ii. tinjauan pustaka 2.1 teori balanced scorecard · kaplan dan norton (1992), sebagai perkembangan...

25
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Balanced Scorecard 2.1.1 Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard merupakan konsep manajemen yang diperkenalkan Kaplan dan Norton (1992), sebagai perkembangan dari konsep pengukuran kinerja yang mengukur kinerja perusahaan. Menurut Kaplan & Norton, Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu : 1. Scorecard yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang yang nantinya digunakan untuk membandingkan dengan hasil kinerja yang sesungguhnya. 2. Balanced dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel atau karyawan diukur secara seimbang dan dipandang dari dua aspek yaitu: keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, dan dari intern maupun ekstern. Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk mengkomunikasikan strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer di seluruh perusahaan. Balanced Scorecard adalah kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan (Tunggal, 2001). Tujuan dan ukuran Balanced Scorecard diturunkan dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif, finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Kaplan dan Norton, 2001). Tujuan dan pengukuran keuangan dalam Balanced

Upload: doanthuy

Post on 22-Apr-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Balanced Scorecard

2.1.1 Pengertian Balanced Scorecard

Balanced Scorecard merupakan konsep manajemen yang diperkenalkan

Kaplan dan Norton (1992), sebagai perkembangan dari konsep pengukuran

kinerja yang mengukur kinerja perusahaan. Menurut Kaplan & Norton, Balanced

Scorecard terdiri dari dua kata yaitu :

1. Scorecard yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja

seseorang yang nantinya digunakan untuk membandingkan dengan hasil

kinerja yang sesungguhnya.

2. Balanced dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel atau

karyawan diukur secara seimbang dan dipandang dari dua aspek yaitu:

keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, dan dari

intern maupun ekstern.

Balanced Scorecard memberikan suatu cara untuk mengkomunikasikan

strategi suatu perusahaan pada manajer-manajer di seluruh perusahaan. Balanced

Scorecard adalah kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari

strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan

(Tunggal, 2001).

Tujuan dan ukuran Balanced Scorecard diturunkan dari visi dan strategi.

Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif,

finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan

(Kaplan dan Norton, 2001). Tujuan dan pengukuran keuangan dalam Balanced

11

Scorecard bukan hanya penggabungan dari ukuran – ukuran keuangan dan non

keuangan yang ada melainkan merupakan hasil dari proses top – down

berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha. Misi dan strategi harus

diterjemahkan oleh Balanced Scorecard menjadi suatu tujuan dan ukuran yang

nyata.

Dengan demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu sistem

manajemen pengukuran dan pengendalian secara cepat dan komprehensif dapat

memberikan pemahaman kepada manajemen tentang kinerja bisnis. Pengukuran

kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif, yaitu perspektif

keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan serta proses pembelajaran

dan pertumbuhan.

Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategic atau

lebih tepat dinamakan suatu “Strategic Based Accounting System” yang

menjabarkan misi dan startegic perusahaan kedalam tujuan operasional dan tolak

ukur kinerja, dimana Balanced Scorecard ini memiliki karakterisrik sebagai

berikut :

1. Komprehensif : Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup

dalam pengukuran kinerja, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif ini menghasilkan

manfaat bagi perusahaan, yaitu menjanjikan kinerja keuangan yang

berlipat ganda dan berjangka panjang, serta membantu perusahaan untuk

memasuki lingkungan bisnis yang kompleks.

12

2. Koheren : Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun

hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan

dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran yang ditetapkan dalam

perspektif non keuangan harus memiliki hubungan kausal dengan sasaran

keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Seimbang : Keseimbangan diantara keempat perspektif dalam Balanced

Scorecard yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik, sangat

penting untuk menghasilkan kinerja keuangan yang berjangka panjang.

Bobot keempat perspektif dalam Balanced Scorecard adalah seimbang,

dimana perspektif yang satu tidak melebihi perspektif yang lain.

4. Terukur : Balanced Scorecard mengukur sasaran strategik yang sulit

untuk diukur. Sasaran strategik di perspektif pelanggan, proses bisnis

internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran yang

tidak mudah terukur, namun dalam Balanced Scorecard ketiga perspektif

non keuangan tersebut ditentukan ukurannya sehingga dapat diwujudkan

untuk mengukur kinerja perusahaan (Mulyadi,2005).

