hubungan religiusitas dengan penyesuaian …
TRANSCRIPT
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHANDINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Menyusun Skripsi Derajat Sarjana S-1Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
WIKE ARMANELLANPM: 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARATPADANG
2016
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHANDINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Menyusun Skripsi Derajat Sarjana S-1Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
WIKE ARMANELLANPM: 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARATPADANG
2016
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHANDINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Menyusun Skripsi Derajat Sarjana S-1Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
WIKE ARMANELLANPM: 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARATPADANG
2016
i
ABSTRAK
Wike Armanella, 12060210, Hubungan Religiusitas dengan PenyesuaianPernikahan Dini di Kabupaten Pesisir Selatan.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena yang terjadi di lapanganyaitu adanya masyarakat yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadappernikahannya sehingga menimbulkan konflik dalam keluarga dan pada akhirnyaterjadi perceraian. Tujuan penelitian ini yaitu studi teoritik hubungan religiusitasdengan penyesuaian pernikahan dini di Kabupaten Pesisir Selatan.
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan deskriptif kuantitatif denganpendekatan analisis korelasional. Populasi penelitian ini seluruh masyarakat yangtelah menikah 2 bulan hingga maksimal 2 tahun pernikahan berjumlah 110 orang.Sampel sebanyak 86 orang. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakanteknik proportional random sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalahangket.
Hasil penelitian secara umum menunjukan bahwa ada hubungan antarareligiusitas dengan penyesuaian pernikahan, dengan koefisien 0.521 korelasikuat. Secara khusus dapat dibagi atas (1) Dimensi subjektif (aqidah) dankebahagian suami istri dengan keeratan kuat, (2) Dimensi subjektif (aqidah) danperbedaan pendapat dengan keeratan lemah, (3) Dimensi subjektif (aqidah) dankebersamaan dengan keeratan kuat, (4) Dimensi subjektif (aqidah) dan masalahkeuangan dengan keeratan sangat lemah, (5) Dimensi subjektif (aqidah) danpenyesuaian pihak keluarga dengan keeratan lemah, (6) Dimensi objektif (akhlak)dan kebahagian suami istri dengan keeratan kuat, (7) Dimensi objektif (akhlak)dan perbedaan pendapat dengan keeratan lemah, (8) Dimensi objektif (akhlak) dankebersamaan dengan keeratan kuat, (9) Dimensi objektif (akhlak) dan masalahkeuangan dengan keeratan sangat lemah, (10) Dimensi objektif (akhlak) danpenyesuaian pihak keluarga dengan keeratan kuat, (11) Dimensi simbolik(syariat) dan kebahagian suami istri dengan keeratan lemah, (12) Dimensisimbolik (syariat) dan perbedaan pendapat dengan keeratan sangat lemah, (13)Dimensi simbolik (syariat) dan kebersamaan dengan keeratan lemah, (14)Dimensi simbolik (syariat) dan masalah keuangan dengan keeratan kuat, (15)Dimensi simbolik (syariat) dan penyesuaian pihak keluarga dengan keeratanlemah.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT,
atas rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
dengan judul “Hubungan Religiusitas dengan Penyesuaian Pernikahan Dini di
Kabupaten Pesisir Selatan”.
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada keluarga tercinta peneliti,
yang selalu mencurahkan cinta kasihnya yang tulus, dan yang selalu menfasilitasi
kebutuhan fisik maupun psikologis peneliti hingga detik ini. Kepada Saudara
kembar peneliti yang selalu menjadi kebanggaan bahkan sosok laki-laki yang
tidak pernah menyerah untuk menjaga dan melindungi, kita berjuang bersama dan
merasakan manis pahitnya kehidupan. Begitu banyak cerita yang perlu kita
ceritakan lagi semoga wike bisa menjadi seperti kamu lelaki yang begitu tangguh,
tegas dan penyayang (Wiko Arman Fajra), sepupu peneliti cerewet, ceroboh,
cengeng tapi pinter (Kak Tesy Alriesta Pratami “cici”), tidak pernah senyum,
seriusan, tapi manja sekali (Nindy Narazakhi Armenia “indin”) dan yang terakhir
ini orangnya aneh tapi nyata, kalau bicara sering tidak jelas bahkan tidak
nyambung, dan tidak ada titik koma (Runa Prisken Ananty “unyun”). Semoga
keluarga selalu diberikan kesehatan, dan umur yang panjang, yang mana
semuanya telah menghadirkan tawa hingga saya menjadi lebih bersemangat dalam
iii
menyelesaikan skripsi ini. Kebahagiaan yang sesungguhnya bagi peneliti adalah
dapat selalu berbagi suka dan duka dengan semuanya.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti banyak
mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat, Ibu Dr. Zusmelia, M.Si, wakil ketua I
bidang akademik Sri Imelwati, Ph.D, wakil ketua III bidang kemahasiswaan
Jarudin, M.A., Ph.D yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
dapat menuntut ilmu di STKIP PGRI Sumatera Barat.
2. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling di STKIP PGRI Sumatera
Barat Ibu Dr. Helma, M.Pd
3. Sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera
Barat Ibu Dra Hj. Fitria Kasih, M.Pd, Kons.
4. Pembimbing I Dr. Yuzarion Zubir, S.Ag, S.Psi., M.Si yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini sehingga
dapat diselesaikan dengan baik.
5. Pembimbing II Bapak Joni Adison, S.Pd.I, M.Pd yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing peneliti dan memberikan motivasi, kepada
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Dosen judge angket Bapak Alfaiz, S.Psi.I., M.Pd, Ibu Rila Rahma Mulyani,
M.Psi, Psikolog. yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam revisi
angket dan memberikan banyak masukan untuk dalam melaksanakan
penelitian yang telah peneliti lakukan.
iv
7. Penguji (1) Ibu Dr. Helma. M.Pd., Penguji (2) Bapak Alfaiz, S.Psi.I., M.Pd,
Penguji (3) Bapak Mori Dianto, M.Pd, yang telah bersedia meluangkan waktu
menguji skripsi peneliti.
8. Admin Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera
Barat Kak Meta Purnama Sari, S.E yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi.
9. Laboran Program Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
Kak Zuhelmi Narti, S.Pd., Kons yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi.
10. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling di STKIP
PGRI Padang Sumatera Barat yang telah memberikan arahan kepada peneliti
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat tersayang bahkan sudah seperti keluarga sendiri tanpa kalian
mungkin wike tidak akan mengenal betapa bahagianya dunia ini, yang sama-
sama memiliki tekad harus memakai toga pada wisuda ke-53 ini (diah, kiki,
anabell, jia, geni, alfian) yang selama dalam menyelesaikan skripsi telah
menghadirkan banyak cerita, canda, tawa, serta telah memberikan bantuan,
semangat dan motivasi yang membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi
ini.
12. Teman-teman jurusan BK 2012, khususnya “Sesi F” yang terus memberikan
dorongan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, yang masing-masing
dari kita telah banyak yang mencari jalan kehidupannya saat ini, namun kalian
akan tetap menjadi bagian dari kenangan yang akan terus peneliti ingat
nantinya.
v
13. Rekan-rekan sesama menyusun skripsi semangat buat teman-teman BK 2012
mulai dari sesi a, b, c, d, e, f, g, h, semoga suka duka yang sama-sama kita
lalui akan selalu tersimpan dalam sebuah kenangan yang akan senantiasa
membuat kita terus mengingat indahnya arti kebersaman.
Dalam penulisan skripsi ini peneliti berusaha semaksimal mungkin
untuk memberikan hasil yang terbaik, namun sebagai manusia biasa peneliti
tidak lepas dari kekhilafan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kepada
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga bantuan yang diberikan dalam penulisan
skripsi ini dapat dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda,
Aamiin ya rabbal alamin.
Padang, 23 Juli 2016
Wike Armanella12060210
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................1
B. Identifikasi Masalah.................................................................................10
C. Batasan Masalah ......................................................................................11
D. Rumusan Masalah ....................................................................................13
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................14
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Religiusitas................................................................................................17
1. Pengertian Religiusitas........................................................................17
2. Fungsi-fungsi Religiusitas...................................................................18
3. Dimensi-dimensi Religiusitas .............................................................20
B. Penyesuaian Pernikahan............................................................................24
1. Pengertian Pernikahan.........................................................................24
2. Pernikahan dalam Islam ......................................................................25
vii
3. Pengertian Penyesuaian Pernikahan....................................................27
4. Tahapan Penyesuaian Pernikahan .......................................................30
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan .............31
6. Kriteria Keberhasilan Penyesuaian Pernikahan ..................................32
C. Hubungan Religiusitas dengan Penyesuaian Pernikahan..........................35
D. Kerangka Pikir ..........................................................................................43
E. Hipotesis Penelitian...................................................................................44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................48
B. Desain Penelitian.......................................................................................48
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian..................................................49
D. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................50
1. Populasi ...............................................................................................50
2. Sampel.................................................................................................51
E. Instrumentasi dan Teknik Pengumpulan Data ..........................................54
1. Instrumen ............................................................................................54
2. Teknik Pengumpulan Data..................................................................55
3. Uji Instrumen Penelitian .....................................................................58
4. Teknik Analisis Data...........................................................................61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian .........................................................................65
1. Uji Prasyarat Analisis..........................................................................65
2. Uji Hipotesis .......................................................................................67
viii
B. Rekapitulasi Hasil Korelasi.......................................................................83
C. Pembahasan...............................................................................................85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................98
B. Saran…………………………………………………………………….101
KEPUSTAKAAN ................................................................................................103
LAMPIRAN.........................................................................................................104
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Populasi Penelitian .................................................................................51
2. Sampel Penelitian....................................................................................50
3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian (setelah uji coba) ....................................56
4. Alternatif Jawaban ..................................................................................57
5. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Religiusitas (X)......................................61
6. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penyesuaian pernikahan (Y) ..................61
7. Hasil Uji Normalitas Data.......................................................................65
8. Hasil Uji Linieritas Data .........................................................................66
9. Korelasi antara Religiusitas dengan Penyesuaian Pernikahan ...............67
10. Hasil Korelasi Indikator X1.1 dengan Y1.1-1.5...........................................69
11. Hasil Korelasi Indikator X1.2 dengan Y1.1-1.5...........................................74
12. Hasil Korelasi Indikator X1.3 dengan Y1.1-1.5...........................................79
13. Rekapitulasi Hasil Korelasi.....................................................................83
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pikir, Hubungan Religiusitas dengan Penyesuaian Pernikahan
Dini di Kabupaten Pesisir Selatan...........................................................43
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman1. Kisi-kisi Instrumen sebelum dijudge .................................................... 106
2. Item Angket sebelum di Judge............................................................... 107
3. Kisi-kisi Instrumen sesudah dijudge ..................................................... 117
4. Item Angket sesudah di Judge ............................................................... 118
5. Kisi-kisi Instrumen Sesudah Uji Coba................................................... 129
6. Item Angket sesudah Uji Coba .............................................................. 130
7. Uji Ahli 1 ............................................................................................... 134
8. Uji Ahli 2 ............................................................................................... 144
9. Rekapitulasi Judge Angket .................................................................... 154
10. Tabulasi Data Uji Validitas dan Reliabilitas Religiusitas ...................... 156
11. Hasil Uji Validitas Religiusitas .............................................................. 159
12. Hasil Uji Reliabilitas Religiusitas .......................................................... 155
13. Tabulasi Data Uji Validitas dan Reliabilitas Penyesuaian Pernikahan .. 116
14. Hasil Uji Validitas Penyesuaian Pernikahan.......................................... 163
15. Hasil Uji Reliabilitas Penyesuian Pernikahan........................................ 165
16. Tabulasi Data Umum Religiusitas ......................................................... 167
17. Tabulasi Data Indikator Religiusitas...................................................... 170
18. Tabulasi Data Umum Penyesuaian Pernikahan ..................................... 178
19. Tabulasi Data Indikator Penyesuaian Pernikahan.................................. 182
20. Uji Normalitas........................................................................................ 197
21. Uji Linearitas.......................................................................................... 197
22. Uji Korelasi ............................................................................................ 197
xii
23. Uji Korelasi Perindikator ....................................................................... 198
24. Rekapitulasi Variabel Religiusitas dengan Penyesuaian pernikahan…..205
25. Surat Izin Penelitian ............................................................................... 206
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan dengan berpasang-pasangan pria dan wanita yang
secara kodrati mempunyai peran sebagai makhluk pribadi dan juga makhluk
sosial. Dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial manusia yang satu tidak bisa
terlepas dari manusia yang lain dalam arti manusia selalu membutuhkan manusia
yang lain atau lazim disebut dengan sosialisasi. Kebutuhan manusia sebagai
makhluk sosial melahirkan rasa keterkaitan dan dorongan-dorongan untuk saling
berhubungan satu sama lain, dicinta dan mencintai, kemudian untuk bersama-
sama memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk menikmati kepuasannya,
keterikatan ini terjalin dalam suatu bentuk keluarga yang diikat dengan tali
pernikahan. Pernikahan merupakan salah satu kejadian penting yang akan
dihadapi oleh setiap manusia dalam perjalanan hidup. Selanjutnya pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (Walgito, 2002:11).
Menurut Undang-undang Pernikahan No 1 Tahun 1974 Pasal 1
menyatakan bahwa pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria
dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Ramulyo, 1996:2). Namun
dalam membina keluarga terkadang pasangan suami istri belum mempunyai
pondasi yang kuat, sehingga terjadi ketidakharmonisan dalam rumah tangga.
1
2
Salah satu penyebabnya adalah pernikahan di usia yang muda atau pernikahan
dini. Tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh individu yang berada pada
masa remaja atau usia dini adalah berkenaan dengan kehidupan berkeluarga (Ali,
2012:169). Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh sepasang
laki-laki dan perempuan remaja. Menurut UU Pernikahan No.1 Tahun 1974 Pasal
7 “Pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan
pihak perempuan sudah mencapai 16 tahun”. Namun pemerintah mempunyai
kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No. 10
Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan upaya
penyelenggaraan keluarga berencana. Resiko kehamilan yang terjadi jika usia
pernikahan di bawah umur 19 tahun. Dengan hal itu bahwa dapat disimpulkan
pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan bila pria kurang 21 tahun
dan perempuan kurang dari 19 tahun (Kumalasari, 2012:199).
Usia yang begitu muda tentu merupakan hal yang tidak mudah untuk
membangun sebuah rumah tangga terutama menyesuaikan diri dalam
menjalankan peran masing-masing. Banyak masalah baru yang harus dihadapi
oleh suami istri. Salah satu dari sekian banyak masalah yaitu berhubungan dengan
penyesuaian diri dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam menyesuaikan
diri dalam kehidupan pernikahan. Menurut Schneider, 1964 (Muchlisah,
2012:105) penyesuaian pernikahan adalah suatu seni dalam hidup yang terbingkai
dalam kerangka tanggung jawab, hubungan, dan harapan hal-hal yang mendasar
dalam pernikahan. Penyesuaian pernikahan merupakan aspek adaptasi antara
3
suami istri yang merupakan salah satu jalan untuk menghindari masalah dalam
sebuah pernikahan.
Pernikahan merupakan sebuah proses yang perlu mendapat pertimbangan
yang panjang dan matang bagi setiap individu. Satoto, 2008 (Muchlisah,
2012:106) menjelaskan bahwa secara psikologis, seseorang yang usianya
tergolong dewasa akan lebih siap secara emosional untuk menikah dibanding
seseorang yang usia lebih muda. Karena remaja memiliki mental yang masih
labil. Remaja cenderung masih mudah terpengaruh dengan kondisi di
sekelilingnya, belum mampu menyesuaikan diri dalam waktu singkat, bahkan
memecahkan masalah yang akan dihadapi. Tingkat penyesuaian pernikahan yang
menikah usia remaja, lebih rendah dibanding dengan penyesuaian pernikahan
dewasa. Hal ini dikarenakan pula bahwa remaja tidak banyak dipersiapkan khusus
untuk hidup dalam pernikahan, kecuali persiapan yang dilakukan dalam waktu
singkat. Mappiare, 1982 (Muchlisah, 2012:107).
Pasangan yang merasa tidak dapat mengatasi masalah yang terjadi dalam
pernikahannya akan memilih jalan keluar, yang salah satunya adalah bercerai
(Hurlock, 2012: 246-289). Namun dibalik itu semua, kasus perceraian tampaknya
terus meningkat. Maraknya tayangan di televisi yang menyiarkan parade artis dan
public figure yang mengakhiri pernikahan mereka melalui meja pengadilan,
seakan mengesahkan bahwa perceraian merupakan hal yang biasa. Fenomena
perceraian marak terjadi bukan hanya dikalangan artis atau public figure saja.
Keluarga sederhana, bahkan di dalam lingkungan pendidik, lingkungan yang
4
tampak religius, perceraian juga banyak terjadi (Derita Anak Korban Perceraian:
2006).
Munas BP4 (Badan Penasihat, Pembina dan Pelestarian Pernikahan) ke 12
mengungkapkan bahwa pada tahun 2001, angka perselisihan pernikahan di
Indonesia mencapai hampir 14% dan angka perceraian mencapai hampir 15% dari
jumlah pernikahan yang terjadi di Indonesia. Masalah-masalah atau konflik
pernikahan yang tidak selesai biasanya berakhir dengan perceraian di Jawa Timur
pun cukup tinggi. Harian Kompas (“Perceraian di Jember”, 2001) memberitakan
di Kabupaten Jember pada tahun 2000 kasus perceraian yang terjadi mencapai
2897 angka. Propinsi Jawa Barat dengan angka kasus perceraian tertinggi di
Indramayu meningkat sejak tahun 1999, dari 581 kasus menjadi 786 kasus pada
tahun 2000, dan 781 pada tahun 2002.
Banyak keluarga yang berantakan ketika terjadi kegagalan dalam relasi
suami istri. Kunci bagi kelanggengan pernikahan adalah keberhasilan melakukan
penyesuaian di antara pasangan. Suatu pernikahan sejak semula dihadapkan
kepada tantangan dan tekanan, dan kedua pasangan harus saling menyesuaikan
diri kepada keadaan tersebut. Dalam dunia yang senantiasa berubah orang dapat
menantikan tekanan apa yang harus ditanggung oleh suatu pernikahan, dan
sungguh berbahagialah mereka yang dapat mengatasi hubungan mereka dengan
komitmen yang cukup.
Penyesuaian diri dalam pernikahan itu memiliki beberapa bentuk. Sekian
banyak masalah penyesuaian, empat pokok yang paling umum dan paling penting
5
bagi kebahagiaan pernikahan, yaitu penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian
seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan keluarga dari pihak
masing-masing pasangan. Sedangkan pentingnya penyesuaian dan tanggung
jawab sebagai suami istri dalam sebuah pernikahan akan berdampak pada
keberhasilan hidup dalam berumah tangga. Keberhasilan dalam hal ini
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap adanya kepuasan hidup pernikahan,
mencegah kekecewaan dan perasaan-perasaan bingung, sehingga memudahkan
seseorang untuk menyesuaikan diri dalam kedudukannya sebagai suami atau istri
dan kehidupan lain di luar rumah tangga. Penyesuaian pernikahan merupakan
perubahan sikap dan tingkah laku pada masing-masing pasangan suami istri yang
menguntungkan untuk memenuhi harapan atau tujuan pernikahan. Hurlock, 2002
(Suryanto, 2006:199).
Lestari (2012:10) mengatakan kunci kelangengan pernikahan adalah
keberhasilan melakukan penyesuaian pernikahan antara suami dan istri. Sulitnya
penyesuaian dalam pernikahan dikarenakan kedua individu yang menikah
memiliki latar belakang yang berbeda seperti nilai, sifat, karakter atau
kepribadian, agama, suku bangsa serta kelebihan dan kelemahan. Semua aspek
tersebut akan mempengaruhi dalam berpikir, bersikap atau bertindak (Hurlock,
2012:292).
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Hurlock, karakteristik yang
mendukung penyesuaian dalam pernikahan yaitu meliputi diantaranya agama.
6
Pasangan manusia yang menikah dengan memenuhi syarat-syarat sesuai perintah
agama dan hukum Negara akan berdampak baik bagi semua pihak.
Dalam hal ini, penyesuaian pernikahan bukan hal yang gampang untuk
dilakukan memang memerlukan acuan yang berpedoman dalam kehidupan salah
satunya yaitu dengan pendekatan keberagamaan atau religiusitas. Agama
berfungsi sebagai pembimbing dalam hidup, memberikan bimbingan dari yang
sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya, mulai dari kehidupan
pribadi, keluarga, masyarakat dan hubungan dengan Allah. Kehidupan keagamaan
memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang untuk menghadapi tantangan dan
cobaan hidup, adu domba, tiada kecurigaan dan kebencian dalam hidup.
(Daradjat, 2002:26).
Mangunwijaya (1982:14) mengatakan bahwa agama memiliki tiga istilah
religi atau agama berdasarkan hal tersebut munculah dengan istilah religiusitas.
Menurut Nashori (2002:49) religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan,
seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa
dalam penghayatan atas agama yang dianut. Religiusitas memiliki peranan dalam
penyesuaian diri. Penelitian oleh Bergins, menurut Masters dan Richards (Astuti,
1999:8) yang hasilnya bahwa individu yang religius (dalam arti benar-benar
menginternalisasikan kepercayaan kepercayaan agama mereka dan hidup dengan
aturan agama itu secara tulus dan ikhlas), dapat menyesuaikan diri dengan baik
dan jarang mengalami kecemasan.
7
Keyakinan religiusitas merupakan dimensi yang paling kuat bagi
pengalaman manusia. Sururin (2004:180) mengungkapkan religiusitas memiliki
tiga dimensi, pertama dimensi subjektif (aqidah), Kedua dimensi objektif
(akhlak), ketiga dimensi simbolik (syariat). Religiusitas sering menjadi sandaran
ketika seseorang mengalami kesulitan dan kepahitan hidup. Begitu juga dengan
penyesuaian pernikahan religiusitas dapat menjadi pondasi terpenting bagi
kebahagian pasangan. Hal ini dapat terjadi bila pasangan menyadari bahwa
keimanan memberikan makna dalam hidup. (Lestari, 2012:15).
Pernikahan mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Ramulyo, 1996:2). Dalam
kenyataannya pasangan suami istri kadang-kadang lupa menerapkan petunjuk-
petunjuk Allah Subhanahuwata’ala dan tergelincir ke lembah pertengkaran yang
hebat di antara mereka dan terjadilah apa yang tidak dikehendaki serta paling
benci oleh Allah, yaitu putusnya hubungan pernikahan. (Ramulyo, 1996:26).
Mewujudkan kebahagian dalam keluarga tentunya harus dilandasi oleh
keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT sehingga pasangan yang ingin
membangun sebuah keluarga yang bahagia apabila dilandasi nilai-nilai
ketauhidan akan mencapai kebahagian yang diharapkan sebaliknya jika ingin
membangun sebuah keluarga tetapi tidak dilandasi nilai-nilai ketauhidan, sedikit
yang mampu mempertahankan keutuhan keluarganya. (Helmawati, 2014:282).
Dengan demikian orang yang religiusitas akan menjalankan kehidupan
pernikahannya berdasarkan nilai-nilai dan aturan agamanya, sehingga akan lebih
8
mudah dalam menjalani kehidupan pernikahan karena telah memiliki aturan
(pedoman) yang mengatur kehidupan pernikahannya. Hal ini akan mengakibatkan
kebahagiaan dalam rumah tangga yang merupakan kriteria keberhasilan
penyesuaian pernikahan. Islam merupakan salah satu bentuk agama yang diakui
di Indonesia dan mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam. Dalam ajaran
agama Islam juga menjelaskan mengenai pernikahan (nasihat pernikahan).
Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasarkan Al-Qur'an
dan As-Sunnah. Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan besar sekali,
sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin
Malik Radliyallahu 'anhu berkata :
"Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : "Artinya :Barang siapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya.Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yangseparuhnya lagi". (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).
Dan tanda-tanda kebesaran-Nya ialah diciptakan-Nya untukmu pasanganhidup dari jenismu sendiri supaya kamu mendapatkan ketenangan hati dandijadikan-Nya kasih sayang diantara kamu. Sesungguh-Nya yang demikianmenjadi tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang yang berfikir(QS.Ar-Ruum:21)
Berdasarkan hadis di atas, jelaslah bahwa pernikahan itu menjadi pokok
pembahasan yang besar di dalam Islam. Islam sangat menganjurkan pemeluknya
untuk melakukan pernikahan. Oleh karena itu, di dalam Al-Qur’an dan hadis,
pernikahan itu sangat ditekankan. Pernikahan bagi seorang laki-laki menuntutnya
untuk bersedia menyandang peran baru selaku seorang suami sekaligus kepala
rumah tangga dengan segala konsekuensi yang harus diembannya. Shalih
9
(2005:83) mengatakan bahwa pernikahan yang sukses adalah yang dibangun di
atas aspek-aspek spiritual, moral, dan religius. Pernikahan yang dibangun atas
pondasi agama akan kukuh, kuat, dan aman dari ancaman kehancuran. Pernikahan
yang didasari pertimbangan agama akan langgeng sebab, agama adalah petunjuk
bagi akal dan hati. Jadikan agama sebagai prioritas utama dalam membangun
rumah tangga. Bahwa kebahagian kita terletak pada upaya menerapkan ajaran
tuhan, tidak tersisa lagi harapan bagi kita kecuali dengan mewujudkan keluarga
yang islami.
