i. pendahuluan 1. latar belakangnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/03-laporan akhir...
TRANSCRIPT
1
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keberadaan lahan pertanian produktif dari tahun ke tahun mengalami degradasi
fungsi menjadi lahan pemukiman, jalan, sarana transportasi dan sebagainya. Hal ini
mendorong peningkatan penggunaan lahan marginal seperti lahan kering untuk
peningkatan daya guna lahan secara intensif. Salah satu cara peningkatan secara intensif
pada lahan kering yaitu dengan melakukan integrasi antara tanaman dengan tanaman dan
tanaman dengan ternak secara terpadu. Sistem integrasi ternak dengan tanaman pangan
tidak hanya meningkatkan nilai tambah limbah pertanian yang dihasilkan, tetapi juga
meningkatkan jumlah dan kualitas pupuk organik yang berasal dari ternak sehingga
mampu memperbaiki kesuburan lahan (Maryono, 2010).
Permasalahan pertanian di lahan kering yaitu sumber hara - hara bagi tanaman
tersedia dalam jumlah terbatas dan sumber pakan bagi ternak bervariasi sehingga perlu
usaha perbaikan untuk membantu mensuplai ketersediaan sumber pakan bagi ternak dan
ketersediaan hara bagi tanaman. Selain aspek fisik lahan seperti yang telah diungkapkan,
permasalahan fisik lainnya adalah pengelolaan sumberdaya air, seringkali terjadi benturan
kepentingan dalam menentukan prioritas pemanfaatan air di lapangan, antara
kepentingan pertanian, kegiatan perorangan seperti tambak atau kegiatan lainnya.
Pemenuhan ketersediaan pakan di lahan kering yaitu dengan cara memilih
budidaya tanaman yang toleran kekeringan artinya efisien dalam penggunaan hara tapi
masih mampu menghasilkan produksi yang berkualitas, salah satu tanaman yang cukup
adaptif di lahan kering di Provinsi Aceh adalah tanaman kedelai. Tanaman kedelai
merupakan salah satu tanaman sumber utama protein nabati dan minyak nabati yang
paling baik serta sebagai sumber lemak, vitamin, mineral dan serat. Kandungan protein
kedelai berkisar 30-40%, karbohidrat 34,8%, lemak 18,1% dan masih mengandung zat
gizi yang lain sehingga mempunyai potensi yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi bagi ternak, khususnya kebutuhan protein. Untuk mendapatkan kualitas hasil yang
baik dibutuhkan sentuhan teknologi dalam pengolahan kedelai sehingga kualitas produk
yang dihasilkan tetap terjaga kualitasnya dengan baik.
2
Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah limbah
pertanian, perkebunan maupun agroindustri dalam pemanfaatannya sebagai pakan.
Pengolahan pakan disini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas
cerna, utamanya untuk ternak ruminansia serta peningkatan kandungan protein bahan.
Beberapa alternatif pengolahan dapat dilakukan secara fisik (pencacahan, penggilingan
dan atau pemanasan), kimia (larutan basa dan atau asam kuat), biologis (mikroorganisme
atau enzim) maupun gabungannya.
Kandungan nutrisi yang dimiliki oleh kedelai cukup baik, dan dapat dijadikan sebagai
pakan alternatif terutama bagi ternak jenis kambing. Kedelai yang digunakan untuk pakan
tidak hanya dalam bentuk mentah akan tetapi kedelai yang telah melalui teknologi
pengolahan proses pabrikasiseperti ampas tahu dan ampas tempe sangat baik sebagai
pakan ternak kambing. Protein ampas tahu lebih tinggi dari pada protein kedelai mentah
karena telah dimasak. Kandungan nutrisi lain yang dimiliki ampas tahu ini seperti
kandungan phosfor lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata
0,63%, karena biji kedelai tidak kaya riboflavin. Selain itu ampas tahu dapat disimpan
lama bila dikeringkan. Bila basah dibuat Silase tanpa menggunakan stater dan dapat
dicampur dengan bahan lain. Disamping memiliki kandungan zat gizi yang baik ampas
tahu juga memiliki antinutrisi berupa Asam Fitat yang akan mengganggu penyerapan
mineral terutama Ca, Zn, Co, Mg, Cu, sehingga penggunaannya pada unggas perlu hati-
hati. Ampas tahu juga mengandung mineral mikro (Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu
5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm) maupun makro.
2. Dasar Pertimbangan
Bioindustri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku, barang setengah
jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya
(Kementan, 2014). Diseminasi pengkajian yang akan dilakukan mengunakan konsep
bioindustri berbasis tanaman kedelai, tanaman jagung berintegrasi dengan kambing.
Dalam sistem integrasi tanaman – ternak ini, kedelai dalam bentuk olahan yaitu ampas
tahu digunakan sebagai pakan olahan alternatif untuk ternak kambing. Tanaman jagung
yang ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai berguna sebagai pengendalian hama
penyakit pada tanaman kedelai, tanaman jagung juga bernilai ekonomis yang tinggi.
3
Brangkasan tanaman jagung yang masih hijau dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan
bagi ternak dan juga dapat difermentasikan dahulu menjadi silase. Manfaat lain dari
tanaman kedelai dan tanaman jagung adalah brangkasan tanaman kedelai dan tongkol
jagung digunakan sebagai produk industri yang dihasilkan adalah briket. Pembuatan briket
yang berasal dari brangkasan tanaman kedelai dan tongkol jagung ini di proses secara
pyrolisis kemudian dipress dan dicetak sehingga berbentuk briket.
Manfaat ternak kambing dalam hubungan integrasi dengan tanaman kedelai yaitu
manfaat dari urin dan kotoran kambing digunakan sebagai pupuk kompos melalui proses
pengomposan sehingga hasil kompos tersebut bermanfaat sebagai pupuk organik bagi
tanaman kedelai.
3. Tujuan
Tujuan tahunan :
- Meningkatkan produktivitas tanaman kedelai dan Jagung sehingga terjadi efisiensi
penggunaan pupuk kimiawi akibat pemberian kotoran dan urin kambing.
- Meningkatkan produktivitas kedelai dan jagung di Provinsi Aceh akibat pemakaian
pupuk organic dari kotoran (padat & cair) kambing.
Tujuan jangka panjang
Mendapatkan model pengembangan kawasan bioindustri berbasis integrasi
tanaman pangan (kedelai-jagung)-kambing di lahan kering Provinsi Aceh.
4. Keluaran Yang DiHarapkan
Keluaran tahunan :
1. Meningkatnya produktivitas tanaman kedelai dan Jagung sehingga terjadi efisiensi
penggunaan pupuk kimiawi akibat pemberian kotoran dan urin kambing.
2. Meningkatnya produktivitas kedelai dan jagung di Provinsi Aceh akibat pemakaian
pupuk organik dari kotoran (padat & cair) kambing.
Keluaran jangka panjang
Tersedianya model pengembangan kawasan bioindustri berbasis integrasi tanaman
pangan (kedelai-jagung)-kambing di lahan kering Provinsi Aceh.
4
5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Perkiraan Manfaat dari kegiatan ini adalah pengelolaan limbah pertanian dari
kedelai-jagung dan ternak kambing. Perkiraan Dampak dari kegiatan ini adalah
teradopsinya teknologi pengelolaan limbah pertanian kedelai, jagung dan ternak kambing.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. Kerangka Teoritis
Provinsi Aceh dengan luas 5.677.081 ha sebagian besar terdiri dari hutan
(2.290.874 ha), pekebunan rakyat (800.553 ha), perkebunan besar (200.710 ha),
persawahan (314.988 ha) yang terdiri dari sawah beririgasi ( irigasi teknis 141.489,74 ha,
irigasi setengah teknis 44.610,00 ha, irigasi sederhana 74.063,00 ha dan sawah tadah
hujan 54.825,26 ha), kebun (305.709 ha), pertambangan (206.049 ha), padang
rumput/alamg-alang (231.055 ha), pertanian lahan kering semusim (139.053 ha),
permukiman(125.444 ha), industry (3.928 ha) dan lain-lain (807.562 ha) (BPS Provinsi
Aceh, 2013).