2.1.2 Perspektif Balanced Scorecard

Kalpan dan Norton (2000) mengemukakan, bahwa Balanced Scorecard

terdiri dari empat perspektif, yakni 1) perspektif keuangan, 2) perspektif

pelanggan, 3) perspektif proses bisnis internal, 4) perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan. Penjabaran lebih rinci dari empat perspektif diatas adalah sebagai

berikut.

2.1.2.1 Perspektif keuangan

13

Di dalam Balanced Scorecard, pengukuran keuangan mempunyai dua

peranan penting, di mana yang pertama adalah semua perspektif tergantung pada

pengukuran keuangan yang menunjukkan implementasi dari strategi yang sudah

direncanakan dan yang kedua adalah akan memberi dorongan kepada 3 perspektif

yang lainnya tentang target yang harus dicapai dalam mencapai tujuan organisasi.

Menurut Kaplan dan Norton (2000), siklus bisnis terbagi 3 tahap, yaitu:

bertumbuh (growth), bertahan (sustain), dan menuai (harvest), di mana setiap

tahap dalam siklus tersebut mempunyai tujuan keuangan yang berbeda.

1. Growth merupakan tahap awal dalam siklus suatu bisnis. Pada tahap ini

diharapkan suatu bisnis memiliki produk baru yang dirasa sangat potensial

bagi bisnis tersebut. Untuk itu, maka pada tahap growth perlu

dipertimbangkan mengenai sumber daya untuk mengembangkan produk

baru dan meningkatkan layanan, membangun serta mengembangkan

fasilitas yang menunjang produksi, investasi pada sistem, infrastruktur dan

jaringan distribusi yang akan mendukung terbentuknya hubungan kerja

secara menyeluruh dalam mengembangkan hubungan yang baik dengan

pelanggan. Secara keseluruhan tujuan keuangan pada tahap ini adalah

mengukur persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan tingkat

pertumbuhan penjualan di pasar sasaran.

2. Sustain (bertahan) di mana pada tahap ini timbul pertanyaan mengenai

akan ditariknya investasi atau melakukan investasi kembali dengan

mempertimbangkan tingkat pengembalian yang mereka investasikan. Pada

tahap ini tujuan keuangan yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh

keuntungan.

14

3. Harvest (menuai) di mana suatu organisasi atau badan usaha akan

berusaha untuk mempertahankan bisnisnya. Tujuan keuangan dari tahap

ini adalah untuk untuk meningkatkan aliran kas dan mengurangi aliran

dana.

2.1.2.2 Perspektif pelanggan

Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi pelanggannya jika

manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi daripada pengorbanan yang

dikeluarkan oleh pelanggan tersebut untuk mendapatkan produk atau jasa itu. Dan

suatu produk atau jasa semakin bernilai apabila manfaatnya mendekati atau

bahkan melebihi dari apa yang diharapkan pelanggan. Kaplan dan Norton (2001)

mengharapkan perusahaan membuat suatu segmentasi pasar dan ditentukan target

pasarnya yang paling mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai dengan

kemampuan, sumber daya dan rencana jangka panjang perusahaan.

Kepuasan pelanggan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen

terhadap tingkat layanan yang diterima (perceived service) dengan tingkat

pelayanan yang diharapkan (expected service). Definisi kepuasan pelanggan

berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta

ketepatan penyampaiannya untuk mrngimbangi harapan pelanggan. Kepuasan

pelanggan mengungkapkan keselarasan antara harapan seseorang dan hasil yang

diperoleh, yang didalamnya pelanggan terus berpartisipasi.

Parasuraman dkk. (1985) meneliti kualitas jasa dan faktor-faktor yang

menentukannya. Mereka menemukan 5 dimensi kualitas jasa, yaitu:

1. Reliability: kemampuan untuk memberikan jasa dengan segera dan

memuaskan.

15

2. Responsiveness: kemampuan untuk memberikan jasa dengan tanggap.

3. Assurance: kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang

dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.

4. Emphaty: kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik

dan memahami kebutuhan pelanggan.

5. Tangibles: fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.

2.1.2.3 Perspektif proses bisnis internal

Dalam perspektif proses internal bisnis, perusahaan harus

mengidentifikasikan proses internal yang penting dimana perusahaan harus

melakukannya dengan sebaik-baiknya, karena proses internal tersebut memiliki

nilai-nilai yang diinginkan pelanggan dan akan memberikan pengembalian yang

diharapkan oleh pemegang saham. Para manajer harus memfokuskan perhatiannya

pada proses bisnis internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan. Kinerja

perusahaan dari perspektif tersebut diperoleh dari proses bisnis internal yang

diselenggarakan perusahaan. Perusahaan harus memilih proses dari kompetensi

yang menjadi unggulannya dan menentukan ukuran-ukuran untuk menilai kinerja

proses dan kompetensi tersebut.

