identifikasi senyawa fraksi i ekstrak n-heksana daun ... · daun binahong dan (b ) fraksi i...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI SENYAWA FRAKSI I EKSTRAK n-HEKSANA DAUN BINAHONG(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Wilfrida Maria Du’a
NIM : 088114071
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
IDENTIFIKASI SENYAWA FRAKSI I EKSTRAK n-HEKSANA DAUN BINAHONG(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Wilfrida Maria Du’a
NIM : 088114071
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
IDENTIFIKASI SENYAWA FRAKSI I EKSTRAK n-HEKSANA DAUN BINAHONG(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Wilfrida Maria Du’a
NIM : 088114071
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
IDENTIFIKASI SENYAWA FRAKSI I EKSTRAK n-HEKSANA DAUNBINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Wilfrida Maria Du’a
NIM : 088114071
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
i
IDENTIFIKASI SENYAWA FRAKSI I EKSTRAK n-HEKSANA DAUNBINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Wilfrida Maria Du’a
NIM : 088114071
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
i
IDENTIFIKASI SENYAWA FRAKSI I EKSTRAK n-HEKSANA DAUNBINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Wilfrida Maria Du’a
NIM : 088114071
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Berpikirlah bahwa kita tidak ingin menjadi seperti ini agar kelak kita tidak
akan melakukan kesalahan yang sama
tetap lakukan apa yg bisa kita lakukan sekarang seperti yang kita mau
aku ada, aku berdiri, aku bisa terus berjuang dengan semangat dan tidak menyerah pada
keadaan karena ada banyak kasih yang senantiasa memelukku dan aku tahu di belakangku
selalu ada doa dari orang-orang yang menyayangiku
papa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Segala pujian dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan karena hanya
dengan anugerah, berkat, cinta, kasih, dan pertolongan-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ”Identifikasi
Senyawa Fraksi I Ekstrak n-Heksana Daun Binahong (Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm).
Terselesaikannya penulisan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan petunjuk, saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam
proses penyusunan skripsi ini
2. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. dan Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt.
selaku Dosen Penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan
demi kesempurnaan skripsi ini
3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan dan segenap staf serta
karyawan Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
4. Ma’Epa, teman seperjuangkanku yang telah dengan sabar menghadapi semua
kemalasanku, mendukung dan menyemangati aku selama masa-masa galau
bersama di lab.
5. Unyil dan Pitoeng yang mau-maunya dengerin semua keluhanku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Kawan-kawan seperjuangan di lab: Paul, Hepy, Adi, Pandu, Aldosa, Valent,
Novie, Ike, Usi, Satya, Sasa, Vica, Dimbek, Seco, Yuni, Elisa, dan Brian atas
kerja sama, kebersamaan dan keceriaan di lab selama proses penelitian ini
7. Seluruh teman-teman farmasi, khususnya kelas B angkatan 2008 dan FST A
2008 yang telah banyak berbagi keceriaan dan kesedihan
8. Nenek, Tante, Ma Heny, Tanta Ratna, Om Bruno, Kugu, Steve, Ceci, Ka Ibet,
Enenk, Metonk, Indah, Boge, Ma’u, Yelly, Putri , dan semua keluarga yang
selalu jadi saya punya semangat dan jadi obat waktu saya rindu rumah
9. “Cika-cika muah”: Rodhu, Giting dan Lombok yang selalu dukung beta
dengan besong pung cara masing-masing. Sayang besong buanyak2 :-*
10. Papao, yang setelah marah-marah karena beta ngawur tulis skripsweet tapi
terus rasa bersalah dan minta maaf
11. Huluk, Ivon, Nitha, Itin, Cumy, Liany, Stefi, Lina, Kaco-kaco, Tikus Klapa,
Anak Pelangi, Komunitas Sant’ Egidio
12. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga, dan waktu penulis. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir
kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.
Yogyakarta, 6 Juni 2012
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................... vi
PRAKATA............................................................................................. vii
DAFTAR ISI.......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xix
INTISARI............................................................................................... xx
ABSTRACT ............................................................................................. xxi
BAB I PENGANTAR............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
1. Permasalahan.............................................................................. 4
2. Keaslian penelitian ..................................................................... 4
3. Manfaat penelitian...................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
1. Tujuan umum ............................................................................. 6
2. Tujuan khusus ............................................................................ 6
BAB II PENELAHAAN PUSTAKA..................................................... 7
A. Tanaman Binahong ......................................................................... 7
B. Ekstraksi.......................................................................................... 9
1. Ekstraksi dengan alat sokhlet ..................................................... 9
2. Ekstraksi secara perkolasi .......................................................... 9
3. Ekstraksi secara maserasi ........................................................... 10
4. Ekstraksi secara refluks .............................................................. 10
5. Ekstraksi secara penyulingan ..................................................... 11
C. Skrining Fitokimia .......................................................................... 11
1. Alkaloid ...................................................................................... 11
2. Flavonoid.................................................................................... 12
3. Tanin........................................................................................... 13
4. Saponin....................................................................................... 14
5. Terpenoid ................................................................................... 14
6. Steroid ........................................................................................ 15
D. Isolasi .............................................................................................. 15
1. Kromatografi .............................................................................. 15
E. Elusidasi Struktur............................................................................ 18
1. Spektroskopi ............................................................................... 17
F. Landasan Teori................................................................................ 23
G. Hipotesis............................................................................................ 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 25
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................... 25
B. Variabel dan Defenisi Operasional ................................................. 25
1. Variabel penelitian ..................................................................... 25
2. Defenisi operasional ................................................................... 25
C. Bahan Penelitian ............................................................................. 26
D. Alat Penelitian................................................................................. 27
E. Tata Cara Penelitian ........................................................................ 27
1. Determinasi tanaman binahong .................................................. 27
2. Preparasi sampel......................................................................... 27
3. Uji pandahuluan ......................................................................... 28
4. Optimasi fase gerak 1 ................................................................. 33
5. Kromatografi kolom 1 ................................................................ 33
6. Kromatografi lapis tipis 1........................................................... 34
7. Kromatografi kolom 2 ................................................................ 34
8. Kromatografi lapis tipis 2........................................................... 35
9. Optimasi fase gerak 2 ................................................................. 35
10. Kromatografi lapis tipis preparatif ............................................. 36
11. Kromatografi lapis tipis 3........................................................... 37
12. Spektroskopi UV/Vis ................................................................. 37
13. GC-MS ....................................................................................... 37
14. Spektroskopi inframerah ............................................................ 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
H. Analisis Data ................................................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 39
A. Determinasi Tanaman Binahong..................................................... 39
B. Preparasi Sampel............................................................................. 39
C. Ekstraksi Sampel............................................................................. 41
D. Uji Pendahuluan.............................................................................. 42
1. Alkaloid....................................................................................... 43
2. Flavonoid .................................................................................... 46
3. Tanin ........................................................................................... 48
4. Saponin ....................................................................................... 50
5. Triterpenoid dan steroid .............................................................. 51
E. Optimasi Fase Gerak 1.................................................................... 53
F. Kromatografi Kolom 1.................................................................... 55
G. Kromatografi Lapis Tipis 1............................................................. 55
H. Kromatografi Kolom 2.................................................................... 57
I. Kromatografi Lapis Tipis 2............................................................. 57
J. Optimasi Fase Gerak 2.................................................................... 58
K. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif ............................................... 61
L. Kromatografi Lapis Tipis 3............................................................. 62
M. Spektroskopi UV/Vis ...................................................................... 63
N. GC-MS............................................................................................ 65
O. Spektroskopi Inframerah................................................................. 78
P. Analisis Hasil .................................................................................. 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 81
A. Kesimpulan ..................................................................................... 81
B. Saran ............................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 82
LAMPIRAN........................................................................................... 84
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................... 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Hasil uji pendahuluan ekstrak n-heksana daun binahong. 43
Tabel II. Hasil KLT senyawa alkaloid dalam (a) ekstrak n-heksana
daun binahong dan (b) fraksi I kromatografi kolom 2
ekstrak n-heksana daun binahong ..................................... 45
Tabel III. Hasil KLT senyawa flavonoid dalam (a) ekstrak n-
heksana daun binahong dan (b)fraksi I kromatografi
kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong....................... 47
Tabel IV. Hasil KLT senyawa triterpenoid dan steroid dalam (a)
ekstrak n-heksana daun binahong dan (b) fraksi I
kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong . 52
Tabel V. Hasil KLT ekstrak n-heksana daun binahong dengan
fase diam silika gel dan fase gerak asetonitril; n-
heksana; kloroform; kloroform : metanol (1:1); dan
metanol............................................................................... 54
Tabel VI. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 1 dengan fase
diam silika gel dan fase gerak a. kloroform; b.
kloroform : metanol (1:1); c. metanol................................ 56
Tabel VII. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-
heksana daun binahong dengan fase diam silika gel dan
fase gerak a. kloroform; b. kloroform : metanol (1:1); c.
metanol............................................................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Tabel VIII. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-
heksana daun binahong dengan fase diam silika gel dan
fase gerak a. kloroform; b. kloroform : metanol (1:1); c.
metanol............................................................................... 60
Tabel IX. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-
heksana daun binahong dengan fase diam silika gel dan
fase gerak a. kloroform; b. kloroform : metanol (1:1); c.
metanol............................................................................... 62
Tabel X. Hasil spektrum MS senyawa yang diisolasi dari
ekstrak n-heksana daun binahong ..................................... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kromatografi kolom ......................................................... 16
Gambar 2. Reaksi antara alkaloid dan reagen Mayer ......................... 43
Gambar 3. Hasil KLT ekstrak n-heksana ekstrak daun binahong dan
fraksi 1 kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun
binahong dengan a. pereaksi Dragendorff; b. asam sulfat 45
Gambar 4. Reaksi pembentukan warna antara flavonoid
dengan logam magnesium (Mg) ....................................... 46
Gambar 5. Hasil KLT ekstrak n-heksana ekstrak daun binahong dan
fraksi 1 kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun
binahong dengan pereaksi amonia .................................... 47
Gambar 6. Reaksi pembentukan warna antara tanin dengan
besi (III) klorida (FeCl3) ................................................... 49
Gambar 7. Reaksi pengendapan antara tanin dengan gelatin ............. 50
Gambar 8. Hasil KLT ekstrak n-heksana ekstrak daun binahong dan
fraksi 1 kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun
binahong dengan pereaksi Lieberman-Buncard................ 53
Gambar 9. Hasil KLT ekstrak n-heksana daun binahong dengan fase
gerak a. asetonitril; b. n-heksana; c. kloroform; d.
kloroform : metanol (1:1); e. metanol............................... 54
Gambar 10. Kromatografi kolom ekstrak n-heksana daun binahong
dengan fase diam silika gel dan fase gerak kloroform...... 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Gambar 11. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 1 ekstrak n-
heksana daun binahong dengan fase diam silika gel dan
fase gerak a. kloroform; b. kloroform : metanol (1:1); c.
metanol.............................................................................. 56
Gambar 12. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-
heksana daun binahong dengan fase diam silika gel dan
fase gerak a. kloroform; b. kloroform : metanol (1:1); c.
metanol.............................................................................. 58
Gambar 13. Hasil KLT fraksi I hasil kromatografi kolom 2 ekstrak n-
heksana daun binahong dengan fase diam silika gel dan
fase gerak kloroform : metanol; a. 15:1, b. 13:1, c. 11:1,
d. 9:1, e. 7:1, f. 5:1, g. 2:1, h. kloroform, i. 1:1, j.
metanol, k. 1:2, l. 1:3, m. 1:5, n. 1:9, dan o. 1:19 ............. 61
Gambar 14. Hasil KLT preparatif dengan fase gerak
kloroform : metanol 1:19 .................................................. 61
Gambar 15. Hasil KLT dengan fase gerak a. kloroform;
b. kloroform : metanol (1:1); c. metanol........................... 62
Gambar 16. Spektrum UV/Vis fraksi I ekstrak n-heksana ................... 63
Gambar 17. Senyawa 1,2,8a-trimethyl-1,2,3,4,8,8a-
hexahydronaphthalene ...................................................... 64
Gambar 18. Spektrum MS peak 1 pada GC dengan Retention time
18,721menit ...................................................................... 65
Gambar 19. Fragmen hasil penyusunan ulang senyawa karbonil......... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Gambar 20. (a) keton; (b) potongan gugus metil; (c) metil
karboksilat; (d) metil etil ester .......................................... 66
Gambar 21. Fragmen hasil pemutusan (-OCH3)................................... 66
Gambar 22. Spektrum MS peak 2 pada GC dengan Retention time
20,496menit ...................................................................... 67
Gambar 23. Spektrum MS peak 3 pada GC dengan Retention time
20,728menit ...................................................................... 68
Gambar 24. Spektrum MS peak 4 pada GC dengan Retention time
23,192menit ...................................................................... 69
Gambar 25. (a) ion 1-oktanol; (b) ion hasil pemutusan ion
1-oktanol dari dioktil adipat.............................................. 69
Gambar 26. Fragmen hasil pemutusan (-OC8H17)................................ 69
Gambar 27. Spektrum MS peak 5 pada GC dengan Retention time
24,509menit ...................................................................... 70
Gambar 28. isobenzofuran-1,3-dione..................................................... 71
Gambar 29. Fragmen hasil pemutusan (-OC8H17 dan –C8H17)............. 71
Gambar 30. Spektrum MS peak 6 pada GC dengan Retention time
25,505menit ...................................................................... 72
Gambar 31. Spektrum MS peak 7 pada GC dengan Retention time
26,961menit ...................................................................... 72
Gambar 32. Spektrum IR fraksi I ekstrak n-heksana daun binahong ... 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) .............................. 85
Lampiran 2. Contoh Perhitungan Nilai Rf KLT ................................. 86
Lampiran 3. Spektrum UV/Vis ........................................................... 86
Lampiran 4. Kromatogram GC dan Spektrum MS............................. 88
Lampiran 5. Spektrum IR.................................................................... 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
INTISARI
Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) telah diketahuisecara turun-temurun sebagai tanaman obat di Indonesia dan berpotensi untukdijadikan bahan fitofarmaka. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasisenyawa yang terdapat dalam fraksi I ekstrak n-heksana daun binahong khususnyasenyawa terpenoid, steroid dan asam lemak.
Metode penelitian dilakukan secara deskriptif eksperimental. Penelitianini diawali dengan melakukan maserasi pada daun binahong menggunakan pelarutn-heksana, skrining fitokimia, fraksinasi menggunakan kromatografi kolom danfraksi I hasil kromatografi kolom diisolasi menggunakan Kromatografi LapisTipis (KLT) preparatif. Hasil isolasi dinyatakan murni setelah hasil KLT yangdiperoleh menghasilkan satu bercak dengan harga Rf yang berbeda pada tiga fasegerak dengan kepolaran yang berbeda. Fase gerak yang dipilih adalah kloroform(IP=4,1), kloroform:metanol (1:1) (IP=4,6) dan metanol (IP=5,1). Senyawa yangterbukti murni secara KLT lalu dielusidasi strukturnya dengan menggunakanUV/Vis, GC-MS, dan IR. Dari hasil skrining fitokimia dan elusidasi struktur makadapat disimpulkan bahwa senyawa yang terdapat pada ekstrak n-heksana daunbinahong adalah senyawa golongan steroid, asam lemak (metil heksadekanoat,asam oleat, metil 16-metilheptadekanoat, dioktil adipat, dioktil ptalat) dan alkana(metil oktakosana dan tetratetrakontana).
Kata kunci : maserasi, binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), steroid,asam lemak, UV/Vis, GC-MS, IR.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
ABSTRACT
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) has been known forgenerations as medicinal plants in Indonesia and potential to make anphytopharmaca. The study was conducted to identify the compounds contained in1st fraction on n-hexane extracts from binahong leaves especially terpenoid,steroids and fatty acids compounds.
The method of research conducted by experiment description. The firstphase of the study was carried out by maceration of binahong leaves using the n-hexane solvent, further identification of the compound, fractionation by columnchromatography and isolated by preparative Thin Layer Chromatography (TLC).The results revealed the pure isolation if the isolate obtained a single spot on TLCwith different Rf on the three mobile phases with different polarity. The selectedmobile phase was chloroform (IP = 4.1), chloroform: methanol (1:1) (IP = 4.6)and methanol (IP = 5.1). Compound which proved to be pure by TLC and itsstructure was identification using UV/Vis, GC-MS, and IR. From the results ofphytochemical screening and identification of the structure it can be concludedthat the compounds contained in extracts of n-hexane from binahong leaves aresteroids, fatty acids (methyl hexadecanoate, oleic acid, methyl 16-methylheptadecanoate, dioctyl adipate, dioctyl phthalate) and alcane (octacosanedan tetratetracontane).
Keywords: maceration, binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), steroids,fatty acids, UV/Vis, GC-MS, IR.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dahulu manusia telah menggunakan tanaman sebagai bahan obat
secara tradisional yang berfungsi untuk menjaga kesegaran tubuh, mencegah
penyakit, mengurangi rasa sakit, menyembuhkan penyakit, bahkan untuk
mempercantik diri. Salah satu tanaman yang biasa dijadikan sebagai bahan obat
ialah tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Tanaman ini
memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan bahan fitofarmaka mengingat
manfaatnya yang banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit.
