hubungan perubahan keasaman vagina...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PERUBAHAN KEASAMAN VAGINA
DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA USIA
KEHAMILAN 11-24 MINGGU DI RS MEDIROSSA
CIKARANG PERIODE APRIL-JUNI 2013
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
ARIFAH SHABRINA
NIM : 1110103000020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT dengan sejuta nikmat dan
rahmat-Nya bagi seluruh umatnya. Berkat kesempatan dan tuntunan-Nya saya
dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul HUBUNGAN PERUBAHAN
KEASAMAN VAGINA DENGAN FLUOR ALBUS PADA USIA
KEHAMILAN 11-24 MINGGU DI RS MEDIROSSA CIKARANG
PERIODE APRIL-JUNI 2013. Laporan penelitian ini saya susun guna
memenuhi syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. dr.Emy Tri Dianasari,SpOG sebagai dosen pembimbing I dan ibu Rr.Ayu
Fitri Hapsari, M.Biomed sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam menyelesaikan
penelitian.
4. Sekretaris Komite Etik Penelitian FKIK, Ibu Maftuhah, yang telah
membantu dalam mendapatkan persetujuan komite etik untuk menjalankan
penelitian ini.
5. Kedua orang tua saya yaitu, Ir.Jamilla Upik, M.Kes dan Dr.H.Arif
Sumantri,SKM.M.Kes yang saya cintai atas dukungan serta pengorbanan
vi
yang diberikan untuk menyemangati saya sehingga saya bisa
menyelesaikan penelitian saya tepat waktu.
6. Kepada adik, Raissya Armilla yang saya sayangi atas pengertiannya
selama proses penyelesaian penelitian ini.
7. Nenek, R.Aisyah yang tercinta atas doanya dan masakannya yang selalu
menjadi penyemangat dalam menyelesaikan penelitian ini, meskipun
terpisah jarak.
8. Teman-teman seperjuangan Harry, Alo, Bening, Ayu, dan Abel atas
dukungan, kesabaran, pengertian, dan koreksinya selama penelitian ini
berjalan.
9. Kepada seluruh official CIMSA 2010 dan 2011 atas semangat dan
pelajaran berharga yang diberikan dalam menyelesaikan penelitian ini
10. Seluruh staf dan jajaran RS Medirossa khususnya Poli Kebidanan dan
Kandungan, dr.Dyah, SpOG dan juga bidan Ita yang telah banyak
membantu penelitian ini.
11. Seluruh teman sejawat mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan 2010 yang
selalu kompak dalam suka duka selama ini.
Semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari keluarga
dan semua kerabat yang telah membantu saya selama penelitian ini
berlangsung. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat,
terutama wanita dan juga perkembangan ilmu kedokteran saat ini .
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, 5 September 2013
Peneliti
vii
ABSTRAK
Arifah Shabrina. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Perubahan
Keasaman Vagina dengan Fluor albus di Usia Kehamilan 11-24 minggu di RS
Medirossa Cikarang Periode April-Juni 2013. 2010.
Fluor albus ( Keputihan ) merupakan suatu hal yang fisiologis terjadi pada masa
kehamilan. Hal ini disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron
saat hamil. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan kualitas dan kuantitas dari
sekret kelenjar serviks, sehingga mikroorganisme yang merugikan dapat tumbuh
dan mengganggu keseimbangan asam-basa di mukosa serviks-vagina (pH normal
saat hamil = 4,5-4,8). Mengetahui adanya perubahan pH serviks-vagina pada ibu
hamil menjadi sangat penting, mengingat pada masa kehamilan resiko terinfeksi
mikroorganisme via jalur servikovagina lebih besar. Metode cross sectional
digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan Perubahan keasaman
vagina dengan fluor albus pada usia kehamilan 11-24 minggu. Hasil yang
didapatkan adalah terjadi peningkatan kadar pH 1,5 kali menjadi 6,61 (basa) yang
menimbulkan 69,6% kejadian fluor albus patologis pada fluor albus yang terjadi
di usia 11-24 minggu kehamilan. Oleh karena itu, disarankan untuk lebih
memperhatikan adanya keputihan dan menjaga higienitas selama kehamilan.
Kata kunci : Kehamilan, pH, Fluor albus, Uji KOH
ABSTRACT
Arifah Shabrina.Medical Education Program.Relationship between Vaginal
Acidity (pH) Changes and Fluor albus in 11-24 weeks of Pregnancy on Medirossa
Hospital Cikarang Periode April-juni 2013.2010.
Fluor albus (discharge) is a physiological condition that happens in pregnancy,
which caused by increased production of mucous in the cervical glands. It was
influenced by estrogen and progesterone. It causes a changes of mucous’s
component , then unfavorable microorganisms can live and ruin the acid-base
balance. Knowing the vaginal acidity (pH) changes in pregnancy become very
important, because pregnancy is a one of potential condition to be infected by
microorganisms via cervicovaginal area. Cross-sectional study method had used
to determine the relationship between vaginal acidity (pH) and fluor albus in 11-
24 weeks of pregnancy. Based on data analysis, pH level average was 6,61 (base)
and 69,6% fluor albus are Pathological fluor albus. The results are pH levels
increased about 1,5 times and it causes microorganisms infection, then stimulated
pathological fluor albus in 11-24 weeks of pregnancy. It is advisable to give more
attention to the discharge and do the genital hygiene during pregnancy.
Keyword : Pregnancy, pH, Fluor albus, KOH Test
viii
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………… i
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………….... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………...... iii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….... iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………… v
ABSTRAK…………………………………………………………………….......... vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………....... xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….............. xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………….. xiii
BAB 1 ..……………………………………………………........................................ 1
PENDAHULUAN………………………………………………………………....... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………................. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………................ 2
1.3 Hipotesis……………………………………………………………….............. 2
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………………. 2
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………………….......... 2
1.5.1 Bagi Peneliti ..………………………………………………………….......... 2
1.5.2 Bagi Masyarakat .......…………………………………………………........... 3
1.5.3 Bagi Institusi..................................................................................................... 3
BAB 2 ……………………………………………………………………………….. 4
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………......... 4
2.1 Landasan Teori ...................................................................................................... 4
ix
2.1.1 Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Masa Kehamilan ............................ 4
2.1.1.1 Fisiologi Kehamilan ............................................................................... 5
2.1.1.2 Efek Perubahan Hormonal selama Kehamilan ...................................... 7
2.1.2 Pengaruh Mikroorganisme dengan Perubahan pH vagina.............................. 9
2.1.3 Fluor Albus ..................................................................................................... 10
2.1.3.1 Higienitas Diri......................................................................................... 12
2.1.4 Cara Diagnosis ................................................................................................ 12
2.2 Kerangka Teori....................................................................................................... 15
2.3 Kerangka Konsep .................................................................................................. 16
BAB 3 ..…………………………………………………………………………........ 17
METODE PENELITIAN........................................................................................... 17
3.1 Desain Penelitian………………………………………………………………… 17
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………….......... 17
3.3 Populasi Dan Sampel……………………………………………………….......... 17
3.3.1 Populasi........................................................................................................... 17
3.3.2 Sampel............................................................................................................. 17
3.3.3 Cara Penentuan Sampel................................................................................... 17
3.3.4 Kriteria Penelitian.……….............………………………………………….. 19
3.3.4.1 Kriteria Inklusi.............…………………………………………………. 19
3.3.4.2 Kriteria Eksklusi……………………………………………………….. 19
3.4 Definisi Operasional .............................................................................................. 20
3.5 Cara Kerja Penelitian……………………………………………………….......... 22
3.6 Etika....................……………………………………………………………........ 23
3.7 Manajemen Data..................................................................................................... 24
BAB 4 ..…………………………………………………………………………........ 25
x
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………....... 25
4.1 Analisis Univariat………………..…………………………………………......... 25
4.2 Analisis Bivariat...........................………………………………………….......... 29
4.3 Keterbatasan Penelitian ......................................................................................... 32
BAB 5..……………………………………................................................................. 33
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………... 33
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………............. 33
5.2 Saran…………………………………………………………………………....... 33
5.2.1 Ibu Hamil ......................................................................................................... 33
5.2.2 Petugas Medis .................................................................................................. 34
5.2.3 Peneliti ............................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..... 35
LAMPIRAN……………………………………………………………………........ 37
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kadar pH vagina pada Fase Hidup Wanita .................................... 12
Tabel 4.1.1 Distribusi Karakteristik Subyek Penelitian ................................. 26
Tabel 4.1.2 Distribusi Hasil Pemeriksaan pH dan Makroskopis ................... 27
Tabel 4.1.3 Distribusi Hasil Pemeriksaan Makroskopis Fluor Albus ............ 27
Tabel 4.2.1 Distribusi Hasil Berdasarkan Nilai pH terhadap Fluor Albus .... 29