Berdasarkan identifikasi kebutuhan konsumen, perusahaan mendesain

kemudian mengembangkan apa yang dibutuhkan oleh konsumen (fase ini

termasuk fase untuk pasar) setelah itu perusahaan mulai memproduksi kemudian

memasarkan dan melakukan pelayanan purna jual (fase nilai penawaran). Hal ini

guna memenuhi kepuasan pelanggan. Masing-masing perusahaan memiliki

seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi pelanggannya.

16

Secara umum Kaplan dan Norton (2001) membaginya menjadi 3 prinsip

dasar yaitu :

1. Inovasi

Inovasi sebagai gelombang panjang penciptaan nilai di mana perusahaan

pertama kali menemukan dan mengembangkan pasar baru, pelanggan baru, serta

kebutuhan yang sedang berkembang dan yang tersembunyi dari pelanggan yang

ada saat ini. Kemudian dengan melanjutkan gelombang panjang penciptaan dan

pertumbuhan nilai, perusahaan merancang dan mengembangkan produk dan jasa

baru yang memungkinkan menjangkau pasar dan pelanggan baru dan memuaskan

kebutuhan pelanggan yang baru teridentifikasi.

2. Operasi

Proses operasi merupakan gelombang pendek penciptaan nilai di dalam

perusahaan. Dimulai dengan diterimanya pesanan pelanggan dan diakhiri dengan

penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan. Proses ini menitikberatkan

kepada penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan yang ada secara efisien,

konsisten dan tepat waktu.

3. Layanan purna jual

Layanan purna jual mencakup garansi dan berbagai aktivitas perbaikan,

penggantian produk yang rusak dan yang dikembalikan serta proses pembayaran.

2.1.2.4 Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

Perspektif keempat dalam balanced scorecard mengembangkan

pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar berjalan dan tumbuh.

Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan

infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif sebelumnya. Perspektif

17

keuangan, pelanggan dan sasaran dari proses bisnis internal dapat

mengungkapkan kesenjangan antara kemampuan yang ada dari orang, sistem dan

prosedur dengan apa yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kinerja yang handal.

Menurut Norton dan Kaplan (2000), dalam kaitannya dengan sumber daya

manusia ada tiga hal yang perlu ditinjau dalam menerapkan Balanced Scorecard :

1. Tingkat kepuasan karyawan

Kepuasan karyawan merupakan suatu para kondisi untuk meningkatkan

produktivitas, kualitas, pelayanan kepada konsumen dan kecepatan bereaksi.

Kepuasan karyawan menjadi hal yang penting khususnya bagi perusahaan jasa.

2. Tingkat perputaran karyawan (retensi karyawan)

Retensi karyawan adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan

pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus berada dalam organisasinya. Perusahaan

yang telah melakukan investasi dalam sumber daya manusia akan sia-sia apabila

tidak mempertahankan karyawannya untuk terus berada dalam perusahaan.

3. Produktivitas karyawan

Produktivitas merupakan hasil dari pengaruh rata-rata dari peningkatan

keahlian dan semangat inovasi, perbaikan proses internal, dan tingkat kepuasan

pelanggan. Tujuannya adalah menghubungkan output yang dilakukan para pekerja

terhadap jumlah keseluruhan pekerja.

2.2 Teori Bisnis

2.2.1 Pengertian Bisnis

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), bisnis adalah usaha yang dijalankan

yang tujuan utamanya adalah keuntungan. Menurut Grififin dan Ebert (2007),

18

bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud

mendapatkan laba. Dari pengertian diatas, dapat penulis menyimpulkan bisnis

adalah kegiatan sebuah organisasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat

dengan menciptakan barang atau jasa untuk mendapatkan keuntungan dalam

meningkatkan kualitas hidup mereka.

2.2.2 Jenis – Jenis Bisnis

Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1996), ada beberapa macam jenis

bisnis, untuk memudahkan mengetahui pengelompokannya maka dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Ekstraktif, yaitu bisnis yang melakukan kegiatan dalam bidang

pertambangan atau menggali bahan-bahan tambang yang terkandung di

dalam perut bumi.