Penggunaan tanaman binahong biasanya dengan langsung mengunyah daun
binahong, merebusnya, mencampurkan daun binahong dengan makanan lain
seperti ketika membuat mie serta dengan dibuat dalam bentuk jus. Secara
tradisional tanaman binahong telah digunakan untuk menyembuhkan sakit batuk,
muntah darah, penyakit paru-paru, diabetes melitus, radang ginjal, ambeien,
disentri, gusi berdarah, luka paska operasi dan melahirkan, jerawat, luka akibat
kecelakaan, luka bakar, meningkatkan vitalitas pria, menjaga stamina, serta
menurunkan kolesterol (Manoi, 2009). Namun belum dilakukan uji praklinis dan
klinis untuk membuktikan khasiat tanaman binahong tersebut.
Melihat begitu banyak khasiat binahong sebagai tanaman obat maka
banyak dilakukan penelitian terhadap senyawa metabolit sekunder yang terdapat
dalam tanaman binahong dengan skrining fitokimia untuk mengetahui golongan
senyawa metabolit sekunder yang bertanggung jawab terhadap khasiat tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
binahong sebagai bahan obat. Golongan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat pada tanaman binahong antara lain steroid (Barboza, Cantero, Nunez,
Pacciaroni, and Espinar, 2009). Dalam jurnal ini dikatakan bahwa tanaman
binahong memiliki aktivitas biologi sebagai antibakteri dengan menggunakan
daun yang telah dikeringkan dan secara tradisional, daun kering tanaman
binahong digunakan sebagai antineuralgik, eye washes, neonatal dan paediatries
care, serta untuk perawatan kulit (jamur, kutil, gigitan serangga, gatal-gatal dan
iritasi). Dalam jurnal lain (Fai and Tao, 2009) dikemukakan bahwa tanaman
binahong mengandung asam oleanolat dan saponin, serta asam ursolat (Wibisono,
2010) yang telah ditetapkan kadarnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
fase terbalik. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan Universitas Gadjah Mada,
dinyatakan bahwa pada kultur in vitro daun binahong terkandung senyawa aktif
flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin (Manoi, 2009). Hasil uji pendahuluan
yang dilakukan oleh Khunaifi (2010) pada ekstrak etil asetat daun binahong
menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, dan polifenol, sedangkan menurut
Arisandi dan Andriani (2006) dikatakan bahwa daun tanaman binahong memiliki
kandungan kimia berupa γ-glucan, karoten, asam organik, mukopolisakarida dan
asam aldonat, juga mengandung saponin, vitamin A, B, dan C.
Selain kandungan metabolit sekunder, telah dilakukan juga uji efek
farmakologi yang dilakukan antara lain uji aktivitas antibakteri ekstrak daun
binahong terhadap bakteri staphylococcus aureus dan pseudomonas aerugino
(Khunaifi, 2010), uji aktivitas antimikroba ekstrak n-heksana dan fraksi terpenoid
tanaman Anredera cordifolia (Ten.) Steenis terhadap Staphylococcus aureus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Eschericia coli dan Candida albicans (Arisadsita, 2010), uji efek tonikum infusa
daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada mencit putih (Mus
musculus) jantan galur Swiss Webster (Asriani, 2011), uji efektivitas ekstrak daun
binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) sebagai antibakteri Salmonella
typhi penyebab tifus (Kurniati, 2011), dan uji aktivitas penangkap radikal ekstrak
petroleum eter, etil asetat dan etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Stenis) dengan metode DPPH (2,2-difenil-1- pikrihidrazil) (Handayani, 2009).
Dilihat dari penggunaanya secara tradisional, senyawa metabolit
sekunder dan uji efek farmakologi maka tanaman binahong berpotensi sangat
besar untuk dijadikan bahan fitofarmaka. Potensi ini khususnya terkait dengan
kegunaannya secara tradisional untuk meningkatkan stamina dan vitalitas pria
yang berhubungan dengan kandungan metabolit sekunder berupa senyawa
golongan sterid yang belum banyak ditemukan pada tanaman lain serta uji
farmakologi berupa efek tonikum. Karena itu, pada penelitian ini akan digunakan
pelarut yang bersifat nonpolar untuk proses ekstraksi agar senyawa streroid yang
bersifat nonpolar akan ikut terekstrak. Namun, karena terdapat banyak senyawa
lain yang terkandung dalam tanaman binahong maka yang terdapat dalam ekstrak
bukan hanya senyawa metabolit sekunder golongan steroid tetapi terdapat juga
golongan terpenoid dan asam lemak yang bersifat nonpolar.
Seluruh bagian dari tanaman binahong ini dapat digunakan sebagai bahan
obat, namun bahan yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah bagian
daun tanaman karena mudah diperoleh dan dibersihkan serta memiliki
kemampuan sebagai bahan obat yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pada penelitian ini, daun tanaman binahong yang telah dikeringkan akan
dimaserasi dengan menggunakan n-heksana, kemudian akan dilakukan fraksinasi
dengan sistem kromatografi kolom serta KLT preparatif dan struktur dari senyawa
tersebut akan diketahui dengan spektrometri UV/Vis, GC-MS dan IR.
1. Permasalahan
a. Berdasarkan skrining fitokimia, senyawa golongan apakah yang
terkandung dalam fraksi I ekstrak n-heksana daun binahong?
b. Berdasarkan analisis spektroskopi, senyawa apakah yang terkandung
dalam fraksi I ekstrak n-heksana daun binahong?
2. Keaslian penelitian
Penelitian terhadap tanaman binahong telah banyak dilakukan, namun
penelitian ini hanya berkisar pada skrining fitokimia untuk mengetahui golongan
senyawa metabolit sekunder dan uji efek farmakologi dari tanaman binahong
tetapi belum diketahui secara spesifik senyawa kimia apa dari golongan metabolit
sekunder yang telah terbukti ada pada tanaman binahong ini.
Golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman
binahong antara lain steroid (Barboza, Cantero, Nunez, Pacciaroni, and Espinar,
2009). Dalam jurnal ini dikatakan bahwa tanaman binahong memiliki aktivitas
biologi sebagai antibakteri dengan menggunakan daun yang telah dikeringkan dan
secara tradisional, daun kering tanaman binahong digunakan sebagai
antineuralgik, eye washes, neonatal dan paediatries care, serta untuk perawatan
kulit (jamur, kutil, gigitan serangga, gatal-gatal dan iritasi). Dalam jurnal lain (Fai
and Tao, 2009) dikemukakan bahwa tanaman binahong mengandung asam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
oleanolat dan saponin, serta asam ursolat (Wibisono, 2010) yang telah ditetapkan
kadarnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi fase terbalik. Berdasarkan
hasil penelitian pendahuluan Universitas Gadjah Mada, dinyatakan bahwa pada
kultur in vitro daun binahong terkandung senyawa aktif flavonoid, alkaloid,
terpenoid, dan saponin (Manoi, 2009). Hasil uji pendahuluan yang dilakukan oleh
Khunaifi (2010) pada ekstrak etil asetat daun binahong menunjukkan adanya
alkaloid, flavonoid, dan polifenol, sedangkan dari menurut Arisandi dan Andriani
(2006) dikatakan bahwa daun tanaman binahong memiliki kandungan kimia
berupa γ-glucan, karoten, asam organik, mukopolisakarida, asam aldonat, juga
mengandung saponin, vitamin A, B, dan C.
Uji efek farmakologi yang dilakukan antara lain uji aktivitas antibakteri
ekstrak daun binahong terhadap bakteri staphylococcus aureus dan pseudomonas
aerugino (Khunaifi, 2010), uji aktivitas antimikroba ekstrak n-heksana dan fraksi
terpenoid tanaman binahong terhadap Staphylococcus aureus, Eschericia coli dan
Candida albicans (Arisadsita, 2010), uji efek tonikum infusa daun binahong pada
mencit putih (Mus musculus) jantan galur Swiss Webster (Asriani, 2011), uji
efektivitas ekstrak daun binahong sebagai antibakteri Salmonella typhi penyebab
tifus (Kurniati, 2011), dan uji aktivitas penangkap radikal ekstrak petroleum eter,
etil asetat dan etanol daun binahong dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-
pikrihidrazil) (Handayani, 2009).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka peneliti
ingin mengisolasi senyawa steroid yang dapat berfungsi untuk meningkatkan
imunitas dan dapat dikatakan meruuakan salah satu senyawa yang bertanggung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
jawab terhadap efek farmakologis sebagai efek tonikum. Karena itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan skrining fitokimia untuk mencari
kandungan senyawa hasil isolasi dan identifikasi dengan metode spektroskopi
untuk mengetahui struktur senyawa kimia dalam tanaman binahong.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Mendapatkan informasi sebagai data kimia, metabolit
sekunder yang terkandung dalam daun tanaman binahong.
b. Manfaat metodologis. Mendapatkan informasi mengenai metode yang
digunakan untuk melakukan fraksinasi dan identifikasi senyawa kimia
dalam fraksi I ekstrak n-heksana daun binahong.
c. Manfaat praktis. Mengetahui kandungan senyawa kimia dalam fraksi I
ekstrak n-heksana daun binahong sehingga tanaman binahong dapat
dikembangkan menjadi suatu fitofarmaka.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mendukung memberikan informasi tentang aktifitas tanaman binahong
berdasarkan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya.
2. Tujuan khusus
Mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung
dalam ekstrak fraksi I n-heksana daun binahong dengan skrining fitokimia dan
mengidentifikasinya senyawa kimia tersebut dengan metode spektroskopi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Binahong
Binahong berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang (perenial), bisa
mencapai panjang ± 5m. Akar berbentuk rimpang, berdaging lunak. Batang lunak,
silindris, saling membelit, berwarna hijau, bagian dalam solid, permukaan halus,
kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk
tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun tunggal, bertangkai sangat pendek
(subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang
5-10cm, lebar 3-7cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk
(emerginatus), tepi rata, permukaan licin, bisa dimakan. Bunga majemuk
berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna
krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai
mahkota 0,5-1cm, berbau harum. Perbanyakan generatif (biji), namun lebih sering
berkembang atau dikembangbiakan secara vegetatif melalui akar rimpangnya
(Manoi, 2009).
Klasifikasi tanaman binahong
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Hamamelidae
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Ordo : Caryophyllales
Famili : Basellaceae
Genus : Anredera
Spesies : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
(Manoi, 2009).
Secara tradisional tanaman binahong telah digunakan untuk
menyembuhkan sakit batuk, muntah darah, penyakit paru-paru, diabetes melitus,
radang ginjal, ambeien, disentri, gusi berdarah, luka paska operasi dan
melahirkan, jerawat, luka akibat kecelakaan, luka bakar, meningkatkan vitalitas
pria, menjaga stamina, serta menurunkan kolesterol. Cara penggunaan tanaman
binahong sebagai bahan obat biasanya dilakukan dengan langsung mengunyah
daun binahong, merebusnya, mencampurkan daun binahong dengan makanan lain
seperti ketika membuat mie serta dengan dibuat dalam bentuk jus (Manoi, 2009).
Golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman
binahong berdasarkan penelitian yang telah dilakukan antara lain: steroid
(Barboza, dkk., 2009), asam oleanolat, saponin, dan asam ursolat (Wibisono,
2010), flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin (Anonim, 2009), alkaloid,
flavonoid dan polifenol pada ekstrak etil asetat daun binahong (Khunaifi, 2010),
serta γ-glukan, karoten, asam organik, dan mukopolisakarida seperti L-arabinosa,
D-galaktosa, L-ramnosa, dan asam aldonat, juga saponin, vitamin A, B, dan C
pada daun binahong (Arisandi dan Andriani, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
B. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Tujuan
ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada
bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen
zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Umi, 2011).
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks, penyulingan uap air dan dengan alat sokhlet, serta
ekstraksi secara dingin dengan cara maserasi dan perkolasi (Umi, 2011).
1. Ekstraksi dengan alat sokhlet
Ekstraksi ini merupakan ekstraksi secara berkesinambungan. Cairan
penyari dipanaskan sampai mendidih, uap penyari akan naik melalui pipa
samping, kemudian diembunkan oleh pendingin tegak. Cairan penyari turun untuk
menyari zat aktif dalam simplisia. Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon,
maka seluruh cairan akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi.
Demikian seterusnya sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari
seluruhnya yang ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon (Umi,
2011).
2. Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara membasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok, menggunakan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan
penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Massa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator dan ditambahkan cairan
penyari. Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka
dengan kecepatan 1 ml permenit, sehingga simplisia tetap terendam. Filtrat
dipindahkan ke dalam bejana, ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada tempat
terlindung dari cahaya (Umi, 2011).
3. Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya
sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya dimaserasi
kembali dengan cairan penyari. Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak berwarna
lagi, lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan pada tempat yang tidak
bercahaya, setelah dua hari lalu endapan dipisahkan (Umi, 2011).
4. Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari
dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu
dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan
diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam
simplisia tersebut, demikian seterusnya. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali
dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam (Umi, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
5. Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi pada
tekanan udara normal, yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan zat
aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, maka penyari dilakukan dengan
penyulingan (Umi, 2011).
C. Skrining Fitokimia
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah
penampisan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan
untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai
informasi awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas
biologi dari suatu tanaman (Umi, 2011).
1. Alkaloid
Alkaloid, sekitar 5500 telah diketahui, merupakan zat tumbuhan
sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa
yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan,
sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan
banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol; jadi digunakan secara
luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tidak berwarna, sering kali
bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa
cairan pada suhu kamar. Uji sederhana, tetapi sama sekali tidak sempurna, untuk
alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah (Harborne,
1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Secara umum, golongan senyawa alkaloid mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
I. Biasanya berupa kristal tak berwarna, tidak mudah menguap, tidak larut
dalam air, larut dalam pelarut-pelarut organik seperti etanol, eter dan
kloroform. Beberapa alkaloid (seperti koniina dan nikotina) berwujud cair
dan larut dalam air. Ada juga alkaloid yang berwarna, misalnya berberina
(kuning).
II. Bersifat basa; pada umumnya berasa pahit, bersifat racun, mempunyai efek
fisiologis serta optik aktif.
III. Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfolframat, asam
fosfomolibdat, asam pikrat, kalium merkuriiodida, dan lain sebagainya. Dari
endapan-endapan ini, banyak juga yang memiliki bentuk kristal yang khusus
sehingga sangat bermanfaat dalam identifikasinya (Tobing, 1989).
2. Flavonoid
Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa
induk flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula, dan
semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama. Flavonoid terutama berupa
senyawa yang larut dalam air. Dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada
dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid
berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau
amonia; jadi, mereka mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan
(Harborne, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu
menunjukan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak.
Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida
dan aglikon flavonoid yang manapun mungkin terdapat dalam satu tumbuhan
dalam beberapa bentuk kombinsi glikosida. Flavonoid terdapat pada semua
tumbuhan berpembuluh tetapi beberapa kelas lebih tersebar dari pada yang
lainnya (Harborne, 1987).
3. Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasanya, tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Dalam
industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu
mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena
kemampuanya menyambung silang protein (Harbrorne, 1987).
Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim
sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakanya, maka
reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar
dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Pada kenyataanya, sebagian besar
tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena
rasanya yang sepat. Kita menganggap salah satu fungsi utama tanin dalam
tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (Harbrorne, 1987).
Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata
dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat semesta di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
paku-pakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae,
terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya, tanin yang terhidrolisiskan
penyebaranya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harborrne, 1987).
4. Saponin
Komponen surface-active ini terdistribusi secara luas pada tumbuhan dan
terdapat pada daun yang digunakan secara tradisional sebagai sabun. Saponin
tersusun dari residu gula yang memiliki gugus β-OH pada C3 dari C27-aglikon
yang berhubungan langsung dengan sapogenin (Mann, Davidson, Hobbs,
Banthorpe, and Harbone, 1994).
5. Terpenoid
Terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan dan istilah ini
digunakan untuk menunjukan bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan
itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi semua terpenoid berasal dari molekul
isoprena CH2═C(CH3)─CH═CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan dua atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah
menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam
senyawa tersebut: dua (C10), tiga (C15), empat (C20), enam (C30), atau delapan
(C40) satuan. Terpenoid terdiri dari beberapa senyawa, mulai dari komponen
minyak atsiri, yaitu monoterpena dan siskuiterpena yang mudah menguap (C10
dan C15), diterpena yang lebih sukar menguap (C20), sampai ke senyawa yang
tidak menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30). Masing-masing golongan
terpenoid itu penting, baik bagi pertumbuhan dan metabolisme maupun pada
ekologi tumbuhan (Harborne, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
6. Steroid
Senyawa sederhana steroid dapat diartikan sebagai kelas senyawa
organik bahan alam yang kerangka strukturnya terdiri dari androstan
(siklopentanofenantren). Androstan adalah suatu sistem cincin tetrasiklik;
keempat cincinnya berturut-turut ditandai dengan A, B, C, dan D dan semua atom
C yang terdapat dalam struktur diberi nomor mulai dari 1 sampai dengan 19.
Sebagian besar dari steroid mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
I. mengandung gugus fungsi oksigen (sebagai = O atau –OH) pada C3
II. mengandung gugus sampai pada C17
III. banyak yang mengandung ikatan rangkap di antara C4-C5 atau C5-C6
(Tobing, 1989).
