hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol …

15
Serambi Saintia Jurnal Sains dan Aplikasi Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 9952 eISSN 2656 8446 8 Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol Masyarakat Di Kota Bandar Lampung Dwijowati Asih Saputri 1 Aulia Novitasari 2 1,2 Pendidikan Biologi, UIN Raden Intan Lampung 1 [email protected] , 2 [email protected]. ABSTRAK Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor pemicu penyakit jantung, stroke, arteri perifer, hipertensi, dan diabetes melitus. Kadar kolesterol yang berlebih dalam darah akan dengan mudah menempel pada dinding bagian dalam pembuluh darah. Konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh merupakan penyebab utama peningkatan kadar kolesterol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kadar kolesterol pada masyarakat di Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Kota Bandar Lampung, dengan teknik pengambilan sampel yaitu stratified random sampling yang berjumlah 400 responden. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner pola makan dan kadar kolesterol darah. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan pola makan dengan kadar kolesterol pada masyarakat di Bandar Lampung baik pada kategori remaja, dewasa dan lanjut usia, serta kategori jenis kelamin perempuan dan laki- laki. Kata kunci : Pola konsumsi, Kadar kolesterol ABSTRACT High cholesterol levels are a trigger factor for heart disease, stroke, peripheral arteries, hypertension, and diabetes mellitus. Excess cholesterol levels in the blood will easily adhere to the inner walls of blood vessels. Consumption of foods high in cholesterol and saturated fat is the main cause of increased cholesterol levels. The purpose of this study was to determine the relationship between diet and cholesterol levels in the community in Bandar Lampung. This research is a quantitative study with a cross sectional design. The population in this study were all people in the city of Bandar Lampung, with the sampling technique, namely stratified random sampling, amounting to 400 respondents. Data collection techniques in this study were dietary questionnaires and blood cholesterol levels. The results of this study are that there is a relationship between diet and cholesterol levels in the community in Bandar Lampung, both in the category of adolescent, adult and old age groups, as well as categories of female and male gender. Key words: consumption pattern, cholesterol level

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Serambi Saintia

Jurnal Sains dan Aplikasi

Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952

eISSN 2656 – 8446

8

Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol Masyarakat

Di Kota Bandar Lampung

Dwijowati Asih Saputri1

Aulia Novitasari 2

1,2 Pendidikan Biologi, UIN Raden Intan Lampung

[email protected] ,[email protected].

ABSTRAK

Kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor pemicu penyakit jantung, stroke,

arteri perifer, hipertensi, dan diabetes melitus. Kadar kolesterol yang berlebih

dalam darah akan dengan mudah menempel pada dinding bagian dalam

pembuluh darah. Konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh

merupakan penyebab utama peningkatan kadar kolesterol. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kadar kolesterol pada

masyarakat di Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

masyarakat yang ada di Kota Bandar Lampung, dengan teknik pengambilan

sampel yaitu stratified random sampling yang berjumlah 400 responden. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner pola makan dan kadar

kolesterol darah. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan pola makan

dengan kadar kolesterol pada masyarakat di Bandar Lampung baik pada kategori

remaja, dewasa dan lanjut usia, serta kategori jenis kelamin perempuan dan laki-

laki.

Kata kunci: Pola konsumsi, Kadar kolesterol

ABSTRACT

High cholesterol levels are a trigger factor for heart disease, stroke, peripheral

arteries, hypertension, and diabetes mellitus. Excess cholesterol levels in the

blood will easily adhere to the inner walls of blood vessels. Consumption of

foods high in cholesterol and saturated fat is the main cause of increased

cholesterol levels. The purpose of this study was to determine the relationship

between diet and cholesterol levels in the community in Bandar Lampung. This

research is a quantitative study with a cross sectional design. The population in

this study were all people in the city of Bandar Lampung, with the sampling

technique, namely stratified random sampling, amounting to 400 respondents.

Data collection techniques in this study were dietary questionnaires and blood

cholesterol levels. The results of this study are that there is a relationship

between diet and cholesterol levels in the community in Bandar Lampung, both

in the category of adolescent, adult and old age groups, as well as categories of

female and male gender.

Key words: consumption pattern, cholesterol level

Page 2: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Serambi Saintia

Jurnal Sains dan Aplikasi

Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952

eISSN 2656 – 8446

9

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi

kebutuhan pokok setiap individu. Tubuh sehat dapat mendukung seseorang untuk

melakukan aktivitas tanpa hambatan, pola pikir yang lebih positif, konsentrasi yang

baik, dan mampu mempertahankan fleksibilitas tubuh (Miko, 2016). Status gizi masih

menjadi masalah utama dalam kesehatan (Joshi, 2011), salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap satus gizi adalah pola konsumsi makan (Tahir, 2013).

Pola konsumsi yang baik penting dalam penerapan gaya hidup sehat . Makanan

yang dikonsumsi harus jelas kuantitas dan kualitasnya, sehingga indikator sehat dan

status gizi yang baik dapat terpenuhi (Praja, 2014). Frekuensi makan sangat berkaitan

erat dengan keadaan lapar dan keinginan untuk mengkonsumsi makanan, jika frekuensi

makan meningkat maka jumlah zat gizi di dalam tubuh juga akan mengalami

peningkatan, dengan kata lain, kurang mengkonsumsi makanan dengan jumlah dan

jenis tertentu akan berakibat pada kurangnya daya tahan tubuh. Prinsip terpenting yang

diajarkan Rasulullah adalah apa yang dimakan haruslah seimbang, sederhana, dan tidak

berlebihan, lambung diisi dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sepertiga

lagi untuk udara. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al-A'raf [7] : 31

فن۞ يا بني آدم خذوا زينتكن عند كل هسجد وكلوا واشربوا ول تسرفوا إنه ل يحب الوسر

Artinya: "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap hendak memasuki

masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."(Q. S. al-A'raf [7]: 31).

