, 2007). Akan tetapi Rachmawati (2012)
menyatakan bahwa mahasiswa masih bingung dalam menentukan karirnya, ini
disebabkan mereka merasa ilmu didapatkan belum cukup untuk bekal mencari
2
pekerjaan setelah lulus dari bangku kuliah. Ada juga yang berpendapat bahwa mencari
pekerjaan itu tidak harus terpaku pada pendidikan yang ditempuhnya (Lestari, 2010).
Levinson, dll (1998) mendefinisikan kematangan karir sebagai kemampuan individu
dalam membuat suatu pilihan karir yang realistis dan stabil dengan menyadari apa yang
dibutuhkan dalam membuat suatu perkiraan keputusan karir. Kematangan karir (career
maturity) didefinisikan sebagai kesiapan dan kapasitas individu dalam menangani tugas-
tugas perkembangan terkait dengan keputusan karir (Super dalam Creed, dll, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka pada studi ini dilakukan wawancara kepada
beberapa mahasiswa angkatan 2012 Universitas Kristen Satya Wacana pada tanggal 6
November 2015 untuk mengetahui kematangan karir mereka setelah lulus strata satu.
Sebagian besar dari mereka yaitu 8 orang masih bingung untuk menentukan pilihan
karirnya, mereka masih bingung antara akan lanjut studi atau bekerja. Selain itu, 4 orang
mengatakan ingin bekerja namun tidak tahu akan bekerja dibidang apa setelah lulus
nanti. Sementara itu, hanya ada 3 orang yang sudah memiliki perencanaan untuk bekerja
dibidang tertentu karena sudah mendapatkan tawaran dari orang tuanya. Sebagian besar
dari mereka belum memiliki kematangan karir dikarenakan kurangnya motivasi dari
dalam maupun dari dalam diri mereka. Hal ini disebabkan mereka melihat banyak
kakak tingkat yang belum lulus dan perkiraan mereka akan lulus 4,5 tahun, jadi mereka
belum memikirkan tetang kematangan karir.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karir adalah kepribadian
(Seligman, 1994). Coertse dan Schepers (2004) menyatakan bahwa kepribadian
individu memiliki peran penting dalam kematangan karir. Salah satu faktor kepribadian
yang berkaitan dengan kematangan karir adalah motivasi berprestasi (Sobur, 2003).
Menurut Santrock (2003) motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan
3
sesuatu, untuk mencapai suatu standart kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha
dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan. Sobur (2003) menyatakan bahwa individu
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mampu mengambil keputusan secara tinggi.
Selain itu Jersild, dll (1978) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi berperan
penting dalam proses pemilihan karir.
Menurut Harter (dalam Lepper, Corpus, dan Iyengar, 2005) terdapat dua macam
motivasi. Motivasi intrinsik (mastery motivation) yang artinya dorongan individu untuk
dapat menguasai tantangan yang dihadapinya dalam belajar. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah dorongan untuk terlibat dalam suatu aktivitas sebagai alat ukur untuk
mencapai suatu tujuan.
Penelitian Harter (dalam Hawadi, 2003) pada siswa berdasarkan dimensi
instrinsik dan ekstrinsik menunjukkan bahwa hanya siswa yang mempersepsikan
dirinya untuk berkompetensi dalam bidang akademis yang mampu mengembangkan
motivasi intrinsik. Siswa-siswa ini lebih menyukai tugas-tugas yang menantang dan
selalu berusaha mencari kesempatan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Sebaliknya,
pada siswa dengan persepsi diri yang rendah, lebih menyukai tugas-tugas yang mudah
dan sangat tergantung pada pengarahan guru dan orang tua.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dll (2013) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara self esteem dan motivasi berprestasi terhadap
kematangan karir. Selain itu, Primananda (2013) menunjukkan ada pengaruh positif
yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kematangan karir. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh madinatussalamah (2011) mengungkapkan tidak ada
hubungan positif signifikan antara persepsi perkembangan karir dengan motivasi
berprestasi. Berdasarkan hal tersebut dan penelitian-penelitian sebelumnya peneliti
4
tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan motivasi berprestasi dengan
kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana.
TINJAUAN PUSTAKA
Kematangan Karir (Career Maturity)
Menurut Savickas (dalam Patton, 2001) kematangan karir adalah kesiapan
individu untuk lebih terbuka terhadap informasi, membuat keputusan karir yang sesuai
dengan usianya serta membentuk karir yang sesuai dengan tugas perkembangan karir
setiap individu. Berbeda dengan pendapat dari Crites (1978) mendefinisikan
kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas
perkembangan karirnya, baik komponen pengetahuan maupun sikap, yang sesuai
dengan tahap perkembangan karir. Individu mempunyai kematangan karir yang baik
jika melewati tahapan atau tingkatan dalam membuat keputusan karier yang baik.
