ii. kajian pustaka - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/c0612034_bab2.pdf ·...
TRANSCRIPT
6
II. KAJIAN PUSTAKA
1. Sumber Pustaka
A. Rujukan (Konsep Sejenis)
Jurnal yang berjudul “Filsafat Dan Simbolisme Ketupat Sebuah
Kajian Estetik” yang ditulis oleh I Made Karda, mahasiswa ISI Denpasar,
Bali, 2003. Jurnal tersebut, secara umum berisi tentang arti filasafat dan
simbolisme ketupat dalam Agama Hindu. Bagaimana ketupat sering
digunakan dalam upacara keagaman. Ketupat merupakan simbol dari
cetusan hati nurani seseorang sebagai rasa terimakasihnya terhadap Ida
Sang Hyang Widhi Wasa beserta maniestasiNya. Dalam jurnal ini
memang dijabarkan tentang filsafat dan simbolisme ketupat dalam sudut
pandang agama Hindu, namun tidak menganalisis lebih jah tentang
makna, sejarah, dan keindahan kemasan ketupat. Lain dari itu jurnal
tersebut juga tidak mengulas nilai-nilai Islam yag tercermin dalam
ketupat. Hal nilah yang membedakan da memberi ciri khas tesendiri ada
penelitian penulis.
Jurnal yang berjudul “Nilai Estetis pada Kemasan Makanan
Tradisional Yogyakarta”. Tulisan ini merupakan karya Setiawan Sabana,
KK Seni Rupa-Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, 2007. Jurnal ini
membahas tentang keragaman makanan tradisonal berhubungan erat
dengan cerminan budaya suatu masyarakat. Tulisan ini juga memaparkan
tentang kemasan makanan yang digunakan oleh masyarakat Yogyakarta
7
serta nilai estetis dan filosofis ang terkandung dalam kemasan tradisional
di Yogyakarta. Sedangkan perbedaan dengan karya yang penulis teliti
yaitu dalam penulisan ini membahas nilai, filosofis dan estetika kemasan
ketupat hingga dapat diangkat menjadi tema visualisasi dalam wujud
karya keramik.
Jurnal yang berjudul Fungsi dan Peranan Keramik dalam Tradisi
Masyarakat di Indonesia. Tulisan ini merupakan karya Ayoeningsih
Dyah W, S.Sn., M.Sn dan Dra. Ai Juju Rohaeni dalam jurnal Imaji STSI
Bandung, 2008. Jurnal ini memaparkan keberadaan dan fungsi keramik
dalam kehidupan di lingkungan masyarakat Indonesia, terutama hal yang
berkaitan keberadaannya sebagai penunjang dan aktivitas ritual.
Perbedaan dengan karya yang penulis teliti yaitu hanya membahas
keberadaan keramik di dalam tradisi masyarakat Indonesia, sedangkan
tema yang penulis angkat adalah ketupat sebagai karya keramik, namun
masih sama-sama pembahasannya keramik dalam tradisi di masyarakat
Indonesia.
B. Referensi ( Kajian Teoritis)
a. Pengertian Ketupat
Menurut H.J. de Graaf dalam bukunya Geschiedenis van Indonesië,
ketupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa
pemerintahan Demak yang dipimpin Raden Patah awal abad ke-15. De
Graaf menduga kulit ketupat yang terbuat dari janur berfungsi untuk
8
menunjukkan identitas budaya pesisiran yang ditumbuhi banyak pohon
kelapa. Warna kuning pada janur dimaknai oleh de Graff sebagai upaya
masyarakat pesisir Jawa untuk membedakan warna hijau dari Timur
Tengah dan merah dari Asia Timur. (Hariwijaya, M, (2007). Sejarah
Ketupat. Di peroleh Rabu, 28 januari 2016, pukul 19:08 dari
http://mhariwijaya.blogspot.com/2007/12/ensiklopedia-kebudayaan-
populer-naskah_7257.html?)
Banyak makna filosofis yang dikandung dalam makanan ketupat
ini. Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala
bagi orang Jawa. Dalam kebudayaan Jawa dan Bali janur memiliki
makna tersendiri sehingga dalam setiap diselenggarakannya suatu
upacara adat maka tidak jarang janur digunakan sebagai suatu simbol
dalam upacara adat tersebut.
Janur adalah daun kelapa yang masih muda berwarna kuning
keemasan, dipakai sebagai bahan anyaman dalam pembuatan ketupat
atau berbagai bentuk hiasan yang sangat menarik. Dalam kebudayaan
Jawa, janur memiliki makna khusus sebagai elemen penting dalam
kehidupan masyarakat Jawa. Janur merupakan rangkaian daun kelapa
yang masih muda (Entik Padmini, Dewabrata, 2009: 16).
Masyarakat Jawa mengartikan janur sebagai “Jatining nur” yang
artinya cahaya sejati, yang maknanya “cita-cita mulia dan tinggi untuk
menggapai cahaya Illahi dengan diiringi hati yang bening”. Etimologi
9
Jawa itu menyatakan bahwa dalam mengarungi kehidupan ini manusia
membutuhkan cahaya agar dapat melihat dengan jelas hal- hal yang baik
dan yang buruk sehingga dapat mengambil langkah yang benar. Cahaya
tersebut datang dari Allah Yang Maha Mengetahui, maka sebagai
manusia hendaknya senantiasa ingat kepada-Nya.”(Entik Padmini,
Dewabrata, 2009: 16).
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa, yang membangun
kekuatan politik dan penyiaran agama Islam dengan dukungan
Walisongo (sembilan wali). Para Walisango yang pertama-tama menjadi
pionir penyebar agama Islam di Jawa. Metode dakwah yang mereka
pergunakan ialah pendekatan yang melihat dan disesuaikan dengan
situasi dan kondisi setempat. Setelah mereka melihat bahwa' penduduk
Jawa masih kuat memegang agama Jawa Hindu, maka mereka tidak
mencela dan menentang agama lama, tetapi mereka menunjukkan bahwa
agama baru yang mereka bawa mengandung banyak kebaikan-kebaikan.
Tradisi Jawa yang masih kuat dan tidak bertentangan dengan agama
Islam oleh para Walisongo dibiarkan saja tetap hidup, bahkan seringkali
dijadikan sarana untuk penyebaran agama Islam (NU Online, (2008).
Lebaran Ketupat, dari Mana Tradisi ini Berasal? Di peroleh Rabu, 28
Januari 2016, pukul 19:10).
Ketika menyebarkan Islam ke pedalaman, Walisongo melakukan
pendekatan budaya agraris, tempat unsur keramat dan berkah sangatlah
penting untuk melanggengkan kehidupan. Di sinilah pentingnya
10
akulturasi. Raden Mas Sahid, anggota Walisongo yang sohor dengan
panggilan Sunan Kalijaga, lalu memperkenalkan dan memasukkan
ketupat, simbol yang sebelumnya sudah dikenal masyarakat, dalam
perayaan lebaran ketupat, perayaan yang dilaksanakan pada tanggal 8
Syawal atau sepekan setelah hari raya Idul Fitri dan enam hari berpuasa
Syawal.