Fakta bahwa Rasulullah SAW yang jarang sakit bisa menjadi cermin untuk

mengubah paradigma atau pola konsumsi sehat. Rasulullah SAW melarang

menggabungkan susu dan ikan, antara cuka dan susu, antara buah dengan susu, antara

kubis dengan ikan, bawang putih dengan bawang merah yang lama dan baru, asam

dengan pedas, antara cuka dan ikan, cuka dengan nasi, delima dengan tepung, makanan

dingin dengan panas, menghindari bahan almunium untuk menyimpan cuka dan

minyak, keju dan makanan panas, selain menghindari makanan tersebut, Rasulullah

SAW memiliki pola konsumsi untuk menjaga tubuh tetap sehat, pada pagi hari beliau

menggunakan siwak untuk membersihkan mulut dan gigi kemudian membuka menu

sarapan dengan segelas air dingin yang dicampur dengan sesendok madu asli, masuk

waktu dhuha beliau memakan tujuh butih kurma ajwa’ yang sudah masak, menjelang

sore hari mengkonsumsi cuka dan minyak zaitun, pada malam hari mengkonsumsi

sayur-sayuran. Rasulullah SAW tidak langsung tidur setelah makan malam, tidak

begadang, dan juga rutin berolahraga. Pola konsumsi Rasullullah SAW ternyata sesuai

dengan siklus pencernaan tubuh manusia yang oleh ahli kesehatan disebut circadian

rhytme atau irama biologis (Sapie, 2017).

Pola konsumsi sehat akan membantu mengoptimalkan perolehan nutrisi ke

dalam tubuh sehingga mampu memperkuat daya tahan tubuh. Pola konsumsi yang tidak

sesuai dengan kaidah hidup sehat dapat menyebabkan berbagai macam gangguan

kesehatan. Rasulullah SAW telah memberi contoh pola konsumsi yang baik yang

seharusnya diterapkan oleh umat Islam, tetapi pada kenyataannya pola konsumsi

masyarakat tidak sesuai dengan petunjuk yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Pola

konsumsi saat ini adalah pola konsumsi yang kurang sehat sebagai dampak dari gaya

Page 3: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

10

hidup dan kemajuan teknologi, misalnya junk food yang berkadar garam dan gula

tinggi, serta mengandung sedikit nutrisi protein, vitamin, dan mineral (Prabawa, 2018)

Kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan kaidah hidup sehat dapat mengakibatkan

berbagai macam gangguan kesehatan.

Pola konsumsi tidak sehat berkontribusi terhadap kematian tertinggi di seluruh

dunia yang disebabkan oleh penyakit pemicu, seperti penyakit jantung, stroke, dan

diabetes (Kemenkes, 2012). hal ini didukung dengan data penyakit di Indonesia pada

tahun 2018 yang disebabkan oleh pola konsumsi yang kurang baik yaitu sebanyak

1,09% menderita stroke, 2% menderita penyakit diabetes melitus, 1,5% menderita

penyakit jantung, dan 8,4% menderita hipertensi (Riskesdas, 2018).

Tingginya kadar kolesterol dalam darah merupakan faktor utama pemicu

penyakit jantung, stroke, arteri perifer, hipertensi, dan diabetes melitus. Kadar

kolesterol yang berlebih dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah

dalam pembuluh darah. LDL yang berlebih melalui proses oksidasi akan

membentuk gumpalan yang jika gumpalan semakin membesar akan membentuk

benjolan yang akan mengakibatkan penyempitan saluran pembuluh darah (Yoeantafara,

2017).

Konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh menjadi penyebab kadar

kolesterol meningkat, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakuakan oleh

Prabowo, Hastuti dan Kesuma (2013) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

antara pola konsumsi dengan kadar kolesterol yakni semakin tinggi makanan berlemak

semakin tinggi pula kadar kolesterol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol masyarakat di kota bandar lampung

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain

Cross Sectional. Penelitian ini menggunakan data primer untuk mengetahui hubungan

pola konsumsi dengan kadar kolesterol masyarakat di kota Bandar Lampung. Variabel

independen adalah pola konsumsi, sedangkan variabel dependen adalah kadar

kolesterol.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di kota Bandar

Lampung, dengan teknik pengambilan sampel yaitu stratified random sampling dengan

terlebih dahulu membuat penggolongan atau pengelompokkan populasi dari

karakteristik tertentu (Sampel yang diambil ditetapkan sebanyak 0,05%). Penelitian ini

mengambil sampel dengan karakteristik populasi yang di inginkan oleh peneliti, yaitu

dengan kriteria usia (remaja, dewasa, dan tua) dan jenis kelamin (perempuan dan laki-

laki). Penelitian ini dilakukan di 20 kecamatan. dengan jumlah penduduk kelompok

umur 10-64 tahun yakni 867.024 jiwa, yang dibagi berdasarkan jenis kelamin dan

kedalam kategori remaja, dewasa, dan tua. Untuk kategori batasan umur remaja dalam

hal ini adalah 10-24 tahun, yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 140.752 jiwa dan

perempuan 142.259 jiwa, sedangkan batasan umur dewasa dalam hal ini adalah 25-44 tahun, yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 166.426 jiwa dan perempuan 221.296

jiwa, dan batasan umur Tua dalam hal ini adalah 45-64 tahun, yang memiliki jumlah

penduduk laki-laki 99.214 jiwa dan perempuan 97.077 jiwa. Jadi, total jumlah

keseluruhan sampel jenis kelamin perempuan dan laki-laki adalah 385 jiwa (400 jiwa).

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah angket yang sebelumnya di

validasi terlebih dahulu oleh ahli gizi dan observasi pemeriksaan sampel darah

Page 4: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Serambi Saintia

Jurnal Sains dan Aplikasi

Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952

eISSN 2656 – 8446

11

menggunakan multicare 3 in 1 yaitu kolesterol. Angket pada penelitian ini digunakan

untuk memperoleh data tentang pola konsumsi sehari-hari. Angket ini akan diisi oleh

Masyarakat di Kota Bandar Lampung. Angket ini akan dibagikan ke 400 responden

yang akan di kadar kolesterolnya. Skala pengukuran yang akan digunakan dalam

angket ini adalah skala Likert yaitu selalu, sering, kadang – kadang, jarang, dan tidak

pernah dengan kriteria yaitu angket jenis makanan yang terdiri dari pernyataan positif

dan negatif yang akan diisi responden dengan nilai pernyataan negatif yaitu Selalu: 0,