Provinsi Aceh beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 23,0 0C
sampai 32,7 0C. Rata-rata curah hujan bulanan 91,5 mm, dengan bulan basah selama 5
bulan (September – Januari) dan bulan kering selama 3 bulan (Juni – Agustus) kondisi ini
sangat sesuai untuk pertanaman kedelai. Luas panen kedelai di Provinsi Aceh pada tahun
2013 mencapai 30.573 ha dengan produksi 45.018 ton dan provitas 14,8 kwt/ha (Laporan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikutura Tk.I Provinsi Aceh Tahun 2014)
Disamping tanaman kedelai, disektor peternakan ternak kambing juga berkembang
baik di Provinsi Aceh. Populasi ternak di Provinsi Aceh tahun 2012 yang terbanyak adalah
kambing (581.676 ekor), sapi (505.171 ekor), kerbau (164.294 ekor) dan kuda (2.314
ekor) (BPS Provinsi Aceh, 2013). Pada tahun 2011, pertumbuhan 5industri5 pakan ternak
diperkirakan 6 persen. Produksi pakan ternak tahun 2010 mencapai 9,1 juta ton. Produk
kedelai sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam
menumbuhkembangkan industri kecil menengah bahkan berpeluang pula sebagai
komoditas ekspor. Berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai membuka
peluang kesempatan kerja dalam sistem produksi, mulai dari budidaya, panen, pengolahan
pascapanen, transportasi, pasar hingga 5pengolahan pangan. Agar produksi kedelai dan
produk olahannya mampu bersaing di pasar, maka mutunya perlu ditingkatkan. Oleh
karena itu, pembinaan terhadap pengembangan proses produksi, pengolahan dan
pemasaran, khususnya penerapan jaminan mutu memegang peranan penting. (Ditjen
Tanaman Pangan, 2010)
6
2. Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian terkait
Model pengembangan bioindustri yang akan dilakukan memiliki potensi usaha
produktif di bidang tanaman pangan yaitu dari sistem integrasi yang dibangun berbasis
tanaman pangan(kedelai, jagung). Dari beberapa hasil penelitian sistem integrasi tanaman
pangan ini yaitu tanaman kedelai dan tanaman jagung adalah hasil utama yaitu kedelai
dan jagung, sedangkan hasil samping yang tetap mendaya gunakan limbah pertanian
yang berasal dari ampas kedelai hasil pabrikasi adalah ampas tahu sebagai pakan ternak
olahan. Hasil samping lainnya yang dapat diolah dari tanaman kedelai adalah brangkasan
tanaman yaitu ranting dan pohon tanaman kedelai dapat dimanfaatkan menjadi briket.
Potensi usaha produktif yang dihasilkan dari tanaman jagung adalah brangkasan
hijau tanaman jagung menjadi pakan olahan dalam bentuk silase untuk ternak sapi. Hasil
samping lainnya dari tanaman jagung yang memiliki potensi produktif adalah pembuatan
briket yang berasal dari tongkol jagung. Pembuatan briket yang berasal bahan organik
yaitu brangkasan tanaman kedelai dan tongkol jagung melalui pembakaran pyrolisis dan
selanjutnya pengepresan dan pencetakan menggunakan alat khusus untuk pencetakan
briket.
Usaha produktif yang dihasilkan dari bidang peternakan pada model
pengembangan bioindustri tersebut di atas adalah hasil utamanya daging sapi dengan
ketersediaan pakan olahan dari kedelai dan tanaman jagung. Hasil samping lainnya adalah
kotoran dan urin kambing yang diolah menjadi pupuk organik. Hubungan keterkaitan
dengan tanaman kedelai dan jagung adalah kotoran dan urin kambing yang digunakan
sebagai pupuk organik yang sangat baik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
dan tanaman jagung.
Produk yang dihasilkan dari kedelai sangat variatif tergantung pada usaha
diversifikasi olahan yang dilakukan. Produk pasaran utama yang ada di Provinsi Aceh
adalah pembuatan kedelai menjadi tahu, tempe, kecap asin, kecap manis, keripik tempe,
susu kedelai, kembang tahu, gorengan tahu dan tempe, aneka kuliner olahan dapur dari
tahu dan tempe. Potensi produk yang belum dikembangkan adalah aneka olahan tempe
aneka rasa (tempe pedas, tempe lada hitam, tempe rasa bawang putih) dan
7
pengembangan produk susu kedelai. Gambar 1, menunjukkan skema potensi produk yang
dihasilkan dari tanaman kedelai.
Produk yang dihasilkan dari tanaman jagung di Provinsi Aceh belum variatif hanya
pada usaha pakan dan konsumsi segar dan beberapa diversifikasi olahan kuliner dan kue.
Produk pasaran utama yang ada di Provinsi Aceh adalah sebagai pakan ternak unggas,
selain itu dikonsumsi segar sebagai jagung rebus, jagung bakar, aneka kuliner olahan
dapur dari jagung. Potensi produk yang belum dikembangkan adalah pembuatan bioetanol
dari tongkol jagung dan kernel jagung, dan produk olahan lainnya. Gambar 2,
menunjukkan skema potensi produk yang dihasilkan dari tanaman jagung
Biji kedel
ai
Kedelai Polong
Daun-Batan
g-
Pengolahan fermentasi
Pengolahan non fermentasi
Tahu
Gorengan
Kembang Tahu
Tempe
Kecap
Tauco
Susu
Kompos
Briket
KEDELAI Benih Rempeye
Kedelai
Aneka kuliner
Gambar 1. Skema potensi produksi yang dihasilkan dari tanaman kedelai.
8
Produk yang dihasilkan dari model pengembangan bioindustri ini adalah daging
yang diolah menjadi gulai kambing khas Aceh, selain itu aneka aneka kuliner dengan
bumbu khas Aceh pada olahan gulai dan mie spesifik Aceh. Potensi produk yang belum
dikembangkan di Provinsi Aceh adalah daging olahan dalam bentuk sosis daging kambing
khas Aceh. Gambar 3, menunjukkan skema potensi produksi yang saat ini berkembang di
Provinsi Aceh.
Produk industri yang dihasilkan dari model ini adalah berasal dari berangkasan
tanaman kedelai dan tongkol jagung yang diolah menjadi briket. Kegunaan dari briket
yang dihasilkan dapat digunakan kembali menjadi bahan bakar nabati (BBN) pada pabrik
pengolahan tempe dan tahu.
Klo
Tongk
Pakan
Briket
Tepung Kue, Mie,
Pakan Ternak
Ker
Glukosa
FEE
FOJagu
Gambar 2. Skema potensi produksi yang dihasilkan dari tanaman jagung.
9
Gambar 3. Skema potensi produksi daging kambing yang saat ini berkembang di Provinsi
Aceh
Konsep Pertanian bio industri memandang lahan pertanian tidak semata-mata
merupakan sumber daya alam namun juga industri yang memanfaatkan seluruh faktor
produksi untuk menghasilkan pangan maupun produk lain (Hendrayana, et al., 2012).
Pertanian bio industri berbasis integrasi kedelai – kambing harus mampu memanfaatkan
semua material yang dihasilkan dari budidaya kambing maupun tanaman kedelai. Pada
sistem pertanian bioindustri yang berbasis tanaman kedelai dan ternak kambing, maka
kotoran kambing tidak hanya untuk pupuk organik tetapi dapat dimanfaatkan sebagai
biourine. Mengolah hasil samping atau limbah bisa memiliki nilai ekonomi tinggi dan bila
mungkin setara dengan nilai ekonomi produk utama. Pada prinsipnya pengolahan tidak
hanya terbatas pada upaya meningkatkan hasil pertanian saja, akan tetapi bagaimana
mengelola hasil pertanian menjadi komoditas yang bervariasi sehingga dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat (Hendayana, et al., 2012).
Kulit
Daging
Jeroan
Susu
Limba
Daging segar
Daging beku
Daging
olahan
Industri kulit
Susu segar
Yogurt
Pupuk
organik
10
III. METODOLOGI/PROSEDUR
3. 1 Pendekatan (kerangka pemikiran)
Kegiatan model pengembangan pertanian bioindustri berbasis integrasi
kedelai dan kambing dilaksanakan di Kabupaten Bireun, Propinsi Aceh.
Kegiatan direncanakan berlangsung dalam waktu 2 tahun (tahun 2015 s.d
2016), Aspek dan ruang lingkup kegiatan yang dilakukan meliputi :
a) Optimalisasi integrasi. Dalam kegiatan ini dilakukan introduksi teknologi
untuk mengoptimalkan pelaksanaan integrasi kedelai dan kambing.
Introduksi teknologi untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani
kedelai meliputi komponen-komponen teknologi inovatif yaitu: (1) budidaya
tanaman kedelai, (2) penanganan hasil samping tanaman kedelai, (3)
penanaman jagung sebagai tumpang sari kedelai. Untuk introduksi teknologi
untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha ternak kambing
meliputi komponen-komponen teknologi inovatif yaitu: (1) perbaikan pakan,
(2) penanganan hasil samping dan pengolahan hasil utama (susu kambing).
b) Penanganan hasil samping. Penangan hasil samping untuk tanaman kedelai
adalah bungkil dan ampas kedelai. Hasil samping tersebut diolah menjadi
pakan kambing melalui proses silase. Penanganan hasil samping ternak
kambing adalah kotoran kambing padat (feses) dan kotoran kambing cair
(urine) melalui proses fermentasi menjadi pupuk organik padat dan pupuk
organik cair untuk tanaman kedelai. Untuk dapat memisahkan feses dan
urin kambing, maka dilakukan renovasi kandang kambing.
c) Penanganan dan Pengolahan Hasil Utama. Penanganan dan pengolahan
hasil utama yang dilakukan adalah perbaikan pengolahan susu kambing.
Penanganan dan pengolahan hasil utama dilakukan menggunakan teknologi
inovatif spesifik lokasi dalam rangka meningkatkan kualitas susu kambing,
harga jual produk utama atau meningkatkan pendapatan petani.
