identifikasi stresor mahasiswa universitas muria kudus · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua...

17
173 Seminar Nasional Educational Wellbeing IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS Fajar Kawuryan Fakultas Psikologi, Universitas Muria Kudus [email protected] Rr. Dwi Astuti Fakultas Psikologi, Universitas Muria Kudus [email protected] Abstrak Stres adalah pengalaman emosional negatif yang disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres. Mahasiswa sebagai individu tak lepas dari stres, karena stres merupakan bagian kehidupan manusia, namun individu dapat mengalami masalah fisik, psikologis, sosial dan perilaku jika tidak mampu mengatasi stres yang dialaminya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab stres pada mahasiswa Universitas Muria Kudus. Sampel diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik, Agroteknologi, dan Psikologi yang teridentifikasi mengalami stres. Data diambil dengan angket. Hasil angket dianalisis dengan statistika deskriptif berupa diagram. Berdasarkan data yang terkumpul teridentifikasi bahwa tingkat stres mahasiswa cenderung ringan sedang. Stresor psikologis dirasakan sebagai penyebab stres yang terbesar. Stresor fisik yang paling banyak dirasakan mahasiswa adalah kondisi fisik yang lemah dan mudah lelah. Stresor psikologis yang paling banyak dirasakan mahasiswa adalah kecemasan tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas kuliah, sedangkan stresor sosial budaya yang paling banya dirasakan mahasiswa adalah konflik dengan teman dekat/lawan jenis. Efek stres yang paling banyak dirasakan mahasiswa adalah sakit kepala. Kata kunci: stres, stresor, mahasiswa Kegembiraan adalah hal yang semakin lama semakin dirasa sulit dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak yang berusia di bawah lima tahun sudah harus dapat membaca, menulis, dan berhitung sederhana sebelum masuk SD. Anak- anak SD dan SMP harus dapat meraih nilai yang terbaik dari setiap mata pelajaran yang mereka ambil dan memiliki sertifikat kejuaraan agar dapat diterima di SMA favoritnya. Siswa SMA harus mempersiapkan diri dengan berbagai macam bimbingan belajar agar dapat masuk di fakultas dan perguruan tinggi idamannya. Mahasiswa yang secara usia lebih matang dibanding ketika SD, SMP, dan SMA

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

173Seminar Nasional Educational Wellbeing

IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS

Fajar KawuryanFakultas Psikologi, Universitas Muria Kudus

[email protected]

Rr. Dwi AstutiFakultas Psikologi, Universitas Muria Kudus

[email protected]

Abstrak

Stres adalah pengalaman emosional negatif yang disertai perubahan reaksibiokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah ataumenyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres. Mahasiswa sebagaiindividu tak lepas dari stres, karena stres merupakan bagian kehidupan manusia,namun individu dapat mengalami masalah fisik, psikologis, sosial dan perilaku jikatidak mampu mengatasi stres yang dialaminya. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui penyebab stres pada mahasiswa Universitas Muria Kudus. Sampeldiambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi,Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik, Agroteknologi, dan Psikologi yangteridentifikasi mengalami stres. Data diambil dengan angket. Hasil angket dianalisisdengan statistika deskriptif berupa diagram. Berdasarkan data yang terkumpulteridentifikasi bahwa tingkat stres mahasiswa cenderung ringan sedang. Stresorpsikologis dirasakan sebagai penyebab stres yang terbesar. Stresor fisik yang palingbanyak dirasakan mahasiswa adalah kondisi fisik yang lemah dan mudah lelah.Stresor psikologis yang paling banyak dirasakan mahasiswa adalah kecemasan tidakdapat menyelesaikan tugas-tugas kuliah, sedangkan stresor sosial budaya yangpaling banya dirasakan mahasiswa adalah konflik dengan teman dekat/lawan jenis.Efek stres yang paling banyak dirasakan mahasiswa adalah sakit kepala.

Kata kunci: stres, stresor, mahasiswa

Kegembiraan adalah hal yang semakin lama semakin dirasa sulit dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak yang berusia di bawah lima tahun sudah

harus dapat membaca, menulis, dan berhitung sederhana sebelum masuk SD. Anak-

anak SD dan SMP harus dapat meraih nilai yang terbaik dari setiap mata pelajaran

yang mereka ambil dan memiliki sertifikat kejuaraan agar dapat diterima di SMA

favoritnya. Siswa SMA harus mempersiapkan diri dengan berbagai macam

bimbingan belajar agar dapat masuk di fakultas dan perguruan tinggi idamannya.

Mahasiswa yang secara usia lebih matang dibanding ketika SD, SMP, dan SMA

Page 2: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

174Seminar Nasional Educational Wellbeing

ternyata juga masih banyak mengalami tekanan kaitannya dengan tugas menuntut

ilmunya, disamping masalah-masalah kehidupan yang lain.