Agama akan menuntun ke hal-hal yang baik, ke hal-hal yang tidak tercela,
sehingga dengan demikian dapat dikemukakan bahwa makin kuat seseorang
menganut agamanya, maka orang tersebut akan mempunyai sikap yang mengarah
ke hal-hal yang baik. Apabila dikaitkan pula dengan pernikahan, maka agama
yang dianut oleh masing-masing anggota pasangan akan memberikan tuntunan
atau bimbingan bagaimana bertindak secara baik. Banyak tindakan yang dapat
dicegah pelaksanaannya karena di latar belakangi oleh kuatnya agama yang
dianutnya (Walgito, 2002:54).
Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara dengan warga yang telah
peneliti lakukan di Kabupaten Pesisir Selatan pada tanggal 12 Januari 2016
banyak pada pernikahan dini tidak mampu menyesuaikan diri terhadap
pernikahannya sehingga menimbulkan konflik dalam keluarga seperti pasangan
yang melalaikan shalatnya, pasangan yang tidak pasif dalam bacaan Al-Qur’an,
pasangan yang tidak peduli terhadap kegiatan sosial, pasangan yang merasa tidak
10
dihargai, tidak nyaman untuk berbicara, tidak mampu menjalankan peran masing-
masing, tidakmampu mengatur ekonomi (keuangan), tidak ada perhatian terhadap
pasangan, tidak adannya kepercayaan terhadap pasangan, anggota keluarga yang
selalu campur tangan, ketidak mampuan menahan diri (marah), sulit untuk minta
maaf, ingin menang sendiri, selingkuh, kekerasan dalam keluarga, dan terjadinya
perceraian.
Permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dipahami dan
dikaji lebih mendalam mengenai religiusitas dan penyesuaian pernikahan usia
dini. Oleh sebab itu penelitian ini diangkat dengan judul “Hubungan
Religiusitas dengan Penyesuaian Pernikahan Dini di Kabupaten Pesisir
Selatan”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :
1. Adanya pasangan yang melalaikan shalatnya
2. Adanya pasangan yang tidak pasif dalam bacaan Al-Qur’an
3. Adanya pasangan yang tidak peduli terhadap kegiatan sosial
4. Adanya pasangan yang merasa tidak dihargai
5. Adanya pasangan yang tidak nyaman untuk berbicara
6. Adanya pasangan yang tidak bisa menjalankan peran sebagai
suami istri
7. Adanya pasangan yang tidak mampu mengatur masalah ekonomi
11
8. Adanya pasangan yang merasa tidak diperhatikan oleh suami maupun istri
9. Adanya rasa tidak kepercayaan terhadap pasangan
10. Adannya anggota keluarga yang selalu ikut campur tangan
11. Adanya pasangan yang tidak mampu menahan diri (marah)
12. Adanya pasangan yang sulit untuk meminta maaf
13. Adanya pasangan yang selalu ingin menang sendiri
14. Adanya perselingkuhan terhadap pasangan
15. Adanya kekerasan terhadap pasangan
16. Adanya perceraian pada pasangan
C. Batasan masalah
Adapun batasan masalah penelitian ini adalah:
1. Batasan masalah umum
Batasan masalah umum penelitian ini adalah hubungan religiusitas dengan
penyesuaian pernikahan dini di Kabupaten Pesisir Selatan.
2. Batasan masalah khusus
Batasan masalah khusus penelitian ini adalah:
a. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan kebahagian suami istri
b. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan kemampuan untuk
memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat
c. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan kebersamaan
d. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian yang baik
dalam masalah keuangan
12
e. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian yang baik dari
pihak keluarga pasangan
f. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan kebahagian suami istri
g. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan kemampuan untuk
memperoleh kepuasaan pendapat
h. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan kebersamaan
i. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian yang baik dalam
masalah keuangan
j. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian yang baik dari
pihak keluarga pasangan
k. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan kebahagian suami istri
l. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan kemampuan untuk
memperoleh kepuasaan pendapat
m. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan kebersamaan
n. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan penyesuaian yang baik
dalam masalah keuangan
o. Hubungan dimensi simbolik (syariat) penyesuaian yang baik dari pihak
keluarga pasangan
13
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.
1. Rumusan Masalah Umum
Rumusan masalah umum penelitian ini adalah bagaimana hubungan
religiusitas dengan penyesuaian pernikahan dini di Kabupaten Pesisir Selatan?
2. Rumusan Masalah Khusus
Rumusan masalah khusus penelitian ini adalah:
a. Bagaimana hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan kebahagian
suami istri
b. Bagaimana hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan kemampuan
untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat
c. Bagaimana hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan kebersamaan
d. Bagaimana hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian
yang baik dalam masalah keuangan
e. Bagaimana hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian
yang baik dari pihak keluarga pasangan
f. Bagaimana hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan kebahagian suami
istri
g. Bagaimana hubungan dimensi subjektif (akhlak) dengan kemampuan
untuk memperoleh kepuasaan pendapat
h. Bagaimana hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan kebersamaan
14
i. Bagaimana hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian yang
baik dalam masalah keuangan
j. Bagaimana hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian yang
baik dari pihak keluarga pasangan
k. Bagaimana hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan kebahagian
suami istri
l. Bagaimana hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan kemampuan
untuk memperoleh kepuasaan pendapat
m. Bagaimana hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan kebersamaan
n. Bagaimana hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan penyesuaian
yang baik dalam masalah keuangan
o. Bagaimana hubungan dimensi simbolik (syariat) penyesuaian yang baik
dari pihak keluarga pasangan
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari peneliti ini adalah :
1. Tujuan Umum Penelitian
Adapun tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan religiusitas dengan penyesuaian pernikahan dini di
Kabupaten Pesisir Selatan.
2. Tujuan Khusus Penelitian
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan kebahagian suami istri
15
b. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan kemampuan untuk
memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat
c. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan kebersamaan
d. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian yang baik
dalam masalah keuangan
e. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian yang baik dari
pihak keluarga pasangan
f. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan kebahagian suami istri
g. Hubungan dimensi subjektif (akhlak) dengan kemampuan untuk
memperoleh kepuasaan pendapat
h. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan kebersamaan
i. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian yang baik dalam
masalah keuangan
j. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian yang baik dari
pihak keluarga pasangan
k. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan kebahagian suami istri
l. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan kemampuan untuk
memperoleh kepuasaan pendapat
m. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan kebersamaan
n. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan penyesuaian yang baik
dalam masalah keuangan
16
o. Hubungan dimensi simbolik (syariat) penyesuaian yang baik dari pihak
keluarga pasangan.
F. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu untuk memperkaya
pengembangan ilmu pengetahuan pada bimbingan dan konseling khususnya
pada bidang bimbingan dan konseling keluarga, untuk mengetahui hubungan
antara religiusitas dan penyesuaian pernikahan dini.
2. Manfaat praktis
a. Dapat menambah wawasan dari pembacanya khususnya pasangan yang
telah menikah tentang bagaimana penyesuaian dalam kehidupan
pernikahan bila dikaitkan dengan religiusitas dari pasangan hidup baik itu
suami atau istri.
b. Dapat menjadi referensi bagi pasangan-pasangan yang akan menikah
dalam melakukan penyesuaian pernikahan.
c. Dapat dijadikan referensi bagi praktisi bimbingan dan konseling
khususnya bagi konseling keluarga.
17
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Religiusitas
1. Pengertian Religiusitas
Agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan kata “Din,
millah syari’ah dalam bahasa arab dan semit, atau “Religion” (Inggris),
“la religion” (Perancis), “De religie” (Belanda), “Die religion” (Jerman).
Secara basaha istilah “Agama” berasal dari bahasa Sanskerta berasal dari
bahasa Sanskerta yang berarti “Tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun
temurun (Anwar, 2005:16). Akhir (2000:29) mengatakan bahwa agama
dalam bahasa Al-Qur’an “Din” diartikan sebagai agama. Kata din berasal
dari akar bahasa arab dyn mempunyai banyak arti pokok, yaitu: (1)
keberhutangan, (2) kepatuhan, (3) kekuasaan bijaksana, dan (4)
kecendrungan alami atau tendesi.
Religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh
keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam
penghayatan atas agama yang dianut. Arifin (2008:50) mengatakan bahwa
religiusitas meneliti dan menelaah kehidupan beragama seseorang dan
mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama dalam sikap dan
tingkah laku, serta keadaan hidup pada umumnya. Agama juga
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang.
17
18
Hal ini sesuai dengan pendapat Mangunwijaya (1982:14) bahwa
istilah religi atau agama berbeda dengan istilah religius. Agama merujuk
pada aspek forma yang berkaitan dengan aturan-aturan dan kewajiban-
kewajiban sedangkan religiusitas mengacu pada aspek religi yang dihayati
oleh individu di dalam hati.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
religiusitas merupakan suatu kepercayaan dan penghayatan yang dijadikan
sebagai pedoman dalam kehidupan agar terarahnya perilaku seseorang
sesuai ajaran yang telah ditetapkan.
2. Fungsi Agama
Menurut Daradjat (2002:23) agama memiliki beberapa fungsi
dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai berikut :
a. Sebagai pembimbing dalam hidup
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang
mencakup segala unsur-unsur pengalaman pendidikan dan keyakinan
yang didapat sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang
terbentuk suatu kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur
pokok terdiri dari pengalaman-pengalaman yang menentramkan batin
maka dalam menghadapi dorongan-dorongan, baik yang bersifat
biologis, maupun yang bersifat rohani dan sosial ia akan selalu wajar,
tenang dan tidak menyusahkan atau melanggar hukum peraturan
masyarakat di mana ia hidup.
19
Agama memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya
sampai kepada yang sebesar-besarnya, mulai dari hidup pribadi,
keluarga, masyarakat dan hubungan dengan Allah, bahkan dengan
alam semesta dan makhluk hidup yang lain.
b. Sebagai penolong dalam kesukaran
Kesukaran yang paling sering dihadapi oleh orang adalah
kekecewaan yang terlalu sering dihadapi dalam hidup yang, akan
membawa orang kepada perasaan rendah diri, pesimis dan apatis
dalam hidup, kekecewaan yang dialami akan sangat mengganggu
ketenangan batin. Setiap kekecewaan yang menimpa tidak akan
memikul batin, tidak akan mudah putus asa, akan tetapi dia akan
menghadapinya dengan tenang. Hal itu dia akan mudah ingat kepada
tuhannya dan menerima kekecewaan itu dengan sabar dan tenang.
Bagi orang yang beragama, kesukaran atau bahaya sebesar apapun
yang dihadapinya, namun ia akan waras dan sabar, karena dia merasa
bahwa kesukaran dalam hidup merupakan bagian dari cobaan Allah
kepada hambanya yang beriman.
c. Sebagai penenteram batin
Bagi jiwa yang gelisah agama akan memberi jalan dan siraman
penenang hati. Banyak orang yang mengalami kebingungan dalam
hidup selama masih belum beragama, ketika telah mengenal dan
menjalankan agama, ketenangan jiwa akan datang.
20
d. Sebagai pengendali moral
Moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian bagi orang
terutama dalam masyarakat. Moral adalah sangat penting di mana
kejujuran, kebenaran, keadilan, dan pengabdian. Semakin jauh
masyarakat dari agama, semakin susah memelihara moral orang dalam
masyarakat, dan semakin kacaulah suasana karena semakin banyak
pelanggaran-pelanggaran atas hak, hukum dan nilai moral.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
fungsi agama bagi kehidupan manusia yaitu sebagai pembimbing
dalam hidup, sebagai penolong dalam kesukaran, sebagai penentraman
batin, sebagai pengendali moral. Betapa besar perbedaan antara orang
beriman yang hidup menjalankan agama sesuai dengan aturan. Apabila
seseorang yang hidup beragama akan terlihat pada dirinya ketentraman
jiwa dan melaksanakan kehidupan penuh dengan kebahagian dunia
akhirat.
3. Dimensi-dimensi Religiusitas
Menurut Glock dan Stark, 1965 (Anwar, 2005:59), ada 5 dimensi
religiusitas (keagamaan) yaitu :
a. Ritual
Berkenaan dengan upacara-upacara keagamaan ritus-ritus
religius, seperti, shalat, misa atau kebaktian.
21
b. Mistikal
Pengalaman keagamaan yang meliputi paling sedikit tiga aspek
concern, cognition, trust, dan fear (keinginan untuk mencari makna
hidup, kesadaran akan kehadiran Yang Maha Kuasa, tawakal, dan
takwa)
c. Ideologikal
Mengacu kepada serangkaian kepercayaan yang menjelaskan
eksistensi manusia Tuhan dan Mahluk Tuhan yang lain. Pada dimensi
inilah, orang Islam memandang manusia sebagai khalifatullah filardhi.
d. Intelektual
Menunjukkan tingkat pemahaman orang terhadap agamanya,
tentang ajaran-ajaran agama yang diperlukan.
e. Sosial
Manisfestasi ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat.
Berkaitan dengan pengalaman agama (atau masyarakat) yang melihat
komunikasi dalam masyarakat.
Perspektif Islam tentang religiusitas dijelaskan pada surat Al-Baqarah :
(208), yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islamsecara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkahsyeitan. Sesungguhnya syeitan itu musuh nyata bagimu” (Al-Baqarah: 208).
22
Pemahaman Islam sebagai sebuah agama, terdapat tiga paradigma
yang bisa dikembangkan :
1. Agama dalam dimensi subjektif, yaitu kesadaran keimanan umat (aqidah).
2. Agama dalam dimensi objektif, yaitu berupa ilmiah atau perilaku pemeluk
agama (akhlak).
3. Agama dalam dimensi simbolik, yaitu ajaran keagamaan atau disebut
dengan (syariat).
Ketiga dimensi tersebut merupakan satu kesatuan yang integral. Apabila
perilaku umat Islam tidak mampu mencerminkan ketiga dimensi tersebut, ia
tidak akan mampu menghayati dan menjadikan agama Islam sebagai alternatif
terapi dalam berbagai persoalan hidup yang dihadapinya (Sururin, 2004:180-
181).
Selanjutnya Anwar (2006:89) Islam pada hakikatnya aturan Allah
yang terdapat dalam kitab Allah meliputi perintah-perintah dan larangan-
larangan serta petunjuk-petunjuk supaya menjadi pedoman hidup. Secara
umum aturan itu meliputi beberapa hal pokok, yaitu aqidah, syariah, dan
akhlak sebagai berikut :
a) Aqidah
Aqidah Islam berisikan ajaran tentang apa saja yang mesti
dipercayai, diyakini dan diimani oleh setiap orang Islam. Agama Islam
bersumber kepada kepercayaan dan keimanan kepada Tuhan, percaya
tentang keberadaan dan hakikat Allah SWT, malaikat, Nabi dan Rasul,
23
surga dan neraka, qadha dan qadar. Aqidah merupakan sistem
kepercayaan yang mengikat manusia Islam. Seorang manusia disebut
muslim manakala dengan penuh kesadaran dan ketulusan bersedia terikat
dengan sistem kepercayaan Islam. Aqidah merupakan landasan segala
bentuk aktivitas, sikap, pandangan dan pegangan hidup. Setiap apa yang
dilakukan oleh seorang muslim harus didasari dengan niat membuktikan
bahwa Allah itu memang ada.
b) Syariah
Ilmu syariah adalah ilmu yang mengkaji tentang hukum-hukum
yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan penciptanya dan
antara sesama manusia. Seberapa tingkat kepatuhan umat muslim untuk
mengejarkan apa yang diperintahkan oleh Allah. Ibadah ini yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah digariskan
Allah SWT, seperti thaharah, shalat, puasa, zakat dan haji, membaca al-
Qur’an, doa, dan zikir, ibadah qurban dan sebagainya.
c) Akhlak
Akhlak merupakan sikap yang muncul dari jiwa yang berhubungan
dengan pemeliharaan dan kebaikan diri untuk berelasi dengan dunia
terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Beberapa akhlak terhadap
diri sendiri yaitu sabar, syukur, tawadhu, benar, dan amanah. Sedangkan
akhlak terhadap orang lain di antaranya yaitu menghormati dan
24
menghargai, kerjasama, mematuhi aturan yang ada, berjuang untuk hidup
yang sukses.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap
agama memiliki dimensi-dimensi agama yang patut untuk dipatuhi apa
yang telah diperintahkan yaitu dimensi ritual, mistikal, ideologikal,
intelektual, sosial.
Jadi, religiusitas merupakan satu kesatuan yang mengacu pada
aspek religi dihayati oleh individu di dalam hati. Religiusitas memiliki
dimensi yang akan menuntun individu dalam menghadapi persoalan
hidupnya, yaitu dimensi subjektif (aqidah), dimensi objektif (akhlak), dan
dimensi simbolik (syariat).
B. Penyesuaian Pernikahan Dini
1. Pengertian Pernikahan
Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Kuasa (Walgito, 2002:22).
Menurut Azis, 1996 (Riyadi, 2013:329) dalam Ensiklopedia
Hukum Islam, perkawinan (menghimpun atau mengumpulkan). Salah satu
upaya untuk menyalurkan naluri seksual suami istri dalam sebuah rumah
tangga sekaligus sarana untuk menghasilkan keturunan yang menjamin
kelangsungan eksistensi manusia di atas bumi. Riyadi (2013:306)
25
mengatakan pernikahan adalah sebuah aqad (perikatan) yang dikukuhkan
dengan penerimaan mahar kepada pengantin perempuan terhadap
perkawinan tersebut.
Menurut Walgito, 2004 (Riyadi, 2013:12) dalam pernikahan
adanya ikatan lahir batin, yang berarti bahwa dalam pernikahan itu perlu
adanya ikatan tersebut kedua-duannya. Ikatan lahir adalah ikatan yang
menampak, ikatan formal sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada.
Oleh karena itu pernikahan pada umumnya diinformasikan kepada
masyarakat dapat mengetahuinya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pernikahan adalah akad yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu
antara seorang pria dan seorang wanita untuk sama-sama mengikat diri,
bersama dan saling kasih mengasihi dalam membentuk keluarga yang
bahagia.
2. Pernikahan dalam Islam
Islam merupakan agama yang universal. Islam sangat
menganjurkan sekali untuk melakukan pernikahan karena dengan adanya
pernikahan akan membersihkan dari dosa dan kesalahan. Dengan
melaksanakan pernikahan maka salah satu segi yang digariskan agama
dapat di penuhi. Sebagai makhluk yang dititahkan di dunia secara
berpasang-pasangan, maka atas dasar kenyataan tersebut, sudah
26
dikodratkan bahwa antara pria dan wanita itu perlu melakukan pernikahan
(Walgito, 2002:22).
Perspektif Islam tentang pernikahan sebenarnya jauh lebih integral
dan komprehensif daripada itu, karena Allah telah menjadi pernikahan
sebagai penenang dan penentram. Saking pentingnya pernikahan,
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menganggapnya sebagai separuh
dari agama (Shalih, 2005:31)
Menurut Shihab, 2000 (Riyadi, 2013:60) pernikahan mempunyai
landasan hukum yang kuat baik di dalam Al-Qur’an dan sunah Begitu
besar hikmah yang terkandung dalam pernikahan. Dengan melakukan
perkawinan, manusia akan mendapatkan kepuasan jasmaniah dan
rohaniah, yaitu kasih sayang, ketenangan, ketentraman, dan kebahagian
hidup
Menurut Ramulyo (Komplikasi Hukum Islam) perkawinan
merupakan akad yang sangat kuat untuk menaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk
mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah dalam hidupnya
sampai akhir hayatnya yakni ketenangan dan kebahagian yang kekal,
keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah atau keluarga yang tentram,
penuh cinta kasih, dan mendapatkan rahmat Allah adalah wujud keluarga
yang memang diamanatkan oleh Allah tentunya menjadi dambaan setiap
muslim. Sebagaimana sabda Rasullah SAW. Bahwa dengan menikah lebih
27
dapat menutup pandangan mata yang buruk (zina mata) dan lebih menjaga
kemaluan. Memelihara diri dari perbuatan yang dilarang Allah termasuk
perbuatan taqwa dan ibadah. (Riyadi, 2003:78).
Selanjutnya menurut Abdullah (2005:22) pernikahan dalam Islam
tidak semata-mata hanya memuaskan hasrat biologis masing-masing atau
juga hanya untuk mendapatkan keturunan semata-mata. Islam
mengiginkan agar pemeluknya melakukan pernikahan hingga
mendapatkan keturunan yang sah serta sehat jasmani, rohani dan sosial
sehingga hal itu akan mempererat serta membangun hari depan individu,
keluarga dan masyarakat yang lebih baik.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Islam sangat menganjurkan setiap umatnya untuk melakukan pernikahan
sehingga terwujudnya keluarga yang bahagia. Allah juga telah menjadikan
pernikahan sebagai penenang dan penenteram dalam kehidupan. Dengan
adanya pernikahan, akan terbentuk keluarga yang melindungi dan
mencurahkan kasih sayang.
3. Pengertian Penyesuaian Pernikahan
Menurut Schneider (Muchlisah, 2012:105) penyesuaian
pernikahan adalah suatu seni dalam hidup yang terbingkai dalam kerangka
tanggung jawab, hubungan, dan harapan hal-hal yang mendasar dalam
pernikahan. Penyesuaian pernikahan merupakan proses modifikasi,
adaptasi, mengubah individu dan pola pasangan dalam berprilaku dan
28
berinteraksi untuk mencapai kepuasan maksimal dalam hubungan
perkawinan menurut De Genova & Rice, (Muchlisah, 2012:105).
Satoto, 2008 (Muchlisah, 2012:106) menjelaskan bahwa secara
psikologis, seseorang yang usianya tergolong dewasa akan lebih siap
secara emosional untuk menikah dibanding seseorang yang usia lebih
muda. Karena remaja memiliki mental yang masih labil, remaja cenderung
masih mudah terpengaruh dengan kondisi di sekelilingnya, belum mampu
menyesuaiakan diri dalam waktu singkat, bahkan memecahkan masalah
yang akan dihadapi. Tingkat penyesuaian pernikahan yang menikah usia
remaja, lebih rendah dibanding dengan penyesuaian pernikahan dewasa.
Hal ini dikarenakan pula bahwa remaja tidak banyak dipersiapkan khusus
untuk hidup dalam pernikahan, kecuali persiapan yang dilakukan dalam
waktu singkat. Mappiare, 1982 (Muchlisah, 2012:108).
Pasangan suami istri usia dini harus banyak belajar tentang
pasangan masing-masing dan diri sendiri yang mulai dihadapkan dengan
berbagai masalah. Dua kepribadian (suami maupun istri) untuk dapat
sesuai satu sama lainnya, dapat memberi dan menerima.
Selanjutnya Hurlock, 2002 (Suryanto, 2006:199) pentingnya
penyesuaian dan tanggung jawab sebagai suami istri dalam sebuah
pernikahan akan berdampak pada keberhasilan hidup dalam berumah
tangga. Keberhasilan dalam hal ini mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap adanya kepuasan dalam hidup pernikahan, mencegah
29
kekecewaan dan perasaan-perasaan bingung, sehingga memudahkan
seseorang untuk menyesuaikan diri dalam kedudukannya sebagai suami
atau istri dan kehidupan lain di luar rumah tangga. penyesuaian
pernikahan merupakan perubahan sikap dan tingkah laku pada masing-
masing pasangan suami istri yang menguntungkan untuk memenuhi
harapan atau tujuan pernikahan.
Menurut Calhoun & Acocella, 1995 (Lestari, 2012:10). Banyak
keluarga yang berantakan ketika terjadi kegagalan dalam relasi suami istri.
Kunci bagi kelanggengan pernikahan adalah keberhasilan melakukan
penyesuaian di antara pasangan. Penyesuaian ini bersifat dinamis dan
memerlukan sikap dan cara berfikir yang luwes.
Selanjutnya Sanford (1994:166) mengatakan dalam sebagian besar
perkawinan, penyesuaian penting dilakukan dan akan timbul suatu pola
khusus baru terhadap pasangan. Pasangan akan mulai mengerti bahwa
asumsi-asumsi yang diporeh itu berasal dari orangtua untuk menyesuaikan
diri terhadap pasangan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian pernikahan merupakan proses membiasakan diri atau proses
beradapsi diantara dua individu (suami maupun istri) untuk memenuhi
harapan atau tujuan pernikahan dan memecahkan masalah yang muncul
dalam pernikahan.