11
d) Kelembagaan dan Pemasaran. Kegiatan ini terutama untuk
menumbuhkembangkan unit usaha agribisnis yaitu (1) unit usaha
penanganan dan pengolahan hasil utama, (2) unit usaha penanganan hasil
samping dan (3) unit pemasaran hasil. Unit usaha agribisnis ini diharapkan
dapat berkembang secara mandiri.
3. 2 Ruang Lingkup kegiatan
Teknologi yang dihasilkan dari model pengembangan bioindustri berbasis integrasi
tanaman kedelai, tanaman jagung dan ternak kambing adalah :
a. Teknologi integrasi tanaman kedelai, tanaman jagung dan ternak kambing di lahan
kering di Provinsi Aceh.
b. Teknologi pembuatan briket dan asap cair
c. Teknologi pengolahan pupuk organik yang berasal dari urin dan kotoran kambing
d. Teknologi pembuatan konsentrat
e. Teknologi pembuatan mineral blok
3. 3 Teknik Diseminasi
Teknik diseminasi model pengembangan pertanian bioindustri berbasis
integrasi kedelai-kambing terdiri atas 3 (tiga) tahap yaitu inisiasi model,
pengawalan teknologi dan pengembangan kawasan agribisnis.
1. Tahap inisiasi model, meliputi (a) pemilihan lokasi kegiatan yang
dilakukan melalui koordinasi dan sinkronisasi program bersama instansi
terkait di daerah dengan memperhatikan kondisi agroekosistem dan
keselarasanpada program pemerintah daerah, (b) identifikasi petani
kooperator dengan mempertimbangkan permasalahan petani, kondisi
biofisik, sosial ekonomi, potensi sumberdaya pertanian dan peluang
usaha agribisnis, (c) penyusunan rencana model pengembangan
pertanian bioindustri spesifik lokasi yang disusun secara partisipatif
12
dengan memperhitungkan dukungan teknologi dan dukungan kebijakan
dari pemerintah daerah maupun pihak swasta, dan (d) implementasi
atau pelaksanaan model pengembangan bioindustri.
2. Tahap pengawalan teknologi, dilakukan untuk mengawal penggunaan
teknologi dalam model pengembangan pertanian bioindustri berbasis
integrasi kedelai kambing yang telah dibentuk. Dalam tahap ini
terdapat pengembangan komoditas unggulan, diversifikasi usaha,
optimalisasi sumberdaya pertanian, pemberdayaan kelembagaan dan
promosi serta koordinasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan
kegiatan ini.
3. Tahap pengembangan kawasan agribisnis, dilakukan dengan cara
mengembangkan model dalam skala areal yang lebih luas atau
masalisasi sehingga terbentuk kawasan agribisnis. Pengembangan
kawasan agribisnis ini ditentukan oleh keberhasilan model, jika model
tersebut memberikan manfaat yang besar bagi petani maka
pengembangan kearah terbentuknya kawasan agribisnis menjadi lebih
mudah
4. 4 Bahan dan metode pelaksanaan kegiatan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah tanaman kedelai,
ternak kambing, hasil samping ternak kambing (kotoran ternak padat dan
cair) serta bahan sarana utama dan penunjang operasional kegiatan.
Alat yang digunakan berupa peralatan untuk budidaya kedelai, budidaya
ternak kambing dan untuk penanganan/pengolahan hasil utama serta hasil
samping dari tanaman kedelai maupun ternak kambing serta alat-alat untuk
pengamatan.
13
3.5. Pengumpulan data dan analisis.
Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik biofisik lingkungan
(kondisi lahan dan tanah), karakteristik petani, tingkat penguasaan
teknologi dan keragaan hasil dari usahatani kedelai dan ternak kambing
serta nilai input dan output dari kegiatan usahatani. Analisis data yang
dilakukan meliputi antara lain analisis pendapatan usahatani, analisis gross
margin dan marginal benefit cost ratio. Analisis tersebut adalah analisis
yang paling sederhana dan umum digunakan pada petani kecil (Amir et al.,
1985). Analisis data untuk mengetahui kelayakan penerapan inovasi
teknologi pada masyarakat atau suatu kawasan tertentu dilakukan dengan
marginal benefit cost ratio
14
Skema Pengembangan (causal loops) bioindustri berbasis Integrasi tanaman
kedelai-jagung - kambing di lahan kering Provinsi Ace
Produksi
kedelai
Tempe
Tahu
Budidaya
kedelai
Peningkatan
bobot
kambing
Harga
kedelai
+
+
+
Ampas
Tempe
Ampas
Tahu
+
+
Limbah
Pertanian
+
Pakan
Ternak
+
+
+
Limbah kambing
(kotoran & urin)
Pestisida dan
Pupuk Organik
Serasah
tanaman
kedelai
Pabrik
Tahu
+
Briket
+
+
+ +
+
Tan. Sela
Jagung
+ Serasah
daun
jagung + +
+
Konsumsi
kedelai
+
+
Luas
panen
kedelai
Luas
tanam
kedelai
Ketersediaan
Air
+ +
+
+
+
Serasah tanaman
kedelai dan tongkol
jagung +
15
Konsep dan Implementasi Bioindustri Berbasis Tanaman Kedelai
Survei lokasi
penelitian
Hijauan Pakan
Ternak
Dianginkan
Penetapan lokasi
penelitian
dan Analisa
kesuburan tanah
awal
Demplot ternak
kambing
• Pengukuran bobot
ternak
• Preferensi konsumsi
hijauan pakan ternak
dan pakan olahan
• Analisa Kesuburan
tanah akhir pengkajian
• Rekomendasi
Teknologi
Pemberian
Pakan Data awal
Pakan Ternak
Tanaman
Kedelai
Tanaman Jagung
Ternak
kambing
Briket
Tongkol
Jagung
Ampas
tahu
Pupuk
Organik
Kotoran dan
Urin Kambing
16
A. Roadmap
Kegiatan model pengembangan bioindustri pertanian berbasis integrasi
tanaman kedelai- kambing direncanakan dilaksanakan selama tiga tahun.
Adapun road map kegiatan integrasi tanaman kedelai dan kambing sebagai
berikut :
Tahun 2015 2016 2017
Tujuan
Membentuk model pengembangan pertanian bioindustri berbasis integrasi kedelai dan kambing dalam satu kawasan
Indikator progres
Model Pengembangan Pertanian bioindustri berbasis integrasi kedelai dan kambing.
Terdiseminasinya dan teradopsinya teknologi inovatif Balitbangtan di bidang bioindustri.
Tumbuhkembangnya usaha agribisnis di bidang bioindustri berbasis kedelai dan kambing.
Teroptimalisasinya model pertanian bio-industri berbasis integrasi kedelai dan kambing di 3 hektar.
Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk pengembangan pertanian bioindustri berbasis integrasi kedelai dan kambing.
Usaha agribisnis dalam pertanian bioindustri berbasis integrasi kedelai dan kambing yang semakin berkembang.
Teroptimalisasinya model pertanian bio-industri berbasis in-tegrasi kedelai dan kambing
Terbangun jaringan pasar produk bioindustri berbasis integrasi kedelai dan kambing.
Rekomendasi
Pengembangan
Pelaksanaan
Inisiasi
17
Tahapan pelaksana
an
1. Koordinasi 2. Identifikasi 3. Inisiasi model 4. Penyusunan
model 5. Implementasi
model
1. Koordinasi 2. Implementasi
model 3. Pengawalan 4. Pengembangan
1. Koordinasi 2. Implementasi
model 3. Pengawalan 4. Pengembanga
n 5. Rekomendasi
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi dan Inventarisasi Kebutuhan Teknologi
• Untuk tahun 2016 Desa Keudee Dua Kecamatan Juli Kabupaten Bireun
merupakan lokasi Bioindusri dengan nama kelompok Awee Tabeu. Kelompok
ini merupakan lanjutan dari kegiatan Pengkajian Bioindustri tahun 2015.
Tujuan dari dari identifikasi dan inventarisasi adalah untuk melakukan
evaluasi kegiatan tahun lalu tentang kebutuhan teknologi terapan dalam
rangka untuk mengembangkan produk ikutan dari tanaman kedelai dan
ternak kambing menjadi produk sekunder yang bernilai ekonomis.
• Kendala utama dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah produk utama dari
tanaman kedelai. Pada bulan Maret sudah mulai pembersihan lahan untuk
penanaman tanaman kedelai tapi akibat perubahan cuaca , kegiatan ini
gagal dilaksanakan. Untuk mengantisipasi hal tersebut penanaman tetap
dilakukan di tempat lokasi petani ( sebagai uji coba). Hasil yang didapatkan
tanaman kedelai tumbuh tapi dalam keadaan kerdil dan tidak bisa panen.
Dampak dari kendala tersebut untuk tanaman jagung juga tidak dapat
ditanam
• Pada bulan Juli penanaman kedelai dilakukan untuk tahap kedua. Hasil
sementara pertumbuhan lebih baik dari penanaman pertama karena untuk
tanaman kedelai ini pada saat penanaman memerlukan air.