Tabel 4.2.2 Distribusi Rerata Usia Kehamilan terhadap Fluor Albus ........... 30
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi Genitalia Wanita ........................................................ 4
Gambar 2.2 Siklus Menstrual ........................................................................ 6
Gambar 2.3 Maturasi Folikel Matang ............................................................ 7
Gambar 2.4 Perubahan Hormonal Selama Kehamilan .................................. 8
Gambar 2.5 Fluor albus Normal ................................................................... 12
Gambar 2.6 Fluor albus Patologis ................................................................. 12
Gambar 2.7 Alat untuk Uji Dipstick .............................................................. 13
Gambar 2.8 Larutan KOH 10% ..................................................................... 14
Gambar 2.9 Cotton Swab ............................................................................... 14
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Profil RS Medirossa .................................................................. 37
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Subyek Penelitian ..................................... 40
Lampiran 3. Lembar Karakteristik Demografi Subyek Penelitian ................ 41
Lampiran 4. Distribusi dan Hasil Olah Data ................... .............................. 43
Lampiran 5. Uji Normalitas ........................................................................... 47
Lampiran 6. Hasil Uji Bivariat ....................................................................... 48
Lampiran 7. Daftar Riwayat Hidup ............................................................... 49
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Wanita sangat rentan dengan terjadinya infeksi venereal yang berakibat
timbulnya gejala fluor albus, sepuluh tahun belakangan ini. Kasus yang sering
ditemukan para ahli adalah vulvovaginitis dan bakterial vaginosis.1
Data juga menunjukkan, 85% dari wanita yang sudah menikah dan tinggal di
Jakarta menderita keputihan ( fluor albus ).2 Sebagian besar datang dengan
keluhan yang sudah menunjukkan keadaan yang lebih berat.2 Fluor albus itu
sendiri bukanlah sebuah penyakit, melainkan sebuah proses fisiologis pada
keadaan tertentu (misal : masa gestasi,menarche,dll) ataupun gejala yang mungkin
akan muncul pada infeksi primer dan penyakit kronis yang menyerang organ
genitalia wanita.2
Adanya perubahan fluor albus fisiologi menjadi fluor albus patologis akibat
infeksi akut ataupun kronis pada vagina hingga serviks, memberikan pengaruh
besar bagi perubahan suasana asam-basa di masa gestasi yang dapat diukur dari
kadar pH vagina.3 Sayangnya, perubahan ini sering tidak disadari atau bahkan
tidak menimbulkan gejala khas seperti, sekret bau dengan warna kuning
kehijauan, disuria ( pada ibu hamil ), gatal pada organ genital.4 Kondisi ini
didukung dengan adanya hasil penelitian bahwa terdapat gejala fluor albus
patologis pada 11,2 % dari 18 ibu hamil di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
tahun 1992.2
Empat belas tahun berikutnya, penelitian yang lebih spesifik juga diadakan di
Jakarta. Dinyatakan bahwa 40 subjek ibu dengan usia kehamilan 11-24 minggu,
41 diantaranya positif fluor albus akibat vaginal bakteriosis.5 Kedua penelitian
inilah yang menjadi acuan bagi penulis untuk mengetahui lebih spesifik mengenai
jenis fluor albus yang mungkin dialami oleh ibu saat hamil, mengingat komplikasi
yang dapat berpengaruh kepada perkembangan janin pada masa kehamilan,
misalnya : kelahiran prematur, ketuban pecah dini, endometriosis, dll.
1
2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan perubahan keasaman vagina (pH) dengan fluor albus pada
usia kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa, Cikarang ?
1.3 Hipotesis
Adanya peningkatan pH vagina, memberikan pengaruh terhadap perubahan
makroskopis pada kejadian fluor albus di usia kehamilan 11-24 minggu
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan peningkatan pH vagina dengan perubahan makroskopis
dari kejadian fluor albus di usia kehamilan 11-24 minggu
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui kadar pH dari fluor albus selama kehamilan
2. Mengetahui bau dan warna dari fluor albus selama kehamilan
1.5 Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti :
Penelitian ini menjadi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan modul
riset dan memperoleh gelar sarjana kedokteran
Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan sebagai introspeksi
diri mengenai kebersihan tubuh dan organ vital bagi peneliti
Penelitian ini bisa dijadikan bahan pembelajaran dan pengembangan cara
berpikir peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya
3
Bagi Masyarakat :
Khususnya bagi ibu hamil, penelitian ini mampu menjelaskan mengenai
pentingnya menjaga kebersihan serta keseimbangan pH vagina terutama
pada wanita hamil dan juga pentingnya melakukan pemeriksaan
kandungan rutin
Bagi Institusi :
Penelitian ini sebagai syarat kelulusan Program Studi Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan dan mengembangkan
penelitian ini lebih lanjut
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Masa Kehamilan
Secara anatomi, ketika terjadi suatu kehamilan maka akan terjadi perubahan
anatomi organ reproduksi pada ibu sebagai suatu reaksi kompensasi terhadap
hadirnya makhluk hidup baru yang akan berkembang di dalam rahim.6 Dibawah
ini merupakan gambaran secara garis besar organ yang mengalami perubahan
anatomi pada masa kehamilan :
Seperti yang di jelaskan pada gambar 2.1 diatas, organ-organ ini akan
mengalami perubahan yang sebagian besar dipengaruhi oleh hormon estrogen dan
progesteron secara langsung ataupun tidak langsung. Di jelaskan pula bahwa
vesika urinaria dan rektum akan terkena dampak dari perubahan organ-organ
reproduksi ini, salah satunya akibat pembesaran rongga uterus secara perlahan-
lahan yang akan menekan keduanya. Hal ini terjadi sesuai dengan letak uterus
Gambar 2.1 Anatomi organ reproduksi wanita (uterus, serviks, vagina, dan klitoris)
dan batas-batasnya (rektum dan vesica urinaria)
Sumber : Sherwood, Lauralee. Human Physiology : From Cells to Systems.2010.7
4
5
pada umumnya yaitu posterior terhadap vesika urinaria dan anterior terhadap
rectum.7
2.1.1.1 Fisiologi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keberhasilan dalam proses fertilisasi pada fase
ovulasi dalam siklus menstruasi. Siklus menstruasi adalah siklus hormonal yang
berperan dalam kematangan folikel dalam ovarium. Siklus ini di regulasi oleh
aksis Hipothalamus-Hipofisis-Gonad (ovarium pada wanita). Aksis ini tidak
hanya mengatur siklus hormonal, namun secara tidak langsung juga berperan
dalam perkembangan organ reproduksi sekunder manusia.7
Normalnya, siklus menstruasi berawal dari aktivasi GnRH (Gonadotropin
Releasing Hormone) di hipothalamus dan akan mengaktivasi FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) pada hipofisis anterior
yang nantinya akan mempengaruhi folikel primordial pada ovarium untuk
berkembang menjadi folikel primer yang memiliki sel teka internal dan eksternal.
Sel teka internal akan mengubah kolesterol yang didapatkan dari sel teka eksternal
menjadi androgen, kemudian mengirimkannya ke sel granulosa yang memiliki
enzim 5-alpha-reductase sehingga androgen mampu diubah menjadi estrogen.
Estrogen ini sebagian akan disimpan di dalam ruang yang disebut antrum serta
membantu pertumbuhan oogonia hingga menjadi oosit matang di dalam folikel
yang juga akan terus berkembang dan sisanya dikembalikan ke aliran darah
sistemik. Estrogen memiliki autoregulasi di dalam aliran sistemik. Bila produksi
estrogen telah mencukupi, ia akan memberikan feedback negatif ke hipothalamus
dan hipofisis sehingga produksi GnRH serta FSH akan terhambat dan LH
mengalami peningkatan. Fase ini terjadi kurang lebih selama 14 hari terhitung
sejak awal folikel mulai banyak mengalami perkembangan dan menjadi folikel
matang yaitu folikel de Graaf serta dinamakan fase Folikular.7
Sementara GnRH dan FSH terus di hambat, sel teka juga semakin
berkembang dan mengalami penebalan ditambah dengan sel granulosa + sel lutein
yang di aktivasi oleh peningkatan LH yang begitu dahsyat saat estrogen mencapai
tingkat maksimumnya. Penebalan folikel ini menyebabkan folikel terisi penuh
dengan sel dan menjadikannya corpus luteum ( badan kuning ). Sel teka luteal dan
6
7
Setelah melewati fimbriae, oosit ini akan menjadi ovum dan melewati tuba
falopii bagian ampulla. Bila di bagian ampulla ovum bertemu dengan sperma,
maka sperma dengan enzim dan badan akrosomal yang ia miliki akan menembus
dinding ovum yang terdiri dari korona radiata, zona pellucida, dan membran
plasma maka inti sel dari sperma akan di lepaskan ke dalam sitoplasma ovum dan
bertemu dengan inti sel ovum. Bila kedua inti sel ini berhasil menggabungkan
kode genetik yang mereka miliki, maka inilah yang akan berkembang menjadi
morulla, blastula dan seterusnya hingga terjadi implantasi di dinding uterus bagian
dalam (endometrium).7
2.1.1.2 Efek Perubahan Hormon selama Kehamilan
Selain perubahan secara anatomi dan fisiologis dari sistem reproduksi ibu,
juga terjadi perubahan hormon estrogen dan progesteron yang signifikan. Hormon
estrogen dalam bentuk estradiol dan progesteron menjadi faktor lain yang
meningkatkan resiko ibu mengalami fluor albus pada masa kehamilan.8
Gambar 2.3: Perjalanan folikel matang ke endometrium
Sumber : Sherwood, Lauralee. Human Physiology : From Cells to Sytem.2010.7
8
Gambar 2.5 : Perubahan hormonal selama kehamilan
Sumber : Baxendale & Brett,2001
Seperti yang di jelaskan pada gambar 2.4 diatas, bahwa progesteron
mengalami peningkatan yang signifikan sejak usia kehamilan 11 hingga 24
minggu yang disebabkan oleh adanya corpus luteum yang dipertahankan hingga
usia kehamilan mencapai trimester II akhir, sehingga progesteron kadarnya terus
meningkat.10
Hal ini tentunya akan memberikan efek yang cukup signifikan
terhadap organ-organ yang memiliki reseptor terhadap kedua hormon ini.8
Estrogen yang mengalami sedikit peningkatan akan berikatan dengan
reseptornya ( misal : ER2 dan ER3 pada endometrium dan kelenjar mukosa pada
serviks ), kemudian menyebabkan penebalan jaringan penyusun pada area
tersebut, sehingga pertumbuhan janin terlindungi dan mendapatkan cukup nutrisi.