Berdasarkan wawancara penulis secara acak dengan 15 orang mahasiswa di

perguruan tinggi tempat penulis bekerja, semuanya terindikasi mengalami stres.

Para mahasiswa tersebut mengaku, ada yang dirasa membebani pikiran dan

perasaannya ketika banyak tugas kuliah belum diselesaikan, keluarga bermasalah,

berkonflik dengan teman dekatnya, trauma akibat mengalami peristiwa yang tidak

diinginkan, tunggakan SPP yang belum bisa dilunasi, dan membagi waktu antara

kuliah dan kerja. Mahasiswa mengeluh kepala pusing, sulit berkonsentrasi, malas

beraktifitas, cepat lelah, dan mengalami gangguan pencernaan ketika merasa stres.

Beberapa diantaranya mengalami penurunan cukup signifikan dalam prestasi

belajarnya dan menarik diri dari pergaulan (Wawancara, 3 Desember 2013).

Pada sebagian remaja, hambatan-hambatan dalam kehidupan mereka akan

sangat mengganggu kesehatan fisik dan emosi, motivasi menjadi rendah berkaitan

dengan semakin banyak tuntutan untuk sukses di sekolah. Masalah-masalah yang

banyak dialami remaja tersebut merupakan manifestasi dari stres (Karlina, 2010).

Berbagai macam hal dapat dialami manusia akibat pengelolaan stres yang

kurang tepat, seperti insomnia, depresi, kebosanan, kinerja yang buruk, pusing,

gangguan pencernaan, hubungan yang kurang harmonis dengan orang-orang di

sekitarnya, usus buntu, serangan jantung, kanker, kerusakan saraf, dan mungkin

kecemasan yang tidak pernah ada akhirnya sehingga memicu individu untuk

melakukan bunuh diri. Hal ini tentu saja tidak hanya merugikan individu, tetapi juga

merugikan orang-orang lain di sekitarnya; misalnya lingkungan keluarga, kerja,

sekolah, dan masyarakat (Looker dan Gregson, 2005).

Dalam tinjauan psikologi, stres diartikan sebagai suatu keadaan psikologis

dimana seseorang merasa tertekan karena persoalan yang dihadapi. Persoalan yang

berkepanjangan tanpa ada suatu penyelesaian yang jelas dapat menjadi tekanan

psikologis dan tekanan ini dapat mengganggu fungsi psikologis seseorang secara

umum. Taylor (Durand dan Barlow, 2006) mendefinisikan stres sebagai pengalaman

emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan

perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi

yang menyebabkan stres.

Beberapa orang tidak menyadari ketika dirinya sedang mengalami stres,

individu hanya merasa pusing, cepat lelah, dan staminanya menurun. Hal ini justru

berbahaya, karena jika tidak segera dilakukan mekanisme penyesuaian diri yang

tepat untuk menyelesaikan stressor (penyebab stres), maka stres yang

berkepanjangan dapat menjadi ‘bom waktu’ yang suatu saat dapat membuat individu

Page 3: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

175Seminar Nasional Educational Wellbeing

mengalami gangguan mental yang lebih berat. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan Daradjat (2006) bahwa kecemasan yang berat dan berlangsung lama

akan menurunkan kemampuan dan efisiensi seseorang dalam menjalankan fungsi-

fungsi hidupnya dan pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai macam gangguan

jiwa.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan pentingnya mahasiswa

menyadari stres yang dialami. Mengingat stres dapat menjadi salah satu

penghambat pencapaian prestasi bidang akademik dan non akademik pada

mahasiswa, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Identifikasi Stressor Mahasiswa” dengan rumusan masalah “Seberapa tinggikah

tingkat stres mahasiswa, apa saja yang menyebabkan mahasiswa mengalami stres,

dan dampak apa yang ditimbulkan dari stres yang dialami tersebut ?“

Stres didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada

sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan

untuk mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana kita

memandang bahwa kita dapat mengatasi semua tuntutan yang menentukan apakah

kita tidak merasakan stres, merasakan distres, atau eustres (Looker dan Gregson,

2005). Senada dengan pendapat tersebut, Gmelch dan Burns (1994) menyatakan

stres adalah hasil interpretasi individu terhadap stimulus dan hal-hal lain di

lingkungan mereka.

Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses

berfikir, dan kondisi seseorang (Handoko, 1997). Fieldman (2012) mendefinisikan

stres adalah suatu proses yang menilai peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam,

menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peritiwa itu pada level

fisiologis, emosional, kognitif, dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stres dapat

positif (misalnya : mempersiapkan pernikahan) atau negatif (misalnya : kematian

anggota keluarga). Sesuatu dirasakan sebagai peristiwa yang menekan atau tidak

tergantung pada respon yang diberikan individu.

Taylor (2003) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif

disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan

untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres.