• Kendala yang lain untuk penanaman kedelai yaitu Pemerintah Daerah Bireun
tidak mendukung atau kurang perhatian terhadap tanaman kedelai dalam
upaya khusus Pajale, khususnya daerah desa Keudee Dua. Hal ini terbukti,
pada saat penanaman tahap pertama lahan yang disediakan untuk tanaman
kedelai sudah siap, malah ditanami tanaman padi pada lokasi tersebut.
▪ Pelatihan petani tahap pertama yang telah dilaksanakan di Desa Juli Keudee
dua, Kecamatan Juli, Kabupaten Bureuen. Materi yang dilatihkan adalah :
19
1. Cara pembuatan biochar dan asap cair menggunakan alat Pyrolisator
2. Cara pembuatan briket dari arang sekam padi
3. Pengendalian penyakit pada ternak kambing, antara lain :
Penyakit Pink Eye, Scabies, Tympani dan Cacingan.
(1) Cara pembuatan biochar dan asap cair menggunakan alat
Pyrolisator
Pyrolisator adalah alat, untuk membakar bahan serasah tanaman secara
tidak sempurna (pyrolisis) sehingga menghasilkan arang aktif (arang hitam) dan
asap cair. Arang aktif ini yang dikenal dengan istilah biochar. Biochar dapat
digunakan sebagai material pembuatan briket. Sedangkan asap cair banyak
manfaatnya, diantaranya sebagai insektisida hayati yang ramah lingkungan, bahan
pengawet ikan dll.
Bahan :
1. Jerami, sekam padi
2. Air sebagai pendingin, penyiram bara api
3. Jerigen plastic/ember/botol penampung asap cair
4. Korek api
5. Minyak lampu/minyak tanah
Peralatan : Pyrolisator
Langkah kerja pembuatan biochar dari sekam padi
20
1.
2.
3.
4.
5.
Masukkan sekam padike dalam tangki pembakar alat pyrolisator sesuai kebutuhan
Isi drum pendingin dengan air sampai penuh
Bakar bahan dari atas (untuk memudah bahan terbakar gunakan sedikit minyak tanah)
Setelah bahan terbakar tutup rapat bagian atas pyrolisator dan hidupkan kipas angin pyrolisator
21
Untuk satu kali pembakaran dibutuhkan waktu 2-3 jam. Hasil
pembakaran berupa arang sekam padi dikeluarkan melalui bagian bawah alat
pyrolisator dan ditampung dengan wadah /drum yang telah diisi air
(2) Cara pembuatan briket dari arang sekam padi
Alat untuk Membuat Briket Arang :
1. Pyrolisator (alat pembuat biochar dan asap cair)
2. Alat penggiling blender
3. Saringan
4. Panci, pengaduk, kompor untuk membuat lem
5. Wadah untuk mencampur adonan + pengaduk
6. Cetakan + alat press
7. Penjepit atau pinset besar
Bahan untuk Membuat Briket Arang:
1. Arang sekam padi
2. Lem dari tepung kanji
Setelah proses pembakaran berlangsung 15-20 menit asap cair mulai keluar melalui kran dan ditampung dengan jerigen/ember plastik
22
Prosedur Pembuatan Briket Arang: 1. Penyiapan bahan baku
Bahan baku sekam padi yang sudah
dibersihkan dari bahan bahan lain yang tidak
berguna, seperti batu, plastik, tanah, dsb.
Usahakan bahan udah kering agar
mempercepat proses karbonisasi dan hasil
karbonisasi lebih homogen.
2. Karbonisasi (pengarangan)
Sekam padi dimasukkan ke dalam alat Pyrolisator selama 1-1.5 jam
seperti pembuatan biochar dan diatas (1)
3. Penggilingan arang
Arang yang terbentuk digiling manual atau dengan blender sampai
berukuran kecil dan homogen.
4. Penyaringan
Arang yang sudah digiling disaring dengan saringan 0,1 atau 0,5 mm atau
saringan mesh atau saringan biasa kalau tidak ada. Arang yang tidak lolos
saringan bisa digiling kembali.
5. Pencampuran dengan bahan pelekat
Ada
beberapa perekat
yang bisa
digunakan, seperti
aci (tepung
tapioka), tanah
liat, getah karet, getah pinus, dan lem kayu. Yamg paling murah dan
mudah adalah lem aci namun dapat menimbulkan jamur pada
penyimpanan yang lama. (pilihan: bisa diatasi dengan dicampur bahan
23
kimia anti jamur). untuk pembuatan lem aci sendiri adalah dengan
mencampurkan tepung tapioka dengan air mendidih dan diaduk-aduk.
Setelah dingin, lem aci dicampurkan dengan bahan arang dengan
perbandingan 600 cc lem aci untuk 1 kg arang. Campuran tersebut
diaduk-aduk hingga merata. Catatan : lem aci tidak boleh terlalu encer
atau terlalu pekat karena akan mempengaruhi sifat mekanik
6. Pencetakan adonan
Adonan antara arang dengan bahan perekat dimasukkan di dalam
cetakan dengan ditekan-tekan agar padat dan tidak mudah pecah atau
hancur seperti Gambar. Cetakan bisa juga
terbuat dari kayu, logam, atau PVC yang
mempunyai lubang di atas dan di bawah
agar mempermudah pengeluaran briket.
7. Pengeringan briket
Briket yang sudah dicetak dikeringkan di bawah sinar matahari
selama 2-3 hari atau di dalam oven selama 4-6 jam sampai benar-benar
kering, selama pengeringan, briket dibolak-balik agar pengeringan merata.
Pengendalian Penyakit Pada ternak Kambing Ternak kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang
memiliki keunggulan mudah pemeliharaanya dan cepat berkembang biak
sehingga dapat menghasilkan produksi daging sebagai subtitusi dan dapat
berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan petani peternak di pedesaan.
Namun demikian banyak kendala yang dihadapi peternak, antara lain masalah
24
yang sering dijumpai yaitu serangan penyakit yang sangat merugikan, karena
dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi bahkan kematian ternak.
1. Penyakit Tympani/Bloating (Kembung).
Merupakanpenyakit alat pencernaan yang disertai penimbunan gas dalam
lambung akibat proses fermentasi yang berjalan cepat.Kambing yang terjangkit
penyakit ini disebabkan terlalu banyak mengkonsumsi pakan hijauan terutama
rumput yang masih muda atau yang berembun, sehingga menimbulkan produksi
gas yang berlebih dalam perut. Ternak yang terserang menunjukkan gejala klinis
antara lain : (1) bagian perut kiri kembung,diraba terasa keras dan sakit; (2)
susah dalam proses buang air besar ; (3) saat berbaring kambing kesulitan untuk
berdiri kembali.
Pencegahan:
1. Jangan menggembalakan ternak pada pagi hari atau ketika rumput masih
basah, tunggu sampai embun menguap;
2. Sebelum ternak dilepas di padang pengembalaan berikan pakan hijauan
yang dipotong. Jangan biarkan ternak kambing merumput dalam keadaan
sangat lapar;
3. Berikan pakan hijauan yang sudah dilayukan, minimal dibiarkan semalaman.
Paparkan hijauan di bawah sinar matahari selama 2-3 jam;
4. Amati ternak jika terjadi kembung minimal 2 jam setelah
diumbar/digembalakan;
5. Berikan hijauan dalam bentuk kasar, tidak dicacah kecil agar mikrobial tidak
mencerna pakan yang berakibat terjadinya kembung;
6. Pemberian pakan hijauan dan konsentrat yang paling baik adalah sedikit
demi sedikit tetapi sering;
7. Hindari makanan yang mudah dan cepat difermentasi seperti kol, lobak dan
wortel , biji-bijian dan legum secara berlebihan serta selingi dengan
25
hijauan berserat, bila keadaan memaksa, hijauan sebaiknya diberi percikan
minyak kelapa.
8. Perlu dipertimbangkan untuk melepas ternak diareal pengembalaan pada
dua atau tiga minggu setelah pertumbuhan rumput, karena jenis rumput ini
penyebab tympani.
9. Beberapa ternak sering mengalami kembung yang kronis, kemungkinan
faktor genetis. Untuk kasus seperti ini ternak bisa dipertimbangkan agar
diafkir;
Pengobatan Tradisional dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. Minyak nabati (minyak kelapa, minyak kedelai, atau minyak sawit) sebanyak
100-200 ml (sekitar ½ – 1 gelas) dengan cara dicekok.
2. Atau bisa juga diganti dengan 200 cc “Sprite/soda”, di cekok pada kambing,
lalu perut yang kembung sebelah kiri dibalur dengan bawang merah halus
dan sudah dicampur dengan minyak angin. Bila angin sudah keluar melalui
anus, kedua kaki depan diangkat ke atas sambil sisi perut dijepit dengan
kaki kita. Mulut kambing harus selalu terbuka, dengan cara mulut kambing
disumbat dengan kayu/paralon secara melintang dan usahakan kambing
tetap berdiri. Dengan cara ini semua timbunan gas dalam perut akan keluar.
3. Bagian anus kambing ditusuk dengan tangkai daun papaya yang ujungnya
sudah diolesi minyak goreng agar tidak melukai dinding anus. Setelah itu
kedua sisi perut kambing dijepit sehingga gas akan keluar melalui tangkai
daun papaya.