30
4. Tahapan Penyesuaian Pernikahan
Menurut Hurlock (2012:290) selama tahun pertama dan kedua
pekawinan pasangan suami istri biasanya harus melalui beberapa
penyesuaian antara lain :
a. Penyesuaian dengan pasangan
Hubungan interpersonal memainkan peran yang penting dalam
pernikahan. Dalam penyesuaian pernikahan yang baik adalah
kesanggupan dan kemampuan sang suami dan istri untuk berhubungan
mesra dan saling memberi dan menerima cinta.
b. Penyesuaian seksual
Masalah ini merupakan salah satu penyebab yang
mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagian pernikahan apabila
kesepakatan ini tidak dapat dicapai dengan memuaskan. Penyesuaian
seksual bagi wanita cenderung lebih sulit untuk mengakhirinya secara
memuaskan dikarenakan wanita sejak masa bayi disosialisasikan
untuk menutupi dan menekan gejolak seksualnya dan tidak dapat
segera berubah untuk tidak malu-malu menunjukan rasa nikmat seperti
perubahan sikap yang disarankan oleh budaya suami.
c. Penyesuaian keuangan
Uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian
diri dengan pernikahan. Suami dan istri harus mampu menyesuaikan
pemasukan dan pengeluaran dengan kebiasaan-kebiasaan karena
31
sering kali permasalah keuangan menjadi awal percecokan antara
suami dan istri.
d. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan
Penyesuaian diri dengan keluarga dan anggota keluarga
pasangan dengan usia yang berbeda, mulai dari bayi, hingga
nenek/kakek, yang kerapkali mempunyai minat dan nilai yang
berbeda, bahkan berbeda dari segi pendidikan, budaya latar belakang
sosialnya. Suami istri harus mempelajari dan mempelajari dan
menyesuaikan diri bila tidak menginginkan hubungan yang tegang
dengan sanak saudara
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tahap dalam penyesuaian dalam perkawinan itu adalah penyesuaian
dengan pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan, dan
penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Pernikahan
Menurut Papalia (2009:198-199) konflik yang mendasari
pernikahan adalah perbedaan dalam apa yang diharapkan perempuan dan
laki-laki dari pernikahan perempuan yang cenderung lebih mementingkan
keekspresifan emosional dalam pernikahan. Bahwa faktor yang
mempengaruhi penyesuaian pernikahan adalah tingkat pendidikan,
bagaimana mereka saling mengenal atau berkencan sebelum menikah,
ekonomi keluarga, rasa cinta, hormat, percaya, komunikasi, kecocokan,
32
komitmen, dan kepercayaan agama, persatuan dua pribadi yang berbeda,
yang di dalamnya akan banyak terdapat perbedaan yang muncul, latar
belakang masing-masing pasangan, terutama menyangkut hal yang
mendasari pasangan suami istri untuk menikah. Faktor penting yang kelak
mempengaruhi kualitas pernikahan seseorang, pola interaksi dan
komunikasi suami istri, orangtua, dan anak mempengaruhi persepsi dan
sikap terhadap perannya Rini, 2002 (Suryanto, 2006:205).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan yaitu tingkat
pendidikan, bagaimana mereka saling mengenal atau berkencan sebelum
menikah, ekonomi keluarga, rasa cinta, hormat, percaya, komunikasi,
kecocokan, komitmen, dan kepercayaan agama, persatuan dua pribadi
yang berbeda, yang di dalamnya akan banyak terdapat perbedaan yang
muncul, latar belakang masing-masing pasangan, terutama menyangkut
hal yang mendasari pasangan suami sitri untuk menikah.
6. Kriteria Keberhasilan Penyesuaian Pernikahan
Menurut Hurlock (2012:299) keberhasilan dalam penyesuaian
pernikahan yaitu :
a. Kebahagian suami-istri
Suami dan istri yang bahagia akan memperoleh kebahagian
bersama akan membuahkan kepuasan yang diperoleh dari peran yang
dimainkan. Mereka juga mempunyai cinta yang matang dan mantap.
33
Mereka juga dapat melakukan penyesuaian seksual dengan baik serta
dapat menerima peran sebagai orangtua.
b. Hubungan yang baik antara anak dan orangtua
Apabila anak baik antara anak dengan orangtua itu
mencerminkan keberhasilan penyesuaian pernikahan terhadap masalah
tersebut. Apabila hubungan antara anak dengan orangtuanya buruk,
maka suasana rumah tangga akan diwarnai perselisihan yang
menyebabkan penyesuaian pernikahan menjadi sulit.
c. Penyesuaian yang baik dari anak-anak
Ketika anak dapat menyesuaikan dirinya dengan baik dengan
teman-temannya maka ia akan sangat disenangi oleh teman sebayanya,
ia akan berhasil dalam belajar dan merasa bahagia disekolah. Itu
merupakan bukti nyata keberhasilan proses penyesuaian kedua
orangtuanya terhadap pernikahan dan perannya sebagai orangtua.
d. Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat
Perbedaan pendapat di antara anggota keluarga yang tidak
dapat dielakkan, biasanya berakhir dengan salah satu dari tiga
kemungkinan yaitu: adanya ketegangan tanpa pemecahan, salah satu
mengalah demi perdamaian masing-masing anggota keluarga mencoba
untuk saling mengerti pandangan dan pendapat orang lain.
34
e. Kebersamaan
Jika penyesuaian pernikahan dapat berhasil, maka keluarga
dapat menikmati waktu yang digunakan untuk berkumpul bersama.
Apabila hubungan keluarga telah dibentuk dengan baik pada awal-
awal tahun pernikahan, maka akan mengikat tali persahabatan yang
erat dalam sebuah rumah tangga.
f. Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan
Dalam keluarga pada umumnya salah satu sumber perselisihan
dan kejengkelan adalah sekitar masalah keuangan. Bagaimanapun
besarnya pendapatan, keluarga perlu mempelajari cara membelanjakan
pendapatannya sehingga mereka dapat menghindari utang yang selalu
melilit agar di samping itu mereka dapat menikmati kepuasan atas
usahanya dengan cara yang sebaik-baiknya, daripada menjadi seorang
istri yang selalu mengeluh karena pendapatan suami tidak memadai.
Bisa juga dia bekerja untuk membantu pendapatan suaminya demi
pemenuhan kebutuhan keluarga.
g. Penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan
Apabila suami istri mempunyai hubungan yang baik dengan
pihak keluarga pasangan, khususnya mertua, ipar laki-laki dan ipar
perempuan, kecil kemungkinannya untuk terjadi percekcokan dan
ketegangan hubungan dengan mereka.
35
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kriteria penyesuaian pernikahan adalah kebahagian suami istri,
hubungan yang baik antara anak dan orangtua, penyesuaian yang baik
dari anak-anak, kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari
perbedaan pendapat, kebersamaan, penyesuaian yang baik dalam
masalah keuangan, penyesuaian yang baik dari pihak keluarga
pasangan.
Jadi penyesuaian pernikahan adalah proses interaksi antara dua
individu (suami maupun istri) untuk memenuhi tujuan dan harapan
dengan hal tersebut keberhasilan penyesuaian pernikahan karena
adanya kebahagian suami dan istri, kemampuan untuk memperoleh
kepuasan dari perbedaan pendapat, kebersamaan, penyesuaian dalam
masalah keuangan dan penyesuaian yang baik dari pihak keluarga
pasangan.
C. Hubungan Religiusitas dengan Penyesuaian Pernikahan Dini
Masa remaja memiliki tugas perkembangan yang dilakukan sesuai
dengan tahapan perkembangan. Salah satu tugas perkembangan yang harus
dilakukan oleh individu yang berada pada masa remaja adalah berkenaan
dengan kehidupan berkeluarga (Ali, 2012:169). Remaja dapat memilih
pasangan hidup dan belajar untuk hidup dalam pernikahan (Fitriah, 2014:
100). Dengan usia yang begitu muda tentu merupakan hal yang tidak mudah
36
untuk membangun sebuah rumah tangga terutama menyesuaikan diri dalam
menjalankan peran masing-masing.
Banyak masalah baru yang harus dihadapi oleh suami istri. Salah satu
dari sekian banyak masalah yaitu berhubungan dengan penyesuaian diri dalam
berbagai aspek kehidupan terutama dalam menyesuaikan diri dalam
kehidupan pernikahan.
Satoto, 2008 (Muchlisah, 2012:106) menjelaskan bahwa secara
psikologis, seseorang yang usianya tergolong dewasa akan lebih siap secara
emosional untuk menikah dibanding seseorang yang usia lebih muda. Karena
remaja memiliki mental yang masih labil. Remaja cenderung masih mudah
terpengaruh dengan kondisi di sekelilingnya, belum mampu menyesuaikan
diri dalam waktu singkat, bahkan memecahkan masalah yang akan dihadapi.
Menurut Mappiare, 1982 (Muchlisah, 2012:107) tingkat penyesuaian
perkawinan yang menikah usia remaja, lebih rendah dibanding dengan
penyesuaian perkawinan dewasa. Hal ini dikarenakan bahwa remaja tidak
banyak dipersiapkan khusus untuk hidup dalam perkawinan, kecuali persiapan
yang dilakukan dalam waktu singkat. Ini cukup beralasan karena selama tahun
pertama dan kedua perkawinan, pasangan muda harus melakukan penyesuaian
diri satu sama lain terhadap anggota keluarga masing-masing. Sementara
ketegangan emosional masih sering timbul pada mereka.
Lestari (2012:10) mengatakan kunci bagi kelanggengan pernikahan
adalah keberhasilan melakukan penyesuaian pernikahan antara suami dan
37
istri. Keduannya sama-sama menunjuk pada suatu perasaan positif yang
dimiliki pasangan dalam perkawinan yang maknanya lebih luas dari pada
kenikmatan, kesenangan dan kesukaan. Penyesuaian pernikahan bukan
merupakan hal yang mudah. Memiliki latar belakang yang berbeda seperti
nilai, sifat, karakter atau kepribadian, agama, suku bangsa serta kelebihan dan
kelemahan. Semua aspek tersebut akan mempengaruhi dalam berpikir,
bersikap atau bertindak (Hurlock, 2012:292). Berdasarkan yang dikemukakan
oleh Hurlock karakteristik yang mendukung penyesuaian dalam perkawinan
yaitu meliputi diantaranya agama. Pasangan manusia yang menikah dengan
memenuhi syarat-syarat sesuai perintah agama dan hukum negara akan
berdampak baik bagi semua pihak.
Selanjutnya Sarwono (2012:109) pada masa remaja atau usia dini
mereka sudah mempunyai suatu pandangan hidup, yang didasarkan pada
agama, yang beranggapan bahwa agama sebagai pedoman dalam hidup.
Apabila orang yang sudah berkeluarga, umumnya ia kembali kepada agama
dan menaruh perhatian yang cukup terhadap agamanya (Hurlock, 2012:257).
Dalam hal ini, penyesuaian pernikahan bukan hal yang gampang untuk
dilakukan memang memerlukan acuan yang berpedoman dalam kehidupan
salah satunya yaitu dengan pendekatan keberagamaan atau religiusitas. Salah
satunya adalah agama Islam merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah
SWT kepada Rasul-Nya untuk umat manusia yang merupakan suatu sistem
yang mengatur segala aspek hidup manusia dengan alam semesta untuk
38
mewujudkan kebahagian dunia akhirat dalam rangka mencapai keridhaan
Allah SWT (Anwar, 2005:21).
Pernikahan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama,
sehingga perkawinan mempunyai unsur lahir/jasmani, tetapi unsur
batin/rohani juga mempunyai peran penting terhadap agama. Perkawinan juga
bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang Sakinah,
Mawaddah dan Rahmah (Ramulyo, 1996:3).
Islam memotivasi dan menganjurkan untuk melakukan pernikahan
pada hakekatnya, pernikahan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan
agar terbentuknya bahtera rumah tangga yang sejahtera dan tentaram (Shalih,
2005:31). Banyak firman Allah yang membicarakan mengenai pernikahan,
begitu juga dengan hadis yang merupakan sabda Rasulullah SWA.
“Dan salah satu jenis kekuasaan-Nya adalah dia menciptakan pasanganuntukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenang padannya.Dia juga menyediakan rasa kasih sayang di antara kamu. Sungguh,dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir.” (Ar-Rum:21).
“Nikahilah orang yang sendirian di antara kamu dan hamba sahayamu,baik itu laki-laki maupun perempuan, yang saleh dan telah pantasmenikah. Jika mereka miskin, Allah akan membuat mereka kaya dengankarunia-Nya. Allah maha luas pemberian-Nya dan maha mengetahui.”(An-Nur: 32).
“Wahai para pemuda, jika kamu sudah memiliki kemampuan untukmenikah, menikahlah. Untuk menjaga pandangan mata dankehormatanmu. Jika dia belum mampu hendak lah kamu berpuasa.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
39
“Jika seseorang telah menikah, dia telah melengkapi agamanya.Hendaklah bertaqwa kepada Allah dalam separuhnya lagi.” (HR. Al-Baihaqi dan Al-Hakim).
“Orang yang menikah dengan dilandasi keyakinan dan pengharapankepada Allah, pasti akan ditolong dan diberkahi-Nya.” (HR. Ath-Thabarani).
Kewajiban suami kepada istri adalah menghormati, berperilaku dan
bergaul dengan baik, menyenangkan istri, menanggung dan bersabar atas
keburukan yang ada pada istri, bergurau dan bercanda, mengangkat level istri,
memberi nafkah kepada istri. Begitu juga dengan istri wajib taat kepada
suami selama tidak disuruh untuk melakukan maksiat, menjaga kehormatan
diri, dan menjaga hartanya, tidak melakukan hal yang tidak disukai, seperti
bermuka masam dan berpenampilan buruk di depannya, tidak boleh keluar
rumah kecuali seizin suami, tidak menolak jika melakukan bersetubuh,
memanggil suami dengan panggilan yang disukai, dan tidak menerima tamu
yang tidak disukai suami (Shalih, 2005:243).
Beberapa dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan
merupakan pokok yang paling penting dalam pandangan agama Islam. Allah
sangat menganjurkan agar umatnya melakukan pernikahan dengan adanya
pernikahan maka hak dan kewajiban pasangan akan terpenuhi. Agama juga
telah mengatur peran suami dan istri. Ketika suami istri mampu menjalankan
peran dengan baik maka akan tercipta keluarga yang bahagia. Oleh karena itu
dalam Al-Qur’an, hadis, pernikahan itu sangat ditekankan oleh agama.
40
Mewujudkan kebahagian dalam keluarga harus dilandasi dengan
keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT sehingga pasangan yang ingin
membangun keluarga bahagia apabila dilandasi nilai-nilai ketauhidan akan
mencapai kebahagian yang di harapkan. Selanjutnya Lestari (2012:15)
mengatakan bahwa spiritualitas dan keimanan merupakan dimensi yang
paling kuat bagi pengalaman manusia. Keyakinan spiritual memberi landasan
bagi nilai-nilai yang dipegang dan perilaku sebagai individu dan pasangan.
Keyakinan spiritual dapat menjadi pondasi terpenting bagi kebahagian
pasangan. Hal ini dapat terjadi apabila pasangan menyadari bahwa keimanan
memberikan makna dalam hidup. Keimanan juga dapat menjadi tempat
berlindung manakala berada dalam situasi tidak berdaya, terpuruk, menderita
setelah mengalami tragedi.
Keluarga akan bahagia ketika melaksanakan seluluh aktivitas
berdasarkan perintah Allah dan petunjuk Sang pencipta Alam. Dalam sebuah
perkawinan, anggota keluarga tentunya memiliki hak dan kewajiban sesuai
dengan peran masing-masing. Peran masing-masing hendaknya dilaksanakan
sesuai dengan fungsi dan kemampuannya. ketika individu mulai memasuki
rumah tangga baru maka suami dan istri memasuki peran baru. Setiap anggota
keluarga melaksanakan perannya dalam rangka saling mengisi dan
melengkapi kebutuhannya (Helmawati, 2014:286).
Pernikahan yang sukses adalah yang dibangun di atas aspek-aspek
spiritual, moral, dan religius. Pernikahan yang dibangun atas pondasi agama
41
akan kukuh, kuat, dan aman dari ancaman kehancuran. Pernikahan yang
didasari pertimbangan agama akan langgeng sebab, agama adalah petunjuk
bagi akal dan hati. Jadikan lah agama sebagai prioritas utama dalam
membangun rumah tangga. Bahwa kebahagian kita terletak pada upaya
menerapkan ajaran tuhan, tidak tersisa lagi harapan bagi kita kecuali dengan
mewujudkan keluarga yang islami (Shalih, 2005:83).
Adanya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tercemin
dalam agama yang dianut, akan memberikan tuntunan ataupun bimbingan
kepada orang yang memeluknya. Agama akan menutun ataupun bimbingan
kepada orang yang memeluknya. Agama akan menuntun ke hal-hal yang baik,
ke hal-hal yang tidak tercela, sehingga dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa makin kuat agama seseorang menganut agamanya, maka orang
tersebut akan mempunyai sikap yang mengarah ke hal-hal yang baik. Dengan
demikian pula kalau hal ini dikaitkan pula dengan perkawinan, maka agama
yang dianut oleh masing-masing anggota pasangan akan memberikan
tuntunan atau bimbingan bagaimana bertindak secara baik. Banyak tindakan
yang dapat dicegah pelaksanaannya karena dilatar belakangi oleh kuatnya
agama yang dianutnya (Walgito, 2002:54).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan
harus dilandasi dengan pondasi agama. Terutama kepada keluarga yang baru
menikah, untuk melakukan penyesuaian pernikahan antara suami dan istri
42
diwajibkan mampu menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan peran
masing-masing maka terciptalah kehidupan rumah tangga yang bahagia.
Jadi, dari beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli yang
menyatakan bahwa religiusitas merupakan salah satu sumber yang
mempengaruhi penyesuaian dalam perkawinan telah dibuktikan dengan
adanya penelitian yang dilakukan Debby Faura Donna dengan judul
“Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan yang Menikah Tanpa Proses
Pacaran (ta’aruf)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehidupan
perkawinan mereka berjalan dengan baik hal ini berdasarkan pada pasangan
yang selalu mengedepankan ajaran agama dalam kehidupan perkawinan.
Mereka juga mampu menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami istri
dalam perkawinan. Serta penelitian yang dilakukan oleh Cinde Anjani
Suryanto tentang “Pola Penyesuaian Perkawinan pada Periode Awal”
pasangan mengalami hidup penuh bahagia, karena didasari dengan proses
adaptasi yang baik sehingga mencapai pada tahap kebahagiaan yang
sesungguhnya. Dari berbagai penelitian di atas menunjukkan bahwa adanya
hubungan religiusitas dengan penyesuaian pernikahan.
Dengan hal itu, teori religiusitas diambil dari dua teori yaitu menurut
sururin (2004:180) dan Anwar (2006:89). Selanjutnya penyesuaian
pernikahan diambil dari teori Hurlock (2012:299).
43
D. Kerangka Pikir
Penelitian ini mengungkapkan hubungan religiusitas dengan
penyesuaian pernikahan dini. Kerangka pikir di bawah menggambarkan
bahwa religiusitas dapat mempengaruhi penyesuaian pernikahan.
Gambar 1. Hubungan Religiusitas dengan Penyesuaian PernikahanDini Di Kabupaten Pesisir Selatan.
Religiusitas(X I)
Penyesuaian PernikahanDini(Y I)
Profil Masyarakat
Dimensi subjektif(aqidah) (XI. 1)
Dimensi objektif(akhlak) (XI. 2)
Dimensi simbolik(syariat) (XI. 3)
Kebahagian suami istri (YI. 1)
Kemampuan untukmemperoleh kepuasan dariperbedaan pendapat (YI. 2)
Kebersamaan (YI. 3)
Penyesuaian yang baik daripihak keluarga pasangan (YI. 5)
Penyesuaian yang baik dalammasalah keuangan (YI. 4)
44
Keterangan :
Kerangka pikir dirancang secara mandiri, berdasarkan teori/rujukan
Sururin (2004:180), Hurlock (2012:299). Kerangka pikir di atas, dapat dilihat
bahwa penelitian ini mengungkapkan religiusitas (variabel X) dengan
penyesuaian pernikahan (variabel Y) dini di Kabupaten Pesisir Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan apakah terdapat hubungan
religiusitas dengan penyesuaian pernikahan dini.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Penelitian Umum
Ha: Ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan
penyesuaian pernikahan dini di Kabupaten Pesisir Selatan dengan korelasi
0.521 keeratan kuat.
2. Hipotesis Penelitian Khusus
a. Hubungan dari setiap per indikator korelasi indikator dimensi subjektif
(aqidah) dengan kebahagian suami istri dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi sebesar 0,419 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara dimensi subjektif (aqidah) dengan kebahagian suami istri
dengan kategori keeratan korelasi kuat.
b. Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) dengan kemampuan
memperoleh perbedaan pendapat, dapat digambarkan bahwa diperoleh
yaitu sebesar 0,293 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
45
antara dimensi subjektif (aqidah) dengan kemampuan memperoleh
perbedaan pendapat, dengan kategori keeratan korelasi kuat.
c. Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) dengan kebersamaan,
diperoleh sebesar 0,429 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara dimensi subjektif (aqidah) dengan kebersamaan, dengan
kategori keeratan korelasi kuat.
d. Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian
masalah keuangan, diperoleh sebesar 0,157, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara dimensi subjektif (aqidah) dengan
penyesuaian masalah keuangan, dengan kategori keeratan korelasi
sangat lemah.
e. Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian dari
pihak keluarga, diperoleh sebesar 0,378 dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara dimensi subjektif (aqidah) dengan
penyesuaian dari pihak keluarga dengan kategori keeratan korelasi
lemah.
f. Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) dengan kebahagian suami
istri, diperoleh sebesar 0,598, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara dimensi objektif (akhlak) dengan kebahagian suami
istri dengan kategori keeratan korelasi kuat.
g. Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) dengan kemampuan
memperoleh perbedaan pendapat, diperoleh sebesar 0,393, dapat
46
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi objektif
(akhlak) dengan kebahagian suami istri dengan kategori keeratan
korelasi lemah.
h. Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) dengan kebersamaan,
diperoleh sebesar 0,488, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara dimensi objektif (akhlak) dengan kebersamaan dengan kategori
keeratan korelasi lemah.
i. Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian
masalah keuangan, diperoleh sebesar 0,271 dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara dimensi objektif (akhlak) dengan
penyesuaian masalah keuangan dengan kategori keeratan korelasi
sangat lemah.
j. Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian dari
pihak keluarga, diperoleh sebesar 0,477, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara dimensi objektif (akhlak) dengan
penyesuaian dari pihak keluarga dengan kategori keeratan korelasi
kuat.
k. Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) dengan kebahagian
suami istri, diperoleh sebesar 0,338, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara dimensi simbolik (syariat) dengan kebahagian suami
istri dengan kategori keeratan korelasi lemah.
47
l. Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) dengan kemampuan
memperoleh perbedaan pendapat, diperoleh sebesar 0,231, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi simbolik
(syariat) dengan kemampuan memperoleh perbedaan pendapat dengan
kategori keeratan korelasi sangat lemah.
m. Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) dengan kebersamaan,
diperoleh sebesar 0,276, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara dimensi simbolik (syariat) dengan kebersamaan dengan
kategori keeratan korelasi sangat lemah.
n. Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) dengan penyesuaian
masalah keuangan, diperoleh sebesar 0,447, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara dimensi simbolik (syariat) dengan
penyesuaian masalah keuangan dengan kategori keeratan korelasi
kuat.
o. Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) dengan penyesuaian dari
pihak keluarga, diperoleh sebesar 0,223, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara dimensi simbolik (syariat) dengan
penyesuaian dari pihak keluarga dengan kategori keeratan korelasi
sangat lemah.
.
48
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Alhamdulillah penelitian ini telah dilaksanankan pada bulan Juni
tahun 2016. Adapun tempat atau lokasi untuk melaksanakan penelitian ini
adalah di Nagari Lumpo Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.
Alasan peneliti memilih tempat ini karena ditemukan masalah yang terkait
dengan penyesuaian pernikahan dini sehingga terjadinya konflik seperti,
adanya pasangan yang melalaikan shalatnya, pasangan yang tidak pasif dalam
bacaan Al-Qur’an, pasangan yang tidak peduli terhadap kegiatan sosial,
pasangan yang merasa tidak dihargai, tidak nyaman untuk berbicara, tidak
mampu menjalankan peran masing-masing, tidak mampu mengatur ekonomi
(keuangan), tidak ada perhatian terhadap pasangan, tidak adannya
kepercayaan terhadap pasangan, anggota keluarga yang selalu campur tangan,
ketidak mampuan menahan diri (marah), sulit untuk minta maaf, ingin
menang sendiri, selingkuh, kekerasan dalam keluarga, maka peneliti tertarik
untuk meneliti hubungan religiusitas dengan penyesuaian pernikahan dini di
Kabupaten Pesisir Selatan.
B. Desain Penelitian
Sesuai dengan batasan masalah, rumusan masalah serta tujuan
penelitian, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif korelasional.