Sering: 1, Kadang-kadang: 2, Jarang: 3, Tidak Pernah: 4, sedangkan nilai pernyataan

positif Selalu: 4, Sering: 3, Kadang-kadang: 2, Jarang: 1, dan Tidak Pernah: 0, angket

jenis makanan disesuaikan dengan pengukuran kadar kolesterol dengan skor kategori

jenis makanan yaitu 0 – 30 = Tidak Baik, dan 31 – 60 = Baik, angket frekuensi

makanan yang terdiri dari 6 pernyataan positif dan negatif yang akan di isi oleh

responden dengan nilai pernyataan negatif yaitu Iya : 0, tidak: 1, sedangkan untuk

pernyataan positif yaitu Iya: 1, Tidak: 0 dengan kategori 0-3= Tidak baik, dan 4 - 6=

Baik, angket porsi makanan terdiri dari 5 pernyataan positif yang akan di isi oleh

responden dengan nilai yaitu Iya : 1 dan Tidak: 0, dengan kategori 0-2= Tidak baik, dan

3 - 5= Baik.

Analisis data menggunakan 2 tahap uji statistik yaitu analisis univariat dan

bivariat. Analisis unvariat berupa tabel distribusi pola konsumsi secara deskriptif, yang

terdiri dari frekuensi makan, jenis makan, porsi makan, dan kadar kolesterol, sedangkan

analisis bivariat dengan menggunakan korelaasi pearson dengan tingkat kemaknaan P ≤

0.05 yang dilakukan pada dua variabel yaitu pola konsumsi (frekuensi makan, jenis

makan, dan porsi makan) dan kadar kolesterol (usia dan jenis kelamin).

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 400 responden terkait pola

konsumsi dan kadar kolesterol dalam darah, diperoleh hasil analisis univariat yang

terdiri dari jenis kelamin, usia, jenis makanan, frekuensi makanan, porsi makanan, dan

kadar kolesterol, sedangkan analisis bivariat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya

hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol masyarakat di kota Bandar Lampung.

Analisis Univariat

Hasil Penelitian responden terhadap jenis kelamin ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Responden Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) %

Perempuan 200 50

Laki-Laki 200 50

Total 400 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui dari 400 responden sebanyak 50% (n=200)

responden laki-laki dan 50% (n=200) responden perempuan.

Page 5: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

12

Hasil penelitian terhadap responden berdasarkan usia ditunjukkan dalam Tabel

2.

Tabel 2. Responden Menurut Usia

Usia Jumlah (n) %

10-24 Tahun (Remaja) 160 40

25-44 Tahun (Dewasa) 160 40

45-65 Tahun (Tua) 80 20

Total 400 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 400 responden sebanyak 40%

(n=160) responden termasuk dalam kategori remaja, sebanyak 40% (n=160) responden

termasuk dalam kategori dewasa, sisanya 20% (n=80) responden termasuk dalam

kategori tua.

Hasil penelitian responden berdasarkan frekwensi makan ditunjukkan dalam

Tabel 3.

Tabel 3.Responden Frekuensi Makan

Frekuensi Makan n %

Tidak Baik 145 36

Baik 255 64

Total 400 100

Berdasarkan data pada tabel 3 menunjukkan bahwa dari 400 responden

sebanyak 36% (n=145) responden memiliki frekuensi makan tidak baik, sisanya

sebanyak 64% (n=255) responden memiliki frekuensi makan yang baik.

Hasil penelitian responden berdasarkan Jenis makan ditunjukkan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Responden Menurut Jenis Makan

Angket Jenis

Makanan

Kriteria

Baik Tidak Baik

Kolesterol 312

(78%) 88 (22%)

Berdasarkan data pada tabel 4, dari 400 responden pada angket kolesterol

menunjukkan bahwa sebanyak 22% (n=88) responden memiliki kebiasaan

mengkonsumsi jenis makanan tidak baik, sisanya sebanyak 78% (n=312) responden

memiliki kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan yang baik.

Hasil penelitian responden berdasarkan porsi makan ditunjukkan dalam Tabel 5.

Page 6: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Serambi Saintia

Jurnal Sains dan Aplikasi

Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952

eISSN 2656 – 8446

13

Tabel 5. Responden Menurut Porsi Makan

Porsi

Makanan

Kriteria

Baik Tidak Baik

Kolesterol 299 (75%) 101 (25%)

Berdasarkandata yang tertera pada tabel 5 dari 400 responden pada angket

kolesterol sebanyak 25% (n=101) responden memiliki kebiasaan porsi makan tidak

baik, sisanya sebanyak 75% (n=299) responden memiliki kebiasaan porsi makan yang

baik.

Hasil penelitian responden berdasarkan kadar kolesterol ditunjukkan dalam

Tabel 6.

Tabel 6. Responden Kadar Kolesterol

Kadar Kolesterol Jumlah (n) %

Normal 311 78

Batas Tinggi 72 18

Tinggi 17 4

Total 400 100

Berdasarkan tabel 6 dari 400 responden sebanyak 311 responden (78%), yang

memiliki kadar kolesterol di batas tinggi sebanyak 72 responden (18%), dan sedangkan

responden yang memiliki kadar kolesterol tinggi sebanyak 17 responden (4%).

Analisa Bivariat

Analisis bivariat ini menjabarkan hasil penelitian hubungan antara variabel bebas

yaitu pola konsumsi dengan variabel terikat yaitu kadar kolesterol, yakni menggunakan

korelasi pearson, dapat disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 7. Hubungan Pola konsumsi dengan Kadar Kolesterol Masyarakat Kota

Bandar Lampung (Laki-laki)

Usia Pola

konsumsi

Kadar Kolesterol p

Normal Batas Tinggi Tinggi

Tua Baik 22 4 2 -0,53

Tidak Baik 8 3 1 -0,10

Dewasa Baik 36 6 0 -0,44

Tidak Baik 23 12 3 0,04

Remaja Baik 41 6 1 -0,40

Tidak Baik 18 13 11 -0,01

Page 7: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

14

Berdasarkan tabel 7 dari 200 responden jenis kelamin laki-laki, pada usia tua yang

memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang baik sebanyak

2 responden (1%), kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 1

responden (0,5%) kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 4

(2%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 3 (1,5%),

kolesterol normal dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 22 responden (11%),

kolesterol normal dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 8 responden (4%).