Lebaran ketupat diangkat dari tradisi pemujaan Dewi Sri, dewi
pertanian dan kesuburan, pelindung kelahiran dan kehidupan, kekayaan
dan kemakmuran. Ia dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat
agraris. Ia dimuliakan sejak masa kerajaan kuno seperti Majapahit dan
Pajajaran. Dalam pengubahsuaian itu terjadi desakralisasi dan
demitologisasi. Dewi Sri tak lagi dipuja sebagai dewa padi atau
kesuburan tapi hanya dijadikan lambang yang direpresentasikan dalam
bentuk ketupat yang bermakna ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Dewi Sri tetap dihormati dan dimuliakan oleh masyarakat Jawa,
Sunda, dan Bali. Beberapa keraton di Indonesia, seperti Cirebon, Ubud,
Surakarta, dan Yogyakarta tetap melestarikan tradisi ini. Contoh upacara
slametan atau syukuran panen di Jawa disebut Sekaten atau Grebeg
Mulud yang juga berbarengan dengan perayaan Maulid Nabi
Muhammad. Dalam upacara ritual semacam itu, ketupat menjadi bagian
dari sesaji hal sama juga terjadi dalam upacara adat di Bali. Di
masyarakat Jawa, terdapat tradisi unik yang berbau mistis, namun kini
11
sudah jarang ditemukan. Ketupat juga dianggap sebagai penolak bala,
yaitu dengan menggantungkan ketupat yang sudah matang di atas kusen
pintu depan rumah, biasanya bersama pisang, dalam jangka waktu
berhari-hari, bahkan berulan-bulan sampai kering (NU Online, (2008).
Lebaran Ketupat, dari Mana Tradisi ini Berasal? Di peroleh Rabu, 28
Januari 2016, pukul 19:10).
Tak heran jika kita melihat sejumlah tradisi di sejumlah daerah,
yang berkaitan dengan agama Islam, Hindu, maupun kepercayaan lokal.
Di sejumlah daerah ada tradisi unik yang dinamakan perang ketupat. Di
Pulau Bangka perang ketupat dilakukan setiap memasuki Tahun Baru
Islam (1 Muharam). Di Desa Kapal, Badung, Bali, perang ketupat
dimaksudkan untuk memperoleh keselamatan dan kesejahteraan. Di
Lombok, perang ketupat dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas
keberhasilan panen dan menandai saat mulai menggarap sawah. Tradisi
itu masih bertahan hingga kini.
Tradisi lebaran ketupat, yang notabene berasal dari wilayah pesisir
utara Jawa, tempat awal penyebaran Islam, tak kuat pengaruhnya di
pedalaman. Hanya sejumlah wilayah pesisir utara yang hingga kini
menganggap lebaran ketupat, biasa disebut “hari raya kecil”, sebagai
lebaran sebenarnya seperti Kudus, Pati, dan Rembang. Secara esensial,
tak ada yang membedakan antara lebaran ketupat dengan lebaran pada
hari raya Idul Fitri. Keduanya punya makna yang sama.
12
Menurut Slamet Mulyono dalam Kamus Pepak Basa Jawa
(2009:23), Penggunaan istilah ketupat dalam Lebaran ketupat tentu
bukan tanpa filosofi yang mendasarinya, Kata “ketupat” atau
“kupat”berasal dari istilah bahasa Jawa yaitu “ngaku lepat” (Mengakui
Kesalahan) dan laku papat (empat tindakan). Janur atau daun kelapa
yang membungkus ketupat merupakan kependekan dari kata “jatining
nur” yang bisa diartikan hati nurani. Secara filosofis beras yang
dimasukan dalam anyaman ketupat menggambarkan nafsu duniawi.
Dengan demikian, bentuk ketupat melambangkan nafsu dunia yang
dibungkus dengan hati nurani.
Prosesi ngaku lepat umumnya diimplementasikan dengan tradisi
sungkeman, yaitu seorang anak bersimpuh dan memohon maaf di
hadapan orangtuanya. Dengan begitu, kita diajak untuk memahami arti
pentingnya menghormati orang tua, tidak angkuh dan tidak sombong
kepada mereka serta senantiasa mengharap ridho dan bimbinganya. Ini
merupakan sebuah bukti cinta dan kasih sayang seorang anak kepada
orang tuanya begitupun orang tua kepada anaknya.
Prosesi ngaku lepat pun tidak hanya berkutat pada tradisi
sungkeman seorang anak kepada orang tua, lebih jauh lagi adalah
memohon maaf kepada tetangga, kerabat dekat maupun jauh hingga
masyarakat muslim lainya, dengan begitu umat Islam dituntun untuk mau
mengakui kesalahan dan saling memaafkan dengan penuh keikhlasan
yang disimbolkan dengan ketupat tersebut. Ketupat menjadi simbol
13
“maaf” bagi masyarakat Jawa, yaitu ketika seseorang berkunjung ke
rumah kerabatnya nantinya mereka akan disuguhkan ketupat dan diminta
untuk memakannya, apabila ketupat tersebut dimakan secara otomatis
pintu maaf telah dibuka dan segala salah dan khilaf antar keduanya
terhapus.
Istilah laku papat (empat tindakan), masyarakat Jawa
mengartikanya dengan empat istilah, yaitu lebaran, luberan, leburan, dan
laburan. Lebaran berarti akhir dan usai, yaitu menandakan telah
berakhirnya waktu puasa Ramadhan dan siap menyongsong hari
kemenangan. Sedangkan Luberan bermakna meluber atau melimpah,
layaknya air yang tumpah dan meluber dari bak air. Pesan moral yang
dihendak disampaikan dari luberan adalah budaya mau berbagi dan
mengeluarkan sebagian harta yang lebih (luber) kepada fakir miskin,
dengan begitu akan membahagiakan para fakir miskin dan diharapkan
angka mengikis angka kemiskinan yang ada di negara kita. Adapun
Leburan berarti habis dan melebur. Yaitu momen untuk saling melebur
dosa dengan saling memaafkan satu sama lain, dengan kata lain dosa kita
dengan sesama dimulai dari Nol kembali. Yang terakhir adalah Laburan
yang berasal dari kata labur atau kapur. Kapur merupakan zat padat
berwarna putih yang juga bisa menjernihkan zat cair, dari ini Laburan
dipahami bahwa hati seorang muslim haruslah kembali jernih nan putih
layaknya sebuah kapur. Karena itu merupakan simbol kejernihan dan
kesucian hati yang sebenarnya. (NU Online, (2008). Lebaran Ketupat,
14
dari Mana Tradisi ini Berasal? Di peroleh Rabu, 28 Januari 2016, pukul
19:10).
Bagi sebagian masyarakat Jawa, bentuk ketupat (persegi) diartikan
dengan kiblat papat limo pancer. Papat dimaknai sebagai simbol empat
penjuru mata angin utama: timur, barat, selatan, dan utara. Artinya, ke
arah manapun manusia akan pergi ia tak boleh melupakan pacer (arah)
kiblat atau arah kiblat (shalat) (Slamet Mulyono, 2009: 3).