4. Berikan emulsi/campuran air hangat dengan minyak kelapa atau minyak
kacang sebanyak 200-250 ml;
5. Berikan 150-300 ml cuka hangat untuk sapi dewasa;
6. Berikan 200 ml minyak jarak pada ternak dewasa, dan lakukan sekali saja;
26
7. Berikan campuran jahe, adas, dan getah kaca piring sebanyak 300 ml.
Berikan sehari sekali;
8. Berikan perasan daun sembukan ( Paederia scandens) sebanyak 200-300
ml.
Pengobatan dilakukan sambil menekan-nekan perut yang kembung guna
mempercepat pengeluaran gas. Pengobatan dapat juga dilakukan dengan
kombinasi memasukkan pelepah daun pepaya melalui anus untuk mempermudah
pengeluaran gas. Selama pengobatan ternak harus dalam posisi berdiri.
Beberapa obat medis berikut perlu dipertimbangkan untuk diberikan, yaitu:
Pulvus veratri albi 10-25 gram, 3 kali/hari, oleum terebinthinae 25-50 ml.
Sedangkan obat paten Atympanica, Therabloat dan Polaxone dengan dosis
100mg/kg berat badan dapat diberikan pada kambing dan domba. Untuk
menaikkan tegangan muka dapat diberikan sediaan silikon seperti Simethicon atau
Dimethicon. Alternatif terakhir yang dapat digunakan adalah Throkard untuk
mengeluarkan gas dan mengurangi tekanan pada daerah rumen yang
menggembung. Untuk mencegah infeksi pada penanganan ini, berikan antibiotik
pada ternak.
2. Penyakit Cacingan
Merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada kambing,disebabkan
oleh parasit interna. Biasanya menyerang ternak yang masih muda. Jenis cacing
yang menyerang yaituHaemonchus contortus,Bunostomum sp,
Oesophagostomum.sp, Trychoslrongylus. Sp, dan Trichuris. sp.
Gejala secara klinis antara lain, (1) kambing kurus, lemah, serta lesu; (2)
nafsu makan berkurang; (3) bulu serasa kasar dan berdiri, kusam atau bahkan
rontok berlebih; (4) perut buncit dan kepala agak menunduk; (5) biasanya diare.
Pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain kebersihan kandang harus
selalu terjaga. Kambing yang terkena cacingan dapat diobati dengan pemberian
obat cacing secara teratur. Penyakit ini dapat menyebabkan kambing kurang
27
produktif, hingga dapat menyebabkan kematian. Perkembangan dan hidup cacing
ini sangat didukung oleh iklim tropis yang ada di Indonesia, sehingga ternak
kambing dan domba sering terinfeksi. Karena seringnya muncul masalah-masalah
seperti ini menurunkan minat untuk beternak.
Berikut gambar rantai perkembangan larva cacing hingga sampai
kepencernaan kambing.
Untuk mencegah dan mengendalikan cacingan pada ternak
ruminansia:
1. Memberikan ransum/makanan yang bermutu baik (protein tinggi) dan
cukup jumlahnya.
2. Diusahakan dalam kandang ternak tidak begitu padat.
3. Ternak muda dan dewasa dipisahkan
4. Menjaga kebersihan lingkungan kandang, baik diluar maupun di dalam.
5. Jangan mengembalakan kambing pada pagi hari, karena rumput masih
berembun,
6. Melakukan pemeriksaan kesehatan, dan pengobatan secara teratur.
28
Berikut ini beberapa Obat Cacing Tradisional yang dapat diberikan pada
kambing:
a. Penyedapan Getah Pepaya Sebagai Obat Cacing Pada Ternak.
Getah papaya dapat didapatkan di semua bagian pohon papaya. Getah
papaya paling banyak dan paling baik kualitasnya adalah dari buah papaya
yang masih muda. Getah buah pepaya mengandung papain, Kimo papain A,
Kimo papain B, papaya peptidase, pektin, D-galaktase dan L-arabinose.
Penyadapan dapat dilakukan dengan cara:
Buah pepaya muda yang masih menggantung dipohon, ditoreh membujur
dengan jarak torehan 1 – 2 cm.Waktu penyadapandilakukan pada pagi hari,
diulang 4 hari sekali pada buah yang sama.Pada tempat torehan, getah yang
keluar ditampung dengan gelas/slat dari plastik yang diikatkan pada buah pepaya
dengan selotip.Setiap 100 ml getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes
larutan Natrium Bisulfit 30 % untuk mencegah oksidasi.Selanjutnya dijemur
dibawah sinar matahari atau dioven pada suhu 30 – 60 0C sampai kering.Getah
yang sudah kering dihaluskan menjadi serbuk.
Pemberian sebagai obat cacing
1. Dosis (takaran) yang diberikan adalah 1-2 gram/ kg BB, setiap minggu 3 kali
pemberian.
2. Serbuk getah pepaya di campur dengan air dengan perbandingan 1 : 5 (1
bagian serbuk dan 5 bagian air) diaduk hingga berbentuk suspensi lalu
diminumkan atau diberikan lewat mulut dengan selang langsung kerumen.
b. Perasan daun pepaya.
Ambil 2 sampai 3 lembar daun pepaya (tidak terlalu muda/tua). Haluskan daun
pepaya tersebut, berikan sedikit air matang/bersih kemudian diperas dan diambil
airnya, Minumkan pada ternak sebanyak 2 sampai 3 sendok makan atau
disesuaikan dengan berat badan ternak, setiap minggu 3 kali pemberian.
29
c. Serbuk Pinang
• 5 gram untuk anak kambing di atas 3 bulan
• 10 gram untuk kambing dewasa
Cara pembuatan Obat Cacing:
• Buah pinang diris-iris, lalu dijemur
• Bila sudah kering kemudian ditumbuk dan diayak
• Hasil ayakan ditimbang dan siap diberikan untuk ternak kambing
Cara Pemberian Obat Cacing Pada Ternak Kambing:
• Tiap dosis serbuk pinang sesuai kebutuhan dicampur dengan nasi hangat
dan dikepal-kepal, lalu langsung dimasukkan kedalam mulut
d. Daun Kelor
• Daun kelor yang telah tua dibakar hingga menjadi abu.
• Abu daun kelor dicampur air minum
• Air campuran abu daun kelor diminumkan pada ternak
• Pengobatan diulangi satu minggu kemudian
e. Daun Nanas
• Daun nanas yang telah dipetik, kemudian dijemur kering, kemudian
dihaluskan. Dengan takaran 300 mg setiap bobot 1 kg Kambing.
• Daun nanas yang telah dihaluskan dicampur dengan air
• Diminumkan pada kambing yang terjangkit penyakit cacingan. Sebaiknya
jangan diberikan pada kambing yang sedang bunting.
Pengobatan media dapat dilakukan dengan menggunakan obat cacing berupa
albendazole, febendazole, oxfendazole. Dengan dosis 5mg/kg berat badan atau
volbazen 2,5 ml/10 kg diberi melalui mulut. Tersedia kemasan siap pakai yang
dapat diperoleh dari toko yang menyediakan sarana produksi ternak yaitu verm-O
untuk cacing lambung dan Dovenix untuk cacing hati. Untuk kambing dewasa
30
dovenix disuntik dengan dosis 1 ml/25 kg bb secara sub cutan. Untuk anak
kambing dovenix disuntik dengan dosis 1 ml/20 kg bb secara sub cutan.
3. Penyakit Scabies (Kudis/Kurap)
Penyakit scabies dapat mempengaruhi produktivitas kambing. Jenis tungau
ini masuk kedalam melalui jaringan kulit. Tungau ini mengakibatkan
pembengkakan dan bintik-bintik yang disebabkan kalenjar rambut yang terhambat.
Penyakit ini sering terjadi pada kambing muda, kambing yang sedang bunting dan
kambing perah.
Ciri-ciri hewan yang terserang penyakit scabies antara lain:
• Hewan terlihat tidak tenang akibat rasa gatal dengan menggaruk atau
menggosokkan pada benda keras. Rasa gatal tersebut timbul dari adanya
allergen yang merupakan hasil metabolisme Sarcoptes scabiei.
• Rambut rontok dan patah-patah akibat sering menggaruk pada bagian yang
gatal. Adanya kerusakan kulit dengan tepi yang tidak merata disertai
penebalan kulit (keropeng), kulit bersisik dan diikuti terjadinya reruntuhan
jaringan kulit.
• Nafsu makan hewan turun, dan pada akhirnya akan diikuti penurunan berat
badan sehingga hewan akan tampak kurus. Pada kasus yang berat dapat
mengakibatkan kematian.
31
Pengobatan dapat dilakukan dengan injeksi (suntik) Ivermectin (Ivomec: merk
dagang). Dosis yang diberikan umumnya 1 ml untuk 20 kg berat kambing secara
sub cutan atau dibawah kulit, sebaiknya setelah penyuntikan ivomec di susul
dengan penyuntikan antibiotik penicilin sebanyak 0,5 ml untuk menambah
immunitas ternak. Pemberian dosis injeksi harus dikonsultasikan dengan dokter
hewan. Injeksi diulang 10-14 hari kemudian dari injeksi yang pertama. Masa 10-14
hari adalah waktu yang diperlukan untuk sebuah telur tungau Sarcoptes scabiei
yang mungkin masih tersisa untuk menetas. Ivomec umumnya dijual dalam
kemasan 50 ml/botol.