Dan juga, normalnya estrogen akan membuat sekret kelenjar pada dinding rahim
serta serviks lebih jernih dan cair. Produksi progesteron juga mengalami
peningkatan seiring dengan peningkatan yang terjadi pada estrogen, dimana
progesteron akan meningkatkan jumlah kapiler darah pada dinding endometrium
serta asupan glikoprotein pada kelenjar dinding rahim dan juga serviks, sehingga
akan dihasilkan lebih banyak sekret kental dan sedikit keruh. Sekret ini kaya akan
glikoprotein, jaringan ikat dan juga mediator kimia yang berfungsi sebagai
pertahanan untuk daerah ruang uterus, serviks hingga saluran vagina.8,
Perubahan estrogen
Perubahan progesteron
Gambar 2.4 Perubahan estrogen dan progesteron selama kehamilan
Sumber : Baxendale and Brett. Motherhood and Memory : A review Psychoendocrinology.2010.8
9
2.1.2 Mikroorganisme dan Perubahan pH pada Saluran Vagina
Penelitian yang dilakukan oleh Gustafsson, et al (2011) pada wanita dengan
usia produktif di Swedia menyatakan, bahwa perkembangan mikroorganisme
dalam saluran reproduksi wanita bergantung pada usia dan juga kondisi hormonal
saat itu.9 Wanita pada usia 26-40 tahun akan mengalami perubahan pH ± 4,5-4,8
dan juga ditemukan pertumbuhan mikroorganisme, seperti : Lactobacillus sp,
Streptococcus group B, Gardnerella vaginalis, serta jamur Candida albicans.10,11
Keempat mikroorganisme ini akan berkurang pada masa menopause dan
postmenopause disertai dengan perubahan pH yang signifikan ( ± 5-5,3 )12
, namun
bakteri Lactobacillus sp lebih memberikan pengaruh dominan terhadap perubahan
pH yang mungkin terjadi pada saluran vagina.13
Adanya perubahan keasaman dan pertumbuhan mikroorganisme ini juga
dipengaruhi oleh kebersihan ibu selama kehamilan, contohnya dalam
membersihkan tepi luar vagina ataupun dalam berhubungan seksual.14
2.1.2.1 Lactobacillus sp
Bakteri ini adalah jenis bakteri anaerob yang hidup di beberapa organ pada
manusia. Sifatnya yang mampu menguraikan glikogen dalam proses fermentasi
dan menjadikannya asam laktat, menjadi faktor utama yang menjadikan bakteri
ini bakteri normal dalam tubuh kita. Selain itu, di duga hasil metabolisme dari
bakteri ini mampu menyingkirkan pertumbuhan bakteri patogen.15
Lactobacillus
sp banyak ditemukan pada saluran gastrointestinal dan saluran reproduksi
wanita.15
Menurut penelitian asosiasi ahli mikrobiologi tahun 1975, lactobacilli yang
sering ditemukan di dalam saluran reproduksi wanita adalah L.Crispatus dan
L.Jensenii13
. Kedua bakteri ini dikatakan memberikan tingkat keasaman yang
hampir sama terhadap saluran vagina, namun untuk menghasilkan asam laktat
mereka memerlukan bahan yang berbeda dalam proses fermentasi nya.16
L.Acidophilus mampu menguraikan laktosa dan menjadikannya ikatan asam
laktat yang kuat maupun lemah, sedangkan L.Jensenii hanya mampu
menghasilkan ikatan asam laktat yang sederhana. Hal lain yang menguntungkan
10
dari bakteri ini adalah kemampuan dalam menghasilkan H2O2 yang berfungsi
mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain dalam saluran reproduksi wanita.13
Dalam kondisi sehat dan sistem imun yang baik, jumlah H2O2 yang dihasilkan
bakteri batang ini diduga tidak memberikan efek korosif terhadap epitel saluran
reproduksi wanita.12
2.1.3 Fluor Albus
Fluor albus ( keputihan ) keluarnya cairan dari organ reproduksi wanita
melalui vagina (Wishnuwarhani, 2008). Pemeriksaan makroskopis , berupa warna,
bau dan kekentalan adalah cara untuk menilai dan mengkategorikan fluor albus,
Namun kekentalan dari fluor albus seringkali tidak di jadikan suatu tolak ukur
yang akurat mengingat besarnya kemungkinan terjadi subyektifitas pada sekret
yang diperiksa.11,14,15
Fluor albus ini bisa terjadi pada dua kondisi, yaitu :
2.1.3.1 Fisiologis
Dikatakan fisiologi, bila cairan tersebut berwarna bening, tidak berbau,
jumlahnya tidak berlebihan, dan tidak menimbulkan keluhan, seperti : gatal-gatal,
rasa panas, dan sebagainya. Fluor albus fisiologis ini sering terjadi pada wanita
menjelang haid, ketika stress secara emosional, ataupun saat terangsang secara
seksual.16
Secara fisiologis, sekret vagina memberikan proteksi alami terhadap
pertumbuhan bakteri aerob di sekitar serviks dan vagina. Pertahanan ini bersifat
asam yang dibantu dengan bakteri anaerob yang mengkonsumsi glikoprotein
sekret dan akan menghasilkan sisa metabolisme dengan fermentasi, sehingga
sekret vagina tetap terjaga keasamannya.16
2.1.3.2 Patologis
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, fluor albus dikatakan patologis, bila
cairan yang didapatkan berwarna hijau/kuning/keabu-abuan, berbau tidak sedap,
jumlahnya berlebihan, dan menimbulkan gejala gatal, rasa panas di daerah
kewanitaan, nyeri, dan sebagainya.14
Gambaran fluor albus patologis yang sering
ditemukan pada wanita15
:
11
a. Fluor albus yang cair dan berbusa, berwarna kuning kehijauan atau
keputih-putihan, berbau busuk dengan rasa gatal. Fluor albus semacam ini
akan memberi dampak bagi tubuh wanita, diantaranya rasa terbakar di
daerah kemaluan saat buang air kecil.
b. Cairan fluor albus yang berwarna putih seperti keju lembut dan berbau
seperti jamur atau ragi roti. Keadaan ini menunjukan adanya infeksi yang
disebabkan jamur atau ragi yang di sistem reproduksi sekunder wanita,
terutama vagina dan serviks.
c. Cairan fluor albus yang kental seperti susu dengan bau yang amis.
Keadaan ini dimungkinkan karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri
anaerob oportunis yang menjadi infeksi sekunder akibat
ketidakseimbangan suasana asam-basa di vagina atau serviks.
d. Cairan fluor albus yang encer seperti air, berwarna coklat atau keabu-
abuan dengan bercak-bercak darah, dan berbau busuk. Kondisi infeksi
urogenitalia yang bersifat kronik adalah penyebab tersering timbulnya
cairan fluor albus dengan karakteristik di atas.
Fluor albus terjadi akibat adanya perubahan suasana pada mukosa vagina yang
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, misalnya perubahan hormon sehingga
mempengaruhi kerja kelenjar mukosa pada serviks dan faktor pertumbuhan
mikroorganisme anaerob pada saluran vagina dan serviks baik bagian endo
ataupun ektoserviks.14
Tak hanya faktor internal, faktor eksternal seperti pendidikan, higienitas diri,
pendapatan keluarga, dan juga kondisi pasangan seksual juga mempengaruhi
perubahan pH pada vagina melalui sikap dan perilaku higienis terhadap diri dan
lingkungan sekitar mereka.15
12
13
Penggunaan pakaian dalam dan juga cara membersihkan alat genitalia saat
mandi adalah salah satu contoh perilaku higienis yang memiliki pengaruh besar
dalam kesehatan alat reproduksi. Ibu dengan kelebihan glukosa dalam darah
(Diabetes Mellitus), juga akan mengalami hal serupa mengingat sekret vagina
dipengaruhi oleh susunan glikoprotein (ikatan antara glukosa dengan protein) di
dalamnya.15
2.1.4 Cara Diagnosis
Keadaan patologis pada fluor albus, seperti Bakterial Vaginosis ataupun fluor
albus akibat Infeksi Menular Seksual, membutuhkan uji laboratorium sesuai
dengan ketentuan yang telah di tetapkan baik uji sederhana, yaitu dengan
pemeriksaan makroskopis maupun yang menggunakan reagen kompleks.13,14
Pemeriksaan makroksopis terdiri dari pemeriksaan bau, warna, keasaman dan
kekentalan pada sekret vagina. Bau, warna, dan keasaman seringkali menjadi
penentu utama dalam kejadian fluor albus, sedangkan penilaian kekentalan yang
tidak menjadi prioritas dalam penentu fluor albus karena masih adanya
kemungkinan subyektifitas dari observer dalam penilaiannya.