Hasil analisis data menggunakan korelasi pearson pada pola konsumsi baik diperoleh

nilai pearson sebesar -0,53, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola

konsumsi dengan kadar kolesterol pada laki - laki usia tua masyarakat di kota Bandar

Lampung, pada pola konsumsi tidak baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,10,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar

kolesterol pada laki - laki usia tua masyarakat di kota Bandar Lampung.

Pada usia dewasa yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola

konsumsi yang baik sebanyak 0 responden (0%), kolesterol tinggi dengan pola

konsumsi yang tidak baik 3 responden (1,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola

konsumsi yang baik sebanyak 6 (3%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi

yang tidak baik sebanyak 12 (6%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang baik

sebanyak 36 responden (18%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang tidak baik

sebanyak 23 responden (11,5%). Hasil analisis data menggunakan korelasi pearson

pada pola konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,44, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada laki -

laki usia dewasa masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola konsumsi tidak baik

diperoleh sig 0,04 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola

konsumsi dengan kadar kolesterol pada laki - laki usia dewasa masyarakat di kota

Bandar Lampung.

Pada usia remaja yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola

konsumsi yang baik sebanyak 1 responden (0,5%), kolesterol tinggi dengan pola

konsumsi yang tidak baik 1 responden (0,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola

konsumsi yang baik sebanyak 6 responden (3%), kolesterol batas tinggi dengan pola

konsumsi yang tidak baik sebanyak 13 responden (6,5%), kolesterol normal dengan

pola konsumsi yang baik sebanyak 41 responden (20,5%), kolesterol normal dengan

pola konsumsi yang tidak baik sebanyak 18 responden (9%), Hasil analisis data

menggunakan korelasi pearson pada pola konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar

-0,40, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar

kolesterol pada laki - laki usia remaja masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola

konsumsi tidak baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,01, sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada laki - laki usia

remaja masyarakat di kota Bandar Lampung.

Page 8: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Serambi Saintia

Jurnal Sains dan Aplikasi

Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952

eISSN 2656 – 8446

15

Tabel 8. Hubungan Pola konsumsi dengan Kadar Kolesterol Masyarakat Kota Bandar

Lampung (Perempuan)

Usia Pola

konsumsi

Kadar Kolesterol p

Normal Batas Tinggi Tinggi

Tua Baik 23 5 1 -0,66

Tidak Baik 8 2 1 -0,46

Dewasa Baik 43 6 2 -0,45

Tidak Baik 21 5 3 -0,29

Remaja Baik 53 5 1 -0,24

Tidak Baik 19 2 0 -0,54

Berdasarkan tabel 8 dari 200 responden dengan jenis kelamin perempuan, pada

usia tua yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang

baik sebanyak 1 responden (0,5%), kolesterol tinggi dengan pola konsumsi yang tidak

baik sebanyak 1 responden (0,5%) kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang

baik sebanyak 5 (2,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi yang tidak baik

sebanyak 2 (1%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang baik sebanyak 23

responden (11,5%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang tidak baik sebanyak

8 responden (4%). Hasil analisis data menggunakan korelasi pearson pada pola

konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,6, sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada perempuan usia tua

masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola konsumsi tidak baik diperoleh nilai

pearson sebesar -0,46, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola

konsumsi dengan kadar kolesterol pada perempuan usia tua masyarakat di kota Bandar

Lampung.

Pada usia dewasa yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola

konsumsi yang baik sebanyak 2 responden (1%), kolesterol tinggi dengan pola

konsumsi yang tidak baik 3 responden (1,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola

konsumsi yang baik sebanyak 6 (3%), kolesterol batas tinggi dengan pola konsumsi

yang tidak baik sebanyak 5 (2,5%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang baik

sebanyak 43 responden (21,5%), kolesterol normal dengan pola konsumsi yang tidak

baik sebanyak 21 responden (10,5%). Hasil analisis data menggunakan korelasi pearson

pada pola konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,45, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada

perempuan usia dewasa masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola konsumsi tidak

baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,29, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada perempuan usia dewasa

masyarakat di kota Bandar Lampung.

Pada usia remaja yang memiliki hasil pemeriksaan kolesterol tinggi dengan pola

konsumsi yang baik sebanyak 1 responden (0,5%), kolesterol tinggi dengan pola

konsumsi yang tidak baik 0 responden (0%), kolesterol batas tinggi dengan pola

konsumsi yang baik sebanyak 5 responden (2,5%), kolesterol batas tinggi dengan pola

konsumsi yang tidak baik sebanyak 2 responden (1%), kolesterol normal dengan pola

Page 9: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

16

konsumsi yang baik sebanyak 53 responden (26,5%), kolesterol normal dengan pola

konsumsi yang tidak baik sebanyak 19 responden (9,5%). Hasil analisis data

menggunakan korelasi pearson pada pola konsumsi baik diperoleh nilai pearson sebesar

-0,24, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar

kolesterol pada perempuan usia remaja masyarakat di kota Bandar Lampung, pada pola

konsumsi tidak baik diperoleh nilai pearson sebesar -0,54, sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan pola konsumsi dengan kadar kolesterol pada perempuan usia

remaja masyarakat di kota Bandar Lampung.

PEMBAHASAN

Analisa Univariat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait pola konsumsi dan kadar

kolesterol, diperoleh hasil analisis univariat yang terdiri dari jenis kelamin, usia, jenis

makanan, frekuensi makanan, porsi makanan, dan kadar kolesterol. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh masyarakat di kota Bandar Lampung, dengan teknik

pengambilan sampel yaitu stratified random sampling dengan terlebih dahulu membuat

pengelompokkan populasi dari karakteristik tertentu (sampel yang diambil ditetapkan

sebanyak 0,05%). Penelitian ini mengambil sampel dengan karakteristik populasi yang

di inginkan oleh peneliti, yaitu dengan kriteria usia (remaja, dewasa, dan tua) dan jenis

kelamin (perempuan dan laki- laki). Penelitian ini dilakukan di 20 kecamatan se Kota

Bandar Lampung. Berdasarkan data Badan Pusat Statisik tahun 2018, jumlah penduduk

kelompok umur 10-64 tahun yakni 867.024 jiwa, yang dibagi berdasarkan jenis

kelamin dan kategori remaja, dewasa, dan tua. Untuk kategori batasan umur remaja

dalam hal ini adalah 10-24 tahun, yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 140.752

jiwa dan perempuan 142.259 jiwa, sedangkan batasan umur dewasa dalam hal ini

adalah 25-44 tahun, yang memiliki jumlah penduduk laki-laki 166.426 jiwa dan

perempuan 221.296 jiwa, dan batasan umur tua dalam hal ini adalah 45-64 tahun, yang

memiliki jumlah penduduk laki-laki 99.214 jiwa dan perempuan 97.077 jiwa. Jadi, total

jumlah keseluruhan sampel jenis kelamin perempuan dan laki-laki adalah 400 jiwa

yang terdiri dari 50% responden laki laki dan 50 responden perempuan dari 3 kelompok

umur.