Selain itu dapat juga diberikan 1 gram Asuntol larutkan dalam 1 liter air lalu
sapukan larutan ini pada daerah yang terserang, lakukan pengobatan ini setiap
minggu selama 4 kali. Ivomec tidak boleh diberikan pada kambing yang bunting
karena dapat menyebabkan keguguran. Selain itu Ivomec baru bisa diberikan pada
kambing diatas umur 2 bulan.
Pengobatan tradisional :
1. Dengan melaksanakan pencukuran bulu sekitar daerah terserang,
2. Mandikan ternak dengan sabun sampai bersih, kemudian jemur sampai kering.
3. Setelah kering dapat diobati dengan menggunakan:
a. Belerang dihaluskan lalu dicampur kunyit dan minyak kelapa, kemudian
dipanaskan, digosokkan pada kulit yang sakit.
b. Belerang dihaluskan dan dicampur dengan oli bekas dan digosok pada bagian
kulit yang sakit.
c. Kamper / kapur barus digerus, dicampur minyak kelapa dan dioleskan pada
bagian kulit yang sakit.
Tanaman yang potensial sebagai obat skabies adalah gamal (gliricidia
sepium), gamal berfungsi sebagai tanaman pelindung, daunnya biasa diberikan
sebagai hijauan pakan ternak ruminansia, nilai nutrisi/ gizi tinggi (kandungan
32
protein 18-30%) dan kecernaan tinggi (70%). Daun gamal mempunyai bahan aktif
kumarin yang bersifat insektisida, rodentisida dan bakterisida.
Ekstrak minyak sawit dan daun gamal 50% dapat menyembuhkan skabies
hingga 100% dengan 2 kali pengobatan dengan jarak 1 minggu. daun gamal yang
digunakan pada pembuatan ekstrak ini adalah dipilih daun tua tetapi masih lunak
dari pohon gamal berumur lebih dari 6 bulan. semakin tinggi kadar kumarin dalam
daun semakin baik efeknya sebagai obat skabies.
Cara mudah untuk mengetahui daun dengan kadar kumarin tinggi adalah
dengan cara merobek daun dan membaunya. Daun dengan kadar kumarin tinggi
biasanya baunya lebih menyengat. Pengambilan daun gamal sebaiknya dilakukan
pada musim kemarau karena pada musim penghujan umumnya kadar kumarin
dalam daun menjadi rendah.
Pembuatan ekstrak daun gamal yaitu : 100 gram daun gamal dicincang
halus kemudian direbus dalam 200 ml minyak kelapa sawit sampai mendidih
selama 1 jam, selanjutnya suhu sedikit diturunkan tidak dalam kondisi mendidih
selama 1 jam (total perebusan selama 2 jam). Hasil ekstrak diangkat dan disaring
dengan kain sambil diperas sampai minyaknya tersaring sempurna. Hasil saringan
dimasukkan dalam botol berwarna gelap dan jangan terkena sinar matahari
sampai siap untuk digunakan. Ekstrak ini bisa disimpan pada suhu ruangan sampai
1 minggu, jika disimpan pada lemari es 40 0C bisa bertahan sampai 6 bulan.
Pemberian dapat dilakukan dengan cara oleskan ekstrak dengan kuas atau
sabut kelapa pada seluruh permukaan kulit kambing yang terkena scabies. Apabila
skabies telah menyebar pada sebagian badan sebaiknya seluruh tubuh kambing
dioles dengan obat karena untuk mencegah perkembangbiakan tungau ke bagian
tubuh yang lain.
Jika seluruh tubuh kambing harus dioles kira-kira diperlukan 100-200 ml,
dosis obat tergantung besar kecilnya kambing. Pengobatan dilakukan sebanyak
dua kali dengan jarak 1 minggu. Kambing yang telah diobati sebaiknya
33
dipindahkan ke kandang yang bersih dan bebas skabies (kandang baru yang telah
disemprot dengan insektisida sebelum digunakan) hewan yang sembuh dari
skabies tidak mempunyai kekebalan sehingga mudah terkena lagi bila ditempatkan
pada kandang yang tercemar.
Pencegahan
o Menjaga kebersihan kandang dan peralatan. Bersihkan kandang kambing dari
sisa-sisa makanan yang jatuh.
o Hindari kambing dari air hujan. Jaga agar kandang tidak lembab.
o Menjaga kebersihan kambing dengan memandikan ternak.
o Isolasi dan observasi (karantina) kambing yang baru masuk.
o Hindari memasukkan ternak terinfeksi kudis.
o Segera isolasi dan obati kambing yang terinfeksi.
o Menjaga kebutuhan pakan kambing agar tetap terpenuhi. Kambing yang kurang
konsumsi pakannya akan mudah terserang penyakit.
4. Penyakit Pink eye.
Pink eye adalah penyakit mata akut yang menular dan ditandai dengan
kemerahan pada selaput mata (konjungtiva) dan kekeruhan pada kornea.
Penyebab pink eye pada ternak adalah Rickettsia (Colesiota) conjuctivae,
Mycoplasma conjuctivae, Branhamella catarrhalis dan Chlamydia. Rickettsia
merupakan mikroorganisme berbentuk pendek, bersifat gram negatif dan hanya
tumbuh pada media hidup saja, misalnya telur ayam. Cara penularan agen
penyakit ini melalui debu, lalat, rumput dan percikan air yang tercemar. Gejala
34
penyakit ini antara lain (1) mata berair dan kemerahan; (2) selalu menghindar dari
sinar matahari; (3) biasanya diikuti pembengkakan di sekitar mata. Pengendalian
penyakit yang dapat dilakukan diantaranya adalah menghindari pemberian hijauan
yang terdapat duri, pembersihan kandang, dan pemberian salep mata disarankan
pada kambing yang menderita pink eye.
Bulu mata sering melekat, akibatnya kambing akan sulit mengambil
pakannya dengan baik. Kondisi ini menyebabkan penurunan bobot badan dengan
cepat. Kadang-kadang selaput mata yang meradang bisa menjadi borok karena
infeksi sekunder sehingga dapat menyebabkan kebutaan. Kekeruhan kornea mulai
berkurang dan apabila kondisi hewan cukup baik, maka mata akan sembuh total
dalam 3-5 minggu tergantung pada penyebab dan keganasan penyakitnya.
Kekebalan pasca infeksi pada domba dan kambing berlangsung antara 100 sampai
250 hari, setelah itu ternak akan kembali peka.
Pengobatan hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan memberikan
antibiotika seperti tetrasiklin atau tylosin. Salep mata atau larutan yang
mengandung antibiotika seperti chloramphenicol, oxytetracycline dan campuran
penicilin-streptomycin.
Pengobatan secara tradisional yaitu : Mata ternak dicuci dengan air hangat.
Semprotkan dengan teh dan garam yang dilarutkan dalam air hangat.
Penyemprotan dilakukan oleh mulut kita. Sesudah disemprot berikan obat tetes
mata atau salep mata manusia. Pengobatan ini dilakukan setiap hari hingga
sembuh.
Pencegahan
1. Memusnahkan hewan karier yaitu hewan yang dianggap sebagai sumber
infeksi segera diisolasi dari kawanan ternak
2. Hewan yang terinfeksi segera dikandangkan (isolasi) pada tempat yang gelap,
guna untuk menghindari kontak dengan hewan yang sehat baik secara
langsung atau tidak langsung seperti dinding kandang, air minum tempat
35
pengembalaan dengan demikian dapat terhindar dari lalat yang merupakan
vektor dari jasad renik tersebut.
3. Sanitasi yaitu dengan menjaga kebersihan kandang serta lingkungan yang
bersih serta terbebas dari genangan air.
4. Mengurangi jumlah hewan di dalam kandang. Akibat terlalu padat hewan
didalam kandang dapat menyebabkan kontaminasi sesama.
5. Pemberian makanan yang cukup mengandung vitamin A atau padang
pengembalaan yang baik sehingga dapat terhindar timbulnya infeksi.
Pelatihan petani selanjutnya yang telah dilaksanakan di Desa Juli Keudee
dua, Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen. Adapun materi yang dilatihkan adalah :
1. Pembuatan Mol ( Mikroorganisme Lokal)
Pengertian dan Manfaat Mikro Organisme Lokal (MOL) - MOL ( Mikro
Organisme Lokal ) merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan bahan-
bahan lokal untuk dimanfaatkan menjadi pupuk sehingga tidak merusak
lingkungan. MOL merupakan induk untuk membuat pupuk organik. Istilah MOL
atau kepanjangannya Mikro Organisme Lokal sudah banyak dikenal. MOL
mudah dibuat dan mudah diaplikasikan. Cara dan metode pengembangan MOL
pun bermacam-macam.