Penelitian ini menggambarkan suatu keadaan atau situasi tertentu
48
49
sebagaimana adanya secara sistematis, aktual, akurat, dan ditentukan oleh
hubungan antar variabel yang akan diteliti. Arikunto (2006:64)
mengemukakan bahwa penelitian deskriptif korelasional adalah metode yang
dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan sebagaimana adanya kemudian
dicari hubungannya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
berusaha menjelaskan fenomena kejadian secara mendetail sistematis dan apa
adanya sesuai dengan fakta yang ada sebenarnya di lapangan dan dicari
hubungannya antara variabel religiusitas (X) dan variabel penyesuaian
pernikahan dini (Y). Penelitian akan mendeskripsikan tentang hubungan
religiusitas dengan penyesuaian pernikahan dini Kabupaten Pesisir Selatan.
C. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Defenisi operasional variabel penelitian ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinnya salah pengertian dan penafsiran. Untuk memperoleh
pengertian yang jelas mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini
dirumuskan defenisi operasional variabel sebagai berikut.
1. Religiusitas
Religiusitas suatu kepercayaan yang dianut sebagai pedoman
dalam kehidupan dan terarahnya perilaku seseorang sesuai ajaran yang
telah ditetapkan. Religiusitas diukur dengan skala yang peneliti rancang
50
sesuai dengan dimensi-dimensi religiusitas yaitu dimensi subjektif
(aqidah), dimensi objektif (akhlak), dimensi simbolik (syariat).
2. Penyesuaian pernikahan
Penyesuaian pernikahan diukur dari skala yang dirancang oleh
peneliti berdasarkan lima kriteria keberhasilan penyesuaian perkawinan
yaitu: kebahagian suami istri, kemampuan untuk memperoleh kepuasan
dari perbedaan pendapat, kebersamaan, penyesuaian yang baik dalam
masalah keuangan, penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek penelitian (Iskandar, 2008:68). Yusuf
(2005:179) menyatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan atribut yang
berupa manusia, objek atau kejadian yang menjadi fokus penelitian”.
Menurut Arikunto (2006:130) “Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
populasi keseluruh objek dan subjek yang menjadi fokus penelitian.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang
telah menikah 2 bulan hingga maksimal 2 tahun pernikahan di Nagari
Lumpo Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Data lengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
51
Tabel 1. Populasi PenelitianNo Jenis Kelamin Jumlah1 Perempuan 70 orang2 Laki-laki 40 orang
Total 110 orangSumber: Nagari Lumpo Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan
2016
2. Sampel
Menurut Yusuf (2007:186) sampel adalah sebagian dari populasi
yang dipilih dan mewakili populasi tersebut. Selanjutnya menurut
Arikunto (2006:117) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang diteliti. Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
atau keadaan tertentu yang akan diteliti.
Menurut Sugiyono (Riduwan, 2010:11) memberikan pengertian
bahwa: “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi”. Menurut Yusuf (2007: 187) sebagian dari
populasi yang terpilih dan mewakili populasi yang akan diteliti. Sampel
dalam penelitian ini diambil secara acak dengan alasan agar setiap
individu dalam populasi memperoleh kesempatan yang sama untuk
menjadi sampel. Sampel penelitian akan dipilih menggunakan teknik
proportional random sampling. Teknik pengambilan sampel dengan
teknik proportional random sampling merupakan pengembangan dari
stratified random sampling, dimana jumlah sampel pada masing-masing
52
strata sebanding dengan jumlah anggota populasi pada masing-masing
stratum populasi (Yusuf, 2007: 201).
Berdasarkan populasi yang ada, maka untuk menentukan jumlah
sampel dari penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Slovin (Umar,
2008: 78) yaitu:
n =
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
= Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan, pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (Presisi yang
ditetapkan 5% = 0.05).
Dalam penelitian ini jumlah sampel adalah 110 dan tingkat presisi
yang ditetapkan sebesar 5%, maka :
n = N1+ (Ne)²
= 1101+ (110) (0.05)²
= 1101+ 110 (0.0025)
= 1101.275
53
= 86.2745 dibulatkan menjadi 86 orang responden
Jadi jumlah sampel sebesar 86.2745 digenapkan menjadi 86 responden.
Setelah sampel diketahui, maka sampel dalam penelitian ini akan
diambil secara acak dengan alasan agar masyarakat dalam populasi
memperoleh kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Sampel
penelitian akan dipilih dengan menggunakan teknik proportional random
sampling.
Menurut Riduwan (2010: 58) pengambilan sampel secara proportional
random sampling dapat dilakukan dengan menggunakan rumusan alokasi
proposional dari Sugiyono (Riduwan, 2010:66) yaitu:
= ( : ).= Jumlah sampel menurut stratum= Jumlah sampel seluruhnya= Jumlah populasi menurut stratum
N = Jumlah populasi seluruhnya
Perempuan = 70 : 110 x 86 = 54.72 ≈ 55
Laki = 40 : 110 x 86 = 31.63 ≈ 31
Jumlah Total 86
Tabel 2: Sampel Penelitian berdasarkan proportional random sampling
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Perempuan 55 Orang
2 Laki-laki 31 Orang
Total 86
54
Setelah sampel ditarik secara proportional random sampling, yaitu
dengan mengambil sampel secara random (acak) yang bertujuan agar
semua masyarakat yang melakukan pernikahan dini mempunyai
kesempatan untuk menjadi sampel, walaupun hanya sebagian popoulasi.
Berdasarkan proporsional yang telah dilakukan maka diperoleh
masyarakat yang melakukan pernikahan dini yang akan dijadikan sampel
yaitu, masing-masingnya berkisar antara 31-55.
E. Instrumentasi dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
a. Jenis Data
Mahmud (2011:148) menjelaskan data interval adalah data
yang berasal dari objek atau kategori yang diurutkan berdasarkan
atribut tertentu dan jarak tiap objek atau kategori adalah sama, pada
titik ini tidak terdapat angka nol mutlak. Menurut Yusuf (2007:133)
bahwa variabel interval yaitu antar ketagori dalam variabel ini dapat
diketahui selisih atau jumlahnya.
Selanjutnya menurut Riduwan (2012:85) skala interval adalah
skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan yang lain dan
mempunyai bobot yang sama. Menjadi sampel penelitian ini yaitu
pernikahan dini di Nagari Lumpo Kecamatan IV Jurai Kabupaten
Pesisir Selatan.
55
b. Sumber Data
Sumber data adalah orang atau subjek yang dimanfaatkan
untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah
yang diungkap oleh peneliti. Menurut Mahmud (2011:146) data
dibedakan atas dua macam sebagai berikut:
1) Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan dari sumber asli oleh peneliti, data primer
disebut juga dengan data asli karena diperoleh langsung dari
masyarakat di Nagari Lumpo Kecamatan IV Jurai Kabupaten
Pesisir Selatan.
2) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang ada, data
sekunder ini disebut juga dengan data tersedia, diperoleh dari
pihak Kantor Wali Nagari Lumpo dengan cara meminta data-data
pernikahan pada usia dini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa instrument, instrument penelitian ini adalah angket. Menurut
Riduwan (2004:109) “Teknik pengumpulan data adalah cara atau teknik
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. Menurut
56
Yusuf (2005:252) angket adalah “Suatu rangkaian pernyataan yang
berhubungan dengan topik tertentu, yang diberikan kepada sekelompok
individu dengan maksud untuk memperoleh data”. Angket yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, artinya
responden hanya diberikan kesempatan memilih jawaban yang sesuai.
Skala likert dikembangkan oleh Rensis Likert yang berupa butiran soal
atau series item (Yusuf, 2005:179). Skala Likert terdiri dari item-item
favourable dan unfavourable yang bertujuan untuk menghindari stereotip
jawaban. Item favourable merupakan item atau pernyataan yang
mendukung objek sikap, sedangkan unfavourable merupakan
item/peryataan yang tidak mendukung objek sikap.
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian (setelah Uji Coba)Variabel
PenelitianIndikator Item Jumlah Sumber
Positif Negatif
Religiusitas(X)
1. DimensiSubjektif(aqidah)
1,5,10,24,29
7,13,17,22,27,35
11 Dikembangkan sendiri berdasarkanteori(Sururin,2004: 180).
2. DimensiObjektif(akhlak)
2,6,11,16,20,21,25,30,33
4,8,14,18,28,32
15
3. DimensiSimbolik(syariat)
3,12,2631,34
9,15,19,23
9
Total 19 16 351. Kebahagian
suami istri1,10,20,31,39
6,15,28,36
9 Dikembangkan sendiri ber
57
Penyesuaianpernikahan
(Y)
2. Kemampuanmemperolehkepuasanpendapat
2,11,32 16,24,2937,42
8 dasarkanteori(Hurlock,1980: 299).
3. Kebersamaan 3,12,2133
7,17,25,30
8
4. Penyesuaianyang baikmasalahkeuangan
4,13,22,34,40
8,18,26, 8
5. penyesuaianyang baikdari pihakkeluargapasangan
5,14,23,35,41
9,19,27,38,43
10
Total 22 21 43
Item-item yang terdapat pada setiap instrumen diikuti oleh lima
alternatif jawaban favorable dan unfavorable. Alternatif jawaban yang
akan dipilih responden tersebut dapat dilihat seperti tabel berikut:
Tabel 4. Skor Jawaban Item Skala
Terdapat dua macam skala pada penelitian ini yaitu skala religiusitas
dan skala penyesuaian pernikahan.
No Altenatif Jawaban Favourable Unfavourable
1 Sangat Sesuai (SS) 4 02 Sesuai (S) 3 13 Cukup Sesuai (CS) 2 24 Kurang Sesuai (KS) 1 35 Sangat Tidak Sesuai (STS) 0 4
58
3. Uji Instrumen Penelitian
a. Uji ahli
Instrumen penelitian dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing terlebih dahulu, setelah itu diuji ahli oleh 2 orang dosen
Bimbingan dan Konseling yaitu Bapak Alfaiz S.Psi.I., M.Pd dan Ibuk
Rila Rahma Mulyani, M.Psi., Psikolog.
Menurut Azwar (2012:95) dalam menentukan item pernyataan
yang gugur atau ditolak maka ditentukan berdasarkan koefisien
validitas isi dengan kriteria sebagai berikut: Koefisien Validitas Isi ≥
0,03 Diterima dan ≤ 0,03 Ditolak. Maka berdasarkan hasil uji ahli
dengan 2 orang dosen, angket yang awalnya berjumlah 48 item
pernyataan untuk variabel X diterima sebanyak 44 item dan ditolak
sebanyak 4 item. Begitu juga dengan jumlah item pernyataan untuk
variabel Y sebanyak 60 item dan ditolak sebanyak 5 item menjadi 55
item yang diterima.
b. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2006:168) validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Pernyataan dikatakan valid apabila > 0,30 (Sugiyono,
2009:178).
59
Menurut Arikunto (Riduwan, 2010:97) validitas adalah “Suatu
ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat
ukur”. Sejalan dengan itu menurut Sugiono (Riduwan, 2010:97) jika
instrument dikatakan valid berarti menunjukan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa seharusnya
diukur.
Untuk menentukan validitas item instrumen penelitian ini
ditetapkan berdasarkan nilai Corrected Item-Total Correlation dengan
kriteria r ≥ 0,361 = Valid dengan ketentuan 30 orang untuk uji coba
(Sugiyono, 2009: 613). Uji validitas item menggunakan analisis item
dengan Alpha Cronbach dengan bantuan software IBM Statistical
Package for the Social Sciences version 20,0 for windows (IBM SPSS
Versi 20.0).
Adapun hasil uji validitas yang didapatkan dapat disimpulkan
bahwa angket religiusitas dari 44 item pernyataan. Adapun butir item
yang drop setelah dilakukan uji validitas adalah pada item nomor 4, 6,
9, 19, 26, 28, 35, 39 dan 44. Kriteria yang berlaku yaitu nilainnya r ≥
0,361 = Valid. Maka dapat disimpulkan 9 item pernyataan dinyatakan
tidak valid artinya nilai r ≤ 0,361 atau gugur sedangkan 35 item
pernyataan dinyatakan valid.
60
Begitu juga untuk angket penyesuaian pernikahan, adapun butir
item yang drop setelah dilakukan uji validitas adalah pada item nomor
7, 22, 26, 31, 35, 36, 44, 47, 48, 51, 53 dan 54. Kriteria yang berlaku
pada angket ini yaitu nilainya r ≥ 0,361 = Valid. Maka dapat
disimpulkan 12 item pernyataan dinyatakan tidak valid atau gugur,
artinya nilai r ≤ 0,361 sedangkan 43 item pernyataan dinyatakan valid.
c. Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2006:178) reliabilitas adalah suatu
instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah valid.Instrumen
dikatakan reliabel jika instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu
mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Uji reabilitas ini
menggunakan rumus :
∑Keterangan:
Y kk = Reabilitas Instrumen
k = Banyak pernyataan∑ = Jumlah varians item
St² = Varians total
61
Dalam penentuan tingkat reliabilitas suatu instrumen penelitian
dapat diterima bila memiliki koefisien alpha lebih besar. Uji validitas
item menggunakan analisis item dengan Alpha Cronbach dengan
bantuan software IBM Statistical Package for the Social Sciences
version 20 for windows (IBM SPSS Versi 20.0), berikut hasil dari uji
reliabilitas:
1) Religiusitas
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Religiusitas (X)Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items927 35
2) Penyesuaian Pernikahan
Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Variabel PenyesuaianPernikahan (Y)
Reliability StatisticsCronbach's Alpha N of Items
948 43
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil pengolahan data
bahwa nilai Cronbach Alpha untuk religiusitas sebesar 0,927 sedangkan
untuk penyesuaian pernikahan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,948. Ini
menunjukan bahwa semua variabel nilai Cronbach Alpha nya > 0,361.
Maka dapat disimpulkan bahwa butir pernyataan dikatakan valid handal,
62
sehingga tahapan pengolahan data selanjutnya dapat dilakukan (terlampir
pada halaman 159)
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis.
a. Normalitas
Uji normalitas merupakan uji untuk mengukur apakah data
memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik
parametrik. Data yang berdistribusi normal adalah data yang memusat
pada nilai rata-rata atau median. Menurut Priyatno (2012:37) uji
normalitas menggunakan kolmogorov Smirnov. Untuk metode
kolmogorov Smirnov, cukup membaca nilai sig (signifikansi). Jika
signifikansi kurang dari 0,05, maka kesimpulanya data tidak
berdistribusi normal. Tetapi jika signifikasi lebih dari 0,05, maka data
berdistribusi normal.
Uji normalitas data penelitian diolah dengan menggunakan
program uji statistik deskriptif data penelitian diolah dengan
menggunakan program software IBM Statistical Package for the
Social Sciences version 20 for windows (IBM SPSS Versi 20.0)
b. Linieritas
Apabila antara variabel x dan y dikatakan sudah memiliki
hubungan linier, berarti bisa dikatakan variabel x berpengaruh
63
terhadap variabel y. Dalam hal ini tidak diperlukan secara khusus
tersendiri uji pengaruh. Langkah uji linieritas dapat diuraikan sebagai
berikut :
H0 : β = 0 (persamaan adalah tidak linier atau tak ada relasi antara x
dan y)
H1: β ≠ 0 (persamaan adalah linier atau ada relasi x dan y).
Pengujian uji liniersitas menggunakan tingkat signifikasi 0,05.
Untuk mengambil keputusan dapat dilakukan dengan melihat nilai
signifikansi. Jika signifikansi ˂ 0,05, maka ada pengaruh antara
variabel x dengan variabel y. Tetapi jika signifikansi ˃ 0,05, maka
tidak ada pengaruh antara variabel x dan variabel y.
Uji Linearitas data penelitian diolah dengan menggunakan
program software IBM Statistical Package for the Social Sciences
version 20 for windows (IBM SPSS Versi 20.0)
2. Uji Korelasi
Analisa korelasi dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya
hubungan antar variabel yang dianalisis. Analisa korelasi yang digunakan
adalah metode korelasi Pearson Product Moment (Riduwan, 2010: 138).
Teknik analisis korelasi ini termasuk teknik statistik parametrik yang
menggunakan data interval. Untuk melihat hubungan atau korelasi yang
signifikan masing-masing variabel X dan Y dengan ketentuan nilai r tidak
64
dari harga (-1 ≤ r ≤ 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatife
sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya
sangat kuat. Pada uji korelasi bahwa nilai N menunjukan jumlah data
sebanyak 86 responden maka r tabel yang digunakan untuk mengetahui
keeratan hubungan antara variabel x dan y yaitu 0,212.
Analisis taraf signifikansi hubungan atau uji korelasi
menggunakan nilai korelasi yang dibuat oleh (Sujianto, 2009:40) sebagai
berikut:
a. 0.00 – 0.20 korelasi keeratan sangat lemah
b. 0.21 – 0.40 korelasi keeratan lemah
c. 0.41 – 0.70 korelasi keeratan kuat
d. 0.71 – 0.90 korelasi keeratan sangat kuat
e. 0.91 – 0.99 korelasi keeratan sangat kuat sekali
f. 1 berarti korelasi keeratan sempurna
Uji korelasi data penelitian diolah dengan menggunakan program
software IBM Statistical Package for the Social Sciences version 20 for
windows (IBM SPSS Versi 20.0).
3. Uji Hipotesis
Pengujian penelitian ini menggunakan Uji Signifikansi (Uji-t).
Pengujian ini berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna hubungan
65
variabel X dan Y, rumus uji hipotesis penelitian dengan menggunakan
Product Moment Correlation Karl Pearson Riduwan (2010: 98):
Rumus Product Moment:
= ∑XY − (∑X). (∑ Y){ ∑X − (∑X) }{ ∑Y − (∑Y) }Keterangan :
:Koefisien kolerasi∑ X : Jumlah skor item∑Y : Jumlah skor total (seluruh item): Jumlah responden: Variabel bebas
Y : Variabel terikat∑XY : Jumlah skor antara X dan Y
Untuk menentukan diterima atau ditolak variabel penelitian ini
ditetapkan berdasarkan nilai Corrected Item-Total Correlation dengan
kriteria ≥ 0,212 = diterima dengan ketentuan 86 orang untuk
penelitian (Sugiyono, 2013:613).
65
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini disajikan sesuai dengan variabel penelitian yang ada,
dalam deskripsi data hasil penelitian ini dideskripsikan data tentang religiusitas
sebagai variabel (X) dan penyesuaian pernikahan dini sebagai variabel (Y) di
Kabupaten Pesisir Selatan.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji untuk mengukur apakah data
memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik
parametrik. Untuk menguji normalitas dilakukan dengan pengolahan data
menggunakan program software IBM Statistical Package for the Social
Sciences version 20 for windows (IBM SPSS Versi 20.0). Hasil uji
normalitas dapat dilihat pada tabel berikut
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Religiusitas .082 86 .200*
Penyesuaianpernikahan
.073 86 .200*
65
66
Data di atas menjelaskan bahwa hasil perhitungan dengan Software
SPSS versi 20 for Windows, diperoleh nilai r untuk variabel religiusitas (X)
sebesar 0,200, dan variabel penyesuaian pernikahan (Y) sebesar 0,200
sedangkan signifikan alpha yang dipakai 0,05. Jadi kesimpulannya data
religiusitas berdistribusi normal (lebih dari 0,05), sedangkan data
penyesuaian pernikahan juga berdistribusi normal karena (lebih dari 0,05).
Dapat dinyatakan bahwa data dari kedua variabel dalam penelitian ini
sebenarnya membentuk distribusi normal sehingga hal ini memungkinkan
untuk proses analisis selanjutnya.
b. Uji Linieritas
Pedoman yang digunakan jika Sig < α maka H ditolak yang artinya
ada hubungan linier religiusitas dengan penyesuaian pernikahan dini
Tabel 8. Uji LinieritasANOVA Table
Sum ofSquares
Df MeanSquare
F Sig.
Religiusitas*
PenyesuaianPernikahan
Between
Groups
(Combined)
9497.576 44 215,854 1,666 ,051
Linearity 4026.937 1 4026,937 31,089 ,000
DeviationfromLinearity
5470.639 43 127,224 982 ,524
67
Within Groups 5310.750 41 129,530
Total 14808.326 85
Berdasarkan hasil dari tabel di atas maka dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan yang linier antara religiusitas dengan penyesuaian
karena apabila signifikansi ˂ 0,05, maka ada pengaruh antara variabel x
dengan variabel y. tetapi jika signifikansi ˃ 0,05, maka tidak ada pengaruh
antara variabel x dan variabel y. pada tabel diketahui nilai signifikansi
sebesar 0,000, jadi kesimpulannya ada pengaruh antara religiusitas dengan
penyesuaian pernikahan.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis Mayor
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab II, bahwa ada
hipotesis yang diuji dengan teknik product moment correlation dan
perhitungannya menggunakan program SPSS versi 20 for windows,
hasilnya sebagai berikut:
Tabel 9. Koefisien Korelasi antara Religiusitas (X) dengan PenyesuaianPernikahan (Y)
Variabel N r hitung r tabel Signifikansi KeteranganReligiusitas
86 0,521 0,212 0,000
Terdapat hubunganyang signifikan antarareligiusitas denganpenyesuaianpernikahan.
PenyesuaianPernikahan
68
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui besarnya koefisien korelasi
antara variabel religiusitas (X) dengan variabel penyesuaian pernikahan (Y)
adalah 0,521.
Besarnya hubungan antara variabel X dengan variabel Y yang dihitung
dengan bantuan program computer SPSS versi 20 maka didapatkan rhitung =
0.521 dan rtabel sebesar 0,212. Jika rhitung > rtabel, maka Ha diterima dan Ho
ditolak, maka dapat dilihat bahwa 0,521 > 0,212, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis kerja (Ha) dapat diterima. Ini menunjukkan arah hubungan
yang positif. Artinya, semakin tinggi religiusitas seseorang maka semakin
tinggi pula penyesuaian pernikahan seseorang, sebaliknya semakin rendah
religiusitas seseorang maka semakin rendah pula penyesuaian pernikahannya.
b. Uji Hipotesis Minor
Variabel tentang religiusitas dibagi menjadi tiga indikator yaitu:
dimensi subjektif (aqidah) (XI. 1), Dimensi ojektif (akhlak) (XI. 2), dimensi
simbolik (syariat) (X1. 3). Selanjutnya variabel penyesuaian pernikahan
dibagi menjadi lima indikator yaitu: kebahagian suami istri (YI. 1),
kemampuan memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat (YI. 2),
kebersamaan (YI. 3), penyesuaian dalam masalah keuangan (YI. 4),
penyesuaian dari pihak keluarga (YI. 5). Korelasi masing-masing antara
variabel X dan Y sebagai berikut:
69
1) Korelasi Indikator X1.1-3 dengan Y1.1- 5
a) Korelasi dimensi subjektif (aqidah) (XI. 1) dengan kebahagiansuami istri (YI. 1)
Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) (XI. 1) dengan
kebahagian suami istri (YI. 1), menggunakan rumus Pearson Product
Moment Corelation yang dianalisis menggunakan program SPSS versi
20. Hasil korelasi XI.1 dengan YI.1 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 10. Korelasi X1.1 dan Y1.1
XI YI
XI PearsonCorrelation
1 .419**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
YI PearsonCorrelation
.419** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1.1 dan Y1.1 diperoleh r hitung sebesar 0,419 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi subjektif
(aqidah) (X1.1) dengan kebahagian suami istri (Y1.1), dengan kategori
keeratan korelasi kuat.
70
b) Korelasi religiusitas (X1.1) dengan kemampuan memperolehperbedaan pendapat (Y1.2)
Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) (X1.1) dengan
kemampuan memperoleh pendapat (Y1.2), menggunakan rumus
Pearson Product Moment Corelation yang dianalisis menggunakan
program SPSS versi 20. Hasil korelasi X1.1 dengan Y1.2 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 11. Korelasi X1.1 dan Y1.2
XI Y2
XI PearsonCorrelation
1 .293**
Sig. (2-tailed) .006
N 86 86
Y2 PearsonCorrelation
.293** 1
Sig. (2-tailed) .006
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1.1 dan Y1.2 diperoleh r hitung sebesar 0,293 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi subjektif
(aqidah) (X1.1) dengan kemampuan memperoleh perbedaan pendapat
(Y1.2), dengan kategori keeratan lemah.
71
c) Korelasi religiusitas (X1.1) dengan kebersamaan (Y1.3)
Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) (X1.1) dengan
kebersamaan (Y1.3), menggunakan rumus Pearson Product Moment
Corelation yang dianalisis menggunakan program SPSS versi 20.