D. Isolasi
1. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik di mana komponen-
komponen yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fase, salah satu fase
tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, yang lainnya
sebagai fluida yang mengalir lembut di sepanjang landasan stasioner (Day and
Underwood, 2002).
a. Kromatografi kolom
Kromatografi cair yang dilakukan di dalam kolom besar
merupakan metode kromatografi terbaik untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar (lebih dari 1g). Fase diam dalam banyak kasus
pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fase gerak adalah molekul pelarut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
yang mengisi ruang antar partikel yang teradsorbsi. Kolomnya (tabung
gela) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang
dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan ke dalam kolom.
Gambar 1. Kromatografi kolom (Gritter, Bobbitt, and Schwarting, 1991)
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan
diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom penjerap yang berada di
dalam tabung kaca, tabung logam, atau bahkan tabung plastik. Larutan
sampel kemudian diisikan ke dalam kolom dari atas sehingga sampel
diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa gerak; pembawa)
ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut
berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa gerak) dan pelarut yang
teradsorbsi oleh adsorben (fasa diam). Selama perjalanan turun, zat
terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju
penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung
pada koefisien partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut
akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan dan masing-masing
lapisan dapat dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan
spesimen murninya. Metode ini merupakan contoh kromatografi elusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
karena senyawa yang akan dipisahkan, dielusi dari kolom (Gritter et al.,
1991).
b. Kromatografi lapis tipis
Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya akan berupa lapisan
tipis (tebal 0,1-2mm) yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan
kepada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca
tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam dan fase geraknya
mengalir karena kerja kapiler. Lapisan fase diam akan melekat pada
permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat atau
amilum (pati) (Gritter et al., 1991).
Perilaku senyawa tertentu di dalam sistem KLT dinyatakan
dengan harga Rf. Angka ini diperoleh dengan membagi jarak yang
ditempuh oleh bercak eluen dengan jarak yang ditempuh oleh garis depan
pelarut. Keduanya diukur dari titik awal, dan harga Rf beragam mulai
dari 0 sampai 1 (Gritter et al., 1991).
Salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan
paling murah dan memakai peralatan paling dasar ialah Kromatografi
Lapis Tipis Preparatif (KLTP). Penjerap yang paling umum ialah silika
gel untuk campuran senyaa lipofil maupun hidrofil, dengan ketebalan
yang sering digunakan 0,5-2mm dan ukuran plat 20x20cm atau 20x40cm.
Pembatasan ketebalan dan ukuran pelat dapat mengurangi jumlah bahan
yang dapat dipisahkan dengan KLT (Hostettmann, Hostettmann, and
Marston, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Cuplikan yang ditotolkan harus berupa pita yang harus sesempit
mungkin karena pemisahan bergantung pada lebar pita. Konsentrasi
cuplikan harus sekitar 5-10%. Cuplikan 10-100mg dapat dipisahkan pada
lapisan silika gel atau aluminium oksida 20x20cm yang tebalnya 1mm.
Pilihan pelarut dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan pendahuluan
dengan memakai KLT analitik. Karena ukuran partikel penjerap kira-kira
sama, pelarut yan dipakai pada KLT analitik dapat langsung dipakai pada
KLTP. Fase gerak biner (dalam berbagai perbandingan) yang sering
digunakan pada pemisahan secara KLTP adalah n-heksana-etil asetat, n-
heksana-aseton, kloroform-metanol (Hostettmann et al., 1986).
Pita yang kedudukannya telah diketahui dikerok dari plat
dengan spatula atau pengerok berbentuk tabung yang disambungkan ke
pengumpul vakum. Senyawa harus diekstraksi dari penjerap dengan
pelarut yang paling kurang polar (sekitar 5mL pelarut untuk 1g penjerap)
karena makin polar pelarut pengekstraksi, makin banyak bahan yang
tidak diinginkan terekstraksi. Harus diperhatikan bahwa makin lama
senyawa berkontak dengan penjerap makin besar kemungkinan
terjadinya penguraian (Hostettmann et al., 1986).
E. Elusidasi Struktur
1. Spektroskopi
Spektroskopi serap merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi
elektromagnit dan molekul atau atom dari suatu zat kimia (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1979). Pada analisis spektrokimia, spektrum radiasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
elektromagnitik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan menelaah
interaksinya dengan radiasi elektromagnitik. Suatu foton memiliki energi tertentu
dan dapat menyebabkan transisi tingkat energi suatu atom atau molekul. Karena
tiap spesies kimia memiliki tingkat energi yang berbeda, maka transisi perubahan
energinya juga berbeda. Berarti suatu spektrum yang diperoleh dengan memplot
beberapa fungsi frekwensi terhadap frekwensi radiasi elektromagnitik adalah khas
untuk spesies kimia tertentu dan berguna untuk identifikasi (Khopkar, 1990).
a. Spektroskopi UV/Vis
Spektroskopi ini didasarkan pada serapan sinar UV tampak yang
menyebabkan terjadinya transisi di antara tingkat energi elektronik
molekul. Transisi ini dapat terjadi antar orbital ikatan (bonding) atau
orbital anti ikatan (antibonding). Panjang gelombang sinar yang diserap
sebanding dengan perbedaan tingkat energi orbital. Kegunaan utama
Spektroskopi UV adalah untuk identifikasi jumlah ikatan
rangkap/konjugasi aromatik. Spektrum UV biasanya diukur dalam
larutan sangat encer, dengan syarat pelarut harus tidak menyerap pada
panjang gelombang di mana dilakukan pengukuran, agar tidak ada
serapan (back ground) (Panji, 2012).
b. Kromatografi gas dan spektroskopi massa
Kromatografi gas adalah suatu proses dimana suatu campuran
dipisah menjadi komponen-komponennya oleh fase gas yang bergerak
melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam. Suatu kromatografi
gas pada hakekatnya terdiri dari bagian: suatu suplai gas pengemban dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
tabung bertekanan tinggi (seperti helium, nitrogen, hidrogen, atau argon,
tergantung pada faktor ketersediaan, kemurnian yang dituntut, konsumsi
dan tipe detektor yang digunakan), tempat penginjeksian, kolom, dan
detektor (berfungsi untuk merasakan dan mengukur kualitas kecil dari
komponen yang telah terpisah yang ada dalam aliran gas pengembang
yang meninggalkan kolom). Pemilihan detektor akan bergantung pada
tingkat konsentrasi yang harus diukur dan sifat dasar komponen-
komponen yang akan dipisahkan (Bassett, Denney, Jeffery, and
Mendham, 1994).
Spektroskopi massa didasarkan pada fragmen molekul yang
dihasilkan pada reaksi fragmentasi (pemecahan molekul). Dengan kata
lain, dari data fragmentasi dapat diidentifikasi struktur senyawa utuhnya.
Perkembangan alat spektrometer yang dilengkapi dengan komputer dapat
membantu membandingkan spektrum yang dihasilkan dengan spektrum
senyawa standar yang disimpan dalam basis data komputer. Salah satu
metode komputer dalam membandingkan spektrum suatu senyawa
dengan spektrum senyawa standar adalah dengan mengelompokan
komponen spektrum ke dalam kategori kesamaan (similarity), kelebihan
(excess), dan kehilangan (missing). Komputer akan menghitung
probabilitas makin besar atau makin positif bahwa senyawa yang
dianalisis sama dengan standar dalam basis data jika makin banyak
kesamaan. Hasil perbandingan tersebut dinyatakan sebagai probabilitas
kesamaan atau kualitas kesamaan, dalam satuan persen. Dalam banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kasus, jika persentase kesamaan mencapai 97% atau lebih, hasilnya
cukup dapat dipercaya bahwa memang benar senyawa yang dianalisis
identik dengan senyawa standar (Panji, 2012).
Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS) saat ini
menjadi alat yang handal untuk penentuan struktur molekul senyawa
organik, khususnya untuk senyawa organik yang cukup volatil. Bahkan,
beberapa senyawa yang memiliki titik didih cukup tinggi, seperti minyak
dengan asam lemak rantai panjang, masih dapat dianalisis langsung
dengan GC-MS, sedangkan jika dianalisis dengan GC saja (tanpa MS)
harus diesterifikasi terlebih dahulu untuk menurunkan titik didih. Hal ini
disebabkan pada GC-MS, perangkat MS dilengkapi sistem vakum hingga
10-6 torr yang sangat membantu dalam proses penguapan cuplikan. GC
dan MS sangat compactible (cocok), karena senyawa yang keluar dari
kolom GC berupa gas atau uap, dan yang dibutuhkan oleh MS juga
senyawa dalam fase uap (Panji, 2012).
c. Spektroskopi infra merah
Spektroskopi inframerah pada dasarnya sama dengan
spektroskopi ultraviolet dan cahaya tampak, hanya berbeda pada sumber
energi, bahan optik dan detektor. Spektroskopi inframerah harus sering
dikalibrasi terhadap skala panjang gelombang, misalnya menggunakan
film polistiren (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Di
daerah inframerah dan inframerah dekat diperlukan kadar masing-masing
sebesar 1mg hingga 10mg per mL, untuk menghasilkan serapan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
memadai; untuk daerah spektrum ini biasanya dipakai sel dengan panjang
0,01mm hingga 3mm. Daerah inframerah spektrum elektromagnit yang
digunakan untuk analisis obat meliputi 4000cm-1 hingga 250cm-1
(2,5µm-40µm). Spektrum serapan inframerah suat zat mempunyai
gambaran yang khas untuk zat yang bersangkutan hingga dapat
digunakan untuk identifikasi. Untuk keperluan identifikasi spektrum zat
yang diuji dapat dibandingkan dengan spektrum zat pembanding yang
ditetapkan dengan cara yang sama, atau dibandingkan dengan spektrum
pembanding (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
Spektroskopi IR biasanya digunakan untuk menentukan struktur,
khususnya senyawa organik (Khopkar, 1990). Daerah inframerah dekat
terutama sesuai untuk penetapan gugus –OH dan –NH, seperti air dalam
alkohol –OH dalam lingkungan amina, alkohol dalam hidrokarbon, dan
amina primer dan sekunder dalam lingkungan amina tersier. Spektrum
inframerah bersifat khas untuk suatu senyawa kimia tertentu, dengan
pengecualian isomer optik yang mempunyai spektum identik. Namun
polimorfisme kadang-kadang dapat menjadi penyebab perbedaan dalam
spektrum inframerah suatu senyawa tertentu dalam keadaan padat.
Seringkali perbedaan kecil dalam struktur menyebabkan perbedaan
segnifikan dalam spektrum. Karena banyaknya maksimum yang terdapat
dalam spektrum serapan inframerah, kadang-kadang dimungkinkan untuk
melakukan pengukuran kuantitatif masing-masing komponen dari suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
campuran yang komposisi kualitatifnya diketahui tanpa pemisahan
terlebih dahulu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
F. Landasan Teori
Dari putaka yang ada, telah diketahui bahwa tanaman binahong memiliki
senyawa aktif golongan steroid, saponin, flavonoid, alkaloid, terpenoid, polifenol,
asam organik, asam oleanolat, asam ursolat, γ-glukan, karoten, mukopolisakarida
(L-arabinosa, D-galaktosa, L-ramnosa), asam aldonat, serta vitamin A, B, dan C.
Serta adanya efek farmakologi sebagai antibakteri, tonikum dan penangkap
radikal. Pustaka-pustaka memberitahukan golongan senyawa yang terdapat pada
tanaman binahong dan uji efek farmakologinya, namun belum diketahui senyawa
aktif spesifik yang bertanggung jawab terhadap efek farmakologi yang diberikan
oleh tanaman binahong, karena itu pada penelitian ini akan dilakukan isolasi dan
identifikasi struktur dari isolat yang diperoleh dari fraksi I ekstrak n-heksana daun
binahong.
Dalam identifikasi, langkah awal yang dilakukan adalah mengekstraksi
simplisia daun tanaman binahong dengan metode maserasi menggunakan pelarut
n-heksana. n-Heksana merupakan pelarut yang bersifat nonpolar maka senyawa
yang akan ikut tersari ke dalam n-heksana adalah senyawa yang bersifat nonpolar.
Metabolit sekunder yang bersifat nonpolar ini antara lain senyawa golongan
terpenoid, steroid dan asam lemak. Metode identifikasi yang sering dilakukan
untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman
adalah dengan uji pendahuluan (skrining fitokimia). Uji pendahuluan ini hanya
akan memberitahukan golongan metabolit sekunder, sedangkan untuk mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
secara spesifik senyawa kimianya penelitian akan dilanjutkan dengan pemisahan
(fraksinasi) ekstrak n-heksana daun binahong dengan menggunakan kromatografi
kolom dan kromatografi lapis tipis preparatif dan kemudian senyawa yang
terpisah diidentifikasi strukturnya dengan metode spektroskopi (UV/Vis, GC-MS,
dan IR).
G. Hipotesis
Struktur senyawa yang berhasil diidentifikasi dari fraksi I ekstrak n-
heksana daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) merupakan senyawa
metabolit sekunder dari golongan steroid dan terpenoid, serta asam lemak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif eksperimental.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif karena dalam penelitian
hanya mendeskripsikan keadaan pada saat penelitian dan merupakan jenis
penelitian eksperimental karena tidak dilakukan manipulasi terhadap subjek uji.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel utama
1) Variabel bebas : ekstrak n-heksana daun binahong
2) Variabel tergantung : kandungan steroid, terpenoid dan asam
lemak ekstrak n-heksana daun binahong
b. Variabel pengacau
1) Variabel pengacau terkendali:
a) tempat hidup tanaman binahong
b) paparan sinar matahari yang diterima daun tanaman binahong
2) Variabel pengacau tidak terkendali:
a) waktu pemetikan daun binahong
2. Definisi operasional
1) Preparasi sampel merupakan salah satu tahap dalam sampel yang dapat
menentukan efisiensi dalam analisis, karena preparasi analisis dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
menentukan kelayakan dan reproduksibiltas suatu analisis dalam matrik
pengotor.
2) Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut.
3) Evaporasi merupakan suatu tahapan yang bertujuan untuk memekatkan
larutan.
4) Spektrum adalah jarak atau rentang frekuensi yang mengandung sinyal.
5) Peak merupakan puncak dari suatu kromatogram atau spektrum.
6) Kromatogram adalah presentasi hasil analisa atau pemisahan komponen
zat dengan teknik kromatografi dengan maksud mengenali masing-masing
zat.
7) Isolasi merupakan proses pemisahan suatu senyawa dari campuran
beberapa senyawa.
8) Detektor adalah alat yang digunakan untuk membaca serapan dari sistem
kromatografi.
C. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tanaman
binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), air mengalir, aquadest, n-heksana,
asetonitril, asam siliko wolframat LP, asam fosfomolibdat LP, asam fosfowolframat
LP, Bouchardat LP, Wagner LP, Mayer LP, Dragendorff LP, Marme LP, Hager LP,
amonia pekat P, eter P, kloroform, natrium sulfat anhidrat P, asam asetat anhidrat P,
Molish LP, asam sulfat P, metanol P, Baljet LP, Kadde LP, kalium hidroksida 1N,
xantidrol P 0,01% b/v dalam asam asetat P, asam asetat P, besi (III) klorida 0,3M,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
asam sulfat 2N, benzena P, natrium hidroksida 2N, serbuk seng P, asam klorida 2N,
asam klorida pekat P, etanol (95%) P, serbuk magnesium P, serbuk halus asam
borat P, serbuk halus asam oksalat P, eter P, FeCl3 1%, gelatin, silika gel,
kloroform p.a., metanol p.a., KBr, DMSO d6, tetrametilsilan (TMS).
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, blender,
pengayak nomor 40, timbangan analitik, shaker, erlenmeyer, kertas saring, rotary
vaccum evaporator, labu alas bulat, labu hisap, sendok, batang pengaduk, beaker
glass, gekas ukur, pipet tetes, gelas arloji, corong pisah, corong, penangas air,
cawan porselin, bunsen, gelas ukur, tabung reaksi, pipa kapiler, spatula,
spektrofluorometer, alat degassing ultrasonik, Milipore ukuran pori 0,45 μm, TLC
Plate Coater, chamber, plat KLT, kolom, seperangkat alat UV/Vis, seperangkat
alat GC-MS, seperangkat alat spektrometer inframerah.
E. Tatacara Penelitian
1. Determinasi tanaman binahong
Determinasi tanaman binahong dilakukan dengan membandingkan dengan
Flora of Java. Kemudian tanaman binahong dibuat herbariumnya dalam bentuk
kering meliputi akar, batang, daun, bunga dan rimpang.
2. Preparasi sampel
a. Pemilihan sampel
Sampel yang dipilih adalah daun tanaman binahong yang segar
dan tidak berpenyakit (tidak dijangkiti oleh infeksi virus, bakteri atau
jamur). Pada saat mengumpulkan sampel, harus dipastikan bahwa daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
terpisah dari pencemar lain seperti tangkai binahong, atau bahan lain selain
daun binahong. Daun tanaman binahong yang diambil berasal dari daerah
Yogyakarta.
Daun dipanen kemudian dicuci dengan air mengalir dan
dipisahkan daun binahong dan pengotor (tangkai, bunga, umbi dan akar).
Tiriskan dan keringanginkan daun agar air sisa pencucian dapat hilang.