Rumitnya anyaman janur untuk membuat ketupat merupakan
simbol dari kompleksitas masyarakat Jawa saat itu. Segi anyaman,
ketupat merupakan sebuah jalan hidup manusia yang penuh dengan
permasalahan, penuh dengan liku-liku, teksturnya bergelombang seperti
halnya pola anyaman ketupat yang berseliweran satu sama lain, lapisan
daun berselang-seling, terkadang lapisan daun janur berada di atas
kadang di bawah. Begitupula dengan hidup manusia yang kadang berada
dalam keadaan serba berkecukupan (di atas) terkadang kekurangan (di
bawah), juga bentuknya bergelombang memiliki makna bahwa
kehidupan manusia selalu tidak berjalan mulus, yang artinya dapat
terjerembab ke dalam sebuah kesalahan, dosa. Anyaman yang melekat
satu sama lain merupakan anjuran bagi seseorang untuk melekatkan tali
silaturahmi tanpa melihat perbedaan kelas sosial.
15
b. Nilai-nilai dalam Ketupat
Nilai estetis yang terkandung dalam bentuk kemasan ketupat
tersebut tidak sebatas muncul dari keindahan bentuknya, pengertian nilai
estetisnya dapat menjadi luas, misalnya nilai estetis yang hadir justru dari
unsur budaya teradat atau nilai tradisi dari bentuk kemasan makanan
tersebut.
Nilai tradisi atau nilai filosofi dari sebuah kemasan, pada kemasan
ketupat merupakan salah satu unsur nilai keindahan karena dengan
melihat kemasan tersebut dapat menggugah perasaan orang kepada
tradisi pembuatan ketupat pada hari Idul Fitri dan ritual agama lainnya.
Nilai estetisnya muncul bukan dari segi rupa saja melainkan dari sisi
tradisi yang dikandungnya yang dapat membangkitkan ingatan seseorang
pada kereligiusan hari ritual keagamaan yang ada di Nusantara.
Sebagai salah satu makanan tradisional, ketupat memiliki nilai
filosofis karena makanan tradisional tertentu erat kaitannya dengan
kegiatan upacara dalam masyarakat. Nilai filosofis yang menjadi bagian
dari budaya Jawa dan Hindu tersebut tidak dapat dipisahkan dari falsafah
hidup orang Jawa dan Hindu secara keseluruhan.
Bagi sebagian masyarakat Jawa, bentuk ketupat (persegi) diartikan
dengan keblat papat lima pancer. Simuh, (1988). Mistik Islam Kejawen
Raden Ngabeni Ranggawarsita Studi terhadap Wirit Hidayat Jati, Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Pembagian kosmos semacam
16
ini dipakai manusia untuk menentukan keberadaanya dalam sistem waktu
dan ruang kosmos yang membetuk kesatuan yang tak terpisahkan antara
dirinya dengan alam semesta. Pandangan ini oleh masyarakat Jawa dikenal
dengan keblat papat lima pancer, dalam kosmologi Jawa; Bumi (tanah)
dilambangkan dengan warna hitam dengan arah utara menunjukkan nafsu
lawwamah. Nafsu lawwamah berarti angongso (serakah), menimbulkan
dahaga, kantuk, lapar dsb. Tempatnya adalah perut, lahirnya dari mulut, di
ibaratkan sebagai hati yang bersinar hitam (Simuh 1988: 340). Api
dilambangkan dengan warna merah dengan arah selatan bersifat nafsu
amarah.
Nafsu amarah artinya garang memiliki watak angkara, murka, iri,
amarah dsb. Bersumber dari empedu, timbul dari telinga ibarat hati
bersinar merah. Angin dilambangkan dengan warna kuning dengan barat
menunjukkan nafsu supiyah; artinya birahi, menimbulkan watak rindu,
membakitkan keinginan, kesenangan, dsb, bersumber pada limpa, timbul
dari mata, ibarat hati bersinar kuning. Air dilambangkan dengan warna
putih dengan arah timur bersifat mutmainah (jujur) artinya ketentraman,
punya watak loba akan kebaikan, tanpa mengenal batas kemampuan,
sumbernya dari tulang, timbul dari hidung, ibarat hati bersinar putih
(Simuh 1988: 340), pusat bumi dilambangkan dengan warna hijau bersifat
kama (budi), merupakan penggambaran subjek dari nafsu batin manusia.
Kelima sifat tersebut ada pada diri manusia, sehingga tergantung pada diri
17
kita, bagaimana menjaga keseimbangan atau mengendalikan diri
(Dharsono, 2008: 96).
Harun Hadiwijaya, T (1967) dalam bukunya Kebatinan Jawa
dalam abad 19 menyatakan bahwa: Manusia untuk mencapai
kesempurnaan jati (kesempurnaan hidup sejati) apabila dapat menindas
hawa nafsu (pengendalian keempat nafsu diatas), maka manusia akan
memiliki hati yang waskita (awas dan selalu ingat), tentu akan
mendatangkan anugerah kemulian sangkan paran (kehendak-Nya)
(Dharsono, 2008: 96).
Ajaran kosmologi Jawa memberikan arti, bahwa keempat unsur
hidup alam pada hakekatnya ada dalam diri manusia (mikrokosmos),
sehingga lambang-lambang yang digambarkan baru akan memperoleh
makna, apabila manusia mampu mengkaji dan mengendalikan diri. Sifat
pengendalian inilah di dalam religi Jawa disebut Nur-rasa, yaitu dasar
kehendak (Nur), yaitu yang menggerakkan cipta rasa (Kehendak Jiwa) dan
cipta karya (Budaya). (Dharsono 2008: 97).
Di masyarakat sendiri, untuk membuat ketupat terutama
anyamannya, diperlukan daya kreatif tersendiri agar dapat menghasilkan
kantong-kantong anyaman jamur yang memiliki nilai seni. Hingga
perwujudan bentuk berasal dari pengamatan bentuk ketupat, hal tersebut
menjadi sumber penulis untuk mencoba menuangkan gagasan tersebut ke
dalam karya seni keramik. Bentuk ketupat yang beragam, menceminkan
18
barbagai kebudayaan dan filosofi yang berbeda di masing-masing daerah
yang ada di Nusantara. Ketupat sebagai karya budaya dikaitkan dengan
suatu hasil dengan beraneka macam bentuk.
Di bawah ini beberapa bentuk ketupat yang ada di Nusantara :
Gambar 1. Macam Bentuk Ketupat(Sumber: www.goodnewsfromindonesia.org/2015/07/13/1-bentuk-
ketupat-asli-indonesia-yuk-buat, di unduh tanggal 01/02/2016/ 19:22 WIB).
C. Seni Keramik
1. Pengertian Seni Keramik
Pengertian keramik merujuk pada penyebutan atas benda-benda
yang terbuat dari anah liat, yang melewati proses pembakaran pada suhu
19
dan dengan teknik tertetu. Istilah keramik berasal dari bahasa Yunani
keramikos, yang diambil dari Keramos, nama dewa pembuat barang-
barang dari tanah liat dalam mitologi Yunani, yang artinya barang bakar.