Hasil korelasi X1.1 dengan Y1.3 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 12. Korelasi X1.1 dan Y1.3
XI Y3
XI PearsonCorrelation
1 .429**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y3 PearsonCorrelation
.429** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1 dan Y3 diperoleh r hitung sebesar 0,429 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi subjektif
(aqidah) (X1.1) dan kebersamaan (Y1.3), dengan kategori korelasi
keeratan kuat.
d) Korelasi religiusitas (X1.1) dengan penyesuaian masalah keuangan(Y1.4)
Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) (X1.1) dengan
penyesuaian masalah keuangan (Y1.4), menggunakan rumus Pearson
72
Product Moment Corelation yang dianalisis menggunakan program
SPSS versi 20. Hasil korelasi X1.1 dengan Y1.4 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tabel 13. Korelasi X1.1 dan Y1.4
XI Y4
XI PearsonCorrelation
1 .15vgi57
Sig. (2-tailed) .148
N 86 86
Y4 PearsonCorrelation
.157 1
Sig. (2-tailed) .148
N 86 86
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1.1 dan Y1.4 diperoleh r hitung sebesar 0,157 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi subjektif
(aqidah) (X1.1) dengan penyesuaian masalah keuangan (Y1.4), dengan
korelasi keeratan sangat lemah.
e) Korelasi religiusitas (X1.1) dengan penyesuaian dari pihakkeluarga (Y1.5)
Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) (X1.1) dengan
penyesuaian dari pihak keluarga (Y1.5), menggunakan rumus Pearson
Product Moment Corelation yang dianalisis menggunakan program
SPSS versi 20. Hasil korelasi X1.1 dengan Y1.5 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
73
Tabel 14. Korelasi X1.1 dan Y1.5
XI Y5
XI PearsonCorrelation
1 .378**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y5 PearsonCorrelation
.378** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1.1 dan Y1.5 diperoleh r hitung sebesar 0,378 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi subjektif
(aqidah) (X1.1) dengan penyesuaian dari pihak keluarga (Y1.5), dengan
korelasi keeratan lemah.
2) Korelasi Indikator X1.2 dengan Y1.1-.5
a) Korelasi dimensi objektif (akhlak) (X1.2) dengan kebahagian suamiistri (Y1.1)
Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) (X1.2) dengan
kebahagian suami istri (Y1.1), menggunakan rumus Pearson Product
Moment Corelation yang dianalisis menggunakan program SPSS versi
20. Hasil korelasi X1.2 dengan Y1.1 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
74
Tabel 15. Korelasi X1.2 dan Y1.1
X2 Y1
X2 PearsonCorrelation
1 .598**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y1 PearsonCorrelation
.598** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1.2 dan Y1.1 diperoleh r hitung sebesar 0,598 dan r tabel 0,212
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi objektif
(akhlak) (X1.2) dengan kebahagian suami istri (Y1.1) dengan kategori
korelasi keeratan kuat.
b) Korelasi dimensi objektif (akhlak) (X1.2) dengan kemampuanmemperoleh perbedaan pendapat (Y1.2)
Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) (X1.2) dengan
kemampuan memperoleh perbedaan pendapat (Y1.2) menggunakan
rumus Pearson Product Moment Corelation yang dianalisis
menggunakan program SPSS versi 20. Hasil korelasi X1.2 dengan Y1.2
dapat dilihat pada tabel dibawah ini
75
Tabel 16. Korelasi X1.2 dan Y1.2
X2 Y2
X2 PearsonCorrelation
1 .393**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y2 PearsonCorrelation
.393** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86**. Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1.2 dan Y1.2 diperoleh r hitung sebesar 0,393 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi objektif
(akhlak) (X1.2) dengan kemampuan memperoleh perbedaan pendapat
(Y1.2) dengan kategori korelasi keeratan lemah .
c) Korelasi antara dimensi objektif (akhlak) (X1.2) dengankebersamaan (Y1.3)
Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) (X1.2) dengan
kebersamaan (Y1.3), menggunakan rumus Pearson Product Moment
Corelation yang dianalisis menggunakan program SPSS versi 20.
Hasil korelasi X1.2 dengan Y1.3 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
76
Tabel 17. Korelasi X1.2 dan Y1.3
X2 Y3
X2 Pearson Correlation 1 .488**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y3 Pearson Correlation .488** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1.2 dan Y1.3 diperoleh r hitung sebesar 0,488 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi objektif
(akhlak) (X1.2) dengan kebersamaan (Y1.3) dengan kategori korelasi
keeratan kuat.
d) Korelasi antara dimensi objektif (akhlak) (X1.2) denganpenyesuaian masalah keuangan (Y1.4)
Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) (X1.2) dengan
penyesuaian masalah keuangan (Y1.4), menggunakan rumus Pearson
Product Moment Corelation yang dianalisis menggunakan program
SPSS versi 20. Hasil korelasi X1.2 dengan Y1.4 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
77
Tabel 18. Korelasi X1.2 dan Y1.4
X2 Y4
X2 PearsonCorrelation
1 .271**
Sig. (2-tailed) .012
N 86 86
Y4 PearsonCorrelation
.271** 1
Sig. (2-tailed) .012
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X2 dan Y4 diperoleh r hitung sebesar 0,271 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi objektif
(akhlak) (X1.2) dengan penyesuaian masalah keuangan (Y1.4) dengan
kategori korelasi keeratan sangat lemah.
e) Korelasi antara dimensi objektif (akhlak) (X1.2) denganpenyesuaian dengan pihak keluarga (Y1.5)
Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) (X1.2) dengan
penyesuaian dengan pihak keluarga (Y1.5), menggunakan rumus
Pearson Product Moment Corelation yang dianalisis menggunakan
program SPSS versi 20. Hasil korelasi X1.2 dengan Y1.5 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
78
Tabel 19. Korelasi X1.2 dan Y1.5
X2 Y5
X2 PearsonCorrelation
1 .447**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y5 PearsonCorrelation
.447** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X2 dan Y5 diperoleh r hitung sebesar 0,447 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi objektif
(akhlak) (X1.2) dan penyesuaian pihak keluarga (Y1.5) dengan kategori
korelasi keeratan kuat.
3) Korelasi Indikator X1.3 dengan Y1.1-1.5
a) Korelasi antara dimensi simbolik (syariat) (X1.3) dengankebahagian suami istri (Y1.1)
Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) (X1.3) dengan
kebahagian suami istri (Y.1.1), menggunakan rumus Pearson Product
Moment Corelation yang dianalisis menggunakan program SPSS versi
20. Hasil korelasi X1.3 dengan Y1.1 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
79
Tabel 20. Korelasi X1.3 dan Y1.1
X3 Y1
X3 PearsonCorrelation
1 .338**
Sig. (2-tailed) .001
N 86 86
Y1 PearsonCorrelation
.338** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1.3 dan Y1.1 diperoleh r hitung sebesar 0,338 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi simbolik
(syariat) (X1.3) dengan kebahagian suami istri (Y1.1) dengan korelasi
keeratan lemah.
b) Korelasi antara dimensi simbolik (syariat) (X1.3) dengan
kemampuan memperoleh perbedaan pendapat (Y1.2)
Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) (X1.3) dengan
kemampuan memperoleh perbedaan pendapat (Y1.2) menggunakan
rumus Pearson Product Moment Corelation yang dianalisis
menggunakan program SPSS versi 20. Hasil korelasi X1.3 dengan Y1.2
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
80
Tabel 21. Korelasi X1.3 dan Y1.2
X3 Y2
X3 PearsonCorrelation
1 .231**
Sig. (2-tailed) .354
N 86 86
Y2 PearsonCorrelation
.231** 1
Sig. (2-tailed) .354
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1.3 dan Y1.2 diperoleh r hitung sebesar 0,231 dan r tabel 0,212
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi simbolik
(syariat) (X1.3) dengan kemampuan memperoleh perbedaan pendapat
(Y1.2) dengan korelasi keeratan sangat lemah.
c) Korelasi antara dimensi simbolik (syariat) (X1.3) dengan
kebersamaan (Y1.3)
Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) (X1.3) dengan
kebersamaan (Y1.3) menggunakan rumus Pearson Product Moment
Corelation yang dianalisis menggunakan program SPSS versi 20.
Hasil korelasi X1.3 dengan Y1.3 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
81
Tabel 22. Korelasi X1.3 dan Y1.3
X3 Y3
X3 PearsonCorrelation
1 .276*
Sig. (2-tailed) .010
N 86 86
Y3 PearsonCorrelation
.276* 1
Sig. (2-tailed) .010
N 86 86
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1.3 dan Y1.3 diperoleh r hitung sebesar 0,276 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi simbolik
(syariat) (X1.3) dengan kebersamaan (Y1.3) dengan korelasi keeratan
lemah.
d) Korelasi antara dimensi simbolik (syariat) (X1.3) dengan
penyesuaian masalah keuangan (Y1.4)
Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) (X1.3) dengan
penyesuaian masalah keuangan (Y1.4) menggunakan rumus Pearson
Product Moment Corelation yang dianalisis menggunakan program
SPSS versi 20. Hasil korelasi X1.3 dengan Y1.4 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
82
Tabel 23. Korelasi X1.3 dan Y1.4
X3 Y4
X3 PearsonCorrelation
1 .447*
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y4 PearsonCorrelation
.447* 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1.3 dan Y1.4 diperoleh r hitung sebesar 0,447 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi simbolik
(syariat) (X1.3) dan penyesuaian masalah keuangan (Y1.4) dengan
kolerasi keeratan kuat .
e) Korelasi antara dimensi simbolik (syariat) (X1.3) dengan
penyesuaian pihak keluarga (Y1.5)
Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) (X1.3) dengan
penyesuaian masalah keuangan (Y1.5) menggunakan rumus Pearson
Product Moment Corelation yang dianalisis menggunakan program
SPSS versi 20. Hasil korelasi X1.3 dengan Y1.5 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
83
Tabel 24. Korelasi X1.3 dan Y1.4
X3 Y5
X3 PearsonCorrelation
1 .223*
Sig. (2-tailed) .029
N 86 86
Y5 PearsonCorrelation
.223* 1
Sig. (2-tailed) .029
N 86 86
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi X1.3 dan Y1.5 diperoleh r hitung sebesar 0,223 dan r tabel 0,212.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi simbolik
(syariat) (X1.3) dan penyesuaian pihak keluarga (Y1.5) dengan kolerasi
keeratan lemah.
B. Rekapitulasi Hasil Korelasi
Rekapitulasi analisis korelasi indikator konsep diri dengan interaksi sosial
peserta didik diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 27. Korelasi Religiusitas (X) dengan Penyesuaian Pernikahan (Y)Variabel N Nilai
Korelasir tabel Signifikansi Keterangan
ReligiusitasdenganPenyesuaianPernikahan
86 0,521 0,212 0,000 Korelasi Kuat
84
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui besarnya koefisien korelasi
antara variabel religiusitas (X) dengan variabel penyesuaian pernikahan (Y)
adalah 0,521.
Besarnya hubungan antara variabel X dengan variabel Y yang dihitung
dengan bantuan program computer SPSS versi 20 maka didapatkan rhitung =
0.521 dan rtabel sebesar 0,212. Jika rhitung > rtabel, maka Ha diterima dan Ho
ditolak, maka dapat dilihat bahwa 0,521 > 0,212, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis kerja (Ha) dapat diterima. Ini menunjukkan arah hubungan
yang positif. Artinya, semakin tinggi religiusitas seseorang maka semakin
tinggi pula penyesuaian pernikahan seseorang, sebaliknya semakin rendah
religiusitas seseorang maka semakin rendah pula penyesuaian pernikahannya.
Tabel 28. Rekapitulasi Hasil Variabel Religiusitas dengan PenyesuaianPernikahan Dini dan PerindikatorNo Variabel Keeratan
1 Religiusitas dengan Penyesuaian Pernikahan 0,521 Kuat2 Dimensi subjektif dan kebahagian suami istri 0,419 Kuat3 Dimensi subjektif dan kepuasan memperoleh
perbedaan pendapat0,293 Lemah
4 Dimensi subjektif dan kebersamaan 0,429 Kuat5 Dimensi subjektif dan penyesuaian masalah
keuangan0,157 Lemah
6 Dimensi subjektif dan penyesuaian denganpihak keluarga
0,378 Lemah
7 Dimensi objektif dan kebahagian suami istri 0,598 Kuat8 Dimensi objektif dan dan kepuasan
memperoleh perbedaan pendapat0,393 Lemah
9 Dimensi objektif dan dan kebersamaan 0,488 Kuat10 Dimensi objektif dan penyesuaian masalah 0,271 Lemah
85
keuangan11 Dimensi objektif dan penyesuaian dengan
pihak keluarga0,447 Kuat
12 Dimensi simbolik dan kebahagian suami istri 0,338 Lemah13 Dimensi simbolik dan dan kepuasan
memperoleh perbedaan pendapat0,231 Lemah
14 Dimensi simbolik dan dan kebersamaan 0,276 Lemah15 Dimensi simbolik dan penyesuaian masalah
keuangan0,447 Kuat
16 Dimensi simbolik dan penyesuaian denganpihak keluarga
0,223 Lemah
C. Pembahasan
1. Hubungan Religiusitas dengan Penyesuaian Pernikahan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai religiusitas dan
penyesuaian pernikahan dini di Kabupaten Pesisir Selatan yaitu dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan religiusitas dengan penyesuaian
pernikahan korelasi sebesar 0,521. Dengan hal tersebut bahwa apabila
religiusitas seseorang baik maka penyesuaian pernikahan akan baik, begitu
juga sebaliknya apabila religiusitas seseorang tidak baik maka penyesuaian
pernikahannya juga tidak baik. Berdasarkan yang dikemukakan oleh
Hurlock karakteristik yang mendukung penyesuaian dalam perkawinan
yaitu meliputi diantaranya agama. Pasangan manusia yang menikah dengan
memenuhi syarat-syarat sesuai perintah agama dan hukum negara akan
berdampak baik bagi semua pihak. Menurut Nashori (2002:49) religiusitas
adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa
86
pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama
yang dianut.
Religiusitas sering menjadi sandaran ketika seseorang mengalami
kesulitan dan kepahitan hidup. Begitu juga dengan penyesuaian pernikahan
religiusitas dapat menjadi pondasi terpenting bagi kebahagian pasangan. Hal
ini dapat terjadi bila pasangan menyadari bahwa keimanan memberikan
makna dalam hidup. (Lestari, 2012:15).
Pernikahan mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Ramulyo,
1996:2). Dalam kenyataannya pasangan suami istri kadang-kadang lupa
menerapkan petunjuk-petunjuk Allah Subhanahuwata’ala dan tergelincir ke
lembah pertengkaran yang hebat di antara mereka dan terjadilah apa yang
tidak dikehendaki serta paling benci oleh Allah, yaitu putusnya hubungan
pernikahan. (Ramulyo, 1996:26).
Menurut Walgito (2002:54) Agama akan menuntun ke hal-hal yang
baik, ke hal-hal yang tidak tercela, sehingga dengan demikian dapat
dikemukan bahwa makin kuat agama seseorang menganut agamanya, maka
seseorang tersebut akan mempunyai sikap mengarah ke hal-hal yang baik.
Begitu pula dengan demikian apabila dikaitkan dengan perkawinan, maka
agama yang dianut oleh masing-masing anggota pasangan akan memberikan
tuntunan atau bimbingan bagaimana bertindak secara baik. Banyak tindakan
87
yang dapat dicegah pelaksanaannya karena dilatar belakangi oleh kuatnya
agama yang dianut.
2. Hubungan antara Indikator Penelitian
a. Hubungan dimensi sujektif (aqidah) dengan kebahagian suami istri
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat hubungan
dimensi sujektif (aqidah) dengan kebahagian suami istri koefisien
korelasi sebesar 0,419. Dimensi subjektif (aqidah) mempengaruhi
kebehagian suami istri dengan korelasi keeratan kuat.
Menurut Anwar (2006:89) aqidah Islam berisikan ajaran tentang
apa saja yang mesti dipercayai, diyakini dan diimani oleh setiap orang
Islam. Agama Islam bersumber kepada kepercayaan dan keimanan
kepada Tuhan, percaya tentang keberadaan dan hakikat Allah SWT,
malaikat, Nabi dan Rasul, surga dan neraka, qadha dan qadar.
Religiusitas merupakan sandaran ketika seseorang mengalami
kesulitan dan kepahitan hidup. Dengan hal itu dimensi subjektif (aqidah)
merupakan keyakinan oleh seseorang untuk selalu berserah diri kepada
sang pencipta. Mewujudkan kebahagian dalam keluarga tentunya harus
dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT sehingga
pasangan yang ingin membangun sebuah keluarga yang bahagia apabila
dilandasi nilai-nilai ketauhidan akan mencapai kebahagian yang
diharapkan sebaliknya jika ingin membangun sebuah keluarga tetapi
88
tidak dilandasi nilai-nilai ketauhidan, sedikit yang mampu
mempertahankan keutuhan keluarganya (Helmawati, 2014:282).
b. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan kemampuanmemperoleh perbedaan pendapat
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat hubungan
dimensi subjektif (aqidah) dengan kemampuan memperoleh pebedaan
pendapat koefisien korelasi sebesar 0,293. Dimensi subjektif (aqidah)
mempengaruhi kemampuan memperoleh perbedaan pendapat dengan
korelasi keeratan lemah.
Menurut Hurlock (2012:299) perbedaan pendapat di antara
anggota keluarga yang tidak dapat dielakkan, biasanya berakhir dengan
salah satu dari tiga kemungkinan yaitu: adanya ketegangan tanpa
pemecahan, salah satu mengalah demi perdamaian masing-masing
anggota keluarga mencoba untuk saling mengerti pandangan dan
pendapat orang lain.
c. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan kebersamaan
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa Dimensi subjektif
(aqidah) dengan kebersamaan koefisien korelasi sebesar 0,429. Dimensi
subjektif (aqidah) mempengaruhi kebersamaan dengan korelasi keeratan
kuat.
Menurut Hurlock (2012:299) apabila penyesuaian pernikahan
dapat berhasil, maka keluarga dapat menikmati waktu yang digunakan
89
untuk berkumpul bersama. Apabila hubungan keluarga telah dibentuk
dengan baik pada awal-awal tahun pernikahan, maka akan mengikat tali
persahabatan yang erat dalam sebuah rumah tangga. Dalam membangun
sebuah rumah tangga harus bisa saling memberikan kasih sayang.
Pernikahan bagi seseorang laki-laki menuntutnya untuk bersedia
menyandang perannya sebagai suami begitu juga dengan istri untuk
bersedia menyandang perannya sebagai istri.
d. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian masalahkeuangan .
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa tidak terdapat
hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian masalah
keuangan dengan koefisien korelasi sebesar 0,157. Karena masalah
keuangan yang terjadi pada subjek tidak berpengaruh signifikan dengan
religiusitas hal ini didukung oleh penelitian Septy Srisusanti mengenai
“Studi deskriptif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
perkawinan pada istri”. Bahwa religiusitas tidak memberikan pengaruh
signifikan, pada penelitian ini tuntutan biaya hidup dari istri (keluarga)
menjadi faktor utama yang mempengaruhi seseorang mengalami masalah
keuangan.
Menurut Allport 1993 (Indrawati, 2006:11) konsep dan prinsip
yang terbentuk dalam diri individu akan menjadi bagian penting dan
bersifat menetap dalam kehidupan. Setiap individu memiliki kematangan
90
dalam dirinya, salah satunya kematangan beragama, apabila individu
sudah memiliki kematagan beragama maka kematangan beragama itulah
yang dapat mengarahkan individu untuk bersifat dan bersikap terbuka
pada semua fakta, nilai-nilai, dan memberi arah dalam menuju kerangka
hidup, baik secara teoritis maupun praktis. Dalam sebuah keluarga dalam
melakukan kewajiban agama dapat menghindari hal-hal yang dapat
mendekati dosa, konsisten pada sopan santun dan keutamaan,
memberikan perhatian dan kasih sayang (mahfuzh, 2013:13).
e. Hubungan dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian dari pihakkeluarga
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat hubungan
dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian dari pihak keluarga
dengan koefisien korelasi sebesar 0,378. Dimensi subjektif (aqidah)
mempengaruhi penyesuaian masalah keuangan dengan korelasi keeratan
sangat lemah.
Apabila suami istri mempunyai hubungan yang baik dengan pihak
keluarga pasangan, khususnya mertua, ipar laki-laki dan ipar perempuan,
kecil kemungkinannya untuk terjadi percekcokan dan ketegangan
hubungan dengan mereka (Hurlock, 2012:299).
f. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan kebahagian suami istri
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat hubungan
dimensi objektif (akhlak) dengan kebahagian suami istri dengan koefisien
91
korelasi sebesar 0,598. Dimensi objektif (akhlak) mempengaruhi
penyesuaian masalah keuangan dengan korelasi keeratan kuat.
Menurut Anwar (2006:89) akhlak merupakan sikap yang muncul
dari jiwa yang berhubungan dengan pemeliharaan dan kebaikan diri
untuk berelasi dengan dunia terutama dalam berhubungan dengan orang
lain. Selanjutnya menurut Abdullah (2005:22) pernikahan dalam Islam
tidak semata-mata hanya memuaskan hasrat biologis masing-masing atau
juga hanya untuk mendapatkan keturunan semata-mata. Islam
mengiginkan agar pemeluknya melakukan pernikahan untuk
mendapatkan keturunan yang sah serta sehat jasmani, rohani dan sosial
sehingga hal itu akan mempererat serta membangun hari depan individu,
keluarga dan kebahagian masyarakat yang lebih baik.
g. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan kemampuanmemperoleh perbedaan pendapat
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat hubungan
dimensi objektif (akhlak) dengan kemampuan memperoleh perbedaan
pendapat dengan koefisien korelasi sebesar 0,393. Dimensi objektif
(akhlak) mempengaruhi kemampuan memperoleh perbedaan pendapat
dengan korelasi keeratan lemah.
Menurut Hurlock (2012:299) perbedaan pendapat di antara
anggota keluarga yang tidak dapat dielakkan, biasanya berakhir dengan
salah satu dari tiga kemungkinan yaitu: adanya ketegangan tanpa
92
pemecahan, salah satu mengalah demi perdamaian masing-masing
anggota keluarga mencoba untuk saling mengerti pandangan dan
pendapat orang lain.
h. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan kebersamaan.
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat hubungan
dimensi objektif (akhlak) dengan kebersamaan dengan koefisien korelasi
sebesar 0,488. Dimensi objektif (akhlak) mempengaruhi kebersamaan
dengan korelasi keeratan kuat.
Menurut Hurlock (2012:299) apabila penyesuaian pernikahan
dapat berhasil, maka keluarga dapat menikmati waktu yang digunakan
untuk berkumpul bersama. Apabila hubungan keluarga telah dibentuk
dengan baik pada awal-awal tahun pernikahan, maka akan mengikat tali
persahabatan yang erat dalam sebuah rumah tangga. Dalam membangun
sebuah xzz rumah tangga harus bisa saling memberikan kasih sayang.
Pernikahan bagi seseorang laki-laki menuntutnya untuk bersedia
menyandang perannya sebagai suami begitu juga dengan istri untuk
bersedia menyandang perannya sebagai istri.
i. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian masalahkeuangan.
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat dimensi
objektif (akhlak) dengan penyesuaian masalah keuangan dengan
93
koefisien korelasi sebesar 0,271. Dimensi subjektif (aqidah)
mempengaruhi penyesuaian masalah keuangan dengan korelasi keeratan
sangat lemah.
Dalam keluarga pada umumnya salah satu sumber perselisihan dan
kejengkelan adalah sekitar masalah keuangan. Bagaimanapun besarnya
pendapatan, keluarga perlu mempelajari cara membelanjakan
pendapatannya sehingga mereka dapat menghindari utang yang selalu
melilit agar di samping itu mereka dapat menikmati kepuasan atas
usahanya deng an cara yang sebaik-baiknya, daripada menjadi seorang
istri yang selalu mengeluh karena pendapatan suami tidak memadai. Bisa
juga dia bekerja untuk membantu pendapatan suaminya demi pemenuhan
kebutuhan keluarga (Hurlock, 2012:299).
j. Hubungan dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian dari pihakkeluarga.
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat hubungan
dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian dari pihak keluarga dengan
koefisien korelasi sebesar 0,447 Dimensi objektif (akhlak)
mempengaruhi penyesuaian dari pihak keluarga dengan korelasi keeratan
kuat.
Apabila suami istri mempunyai hubungan yang baik dengan pihak
keluarga pasangan, khususnya mertua, ipar laki-laki dan ipar perempuan,
94
kecil kemungkinannya untuk terjadi percekcokan dan ketegangan
hubungan dengan mereka (Hurlock, 2012:299).
k. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan kebahagian suami istri.
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat hubungan
dimensi simbolik (syariat) dengan kebahagian suami istri dengan
koefisien korelasi sebesar 0,388. Dimensi simbolik (syariat)
mempengaruhi kebahagian suami istri dengan korelasi keeratan lemah.
Menurut Anwar (2006:89) akhlak merupakan sikap yang muncul
dari jiwa yang berhubungan dengan pemeliharaan dan kebaikan diri untuk
berelasi dengan dunia terutama dalam berhubungan. Pasangan suami istri
harus banyak belajar tentang pasangan masing-masing dan diri sendiri
yang mulai dihadapkan dengan berbagai masalah. Dua kepribadian (suami
maupun istri) untuk dapat sesuai satu sama lainnya, dapat memberi dan
menerima. Selanjutnya Hurlock, 2002 (Suryanto, 2006:199) pentingnya
penyesuaian dan tanggung jawab sebagai suami istri dalam sebuah
pernikahan akan berdampak pada keberhasilan hidup dalam berumah
tangga. Dalam penyesuaian pernikahan yang baik adalah kesanggupan dan
kemampuan sang suami dan istri untuk berhubungan mesra dan saling
memberi dan menerima cinta.