Menurut Crites (1978) kematangan karir dibagi menjadi empat dimensi sebagai
berikut :
a. Konsistensi pemilihan karir.
Pada dimensi ini mengandung aspek-aspek kemampuan pengambilan keputusan
terhadap karir yang dipilihnya, kemampuan yang dimaksud berhubungan dengan
tingkat kesesuaian karir, pemilihan karir dalam berbagai pengaruh dari keluarga.
b. Realisme dalam pemilihan karir
Pada dimensi ini mengandung aspek kesesuaian antara realisme dan kemampuan
karir yang dipilihnya, mampu mengambil keputusan untuk memilih karir yang
5
sesuai dengan sifat kepribadiannya dan dapat menyesuaikan antara tingkat status
ekonomi sosial dengan karir yang dipilihnya.
c. Kompetensi pemilihan karir
Pada dimensi ini memiliki aspek-aspek mengenai kemampuan individu dalam
memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan pemilihan karir, rencana
yang berhubungan dengan pemilihan karir, memiliki pengetahuan mengenai karir
yang dipilihnya, mengevaluasi kemampuan diri dalam hubungannya dengan
pemilihan karir.
d. Sikap dalam pemilihan karir
Pada dimensi ini mengandung aspek-aspek tentang keaktifan individu dalam proses
pengambilan keputusan bersikap dan berorientasi positif terhadap karir dan nilai-
nilai pekerjaan yang dipilih, tidak tergantung pada orang lain dalam memilih karir.
Seligman (1994) menjelaskan terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan karir individu, yaitu:
1. Faktor keluarga, latar belakang keluarga berperan penting dalam kematangan karir
seseorang.
2. Faktor internal individu, hal ini mencakup self-esteem, self-expectation, self-
efficacy, locus of control, keterampilan, minat, bakat, kepribadian, dan usia.
Terdapat beberapa faktor kepribadian salah satunya motivasi berprestasi
(Sobur,2003).
3. Faktor sosial-ekonomi, mencakup 3 faktor lainnya yaitu lingkungan, status sosial-
ekonomi, dan jenis kelamin.
6
Motivasi Berprestasi
Menurut McClelland (dalam Sobur, 2003) motivasi perprestasi merupakan suatu
daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih
tepat, lebih efektif dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilakukan sebelumnya.
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman,
2000).
Harter (dalam Lepper, Corpus, dan Iyengar, 2005) menilai motivasi intrinsik
berlawanan dengan motivasi ekstrinsik, jadi terdapat dua macam motivasi, yaitu:
a. Motivasi intrinsik (mastery motivation) yang artinya dorongan individu untuk dapat
menguasai tantangan yang dihadapinya dalam belajar. Motivasi intrinsik terdiri dari
tiga aspek, yaitu:
1. Tantangan (challenge), yaitu lebih menyukai tugas yang menentang daripada
tugas yang mudah.
2. Rasa ingin tahu (curiosity), yaitu bekerja untuk memenuhi rasa ingin tahu,
bukan untuk mendapatkan nilai baik atau pujian.
3. Tidak bergantung (independent mastery), yaitu tidak bergantung pada orang lain
b. Motivasi ekstrinsik, berlawanan dengan motivasi ekstrinsik yaitu sebagai dorongan
untuk terlibat dalam suatu aktivitas sebagai alat ukur untuk mencapai suatu
tujuan.Motivasi ekstrinsik terdiri dari tiga aspek, yaitu:
1. Pekerjaan mudah (easy work), yaitu lebih menyukai tugas yang mudah dari pada
tugas yang sulit atau menantang.
2. Menyenangkan dosen (pleasing teacher), yaitu mengerjakan tugas hanya untuk
menyenangkan dosen.
7
3. Bergantung pada dosen (dependence on teacher), yaitu hanya mengerjakan apa
yang diperintahkan oleh dosen.
Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir pada Mahasiswa
Super (dalam Winkel, 2012) mengatakan mahasiswa termasuk dalam fase
eksplorasi, dimana individu mulai memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum
mengambil keputusan yang mengikat. Banyak faktor yang bisa mempengauhi
kematangan karir seseorang. Salah satunya faktor individu, faktor individu memiliki
pengaruh yang kuat pada kematangan karir seseorang, hal ini mencakup self esteem,
kemampuan, minat, kepribadian, dan prestige. Semakin kuat hubungan antara
kemampuan, minat dan bakat seseorang dengan persyaratan bidang yang dipilihnya,
maka tingkat kepuasan, kinerja dan stabilitas mereka akan semakin tinggi (Seligman,
1994). Horlock (1976) menyatakan bahwa minat remaja dalam pemilihan bidang karir
dan pilihan karirnya merupakan salah satu aspek penting dalam penyesuaian pribadi,
prestasi dan kesuksesan dalam hidup mereka.
Coertse dan Schepers (2004) menyatakan bahwa kepribadian individu memiliki
peran penting dalam kematangan karir. Salah satu faktor kepribadian yang berkaitan
dengan kematangan karir adalah motivasi berprestasi (Sobur, 2003). Dillon dan Kaur
(2005) menjelaskan bahwa karakter kepribadian berpengaruh signifikan terhadap
kematangan karir. Individu yang termotivasi untuk terlibat dalam aktivitas belajar
mengalami kemajuan lebih cepat untuk mencapai tujuan sehingga mampu direfleksikan
dalam sikap terhadap karir dan kompetensinya. Sobur (2003) menyatakan bahwa
individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mampu mengambil keputusan secara
tinggi. Selain itu Jersild, dll (1978) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi
berperan penting dalam proses pemilihan karir.
8
Hipotesis
Ada hubungan positif signifikan antara motivasi berprestasi intrinsik dan ekstrinsik
dengan kematangan karir.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan tipe penelitian korelasional, yang bertujuan melihat hubungan yang
terjadi antara satu variabel dengan variabel yang lain (Nazir, 2005). Ingin mengukur
korelasi antara motivasi belajar dengan kematangan karir.
1. Variabel bebas (X): Motivasi berprestasi
2. Variabel terikat (Y) : Kematangan karir
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) semester akhir atau angkatan 2012 yang
berjumlah 52 orang. Berdasarkan populasi Mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika
UKSW semester akhir, penulis mengambil sampel dalam penelitian ini berjumlah 52
orang yang disesuaikan dengan pertimbangan waktu dan sumber daya yang ada. Peneliti
menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan sampel jenuh. Sampel
jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi
dianggap kecil atau kurang dari 100 (Sugiyono, 2010). Karakteristik sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini yaitu, Mahasiswa aktif angkatan 2012 Fakultas Sains
dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
9
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan penulis dengan pertama-tama memohon surat
persetujuan dari dosen pembimbing untuk mengambil data yang ditujukan kepada
Falkutas Sains dan Matematika UKSW. Penyebaran angket dilakukan pada 15-19
Februari 2016, peneliti menyebarkan kepada 52 responden.
Alat ukur Pengumpulan Data
Alat ukur kematangan karir menggunakan Career Marturity Inventory (CMI)
yang disusun oleh Crites dan Savickas pada tahun 1978. CMI mengungkapkan bahwa
kematangan karir mencakup konsistensi, realisme, kompetensi dan sikap. Skala ini
memiliki 24 aitem dengan dua pilihan jawaban yaitu setuju (S) dan tidak setuju (TS).
Sistem penilaian pada skala ini, aitem favorable diberi nilai 2 untuk Setuju (S), dan nilai
1 untuk Tidak Setuju (TS). Dan untuk aitem unfavorable adalah kebalikannya, yaitu
nilai 2 untuk Tidak Setuju (TS) dan 1 untuk Setuju (S). Pengujian reliabilitas dilakukan
lagi pada penelitian ini dengan menggunakan data yang didapat dari sampel ketika
pengambilan data dilakukan (try out terpakai). Dalam penelitian ini menggunakan
standart dari Guilford ≥ 0,2 (Azwar, 2012). Hasil perhitungan skala Career Marturity
dalam Tabel 1 yang menunjukkan bahwa terdapat 12 aitem yang gugur karena
mempunyai nilai correlated item < 0,2 pengujian tersebut menyisakan aitem sebanyak
12 dengan item total correlation bergerak antara 0,206 sampai 0,598. Hasil uji
reliabilitas dengan alpha cronbach sebesar 0,797.