2. Agraria, yaitu bisnis yang menjalankan bisnisnya dalam bidang pertanian.

3. Industri, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang industri.

4. Jasa, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang jasa yang menghasilkan

produk-produk yang tidak berwujud.

2.2.3 Elemen Bisnis

Elemen bisnis yang utama dan merupakan sumber daya yang kompetitif

bagi sebuah bisnis terdiri dari empat elemen utama yaitu:

1. Modal, yaitu sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-

kegiatan bisnis.

19

2. Bahan material, yaitu bahan-bahan yang terdiri dari sumber daya alam,

termasuk tanah, kayu, mineral, dan minyak. Sumber daya alam tersebut

disebut juga sebagai faktor produksi yang dibutuhkan dalam melaksanakan

aktivitas bisnis untuk diolah dan menghasilkan barang dan jasa yang

dibutuhkan masyarakat.

3. Sumber daya manusia, yaitu sumber daya yang berkualitas yang

diperlukan untuk kemajuan sebuah bisnis.

4. Keterampilan manajemen.

5. Suatu bisnis yang sukses adalah suatu bisnis yang dijalankan dengan

manajemen yang efektif. Sistem manajemen yang efektif adalah sistem

yang dijalankan berdasarkan prosedur dan tata kerja manajemen.

2.3 Teori Keuangan

Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang

mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan

berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrumen yang terlibat dalam

transfer uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah (Ridwan dan

Inge, 2003).

Terdapat dua pandangan terhadap teori keuangan ini, yaitu :

1. Pandangan klasik

Teori keuangan pada pandangan klasik dapat dibedakan menjadi dua yaitu

teori kuantitas dan teori sisa tunai. Teori kuantitas adalah perubahan dalam

penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang sama tingkatnya ke atas

harga – harga, dan perubahan kedua variabel tersebut adalah kearah yang sama.

20

Teori sisa tunai berpendapat bahwa perubahan dalam penawaran uang akan

menimbulkan perubahan harga-harga yang sama tingkatnya.

2. Pandangan Keynes

Teori keuangan Keynes menerangkan tiga hal, yaitu :

1) Tujuan – tujuan memegang uang

a. Permintaan uang untuk transaksi

Tingkat spesialisasi yang tinggi hanya mungkin wujud apabila

pertukaran dilakukan dengan menggunakan uang karena dengan ini

pemilik uang dapa dengan mudah menggunakannya untuk membeli

barang – barang yang mereka perlukan.

b. Permintaan uang untuk berjaga – jaga

Uang yang disisihkan untuk tujun menghadapi keadaan kesusahan

atau masalah penting lain di masa depan dinamakan permintaan uang

untuk tujuan berjaga – jaga. Permintaan uang untuk tujuan awasan

adalah permintaan uang untuk menghadapi kesusahan – kesusahan

seperti apabila ada anggota keluarga yang sakit.

c. Permintaan uang untuk spekulasi

Masyarakat menggunakan pola uangnya untuk tujuan spekulasi yaitu

disimpan atau digunakan untuk membeli surat-surat berhargaseperti

Obligasi Pemerintah, saham perusahaan dan “treasury bill”.

2) Permintaan uang dalam grafik

Permintaan uang adalah jumlah uang yang diminta oleh masyarakat

untuk ketiga tujuan meminta uang yaitu tujuan transaksi, tujuan berjaga-

jaga, tujuan spekulasi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-

21

jaga ditentukan oleh pendapatan nasional dan sifatnya berbeda dengan

permintaan uang untuk tujuan spekulasi yang ditentukan oleh suku bunga.

3) Permintaan dan penawaran uang dan suku bunga

Dalam teori Keynes, suku bunga ditentukan oleh permintaan dan

penawaran uang. Kurva penawaran uang adalah tidak elastik sempurna

(tegak lurus).

2.4 Teori Kepuasan Pelanggan

Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan

(perceived) sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan (Amir, 2005). Kotler

(2000) mengatakan bahwa kepuasan konsumen merupakan tingkat perasaan

seseorang setelah membandingkan antara kinerja produk yang ia rasakan dengan

harapannya. Band (dalam Nasution, 2005) mengatakan bahwa kepuasan tercapai

ketika kualitas memenuhi dan melebihi harapan, keinginan dan kebutuhan

konsumen. Sebaliknya, bila kualitas tidak memenuhi dan melebihi harapan,

keinginan dan kebutuhan konsumen maka kepuasan tidak tercapai. Konsumen

yang tidak puas terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya akan mencari

perusahaan lain yang mampu menyediakan kebutuhannya. Dari berbagai pendapat

di atas dapat disimpulkan definisi kepuasan konsumen yaitu tingkat perasaan

seseorang setelah membandingkan kinerja produk yang dia rasakan dengan

harapannya.