Senada dengan dua pendapat tersebut, Arumwardhani (2011) menyatakan stres

adalah tekanan yang dialami individu dalam usaha pencapaian target terhadap

standar pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Lazarus dan Folkman (1986)

mendefinisikan stres sebagai keadaan internal yang diakibatkan oleh tuntutan fisik

dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan,

tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.

Page 4: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

176Seminar Nasional Educational Wellbeing

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa stres adalah

pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis,

kognitif, dan perilaku yang muncul berkaitan dengan tidak terpenuhinya tuntutan

pemenuhan kebutuhan hidup dan bertujuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi

yang menyebabkan stres (stresor).

Stresor adalah faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres. Secara umum,

Prawirohusodo (1988) menggolongkan stresor dalam tiga golongan, yaitu :

a. Stresor fisik-biologik, misalnya : kondisi dingin, panas, infeksi, rasa nyeri,

pukulan

b. Stresor psikologis, misalnya : perasaan takut, khawatir, cemas, marah, kecewa,

kesepian, jatuh cinta

c. Stresor sosial budaya, misalnya : menganggur, perceraian, perselisihan, kondisi

ekonomi yang tidak stabil, keamanan yang rawan

Lazarus dan Folkman (1986) membagi stresor menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Fisik

b. Lingkungan sosial

c. Pikiran dan perasaan individu yang dianggap sebagai ancaman

Menurut Looker dan Gregson (2005), beberapa hal yang dapat menyebabkan

stres adalah :

1. Tipe kepribadian; orang-orang bertipe kepribadian A bertempur dengan gigih

untuk mencapai dan mempertahankan kendali dan ketika mereka merasa

sedang tertantang atau terancam. Setiap kali orang-orang tipe A merasa

terancam dan tertantang, mereka secara otomatis memicu respons stress untuk

bereaksi.

2. Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan; yaitu krisis-krisis yang terjadi dalam

sepanjang hidup manusia, misalnya sakit dan luka pada diri, keluarga, dan

teman, perceraian, masalah dengan anak, kesulitan keuangan, masalah

pekerjaan, pindah rumah baru, ganti pekerjaan, anak-anak yang mulai sekolah,

anak-anak yang meninggalkan kita untuk berumahtangga.

3. Situasi keluarga, sosial, dan kerja; banyak orang mendapati bahwa sebagian

besar distress dalam hidupnya timbul dari hubungannya dengan orang lain, baik

dalam keluarga, lingkungan sosial, maupun tempat kerja. Misalnya : masalah

dengan pasangan hidup, dengan anak-anak, dengan teman, dengan tetangga,

dengan bos, ataupun sesama rekan kerja.

Page 5: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

177Seminar Nasional Educational Wellbeing

Secara lebih spesifik, stresor menurut Maramis, dkk. (1980) dibagi dalam

empat bentuk, yaitu :

1. Krisis; adalah perubahan/peristiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan

keseimbangan jiwa seseorang di luar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari.

Misalnya krisis di bidang usaha, kematian, masuk kerja untuk pertama kali,

bencana alam, usaha yang maju terlalu cepat, secara tak terduga mendapat

undian hadiah besar, perceraian, di-PHK oleh tempat kerja

2. Frustrasi; adalah kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan,

dorongan naluri, sehingga menimbulkan kekecewaan. Frustrasi timbul jika niat

atau usaha seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan (dari luar diri individu,

misalnya : kelaparan, kematian, musim kering dan dari dalam diri individu,

misalnya : kelelahan, cacat mental, rasa rendah diri) yang menghambat

kemajuan cita-cita yang hendak dicapainya

3. Konflik; adalah pertentangan antara dua keinginan/kekuatan yaitu kekuatan yang

mendorong naluri dan kekuatan yang mengendalikan dorongan-dorongan naluri

tersebut. Konflik terjadi jika individu tidak dapat memilih salah satu diantara dua

atau lebih kebutuhan atau tujuan.

4. Tekanan

Stres dapat timbul dari tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang

harus ditanggungnya (dari dalam diri sendiri, misalnya : cita-cita, sedangkan dari

luar diri, misalnya : istri yang terlalu menuntut banyak uang dari suami, orangtua

yang menuntut anaknya berprestasi, beban kerja)

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi stres (stersor) adalah kondisi fisik-biologik, kondisi

psikologis, dan kondisi sosial budaya individu.