Yang dimaksud dengan barang atau bahan keramik ialah: semua barang
atau bahan yang dibuat dari bahan-bahan tanah atau batuan silikat dan
yang proses pembuatannya melalui pembakaran pada suhu tinggi (Astuti,
2008: 01).
Kerajinan keramik juga disebut kerajinan tertua, kerajinan yang
mengolah tanah liat menjadi benda berguna dan memiliki nilai estetis,
tanah liat sebagai bahan baku keramik adalah tanah yang memiliki sifat
plastis (lembek dan saling merekat) sehingga tanah tersebut dapat dibentuk
sedemikian rupa menjadi benda yang diinginkan, setelah benda terbentuk
kemudian dibakar dengan suhu yang ditentukan. Tanah yang dibakar
menjadi keras dan mengalami oksidasi pembakaran. Ambar Astuti dalam
buku Keramik; Ilmu dan Proses pembuatannya mengemukakan bahwa
batasan suhu pembakaran keramik terbagi ke dalam beberapa kelompok,
yaitu gerabah dibakar pada suhu 900-1.060°C, keramik dibakar pada suhu
1200-1300°C, dan porselin dibakar pada suhu 1250°C untk porselen lunak
dan bakar ingi sekali diatas 1400°C untuk jenis porselen keras.
Jika dilihat dari beberapa pendapat di atas dapat dilihat bahwa
perbedaan nama antara gerabah, keramik, dan porselen terdapat pada
bahan utamanya yaitu tanah. Tanah liat sebagai bahan utama pembuatan
benda keramik terdapat hampir di seluruh belahan dunia, namun demikian
20
tanah liat tersebut satu sama lain memiliki sifat yang berbeda-beda. Akan
tetapi tanah liat yang dapat digunakan untuk pembuatan benda keramik
harus memenuhi persyaratan tertentu. Salah satu sifat tanah liat yang
dibutuhkan untuk dapat dibuat benda keramik adalah memiliki daya kerja
yang memungkinkan tanah liat tersebut untuk dibentuk dan dapat
mempertahankan bentuknya hingga menjadi benda keramik melalui proses
pembakaran (Gatot Wahyu, 2008: 107).
Industri keramik sebenarnya sangatlah luas; tidak hanya terbatas
pada genteng, bata, dan barang-barang pecah belah saja. Seperti dapat
dilihat sekarang, mulai dari alat-alat listrik, perabotan laboratorium,
kendaraan-kendaraan bermotor, pesawat terbang sampai ke pesawat luar
angkasa, tempat-tempat pengecoran logam dan lain-lain semuanya
mempunyai bagian barang yang terbuat dari keramik. Berdasarkan buku
Ambar Astuti yang berjudul Keramik; Ilmu dan Proses pembutannya,
Industri keramik dapat dibagi ke dalam beberapa golongan, yaitu:
1. Keramik putih atau keramik halus
Barang keramik ini memang berwarna putih maka jenis ini dikenal
sebagai barang putih yang sebagian besar merupakan barang pecah belah,
misalnya cangkir, pinggan, dan piring. Juga termasuk disini barang-barang
saniter, alat-alat laboratorium, isolator listrik dan lain-lain. Sedang keramik
halus, barang-barangnya mempunyai struktur terkontrol yang halus, dapat
berglasir atau tidak berglasir (Astuti, 2008: 03).
21
2. Bahan-bahan bangunan dari tanah
Barang-barang yang dibuat dari bahan tunggal tanah liat dan dipakai
sebagai bahan banguanan misalnya bata, genteng, pipa, tegel, alat-alat
konstruksi dalam industri kimia dan sebagainya (Astuti, 2008: 03).
3. Gelas
Barang ini dihasilkan dengan pembakaran bahan mentahnya sehingga
cair, kemudian dalam keadaan setengah kental dituangkan kedalam cetakan.
Kekerasaan dicapai karena didinginkan kembali. Karena bahan utama dari
gelas ini adalah bahan silikat dan proses pembuatannya melalui peleburan
pada suhu tinggi maka industri gelas pun termasuk keramik (Astuti, 2008:
03).
4. Email
Barang email ialah sejenis barang logam yang permukaannya dilapisi
dengan selaput tipis dari jenis gelas, atau gelas yang dilebur pada logam. Jadi
barang email ini sesungguhnya adalah perkawinan antarakeramik dan logam
(Astuti, 2008: 03).
5. Bahan-bahan perekat mortel
Bahan-bahan ini adalah kapur, semen dan gips yang dibuat dari bahan
tanah/batuan dan proses pembutannya memerlukan pembakaran pada suhu
tinggi, oleh karena itu bahan-bahan ini digolongkan sebagai hasil keramik
(Astuti, 2008: 04).
22
6. Bahan-bahan tahan api (refractory)
Zat bahan api adalah satu benda keramik yang terbuat dari bahan
utamanya silica, dengan proses pembuatan sam dengan proses pembuatan
batu bata pada umumnya. Zat-zat bahan tahan api ini baru akan melebur
pada suhu tinggi (Astuti, 2008: 04).
7. Abrasives
Semua benda-benda penggosok, pengasah atau pemotong benda keras
seperti logam dan keramik termasuk golongan ini. Bahan yang dipakai ialah
pecahan batuan silica, carborundum, oksida alumunium dan lain-lain (Astuti,
2008: 04).
3. Tanah liat sebagai bahan Keramik
Seperti telah disebutkan di atas bahwa tanah liat adalah bahan utama
untuk pembuatan keramik. Tanah liat adalah suatu zat yang berbentuk dari
kristal-kristal yang kebanyakan sedemikian kecilnya hingga tak dapat dilihat
walaupun telah menggunakan miskroskop biasa bagaimanapun kuatnya.
Kristal-kristal ini terbentuk terutama terdiri dari mineal-mineral yang
disebut kaolinit. Bentuknya seperti lempengan kecil-kecil hampir berbetuk
segi enam dengan permukaan datar. Bentuk kristal seperti ini menyebabkan
tanah liat bila dicampur dengan air mempunyai sifat liat (plastis), mudah
dibentuk karena kristal-kristal ini meluncur di atas satu dengan yang lain
dengan air sebagai pelumasnya.
23
Dilihat dari sudut ilmu kimia tanah liat termasuk hidrosilikat
alumina dan dalam keadaan murni mempunyai rumus: Al2O3, 2SiO22H2O
dengan perbadingan berat dari unsur-unsurnya: 47% oksida Silinum (SiO2),
39% oksida Alumunium (Al2O3) dan 14 % air (H2O).
Tanah liat (clay) merupakan bahan plastis yang dapat berubah
menjadi keras dan tahan terhadap air setelah mengalami proses pengeringan
dan pembakaran. Tanah liat terdiri dari bermacam warna, diantaranya ada
yang berwarna abu-abu, kuning kecoklatan, merah, coklat, kehijauan, merah
muda, coklat hitam, hitam, dan putih.