10
Tabel 1
Sebaran Nomor Aitem Valid dan Gugur Skala kematangan karir
No Aspek Aitem
Favorabele
Aitem
Unfavorable
Jumlah
Valid
1 Konsistensi pemilihan karir 1*, 5*,9 ,13*,
17*,21
2
2 Realisme dalam pemilihan
karir
2*, 6, 10, 14,
18*, 22*
3
3 Kompetensi pemilihan karir 3, 7, 11, 15, 19,
23
6
4 Sikap dalam pemilihan karir 8, 12*, 20*,
24*
4*, 16* 1
Total valid 12
*(aitem yang gugur)
Sedangkan alat ukur motivasi berprestasi menggunakan Intrinsic and extrinsic
Motivation Scale dari Harter yang dikembangkan oleh Lepper, Corpus, and Iyengar
(2005). Skala ini terdiri dari 17 aitem Intrinsic Motivation Scale dan 16 aitem extrinsic
Motivation Scale. Dengan 5 pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral
(N), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Sistem penilaian pada skala ini,
aitem favorable diberi nilai 4 untuk sangat sesuai (SS), 3 untuk sesuai (S), 2 untuk tidak
sesuai (TS), dan 1 untuk sangat tidak sesuai (STS). Dan untuk aitem unfavorable adalah
kebalikannya, yaitu nilai 1 untuk sangat sesuai (SS), 2 untuk sesuai (S), 3 untuk tidak
sesuai (TS), dan 4 untuk sangat tidak sesuai (STS). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan try out terpakai dimana subjek yang digunakan dalam try out digunakan
sekaligus untuk penelitian. Hasil perhitungan skala motivasi berprestasi intrinsik dalam
Tabel 2 yang menunjukkan bahwa terdapat 1 aitem yang gugur karena mempunyai nilai
correlated item< 0,25 pengujian tersebut menyisakan aitem sebanyak 16 dengan item
total correlation bergerak antara 0,405 sampai 0,676. Hasil uji reliabilitas dengan alpha
cronbach sebesar 0.873.
11
Tabel 2
Sebaran Nomor Aitem Valid dan Gugur Skala Motivasi Berprestasi
Intrinsik
No Aspek Aitem
Favorabele
Aitem
Unfavorable
Jumlah
Valid
1 Challenge 1, 4, 7, 10, 13,
16
- 6
2 Curiosity 2, 5, 8, 4, 14,
17
- 6
3 Independent mastery 3, 6, 9, 12, 15* - 4
Total valid 16
*(aitem yang gugur)
Hasil perhitungan skala motivasi berprestasi ekstrinsik pada Tabel 3 yang
menunjukkan bahwa terdapat 4 aitem yang gugur karena mempunyai nilai correlated
item< 0,25 pengujian tersebut menyisakan aitem sebanyak 12 dengan item total
correlation bergerak antara 0,285 sampai 0,710. Hasil uji reliabilitas dengan alpha
cronbach sebesar 0.852.
Tabel 3
Sebaran Nomor Aitem Valid dan Gugur Skala Motivasi Berprestasi
Ekstrinsik
No Aspek Aitem
Favorabele
Aitem
Unfavorable
Jumlah
1 Easy work 1, 4, 7, 10, 13,
15
- 6
2 Pleasing teacher 2, 5, 8*, 11 - 3
3 Dependence 3, 6, 9*, 12*,
14*, 16
- 3
Total valid 12
*(aitem yang gugur)
12
HASIL PENELITIAN
Uji Asumsi
Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya korelasi antara motivasi berprestasi dengan kematangan karir pada
mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya
Wacana. Namun sebelum dilakukan uji korelasi, peneliti harus melakukan uji asumsi
terlebih dahulu untuk menentukan jenis statistik parametrik atau non-parametrik yang
akan digunakan untuk uji korelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan skala
kematangan karir (K-S-Z = 1,050, p = 0,220, p > 0,05), motivasi berprestasi
intrinsik (K-S-Z = 0,878, p = 0,760, p > 0,05), dan motivasi berprestasi ekstrinsik
(K-S-Z = 0,858, p = 0,760, p > 0,05). Hasil ini menunjukkan data motivasi
berprestasi intrinsik dan ekstrinsik, serta kematangan karir berdistribusi normal,
ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4
Uji Normalitas
kematangan_
karir
motivasi_berp
restasi_intrins
ik
motivasi_berp
restasi_ektrin
sik
N 52 52 52
Normal Parametersa Mean 18.06 45.27 31.5769
Std. Deviation 2.993 6.920 5.52834
Most Extreme
Differences
Absolute .146 .122 .119
Positive .100 .122 .119
Negative -.146 -.071 -.112
Kolmogorov-Smirnov Z 1.050 .878 .858
Asymp. Sig. (2-tailed) .220 .423 .453
a. Test distribution is Normal.