Looker dan Gregson (2005) menyatakan tanda-tanda orang yang mengalami

stres, adalah :

a. Tanda-tanda fisik :

1. Jantung berdebar-debar

2. Sesak nafas, gumpalan lendir di tenggorokan, napas pendek dan cepat

3. Mulut kering, gangguan pencernaan

4. Diare, sembelit, perut kembung

5. Ketegangan otot secara keseluruhan, khususnya rahang dan gigi

6. Gelisah, hiperaktif, menggigit kuku, meremas-remas tangan

7. Lelah, capek, lesu, sulit tidur, sedih, sakit kepala, sering flu

8. Berkeringat khususnya di telapak tangan, merasa gerah

Page 6: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

178Seminar Nasional Educational Wellbeing

9. Sering buang air kecil

10. Makan berlebihan, hilang selera makan, beberapa makin banyak merokok

dan mengkonsumsi alkohol

11. Kurang bergairah

b. Sedangkan gejala mental adalah :

1. Cemas, kecewa, menangis, rendah diri, putus asa, gelisah, depresi

2. Tidak sabar, mudah tersinggung, marah, melawan, dan agresi

3. Frustrasi, bosan, merasa tertolak, terabaikan, tidak aman, rentan

4. Hilang kepedulian pada penampilan diri, kesehatan, makanan, seks, harga

diri rendah, hilang ketertarikan pada orang lain

5. Tergesa-gesa, mengerjakan banyak hal sekaligus

6. Gagal menyelesaikan satu tugas sebelum beralih ke tugas berikutnya

7. Sulit berfikir jernih, konsentrasi dan membuat keputusan, pelupa, kurang

kreatif, irasional, menunda-nunda pekerjaan, sulit memulai pekerjaan

8. Rentan membuat kesalahan dan melakukan kecelakaan

9. Tidak fleksibel, over-reaktif, tidak produktif, dan efisiensi buruk

Taylor (2003) menyatakan tanda-tanda atau gejala stres adalah :

1. Aspek emosional, meliputi : merasa cemas, merasa ketakutan, merasa mudah

marah, merasa suka murung, dan merasa tidak mampu menanggulangi

2. Aspek kognitif, meliputi : penghargaan atas diri rendah, takut gagal, tidak mampu

berkonsentrasi, mudah bertindak memalukan, khawatir akan masa depannya,

mudah lupa, dan emosi tidak stabil

3. Aspek perilaku sosial, meliputi : jika berbicara gagap atau gugup dan kesukaran

bicara lainnya, enggan bekerja sama, tidak mampu relaks, menangis tanpa

sebab yang jelas, bertindak impulsif atau bertindak sesuka hati, mudah kaget

atau terkejut, menggertakkan gigi, frekuensi merokok meningkat, penggunaan

obet-obatan dan alkohol meningkat, mudah mengalami kecelakaan, dan

kehilangan nafsu makan/makan berlebihan

4. Aspek fisiologis, meliputi : berkeringat, detak jantung meningkat, menggigil atau

gemetaran, gelisah atau gugup, mulut dan kerongkongan kering, mudah letih,

sering buang air kecil, bermasalah tidur, diare/ketidaksanggupan

mencerna/muntah, perut melilit atau sembelit, sakit kepala, tekanan darah tinggi,

sakit leher, dan sakit punggung bawah

Page 7: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

179Seminar Nasional Educational Wellbeing

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan ciri-ciri

individu yang stres adalah mengalami masalah pada aspek emosional, kognitif,

perilaku sosial, dan fisiologisnya.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi stresor pada mahasiswa.

Metode PenelitianPopulasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muria Kudus

yang terklasifikasi dalam enam fakultas, yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomi,

Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Teknik, Fakultas

Agroteknologi, dan Fakultas Psikologi yang teridentifikasi mengalami stres.

Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data berupa angket,

yaitu angket tingkat stres dan angket stresor mahasiswa. Angket dibuat berdasarkan

kebutuhan data yang akan dieksplorasikan dalam penelitian, yaitu mengidentifikasi

tingkat stres mahasiswa dan mengungkap penyebab stres pada mahasiswa. Angket

bersifat terbuka dan tertutup.

Angket identifikasi stres yang dipakai dalam penelitian ini adalah adaptasi

DASS (Depression, Anxiety, and Stress Scales) dari Ilmuwan Melbourne University;

Lovibond, S.H dan Lovibon, P.F. Sedangkan untuk identifikasi stresor dibuat angket

berdasarkan jenis-jenis stresor dari Prawirohusodo (1988), yaitu stresor fisik-biologik,

psikologis, dan sosial budaya.

Pemilihan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik quota

sampling, yaitu memilih 120 mahasiswa dari enam fakultas yang ada di Universitas

Muria Kudus, masing-masing 20 mahasiswa dari Fakultas Ekonomi, Hukum,

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik, Agroteknologi, dan Psikologi.

Data-data yang terkumpul dari responden akan dilakukan penyuntingan

(editing), pengkodean (coding), kemudian ditabulasi. Data deskriptif yang didapat

dari penelitian ini akan dianalisis dengan analisis statistika deskriptif berupa diagram.