Badan tanah liat untuk keramik dapat dibagi menurut struktur, serta
macam suhu pembakaran, dapat pula berglasir atau tak berglasir. Berikut ini
penggolongan badan tanah liat menurut Ambar Astuti dalam bukunya
Keramik: Ilmu dan Proses Pembuatannya:
1. `Earthenware (Gerabah)
Dibuat dari tanah liat yang menyerap air, dibakar pada suhu
rendah dari 900°C- 1060°C. Dalam pembentukan mempunyai
kekuatan cukup karena plastis, namun setelah dibakar kekuatannya
berkurang dan sangat berpori. Karena itu kemampuan absorpsi
(menyerap) air lebih dari 3%. Karena sifatnya yang mudah maka
industri gerabah terdapat dimana-mana (Astuti, 2008: 04).
24
2. Terracotta
Adalah jenis badan tanah liat merah juga. Nama terracotta
berasal dari bahasa Italia yang berarti “tanah bakaran”. Dengan
penambahan pasir, atau grog atau chamotte (tepung tanah liat bakar),
badan ini dapat dibakar sampai suhu stoneware (1200°C- 1300°C).
Badan ini sukar diputar, tetapi sangat baik untuk di-press atau dicetak
langsung untuk barang besar (Astuti, 2008: 05).
3. Gerabah putih
Adalah jenis gerabah berwarna putih, badan kuat, dan dapat
dibakar pada suhu tinggi (1250°C). Badan ini cukup plastis dan dapat
diputar, di-jigger, atau dibuat masa slip untuk masa tuang (Astuti, 2008:
05).
4. Stoneware (benda batu)
Dikatakan demikian karena komposisi mineralnya sama dengan
batu. Badannya rapat, lebih kuat dari pada bahan gerabah, bunyinya lebih
nyaring, tidak porous dan warna serta teksturnya mirip batu. Penyerapan
airnya 1-5%. Jenis ini dapat dibakar medium (1150°C), jenis stoneware
merah, juga dapat dibakar tinggi (1250°C) (Astuti, 2008: 05).
5. Porcelain ( porselen)
Adalah suatu jenis badan yang bertekstur halus, putih, dan keras
bila dibakar. Badan dapat menjadi transparan atau menutup bila dibakar,
25
tergantung dari ketebalan atau komposisi masanya. Kemampuan
absorpsinya 0-2%. Sedang suhu bakarnya tinggi (1250°C) untuk jenis
porselen lunak dibakar dengan suhu tinggi sekali (diatas 1400°C) agar
porselen keras. Porselen banyak digunakan untuk barang-barang keramik
industri karena kekuatannya. Badannya dapat dibuat dari campuran
kaolin, feldspat, silica, dan dibentuk dengan teknik cetak atau tuang
(Astuti, 2008: 05).
6. Bone Cina
Badannya khusus dipersiapkan dengan ketipisan, transparasi,
putih, halus, dan kekuatannya yang merupakan ciri-ciri khusus badan ini.
Kualitas ini dicapai karena kandungan bone (tulang), yang telah
diklasinir (bakar pada suhu rendah kemudian digiling halus), yang
bertindak sebagai flux (penurun suhu) pada badan, membuatnya melebur
pada substansi yang keras seperti gelas pada suhu lebih dari 1240°C
(Ambar Astuti, 2008: 06).
7. Raku
Adalah suatu jenis khusus barang atau benda keramik yang
dikembangkan oleh seniman-seniman keramik Jepang pada zaman
dahulu. Badannya harus banyak mengandung pasir atau grog, karena
harus tahan perbedaan suhu selama proses pembakaran. Dapat dibentuk
dengan cara pembentukan dengan tangan atau diputar. Suhu yang
26
digunakan untuk membakar raku adalah antara 750°C- 1000°C, dan pada
umumnya badannya masih porous (Astuti, 2008: 06).
Dalam pembuatan benda keramik, ada beberapa langkah yang harus
dilakukan secara bertahap. Adapun langkah-langkah tersebut antara lain:
1. Pembentukan Badan Keramik
Tahap pemebentukan merupakan tahap mengubah bongkahan
badan tanah liat plastis menjadi benda-benda keramik murni ataupun
benda keramik fugsional. Ada tiga teknik dalam membentukan benda
keramik, yaitu pembentukan langsung (handbuilding), teknik putar
(throwing), dan teknik cetak (casting).
a. Tahap pembentukan tangan langsung (handbuilding)
Untuk teknik pembentukan ini sebenarnya jari-jari dan ibu jari
tangan sendiri sudah merupakan alat alami yang paling berguna. Namun
demikian alat bantuan pun tetap diperlukan sebagai alat bantu tangan,
seperti alat pemotong dari kawat/snar untuk memotong tanah; spons
untuk menyerap kelebihan air. Berikut beberapa metode pembentukan
tangan langsung yang dikenal selama ini:
a) Teknik Pijit (Pinching)
Teknik pijit merupakan teknik pembentukan keramik yang
paling sederhana, cukup menggunakan jari-jari tangan. Teknik ini
merupakan teknik paling dasar yang harus dikuasai dalam
27
membentuk tanah liat, karena teknik ini akan berguna untuk
teknik-teknik yang lain. Teknik ini melatih sensitivitas pada tanah
liat, baik bentuk ataupun rasa. Diantara proses pembentukan lain,
teknik ini yang paling dekat secara emosi, karena relatif murni
menggunakan teknik manual (Setiabudhi, 2011: 18).
Gambar 2. Ilustrasi teknik pijit(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016).
b) Teknik Pilin (Coilling)
Teknik pilin (coiling) merupakan teknik yang sederhana,
yaitu membentuk tanah liat dengan cara memilin hingga tanah liat
menyerupai tali sesuai ketebalan dan panjang yang dibutuhkan.
Dalam penggunaan teknik pilin seringkali kita memperoleh
bentuk yang semakin melebar, padahal ingin membuat ingin
membuat permukaan yang lurus dari bawah sampai atas. Atau,
baru tiga atau empat pilinan, tanah liat sudah runtuh. Untuk
28
mengantisipasi hal tersebut, jangan menyambung pilinan secara
terus menerus, harus ada jeda waktu (Setiabudhi, 2011: 20).
Gambar 3. Ilustrasi teknik pilin(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016).
c) Teknik Lempeng (Slabbing)
Yaitu teknik pembuatan keramik dengan terlebih dahulu
membuat tanah menjadi bentuk lempengan dengan menggunakan
alat penggilas rata seperti pada cetakan kue, yang lalu saling
ditempelkan hingga membentuk objek.
29
Gambar 4. Ilustrasi teknik slab(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016).
b. Teknik Putar (Throwng)
Teknik putar atau teknik throwing, teknik pembentukan putar
dilakukan dengan menggunakan bantuan alat putar, baik alat putaran kaki
(kick wheels) maupun alat putaran tangan atau (hand wheels).