Kelompok umur responden pada penelitian ini didasarkan pada standar departemen kesehatan RI tahun 2009. Berikut kategori umur menurut Depkes RI (2009) yaitu masa

balita 0-5 tahun, masa kanak- kanak 5-11 tahun, masa remaja awal 12-16 tahun, masa

remaja akhir 17-25 tahun, masa dewasa awal 26-35 tahun, masa dewasa akhur 36-45

tahun, masa lansia awal 46-55 tahun, masa lansia akhir 56-65 tahun, masa manula > 65

tahun. Responden yang digunakan sebagai sampel dikelompokkan menjadi 3 kategori,

yaitu remaja dengan rentang umur antara 12-25 tahun, dewasa dengan rentang umur

26-45 tahun dan kelompok orang tua dengan rentang umur 45 -65 tahun. Menurut

MENKES remaja mengalami masa growth spurt atau pertumbuhan dan pubertas. Pada

fase tersebut, terjadi pertumbuhan fisik disertai perkembangan mental kognitif, psikis,

dan terjadi proses tumbuh kembang reproduksi yang mengatur fungsi seksualitas.

sehingga bisa dikatakan bahwa masa remaja seringkali dianggap sebagai periode hidup

yang paling sehat. Pola konsumsi remaja yang tergambar dari data Global School

Health Survey tahun 2015 yaitu tidak selalu sarapan (65,2%), sebagian besar remaja

kurang mengonsumsi serat sayur buah (93,6%), sering mengkonsumsi makanan

berpenyedap (75,7%), dan kurang melakukan aktifitas fisik (42,5%). Apabila cara

Page 10: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Serambi Saintia

Jurnal Sains dan Aplikasi

Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952

eISSN 2656 – 8446

17

konsumsi ini berlangsung secara terus menerus dan menjadi kebiasaan pola konsumsi

tetap para remaja, maka akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit tidak menular

(Kemkes 2018). Pada manusia dewasa terjadi puncak perkembangan performa fisik,

namun pada masa akhir dewasa awal mulai terjadi penurunan. Orang dewasa umumnya

mengerti cara mencegah dan upaya untuk meningkstksn kesehatan, tetapi sayangnya

tidak menerapkan pada diri sendiri. Kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan yang

sudah terbentuk pada masa remaja, semakin melekat pada masa dewasa (Ajhuri, 2019).

Ketika masa dewasa awal beberapa individu berhenti memikirkan gaya hidup yang

mempengaruhi kesehatan dimasa mendatang. Pada masa dewasa awal manusia tidak

memikirkan pola konsumsi yang teratur, makan berlebihan, kebiasaan merokok dan

minum beralkohol serta kurang berolahraga, perilaku- perilaku tersebut akan

memberikan dampak pada kesehatan yang tidak baik. Orang dewasa umumnya akan

mulai mengalami obesitas. Obesitas berkaitan dengan resiko terserang berbagai

penyakit, misalnya hipertensi, diabetes dan penyakit cardiovaskuler (Psikologi, 2018).

Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami penurunan derajat

kesehatan secara alami (degenerasi) maupun sebagi akibat penyakit yang di derita

(Infodatin, 2014), Menurut Informasi dari badan Pusat Statistik tahun 2012, estimasi

jumlah masyarakat Lansia Indonesia sebesar lebih dar 7%. Berdasarkan informasi

tersebut, maka pada tahun 2020 Indonesia tergolong negara berstruktur tua (Ageing

population) (Infodatin, 2014).

Pola konsumsi masyarakat di Kota Bandar Lampung diukur menurut frekuensi

makan, jenis makanan dan porsi makan. Pola konsumsi merupakan perilaku paling

penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Pola konsumsi yang baik berpedoman

pada pola gizi seimbang (Kemkes, 2014).Pola konsumsi yang baik juga dicontohkan

oleh rasulullah SAW, pola konsumsi akan mempengaruhi status gizi seseorang, yang

pada akhirnya akan mempengaruhi aktifitas metabolisme tubuh, terutama pada sistem

hormonal (Ayu & Santoso, 2017).

Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari baik kualitatif maupun

kuantitatif. Frekuensi makan yang tidak memenuhi standar akan menyebabkan

timbulnya berbagai penyakit, misalnya penyakit gastritis yang menyerang saluran

pencernaan (Shobach, 2019). Frekuensi makan yang berlebih akan menyebabkan gizi

lebih, yang akan berimbas pada obesitas (Anis, Diffah, & Budiyanti, 2014). Jenis

makanan yang disantap mempengaruhi pola konsumsi. Jenis makanan yang dikonsumsi

akan menentukan pola konsumsi seseorang, bila jenis makanan yang dikonsumsi sesuai

dengan pola gizi seimbang dan sesuai dengan pola konsumsi Rasulullah SAW, maka

pola konsumsi seseorang akan menjadi baik. tetapi sebaliknya, jika makanan yang

dikonsumsi tidak memenuhi pola gizi seimbang, maka pola konsumsi seseorang akan

tergolong buruk. Berdasarkan hasil analisis angket kadar kolesterol yang berkaitan

dengan jenis makanan, sebagian besar masyarakat kota Bandar Lampung memiliki

pola konsumsi yang baik. Jenis makanan yang kurang baik akan menyebabkan

terjadinya obesitas dan berbagai penyakit degeneratif lainnya, terutama pada kelompok usia dewasa dan tua (Azkia dan Wahyono, 2019)