Hasil PenelitianKategorisasi Stres Mahasiswa

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan terhadap angket yang

disebarkan kepada 120 mahasiswa dari enam fakultas yaitu Fakultas Ekonomi,

Hukum, Teknik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Agroteknologi, dan

Psikologi Universitas Muria Kudus teridentifikasi bahwa 44 mahasiswa (37%)

mengalami stres ringan, 38 mahasiswa (32%) mengalami stres dalam tingkat

sedang, 33 mahasiswa (27%) mengalami stres dalam tingkat berat, dan lima

Page 8: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

180Seminar Nasional Educational Wellbeing

mahasiswa (4%) mengalami stres sangat berat. Hal ini dapat terlihat dari Diagram 1

berikut.

Diagram 1. Kategorisasi tingkatan stres yang dialami mahasiswa

B. Stresor Fisik-Biologis MahasiswaHasil angket stres mahasiswa yang disebabkan karena faktor fisik-biologis :

25 mahasiswa (21%) menderita stres disebabkan sakit yang diderita, 53 mahasiswa

(44%) karena kondisi fisik yang lemah sehingga mudah lelah dan kurang stamina, 13

mahasiswa (11%) stres disebabkan kondisi fisik yang kurang sempurna, 11

mahasiswa (9%) mudah tertular penyakit, dan 18 mahasiswa (15%) mengalami stres

disebabkan faktor fisik-biologis lain seperti merasa memiliki penampilan yang kurang

menarik (memiliki wajah, warna kulit, tinggi badan, serta berat badan yang kurang

ideal). Rekap hasil stresor fisik-biologis dapat dilihat dalam Diagram 2 berikut.

Page 9: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

181Seminar Nasional Educational Wellbeing

Diagram 2. Sebaran faktor-faktor yang menjadi stresor fisik biologis yang dirasakan

mahasiswa

Stresor Psikologis

Berkaitan dengan faktor psikologis, hasil angket berkaitan dengan kondisi

psikologis yang menyebabkan mahasiswa merasa tertekan adalah kecemasan tidak

dapat menyelesaikan tugas-tugas kuliah dialami 38 mahasiswa (32%), kecemasan

dan kekecewaan berkaitan dengan masalah percintaan (cinta bertepuk sebelah

tangan, takut diputus pacar) dialami sebanyak 16 mahasiswa (13%), kecemasan

berkaitan dengan memiliki pengalaman traumatis dialami 25 mahasiswa (21%),

amarah yang tidak tersalurkan dialami 26 mahasiswa (22%), dan stres yang

disebabkan faktor psikologis lainnya (cemas menghadapi ujian akhir semester dan

skripsi, tertekan karena sering dibully teman, stres disebabkan masalah yang tidak

terselesaikan, tuntutan lingkungan yang tidak sesuai kemampuan, dan masalah

pribadi yang tak kunjung selesai) sebanyak 15 mahasiswa (12 %). Hal ini dapat

dilihat dalam Diagram 3 berikut ini.

Page 10: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

182Seminar Nasional Educational Wellbeing

Diagram 3. Sebaran faktor-faktor yang menjadi stressor psikologis yang dialami

mahasiswa

Stresor Sosial Budaya

Berdasarkan angket, faktor sosial budaya yang menyebabkan mahasiswa

mengalami stres adalah : konflik dengan teman dekat (sahabat, pacar) dialami 56

mahasiswa (47%), konflik dengan keluarga dialami 28 mahasiswa (23%) meliputi

orangtua yang ingin memaksakan kehendak ke anak, perceraian orangtua, dan

orangtua yang kurang perhatian ke anak, sedangkan stres disebabkan sakit yang

diderita salah satu anggota keluarga dirasakan 13 mahasiswa (11%), konflik di

tempat kerja termasuk beban kerja yang berat, masalah dengan rekan kerja,

masalah membagi waktu kerja dengan kuliah dialami 9 mahasiswa (7%), sedangkan

faktor sosial budaya lain yaitu tidak mampu mengikuti tren masa kini sebanyak 14

mahasiswa (12%). Rekap dapat dilihat pada Diagram 4 berikut ini.

Page 11: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

183Seminar Nasional Educational Wellbeing

Diagram 4. Sebaran faktor-faktor yang menjadi stressor sosial budaya yang dialami

mahasiswa

Urutan Stresor

Diantara ketiga faktor penyebab stres, maka sebanyak 73 mahasiswa (61%)

menyatakan faktor psikologis sebagai faktor dominan pemicu stres disusul kondisi

fisik-biologis sebesar 22% (27 mahasiswa), dan faktor sosial budaya sebesar 17%

(20 mahasiswa).