Pembentukan tanah liat dengan menggunakan teknik putar hanya sebatas
bentuk yang simetris. Langkah pertama yang dilakukan adalah
menempatkan bola tanah liat pada pusat putaran (center) alat putar. Bila
sudah berada dalam posisi center (memusat), maka dimulailah proses
peronggaan (Setiabudhi, 2011: 30-31).
30
Gambar 5. Ilustrasi teknik putar(Sumber: www.studiokeramik.org, di unduh tanggal 01/02/2016/ 19:24
WIB).
c. Teknik Cetak (Casting)
Teknik cetak yaitu teknik produksi yang menggunakan gypsum/gips
(calci sulfat) sebagai media cetaknya. Karakter khususnya yaitu bisa
menghasilkan bentuk yang berukuran sama bila diproduksi massal.
Berdasarkan kondisi fisik tanahnya, teknik cetak dibagi menjadi dua, yaitu
teknik cetak tuang (lumpur) dan teknik cetak padat (plastis). Dalam aplikasi
teknik cetak tuang dibutuhkan tanah dengan komposisi dan karakter khusus.
Tanahnya berbentuk lumpur (slip). Biasaanya untuk tanah cetak plastis atau
lebih tepat digunakan untuk bentuk-bentuk sederhana (Setiabudhi, 2011: 52-
55).
31
Gambar 6. Ilustrasi teknik cetak(Sumber: Dokumentasi Tia Mizaqi, 2016).
2. Pengeringan
Benda-benda yang akan dibakar dikeringkan terlebih dahulu,
karena jika masih sedikit basah pun mungkin akan terjadi ledakan uap air
waktu dibakar. Mengeringkan benda keramik berarti menghilangkan apa
yang disebut air plastisnya saja, sedang air yang terikat dalam molekul
tanah liat (air kimia) hanya dapat dihilangkan melalui pembakaran (Astuti,
2008: 49).
Proses pengeringan bertujuan untuk memberikan kekuatan kepada
barang-barang mentah sehingga dapat disusun di dalam tungku dan
menghilangkan air yang berlebihan, yang meninbulkan kesukaran-
kesukaran dalam proses pembakaran (Astuti, 2008: 49).
32
3. Pembakaran
Proses pembakaran merupakan tahap paling kritis dalam proses
pembuatan barang keramik. Proses pembakaran adalah proses penentuan
di mana barang keramik yang rusak/pecah tidak dapat
diperbaiki/digunakan lagi. Kesalahan yang terjadi pada proses sebelumnya
tetapi tidak terlihat, setelah barang-barang dibakar kesalahan-kesalahan
tersebut akan muncul dan nampak. Membakar keramik dapat dilakukan
dalam tiga tingkatan yaitu pembakaran barang tidak berglasir (bakar
biscuit), pembakaran barang-barang lapisan glasir (bakar glasir) dan
pembakaran barang-barang yang sudah diglasir untuk membuat dekorasi
(Astuti, 2008: 83).
Ambar Astuti dalam bukunya yang berjudul Keramik : Ilmu dan
Proses Pembuatannya mengemukakan bahwa pembakaran dibagi kedalam
beberapa tahap sebagai berikut:
a. Pembakaran Biskuit
Pembakaran biskuit yaitu barang keramik yang dibakar
pertama kali dengan suhu bakar di bawah 1.000°C, barang tersebut
menjadi keras, kuat, tidak hancur oleh air (Astuti 2008: 52-53).
b. Pembakaran Glasir
Pembakaran Glasir yaitu barang keramik bakar biskuit yang
dilapisi dengan bahan glasir dan dibakar pada suhu yang dibutuhkan
33
untuk mematangkan bahan glasirnya, sehingga barang tersebut tidak
tembus air. Suhu untuk pembakaran glasir bermacam-macam dari 980
°C sampai di atas 1.250 °C tergantung dari jenis tanah/bahan dan jenis
glasir yang dipakai (Astuti 2008: 52-53).
4. Pengglasiran
Glasir merupakan material yang terdiri dari beberapa bahan tanah
atau batuan silikat dimana bahan-bahan tersebut selama proses
pembakaran akan melebur dan membentuk lapisan tipis seperti gelas yang
melekat menjadi satu pada permukaan badan keramik. (Wahyu Gatot,
2008: 421)
Glasir merupakan kombinasi yang seimbang dari satu atau lebih
oksidabasa (fux), oksida asam (silika), dan oksida netral (alumina), ketiga
bahan tersebut merupakan bahan utama pembentuk glasir yang dapat
disusun dengan berbagai kompoisisi untuk suhu kematangan glasir yang
dikehendaki.
a. Bahan Pewarna Glasir
Berbagai macam oksida Logam atau pigmen warna (stain)
dapat ditambahkan untuk memberikan warna pada glasir yang
digunakan. Sedangkan untuk mendapatkan glasir penutup atau matt
dapat ditambahkan beberapa oksida yang dapat memberikan sifat dop
seperti : oksida timah/tin (SnO2), oksida zircon (ZrO2), oksida
calcium (CaO), oksida zinc (ZnO), magnesium carbonate (MgO), dll.
34
Oksida pewarna merupakan kombinasi (persenyawaan) suatu
senyawa oksigen dengan unsur lain. Di dalam keramik senyawa
oksida logam digunakan sebagai sumber pewarna, penggunaan oksida
pewarna dalam glasir dapat berdiri sendiri atau campuran dari
beberapa oksida pewarna. Yang perlu diperhatikan adalah persentase
yang digunakan dalam suatu formula glasir.
b. Teknik Pengglasiran
Pada dasarnya proses pengglasiran benda keramik adalah
proses melapisi benda keramik mentah dan biskuit dengan bahan
glasir dengan berbagai teknik yaitu:
1) Teknik tuang (pouring)
Pengglasiran benda keramik dengan teknik tuang
(pouring) merupakan teknik pengglasiran benda keramik yang
dilakukan dengan cara menuang larutan glasir pada benda
keramik, teknik tuang ini pada biasanya dilakukan untuk
mengglasir bagian dalam benda keramik (Gatot Wahyu, 2008:
474-475).
2) Teknik celup (dipping)
Pengglasiran dengan teknik celup ini dilakukan dengan
cara memasukkan atau mencelupkan benda keramik ke dalam
35
larutan glasir menggunakan tang pencelup (dipping tong) atau
dengan tangan secara langsung (Gatot Wahyu, 2008: 476).
3) Teknik semprot (spraying)
Pengglasiran benda keramik dengan teknik semprot
(spraying) dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan
glasir pada benda keramik menggunakan spray gun atau air
brush di dalam alat pengglasiran (spraybooth) (Gatot Wahyu,
2008: 477).
4) Teknik kuas (brush)
Pengglasiran benda keramik dengan teknik kuas (brush)
dilakukan dengancara melapiskan larutan glasir pada benda
keramik menggunakan kuas,teknik ini pada umumnya untuk
membuat dekorasi saja (Gatot Wahyu, 2008: 478).