Porsi makan akan menentukan jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh, apabila

porsi makan seseorang berlebihan, maka jumlah asupan kalori yang didapatkan juga

tinggi yang akan menimbulkan gizi berlebihan dan munculnya berbagi masalah

kesehatan. Porsi makan akan memepengaruhi asupan makan, yang berimbas pada

Page 11: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

18

pemenuhan gizi. Porsi makan yang tepat akan mempengaruhi status kesehatan

(Cendanawangi, Tjaronosari, & Palupi, 2016). Berdasarkan data 400 responden dari

seluruh kecamatan di kota Bandar lampung menunjukkan hanya 22% yang memiliki

kadar kolesterol pada batas tinggi dan tinggi, hal ini terjadi karena hasil analisis

terhadap angket pola konsumsi menunjukkan sebagian besar masyarakat kota Bandar

Lampung memiliki pola konsumsi yang baik, yaitu lebih dari 50%. Pola konsumsi

akan menentukan kesehatan seseorang, jika pola konsumsi baik, maka kesehatan akan

terjaga, sebaliknya jika pola konsumsi tidak benar atau tidak baik maka kemungkinan

besar akan terkena berbagai penyakit. Ada pepatah yang megatakan bahwa kesehatan

terletak pada perut yang berarti bila makanan yang masuk ke dalam perut adalah

makanan yang sehat, baik, dan halal, maka tubuh juga akan menjadi sehat (Fauziah,

2015).

Analisa Bivariat

Analisis bivariat untuk melihat ada atau tidaknya hubungan pola konsumsi dengan

kadar kolesterol masyarakat di Kota Bandar Lampung.Analisa dilakukan menurut

kelompok usia yaitu remaja, dewasa, dan tua. Kelompok usia tersebut dipisahkan

berdasarkan jenis kelaminnya. Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan

korelasi pearson. Nilai korelasi pearson digunakan untuk menilai ada atau tidaknya

hubungan atau korelasi antara pola konsumsi dengan status kesehatan masyarakat.

Sejumlah penulis statistik membuat interval kategorisasi kekuatan hubungan korelasi.

Menurut (Sarwono, 2009), nntuk membuat kesimpulan hubungan antara dua variabel di

atas, harus memenuhi kriteria yaitu 0,00 – 0,199 hubungan korelasinya sangat lemah,

0,20 – 0,399 hubungan korelasinya lemah, 0,40 – 0,599 hubungan korelasinya sedang,

0,60 – 0,799 hubungan korelasi kuat, 0,80 – 1,0 hubungan korelasinya sangat kuat, dan

untuk korelasi negatif (-) interpretasi adalah sama.

Hubungan pola konsumsi dengan kolesterol pada responden laki - laki Analisis bivariat pada responden laki – laki kelompok umur tua, dewasa, maupun

remaja menunjukkan adanya hubungan antara pola konsumsi dengan kadar kolesterol

darah. Pada pola konsumsi baik memiliki nilai korelasi sedang ( = 0,40 - -0,59) dengan kadar kolesterol darah, sedangkan pada pola konsumsi yang itdak baik terdapat

korelasi yang sangat lemah antara (= 0,00 – 0,199) dengan kadar kolesterol darah, dari

semua kategori umur dan pola konsumsi, korelasi antara kadar kolesterol darah dengan

pola konsumsi yang tertinggi adalah pola konsumsi baik pada responden laki laki tua.

Kadar kolesterol tinggi merupakan faktor pemicu hipertensi dan stroke. Hasil penelitian

Soleha (2012) menunjukkan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang

mneyebabkan tingginya kadar kolesterol dalam darah (hyperkolesteromia), semakin

tinggi usia, maka persentase responden dengan kolesteol tinggi semakin meningkat.

Persentase kolesterol tinggi diperoleh pada responden dengan usia 60-69 tahun dengan

dengan resiko relatif sebebsar 1, 91%. (Soleha, 2012). Pada orang tua, meskipun

memiliki pola konsumsi baik, ada kemungkinan memiliki kadar kolesterol tinggi, hal

ini disebabkan karena menurunnya fungsi hati dalam metabolisme kolesterol (Kartika,

2014), selain makanan, ada beberapa faktor penyebab kolesterol tinggi yang tidak dapat

dikendalikan yaitu: (1) faktor genetik, seseorang dapat mewarisi kolesterol tinggi dari orang tuanya, disebut dengan hiperkolesteromia familial, (2) usia dan jenis kelamin,

kadar kolesterol cenderung meningkat seiring bertambah usia yakni laki-laki di atas 45

Page 12: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Serambi Saintia

Jurnal Sains dan Aplikasi

Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952

eISSN 2656 – 8446

19

tahun dan perempuan diatas 55 tahun, (3) etnis, Beberapa etnis di dunia memeiliki

kadar kolesterol tinggi. Di Asia, sejumlah etnis secara alami memiliki kolesterol tinggi

yaitu India, Pakistan dan Srilangka.

Hubungan Pola konsumsi dengan kadar Koleterol pada responden perempuan

Hasil Analis bivariat pada responden perempuan menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara pola konsumsi dan kadar koleaterol pada semua kelompok umur, baik

pada responden dengan pola konsumsi baik maupun responden dengan pola konsumsi

tidak baik. Korelasi tertinggi terdapat pada responden perempuan tua dengan pola

konsumsi baik ( = -0,66 (hubungan korelasi kuat) diikuti oleh kelompok remaja

dengan pola konsumsi tidak baik, perempuan tua dengan pola konsumsi tidak baik dan

dewasa dengan pola konsumsi baik dengan kriteria hubungan korelasi sedang ( = 0,40 – 0,599). Pada kelompok dewasa dengan pola konsumsi tidak baik dan kelompok

remaja dengan pola konsumsi baik terdapat hubungan yang lemah (= 0,20 – 0,399).

Korelasi kuat antara pola konsumsi baik dengan kadar koleterol pada responden

perempuan yang diduga terjadi karena adanya penurunan fungsi hati dalam

melaksanakan metabolisme lemak, terutama kolesterol.

Hasil penelitian (Sugiarti & Latifah, 2011) menunjukkan bahwa responden dengan

kadar kolesterol tinggi adalah wanita, terutama pada kelompok umur diatas 40 tahun.