Diagram 5. Prosentase Stressor Mahasiswa

Efek Stres Mahasiswa

Berdasarkan angket, teridentifikasi bahwa 13% (16 mahasiswa) mengalami

gangguan pencernaan, 47% (56 mahasiswa) mengalami sakit kepala, 3% (empat

mahasiswa) mengalami gangguan kulit, 8% (sembilan mahasiswa) mengalami

tekanan darah tinggi, 11% (13 mahasiswa) mengalami gangguan pernafasan, dan

18% (22 mahasiswa) mengalami gangguan yang lain, meliputi insomnia (tidak bisa

tidur), sulit berkonsentrasi, mudah cemas dan bingung, badan lemas, malas, jantung

berdebar-debar, menjadi lebih sensitif dan emosional, serta minder dengan lawan

jenis. Hal ini terlihat dalam Diagram 6 berikut ini.

Page 12: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

184Seminar Nasional Educational Wellbeing

Diagram 6. Efek dari stres yang dialami mahasiswa

KesimpulanStres merupakan bagian yang normal dalam hidup dan tidak sepenuhnya

buruk. Misalnya, tanpa stres individu bisa jadi tidak cukup termotivasi untuk

menyelesaikan tanggung jawab yang harus ditunaikan. Meskipun demikian, tak

terpungkiri bahwa terlalu banyak stres dapat mempengaruhi kesehatan fisik ataupun

psikologis individu (Fieldman, 2012). Menurut Budiman (2002), stres merupakan

bagian kehidupan manusia, sehingga tidak perlu ditakuti dan dihindari. Setiap saat

stres dapat muncul dan mengganggu aktivitas kehidupan, untuk itu yang perlu

dikembangkan adalah kemampuan manusia dalam menghadapi berbagai masalah

sehingga dalam kehidupan didapat kebahagiaan dan kepuasan.

Adanya tingkat perbedaan stres mahasiswa dapat dijelaskan dengan

pendapat para ahli berikut. Menurut Lazarus & Folkman (1986) derajat suatu

peristiwa dapat dianggap sebagai stres berbeda antara satu orang dengan orang

lain. Artinya, orang memiliki perbedaan dalam tingkat mana mereka menilai peristiwa

yang sama sebagai dapat dikendalikan, dapat diprediksikan, dan menantang

kemampuan dan konsep dirinya. Sebagian besar penilaian itulah yang

mempengaruhi tingkat stres yang dirasakan dari suatu peristiwa. Jika individu

merasa dapat mengendalikan, memprediksi, dan beradaptasi dengan suatu peristiwa

yang terjadi dalam dirinya maka tingkat stres individu cenderung lebih rendah

dibandingkan dengan individu yang kurang mampu mengendalikan, memprediksi,

beradaptasi dengan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka.

Page 13: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

185Seminar Nasional Educational Wellbeing

Pendapat sedikit berbeda dikemukakan oleh Smet (1994), yaitu reaksi

terhadap stres bervariasi antara orang satu dengan yang lain dan dari waktu ke

waktu pada orang yang sama, karena pengaruh variabel-varibel sebagai berikut :

a. Kondisi individu, seperti : umur, tahap perkembangan, jenis kelamin,

temperamen, inteligensi, tingkat pendidikan, kondisi fisik

b. Karakteristik kepribadian, seperti : introvert atau ekstrovert, stabilitas emosi

secara umum, ketabahan, locus of control

c. Variabel sosial-kognitif, seperti ; dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial

d. Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima, integrasi

dalam jaringan sosial

e. Strategi coping.

Prawirohusodo (1988) menggolongkan kondisi dingin, panas, infeksi, rasa

nyeri, pukulan sebagai stresor fisik-biologik. Senada dengan pendapat di atas,

Ninggalih (2013) menyatakan kondisi lingkungan fisik, seperti: kebisingan, suhu yang

terlalu panas, kesesakan, angin badai, migrasi, dan kerugian akibat teknologi

modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir dapat dirasakan sebagai

stresor. Jadi dapat disimpulkan, stresor fisik dapat berasal dari diri individu sendiri

maupun dari lingkungan.

Holmes and Rahe Social Readjustment Rating Scale yang berisi daftar urutan

peristiwa-peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, menempatkan faktor fisik

yaitu luka dan sakit yang diderita individu dalam skala 53 dari nilai skala tertinggi

(100), selain kehamilan dan masalah seksual (Holmes dan Rahe dalam Atkinson,

dkk., 1983). Berdasarkan hasil skala tersebut dapat dikatakan bahwa sebagai stresor

fisik, sakit yang diderita individu dirasakan cukup menimbulkan tekanan dalam hidup.

Hal ini menjelaskan hasil angket tentang stresor fisik-biologis mahasiswa.