36
D. Komponen Karya Seni
Subject Matter atau tema pokok adalah rangsang cipta seniman
dalam usahanya untuk menciptakan bantuk-bentuk yang menyenangkan.
Bentuk yang menyenangkan adalah bentuk yang dapat memberikan
konsumsi batin manusia secara utuh dan perasaan keindahan kita dapat
menangkap harmoni bentuk yang disajikan serta mampu merasakan lewat
sensitivitisnya (Dharsono, 2008 :32).
Subject Metter sebagai stimulus atau rangasangan yang ditimbulkan
oleh objek. Dalam sebuah karya seni dapat dipastikan adanya subject metter,
yaitu inti atau pokok persoalan yang dihasilkan sebagai akibat adanya
pengolahan objek (baik objek alam atau objek image) yang terjadi dalam ide
seorang seniman dengan pengalaman pribadinya (Dharsono, 2008 :32)
Subject Metter dalam karya tugas akhir ini ialah dengan mengambil
bentuk ketupat yang paling sering digunakan atau mayoritas dipakai di
masyarakat Indonesia, entah sebagai makanan, sajian khas lebaran, maupun
sebagai alat ritual dalam ke upacara percayaan. Lalu penulis visualisasi
kedalam karya keramik menggunakan teknik lempeng dan pijit.
37
1. Ide penciptaan
Dalam sebuah penciptaan karya seni tidak mungkin lepas
dengan suatu tema atau pokok dari pemikiran. Suatu landasan yang
harus ada dan dapat dikembangkan yang lebih kita kenal dengan nama
ide penciptaan. Dalam kamus besar bahasa indonesia (2007), ide
merupakan gagasan, rancangan, cita-cita yang tersusun dalam pikiran.
Sedangkan penciptaan yaitu proses, cara pembuatan, dan perwujudan.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ide penciptaan yaitu
suatu hal hal yang muncul dari dalam pikiran serta melalui cara atau
proses pembuatan supaya tercipta sebuah karya yang diinginkan.
a. Eksplorasi
Langkah eksplorasi dilakukan dengan jalan menggambar dalam
sket sket untuk mencari bentuk yang sesuai dengan imajinasi penulis.
Sket-sket dibuat dalam bentuk alternatif sket.
b. Eksperimen
Eksperimen yang dilakukan dalam penciptaan karya keramik ini
dalam hal pencarian formula tanah terbaik yang dilakukan dengan
pengujian menggunakan triaxial blend dan pengujian pada glasir
dalam menemukan warna yang sesuai dengan karakter ketupat.
Eksperimen ini dilakukan dengan cara mencampur formula glasir
yang di kuaskan di kepingan tanah test phisis kemudian dibakar
dengan suhu 1200°C.
38
c. Pembentukan
Pembentukan yaitu membuat susunan dari unsur-unsur yang
ditata sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bentuk yang
diinginkan. Gabungan dari bidang-bidang yang diolah menjadi
susunan bidang, lebaran-lembaran kertas disusun ditumpuk
sedemikian rupa, bidang-bidang kayu disambung bagian tepinya satu
sama lain, diorganisasi menjadi satu bentuk tertentu. Bentuk ini tentu
saja melalui proses pengerjaan manusia. Hasil itu bukan bagian
produk alam, melainkan lebih tepat didudukkan sebagai kreasi seni
(Timbul, 2001: 5).
Pembentukan keramik adalah proses pengubahan massa bahan
yang berupa tanah liat menjadi bentuk tertentu itu diubah melalui
proses pembakaran sehingga mempunyai sifat yang lain yaitu keras
(Timbul, 2001: 69).
2. Prinsip Organisasi Unsur-Unsur Rupa
Prinsip dasar organisasi unsur-unsur rupa antara lain meliputi
penekanan (domination), keseimbangan (balance), kesatuan (unity),
harmoni (harmony) dan keselarasan (ritme).
a. Penekanan (Domination)
Setiap bagian dari suatu bentuk ciptaan hendaknya mendapat
perhatian atau tingkat kekuatan (dominan) yang layak. Bagian tertentu
yang mendominasi di dalam suatu bentuk ciptaan, akan menjadi titik
39
perhatian yang menonjol (Arfial, 1997: 19). Pada karya keramik ini,
penekanan akan ada di bentuk dan tekstur anyaman ketupat itu sendiri.
b. Keseimbangan ( Balance )
Keseimbangan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa,
karya seni harus memiliki keseimbangan, agar enak dilihat, tenang
dan tidak berat sebelah. Dalam keseimbangan terdapat symmetrical
balance, radial balance, obvious balance, dan asymmetrical balance.
Keseimbangan simetris atau symmetrical balance yaitu keseimbangan
antara ruang sebelah kiri dan kanan memiliki kedudukan yang sama
persis baik dalam bentuk raut, besaran ukuran, arah, warna maupun
teksturnya. Keseimbangan memancar atau radial balance yaitu
keseimbangan yang sama seperti keseimbangan simetris, tetapi tidak
hanya pada sisi kanan maupun kiri tetapi sebelah atas atau bawah
(Sadjiman, 2009:260).
Keseimbangan sederajat atau obvious balance yaitu
keseimbangan komposisi antara ruang sebelah kiri dan ruang sebelah
kanan tanpa memperdulikan bentuk yang ada di masing-masing ruang,
sedangkan keseimbangan asimetris atau asymmetrical balance adalah
kebalikan dari keseimbangan simetris yaitu keseimbangan yang
sebelah kiri dan kanannya tidak sama (Sadjiman, 2009:263). Karya
penulis akan menggunakan keseimbangan asimetris, karena dalam
karya penulis keseimbangan antara ruang kiri dan kanan dalam
40
keadaan tidak sama muatannya/bebannya, tetapi secara keseluruhan
dalam keadaan seimbang.
c. Kesatuan ( Unity )
Kesatuan dapat juga disebut dengan keutuhan. Sebuah karya
seni harus menyatu dan unsur-unsur yang tersusun di dalamnya tidak
dapat dipisah-pisah. Tanpa kesatuan, karya seni akan terlihat kacau
balau dan mengakibatkan karya tersebut tidak enak dilihat (Sadjiman,
2009:233). Kesatuan dalam karya ini adalah dengan mencoba
menggabungkan bebarapa unsur seni rupa, diantaranya ada unsur
warna glasir, bidang, bentuk dan tekstur yang ada dalam karya.
d. Harmoni ( Harmony)
Harmoni adalah suatu kombinasi dari uni-unit yang memilki
keiripan dalam satu atau beberapa hal. Kemiripan mudah kita dapatan
pada alam, misalnya dedaunan, buah-buahan, batu-batuan, pepohonan
dan lain-lain. Kemiripan tidak memiliki keberaturan pengulangan
yang ketat, tetapi tetap mengesankan keteraturan (Sadjiman, 2009:
142). Dalam karya keramik ini penulis melakukan beberapa repitisi
karya keramik, sehingga dapat terwujud harmoni dalam karya.
e. Keselarasan (Rhytm)
Rhytm (keselarasan) atau irama berasal dari kata wirama
(Jawa), wirahma (Sunda), rhutmos (Yunani), semula berarti gerak
berukuran, ukuran perbandingan, berkerabat dengan kata rhein yang
berarti mengalir (Ensiklopedia Indonesia, hal. 1479). Jadi dapat
41
disimpulkan bahwa irama atau ritme adalah gerak pengulangan atau
gerak mengalir yang ajeg, teratur, terus menerus (Sadjiman, 2009:
121). Pada karya ini menggunakan ritme adalah dengan membuat
karya yang sama namun bersusun teratur atau pengulangan karya
sehingga terkesan kontinyu.