Pada penelitian ini juga ditemukan responden dengan kadar kolestrol yang tinggi pada

usia remaja, dan juga dewasa. Usia dewasa adalah usia produktif yang menuntut

banyak gerakan fisik untuk bekerja jadi semestinya kadar kolesterol pada kelompok

usia ini rendah. Pola konsumsi memegang peran penting pada kadar kolesterol

kelompok usia dewasa. Pola konsumsi yang tidak baik menyebabkan asupan kalori

tidak seimbang dengan jumlah kalori yang digunakan sehingga kelebihan kalori akan

tersimpan dalam bentuk lemak di dalam tubuh. Hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa pada kelompok remaja juga memiliki hubungan yang sedang antara pola

konsumsi dengan kadar kolesterol diduga disebabkan karena remaja yang memiliki

pola konsumsi tidak baik disebabkan karena mengikuti gaya hidup anak muda masa

kini, lebih suka dengan fast food dan junk food yang memiliki nilai gizi yang rendah

dengan kadar lemak yang tinggi. Penelitian ini memiliki pola yang sama dengan hasil

penelian (Septiana, Nugroho, & Wilujeng, 2018) yang menjelaskan bahwa frekuensi

konsumsi junk food pada remaja di Malang adalah tinggi dengan alasan rasanya yang

enak. Pada penelitian ini remaja juga sering mengkonsumsi Fried chiken dengan alasan

mudah didapat. Gaya hidup remaja saat ini yang didominasi oleh bermain gadget

menyebabkan kurangnya geraka tubuh yang menyebabkan penggunaan kalori yang

semakin berkurang. Remaja cenderung senang menggunakan gadget secara intens tanpa

memperhitungkan ruang dan waktu (Sa'adah, 2015). Penelitian ini juga dilakukan saat

pandemi COVID-19, dimana remaja yang menjadi responden adalah remaja usia

sekolah. Saat pandemi kegiatan pembelajaran sekolah dilakukan secara daring atau

dikenal dengan istilah BDR (Belajar dari rumah) yang menyebabkan aktifitas remaja

menjadi sangat kurang, ditambah lagi dengan anjuran untuk stay at home, untuk

mengurangi penyebaran pandemi COVID-19 tersebut.

Tingginya kadar kolesterol dalam darah merupakan salah satu pemicu munculnya

penyakit jantung, stroke, dan diabetes mellitus. Bedasarkan penelitian yang telah

dilakukan risiko terjadinya ateroklerosis yang merupakan penyebab penyakit tidak

Page 13: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

20

menular yaitu (jantung, stroke, dan juga diabetes akan menjadi tinggi kadarnya apabila

kadar kolesterol yang ada di dalam melebihi batas normal (Warganegara, 2016). Kadar

kolesterol yang berlebihan yang ada dalam darah akan mudah melekat pada dinding

sebelah dalam pembuluh darah. kolesterol tersebut akan melalui proses oksidasi

dan menjadi gumpalan yang berakibat pada penyempitan saluran pembuluh darah

(Yoeantafara, 2017). Konsumsi serat secara teratur dapat membantu menurunkan kadar

kolesterol di dalam darah. Pada beberapa penelitian menunjukkan mengkonsumsi

makanan yang tinggi serat seperti kacang polong, kacang merah, dapat menurunkan

kadar kolesterol, hal ini dikarenakan serat larutair yang difermentasikan didalam usus

besar akan menghasilkan asam lemak yang berantai pendek dapat menghambat sintesis

kolesterol (Khomsa, 2007). Teori menurut Sastriamidjojo (2000), konsumsi makanan

yang tinggi lemak dan kolesterol menjadi penyebab tingginya kadar kolesterol di

dalam darah. Hati sebenarnya memiliki kontrol terhadap kolesterol, jika hati memiliki

cukup kadar kolesterol, maka akan dilakukan mekanisme penghentian pengambilan

LDL yang berpengaruh terhadap peningkatan kadar kolesterol.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurrahmani (2012) diperoleh hasil Mereka

yang memiliki risiko tinggi terhadap kadar kolesterol yang besar adalah orang – orang

yang sering mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi

contohnya daging, mentega, keju, dan juga krim.

Rasulullah SAW telah mencontohkan pada hambanya pola konsumsi yang baik,

salah satunya adalah mengkonsumsi buah anggur, buah anggur merupakan salah satu

buah yang menjadi kesukaan Rasulullah SAW, anggur memiliki banyak manfaat bagi

kesehatan, anggur mengandung vitamin c yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh

(Sapie, 2017), hal ini sesuai dengan firman ALLAH SWT dalam surat Ar- ra’d ayat 4

yang berbunyi

Artinya, dan di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun - kebun

anggur, tanaman - tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak bercabang;

disirami dengan air yang sama, tetapi Kami lebihkan tanaman yang satu dari yang

lainnya dalam hal rasanya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda kebesaran

Allah SWT bagi hamba nya yang memahami.

Buah kegemaran Rasulullah SAW ini mengandung substansi pterostilbene dan

trigliserida yang dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah, kinerja buah

anggur ini sama efektifnya dengan obat penurun kolesterol. Hasil uji laboratorium

menunjukkan kandungan enzim yang ada di dalam buah anggur sama seperti kinerja

obat ciprofibrate yang digunakan untuk menurunkan kolesterol jahat yang ada di dalam

tubuh (Narita,2015).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan pola konsumsi dengan kadar koleterol masyarakat di Kota Bandar Lampung,

baik kategori kelompok umur remaja, dewasa, dan tua, maupun kategori jenis kelamin

perempuan dan laki – laki.

Page 14: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Serambi Saintia

Jurnal Sains dan Aplikasi

Volume IX, No.1, April 2021 pISSN 2337 – 9952

eISSN 2656 – 8446

21

DAFTAR RUJUKAN

Ajhuri, F. K. (2019). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan,. (Lukman, Ed.) (1st ed.). Jogjakarta: Penebar Media Pustaka.

Anis, P., Diffah, H., & Budiyanti, W. (2019). Hubungan Frekuensi Makan di luar

Rumah dan Jumlah Uang Jajan dengan Kejadian Gizi Lebih pada Mahasiswi di

Surakarta. Jurnal Gizi Dan Kesehatan. Journal Nutrition and Healt, I(2), 138–

149.