Berkaitan dengan stresor psikologis terbanyak yang dialami mahasiswa

adalah kecemasan tidak maksimal mengerjakan tugas kuliah, emosi yang tidak

tersalurkan, kekecewaan dan pengalaman traumatis dapat dijelaskan dengan

pendapat para tokoh berikut. Faktor psikologis seperti negative thinking, sikap

permusuhan, iri hati, dendam, frustrasi, kegagalan, kekecewaan, dan sejenisnya

dapat menjadi stresor psikologis pada sebagian individu. Peristiwa kehidupan yang

dianggap paling menekan dalam Holmes and Rahe Social Readjustment Rating

Scale adalah kematian pasangan hidup (Atkinson, dkk., 1983). Jika dilihat sekilas,

nampaknya kematian pasangan hidup adalah stresor sosial, namun jika dilihat dari

dampaknya maka kematian pasangan hidup itu menjadi stresor psikologis. Hal ini

sesuai hasil penelitian Parkers, Benjamin, dan Fitzgerald (Atkinson, 1983) yang

Page 14: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

186Seminar Nasional Educational Wellbeing

menemukan bahwa kehilangan pasangan hidup menyebabkan para laki-laki yang

menjadi duda karena kematian pasangan hidupnya mengalami depresi sangat tinggi

dan berakibat kematian. Prawirohusodo (1988) menyatakan perasaan takut,

khawatir, cemas, marah, kecewa, kesepian, jatuh cinta dapat menjadi stresor

psikologis pada manusia.

Berkaitan dengan hasil angket tentang stresor sosial budaya pada

mahasiswa yang menempatkan konflik dengan teman dekat dan keluarga, rekan

kerja, serta tuntutan gaya hidup dapat dijelaskan dengan pendapat para ahli berikut

ini. Menurut Prawirohusodo (1988) menganggur, perceraian, perselisihan, kondisi

ekonomi yang tidak stabil, keamanan yang rawan dapat menjadi penyebab terjadinya

stres pada manusia. Holmes and Rahe Social Readjustment Rating Scale (Atkinson,

dkk., 1983) mencatat banyak peristiwa-peristiwa kehidupan yang berkaitan dengan

faktor sosial dan budaya sebagai penyebab stres, misalnya perceraian, kematian

orang dekat, masalah keluarga, masalah di tempat kerja, sekolah, tempat tinggal,

dan perubahan-perubahan aktivitas-aktivitas dalam keseharian.

Faktor psikologis menempati prosentase terbesar sebagai penyebab stres

bisa jadi karena faktor psikologis seringkali terjadi sebagai dampak dari stres fisik-

biologik dan stres sosial budaya yang terjadi dalam kehidupan individu. Hal ini

terbukti dari hasil interview dengan responden, bahwa masalah penampilan dan

kondisi fisik dapat membuat mereka kurang percaya diri, masalah kondisi kesehatan

memicu kecemasan, masalah dengan keluarga, teman, rekan kerja dan tren gaya

hidup yang materialistik dan hedonis memicu responden mengalami kesedihan,

kegelisahan, dan kurang motivasi/fokus.

Respon individu terhadap stres biasanya kompleks dan bervariasi, tergantung

pada stresornya, kapan waktunya, sifat orang yang mengalami stres, dan bagaimana

orang yang mengalami stres bereaksi terhadap stresornya (Pinel, 2009). Masalah

fisik yang dikenal sebagai gangguan psikofisiologis sering kali muncul atau

diperparah oleh stres yang dikenal dengan gangguan psikosomatis. Cohen, dkk

(Fieldman, 2012) menyatakan gangguan psikofisiologis yang umum bergerak dari

masalah-masalah besar seperti tekanan darah tinggi hingga kondisi yang tidak serius

seperti sakit kepala, sakit punggung, ruam kulit, masalah pencernaan, kelelahan, dan

konstipasi. Stres bahkan dikaitkan dengan penyakit flu.

Penelitian tentang hubungan antara variabel-variabel kejiwaan dan kesehatan

fisik telah menjadi bagian yang makin penting dalam riset antardisipliner. Alergi, sakit

kepala migrain, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, bisul dan bahkan jerawat

adalah penyakit yang diperkirakan berhubungan dengan stres emosional. Jika kerja

sistem saraf yang otomik yang menyiapkan seseorang untuk bertindak dalam

Page 15: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

187Seminar Nasional Educational Wellbeing

keadaan darurat diperpanjang, hal tersebut dapat menjurus ke arah kekacauan fisik

seperti bisul, tekanan darah tinggi, dan serangan jantung (Atkinson, dkk., 1983).