2.1.4.1 Dipstick Test
Uji dipstick adalah uji semi kuantitatif menggunakan stick yang sudah
memiliki reagen untuk beberapa zat yang mungkin ditemukan di dalam sediaan
atau preparat. Sediaan yang dapat menggunakan uji ini adalah urine atau apusan
vagina, yaitu berupa sekret dari saluran vagina ataupun porsio serviks. Pada
apusan vagina, uji dipstick digunakan untuk mengukur pH yang didapatkan dari
apusan tersebut.14,15,16
Gambar 2.7 Stik dengan 3 reagen untuk uji dipstick
Sumber :kamera pribadi, Juli 2013
14
2.1.4.2 Uji KOH
Uji menggunakan larutan basa KOH 10% ini biasa digunakan untuk
mengetahui bakteri gram pada sediaan, namun uji KOH tidak bisa membedakan
secara pasti sifat gram dari bakteri tersebut. Hasil yang didapatkan untuk
mengetahui sifat gram nya hanya dilihat dari ada atau tidaknya lendir pada
sediaan setelah diteteskan larutan KOH 10% ini.15
Pada jamur seperti Candida albicans, uji KOH cukup membantu untuk
melihat jamur ini secara mikroskopis. Selain itu, uji ini mampu mengeluarkan bau
tidak sedap dari sediaan yang didapatkan dari pasien dengan diagnosis Infeksi
saluran reproduksi khususnya seperti Bakterial Vaginosis.16,17
Larutan ini digunakan setelah apusan mukosa vagina dengan cotton swab
telah dilakukan. Sekret yang ada di letakkan diatas kaca objek secara memutar dan
perlahan.15,16,17
Gambar 2.8 Larutan KOH 10% yang digunakan
untuk mengetahui perubahan bau
pada fluor albus
Sumber :kamera pribadi, Juli 2013
Gambar 2.9 Cotton Swab untuk mengambil
fluor albus pada vagina
Sumber :kamera pribadi, Juli 2013
15
2.2 Kerangka Teori
Lonjakan
progesteron yang
signifikan
Peningkatan
metabolisme
tubuh ibu
Meningkatkan jumlah
kelenjar mukosa pada
serviks dan dinding
rahim
Meningkatkan
glikogen dan
protein dalam darah
Meningkatkan
kadar glikoprotein
dalam sekret
kelenjar mukosa
serviks
Akan
difermentasikan oleh
mikroorganisme
anaerob (biasanya
Lactobacillus sp)
pada serviks dan
vagina
Mengalir hingga
ke saluran vagina
Sekret lebih
banyak, kental,
dan keruh namun
tidak berbau
Menghasilkan
asam laktat dan
pH menjadi asam
Higienitas saat
kehamilan kurang
baik
Kemungkinan
pertumbuhan
mikroorganisme lain di
dalam saluran vagina
hingga ke serviks
Flora normal akan
tersingkirkan karena
adanya mikroorganisme
yang dominan
Jamur mudah
berkembang biak
pada kondisi basa
Uji KOH (+)
Peningkatan sekret untuk
proses fagositosis sebagai
mekanisme pertahanan
Duh/pus sebagai
Hasil dari fagositosis
Bau amis/ bau tidak sedap
dari sekret (+)
Kadar pH akan
berubah menjadi
lebih basa
Faktor
pendidikan dan
ekonomi
keluarga
Masa Gestasi
(Kehamilan)
16
2.2 Kerangka Konsep
Perubahan
hormonal yang
signifikan selama
kehamilan 11-24
minggu
Perubahan
keasaman (pH)
vagina
Riwayat Infeksi
Saluran genitalia
atau Diabetes
melitus
sebelumnya
Perubahan
kualitas sekret
vagina
Fluor Albus
Higienitas Ibu
selama
Kehamilan
Peningkatan
fermentasi
glikoprotein oleh
Lactobacillus sp
Perubahan
bau dari
sekret vagina
17
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain cross-
sectional untuk mengetahui hubungan antara perubahan keasaman vagina dengan
kejadian keputihan di usia kehamilan 11-24 minggu.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Poli Kebidanan RS Mediarossa Cikarang, selama 2
bulan terhitung dari bulan April sampai dengan Juni 2013
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 11-24
minggu di Poli Kebidanan dan Kandungan RS Medirossa Cikarang
3.3.2 Sampel
Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan metode
Consecutive Sampling,19
sehingga seluruh populasi yang ada di jadikan sebagai
sampel selama periode penelitian untuk memenuhi jumlah sampel minimal,
dimana kriteria sampel yang dibutuhkan adalah ibu hamil usia 11-24 minggu
dengan keputihan di periode April-Juni 2013.
3.3.3 Cara Penentuan Sampel
3.3.3.1 Menghitung Besar Sampel
Penelitian ini adalah penelitian analitik numerik tidak berpasangan, sehingga
untuk mencari besar sampel digunakan rumus :
17
18
Dengan :
Zα = Kesalahan tipe I, ditetapkan Zα = 5%
Zβ = Kesalahan tipe II, ditetapkan Z = 10%
S = Standar Deviasi (SD) Gabungan dari Kedua Kategori fluor albus
X1-X2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna
Diketahui :
Zα = 5% = 1,64
Zβ = 10% = 1, 28
S = Dari laporan penelitian Ocviyanti Departemen Obstetri dan Ginekologi
RSCM tahun 2009, dimana :
S12 x ( n1-1) + S2
2 x (n2-1)
n1+n2-2
S1 = Standar deviasi dari kelompok fluor albus fisiologis = 3,1
n1 = Besar sampel dari kelompok fluor albus fisiologis = 80 sampel
S2 = Standar deviasi dari kelompok fluor albus patologis = 1,4
n2 = Besar sampel dari kelompok fluor albus patologis = 20 sampel
(S)2 yang didapatkan = 759.57, maka S = = 27,56
X1-X2 = Selisih minimal rerata dari laporan penelitian yang sama didapatkan dari
penelitian Ocviyanti (2009) Majelis Obstetri Ginekologi Indonesia adalah 2,5.
(S)2 =
19
Jawab :
+ 10% dari sampel = 18 sampel
Setelah di hitung menggunakan rumus besar sampel di atas, di dapatkan sampel
minimal yang dibutuhkan adalah 18 sampel.
3.3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.3.4.1 Kriteria Inklusi
Ibu hamil dengan usia kehamilan 11-24 minggu dengan fluor albus,
tidak memiliki riwayat Diabetes Mellitus, Infeksi Menular Seksual
serta infeksi urogenitalia sebelumnya dan telah setuju untuk di teliti.
3.3.4.2 Kriteria Eksklusi
Sampel yang sudah memenuhi kriteria inklusi, tetapi karena adanya
keadaan hiperemesis gravidarum, dehidrasi sedang, atau tidak disetujui
oleh pihak keluarga, sehingga tidak dapat di teliti lebih lanjut.