13
2. Uji Linearitas
Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara motivasi
berprestasi intrinsik dengan kematangan karir dengan deviation fromlinearity
sebesar F = 11,98p = 0,321 (p > 0,05). Ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5
Uji Linear Motivasi Berprestasi Intrinsik Dengan Kematangan Karir
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
kematangan_karir *
motivasi_berprestasi_intrinsik
Between
Groups
(Combined) 229.910 22 10.450 1.336 .230
Linearity 33.070 1 33.070 4.226 .049
Deviation
from
Linearity
196.840 21 9.373 1.198 .321
Within Groups 226.917 29 7.825
Total 456.827 51
Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara kematangan
karir dengan motivasi berprestasi ekstrinsik dengan deviation fromlinearity
sebesar F = 0,998 p = 0,484 (p > 0,05) hal ini ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6
Uji Linear Motivasi Berprestasi Ekstrinsik Dengan Kematangan Karir
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
motivasi_berprestasi_ektrinsik
kematangan_karir *
Between
Groups
(Combined) 173.721 18 9.651 1.125 .373
Linearity 28.220 1 28.220 3.289 .079
Deviation
from
Linearity
145.501 17 8.559 .998 .484
Within Groups 283.106 33 8.579
Total 456.827 51
14
Analisa Deskriptif
Tabel 7 merupakan statistik deskriptif dari skor partisipan untuk setiap variabel.
Peneliti kemudian membagi skor dari setiap skala menjadi 4 kategori mulai dari “sangat
tinggi” hingga “sangat rendah”. Interval skor untuk setiap kategori ditentukan dengan
menggunakan rumus interval dalam Hadi (2000).
Tabel 7
Deskripsi Statistik
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
kematangan_karir 52 12 22 18.06 2.993
motivasi_berprestasi_in
trinsik 52 30 64 45.27 6.920
motivasi_berprestasi_ek
trinsik 52 12 47 31.58 5.528
Valid N (listwise) 52
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa kematangan karir (career marturity)
berada pada kategorisasi tinggi yaitu dengan mean 18,06. Terdapat 15 mahasiswa
Fakultas Sains dan Matematikia pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 28,85%.
14 mahasiswa dalam kategori tinggi dengan prosentase 26,92%. 14 mahasiswa dalam
kategori rendah dengan prosentase 26,92%. Dan terdapat 9 mahasiswa dalam kategori
sangat rendah dengan prosentase 17,31%. Jumlah skor minimum yang diperoleh subjek
adalah 12 sedangkan skor maksimumnya adalah 24 dengan standar deviasi 2.993.
Tabel 8
Kategorisasi Kematangan Karir (Career Marturity)
NO INTERVAL KATEGORISASI MEAN f Presentase
1 21 ≤ x ≤ 24 Sangat tinggi 15 28,85%
2 18 ≤ x < 21 Tinggi 18,06 14 26,92%
3 15 ≤ x < 18 Rendah 14 26,92%
4 12 ≤ x < 15 Sangat rendah 9 17,31%
Jumlah 52 100%
15
Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa motivasi berprestasi intrinsik berada
pada kategorisasi tinggi yaitu dengan mean 45,27. Terdapat 7 mahasiswa Fakultas Sains
dan Matematika pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 13, 46%. 34 mahasiswa
dalam kategori tinggi dengan prosentase 65,40%. 11 mahasiswa dalam kategori rendah
dengan prosentase 21,15%. Tidak terdapat mahasiswa dalam kategori sangat rendah.
Jumlah skor minimum yang diperoleh subjek adalah 30 sedangkan skor maksimumnya
adalah 64 dengan standar deviasi 6.920.
Tabel 9
Motivasi Berprestasi Intrinsik
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa motivasi berprestasi ekstrinsik
berada pada kategorisasi tinggi yaitu dengan mean 31.58. Terdapat 3 mahasiswa
Fakultas Sains dan Matematikia pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 5,77%.
34 mahasiswa dalam kategori tinggi dengan prosentase 65,39%. 14 mahasiswa dalam
kategori rendah dengan prosentase 26,92%. Dan terdapat 1 mahasiswa dalam kategori
sangat rendahdengan prosentase 1,92%. Jumlah skor minimum yang diperoleh subjek
adalah 12 sedangkan skor maksimumnya adalah 47 dengan standar deviasi 5.528.