Lebih lanjut Atkison, dkk. (1983) menjelaskan bahwa stres yang gawat

(berlangsung melalui sistem urat saraf pusat untuk mengubah keseimbangan

hormon) dapat juga merusak respons daya tahan seseorang, mengurangi

kemampuan melawan bakteri dan virus-virus yang menyerang, sehingga sangat

tepat jika diperkirakan lebih dari 50% segala masalah kesehatan dipengaruhi oleh

stres emosional. Looker dan Gregson (2005) menyatakan berbagai macam hal dapat

dialami manusia akibat pengelolaan stres yang kurang tepat, seperti insomnia,

depresi, kebosanan, kinerja yang buruk, pusing, gangguan pencernaan, hubungan

yang kurang harmonis dengan orang-orang di sekitarnya, usus buntu, serangan

jantung, kanker, kerusakan saraf, dan mungkin kecemasan yang tidak pernah ada

akhirnya sehingga memicu individu untuk melakukan bunuh diri. Hal ini tentu saja

tidak hanya merugikan individu, tetapi juga merugikan orang-orang lain di sekitarnya;

misalnya lingkungan keluarga, kerja, sekolah, dan masyarakat

Hasil angket efek stres pada mahasiswa sesuai dengan penelitian American

Psychological Assosiation (APA) bahwa stres dapat berefek pada fisik, emosional,

dan perilaku individu. Efek stres pada fisik adalah sakit kepala, ketegangan/nyeri

otot, nyeri dada, kelelahan, perubahan dalam gairah seks, gangguan perut, dan

masalah tidur. Efek stres pada perasaan atau emosi adalah kekecewaan, gelisah,

kurang fokus dan kurang motivasi, lekas marah, dan kesedihan/depresi. Efek stres

pada perilaku adalah kurang nafsu makan atau sebaliknya makan berlebihan,

kemarahan yang meledak-ledak, penyalahgunaan obat atau alkohol, penarikan

sosial, dan merokok.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa mahasiswa rata-rata mengalami

stres dalam tingkat ringan sedang. Faktor psikologis dirasakan sebagai penyebab

stres yang paling dominan. Stresor fisik yang paling banyak dirasakan mahasiswa

adalah kondisi fisik yang lemah dan mudah lelah, stresor psikologis yang paling

banyak dirasakan mahasiswa adalah kecemasan tidak dapat menyelesaikan tugas-

tugas kuliah, sedangkan stresor sosial budaya yang paling banyak dirasakan

mahasiswa adalah konflik dengan teman dekat dan lawan jenis. Efek stres yang

paling banyak dirasakan mahasiswa adalah sakit kepala.

Page 16: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

188Seminar Nasional Educational Wellbeing

Daftar Pustaka

Arumwardhani, A. 2011. Psikologi Kesehatan. Galangpress : Yogyakarta.

Atkinson, dkk. 1983. Pengantar Psikologi. Edisi Kedelapan. Terjemahan Nurdjannah

Taufiq dan Agus Dharma. Penerbit Erlangga : Jakarta

Daradjat, Z. 1995. Kesehatan Mental. Gunung Agung : Jakarta

Durand, V. M. Dan Barlow, D. H. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Edisi ke-4. Alih

Bahasa : Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Pustaka Pelajar:

Yogyakarta

Fieldman, R.S. 2012. Pengantar Psikologi. Penterjemah : Petty Gina Gayatri dan

Putri Nurdina Sofyan. Penerbit Salemba Humanika : Jakarta

Gmelch, W.H. dan Burns, J.S. 1994. Sources of Stress for Academic Department

Chairpersons. Journals of Educational Administration, Vol. 32, No. 1, Hlm. 79-

94

Handoko, T. H. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2.

BPFE : Yogyakarta

Hutasoit, Diana Janice, 2014. Hubungan Kerdasan Emosional Dengan Tingkat Stres

Belajar Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Advent Indonesia

Bandung. Skripsi (tidak diterbitkan). Bandung: Universitas Advent Indonesia

Karlina, A. 2010. Pengertian Remaja. http://blog.com/2010/01/06. Diakses tanggal 7

Agustus 2014

Looker, T. Dan Gregson, O. 2005. Managing Stress. Alih Bahasa : Haris Setiawati.

Yogyakarta : Pustakabaca

Lazarus, R.S. dan Folkman, S. 1986. Stress, Appraisal, and Coping. New York :

Springer

Maramis, W. F., Harjono, M, dan Hoediasmoro, D. S. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa.

Surabaya: Lembaga Penerbitan Universitas Airlangga

Ninggalih, R. Rubrik Pendidikan : Majalah 1000 Guru.net. Juni 2013

Pinel, J. P. J., 2009. Biopsikologi. Edisi Ketujuh. Penterjemah : Helly Prajitno

Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Penerbit Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Prawirohusodo, S. 1988. Stres dan Kecemasan. Kumpulan Makalah Simposium

Stres dan Kecemasan. Fakultas Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran:

Yogyakarta

Rathakrishnan, B. dan Ismail, R. 2009. Sumber Stres, Strategi Daya Tindak dan

Stres yang Dialami Pelajar di Universitas. Jurnal Kemanusiaan Vol. 13.

Selye, H. 1976. The Stress of Life. Vol. 5. McGraw-Hill : New York

Page 17: IDENTIFIKASI STRESOR MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS · diambil sejumlah 120 mahasiswa dari semua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik,

189Seminar Nasional Educational Wellbeing

Taylor, S. 2003. Health Psychology : International Edition. New York : McGraw Hill