3. Unsur-Unsur Visual
a. Garis
Pengertian garis menurut (Lilian Gareth 2011:47)
mendefinisikan garis sebagai sekumpulan titik yang bila dideretkan
maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan sosoknya
disebut dengan garis. Terbentuknya garis merupakan gerakan dari
suatu titik yang membekaskan jejaknya sehingga terbentuk suatu
goresan. Untuk menimbulkan bekas, biasa mempergunakan pensil,
pena, dan kuas. Bagi seni rupa garis memiliki fungsi fundamental,
sehingga diibaratkan jantungnya seni rupa. Garis sering pula disebut
dengan kontur, sebuah kata yang samar dan jarang dipergunakan.
Bagi kebanyakan orang, garis lurus mendorong rasa kaku,
ketegasan, kebenaran, dan ketelitian. Garis lurus adalah positif,
langsung, keras, kuat, tegar, teguh hati dan tidak kenal kompromi.
Garis lengkung ramping-ringan adalah fleksibel, harmonis, kalem,
feminim, terang, sopan, budiman, tetapi terasa malas, kabur dan tak
bertujuan (Sadjiman, 2005: 71).
42
b. Bidang
Bidang (Shape) adalah suatu bentuk yang sekelilingnya
dibatasi oleh garis. Secara umum garis dikenal dalam dua jenis,
bidang yaitu bidang geometris dan organis. Bidang geometris seperti
lingkaran, atau bulatan, segi empat, segi tiga, dan segi lainnya,
sementara bidang organis dengan bentuk bebas yang terdiri dari aneka
bentuk yang tidak terbatas (Nooryan, 2008: 100).
Dharsono dalam bukunya Kritik Seni membagi perubahan
wujud tersebut sebagai berikut:
1. Distorsi
Adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada
pencapaian karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud
tertentu pada benda atau objek yang digambar (Dharsono, 2008:
38).
Pada karya keramik ini penulis melakukan beberapa
pengembangan atau eksplorasi bentuk, namun tetap
mempertahankan karakter asli ketupat yang berbentuk belah
ketupat dan beranyam.
2. Transformasi
Adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada
pencapaian karakter, dengan cara memindah (trans = pindah)
wujud atau figur dari objek lain ke objek yang digambar
(Dharsono, 2008: 38).
43
Penulis mencoba membuat karya dengan mengadopsi
karakter dan bentuk asli ketupat dan ada sedikit pengembangan
bentuk dari imaji penulis untuk memindahkan karakter tersebut ke
karya keramik yang medianya tanah liat.
c. Ruang dan Volume
Ruang dan volume merupakan unsur pokok dalam seni tiga
dimensi seperti seni patung, seni keramik dan arsitektur (Nooryan
Bahari 2008: 100). Ruang trimatra merupakan jenis ruang yang benar-
benar diartikan sebagai “ruangan” yang berongga atau ruang sempurna,
yang memiliki dimensi penuh, panjang, lebar, dalam/tebal. Bentu-
bentuk raut gempal yang bersifat tiga dimensi dapat diraba, menempati
ruangan berongga. Karya seni yang bersifat tiga dimensi seperti patung,
interior, arsitektur, kerajinan, dan lain-lain, yang dapat dijamah atau
diraba menempati ruang trimatra (Sadjiman, 2005: 98).
Karya keramik ini penulis mencoba membuat seperti bentuk
ketupat, yakni bentuk belah ketupat, yang di dalamnya diberi volume dan
diluarnya anyaman dari tanah mengelilinginya.
d. Tekstur
Tekstur adalah unsur rupa yang menujukan rasa permukaan
bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk
mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu
pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa
secara nyata atau semu (Dharsono, 2008: 38).
44
Tekstur dalam pembuatan karya keramik penulis menggunakan
tekstur nyata sesuai dengan tekstur dari anyaman ketupat. Sekalipun
kasar karya keramik penulis tetap disesuaikan dengan kondisi tanah liat
yang memiliki tekstur berbeda dengan daun janur.
e. Warna
Warna adalah gelombang cahaya dengan frekuensi yang dapat
mempengaruhi penglihatan kita. Warna memiliki tiga dimensi dasar yaitu
hue, nilai (value), dan intesitas (intensity). Hue adalah gelobang khusus
dalam spektrum dan warna tertentu. Misalnya, spektrum warna merah
disebut hue merah. Nilai (value) adalah nuansa yang terdapat pada
warna, seperti nuansa cerah dan gelap, sedangkan intensitas aalah
kemurnian dari hue warna. (Nooryan, 2008: 100). Warna dalam karya ini
penulis menggunakan glasir, glasir yang penulis gunakan berwarna
warna coklat sesuai dengan warna tanah.
E. Referensi Karya
Referensi karya seniman terdahulu yang menginspirasi dalam
mengangkat konsep tentang ketupat adalah seniman yang memiliki ide,
gagasan, dan teknik yang kira-kira sesuai dengan selera dan kriteria dengan
penulis.
1. Pamela Sunday
Pamela Sunday membuat seni keramik yang terinspirasi dari alam
dan ilmu pengetahuan. Dia tertarik ke dalam bentuk-bentuk alam sejak
45
masih kecil, saat dia bermain sendiri di hutan, gabungan antara fosil dan
lubang pohon yang tersembunyi. Dia dikenal sebagai seorang yang sangat
teliti dalam keterampilan dan daya cipta yang dia temukan diluar batas dari
bahan yang dia miliki. Keahlian teknik pembuatan dengan tangannya
menyumbangakan karya cipta yang membuat dia unik.
Gambar 7. Pamela Sunday(Sumber: ModernSauce_ August 2010.html.& www.pinterest.com.,
di unduh tanggal 12/02/2015/14:22 WIB).
2. Alice R. Ballard.
Alice R. Ballard adalah seorang keramikus asal South Carolina.
Dia berhasil lulus master seni dari (Masters Degree) Art from the
University of Michigan sebelum menjadi seniman prefesional dan pengajar
seni seperti sekarang ini.
46
Karyanya merupakan refleksi dari dekekatannya dengan alam.
Yang merupakan metamorfosis dari bentuk alam, yang berganti dari
musim ke musim yang menarik dia ke alam semesta yang membedakan
bentuk kehidupan dengan kualitas yang sama.
Gambar 8. Alice R. Ballard(Sumber: ModernSauce_ August 2010.html.& www.pinterest.com.,
di unduh tanggal 12/02/2015/14:23 WIB).