NO INTERVAL KATEGORISASI MEAN f PRESENTASE
1 52 ≤ x ≤ 64 Sangat tinggi 7 13, 46%
2 40 ≤ x < 52 Tinggi 45.27 34 65,39%
3 28 ≤ x < 40 Rendah 11 21,15%
4 16 ≤ x <28 Sangat rendah 0 0%
Jumlah 52
16
Tabel 10
Motivasi Berprestasi Ekstrinsik
Uji korelasi
Dari hasil uji asumsi yang menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi
normal dan variabel-variabel penelitian linear, maka dalam penelitian ini menggunakan
uji korelasi statistik parametik. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
korelasi Pearson.
Tabel 11
Uji Korelasi Kematangan Karir Dengan Motivasi Berprestasi Intrinsik
kematangan_
karir
motivasi_berp
restasi_intrins
ik
motivasi_berp
restasi_ektrin
sik
kematangan_karir Pearson
Correlation 1 .269
* -.249
*
Sig. (1-tailed) .027 .038
N 52 52 52
motivasi_berprestasi_in
trinsik
Pearson
Correlation .269
* 1 -.384
**
Sig. (1-tailed) .027 .002
N 52 52 52
motivasi_berprestasi_ek
trinsik
Pearson
Correlation -.249
* -.384
** 1
Sig. (1-tailed) .038 .002
N 52 52 52
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
NO INTERVAL KATEGORISASI MEAN f PRESENTASE
1 48≤ x ≤ 39 Sangat tinggi 3 5,77%
2 30 ≤ x <39 Tinggi 31,58 34 65,39%
3 21 ≤ x <30 Rendah 14 26,92%
4 12 ≤ x <21 Sangat rendah 1 1,92%
Jumlah 52
17
Dari hasil uji korelasi pada Tabel 11 menjukkan bahwa ada hubungan positif
signifikan antara motivasi berprestasi intrinsik dengan kematangan karir dengan
r=0,269 dan signifikan 0,027 (p < 0,05). Bisa diartikan hipotesis dalam penelitian ini
diterima. Semakin tinggi motivasi berprestasi intrinsik maka semakin tinggi
kematangan karir yang dimilikipada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan
Matematika UKSW. Demikian sebaliknya, semakin rendah motivasi berprestasi maka
semakin rendah pula kematangan yang dimiliki.
Dari hasil uji korelasi menjukkan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara
motivasi berprestasi ekstrinsik dengan kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012
Fakultas Sains dan Matematika UKSW dengan r= -0,249 dan signifikan 0,035 (p <
0,05). Semakin tinggi motivasi berprestasi ekstrinsik maka semakin rendah kematangan
karir yang dimiliki. Demikian sebaliknya, semakin rendah motivasi berprestasi maka
semakin tinggi kematangan yang dimiliki.
PEMBAHASAN
Dari hasil analisis uji korelasi menggunakan teknik korelasi product moment
pearson menjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara motivasi berprestasi
intrinsik dengan kematangan karir, dan ada hubungan negatif signifikan antara motivasi
berprestasi ekstrinsik dengan kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas
Sains dan Matematika UKSW. Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan Seligman
(1994) yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karir adalah
kepribadian. Coertse dan Schepers (2004) menyatakan bahwa kepribadian individu
memiliki peran penting dalam kematangan karir. Salah satu faktor kepribadian yang
18
berkaitan dengan kematangan karir adalah motivasi berprestasi (Sobur, 2003).Sobur
(2003) menyatakan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mampu
mengambil keputusan secara tinggi. Selain itu Jersild, dll (1978) mengungkapkan
bahwa motivasi berprestasi berperan penting dalam proses pemilihan karir.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dll (2013) menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kematangan
karir. Selain itu, Primananda (2013) menunjukkan ada pengaruh positif yang signifikan
antara motivasi berprestasi dengan kematangan karir. Penelitian-penelitian tersebut
mendukung hasil dari penelitian ini.
Sumbangan efektif variabel motivasi berprestasi intrinsik terhadap kematangan
karir sebesar 7,24% ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) sebesar 0,269. Hal ini
menunjukkan terdapat 92,76% faktor lain yang memengaruhi di luar faktor internal
individu yang dimaksud disini adalah motivasi berprestasi. Hal tersebut meliputi faktor
individu yang lainnya, seperti faktor keluarga dan faktor sosial ekonomi. Hasil
penelitian ini menjukkan motivasi berprestasi intrinsik memberikan kontribusi dalam
kematangan karir meskipun lebih banyak faktor lain yang mempengaruhi. Hal ini bisa
diartikan bahwa motivasi berprestasi bisa menjadi salah satu cara untuk bisa
meningkatkan kematangan karir. Karena semakin tinggi motivasi berprestasi maka
semakin tinggi kematangan karir yang dimiliki, demikian juga sebaliknya. Namun, hasil
penelitian ini berbeda dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, karena 8
dari 15 mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika mengatakan bahwa tidak memiliki
kematangan karir karena kurangnya motivasi untuk bisa lulus tepat waktu, mengingat
ada banyak kakak tingkat yang masih belum lulus.