20
3.4 Definisi Operasional
Variabel Definisi Pengukur Alat Ukur Cara
Pengukuran
Skala
pengukuran
Hasil
pengukuran
Warna
(Variabel
Dependen)
Warna
ditimbulkan
dari hasil
metabolisme
mikroorganis
me normal
ataupun
anaerob yang
berkembang
biak di
mukosa
vagina
Peneliti dan
Spesialis
Kandungan
Dilihat
secara kasat
mata
Diletakkan
di atas
object glass
dan dilihat
secara kasat
mata warna
yang
terlihat
(hijau,kuni
ng,merah,dl
l)
Kategorik
- Nominal
0 = Putih
Bening
1 = Keruh
2 = Kuning
Penilaian ini
berdasarkan
Penelitian
Ocviyanti
(2009).11
Kualitatif
Putih
bening/
Keruh/
Kuning
Bau (Variabel
Dependen)
Bau adalah
karbon hasil
metabolisme
mikroorganis
me normal
ataupun
anaerob di
mukosa
vagina
Peneliti dan
Spesialis
Kandungan
di RS
Medirossa
Cikarang
Uji KOH
10 %
sebagai
larutan
korosif
yang dapat
melisiskan
epitel
jamur,
sehingga
bisa
dijadikan
indikasi
peningkata
n pH
sekret
diatas
object glass
di teteskan
larutan
KOH 10%
sebanyak 2-
3 tetes, lalu
tunggu
selama 1-2
menit untuk
mengetahui
ada atau
tidaknya
bau
Kategorik
- Nominal
0 = Berbau
1 = Tidak
berbau
Penilaian ini
berdasarkan
Penelitian
Ocviyanti
(2009).11
Kualitatif
Berbau/
Tidak
Berbau
21
Mengetahui
kadar keasaman
(pH) pada
vagina (variabel
Independen)
Spesialis
Kandungan
Dipstick
Test
Dengan stik
celup berisi
3 reagen
utk
mengukur
pH,
Protein,
dan
glukosa,
dan akan di
tempelkan
pada sekret
di mukosa
vagina
Numerik
-Kadar pH
(5, 6, >6)
Penilaian ini
berdasarkan
penelitian
Ocviyanti
(2009)
Majelis
Obstetri
Ginekologi
Indonesia.11
Kualitatif
5:
Normal
6:
Curiga
basa
>6:
Positif
Basa
22
3.5 Cara Kerja Penelitian
Menyelesaikan proposal penelitian
Mengajukan proposal penelitian kepada komisi etik
Mendapatkan bukti persetujuan dari komisi etik
Mengajukan permohonan pada pihak RS Medirossa Cikarang untuk
pengambilan sampel di Poli Kebidanan dan Kandungan RS Medirossa
Mengajukan perizinan kepada Kepala bidan di Poli Kebidanan dan
Kandungan RS Medirossa Cikarang
Mendapat persetujuan dari RS Medirossa Cikarang, khususnya Poli Kebidanan
dan Kandungan
23 ibu hamil di Poli Kebidanan RS Mediarosa
Memohon izin kepada pasien dan pengisian Informed consent
Dijelaskan sampel bahwa penelitian ini tidak akan membahayakan nyawa ataupun
melukai serta akan dijaga kerahasiaan dari data ataupun hasil yang didapatkan dari
ibu sebagai sampel
Pengisian kuesioner karakteristik sampel
Pengambilan sekret dengan teknik apusan vagina
Pengukuran pH pada saluran vagina dengan dipstick
Pengamatan makroskopik warna dan kekentalan sekret
Pengujian apusan dengan KOH 10%
-Adanya bau spesifik dari apusan -tidak ada bau spesifik dari apusan
Analisis data
23
3.6 Etika
Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin secara tertulis
kepada subjek dan institusi yang terkait dengan penelitian ini.
Peneliti akan menjelaskan kepada subjek mengenai tujuan penelitian dan
hal apa saja yang akan dilakukan terhadap subjek.
Peneliti akan menjelaskan bahwa penelitian ini tidak akan memberi
dampak buruk apapun terhadap subjek, kecuali rasa sedikit tidak nyaman
ketika pengambilan swab vagina.
Subjek penelitian memiliki hak autonomy untuk menerima atau menolak
diikutsertakan dalam penelitian ini.
Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dalam
penelitian.
Bila suatu saat subjek menyatakan diri tidak dapat terlibat lebih lanjut di
dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan menuntut atas hal apapun
dari subjek.
Ketika penelitian telah selesai dilakukan, subjek berhak mengetahui hasil
penelitian bila subjek meminta.
24
3.7 Manajemen Data
3.7.1 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer karena diisi
langsung oleh responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara non random sampling dan alat ukur penelitian. Identitas
responden akan dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti.
Responden akan terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai
penelitian dan informed consent. Responden memiliki hak untuk
menolak keikutsertaan dalam penelitian ini dan juga dapat
mengundurkan diri tanpa ada sanksi yang ditujukan untuk
responden.
3.7.2 Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
menggunakan program SPSS (Statistic Package for Social
Sciences) versi 16.0. Pengolahan data dilakukan dengan tahap-
tahap sebagai berikut:
a. Editing
Dilakukan setiap kali responden selesai mengisi
kuesioner. Peneliti memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan.
b. Coding
Peneliti memberi kode numerik kepada data yang terdiri
atas beberapa kategori.
c. Data Entry
Peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam program SPSS versi 16.0.
d. Analisa data
25
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian mulai dari deskripsi data, uji
persyaratan analisis, pembahasan dan berbagai permasalahan yang ditemukan
dalam penelitian lapangan. Hasil penelitian ini berpedoman pada data hasil
pengambilan sampel di RS Medirossa Cikarang yang kemudian di olah dengan
bantuan komputer.
Penelitian ini membutuhkan sampel yang diperlukan sejumlah 18 sampel,
sesuai dengan perhitungan besar sampel dengan rumus analitik numerik tidak
berpasangan. Selama pengamatan yang dilakukan dalam 2 bulan, didapatkan
sampel berjumlah 23 dari 30 ibu hamil dalam populasi ibu hamil usia kehamilan
11-24 minggu dengan keputihan periode April-Juni 2013.
4.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi homogenitas
data dan frekuensi pada variabel independen dan dependen pada 23 subyek
penelitian. Pada penelitian ini, didapatkan distribusi data yang homogen
(lampiran 5). Berikut ini penjelasan hasil analisis univariat yang terbagi atas
beberapa subab :
Tabel 4.1.1 Karakteristik Sampel Fluor Albus di Usia Kehamilan 11-24
minggu di RS Medirossa Cikarang periode April-Juni 2013
Variabel
Indikator
Variabel
dependen
N Valid Percent
Usia Ibu 21-30 thn 19 82.6 %
31-40 thn 4 17.4 %
Pendidikan
Pekerjaan
SMP 2 8.7 %
SMA 18 78.3 %
S1
Ibu Rumah Tangga
3
12
13.0 %
52.2 %
25
26
Karyawan Pabrik 10 43.5 %
PNS 1 4.3 %
Usia
Kehamilan
11-16 minggu 14 60.8 %
17-24 minggu 9 38.9 %
Kehamilan ke- 1 9 39,1 %
2 6 26,1 %
3 7 30,4 %
4 1 4.3 %
Berdasarkan tabel 4.1.1, diketahui sebagian besar usia ibu hamil yang
menjadi subjek penelitian adalah 21-30 tahun dengan rerata usia 27,13 tahun
dengan standar deviasi 3,74 (lampiran 4). Pada penelitian Munzila, dkk, (2007),
dari 80 sampel penelitian didapatkan 54 ibu (67,5%) dengan usia 21-30 tahun.
Sebanyak 52.5 % subjek penelitian adalah ibu rumah tangga dengan 78,3%
ibu merupakan lulusan SMA. Serupa dengan sampel penelitian Ocviyanti,
dkk,(2009), dimana sebagian besar sampelnya adalah ibu rumah tangga (69,1%)
dan merupakan lulusan SMA (46,3%). Penelitian tersebut juga menunjukkan
bahwa adanya faktor pendidikan kurang dari 13 tahun menjadi salah satu
pengaruh dalam kualitas fluor albus yang ditemukan.11,20
Usia kehamilan sebagian besar dalam kelompok 11-16 minggu dengan rerata
usia 16,34 minggu dengan standar deviasi 3, 97 (lampiran 4). Pada penelitian
Ocviyanti,dkk (2009), didapatkan bahwa ibu hamil yang mengalami keputihan
sebagian besar kurang dari 20 minggu kehamilan. Hal ini sesuai dengan usia
kehamilan sampel penelitian ini, meskipun terdapat keterbatasan dalam jumlah
sampel yang belum bisa mewakili masing-masing usia kehamilan.
27
Tabel 4.1.2 Distribusi Hasil Pemeriksaan pH Vagina dan Makroskopis Fluor
Albus pada Usia Kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa
Cikarang periode April-Juni 2013
Variabel
Indikator
Variabel
Independen
N Valid Percent
Nilai pH Vagina 5 5 21. 7 %
6 5 21.7 %
7 7 30.4 %
8 6 26.1 %
Tabel 4.1.3 Distribusi Hasil Pemeriksaan Makroskopis Fluor Albus pada
Usia Kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa Cikarang
Variabel
Indikator
Variabel
Dependen
N Valid Percent
Warna
Putih Bening 5 21.7 %
Kuning 14 60.9 %
Keruh 4 17.4 %
Kekentalan Negatif 7 30.4 %
Positif 16 69.6 %
Uji KOH Negatif 10 43.5 %
Positif 13 56.5 %
Fluor albus Fisiologis 7 30.4 %
Patologis 16 69.6 %
Metode pengukuran pH yang dilakukan menggunakan tes celup (dipstick
test) merupakan metode diagnostik yang praktis dengan sensivitas 75% dan
spesifisitas 82%.14
metode ini dapat menilai kadar pH yang positif. Pada laporan
penelitian tahun 2007 di RSCM yang menggunakan tes celup, didapatkan bahwa
perubahan pH dan fluor albus lebih sering terjadi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu.14
perubahan ini terjadi akibat adanya vulvovaginitis dan servisitis
yang ditemukan pada subyek penelitian tersebut.14
28
Pada tabel 4.1.2 didapatkan bahwa sebagian besar subyek penelitian
memiliki pH vagina lebih dari 5.0 dengan rerata 6,61 dengan standar deviasi 1,1
(lampiran 4), Hal ini sesuai dengan laporan penelitian Departemen Obstetri dan
Ginekologi FKUI tahun 2007, didapatkan 26 dari 40 sampel (32,5%) mengalami
fluor albus patologis dengan nilai pH diatas 4,5.15
Dari perbandingan diatas,
didapatkan hasil penelitian yang mendekati hasil penelitian sebelumnya.