Mikro Organisme Lokal sering dimanfaatkan untuk budidaya pertanian organik
atau semi organik. MOL memiliki banyak kegunaan, seperti:
1. Dimanfaatkan sebagai POC (Pupuk Organik Cair)
2. Dimanfaatkan sebagai dekomposer atau biang kompos untuk pembuatan
kompos
3. Dimanfaatkan untuk pestisida nabati untuk mengusir hama tanaman
Berikut ini cara pembuatan MOL dari beberapa jenis buah –buahan.
Bahan : Nenas, Pisang, Pepaya, Air Kelapa dan sabun colek
Cara Pembuatan:
36
1. Limbah buah-buahan dihaluskan. Bisa dengan cara ditumbuk, diparut
maupun diblender.
2. Masukkan ke dalam dalam tempat (drum)
3. Tambahkan air kelapa.
4. Tambahkan gula.
5. Semua bahan diaduk sampai tercampur merata.
6. Tutup drum dengan penutup. Beri lubang untuk aerasi. Lubang aerasi ini
bisa menggunakan selang agar tidak dimasukki oleh lalat atau serangga
lain.
7. Semua bahan kemudian difermentasi selama 2 minggu sebelum digunakan.
Cara Penggunaan:
• MOL ini bisa digunakan untuk pengomposan maupun untuk penyemprotan
ke tanaman.
• Untuk pengomposan: encerkan larutan fermentasi sebayak 5 xnya.
Kemudian disemprotkan ke bahan-bahan yang akan dikomposkan.
• Untuk penyemprotan tanaman: larutkan larutan fermentasi sebanyak 30
kali. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari atau sore hari ke permukaan
daun. Penyemprotan dilakukan berselang 2 minggu
2. PEMBUATAN KOMPOS
Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup
baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.
Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun
makroorganisme. Kompos berfungsi sebagai sumber hara dan media
tumbuh bagi tanaman. Dilihat dari proses pembuatannya terdapat dua
macam cara membuat kompos, yaitu melalui proses aerob (dengan udara)
dan anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini menghasilkan kompos yang
sama baiknya hanya saja bentuk fisiknya agak sedikit berbeda.
37
Proses pembuatan kompos aerob sebaiknya dilakukan di tempat
terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan jenis bahan baku
yang cocok untuk pengomposan aerob adalah material organik yang
mempunyai perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) kecil (dibawah
30:1), kadar air 40-50% dan pH sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan
leguminosa, jerami, gedebog pisang dan kotoran ternak..
Berikut ini cara membuat kompos aerob:
• Siapkan tempat untuk tempat pengomposan. Lebih baik apabila tempat
pengomposan diberi peneduh untuk menghindari hujan.
• Siapkan material organik dari sisa-sisa tanaman, bisa juga dicampur dengan
kotoran ternak. Cacah bahan organik tersebut hingga menjadi potongan-
potongan kecil. Semakin kecil potongan bahan organik semakin baik.
Namun jangan sampai terlalu halus, agar aerasi bisa berlangsung sempurna
saat pengomposan berlangsung.
• Masukan bahan organik yang sudah dicacah ke dalam tempat sebagai
tempat untuk pengomposan, kemudian padatkan. Isi tempat hingga penuh.
• Siram bahan baku kompos yang sudah tersusun untuk memberikan
kelembaban. Untuk mempercepat proses pengomposan bisa ditambahkan
starter mikroorganisme pembusuk ke dalam tumpukan kompos tersebut,
yaitu MOL. Setelah itu, tambahkan lagi bahan-bahan lain. Lakukan terus
hingga ketinggian kompos sekitar 1,5 meter.
• Setelah 24 jam, suhu tumpukan kompos akan naik hingga 65oC, biarkan
keadaan yang panas ini hingga 2-4 hari. Fungsinya untuk membunuh
bakteri patogen, jamur dan gulma. Perlu diperhatikan, proses pembiaran
jangan sampai lebih dari 4 hari. Karena berpotensi membunuh
mikroorganisme pengurai kompos. Apabila mikroorganisme dekomposer ikut
mati, kompos akan lebih lama matangnya.
38
• Setelah hari ke-4, turunkan suhu untuk mencegah kematian
mikroorganisme dekomposer. Jaga suhu optimum pengomposan pada
kisaran 45-60oC dan kelembaban pada 40-50%. Cara menjaga suhu adalah
dengan membolak-balik kompos, sedangkan untuk menjaga kelembaban
siram kompos dengan air. Pada kondisi ini penguapan relatif tinggi, untuk
mencegahnya kita bisa menutup tumpukan kompos dengan terpal plastik,
sekaligus juga melindungi kompos dari siraman air hujan.
• Cara membalik kompos sebaiknya dilakukan dengan metode berikut. Buka
plastik, lepaskan dari tumpukan kompos. Lalu letakan persis disamping
tumpukan kompos. Kemudian pindahkan bagian kompos yang paling atas
sambil diaduk. Lakukan seperti mengisi kompos di tahap awal. Lakukan
terus hingga seluruh tumpukan kompos berpindah ke sampingnya. Dengan
begitu, semua kompos dipastikan sudah terbalik semua. Proses pembalikan
sebaiknya dilakukan setiap 3 hari sekali sampai proses pengomposan
selesai. Atau balik apabila suhu dan kelembaban melebihi batas yang
ditentukan.
• Apabila suhu sudah stabil dibawah 45oC, warna kompos hitam kecoklatan
dan volume menyusut hingga 50% hentikan proses pembalikan. Selanjutnya
adalah proses pematangan selama 14 hari.
• Secara teoritis, proses pengomposan selesai setelah 40-50 hari. Namun
kenyataannya bisa lebih cepat atau lebih lambat tergantung dari keadaan
dekomposer dan bahan baku kompos. Pupuk kompos yang telah matang
dicirikan dengan warnanya yang hitam kecoklatan, teksturnya gembur, tidak
berbau.
• Untuk memperbaiki penampilan (apabila pupuk kompos hendak dijual) dan
agar bisa disimpan lama, sebaiknya kompos diayak dan di kemas dalam
karung. Simpan pupuk kompos di tempat kering dan teduh.
3. PEMBUATAN BIOURINE
39
Bio urine merupakan istilah yang populer dikalangan para
pengembang pertanian organik. Bio urine merupakan urin yang diambil dari
ternak, terutama ruminansia yang terlebih dahulu di fermentasi sebelum
digunakan. Bio urine diperoleh dari fermentasi anaerobik dari urine dengan
nutrisi tambahan menggunakan mikroba pengikat nitrogen dan mikroba
dekomposer lainnya. Dengan demikian kandungan unsur nitrogen dalam bio
urine akan lebih tinggi dibandingkan dengan pada urine. Pupuk organik
ramah lingkungan dari limbah ternak itu bisa memutus ketergantungan
petani terhadap pupuk urea atau pupuk kimia lainnya yang justru
mencemari lingkungan. Dengan demikian, para petani tak perlu repot
memikirkan dan membeli pupuk urea, cukup tanaman dipupuk dengan
menggunakan pupuk organik yang berasal dari limbah urine sapi. Pupuk
organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat
memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan selain itu juga
menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan, sehingga pupuk
organik ini dapat digunakan untuk pupuk yang ramah lingkungan.
Kelebihan Pupuk Organik Cair (Bio Urine)
1. Mempunyai jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak
jika dibandingkan dengan kotoran sapi padat.
2. Mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai
pengatur tumbuh.
3. Mempunyai bau khas urine ternak yang dapat mencegah datangnya
berbagai hama tanaman.
4. Zat perangsang pertumbuhan akar tanaman pada benih/bibit
5. Sebagai Pupuk daun organik
6. Dengan dicampur pestisida organik bisa membuka daun yang keriting akibat
serangan thrip.
Cara Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Urine Sapi
40
Bahan dan alat :
Bak penampungan ukuran 1 m3 atau drum untuk tempat biourine,
Aerator, talang air , sambungan talang air, lem paralon, rembung bambu ,
serei, lengkuas, kunyit, jahe, MOL dan urine ternak kambing.
Cara Pembuatan :
Rembung bambu, serei, lengkuas, jahe dan kunyit diblender dan
ditambahkan dengan MOL yang telah dipersiapkan dan kemudian diaduk
sampai rata, selanjutnya ditutup rapat selama 10 hari. Setelah 10 hari
dipompa dengan menggunakan aerator dan dilewatkan melalui talang air,
dibuat seperti tangga selama 6 jam, tujuannya untuk penepisan atau
menguapkan kandungan gas amonia, agar tidak berbahaya bagi tanaman
yang akan di beri bio urine . Kemas dalam jirigen ukuran 5 liter dan pupuk
cair ini siap digunakan.
Cara Penggunaan :
a) Untuk perendaman biji : 1 liter pupuk urine + 10 liter air direndam
selama 10 menit.
b) Untuk pupuk cair yang diaplikasikan lewat daun : 1 liter pupuk urine
per tangki semprot.