19
Berbeda dengan motivasi berprestasi intrinsik, motivasi berprestasi ekstrinsik
memberikan sumbangan negatif terhadap tingginya kematangan karir yaitu sebesar
6,20% ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) sebesar-0,249. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor-faktor lainlah yang bisa memberikan pengaruh positif terhadap
kematangan karir. Hal ini bisa diartikan semakin tinggi motivasi berprestasi ekstrinsik
maka semakin rendah kematangan karir yang dimiliki, demikian sebaliknya.
Berdasarkan kategorisasi skala motivasi berprestasi intrinsik bisa diketahui
bahwa terdapat 13, 46% responden pada kategori sangat tinggi, 65,40% responden
dalam kategori tinggi, 21,15% responden dalam kategori rendah, dan tidak terdapat 0%
responden dalam kategori sangat rendah. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai (Sardiman, 2000). Harter (dalam Hawadi, 2003) pada siswa berdasarkan
dimensi instrinsik dan ekstrinsik menunjukkan bahwa hanya siswa yang
mempersepsikan dirinya untuk berkompetensi dalam bidang akademis yang mampu
mengembangkan motivasi intrinsik. Hal ini menunjukkan semakin tinggi motivasi
intrinsik seseorang maka semakin tinggi pula kemungkinanuntuk bisa mencapai
tujuannya.
Berdasarkan kategorisasi skala motivasi berprestasi ekstrinsik bisa diketahui
bahwa terdapat 5,77% responden pada kategori sangat tinggi, 65,39% responden dalam
kategori tinggi, 26,92% responden dalam kategori rendah, dan terdapat 1,92%
responden dalam kategori sangat rendah. Penelitian Harter (dalam Hawadi, 2003) siswa
dengan persepsi diri yang rendah, lebih menyukai tugas-tugas yang mudah dan sangat
20
tergantung pada pengarahan guru dan orang tua. Hal ini menunjukkan semakin tinggi
motivasi berprestasi ekstrinsik maka semakin tinggi pula kemungkinan untuk
bergantung pada orang lain atau lingkungan.
Berdasarkan kategorisasi skala kematangan karir (career marturity) bisa diketahui
bahwa terdapat 28,85% responden yang berada pada kategorisasi sangat tinggi, 26,92%)
responden berada pada kategorisasi tinggi, 26,92% responden pada kategorisasi rendah,
dan terdapat 17,31% responden pada kategorisasi sangat rendah. Crites (1978)
mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai
tugas perkembangan karirnya, baik komponen pengetahuan maupun sikap, yang sesuai
dengan tahap perkembangan karir.Individu mempunyai kematangan karir yang baik jika
melewati tahapan atau tingkatan dalam membuat keputusan karier yang baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara motivasi berprestasi dengan
kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan Matematika
UKSW, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif yang signifikansi antara motivasi berprestasi intrinsik dengan
kematangan karir, dan ada hubungan negatif yang signifikansi antara motivasi
berprestasi ekstrinsik dengan kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012
Fakultas Sains dan Matematika UKSW.
2. Mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan Matematika UKSW memiliki skor
motivasi berprestasi intrinsik yang berada pada kategori tinggi dengan rerata
21
sebesar 45,27, sedangkan skor motivasi berprestasi ekstrinsik yang berada pada
kategori tinggi dengan rerata sebesar 31,58, dan skor kematangan karir berada pada
kategori tinggi pula dengan rerata sebesar 18,06.
3. Besarnya variasi motivasi berprestasi intrinsik dengan kematangan karir
menjelaskan bahwa motivasi berprestasi intrinsik memberikan pengaruh positif
terhadap kematangan karir sebesar 7,24%, sisanya 92,76 dipengaruhi oleh faktor
lain. Sedeangkan besarnya variasi motivasi berprestasi ekstrinsik dengan
kematangan karir menjelaskan bahwa motivasi berprestasi ekstrinsik memberikan
pengaruh negatif terhadap kematangan karir sebesar 6,20%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan hal-hal
sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi intrinsik yang tinggi harap
dipertahankan karena motivasi berpretasi intrinsik yang tinggi akan mempengaruhi
kematangan karir. Bagi mahasiswa yang memiliki kematangan karir yang rendah
diharapkan untuk meningkatkan motivasi berprestasi intrinsik karena bisa
memberikan pengaruh terhadap kematangan karir. Sebaliknya, bagi mahasiswa
yang memliki motivasi berprestasi ekstrinsik yang rendah agar dipertahankan,
karena motivasi berprestasi ekstrinsik memberikan pengaruh negatif terhadap
kematangan karir.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Kontribusi variabel motivasi berprestasi intrinsik sebesar 7,24%
terhadapkematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan
Matematika UKSW.Hal ini bisa menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya
22
dengan topik kematangan karir pada mahasiswa. Penelitian selanjutnya bisa
meneliti variabel – variabel lain diluar motivasi berprestasi, seperti faktor
keluarga, sosial ekonomi atau faktor dari dalam individu yang lainnya, untuk
mengetahui besarnya kontribusi variabel lain terhadap kematangan karir pada
mahasisa.