Ayu, D., Santoso, S. (2017). Hubungan Pola konsumsi (Jumlah , Jenis dan Frekwensi)

Status Gizi (Antropometri dan Survey Konsumsi) dengan Keteraturan Haid pada

Renmaja Putri di SMA Negeri 51 Jakarta Timur tahun 2015. Jurnal Ilmiah

Kesehatan, 9(1), 83–92.

Azkia, F., Wahyono, T. (2018). Hubungan Pola Konsumsi Makanan beresiko dengan

obesitas sentral pada wanita usia 25-65 tahun di Bogor tahun 2011-2012. Jurnal

Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 2(1), 11–18.

Azkia, F., & Wahyono M.T. (2019). Hubungan Pola Konsumsi Makanan beresiko

dengan obesitas sentral pada wanita usia 25-65 tahun di Bogor tahun 2011-2012.

Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 2(1), 11–18.

Cendanawangi, D., Tjaronosari, & Palupi, I. (2016). Ketepatan Porsi berhubngan

dengan Asupan Makan pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Luhur, Bantul Yogyakarta. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia, 4(1), 6–18.

Fauziah, A. (2015). Hubungan Pola konsumsi Dengan Frekuensi Kekambuhan Nyeri

Pasien Gout Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember , Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Jember: Universitas

Jember.

Infodatin. (2014). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Retrieved from www. Kemkes

go.id

Joshi HS. (2011). Determinants of nutritional status of school children. A cross.

Sectional study in the western region of Nepal. Journal NJIRM, 2(1), 10–15.

Kartika, U. (2014). Pola konsumsi Sehat tetapi Kolesterol Tetap TinggiNo Title.

Kompas.Com. Retrieved from

https://health.kompas.com/read/2014/05/10/1206535/Pola.Makan.Sehat.tetapi.Kol

esterol.Tinggi.Kenapa.Diakses Juli 2020

Kementerian Kesehatan RI. (2012). Strategi Nasional, Penerapan Pola Konsumsi

Makanan dan Aktifitas Fisik,untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular. Jakarta.

Kemkes. Permenkes No. 41 Tahun 2014 tentaang Pedoman Gizi Seimbang (2014).

Kemkes. (2018). Remaja Indoneia Harus sehat-Sehat Negriku. Retrieved from Kemkes

go.id

Khomsan, A. (2007). Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara.

Litbangkes Kementrian Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan Dasar 1028. Retrieved

from

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_218/Ha

sil Riskesdas 2018.pdf.Diakses Agustus 2019.

Miko, & Ampera. (2016). Hubungan Pola konsumsi Pagi dengan Status Gizi Pada

Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Aceh. Aceh: Politeknik Kesehatan Kemenkes

Aceh.

Page 15: Hubungan Pola konsumsi Dengan Kadar Kolesterol …

Dwijowati Asih Saputri, dan Aulia Novitasari

22

Narita, E. (2015). Bay Leaf In Dyslipidemia Therapy. Lampung University. Faculty of

Medicine. Lampung University.

Nurrahmani U. (2012). Stop! Kolesterol Tinggi. Jogjakarta: Group Relasi Inti Media.

Prabawa, D. . (2018). Perancangan Pusat Terapi Diabetes. Malng: Fakulltas Sain dan

Teknologi UniversitasIslam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Prabowo, A., Hastuti, W., & Kesuma, I. M. (2013). Hubungan Pola Makan dengan

Peningkatan Kadar Kolesterol Pada Lansiadi Jebres Surakarta. Motorik, 8(17), 57–

62.

Praja, & Indra, D. (2014). Islamic Food Combining Menu Sehat Nabi Muhammad.

Yogyakarta: Garudhawaca.

Sa’adah. (2015). Dampak Penggunaan Gadget terhadap Perilaku Sosial di MAN

Cirebon I Kabupaten Cirebon. Cirebon: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

IAIN Syeh Nurdjati Cirebon.

Sapie, M. J. B. (2017). Konsep Pola konsumsi Sehat Dalam Perspektif Hadis Dalam

Kitab Musnad Ahmad. Medan: Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam, Universitas

Islam Negeri Sumatera Utasa.

Sarwono, J. (2009). Statistik itu Mudah: Panduan Lengkap Untuk Belajar Komputasi

Statistik Menggunkan SPSS 16. Jogjakarta: Universitas Atmajaya.

Sastromidjodjo, S. (2000). Pegangan Penata laksana Nutrisi Pasien. Jakarta: Bina

Rupa Aksara.

Septiana, P., Nugroho, F., & Wilujeng, C. (2018). Konsumsi Junk food dan Serat pada

Remaja Putri Overweight dan Obesitas yang Indekos. Jurnal Kedokteran

Brawijaya, 30(1), 61–67.

Shobach, N. K. (2019). Hubungan Frekuensi Makan dengan Kejadian Gastritis

Santriwati Pondok Pesantren Nurul Madinah Bangil Pasuruan. Sport and Nutrition

Journal, 1(2), 58–62.

Soleha, M. (2018). Kadar Kolesterol Tinggi dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh

terhadap Kadar Koleterol Darah. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 1(2), 85–92.

Sugiarti, L., & Latifah. (2011). Hubungan Obesitas, Umur dan Jenis Kelamin terhadap

Kadar Kolesterol Darah. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa, 1(1), 73–

80.

Tahir, N. H., Ernawati, E., & Bennu, M. (2013). Faktor - Faktor yang berhubungan

dengan Status Gizi Anak Umur 6 – 12 Tahun di SDN Wilayah Kerja Puskesmas

Bungi Pinrang. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 2(4), 7–15.

Universitas Psikologi. (n.d.). Perkembangan Fisik dan Kognitif yang Terjadi pada

Dewasa Awal.

Warganegara, E., & Nur, N. N. (2016). Faktor Risiko Perilaku Penyakit Tidak Menular.

Majority, 5(2), 88–94. Retrieved from

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1082

Yoeantafara, A., & M. Santi. (2017). Pengaruh Pola Makan Terhadap Kadar Kolesterol

Total. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 13(4), 304. https://doi.org/10.30597/mkmi.v13i4.2132