Wilkie (1994) menyatakan bahwa terdapat 5 elemen dalam kepuasan

konsumen yaitu :

22

1. Expectations

Harapan konsumen terhadap suatu barang atau jasa telah dibentuk sebelum

konsumen membeli barang atau jasa tersebut. Pada saat proses pembelian

dilakukanan, konsumen berharap bahwa barang atau jasa yang mereka terima

sesuai dengan harapan, keinginan dan keyakinan mereka. Barang atau jasa yang

sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan konsumen merasa puas.

2. Performance

Pengalaman konsumen terhadap kinerja aktual barang atau jasa ketika

digunakan tanpa diperngaruhi oleh harapan mereka. Ketika kinerja aktual barang

atau jasa berhasil maka konsumen akan merasa puas.

3. Comparison

Hal ini dilakukan dengan membandingkan harapan kinerja barang atau

jasa sebelum membeli dengan persepsi kinerja aktual barang atau jasa tersebut.

Konsumen akan merasa puas ketika harapan sebelum pembelian sesuai atau

melebihi perepsi mereka terhadap kinerja aktual produk.

4. Confirmation/disconfirmation

Harapan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman mereka terehadap

penggunaan merek dari barang atau jasa yang berbeda dari orang lain.

Confirmation terjadi bila harapan sesuai dengan kinerja aktual produk. Sebaliknya

disconfirmation terjadi ketika harapan lebih tinggi atau lebih rendah dari kinerja

aktual produk. konsumen akan merasa puas ketika tejadi confirmation /

discofirmation.

23

5. Discrepancy (ketidaksesuaian)

Discrepancy mengindikasikan bagaimana perbedaan antara level kinerja

dengan harapan. Negative disconfimations yaitu ketika kinerja aktual berada

dibawah level harapan, kesenjangan yang lebih luas lagi akan mengakibatkan

tingginya level ketidakpuasan. Sebaliknya positive disconfimations yaitu ketika

kinerja aktual berada diatas level harapan. Ketika konsumen puas, maka

konsumen akan menggunakan barang atau jasa yang sama, dan ketika konsumen

merasa tidak puas maka konsumen akan menuntut perbaikan atau komplain

terhadap perusahaan.

2.5 Kinerja Perusahaan

Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja.

Hawkins (1979) dalam buku The Oxford Paperback Dictionary mengemukakan

pengertian kinerja sebagai berikut : “Performance is: (1) the process or manner of

performing, (2) a notable action or achievement, (3) the performing of a play or

other entertainment”.

Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan.

Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan

menggambarkan kondisi empiric suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang

disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian

kinerja.

Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan kinerja

perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam

24

periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dengan demikian

penilaian kinerja perusahaan mengandung makna suatu proses atau system

penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi)

berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 1996; Lingle dan Schiemann,

1996; Brandon & Drtina, 1997).

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi

perusahaan. Pengukuran tersebut antara lain dapat dipergunakan untuk menilai

keberhasilan perusahaan dan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun

sistem imbalan dalam perusahaan. Menurut Anderson & Donald (1991:1008),

pengukuran kinerja didefinisikan sebagai umpan balik yang akan memberikan

informasi tentang seberapa baik tindakannya tentang prestasi pelaksanaan suatu

rencana dimana perusahaan memerlukan penyesuaian – penyesuaian atas aktivitas

perencanaan dan pengendalian.

Pada dasarnya terdapat tiga langkah dalam mendefinisikan pengukuran

untuk suatu program balanced scorecard, yaitu: langkah I: Mendefinisikan

pengukuran untuk setiap tujuan strategis. Setiap tujuan strategis dari setiap

perspektif dalam program balanced scorecard harus paling sedikit memiliki satu

pengukuran kinerja; langkah II: Mendefinisikan sumber-sumber untuk

pengukuran (identifikasi menggunakan tanda periksa V); dan langkah III:

mendefinisikan bagaimana pengukuran itu diturunkan (dihasilkan) dan dilaporkan

(Prijambodo, 2012).