5. PEMBUATAN KONSENTRAT
Kebutuhan sumber energi dan sumber protein untuk semua ternak tak
jauh berbeda termasuk kambing dan domba, serta kebiasaan kambing dalam
mengkonsumsi hijauan ternyata belum tentu dapat memenuhi kebutuhan akan
sumber energi diatas ,hal ini disebabkan karna hijauan pada umumnya hanya
merupakan sumber energi,oleh karna itu untuk memenuhi kebutuhan kambing
bisa kita lakukan dengan memberikan pakan konsentrat. Konsentrat untuk
41
kambing merupakan campuran dari berbagai bahan untuk menghasilkan
kandungan gizi tinggi dalam memenuhi kebutuhan ternak.
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan
pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan
dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai pakan pelengkap (Hartadi et
al., 1991). Konsentrat atau pakan penguat dapat disusun dari biji-bijian dan limbah
hasil proses industri bahan pangan seperti jagung giling, tepung kedelai, menir,
dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan umbi. Peranan konsentrat adalah untuk
meningkatkan nilai nutrien yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal hewan
untuk tumbuh dan berkembang secara sehat (Akoso, 1996). Penambahan
konsentrat dalam ransum ternak merupakan suatu usaha untuk mencukupi
kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Selain
itu dengan penggunaan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna bahan kering
ransum, pertambahan bobot badan serta efisien dalam penggunaan ransum
(Holcomb et. al., 1984).
Bahan yang digunakan : bungkil kedelai, pupuk urea, dedak, bungkil jagung
molases, daun indigofera dan ultra mineral sapi.
Proses Pembuatan :
1. Siapkan semua bahan
2. Timbang bahan sesuai dengan kebutuhan ternak
3. Susun dari bahan yang terbanyak sampai bahan yang terkecil
4. Aduk rata
5. Kemudian dibagi 4 bagian dan masing masing bagian diaduk rata
6. Setelah semua bagian tercampur rata, campurkan bahan tersebut dengan
cara menyilang
7. Setelah itu baru dicampurkan sehingga rata
8. Siap diberikan kepada ternak
6. PEMBUATAN MINERAL BLOK
42
Mineral blok adalah pakan suplemen untuk ternak ruminansia,
berbentuk padat yang kaya dengan zat-zat makanan, terbuat dari bahan
utama molases (tetes tebu) sebagai sumber energi, bahan lain seperti
garam dapur, ultra mineral dan semen. Pakan suplemen ini dapat juga
disebut sebagai “permen jilat” untuk ternak atau “permen kambing”.
Beberapa manfaat dan keuntungan bagi usaha peternakan ternak
ruminansia, yakni antara lain sebagai berikut :
1. Merupakan sumber protein (non-protein nitrogen)., energi dan mineral
yang sangat dibutuhkan oleh ternak.
2. Sebagai pakan tambahan (supelemen) bagi ternak yang dikandangkan
atau digembalakan.
3. Dapat meningkatkan kecernaan dam konsumsi zat-zat makanan dari
bahan pakan yang berserat tinggi, sehingga produktivitas ternak dapat
ditingkatkan.
Bahan yang gunakan adalah : Mineral, semen, garam dan air secukupnya
Proses pembuatan
1. Campurkan semen dan garam
2. Setelah merata tambahkan mineral
3. Sambal diaduk tambahkan air sedikit demi sedikit
4. Setelah adonan tidak gembur lagi atau sudah padat, cetak dalam
tempat yang telah disiapkan
5. Angin- anginkan di tempat yang teduh sampai mengeras.
6. Setelah itu dapat diberikan untuk ternak
43
KESIMPULAN
1. Model bioindustri berbasis integrasi kedelai dan kambing telah terbentuk
dengan menerapkan teknologi inovatif baik pada budidaya kedelai maupun
peternakan kambing
2. Pengetahuan dan sikap petani peternak dalam menerima semua teknologi
inovatif sangat baik. Hal ini menunjukkan adanya arus diseminasi dan
percepatan teknologi inovatif yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang
Pertanian
44
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anonim, 2009. Ciri umum kambing etawa. http://www.kambingetawa.org/ciri-umum-kambing-
etawa.html. Diunduh pada 9 September 2015.
Anonim, 2014. Pokok-pokok pikiran: Pengembangan kawasan pertanian bioindustri berbasis sumberdaya local. Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian. 90 hal.
Azmi, Gunawan dan Daniswari. 2006. Petunjuk teknis memelihara kambing unggul. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 53 halaman.
Azmi dan Gunawan, 2007. Usahatani tanaman – ternak kambing melalui sistem integrasi. Prosiding
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. 525 – 531.
Badan Litbang Pertanian, 2014. Panduan Umum Pengembangan Kawasan Pertanian Bio-Industri
Berbasis Sumber Daya Lokal. IAARD Press, 49 hal.
BPS, 2005. Statistik Indonesia 2004. Badan Pusat Statistik, Jakarta. 604 p.
BPS, 2013. Aceh Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh
Dirjen Tanaman Pangan, 2010. Pedoman Pelaksanaan SL-PTT Padi, Jagung, dan Kedelai. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Distan Tk. I Provinsi Aceh, 2014. Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Aceh
FKPR Kementan. 2014. Penerapan Pertanian Bioindustri : Dasar Ilmiah dan Langkah-langkah yang
diperlukan. Makalah disampaiakan pada Rapat TPK-BPTP di BBP2TP tanggal 19 Maret 2014. Forum Komunikasi Profesor Riset Kementerian Pertanian.
Gunawan, Sukar, Wiendarti I.W., Sri Wahyuni B., Setyorini W., Tri Joko S., Sutarno, Anthoni
Marthon, Nugroho Siswanto dan Utami Hatmi. 2012. Pengkajian model pengembangan
tanaman kakao integrasi dengan ternak kambing guna meningkatkan produktivitas kakao dan pendapatan petani di Kabupaten Kulon Progo. Laporan Akhir Tahun 2012.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. 75 halaman.
Gunawan, W.I Werdhany, Sukar, S.W. Budiarti, Tri Joko Siswanto, Setyorini Widyayanti Sutarno
dan Evi Puji Astuti. 2013. Model pengembangan tanaman kakao integrasi dengan ternak kambing di Kabupaten Kulon Progo. Laporan Akhir Tahun 2013. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. 82 halaman.
Gunawan, W.I Werdhany, Sukar, S.W. Budiarti, Utami Hatmi, Setyorini Widyayanti, Evi Puji Astuti, Gede Suparta dan Sutarno. 2014. Pengkajian integrasi tanaman kakao dengan ternak
kambing mendukung terwujudnya kawasan agribisnis di DIY. Laporan Akhir Tahun 2014. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. 115 halaman.
Hendriadi, A. 2013. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Berbasis Inovasi. Makalah
disampaikan pada Workshop Evaluasi dan Rencana Kegiatan Peningkatan Kinerja BPTP Tahun 2014. Bogor, 8 Januari 2014.
45
Ismail I.G dan A. Djajanegara. 2004. Kerangka dasar pengembangan sistem usahatani tanaman
ternak. Proyek PPATP. Jakarta.
Jovitry, I. 2011. Fermentabilitas dan Kecernaan In Vitro Daun Tanaman Indigofera sp. yang
Mendapat Perlakuan Pupuk Cair untuk daun. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Karda IW, Spudiati. 2012. Meningkatkan Produktifitas Lahan Marginal Melalui Integrasi Tanaman Pakan dan Ternak Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
www.ntb.litbang.deptan.go.id diakses tanggal 1 Mei 2012
Kartaatmadja, S dan A.M. Fagi. 2000. Pengelolaan Tanaman Terpadu: Konsep dan Penerapan. Dalam Prosiding Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Konsep dan
Strategi Peningkatan Produksi Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Badan Litbang Pertanian. Hal. 75-89.
Marton, A., N. Siswanto dan R. Utami. 2012. Teknologi pengolahan kotoran ternak kambing untuk pupuk organik. Dalam Buku Integrasi Kambing Kakao . Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta. 45-54.
Mathius, I.W. 2008. Potensi dan pemanfaatan pupuk organik asal kotoran kambing Domba.
Wartazoa.
Maryono. 2010. Rekomendasi Teknologi Peternakan Veteriner Mendukung Program Swasembada
Daging Sapi (PSDS) tahun 2014. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor
McDonald P, Henderson AR, Heron SJE. 1991. The Biochemistry of Silage. Britain:Chalcombe Publication.
McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2010. Animal Nutrition.
Seventh Edition. Ashford Colour Press. Gosport.
Nitis, 1992. Usahatani Sistim Tiga Strata. Balai Informasi Pertanian. Bali. Departemen Pertanian.
Pamungkas, D., dan Hartati. 2004. Peranan ternak dalam kesinambungan sistem usaha pertanian.
Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. 304-312.
Santiananda, A. Asmarasari dan B. Tiesnamurti. 2009. Pengembangan Ternak Kambing Terintegrasi dengan Tanaman Kakao. Pros. Lokakarya Nas. Sistem Integrasi Tanaman – Ternak. Puslitbangnak. 220 - 226
Suryana A, dkk. 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai. Departemen Pertanian.
Wilkinson JM, Wadephul F, Hill J. 1996. Silage in Europe: a survey of 33 countries. Welton, UK: Chalcombe Publications