95
l. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan kemampuanmemperoleh perbedaan pendapat.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa terdapat hubungan
dimensi simbolik (syariat) dengan kemampuan memperoleh perbedaan
pendapat dengan koefisien korelasi sebesar 0,231. Dimensi simbolik
(syariat) mempengaruhi kemampuan memperoleh perbedaan pendapat
dengan korelasi keeratan lemah.
Menurut Hurlock (2012:299) perbedaan pendapat di antara
anggota keluarga yang tidak dapat dielakkan, biasanya berakhir dengan
salah satu dari tiga kemungkinan yaitu: adanya ketegangan tanpa
pemecahan, salah satu mengalah demi perdamaian masing-masing
anggota keluarga mencoba untuk saling mengerti pandangan dan
pendapat orang lain.
m. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan kebersamaan.
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat hubungan
dimensi simbolik (syariat) dengan kebersamaan. Koefisien korelasi
sebesar 0,276 . Dimensi simbolik (syariat) mempengaruhi kebersamaan
dengan korelasi keeratan kuat.
Menurut Hurlock (2012:299) apabila penyesuaian pernikahan
dapat berhasil, maka keluarga dapat menikmati waktu yang digunakan
untuk berkumpul bersama. Apabila hubungan keluarga telah dibentuk
dengan baik pada awal-awal tahun pernikahan, maka akan mengikat tali
96
persahabatan yang erat dalam sebuah rumah tangga. Dalam membangun
sebuah rumah tangga harus bisa saling memberikan kasih sayang.
Pernikahan bagi seseorang laki-laki menuntutnya untuk bersedia
menyandang perannya sebagai suami begitu juga dengan istri untuk
bersedia menyandang perannya sebagai istri.
n. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan penyesuaian masalahkeuangan.
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat hubungan
dimensi simbolik (syariat) dengan penyesuaian masalah keuangan
dengan koefisien korelasi sebesar 0,447. Dimensi simbolik (syariat)
mempengaruhi penyesuaian masalah keuangan dengan korelasi keeratan
kuat.
Menurut Hurlock (2012:299) uang mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap penyesuaian diri dengan pernikahan. Suami dan istri harus
mampu menyesuaikan pemasukan dan pengeluaran dengan kebiasaan-
kebiasaan karena sering kali permasalah keuangan menjadi awal
percecokan antara suami dan istri.
o. Hubungan dimensi simbolik (syariat) dengan penyesuaian dari pihakkeluarga
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat hubungan
dimensi simbolik (syariat) dengan penyesuaian dari pihak keluarga
dengan koefisien korelasi sebesar 0,223. Dimensi simbolik (syariat)
97
mempengaruhi penyesuaian masalah keuangan dengan korelasi keeratan
sangat lemah.
Menurut Hurlock (2012:299) penyesuaian diri dengan keluarga
dan anggota keluarga pasangan dengan usia yang berbeda, mulai dari
bayi, hingga nenek/kakek, yang kerapkali mempunyai minat dan nilai
yang berbeda, bahkan berbeda dari segi pendidikan, budaya latar
belakang sosialnya. Suami istri harus mempelajari dan mempelajari dan
menyesuaikan diri bila tidak menginginkan hubungan yang tegang
dengan sanak saudara.
98
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan religiusitas dengan
penyesuaian pernikahan dini di Kabupaten Pesisir Selatan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hubungan religiusitas dengan penyesuaian pernikahan dini di Kabupaten
Pesisir Selatan yaitu terdapat bahwa korelasi 0.521. Menunjukkan ada
hubungan yang kuat antara religiusitas dengan penyesuaian pernikahan.
2. Hubungan antara Indikator Penelitian
a. Hubungan dari setiap per indikator korelasi indikator dimensi subjektif
(aqidah) dengan kebahagian suami istri dapat dilihat hasil perhitungan
korelasi sebesar 0,419 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara dimensi subjektif (aqidah) dengan kebahagian suami istri dengan
kategori keeratan korelasi kuat.
b. Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) dengan kemampuan
memperoleh perbedaan pendapat, dapat digambarkan bahwa diperoleh
yaitu sebesar 0,293 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
dimensi subjektif (aqidah) dengan kemampuan memperoleh perbedaan
pendapat, dengan kategori keeratan korelasi kuat.
c. Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) dengan kebersamaan,
diperoleh sebesar 0,429 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
98
99
antara dimensi subjektif (aqidah) dengan kebersamaan, dengan kategori
keeratan korelasi kuat.
d. Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian
masalah keuangan, diperoleh sebesar 0,157, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara dimensi subjektif (aqidah) dengan
penyesuaian masalah keuangan, dengan kategori keeratan korelasi
sangat lemah.
e. Korelasi indikator dimensi subjektif (aqidah) dengan penyesuaian dari
pihak keluarga, diperoleh sebesar 0,378 dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara dimensi subjektif (aqidah) dengan
penyesuaian dari pihak keluarga dengan kategori keeratan korelasi
lemah.
f. Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) dengan kebahagian suami
istri, diperoleh sebesar 0,598, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara dimensi objektif (akhlak) dengan kebahagian suami
istri dengan kategori keeratan korelasi kuat.
g. Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) dengan kemampuan
memperoleh perbedaan pendapat, diperoleh sebesar 0,393, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi objektif (akhlak)
dengan kebahagian suami istri dengan kategori keeratan korelasi lemah.
h. Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) dengan kebersamaan,
diperoleh sebesar 0,488, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
100
antara dimensi objektif (akhlak) dengan kebersamaan dengan kategori
keeratan korelasi lemah.
i. Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian
masalah keuangan, diperoleh sebesar 0,271 dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian
masalah keuangan dengan kategori keeratan korelasi sangat lemah.
j. Korelasi indikator dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian dari
pihak keluarga, diperoleh sebesar 0,477, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara dimensi objektif (akhlak) dengan penyesuaian
dari pihak keluarga dengan kategori keeratan korelasi kuat.
k. Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) dengan kebahagian suami
istri, diperoleh sebesar 0,338, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara dimensi simbolik (syariat) dengan kebahagian suami
istri dengan kategori keeratan korelasi lemah.
l. Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) dengan kemampuan
memperoleh perbedaan pendapat, diperoleh sebesar 0,231, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi simbolik
(syariat) dengan kemampuan memperoleh perbedaan pendapat dengan
kategori keeratan korelasi sangat lemah.
m.Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) dengan kebersamaan,
diperoleh sebesar 0,276, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara dimensi simbolik (syariat) dengan kebersamaan dengan kategori
keeratan korelasi sangat lemah.
101
n. Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) dengan penyesuaian
masalah keuangan, diperoleh sebesar 0,447, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara dimensi simbolik (syariat) dengan
penyesuaian masalah keuangan dengan kategori keeratan korelasi kuat.
o. Korelasi indikator dimensi simbolik (syariat) dengan penyesuaian dari
pihak keluarga, diperoleh sebesar 0,223, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara dimensi simbolik (syariat) dengan
penyesuaian dari pihak keluarga dengan kategori keeratan korelasi
sangat lemah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dalam penelitian ini, maka peneliti
ingin mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pasangan yang sudah menikah
Perlunya pengetahuan yang luas, baik dari pendidikan ataupun dari
segi pendidikan agama untuk menjalin sebuah rumah tangga, agar tidak
terjadi kesenjangan dalam mengayomi biduk rumah tangga. Selalu
berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT agar senantiasa
diberikan kemudahan dalam menjalani kehidupan pernikahan dan
mengatasi konflik yang muncul dalam kehidupan pernikahan. Kemudian
perlunya keadaan yang stabil dan kepala dingin untuk menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi. Selain itu juga pasangan suami-istri juga
bisa meminta bantuan kepada orang terdekat atau minta bantuan kepada
ahlinya (konselor).
102
2. Bagi pasangan yang akan menikah
Bagi pasangan yang akan menikah diharapkan untuk dapat
menerima kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pasangannya,
sehingga nantinya lebih mudah dalam melakukan penyesuaian sesudah
menikah.
3. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling
Agar dapat mempersiapkan mahasiswanya dengan ilmu
pengetahuan dalam mata kuliah psikologi konseling keluarga.
4. Peneliti Selanjutnya
Agar hasil penelitian ini dapat menjadi landasan atau pedoman,
diharapkan penelti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang
pengaruh penyesuaian diri terhadap pasangan yang menikah muda.
103
KEPUSTAKAAN
Abdullah, Yatimin. (2006). Studi Kontemporer. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Astuti, Y. D. (1999). Hubungan antara Religiusitas dengan Gaya Penjelasanpada Mahasiswa Muslim. Jurnal Psikologika. (Nomor 8). Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia.
Anwar, Ali., & TP. Tono. (2005). Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat.Bandung: Pustaka Setia.
Anwar, Fuady., et al. (2006). Pendidikan Agama Islam. Padang: Angkasa Raya.
Akhir, Jumadil. (2000). Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum.Jakarta: Bulan Bintang.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.
Ali, Mohammad & Ashori Mohammad. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: BumiAksara.
Arifin, Bambang S. (2008). Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia
Azwar, Syaifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: PustakaPelajar.
DeritaAnakKorbanPerceraian.(2006).(http://:www.kompas.com/kesehatan/news/0503/18/110246.htm+korban+perceraian&hl=id&ct=clnk&cd=1&g1id).
Darajat, Zakiah.et al. (2002). Islam dan Ilmu Jiwa. Jakarta: Bulan Bintang.
Fitriah, Lailatul & Jauhar, Mohammad. (2014). Pengantar Psikologi Umum.Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Hurlock, B. Elizabeth. (2012). Psikologi Perkembangan Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Helmawati. (2014). Keluarga Sehat dan Bahagia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif danKuantitatif). Jakarta: Persada Press.
103
104
Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif danKuantitatif). Jakarta: Persada Press.
Kumalasari, Intan & Andhyantoro Iwan. (2012). Kesehatan Reproduksi. Jakarta:Salamba Medika.
Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana.
Mangunwijaya. (1982). Agama dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: PenerbitRainbow.
Mahmud, H. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Nasihat perkawinan. (2006). (http : assunah.or.id/artikel/masalah/nasihat.php).
Mucshlish. (2012). Perbedaan Usia Wanita Ketika Menikah (Remaja danDewasa) dalam Hubungan dengan Penyesuaian Pernikahan di KotaMakasar. Jurnal Psikologi. (Nomor 2 Vol 8). Hlm. 106-109.
Nashori, Fuad & Diana Rachmy. (2002). Mengembangkan Kreativitas dalamPerspektif Psikologi Islam. Yogyakarta: Menara Kudus.
“Perceraian di Jember Terbanyak Ketiga Jawa Timur” (2001, 11 April).Kompas. (online). Diakses 28 Febuari 2006 Http://www.kompas.com.
Prayitno Duwi. (2012). Belajar Cepat Olah Data Stastitik dengan SPSS.Yogyakarta: ANDI OFFSET
Papalia, D. E. et. (2009). Human Development. (B. Marwensdy. Terjemahan).USA. McGraw Hill Companies. Buku Asli diterbitkan tahun 1998.
Ramulyo, Idris Mohd (1996). Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Riyadi, Agus. (2013). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta:Ombak.
Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan PenelitiPemula. Bandung: Alfabeta.
Sarwono, Sarlito W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
105
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif. Bandung:Alfabeta.
Sujianto, Eko Agus. (2009). Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta: PustakaKarya.
Shalih, S Fuad. (2005). Untukmu yang akan Menikah dan Telah Menikah.Jakarta: Pustaka Alkautsar.
Suryanto, Anjani C. (2006). Pola Penyesuaian Perkawinan pada Perkawinanpada Periode Awal. Jurnal Psikologi ( Nomor 3 Vol 8). Hlm. 199.
Sururin. (2004). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sanford, Christine, & Beardsley Wyn. (1994). Membina Hubungan yangHarmonis. Jakarta: Arcan.
Tim Penyusun. (2013). Pedoman Penulisan Skripsi Sekolah Tinggi Keguruan danIlmu Pendidikan. Padang: STKIP PGRI Sumbar Press.
Walgito, Bimo. (2002). Bimbingan dan Konseling Pekawinan. Yogyakarta:Fakultas Psikologi UGM.
Yusuf, Muri A. (2005). Metodologi Penelitian Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah.Padang: UNP Press.
Yusuf, Muri A. (2007). Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.
106
ANGKET SEBELUM DIJUDGE
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHANDINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN
WIKE ARMANELLANIM: 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT2016
104
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya.
Bersama dengan ini Saya mohon Saudara/i mengisi angket tentang “HUBUNGAN
RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DI
KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i dapat memberi jawaban
yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan. Atas bantuan Saudara/i
terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
104
104
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya.
Bersama dengan ini Saya mohon Saudara/i mengisi angket tentang “HUBUNGAN
RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DI
KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i dapat memberi jawaban
yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan. Atas bantuan Saudara/i
terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
104
104
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya.
Bersama dengan ini Saya mohon Saudara/i mengisi angket tentang “HUBUNGAN
RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DI
KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i dapat memberi jawaban
yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan. Atas bantuan Saudara/i
terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
104
105
B. Petunjuk Pengisian Angket
Pada angket ini Saudara/i akan menemukan pernyataan-pernyataan mengenai
Religiusitas. Untuk menjawab setiap pernyataan tersebut disediakan lima alternatif
jawaban. Pilihlah salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda Checklist (√) pada
salah satu alternatif jawaban yang tersedia, alternatif jawaban tersebut adalah :
1. SS jika sangat sesuai dengan keadaan Saudara/i.
2. S jika sesuai dengan keadaan Saudara/i.
3. CS jika cukup sesuai dengan keadaan Saudara/i.
4. KS kurang sesuai dengan keadaan Saudara/i.
5. STS jika sangat tidak sesuai dengan keadaan Saudara/i.
Contoh:
No Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S CS KS STS
1. Saya merasa nyaman setelah membacaAl-Qur’an √
Contoh di atas menunjukan Sesuai dengan keadaan Saudara.
Diharapkan Saudara menjawab semua item pernyataan angket ini tanpa
mengabaikan satu pernyataanpun.
106
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
RELIGIUSITAS
VariabelPenelitian
Indikator Item Jumlah Item
SumberPositif Negatif
Religiusitas(X)
1. Dimensisubjektif(aqidah)
1,7,13,19,25,31,37,43
4,10,16,22,28,34,40,46
16 Diramu dandikembangkansendiri berdasarkan teori(Sururin,2004: 180).
2. Dimensiobjektif(akhlak)
2,8,14,20,26,32,38,44
5,11,17,23,29,35,41,47
16
3. Dimensisimbolik(syariat)
3,9,15,21,27,33,39,45
6,12,18,24,30,36,42,48
16
Total 24 24 48
107
C. Identitas Responden
1. Nama : Tidak Perlu Ditulis
2. Jenis kelamin : ..............................................
3. Tanggal pengisian : ...............................................
D. Item-item Pernyataan AngketNo. Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S CS KS STSA. Dimensi Subjektif (aqidah)1. Saya menyakini bahwa hari kiamat itu memang ada
(+)2. Saya merasa bahwa Allah SWT menolong, disaat
saya kesusahaan (+)3. Saya meyakini bahwa bumi ini Allah SWT yang
mengatur seluruh isinya (+)4. Saya menyakini bahwa Allah SWT maha adil (+)
5. Saya mensyukuri nikmat yang diberikan oleh AllahSWT (+)
6. Saya berserah diri ketika sedang bermasalah (+)
7. Saya meyakini bahwa sifat Allah SWT itu ada (+)
8. Saya meyakini hari pembalasan Allah SWT ituterjadi (+)
9. Saya meragukan adanya kehidupan yang kekal diakhirat (-)
10. Saya kurang yakin bahwa Nabi Muhammadmerupakan nabi terakhir (-)
11. Saya meragukan bahwa malaikat mengawasiapa yang saya lakukan (-)
12. Saya meragukan bahwa Allah SWT itu ada (-)
13. Saya melaksanakan perintah Allah SWT denganniatyang kurang ikhlas (-)
14. Saya kurang yakin Nabi Muhammad Nabi utusanAllah SWT (-)
15. Saya meragukan hari pembalasan Allah SWT akanTerjadi (-)
16 Saya kurang memahami sifat-sifat Allah SWT (-)
B. Dimensi Objektif (akhlak)17. Ketika ada tetangga yang sakit maka saya akan
menjenguknya (+)
108
18. Saya mengikuti kegiatan yang adadilingkungan sekitar (+)
19. Bagi saya amanah merupakan sesuatu yang wajibDijaga (+)
20. Saya merasa senang ketika ada orang lain memintabantuan (+)
21. Saya tersenyum ketika orang lain menghina saya (+)22. Saya ikut gotong royong membersihkan lingkungan
tempat tinggal saya (+)23. Saya menghormati orang yang lebih tua dari saya
(+)24. Saya menyayangi sesama umat Allah SWT (+)
25. Saya enggan menolong orang yang pernah menyakitihati saya (-)
26. Saya kurang memiliki waktu untuk melakukangotongroyong di mesjid (-)
27. Setiap masalah yang menghampiri saya mengeluh (-)
28. Saya kurang mensyukuri rezki yang diberikan olehAllah SWT (-)
29. Saya merasa apabila saya mengikuti kegiatandimesid, kurang bermanfaat bagi saya (-)
30. Saya pasrah apabila Allah SWT memberikancobaankepada saya (-)
31. Saya kurang bisa menghormati orang yang lebihtua
dari saya (-)32. Saya belum bisa menyayangi sesama umat Allah
SWT (-)C. Dimensi Simbolik (syariat)
33. Saya melaksanakan shalat fardhu lima waktu (+)
34. Ketika saya menghadapi masalah, membaca AlQur’an lah yang mampu menenangkan hati saya (+)
35. Saya melaksanakan puasa sunah senin kamis (+)
36. Saya berdzikir ketika selesai shalat (+)
37. Saya bangun malam untuk melaksanakan shalattahajud (+)
38. Hati saya merasa tentram ketika berdzikir (+)
39. Saya melaksankan shalat fardhu diawal waktu (+)
40. Saya memahami bacaan Al-Qur’an (+)
41. Saya merasa kesulitan untuk melaksanakan shalatdengan khusu (-)
109
42. Saya kurang pasif membaca Al-Qur’an (-)
43. Ketika saya berpuasa, saya merasa hanyamendapatkan lapar dan dahaga saja (-)
44. Hati saya merasa gelisah ketika belum membacaAl-Qur’an (-)
45. Saya melalaikan shalat ketika waktunya sudahmasuk(-)
46. Saya belum mampu untuk pergi ketanah suci (-)
47. Saya melalaikan shalat fardhu ketika waktunya telahmasuk (-)
48. Saya merasa doa-doa saya belum dikabulkan olehAllah SWT (-)
110
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i selalu dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya dan selalu berada dalam
lindungan Allah SWT.
Bersama dengan ini Saya meminta bantuan kepada Saudara/i agar bersedia
mengisi angket tentang “HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN
PERNIKAHAN DINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i
dapat memberi jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan.
Atas bantuan Saudara/i terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
110
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i selalu dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya dan selalu berada dalam
lindungan Allah SWT.
Bersama dengan ini Saya meminta bantuan kepada Saudara/i agar bersedia
mengisi angket tentang “HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN
PERNIKAHAN DINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i
dapat memberi jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan.
Atas bantuan Saudara/i terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
110
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i selalu dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya dan selalu berada dalam
lindungan Allah SWT.
Bersama dengan ini Saya meminta bantuan kepada Saudara/i agar bersedia
mengisi angket tentang “HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN
PERNIKAHAN DINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i
dapat memberi jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan.
Atas bantuan Saudara/i terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
111
B. Petunjuk Pengisian Angket
Pada angket ini Saudara/i akan menemukan pernyataan-pernyataan mengenai
penyesuaian pernikahan. Untuk menjawab setiap pernyataan tersebut disediakan lima
alternatif jawaban. Pilihlah salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda Checklist
(√) pada salah satu alternatif jawaban tersedia, alternatif jawaban tersebut adalah :
1. SS jika sangat sesuai dengan keadaan Saudara/i.
2. S jika sesuai dengan keadaan Saudara/i.
3. CS jika cukup sesuai dengan keadaan Saudara/i.
4. KS kurang sesuai dengan keadaan Saudara/i.
5. STS jika sangat tidak sesuai dengan keadaan Saudara/i.
Contoh:
No Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S CS KS STS
1.
saya merasa senang ketika pasangansaya tiba dirumah √
Contoh di atas menunjukan Sesuai dengan keadaan Saudara.
Diharapkan Saudara menjawab semua item pernyataan angket ini tanpa
mengabaikan satu pernyataanpun.
112
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
PENYESUAIAN PERNIKAHAN
VariabelPenelitian
Indikator Item JumlahItem
SumberPositif Negatif
PenyesuaianPernikahan
(Y)
1. Kebahagian suamiIstri
1,11,21,31,4151
6,16,26,36,4656
12 Diramu dandikembangkan sendiriberdasarkanteori(Hurlock,2012: 299).
2. Kemampuanmemperolehkepuasanperbedaanpendapat
2,12,22,32,4252,
7,17,27,37,4757
12
3. Kebersamaan 3,13,23,33,4353,
8,18,28,38,4858
12
4. Penyesuaian yangbaik masalahkeuangan
4,14,24,34,44 54,
9,19,29,39,4959
12
5. Penyesuaian yangbaik dari pihakkeluarga
5,15,25,35,45 55,
10,20,30,40,5060
12
Total 30 30 60
113
C. Identitas Responden
1. Nama : Tidak Perlu Ditulis
2. Jenis kelamin : ..............................................
3. Tanggal pengisian : ...............................................
D. Item-item Pernyataan AngketNo. Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S CS KS STSA. Kebahagian Suami Istri1. Saya menerima kelebihan pasangan saya (+)
2. Saya tersenyum ketika pasangan saya tiba di rumah(+)
3. Saya mengungkapkan kata-kata romantickepada pasangan saya (+)
4. Saya bahagia karena telah menjadi suami/istri daripasangan saya (+)
5. Saya melayani pasangan saya dengan baik (+)
6. Saya menerima pasangan saya apa adannya (+)
7. Saya merasa bahwa kami bukan pasangan yangcocok(-)
8. Saya kurang bahagia hidup bersama pasangan saya(-)
9. Saya merasa menyesal karena telah menjadisuami/istri dari pasangan saya (-)
10. Saya merasa bahwa pasangan saya bukanlah orangyang tepat bagi saya (-)
11. Pasangan saya membuat saya kecewa (-)
12. Saya merasa bahwa pasangan saya kurang pedulikepada saya (-)
B. Kemampuan Memperoleh Kepuasan Perbedaan Pendapat
13. Kami menyelesaikan masalah dengan kepala dingin(+)
14. Perbedaan pendapat bukan hal yang bisa memicukami bertengkar (+)
15. Dalam menyelesaikan masalah kami selalumendiskusikannya secara bersama
16. Kami jarang memperdebatkan masalah yang kurangpenting (+)
17. Kami menanggapi suatu permasalahan denganlapangdada (+)
114
18. Ketika ada masalah kami membicarakannya dengantenang (+)
19. Pasangan saya suka membesar-besarkan masalah (-)
20. Saya memperdebatkan masalah yang kurangpenting(-)
21. Hanya pendapat dari pasangan saya saja yang harusdidengarkan (-)
22. Kami berdebat karena pasangan suka mengungkitmasa lalu (-)
23. Saya mengalah ketika sedang bertengkar (-)
24. Kami menyelesaikan masalah dengan bertengkar (-)
C. Kebersamaan25. Saya lebih suka menghabiskan waktu liburan,
bersama pasangan saya (+)26. Pasangan saya ada waktu untuk saya (+)
27. Sesibuk apapun kami menghabiskan waktu liburanbersama (+)
28. Pasangan saya memusyawarahkan kepada sayadalam mengambil keputusan (+)
29. Kami menghadiri acara pesta bersama-sama (+)
30. Pada saya berulang tahun, biasanya kamimerayakannya bersama (+)
31. Kami menghabiskan waktu liburan tanpa pasangan(-)
32. Pasangan saya sibuk dengan urusannya sendiri (-)
33. Pasangan saya mengambil keputusan sendiri tanpadimusyawarahkan terlebih dahulu (-)
34. Saya merayakan hari ulang tahun saya sendirian (-)
35. Pasangan saya mementingkan waktu bersamateman-temannya dibandingkan dengan saya
36. Saya merasa khawatir apabila pasangan saya belummenghubungi ketika berpergian (-)
D. Penyesuaian yang Baik Masalah Keuangan
37. Saya menyisihkan uang untuk ditabungkan (+)
38. Kebutuhan sehari-hari kami sesuai denganpenghasilan yang diperoleh (+)
39. Pendapatan kami menutupi semua pengeluaran(+)
40. Saya bisa mengatur keuangan dengan baik (-)
41. Kami memanfaatkan penghasilan untuk hal yangpenting saja (+)
115
42. Kami memiliki penghasilan tambahan untukmencukupi biaya hidup (+)
43. Masalah keuangan membuat kami bertengkar (-)
44. Saya mengalami kesulitan dalam mengaturkeuangan (-)
45. Saya suka membelanjakan uang sesuka hati (-)
46. Kami kesusahan menyelesaikan masalah yangberkaitan dengan uang (-)
47. Saya merasa uang yang diberikan kurangmencukupikebutuhan sehari-hari (-)
48. Saya merasa belum siap untuk mencari penghasilansendiri (-)
E. Penyesuaian yang Baik dari Pihak Keluarga
49. Saya menjaga hubungan silahturahmi dengankeluarga pasangan (+)
50. Keluarga saya menyukai pasangan saya (+)
51. Saya akrab dengan ipar-ipar saya (+)
52. Keluarga pasangan saya dapat menerima sayadenganbaik (+)
53. Saya menerima arahan dari keluargapasangan saya (+)
54. Keluarga pasangan membantu bila kami mengalamikesulitan (+)
55. Saya terlibat konflik dengan keluarga pasangansaya (-)
56. Keluarga pasangan saya kurang menyukai saya (-)
57. Saya kurang berkeinginan menjalin hubungan yangbaik di lingkungan keluarga saya (-)
58. Mertua saya berselisih paham kepada saya (-)
59. Pasangan saya kurang suka menghadiri acara-acarakeluarga (-)
60.Saya belum bisa menyesuaikan diri dengan keluargapasangan (-)
114
ANGKET SESUDAH DIJUDGE
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DIKABUPATEN PESISIR SELATAN
WIKE ARMANELLANPM: 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT2016
115
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya.