25

2.6 Koperasi

2.6.1 Pengertian Koperasi

Koperasi adalah badan hukum yang berdasarkan atas asas kekeluargaan

yang anggotanya terdiri dari orang perorangan atau badan hukum dengan tujuan

untuk mensejahterakan anggotanya. Umumnya koperasi dikendalikan secara

bersama oleh seluruh anggotanya, dimana setiap anggota memiliki hak suara yang

sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan

koperasi biasa disebut sisa hasil usaha atau SHU biasanya dihitung berdasarkan

andil.

Chaniago (1984) memberikan definisi, koperasi adalah suatu perkumpulan

yang beranggotakan orang – orang atau badan hukum yang memberikan

kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerja sama secara

kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah

para anggotanya.

Menurut Hadhikusuma (2000), koperasi merupakan suatu perkumpulan

orang-orang yang bekerja sama dengan bertujuan mensejahterakan para anggota

koperasi tersebut. Selain itu, koperasi juga memberikan kebebasan untuk masuk

atau keluar sebagai anggota sesuai dengan peraturan yang ada.

Adapun pengertian koperasi menurut Richard Kohl dan Abrahamson

(dalam Ropke, 2003:13), koperasi adalah badan usaha dengan kepmilikan dan

pamakai jasa merupakan anggota koperasi itu sendiri serta pengawasan terhadap

badan usaha tersebut harus dilakukan oleh mereka yang menggunakan

jasa/pelayanan badan usaha itu.

26

2.6.2 Tujuan, Prinsip, dan Fungsi dan Peran Koperasi

Tujuan utama koperasi adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur

material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.

Dalam bab II Pasal 3 Undang – undang RI No. 25 Tahun 1992, menyatakan

bahwa koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil

dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945. Menurut

Bung Hatta, tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-besarnya,

melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi

skala kecil.

Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No.25 Tahun 1992 dan yang berlaku

pada saat ini di indonesia adalah sebagai berikut:

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

Koperasi bersifat sukarela terhadap siapapun yang membutuhkan bantuan

dalam koperasi dan bersifat terbuka kepada para anggota dan yang lain (mau

membaur atau tidak menutup diri dengan anggota koperasi maupun yang lainnya).

2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi

Koperasi adalah organisasi yang demokratik, anggotanya bebas

memberikan pendapat atau aspirasinya sendiri secara melibatkan diri dengan aktif

dalam keputusan.Bagi koperasi setiap anggota mempunyai hak mengundi yang

sama (satu anggota satu undi) dan koperasi di lain peringkat juga diuruskan secara

demokratik.

27

3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha

masing-masing anggota.

SHU dibagikan secara rata sesuai dengan seberapa besarnya jasa anggota

tersebut sehingga tidak menimbulkan rasa iri terhadap para anggota.

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

Setiap pinjaman yang dipinjam oleh anggota harus disesuaikan dengan

modal yang ditanam didalam koperasi.

5. Kemandirian

Koperasi bersifat mandiri maksudnya tidak tergantung pada pinjaman atau

modal dari pihak lain tetapi semata-mata hanya dari anggota saja.

6. Pendidikan perkoperasian

Koperasi menyediakan pendidikan dan latihan untuk anggotanya, lembaga

yang dipilih, pengurus dan pekerja agar mereka boleh menyumbang secara

berkesan kepada kemajuan koperasi.

7. Kerjasama antar koperasi

Koperasi membantu anggotanya secara lebih berkesan di samping

mengukuhkan gerakan koperasi dengan cara bekerja bersama-sama di peringkat

tempatan, wilayah, nasional dan antarabangsa.

Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992, fungsi

dan peran koperasi di Indonesia seperti berikut ini.

1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.

28

2. Turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional Koperasi adalah satu-satunya bentuk perusahaan

yang dikelola secara demokratis.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

2.6.3 Penggolongan Koperasi

Penggolongan koperasi adalah pengelompokan koperasi ke dalam

kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kriteria dan karakteristik tertentu pula

(Baswir, 2013). Koperasi kemudian dapat digolongkan ke dalam beberapa

kelompok besar berdasarkan pendekatan. dan dalam masing-masing kelompok

besar dapat digolong – golongkan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang lebih

khusus.