23
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S.(2004). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset
________. ( 2005). Sikap manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
________. (2011). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Brown, D. (2002). Career choice and development. USA: A Wiley Imprint.
Coertse,s., & Schepers, J. M. (2004). Some personality and cognitive correlates of
career marturity. Journal of Industrial Psychology, 2004,30(2).56-73.
Creed, P.A., Patton, W., & Prodeaux Lee-Ann. (2007). Predicting chage overtime in
career planning and career exploration for High School student. Journal of
Adolescent, 30, 377-392.
Crites, J. O. (1972). Career maturity. Michigan State University East Lansing, Mich.
National Council on Measurement in Education.Special Report.
Dewi, Y.K., Hardjono, & Arista H.D. (2013). Hubungan antara harga diri dan motivasi
berprestasi dengan kematangan karir pada siswa kelas XI SMK N Surakarta. Jurnal
Ilmiah Psikologi Candra Jiwa, 2(1).
Dhillon, U., Kaur, R. (2005). Career maturity of school children. Journal of the indian
academy of applied psychology, 31(2), 71-76. [On-Line]. Available
Ftp:Http://Medind.Nic.In/Jak/T05/I1/Jakt05i1p71.Pdf. Tanggal Akses: 15 April
2016.
Hawadi, R.A. (2004). Akselerasi informasi program percepatan belajar intelektual.
Jakarta: Grasindo.
Horrock. J.E. (1976). The psychology of adolescence. (4th ed). Boston : Houghton
Miffin company
Jersild, A.T., Brook, J.S., & Brook, D.W. (1978). The Psychology of adolescence. New
York: Macmillan Publishing Company.
Lapper, M.R., Corpus,J.H., & Inyengar, S.S. (2005). Intrinsic and extrinsic motivational
orientations in the classroom: age differences and academic correlates. Jurnal of
Educational Psychology, 97(2), 184-196.
Lestari, W. T. (2010). Relationship between self efficacy with career maturity at the end
college students. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.
Levinson, E M et. al. (1998). Six approaches to the assessment of career maturity.
Journal of Counseling and Development, 76(4), 475.
24
Madinatusalamah. (2011). Hubungan persepsi pengembangan karir dengan motivasi
berprestasi mahasiswa kelas karyawan sekolah tinggi ilmu ekonomi ahmad dahlan
jakarta. Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Psikologi,
Universitas Ahmad Dahlan Jakarta. Jakarta.
Nazir, M. (2005). Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Primadana, R D. (2013). Hubungan antara motivasi berprestasi dengan kematangan
karir pada siswa SMK Negeri I Balikpapan. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi
Psikologi FPSB Universitas Islam Imdonesia.
Rachmawati, Y. E. (2012). Hubungan antara self-efficacy dengan kematangan karir
pada mahasiswa tingkat awal dan tingkat akhir di Universitas Surabaya. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas
Surabaya.
Santrock, J.W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja (penerjemah Shinto B.
Adelar dan Sherly Saragih). Jakarta : Salemba Humanika
_____________. (2007). Adolescent (11th ed). New York : Mc Graw – Hill.
Sardiman, A.M (2000). Interaksi & motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Savickas, M. L. (2002). Career construction. A developmental theory of vocational
behavior. Dalam D.brown, & associates (Eds.), career choice and development :
(4th Ed). San Francisco : Jossey-Bass.
Seligman, L. (1994). Developmental career counseling and assessment, 2 nd Edition.
Sage Publications, Inc.
Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R& D. Alfabeta:
Bandung.
Supraptono, E. (1994). Kontribusi minat kejujuran dan aspirasi kerja serta status soaial
ekonomi orang tua terhadap kematangan karir siswa FPPS
Winkel, W. S., & Hastuti, S. (2012). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.