Hasil pemeriksaan warna sekret vagina pada fluor albus yang dialami oleh
ibu hamil di usia kehamilan 11-24 minggu, 60,9 % menunjukkan secara
makroskopis berwarna kuning dengan kekentalan 69,6 % positif (lampiran 5).
Menurut Sarwono, et al, karakterisitk fluor albus dikatakan abnormal, bila dilihat
secara makroskopis warna dan kekentalan, berupa sekret kekuningan yang kental
seperti lem dan bau yang cukup menyengat.6 Berdasarkan dari hasil pemeriksaan
makroskopis dengan literatur, maka dapat dikatakan sebagian besar hasil
pemeriksaan makroskopis pada subyek penelitian mengalami fluor albus
patologis.
Hasil uji KOH juga didapatkan dari tabel 4.1.3, bahwa 56,5 % uji KOH
positif berbau pada pemeriksaan makroskopis fluor albus di usia 11-24 minggu
kehamilan. Laporan penelitian tahun 2007 Departemen Obstetri dan Ginekologi
RSCM menunjukkan, 41 sampel ibu hamil yang memiliki fluor albus berbau, 10
sampel ( 12,5 %) didapatkan bahwa uji KOH positif.14
Hal ini menunjukkan
kemungkinan terjadi pertumbuhan jamur pada sebagian besar sampel penelitian
saat ini.21
Dari tabel 4.1.3 serta teori yang mendukung, maka dapat dikatakan bahwa
69,6 % fluor albus yang ditemukan pada subyek penelitian merupakan fluor
albus patologis.
29
4.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat apakah hipotesis awal mengenai
hubungan variabel dependen dan independen dapat diterima (bermakna). Karena
jumlah sampel < 30 (23 < 30), maka digunakan uji beda dua rata-rata tidak
berhubungan. Hasil analisis bivariat yang didapatkan sebagai berikut :
Tabel 4.2.1 Distribusi Hasil Berdasarkan nilai pH terhadap Fluor albus
Patologis pada Usia Kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa
Cikarang periode April-Juni 2013
No Variabel
Independen
Variabel
Dependen
N Sig.(2
tailed)
Mean SD CI 95%
Lower
Bound
Upper
Bound
1 pH vagina Fisiologis 7 0,017
5,71 1,25 2,44 33,24
Patologis 16 7,00 0,8
Berdasarkan hasil uji statistik bivariat antara variabel pH dan fluor albus,
didapatkan nilai sebesar 0,017 ( p value < 0,05 ) . Hal ini dapat menunjukkan
bahwa secara statistik ada hubungan bermakna antara perubahan pH vagina
dengan kejadian fluor albus patologis pada ibu hamil usia 11-24 minggu di RS
Medirossa Cikarang. Menurut Cohen,et al (1969), perubahan hormonal
merupakan salah satu pemicu peningkatan pH akibat perubahan jumlah dan
kekentalan sekret vagina pada masa kehamilan.17
Perubahan pH yang cepat,
menyebabkan keseimbangan asam-basa vagina menjadi terganggu dan pesatnya
pertumbuhan mikroorganisme normal dan anaerob, sehingga terjadi peningkatan
proses fagositosis serta hasil metabolisme mikroorganisme yang dapat mengubah
fluor albus vagina yang ditemukan menjadi basa dan memicu flora normal vagina
menjadi parasit bagi mukosa serviks dan vagina.20,21
Keadaan ini akan mengubah
kualitas fluor albus dan dapat dikategorikan sebagai fluor albus patologis.
30
Tabel 4.2.2 Distribusi Rerata Usia Kehamilan 11-24 minggu dengan Fluor
albus di RS Medirossa Cikarang
Pada tabel 4.2.2, terlihat bahwa kejadian fluor albus fisiologis sering terjadi
pada rerata usia kehamilan 18,71 minggu dan rerata usia kehamilan yang
mengalami fluor albus patologis adalah 15,31 minggu. Usia rerata yang
didapatkan dari masing-masing kategori fluor albus pada usia 11-24 minggu,
tidak sejalan dengan penelitian Baxendale, et al (2001), bahwa usia kehamilan 19
hingga 22 minggu adalah awal kenaikan yang signifikan dari estrogen dan
progesteron (gambar 2.4). Di usia kehamilan 15 minggu memang terjadi
kenaikan, namun tidak signifikan seperti yang terjadi pada usia 19 minggu,
sehingga apabila terjadi fluor albus patologis, cenderung akan terjadi pada usia
18-19 minggu atau lebih.8
Kesenjangan antara rerata dengan landasan teori pada hubungan antara usia
kehamilan dengan fluor albus patologis, kemungkinan terjadi akibat adanya faktor
eksternal yang mempengaruhi variabel, seperti faktor higienitas berupa
penggunaan sabun khusus vagina dan juga adanya pendidikan kurang dari 13
tahun. Pengaruh sabun khusus vagina dengan kadar pH dan fluor albus telah
dijelaskan oleh peneliti lain pada tema penelitian yang sama. Dalam penelitian
tersebut, dikatakan bahwa frekuensi penggunaan sabun khusus vagina menjadi
salah satu variabel yang mempengaruhi higienitas seorang wanita dikatakan
buruk.
Produksi estrogen dan progesteron yang tidak stabil selama kehamilan
membuat keseimbangan komponen dan produksi sekret serviks terganggu,
No Variabel
Independen
Variabel
Dependen
N Mean SD
1 Usia
Kehamilan
11-24
minggu
Fisiologis 7 18,71
minggu
3,49
Patologis 16 15,31
Minggu
3,8
31
sehingga belum bisa ditentukan secara pasti usia ibu saat hamil dan juga usia
kehamilan yang rentan terhadap kejadian fluor albus patologis.3,8
Perubahan kualitas dan kuantitas sekret serviks akan mempengaruhi organ
sekitar serviks hingga vagina, sehingga bakteri anaerob akan dengan mudah
berkembang biak dan adanya kelembaban yang meningkat, menyebabkan jamur
yang mulanya bersifat oportunis terhadap mukosa vagina-serviks menjadi infeksi
sekunder akibat perubahan ini.21
Ketidakstabilan estrogen dan progesteron juga mempengaruhi keadaan
torsio serviks ditambah dengan perilaku higienitas dari ibu. Hal ini terlihat saat di
lapangan, banyak ditemukan kecenderungan terjadi perubahan bentuk dan
pertumbuhan mukosa abnormal pada permukaan torsio serviks, seperti polip
serviks. Sayangnya, belum ada literatur ataupun penelitian yang menunjukkan
hubungan bermakna antara kejadian polip serviks dengan fluor albus pada masa
kehamilan. Kondisi ini menyebabkan beberapa subyek dengan polip serviks dari
populasi di masukkan ke dalam kriteria eksklusi, sehingga tidak didapatkan data
lebih lanjut.
Higienitas lingkungan ibu hamil, seperti air dan perilaku ibu terhadap
kebersihan organ genital eksternal, juga menjadi faktor risiko pada kejadian fluor
albus.15
Air merupakan alat utama untuk kebersihan individu ataupun masyarakat.
Sitorus,dkk (2004), menyatakan bahwa air adalah faktor terpenting dalam perilaku
dan sikap individu terhadap higienitas diri maupun lingkungan.22
higienitas diri
dan lingkungan merupakan penyebab sebagian besar penyakit dan penyebarannya
di Indonesia.22
Menurut penelitian Rahadi dan Kardena (2009), daerah industri
memiliki kandungan zat kimia organik yang cukup tinggi di dalam air tanah yang
biasa digunakan untuk kegiatan sehari-hari.22,23
Hal ini sangat mungkin menjadi
faktor risiko yang menyebabkan perbedaan antara rerata usia kehamilan pada
kejadian fluor albus pada usia kehamilan 11-24 minggu pada penelitian ini
dengan penelitian Baxendale & Brett, (2001).8
Terjadinya eliminasi subyek akibat penemuan kondisi yang tidak
memungkinkan untuk diteliti ini terjadi akibat pengambilan data dilakukan hanya
pada saat itu saja dan tidak ada pengamatan lebih lanjut terhadap subyek
penelitian.
32
4.3 Keterbatasan Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional, dimana tidak dapat di
teliti hubungan antara sebab-akibat dari variabel yang diteliti.
b. Pelaksana Pengukuran
Penelitian ini dikerjakan oleh satu peneliti dan dua spesialis
kandungan, baik untuk uji makroskopis, kadar pH ataupun uji KOH
10% . Pada penelitian Munzila,dkk (2007) serta , setiap uji di periksa
oleh peneliti yang berbeda dengan kriteria yang telah disamakan,
sehingga kemungkinan Bias observer lebih rendah.
c. Tolak ukur penelitian
Tolak ukur pada penelitian ini merupakan uji standar dari variabel
dependen, berupa pH dan uji KOH. Secara teori, bisa dilakukan uji
lainnya, seperti pewarnaan gram dan mikroskopis untuk menilai
variabel dependen ( fluor albus ) lebih akurat dan hasil yang lebih
spesifik.
d. Jumlah Sampel
Jumlah Ibu dengan usia kehamilan 11-24 minggu yang berkunjung ke
RS Medirossa Cikarang untuk periode April-Juni 2013 rata-rata 3-4
pasien dalam seminggu, sehingga untuk periode penelitian 2 bulan
hanya di dapatkan 30 ibu hamil.