Keringkan daun binahong dengan oven pada suhu 40-60ºC. Setelah
dikeringkan, daun diserbuk dengan menggunakan blender dan diayak
dengan menggunakan pengayak nomor 40.
b. Ekstraksi sampel
Maserasi dilakukan dengan perbandingan simplisia kering daun
tanaman binahong : n-heksana (1:10). Ditimbang sebanyak 5g daun
tanaman binahong kering kemudian diekstraksi selama 3jam dengan
pelarut n-heksana sebanyak 50mL, dilakukan sebanyak 3kali. Hasil
maserasi lalu disaring dengan menggunakan kertas saring dan bantuan
vakum. Ekstrak kemudian dikentalkan dengan rotary vaccum evaporator.
3. Uji pendahuluan
a. Alkaloida
Larutan percobaan untuk pengendapan alkaloid dibagi menjadi 4
golongan sebagai berikut.
I. Golongan I : larutan percobaan dengan alkaloida membentuk garam
yang tidak larut: asam siliko wolframat LP, asam fosfomolibdat LP dan
asam fosfowolframat LP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
II. Golongan II : larutan percobaan yang dengan alkaloid membentuk
senyawa kompleks bebas, kemudian membentuk endapan: Bouchardat
LP dan Wagner LP.
III. Golongan III : larutan percobaan yang dengan alkaloida membentuk
senyawa adisi yang tidak larut : Mayer LP, Dragendorff LP dan Marme
LP.
IV. Golongan IV : larutan percobaan yang dengan alkaloida membentuk
ikatan asam organik dengan alkaloid: Hager LP.
Cara percobaan :
Ambil kurang lebih 25mL ekstrak kental daun binahong
ditambahkan 1mL HCl 2N dan 9mL air, dipanaskan di atas penangas air
selama 2menit, dinginkan dan saring. Pindahkan 3tetes filtrat pada kaca
arloji, tambahkan 2tetes Bouchardat LP atau Mayer LP. Jika pada kedua
percobaan tidak terjadi endapan maka serbuk tidak mengandung alkaloida.
Jika dengan Mayer LP terjadi endapan menggumpal berwarna
putih atau kuning yang larut dalam metanol P dan dengan Bouchardat LP
terbentuk endapan berwarna cokelat sampai hitam, maka ada kemungkinan
terdapat alkaloida.
Lanjutkan percobaan dengan mengocok sisa filtrat dengan 3mL
amonia pekat P dan 10mL campuran 3 bagian volume eter P dan 1 bagian
volume kloroform (hati-hati jangan menggojok terlalu kuat, bisa terjadi
emulsi, pakai corong pisah). Ambil fase organik, tambahkan natrium sulfat
anhidrat P, saring. Uapkan filtrat di atas penangas air, larutkan sisa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sedikit HCl 2N. Lakukan percobaan dengan keempat golongan larutan
percobaan. Serbuk mengandung alkaloida jika sekurang-kurangnya
terbentuk endapan dengan menggunakan 2 golongan larutan percobaan.
Dengan KLT :
Ekstrak kental n-heksan daun binahong ditotolkan pada plat KLT
yang telah dibuat. Plat kemudian dielusikan dengan menggunakan larutan
pengembang berupa kloroform dan dimasukkan ke dalam chamber yang
telah dijenuhkan dengan kloroform. Setelah dielusi, plat dikeluarkan dan
dibiarkan kering lalu disemprotkan dengan pereaksi Dragendorff dan asam
sulfat encer.
b. Flavonoid
Cara percobaan
I. Uapkan hingga kering 1mL larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam
1mL sampai 2mL etanol (95%) P; tambahkan 0,5mg serbuk seng P dan
2mL asam klorida 2N, diamkan selama 1menit. Tambahkan 10tetes
asam klorida pekat P. Jika dalam waktu 2 sampai 5menit terjadi warna
merah intensif, menunjukan adanya flavonoid (glikosida 3-flavonol).
II. Uapkan hingga kering 1mL larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam
1mL etanol (95%) P, tambahkan 0,1g serbuk magnesium P. Jika terjadi
warna merah jingga sampai merah ungu, menunjukan adanya flavonaid.
Jika terjadi warna kuning jingga, menunjukan adanya flavon, kalkon,
dan auron.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
III. Uapkan hingga kering 1mL larutan percobaan, basahkan sisa dengan
aseton P, tambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus
asam oksalat P, panaskan hati-hati di atas penangas air dan hindari
pemanasan yang berlebihan. Campur sisa yang diperoleh dengan 10mL
eter P. Amati dengan sinar UV 366nm; larutan berfluorosensi kuning
intensif, menunjukan adanya flavonoid.
(MMI)
Dengan KLT :
Ekstrak kental n-heksana daun binahong ditotolkan pada plat
KLT yang telah dibuat. Plat kemudian dielusi dengan menggunakan
larutan pengembang berupa kloroform dan dimasukkan ke dalam chamber
yang telah dijenuhkan dengan kloroform. Setelah dielusi, plat dikeluarkan
dan dibiarkan kering lalu disemprotkan dengan pereaksi amonia.
c. Tanin
i. Uji dengan FeCl3
Ekstrak kental n-heksana daun binahong ditambahkan dengan 2-3tetes
larutan besi (IV) klorida 1%. Jika larutan menghasilkan warna hijau
kehitaman atau biru tinta, maka bahan tersebut mengandung tanin.
ii. Uji dengan larutan gelatin
Ekstrak kental n-heksana daun binahong dimasukkan dalam tabung
reaksi ditambah dengan larutan gelatin. Jika terbentuk endapan putih,
menunjukkan adanya tanin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
d. Saponin
Encerkan 1mL ekstrak kental n-heksana daun binahong dengan
10mL air dan kocok kuat-kuat selama 10menit. Terbentuk buih yang
mantap selama tidak kurang dari 10menit setinggi 1-10cm. Pada
penambahan 1 tetes asam klorida 2N, buih tidak hilang.
e. Triterpenoid dan steroid
Ekstrak kental n-heksana daun binahong dimasukkan dalam
tabung reaksi, dilarutkan dalam 0,5mL kloroform lalu dipanaskan dan
didinginkan. Diambil 1mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu
diteteskan pereaksi Lieberman-Burchard. Jika hasil yang diperoleh berupa
cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut menunjukkan
adanya triterpenoid, sedangkan jika terbentuk warna hijau kebiruan
menunjukkan adanya steroid.
(Sriwahyuni, 2010)
Dengan KLT :
Ekstrak kental n-heksana daun binahong ditotolkan pada plat
KLT yang telah dibuat. Plat kemudian dielusi dengan menggunakan
larutan pengembang berupa kloroform dan dimasukkan ke dalam chamber
yang telah dijenuhkan dengan kloroform. Setelah dielusi, plat dikeluarkan
dan dibiarkan kering lalu disemprotkan dengan pereaksi Lieberman-
Burchard.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
4. Optimasi fase gerak 1
Sebanyak 7g adsorben (silika gel) yang akan digunakan untuk pelapis
dibuat bubur dengan 21mL aquadest. Bubur yang telah ada kemudian diratakan
pada plat kaca dengan ukuran 5x15cm dengan menggunakan alat TLC Plate
Coater. Setelah adsorben pada plat kaca rata, plat lapis tipis yang terbentuk
dikeringkan dalam oven pada suhu 100–120oC selama paling kurang 1jam.
Ekstrak kental n-heksana daun binahong ditotolkan pada plat KLT yang
telah dibuat. Ekstrak kemudian dielusi dengan menggunakan 5 larutan
pengembang, yaitu: asetonitril, n-heksana, kloroform, kloroform:metanol (1:1), dan
metanol.
Dari hasil elusi dilihat fase gerak mana yang menghasilkan pemisahan
terbaik. Fase gerak yang memberikan pemisahan terbaik kemudian digunakan
sebagai fase gerak pada kromatografi kolom.
5. Kromatografi kolom 1
Campurkan adsorben (silika gel) dengan fase gerak (kloroform) hingga
terbantuk suspensi yang seperti bubur. Suspensi ini kemudian dimasukan ke dalam
kolom hingga pencapai tiga perempat dari tinggi kolom.
Sampel yang berupa ekstrak kental n-heksana daun binahong sebanyak
0,5mL dimasukkan ke dalam kolom, dibiarkan mengendap lalu dialirkan fase gerak
berupa kloroform untuk mengelusi dan eluen ditampung pada flakon tiap 3menit.
6. Kromatografi lapis tipis 1
Sebanyak 7g adsorben (silika gel) yang akan digunakan untuk pelapis
dibuat bubur dengan 21mL pelarut (aquadest). Bubur yang telah ada kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
diratakan pada plat kaca dengan ukuran 5x15cm dengan menggunakan alat TLC
Plate Coater. Setelah adsorben pada plat kaca rata, plat lapis tipis yang terbentuk
dikeringkan dalam oven pada suhu 100–120oC selama paling kurang 1jam.
Eluen hasil isolasi dengan kromatografi kolom dari ekstrak kental n-
heksana daun binahong ditotolkan pada plat KLT yang telah dibuat. Eluen
kemudian dielusi dengan menggunakan 3 larutan pengembang, yaitu: kloroform,
kloroform:metanol (1:1), dan metanol.
Dari hasil elusi dilihat apakah telah diperoleh senyawa yang dikatakan
murni secara KLT.
7. Kromatografi kolom 2
Campurkan adsorben (silika gel) dengan fase gerak (kloroform) hingga
terbantuk suspensi yang seperti bubur. Suspensi ini kemudian dimasukkan ke dalam
kolom hingga pencapai tiga perempat dari tinggi kolom.
Sampel yang berupa fraksi 1 hasil kromatografi kolom 1 dari ekstrak
kental n-heksan daun binahong sebanyak 0,5mL dimasukkan ke dalam kolom. Ke
dalam kolom lalu dialirkan fase gerak berupa metanol dan eluen ditampung pada
flakon tiap 3menit. Kemudian ke dalam kolom dialirkan kloroform dan ditampung
setian 3menit.
Eluen kemudian dikembangkan dengan KLT, dengan menggunakan 3 fase
gerak yaitu kloroform, kloroform:metanol (1:1), dan metaol. Jika dari hasil elusi
telah diperoleh senyawa yang murni secara KLT maka dapat dielusidasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
8. Kromatografi lapis tipis 2
Sebanyak 7g adsorben (silika gel) yang akan digunakan untuk pelapis
dibuat bubur dengan 21mL pelarut (aquadest). Bubur yang telah ada kemudian
diratakan pada plat kaca dengan ukuran 5x15cm dengan menggunakan alat TLC
Plate Coater. Setelah adsorben pada plat kaca rata, plat lapis tipis yang terbentuk
dikeringkan dalam oven pada suhu 100–120oC selama paling kurang 1jam.
Eluen hasil isolasi dengan kromatografi kolom 2 kemudian ditotolkan pada
plat KLT yang telah dibuat. Eluen kemudian dielusi dengan menggunakan 3 larutan
pengembang, yaitu: kloroform, kloroform:metanol (1:1), dan metanol.
Dari hasil elusi dilihat apakah telah diperoleh senyawa yang dikatakan
murni secara KLT, jika belum murni maka dapat dilanjutkan dengan isolasi
menggunakan KLTP dengan terlebih dahulu melakukan optimasi fase gerak untuk
mendapatkan pemisahan terbaik.
9. Optimasi fase gerak 2
Sebanyak 7g adsorben (silika gel) yang akan digunakan untuk pelapis
dibuat bubur dengan 21mL aquadest. Bubur yang telah ada kemudian diratakan
pada plat kaca dengan ukuran 5x15cm dengan menggunakan alat TLC Plate
Coater. Setelah adsorben pada plat kaca rata, plat lapis tipis yang terbentuk
dikeringkan dalam oven pada suhu 100–120oC selama paling kurang 1jam.
Eluen hasil isolasi dengan kromatografi kolom eluen hasil kolom2
kemudian ditotolkan pada plat KLT yang telah dibuat. Eluen kemudian dielusi
dengan menggunakan larutan pengembang berupa kloroform:metanol dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
perbandingan: 1:1, 1:2, 1:3, 1:5, 1:9, 1:19, 15:1, 13:1, 11:1, 9:1, 7:1, 5:1, 3:1, dan
2:1.
Dari hasil elusi dilihat fase gerak mana yang menghasilkan pemisahan
terbaik. Fase gerak yang memberikan pemisahan terbaik kemudian digunakan
sebagai fase gerak pada KLTP.
10. Kromatografi lapis tipis preparatif
Sebanyak 7g adsorben (silika gel) yang akan digunakan untuk pelapis
dibuat bubur dengan 21mL pelarut (aquadest). Bubur yang telah ada kemudian
diratakan pada plat kaca dengan ukuran 20x20cm dengan menggunakan alat TLC
Plate Coater. Setelah adsorben pada plat kaca rata, plat lapis tipis yang terbentuk
dikeringkan dalam oven pada suhu 100–120oC selama paling kurang 1jam.
Eluen hasil isolasi dengan kromatografi kolom eluen hasil kolom 2
kemudian ditotolkan berupa pita pada plat KLT yang telah dibuat. Eluen kemudian
dielusi dengan menggunakan larutan pengembang berupa kloroform:metanol (1:19)
hasil optimasi sebelumnya.
Hasil elusi kemudian dikeringkan dan dikerok dengan menggunakan
spatula kemudian ditampung dan diekstraksi dengan menggunakan kloroform.
Hasil ekstraksi lalu dipekatkan dengan menggunakan rotary vaccum evaporator.
11. Kromatografi lapis tipis 3
Sebanyak 7g adsorben (silika gel) yang akan digunakan untuk pelapis
dibuat bubur dengan 21mL pelarut (aquadest). Bubur yang telah ada kemudian
diratakan pada plat kaca dengan ukuran 5x15cm dengan menggunakan alat TLC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Plate Coater. Setelah adsorben pada plat kaca rata, plat lapis tipis yang terbentuk
dikeringkan dalam oven pada suhu 100–120oC selama paling kurang 1jam.
Eluen hasil isolasi dengan KLTP kemudian ditotolkan pada plat KLT yang
telah dibuat. Eluen kemudian dielusi dengan menggunakan larutan pengembang
berupa kloroform, kloroform:metanol (1:1), dan metanol.
Dari hasil elusi dilihat apakah telah diperoleh senyawa yang dikatakan
murni secara KLT, jika diperoleh satu bercak hasil elusi dengan harga Rf yang
berbeda.
12. Spektroskopi UV/Vis
Sebanyak 0,05mg senyawa hasil isolasi dilarutkan dalam 10,0mL metanol
lalu dimilipore dan didegasing dengan ultrasonikator. Senyawa lalu dimasukkan ke
dalam kuvet dan diukur absorbansinya dengan menggunakan metanol p.a. sebagai
blanko.
13. GC-MS
Sebanyak 1,0mg senyawa hasil isolasi dilarutkan dalam 10,0mL metanol
lalu dimilipore dan didegasing dengan ultrasonikator. Senyawa lalu diinjeksikan
pada GC-MS, sehingga didapatkan peak hasil pemisahan senyawa campuran serta
spektrum massanya.
14. Spektroskopi inframerah
Sebanyak 1,0mg senyawa hasil isolasi dicampur homogen dengan kurang
lebih 10,0mg KBr, kemudian dikempa dan dibuat tablet. Tablet tersebut dianalisis
dengan spektrometer inframerah, kemudian hasilnya direkam pada alat pencatat
sehingga didapatkan spektrum untuk mengetahui gugus fungsi dari senyawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
F. Analisis Hasil
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
dengan mengidentifikasikan senyawa tunggal hasil isolasi ekstrak n-heksana daun
binahong. Analisis dilakukan dengan melihat hasil uji pendahuluan dan membaca
spektrum UV/Vis, GC-MS, dan IR hasil isolasi sampel dari ekstrak n-heksana daun
binahong lalu membandingkannya dengan pustaka yang diacu. Sehingga dapat
diketahui gambaran tentang struktur senyawa yang diisolasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan
data pengamatan yang meliputi determinasi tanaman binahong, preparasi sampel,
ekstraksi senyawa aktif dengan maserasi, skrining fitokimia senyawa aktif dengan
uji reagen dan KLT, pemisahan ekstrak dengan kromatografi kolom dan KLTP
serta analisis struktur senyawa yang diisolasi dengan menggunakan spektrometri
UV/Vis, GC-MS, dan IR.
A. Determinasi Tanaman Binahong
Tanaman binahong telah dideterminasi di Laboratorium Kebun Obat
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Hasil determinasi menyatakan
bahwa tanaman binahong merupakan spesies Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
seperti yang tertera pada surat pengesahan determinasi pada lampiran 1.
B. Preparasi Sampel
Sampel yang dipilih adalah daun tanaman binahong yang segar dan tidak
berpenyakit (tidak dijangkiti oleh infeksi virus, bakteri atau jamur). Pada saat
mengumpulkan sampel, harus dipastikan bahwa daun tepisah dari pencemar lain
seperti tangkai binahong, akar binahong, atau bahan lain selain daun binahong.
Daun tanaman binahong yang diambil berasal dari daerah Yogyakarta.
Tahap pertama daun binahong dipanen, kemudian dicuci untuk
menghilangkan kotoran yang berupa tanah atau debu yang dapat mengganggu
dalam proses ekstraksi kemudian air sisa pencucian ditiriskan dan
dikeringanginkan agar sisa air hasil pencucian dapat hilang. Jika masih terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
sisa air pencucian maka dapat menyebabkan daun menjadi busuk pada saat proses
pengeringan karena air merupakan media hidup mikroorganisme yang baik.