Bersama dengan ini Saya mohon Saudara/i mengisi angket tentang “HUBUNGAN
RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DI
KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i dapat memberi jawaban
yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan. Atas bantuan Saudara/i
terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
115
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya.
Bersama dengan ini Saya mohon Saudara/i mengisi angket tentang “HUBUNGAN
RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DI
KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i dapat memberi jawaban
yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan. Atas bantuan Saudara/i
terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
115
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya.
Bersama dengan ini Saya mohon Saudara/i mengisi angket tentang “HUBUNGAN
RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DI
KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i dapat memberi jawaban
yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan. Atas bantuan Saudara/i
terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
116
B. Petunjuk Pengisian Angket
Pada angket ini Saudara/i akan menemukan pernyataan-pernyataan mengenai
Religiusitas. Untuk menjawab setiap pernyataan tersebut disediakan lima alternatif
jawaban. Pilihlah salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda Checklist (√) pada
salah satu alternatif jawaban yang tersedia, alternatif jawaban tersebut adalah :
1. SS jika sangat sesuai dengan keadaan Saudara/i.
2. S jika sesuai dengan keadaan Saudara/i.
3. CS jika cukup sesuai dengan keadaan Saudara/i.
4. KS kurang sesuai dengan keadaan Saudara/i.
5. STS jika sangat tidak sesuai dengan keadaan Saudara/i.
Contoh:
No Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S CS KS STS
1. Saya merasa nyaman setelah membacaAl-Qur’an √
Contoh di atas menunjukan Sesuai dengan keadaan Saudara.
Diharapkan Saudara menjawab semua item pernyataan angket ini tanpa
mengabaikan satu pernyataanpun.
117
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
RELIGIUSITAS
VariabelPenelitian
Indikator Item Jumlah Item
SumberPositif Negatif
Religiusitas(X)
4. Dimensisubjektif(aqidah)
1,7,13,19,21,30,36
4,10,16,27,33,39, 43
14 Diramu dandikembangkansendiri berdasarkan teori(Sururin,2004: 180).
5. Dimensiobjektif(akhlak)
2,8,14,20,24,25,31,37,41
5,11,17,22,28,34,40 16
6. Dimensisimbolik(syariat)
3,9,15,26,32,38,42
6,12,18,23,29,35,44 14
Total 23 21 44
118
C. Identitas Responden
1. Nama : Tidak Perlu Ditulis
2. Jenis kelamin : ..............................................
3. Tanggal pengisian : ...............................................
D. Item-item Pernyataan Angket
No.Pernyataan Jawaban
SS S CS KS STS1. Saya menyakini bahwa hari kiamat itu memang ada
(+)2. Ketika ada tetangga yang sakit maka saya akan
menjenguknya (+)
3. Saya melaksanakan shalat fardhu lima waktu seharisemalam (+)
4. Saya meragukan adanya kehidupan yang kekal diakhirat (-)
5. Saya enggan menolong orang yang pernah menyakitihati saya (-)
6. Saya merasa kesulitan untuk melaksanakan shalatdengan khusu (-)
7. Saya merasa bahwa Allah SWT menolong, disaatsaya kesusahaan (+)
8. Saya mengikuti kegiatan yang ada dilingkungansekitar (+)
9. Ketika saya membaca Al-Qur’an mampu membuathati saya tentram (+)
10. Saya kurang yakin bahwa Nabi Muhammadmerupakan nabi terakhir (-)
11. Saya kurang memiliki waktu untuk melakukan gotongroyong di mesjid (-)
12. Saya kurang lancar membaca Al-Qur’an (-)
13. Saya meyakini bahwa bumi ini Allah SWT yangmengatur seluruh isinya (+)
14. Bagi saya amanah merupakan sesuatu yang wajibdijaga (+)
15. Saya melaksanakan puasa sunah Senin Kamis (+)
16. Saya meragukan bahwa malaikat mengawasiapa yang saya lakukan (-)
17. Setiap masalah yang menghampiri saya mengeluh (-)
18. Ketika saya berpuasa, saya merasa hanyamendapatkan lapar dan dahaga saja (-)
119
19. Saya menyakini bahwa Allah SWT maha adil (+)
20. Saya merasa senang ketika ada orang lain memintabantuan (+)
21. Saya meragukan bahwa Allah SWT itu ada (-)
22. Saya kurang mensyukuri rezki yang diberikan olehAllah SWT (-)
23. Hati saya merasa gelisah ketika belum membacaAl-Qur’an (-)
24. Saya mensyukuri nikmat yang diberikan oleh AllahSWT (+)
25. Saya tersenyum ketika orang lain menghina saya (+)
26. Saya bangun malam untuk melaksanakan shalattahajud (+)
27. Saya melaksanakan perintah Allah SWT dengan niatyang kurang ikhlas (-)
28. Saya merasa apabila saya mengikuti kegiatandi mesjid, kurang bermanfaat bagi saya (-)
29. Saya melalaikan shalat ketika waktunya sudah masuk(-)
30. Saya berserah diri kepada Allah SWT ketika sedangbermasalah (+)
31. Saya ikut gotong royong membersihkan lingkungantempat tinggal saya (+)
32. Hati saya merasa tentram ketika berdzikir (+)
33. Saya kurang yakin Nabi Muhammad Nabi utusanAllah SWT (-)
34. Saya pasrah apabila Allah SWT memberikan cobaankepada saya (-)
35. Saya belum mampu untuk pergi ketanah suci (-)
36. Saya meyakini bahwa sifat Allah SWT itu ada (+)
37. Saya menghormati orang yang lebih tua dari saya (+)
38. Saya melaksanakan shalat fardhu diawal waktu (+)
39. Saya meragukan hari pembalasan Allah SWT akanTerjadi (-)
40. Saya kurang bisa menghormati orang yang lebih tuadari saya (-)
41. Saya menyayangi sesama hamba Allah SWT (+)
42. Saya memahami bacaan Al-Qur’an (+)
43. Saya kurang memahami sifat-sifat Allah SWT (-)
120
44. Saya merasa doa-doa saya belum dikabulkan olehAllah SWT (-)
121
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i selalu dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya dan selalu berada dalam
lindungan Allah SWT.
Bersama dengan ini Saya meminta bantuan kepada Saudara/i agar bersedia
mengisi angket tentang “HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN
PERNIKAHAN DINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i
dapat memberi jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan.
Atas bantuan Saudara/i terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
121
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i selalu dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya dan selalu berada dalam
lindungan Allah SWT.
Bersama dengan ini Saya meminta bantuan kepada Saudara/i agar bersedia
mengisi angket tentang “HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN
PERNIKAHAN DINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i
dapat memberi jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan.
Atas bantuan Saudara/i terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
121
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i selalu dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya dan selalu berada dalam
lindungan Allah SWT.
Bersama dengan ini Saya meminta bantuan kepada Saudara/i agar bersedia
mengisi angket tentang “HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN
PERNIKAHAN DINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i
dapat memberi jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan.
Atas bantuan Saudara/i terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
122
B. Petunjuk Pengisian Angket
Pada angket ini Saudara/i akan menemukan pernyataan-pernyataan mengenai
penyesuaian pernikahan. Untuk menjawab setiap pernyataan tersebut disediakan lima
alternatif jawaban. Pilihlah salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda Checklist
(√) pada salah satu alternatif jawaban tersedia, alternatif jawaban tersebut adalah :
1. SS jika sangat sesuai dengan keadaan Saudara/i.
2. S jika sesuai dengan keadaan Saudara/i.
3. CS jika cukup sesuai dengan keadaan Saudara/i.
4. KS kurang sesuai dengan keadaan Saudara/i.
5. STS jika sangat tidak sesuai dengan keadaan Saudara/i.
Contoh:
No Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S CS KS STS
1. saya merasa senang ketika pasangansaya tiba dirumah √
Contoh di atas menunjukan Sesuai dengan keadaan Saudara.
Diharapkan Saudara menjawab semua item pernyataan angket ini tanpa
mengabaikan satu pernyataanpun.
123
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
PENYESUAIAN PERNIKAHAN
VariabelPenelitian
Indikator Item Jumlah Item
SumberPositif Negatif
PenyesuaianPernikahan
(Y)
6. Kebahagian suamiIstri
1,11,21,31,3746
6,16,26,32,4251,53
13 Diramu dandikembangkan sendiriberdasarkanteori(Hurlock,2012: 299).
7. Kemampuanmemperolehkepuasanperbedaanpendapat
2,12,22,38,47
7,17,27,33,4352 11
8. Kebersamaan 3,13,23,39,48
8,18,28,38,44 10
9. Penyesuaian yangbaik masalahkeuangan
4,14,24,40,49
9,19,29,35,54 10
10. Penyesuaian yangbaik dari pihakkeluarga
5,15,25,41,50
10,20,30,36,4555
11
Total 26 29 55
124
C. Identitas Responden
1. Nama : Tidak Perlu Ditulis
2. Jenis kelamin : ..............................................
3. Tanggal pengisian : ...............................................
D. Item-item Pernyataan Angket
No. Pernyataan JawabanSS S CS KS STS
1. Saya menerima kelebihan pasangan saya (+)
2. Saya menyelesaikan masalah dengan kepala dingin(+)
3. Saya lebih suka menghabiskan waktu liburan,bersama pasangan saya (+)
4. Saya menyisihkan uang untuk ditabungkan (+)
5. Saya menjaga hubungan silahturahmi dengankeluarga pasangan (+)
6. Saya merasa bahwa kami bukan pasangan yang cocok(-)
7. Pasangan saya suka membesar-besarkan masalah (-)
8. Saya menghabiskan waktu liburan tanpa pasangan(-)
9. Masalah keuangan membuat Saya bertengkar (-)
10. Saya terlibat konflik dengan keluarga pasangansaya (-)
11. Saya tersenyum ketika pasangan saya tiba di rumah(+)
12. Perbedaan pendapat bukan hal yang bisa memicuSaya bertengkar (+)
13. Pasangan saya ada waktu untuk saya (+)
14. Kebutuhan sehari-hari sesuai denganpenghasilan yang diperoleh (+)
15. Keluarga saya menyukai pasangan saya (+)
16. Saya kurang bahagia hidup bersama pasangan saya(-)
17. Saya memperdebatkan masalah yang kurang penting(-)
18. Pasangan saya sibuk dengan urusannya sendiri (-)
19. Saya mengalami kesulitan dalam mengaturkeuangan (-)
125
20. Keluarga pasangan saya kurang menyukai saya (-)21. Saya mengungkapkan kata-kata romantis
kepada pasangan saya (+)22. Dalam menyelesaikan masalah saya selalu
mendiskusikannya secara bersama (+)23. Sesibuk apapun saya menghabiskan waktu liburan
bersama (+)24. Pendapatan menutupi semua pengeluaran
(+)25. Saya akrab dengan ipar-ipar saya (+)
26. Saya merasa menyesal karena telah menjadisuami/istri dari pasangan saya (-)
27. Hanya pendapat dari pasangan saya saja yang harusdidengarkan (-)
28. Pasangan saya mengambil keputusan sendiri tanpadimusyawarahkan terlebih dahulu (-)
29. Saya suka membelanjakan uang sesuka hati (-)
30. Saya kurang berkeinginan menjalin hubungan yangbaik di lingkungan keluarga saya (-)
31. Saya bahagia karena telah menjadi suami/istri daripasangan saya (+)
32. Saya merasa bahwa pasangan saya bukanlah orangyang tepat bagi saya (-)
33. Saya berdebat karena pasangan suka mengungkitmasa lalu (-)
34. Saya merayakan hari ulang tahun saya sendirian (-)
35. Saya kesusahan menyelesaikan masalah yangberkaitan dengan uang (-)
36. Mertua saya berselisih paham kepada saya (-)
37. Saya melayani pasangan saya dengan baik (+)38. Saya menanggapi suatu permasalahan dengan lapang
dada (+)39. Saya menghadiri acara pesta bersama-sama (+)40. Saya memanfaatkan penghasilan untuk hal yang
penting saja (+)41. Saya menerima arahan dari keluarga
pasangan saya (+)42. Pasangan saya membuat saya kecewa (-)43. Saya mengalah ketika sedang bertengkar (-)44. Pasangan saya mementingkan waktu bersama
teman-temannya dibandingkan dengan saya (-)45. Pasangan saya kurang suka menghadiri acara-acara
keluarga (-)46. Saya menerima pasangan saya apa adanya (+)
126
47. Ketika ada masalah saya membicarakannya dengantenang (+)
48. Pada saya berulang tahun, biasanya sayamerayakannya bersama (+)
49. saya memiliki penghasilan tambahan untukmencukupi biaya hidup (+)
50. Keluarga pasangan membantu apabila sayamengalami kesulitan (+)
51. Saya merasa bahwa pasangan saya kurang pedulikepada saya (-)
52. Saya menyelesaikan masalah dengan bertengkar (-)53. Saya merasa khawatir apabila pasangan saya belum
menghubungi ketika berpergian (-)54. Saya merasa belum siap untuk mencari penghasilan
sendiri (-)55. Saya belum bisa menyesuaikan diri dengan keluarga
pasangan (-)
127
ANGKET PENELITIAN
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DIKABUPATEN PESISIR SELATAN
WIKE ARMANELLANPM: 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT2016
127
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya.
Bersama dengan ini Saya mohon Saudara/i mengisi angket tentang “HUBUNGAN
RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DI
KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i dapat memberi jawaban
yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan. Atas bantuan Saudara/i
terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
127
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya.
Bersama dengan ini Saya mohon Saudara/i mengisi angket tentang “HUBUNGAN
RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DI
KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i dapat memberi jawaban
yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan. Atas bantuan Saudara/i
terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
127
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Terlebih dahulu Saya mendo’akan semoga Saudara/i dalam keadaan sehat
wal’afiat sehingga bisa beraktivitas untuk menjalankan tugasnya.
Bersama dengan ini Saya mohon Saudara/i mengisi angket tentang “HUBUNGAN
RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DI
KABUPATEN PESISIR SELATAN”, untuk itu Saudara/i dapat memberi jawaban
yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang Saudara/i rasakan. Atas bantuan Saudara/i
terlebih dahulu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Padang, Mei 2016
Wike ArmanellaNPM: 12060210
128
B. Petunjuk Pengisian Angket
Pada angket ini Saudara/i akan menemukan pernyataan-pernyataan mengenai
Religiusitas. Untuk menjawab setiap pernyataan tersebut disediakan lima alternatif
jawaban. Pilihlah salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda Checklist (√) pada
salah satu alternatif jawaban yang tersedia, alternatif jawaban tersebut adalah :
1. SS jika sangat sesuai dengan keadaan Saudara/i.
2. S jika sesuai dengan keadaan Saudara/i.
3. CS jika cukup sesuai dengan keadaan Saudara/i.
4. KS kurang sesuai dengan keadaan Saudara/i.
5. STS jika sangat tidak sesuai dengan keadaan Saudara/i.
Contoh:
No Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S CS KS STS
2. Saya merasa nyaman setelah membacaAl-Qur’an √
Contoh di atas menunjukan Sesuai dengan keadaan Saudara.
Diharapkan Saudara menjawab semua item pernyataan angket ini tanpa
mengabaikan satu pernyataanpun.
129
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN RELIGIUSITAS DANPENYESUAIAN PERNIKAHAN
VariabelPenelitian
Indikator Item Jumlah SumberPositif Negatif
Religiusitas(X)
1. DimensiSubjektif(aqidah)
1,5,10,24,29
7,13,17,22,27,35
11 Diramu dandikembangkan sendiri berdasarkanteori(Sururin,2004: 180).
2. DimensiObjektif(akhlak)
2,6,11,16,20,21,25,30,33
4,8,14,18,28,32
15
3. DimensiSimbolik(syariat)
3,12,2631,34
9,15,19,23
9
Total 19 16 35
Penyesuaianpernikahan
(Y)
1. Kebahagiansuami istri
1,10,20,31,39
6,15,28,36
9 Diramu dandikembangkan sendiri berdasarkanteori(Hurlock,1980: 299).
2. Kemampuanmemperolehkepuasanpendapat
2,11,32 16,24,2937,42
8
3. Kebersamaan 3,12,2133
7,17,25,30
8
4. Penyesuaianyang baikmasalahkeuangan
4,13,22,34,40
8,18,26, 8
5. penyesuaianyang baikdari pihakkeluargapasangan
5,14,23,35,41
9,19,27,38,43
10
Total 22 21 43
130
A. Identitas Responden
1. Nama : Tidak Perlu Ditulis
2. Jenis kelamin : ..............................................
3. Tanggal pengisian : ...............................................
No. Pernyataan JawabanSS S CS KS STS
1. Saya menyakini bahwa hari kiamat itu memang ada
2. Ketika ada tetangga yang sakit maka saya akanmenjenguknya
3. Saya melaksanakan shalat fardhu lima waktu seharisemalam
4. Saya enggan menolong orang yang pernah menyakitihati saya
5. Saya merasa bahwa Allah SWT menolong, disaatsaya kesusahaan
6. Saya mengikuti kegiatan yang ada dilingkungansekitar
7. Saya kurang yakin bahwa Nabi Muhammadmerupakan nabi terakhir
8. Saya kurang memiliki waktu untuk melakukan gotongroyong di mesjid
9. Saya kurang lancar membaca Al-Qur’an
10. Saya meyakini bahwa bumi ini Allah SWT yangmengatur seluruh isinya
11. Bagi saya amanah merupakan sesuatu yang wajibdijaga
12. Saya melaksanakan puasa sunah Senin Kamis
13. Saya meragukan bahwa malaikat mengawasiapa yang saya lakukan
14. Setiap masalah yang menghampiri saya mengeluh
15. Ketika saya berpuasa, saya merasa hanyamendapatkan lapar dan dahaga saja
16. Saya merasa senang ketika ada orang lain memintabantuan
17. Saya meragukan bahwa Allah SWT itu ada
131
18. Saya kurang mensyukuri rezki yang diberikan olehAllah SWT
19. Hati saya merasa gelisah ketika belum membacaAl-Qur’an
20. Saya mensyukuri nikmat yang diberikan oleh AllahSWT
21. Saya tersenyum ketika orang lain menghina saya
22. Saya melaksanakan perintah Allah SWT dengan niatyang kurang ikhlas
23. Saya melalaikan shalat ketika waktunya sudah masuk
24. Saya berserah diri kepada Allah SWT ketika sedangbermasalah
25. Saya ikut gotong royong membersihkan lingkungantempat tinggal saya
26. Hati saya merasa tentram ketika berdzikir
27. Saya kurang yakin Nabi Muhammad Nabi utusanAllah SWT
28. Saya pasrah apabila Allah SWT memberikan cobaankepada saya
29. Saya meyakini bahwa sifat Allah SWT itu ada
30. Saya menghormati orang yang lebih tua dari saya
31. Saya melaksanakan shalat fardhu diawal waktu
32. Saya kurang bisa menghormati orang yang lebih tuadari saya
33. Saya menyayangi sesama hamba Allah SWT
34. Saya memahami bacaan Al-Qur’an
35. Saya kurang memahami sifat-sifat Allah SWT
132
B. Item-item Pernyataan Angket
No. Pernyataan JawabanSS S CS KS STS
1. Saya menerima kelebihan pasangan saya
2. Saya menyelesaikan masalah dengan kepala dingin
3. Saya lebih suka menghabiskan waktu liburan,bersama pasangan saya
4. Saya menyisihkan uang untuk ditabungkan
5. Saya menjaga hubungan silahturahmi dengankeluarga pasangan
6. Saya kurang cocok dengan pasangan saya7. Saya menghabiskan waktu liburan tanpa pasangan
8. Masalah keuangan saya dapat memicu pertengkaran
9. Saya terlibat konflik dengan keluarga pasangansaya
10. Saya tersenyum ketika pasangan saya tiba di rumah
11. Perbedaan pendapat bukan hal yang bisa memicusaya bertengkar
12. Pasangan saya ada waktu untuk saya
13. Kebutuhan sehari-hari saya sesuai denganpenghasilan yang diperoleh
14. Keluarga saya menyukai pasangan saya
15. Saya kurang bahagia hidup bersama pasangan saya
16. Saya memperdebatkan masalah yang kurang penting
17. Pasangan saya sibuk dengan urusannya sendiri
18. Saya mengalami kesulitan dalam mengaturkeuangan
19. Keluarga pasangan saya kurang menyukai saya20. Saya mengungkapkan kata-kata romantic
kepada pasangan saya21. Sesibuk apapun saya menghabiskan waktu liburan
bersama pasangan saya22. Pendapatan pasangan saya menutupi semua
pengeluaran23. Saya akrab dengan ipar-ipar saya
133
24. Hanya pendapat dari pasangan saya saja yang harusDidengarkan
25. Pasangan saya mengambil keputusan sendiri tanpadimusyawarahkan terlebih dahulu
26. Saya suka membelanjakan uang sesuka hati
27. Saya kurang berkeinginan menjalin hubungan yangbaik di lingkungan keluarga pasangan saya
28. Saya merasa bahwa pasangan saya bukanlah orangyang tepat bagi saya
29. Saya berdebat karena pasangan suka mengungkitmasa lalu
30. Saya merayakan hari ulang tahun saya sendirian
31. Saya melayani pasangan saya dengan baik32. Saya menanggapi suatu permasalahan dengan lapang
dada33. Saya menghadiri acara pesta bersama-sama34. Saya memanfaatkan penghasilan untuk hal yang
penting saja35. Saya menerima arahan dari keluarga
pasangan saya36. Pasangan saya membuat saya kecewa37. Saya mengalah ketika sedang bertengkar38. Pasangan saya kurang suka menghadiri acara-acara
keluarga39. Saya menerima pasangan saya apa adanya40. Saya memiliki penghasilan tambahan untuk
mencukupi biaya hidup41. Keluarga pasangan membantu bila kami mengalami
kesulitan42. Saya menyelesaikan masalah dengan bertengkar43. Saya belum bisa menyesuaikan diri dengan keluarga
pasangan
134
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DIKABUPATEN PESISIR SELATAN
UJI AHLI (JUDGE)
ANGKET
WIKE ARMANELLANPM : 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT2016
134
Kepada Yth:Bapak/IbuDosen BK STKIP PGRI Sumbardi-tempatPadang.
Dengan hormat, perkenankan saya meminta waktu Bapak/Ibu untukmenilai angket penelitian yang telah saya siapkan. Kesediaan Bapak/Ibu untukmenilai angket ini amat penting artinya bagi keberhasilan penelitian yang sayalakukan guna menyelesaikan skripsi yang merupakan salah satu persyaratanmenyelesaikan studi S-1.
Penilaian meliputi kesesuaian definisi operasional dengan variabelpenelitian, indikator dengan definisi operasional, dan kesesuaian item denganindikator masing-masing.
Untuk dapat menilai kesesuaian angket penelitian ini telah disertakanvariabel, definisi operasional, dan angket mengenai religiusitas dan pernikahandini.
Penilaian dilakukan dengan melingkari salah satu skor dari 4 (empat)alternatif skor 1, 2, 3, dan 4. Masing-masing skor menunjukkan tingkatrelevansi antara indikator dengan definisi operasional, dan item denganindikatornya. Tingkat relevansi item pernyataan yang dimaksud sebagai berikut:
Skor 1 Tidak RelevanSkor 2 Cukup RelevanSkor 3 RelevanSkor 4 Sangat Relevan
Jika ada saran perbaikan mohon dapat dituliskan pada bagian yang telahdisediakan.