33
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal mengenai perubahan pH
vagina dengan fluor albus yang terjadi di usia kehamilan 11-24 minggu, yaitu :
a. Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar pH vagina dengan
perubahan kualitas fluor albus yang terjadi di usia kehamilan 11-24
minggu (p = 0,017)
b. Secara makroskopis, warna dan viskositas yang didapatkan dari fluor
albus pada sampel ibu hamil di usia kehamilan 11-24 minggu adalah 60,9
% sekret yang kuning dengan 69,6 % sekret positif kental dan negatif
kental sebesar 30,4 % .
c. Dari hasil uji KOH 10% didapatkan sebesar 56,5 % positif bau dan 43,5
% negatif terdapat bau.
5.2 Saran
5.2.1 Ibu Hamil
a. Perlunya perhatian yang lebih terhadap higienitas diri dan lingkungan ibu
selama kehamilan
b. Dianjurkan membersihkan fluor albus dengan bilasan air agar bersih,
terutama sebelum shalat. Hadits Shahih dari Imam Bukhari dan Muslim
menyatakan :
“Cucilah kemaluanmu dan berwudhulah kamu.”-
c. Kunjungan antenatal rutin dan teratur selama kehamilan sangat dianjurkan
untuk ibu
d. Penggunaan sabun untuk vagina dan spa vagina tidak disarankan untuk
dilakukan selama fluor albus masih terjadi
33
34
5.2.2 Petugas Medis
a. Pentingnya melakukan pemeriksaan fisik genitalia untuk
mendukung anamnesis pada keluhan fluor albus khususnya pada
ibu dengan usia awal dan pertengahan kehamilan
b. Diperlukan adanya perhatian dan penanganan lebih lanjut pada ibu
hamil yang datang dengan fluor albus
c. Perlunya edukasi mengenai personal hygiene selama kehamilan
kepada ibu oleh dokter ataupun bidan disertai pemantauan
pelaksanaannya.
5.2.3 Peneliti
a. Perlu dilanjutkan penelitian ini dengan jenis penelitian yang lebih
spesifik, seperti desain cohort dan waktu penelitian yang lebih lama agar
didapatkan jumlah sampel yang lebih besar dan hasil yang lebih spesifik
serta relevan
b. Perlunya mengetahui hubungan antara penggunaan sabun khusus vagina
atau pembalut herbal dengan kejadian fluor albus pada ibu hamil
c. Perlu penelitian serupa dengan uji sekret vagina yang lebih spesifik untuk
bakteri di dalamnya dan dihubungkan dengan sikap dan perilaku ibu
selama kehamilan di usia 11-24 minggu
d. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara frekuensi
pemeriksaan antenatal rutin di usia 11-24 minggu dengan kejadian fluor
albus
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjitra EDM. Karakteristik Penderita Fluor Albus di Puskesmas Cempaka Putih
Barat I. Pusat Penelitian Penyakit Menular DEPKES RI Jakarta. 1992.
2. Watson WJ, DeMarchi G. Vaginal Discharge : An Approach to Diagnosis
and Management. Department of Family Medicine Toronto University. 1987
August; 33.
3. Monalisa , Bubakar AR, Amirudin MD. Clinical Aspects Fluor Albus of
Female and Treatment. Departemen Dermatovenerologi FK Universitas
Hasanudin Makassar. 2012; 1.
4. Cunningham GF,Leveno KJ,Bloom SL,Hauth JL,Rouse DJ,Spong CY,et all.
William Obstetrics. 23rd ed.: McGraw-Hill Companies; 2010.
5. Brunton Laurence L,Chabner BA,Knollmann BC. Goodman and Gillman’s
Pharmacological Basic of Therapeutics California: McGraw-Hill Companies;
2011.
6. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. 3rd ed. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
7. Sherwood L. Human Physiology:from cells to systems. 7th ed.: Cengage
Learning; 2010.
8. Brett M, Baxendale S. Motherhood and Memory : A review.
Psychoneuroendocrinology. 2001 April; 1.
9. Gustafsson R, Ahrne S, Jeppsson B, Benoni C, Olsson C, Stjernquist M. The
Lactobacillus Flora in Vagina and Rectum of Fertile and Postmenopausal
Healthy Swedish Women. 2011.
10. Brooks G, Carroll K, Butel J, editors. Jawetz, Melnick, and Adelberg's
Medical Microbiology United States: McGraw-Hill; 2010.
11. Ocviyanti D, Rosana Y,Wibowo N. Profil Flora Vagina dan Tingkat
Keasaman Vagina perempuan Indonesia. Majelis Obstetri Ginekologi
Indonesia. 2009.
12. Carlsson J, Gothefors L. Transmission of Lactobacillus jensenii and
Lactobacillus Acidophilus from Mother to Child at Time of Delivery.
American Society for Microbiology. 1975; 1.
36
13. Sherrard J, Donders G, White D. Guideline on the Management of Vaginal
Discharge. IUSTI/WHO. 2011.
14. Munzila S,Wiknjosastro G.H. Pemeriksaan PH vagina dan LEA dengan
dipstick sebagai metoda penapisan vaginosis bakterial dalam kehamilan. Maj.
Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2007.
15. Lakhanisty T. Potassium Hydroxide. OECD SIDS UNEP Publication. 2002
February.
16. Thulkar J, Kriplani A, Agarwal N. Utility of pH test and Whiff test in
syndromic approach of abnormal Vaginal Discharge. Indian Journal
Medicine. 2010 March.
17. Nurhadini S, Zainal E, Efrina D. Hubungan Personal hygiene dengan
Keputihan pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskemas Lingkar
Timur. 2012.
18. Sunyoto D, Setiawan A. Buku Ajar Statistik Kesehatan Yogyakarta:
nuhamedika; 2013.
19. Dahlan, Sopiyudin M.Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan,Edisi 2. Salemba Medika Jakarta. 2011.
20. Ohonsi O, Nwokedi E. Jos Journal Of Medicine. Sociodemographic
Characteristics and Aetilogical Factors of Vaginal Discharge in Pregnancy.
2004; 5.
21. Nwadioha S, Egah Z. Journal of Clinical Medicine and Research. Microbial
Agents of Abnormal Vaginal Discharge in Pregnant Mothers Attending
Primary Health Care Centre of Jos, Nigeria. 2009 October; 2
22. Rahardi EA, Kardena E. Kualitas Air pada Proses Pengolahan air Minum di
Instalasi Pengolahan Air Minum di Lippo Cikarang. Fakultas Tehnik Sipil dan
Lingkungan ITB. 2009.
23. Sitorus H. Kerusakan Lingkungan oleh Limbah Industri adalah Masalah
Itikad. Repository USU. 2004.
37
LAMPIRAN 1
Sekilas Rumah Sakit Medirossa Cikarang
Rumah Sakit Medirossa Cikarang bertempat dilokasi yang sangat strategis
di Jl. Industri Tegal Gede No. 09 merupakan jalan utama sehingga dapat dilalui
kendaraan umum maupun pribadi dan terletak di tengah-tengah kawasan industri
bertaraf internasional yaitu kawasan industri Jababeka I, II. Ejip, Lippo Cikarang ,
Hundai dan Delta Silicone.
Rumah Sakit Medirossa Cikarang merupakan Rumah Sakit Swasta di bawah
naungan PT.PUTRA WIJAYA ALDITTAMA, Rumah Sakit Medirossa berawal
dari klinik 24 jam Rossa Medika sekarang berkembang menjadi Rumah Sakit
yang peresmiannya pada tanggal 20 Agustus 2005, sebagai Rumah Sakit Swasta
dengan fasilitas dan perawatan yang cukup memadai dan didukung oleh tenaga
medis dan para medis yang professional.
Sebagai Rumah Sakit yang melayani seluruh lapisan masyarakat kami
berharap kehadiran Rumah Sakit Medirossa bias memberikan solusi dan
kontribusi yang nyata terhadap masyarakat yang khususnya juga bagi para pekerja
pada umumnya.
Menjadi Rumah Sakit Pilihan, Aman dan Bersahabat melalui F.A.C.E with a
Smile.
a. Memberikan Pelayanan Kesehatan Secara Profesional dan Memuaskan
Bagi Pelanggan Rumah Sakit, Baik Masyarakat Umum Maupun Industri
Dari Segala Lapisan.
b. Menyelenggarakan Pelayanan Yang Unggul Dibidang Kegawat
Daruratan, Trauma Center dan Kesehatan Ibu dan Anak.
c. Mewujudkan Sumber Daya Insani Yang Beriman, Berkualitas, Serta
Bersikap Ramah Dalam Pelayanan.