Selanjutnya daun binahong dikeringkan dengan oven pada suhu 40-60ºC sampai
kering (garing dan mudah diremuk). Pengeringan dilakukan pada suhu 40-60ºC
agar kandungan senyawa kimia yang terdapat pada tanaman tidak mengalami
kerusakan akibat panas dan dikeringkan hingga garing dan mudah diremuk untuk
memudahkan penyerbukan. Setelah dikeringkan, daun diserbuk dengan
menggunakan blender dan diayak dengan menggunakan pengayak nomor 40
untuk memperoleh luas permukaan serbuk yang seragam.
Pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air sehingga aktifitas
enzimatis yang dapat menguraikan zat kimia yang ada dapat terhenti, dan
mencegah tumbuhnya jamur agar dapat disimpan lebih lama (pengawetan) tanpa
mengubah komposisi kimia daun binahong kering. Selain itu, karena ekstraksi
dilakukan dengan menggunakan pelarut n-heksana yang tidak dapat bercampur
dengan air maka air harus dihilangkan untuk memudahkan n-heksana masuk ke
dalam sel daun selama proses maserasi. Daun binahong yang telah dikeringkan
akan berwarna hijau kecoklatan lalu dihaluskan menggunakan blender sehingga
diperoleh serbuk sampel yang berwarna hijau kecoklatan. Pembuatan serbuk ini
dapat mempermudah proses ekstraksi karena akan memperbesar luas permukaan
dari bahan yang diekstraksi. Dimana semakin kecil ukuran serbuk, semakin besar
luas permukaannya maka interaksi serbuk dengan penyari (n-heksana) akan
semakin besar, sehingga proses ekstraksi akan semakin efektif karena akan makin
banyak senyawa yang ikut terlarut ke dalam n-heksana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
C. Ekstraksi Sampel
Prinsip ekstraksi adalah pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan dari
suatu senyawa. Ada beberapa cara dalam mengekstraksi, namun pada penelitian
ini digunakan cara maserasi. Dipilih cara maserasi karena maserasi adalah proses
ekstraksi yang paling sederhana dan mudah dilakukan yaitu dengan perendaman
serbuk ke dalam pelarut dengan atau tanpa penggojokkan. Prinsip utama dalam
maserasi adalah mengekstrak senyawa aktif yang dapat larut dalam pelarut
berdasarkan tingkat kepolaran masing-masing pelarutnya atau dikenal dengan
istilah like dissolves like. Maserasi dilakukan dengan perbandingan simplisia
kering daun tanaman binahong : n-heksana (1:10). n-Heksana merupakan pelarut
yang bersifat nonpolar maka n-heksana akan melarutkan senyawa yang bersifat
nonpolar sedangkan senyawa yang bersifat polar tidak ikut terekstraksi.
Ditimbang sebanyak 30g serbuk daun tanaman binahong kering kemudian
dimaserasi selama 3jam dengan pelarut n-heksana sebanyak 3000ml, dilakukan
sebanyak 3kali. Proses pengadukannya dibantu dengan shaker selama 3jam
dengan kecepatan 120rpm untuk mempercepat proses ekstraksinya karena
kecepatan pengadukannya dapat dilakukan secara konstan. Pelarut akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
senyawa kimia. Senyawa kimia yang ada akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi senyawa kimia di dalam dan di luar sel, maka pelarut akan masuk ke
dalam sel dan melarutkan senyawa kimia kemudian mengeluarkannya ke luar sel
sehingga terjadi keseimbangan. Pengadukan diperlukan untuk menyeimbangkan
konsentrasi larutan di luar sel sehingga tetap terjaga perbedaan konsentrasi antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
larutan di dalam dan di luar sel. Dilakukan 3 kali maserasi agar diperoleh hasil
ekstraksi yang maksimal, dimana senyawa yang belum terekstraksi pada maserasi
pertama dapat terekstraksi pada maserasi kedua dan ketiga.
Hasil maserasi lalu disaring dengan menggunakan kertas saring untuk
memisahkan sari dan ampas dan bantuan vakum untuk rmempercepat waktu
penyaringan. Filtrat hasil dari maserasi masing-masing pelarut yang telah
diperoleh selanjutnya dipekatkan dengan menguapkan pelarut (n-heksana) dengan
bantuan rotary vaccum evaporator untuk mendapatkan ekstrak pekat. Pada rotary
vaccum evaporator, pelarut lebih cepat menguap di bawah titik didihnya karena
adanya vakum yang dapat menyebabkan tekanan dalam alat turun. Rotary vaccum
evaporator dihentikan ketika diperoleh ekstrak yang cukup pekat yang ditandai
dengan berhenti menetesnya n-heksana pada labu penampung.
D. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan kandungan
senyawa kimia pada tanaman. Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan
menggunakan reagen kimia yang dilakukan dengan dua cara, yaitu: mengambil
sampel ekstrak pekat n-heksana, dimasukkan dalam pada tabung reaksi, lalu
ditambahkan reagen yang sesuai dengan senyawa yang akan diidentifikasi serta
dengan menggunakan KLT dimana ekstrak n-heksana daun binahong dipisahkan
dahulu (dengan elusi) sebelum ditambahkan reagen kimia untuk identifikasi. Uji
fitokimia dilakukan terhadap golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, dan triterpenoid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel I. Hasil uji pendahuluan ekstrak n-heksana daun binahong
Keterangaan: - = tidak ada+ = ada
1. Alkaloida
Uji alkaloid dilakukan dengan cara memasukkan sedikit ekstrak n-
heksana daun binahong ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan HCl dan
H2O. Penambahan HCl yang bersifat asam dimaksudkan untuk mengubah alkaloid
yang bersifat basa ke bentuk garamnya agar mudah larut dalam air. Bukti
kualitatif yang menunjukkan adanya alkaloid diperoleh dengan menggunakan
reagen Dragendorf dan Mayer. Reaksi dugaan yang terjadi pada uji alkaloid
adalah sebagaimana pada reaksi berikut:
Reaksi antara alkaloid dengan reagen Mayer :
HgCl2 + 2 KI HgI2↓ + 2 KCl (1)
HgI2↓ + 2 KI [HgI4]2- + 2 K+ (2)
Golongan senyawa Hasil uji pendahuluan
Alkaloid -
Flavonoid -
Tanin -
Saponin -
Triterpenoid -
Steroid +
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 2. Reaksi antara alkaloid dan reagen Mayer (Arisadita, 2012)
Pada reaksi antara alkaloid dengan reagen Mayer (Gambar 2), akan
terlihat endapan putih yang terjadi akibat adanya kompleks yang terbentuk karena
adanya ikatan antara gugus amin pada alkaloid dan ion logam (Hg) dari reagen
Mayer. Dari percobaan tidak terlihat adanya endapan putih, maka dapat dikatakan
bahwa pada ekstrak n-heksana daun binahong yang diteliti tidak mengandung
alkaloid.
Uji lain yang dilakukan adalah uji dengan menggunakan KLT (Gambar
3). Pengujian dengan KLT ini dimaksudkan agar senyawa yang berada di dalam
ekstrak n-heksana daun binahong dipisahkan terlebih dahulu sebelum
ditambahkan reagen agar perubahan warna senyawa yang dianalisis tidak
dipengaruhi oleh senyawa lain yang terdapat dalam ekstrak. Uji dilakukan dengan
menggunakan pereaksi Dragendorff dan asam sulfat.
Pada KLT gambar 3 terlihat adanya 2 totolan, di mana dari kiri ke kanan
tiap totolannya adalah (a) ekstrak n-heksana daun binahong, (b) fraksi 1 hasil
kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong. Sistem KLT yang
digunakan menggunakan fase diam silika gel dan fase gerak kloroform.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
a. b.Gambar 3. Hasil KLT (a) ekstrak n-heksana ekstrak daun binahong dan (b) fraksi
1 kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong dengan a. pereaksiDragendorff; b. asam sulfat
Tabel II. Hasil KLT senyawa alkaloid dalam ekstrak n-heksana daun binahongdan fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong
Gambar No. bercak Nilai Rf
Warnasebelum
ditambahkanreagen
Warna setelahditambahkan
reagen
3. a. (a) 1 -Hijau
kehitamanHijau
kehitaman2 0,3 Kuning Kuning3 0,45 Hijau Hijau4 0,6 Hijau tua Hijau tua5 0,9 Kuning Kuning
3. a. (b) 1 0,9 Kuning Kuning
3. b. (a) 1 -Hijau
kehitamanHijau
kehitaman2 0,15 Kuning Kuning3 0,22 Hijau Hijau4 0,45 Hijau tua Hijau tua5 0,65 Kuning Kuning
3. b. (b) 1 0,67 Kuning Kuning
45
a. b.Gambar 3. Hasil KLT (a) ekstrak n-heksana ekstrak daun binahong dan (b) fraksi
1 kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong dengan a. pereaksiDragendorff; b. asam sulfat
Tabel II. Hasil KLT senyawa alkaloid dalam ekstrak n-heksana daun binahongdan fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong
Gambar No. bercak Nilai Rf
Warnasebelum
ditambahkanreagen
Warna setelahditambahkan
reagen
3. a. (a) 1 -Hijau
kehitamanHijau
kehitaman2 0,3 Kuning Kuning3 0,45 Hijau Hijau4 0,6 Hijau tua Hijau tua5 0,9 Kuning Kuning
3. a. (b) 1 0,9 Kuning Kuning
3. b. (a) 1 -Hijau
kehitamanHijau
kehitaman2 0,15 Kuning Kuning3 0,22 Hijau Hijau4 0,45 Hijau tua Hijau tua5 0,65 Kuning Kuning
3. b. (b) 1 0,67 Kuning Kuning
45
a. b.Gambar 3. Hasil KLT (a) ekstrak n-heksana ekstrak daun binahong dan (b) fraksi
1 kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong dengan a. pereaksiDragendorff; b. asam sulfat
Tabel II. Hasil KLT senyawa alkaloid dalam ekstrak n-heksana daun binahongdan fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong
Gambar No. bercak Nilai Rf
Warnasebelum
ditambahkanreagen
Warna setelahditambahkan
reagen
3. a. (a) 1 -Hijau
kehitamanHijau
kehitaman2 0,3 Kuning Kuning3 0,45 Hijau Hijau4 0,6 Hijau tua Hijau tua5 0,9 Kuning Kuning
3. a. (b) 1 0,9 Kuning Kuning
3. b. (a) 1 -Hijau
kehitamanHijau
kehitaman2 0,15 Kuning Kuning3 0,22 Hijau Hijau4 0,45 Hijau tua Hijau tua5 0,65 Kuning Kuning
3. b. (b) 1 0,67 Kuning Kuning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa uji yang dilakukan baik dengan
pereaksi Dragendorff (Gambar 3. a) maupun asam sulfat (Gambar 3. b)
memberikan hasil negatif yang tampak dengan tidak adanya perubahan warna
seperti yang dijabarkan pada tabel II. Hal ini semakin mempertegas hasil yang
peroleh dari uji warna sebelumnya bahwa ekstrak n-heksana daun binahong tidak
mengandung senyawa alkaloid.
2. Flavonoid
Uji pendahuluan untuk flavonoid dapat dikatakan positif apabila paling
kurang terdapat dua hasil positif dari tiga percobaan yang dilakukan. Secara garis
besar, uji warna dilakukan dengan melarutkan sampel ke dalam etanol untuk
menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya. Glikosida akan tergantikan oleh H+
dari asam klorida (Gambar 4.) karena sifatnya yang elektrofilik. Kemudian
ditambahkan logam magnesium (Mg) yang akan membentuk kompleks berwarna
dengan senyawa flavonoid. Warna yang dihasilkan akan spesifik tergantung dari
logam yang digunakan.
Gambar 4. Reaksi pembentukan warna antara flavonoid dengan logammagnesium (Mg) (Arisadita, 2012)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gambar 5. Hasil KLT (a) ekstrak n-heksana ekstrak daun binahong dan (b) fraksi1 kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong dengan pereaksi
amonia
Tabel III. Hasil KLT senyawa flavonoid dalam ekstrak n-heksana daun binahongdan fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong
GambarNo.
bercakNilai Rf
Warna sebelumditambahkan reagen
Warna setelahditambahkan reagen
5. (a) 1 - Hijau kehitaman Hijau kehitaman2 0,2 Kuning Kuning3 0,56 Hijau Hijau4 0,6 Hijau tua Hijau tua5 0,78 Kuning Kuning
5. (b) 1 0,79 Kuning Kuning
Senyawa golongan flavonoid umumnya berwarna dan fraksi yang
ditampung dari pemisahan dengan kromatografi kolom berupa senyawa berwarna,
karena itu dilakukan uji flavonoid pada ekstrak n-heksana daun binahong dan
fraksi hasil pemisahan kromatografi kolom. Untuk membuktikan keberadaan
senyawa flavonoid dalam ekstrak n-heksana daun binahong maka dilakukan uji
warna dengan menggunakan KLT agar senyawa dapat dipisahkan dahulu sebelum
ditambahkan reagen sehingga keberadaan senyawa lain tidak mempengaruhi
perubahan warna yang dialami misalnya di dalam ekstrak n-heksana daun
47
Gambar 5. Hasil KLT (a) ekstrak n-heksana ekstrak daun binahong dan (b) fraksi1 kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong dengan pereaksi
amonia
Tabel III. Hasil KLT senyawa flavonoid dalam ekstrak n-heksana daun binahongdan fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong
GambarNo.
bercakNilai Rf
Warna sebelumditambahkan reagen
Warna setelahditambahkan reagen
5. (a) 1 - Hijau kehitaman Hijau kehitaman2 0,2 Kuning Kuning3 0,56 Hijau Hijau4 0,6 Hijau tua Hijau tua5 0,78 Kuning Kuning
5. (b) 1 0,79 Kuning Kuning
Senyawa golongan flavonoid umumnya berwarna dan fraksi yang
ditampung dari pemisahan dengan kromatografi kolom berupa senyawa berwarna,
karena itu dilakukan uji flavonoid pada ekstrak n-heksana daun binahong dan
fraksi hasil pemisahan kromatografi kolom. Untuk membuktikan keberadaan
senyawa flavonoid dalam ekstrak n-heksana daun binahong maka dilakukan uji
warna dengan menggunakan KLT agar senyawa dapat dipisahkan dahulu sebelum
ditambahkan reagen sehingga keberadaan senyawa lain tidak mempengaruhi
perubahan warna yang dialami misalnya di dalam ekstrak n-heksana daun
47
Gambar 5. Hasil KLT (a) ekstrak n-heksana ekstrak daun binahong dan (b) fraksi1 kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong dengan pereaksi
amonia
Tabel III. Hasil KLT senyawa flavonoid dalam ekstrak n-heksana daun binahongdan fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong
GambarNo.
bercakNilai Rf
Warna sebelumditambahkan reagen
Warna setelahditambahkan reagen
5. (a) 1 - Hijau kehitaman Hijau kehitaman2 0,2 Kuning Kuning3 0,56 Hijau Hijau4 0,6 Hijau tua Hijau tua5 0,78 Kuning Kuning
5. (b) 1 0,79 Kuning Kuning
Senyawa golongan flavonoid umumnya berwarna dan fraksi yang
ditampung dari pemisahan dengan kromatografi kolom berupa senyawa berwarna,
karena itu dilakukan uji flavonoid pada ekstrak n-heksana daun binahong dan
fraksi hasil pemisahan kromatografi kolom. Untuk membuktikan keberadaan
senyawa flavonoid dalam ekstrak n-heksana daun binahong maka dilakukan uji
warna dengan menggunakan KLT agar senyawa dapat dipisahkan dahulu sebelum
ditambahkan reagen sehingga keberadaan senyawa lain tidak mempengaruhi
perubahan warna yang dialami misalnya di dalam ekstrak n-heksana daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
binahong terdapat senyawa flavonoid. Pada KLT (Gambar 5) terlihat adanya 2
totolan, di mana dari kiri ke kanan tiap totolannya adalah (a) ekstrak n-heksana
daun binahong, (b) fraksi 1 hasil kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun
binahong. Sistem KLT yang digunakan adalah fase diam silika gel dan fase gerak
kloroform. Dari gambar dapat dilihat bahwa uji dengan pereaksi amonia
memperlihatkan tidak adanya perubahan warna seperti yang dijabarkan pada tabel
III. Hal ini menyatakan bahwa dalam ekstrak n-heksana tidak terdapat flavonoid.
3. Tanin
Uji fitokimia senyawa tanin dilakukan dengan penambahan larutan besi
(III) klorida ke dalam sedikit ekstrak n-heksana daun binahong. Digunakan besi
(III) klorida karena tanin yang merupakan senyawa polifenol dapat membentuk
senyawa kompleks dengan besi (III) klorida dengan menghasilkan warna hijau
kehitaman atau biru tinta.
Kecenderungan besi dalam pembentukan senyawa kompleks dapat terjadi
karena besi dapat mengikat 6 pasang elektron bebas (Gambar 6). Ion Fe3+ dalam
pembentukan senyawa kompleks akan terhibridisasi membentuk hibridisasi d2sp3,
sehingga akan terisi oleh 6 pasang elektron bebas atom oksigen pada tanin.