1. Koperasi berdasarkan bidang usaha, dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Koperasi konsumsi adalah koperasi yang berusaha dalam bidang

penyediaan barang – barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para

anggotanya. Jenis konsumsi yang dilayani oleh suatu koperasi

konsumsi sangat tergantung pada ragam anggota dan daerah kerja

tempat koperasi didirikan.

b. Koperasi produksi adalah yang kegiatan utamanya memproses bahan

baku menjadi barang jadi /setengah jadi.

29

c. Koperasi pemasaran adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk

membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang

dihasilkannya.

d. Koperasi kredit/simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam

pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk dipinjamkan

kembali kepada anggotanya yang membutuhkan bantuan modal untuk

usahanya. Selain itu koperasi simpan pinjam juga bertujuan mendidik

anggotanya bersifat hemat dan gemar menabung serta menghidari

anggotanya dari jeratan para rentenir.

2. Koperasi berdasarkan jenis komoditi dapat dibedakan menjadi :

a. Koperasi ekstraktif adalah koperasi yang melakukan usaha dengan

menggali atau memanfaatkan sumber-sumber alam secara langsung

tanpa atau dengan sedikit mengubah bentuk dan sifat sumber alam itu.

b. Koperasi pertanian dan peternakan adalah koperasi yang melakukan

usaha berhubungan dengan komoditi pertanian dan peternakan

tertentu, berdasarkan usaha anggotanya. Dan umumnya beranggotakan

para petani, buruh tani dan pengusaha ternak.

c. Koperasi industri dan kerajinan adalah koperasi yang menjalankan

dibidang industri dan kerajinan tertentu. Usahanya meliputi

penggadaan , pengolahan, bahan baku menjadi barang jadi atau

gabungan ketiganya.

d. Koperasi jasa – jasa bertujuan untuk menyatukan potensi ekonomi

yang dimiliki oleh masing-masing anggotanya. Contohnya : koperasi

jasa audit, koperasi jasa angkutan dan lainnya.

30

3. Koperasi berdasarkan profesi anggotanya meliputi :

a. Koperasi Karyawan

b. Koperasi Pegawai Negeri Sipil

c. Koperasi Angkatan Laut, Darat, Laut dan Udara

d. Koperasi Mahasiswa

e. Koperasi Pedagang Pasar

f. Koperasi Veteran RI

g. Koperasi Nelayan dan

h. Koperasi Kerajinan.

4. Koperasi berdasarkan daerah kerjanya

a. Koperasi primer : koperasi yang beranggotakan orang yang biasanya

didirikan pada lingkup wilayah terkecil tertentu. Contonya : KUD

(Koperasi Unit Desa).

b. Koperasi pusat : koperasi yang beranggotakan koperasi-koperasi

primer, biasanya didirikan sebagai pemusatan dari berbagai koperasi

primer dalam lingkup wilayah tertentu.

c. Koperasi gabungan : koperasi gabungan hampir sama dangan koperasi

pusat, kopersi gabungan tidak beranggotakan orang-orang, melainkan

beranggotakan koperasi-koperasi pusat yang berasal dari wilayah

tertentu. Contoh : GKBI.

d. Koperasi induk : koperasi yang beranggotakan berbagai koperasi pusat

atau koperasi-koperasi gabungan yang berkedudukan di ibukota

Negara. Contoh : Induk Koperasi Pegawai Negeri (IKPN) , Induk

Koperasi Karyawan ( inkopkar).

31

2.7 Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Himpuni (2008) dengan judul “Analisis

Kinerja Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Alam Kecamatan Dramaga

Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kinerja koperasi berdasarkan analisis balanced scorecard. Hasil dari penelitian ini

dinilai secara keseluruhan belum mencapai hasil yang optimal, dimana total

pencapaian dari keempat perspektif hanya sebesar 74,80 persen. Total skor pada

perspektif keanggotaan sebesar 40,00 persen (tingkat pencapaian sebesar 120

persen). Hal ini menunjukkan bahwa usaha KUD Sumber Alam untuk terus

menerus meningkatkan kesejahteraan angotanya dapat terwujud. Perspektif

keanggotaan memiliki kinerja yang baik dimana pencapaian akhir yang diperoleh

melebihi total pencapaian perspektif yang lain. Sedangkan total skor perspektif

keuangan, pembelajaran dan pertumbuhan, dan proses bisnis internal masing

masing 9,49 ; 23,47 dan 1,85 ( tingkat pencapaian masing-masing 85,4 persen,

84,5 persen, dan 20,00 persen.