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas kesediaan Bapak/Ibumenilai angket ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Padang, April 2016Hormat saya,
Wike Armanella
135
ANGKET PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Religiusitas
2. Penyesuaian Pernikahan
B. Definisi Operasional
Defenisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini yaitu:
1. Religiusitas adalah suatu kepercayaan yang dianut sebagai pedoman dalam
kehidupan dan terarahnya perilaku seseorang sesuai ajaran yang telah
ditetapkan. Religiusitas terdiri dari 3 dimensi, yaitu (1) Dimensi subjektif
(aqidah), (2) Dimensi objektif (akhlak), dan (3) Dimensi Simbolik
(syariat).
2. Penyesuaian pernikahan merupakan proses membiasakan diri atau proses
beradaptasi diantara dua individu (suami maupun istri) untuk memenuhi
harapan atau tujuan pernikahan dan memecahkan masalah yang muncul
dalam pernikahan. Keberhasilan penyesuaian pernikahan terdiri dari 5
kriteria, yaitu (1) Kebahagian suami istri, (2) Kemampuan untuk
memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat, (3) Kebersamaan, (4)
Penyesuaian yang baik masalah keuangan, dan (5) Penyesuaian yang baik
dari pihak keluarga pasangan.
136
C. Kisi-kisi Angket Penelitian
Tabel 1. Kisi-kisi Angket ReligiusitasVariabel
PenelitianIndikator Item Jumlah
ItemSumber
Positif Negatif
Religiusitas(X)
11. DimensiSubjektif(aqidah)
1,7,13,19,25,31,37,43
4,10,16,22,28,34,40,46
18Diramu dandikembangkan sendiriberdasarkanteori(Sururin,2004: 180).
12. Dimensi
objektif(akhlak)
2,8,14,20,26,32,38,44
5,11,17,23,29,35,41,47
18
13. Dimensi
Simbolik(syariat)
3,9,15,27,33,39,45
6,12,18,24,30,36,42,48
18
Total 24 24 48
Tabel 2. Kisi-kisi Angket Penyesuaian PernikahanVariabel
PenelitianIndikator Item Jumlah
ItemSumber
Positif Negatif
PenyesuaianPernikahan
(Y)
1. Kebahagiansuami istri
1,11,21,31,41,51
6,16,26,36,46,56
12 Diramu dandikembangkan sendiriberdasarkanteori(Hurlock,2012: 299).
2. Kemampuanmemperolehkepuasanpendapat
2,12,22,32,42,52,
7,17,27,37,47,57
12
3. Kebersamaan 3,13,23,33,43,53,
8,18,28,38,48,58
12
4. Penyesuaianyang baikmasalahkeuangan
4,14,24,34,44,54,
9,19,29,39,49,59
12
5. penyesuaianyang baikdari pihakkeluargapasangan
5,15,25,35,45,55,
10,20,30,40,50,60
12
Total 30 30 60
137
138
139
140
141
142
Saran Perbaikan:....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Identitas Penilai (Ahli):
Nama dan gelar : …………………………………………………….
Jabatan : …………………………………………………….
Bidang keahlian : …………………………………………………….
Instansi tempat bertugas : …………………………………………………….
Tanda tangan : …………………………………………………….
143
Rujukan / Sumber :Sururin. (2004). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Hurlock, B. Elizabeth. (2012). Psikologi Perkembangan Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
134
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHANDINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN
UJI AHLI (JUDGE)
ANGKET
WIKE ARMANELLANPM : 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT2016
144
Kepada Yth:Bapak/IbuDosen BK STKIP PGRI Sumbardi-tempatPadang.
Dengan hormat, perkenankan saya meminta waktu Bapak/Ibu untukmenilai angket penelitian yang telah saya siapkan. Kesediaan Bapak/Ibu untukmenilai angket ini amat penting artinya bagi keberhasilan penelitian yang sayalakukan guna menyelesaikan skripsi yang merupakan salah satu persyaratanmenyelesaikan studi S-1.
Penilaian meliputi kesesuaian definisi operasional dengan variabelpenelitian, indikator dengan definisi operasional, dan kesesuaian item denganindikator masing-masing.
Untuk dapat menilai kesesuaian angket penelitian ini telah disertakanvariabel, definisi operasional, dan angket mengenai religiusitas dan pernikahandini.
Penilaian dilakukan dengan melingkari salah satu skor dari 4 (empat)alternatif skor 1, 2, 3, dan 4. Masing-masing skor menunjukkan tingkatrelevansi antara indikator dengan definisi operasional, dan item denganindikatornya. Tingkat relevansi item pernyataan yang dimaksud sebagai berikut:
Skor 1 Tidak RelevanSkor 2 Cukup RelevanSkor 3 RelevanSkor 4 Sangat Relevan
Jika ada saran perbaikan mohon dapat dituliskan pada bagian yang telahdisediakan.
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas kesediaan Bapak/Ibumenilai angket ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Padang, April 2016Hormat saya,
Wike Armanella
145
ANGKET PENELITIAN
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu:
3. Religiusitas
4. Penyesuaian Pernikahan
E. Definisi Operasional
Defenisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini yaitu:
3. Religiusitas adalah suatu kepercayaan yang dianut sebagai pedoman dalam
kehidupan dan terarahnya perilaku seseorang sesuai ajaran yang telah
ditetapkan. Religiusitas terdiri dari 3 dimensi, yaitu (1) Dimensi subjektif
(aqidah), (2) Dimensi objektif (akhlak), dan (3) Dimensi Simbolik
(syariat).
4. Penyesuaian pernikahan merupakan proses membiasakan diri atau proses
beradaptasi diantara dua individu (suami maupun istri) untuk memenuhi
harapan atau tujuan pernikahan dan memecahkan masalah yang muncul
dalam pernikahan. Keberhasilan penyesuaian pernikahan terdiri dari 5
kriteria, yaitu (1) Kebahagian suami istri, (2) Kemampuan untuk
memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat, (3) Kebersamaan, (4)
Penyesuaian yang baik masalah keuangan, dan (5) Penyesuaian yang baik
dari pihak keluarga pasangan.
146
F. Kisi-kisi Angket Penelitian
Tabel 1. Kisi-kisi Angket ReligiusitasVariabel
PenelitianIndikator Item Jumlah
ItemSumber
Positif Negatif
Religiusitas(X)
14. DimensiSubjektif(aqidah)
1,7,13,19,25,31,37,43
4,10,16,22,28,34,40,46
18Diramu dandikembangkan sendiriberdasarkanteori(Sururin,2004: 180).
15. Dimensi
objektif(akhlak)
2,8,14,20,26,32,38,44
5,11,17,23,29,35,41,47
18
16. Dimensi
Simbolik(syariat)
3,9,15,27,33,39,45
6,12,18,24,30,36,42,48
18
Total 24 24 48
Tabel 2. Kisi-kisi Angket Penyesuaian PernikahanVariabel
PenelitianIndikator Item Jumlah
ItemSumber
Positif Negatif
PenyesuaianPernikahan
(Y)
3. Kebahagiansuami istri
1,11,21,31,41,51
6,16,26,36,46,56
12 Diramu dandikembangkan sendiriberdasarkanteori(Hurlock,2012: 299).
4. Kemampuanmemperolehkepuasanpendapat
2,12,22,32,42,52,
7,17,27,37,47,57
12
3. Kebersamaan 3,13,23,33,43,53,
8,18,28,38,48,58
12
4. Penyesuaianyang baikmasalahkeuangan
4,14,24,34,44,54,
9,19,29,39,49,59
12
5. penyesuaianyang baikdari pihakkeluargapasangan
5,15,25,35,45,55,
10,20,30,40,50,60
12
Total 30 30 60
147
148
149
150
151
152
153
Rujukan / Sumber :Sururin. (2004). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Hurlock, B. Elizabeth. (2012). Psikologi Perkembangan Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
153
REKAPITULASI ANGKET SETELAH DI JUDGE
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHANDINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN
WIKE ARMANELLANPM: 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT2016
154
REKAPITULASI JUDGE ANGKET
1. Angket religiusitas
NoAhli
1Ahli
2Validitas Isi Hasil Uji
KET1 3 3 0.67 Valid Diterima2 4 3 0.83 Valid Diterima3 4 4 1.00 Valid Diterima4 4 3 0.83 Valid Diterima5 4 2 0.67 Valid Diterima6 1 3 0.33 Valid Diterima7 3 3 0.67 Valid Diterima8 4 1 0.50 Valid Diterima9 4 3 0.83 Valid Diterima10 3 3 0.67 Valid Diterima11 3 1 0.33 Valid Diterima12 2 3 0.50 Valid Diterima13 3 4 0.83 Valid Diterima14 3 2 0.50 Valid Diterima15 3 4 0.83 Valid Diterima16 4 3 0.83 Valid Diterima17 4 3 0.83 Valid Diterima18 3 4 0.83 Valid Diterima19 3 4 0.83 Valid Diterima20 3 2 0.50 Valid Diterima21 0 3 0.17 Tidak Valid Ditolak22 1 4 0.50 Valid Diterima23 3 3 0.67 Valid Diterima24 3 4 0.83 Valid Diterima25 3 4 0.83 Valid Diterima26 3 2 0.50 Valid Diterima27 3 4 0.83 Valid Diterima28 3 3 0.67 Valid Diterima29 3 3 0.67 Valid Diterima30 4 4 1.00 Valid Diterima31 3 3 0.67 Valid Diterima32 4 1 0.50 Valid Diterima33 4 3 0.83 Valid Diterima
155
34 4 4 1.00 Valid Diterima35 3 4 0.83 Valid Diterima36 3 1 0.33 Valid Diterima37 3 3 0.67 Valid Diterima38 4 1 0.50 Valid Diterima39 3 4 0.83 Valid Diterima40 3 3 0.67 Valid Diterima41 3 1 0.33 Valid Diterima42 1 1 0.00 Tidak Valid Ditolak43 1 1 0.00 Tidak Valid Ditolak44 2 2 0.33 Valid Diterima45 2 3 0.50 Valid Diterima46 2 3 0.50 Valid Diterima47 1 1 0.00 Tidak Valid Ditolak48 2 3 0.50 Valid DiterimaValiditasKonstruk
0.55 Valid Diterima
Koofesien > 0,30 DiterimaKoofesien < 0,30 Ditolak
Ahli 1: Alfaiz, S.Psi.I., M.PdAhli 2: Rila Rahma Mulyani. M.Psi., Psikologi
Padang, Mei 2016Mahasiswa,
(Wike Armanella)
Disetujui:Pembimbing 1 Pembimbing 2
(Dr. Yuzarion Zubir. S.Ag., S.Psi., M.Si) (Joni Adison S.Pd.I., M.Pd)
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHANDINI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN
UJI VALIDITAS DAN REALIBILITAS
WIKE ARMANELLANPM: 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT2016
157
1. Uji Validitas
Scale : Religiusitas
Cronbach's
Alpha
N of Items
.920 44
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VR0001 124.47 573.016 .420 .919
VR0002 124.90 557.403 .605 .917
VR0003 124.77 568.116 .573 .918
VR0004 125.17 570.351 .325 .920
VR0005 124.80 570.028 .421 .919
VR0006 125.20 571.407 .337 .920
VR0007 124.80 570.234 .391 .919
VR0008 124.83 569.937 .522 .918
VR0009 125.67 584.506 .106 .922
VR0010 124.73 570.616 .366 .919
VR0011 125.07 570.685 .383 .919
VR0012 124.53 567.223 .495 .918
VR0013 124.80 571.062 .400 .919
VR0014 124.80 568.028 .558 .918
VR0015 125.47 559.499 .489 .918
VR0016 125.17 557.730 .518 .918
VR0017 124.93 562.685 .515 .918
VR0018 124.87 560.740 .458 .918
VR0019 125.70 576.562 .226 .921
VR0020 125.30 547.597 .646 .916
VR0021 124.47 562.878 .603 .917
VR0022 124.87 569.982 .393 .919
158
VR0023 125.07 562.478 .612 .917
VR0024 124.80 569.338 .408 .919
VR0025 125.53 560.120 .513 .918
VR0026 125.13 595.154 -.067 .923
VR0027 125.13 559.292 .458 .918
VR0028 125.17 578.075 .307 .920
VR0029 125.40 558.593 .538 .917
VR0030 124.80 571.062 .400 .919
VR0031 124.77 568.116 .573 .918
VR0032 125.33 562.920 .489 .918
VR0033 125.23 556.323 .505 .918
VR0034 125.07 568.202 .367 .919
VR0035 125.40 575.490 .349 .919
VR0036 124.93 565.857 .444 .918
VR0037 124.83 565.454 .630 .917
VR0038 124.93 564.133 .396 .919
VR0039 125.50 575.224 .259 .920
VR0040 125.00 541.034 .857 .914
VR0041 125.20 558.372 .580 .917
VR0042 124.93 567.030 .461 .918
VR0043 124.70 574.424 .451 .919
VR0044 124.97 578.378 .290 .920
159
2. Uji Reliabilitas
Scale : Religiusitas
Cronbach's
Alpha
N of Items
.927 35
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VR0001 100.97 451.551 .432 .924
VR0002 101.40 437.834 .611 .922
VR0003 101.27 447.168 .587 .923
VR0005 101.30 447.803 .455 .924
VR0007 101.30 450.631 .367 .925
VR0008 101.33 449.471 .517 .923
VR0010 101.23 450.668 .349 .925
VR0011 101.57 450.392 .372 .925
VR0012 101.03 448.792 .450 .924
VR0013 101.30 448.907 .430 .924
VR0014 101.30 447.390 .563 .923
VR0015 101.97 440.447 .480 .924
VR0016 101.67 437.747 .529 .923
VR0017 101.43 445.289 .463 .924
VR0018 101.37 445.413 .381 .925
VR0020 101.80 427.545 .679 .921
VR0021 100.97 442.447 .617 .922
VR0022 101.37 447.551 .430 .924
VR0023 101.57 441.426 .642 .922
160
VR0024 101.30 450.838 .363 .925
VR0025 102.03 438.240 .557 .923
VR0027 101.63 440.999 .436 .924
VR0029 101.90 440.300 .516 .923
VR0030 101.30 448.907 .430 .924
VR0031 101.27 447.168 .587 .923
VR0032 101.83 440.902 .531 .923
VR0033 101.73 436.892 .509 .923
VR0034 101.57 445.909 .399 .925
VR0036 101.43 445.426 .448 .924
VR0037 101.33 444.782 .645 .922
VR0038 101.43 442.875 .416 .925
VR0040 101.50 425.293 .824 .919
VR0041 101.70 440.493 .549 .923
VR0042 101.43 445.495 .487 .924
VR0043 101.20 452.303 .479 .924
161
162
163
3. Uji Validitas
Scale : Penyesuaian Pernikahan
Cronbach's
Alpha
N of Items
.937 55
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VR0001 141.30 730.148 .631 .935
VR0002 140.90 735.197 .519 .936
VR0003 141.17 733.109 .653 .935
VR0004 141.03 726.792 .563 .935
VR0005 141.07 729.720 .574 .935
VR0006 140.53 742.189 .469 .936
VR0007 142.30 768.976 -.127 .939
VR0008 141.53 728.602 .537 .935
VR0009 141.60 716.386 .605 .935
VR0010 141.33 740.299 .429 .936
VR0011 141.13 732.326 .408 .937
VR0012 141.03 732.309 .502 .936
VR0013 141.57 741.840 .369 .937
VR0014 141.23 733.633 .549 .935
VR0015 141.27 740.409 .416 .936
VR0016 140.77 725.909 .686 .935
VR0017 141.73 730.340 .524 .936
VR0018 140.93 738.202 .512 .936
VR0019 141.27 733.513 .527 .936
VR0020 141.43 727.289 .704 .935
VR0021 141.57 733.771 .554 .935
VR0022 140.97 745.206 .304 .937
VR0023 141.30 735.528 .378 .937
VR0024 141.37 737.757 .476 .936
VR0025 141.50 736.810 .535 .936
VR0026 141.23 747.771 .269 .937
VR0027 141.10 737.955 .536 .936
164
VR0028 141.43 736.461 .464 .936
VR0029 141.13 726.464 .617 .935
VR0030 141.33 735.402 .442 .936
VR0031 141.90 770.921 -.188 .939
VR0032 141.97 732.792 .411 .936
VR0033 141.23 736.461 .495 .936
VR0034 141.40 733.007 .479 .936
VR0035 142.13 756.051 .098 .939
VR0036 142.17 747.523 .354 .937
VR0037 141.40 736.593 .518 .936
VR0038 141.27 736.823 .467 .936
VR0039 141.23 743.426 .362 .937
VR0040 141.43 707.357 .823 .933
VR0041 141.57 733.771 .554 .935
VR0042 140.93 722.685 .605 .935
VR0043 141.03 740.378 .479 .936
VR0044 141.37 744.309 .325 .937
VR0045 141.50 732.052 .481 .936
VR0046 141.53 735.016 .411 .936
VR0047 141.00 743.448 .341 .937
VR0048 142.27 774.685 -.191 .940
VR0049 141.00 720.759 .688 .934
VR0050 141.57 730.047 .626 .935
VR0051 140.80 742.993 .321 .937
VR0052 140.93 728.754 .588 .935
VR0053 140.93 752.754 .233 .937
VR0054 141.50 751.707 .185 .938
VR0055 142.07 725.513 .549 .935
165
4. Uji Realibilitas
Scale : Penyesuaian Pernikahan
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VR0001 112.27 621.651 .657 .945
VR0002 111.87 627.982 .510 .946
VR0003 112.13 627.085 .618 .945
VR0004 112.00 619.724 .564 .946
VR0005 112.03 623.413 .555 .946
VR0006 111.50 634.741 .451 .946
VR0008 112.50 619.983 .563 .946
VR0009 112.57 609.289 .618 .945
VR0010 112.30 630.148 .473 .946
VR0011 112.10 624.162 .418 .947
VR0012 112.00 623.448 .528 .946
VR0013 112.53 633.085 .380 .947
VR0014 112.20 624.028 .592 .945
VR0015 112.23 632.530 .412 .947
VR0016 111.73 618.271 .701 .945
VR0017 112.70 623.252 .520 .946
VR0018 111.90 632.507 .462 .946
VR0019 112.23 625.978 .527 .946
VR0020 112.40 620.386 .701 .945
VR0021 112.53 623.706 .607 .945
VR0023 112.27 628.823 .362 .947
VR0024 112.33 631.402 .445 .946
VR0025 112.47 627.154 .578 .946
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.948 43
166
VR0027 112.07 628.685 .569 .946
VR0028 112.40 628.110 .475 .946
VR0029 112.10 616.852 .667 .945
VR0030 112.30 628.010 .437 .946
VR0032 112.93 625.720 .404 .947
VR0033 112.20 629.821 .472 .946
VR0034 112.37 624.723 .493 .946
VR0037 112.37 626.309 .573 .946
VR0038 112.23 631.426 .419 .947
VR0039 112.20 637.476 .314 .947
VR0040 112.40 604.938 .771 .944
VR0041 112.53 623.706 .607 .945
VR0042 111.90 616.645 .593 .945
VR0043 112.00 631.655 .495 .946
VR0045 112.47 624.464 .483 .946
VR0046 112.50 627.224 .413 .947
VR0049 111.97 612.930 .712 .945
VR0050 112.53 622.189 .639 .945
VR0052 111.90 621.679 .586 .945
VR0055 113.03 617.551 .566 .946
DATA MENTAH UMUM VARIABEL RELIGIUSITAS
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DIKABUPATEN PESISIR SELATAN
WIKE ARMANELLANPM: 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT2016
DATA MENTAH INDIKATOR RELIGIUSITAS
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DIKABUPATEN PESISIR SELATAN
WIKE ARMANELLANPM: 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT2016
170
171
172
173
174
175
176
177
177
DATA MENTAH UMUM VARIABEL PENYESUAIAN PERNIKAHAN
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DIKABUPATEN PESISIR SELATAN
WIKE ARMANELLANPM: 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT2016
178
179
180
181
182
DATA MENTAH INDIKATOR PENYESUAIAN PERNIKAHAN
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PENYESUAIAN PERNIKAHAN DINI DIKABUPATEN PESISIR SELATAN
WIKE ARMANELLANPM: 12060210
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGSEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT2016
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
a. Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
religiusitas .082 86 .200* .975 86 .095
penyesuaian pernikahan .073 86 .200* .981 86 .226
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
b. Uji Linieritas
ANOVA Table
Sum ofSquares
Df MeanSquare
F Sig.
Religiusitas*
PenyesuaianPernikahan
Between
Groups
(Combined)
9497.576 44 215,854 1,666 ,051
Linearity 4026.937 1 4026,937 31,089 ,000
DeviationfromLinearity
5470.639 43 127,224 982 ,524
Within Groups 5310.750 41 129,530
Total 14808.326 85
c. Rekapitulasi Hasil Korelasi
Variabel N NilaiKorelasi
r tabel Signifikansi Keterangan
ReligiusitasdenganPenyesuaianPernikahan
86 0,521 0,212 0,000 Korelasi Kuat
198
A. Uji Korelasi Perindikator
1. Korelasi dimensi subjektif (aqidah) XI.1 dengan kebahagian suami istri (YI.1)Correlations
XI YI
XI PearsonCorrelation
1 .419**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
YI PearsonCorrelation
.419** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
2. Korelasi dimensi subjektif (aqidah) XI.1 dengan kemampuan memperolehperbedaan pendapat (YI.2)
Correlations
XI YI
XI PearsonCorrelation
1 .293**
Sig. (2-tailed) .006
N 86 86
YI PearsonCorrelation
.293** 1
Sig. (2-tailed) .006
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
199
3. Korelasi dimensi subjektif (aqidah) XI.1 dengan kebersamaan (YI.3)
XI Y3
XI PearsonCorrelation
1 .429**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y3 PearsonCorrelation
.429** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level(2-tailed).
4. Korelasi dimensi subjektif (aqidah) XI.1 dengan masalah keuangan (YI.4)
Tabel 13. Korelasi X1.1 dan Y1.4
XI Y4
XI PearsonCorrelation
1 .157
Sig. (2-tailed) .148
N 86 86
Y4 PearsonCorrelation
.157 1
Sig. (2-tailed) .148
N 86 86
5. Korelasi dimensi subjektif (aqidah) XI.1 dengan penyesuaian dari pihakkeluarga (YI.5)
Correlations
XI Y5
XI Pearson Correlation 1 .378**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
200
Y5 Pearson Correlation .378** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
6. Korelasi dimensi objektif (akhlak) XI.2 dengan kebahagian suami istri (YI.1)
Correlations
X2 Y1
X2 Pearson Correlation 1 .598**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y1 Pearson Correlation .598** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
7. Korelasi dimensi objektif (akhlak) XI.2 dengan perbedaan pendapat (YI.2)
Correlations
X2 Y2
X2 Pearson Correlation 1 .393**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y2 Pearson Correlation .393** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
201
8. Korelasi dimensi objektif (akhlak) XI.2 dengan kebersamaan (YI.3)
Correlations
X2 Y3
X2 Pearson Correlation 1 .488**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y3 Pearson Correlation .488** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
9. Korelasi dimensi objektif (akhlak) XI.2 dengan masalah keuangan (YI.4)
Correlations
X2 Y4
X2 Pearson Correlation 1 .271*
Sig. (2-tailed) .012
N 86 86
Y4 Pearson Correlation .271* 1
Sig. (2-tailed) .012
N 86 86
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
10. Korelasi dimensi objektif (akhlak) XI.2 dengan penyesuaian dengan pihakkeluarga (YI.5)
Correlations
X2 Y5
X2 Pearson Correlation 1 .447**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y5 Pearson Correlation .447** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
202
Correlations
X2 Y5
X2 Pearson Correlation 1 .447**
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y5 Pearson Correlation .447** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
11. Korelasi dimensi simbolik (syariat) XI.3 dengan kebahagian suami istri (YI.1)
Correlations
X3 Y1
X3 Pearson Correlation 1 .338**
Sig. (2-tailed) .001
N 86 86
Y1 Pearson Correlation .338** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 86 86
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
12. Korelasi dimensi simbolik (syariat) XI.3 dengan perbedaan pendapat (YI.2)
Correlations
X3 Y2
X3 Pearson Correlation 1 .231
Sig. (2-tailed) .105
N 86 86
Y2 Pearson Correlation .231 1
Sig. (2-tailed) .105
N 86 86
203
13. Korelasi dimensi simbolik (syariat) XI.3 dengan kebersamaan (YI.3)
Correlations
X3 Y3
X3 Pearson Correlation 1 .276*
Sig. (2-tailed) .010
N 86 86
Y3 Pearson Correlation .276* 1
Sig. (2-tailed) .010
N 86 86
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
14. Korelasi dimensi simbolik (syariat) XI.3 dengan masalah keuangan (YI.4)
Correlations
X3 Y4
X3 Pearson Correlation 1 .447
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
Y4 Pearson Correlation .447 1
Sig. (2-tailed) .000
N 86 86
15. Korelasi dimensi simbolik (syariat) XI.3 dengan penyesuaian dari pihak keluarga
(YI.5)
204
205