Kestabilan dapat tercapai jika tolakan antara ligan pada 3 tanin minimal. Hal ini
terjadi jika 3 tanin tersebut posisinya dijauhkan. Dari penelitian dapat dilihat
bahwa ekstrak n-heksana daun binahong menunjukan hasil positif yang
menyatakan adanya gugus polifenol dengan berubahnya warna ekstrak menjadi
hijau kehitaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
O
OH
HO
O
O
Fe
H
H
O
HO
OH
O
OH
H
O OH
HO
O
O
H
H
3+
+ 3 Cl
Gambar 6. Reaksi pembentukan warna antara tanin dengan besi (III) klorida(Arisadita, 2012)
Untuk membuktikan bahwa senyawa polifenol yang terdapat di dalam
ekstrak adalah senyawa tanin maka dilakukan uji dengan menggunakan gelatin.
Harborne (1987) menyebutkan bahwa semua tanin menimbulkan endapan sedikit
atau banyak jika ditambahkan dengan gelatin, karena gelatin merupakan protein
alami yang memberikan sifat penstabil dan pengental bagi media yang
berbasiskan air, mengandung asam amino dengan kandungan glisin (27%), prolin
(16%) dan hidroxiprolin (14%). Tanin merupakan himpunan polihidroksifenol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
yang dapat dibedakan dari fenol-fenol lain karena kemampuannya untuk
mengendapkan protein, sehingga apabila tanin direaksikan dengan gelatin akan
terbentuk endapan putih karena adanya ikatan hidrogen yang membentuk senyawa
komplek tanin-protein. Ikatan hidrogen ini terbentuk dari atom hidrogen yang
berikatan dengan 2 atom yang memiliki keelektronegatifan yang tinggi seperti
atom nitrogen dan oksigen dari struktur tanin dan gelatin (Gambar 7.).
Gambar 7. Reaksi pengendapan antara tanin dengan gelatin (Arisadita, 2012)
Dari percobaan diperoleh hasil negatif dengan tidak terbentuknya
endapan putih yang menyatakan tidak adanya senyawa tanin.
4. Saponin
Identifikasi kandungan saponin dapat dilakukan dengan memasukkan
1mL ekstrak kental n-heksana daun binahong ke dalam tabung reaksi.
Menambahkan 10mL air panas, dinginkan dan kemudian kocok kuat-kuat selama
10menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Buih yang ditimbulkan saponin dikarenakan adanya kombinasi struktur
senyawa penyusunnya yaitu rantai sapogenin nonpolar dan rantai samping polar
yang larut dalam air (Kristianingsih, 2002). Widyasari (2008) menyatakan bahwa
buih yang timbul disebabkan saponin mengandung senyawa yang sebagian larut
dalam air (hidrofilik) dan senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar (hidrofobik)
sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Dari hasil
percobaan terlihat tidak adanya buih yang mantap selama tidak kurang dari
10menit setinggi 1-10cm. Hasil percobaan ini menunjukkan tidak adanya
kandungan saponin pada ekstrak n-heksana daun binahong.
5. Triterpenoid dan steroid
Adanya senyawa triterpenoid dan steroid dalam ekstrak n-heksana daun
binahong dapat ditunjukan dengan penambahan reagen Lieberman-Burchard.
Triterpenoid memberikan reaksi dengan terbentuknya cincin berwarna kecoklatan
ketika senyawa ini ditetesi reagen Lieberman-Burchard melalui dindingnya,
sedangkan steroid akan menghasilkan warna hijau kebiruan (Robinson, 1995).
Perubahan warna ini disebabkan terjadinya reaksi oksidasi pada golongan
triterpenoid/steroid melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi (senyawa
pentaenilik). Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa ekstrak n-heksana daun
binahong menunjukkan adanya senyawa steroid dengan terbentuk warna hijau
kebiruan.
Untuk mendukung hasil reaksi warna maka dilakukan dengan
menggunakan KLT dan kemudian disemprotkan pereaksi Lieberman-Buncard
(Gambar 8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gambar 8. Hasil KLT (a) ekstrak n-heksana ekstrak daun binahong dan (b) fraksi1 kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong dengan pereaksi
Lieberman-Buncard
Tabel IV. Hasil KLT senyawa triterpenoid dan steroid dalam ekstrak n-heksanadaun binahong dan fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun
binahong
Gambar No. bercak Nilai Rf
Warnasebelum
ditambahkanreagen
Warna setelahditambahkan
reagen
8. (a) 1 0,03Hijau
kehitamanHijau
kehitaman2 0,3 Kuning Kuning3 0,42 Hijau Hijau4 0,62 Hijau tua Hijau tua
5 0,9 KuningHijau
kebiruan
8. (b) 1 0,79 KuningHijau
kebiruan
Pada KLT (Gambar. 8) terlihat adanya 2 totolan, di mana dari kiri ke
kanan tiap totolannya adalah (a) ekstrak n-heksana daun binahong, (b) fraksi 1
hasil kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong. Sistem KLT yang
digunakan adalah fase diam silika gel dan fase gerak kloroform. Dari gambar 8
52
Gambar 8. Hasil KLT (a) ekstrak n-heksana ekstrak daun binahong dan (b) fraksi1 kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong dengan pereaksi
Lieberman-Buncard
Tabel IV. Hasil KLT senyawa triterpenoid dan steroid dalam ekstrak n-heksanadaun binahong dan fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun
binahong
Gambar No. bercak Nilai Rf
Warnasebelum
ditambahkanreagen
Warna setelahditambahkan
reagen
8. (a) 1 0,03Hijau
kehitamanHijau
kehitaman2 0,3 Kuning Kuning3 0,42 Hijau Hijau4 0,62 Hijau tua Hijau tua
5 0,9 KuningHijau
kebiruan
8. (b) 1 0,79 KuningHijau
kebiruan
Pada KLT (Gambar. 8) terlihat adanya 2 totolan, di mana dari kiri ke
kanan tiap totolannya adalah (a) ekstrak n-heksana daun binahong, (b) fraksi 1
hasil kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong. Sistem KLT yang
digunakan adalah fase diam silika gel dan fase gerak kloroform. Dari gambar 8
52
Gambar 8. Hasil KLT (a) ekstrak n-heksana ekstrak daun binahong dan (b) fraksi1 kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong dengan pereaksi
Lieberman-Buncard
Tabel IV. Hasil KLT senyawa triterpenoid dan steroid dalam ekstrak n-heksanadaun binahong dan fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun
binahong
Gambar No. bercak Nilai Rf
Warnasebelum
ditambahkanreagen
Warna setelahditambahkan
reagen
8. (a) 1 0,03Hijau
kehitamanHijau
kehitaman2 0,3 Kuning Kuning3 0,42 Hijau Hijau4 0,62 Hijau tua Hijau tua
5 0,9 KuningHijau
kebiruan
8. (b) 1 0,79 KuningHijau
kebiruan
Pada KLT (Gambar. 8) terlihat adanya 2 totolan, di mana dari kiri ke
kanan tiap totolannya adalah (a) ekstrak n-heksana daun binahong, (b) fraksi 1
hasil kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun binahong. Sistem KLT yang
digunakan adalah fase diam silika gel dan fase gerak kloroform. Dari gambar 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dapat dilihat bahwa uji dengan pereaksi Lieberman-Buncard memberikan hasil
positif yang tampak dengan adanya perubahan warna dari kuning menjadi hijau
kebiruan pada gambar 8. (a) bercak 5 dan gambar 8. (b) bercak 1 (Tabel IV). Hal
ini membuktikan bahwa dalam ekstrak n-heksana daun binahong terdapat steroid.
E. Optimasi Fase Gerak 1
Tujuan dilakukan optimasi fase gerak adalah untuk mengetahui dengan
fase gerak apa ekstrak n-heksana daun binahong dapat terpisah dengan baik
sehingga dapat diisolasi suatu senyawa. Sistem yang digunakan dalam
kromatografi ini adalah sistem normal dimana fase diam bersifat polar dan fase
geraknya bersifat nonpolar. Optimasi fase gerak dilakukan dengan melakkan uji
pendahuluan menggunakan KLT analitik. Fase diam yang digunakan pada KLT
analitik ini adalah silika gel dan pada kromatografi kolom nantinya fase gerak
yang digunakan adalah silika gel yang memiliki kepolaran yang sama dengan
silika gel pada sistem KLT. Ekstrak dielusi pada lima fase gerak yang berbeda
kepolarannya, yaitu: asetonitril dengan indeks polaritas 5,8, n-heksana dengan
indeks polaritas 0,1, kloroform dengan indeks polaritas 4,1, kloroform:metanol
(1:1) dengan indeks polaritas 4,6, dan metanol dengan indeks polaritas 4,1.
Dari gambar 9 hasil elusi dapat dilihat bahwa fase gerak yang
menghasilkan pemisahan terbaik adalah kloroform yang dapat memisahkan
ekstrak menjadi 8 totol sedangkan fase gerak lain hanya menghasilkan 1 dan 2
bercak yang mengekor dan tidak memisah. Karena itu kloroform kemudian
digunakan sebagai fase gerak pada kromatografi kolom.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
a b c d eGambar 9. Hasil KLT ekstrak n-heksana daun binahong dengan fase gerak a.asetonitril; b. n-heksana; c. kloroform; d. kloroform : metanol (1:1); e. metanol
Tabel V. Hasil KLT ekstrak n-heksana daun binahong dengan fase diam silika geldan fase gerak asetonitril; n-heksana; kloroform; kloroform : metanol (1:1); dan
metanol
Gambar No. bercak Nilai Rf Warna9. a 1 0,4 Hijau
2 0,6 Kuning kehijauan9. b 1 0,05 Hijau kehitaman
2 0,32 Kuning9. c 1 - Hijau kehitaman
2 0,05 Hijau tua3 0,25 Hijau4 0,31 Kuning5 0,4 Hijau6 0,64 Hijau tua7 0,72 Hijau8 0,85 Kuning
9. d 1 0,3 Kuning kehijauan9. e 1 - Hijau tua
2 0,34 Kuning kehitaman
54
a b c d eGambar 9. Hasil KLT ekstrak n-heksana daun binahong dengan fase gerak a.asetonitril; b. n-heksana; c. kloroform; d. kloroform : metanol (1:1); e. metanol
Tabel V. Hasil KLT ekstrak n-heksana daun binahong dengan fase diam silika geldan fase gerak asetonitril; n-heksana; kloroform; kloroform : metanol (1:1); dan
metanol
Gambar No. bercak Nilai Rf Warna9. a 1 0,4 Hijau
2 0,6 Kuning kehijauan9. b 1 0,05 Hijau kehitaman
2 0,32 Kuning9. c 1 - Hijau kehitaman
2 0,05 Hijau tua3 0,25 Hijau4 0,31 Kuning5 0,4 Hijau6 0,64 Hijau tua7 0,72 Hijau8 0,85 Kuning
9. d 1 0,3 Kuning kehijauan9. e 1 - Hijau tua
2 0,34 Kuning kehitaman
54
a b c d eGambar 9. Hasil KLT ekstrak n-heksana daun binahong dengan fase gerak a.asetonitril; b. n-heksana; c. kloroform; d. kloroform : metanol (1:1); e. metanol
Tabel V. Hasil KLT ekstrak n-heksana daun binahong dengan fase diam silika geldan fase gerak asetonitril; n-heksana; kloroform; kloroform : metanol (1:1); dan
metanol
Gambar No. bercak Nilai Rf Warna9. a 1 0,4 Hijau
2 0,6 Kuning kehijauan9. b 1 0,05 Hijau kehitaman
2 0,32 Kuning9. c 1 - Hijau kehitaman
2 0,05 Hijau tua3 0,25 Hijau4 0,31 Kuning5 0,4 Hijau6 0,64 Hijau tua7 0,72 Hijau8 0,85 Kuning
9. d 1 0,3 Kuning kehijauan9. e 1 - Hijau tua
2 0,34 Kuning kehitaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
F. Kromatografi Kolom 1
Sistem kromatografi yang digunakan adalah sistem normal, dengan fase
diam dan fase gerak yang digunakan sesuai hasil optimasi sebelumnya, yaitu
silika gel sebagai fase diam dan kloroform sebagai fase geraknya.
Gambar 10. Kromatografi kolom ekstrak n-heksana daun binahong dengan fasediam silika gel dan fase gerak kloroform
Ekstrak pekat n-heksan daun binahong kemudian dimasukkan ke dalam
kolom (Gambar 10.) dan dibiarkan mengendap lalu dielusi menggunakan
kloroform. Eluen kemudian ditampung pada flakon tiap 3menit.
G. Kromatografi Lapis Tipis 1
Kromatografi ini bertujuan untuk membuktikan bahwa eluen yang
diisolasi dari kromatografi kolom 1 merupakan senyawa tunggal. Eluen hasil
isolasi dengan kromatografi kolom dari ekstrak kental n-heksana daun binahong
ditotolkan pada plat KLT yang telah dibuat. Eluen kemudian dielusi dengan
menggunakan tiga fase gerak dengan kepolaran yang berbeda, yaitu: kloroform,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kloroform:metanol (1:1), dan metanol untuk membuktikan bahwa isolat yang
diperoleh merupakan senyawa tunggal (Gambar 11.).
Gambar 11. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 1 ekstrak n-heksana daunbinahong dengan fase diam silika gel dan fase gerak a. kloroform; b. kloroform :
metanol (1:1); c. metanol
Tabel VI. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 1 dengan fase diam silika gel danfase gerak a. kloroform; b. kloroform : metanol (1:1); c. metanol
Gambar No. bercak Nilai Rf Warna9. a 1 0,78 Hijau
2 0,9 Kuning9. b 1 0,89 Kuning9. c 1 - Hijau
2 0,3 Kuning
Dari hasil elusi dapat dilihat bahwa senyawa yang diperoleh bukan
merupakan senyawa tunggal karena pada elusi dengan menggunakan fase gerak
kloroform dan metanol masih diperoleh dua bercak. Senyawa yang diperoleh
belum murni secara KLT maka dapat dilakukan pemisahan lagi dengan
menggunakan kromatografi kolom.
56
kloroform:metanol (1:1), dan metanol untuk membuktikan bahwa isolat yang
diperoleh merupakan senyawa tunggal (Gambar 11.).
Gambar 11. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 1 ekstrak n-heksana daunbinahong dengan fase diam silika gel dan fase gerak a. kloroform; b. kloroform :
metanol (1:1); c. metanol
Tabel VI. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 1 dengan fase diam silika gel danfase gerak a. kloroform; b. kloroform : metanol (1:1); c. metanol
Gambar No. bercak Nilai Rf Warna9. a 1 0,78 Hijau
2 0,9 Kuning9. b 1 0,89 Kuning9. c 1 - Hijau
2 0,3 Kuning
Dari hasil elusi dapat dilihat bahwa senyawa yang diperoleh bukan
merupakan senyawa tunggal karena pada elusi dengan menggunakan fase gerak
kloroform dan metanol masih diperoleh dua bercak. Senyawa yang diperoleh
belum murni secara KLT maka dapat dilakukan pemisahan lagi dengan
menggunakan kromatografi kolom.
56
kloroform:metanol (1:1), dan metanol untuk membuktikan bahwa isolat yang
diperoleh merupakan senyawa tunggal (Gambar 11.).
Gambar 11. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 1 ekstrak n-heksana daunbinahong dengan fase diam silika gel dan fase gerak a. kloroform; b. kloroform :
metanol (1:1); c. metanol
Tabel VI. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 1 dengan fase diam silika gel danfase gerak a. kloroform; b. kloroform : metanol (1:1); c. metanol
Gambar No. bercak Nilai Rf Warna9. a 1 0,78 Hijau
2 0,9 Kuning9. b 1 0,89 Kuning9. c 1 - Hijau
2 0,3 Kuning
Dari hasil elusi dapat dilihat bahwa senyawa yang diperoleh bukan
merupakan senyawa tunggal karena pada elusi dengan menggunakan fase gerak
kloroform dan metanol masih diperoleh dua bercak. Senyawa yang diperoleh
belum murni secara KLT maka dapat dilakukan pemisahan lagi dengan
menggunakan kromatografi kolom.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
H. Kromatografi Kolom 2
Dari hasil KLT 1 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan fase gerak
metanol senyawa dapat dipisahkan menjadi 2 spot, yang mana terlihat adanya
spot yang tertahan pada titik totolan dan ada spot yang terelusi. Karena itu pada
kromatografi kolom ini dilakukan elusi dengan fase gerak metanol.
Sampel yang berupa fraksi 1 hasil kromatografi kolom 1 dari ekstrak n-
heksana daun binahong sebanyak 0,5mL dimasukkan ke dalam kolom. Ke dalam
kolom lalu dialirkan fase gerak berupa metanol dan eluen ditampung pada flakon
tiap 3menit.
I. Kromatografi Lapis Tipis 2
Eluen hasil isolasi dengan kromatografi kolom 2 ditotolkan pada plat
KLT yang telah dibuat (Gambar 12.). Eluen kemudian dielusi dengan
menggunakan larutan pengembang berupa kloroform (Gambar 12. a),
kloroform:metanol (1:1) (Gambar 12. b), dan metanol (Gambar 12. c).