Penelitian yang dilakukan Putrayasa (2011) dengan judul “Pengukuran

Kinerja Ditinjau dari Empat Perspektif Balanced Scorecard pada Koperasi Mertha

Yasa di Desa Penarungan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

kinerja koperasi apabila diukur menggunakan balanced scorecard. Adapun hasil

dari penelitian ini dengan penerapan empat perspektif balanced scorecard yang

ditinjau dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis

internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyatno dkk (2011) dengan judul

“Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Metode Balanced Scorecard”. Hasil dari

32

penelitin ini berdasarkan tiap perspektif balanced scorecard menunjukkan bahwa

perspektif finansial, perusahaan mendapat kriteria kinerja baik. Pada perspektif

pelanggan, perusahaan mendapat kriteria kinerja baik. Pada perspektif proses

bisnis internal, perusahaan mendapat kriteria kinerja baik. Pada perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan, perusahaan mendapat kriteria kinerja baik.

Berdasarkan hasil pembahasan dari beberapa penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya

tersebut. Penelitian ini dilakukan pada Koperasi Kredit Kubu Gunung Tegaljaya

dan belum pernah ada yang melakukan penelitian mengenai pengukuran kinerja

menggunakan metode balanced scorecard pada Koperasi Kredit Kubu Gunung

Tegaljaya.

2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis

Koperasi Kredit Kubu Gunung Tegaljaya merupakan koperasi yang

menghimpun dana dari anggota dalam bentuk simpan pinjam, wajib, dan sukarela

dan berdiri sejak tahun 1998. Peneliti menemukan bahwa permasalahan yang

terjadi pada Koperasi Kredit Kubu Gunung Tegaljaya adalah pengukuran kinerja

yang digunakan pada Koperasi Kredit Kubu Gunung Tegaljaya masih

menggunakan pengukuran kinerja keuangan. Padahal seperti yang kita ketahui,

pengukuran kinerja yang baik bukan hanya diukur menggunakan kinerja keuangan

saja, tetapi diukur juga menggunakan kinerja non keuangan. Teori balanced

scorecard, teori bisnis, teori keuangan, dan teori kepuasan pelanggan merupakan

dasar yang digunakan untuk menemukan pemecahan atas permasalahan yang

muncul.

33

Untuk mengetahui keberhasilan dan untuk mewujudkan akuntabilitas

publik khususnya pertanggungjawaban terhadap anggota Koperasi Kredit Kubu

Gunung Tegaljaya, perlu dilakukan pengukuran atas kinerja organisasinya. Dari

penggabungan teori balanced scorecard didapatkan empat perspektif dalam

balanced scorecard yaitu: 1) perspektif keuangan yang dihitung dengan rasio

likuiditas menggunakan current ratio, rasio solfabilitas menggunakan total debt to

total assets, dan rasio profitabilitas/rentabilitas menggunakan net profit margin; 2)

perspektif anggota yang dihitung dengan pertumbuhan anggota dan kepuasan

anggota; 3) perspektif proses bisnis internal yang dihitung dengan Manufacturing

cycle efficiency (MCE); dan 4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang

dihitung dengan produktivitas karyawan, tingkat retensi karyawan, dan tingkat

kepuasan karyawan. Hasil analisis tersebut akan direkomendasikan kepada

Koperasi Kredit Kubu Gunung Tegaljaya.

34

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Kinerja Koperasi Kredit Kubu Gunung

Tegaljaya

Koperasi Kredit

Kubu Gunung Tegaljaya

Permasalahan Koperasi Kredit Kubu Gunung Tegaljaya

− Pengukuran kinerja masih berdasarkan pengukuran

kinerja keuangan

Perspektif

Keuangan

Perspektif

Pelanggan

Perspektif

Proses Bisnis

Internal

Perspektif

Pembelajaran dan

Pertumbuhan

1. Rasio

Likuiditas:

current ratio

2. Rasio

Profitabilitas:

net profit

margin

3. Rasio

Solvabilitas:

total assets to

debt ratio

1. Pertumbuhan

pelanggan

2. Kepuasan

pelanggan

Manufacturing

Cycle

Efficiency

(MCE)

1. Produktivitas

karyawan

2. Tingkat retensi

karyawan

3. Tingkat kepuasan

karyawan

Hasil Analisis

Rekomendasi

− Teori Balanced Scorecard

− Teori Bisnis

− Teori Keuangan

− Teori Kepuasan Pelanggan