RUMAH SAKIT MEDIROSSA
38
“Kami Memberikan Pelayanan Yang Terbaik Dan Bersahabat
Bagi Anda “
1. Pelayanan Rawat Jalan / Poliklinik :
a. Umum
b. Anak
c. Penyakit Dalam
d. Kebidanan
e. Mata
f. THT
g. Jantung
h. Syaraf
i. Paru
j. Bedah Syaraf
k. Bedah Anak
l. Gigi
m. Bedah ( Umum, Mulut dan Tulang )
n. Fisiotherapi ( Rehab Medik )
2. Unit Gawat Darurat ( 24 Jam ) / TRAUMA CENTRE
3. Pelayanan Rawat Inap :
a. Ruang perawatan VIP : 1 tempat tidur
b. Ruang perawatan kelas I : 1 tempat tidur
c. Ruang perawatan kelas II : 2 tempat tidur
d. Ruang perawatan kelas III A : 2 tempat tidur
e. Ruang perawatan kelas III B : 5 tempat tidur
f. Ruang perawatan kelas III C : 11tempat tidur
g. Perawatan anak Kelas III : 5 tempat tidur
h. Perawatan Anak Kelas II : 4 tempat
i. Perawatan perinatalogi
- Lahir di RSMD : 12 tempat tidur
- Bayi rujukan : 5 tempat tidur
4. Ruang Perawatan Kamar Bersalin
5. Ruang perawatan Intensive Care Unit ( ICU )
39
6. Pemeriksaan Medical Check – Up
a. Medical Check- Up tipe mini
b. Medical Check-Up tipe basic
c. Medical Check-Up tipe Advanced.
d. Medical Check-Up tipe Executive Comprehensive.
e. Medical Check-Up Khusus.
7. Instalasi Bedah Sentral
8. Pemeriksaan Penunjang Medis
a. Radiologi
Jasa Pemeriksaan yang dapat dilayani adalah pemeriksaan :
- Kepala
- Thorax
- Sternum
- Abdomen
- Pelvis
- Columna Vertebralis
- Ekstremitas
b. CT-SCAN
c. USG ( Ultra Sonografi ) 3 Dimensi
d. TREADMILL
9. Instalasi Farmasi
10. Instalasi Dapur / Gizi
11. Instalasi Laundry
12. Instalasi Pemulasaraan Jenazah
13. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.
14. Unit Pelayanan Administrasi
- Humas – Marketing
- Personalia
- Keuangan
- Administrasi
- Logistik
- EDP ( Electro Data Processing )
- Rekam Medis
- Kesekretariatan
15. Fasilitas Trasportasi : Ambulance
16. Pengelolahan Limbah
- Limbah cair – Instalasi pengelolahan air limbah ( IPAL )
- Limbah padat - Incenerator
17. Sumber Daya Energi : PLN dan Genset
40
LAMPIRAN 2
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ………………………………………….
Usia : ………………………………………….
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya, serta menyadari manfaat dari
penelitian yang berjudul :
HUBUNGAN PERILAKU HIGIENITAS ORGAN GENITALIA
EKSTERNA DENGAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL USIA GESTASI
11-24 MINGGU
dan
HUBUNGAN PERUBAHAN KEASAMAN VAGINA DENGAN KEJADIAN
KEPUTIHAN PADA USIA KEHAMILAN 11-24 MINGGU
(Studi Kasus di Rumah Sakit Medirossa Cikarang pada Periode
April-Juni 2013)
dengan sukarela menyetujui diikut sertakan dalam penelitian, dengan catatan bila
suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan
persetujuan ini dan berhak untuk mengundurkan diri.
Jakarta, 2013
Mengetahui, Yang menyetujui,
Penanggung jawab penelitian Peserta
( ) ( )
41
LAMPIRAN 3
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Higienitas terhadap Kejadian fluor albus
pada usia Kehamilan 11-24 minggu
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan terakhir :
6. Kehamilan ke- :
7. Usia Kehamilan :
1. Apakah ada riwayat gatal dan keputihan selama kehamilan ?
a. Ya
b. Tidak
c. Lainnya : ...
2. Apakah ada riwayat kencing manis selama kehamilan ?
a. Ya
b. Tidak
c. Lainnya : ...
3. Apakah ada riwayat kencing manis sebelum kehamilan ?
a. Ya
b. Tidak
c. Lainnya : ...
42
4. Apakah ada riwayat infeksi urogenital sebelumnya ?
a. Ya
b. Tidak
c. Lainnya : ...
5. Apakah ada riwayat infeksi urogenital pada pasangan ?
a. Ya
b. Tidak
c. Lainnya : ...
6. Adakah penggunaan sabun pada daerah ‘V’ sebelum dan selama
kehamilan ?
a. Ya
b. Tidak
c. Lainnya : ...
Data Tambahan
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
Dinyatakan : LULUS/TIDAK LULUS sebagai sampel
43
LAMPIRAN 4
Karakteristik Subyek Penelitian
Tabel Frekuensi Ibu dengan Usia kehamilan 11-24 minggu di
RS Medirossa Cikarang
Kehamilan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 11 2 8.7 8.7 8.7
12 3 13.0 13.0 21.7
13 2 8.7 8.7 30.4
14 2 8.7 8.7 39.1
16 5 21.7 21.7 60.9
17 1 4.3 4.3 65.2
18 1 4.3 4.3 69.6
19 1 4.3 4.3 73.9
20 3 13.0 13.0 87.0
22 1 4.3 4.3 91.3
24 2 8.7 8.7 100.0
Total 23 100.0 100.0
44
LANJUTAN
Tabel Distribusi Usia Subyek Penelitian
Tabel Distribusi Berdasarkan Gravida
Gravida
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 6 26.1 26.1 26.1
2 12 52.2 52.2 78.3
3 4 17.4 17.4 95.7
4 1 4.3 4.3 100.0
Total 23 100.0 100.0
Tabel Distribusi Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ibu Rumah Tangga 12 52.2 52.2 52.2
Karyawan swasta 10 43.5 43.5 95.7
PNS 1 4.3 4.3 100.0
Total 23 100.0 100.0
45
LANJUTAN
Tabel Distribusi Pendidikan pada Subyek Penelitian
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SMP 2 8.7 8.7 8.7
SMA 18 78.3 78.3 87.0
S1 3 13.0 13.0 100.0
Total 23 100.0 100.0
Tabel Hasil Pengukuran Makroskopis
Kekentalan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Negatif 7 30.4 30.4 30.4
Positif 16 69.6 69.6 100.0
Total 23 100.0 100.0
Warna
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Putih bening 5 21.7 21.7 21.7
Keruh 4 17.4 17.4 39.1
Kuning 14 60.9 60.9 100.0
Total 23 100.0 100.0
46
LANJUTAN
Tabel Deskripsi pH Vagina
Tabel Hasil Pengukuran dengan KOH 10%
UjiKOH
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 10 43.5 43.5 43.5
positif 13 56.5 56.5 100.0
Total 23 100.0 100.0
Tabel Distribusi Fluor Albus Patologis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Negatif 7 30.4 30.4 30.4
Positif 16 69.6 69.6 100.0
Total 23 100.0 100.0
47
LAMPIRAN 5
Uji Normalitas
Hasil Transform Data
Tests of Normality
interpretasi
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
tran_pH Negatif .432 7 .000 .646 7 .001
Positif .209 16 .059 .811 16 .004
Confidence Interval 95% pada pH terhadap Fluor albus
Tests of Normality
Interpreta
si
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
pH Negatif .430 7 .000 .650 7 .001
Positif .202 16 .080 .812 16 .004
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort interpretasi =
negatif 9.000 2.437 33.244
N of Valid Cases 23
48
LAMPIRAN 6
Hasil Uji Bivariat
pH* fluor albus
Group Statistics
Interpretasi N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Ph negatif 7 5.71 1.254 .474
Positif 16 7.00 .816 .204
Usia*fluor albus
Group Statistics
Interpreta
si N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Kehamilan negatif 7 18.71 3.49830 1.32223
positif 16 15.31 3.80734 .95183
Test Statisticsb
Ph
Mann-Whitney U 21.500
Wilcoxon W 49.500
Z -2.384
Asymp. Sig. (2-tailed) .017
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .018a
Test Statisticsb
Kehamilan
Mann-Whitney U 26.000
Wilcoxon W 162.000
Z -2.020
Asymp. Sig. (2-tailed) .043
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .047a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: interpretasi
49
LAMPIRAN 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama : Arifah Shabrina
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 11 Maret 1993
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Batam Blok E 29 no.8 Benda Baru, Pamulang
15416
Nomor Telepon/HP : 087771213131/082123141993
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1997 – 1999 : Taman Kanak-Kanak Islam Al Ichsan Ciputat
1999 – 2002 : Sekolah Dasar Tirta Buaran Sarua Permai, Ciputat
2002 – 2004 : Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
2004 – 2007 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Jakarta
2007-2010 : Sekolah Menengah Atas Negeri 46 Jakarta
2010 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.