Dari hasil elusi (Gambar 12.) dapat dilihat bahwa senyawa yang
diperoleh belum berupa senyawa tunggal karena pada elusi dengan menggunakan
fase gerak metanol (Gambar 12. c.) masih dilihat adanya dua spot. Senyawa yang
diperoleh belum murni secara KLT maka perlu dilakukan lagi pemisahan. Karena
dari dua kali pemisahan dengan kromatografi kolom hasil yang diperoleh belum
murni secara KLT, maka penelitian dilanjutkan dengan isolasi menggunakan KLT
preparatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
a b cGambar 12. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun
binahong dengan fase diam silika gel dan fase gerak a. kloroform; b. kloroform :metanol (1:1); c. metanol
Tabel VII. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daunbinahong dengan fase diam silika gel dan fase gerak a. kloroform; b. kloroform :
metanol (1:1); c. metanol
Gambar No. bercak Nilai Rf Warna12. a 1 0,89 kuning12. b 1 0,2 Kuning12. c 1 - Hijau
2 0,47 Kuning
J. Optimasi Fase Gerak 2
Dari hasil KLT (Gambar 12.) dapat dilihat bahwa dengan menggunakan
kloroform senyawa tidak dapat dipisahkan (Gambar 12. a) (1 bercak pada KLT)
sedangkan dengan menggunakan metanol senyawa dapat terpisah menjadi dua
bercak (Gambar 12.c) namun terdapat dua spot yang tidak saling berpisah, karena
itu perlu dilakukan optimasi fase gerak untuk memisahkan senyawa tersebut agar
diperoleh senyawa murni secara KLT. Fase gerak yang digunakan pada optimasi
ini adalah kloroform dan metanol dengan berbagai perbandingan, yaitu
58
a b cGambar 12. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun
binahong dengan fase diam silika gel dan fase gerak a. kloroform; b. kloroform :metanol (1:1); c. metanol
Tabel VII. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daunbinahong dengan fase diam silika gel dan fase gerak a. kloroform; b. kloroform :
metanol (1:1); c. metanol
Gambar No. bercak Nilai Rf Warna12. a 1 0,89 kuning12. b 1 0,2 Kuning12. c 1 - Hijau
2 0,47 Kuning
J. Optimasi Fase Gerak 2
Dari hasil KLT (Gambar 12.) dapat dilihat bahwa dengan menggunakan
kloroform senyawa tidak dapat dipisahkan (Gambar 12. a) (1 bercak pada KLT)
sedangkan dengan menggunakan metanol senyawa dapat terpisah menjadi dua
bercak (Gambar 12.c) namun terdapat dua spot yang tidak saling berpisah, karena
itu perlu dilakukan optimasi fase gerak untuk memisahkan senyawa tersebut agar
diperoleh senyawa murni secara KLT. Fase gerak yang digunakan pada optimasi
ini adalah kloroform dan metanol dengan berbagai perbandingan, yaitu
58
a b cGambar 12. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daun
binahong dengan fase diam silika gel dan fase gerak a. kloroform; b. kloroform :metanol (1:1); c. metanol
Tabel VII. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daunbinahong dengan fase diam silika gel dan fase gerak a. kloroform; b. kloroform :
metanol (1:1); c. metanol
Gambar No. bercak Nilai Rf Warna12. a 1 0,89 kuning12. b 1 0,2 Kuning12. c 1 - Hijau
2 0,47 Kuning
J. Optimasi Fase Gerak 2
Dari hasil KLT (Gambar 12.) dapat dilihat bahwa dengan menggunakan
kloroform senyawa tidak dapat dipisahkan (Gambar 12. a) (1 bercak pada KLT)
sedangkan dengan menggunakan metanol senyawa dapat terpisah menjadi dua
bercak (Gambar 12.c) namun terdapat dua spot yang tidak saling berpisah, karena
itu perlu dilakukan optimasi fase gerak untuk memisahkan senyawa tersebut agar
diperoleh senyawa murni secara KLT. Fase gerak yang digunakan pada optimasi
ini adalah kloroform dan metanol dengan berbagai perbandingan, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kloroform:metanol 15:1, 13:1, 11:1, 9:1, 7:1, 5:1, 3:1, 2:1, kloroform, 1:1,
metanol, 1:2, 1:5, 1:9, dan 1:19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 13. Hasil KLT fraksi I hasil kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daunbinahong dengan fase diam silika gel dan fase gerak kloroform : metanol; a.15:1, b. 13:1, c. 11:1, d. 9:1, e. 7:1, f. 5:1,g. 3:1, h. 2:1, i. kloroform, j. 1:1, k.
metanol, l. 1:2, m. 1:5, n. 1:9, dan o. 1:19
Tabel VIII. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daunbinahong dengan fase diam silika gel dan fase gerak a. kloroform; b. kloroform :
metanol (1:1); c. metanol
Gambar No. bercak Nilai Rf Warna13. a 1 0,91 Kuning13. b 1 0,91 Kuning13. c 1 0,98 Kuning13. d 1 0,92 Kuning13. e 1 0,92 Kuning13. f 1 0,88 Kuning13. g 1 0,85 Kuning13. h 1 0,55 Kuning
2 0,65 Hijau13. i 1 0,86 Kuning13. j 1 0,3 Kuning kehijauan13. k 1 - Kuning
2 0,5 Hijau13. l 1 0,77 Kuning13. m 1 - Kuning
2 0,35 Kuning3 0,55 Hijau muda
13. n 1 - Kuning2 0,29 Kuning3 0,48 Hijau muda
13. o 1 - Kuning2 0,28 Kuning3 0,5 Hijau muda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Dari gambar 13 dapat dilihat bahwa pemisahan paling baik diperoleh
dengan menggunakan fase gerak kloroform:metanol (1:19) (Gambar 13. o).
Karena itu fase gerak ini kemudian digunakan pada KLT preparatif.
K. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Berdasarkan hasil optimasi sebelumnya maka pada KLT preparatif ini
digunakan silika gel sebagai fase diam dan kloroform:metanol (1:19) sebagai fase
gerak.
Dari gambar 14 dapat dilihat adanya tiga pita yang menunjukan adanya
tiga senyawa. Yang diisolasi adalah senyawa pada pita pertama karena pita ini
menunjukkan pemisahan yang baik dan pita tidak mengekor. Pita pertama
kemudian dikerok dan diekstraksi dengan menggunakan kloroform. Ekstrak encer
ini kemudian dikentalkan dengan menggunakan rotary vaccum evaporator.
Gambar 14. Hasil KLT preparatif dengan fase gerak kloroform : metanol (1:19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel IX. Hasil KLT fraksi I kromatografi kolom 2 ekstrak n-heksana daunbinahong dengan fase diam silika gel dan fase gerak a. kloroform; b. kloroform :
metanol (1:1); c. metanol
Gambar No. bercak Nilai Rf Warna14. a 1 - Hijau muda14. b 1 0,15 Kuning14. c 1 0,5 Kuning
L. Kromatografi Lapis Tipis 3
Isolat hasil isolasi dengan KLT preparatif kemudian ditotolkan pada plat
KLT yang telah dibuat. Eluen kemudian dielusi dengan menggunakan larutan
pengembang berupa kloroform (Gambar 15. a), kloroform:metanol (1:1) (Gambar
15. b), dan metanol (Gambar 15. c).
a b cGambar 15. Hasil KLT dengan fase gerak a. kloroform; b. kloroform : metanol
(1:1); c. metanol
Dari hasil elusi dapat dilihat bahwa senyawa yang diperoleh telah berupa
senyawa tunggal (Gambar 15) karena pada elusi dengan menggunakan tiga fase
gerak yang berbeda kepolarannya telah diperoleh satu bercak dengan nilai Rf yang
berbeda; yaitu 0,85 untuk fase gerak kloroform (Gambar 15.a), 0,7 untuk fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
gerak kloroform:metanol (1:1) (Gambar 15. b), dan 0,55 untuk fase gerak
metanol(Gambar 15. c). Senyawa yang diperoleh telah murni secara KLT maka
dapat dilakukan elusidasi struktur.
M. Spektrometri UV/Vis
Bila cahaya UV/Vis dikenakan pada suatu senyawa maka sebagian dari
cahaya tersebut akan diserap oleh molekul yang memiliki tingkat energi yang
spesifik. Karena level energi dasar ke energi eksitasi tiap molekul spesifik maka
energi (sinar) yang diserap juga spesifik yang merupakan dasar analisa kualitatif.
Untuk menaikan elektron ke energi eksitasi yang lebih tinggi maka dibutuhkan
cahaya dengan energi tinggi atau energi dengan panjang gelombang yang lebih
pendek.
Gambar 16. Spektrum UV/Vis fraksi I ekstrak n-heksana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Dari spektrum UV/Vis (Gambar 16) dapat dilihat adanya serapan pada
panjang gelombang 274,5nm, yang dapat menyatakan adanya senyawa 1, 2, 8a-
trimethyl-1, 2, 3, 4, 8, 8a-hexahydronaphthalene yang memiliki panjang
gelombang maksimum teoritis sebesar 273nm dan pengamatan 275nm (Panji,
2012). Pergeseran panjang gelombang yang terjadi dari percobaan dan teori
adalah sebesar 1,5nm, sedangkan pergeseran yang diperbolehkan adalah sebesar
2nm sehingga dapat dikatakan merupakan senyawa ini merupakan 1, 2, 8a-
trimethyl-1, 2, 3, 4, 8, 8a-hexahydronaphthalen.
Perhitungan panjang gelombang maksimum senyawa :
harga pokok λ maks diena homoanuler = 253 nm
tiga sisi cincin @ 5nm (tanda x) = 15 nm
satu ikatan rangkap eksosiklik (terhadap cincin) = 5 nm +
λ maks teoritis = 273 nm
λ maks pengamatan = 274,5 nm
x
x
x
1,2,8a-trimethyl-1,2,3,4,8,8a-hexahydronaphthaleneGambar 17. Senyawa 1,2,8a-trimethyl-1,2,3,4,8,8a-hexahydronaphthalene
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
N. GC-MS
Identifikasi struktur dengan menggunakan kombinasi antara kromatografi
gas dan spektrometri massa memiliki kelebihan karena senyawa dapat dipisahkan
dahulu dengan menggunakan kromatografi gas kemudian dielusi dengan
spektrometri massa. Spektra massa yang diperoleh dapat digunakan untuk
menentukan bobot molekul senyawa hasil isolasi dari ekstrak n-heksana daun
binahong. Spektra massa juga dapat digunakan sebagai petunjuk keberadaan
gugus-gugus fungisional dan penyelidikan kerangka molekul senyawa hasil reaksi
melalui interpretasi fragmen-fragmennya.
Untuk mendapatkan struktur senyawa dari spektrum yang dihasilkan
maka dapat dilakukan pendekatan dengan pola fragmentasi dari masing-masing
spektrum. Dalam spektroskopi massa, fragmen-fragmen yang akan terdeteksi
adalah fragmen-fragmen bermuatan positif, sedangkan fragmen yang berupa
molekul netral atau radikal tidak akan terdeteksi.
Dari spektrum (Gambar 18) senyawa yang merupakan peak pertama pada
kromatogram GC dengan TR 18,721, dapat diketahui bobot molekul dari senyawa
yaitu 270 yang dapat dilihat dari peak paling kanan. Peak ini muncul dengan
intensitas rendah, artinya ion molekul ini tidak stabil dan mudah terfragmentasi
menjadi ion-ion lain atau menjadi molekul netral atau radikal.
Gambar 18. Spektrum MS peak 1 pada GC dengan Retention time 18,721menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pada spektrum juga dapat dilihat bahwa ion dengan nilai m/z = 74
merupakan ion dengan kelimpahan paling besar dan merupakan ion yang paling
stabil atau juga disebut base peak. Peak ini juga menyatakan adanya gugus metil
ester (Panji, 2012).
CHHC11H23
H2CCH2
COCH3
OH3C(H2C)10HC CH2
OH
H2C OCH3
Gambar 19. Fragmen hasil penyusunan ulang senyawa karbonil
Peak dengan m/z = 43 menyatakan adanya keton (Gambar 20. (a)) (Panji, 2012).
CCH3
O
(a)
-CH2-
(b)
O
COCH3
(c)
CH2CH2COCH3
O
(d)Gambar 20. (a) keton; (b) potongan gugus metil; (c) metil karboksilat; (d) metil etil
ester
O
COH3C
CH3 -OCH3 CCH3
O
Gambar 21. Fragmen hasil pemutusan (-OCH3)
m/z = 57 menyatakan adanya keton dengan adanya penambahan gugus metil
(Gambar 20. (b)), m/z = 59 menyatakan adanya metil karboksilat (Gambar 20. (c))
(Panji, 2012) dan m/z = 87 menyatakan adanya metil etil ester (Gambar 20. (d))
(Hartomo, 1986). Penambahan kelipatan 14 setelahnya berasal dari potongan
gugus metil (Gambar 20. (a)) (Panji, 2012). Dari hasil fragmentasi maka dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
disimpulkan bahwa senyawa ini merupakan metil heksadekanoat. Hasil ini dapat
dibuktikan dengan similiarity index yang bernilai 95.
Dari spektrum (Gambar 22) senyawa yang merupakan peak kedua pada
kromatogram GC dengan TR 20,496, dapat diketahui bobot molekul dari senyawa
yaitu 264 yang dapat dilihat dari peak paling kanan. Peak ini muncul dengan
intensitas rendah, artinya ion molekul ini tidak stabil dan mudah terfragmentasi
menjadi ion-ion lain atau menjadi molekul netral atau radikal.
Gambar 22. Spektrum MS peak 2 pada GC dengan Retention time 20,496menit
Pada spektrum dapat dilihat bahwa ion dengan nilai m/z = 55 merupakan
ion dengan kelimpahan paling besar dan merupakan ion yang paling stabil atau
juga disebut base peak. Peak ini juga menyatakan adanya ikatan tidak jenuh pada
senyawa, yang merupakan senyawa alkena (Panji, 2012).
Peak dengan m/z = 41 menyatakan adanya pemutusan ikatan metil
(Gambar 20. (b)) dari senyawa alkena, peak dengan m/z = 43 menyatakan adanya
keton (Gambar 20. (a)) (Panji, 2012), m/z = 57 menyatakan adanya keton dengan
adanya penambahan gugus metil (Gambar 20. (b)), m/z = 59 menyatakan adanya
metil karboksilat (Gambar 20. (c)) (Panji, 2012) dan m/z = 87 menyatakan adanya
metil etil ester (Gambar 20. (d)) (Hartomo, 1986). Penambahan kelipatan 14
setelahnya berasal dari gugus metil (Gambar 20. (b)) (Panji, 2012). Dari hasil
fragmentasi maka dapat disimpulkan bahwa senyawa ini merupakan metil 10-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
metil oktadekanoat. Hasil ini dapat dibuktikan dengan similiarity index yang
bernilai 96.
Dari spektrum (Gambar 23) senyawa yang merupakan peak ketiga pada
kromatogram GC dengan TR 20,728, dapat diketahui bobot molekul dari senyawa
yaitu 298 yang dapat dilihat dari peak paling kanan. Peak ini muncul dengan
intensitas rendah, artinya ion molekul ini tidak stabil dan mudah terfragmentasi
menjadi ion-ion lain atau menjadi molekul netral atau radikal.
Gambar 23. Spektrum MS peak 3 pada GC dengan Retention time 20,728menit
Pada spektrum juga dapat dilihat bahwa ion dengan nilai m/z = 74
merupakan ion dengan kelimpahan paling besar dan merupakan ion yang paling
stabil atau juga disebut base peak. Peak ini juga menyatakan adanya gugus metil
ester (Panji, 2012).
Peak dengan m/z = 43 menyatakan adanya keton (Gambar 20. (a)) (Panji,
2012), m/z = 57 menyatakan adanya keton dengan adanya penambahan gugus
metil (Gambar 20. (b)), m/z = 59 menyatakan adanya metil karboksilat (Gambar
20. (c)) (Panji, 2012) dan m/z = 87 menyatakan adanya metil etil ester (Gambar
20. (d)) (Hartomo, 1986). Penambahan kelipatan 14 setelahnya berasal dari gugus
metil (Gambar 20. (b)) (Panji, 2012). Dari hasil fragmentasi maka dapat
disimpulkan bahwa senyawa ini merupakan metil isostearat. Hasil ini dapat
dibuktikan dengan similiarity index yang bernilai 95.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Dari spektrum (Gambar 24) senyawa yang merupakan peak keempat
pada kromatogram GC dengan TR 23,192, dapat diketahui bobot molekul dari
senyawa yaitu 259 yang dapat dilihat dari peak paling kanan. Peak ini muncul
dengan intensitas rendah, artinya ion molekul ini tidak stabil dan mudah
terfragmentasi menjadi ion-ion lain atau menjadi molekul netral atau radikal.
Gambar 24. Spektrum MS peak 4 pada GC dengan Retention time 23,192menit
Pada spektrum juga dapat dilihat bahwa ion dengan nilai m/z = 129
merupakan ion dengan kelimpahan paling besar dan merupakan ion yang paling
stabil atau juga disebut base peak (Panji, 2012). Peak ini juga menyatakan adanya
1-oktanol (Gambar 25. (a)).
O C8H17
(a)
O
CC4H8O
CC8H17
O
(b)Gambar 25. (a) ion 1-oktanol; (b) ion hasil pemutusan ion 1-oktanol dari dioktil
adipat
O
CC4H8O
CC8H17
O
OC8H17
O
CC4H8O
CC8H17
O
+
O C8H17
Gambar 26. Fragmen hasil pemutusan (-OC8H17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Peak dengan m/z = 43 menyatakan adanya keton (Gambar 20. (a)) (Panji,
2012), m/z = 57 dan 71 menyatakan adanya keton dengan adanya penambahan
gugus metil (Gambar 20. (b)), dan m/z = 241 menyatakan adanya ion hasil
pemutusan ion 1-oktanol dari dioktil adipat (Gambar 25. (b)). Dari hasil
fragmentasi maka dapat disimpulkan bahwa senyawa ini merupakan dioktil
adipat. Hasil ini dapat dibuktikan dengan similiarity index yang bernilai 95.
Dari spektrum (Gambar 27) senyawa yang merupakan peak kelima pada
kromatogram GC dengan TR 24,509, dapat diketahui bobot molekul dari senyawa
yaitu 279 yang dapat dilihat dari peak paling kanan. Peak ini muncul dengan
intensitas rendah, artinya ion molekul ini tidak stabil dan mudah terfragmentasi
menjadi ion-ion lain atau menjadi molekul netral atau radikal.
Gambar 27. Spektrum MS peak 5 pada GC dengan Retention time 24,509menit
Pada spektrum juga dapat dilihat bahwa ion dengan nilai m/z = 149
merupakan ion dengan kelimpahan paling besar dan merupakan ion yang paling
stabil atau juga disebut base peak. Peak ini juga menyatakan adanya
isobenzofuran-1,3-dione (Gambar 28.) (Panji, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
O
O
OGambar 28. isobenzofuran-1,3-dione
OOC8H17
O
O
C8H17-C8C17-OC8H17
O
O
OGambar 29. Fragmen hasil pemutusan (-OC8H17 dan –C8H17)
Pada efek orto, interaksi yang terjadi adalah interaksi ruang. Jika ada
gugus letaknya dalam ruang berdekatan, ada kemungkinan dilepaskan satu
fragmen netral yang bagian-bagiannya berasal dari kedua gugus tersebut. Peak
dengan m/z = 43 menyatakan adanya keton (Gambar 20. (a)), m/z = 57
menyatakan adanya keton dengan adanya penambahan gugus metil (Gambar 20.
(b)), m/z = 77 menyatakan adanya gugus benzen (Panji, 2012). Dari hasil
fragmentasi maka dapat disimpulkan bahwa senyawa ini merupakan metil
isostearat. Hasil ini dapat dibuktikan dengan similiarity index yang bernilai 95.
Dari spektrum (Gambar 30) senyawa yang merupakan peak keenam pada
kromatogram GC dengan TR 25,505, dapat diketahui bobot molekul dari senyawa
yaitu 183 yang dapat dilihat dari peak paling kanan. Peak ini muncul dengan
intensitas rendah, artinya ion molekul ini tidak stabil dan mudah terfragmentasi
menjadi ion-ion lain atau menjadi molekul netral atau radikal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Gambar 30. Spektrum MS peak 6 pada GC dengan Retention time 25,505menit
Pada spektrum juga dapat dilihat bahwa ion dengan nilai m/z = 57
merupakan ion dengan kelimpahan paling besar dan merupakan ion yang paling
stabil atau juga disebut base peak. Peak ini juga menyatakan bahwa senyawa
adalah suatu hidrokarbon (Panji, 2012).
Peak dengan m/z = 43 menyatakan adanya pemutusan metil (Gambar 20.
(b)), m/z = 71, 85, 99, 113, 127, 141, 155, dan 169 yang merupakan penambahan
kelipatan 14 yang berasal dari gugus metil (Gambar 20. (b)) (Panji, 2012). Dari
hasil fragmentasi maka dapat disimpulkan bahwa senyawa ini merupakan n-
oktakosana. Hasil ini dapat dibuktikan dengan similiarity index yang bernilai 96.
Dari spektrum (Gambar 31) senyawa yang merupakan peak ketujuh pada
kromatogram GC dengan TR 26,961, dapat diketahui bobot molekul dari senyawa
yaitu 211 yang dapat dilihat dari peak paling kanan. Peak ini muncul dengan
intensitas rendah, artinya ion molekul ini tidak stabil dan mudah terfragmentasi
menjadi ion-ion lain atau menjadi molekul netral atau radikal.
Gambar 31. Spektrum MS peak 7 pada GC dengan Retention time 26,961menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Pada spektrum juga dapat dilihat bahwa ion dengan nilai m/z = 57
merupakan ion dengan kelimpahan paling besar dan merupakan ion yang paling
stabil atau juga disebut base peak. Peak ini menyatakan adanya senyawa
hidrokarbon (Panji, 2012).
Peak dengan m/z = 43 menyatakan adanya pemutusan metil (Gambar 20.
(b)), m/z = 71, 85, 99, 113, 127, 141, 155, 169,183, dan 197 yang merupakan
penambahan kelipatan 14 berasal dari gugus metil (Gambar 20. (b)) (Panji, 2012).
Dari hasil fragmentasi maka dapat disimpulkan bahwa senyawa ini merupakan n-
tetratetrakontana. Hasil ini dapat dibuktikan dengan similiarity index yang bernilai
97.
Dari 10 peak yang ada, dapat dianalisis senyawa yang terkandung dalam
ekstrak n-heksana daun binahong, antara lain seperti yang terdapat pada tabel X di
bawah ini:
No.
Peak
TR
(menit)
Area
(%)
SI
(%)Formula BM Nama dan Struktur Senyawa
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
1 18,721 3,86
95 C17H34O2 270
O
O
Methyl hexadecanoate
95 C17H34O2 270
O
O
Methyl hexadecanoate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
1 18,721 3,86
95 C17H34O2 270
O
O
Methyl hexadecanoate
95 C16H32O2 256
O
O
Methyl pentadecanoate
94 C20H40O2 312
O
O
Methyl nonadecanoate
2 20,496 4,25
96 C19H36O2 296
O
OH
Oleic acid
96 C19H36O2 296
O
O
Methyl octadec-10-enoate
96 C19H36O2 296
O
O
Methyl octadec-10-enoate
95 C19H36O2 296
O
O
Methyl octadec-9-enoate
95 C19H36O2 296
O
O
Methyl octadec-9-enoate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
3 20,728 4,21
95 C19H38O2 298
O
O
Methyl 16-methylheptadecanoate
95 C19H38O2 298
O
O
Methyl stearate
95 C20H40O2 312
O
O
Methyl nonadecanoate
95 C16H32O2 256
O
O
Methyl pentadecanoate
95 C19H38O2 298
O
O
Methyl stearate
4 23,192 1,70
95 C22H42O4 370O
O
O
O
Dioctyl adipate
95 C22H42O4 370O
O
O
O
Dioctyl adipate
95 C22H42O4 370O
O
O
O
Dioctyl adipate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
4 23,192 1,70 91 C22H42O4 370O
O
O
O
Dioctyl adipate
5 24,509 13,30
97 C24H38O4 390
O
O
O
O
Dioctyl phthalate
96 C24H38O4 390
O
O
O
O
Bis(6-methylheptyl) phthalate
96 C24H38O4 390O
O O
O
Bis(2-ethylhexyl) phthalate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
5 24,509 13,30
96 C24H38O4 390
O
O O
O
Bis(2-ethylhexyl) phthalate
93 C24H38O4 390
O
O
O
O
Dioctyl phthalate
6 25,505 1,49
96 C28H58 394Octacosane
96 C24H50 338Tetracosane
96 C21H44 296 Henicosane
96 C44H90 618Tetratetracontane
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
6 25,505 1,49 96 C44H90 619Tetratetracontane
7 26,961 2,34
97 C44H90 618Tetratetracontane
97 C44H90 618Tetratetracontane
96 C27H56 380Heptacontane
96 C36H74 507Hexatriacontane
96 C35H72 492Pentatriacontane
Dari spektrum ini dapat diketahui adanya senyawa asam lemak dan
alkana yang terdapat pada ekstrak n-heksana daun binahong.
O. Sktroskopi Inframerah
Spektrum infra merah yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui
secara spesifik gugus-gugus fungisional yang terdapat pada senyawa hasil isolasi
dari ekstrak n-heksana daun binahong sehingga dapat diperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai struktur senyawa hasil isolasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gambar 32. Spektrum IR fraksi I ekstrak n-heksana daun binahong
Idealnya sebuah spektrum IR akan berfungsi ketika senyawa yang diuji
merupakan senyawa tunggal, sedangkan dari hasil GC-MS sebelumnya telah
diketahui bahwa senyawa yang diidentifikasi bukan merupakan senyawa tunggal.
Namun dari spektrum ini (Gambar 32) dapat dilihat adanya gugus-gugus
fungisional khusus yang terdapat pada senyawa yang diidentifikasi, antara lain:
adanya serapan pada bilangan gelombang 3448,62/cm yang menyatakan adanya
gugus asam karboksilat, 3016,67/cm yang menyatakan adanya gugus metil (sp2),
2924,09 dan 2854,65/cm yang menyatakan adanya gugus metil (sp3), 1712,79/cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
yang menyatakan adanya gugus karbonil, 1589,34/cm yang menyatakan adanya
gugus aromatis, 1219,01/cm yang menyatakan adanya gugus ester.
P. Analisis Hasil
Dari uji pendahuluan ekstrak n-heksana tanaman binahong dan fraksi I
hasil kromatografi kolom ekstrak n-heksana tanaman binahong diperoleh adanya
senyawa golongan steroid. Hasil ini didukung dengan spektrum UV/Vis fraksi I
ekstrak n-heksana tanaman binahong yang dapat menyatakan adanya seyawa 1, 2,
8a-trimethyl-1, 2, 3, 4, 8, 8a-hexahydronaphthalene, dimana dari strukturnya
dapat dilihat bahwa senyawa ini merupakan potongan dari struktur umum
senyawa metabolit sekunder golongan steroid. Untuk membuktikan struktur
senyawa yang diperoleh maka identifikasi dilanjutkan dengan menggunakan GC-
MS. Dari kromatogram GC diperoleh 10 peak yang menyatakan bahwa senyawa
yang diidentifikasi bukan merupakan senyawa tunggal dan dari spektrum MS
diperoleh adanya asam lemak (metil heksadekanoat, asam oleat, metil 16-
metilheptadekanoat, dioktil adipat, dioktil ptalat) dan senyawa golongan alkana
(oktakosana, dan tetratetrakontana) dan tidak menunjukan adanya senyawa
metabolit sekunder golongan steroid. Tidak terlihat adanya senyawa metabolit
sekunder golongan steroid dapat disebabkan karena steroid tidak dapat
diidentifikasi dengan menggunakan GC-MS berhubungan dengan sifat steroid
yang tidak mudah menguap. Sedangkan senyawa asam lemak dapat diidentifikasi
walaupun memiliki titik didih yang tinggi karena ketika masuk ke dalam GC,
asam lemak mengalami proses esterifikasi yang menyebabkan turunnya titik didih
asam lemak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Idealnya senyawa yang diidentifikasi dengan IR adalah senyawa tunggal,
namun spektrum IR yang diperoleh dapat menunjukan adanya gugus-gugus yang
dapat mengarahkan pada struktur senyawa yang terdapat pada fraksi I ekstrak n-
heksana tanaman binahong, antara lain adanya gugus asam karboksilat, gugus
metil, gugus karbonil, gugus aromatis, dan gugus ester, yang mana gugus
aromatis, dan metil terdapat pada sttruktur steroid sedangkan gugus asam
karboksilat, gugus metil, gugus karbonil, dan gugus ester terdapat pada struktur
asam lemak dan alkana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat disimpulkan :
1. Skrining fitokimia dan analisis spektroskopi dengan menggunakan
spektrofotometri UV/Vis dapat diidentifikasi adanya steroid dalam fraksi I
ekstrak n-heksana daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).
2. Spektroskopi massa senyawa hasil pemisahan dengan kromatografi gas
menunjukan bahwa terdapat asam lemak : metil heksadekanoat, asam oleat,
metil 16-metilheptadekanoat, dioktil adipat, dioktil ptalat; dan senyawa metil
oktakosana, dan tetratetrakontana dari golongan alkana.
B. Saran
Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut untuk mengetahui struktur
steroid yang terkandung di dalam fraksi I ekstrak n-heksana daun binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Daftar Pustaka
Arisadita, R., 2010, Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak n-Heksana dan Fraksi TerpenoidTanaman Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis Terhadap Staphylococcus aureus,Eschericia coli dan Candida albicans, skripsi, Univerversitas Muhammadiyah,Surakarta.
Arisandi, Y., dan Andriani, Y., 2006, Khasiat Berbagai Tanaman untuk Pengobatan,Eksamedia, Jakarta, pp. 119.
Asriani, J. A., 2011, Uji Efek Tonikum Infusa Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis) pada Mencit Putih (Mus musculus) Jantan Galur Swiss Webster, skripsi,Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Barboza, G., E., Cantero, J., J., Nunez, C., Pacciaroni, A., and Espinar, L., A., 2009, MedicalPlants; A General Review and A Phytochemical and Ethnopharmacological Screeningof The Native Argentine Flora, 34 (1-2), 162.
Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G. H., and Mendham, J., 1994, Vogel’s Textbook OfQuantitative Inorganic Including Elementary Instrumental, diterjemahkan olehPudjaatmaka, H. A., dan. Setiono, L., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Day, R. A. JR., and Underwood, A. L., 2002, Quantitative Analisis, ed 6, diterjemahkan olehWibi, H. H., dan Simartama, L., Erlangga, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia, ed 3, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Materia Medika Indonesia, ed 5, 549-553,Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, ed 4, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Fai, Y. M., and Tao, C. C., 2009, A Review on Presence of Oleanolic Acid in NaturalProducts, (2). 91.
Gritter, R. J., Bobbitt, J. M., and Schwarting, A. E., 1991, Pengantar Kromatografi, ed 2,Penerbit ITB, Bandung.
Harborne, J. B., 1987, Phytochemical Methods, 2sd ed, diterjemahkan oleh Padmawinata, K,.dan Soediro, I., Penerbit ITB, Bandung.
Hostettmann, K., Hostettmann, M., and Marston, A., 1986, Cara Kromatografi PreparatifPenggunaan Pada Isolasi Senyawa Alam, Penerbit ITB, Bandung, pp. 9-11.
Kurniati, H., 2011, Uji Efektivitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis.) sebagai Antibakteri Salmonella typhi Penyebab Tifus, skripsi, UniversitasBengkulu, Bengkulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.
Khunaifi, M., 2010, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia(Ten.) Steenis) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonasaeruginosa., skripsi, Universitas Islam Negeri Malana Malik Ibrahim, Malang.
Mann, J., Davidson, R. S., Hobbs, J. B., Banthorpe, D. V., Harbone, J. B., 1994, NaturalProducts: Their Chemistry and Biological Significance, Prenticehall, Inggris, pp. 339.
Manoi, F., 2009, Binahong (Anredera cordifolia) Sebagai Obat, Warta Penelitian danPengembangan Tanaman 4 Industri, Volume 15 Nomor 1.
Octavia, D. R., 2009, Uji Aktivitas Penangkap Radikal Ekstrak Petroleum Eter, Etil Asetatdan Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) dengan MetodeDPPH (2,2-difenil-1- pikrihidrazil). skripsi, Univerversitas Muhammadiyah, Surakarta.
Panji, T., 2012, Teknik Spektroskopi untuk Elusidasi Struktur Molekul, Graha Ilmu,Yogyakarta, pp. 3-4; 56-57.
Tobing, R. L., 1989, Kimia Bahan Alam (Suatu Penelitian Kepustakaan), DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, pp. 131-132.
Umi, 2011, Metode Ekstraksi, www.fitokimiaumi.pdf, diakses tanggal 2 Maret 2012.
Wibisono, R. S., 2010, Penetapan Kadar Asam Ursolat dalam Ekstrak Daun Binahong(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja TinggiFase Terbalik, skripsi, 38, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Determinasi Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 2. Contoh Perhitungan Nilai Rf KLT
Rf =
Kromatografi Lapis Tipis 3
I. Fase gerak kloroform
Rf =,
= 0,85
II. Fase gerak kloroform : metanol (1:1)
Rf = = 0,7
III. Fase gerak metanol
Rf =,
= 0,55
Lampiran 3. Spektrum UV/Vis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 4. Spektrum GC-MS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 5. Spektrum IR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
BIOGRAFI PENULIS
Wilfrida Maria Du’a merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan Frederikus Mena dan Yosefina Wawo.
Lahir di Kupang pada tanggal 7 Oktober 1989. Pendidikan awal
dimulai di Taman Kanak-kanan Sta. Maria Assumpta Kupang pada
tahun 1995-1996. Dilanjutkan ke Sekolah Dasar Katolik Don
Bosco II Kupang pada tahun 1996-1999 dan menyelesaikan sekolah
dasar di Sekolah Dasar Katolik Ngedukelu pada tahun 1999-2002.
Pendidikan Menengah dilakukan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri II Bajawa
pada tahun 2002-2005 dan pada tahun 2005-2008 melanjutkan di Sekolah Menengah Atas
Negeri I Bajawa kemudian menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Sanata Dharma pada
Tahun 2008. Selama menempuh kuliah, penulis aktif dalam beberapa kegiatan
kemahasiswaan, yaitu Sie Dekorasi dan Dokumentasi PpnEC 2010, aktif menjadi anggota
Unit Kegiatan Fakultas (UKF) Dance Fakultas Farmasi 2008-2010, UKF Paduan Suara
Veronica 2009-2010 dan Komunitas Sant Egidio 2009-2012. Selain itu, penulis juga aktif
dalam kegiatan akademik dengan menjadi Asisten Dosen Praktikum Kimia Analisis dan
Farmasi Fisika pada tahun 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI